Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Kemajuan teknologi informasi membuka kesempatan yang luas antara politik, birokrasi dan
masyarakat. Masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam proses perencanaan, pelaksanaan
dan pengawasan kebijakan publik. Hal ini dapat dijawab dengan sistem pemerintahan berbasis
digital teknologi yang disebut dengan Electronic Government atau lebih dikenal dengan e-government.
E-government lebih dari sekedar website pada internet, melainkan mencakup fungsi yang sangat luas
termasuk suatu proses dan struktur yang memfasilitasi interaksi secara elektronik antara pemerintah
dengan masyarakat. Interaksi ini dimaksudkan untuk memudahkan dan mendorong terciptanya
demokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih transparan dan akuntabel. Dapat dikatakan
bahwa e-government mensyaratkan adanya transparansi dan efisiensi dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Solusi yang ditawarkan oleh e-government tidak sekedar memerlukan kecanggihan
dalam hal yang bersifat teknis, namun lebih luas lagi memerlukan adanya reorientasi birokrasi secara
menyeluruh terutama adanya kesadaran untuk melaksanakan tugas dan fungsi secara netral dan murni
dalam misi pelayanan publik. Perubahan teknologi akan membawa perubahan, baik perubahan yang
bersifat administratif maupun perubahan budaya. Menyadari betapa sulitnya melakukan perubahan,
maka harus diawali dengan adanya komitmen pimpinan untuk mengadopsi dan mengimplementasikan
teknologi informasi tersebut secara profesional. Satu lagi yang tidak boleh dilupakan adalah perlunya
interaksi dan sinergi yang baik antara masyarakat, swasta dan pemerintah sebagai upaya mewujudkan
pelaksanaan e-government secara optimal.
Kata Kunci: E-government, Teknologi, Birokrasi.
Abstract
Advances in information technology have opened up vast opportunities among politics, bureaucracy and society.
Communities can be involved directly in the planning, implementation and monitoring of public policies. This can be
accommodated through a system of digital-technology-based government called Electronic Government, better known
as e-government. E-government is more than just a website on the internet. It covers a very broad function including
the process and structure that facilitate all forms of electronic interaction between government and the community.
This interaction is intended to facilitate and encourage the creation of democracy and more transparent and accountable
governance. E-government requires transparency and efficiency in governance. The solution offered by e-government does
not simply require sophistication in technology; it more broadly needs bureaucratic reorientation as a whole, especially the
awareness to carry out the duties and functions neutrally and purely in the public service mission. Technological change
will bring both administrative and cultural changes. Realizing how difficult it is to change, it must begin with the leader's
commitment to adopt and implement the information technology in a professional manner. One more thing that should
not be overlooked is the need of interaction and synergy among the public, private and government in an effort to realize
the implementation of e-government optimally.
Keyword: E-government, Technology, Bureaucracy.
A. PENDAHULUAN
kompensasi kenaikan BBM. Terobosan itu adalah
Baru saja dapat kita lihat di masa penyaluran yang dibuat dengan memanfaatkan
awal Pemerintahan Presiden Joko Widodo, teknologi telekomunikasi sebagai medianya. Ide
Pemerintah melakukan rencana terobosan dalam Pemerintah tersebut disamping mengadakan
melakukan hal yang berbeda pada penyaluran kartu-kartu kesejahteraan rakyat diantaranya
dana Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebagai Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kartu Indonesia
Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera Area Network, the Internet, and mobile computing)
(KKS) juga adalah dengan membuat Kartu that have the ability to transform relations with
Simpanan Sejahtera dimana pada kartu tersebut citizens, businesses, and other arms of government.
