You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

Sindrom piriformis adalah gangguan neuromuskuler yang disebabkan oleh


otot piriformis yang menekan N. Ischiadicus. Sindrom piriformis juga biasa
disebutsebagai hip pocket neuropathy atau wallet neuritis.Sindrom piriformis
merupakan kondisi neuromuskuler dengan karakteristik nyeri pada panggul dan
pantat yang disebabkan oleh penekanan otot piriformis pada n. ischiadicus dengan
akibat suatu neuropati ischiadicus. Hingga saat ini tidak ada tes yang jelas untuk
sindrom piriformis.Dalam banyak kasus, ada riwayat trauma berulang, aktivitas
yang kuat seperti lari jarak jauh, atau lama duduk.
Diagnosis sindrom piriformis dibuat oleh laporan pasien dan dengan
pemeriksaan fisik menggunakan berbagai gerakan untuk memperoleh rasa sakit
pada otot piriformis. Dalam beberapa kasus, otot piriformis tegangdan mengendor
yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik. Karena gejala dapat mirip dalam
kondisi lain, tes radiologis seperti MRI mungkin diperlukan untuk menyingkirkan
penyebab lain dari kompresi saraf siatik lainnya, seperti hernia nucleus pulposus
(HNP) tetapi masih belum dapat secara jelas membedakan sindroma piriformis
dengan penyakit lainnya yang keluhan dan gejalanya yang mirip. Sindrom
piriformis dapat menyebabkan kesulitan berjalan, karena adanya nyeri pada pantat
atau ekstremitas bawah.Sindrom piriformis adalah salah satu yang menyebabkan
kondisi ischialgia.Hingga saat ini diagnosis pada sindroma prirformis masih
belum jelas dan belum cukup spesifik tetapi cukup menjadi masalah kesehatan
yang perlu ditangani.
Pendekatan tatalaksana yang pertama dan utama pada sindroma piriformis
adalah rehabilitasi dimulai dari aktifitas dan terapi fisik, penekanannya pada
komponen-komponen yang melibatkan otot piriformis.Pada referensi artikel
ilmiah yang kami buat akan menjelaskan penanganan sindroma piriformis pada
bidang rehabilitasi medik.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Sindrom piriformis adalah gangguan neuromuskular yang terjadi
karena saraf sciatic(nervusischiadicus) terkompresi atau teriritasi oleh otot
piriformissehingga menimbulkan nyeri, kesemutan, dan mati rasa pada
area bokong sampai perjalanan saraf sciatic(Lori et al., 2008; DiGiovanna
et al., 2005).

B. Anatomi

Gambar 1. Proyeksi kerangka tubuh dan N. Ischiadiscus di atas permukaan


daerah bokong regio gluteus tampak belakang

Gambar 2. Persarafannervusischiadiscus dan otot piriformis

2
1. Myologi
M. Piriformis, Origo :Ossacrum Fasia pelvis, Insertion
:Bertendon pada ujung trokhantermajor, Persarafan : N. Ischiadikus,
Fungsi : Abduksi hip, dan eksorotasi.Otot piriformis berasal pada
permukaan anterior sakrum, biasanya di tingkat vertebra S2 melalui
S4, di atau dekat sacroiliac pada kapsul sendi.Otot menempel pada
aspek medial superior dari trokanter major besar melalui tendon bulat
pada banyak orang, otot ini bergabung dengan tendon
obturatorinternus dan otot Gemelli (Putz dan Pabst, 2000).
2. Neurologi
Serabut saraf yang keluar dari vertebralumbal4 5 dan sakral
13.N. Ischiadicusmeninggalkan pelvis melalui foramen
ischiadikusmajorturun diantaratrochantor mayor osfemurdan
tuberositasischiadicusdi sepanjang permukaan posteriorpaha ke
fossapopliteadimana serabut saraf ini berakhir dan bercabang menjadi
n. tibialisdan n. peroneuscommunis.
Otot piriformisdipersarafi oleh saraf tulang belakang S1 dan S2-
dan kadang-kadang juga oleh L5.Pada sebanyak 96% dari populasi,
saraf sciatic keluar dari foramen sciatic yang lebih besar dalam
sepanjang permukaan inferior otot piriformis.Sebanyak 22% dari
populasi, saraf sciatic menembus otot piriformis, membagi otot
piriformis, atau keduanya, sebagai predisposisi individu dengan
sindrom piriformis.Saraf sciatic dapat melewati sepenuhnya melalui
otot perut, atau saraf dapat dibagi dengan satu cabang (biasanya
bagian fibula) menusuk otot dan lainnya cabang (biasanya bagian
tibia) berjalan inferior atau superior sepanjang otot (Putz dan Pabst,
2000).

