You are on page 1of 8

TUGAS FT TERAPAN

KELOMPOK IX dan X

KASUS
Seorang pasien, perempuan, usia 35 tahun, penderita anemia hipokromik mikrositik, datang ke
apotek untuk membeli supplement besi untuk mengatasi penyakit anemia yang sedang
dialaminya. Pasien mengatakan kepada apoteker bahwa dia merasa lemas semenjak seminggu
yang lalu. Pasien juga mengatakan bahwa fesesnya berwarna gelap kehitaman semenjak 5 hari
yang lalu. Pasien mempunyai riwayat gastritis dan nyeri lutut semenjak 5 tahun yang lalu.
Riwayat pengobatan pasien adalah antasida (Prn.) untuk mengatasi nyeri lambung dan rutin
menggunakan Ibuprofen 400 mg 3 kali sehari untuk mengatasi nyeri lutut.

Pertanyaan/Tugas Mahasiswa:
1. Jelaskan tentang penyakit anemia (jenis, penyebab dan gejala klinik yang dapat dialami
pasien)!
A. Jenis Anemia
Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein
pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya
untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2
ke jaringan menurun. Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung
umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu
ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.
Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis
anemia:
1) Anemia normositik normokrom
Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut,
hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi
penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin
(Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 101 fl, MCH 23 31 pg , MCHC
26 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.
2) Anemia makrositik hiperkrom
Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV >
73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik
(defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik
(penyakit hati, dan myelodisplasia).

3) Anemia mikrositik hipokrom


Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung
konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl,
MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %).
Penyebab anemia mikrositik hipokrom:
Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi
Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati
Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.
a. Defisiensi zat besi:
Prelatent mengacu pada pengurangan persediaan besi tanpa berkurangnya
tingkat besi pada serum dan dapat dinilai dengan pengukuran feritin serum. Pada
tahap pertama ini, persediaan besi dapat habis tanpa menyebabkan anemia,
persediaan besi mungkin dimanfaatkan ketika ada peningkatan kebutuhan pada
sintesis Hb. Ketika penyedia besi habis, masih ada zat besi yang memadai dari
omset harian RBC untuk sintesis Hb. Kekurangan zat besi lebih lanjut akan
membuat pasien rentan terhadap perkembangan anemia. Defisiensi besi laten
terjadi ketika persediaan besi habis, namun Hb berada di atas batas bawah normal
untuk populasi tapi dapat dikurangi untuk pasien tertentu. Hal ini dapat ditentukan
oleh pengukuran CBC serial. Temuan meliputi pengurangan saturasi transferin dan
TIBC meningkat. IDA terjadi ketika jumlah Hb kurang dari nilai
normal. Defisiensi berkembang ke hipokromia klasik dan mikrositosis besi-
kekurangan eritropoiesis.
b. Anomali genetik:
- Sickle cell anemia: anemia yang terjadi karena sel sabit diakibatkan
terjadinya gangguan sirkulasi, destruksi sel darah merah, dan hambatan
aliran darah. (Dipiro et al., 2008).
- Thalasemia: penyakit keturunan yang diakibatkan oleh penurunan
produksi rantai globin (alfa atau beta) yang dibutuhkan dalam
hemoglobin. Thalasemia ditandai dengan kondisi sel darah merah
mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari)
-

-
B. Penyebab
Factor penyebab utama jenis anemia ini dipengaruhi oleh daya serap tubuh
terhadap zat besi. Biasanya penderita mengalami gejala anemis mikrossitik
hipokromik karena memiliki ganguan daya serap zat besi. Akibatnya, kadar zat besi
yang dibutuhkan untuk pembentukan darah tidak tercukupi. Inilah yang disebut faktor
genetik. Sel darah merah yang terbentuk ukurannya akan lebih kecil dan tidak matang
(imatur) sementara volume hemoglobinnya kurang dari batas normal. Selain itu
penyakit ini dapat disebabkan oleh kelalaian penderita dalam memnuhi asupan gizi
yang cukup mengandung zat besi, vitamin B12 dan folat. Aktivitas yang terlalu padat
namun waktu istirahat dan tidur lebih sedikit, dapat memicu penyakit anemia jenis
mikrositik hipokromik. Selain penyebab di atas, anemia dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain :
1) Gangguan pembentukan eritrosit
Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi
tertentu seperti mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino,
serta gangguan pada sumsum tulang.
2) Perdarahan
Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah
merah dalam sirkulasi. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun
dapat berasal dari:
a. Saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau
NSAID, kanker lambung, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi cacing
tambang.
b. Saluran genitalia (perempuan): menorrhagia.
c. Saluran kemih: hematuria.
d. Saluran nafas: hemoptisis.
3) Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan
(asupan yang kurang) atau kualitas besi (bioavailabilitas) besi yang rendah.
4) Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa
pertumbuhan, dan kehamilan.
5) Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau
dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi),
polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).
6) Hemolisis
Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.
C. Gejala klinis
Tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat, takikardi, sakit
dada, dyspnea, nafas pendek, cepat lelah, pusing, kelemahan, tinitus, penderita
defisiensi yang berat mempunyai rambut rapuh dan halus, kuku tipis rata mudah patah,
atropi papila lidah mengakibatkan lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah daging
meradang dan sakit (Guyton, 2007). Anemia hipokromik rasa tak enak di lidah,
penurunan aliran saliva, pagophagia (compulsive eating of ice). (Dipiro, et al., 2008).

