Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Anggota Keluarga dalam Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan tentang Penyakit ISPA di Desa Hulu, Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.
1.4 Manfaat
Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan lingkungan di wilayah kerja
Puskesmas Pancur Batu dalam hal upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang.
Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten dalam hal upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli Serdang.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 7
Bagi Keluarga
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan tentang Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA di Desa Hulu Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli Serdang.
2. Bentuk Aktif
Yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat diobservasisecara langsung, misalnya pada
contoh kedua tersebut diatas si ibu sudah membawa anaknya ke Puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah menjadi
aksptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk
tindakan nyata (Overt Behavior).
Berikut ini adalah beberapa domain perilaku yaitu:
2. Memahami (Comprehansion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi ( Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-
kriteria yang telah ada. Misalnya dapata menanggapi terjadinya diare di
suatu tempat dan sebagainya (Notoadmodjo, 2008).
b) Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap ini
mempunyai 3 komponen pokok yaitu:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obejk.
Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2008).
A. Infeksi adalah masuknya bibit kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia
dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
B. Saluran pernapasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru), dan organ adneksa saluran pernapasan.
Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat berlangsung
selama 14 hari , dimana secara klinis tanda dan gejala akut akibat infeksi terjadi di setiap
bagian saluran pernapasan tidak lebih dari 14 hari (Ditjen PPM dan PL, 2004).
A. Pneumonia Berat
Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing)
pada saat bernapas.
B. Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
C. Bukan Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bila disertai demam tanpa tarikan dinding
dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia (Erlien, 2008).
Klasifikasi ISPA berdasarkan Lokasi Anatomi
Infeksi Saluran Pernapasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, sinusitis, otitis
media (infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi pada tenggorokan).
Infeksi Saluran Pernapasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau faring sampai dengan alveoli,
dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis,
bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia (Erlien, 2008).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan usia dibawah 2 bulan dan
untuk golongan usia 2 bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan usia kurang dari 2 bulan ada 2
klasifikasi penyakit, yaitu :
A. Pneumonia Berat
Tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk
golongan usia kurang dari 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
Untuk golongan usia 2 bulan sampai 5 tahun ada 5 klasifikasi penyakit ISPA, yaitu :
Saluran pernapasan dari hidung sampai bronchus dilapisi oleh membran mukosa
bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan
partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong
lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernapasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernapasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan
rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernapasan. Akibat dari hal tersebut akan
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 15
menyebabkan kesulitan bernapas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernapasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernapasan (Kenneth et al, 2003).
2.2.7. Tanda dan Gejala Klinis Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh ke dalam kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Bila sudah dalam keadaan kegagalan pernapasan, maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan (Rasmaliah, 2005).
Tanda-tanda bahaya ISPA dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratorium. Tanda-tanda klinis, yaitu :
a. Pada sistem respiratorik
Tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung,
cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial
Tachycardia, bradycardium, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 16
Gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, kejang dan koma.
d. Pada hal umum
Letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratorium, yaitu :
a. Hypoxemia
b. Hypercapnia, dan
c. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (Rasmaliah, 2005).
Tanda dan gejala berdasarkan derajat keparahan penyakit dapat dibagi menjadi tiga
tingkat :
a. ISPA Ringan
Adapun tanda dan gejala ISPA ringan antara lain adalah :
1. Batuk
2. Pilek (keluar cairan ingus dari hidung)
3. Serak (bersuara parau pada waktu menangis atau berbicara)
4. Demam
b. ISPA Sedang
Tanda dan gejala ISPA sedang antara lain adalah :
1. Pernapasan yang cepat (lebih dari 50 kali per menit)
2. Wheezing
3. Demam dengan suhu tubuh 38C atau lebih
4. Sakit telinga atau keluar cairan
5. Bercak-bercak menyerupai campak
c. ISPA Berat
Tanda dan gejala ISPA berat antara lain adalah :
1. Chest indrawing (pernapasan dada kedalam)
2. Stridor (pernapasan ngorok)
3. Tidak ada nafsu makan
4. Sesak hingga cyanosis
5. Napas cuping hidung
6. Kejang
7. Dehidrasi
8. Kesadaran menurun (Depkes RI, 2003).
A. Faktor agen atau disebut pula faktor penyebab penyakit dimana faktor ini yang
menyebabkan adanya penyakit.