terdapat SIM Card yang nantinya akan dijadikan Dari definisi yang sangat umum ini, dapat dilihat
media e-money atau rekening handphone. Secara bahwa e-government merujuk pada penggunaan
sederhana, dapat dijelaskan bahwa SIM teknologi informasi pada lembaga pemerintah
card tersebut berfungsi juga sebagai nomor atau lembaga publik. Tujuannya adalah agar
handphone yang nantinya akan digunakan hubungan-hubungan tata pemerintahan yang
sebagai nomor rekening tujuan untuk dikirim melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat
sejumlah dana pembayaran kompensasi BBM, dapat tercipta sedemikian rupa sehingga lebih
yang kemudian masyarakat dapat melakukan efisien dan efektif. Dalam banyak literatur,
transaksi keuangan mulai dari pengecekan e-government juga dikaitkan dengan konsep
saldo hingga menguangkan pada tempat- digital government atau online government dan
tempat resmi yang telah ditunjuk. biasanya dibahas dalam konteks transformational
Selain contoh diatas tadi, kita mungkin government. Inti dari pengertian ini adalah
masih ingat saat ramainya masyarakat penggunaan teknologi internet yang diharapkan
berbondong-bondong mendaftar E-KTP. Dari dapat menjadi sarana untuk mempercepat
Sabang sampai Merauke masyarakat dilibatkan pertukaran informasi, menyediakan sarana
untuk berperan serta aktif mendaftar dan layanan dan kegiatan transaksi dengan warga
membuat E-KTP. Kemudian juga, di tahun masyarakat, pelaku bisnis dan tentunya pihak
2014 ini seluruh proses registrasi penerimaan pemerintah sendiri. Dalam hal ini harus diingat
Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang bahwa yang lebih diutamakan adalah konsep
dilakukan memanfaatkan media internet. transformasinya, bahwa e-government bukan
Terobosan-terobosan tersebut kiranya dapat sekedar pemakaian teknologinya tetapi juga
mewakili pengertian sederhana tentang apa itu keharusan bahwa pemanfaatan teknologi
E-government. Munculnya Teknologi Informasi membuat sistem pembuatan kebijakan dan
dan Komunikasi (TIK) telah memberikan pelayanan publik akan lebih baik.
kesempatan yang luas kepada publik untuk Sistem pemerintahan yang sentralistik
mengontrol pemerintah dan telah membuat menjadi desentralisitik saat ini, memberikan
manajemen informasi yang lebih baik. Sistem makna mengenai penyelenggaraan otonomi
komputerisasi telah membantu pemerintah daerah untuk memberikan kewenangan
mengelola informasi. Internet dan semua yang luas, nyata dan bertanggungjawab
bentuk komunikasi digital lainnya telah menjadi kepada daerah secara proporsional yang
instrument yang penting dalam semua sektor. berkeadilan. Perubahan-perubahan yang telah
Demikian juga di sektor publik, media elektronik dan sedang terjadi menuntut terbentuknya
ini telah menjadi instrument yang penting dalam suatu pemerintahan yang bersih, berwibawa,
komunikasi. Penggunaan jaringan internet telah transparansi dan mampu menjawab tuntutan
mempercepat proses komunikasi antara instansi perubahan secara efektif. Pemerintah mampu
pemerintah dengan masyarakat. Waktu tunggu memenuhi dua tuntutan masyarakat yang
untuk memperolah informasi semakin singkat, berkaitan erat yaitu masyarakat yang menuntut
dan aliran data dari satu unit ke unit instansi pelayanan publik yang memenuhi kepentingan
atau organisasi lain mengalami peningkatan. masyarakat luas, dapat diandalkan dan ter
Munculah istilah e-government atau percaya serta masyarakat yang menginginkan
yang juga sering disingkat e-government saja. agar aspirasi mereka didengar. Kedua tuntutan
Mengenai definisi e-government sendiri, di itu sangat berkaitan dengan akses informasi.
Indonesia konotasi tentang E-government Miftah Thoha di dalam bukunya yang
merujuk pada penggunaan komputer dalam berjudul Ilmu Administrasi Publik Kontemporer
prosedur pelayanan yang diselenggarakan di tahun 1999 menyebutkan bahwa paradigma
oleh organisasi pemerintah. Dalam kaidah ilmu administrasi publik dan manajemen
internasional, (The World Bank Group, 2001) pemerintahan telah banyak berubah dari
mendefinisikan e-government sebagai berikut: sarwa Negara ke sarwa masyarakat. Istilah
"E-government refers to the use by government administrasi publik dapat diartikan sebagai
agencies of information technologies (such as Wide administrasi pemerintahan yang dilakukan
404 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
406 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
telah menjamin keabsahannya sepanjang tanda- 2. G2B (Government to Business) yaitu transaksi-
tangan tersebut memang sah dan diketahui transaksi elektronik dimana pemerintah
oleh orang yang membubuhkan tanda-tangan. menyediakan berbagai informasi yang
Demikian juga, undang-undang ini juga dibutuhkan bagi kalangan bisnis untuk
menegaskan perlindungan pemerintah atas hak bertransaksi dengan pemerintah. Contohnya
cipta dari informasi atau karya yang diterbitkan adalah sistem e-procurement
dalam bentuk berkas elektronik. 3. G2G (Government to Government) yaitu
Sementara itu, program-program utama komunikasi dan pertukaran informasi
yang lain seperti e-Procurement, pembuatan online antar departemen atau lembaga
Techno Park, program PC murah, pengembangan pemerintahan melalui basis data
bandwidth, UU Konvergensi dan lain-lainnya terintegrasi sehingga berdampak pada
masih dalam tahap konsepsi atau perintisan awal. efisiensi dan efektivitas.