3
Gambar 3. Keterangan: (A) saraf sciatica keluar foramen sciatica yang
lebih besar pada permukaan inferior otot piriformis; pemisahan saraf
sciatik saat melewati otot piriformis dengan cabang lewat tibialis (B)
inferior atau (C) superior; (D) seluruh saraf sciatic melewati otot perut; (E)
saraf sciatic keluar foramen sciatic lebih besar sepanjang permukaan
superior dari otot piriformis.

C. Epidemiologi
Sekitar 70% - 80% populasi di dunia mengalami nyeri pinggang
pada suatu waktu selama masa kehidupannya, dan diantaranya terdapat
subkelompok pasien yang mengalami nyeri pinggang sekaligus nyeri
sciatic.Salah satu diagnosis yang dapat ditegakkan berdasarkan evaluasi
pada pasien sciatic adalah syndromepiriformis.Sekitar 15% dari populasi
kasus sciatic(ischialgia) adalah sindrom piriformis.Sedikitnya sekitar 6-
8% dari 750 penderita nyeri pinggang bawah akibat sindrom piriformis
(Papadopoulos dan Khan2004).Sindrom piriformis lebih sering terjadi
pada wanita daripada pria, kemungkinan karena faktor biomekanik yang
berhubungan dengan sudut otot quadricepsfemoris lebih lebar pada tulang
coxae perempuan (Foster, 2002).

4
D. Patogenesis
Ada dua jenis sindrom piriformis, yakni primer dan sekunder.
Sindrom piriformis primer akibat kompresi saraf secara langsung akibat
trauma atau faktor intrinsik, termasuk anomali anatomi, seperti split
piriformis muscle, split sciatic nerve, atau anomalous sciatic nerve path.
Sindrom piriformis sekunder disebabkan oleh adanya faktor yang
menginisiasi munculnya gejala klinis dari proses penyakit seperti,
macrotrauma, microtrauma, efek massa yang iskemik, dan adanya iskemik
lokal (Papadopoulos dan Khan, 2004; Foster, 2002).
Sindrom piriformis primer menunjukkan kelainan dalam pada otot
piriformis, seperti nyeri myofasial, pyomyositis dan ossificans myositis
sekunder yang menimbulkan hal seperti trauma langsung pada sciatic
notch dan bagian gluteal. Trauma ini dapat terjadi muncul akibat duduk
terlalu lama, prolonged and combined hip flexion, adduksi dan rotasi
dalam, serta beberapa aktivitas olahraga berlebihan. Pengendara sepeda
yang naik sepeda dalam jangka waktu lama, pemain tenis yang terus-
menerus memutar pinggulnya ke dalam dengan servis overhead dan penari
balet yang terus menerus memutar ke luar pinggulnya.Nyeri dapat terjadi
karena adanya inflamasi dan edema pada otot dan fascia sekitarnya, yang
akhirnya menyebabkan compressive neuropati (Deer et al., 2013).
Sindrom piriformis sekunder mengarah pada kasus-kasus lain
dimana gejala nyeri bokong dan linu panggul tergantung pada lokasi
patologi yang berkaitan dengan struktur saraf sciatic dan otot piriformis
sebagai penyebab kompresi saraf sciatic.Penyebab sindrom piriformis
sekunder mencakup lesi atau struktur yang disebabkan oleh pelvic outlet
syndrome seperti tumor panggul, endometriosis dan aneurisma atau
malformasi arteri (Deer et al., 2013).
Perubahan biomekanik gaya berjalan sebagai penyebab hipertrofi
musculus piriformis dan inflamasi kronik, yang memunculkan sindrom
piriformis. Dalam proses melangkah, saat fase berdiri otot piriformis
teregang sejalan dengan beban panggul yang dipertahankan dalam posisi