B. Faktor host dalam hal ini manusia sebagai objek dari penyakit.
C. Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya (Noor, 2008).
a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernapasan sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA dari pada usia yang lebih
lanjut.
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) banyak menyerang balita batasan 0-5
tahun, sebagian besar kematian balita di Indonesia karena ISPA. Balita merupakan
faktor resiko yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA) khususnya pneumonia karena pada usia balita daya tahan tubuh mereka
belum terlalu kuat (Erlien, 2008).
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan Pedoman Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional
Penanggulangan Pneumonia tahun 2005 2009 menunjukkan bahwa laki laki
memiliki resiko lebih tinggi daripada perempuan untuk terkena ISPA (Depkes RI,
2005).
Berdasarkan hasil penelitian Taisir di Kabupaten Aceh Selatan tahun 2005,
menunjukkan bahwa proporsi ISPA berdasarkan jenis kelamin laki-laki (43,3 %) lebih
tinggi daripada proporsi ISPA pada wanita (33,7 %), tetapi secara statistik, tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA di Kelurahan
Lhok Bengkuang. (Taisir, 2005).
1. Ventilasi
Faktor lingkungan rumah seperti ventilasi juga berperan dalam penularan
ISPA, dimana ventilasi dapat memelihara kondisi udara yang sehat bagi manusia
(Ditjen PPM dan PL, 2004).
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar . Hal ini berarti keseimbangan
oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya
ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah yang berarti kadar
1. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua tentang kebersihan dan sanitasi.
2. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
Gangguan tersebut dapat terjadi karena debu bersifat korosif. Partikel abu
yang sangat halus (kurang dari 10 mikron) sangat mengganggu pernafasan,
khususnya bagi mereka yang sudah memiliki permasalahan paru-paru. Pada
penderita gangguan pernafasan, mempunyai riwayat gangguan pernafasan, dan
sedang mengalami gangguan jantung adalah mereka yang beresiko. Selain itu,
paparan debu sangat berbahaya bagi bayi, anak-anak, warga usia lajut dan orang
dengan penyakit paru kronis seperti asma.
Beberapa gejala gangguan pernafasan yang sering dilaporkan Keluarga
sepanjang hujan abu adalah sebagai berikut:
Iritasi hidung dan hidung berair
Iritasi dan radang tenggorokan, terkadang disertai batuk kering
Simpton bronchitis akut (batuk parah, produksi riak yang berlebihan,
bunyi nafas seperti menderita asma dan sesak nafas) pada orang dengan
riwayat penyakit paru sebelumnya (asma) penyakit paru kronik, ataupun
perokok dalam waktu lama)
Ketidaknyamanan dalam bernafas, akibat kontraksi saluran pernafasan
untuk mengeluarkan abu yang masuk
Gejala yang masuk ke saluran pernafasan dapat mempersempit saluran
pernafasan dan menyebabkan reaksi radang.
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 26
Berat ringannya gejala yang di timbulkan akibat menghirup abu
gunung api bervariasi. Konsentrasi partikel diudara, proporsi partikel halus
dalam abu, frekuensi dan lama pemaparan, kondisi awal kesehatan dan
penggunaan peralatan pelindung pernafasan yang komfatibel ikut
mempengaruhi tingkat gejala.
Tingginya Angka
Perilaku ( Pengetahuan, Sikap dan Kejadian Penyakit
Tindakan) Keluarga dalam upaya ISPA di Desa Hulu,
pencegahan dan penanganan ISPA Kecamatan Pancur
Batu, Kabupaten Deli
Serdang
Dari kerangka konsep penelitian tersebut diatas dapat dilihat bahwa untuk mencapai
tujuan utama penelitian yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan ISPA di Desa Hulu.
Pada penelitian ini terdapat 3 variabel yaitu: pengetahuan, sikap, dan tindakan Keluarga di
Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu.
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas (variabel
independent) dan variabel tergantung (variabel dependent. Variabel bebas adalah
pengetahuan, sikap dan tindakan Keluarga tentang Perilaku Keluarga Desa Hulu dalam
Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ISPA. Variabel tergantung adalah
peningkatan angka kejadian ISPA di Desa Hulu, Kecamatan Pancur Batu.
Z 1 / 2P (1 P) N
n=
d (N 1) + Z 1 / 2P (1 P)
1123,668
n=
12,6504
n = 88,82
n = 89
5.1.2 Demografi
Desa Hulu mempunyai jumlah penduduk 4678 jiwa dengan perincian jumlah
laki-laki 672 jiwa, jumlah perempuan 578 jiwa dan terdiri dari 1170 KK.
