Professional Documents
Culture Documents
TENTANG
i
Mengingat 1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran (Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4431);
ii
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1211/
Menkes/SK/IX/2002 tentang Pembentukan
Komite Koordinasi Penanggulangan AIDS,
Tuberkulosis dan Malaria di Indonesia;
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
1285/Menkes/SK/X/2002 tentang Pedoman
Penanggulangan HIV/AIDS dan Penyakit Menular
Seksual;
MEMUTUSKAN
III
KEDUA Berlakunya Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, sebagai standar pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal 29 Juni 2012
DIREKTUR JENDERAL
SUPRIYANTORO
NIP 195408112010061001
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
izin dan rahmat-Nya buku Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan telah selesai dan menjadi acuan bagi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Gigi dan Mulut di seluruh Indonesia.
V
Semoga bu u ini bermanfaat bagi Bangsa dan Negara Indonesia
dan khususnya agi tenaga pelayanan kesehatan gigi.
vi
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
vii
Saya meny mbut balk dan menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima asih pada berbagai pihak yang telah berkontribusi
dalam penyu unan Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Pelayan n Kesehatan Gigi dan Mulut di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
viii
TIM PENYUSUN
ix
KONTRIBUTOR
Berlin Silalahi, SE
Emma Ningrum, SH
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI xi
DAFTAR GAMBAR xv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan dan Sasaran 3
C. Dasar Hukum 3
D. Ruang Lingkup 4
E. Kewenangan Pemerintah Pusat dan Daerah dalam 5
Pelaksanaan Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
F. Definisi Operasional 7
xi
BAB III PENCE AHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI 11
A. UP YA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI 11
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi terhadap 12
Pasien
a. Kewaspadaan Standar 13
1) Kebersihan Tangan 13
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) 16
3) Manajemen Limbah dan Benda Tajam 19
4) Manajemen Lingkungan 20
5) Penanganan Linen 21
6) Peralatan Perawatan Pasien 21
7) Perlindungan Kesehatan Karyawan 22
8) Penyuntikan yang Aman 25
9) Etika Batuk 25
b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi 26
B. PE ANGANAN INSTRUMEN DAN ALAT PELAYANAN 27
KE OKTERAN GIGI
1. Pembatasan Kontaminasi 27
2. Penentuan Zona 28
3. Pre-Claning 29
4. Pembersihan Instrumen 29
5. Disinfeksi Tingkat Tinggi 29
6. Sterilisasi 30
7. Penatalaksanaan Dental Unit 32
xii
C. FASILITAS PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI 33
YANG PERLU DISEDIAKAN
2. Konseling 36
E. PENATALAKSANAAN KECELAKAAN KERJA 36
BAB V PENUTUP 46
DAFTAR PUSTAKA 47
Lampiran 1 49
PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN RADIOGRAFI GIGI
Lampiran 2 50
Lampiran 3 51
STERILISASI HANDPIECE
xiii
La m pira n 4 53
METODE PENYEE ELAN KANTONG SAMPAN MEDIS
Lampiran 5 54
CONTOH ALUR D N FORMULIR RUJUKAN PASCA PAJANAN
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tenaga pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Indonesia
mempunyai kewajiban untuk selalu memenuhi salah satu kriteria
standar pelayanan kedokteran gigi di Indonesia, yaitu melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeks (PPI). Prosedur pelaksanaan
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tersebut harus
dilaksanakan pada semua praktik pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di seluruh Indonesia. Dokter gigi harus dapat memastikan
seluruh tenaga pelayanan yang bekerja di dalam lingkungannya
mempunyai pengetahuan dan mendapatkan pelatihan yang adekuat
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Hal tersebut termasuk
Kebersihan tangan, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi peralatan
serta bahan yang digunakan. Teknik pembersihan, disinfeksi dan
sterilisasi harus sesuai dengan perkembangan keilmuan dan secara
rutin dilakukan monitoring.