5
rotasi internal. Saat panggul memasuki fase ayun (swing phase), musculus
piriformis berkontraksi dan membantu rotasi eksternal. Musculus
piriformis tetap dalam kondisi teregang selama melangkah dan cenderung
lebih hipertrofi dibanding otot lain disekitarnya. Setiap abnormalitas
proses melangkah melibatkan panggul dengan posisi internal atau adduksi
yang meningkat dapat semakin meregangkan musculus piriformis. Trauma
tumpul dapat menyebabkan hematom dan fibrosis di antara nervus
ischiadiscus dan otot-otot rotator eksternal (Deer et al., 2013).

E. Gejala Klinis
Pasiendengan
sindrompiriformisakanmengeluhsakitpadapantatdenganatautanpamenjalark
e kaki. Hal
inidapatterjadipadakeadaankronismaupunakut.Seringadariwayat trauma
kecil yang digambarkanolehpasien, sepertijatuhpadabokong. Duduk di
permukaan yang kerasakanmemperburukgejalasakitdansesekalimati rasa
sertaparestesiatanpakelemahan (ONeil et al., 2008). Kegiatan yang
menghasilkangerakanpingguladduksidanrotasi internal, seperti ski
lintasalamdanpukulanoverheaddalam tenis, dapatmengeksaserbasigejalaini
(Rizal, 2010).Karenaadahubunganantaraototpiriformisdengandinding
pelvis lateralis, pasienjugadapatmengalamisakitolehpergerakanusus,
danperempuanmungkinmengeluhdispareunia (Mehta et al., 2008).

F. PemeriksaanFisik
Hampir 50% pasiensindrom piriformis
pernahmengalamicederalangsungpadapantatataupun trauma torsional
padapanggulataupunggungbagianbawah,
sisanyaterjadispontantanpapenyebab yang dapatdiidentifikasi.Sindroma
piriformis di sisi kanan akan menyebabkan torsi sakral kiri ke depan
dengan rotasi L5 ke kanan, sehingga terjadi pemendekan fisiologis pada
tungkai ipsilateral. Akibatnya terjadi fasilitasi dan kompensasi disfungsi

6
somatik yang dapat menyebabkan nyeri pada leher, toraks, dan nyeri
punggung.
Beberapapemeriksaanfisikdapatmendukung diagnosis
sindrompiriformis, yaitu: (Miller et al., 2009)
1. Piriformis Sign
Padaposisitelentang,pasienbertendensimenjagaposisitungkainyas
edikitterangkatdanberotasieksternal (tanda piriformispositif).

Gambar 4. Piriformis sign


2. Palpasiotot piriformis
Spasme otot piriformis dapat di deteksi dengan palpasi dalam
yang cermat pada lokasi otot piriformis yang melintasi nervus
ischiadicus dengan melokalisir titik tengah antara coxygea dan
trochanter mayor, dimana akan teraba sausage shaped.

7
Gambar 5. Palpasi otot piriformis
3. Pemeriksaancolokduburmenunjukkan area yang lebihlunak di dinding
lateral sisi pelvis yang terkait
4. Tes FAIR ( Panggul Fleksi, Adduksi, Internal Rotasi )
Pasien ditempatkan di posisi dimana sisi yang sakit diatas,
kemudian dilakukan fleksi hip, adduksi, dan rotasi internal. Pemeriksa
menekan pinggul ke bawah untuk menstimulasi nyeri pada bokong.

Gambar 6. Tes FAIR


5. TesLaseque
Menghasilkan gejala nyeri radikuler dengan fleksi panggul pasif
pada posisi supine yang menyebabkan tegangan pada nervus
ischiadicus pada sudut 30-60 derajat.

8
Gambar 7. Tes laseque
6. Tes Pace
Pemberian tahanan abduksi aktif pada posisi hip fleksi. (lihat
gambar 8A) pasien dengan posisi berbaring terlentang (lihat gambar
8B) pada posisi duduk.
Nyeriischialgiadanturunnyatahananototditunjukkandengancaramenaha
ngerakanabduksi/rotasieksternalpasien.

