You are on page 1of 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui
udara (Kemenkes, 2011). Pada hampir semua kasus, infeksi tuberculosis didapat melalui
inhalasi partikel kuman yang cukup kecil (Asih & Effendy, 2003). Tuberkulosis (TB)
adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru dan dapat juga
ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer & Bare, 2002)
Dalam laporan WHO tahun 2013 diperkirakan terdapat 8.6 juta kasus TB pada
tahun 2012 dimana 1.1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien HIV positif. Sekitar
75% dari pasien tersebut berada di wilayah Afrika. Pada tahun 2012 diperkirakan terdapat
450.000 orang yang menderita TB MDR dan 170.000 diantaranya meninggal dunia. Pada
tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB secara global
mencapai 6 (atau 530.000 pasien TB anak pertahun, atau sekitar 8% dari total kematian
yang disebabkan TB (Pusat Data dan Informasi Kementrian KEsehatan RI).
Menurut data Dinas Kesehatan Jatim, dalam kurun waktu 2011-2015 berhasil
menyembuhkan 207.667 pasien Tuberkulosis dan 909 pasien TB MDR (Multi Drug
Resistance) selama kurun waktu 2009-105. Sesuai data Survei Prevalensi Tahun 2015,
Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia sebagai penyumbang penderita TB
terbanyak setelah India. Diperkirakan kasus TB baru di Indonesia sebanyak 647 per
100.000 penduduk. Sementara prevalensi di Jawa Timur sendiri pada tahun 2015 yang
diobati sebanyak 40.185 orang (urutan kedua setelah Jawa Barat) dengan jumlah pasien
TB paru BTA positif (yang menular) 21.475 orang.
Kabupaten/Kota terbanyak pasien TB yang diobati dari Surabaya (4.754), Jember
(3.128), Sidoarjo (2.292), Kabupaten Malang (1.932) dan Kabupaten Pasuruan (1.809).
jumlah pasien TB anak yang diobati sebanyak 2.232 atau setara dengan 5.55% dari total
pasien TB yang diobati. Capaian indikator program angka penemuan semua kasus TB
(Case Notification Rate [CNR]) pada tahun 2015 adalah sebesar 103 per 100.000
penduduk. Angka ini menurun jika dibandingkan CNR tahun 2014 sebesar 111/100.000
penduduk. Sedangkan angka keberhasilan pengobatan pasien yang dievaluasi pada 2015
sebesar 90% dari target 90%. Jumlah total kasus TB MDR sampai saat ini sebanyak 909
orang dengan kasus terbanyak di Kota Surabaya yakni sebanyak 354 kasus, Gresik 69
kasus, Jember 60 kasus, dan Sidoarjo 90 kasus.
Hasil survei prevalensi TB (2004) di Indonesia menunjukkan bahwa 96% keluarga
telah merawat anggota keluarga yang menderita TB dan hanya 13% yang
menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76% keluarga pernah mendengar
tengtang TB dan 85% mengetahui bahwa TB dapat disembuhkan, aka tetapi hanya 26%
yang dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dapat
dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa pemerintah telah
menyediakan obat gratis (STRANAS, 2011 dalam Andi Amalia 2013).

1
Pemajanan singkat tuberkulosis tidak selalu menyebabkan infeksi. Klien yang
umumnya terinfeksi adalah mereka yang mempunyai kontak erat berulang dengan
individu terinfeksi yang belum terdiagnosa. Ketika klien didiagnosa sebagai penderita
tuberkulosis, perawat akan berbicara dengan klien dan membuat daftar kontak. Setiao
orang yang kontak dengan klien kemudian dikaji dengan tes tuberkulin dan ronsen dada
untuk menentukan apakah ia telah terinfeksi oleh tuberkulosis (Asih & Effendy, 2003).
Tuberkulosis ini bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan bila berobat
teratur. Penderita TB aktif jika tidak diobati dapat menularkan sepuluh sampai limabelas
orang lainnya dalam satu tahun. Penularan TB yang sangat cepat menjadikan masalah TB
sampai saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting. Kejadian TB bisa
menyerang semua kelompok masyarakat, warga miskin di perkotaan merupakan
kelompok masyarakat yang paling rentan terserang tuberculosis. Lingkungan tempat
tinggal yang kumuh dan rendahnya mutu asupan nutrisi membuat kuman tuberkulosis
dalam tubuh gampang menjadi aktif.
Permasalahan lain terkait TB di Indonesia saat ini adalah meningkatnya kasus TB-
MDR, yakni mycobacterium yang resisten terhadap Obat Anti TB (OAT) yaitu isoniazid
dan rifampisin (Depkes, 2010). TB MDR di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu daktor mikrobiologi dan program pengobatan yang tidak adekuat serta ketidak
patuhan pasien TB dalam menjalani program pengobatan TB yang merupakan penyebab
terbesar dalam TB MDR.
Alasan pasien tidak datang berobat pada fase intensif adalah karena rendahnya
motivasi dan kurangnya informasi tentang penyakit yang dideritanya. Sampai saat ini-pun
masih ada keluarga pasien TB yang kurang memiliki kepedulian terhadap proses
penyembuhan dan proses perbaikan keadaan untuk menanggulangi serta mencegah angka
peningkatan kejadian TB dalam masyarakat. Padahal peran anggota keluarga dalam
mengatasi sebuah maslah kesehatan yang sedang terjadi dalam keluarganya adalah
sesuatu yang sangat penting. Tidak hanya sebagai penemu masalah, namun anggota
keluarga juga harus bisa menentukan dan ikut serta dalam menentukan pengobatan yang
sesuai untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga. Dengan demikian, dalam makalah
kami ini akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Penyakit
Infeksi : TB.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah konsep keluarga?
1.2.2 Bagaimanakah konsep penyakit infeksi tuberkulosis?
1.2.3 Bagaimanakan asuhan keperawatan keluarga dengan klien penyakit infeksi
tuberkulosis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini agar mahasiswa mengetahui dan dapat
melaksanakan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan masalah utama
penyakit infeksi.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui konsep keperawatan keluarga
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah kesehatan
3. Mengetahui dan memahami konsep penyakit infeksi tuberkulosis (TB)
4. Mengetahui dan memahami peran keluarga dengan anggota penderita
tuberkulosis
5. Mengetahui dan memahami peran perawat pada keluarga dengan masalah
infeksi
6. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada keluarga dengan
anggota penderita penyakit infeksi : tuberkulosis

1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil penulisan makalah ini adalah dapat menjelaskan asuhan
keperawatan keluarga dengan penyakit infeksi berdasarkan literatur yang telah
ada sehingga dapat digunakan sebagai bahas ajar mahasiswa dalam keperawatan
komunitas.
1.4.2 Praktis
1. Bagi penulis : penulis dapat mengaplikasikan ilmunya dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada keluarga dengan anggota keluarga yang terkena
penyakit infeksi
2. Bagi mahasiswa : mahasiswa dapat memahami konsep keperawatan
keluarga dengan penyakit infeksi dan dapat mengaplikasikan ilmunya
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dengan anggota
keluarga yang menderita penyakit infeksi : tuberkulosis