Analisa Data
Berdasarkan data tabel di atas, responden paling banyak berumur 46 hingga 55 tahun
dengan jumlah 29 responden sebanyak 33 %
Analisa Data
Berdasarkan data tabel di atas, responden paling banyak adalah Ibu Rumah Tangga
dengan jumlah 43 responden (48%)
Analisa Data
Berdasarkan data tabel di atas, responden paling banyak adalah tingkat pendidikan
SMA dengan Jumlah 57 responden (64%)
A. PENGETAHUAN
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Gejala-
Gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut Yaitu Batuk, Pilek,
Demam
No Pengetahuan Frekuensi Presentase
(%)
1 Tahu 39 44
2 Tidak Tahu 50 56
Jumlah 89 100
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 41 responden (46%) yang mengetahui
tentang penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah bakteri dan virus dan dijumpai 48
responden (54%) yang tidak mengetahui tentang penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut
adalah bakteri dan virus.
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Penyebab Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Selain Bakteri dan Virus Ada
Penyebab Lain Seperti Polusi Udara Yang Mengandung Zat-Zat
Berbahaya
No Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)
1 Tahu 50 56
2 Tidak tahu 39 44
Jumlah 89 100
Analisa Data
Analisa Data
Dari 89 Responden di Desa Hulu dijumpai 69 responden (78%) yang mengetahui
tentang debu/ Asap dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan dijumpai 20
responden (22%) yang tidak mengetahui tentang debu/ asap dapat menyebabkan Infeksi
Saluran Pernafasan Akut.
2 Tidak tahu 49 55
Jumlah 89 100
Analisa Data
Data 89 responden di Desa Hulu dijumpai 49 responden (55%) yang mengetahui
bahwa dengan memakai penutup pada hidung dan mulut (masker) dapat menghindari
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 74 responden (83%) yang mengetahui
tentang cara memakai penutup hidung dan mulut (masker) dengan benar dan dijumpai 15
responden (17%) yang tidak mengetahui tentang cara memakai penutup hidung dan mulut
(masker) dengan benar.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 71 responden (80%) yang mengetahui cara
memakai masker dengan benar dan dijumpai 18 responden (20%) yang tidak mengetahui
cara memakai masker dengan benar .
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 80 responden (90%) yang mengetahui
tentang pemakaian masker yaitu menutupi hidung sampai dagu dan dijumpai 9 responden
(10%) yang tidak mengetahui tentang pemakaian masker yaitu menutupi hidung sampai dagu.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 64 responden (61%) yang mengetahui
tentang Gizi Seimbang dan imunisasi lengkap berpengaruh pada pencegahan ISPA dan
dijumpai 35 responden (39%) yang tidak mengetahui tentang Gizi Seimbang dan imunisasi
lengkap berpengaruh pada pencegahan ISPA.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 58 responden (65%) yang mengetahui
tentang Pengobatan penyakit infeksi saluran pernafasan akut dapat didapatkan di Puskesmas
terdekat dijumpai 31 responden (35%) yang tidak mengetahui tentang Pengobatan penyakit
infeksi saluran pernafasan akut dapat didapatkan di Puskesmas terdekat.
Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Pengetahuan kurang (<40% %) mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 78,6% (70 dari 89
responden).
Pengetahuan cukup ( 40-70% benar ) mengenai upaya pencegahan dan
penanggulangan Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 12,4%
(11 dari 89 responden)
Pengetahuan baik (>80 benar ) mengenai upaya pencegahan dan penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut sebanyak 9% ( 8 dari 89
responden).
90
78.6
80
70
60
50
40
30
20
12.4
9
10
0
Kurang Cukup Baik
B. SIKAP
Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang Gejala-Gejala
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Yaitu Batuk, Pilek, Demam.
