You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud
Praktikan dapat mengenal dan menganalisa morfologi bentuk lahan
denudasional.
Praktikan dapat mengenal dan menganalisa macam-macam bentuk lahan
denudasional serta faktor pengontrolnya

1.2 Tujuan
Dapat mengetahui macam-macam gerakan tanah dilapangan
Dapat mengetahui faktor-faktor penyebab gerakan tanah

1.3 Waktu Dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Pendahuluan
Waktu : Selasa, 8 Maret 2016
Pukul : 18.30 - 21.00 WIB
Tempat : Laboratorium Paleontologi, Geologi foto dan Geooptik,
Gedung Pertamina Sukowati.
Lapangan Pertama
Waktu : Kamis, 10 Maret 2016
Pukul : 12.30 15.30 WIB
Tempat : Daerah Gunung Pati, Semarang.
Lapangan Kedua
Waktu : Minggu, 13 Maret 2016
Pukul : 07.00 08.30 WIB
Tempat :Daerah Gunung Pati, Semarang.

1
BAB II
HASIL DESKRIPSI

2.1. STA 1
Lokasi : Daerah Gunung Pati,Ungaran, Semarang
Cuaca : Mendung
Waktu dan Tanggal : 12.30 WIB , 10 Maret 2016

Gambar 2.1 STA 1 Longsor Tanah

Kesampaian daerah : Berangat dari Tembalang Pukul 11.45 WIB


dengan mengendarai motor selama kurang lebih 30
menitmenuju daerah gunung pati. Kami sampai di
STA 1 pada Pukul 12.29 WIB
Bentuk Lahan : Denudasional
Morfologi : Tebing
Dimensi : Panjang = 5 meter , Tinggi = 5 meter
Litologi : Tanah 70% Batuan 30%
Tingkat Pelapukan : Lapuk Tinggi ( Dackombe & Gardiner, 1983)

2
Kondisi Produk : Tanah gembur dengan kelembapan tinggi
Slop : 65o
Vegetasi : Semak,pohon pisang,pohon jati
Tataguna Lahan : Perkebunan
Potensi Positif : Lahan Perkebunan
Potensi Negatif : Longsor
Jenis Gerakan Tanah : Longsor Tanah (Summerfield,1991)

3
2.2. STA 2
Lokasi : Daeerah Gunung Pati,Ungaran, Semarang
Cuaca : Mendung
Waktu dan Tanggal : 13.10 WIB , 10 Maret 2016

Gambar 2.2 STA 2 Runtuhan Tanah

Kesampaian Daerah : Dari STA 1 kami berjalan menuju arah utara


menggunakan sepeda motor, perjalanan ditempuh
kira-kira sekitar 10 menit.Kami sampai pada STA
2 jam 13.10 WIB
Bentuk Lahan : Denudasional
Morfologi : Tebing
Dimensi : Panjang = 6 meter , Tinggi = 10 meter
Litologi : Batuan 30% Tanah 70%
Tingkat Pelapukan : Lapuk tinggi ( Dackombe & Gardiner, 1983)
Kondisi Produk : Tanah Gembur dengan kelembaban cukup tinggi
Slope : 85o
Vegetasi : Semak, pohon jati,pohon mahoni

4
Tataguna Lahan : Perkebunan
Potensi Positif : Lahan Perkebunan
Potensi Negatif : Longsor
Jenis Gerakan Tanah : Runtuhan Tanah (Summerfield,1991)

5
2.3. STA 3
Lokasi : Daerah Gunung Pati,Ungaran,Semarang
Cuaca : Mendung
Waktu dan Tanggal : 13.32 WIB , 10 Maret 2016

Gambar 2.3 STA 3 Runtuhan Batuan

Kesampaian Daerah : Kita menempuh Perjalanan dengan motor selama


kurang lebih 5 menit dari STA 2 menuju STA 3
Bentuk Lahan : Denudasional
Morfologi : Tebing
Dimensi : Panjang = 10 meter Tinggi = 20 meter
Litologi : Batuan 65% Tanah 35%
Warna Material : Abu-abu kecoklatan
Slope : 85o
Tingkat Pelapukan : Lapuk sedang ( Dackombe & Gardiner, 1983)

6
Kondisi Produk : Didominasi oleh massa batuan dengan
assosiasi tanah hasil pelapukan
Vegetasi : Semak,pohon jati,pohon perdu
Tataguna Lahan : Tambang Batu
Potensi Positif : Area Tambang
Potensi Negatif : Longsor
Jenis Gerakan Tanah : Runtuhan Batuan(summerfield,1991)

7
2.4. STA 4
Lokasi : Daerah Gunung Pati,Ungaran,Semarang
Cuaca : Cerah
Waktu dan Tanggal : 07.00 WIB , 13 Maret 2016

Gambar 2.4 STA 4 Kompleks

Kesampaian Daerah : Pada hari minggu dari tembalang menggunakan


sepeda motor pukul 07.00 WIB menuju Gunung
Pati pejalanan ditempuk kira-kira sekitar 30 menit
Bentuk Lahan : Denudasional
Morfologi : Dataran landai
Dimensi : Panjang = 6 meter,Tinggi=7 meter
Litologi : Tanah 70% Batuan 30%