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga yang merupakan bagian dari masyarakat sesungguhnya
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk budaya dan
perilaku sehat. Dari keluargalah pendidikan kepada individu dimulai, tatanan
masyarakat yang baik diciptakan, budaya dan perilaku sehat dapat lebih dini
ditanamkan. Oleh karena itu, keluarga mempunyai posisi yang strategis untuk
dijadikan sebagai unit pelayanan kesehatan karena masalah kesehatan dalam
keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antar anggota keluarga,
yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi juga keluarga dan masyarakat
yang ada disekitarnya.
Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan
perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini definisi keluarga menurut
beberapa ahli (Efendi Ferry & Makhfudli, 2009)
2.1.1.1 Marilyn M. Friedmen (1998)
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebh yang hidup bersama-
sama dengan keterkaitan aturan dan emosi dimana individu
mempuanyai peran masing- masing yang merupakan bagian dari
keluarga
2.1.1.2 Duval dan Logan (1986)
Menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga.
2.1.1.3 Salvicion G.baliojn dan ara celis Maglaya (1978)
Menjelaskan bahwa keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup
dalam satu rumah tangga karena adanya hubungan daraha, perkawinan,
atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempuanyai peran masing- masing dan menciptkan peran serta
mempertahankan suatu budaya.
2.1.1.4 Departemen Kesehatan RI
Keluarga merupakan unti terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.

4
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masih masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2.1.2 Sifat Keluarga
Stuart (2001) dalam Efendy Ferry & Makhfudli (2009) memberikan
batasan memebri batasan mengenai siapa yang disebut keluarga. Lima sifat
keluarga yang di jabarkan atara lain sebagai berikut :
a. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem
b. Keluarga mempertahankan fungsinya secara kosisten
terhadapperlindungan, makanan dan sosialisasi anggotanya
c. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarganya
d. Setiap anggota kelurga dapat atau tidak dapat saling berhungan dan dapat
atau tidak dapat tinggal dalam satu atap
e. Keluarga dapat memiliki anak atau tidak
2.1.3 Tipe atau Bentuk Keluarga
2.1.3.1 Menurut Sussman (1974) dan Maclin (1988) dalam Efendi Ferry &
Makhfudli (2009), gambaran tentang pembagian tipe keluarga sangat
beraneka ragam, tergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan, namun secara umum pembagian Tipe Keluarga
dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengelompokan Secara Tradisional
a. Keuarga inti : keluarga yang terdiri dari ayah , ibu dan anak
b. Pasangan inti : keluarga yang terdiri atas suami dan istri saja
c. Keluarga dengan orang tua tunggal : satu orang sebagai
kepala keluarga, biasanya bagian dari konsekuensi perceraian
d. Lajang atau tingga sendirian
e. Keluarga besar yang mencangkup 3 generasi
f. Pasangan usia pertengahan atau pasangan usia lanjut
g. Jaringan keluarga bersar
2. Pengelompokan Non-Tradisional
a. Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah
b. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumul kebo )
c. Keluarga homosexsual (gay dan / lesbian )
d. Keluarga komuni : keluarga dengan lebih dari satu pasang
monogamy dengan anak- anak secara bersama menggunakan
fasilitas serta sumber- sumber yang ada
3. Pengelompokan secara Modern
Dipengaruhi oleh semakin berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa individualism, maka tipe keluarga Modern
dapat dikelompokkan menjadi beberapa macam, diantaranya :
a. Tradisional Nuclear
Adalah : Keluarga INTI (Ayah, Ibu dan Anak) yang tinggal
dalam satu rumah yang ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal

5
dalam suatu ikatan perkawinan, dimana salah satu atau
keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Niddle Age/Aging Couple
Adalah : suatu keluarga dimana suami sebagai pencari uang
dan istri di rumah atau kedua-duanya bekerja di rumah,
sedangkan anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/menikah/meniti karier.
c. Dyadic Nuclear
Adalah : suatu keluarga dimana suami-istri sudah berumur
dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satunya
bekerja di luar umah.
d. Single Parent
Adalah : keluarga yang hanya mempunyai satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan
anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.
e. Dual Carrier
Adalah : Keluarga dengan suami istri yang kedua-duanya
orang karier dan tanpa memiliki anak.
f. Three Generation
Adalah : keluarga yang terdiri atas tiga generasi atau lebih
yang tinggal dalam satu rumah.
g. Comunal
Adalah : keluarga yang dalam satu rumah terdiri dari dua
pasangan suamiistri atau lebih yang monogamy berikut anak-
anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
h. Cohibing Couple/Keluarga Kabitas/Cahabitation
Adalah : keluarga dengan dua orang atau satu pasangan yang
tinggal bersama tanpa ikatan perkawinan.
i. Composite /Keluarga Berkomposisi
Adalah : sebuah keluarga dengan perkawinan poligami dan
hidup/tinggal secara bersama-sama dalam satu rumah.
2.1.3.2 Pembagian keluarga menurut Anderson Carter dalam Efendy Ferry &
Makhfudli (2009) adalah :
1. Keluaga inti (nuclear family )
Keluarga yang terdiri dari ayah , ibu dan anak anak
2. Keluarga besar (extended Family )
Keluaga tambahan dengan sanak saudara , nenek, kakek ,
keponakan sepupu , paman , bibi dan sebaginya
3. Keluarga berantai (serial Family )
Keluarga yang terdiri atas wanita dan pria yang sudah menikah
lebih dari satu kali dan merupakan keluarga inti
4. Keluarga duda atau janda (single family)
Keluarga yang terjadi karena adanya perceraian atau kematian
5. Keluarga berkomposisi
Keluarga yang perkawinannya berpoligammi dan hidup serta
bersama- sama
6
6. Keluarga kabitas
Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu
keluarga
2.1.4 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi,
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
2.1.4.1 Ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak anak, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai
kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkunganya.
2.1.4.2 Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak anaknya, ibu mempunyai peranan
untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik bagi
anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya,
disamping itu juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarganya.
2.1.4.3 Anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.1.5 Tugas Keluarga
Pada dasarnya ada tujuh tugas pokok keluarga, tugas pokok tersebut ialah :
1. Pemeliharaan fisik keluarga da para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
dalam keluarga
4. Sosialisasi antar anggota keluarga
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7. Membangkitkan dorongan dan semangat pada anggota keluarga

2.1.6 Struktur Keluarga


Struktur sebuah keluarga memberikan gambaran tentang bagaimana
suatu keluarga itu melaksanakan fungsinya dalam masyarakat. Adapun
macam-macam Struktur Keluarga diantaranya adalah :
2.1.6.1 Patrilineal

7
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2.1.6.2 Matrilineal
Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
2.1.6.3 Matrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
2.1.6.4 Patrilokal
Sepasang suami-istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
2.1.6.5 Keluarga Kawin
Hubungan suami-istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
2.1.7 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedmen (2010) sebagai berikut :
1. Fungsi Afektif
Yaitu fungsi keluarga yang utama adalah untuk mengajarkan segala sesuatu
untuk mempersiapkan anggota keluarganya dalam berhubungan dengan
orang lain.
2. Fungsi Sosialisasi
Adalah fungsi mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk
berkehidupan social sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi Reproduksi
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan dalam rangka memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi Pemeliharaan Kesehatan
Yaitu fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga
agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.
2.1.8 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (2010) sesuai dengan Fungsi Pemeliharaan
Kesehatan, keluarga mempunyai Tugas-tugas dalam bidang kesehatan yang
perlu dipahami dan dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggota keluarganya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
3. Memberikan perawatan bagi anggotanya yang sakit atau yang tidak
mampu membantu dirinya sendiri karena kecacatan atau usianya yang
terlalu muda