Program-program ini sebenarnya ada yang dapat 4. G2E (Government to Employees) terdiri
dilaksanakan secara otonom oleh masing-masing dari inisiatif-inisiatif yang memfasilitasi
departemen atau pemerintah daerah, tetapi ada manajemen pelayanan dan komunikasi
internal dan pegawai pemerintahan.
yang membutuhkan komitmen pemimpin puncak
semisal UU Konvergensi, pembuatan Nomor Kebijakan e-government dalam sistem
Identitas Nasional, dan sebagainya. pemerintahan Indonesia sangat relevan
Banyak lembaga pemerintah telah me dengan era Reformasi Birokrasi yang saat ini
manfaatkan revolusi digital dan menyediakan sedang diprogramkan oleh Pemerintah karena
berbagai layana pemerintah dan layanan informasi dipandang memiliki manfaat sebagai berikut:
publik secara online untuk para stakeholder 1. Pelayanan yang lebih baik kepada
e-government. Stakeholder tersebut meliputi: masyarakat. Informasi dapat disediakan
1. Masyarakat dalam 24 jam, 7 hari dalam seminggu,
2. Kalangan bisnis tanpa harus menunggu dibukanya kantor.
3. Pegawai Pemerintah Informasi dapat dicari dari kantor, rumah
4. Lembaga, Departemen dan kementerian tanpa harus secara fisik datang ke kantor
pemerintah pemerintahan.
5. Pemimpin perserikatan 2. Peningkatan hubungan antara pemerintah,
6. Pemimpin masyarakat pelaku bisnis dan masyarakat umum.
7. Politikus Adanya keterbukaan maka diharapkan
8. Investor Asing hubungan antara berbagai pihak menjadi
E-government sendiri memiliki dua tipe lebih baik. Keterbukaan ini menghilangkan
kemitraan antara lain: saling curiga dan kekesalan dari semua
1. Kemitraan internal, yakni kemitraan antara pihak.
cabang-cabang pemerintahan (eksekutif, 3. Pemberdayaan masyarakat melalui
legislatif dan yudikatif) informasi yang mudah diperoleh. Dengan
2. Kemitraan eksternal, yakni hubungan adanya informasi yang mencukupi,
pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat akan belajar untuk dapat
kalangan bisnis. menentukan pilihannya. Sebagai contoh
Reformasi birokrasi yang dilatarbelakangi data-data tentang sekolah;jumlah kelas;
tuntutan terhadap tebentuknya sistem daya tampung murid, passing grade dan
pemerintahan yang bersih, transparan dan sebagainya.
mampu menjawab tuntutan perubahan 4. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih
secara lebih efektif melahirkan dua hal utama efisien. Sebagai contoh, koordinasi
dalam pengertian e-government yang pertama pemerintahan dapat dilakukan melalui
email bahkan video conference.
adalah penggunaan teknologi informasi dan
yang kedua adalah tujuan pemanfaatannya. Apabila di masa lalu konsep e-government
Penyelenggaraan e-government melahirkan 4 lebih merujuk kepada komputerisasi dan
model hubungan yaitu: pengembangan Sistem Informasi Manajemen
1. G2C (Government to Citizen) yaitu yang berbasis komputer, konsep e-government
penyampaian layanan publik dan yang berkembang sekarang di Indonesia
informasi oleh pemerintah kemasyarakat mengarah kepada integrasi data dan informasi
408 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
antar lembaga pemerintah melalui teknologi memerlukan adanya reorientasi birokrasi secara
Internet dengan perangkat lunak yang berbasis menyeluruh, terutama adanya kesadaran
http (hypertext transfer protocol) dan dengan untuk melaksanakan tugas dan fungsi birokrasi
bahasa yang mendukung html (hypertext sebagaimana mestinya yaitu birokrasi yang netral
medium language). Dengan demikian hampir bisa dan murni dalam menjalankan misi pelayanan
dipastikan bahwa rujukan tentang e-government publik. Fungsi Information Communication
selalu mengarah kepada upaya pembuatan Technologies (ICT) itu sendiri dalam hal ini lebih
website oleh lembaga pemerintah. sebagai alat yang memungkinkan prakarsa
Mengenai pengembangan website oleh pemerintah dapat terlaksana sebagaimana yang
lembaga pemerintah, ASPA (American Society diharapkan. Kondisi yang diharapkan seperti
for Public Administration) menyebutkan lima gambaran di bawah ini:
tahapan sebagai berikut:
1. Emerging: tahap di mana pemerintah hanya
menampilkan website sebagai sumber
informasi alternatif.