Infeksi merupakan bahaya yang sangat nyata pada praktik
pelayanan kedokteran gigi. Pada kenyataannya, prosedur kebersihan
tangan merupakan komponen paling penting diantara program
pencegahan dan pengendalian infeksi. Tujuan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi pada praktik dokter gigi adalah untuk mencegah
penularan infeksi baik kepada pekerja layanan kesehatan maupun
pasien ketika sedang dilakukan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
1
burung) da H1N1 (flu babi) telah menunjukkan pentingnya
Pencegaha dan Pengendalian Infeksi yang tepat pada tingkat
komunitas, linik dan personal. Tenaga pelayanan kesehatan yang
berkecimpu g dalam bidang kedokteran gigi memiliki risiko tinggi
mengalami infeksi karena keberadaan mikroorganisme patogen
dalam rong a mulut termasuk saliva dan darah, dan kemungkinkan
luka akibat t rtusuk jarum suntik (Porter, dkk., 1990; Cleveland, dkk.,
1995)
2
B. TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan dari pembuatan Standar Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi ini adalah untuk menjadi acuan tenaga kesehatan di
Iingkungan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam pelaksanaan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang benar meskipun dalam
keadaan sumber daya dan dana yang terbatas.
Sasaran dari Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
ini adalah semua tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan kesehatan.
C. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431).
3
8. Peratur n Menteri Kesehatan RI No. 741/Menkes/Per/VII/2008
tentan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupa en/Kota;
a. Pemerintah Pusat
1. Penyusunan dan penetapan kebijakan upaya kesehatan gigi
dan mulut.
2. Pengelolaan upaya kesehatan gigi dan mulut meliputi
peningkatan kesehatan gigi, pencegahan dan pengobatan
penyakit gigi dan pemulihan kesehatan gigi.
3. Pengembangan metode pelayanan kesehatan gigi dan
mulut melalui pelayanan kesehatan gigi perorangan serta
pelayanan kesehatan gigi masyarakat.
4. Pengelolaan, bimbingan, pengendalian, monitoring dan
evaluasi pelayanan kesehatan gigi Iingkup nasional.
5. Pengelolaan, peningkatan dan pemberdayaan sumber
daya manusia dalam penanganan kesehatan gigi dan mulut
Iingkup regional, nasional dan internasional.
6. Menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat
dan obat kesehatan gigi dan mulut skala nasional.
5
3. Pelaksa aan metode pelayanan kesehatan gigi dan mulut melalui
pelaya an kesehatan gigi perorangan serta pelayanan kesehatan
gigi ma yarakat sesuai standar pencegahan dan pengendalian
infeksi elayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan
keseha n.
4. Pengel laan, bimbingan, pengendalian, monitoring dan evaluasi
pelaya n kesehatan gigi sesuai standar pencegahan dan
pengen alian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
fasilitas pelayanan kesehatan.
5. Pengel Iaan, peningkatan dan pemberdayaan sumber daya
manusi dalam penanganan pencegahan dan pengendalian
infeksi elayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan
kesehat n
6. Menja in ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan
obat ke ehatan gigi dan mulut skala provinsi.
6
5. Pengelolaan, peningkatan dan pemberdayaan sumber daya
manusia dalam penanganan pencegahan dan pengendalian
infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut di fasilitas pelayanan
kesehatan.
6. Menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat dan
obat kesehatan gigi dan mulut skala kabupaten/kota.
F. DEFINISIOPERASIONAL
7
7. Pajana adalah peristiwa yang menimbulkan risiko penularan.
8. Peralat n kritis adalah peralatan yang digunakan berpenetrasi
ke dala jaringan lunak, gigi dan tulang sehingga terkena
jaringan tubuh atau darah.
(peralat n yang masuk kedalam pembuluh darah atau jaringan
steril)
8
BAB II
PENYEBARAN PENYAKIT
9
permukaan eralatan dental unit yang terkontaminasi yang paling
sering di sen uh tenaga peiayanan kesehatan gigi.
4. Tempat pela nan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat, termasuk
di dalamnya eluarga dari tenaga peiayanan kesehatan gigi
Infeksi apat berasal dari kontak tidak langsung karena tidak
menggu akan APD misalnya meialui baju, handphone, dll yang
terkonta inasi.
Limbah edis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai aturan
yang be ar, untuk itu perlu memiliki instalasi pengeiolaan limbah
medis.
5. Komunitas kd Pasien
host rentan
Agen infeksi
(bakteri, virus, jamur
LJankeluw
bentuk
penye(bajran
10
BAB III
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
2. Surveilans.
d. Manajemen lingkungan.