8
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
2.1.9 Tahap Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga menurut Duvall, adalah :
2.1.9.1 Tahap I (Keluarga Pemula)
Perkawinan menandai bermulanya sebuah keluarga, keluarga
yang menikah dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang ke
hubungan baru yang intim. Tugas perkembangan pada tahap iniadalah :
1. Membangun perkawinan yang saling memuaskan
2. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
3. Keluarga berencana : Keputusan tentang kedudukan sebagai orang
tua.
2.1.9.2 Tahap II (Keluarga sedang Mengasuh Anak)
Tahap ini mulai dari kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30
bulan. Tugas perkembangankeluarga pada tahap ini adalah :
1. Membentuk keluarga muda sebagai unit yang mantap
2. Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dengan
kebutuhan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
4. Memperluas persahabatan dan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua, kakek dan nenek.
2.1.9.3 Tahap III (Keluarga dengan Anak Prasekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak berusia 2 tahun dan berakhir ketika
usia 5 tahun. Tugas perkembangan kleluarga pada tahap ini adalah :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bemain dan keamanan
2. Mensosialisasikan anak
3. Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain
4. Mempertahankan hubungan yang sehat di dalam dan di luar
rumah.
2.1.9.4 Tahap IV (Keluarga dengan Anak Sekolah)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah sampai usia 13tahun. Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah :
1. Mensosialisasikan anak-anak termasuk penngkatan prestasi sekolah
dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat
2. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan
3. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
2.1.9.5 Tahap V (Keluarga dengan Anak Remaja)

9
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki usia 13 tahun. Tahap
ini berlangsung selama 6-7tahun. Tahap ini bisa lebih singkatjika anak
meninggalkan keluarga lebih awal. Tugas perkembangankeluarga pada
tahap ini adalah :
1. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja
mulai dewasa dan mandiri
2. Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3. Berkomunikasi dengan terbuka antara orangtua dan anak-anak
2.1.9.6 Tahap VI (Keluarga yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama meninggalkan rumah orang tua
dan berakhir saat anak terakhirmeninggalkan rumah. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1. Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga
baru yang didapatkan dari perkawinan anak
2. Melanjutkan untuk memperbaharui hubungan perkawinan
3. Membantu orang tua lanjut usia dari pihak suami atau istri
2.1.9.7 Tahap VII (Orang tua Usia Pertengahan)
Tahap ini dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun ataukematian salah satu pasangan. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1. Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti
dengan orang tua, lansia dan anak-anak
2.1.9.8 Tahap VIII (Keluarga dengan masa pensiun dan lanjut usia)
Tahap ini di mulai saat salah satu atau kedua pasanagn memasuki masa
pensiun, terus berlangsunghingga salah satu pasangan meninggal dan
berakhir dengan pasangan lain yang meninggal. Tugas perkembanagan
keluarga pada tahap ini adalah :
1. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2. Menyesuaikan denagn pendapatan yang mulai menurun
3. Mempertahankan hubungan perkawinan
4. Menyesuaikan dengan kehilangan pasangan
5. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6. Penelaahan dan integrasi hidup

2.2 Penyakit Infeksi : Tuberkulosis (TB)


2.2.1 Definisi Tuberculosis
Tuberculosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobic tahan asam, yang ditularkan
melalui udara (airbone). Pada hampir semua kasus, infeksi tuberculosis
didapat melalui hasil inhalasi partikel kuman yang cukup kecil (sekitar 1 5
m). Droplet dikeluarkan selama batuk, tertawa, atau bersin. Nucleus yang
10
terinfeksi kemudian terhirup oleh individu yang rentan (hospes). Sebelum
infeksi pulmonary dapat terjadi, organisme yang terhirup terlebih dahulu harus
melawan mekanisme pertahanan paru dan masuk jaringan paru.
Pemajanan singkat tuberculosis tidak selalu menyebabkan infeksi.
Klien yang umumnya terinfeksi adalah mereka yang mempunyai kontak erat
berulang dengan individu terinfeksi yang belum terdiagnosa. Ketika klien
didiagnosa sebagai penderita tuberculosis, perawat akan berbicara dengan
klien dan membuat daftar kontak. Setiap orang yang kontak dengan klien
kemudian dikaji dengan tes tuberculin dan ronsen dada untuk menentukan
apakah ia telah terinfeksi oleh tuberculosis
2.2.2 Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar
komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak, sehingga kuman
mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor
fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang
banyak oksigen. Oleh karena itu, Mycibacterium tuberculosis senang tinggal di
daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut
menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
2.2.3 Faktor Resiko
1. Usia lanjut
2. Obat-oabat imunosupresi
3. Infeksi HIV
4. Malnutrisi
5. Alkoholisme
6. Penyalahgunaan obat
7. Adanya keadaan penyakit lain, misal : DM, Gagal Ginjal Kronis,
Malignansi
8. Predisposisi Genetik
2.2.4 Patofisiologi
Infeksi primer. Pertama kali klien terinfeksi oleh tuberculosis disebut
sebagai infeksi primer dan biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat
pleura lobus bawah. Infeksi primer mungkin hanya berukuran mikroskopis,
dan karenanya tidak tampak pada foto rontgen. Tempat infeksi primer dapat
mengalami proses degenerasi nekrotik, yang menyebabkan pembentukan
rongga yang terisi oleh massa basil tuberkel seperti keju, sel-sel darah putih
yang mati, dan jaringan paru nekrotik. Pada waktunya, material ini mencair
dan dapat mengalir ke dalam percabangan trakheobronkhial dan dibatukkan.
Rongga yang terisi udara tetap ada dan mungkin terdeteksi ketika dilakukan
rontgen dada.
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan
dengan membentuk jaringan parut dan akhirnya terbentuk lesi pengapuran
yang juga dikenal sebagai tuberkel Ghon. Lesi ini dapat mengandung basil