2. Enhanced: sudah terdapat peningkatan
dalam informasi yang ditampilkan
sehingga website menjadi lebih dinamis.
3. Interactive: ada fasilitas untuk mengunduh
(download) formulir, interaksi melalui surel
(surat elektronik, e-mail), dan tersedia fitur
bagi pengguna (user) untuk berinteraksi.
4. Transactional: pengguna dapat berinteraksi
secara on-line melalui fasilitas on-line
payment. Gambar 1. Sinergi ICT dan Pemerintah.
5. Seamless: tingkatan yang paling canggih
berupa integrasi penuh layanan publik Dengan dimanfaatkannya potensi-potensi
secara on-line. komunikasi dengan menggunakan teknologi
Sementara itu, sebagian pakar dari informasi dan komunikasi tersebut, secara
Indonesia lebih menyederhanakan tahapan- bertahap melalui aktivitas individu-individu di
tahapan pengembangan e-government ini dengan dalam dan di luar organisasi yang menggunakan
meringkasnya menjadi tiga tahapan pokok teknologi tersebut, serta meningkatnya akses
(Djunaedi, 2002), yaitu: 1) tahap informatif, 2) terhadap pemerintah dari berbagai kalangan telah
tahap interaktif, dan 3) tahap transaktif. Tahap mendorong terjadinya perubahan intelektual dan
informatif berarti bahwa pembukaan situs web budaya. Mengenai memulai perubahan itu sendiri,
oleh organisasi pemerintah sebatas digunakan harus diawali dengan adanya komitmen pimpinan
sebagai sarana penyampaian informasi mengenai untuk mengadopsi dan mengimplementasikan
kegiatan pemerintahan di luar media elektronik teknologi informasi dan komunikasi secara
maupun non- elektronik yang selama ini ada. Tahap professional. Sebaliknya jika kemauan untuk
interaktif berarti penggunaan teknologi internet menerapkan ICT ini masih belum muncul maka
yang memungkinkan kontak antara pemerintah sampai kapanpun sulit untuk mengubah budaya
dan masyarakat melalui situs web dapat dilakukan dan pola intelektualitas birokrasi atau pemerintah
secara on-line sehingga lebih intensif dan terbuka. pada umumnya. Hal ini telah dibuktikan selama
Selanjutnya tahap transaktif adalah penggunaan beberapa decade di beberapa negara, bahwa
teknologi internet yang memungkinkan transaksi ketika teknologi informasi dan komunikasi ini
pelayanan publik melalui situs web, melakukan diterapkan maka disana akan terjadi perubahan
pengunduhan formulir, membayar pajak, asuransi praktek-praktek administrasi. Jadi dalam
publik, dan sebagainya konteks ini, perubahan teknologi di satu sisi
Solusi yang ditawarkan oleh e-government akan membawa perubahan baik perubahan yang
ini tidak sekedar memerlukan kecanggihan bersifat administrative maupun perubahan
dan kepekaan dalam hal yang bersifat teknis cultural hingga pada akhirnya e-government
mengenai sistem informasi dan teknologi dapat mempengaruhi perubahan budaya, yang
komunikasi semata, namun lebih luas lagi pada gilirannya mewujudkan good governance.
410 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
412 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
414 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
berhak mendapatkan kompensasi nantinya resiko yang mungkin timbul dari transaksi ini.
akan memiliki rekening ponsel tersebut. Jangan sampai cara baru hanya menyisakan
Lebih jelasnya adalah, uang kompensasi akan masalah baru yang akhirnya fungsi efisiensi
dikirim ke rekening handphone, lalu bisa dicek yang hendak dibangun demi kepentingan
saldonya dan dapat diuangkan ke tempat- publik hanya dapat dinikmati sesaat bahkan
tempat yang ditunjuk salah satunya adalah tidak tepat guna. Benar-benar harus dipikirkan
kantor pos. Tujuan dilakukannya cara ini adalah secara end to end sampai dampak yang akan
pemerintah akan lebih efisien karena tidak perlu ditimbulkan bagi semua pihak.
kirim uang cash yang membutuhkan waktu
lama. Handphone dipilih sebagai sarana karena
diyakini hampir setiap masyarakat sudah
memiliki handphone. Setiap keluarga tidak
mampu akan mendapatkan Kartu Keluarga
Sejahtera (KKS) dan 1 SIM card untuk diaktifkan
pada HP yang mereka miliki. Nomor telepon di
SIM card tersebut juga berfungsi ganda sebagai
nomor rekening untuk penyaluran Simpanan
Keleuarga Sejahtera. Setiap keluarga mendapat
dana Rp. 200.000,- per bulan yang disalurkan
melalui nomor rekening tersebut. Nantinya
warga bisa melihat penyaluran dana tersebut
Sumber: Poster Sosialisasi KKS, KIS dan KIP (CNN Indonesia
melalui aplikasi *141*6# dari masing-masing
2014)
handphone. Gambar 3. Mekanisme penggunaan KKS, KIP dan KIS.