Gambar 8. Tes pace

7. Freiberg Sign
Padaposisitelungkup, tes Freiberg memicunyeridenganmerotasi
internal tungkaibawahsaatpanggulekstensidanlututfleksi 90.

9
Gambar 9. Freiberg sign
8. Tes Beatty
Beatty mendeskripsikanteknik yang
membedakanantararadikulopatilumbal, penyakitpanggul primer,
dannyeriakibatsindrom piriformis.Tes Beatty dapat pula memberi
hasilpositifpadakasusherniasilumbaldan osteoarthritis panggul.
Pasientidur miring dengantungkaidiangkatbeberapamenit, maka di
sisitungkai yang mengalamisindrom piriformis
akanterasanyeripadapantatbagiandalam.

Gambar 10. Tes beatty


Taksatupunpemeriksaanfisiktersebutbersifatpatognomonis;
kombinasiriwayatdanbeberapapemeriksaanfisikakanmenunjangpenegakan
diagnosis sindrom piriformis. Sindrom piriformis
dapatdibedakandenganherniasidiskusintervertebrakarenaminimnyadeficitn

10
eurologispadasindrom piriformis, namun literatur lain
menyebutkansebelasdari 28 kasus (40%),
pasienmasihmengalamidefisitneurologis (Byrd, 2005).

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi memiliki
peran yang terbatas dalam mendiagnosis sindroma piriformis namun
pemeriksaan radiologi pada vertebra lumbal dan pelvis sebaiknya
dilakukan pada semua kasus untuk menyingkirkan penyebab lain dari
iskhialgia. Pemeriksaan MRI dan CT scan pada pelvis dapat membantu
menegakkan diagnosis sindroma piriformis dengan gambaran adanya
pembesaran pada otot piriformis (Rossi et al., 2001).
1. MRI

Gambar 11. Hipertrofiotot piriformis


2. EMG
Hasil EMG dapat normal pada otot-otot yang terletak proksimal
dari otot piriformis (gluteus minimus, gluteus medius, dan tensor
fasciae latae), sedangkan pola abnormal ditemukan dalam gluteus
maximus dan otot piriformis.
Periksaan elektrofisiologis yang digabungkan dengan maneuver
aktif seperti test FAIR, memiliki sensitivitas dan spesifitas yang besar
untuk diagnosis. Tes elektrofisiologis menunjukkan pemanjangan

11
refleks H 1.86 msec saat tes FAIR pada ekstremitas bawah ipsilateral.
Perubahan amplitudo dan latensi rekaman potensial di elektroda
epidural di L3L4 pada stimulasi tungkai terkait juga terlihat pada
sindroma ini.
3. Injeksi piriformis untuk diagnosis
Pendekatan diagnosis dapat juga dilakukan melalui injeksi
lidokain dan/atau kortikosteroid ke dalam otot piriformis dengan
panduan USG dan fluoroskopi. Prosedur injeksi akan menghilangkan
nyeri untuk sementara waktu. Jika nyeri menghilang selama beberapa
hari, maka kemungkinan nyeri disebabkan oleh sindrom piriformis.

Gambar 12. Panduan USG

H. Differential Diagnosis
Karenatidakadatandapatognomonis, beberapa diagnosis banding
harusdipertimbangkanantara lain, herniasidiskusintervertebralis,
degenerasidiskusintervertebralis, arthropati, sacroilitis, nyeri myofascial,
dan bursitis trochanter femur (Fishman et al., 2002).