11
hidup yang dapat aktif kembali, meski telah bertahun-tahun, dan menyebabkan
infeksi sekunder.
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi
terhadap basil tuberkel dan proteinnya. Respons imun seluler ini tampak dalam
bentuk sensitisasi sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes kulit
tuberculin. Perkembangan sensitivitas tuberculin ini terjadi pada semua sel-sel
tubuh 2 sampai 6 minggu setelah infeksi primer, dan akan dipertahankan
selama basil hidup berada dalam tubuh. Imunitas didapat ini biasanya
menghambat pertumbuhan basil lebih lanjut dan terjadinya infeksi aktif.
Infeksi sekunder. Selain penyakit primer yang progresif, infeksi ulang
juga mengarah pada bentuk klinis TB aktif. Tempat primer infeksi yang
mengandung basil TB dapat tetap laten selama bertahun dan kemudian
teraktifkan kembali jika daya tahan klien menurun. Penting artinya untuk
mengkaji kembali secara periodeik klien yang telah mengalami infeksi TB
untuk mengetahui adanya penyakit aktif.
2.2.5 Manifestasi Klinis
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis.
Pada individu lainnya, gejalaberkembang secara bertahap sehingga gejala
tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut.
Bagaimanapun, gejala dapat timbul pada individu yang mengalami
imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil. Manifestasi
klinis yang umum antara lain:
1. Keletihan
2. Penurunan berat badan
3. Letargi
4. Anoreksia
5. Demam ringan yang biasanya terjadi pada siang hari
6. Berkeringat saat malam hari
7. Dispnea
8. Nyeri dada
9. Hemoptisis
2.2.6 Pemeriksaan Diagnostik
Deteksi dan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan
pengkajian subjektif. Perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus tetap
mempertahankan indeks kecurigaan yang tinggi terhadap TB bagi kelompok
yang beresiko tinggi. Infeksi TB primer sering tidak dikenali karena biasanya
infeksi ini asimptomatis. Lesi pengapuran dan tes kulit positif sering kali
merupakan satu-satunya indikasi infeksi TB primer telah terjadi. Pemeriksaan
diagnostic berikut biasanya dilakukan untuk menegakkan infeksi TB.
1. Kultur sputum : positive untuk M. tuberculosis pada tahap aktif penyakit
2. Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam) : positive untuk basil tahan asam
3. Tes kulit mantoux : reaksi yang signifikan pada individu yang sehat
biasanya menunjukkan TB dorman atau infeksi yang disebabkan oleh
mikobakterium yang berbeda

12
4. Rontgen dada : menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas
paru, deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh, atau cairan
dari suatu efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup
kavitasi, area fibrosa.
5. Biopsy jarum jaringan paru : positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel
raksasa menunjukkan nekrosis
6. AGD : mungkin abnormal bergantung pada letak, keparahan, dan
kerusakan paru residual
7. Pemeriksaan fungsi pulmonal : penurunan kapasitas vital, peningkatan
rasio udara residual terhadap paru total, dan penurunan saturasi oksigen
sekunder akibat infiltrasi/ fibrosis parenkim.
2.2.7 Penatalaksanaan
Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru menjadi tiga
bagian, yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case
finding)
2.2.7.1 Pencegahan
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang
bergaul erat dengan penderita tuberkulosis paru BTA positif.
Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes
tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks
diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif,
diberikan BCG vaksinasi. Bilas positif, berarti terjadi konversi hasil
tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mast chest X-ray, yaitu pemeriksaan masal terhadap kelompok-
kelompok populasi tertentu, misalnya :
a. Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan
b. Penghuni rumah tahanan
c. Siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-
12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi
bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau
utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif,
sedangkan kmoprofilaksis sekunder diperukan bagi kelompok
berikut :
a. Bayi dibawah 5 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif karena
resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB
b. Anak dan remaja dibawah usia 20 tahun dengan hasil tes
tuberkulin positif yang bergaul dengan penderita TB yang
menular.
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif
d. Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang
13
e. Penderitan DM
4.2.1.1 Pengobatan
Tujuan pengobatan pada penderita TB paru selain mengobati juga
untuk mencegah kematian, kekambuhan, resistensi terhadap OAT, serta
memutuskan rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi
dua fase internsif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan
obat yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, Streptomisin, dan Etambutol
(Depkes RI, 2004).
4.2.1.2 Penemuan Penderita
2.2.8 Komplikasi
1. Perdarahan saluran napas bagian bawah
2. MDR bisa terjadi apabila pasien tidak patuh dalam mengkonsumsi obat
anti TB
3. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial, bronkoeictasis, dan fibrosis
bronkial pada paru
4. Penyebaraninfeksi ke organ lai, seperti : otak, tulang, persendian, dan
ginjal (Irman Somantri, 2007)
2.3 Penemuan Kasus Tuberkulosis
Penemuan kasus bertujuan untuk mendapatkan kasus TB melalui serangkaian
kegiatan mulai dari penjaringan terhadap suspek TB, pemeriksaan fisik dan laboratori,
menentukan diagnosis dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB,
sehingga dapat dilakukan pengobatan agar sembuh dan tidak menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek,
diagnosis, penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien. Kegiatan ini membutuhkan
adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala kompeten yang mampu
melakukan pemeriksaan terhadap gejala dan keluhan tersebut. Penemuan pasien
merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana pasien TB. Penemuan dan
penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan kesakitan
dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus merupakan
kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat (Kemenkes,
2011 dalam Andi Amalia, 2013)
Penemuan pasien TB, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi
aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan,
didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun
masyarakat, untuk meningkatkan cakupan penemuantersangka pasien TB. Pelibatan
semua layanan dimaksudkan unuk mempercepat penemuan dan mengurangi
keterlambatan pengobatan. Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai
tidak cost efektif (Kemenkes, 2011 dalam Andi Amalia, 2013).
Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap (Kemenkes, 2011 dalam Andi
Amalia, 2013), yaitu :
2.3.1 Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada
pasien dengan HIV (orang dengan HIV AIDS)

14
2.3.2 Kelompok yang rentan tertular TB seperti di rumah tahanan, lembaga
pemasyarakatan (para narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh,
serta keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA
positif.
2.3.3 Pemeriksaan terhadap anak dibawah usia 15 tahun pada keluarga TB harus
dilakukan untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB
atau pengobatan pencegahan.
2.3.4 Kontak dengan pasien TB resistan obat, penerapan manajemen tatalaksana
terpadu bagi kasus gejala dan tanda yang sama dengan gejala TB, seperti
pendekatan praktis.
2.4 Peran Keluarga dalam Penatalaksanaan Penyakit Infeksi : Tuberkulosis
Peran keluarga sesuai dengan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan
salah satunya adalah memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
misalnya keluarga mengingatkan/ memonitor waktu minum obat, mengontrol
persediaan obat, mengantarkan penderita kontrol, memisahkan alat-alat penderita
dengan anggota keluarga yang lain, meningkatkan kesehatan lingkungan pederita, dan
pemenuhan kebutuhan psikologis agar penderita tidak merasa terisolir dalam
lingkungannya. (Friedman dalam Widiastuti, 2009)
Mengawasi keteraturan minum obat penderita TB paru diperlukan peran
penting keluarga sebagai unit terdekat dengan penderita, sehingga pengetahuan dan
persepsi keluarga tentang TB paru yang meliputi: pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, cara penularan, cara perawatan dan pengobatan, serta cara pencegahan TB paru
sangat diperlukan oleh keluarga agar mendukung dalam proses penyembuhan
penderita TB paru dalam keluarga.
Banyak kasus di masyarakat, masih banyak orang yang tidak mengerti bahwa
penyakit tuberculosis paru adalah penyakit menular, hal ini menyebabkan sebagian
besar masyarakat tidak mengetahui penderita tuberculosis paru ada di sekitarnya.
Penderita sendiri terkadang malas berobat atau tidak tuntas menyelesaikan
pengobatannya. Pada hal paling berbahaya adalah orang dewasa positif menderita
tuberculosis paru. Peran keluarga dalam hal ini memberi motivasi penderita untuk
berobat dan tidak bosan minum obat. Fenomena yang lain keluarga biasanya
menyiapkan obat agar penderita tidak lupa minum obat.
Peran keluarga akan sangat berarti bagi penderita, dengan pemberian semangat
dari orang-orang yang berada di sekitar penderita secara tidak langsung memberikan
dukungan psikologis yang pada akhirnya akan meningkatkan daya tahan tubuh
sehingga meningkatkan status kesehatan. Dukungan sosial dari semua orang yang
berada di sekitar penderita TB paru sangatlah penting dan berdampak terhadap
kesembuhan penderita. Eksembuhan pernderita TB paru biasanya mengalami
hambatan atau kegagalan oleh karena kurangnya perhatian dan dukungan sosial dari
keluarga. Akan tetapi berdasarkan kenyataan di masyarakat banyak keluarga yang
anggota keluarganya menderita TB paru malah disingkirkan, mereka tidak peduli
dengan kesembuhan penderita.

15
BAB 3
ASUHAN KEPERWATAN

Tn A berumur 55 tahun tinggal di rumah permanen yang beralamat di Kelurahan


Mulyorejo RT 01 RW 02. Tn A tinggal bersama istrinya yaitu Ny B yang berumur 45
tahun dan seorang anak Sdr R yang berumur 17 tahun dan sekarang duduk di bangku
SMA. Tn A bekerja sebagai seorang kuli bangunan, pendidikan terakhir SMA sedangkan
Ny B hanya seorang ibu rumah tangga dan pendidikan terakhir SMP. TN A mengeluh
selama 2 bulan terakhir mengalami batuk bedahak yang tidak kunjung sembuh meskipun
Tn A sudah mengkonsumsi obat-obatan yang dibeli di toko kelontong sekitar rumahnya,
dan terkadang pada dahak Tn A juga sering terdapat bercak darah. Kebiasaan yang sering
dilakukan Tn A setelah batuk adalah sering membuang dahaknya sembarangan karena Tn
A menganggap dahaknya tidak berbahaya. Tn A juga sering mengeluh nyeri dada dan
sesak nafas saat melakukan aktifitas. Tn A masih megkonsumsi rokok sampai sekarang
sebanyak satu pack dalam sehari meskipun sudah mengetahui kalau dia menderita batuk
yang tak kunjung sembuh. Tn A mengeluh tidak nafsu makan selama 2 bulan sehingga
berat badan Tn A turun dari yang semula 60 Kg menjadi 49 Kg. Setelah Tn A
memeriksakan penyakitnya di puskesmas Mulyorejo pada 31 Mei 2017 ternyata Tn A
didiagnosa oleh dokter menderita penyakit Tubekulosis Paru (TBC).

3.1 Pengkajian
A. DATA UMUM
1. Nama Keluarga (KK) : Tn. A
2. Usia : 55 tahun
3. Pendidikan : SMA
4. Pekerjaan : Kuli bangunan
5. Alamat : Kelurahan Mulyorejo RT 01 RW 02
6. Data Keluarga

Nama Puskesmas Puskesmas Mulyorejo No. Register 0095**


Nama Perawat Ns. Lili Tanggal Pengkajian 31 Mei 2017

16
17
Nama Kepala Keluarga Tn A Bahasa sehari-hari Bahasa Indonesi
Alamat Rumah & Telp Kelurahan Mulyorejo RT Yankes terdekat, Jarak Puskesmas, 1 K
01 RW 02
Pekerjaan Kuli bangunan Alat transportasi Motor dan angk
umum
Agama & Suku Islam & jawa Status Kelas Sosial Menengah keba
DATA ANGGOTA KELUARGA
No Nama Hub Umur JK Suk Pendidi Pekerjaan Status Gizi TTV S
dgn KK u kan Saat Ini (TB, BB, (TD, N, S, P) Im
Terakhi BMI) si
r
1. Tn A KK 55 thn L jawa SMA Kuli 170/49/16,95 TD : 120/80 T
bangunan mmHg le
N : 70 x /
menit
S : 36C
P : 27 x /
menit
2. Ny B Istri 45 thn P jawa SMA IRT 156/52/21,36 TD : 120/90 T
mmHg le
N : 80 x /
menit
S : 36C
P : 19 x /
menit
3. Sdr R Anak 17 thn L jawa SMP Pelajar 159/45/17,85 TD : 100/60 le
SMA mmHg
N : 76 x /
menit
S : 36.5C
P : 18 x /
menit
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Al
Saat ini
1. Tn A Tidak ada Sakit (TBC) Tidak ada
2. Ny B Tidak ada Sehat Tidak ada
3. Sdr R Tidak ada Sakit Tidak ada
7. Genogram

18
Keterangan:
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Tinggal dalam satu rumah

: Sakit

8. Tipe keluarga
Keluarga Tn. A merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, 1 orang
anak.
9. Budaya
a) Suku bangsa
Keluarga Tn. A termasuk dalam suku bangsa jawa
b) Bahasa yang digunakan
Bahasa komunikasi yang digunakan oleh keluarga Tn. A adalah bahasa
jawa dan bahasa indonesia
c) Pantangan
Tn. A mengatakan keluarga tidak mempunyai pantangan apapun yang
berkaitan dengan masalah keluarga, hanya saja sebagai pemeluk
Agama Islam keluarga tidak makan jenis makanan tertentu yang
diharamkan oleh agama seperti daging babi dan anjing. Ny. B
mengatakan keluarga tidak mempunyai alergi terhadap makanan
tertentu
d) Kebiasaan budaya yang berhubungan dengan masalah kesehatan
Keluarga Tn. A adalah penduduk jawa asli, menurut Ny. B tidak ada
adat istiadat yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan
10. Agama
a) Kegiatan keagamaan rutin di rumah
Keluarga Tn. A semua beragama Islam. Setiap anggota keluarga taat
melakukan ibadah sholat 5 waktu baik secara bersama-sama maupun
sendiri.
b) Kegiatan keagamaan rutin di masyarakat
Di lingkungan rumahnya terdapat kegiatan keagamaan (pengajian)
setiap hari Kamis malam, namun Ny. B mengatakan jarang mengikuti
kegiatan pengajian karena banyaknya pekerjaan.
11. Status sosial ekonomi keluarga
a) Pekerjaan anggota keluarga
Tn. A bekerja sebagai kuli bangunan dan Ny. B bekerja sebagai Ibu
rumah tangga. Tn. A pergi bekerja mulai jam 08.00 sampai pukul 16.00
WIB. Ny. B sebagai ibu rumah tangga yang mempunyai kebiasaan

19
rutin seperti memasak, mencuci dan melakukan pekerjaan rumah
lainnya termasuk merawat anak.
b) Penghasilan anggota keluarga
Penghasilan keluarga perbulannya kurang lebih antara Rp. 1.000.000,-
sampai Rp. 2.000.000,-. Dilihat dari banyaknya pengasilan keluarga
Tn. A termasuk dalam tingkatan ekonomi menengah kebawah.
c) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Penghasilan rata-rata keluarga perbulan dianggap cukup untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan anaknya dan kebutuhan hidup sehari-
hari.
12. Kebutuhan rekreasi
a) Rekreasi yang digunakan dalam rumah
Keluarga Tn. A jarang menggunakan waktu luang untuk mengobrol,
karena setelah pulang bekerja Tn A langsung beristirahat.
b) Rekreasi yang dilakukan di luar rumah
Ny. B mengatakan tidak mempunyai jadwal tertentu untuk melakukan
rekreasi ataupun keluar rumah karena kesibukan masing-masing
anggota keluarga dan keterbatasan penghasilan keluarga.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahapan perkembangan keluarga
a) Tahapan perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. A sekarang pada tahap perkembangan keluarga anak
remaja. Tn. A dan Ny. B juga masih berkomunikasi untuk
mempertahankan keintiman pasangan, keluarga juga telah mencoba
mensosialisasikan anak dengan lingkungan sekitar dan juga memenuhi
kebutuhan fisik anggota keluarga.
b) Tugas perkembangan keluarga saat ini
Tugas perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga sudah
memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab,
mempertahankan hubungan intim dalam keluarga, mempertahankan
komunikasi terbuka antara anak dan orang tua dan mempersiapkan
perubahan sistem peran dn peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
2. Tugas tahapan perkembangan keluarga yang belum tercapai
Tugas perkembangan yang seharusnya dilalui keluarga saat ini keluarga
merasa sudah terpenuhi, walaupun banyaknya masalah yang timbul kadang
kurang dirasakan oleh keluarga, hanya saja keluarga merasa perlu
mempertahankan apa yang sudah ada untuk pengalaman keluarga melangkah
ke proses berikutnya.
3. Riwayat keluarga inti
Tn. A dan Ny. B menikah pada tahun 1999 dan dikaruniai satu anak yaitu Sdr
R semua tinggal satu rumah bersama dengan Tn. A dan Ny. B. Dalam keluarga
Tn A, penyakit yang sedang diderita adalah batuk yang sudah diderita oleh Tn
A selama 2 bulan yang tak kunjung sembuh. Saat ada salah satu anggota
keluarga yang sakit dan dinilai sudah cukup mengganggu, maka anggota
20
keluarga yang lain akan mengantarkannya ke puskesmas terdekat untuk
berobat.
4. Riwayat kelurga sebelumnya
a) Riwayat hubungan keluarga
Tn. A merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara dan menikah dengan Ny.
B yang merupakan anak ke-1 dari 2 bersaudara. Hubungan antara
keluarga baik, keluarga mengatakan saling bantu-membantu karena
mereka merasa saling membutuhkan untuk menuju kebaikan.
b) Konflik antar keluarga pasangan
Antara keluarga pasangan jarang terjadi konflik, apabila terjadi suatu
konflik selalu dimusyawarahkan antar anggota keluarga. Pengambil
keputusan adalah Tn. A sebagai kepala rumah tangga.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
a) Status rumah
Merupakan rumah milik sendiri. Jenis bangunan permanen, berukuran
15 x 10 m2, yang terdiri dari: 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 3 kamar
tidur, 1 kamar mandi dan dapur.
b) Keadaan rumah
Lantai rumah Tn A masih terbuat dari tanah, ruang tamu dan tempat
tidur cukup bersih dan namun tampak barang-barang disekitarnya
berserakan. Ruang tamu tidak memiliki jendela. Tidak semua ruangan
terdapat ventilasi langsung sebagai pintu keluar masuk sinar matahari.
Keadaan rumah kurang terang, terlalu sempit dan lembab karena sinar
matahari dan udara tidak bisa keluar masuk secara bebas.
c) Kebiasaan keluarga dalam perwatan rumah
Kebersihan rumah adalah tanggung jawab semua anggota keluarga,
dimana seluruh anggota keluarga mempuyai tugas dan tanggung jawab
masing-masing dalam kebersihan rumah.
d) Sistem pembuangan sampah
Dalam keluarga Tn. A sampah keluarga di tampung di dalam tas plastik
kemudian di buang ke penampungan umum dan bersama-sama warga
yang lain membakar sampah tersebut setelah penuh.
e) Sistem drainase air
Keluarga memiliki selokan untuk membuang limbah keluarga. Selokan
tersebut mengalir ke daerah yang lebih rendah dan dalam keadaan
terbuka lancar.
f) Penggunaan jamban
Jenis jamban yang digunakan keluarga adalah leher angsa dengan
pembuangan tinja septic tank, jarak antara jamban dengan sumber air
lebih dari 10 meter.
g) Kondisi air
Keluarga memakai sumber air dari sumur untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari. Keluarga memiliki tempat penampungan air dalam

21
keadaan tertutup. Kondisi air yang digunakan tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau.
h) Pengetahuan keluarga mengenal masalah kesehatan yang berkaitan
dengan lingkungan
Keluarga menganggap kesehatan adalah harta yang paling berharga.
Keluarga mengatakan lingkungan yang bersih jauh dari penyakit,
sedangkan lingkungan yang kotor akan dekat dengan penyakit.
Kebersihan lingkungan sangat dijaga oleh keluarga.
2. Alat transportasi yang biasa digunakan
Sepeda motor dan angkutan umum
3. Faktor pendukung keluarga
Faktor pendukung yang terdapat dalam keluarga Tn. A adalah keluarga yang
tinggal berdekatan dengan keluarga Tn. A, sering ada saudara yang datang
dengan membawa makanan jika ada acara atau sekedar ingin berkunjung.

D. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi yang digunakan keluarga adalah pola komunikasi terbuka,
setiap anggota keluarga mempunya hak untu-k berbicara dan menyampaikan
pendapatnya.
2. Struktur kekuatan keluarga
Pada keluarga keputusan yang diambil adalah hasil musyawarah bersama.
Namun pengambilan keputusan tetap berada pada tangan Tn. A dengan
mempertimbangkan masukan setiap anggota keluarganya.

E. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
Tn. A dan Ny. B sangat menyayangi dan memperhatikan keluarga, mencari
nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan saling menjaga perasaan
antar anggota keluarga. Berusaha mendidik anaknya agar selalu menghormati
orang tua, membantu sesama, disiplin dalam segala hal, menyayangi sesama
anggota keluarga dan menjaga nama baik keluarga.
2. Fungsi sosial
Keluarga Tn. A mengatakan bahwa cara menanamkan hubungan interaksi
sosial pada anaknya dengan tetangga dan masyarakat yaitu dengan
membiarkan anaknya bermain dengan teman sebayanya di sekolah dan di
lingkungan rumah.
3. Fungsi perawatan kesehatan
a) Mengenal masalah
Saat dikaji semua keluarga dalam keadaan sehat, kecuali Tn A sedang
sakit batuk yang tak kunjung sembuh dan sudah di diagnose
mengalami TBC, namun dengan keadaanya tersebut Tn A tetap bekerja
untuk mencukupi kebutuhan anggota keluarganya. Tn A juga sering
mengeluh nyeri dada dan sesak napas saat bekerja, terkadang kalau Tn
A terlalu kecapekan Tn A juga sering demam pada malam hari.
b) Mengambil keputusan

22
Keluarga Tn. A sudah mampu mengambil keputusan untuk mengatasi
masalah kesehatan yang terjadi. Hal tersebut dapat dilihat dari cara
menangani apabila ada anggota keluarga yang sakit, mereka akan
membawa anggota keluarga yang sakit ke puskesmas terdekat atau
membeli obat ke apotik,.
c) Merawat anggota keluarga yang sakit
Keluarga mengatakan apabila ada anggota keluarga yang sakit maka
mereka akan merawat dan memperhatikannya dengan baik. Ny. B
mengatakan merawat Tn A di rumah saja dan terkadang membawa Tn
A ke puskesmas terdekat apabila sakit yang dialami dirasa menggangu
atau sudah waktunya kontrol ke puskesmas. Keluarga mengatakan
sudah 2 bulan Tn A mengalami batuk berdahak yang kadang disertai
bercak darah pada sekretnya. Pada tanggal 31 Mei 2017 Tn.A di
diagnose mengalami TBC.
d) Memelihara/memodifikasi lingkungan
Keluarga belum tau cara memodifikasi lingkungan nyang sesuai, hal
ini terbukti bahwa pada rumahnya masih belum ada ventilasi yang
adekuat dan masih banyak barang barang berserakan.
4. Fungsi ekonomi
Dalam keluarga Tn. A yang bekerja adalah Tn. A, Penghasilan perbulannya
kurang lebih Rp. 2.000.000 dan itu sudah dianggap mencukupi kebutuhan
hidup sehari-hari keluarga.

F. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor jangka pendek
Ny. B mengatakan merasa sedikit khawatir pada keadaan Tn A karena
penghasilan keluarga satu-satunya hanya didapat bersumber dari penghasilan
tn.A. Ny B takut kalau sewaktu-waktu Tn A jatuh sakit parah maka saipa yang
akan mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga.
2. Kemampuuan berespon terhadap stressor
Apabila ada masalah yang sangat berat maka keluarga akan memecahkannya
secara bersama-sama, dibicarakan bersama kemudian dicari jalan keluar yang
terbaik.
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga lebih senang berunding bersama untuk memecahkannya atau
meminta pendapat pada orang yang dinilai keluarga lebih paham.
4. Harapan keluarga pada perawat
Keluarga berharap bisa diberikan informasi kepada mereka tentang hal-hal
yang berhubungan dengan kesehatan, baik itu untuk kesehatan tentang
tuberkulosis paru, cara merawat Tn A yang tepat ataupun yang lainnya.
Keluarga mengatakan ingin mendapatkan berbagai informasi mengenai
kesehatan demi menjaga kesehatan seluruh anggota keluarganya.

23
G. AKTIVIAS KEHIDUPAN SEHARI-HARI ANGGOTA KELUARGA
1. Nutrisi
Komposisi makanan pada keluarga Tn. A terdiri dari mkaanan pokok yaitu
nasi, sayur mayur dan lauk pauk nabati selalu ada dan lauk pauk hewani
jarang, susu dan buah juga tidak pernah. Tidak ada alergi atau pantangan
terhadap makanan tertentu.
2. Intake cairan
Anggota keluarga Tn. A minum 7-8 gelas/hari. Sumber air minum didapat dari
air yang dimasak.
3. Personal hygiene
Keluarga mengatakan mempunyai kebiasaan mandi 2 kali sehari, cuci rambut
maksimal 3 hari sekali dan gosok gigi pada waktu mandi.
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria
2. Menerima yankes sesuai rencana 1& 2
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar Kemandirian II : Jika memenuhi kriteria
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran 1 s.d 5
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria
anjuran 1 s.d 6
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria
aktif 1 s.d 7
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV

H. PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU


Anggota Keluarga 1 2 3
Nyeri spesifik: - -
Lokasi Dada - -
Tipe - - -
Durasi - - -
Intensitas - - -
Status mental: 1 2 3
Bingung - - -
Cemas - - -
Disorientasi - - -
Depresi - - -
Menarik diri - - -
Sistem integumen: 1 2 3
Cianosis - - -
Akral Dingin - - -

24
Diaporesis - - -
Jaundice - - -
Luka - - -
Mukosa mulut kering - -
Kapiler refil time lebih 2 - - -
detik
Sistem Pernafasan: 1 2 3
Stridor - - -
Wheezing - - -
Ronchi - -
Akumulasi sputum - -
Sistem perkemihan: 1 2 3
Disuria - - -
Hematuria - - -
Frekuensi - - -
Retensi - - -
Inkontinensia - - -
Sistem muskuloskeletal: 1 2 3
Tonus otot kurang - - -
Paralisis - - -
Hemiparesis - - -
ROM kurang - - -
Sistem pencernaan: 1 2 3
Intake cairan kurang - - -
Mual/muntah - - -
Nyeri perut - - -
Muntah darah - - -
Flatus - - -
Distensi abdomen - - -
Colostomy - - -
Diare - - -
Konstipasi - - -
Bising usus 12x 13x 15x
Terpasang Sonde - - -
Sistem persyarafan: 1 2 3
Nyeri kepala - - -
Pusing - - -
Tremor - - -
Reflek pupil anisokor - - -
Paralisis : Lengan kiri/ - - -
Lengan kanan/ Kaki kiri/
Kaki kanan
Anestesi daerah perifer - - -
Riwayat pengobatan: 1 2 3
Alergi Obat - - -
Jenis obat yang Ekspe - -
dikonsumsi ktoran

25
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan 1 2 3
Uji sputum:
1. Fisik Kental, - -
berwarna
hijau
2. (SPS BTA)
+++ - -

3.2 Analisa Data


No Data Diagnosa keperawatan
1. Data subjektif: Kurang pengetahuan
- Tn.A dan keluarga mengaku belum mengetahui
dengan jelas tentang penyakit dan cara penanganan
yang lebih lanjut mengenai penyakit yang diderita
oleh Tn.A yaitu TBC
- Ny. B mengaku khawatir apabila penyakit Tn.A
semakin parah dan tidak bisa bekerja untuk
memenuhi kebutuhan keluarga

Data objektif:
- -

2. - Data Subyektif: Ketidakefektifan pengelolaan


- Tn A mengeluh batuk selama 2 bulan yang tidak kesehatan keluarga
kunjung sembuh
- Tn A mengatakan sering membuang dahaknya
sembarangan karena menganggap tidak berbahaya
- Tn A mengatakan mengkonsumsi sudah obat batuk
di toko obat tapi batuknya tidak kunjung sembuh
- Tn. A mengatakan suka merokok walaupun sedang
batuk
- Keluara tidak menganjurkan Tn.A untuk berhenti
dari kebiasaan merokok
- Data Obyektif:
- Sebelum periksa ke puskesmas, Tn.A
mengkonsumsi obat yang dibeli di toko kelontong
3x1 hari selama 2 bulan

3.3 Diagnosa Keperawatan


1. Kurang pengetahuan
2. Ketidakefektifan pengelolaan kesehatan keluarga (00080)
26
3.4 Penetapan Prioritas Masalah
1. Kurang pengetahuan
No Kriteria Skor Bobot Scoring
1 Sifat masalah: 3/3 x 1 = 1
Aktual 3
1
Risiko 2
Wellness 1
2 Kemungkinan masalah dapat 2/2 x 2 = 2
diubah: 2
Mudah 1 2
Sebagian 0
Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk dicegah: 3/3 x 1 = 1
Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah: 0/2 x 1 = 0
Segera 2
1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Jumlah 4

2. Ketidakefektifan pengelolaan kesehatan keluarga


No Kriteria Skor Bobot Scoring
1 Sifat masalah: 3/3 x 1 = 1
Aktual 3
1
Risiko 2
Wellness 1
2 Kemungkinan masalah dapat x2=1
diubah: 2
Mudah 1 2
Sebagian 0
Tidak dapat
3 Potensi masalah untuk dicegah: 2/3 x 1 = 2/3
Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
4 Menonjolnya masalah: 2/2 x 1 = 1
Segera 2
1
Tidak perlu 1
Tidak dirasakan 0
Jumlah 3 2/3

3.5 Intervensi Keperawatan


27
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Kurang Setelah dilakukan tindakan Health Education (5510)
pengetahuan keperawatan 1x24 jam 1. Targetkan kelompok
pengetahuan klien dan beresiko tinggi
keluarga tentang penyakit 2. Tentukan pengetahuan
dapat bertambah, dengan kesehatan terkini dari
kriteria hasil: perilaku gaya hidup
Knowledge: Health Promotion individu atau keluarga
(1823) 3. Libatkan keluarga dalam
1. Perilaku yang perencanaan dan
meningkatkan kesehatan pelaksanaan rencana
(4) modifikasi gaya hidup atau
2. Strategi untuk mengelola modifikasi perilaku
stress (3) kesehatan (batuk efektif
dan cara membuang
dahaknya yang benar)
** Cara batuk efektif:
a. Ambil napas dalam
melalui hidung
b. Tahan selama 2 detik
sambil
mengkontraksikan otot-
otot ekspirasi
c. Buka mulut dan
batukkan melalui
ekshalasi.
4. Tekankan pentingnya gaya
hidup sehat seperti nutrisi
dengan gizi seimbang,
olahraga, dan kebiasaan
yang harus dihindari
Teaching:
Procedure/Treatment (5618)
1. Informasikan kepada klien
dan keluarga tentang kapan
dan dimana prosedur
perawatan akan dilakukan
2. Informasikan kepada klien
dan keluarga tentang
berapa lama prosedur
pengobatan akan dilakukan
3. Jelaskan setiap prosedur
perawatan yang akan
dilakukan
4. Ajak klien dan keluarga
28
untuk berpartisipasi dan
bekerja sama selama
prosedur perawatan
dilakukan
5. Libatkan keluarga dalam
prosedur perawatan
2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Family Involvement Promotion
pengelolaan keperawatan 2x24 jam (7110)
kesehatan keluarga pengelolaan kesehatan 1. Identifikasi kemampuan
keluarga dapat efektif, dengan anggota keluarga dalam
kriteria hasil: perawatan klien
Family Health Status (2606) 2. Dorong anggota keluarga
1. Kesehatan fisik anggota dank lien untuk membantu
keluarga (4) rencana perawatan
2. Kondisi rumah yang sesuai 3. Pantau keterlibatan anggota
(2) keluarga selama rawat inap
3. Persediaan makanan yang atau perawatan jangka
bergizi (3) panjang yang dijalani oleh
4. Perawatan kesehatan yang klien
tepat (1) 4. Berikan infomasi penting
kepada anggota keluarga
tentang keadaan yang
dialami oleh klien
5. Informasikan kepada
keluarga faktor-faktor yang
dapat meningkatkan
kemampuan klien
6. Dorong keluarga untuk
menjaga dan
mempertahankan hubungan
keluarga

29
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterim tuberculosis yang dapat menyerang kepada semua
kelompok masyarakat, terlebih bagi masyarakat yang hidup di daerah padat
penduduk dengan kebersihan lingkungan yang minimal. Penyebaran penyakit
ini dapat terjadi melalui udara, sehingga siapapun yang sedang dalam keadaan
tubuh kurang fit dapat menjadi host bagi perkembangan bakteri tuberkulosis.
Keluarga sebagai kelompok terdekat individu memiliki tanggung jawab
untuk melakukan penemuan masalah dan kemudian memantau proses
penatalaksanaan dari penyakit tuberkulosis. Pada penderita tuberkulosis
terdapat 2 fase penatalaksanaan, yakni fase intensif dimana pasien harus rutin
mengkonsumsi obat anti tuberkulosis (OAT) selama 2-3 bulan, kemudian
pada fase lanjutan pasien harus tetap mengkonsumsi obat selama 4-7 bulan.
Dalam fase-fase ini apabila pasien tidak disiplin dalam mengonsumsi obat,
maka kemungkinan terburuknya adalah pasien akan jatuh pada keadaan MDR
(Multi Drug Resistance). Dengan demikian, keluarga diharapkan benar-benar
memahami mengenai penyakit, proses penularan, pencegahan dan
penatalaksanaan penyakit tuberkulosis secara cermat sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam peran dan fungsi keluarga dalam kesehatan anggota
keluarganya.

4.2 Saran
Dengan ini kami sebagai penyusun makalah menyarankan kepada
seluruh anggota keluarga untuk :
1. Mengenali setiap perubahan kesehatan yang terjadi pada anggota
keluarganya
2. Segera mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
3. Memberikan perawatan kepada keluarga yang sakit.
4. Memodifikasi lingkungan untuk mencegah terjadinya penularan dan
perkembangbiakan masalah yang telah terjadi sebelumnya.
5. Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara tapat untuk melakukan
tindakan kesehatan yang lebih intensif.

30
DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin dan Christantie Effendy. 2004. Keperawatan Medikal
Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Peranapasan. Jakarta: EGC

Bulechek, Gloria M, Howard K. Bucher, and Joanne Mc.Closkey Doctherman.


2014. Nursing Intervention Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby

Efendi Ferry ,Makhfudli .2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan


Praktol dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Media

Friedman, Marilyn M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori


Dan Praktek. Jakarta : EGC

Herdman, T.H. and Kamitsuru. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis :


Definition & Classification, 2015-2017. Oxford: Willey Blackwell

Jhonson, R & Leni, R. (2010). Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha


Medika.

Moorhead, Soe, Marion Jhansen, Merrydean L. Maas, N Elisabeth Swanson.


Nursing Outcome Classification (NOC) Measurement of Health Outcome
Fifth Edition. Elsevier

Muttaqin Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pernapasan.


Penerbit Salemba Medika

Potter & Perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 942:2005

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2016. Tuberkulosis. Jakarta

Widiastuti, Retno dan Yuli Isnaeni. 2009. Peran Keluarga dalam Merawat
Anggota Keluarga yang Menderita Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Wirobrajan Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah Yogyakarta

Wildani Andi Amalia. 2013. Asuhan Keperawtan Keluarga dengan


Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas pada Tuberkulosis Paru Lansia di
RT 06/RW 01 Kelurahan Cisalak Pasar Kecamatan Cimanggis Kota
Depok. Universitas Indonesia

31

You might also like