11
e. Penang nan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental
Unit).
f. Peralat n Perawatan Pasien.
g. Perlind ngan Kesehatan karyawan.
h. Penyun kan yang aman.
I. Etika b uk.
2) Kewaspada Berdasarkan transmisi
a. Transmi i airborne/udara.
b. Transmi i droplet/percikan.
c. Transmi i kontak.
12
10. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan
sebelum memulai suatu perawatan.
11. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan
kerja operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja.
12. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk
mencegah terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi
kontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa pasien.
a. Kewaspadaan Standar
1) Kebersihan Tangan
Kebersihan tangan merupakan hal yang paling penting dan
merupakan pilar untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi.
Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus melakukan kebersihan
tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalirjika tangan
terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari
sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung
dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan
dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips,
lamanya 40-60 detik. Jika tangan tidak tampak kotor lakukan
kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/
cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik. Metoda dan tats
cara mencuci tangan dalam "hand hygiene" tergantung pada
beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari kontaminasi
dan persistensi melekatnya antimikroba yang digunakan pada
13
kulit. tuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan
prosed r non bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat
dicapai dengan menggunakan sabun detergent antimikroba
yang st ndar. Untuk prosedur pembedahan, sabun antimikroba
(bedah yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus
diguna an . Sebagai alternatif pengganti bagi yang sensitif
terhad p chlorhexidin gluconate , dapat menggunakan iodophor
(Depke , 2005 ). Tempatkan produk cairan kebersihan tangan
dalam mpat yang disposible atau yang diisi ulang , dicuci dan
dikerin kan terlebih dahulu sebelum diisi ulang . Jangan diisi
ulang c Iran antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan
terlebih dahulu.
14
Gosok punggung tangan dan sela - sela an, Gosok telapak tangan dan Bela-sela jari
Ratakan pada kedua
lakukan Dada tangan yang satunya
telapak tangan
Gosok punggung jari-jari ( punggung jari-jari pada Gosok Ibu ad-jan dengan Cara memutar Gosok ujung jari-jari pada telapak
telapak tangan dan jari -jari saling mengunci) dengan tangan satunya tangan sebelahnya , dan sebaliknya
I
r 2 3 4
Ratakan pada kedua telapak Gosok punggung tangan dan sela-sela jari , Gosok telapak tangan dan sela-sela jan
tangan
Gosok punggung jari-jari (punggung jari-jari pada Gosok ujung jari-jari pada telapak tangan
Gosok be jari -jari dengan cars
telapak tangan dan jarl-jari saling mengunci)
memutar dengan tangan satunya sebelahnya, dan sebaliknya
15
Indikasi kebersihan tangan termasuk :
1. Bil tangan terlihat kotor.
2. Se lah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi
da ah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi.
3. Se elum memakai sarung tangan.
16
Prosedur pemakaian sarung tangan :
1. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi
sebelah dalam lipatannya.
2. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan
menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-
jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan.
3. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan
jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke
bagian lipatan ( bagian yang tidak bersentuhan dengan
kulit tangan).
4. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan
jari-jari tangan yang belum memakai sarung tangan,
kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung
tangan sehingga terasa pas di tangan.
(2) Masker
17
(3) Ka amata Pelindung
Tenaga pelayanan kesehatan gigi wajib menggunakan
ka amata pelindung untuk menghindari kemungkinan
in' ksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan
da ah. Kacamata ini harus di dekontaminasi dengan air dan
sa un kemudian di disinfeksi setiap kali berganti pasien.
18
Selalu lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan
sebelum memasang kembali sarung tangan.
19
pa a kontainer yang tepat yaitu tahan tusuk dan tahan
bo or, kode warna kuning.
e. Da rah, cairan suction atau limbah cair lain di buang ke
dal m drain yang terhubung dengan sistem sanitary.
f. Bu ng gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali
dib rikan kepada keluarga.