8
Tingkat Pelapukan : tinggi ( Dackombe & Gardiner, 1983)
Vegetasi : Semak
Tataguna Lahan : Jalan
Potensi Positif :-
Potensi Negatif : Jalan Rusak
Jenis Gerakan Tanah : Kompleksitas (summerfield,1991)

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 STA 1
Pada lokasi pengamatan pertama, lokasinya bertempat di Daerah sekitar
Gunung Pati,Ungaran,Semarang. Kesampaian daerah lokasi pengamatan yang
pertama dapat ditempuh sekitar 30 menit perjalanan dari Daerah Tembalang
dengan menggunakan sepeda motor menuju didaerah Gunung Pati dan
sampai pada STA 1 pada pukul 12.29 WIB
Pada daerah yang kami amati,merupakan daerah yang memiliki
morfologi berupa tebing dengan dimensi 5x5meter.Pada daerah ini singkapan
yang pertama memiliki kondisi sudah terlapukan dengan kondisi kelapukan
yang sangat tinggi dan terdapat pula bagian dari singkapan ini yang telah
ditumbuhi vegetasi berupa semak dan rerumputan. Pada daerah ini
mempunyai keadaan singkapan berupa litologi Tanah 70% dan Batuan 30%
dengan kondisi produk yang tanah gembur dan kelembaban tinggi. Singkapan
yang kami amati memiliki derajat kelerengan 65o ,lalu vegetasi yang ada
disingkapan tersebut berupa semak-semak,pohon pisan dan pohon jati.Tata
guna lahannya dapat untuk perkebunan dan potensi positif nya lahan
perkebunan dan potensi negatifnya yaitu terjadinya longsor.
Pada lokasi singkapan ini berada di dataran tinggi dan kenampakannya
berbentuk tebing dan karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah
maka terjadi longsor tanah.Longsor tanah ini terjadi karena adanya faktor
pendorong yang mempengaruhi material itu sendiri dan juga adanya fakor
pemicu yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.Tapi penyebab
utama dari longsoran tanah yaitu karena grafitasi yang mempengaruhi suatu
lereng yang curam.

10
Gambar 3.1 Longsoran Tanah
Pada singkapan ini longsoran tanah terjadi apabila gaya pendorong
lereng lebih besar daripada gaya penahan.Gaya penahan biasanya
dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng ,air,beban serta jenis tanah
batuan.Proses terjadinya air meresap ke tanah akan menambah bobot
tanah.lalu jika air tersebut menembus sampai ketanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir,makatanah menjadi licin dan tanah
pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti lereng dan luar lereng.

3.2 STA 2
Pada lokasi pengamatan kedua, bertempat berada di sekitar daerah
Gunung pati,Ungaran,Semarang. Kesampaian daerah lokasi pengamatan yang
kedua yang bertempat di daerah Gunung Pati ditempuh dengan menggunakan
motor dalam waktu kira-kira sekitar 10 menit,dan kami sampai pada STA ke2
pada pukul13.10 WIB.
Pada singkapan tersebut merupakan daerah yang mempunyai morfologi
berupa tebing yang mempunyai dimensi 6x10meter dan memiliki slope 85o
Pada singkapan ini memiliki keadaan singkapan berupa litologi yang
memiliki presentase Batuan 30% dan Tanah 70% dan memiliki tingkat

11
kelapukan yang sangat tinggi berdasarkan Dackombe & Gardiner,1983
kondisi produknya tanah yang gembur dengan kelembaban cukup tinggi
.Vegetasi yang terdapat di singkapan tersebut yaitu pohon jati,pohon mahoni
dan semak .Tataguna lahannya untuk perkebunan dan potensi positifnya
untuk perkebunan dan potensi negatifnya longsor.

Gambar 3.2 STA 2 Runtuhan Tanah

Pada STA 2 ini bentuklahannya memiliki slope yang sangat terjal yaitu
mencapai sudut kemiringan 85 dan litologinya berupa Tanah berwarna
merah dengan tingkat pelapukannya yang sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat
dari batuan yang sudah sangat lapuk dan yang ada pada sekitaran
bentuklaan yang telah mengalami runtuhan. Berdasarkan slope, litologi dan
tingkat pelapukan penyusunnya tersebut, dapat di interpretasikan bahwa
pada bentuklahan di STA 2 ini termasuk kedalam jenis gerakan tanah berupa
runtuhan dan tepatnya runtuhan Tanah, karena material penyusunya Tanah.

Di daerah sekitaran bentuklahan ini terdapat pepohonan seperti pohon


pisang dan ilalalang. Tata penggunaan lahan dati daerah STA 2 ini adalah

12
sebagai lahan perkebunan untuk manfaat negatifnya dan dampak negatif
nya dapat menimbulkan longsor.