Jika kita lihat secara kasat mata, terobosan
ini adalah suatu perubahan budaya birokrasi
D. TANTANGAN DALAM PENERAPAN
dimana pada kebiasaan lama, masyarakat
E-GOVERNMENT DI INDONESIA
akan mendapatkan kompensasi melalui cara
mengantri di tempat tertentu untuk mengambil Setiap perubahan, walaupun itu adalah
sejumlah uang cash. Namun dengan cara ini untuk perbaikan, tentu akan menimbulkan
manfaat akan dirasakan baik oleh masyarakat berbagai reaksi mulai dari sekedar meragukan
maupun oleh pemerintah itu sendiri. Bagi efektivitasnya sampai pada penolakan yang
masyarakat tentunya akan menghemat waktu didasarkan pada kepentingan-kepentingan pribadi
dan tenaga karena dana kompensasi tiap tersembunyi (vested interest) yang bertentangan
bulannya tidak perlu diupayakan dengan dengan tujuan perubahan tersebut. Apalagi
bersusah payah mengantri di loket-loket perubahan yang diterapkan di sector pemerintahan
tertentu. Bagi pemerintah sendiri harusnya ini tentu jauh lebih kompleks dan karenanya akan
cara yang cukup efisien untuk menghemat biaya sangat sulit jika dibandingkan dengan perubahan
dan waktu pendistribusian uang tunai untuk yang diintroduksikan di sektor privat. Hal ini tidak
dibagikan bagi masyarakat yang berhak. terlepas dari pengaruh pola penyelenggaraan
Namun yang paling harus diingat kembali birokrasi pemerintahan yang telah dilalui selama
adalah bagaimana political will dari pemerintah berpuluh tahun, dan telah dianggap sebagai
itu sendiri. Dengan adanya cara-cara transaksi sesuatu yang benar. Oleh karenanya melakukan
yang baru, harus diiringi pula dengan perubahan atau pembaharuan di sektor ini jelas
pengawasan dan evaluasi yang baik terhadap sangat membutuhkan upaya keras dan konsisten.
cara-cara transaksi model baru tersebut. Harus Penerapan e-government sebagai suatu
ada monitoring sistem yang memadai yang strategi inovasi di kalangan organisasi
memastikan bahwa penyaluran dengan cara pemerintah, sebagaimana strategi inovasi
transaksi ini sudah tepat sasaran. Artinya harus yang diterapkan pada sebuah organisasi
dapat dipertanggungjawabkan uang yang bisnis, jelas mensyaratkan adanya manajemen
disalurkan melalui rekening ponsel ini. Cara perubahan (change management) yang tepat
baru tentunya akan menimbulkan resiko baru, demi kesuksesannya. Menerapkan e-goverment
sehingga harus benar-benar dipikirkan secara berarti melakukan serangkaian perubahan atau
matang dan cerdas bagaimana mengantisipasi reformasi budaya (cultural change)., Manajemen
perubahan dalam konteks ini difokuskan pada pembaharuan secara sungguh-sungguh. Hal
bagaimana pihak-pihak yang berkepentingan ini tentunya dilatarbelakangi oleh berbagai
dalam pelayanan publik memasuki masa transisi faktor antara lain: kendala sumberdaya
dari pendekatan tradisional ke manajemen, dari baik finansial, maupun masih rendahnya
era teknologi pre-information dan communication penguasaan teknologi informasi di kalangan
menuju era baru dimana lingkungan selalu pegawai pemerintahan daerah setempat.