4) Manaje en Lingkungan
a. Iku ' instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan
disi fektan untuk pembersihan permukaan lingkungan.
b. Jan an menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk
disi feksi permukaan lingkungan.
c. Pa i Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan
disi feksi pemukaan lingkungan.
d. Pas ng pelindung permukaan untuk mencegah permukaan
ko ak klinik terkontaminasi, khususnya yang sulit
dib rsihkan seperti switches on dental chair dan ganti
pel dung permukaan setiap pasien.
20
i. Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela
di area perawatan pasien jika terlihat kotor, berdebu dan
ternoda.
j. Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius
lainnya menggunakan cairan disinfektan.
k. Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain
yang menyerap di daerah kerja, laboratorium dan daerah
pemerosesan instrumen.
21
h. G nakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocok
de gan tipe proses sterilisasi yang digunakan.
i. Se elum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi,
pe iksa kebersihan instrumen, kemudian bungkus atau
to patkan instrumen dalam kontainer yang tepat untuk
m mpertahankan kesterilan selama penyimpanan.
j. Ja r gan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus.
22
dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung
pada risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva.
Apabila ditemukan karyawan yang tidak bersedia
untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis -B, diwajibkan
menandatangani surat pernyataan tidak bersedia yang
dibuat oleh institusi dan diketahui oleh pimpinan.
23
( 3) Bu ng instrumen /alat tajam dalam wadah yang tidak dapat
ro ek segera setelah digunakan . Apabila wadah tersebut
pe uh, keluarkan isinya dan bakar atau diisi dengan semen
sel njutnya dikubur.
24
permukaan datar jangan menggunakan tangan yang lainnya
untuk mengencangkan tutup.
9) Etika Batuk
Terapkan etika kebersihan pernapasan/ batuk (lihat gambar)
Tutup mulut & hidung saat batuk/ bersin dengan tisu.
Buang tissu ke tempat Iimbah.
Lakukan kebersihan tangan.
Jika tissu tidak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lengan
bagian dalam.
25
ETIKA BATUK
n Fx- rx- a Q
Gambar 7. Etika Batuk
26
B. PENANGANAN INSTRUMEN DAN ALAT PELAYANAN KEDOKTERAN
GIGI
1. Pembatasan Kontaminasi
a. Peralatan kritis
Peralatan kritis adalah alat yang masuk ke dalam pembuluh
darah atau jaringan mulut. Semua peralatan kritis wajib dilakukan
sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan
yang dimasukkan dalam kategori kritis adalah semua instrumen
bedah, periodontal scalier, scalpel, bur diamond, bur tulang, dll.
27
2. Penentuan z na (Basic Protocol HKSAR, 2008)
Area p mbersihan dan pemrosesan instrumen yang telah
digunakan (ona Kotor), dan area sterilisasi dan penyimpanan
instrumen b rsih (Zona bersih), serta area perawatan pasien (Zona
Kerja) harus erpisah satu sama lain. Zona kotor jangan berdekatan
dengan zona bersih dan zona kerja.
Zona Bersih
W
Bend telah diproses Benda bersih /steril
Zona Kotor
Zona Bersih
Vona Kotor
28
3. Pre - Cleaning
4. Pembersihan instrumen
29
disterilisasi. Apabila tidak tersedia panci tekan atau autoklaf,
instrumen d pat di disinfeksi dengan direbus dalam panci berisi air
selama 20 enit setelah dibersihkan dengan menggunakan air dan
sabun. 20 m nit dihitung sejak air mulai mendidih. Setelah air dalam
panci mulai mendidih, jangan tambahkan air ataupun instrumen
selama proses disinfeksi berlangsung.
Alkohol dan yodofora tidak dipakai untuk disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) etapi dapat untuk disinfeksi tingkat rendah dengan cara
merendam lat tersebut selama 20 menit.
6. Sterilisasi
30
Gambar 10 . Sterilisasi menggunakan autoklaf
31
2003 ; May*rm, 1984). Instrumen dalam pembungkus yang rusak
harus dibersi hkan, dibungkus dan disterilkan kembali.
d) Penghis p saliva.
e) Penghis p darah (vacuum tip).
32
Pada dental chair :
a) Sandaran kepala /head rest bersih.
b) Sandaran tangan /arm rest bersih.
c) Tempat duduk bersih.
d) Tempat menaruh kaki/foot rest bersih.
