Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUHAN
1.3. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan cairan pleura secara
makroskopis.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan cairan pleura dengan
kimia.
3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan cairan pleura secara
mikroskopis.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Definisi
1. Pleura Viseralis
Bagian permukaan luarnya terdiri atas selapis sel mesotelial yang
tipis (tebalnya tidak lebih dari 30 m), di antara celah-celah sel ini
terdapat beberapa sel limfosit. Terdapat endopleura yang berisi
fibrosit dan histiosit dibawah sel mesotelial. Struktur lapisan tengah
memiliki jaringan kolagen dan serat-serat elastik, sedangkan lapisan
terbawah tedapat jaringan interstisial subpleura yang sangat banyak
mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan
brakialis serta kelenjar getah bening. Keseluruhan jarigan pleura
viseralis ini menempel dengan kuat pada jaringan parenkim paru.
2. Pleura Parietalis
Lapisan pleura parietalis merupakan lapisan jaringan yang lebih
tebal dan terdiri atas sel-sel mesotelial serta jaringan ikat (jaringan
kolagen dan serat-serat elastik). Dalam jaringan ikat ini terdapat
pembuluh kapiler dari arteri interkostalis dan mammaria interna,
kelenjar getah bening, banyak reseptor saraf sensorik yang peka
terhadap rasa nyeri. Di tempat ini juga terdapat perbedaan
temperature. Sistem pernafasan berasal dari nervus interkostalis 4
dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.
Keseluruhan jaringan pleura parietalis ini menempel dengan mudah,
tetapi juga mudah dilepaskan dari dinding dada di atasnya (Smeltzer,
2002).
2.2.2 Fisiologi
2.3. Etiologi
Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme
pembentukan cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat
atau eksudat. Transudat hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan
onkotik dengan tekanan hidrostatik, sedangkan eksudat adalah hasil dari
peradangan pleura atau drainase limfatik yang menurun. Dalam beberapa
kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan transudat dan
eksudat.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Pemeriksaan Makroskopis Cairan Pleura
Alat
Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan makroskopis cairan
pleura ini adalah Gelas ukur, pipet tetes, refraktometer, kertas pH
universal dan gelas beaker.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan makroskopis cairan
pleura ini adalah sampel cairan pleura A1 dan B1.
1. Volume
Sampel Pleura
Hasil
2. Warna
Sampel Pleura
Hasil
3. Bau
Sampel Pleura
Hasil
4. Berat Jenis
Sampel Pleura
- dikalibrasi alat dengan aquadest hingga BJ 1000
- dibersihkan lensa dengan tissu dengan searah
- diteteskan 1 tetes urin pada lensa
- dibaca skala pada cahaya terang, garis BJ pada bagian kiri lensa
- diputar mikrometer untuk memperjelas angka yang terlihat
- dibersihkan dengan tisu setelah selesai
Hasil
5. Bekuan
Sampel Pleura
Hasil
Hasil
2. Menghitung Jenis Leukosit
Sampel Pleura
- disiapkan kaca obyek yang bersih, kering, dan bebas lemak dan
diletakkan diatas meja
- diteteskan 1 tetes cairan pleura yang telah disentrifugasi pada
sebelah kanan kaca obyek
- diambil cover glass dengan tangan kanan dan diletakkan disebelah
kiri tetesan cairan pleura
- digeser cover glass ke kanan, hingga cairan menyebar geser ke
arah kiri dengan satu gerakan yang cepat
- diusahakan sudut antara kaca obyek dengan cover glass antara
30oC dan 45.
- dibiarkan sediaan keringan di udara
- dipulas sediaan dengan giemsa atau wright.
- diletakkan sediaan yang telah kering di atas bak pewarnaan dengan
apusan cairan pleura berada diatas.
- diteteskan metanol sampai memenuhi seluruh hapusan, dibiarkan
selama 5 menit
- dituangkan kelebihan metanol dari kaca obyek ke dalam bak
pewarnaan
- diteteskan larutan giemsa yang telah diencerkan dengan larutan
penyangga
- dibiarkan selama 20 menit
- dibilas dengan akuades
- diletakkan sediaan dalam sikap vertikal dan dibiarkan mengering di
udara.
- diletakkan sediaan yang telah kering di atas bak pewarnaan
- diteteskan 20 tetes larutan wright , dan dibiarkan selama 2 menit
- diteteskan larutan penyangga pH 6,4 dan dibiarkan 5 sampai 12
menit
- disiram sediaan dengan akuades dan diletakkan sediaan dalam
vertikal dan dibiarkan hingga kering serta dihitung jenis sel
Hasil
3. Pemeriksaan Kimia Cairan Kimia
3.1 Uji Rivalta
Hasil
3.2 Uji Protein metode Esbach
Sampel Pleura
- Ditetapkan berat jenis cairan pleura terlebih dahulu
- Dilakukan pengenceran 10x apabila berat jenis 5 10 kali
- Dilakukan pengenceran 20x apabila berat jenis 10 20 kali
- Ditentukan berat jenis cairan yang telah diencerkan
- Dilakukan penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan
dengan rumus (Berat jenis 1,007) x 343 = ......gr/dl
- Dicatat hasilnya
Hasil
BAB IV
DATA HASIL PERCOBAAN
Identitas pasien
Nama : B1
Kode sampel : B1
Tanggal pemeriksaan : 22 Maret 2017
Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Neutrofil stab - 1 - - 1 - - - - - 2
Neutrofil segmen - - - - - - - - - - -
Eusinofil - - - - - - - - - - -
Basofil - - - - - - - - - - -
Limfosit 9 8 6 5 9 8 9 9 10 9 83
Monosit 1 1 4 5 - 2 - 1 - 1 15
Jumlah 100
Jenis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Neutrofil stab - - 1 3 - 1 1 - - - 6
Neutrofil segmen - - - - - 2 - 1 1 2 6
Eusinofil - - - - - - - - - - -
Basofil - - - - - - 5 - - - 5
Limfosit 7 10 10 6 10 6 4 9 9 8 80
Monosit - - - 1 1 1 - - - - 3
Jumlah 100
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI
Denny, Firdaus. 2012. Efusi Pleura. RSUD Dr.H.Abdul Moeloek : Bandar
Lampung.
Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian
Rakyat Agung.
Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam,
Jilid II, edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38
Kurniawan, F. B. 2015. Kimia Klinik : Praktikum Analis Kesehatan. Jakarta :
EGC.
Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed. 6. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S . 2002. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah, Brunner and
Suddarths, Ed8. Vol.1, Jakarta : EGC