12
G. Penatalaksanaan
Terapi konservatif adalah tatalaksana awal paling efektif, lebih dari
79% pasien dengan sindrom piriformis memiliki pengurangan gejala
dengan penggunaan non steroid anti-inflamasi disease (NSAID), muscle
relaxan, terapi es dan istirahat(Lori et al., 2008; Deer et al., 2013).
1. Farmakologi
a. NSAID dan acetaminofen sebagai pilihan pertama dalam
menangani low back pain karena dapat mempengaruhi penurunan
mediator inflamasi lokal, nyeri dan spasme. Penggunaan 1 minggu
dilaporkan dapat mengurangi gejala nyeri.
b. Selain itu penggunaan muscle relaxan untuk pasien sindrom
piriformis. Pasien menggunakan relaksan hampir lima kali
mengalami perbaikan gejala dalam 14 hari. Efek samping dalam
penggunaan muscle relaxant adalah mulut kering, mengantuk dan
pusing.
c. Beberapa penelitian telah meneliti peran analgesik narkotik dalam
mengatasi nyeri akut maupun kronis meskipun lebih digunakan
pada kondisi nyeri kronis. Pengunaannya hanya dalam jangka
waktu pendek, karena dapat memicu ketergantungan. Efek samping
dapat berupa konstipasi, gastrointestinal upset dan sedasi.
d. Injeksi lokal steroid dapat digunakan sebagai antiiflamasi,
meskipun penggunaannya berhati-hati pada pasien tertentu. Infeksi
merupakan komplikasi paling umum pengobatan invasif ini. Injeksi
dapat dilakukan disekitar pinggul. Dekat 1 cm dari caudal dan 2 cm
lateral batas bawah dari sendi sacroiliaca. Injeksi epidural caudal
dari steroid yang akan menggenangi akar saraf sakrum bagian
bawah. Injeksi dari toksin botulinum tipe B (12.500 U) juga telah
dilaporkan penggunaannya.

13
Gambar 13. Lokasi injeksi
e. Perawatan lain dapat berupa prolotherapy (yaitu sclerotherapy,
terapi rekonstruksi ligamen). Jenis terapi ini berupa injeksi untuk
pada origin atau insersio ligamen atau tendo untuk memperkuat
kelemahan atau kerusakan dari jaringan ikat yang telah terjadi.
Komplikasi paling sering berupa infeksi.
2. Terapi fisik (Lori et al., 2008; Deer et al., 2013; Rizal, 2010)
Pasien dengan sindrom piriformis dapat diobati dengan terapi
fisik yang melibatkan berbagai latihan gerak dan teknik
stretching.Dapat dilakukan setiap hari dengan waktu hanya beberapa
menit saja.Tujuan terapi fisik adalah mengurangi gejala melalui
meingkatkan gerakan dan kekuattan kelompok otot.Peningkatan
kekuatan otot adduktor pada pinggul telah terbukti bermanfaat bagi
pasien sindrom piriformis.Selain itu, penggunaan cold therapy, heat
therapy, injeksi BTX-A dan USG.
a. Peregangan
Tujuannya selain meregangkan dan menguatkan otot-otot
abduktor/adduktor panggul juga mengurangi efek lingkaran setan
nyeri dan spasme. Peregangan mandiri dapat dibantu dengan
diatermi, ultrasound, stimulasi elektrik, ataupun teknik-teknik
manual lainnya. Bila teknik tersebut diaplikasikan sebelum
peregangan otot piriformis, maka akan memudahkan pergerakan

14
kapsul sendi panggul ke anterior dan posterior dan otot-otot
abdomen untuk meregang; dengan demikian tendon piriformis
akan mengalami relaksasi dan peregangan yang efektif
Pasien sebaiknya tetap menjalani program peregangan
mandiri di rumah, karena repetisi peregangan secara intensif
sepanjang hari merupakan komponen esensial program. Saat
fase awal, peregangan sangat dianjurkan dilakukan minimal
tiap 6 jam. Peregangan musculus piriformis dapat dikerjakan di
posisi telentang ataupun tegak dengan tungkai yang terkait
difleksikan dan dirotasi internal/adduksi.

Gambar 14. Latihan pada sindrom piriformis


Latihanpadasindrompiriformis (lihat gambar 14A) Duduk.
(lihat gambar 14B) Telentangdenganposisipangguldifleksikan
90odantungkaikanandiadduksimenyilangtungkaikiri.
Tangankananmenahan ilium ipsilateralgunamenahanterangkatnya
pelvis, tangankirimenuntungerakan kaki
kanandanmenambahtekananpadaaspek lateral
lututkananuntukmeningkatkanreganganototpiriformis. Selainitu,
peregangandapatditingkatkandenganrelaksasipascaisometrik,
yaitudengantangankirimenahankontraksiisometricpiriformiskanan
(usahaabduksi) selamabeberapadetik.