33
d) Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah
ini:
1. Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih
selama 15 sampai 20 menit, misalnya alat dari logam,
kaca.
Alat Kritis
34
Gambar 13. Wadah-wadah dalam upaya pengendalian infeksi di UKGS
35
2. Konseli g
Ko seling pra tes diberikan kepada tenaga pelayanan
kesehat n gigi yang terpajan oleh infeksi. Tenaga pelayanan
kesehat n gigi tersebut diberi konseling untuk tidak menjadi
donor d rah, harus berperilaku seksual yang aman dan suntikan
yang a man sampai hasil tes diketahui. Setelah konseling maka
dilakuk n pemeriksaan awal anti HIV. Hasil tes awal harus
diberika secepat mungkin kepada tenaga pelayanan kesehatan
gigi yan terpajan. Konseling pasca tes diperlukan jika hasil tes
pada to aga pelayanan kesehatan gigi adalah positif.
36
sarana dan kebijakan institusi setempat. Apabila memungkinkan
maka dapat dilaksanakan seperti panduan dibawah ini.
a) Langkah 1: Cuci
(1) Lakukan pencucian daerah yang terpajan seperti tindakan
diatas.
(2) Setiap kejadian pajanan dicatat dan dilaporkan dalam waktu
kurang dari 24 jam kepada yang berwenang yaitu atasan
langsung dan Komite/Tim Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi atau panitia K3. Laporan tersebut sangat penting
dan menentukan Iangkah berikutnya. Memulai Profilaksis
Pasca Pajanan (PPP) setelah 72 jam tidak dianjurkan karena
tidak efektif.
37
(d) Virus yang terkonsentrasi.
(3) Status Infeksi
Te ukan status infeksi sumber pajanan (bila belum
dik tahui)
(a) HbsAG positif.
c) Langkah 3
Berikan Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) kepada terpajan yang
berisiko inggi mendapat infeksi.
(1) HB V.
(a) Berikan PPP sesegera mungkin, terutama dalam 24
jam pertama.
38
(2) HCV
PPP tidak dianjurkan.
(3) HIV
(a) Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan berupa
pemberian ARV jangka pendek untuk menurunkan
risiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan.
39
Pengobatan untuk sumber pajanan yang menunjukan
Vaksinasi dan
Sumber yang tidak diketahui
respon antibodi dari
HbsAg positif HbsAg negatif atau Kesehatan tidak tersedia
Petugas
sarana pemeriksaan
Pernah divaksinasi
Periksa Anti-HBs
terpajan
Periksa Anti- HBs terpajan
1. bila cukup tidak
1. bila cukup tidak perlu
Tidak diketahui perlu
Tidak perlu pengobatan
status respon pengobatan
pengobatan 2. bila tidak cukup, beri 1
antibodinya 2. bila tidak
dosis HBIG dan vaksin
cukup, beri 1
booster
dosis HBIG dan
vaksin booster
40
rujukan untuk konseling dan dukungan selanjutnya. Kerahasiaan
harus dijaga.
2) Memberikan konseling dengan penuh perhatian dan tidak
menghakimi tentang cara mengurangi pajanan yang berisiko
terkena HIV serta menilai urutan pajanan yang mendahuluinya.
3) Perlu dibuat laporan pajanan seperti yangtelah disebutkan pada
langkah 1 diatas.
(3) Indinavir 800 mg 3x perhari atau Efavirenz 600 mg hanya sekali sehari
(tidak dianjurkan untuk wanita hamil).
41
Efek Samping
Efek sampi g yang Bering terjadi dengan pemberian ARV adalah
mual dan perasa n tidak enak. Pengaruh yang lainnya kemungkinan sakit
kepala, lelah, m al dan diare.
Ya Tidak
Darah atau cairan
OPIM k
berdarah
I
Volume
I
Tidak perlu PPP Seberapa berat?
I
Sedikit Banyak Tidak berat Lebih berat
(mis. Satu tetes, (mis. Beberapa (mis. Jarum solid (mis. Jari berlubang
dalam waktu tetes, percikan atau goresan yg besar, tusukan yg
singkat) darah, darah banyak superfisial) dalam, darah
dan/atau dalam terlihat di alkes,
waktu lama jarum bekas pasien)
i I
KP 1 KP 2 KP 3 KP 4
Keterangan:
42
Bagaimanakah Status HIV dari Sumber Pajanan?