2. Jelaskan dampak yang dapat dialami oleh pasien jika penyakit ini tidak dapat dikendalikan
dengan baik!
Dampak yang dapat dialami oleh pasien jika penyakit ini tidak dikendalikan dengan baik :

1) Hipotensi dan kelelahan

Pada anemia berat, seseorang dapat merasa sangat lelah hingga tidak dapat
melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja

2) Hipoksia jaringan

Anemia dapat menyebabkan kerusakan organ akibat hipoksia jaringan yaitu suatu
kondisi di mana kurangnya jumlah oksigen di dalam jaringan.

3) Gangguan jantung

Anemia dapat menyebabkan gangguan irama jantung (aritmia). Jantung berfungsi


memompa darah ke seluruh tubuh. Pada keadaan anemia, jantung melakukan
kompensasi dengan berusaha memompa lebih banyak darah ke jaringan akibat
kurangnya oksigen di pembuluh darah. Kondisi ini dapat berujung pada keadaan
gagal jantung.
3. Apakah obat yang diminta pasien sudah tepat untuk mengobati anemia yang dialaminya?
Jelaskan jawaban yang diberikan dengan menyertakan literatur yang dapat
dipertanggungjawabkan!
Obat yang diminta pasien sudah tepat untuk mengobati anemia hipokromik mikrositik.
Berdasarkan panduan Ikatan Dokter Indonesia :
Menurut kedua penelitian tersebut menyatakan, pemberian zat besi merupakan
terapi lini pertama bagi penderita anemia micrositik dan pemberian zat besi mampu
meningkatkkan total zat besi didalam tubuh.
Terapi untuk anemia bisa dilakukan dengan pemberian zat besi, transfusi darah,
transfusi RBC untuk geriatri, pemberian oral atau parenteral vitamin B12, induksi asam
folat (menginduksi remisi eksogen hematologi). Pemberian parenteral asam folat jarang
diperlukan , karena asam folat oral diserap dengan baik bahkan pada pasien dengan
sindrom malabsorpsi . Dosis 1 mg asam folat oral setiap hari sudah cukup untuk
memulihkan anemia megaloblastik , memulihkan kadar folat serum normal (Katzung,
2009).

4. Serahkanlah obat kepada pasien dan berikanlah informasi obat terkait dengan cara pakai
dan aturan pakai obat!

Setting klinik:
Pasien telah menggunakan obatnya secara rutin selama 1 minggu dan datang kembali ke apotek.
Pasien mengatakan bahwa obat tidak memberikan efek terapi karena gejala penyakitnya tidak
berkurang.

5. Apakah tindakan yang tepat dilakuan untuk menanggapi informasi yang diberikan pasien
tersebut?
6. Apakah pengobatan penyakit pasien (termasuk untuk pengobatan gastritis dan nyeri lutut)
memerlukan perubahan? Jika memerlukan perubahan, berikanlah usulan terapi kepada
dokter yang menangani pasien!
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L.M. (Eds),
2008,Pharmacotherapy a Pathophysiological Approach, 7th ed, The McGraw-Hill Companies,
Inc. P. 1639-1640

Terink, Natasja Dors, Paul P. T. Brons, Nine V. A. M. Knoers and Dorine W. Swinker. 2014,
Practice guidelines for the diagnosis and management of microcytic suggest a genetic
disorder of iron metabolism or heme synthesis. Blood 2014 123:3873-3886

Katzung, B.G. 2009. Basic and Clinical Pharmacology. Eleventh Edition. San Fransisco: The Mc
Graw-Hill companies, Inc.

You might also like