15
b. Penguatan (John Davis, 2014)
Latihanpenguatanditujukanpadaototpiriformisdanotot-
ototpanggullain yang mengelilingi.Latihanpenguatanototpanggul,
gluteus
hinggapahasangatberperansebagaipencegahankembaliberulangnyas
indromapiriformis.
Tahun 2010, laporan kasus oleh Jason Tonley dkk
menjelaskan protokol penguatan yang berhasil mengobati sindroma
piriformis pada atlet berusia 30 tahun dengan tanda-tanda klasik
sindroma piriformis dan dengan koordinasi otot panggul yang
buruk
Latihanpenguatantersebutdilakukanselama 14
minggudibagimenjadi 3 tahap:
1) 4 Minggutahappertamameliputi bridge glutedan clamshell leg
tilt menggunakantherabanduntukketahanan
2) 4 Minggutahapkedualatihanditingkatkanmenjadilatihan weight
bearing: standing mini squat (dengantheraband), monster
walk side steps (jugadengantheraband), latihanduduk-
berdiridansingle-leg mini squats.
3) 6 minggutahapketiga, meliputimenekuklututhinggadeep squats

16
Dalamsetiapfaselatihan,
kemampuanpasienditingkatkandariwaktukewaktu, tiga set
dengansetiap set terdiridarilimabelasrepetisi.
1) Tahap 1: 4 minggu

Gambar 15.
LatihanClamshellditambahkanresistancedengantheraband

Gambar 16. Bridge Glutedengantheraband (ditahanhingga 2


menit)

Gambar 17. Latihanangkat kaki samping

17
2) Tahap 2: 4 minggu
Semualatihanpadafase
1tetapdilakukandanditambahkandenganlatihanberikut:

Gambar 18. Standing mini-squatdengantheraband

Gambar 19. LatihanMonster Walk side step


(terusbergerakkesatuarah,
kemudianbergerakkembalikearahsebaliknya),
jugadengantheraband

18
Gambar 20. Single-leg duduk-berdiridarikursi

Gambar 21. Latihansingle-leg mini squat off a step


3) Fase 3: 6 minggu
Semualatihanfase 1 dan 2 tetapdilakukan,
ditambahkandenganlatihanberikut:

19
Gambar 22. Latihanmenekuklututkedepan
3. Injeksi (Lidocain + kortikosteroid)
Terapi injeksi dapat disertakan bila keluhan menetap. Arah
injeksi ditujukan ke sendi sacroiliaca atau ke insersi musculus
piriformis, dilakukan dengan panduan pencitraan atau secara
manualmelalui palpasi titik yang paling lunak atau dengan colok
dubur.Injeksi steroid (triamcinolone 80 mg) dan/atau anestesi lokal
(lidokain 1%)menggunakan jarum spinal 3,5 inchi (8.9 cm) atau lebih
panjang pada pasien gemuk.Hindari injeksi langsung pada nervus
ischiadicus dengan meminta pasien melaporkan setiap perubahan
sensasi selama prosedur. Beberapa peneliti meyakini hanya sedikit
atau bahkan tidak ada komponen inflamasi yang terkait, maka
disarankan hanya menggunakanlidokain1% diikuti peregangan
piriformis segera. Injeksi tanpa steroid ini dapat setiap minggu selama
periode 4-5 minggu sembari dinilai keefektifannya dan kemungkinan
perlunya tindakan bedah.
Ada studi yang menggunakan 12.500unit neurotoksinbotulinum
Batautoksinbotulinum A dengandosissetaradisertaifisioterapi,
menunjukkanperbaikansetelahlebihdari 3 bulan.Hampir50%
pasiennyamengalamiefeksampingberupamulutkeringdandisfagia.
4. Bedah
Tujuan operasi adalah mengurangi ketegangan dan memastikan
tidak ada serat otot yang mengkompresi saraf sciatic.Pencegahan
trauma berulang terbukti efektif dalam mengurangi resiko terjadinya
kekambuhan sindrom piriformis.
Pembedahandalamkondisiinimeliputireseksimusculuspiriformisa
tau tendon di dekatinsersinyapadaaspeksuperomedialdari trochanter
major os femur. Peneliti lain memakai
teknikkombinasidenganmembelah tendon
padainsersinyadankemudianpadaototnya di area keluarnyadari
foramen

20
ischiadicummajusgunamemisahkanototinidanmendekompresinervusisc
hiadicussecarakeseluruhansertamencegahrekurensinyaakibatpembentu
kan fibrosis.