Tidak perlu
PPP
KS 1 KS 2 KS 3
43
BAB IV
44
No. Nama Barang Jumlah Pasien Harga Unit Cost
1. Alat pres plastik 3 tahun 4320 Rp. 3.300 . 000 Rp. 764
Kesimpulan:
Pembiayaan pengendalian infeksi pada tempat praktik dokter gigi
sederhana adalah : Rp. 2.508 + Rp. 2.444 = Rp. 4.952
Total investasi sebesar : Rp. 899 . 000 + Rp . 12.100 . 000 = Rp . 12.999.000
45
BAB V
PENUTUP
46
DAFTAR PUSTAKA
47
12. World Heal h Organization . (2003). Health Care Worker Safety,
Switzerland
13. World Healt Organization. (2004). Infection Control . Switzerland.
14. World Healt Organization . ( 2009 ). WHO Guidelines on Hand Hygiene
in Health Ca e: a Summary . Switzerland.
15. Sasanti, H. 2011 ). Paparan Penyakit Infeksi Yang Dapat dan Perlu
Dicegah Pe r ularannya di Saryankesgilut. Departemen Ilmu Penyakit
Mulut Fakul as Kedokteran Gigi Universitas Indonesia.
16. Mulyanti, . (2011 ). Paparan Pengendalian Infeksi Silang di Klinik
Gigi. Politek ik Kesehatan BandungJurusan Kesehatan Gigi. Bandung
17. Megananda , HP. (2011). Paparan Sudahkah Kita Bertindak Asepsis di
Klinik Gigi K a ?. Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Kesehatan
Gigi. Bandu ng
48
Lampiran 1
PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN RADIOGRAFI GIGI
49
Lampiran 2
DISINFEKSI CET N, PROTESA DAN APPLIANCES
Cetakan dan ap liances yang berasal dari dalam mulut pasien adalah
benda yang ter ntaminasi. Sebelum dikirim ke tekniker gigi, harus di
dekontaminasi enggunakan disinfektan yang tepat dan waktu yang
cukup sehingga 'dak mengubah stabilitas bahan. Komunikasi yang baik
dengan tekniker gigi harus dijaga untuk menghindari kesalahpahaman
atau pengulanga prosedur desinfeksi. Teknik desinfeksinya adalah sbb
(ADA, 1996; CDC 2003a; Merchant, 1996; OSAP, 1998):
1. Bersihkan s liva, darah dan sisa bahan organik dengan seksama
didalam air.
50
Lampiran 3
STERILISASI HANDPIECE
51
sama sekali . Sesuaikan handpiece dengan instruksi
pabriknya . Gunakan kaleng pelumas yang terpisah
untuk digunakan sebelum dan sesudah sterilisasi.
4. Bersihkan residu pelumas dari permukaan luar.
Untuk handpiece yang menggunakan serat optik,
pastikan untuktidak meninggalkan residu pelumas
pada kontak serat optiknya.
5. Kemas handpiece menggunakan kantong, tas atau
kontainer.
6. Ikuti petunjuk pabrik untuk sterilisasinya.
52
Lampiran 4
METODE PENYEGELAN KANTONG SAMPAH MEDIS
Jika kantong sampah medis sudah terisi % penuh, gunakan metode "Leher
Angsa" untuk mengikat menyegelnya.
Hanya kantong sampah yang telah disegel dengan metode diatas akan
diambil dari titik pengambilan sampah
(Sumber : Environmental Protection Department , HKSAR Government)
53
Lampiran 5
Bagan Rujukan
VYa
Untuk Therapeutic P evention Clinic (TPC), Departemen Kesehatan:
1. Hubungi 2116x sesegera mungkin
2. Bawa surat rujuka ini beserta tanda pengenal
Nama I No Tanda p en g e na l :
54
Cara terkena kontaminasi:
Menutup jarum suntik bekas pakai Membuang sampah medis yang tajam
Merapikan meja peralatan Pembersihan alat sebelum sterilisasi
Informasi lainnya :
Tanda tangan :
Nama jelas :
Tanggal:
55