berubah dengan cepat melalui perkembangan Sikap pesimis atau ketidak siapan tersebut
teknologi informasi dan komunikasi yang nampaknya memang cukup rasional mengingat
sangat canggih (Riley, 2003). e-government ini memang memerlukan adanya
Dengan demikian, manajemen perubahan penguasaan teknologi komunikasi serta
lebih ditekankan untuk mempersiapkan individu- kemampuan financial yang tinggi, belum lagi
individu yang terlibat dalam suatu proses pengaruh factor-faktor spesifik atau kondisi
transformasi. Hal ini mengingat keberhasilan tertentu di masing-masing negara. Sebagai
suatu program pembaharuan atau perubahan contoh, membangun sirkuit internet untuk
sangat ditentukan oleh sikap dan dukungan e-government di Fiji memakan biaya 9 kali lipat
dari setiap komponen organisasi pada semua dari yang dihabiskan di Jamaica (Campo, et.al.,
level. Perubahan menuntut adanya komitmen 2002). Selain itu kendala juga dapat berasal dari
yang tinggi serta konsistensi tindakan kearah luar pemerintah (faktor eksternal) yakni ketidak
nilai-nilai yang ingin dikukuhkan menggantikan siapan masyarakat sendiri karena belum banyak
sistem nilai lama yang dianggap sudah tidak yang familier dengan komunikasi melalui digital
relevan lagi. Setiap perubahan, apapun bentuk teknologi. Hal ini terbukti ketika diterapkannya
dan motifnya, akan selalu menghadapi upaya sistem electronic data interchange (EDI) untuk
penolakan (resistensi) dari beberapa pihak yang pengurusan prosedur ekspor impor di Kantor
kurang mendukung terhadap adanya perubahan Bea Cukai banyak customer atau perusahaan
tersebut atau juga pihak-pihak yang kurang yang tidak siap dengan sistem tersebut.
optimis terhadap keberhasilan suatu perubahan. Huseini (1999) dalam paparannya
Oleh karenanya yang perlu untuk mendapat menguraikan adanya tiga jenis tantangan
perhatian adalah bagaimana meminimalisir daya dalam penerapan e-government yakni yang
resistensi tersebut dan menggalang komitmen bersifat tangible, intangible dan very intangible
bersama untuk mensukseskan perubahan yang (dalam Muluk, 2001). Tantangan seperti
dikehendaki. keterbatasan sarana dan prasaran fisik jaringan
Penerapan e-government akan mendorong telekomunikasi dan listrik termasuk yang
teijadinya perubahan cultural, yang berarti juga tangible. Sedangkan yang intangible misalnya
perubahan sistem nilai, tidak saja di kalangan tantangan financial, dan keterbatasan SDM.
birokrasi pemerintah, tetapi juga masyarakat Sementara yang tergolong very intangible adalah
secara menyeluruh termasuk privat sector dan keberanian pejabat pemerintah daerah untuk
NGOs. Dari budaya birokrasi yang tertutup menerapkan e-government berikut penerapan
menuju budaya yang transparan, dimana berbagai tindakan sebagai konsekwensi yang
tuntutan adanya transparansi itu semakin kuat harus dilakukan seperti menegakkan disiplin
dari level lokal, nasional dan sampai ke level atas segala pelanggaran serta bagaimana
internasional (antara megara). Hal ini jelas membangun knowledge society di kalangan
sangat membutuhkan kesiapan mental serta birokrasi pemerintah itu sendiri (Muluk, 2001).
kemampuan (skills) sumberdaya manusia yang Banyaknya kendala dan tantangan dalam
memadai. e-government sebenarnya dapat diatasi sepanjang
Di Indonesia, kendala utama dari good will pemerintah untuk menerapkan sistem
penerapan e-government tidak dapat disangkal tersebut tetap kuat dan konsekwen. Masyarakat
lagi adalah faktor internal pemerintah utamanya terutama di negara-negara sedang berkembang
faktor manusianya atau lebih jelasnya adalah akan dengan cepat berevolusi menuju digital
kurangnya good will pimpinan (Bupati/ society yang ditandai dengan beberapa hal
Walikota) selaku decision maker di tingkat lokal. sebagai berikut (Campo, et.al.,2002):
Ketika wacana ini dilontarkan tidak sedikit 1. meningkatnya jumlah masyarakat yang
sikap pesimis yang nampak sebagai refleksi menggunaan komputer
keengganan individual untuk melakukan 2. turunnya biaya komunikasi
416 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
418 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
Dalam hal ini yang menentukan besar tidaknya e-government (Nugroho, 2008: 168).
manfaat yang diperoleh dengan adanya Mengenai penyebab kegagalan
e-government bukanlah kalangan pemerintah pengembangan e-government di Indonesia,
sendiri, melainkan masyarakat dan mereka berbeda dengan anggapan dari banyak
yang berkepentingan (demand side). Untuk itulah orang, ternyata sumber masalahnya tidak
maka pemerintah harus benar-benar teliti dalam selalu terkait dengan ketersediaan teknologi
memilih prioritas jenis aplikasi e-government apa informasi. Persoalan yang dihadapi dalam
saja yang harus didahulukan pembangunannya pengembangan e-government di tingkat pusat
agar benar-benar memberikan value (manfaat) maupun di tingkat daerah saling terkait
yang secara signifikan dirasakan oleh antara masalah pengembangan infrastruktur,
masyarakatnya. kepemimpinan dan budaya masysrakat kita.