21
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sindrom piriformis adalah gangguan neuromuskuler yang disebabkan
oleh otot piriformis yang menekan N. Ischiadicus. Sindrom piriformis
adalah salah satu yang menyebabkan kondisi ischialgia.Angka kejadian
sekitar 15 % dari seluruh populasi dengan kasus sciatic (ishialgia).Sedikitnya
sekitar6-8% dari 750 penderita nyeri pinggang bawah akibat sindrom
piriformis.Hingga saat ini diagnosis pada sindroma prirformis masih belum
jelas dan belum cukup spesifik tetapi cukup menjadi masalah kesehatan yang
perlu ditangani.Pendekatan tatalaksana yang pertama dan utama pada
sindroma piriformis adalah rehabilitasi dimulai dari aktifitas dan terapi fisik,
penekanannya pada komponen-komponen yang melibatkan otot
piriformis.Terapi konservatif adalah tatalaksana awal paling efektif, lebih dari
79% pasien dengan sindrom piriformis memiliki pengurangan gejala dengan
penggunaan non steroid anti-inflamasi disease (NSAID), muscle relaxan,
terapi es dan istirahat.

22
DAFTAR PUSTAKA

Byrd JT (2005). Piriformis Syndrome. Oper Tech Sports Med; 13:71-79

Deer TR, Leong MS, Buvanendran A (2013).Comprehensive treatment of chronic


pain by medical interventioanl and integrative approaches. USA: The
american academy of pain medicine textbook.

DiGiovanna EL, Schiowitz S, Dowling DJ, eds (2005). An osteopathicapproachto


diagnosis andtreatment. 3rd ed. Philadelphia, Pa: Lippincott Williams &
Wilkins.

Fishman L, Dombi GW, Michaelsen C et al (2002). Piriformis Syndrome:


Diagnosis, Treatment, and Outcome : a 10-Year Study. Arch Phys Med
Rehabil; 83: 295-301

Foster MR (2002). Piriformissyndrome. Orthopedics;25:821-825.

John Davis (2014). Piriformis Syndrome: How to detect it and strengthening and
stretching programs to help you heal. Available from:
https://runnersconnect.net/running-injury-prevention/piriformis-syndrome-
running/. Diaksestanggal 29 Mei 2016

Lori AB, Rance LM, Michele KC, Pamela PT (2008). Diagnosis


andmanagementofpiriformissyndrome: anosteopathicapproach. JAOA:
ReviewArticle; 108(11);657-664.

Mehta S, Auerbach JD, Chin KR (2008). Piriformis Syndrome. In Slipman, editor.


Interventional Spine : Algorithme Approach. 1st Ed. Philadelphia.
Saunders. Ch 123.

Miller A, Heckert DK, Davis B (2009). The 3 Minute Musculoskeletal and


Peripheral Nerve Examination. New York.Demos Medical. 55-7

23
ONeil LAB, McCain RL, Coleman MK, Thomas PP (2008). Diagnosis and
Management of Piriformis Syndrome: An Ostheopathic Apprroach. J Am
Osteopath Assoc; 108 (11): 657-64.

Pace JB, Nagle D (1976). Piriformissyndrome. West J Med;124:435-439.

Papadopoulos EC, Khan SN (2004). Piriformissyndromeand lowbackpain: a


newclassificationandreviewoftheliterature. OrthopClinNorth Am.;35:65-
71.

Putz R, Pabst P (2000). Atlas anatomi manusia sobotta. Edisi 21. Jakarta: EGC.

Rizal(2010).Sindrom Piriformis. CDK ed_178_a.indd 332.Available from


:http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_178Sindrompiriformis.pdf/06_1
78Sindrompiriformis.pdf. Diakses tanggal 29 Mei 2016

Rossi P, Cardinali P, Mariano S et al (2001). Magnetic Resonance Imaging


Findings in Piriformis Syndrome: A Case Report. Arch Phys Med
Rehabil;82:519-21.

24

You might also like