Professional Documents
Culture Documents
Obyektif presentasi:
Deskripsi: Pasien datang diantar ambulance rujukan dari puskesmas dengan keluhan bayi
kejang sejak 1 hari yang lalu. Kejang muncul setiap bayi disentuh (rangsangan).
1. Diagnosis/gambaran klinis:
Pasien datang diantar ambulance rujukan dari puskesmas dengan keluhan bayi kejang
sejak 1 hari yang lalu. Kejang muncul setiap bayi disentuh (diberi rangsangan).
Awalnya bayi lahir spontan di rumah ditolong oleh suami. Bayi lahir dengan menangis
kuat, gerakan aktif, dan tidak biru. Tali pusat dipotong dengan menggunakan kayu dan
diberikan ramuan berupa dedaunan. Sejak 2 hari yang lalu anak mulai tidak mau
menyusu, suhu tubuh meningkat (demam), dan tangisan mulai melemah. Sejak 1 hari
yang lalu bayi tubuh bayi mulai kaku-kaku terutama saat digendong ibu, dengan posisi
tangan lurus (ekstensi) ke bawah dan mulut mencucu seperti ikan dan suhu tubuh
sangat tinggi. Karena hal tersebut akhirnya keluarga membawa bayi berobat ke
puskesmas untuk mendapatkan perawatan.
2. Riwayat pengobatan:
Di puskesmas bayi diberikan oksigen nasal dengan kecepatan 1 liter/menit, IVFD D5%
12 tpm mikro, serta injeksi diazepam 0,6 mg, kemudian segera dirujuk ke RSUD teluk
kuantan untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
3. Riwayat kesehatan/ penyakit:
Riwayat demam sebelum kejang (+)
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang saat bayi.
7. Riwayat imunisasi : pasien maupun ibu pasien belum pernah mendapatkan imunisasi
apapun termasuk imunisasi TT saat hamil.
8. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik:
Tanda vital: Nadi: 142 x/menit
RR: 62 x/menit
Suhu: 38,3 0C
BB sekarang: 3500 gram
Kepala dan leher: Conjungtiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik, trismus (+)
Thorax: Inspeksi : gerakan dada simetris, Retraksi iga (-)
Ausklutasi: Suara paru vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing
Suara jantung I & II tunggal regular, bising jantung (-)
Abdomen: Inspeksi : dinding abdomen sejajar dinding thorax, tali pusat
tampak eritem serta bebau, dinding abdomen kaku dan mengeras saat kejang
Auskultasi: bising usus (+) normal.
Ekstremitas: Inspeksi : kedua ekstrmitas tampak ekstensi saat kejang, tidak
tampak sianosis.
Daftar pustaka:
1. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial, Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan
Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010.
2. Faqih, Daeng et al, Panduan Praktek Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Ikatan Dokter Indonesia, 2013.
3. Pudjiadi, Antonius, et al. Pedoman Pelayanan Medis. Ikatan Dokter Anak Indoneia, 2009.
4. Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 2007.
Hasil pembelajaran:
1. Mengetahui gejala gejala dan manifestasi klinis pada tetanus neonatorum.
2. Mengetahui faktor-faktor resiko terjadinya tetanus neonatorum.
3. Dapat melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang yang mendukung penegakan
diagnosis tetanus neonatorum.
4. Dapat melakukan penanganan dan penatalaksanaan tetanus neonatorum.
1. Subyektif :
Tetanus neonatorum merupakan penyakit tetanus yang terjadi pada neonates (0-28
hari). Spora kuman biasanya masuk melalui tali pusat yang terinfeksi pada saat
pemotongan tali pusat pada saat bayi lahir maupun perawatannya sebelum terlepas.
Bayi biasanya tidak mau menyusu dengan tanda khas mulut yang mencucu, kaku
kuduk dan kejang hingga epistotonus, dan tidak jarang dijumpai gejala demam tinggi
dan tampak sianosis. Adanya riwayat persalinan yang kurang higienisterutama yang
ditolong oleh tenaga nonmedis yang tidak terlatih serta perawatan tali pusat yang tidak
higienis dan penambahan suatu zat pada tali pusat dapat menguatkan adanya resiko
terjadinya tetanus neonatorum.
2. Obyektif:
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan hal-hal yang mengarahkan pada kecurigaan
penyakit tetanus neonatorum yaitu:
Bayi sadar, terjadi spasme otot berulang terutama saat bayi dipegang
(rangsangan).
Mulut mencucu seperti mulut ikan (carper mouth).
Trismus (mulut sukar dibuka).
Perut teraba keras (perut papan).
Opistotonus (ada sela antara punggung bayi dengan alas saat bayi ditidurkan).
Tali pusat biasanya kotor dan berbau (tanda adanya infeksi tali pusat).
Anggota gerak spastic.
3. Assestment:
Penegakan diagnosis biasanya cukup mudah dengan anamnesis dan pemriksaan fisik
dengan gejala yang cukup khas, sehingga sering tidak diperlukan pemeriksaan
penunjang, kecuali pada kasus-kasus yang meragukan untuk membuat diagnosis
banding misalnya sepsis neonatal atau meningitis, sehingga diperlukan pemeriksaan
darah rutin, apusan darah pungsi lumbal, atau bahkan kultur bakteri.
4. Plan:
Untuk penanganan pada pasien ini prinsipnya adalah mengobati penyakit yang
medasari yaitu infeksi, serta pencegahan, serta penanganan komplikasi. Adapun
tatalaksana tetanus neonatorum menurut IDAI 2009 yaitu:
Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan.
Berikan diazepam 10 mg/kgBB/hari secara IV dalam 24 jam, atau dengan bolus 0,1-
0,2 mg/kg/kali pemberian tiap 3-6 jam (max 40 mg/kg/hari).
Human tetanus immunoglobulin 500 U IM atau antitoksin tetanus 5000 U IM.
Antibiotik, Lini I: Metronidazol 30 mg/kgBB/hari tiap 6 jam selama 7-10 hari. Lini II:
Penicilin procain 100.000 U/kg IV selama 7-10 hari. Serta Pengobatan local untuk
infeksi tali pusat.
Pengobatan untuk tetanus neonatorum pada pasien ini yaitu:
a. IVFD KAEN MG3 + Ca Gluconas 1 ampul 12 tpm mikro
b. O2 nasal 1 liter/menit
c. Inj. Ampicilin 150 mg/ 12 jam (iv)
d. Inj. Gentamicin 12 mg/24 jam (iv)
e. Inj. Tetagam 2 vial (i.m) paha kanan-paha kiri
f. Inj. Diazepam 0,6 mg/8 jam
g. Inj. Vit K neo (i.m)
h. Perawatan tali pusat
i. Rawat di ruang isolasi perinatologi