Adapun elemen sukses pengembangan Harus diakui bahwa ketersediaan teknologi
e-government lain yang dikemukakan oleh Moon seperti terangkum dalam masalah infrastruktur
(2008: 168) di dalam buku Sistem Informasi seringkali masih menjadi kendala di Negara
Manajemen karya Eko Nugroho yaitu willingness berkembang. E-government memang menuntut
dan local culture. Willingness adalah kemauan. adanya teknologi satelit, jarigan listrik, jaringan
Kemauan di sini dapat diartikan sebagai komitmen telepon, pengadaan komputer dalam lembaga
yang muncul untuk melakukan sesuatu hal. pemerintah beserta infrastruktur penunjang
Persepsi masyarakat akan ICT akan mempengaruhi yang terdapat secara merata di seluruh wilayah
kemauan menggunakan fasilitas ICT (Stevanus Indonesia. Namun, bagi sebagian besar daerah,
Wisnu.W, 2005: 3). Faktor willingness tersebut dapat kendala yang menjadi penyebab kegagalan
terlihat dari adanya pengaruh willingness pada penerapan e-government di Indonesia bisa
e-Readiness terhadap keberhasilan e-government. berasal dari faktor kepemimpinan. Faktor
e-Readiness adalah pemeringkatan untuk menilai ini dipengaruhi oleh adanya konflik antara
tingkat kesiapan suatu negara dalam pemanfaatan kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah
teknologi informasi, khususnya untuk daerah. Faktor lain adalah peraturan yang
pelaksanaan e-government. e-Readiness merupakan kurang mendukung, alokasi anggaran yang
sebuah kondisi terkait dengan keberhasilan kurang memadai, pembakuan sistem yang
pengembangan e-government. Terdapat stakeholders tidak jelas yang kesemuanya ditentukan oleh
yang terkait erat dengan penerapan e-government komitmen dari para pemimpin atau pejabat
yaitu, pemerintah, masyarakat yang terdiri atas bagi terlaksananya e-government.
individu dan organisasi non profit dan profit. Sementara itu, yang sangat mendasar
e-Readiness merupakan kesiapan stakeholders tetapi memerlukan komitmen perubahan yang
tersebut. Pendekatan pengukuran dilakukan kuat adalah faktor budaya. Jajaran pemerintah
dengan mengukur kemampuan dan kemauan di Indonesia sebenarnya cukup mudah dalam
stakeholders tersebut dalam konteks penerapan memperoleh akses teknologi dan tidak kurang
e-government. Pencapaian keberhasilan pemerintah juga banyak pemimpin yang punya visi
untuk mencapai tahap e-government dalam tingkat pengembangan layanan secara elektronik.
tertentu dipengaruhi oleh e-Readiness pemerintah Namun, masalahnya adalah bahwa pemanfaatan
maupun masyarakat pengguna (Stevanus Wisnu e-government sering terbentur dengan faktor
W, 2005: 4). budaya masyarakat yang memang kurang
Selain itu, faktor atau elemen sukses penerapan mendukung. Faktor budaya diantara para
e-government juga dapat dipengaruhi oleh local birokrat dalam lembaga pemerintah inilah yang
culture atau budaya lokal yang mempengaruhi di seringkali mengakibatkan kurangnya kesadaran
dalam kesuksesan penerapan e-government terkait dan penghargaan terhadap pentingnya
dengan kemampuan dalam memasyarakatkan e-government. Yang sering muncul adalah
transaksi elektronis. Begitu juga dengan kesiapan ketakutan atau kekhawatiran yang berlebihan
dari masyarakat pengguna, dimana berhubungan bahwa aplikasi e-government mengancam
dengan kemampuan masyarakat di dalam jabatannya yang sudah mapan. Kita juga sering
menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang melihat bahwa integrasi diantara lembaga
terdapat di dalam penerapan e-government tersebut. Negara, lembaga departemen maupun non-
Peran masyarakat di sini sangat memiliki pengaruh departemen masih selalu terkendala karena
dalam pencapaian kesuksesan penerapan masing-masing tidak mau berbagi data dan
informasi. Inilah kendala yang paling pokok
420 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Implementasi E-Government dalam Mewujudkan Transparansi
dan Akuntabilitas Sistem Pemerintahan Modern
} Mochamad Ridwan Satya Nurhakim
agar E-government berjalan sesuai dengan Campo, Salvatore Schiavo and Sundaram,
yang diharapkan, karena jalannya Paschampet. 2002. To Serve and To Preserve:
E-government mendapat pantauan dari Improving Public Administration in A
pihak-pihak yang independen. Competitive World. Asean Development
Bank. E-governancein Depth.