No Sikap Frekuensi Persentase (%)
1 Setuju 73 82
2 Tidak Setuju 16 18
Jumlah 89 100
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 73 responden (82%) yang setuju tentang
gejala-gejala Infeksi Saluran Pernafasan Akut yaitu batuk, pilek, dan demam dan dijumpai 16
responden (18%) yang tidak setuju tentang gejala-gejala infeksi Saluran Pernafasan Akut
yaitu batuk, pilek, demam.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 49 responden (55%) yang setuju tentang
penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah bakteri dan virus serta dijumpai 40
responden (45%) yang tidak setuju tentang penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah
bakteri dan virus.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu di jumpai 79 responden (89%) yang setuju dengan
penyebab Saluran Pernafasan Akut selain bakteri dan virus ada penyebab lain, seperti polusi
udara yang mengandung zat-zat berbahaya serta dijumpai 10 responden (11%) yang tidak
setuju dengan penyebab Saluran Pernafasan Akut selain bakteri dan virus ada penyebab lain,
seperti polusi udara yang mengandung zat-zat berbahaya.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu di jumpai 87 responden (98%) yang setuju bahwa
debu v dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut serta dijumpai 2 responden (2%)
yang tidak setuju bahwa debu dapat menyebabkan Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 73 responden (82%) yang setuju dengan
memakai penutup hidung dan mulut dapat menghindari Penularan Penyakit Saluran
Pernafasan Akut serta dijumpai 16 responden (18%) yang tidak setuju memakai penutup pada
hidung dan mulut dapat menghindari Penularan Penyakit Saluran Pernafasan Akut.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 79 responden (89%) yang setuju dengan
memakai Masker dapat memakai sapu tangan/serbet melindungi hidung dan mulut 10
responden (11%) yang tidak setuju dengan memakai Masker dapat memakai sapu
tangan/serbet melindungi hidung dan mulut.
Analisa Data
Data 89 responden di Desa Hulu dijumpai 87 responden (98,%) yang setuju dengan
selain memakai penutup hidung dan mulut dengan menutupi dari bagian hidung sampai dagu.
Dijumpai 2 responden 2% yang tidak setuju selain memakai penutup hidung dan mulut
dengan menutupi dari bagian hidung sampai dagu.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (100%) yang setuju bahwa
makan gizi seimbang dan imunisasi lengkap dapat menambah sistem kekebalan tubuh pada
anak sehingga tidak mudah terserang ISPA. serta dijumpai 0 responden (0%) yang tidak
setuju bahwa makan gizi seimbang dan imunisasi lengkap dapat menambah sistem kekebalan
tubuh pada anak sehingga tidak mudah terserang ISPA.
Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Bahwa salah satu upaya
pencegahan penyakit ISPA adalah dengan tidak merokok dalam
ruangan tertutup
No Sikap Frekuensi Presentase (%)
1 Setuju 89 100
2 Tidak Setuju 0 0
Jumlah 89 100
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (100%) yang setuju bahwa
salah satu upaya pencegahan penyakit ISPA adalah dengan tidak merokok dalam ruangan
tertutup. dijumpai 0 responden (0%) yang tidak setuju bahwa salah satu upaya pencegahan
penyakit ISPA adalah dengan tidak merokok dalam ruangan tertutup.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu diperoleh semua respondes (100%) yang setuju
bahwa Pengobatan Penyakit Saluran Pernapasan Akut dapat diperoleh di Puskesmas terdekat
serta dijumpai 0 responden (0%) yang tidak setuju bahwa Pengobatan Penyakit Saluran
Pernapasan Akut dapat di peroleh di Puskesamas terdekat.
Secara keseluruhan, responden yang memiliki:
Sikap kurang (<40% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebagai sebanyak 0% ( 0 dari 89
responden)
Sikap cukup ( 40-70% benar ) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan
Tentang Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebanyak 13,5% ( 12 dari 89
responden )
Sikap baik (>80% benar) mengenai Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Tentang
Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut sebanyak 86,5% ( 77 dari 89 responden)
80
70
60
50 0
40
30
20
11
10
0
Kurang Cukup Baik
C. Tindakan Responden
Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Mengalami
Gejala-Gejala Infeksi Saluran Pernafasan seperti Batuk, Pilek,
dan Demam
No Tindakan Frekuensi Presentase (%)
1 Ya 89 100
2 Tidak 0 0
Jumlah 89 100
Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (I00%) yang pernah
mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernapasan seperti batuk, pilek, demam, dan 0
responden (0%) yang tidak pernah mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernapasan.seperti
batuk, pilek, dan demam.
Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 56 responden (63,%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri dan virus, dan 23
responden (26%) yang tidak pernah mengalami infeksi saluran pernapasan yang disebabkan
oleh bakteri dan virus.