3.3 STA 3
Pada lokasi pengamatan ketiga, berlokasi di sekitar daerah Gunung
Pati,Ungaran,Semarang. Kesampaian daerahnya menempuh perjalanan
menggunakan motor dari STA 2 menuju STA 3 sekitar kurang lebih 5 menit
dan sampai di STA 3 pukul 13.32 WIB.
Pada singkapan tersebut merupakan daerah yang mempunyai morfologi
berupa tebing yang mempunyai dimensi 10x20meter dan memiliki slope
80o.Pada singkapan ini memiliki keadaan singkapan berupa litologi yang
memiliki presentase Batuan 65% dan Tanah 35% dan memiliki tingkat
kelapukan yang sedang berdasarkan Dackombe & Gardiner,1983.Kondisi
produknya didominasi oleh massa batuan dengan assosiasi tanah hasil
pelapukan.Vegetasi yang terdapat di singkapan tersebut yaitu pohon
jati,pohon perdu dan semak .Tataguna lahannya untuk tambang batu dan
potensi positifnya untuk area pertambangan dan potensi negatifnya longsor.
Pada STA 3 ini bentuklahannya memiliki slope yang terjal yaitu mencapai
sudut kemiringan 80 dan litologinya berupa batuan piroklastik dengan
tingkat pelapukannya kisaran yang sedang. Hal ini dapat dilihat dari batuan
yang ada pada sekitaran bentuklahan yang telah mengalami runtuhan.
Berdasarkan slope, litologi dan tingkat pelapukan penyusunnya tersebut,
dapat di interpretasikan bahwa pada bentuklahan di STA 3 ini termasuk
kedalam jenis gerakan tanah berupa runtuhan dan tepatnya runtuhan
batuan, karena material penyusunya masih berbentuk batuan.

13
Gambar 3.3 STA 3 Runtuhan Batuan

Di daerah sekitaran bentuklahan ini terdapat pepohonan seperti pohon


pisang dan semak. Tata penggunaan lahan dati daerah STA 3 ini adalah
sebagai lahan perkebunan untuk manfaat negatifnya dan dampak negatif
nya dapat menimbulkan longsor.

3.4 STA 4

Lokasi pengamatan yang keempat ini berada di daerah Gunung Pati


memiliki kesmpaian daerah dari Tembalang menuju Gunung Pati
menggunakan sepeda motor menempuk waktu kira-kira 30 menit dan kami
sampai pada singkapan STA 4 ini pada pukul 07.30 WIB.
Pada lokasi pengamatan singkapan ini,memiliki morfologi berupa
dataran landai dengan dimensi 6x7meter.Keadaan singkapannya memiliki
litologi yaitu berupa Tanah 70% dan Batuan 30%.Dengan tingkat pelapukan
yang tinggi menurut Dackombe&Gardiner,1983.Vegetasi yang ada pada
singkapan tersebut adalah semak-semak dan ilalang,tata guna lahannya untuk

14
jalan dan potensi positifnya tidak ada dan potensi negatifnya yaitu jalan
rusak.
Pada lokasi yang berupa jalan raya dan dengan pemukiman penduduk di
sekitarnya, dapat diindikasikan bahwa pada lokasi ini, terjadi proses denudasi
berupa gerakan tanah. Gerakan tanah yang ada pada lokasi ini, adalah berupa
rayapan tanah atau creep. Jenis gerakan ini sangat lambat dan tidak terlihat,
namun dapat dilihat dari adanya beberapa tiang listrik yang miring seperti
singkapan yang kami temui.

Gambar 3.4 STA 4 Kompleks

Gerakan tanah tersebut terjadi karena adanya proses denudasi atau


proses dimana massa tanah berusaha untuk mencapai kesetimbangan.
Gerakan tanah jenis rayapan ini tidak bisa dilihat secara langsung.

15
BAB IV

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
STA 1 berada pada daerah Gunung Pati, Ungaran, Semarang dengan
bentukan morfologi berupa Tebing dan litologi berupa tanah 70% batuan
30% yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan tinggi, serta pada
STA 1 ini terjadi longsoran tanah.
STA 2 berada pada daerah Gunung Pati, Ungaran, Semarang dengan
bentukan morfologi berupa tebing dan litologi berupa tanah 70% batuan
30% dengan tingkat pelapukan tinggi, serta pada STA 2 ini terdapat jenis
runtuhan berupa runtuhan tanah.
STA 3 berada pada daerah Gunung Pati, Ungaran, Semarang dengan
bentukan morfologi berupa tebing dan litologi berupa batuan piroklastik
yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan sedang, serta pada STA
3 ini terjadi runtuhan berjenis runtuhan batuan.
STA 4 berada pada daerah Gunung Pati, Ungaran, Semarang dengan
bentukan morfologi berupa dataran landai dan litologi tanah 70% batuan
30% yang sudah terlapukkan dengan tingkat pelapukan tinggi, serta pada
STA 4 ini dapat dilihat keterdapatan adanya jenis longsoran berupa
kompleks (creep).

6.2 Saran
Sebaiknya praktikan ditemani asisten pada saat lapangan agar dapat
membantu dan memberi ilmu kepada praktikan.
Pengamatan di lapangan sebaiknya dilakukan secara cermat serta berhati-
hati untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan data lapangan.

16
LAMPIRAN

17
18

You might also like