Sebagai konsep yang aplikatif, e-government
E Prasojo dan T Kurniawan. 2004. Hambatan
menawarkan alternatif untuk mengubah
dalam Penerapan E-government di Indonesia.
pola kerja dan perilaku birokrasi. Namun
Laporan Penelitian. DIA Fisip UI.
hal ini tidak terlepas dari adanya hambatan-
Heeks, Richard. 2003. Most e-government for
hambatan yang sangat mungkin menjadi Development Project Fail: How Can Risk be
tidak efektifnya implementasi e-government di Reduced?. iGovernment Working Paper Series.
suatu negara. Di Indonesia, hambatan utama Manchester: Institute for Development
justru teletak pada goodwill pemerintah untuk Policy and Management.
menerapkan e-government tersebut. Pada Indrajit, Richardus E.. 2002. Electronic
dasarnya, penyelenggaraan pemerintah tidak Government. Yogyakarta: Andi Offset
dapat dilepaskan dari peran serta aktif dari _________________. 2004. E-government Strategi
berbagai komponen masyarakat, swasta dan Pembangunan dan Pengembangan Sistem
pemerintah itu sendiri dalam rangka perumusan Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital.
produk-produk kebijakan publik yang lebih Yogyakarta: Andi Offset.
inovatif. Oleh karenanya, interaksi dan sinergi Kumorotomo, Wahyudi. 2008. Kegagalan
yang efektiflah yang memungkinkan dapat Penerapan E-government dan Kegiatan Tidak
diterapkannya e-government dengan baik. Produktif dengan Internet. Yogyakarta.
Masyarakat kita saat ini sedang mengalami Gama Press.
fase evolusi dalam hal berorganisasi dan Purwandani, Sri. 2011. Analisis Penerapan
berkomunikasi. Adalah menjadi tugas dan Electronic Government Kabupaten Pati.
kewajiban bagi pemerintah untuk selalu Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
tanggap dan menyesuaikan dengan pola- Rokhman, Ali. 2008. Potret dan Hambatan
pola dan kecenderungan baru yang akan e-government Indonesia. Inovasi Online.
selalu terjadi di masyarakat. Sehingga setiap Edisi Vol 11/XX. Juli 2008.
Thoha, Miftah. 2010. Ilmu Administrasi Publik
perubahan yang terjadi ini harus diantisipasi
Kontemporer. Jakarta: Kencana Prenada
dan difahami serta selanjutnya difasilitasi
Media Group.
dengan bentuk penyediaan teknologi support
Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan
system yakni e-government. Namun pada
Publik. Yogyakarta. Media Pressindo.
akhirnya yang terpenting adalah harus
Undang Undang No. 11 Tahun 2008 tentang
diperhatikan cara-cara pengawasannya.
Informasi dan Transaksi Elektronik
Sehingga bagaimanapun teknologi yang Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang
semakin maju, tetap yang menjadi tujuan Keterbukaan Informasi Publik
utama adalah bagaimana memenuhi kewajiban Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007
pelayanan publik dengan baik dan bagaimana tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Pemerintah mempertanggungjawabkannya antara Pemerintah Pusat, Pemerintah
dengan transparan. Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
REFERENSI
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang
Andrianto, Nico. 2007. Good Government: Telematika (Telekomunikasi, Media dan
Transparansi dan Akuntabilitas Publik Informatika)
melalui e-government. Malang: Banyumedia Instruksi Presiden No . 3 Tahun 2003 tentang
Publishing. Kebijakan dan Strategi Nasional
Astuti, Sri Yuni Woro. 2004. Peluang dan Pengembangan e-Government.
Tantangan Penerapan E-governance Dalam Peraturan Menteri No.28 tahun 2006 tentang
Konteks Otonomi Daerah. Jurnal. Fisip pembuatan domain dengan penggunaan
Universitas Airlangga. ekstensi go.id
422 J u r nJaul r n a l
Ilmu Administrasi Volume XI | Nomor 3 |Desember 2014
Ilmu Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi
Media Pengembangan dan Praktik Administrasi