Analisa data
Data 89 responden di Desa Hulu dijumpai 76 responden (85%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti polusi
udara yang mengandung zat-zat berbahaya , dan 13 responden (15%) yang tidak pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh penyebab lain seperti polusi
udara yang mengandung zat-zat berbahaya.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 82 responden (92%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan oleh karena asap dan 7 responden (7%) yang tidak
pernah mengalami infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh debu atau asap.
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 83 responden (93%) yang pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan karena tidak memakai penutup hidung dan mulut dan 6
responden (7%) yang tidak pernah mengalami infeksi saluran pernafasan karena tidak
memakai penutup pada hidung dan mulut (masker) untuk menghindari penularan penyakit
saluran pernafasan.
Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 89 responden (100 %) yang memakai
serbet/ sapu tangan untuk melindungi hidung dan mulut selain dengan memakai masker dan 0
responden (0%) yang tidak memakai serbet/sapu tangan untuk melindungi hidung dan mulut
selain dengan memakai masker.
Tabel 5.30 Distribusi Tindakan Responden yang memakai penutup hidung dan
mulut (masker) dengan benar yaitu menutupi bagian hidung sampai dagu.
No Tindakan Frekuensi Persentase (%)
1 Ya 76 85
2 Tidak 13 15
Jumlah 89 100
Analisa Data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 76 responden (85%) yang memakai
penutup hidung dan mulut dengan benar yaitu menutupi bagian hidung sampai dagu. dan 13
responden (15%) yang tidak memakai penutup hidung dan mulut dengan benar yaitu
menutupi bagian hidung sampai dagu.
Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 81 responden (91%) yang memberikan
makanan bergizi dan imunisasi lengkap pada anak agar tidak mudah terinfeksi penyakit ISPA
dan 8 responden (9%) yang tidak memberikan makanan bergizi dan imunisasi lengkap pada
anak agar tidak mudah terinfeksi penyakit ISPA .
Analisa data
Dari 89 responden di Desa Hulu dijumpai 69 responden (78%) yang dan 20
responden (22%) yang tidak merokok dalam ruangan tertutup adalah salah satu upaya
pencegahan penyakit ISPA penyakit ISPA .
Usia atau umur adalah salah satu faktor dalam menentukan dan melihat kesiapan
dalam berumah tangga dan berpengaruh terhadap penyakit. Baik pada usia muda
dibawah lima tahun atau dewasa. Seiring bertambahnya usia maka sistem imun tubuh
akan semakin menurun dan rentan terhadap penyakit. Untuk kategori usia dari 89
anggota Keluarga sebagai responden di Desa Hulu responden terbanyak berumur 46
hingga 55 tahun sebanyak 29 responden (33%). Dari hasil responden karakteristik
usia kurang berhubungan dengan penyakit ISPA.
Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu
menurut pekerjaan diperoleh 43 responden (48 %) rata rata sebagai IRT.(Ibu Rumah
Tangga). Walaupun demikian memang tingkat pekerjaan berhubungan dengan
penyakit ISPA contohnya yang bekerja sebagai buruh yang sangat memungkinkan
untuk terpapar debu atau asap kendaraan. Hal ini sangat berbeda dengan hasil
responden yang diperoleh.
Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu
menurut tingkat pendidikan diperoleh 57 responden (64%) adalah SMA. Tingkat
pendidikan dalam keluarga khususnya ibu dapat menjadi faktor yang mempengaruhi
status gizi balita dalam keluarga. Tingkat pengetahuan yang diperoleh baik secara
formal ataupun nonformal, menentukan dalam memilih jenis makan yang dikonsumsi
oleh balita dan keluarga dan yang lainnya. Pendidikan gizi yang diperoleh bertujuan
untuk meningkatkan sumber daya makanan yang tersedia. Tingkat pendidikan sangat
erat kaitannya dengan pengetahuan orangtua, terlebih ibu, dalam membuat jenis
makanan yang akan dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan (Suhardjo, 2004).
Hal ini sejalan dengan teori Gerungan, 2004 menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah menerima informasi
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hasil penelitian ini juga
mendukung penelitian Ariyana (2007) membuktikan bahwa tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap perubahan sikap sehari-hari khususnya kesehatan.
Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu,
diperoleh 86,5% responden yang memiliki sikap yang baik, 13,5% responden
memiliki sikap cukup dalam upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran
pernafasan akut. Hal ini memperlihatkan adanya kepedulian dari Keluarga untuk
menanggulangi masalah ISPA dan mau belajar untuk mengerti tentang ISPA. Hal ini
berkaitan dengan daerah desa tersebut merupakan daerah padat hunian dan area jalan
lintas dimana asap kendaraan menjadi pemicu penyakit ISPA
Dari 89 anggota keluarga sebagai responden di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu,
diperoleh 85,4% responden yang memiliki tindakan yang baik, 11,2% responden
mempunyai tingkat yang cukup, 3,4% mempunyai tingkat yang kurang. Hal ini
memperlihatkan bahwa Keluarga sudah mampu untuk menanggulangi dan mencegah
ISPA bila lebih meningkatkan upaya promotif kepada pihak Keluarga.Hal ini dapat
diartikan bahwa tindakan Keluarga di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu terhadap
upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut. Dari
pembahasan, maka diperlukan sosialisasi dan penyuluhan yang lebih sering dari
petugas kesehatan ke Keluarga tentang pencegahan dengan menggunakan masker,
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 57
mengkonsumsi makanan yang bergizi yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh dan penanggulangan dengan segera berobat ke puskesmas ataupun sarana
kesehatan lainnya. Namun, yang ditemukan dalam Keluarga adalah mereka masih
memilih menggunakan obat-obat tradisional dibandingkan dengan berobat. Mereka
hanya berobat apabila tidak ada perbaikan dari mengkonsumsi obat-obatan
tradisional. Selain itu sebagian Keluarga juga lebih memilih berobat ke praktek bidan
setempat dari pada harus ke Puskesmas dengan alasan jarak lebih dekat.
7.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh maka dapat disimpulkan
yaitu :
Untuk kategori usia Keluarga sebagai responden di Desa Hulu responden
terbanyak berumur 46 hingga 55 tahun .
Unuk kategori pekerjaan keluarga di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu rata
rata sebagai IRT.(Ibu Rumah Tangga), buruh dan wiraswasta.
Untuk kategori tingkat pendidikan keluarga sebagai responden di Desa Hulu
Kecamatan adalah SMA.
Untuk tingkat tindakan dan sikap anggota keluarga tentang upaya pencegahan
dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut sudah tergolong baik
tetapi pengaplikasiannya berbanding terbalik dengan tingkat pengetahuan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga di Desa Hulu masih
ingin tahu tetapi tidak mampu untuk melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut di daerah tersebut.
7.2 SARAN
Petugas Puskesmas diharapkan lebih menggiatkan penyuluhan tentang upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut
Pemerintah diharapkan mampu mendukung upaya pencegahan dan
penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut akibat melalui promosi
kesehatan agar Keluarga tahu, mau dan mampu dalam mencegah dan
menanggulangi ISPA .
Keluarga diharapkan mengetahui, mau dan mampu dalam mewujudkan upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut .
Tokoh Keluarga dan tokoh agama di Desa Hulu diharapkan berperan serta
dalam memberikan penyuluhan dan motivasi tentang pentingnya upaya
pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran pernafasan akut dan
pentingnya berobat ke puskesmas atau sarana kesehatan lainnya yang terdekat.
Tanggal Wawancara :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Pengetahuan
1. Apakah bapak / ibu mengetahui gejala gejala infeksi saluran pernafasan yaitu
seperti batuk, pilek dan demam?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:
7. Apakah bapak/ibu mengetahui cara memakai penutup hidung dan mulut (masker)
dengan benar yaitu dengan menutupi bagian hidung sampai dagu?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:
8. Apakah bapak/ibu mengetahui bahwa pola makan dengan gizi seimbang serta
imunisasi lengkap dapat menambah sistem kekebalan tubuh pada anak sehingga
tidak mudah terserang infeksi saluran pernafasan?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:
Sikap
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FK UMI
21 SEPTEMBER 2015 03 OKTOBER 2015 66
1. Setujukah bapak/ibu bahwa gejala-gejala infeksi saluran pernafasan yaitu
batuk, pilek dan demam?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:
8. Setujukah bapak/ibu bahwa dengan pola makan gizi seimbang dan imunisasi
lengkap dapat menambah sistem kekebalan tubuh pada anak sehingga tidak
mudah terserang ISPA?
a. YA b. Tidak
Jelaskan:
Tindakan
1. Pernahkah bapak/ibu mengalami gejala-gejala infeksi saluran pernafasan
yaitu seperti batuk, pilek dan demam?
a. YA b. Tidak
Jelaskan: