Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Ramya Harlistya
01.210.6253
Pembimbing:
dr. Meriwijanti, Sp.An (K/C)
HALAMAN PENGESAHAN
0
FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM
UNIVERSITAS : UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
BIDANG PENDIDIKAN : ANESTESI
PEMBIMBING : dr. Meriwijanti, SP.An (K/C)
Pembimbing,
DAFTAR MASALAH
1
LAPORAN KASUS
STATUS PENDERITA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. Heni Sri
2
Umur : 32 th/10 bl/1 hr
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
No RM : 09-00-19
Tanggal masuk : 02 Mei 2015
Perawatan : Hari ke-3
Pasien bangsal : Bougenville 1
2. Keluhan Utama
Pasien G3P2A0 mengeluh adanya kenceng-kenceng dibagian perut
3
1. Riwayat merokok : disangkal
2. Riwayat komsumsi alcohol : disangkal
3. Riwayat minum jamu : disangkal
4
8. MCHC : 34,40 g/dL 32-36 g/dl
9. Trombosit : 145 103 /u (L) 150-400 103 /uL
10. RDW : 13,60 % 11,5-14,5 %
11. Diff Count
a. Eosinophil absolute : 0,05 103 /uL 0,045- 0,44 103 /uL
b. Basophil absolute : 0,05 103 /uL 0-0,2 103 /uL
c. Netrofil absolute : 6,28 103 /uL 1,8-8 103 /uL
d. Limfosit absolute : 1,30 103 /uL 0,9-5,2 103 /uL
e. Monosit absolute : 0,51 103 /uL 0,16-1 103 /uL
f. Eosinophil : 0,60 % (L) 2-4 %
g. Basophil : 0,60 % 0-1 %
h. Neutrophil : 76,70 % (H) 50-70 %
i. Limfosit : 15,90 % (L) 25-40 %
j. Monosit : 6,20 % 2-8 %
12. Golongan Darah : A Rh +
13. Kimia Klinik (Serum)
a. Gula Darah Sewaktu : 69 mg/dL <125 mg/dL
14. Serologi-Imun
a. HbsAg : Non Reaktif (-) Non Reaktif (-)
5
Post operasi : Selesai operasi pasien dipindahkan ke recovery
room
6
Cairan keluar
Perdarahan : 300-400 cc
Produksi urin : 55 cc/jam
Recovery Room
Masuk jam : 09.10 WIB
Pulang jam : 09.25 WIB
7
Keadaan Umum : Baik
Respon Kesadaran : Terjaga
Status mental : Sadar penuh
Jalan nafas : Nasal
Pernafasan : Teratur
Terapi Oksigen : Nasal Canul
Sirkulasi anggota badan : Merah muda
Kulit : Kering
Posisi Pasien : Semifowler
Nadi : Teratur
Infus : RL
Tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
SaO2 : 100 %
TB : 158 cm
BB : 66 Kg
8
PEMBAHASAN
1. Pre Operatif
9
History taking bisa dimulai dengan menanyakan adakah riwayat
alergi terhadap makanan dan obat-obatan, alergi (manifestasi dispneu atau
skin rash) harus dibedakan dengan dengan intoleransi (biasanya
manifestasi gastrointestinal). Riwayat penyakit sekarang dan dahulu juga
harus digali begitu juga riwayat pengobatan, karena adanya potensi terjadi
interaksi obat dengan agen anestesi. Riwayat operasi dan anestesi
sebelumnya, komplikasi dan perawatan intensif pasca bedah. Riwayat
kebiasaan sehari-hari seperti merokok, minum alkohol, menggunakan obat
penenag, dan narkotika. Pertanyaan tentang review sistem organ untuk
mengidentifikasi penyakit atau masalah medis lain yang belum
terdiagnosa.
Pemeriksaan fisik dan history taking melengkapi satu sama lain.
Pemeriksaan fisik dapat membantu mendeteksi abnormalitas yang tidak
muncul pada history taking, sedangkan history taking membantu
memfokuskan pemeriksaan pada sistem organ tertentu yang harus
diperiksa dengan teliti. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien yang
sehat dan asimtomatik setidaknya meliputi tanda-tanda vital (tekanan
darah, heart rate, respiratory rate, suhu) dan pemeriksaan airway, jantung,
paru-paru, dan system musculoskeletal. Pemeriksaan neurologis juga
penting terutama pada anestesi regional sehingga bisa diketahui bila ada
defisit neurologis sebelum diakukan anestesi regional.
10
Temporomandibular Joint atau vertebrae servikal, leher yang pendek
mengindikasikan bisa terjadi kesulitan untuk dilakukan intubasi trakeal.
11
Masukan Oral
Terapi Cairan
Terapi cairan perioperatif termasuk penggantian defisit cairan
sebelumnya, kebutuhan maintenance dan luka operasi seperti pendarahan.
Dengan tidak adanya intake oral, defisit cairan dan elektrolit bisa terjadi
cepat karena terjadinya pembentukan urin, sekresi gastrointestinal,
keringat dan insensible losses yang terus menerus dari kulit dan paru.
Kebutuhan maintenance normal dapat diperkirakan dari tabel dibawah:
12
Pasien yang puasa tanpa intake cairan sebelum operasi akan
mengalami deficit cairan karena durasi puasa. Defisit bisa dihitung dengan
mengalikan kebutuhan cairan maintenance dengan waktu puasa.
Penggantian Cairan Selama Puasa
50 % selama jam I operasi
25 % selama jam II operasi
25 % selama jam III operasi
Premedikasi
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anestesi
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari
anesthesia diantaranya:
Meredakan kecemasan dan ketakutan
Memperlancar induksi anesthesia
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
Meminimalkan jumlah obat anestetik
Mengurangi mual muntah pasca bedah
Menciptakan amnesia
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi reflek yang membahayakan
2. Durante Operasi
Pemakaian Obat Anestesi
13
Pada kasus ini induksi anestesi menggunakan Bupivacaine HCL
yang merupakan anestesi lokal golongan amida. Obat anestesi regional
bekerja dengan menghilangkan rasa sakit atau sensasi pada daerah tertentu
dari tubuh. Cara kerjanya yaitu memblok proses konduksi syaraf perifer
jaringan tubuh, bersifat reversibel. Mula kerja lambat dibanding lidokain,
tetapi lama kerja 8 jam. Setelah itu posisi pasien dalam keadaan terlentang
(supine).
14
mempertahankan tonus uterus post partum, dengan waktu partus 3-5
menit. Selain oksitosin, juga diberi pospargin 1 ml bolus IV, Mekanisme
kerjanya merangsang kontraksi otot uterus dengan cepat dan poten melalui
reseptor adrenergik sehingga menghentikan perdarahan uterus.
15
aktivasi plasminogen menjadi plasmin pada cascade pembekuan darah.
Karena plasmin berfungsi mendegradasi fibrin, maka asam tranexamat
bekerja menghambat degradasi fibrin, yang berujung pada
meingkatnya aktivitas pembekuan darah.
Terapi Cairan
16
Terapi cairan intravena dapat terdiri dari infus kristaloid, koloid,
atau kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah cairan dengan ion low
molecular weight (garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan
koloid juga mengandung zat-zat high molecular weight seperti protein atau
glukosa polimer besar. Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid
plasma dan untuk sebagian besar intravaskular, sedangkan cairan kristaloid
cepat menyeimbangkan dengan dan mendistribusikan seluruh ruang cairan
ekstraseluler.
Karena kebanyakan kehilangan cairan intraoperatif adalah isotonik,
cairan jenis replacement yang umumnya digunakan. Cairan yang paling
umum digunakan adalah larutan Ringer laktat. Meskipun sedikit hipotonik,
menyediakan sekitar 100 mL free water per liter dan cenderung untuk
menurunkan natrium serum 130 mEq/L, Ringer laktat umumnya memiliki
efek yang paling sedikit pada komposisi cairan ekstraseluler
danmerupakan menjadi cairan yang paling fisiologis ketika volume besar
diperlukan. Kehilangan darah durante operasi biasanya digantikan dengan
cairan kristaloid sebanyak 3 hingga empat kali jumlah volume darah yang
hilang.
17
DAFTAR PUSTAKA
18