You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masalah kesehatan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia,
dimana setiap manusia selalu menginginkan hidup yang sehat. Sesuai dengan
tujuan utama pembangunan nasional dewasa ini yaitu untuk menciptakan
masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk mencapai tujuan tersebut sangat dibutuhkan manusia yang sadar
akan masa depan yang dapat membangun dirinya sendiri dengan kepercayaan
yang bulat dan teguh. Masalah kesehatan bukan hanya dihadapi oleh negara yang
sedang berkembang saja, tetapi juga dihadapi oleh negara maju. Hal ini dapat
dilihat dari tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, karena kesehatan
bukan yang utama, tetapi tanpa kesehatan semua yang dimiliki tidak ada artinya.
Pembangunan nasional adalah pembangunan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan Bangsa Indonesia dan dilaksanakan pada berbagai sektor secara
berkesinambungan, terarah dan terpadu, seperti yang tercermin dalam GBHN,
salah satu tujuan Pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur yang merata dan spiritual berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah meningkatkan
pembangunan di bidang kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari Pembangunan
Nasional yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk itu
Departemen Kesehatan mencanangkan Indonesia Sehat, mempunyai tujuan,
yaitu :
1. Pergerakan pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan.
2. Memelihara meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan lingkungan.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,
merata dan terjangkau oleh masyarakat.
4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk sehat.

LAPORAN KEGIATAN 1
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas maka Dinas Kesehatan
Kabupaten Deli Serdang juga mempunyai visi "Masyarakat mandiri untuk
hidup bersih dan sehat tahun 2015" , yang mana misinya adalah :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau.
4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan
masalah kesehatan.
5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.

1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari pelaksanaan
kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
dilaksanakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
1.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui program-program pokok yang dilaksanakan dari setiap
masing-masing Sub Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk
mencapai Deli Serdang Sadar Sehat 2005 Menuju Deli Serdang Sehat 2015.

1.3 MANFAAT
Diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan bagi peserta
Kepaniteraan Klinik Senior tentang program Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang dan dapat menambah pengalaman untuk bersosialisasi dengan
masyarakat.

LAPORAN KEGIATAN 2
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
BAB II
KEGIATAN-KEGIATAN PROGRAM DINASKESEHATAN KABUPATEN
DELI SERDANG

Berdasarkan PERDA KABUPATEN DELI SERDANG


Nomor 01 Tahun 2014
Tentang: Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Deli Serdang

Dinas Kesehatan merupakan unsur Pelaksana Pemerintahan Kabupaten


dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan yang Bertanggung Jawab kepada Bupati
melalui Sekretaris Daerah Kabupaten.

KEPALA DINAS KESEHATAN


Tugas Pokok :
Melaksanakan urusan pemerintahan daerah/kewenangan Kabupaten di
bidang pembinaan dan pengendalian masalah kesehatan, pelayanan kesehatan,
pengembangan sumber daya manusia, dan jaminan kesehatan serta tugas
pembantuan.
Fungsi :
1. Penyelengaraan perumusan kebijakan teknis di bidang pembinaan
pengendalian maslah kesehatan, pelayanan kesehatan, pengembangan sumber
daya manusia dan jaminan kesehatan
2. Penyelengaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang
pembinaan pengendalian masalah kesehatan, pelayanan kesehatan
pengembangan sumber daya manusia dan jaminan kesehatan
3. Penyelengaraan pemberian perizinan di bidang kesehatan
4. Penyelengaraan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan
5. Penyelengaraan pelayanan administrasi internal dan eksternal
6. Penyelengaraan tugas lain yang diberikan oleh Bupati, sesuai dengan tugas dan
fungsinya.

LAPORAN KEGIATAN 3
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Uraian Tugas:
1. Menyelenggarakan dan menetapkan pembinaan pengawai di lingkungan
Dinas Kesehatan.
2. Menyelenggarakan dan menetapkan arahan dan bimbingan kepala pejabat
structural di lingkungan Dinas Kesehatan.
3. Menyelenggarakan dan menetapkan instruksi pelaksanaan tugas Dinas
Kesehatan.
4. Menyelenggarakan dan menetapkan penyusunan program kegiatan Dinas
Kesehatan
5. Menyelenggarakan dan menetapkan perumusan, penyusunan dan
penyempurnaan, penetapan, pengaturan, pembinaan, pengkoordinasian,
pelaksanaan, pengendalian, fasilitasi, advokasi, pengawasan dan evaluasi
kebijakan teknis pembangunan kesehatn tingkat Kabupaten di bidang
pembinaan pengendalian masalah kesehatan, pelayanan kesehatan,
pengembangan sumber daya manusia dan jaminan kesehatan tingkat
Kabupaten.
6. Menyelenggarakan dan menetapkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan pembinaan pembangunan kesehatan jangka menengah dan
tahunan tingkat Kabupaten dan sinkronisasi perencanaan pembangunan
kesehatan kecamatan terhadap perencanaan pembangunan kesehatan tingkat
Kabupaten.
7. Menyelenggarakan dan menetapkan koordinasi lintas sector, lintas program
dan kerjasama kemitraan denagnpihak terkait dalam pembangunan kesehatan
tingkat Kabupaten.
8. Menyelenggarakan dan menetapkan pembinaan, koordinasi, pengawasan,
evaluasi, dan fasilitasi peningkatan kapasitas, kompetensi dan kemandirian
kecamatan dalam penanganan urusan pembangunan kesehatan di kecamatan.
9. Menyelenggarakan dan menetapkan penyusunan, penyempurnaan dan
pengendalian penerapan/ pelaksanaan dokumen teknis rincian tugas pokok
dan fungsi jabatan structural dan jabatan fungsional, serta standar teknis tata
hubungan kerja organisasi dan indicator kinerja Dinas.

LAPORAN KEGIATAN 4
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
10. Menyelenggarakan dan menetapkan penataan pembinaan dan
pengkoordinasian Dinas dan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD).
11. Menyelenggarakan dan menetapkan pelayanan administrasi internal dan
eksternal Dinas dan pelaksanaan penegakan hukum/hukum kesehatan.
12. Menyelenggarakan dan menetapkan pembinaan, peningkatan partisipasi dan
pemberdayaan kesehatan masyarakat, lembaga non pemerintah dan swasta
dalam pengelolaan dan pembangunan kesehatan tingkat Kabupaten.
13. Menyelenggarakan dan menetapkan program kerja dan rencana kerja Dinas.
14. Menyelenggarakan dan menetapkan pengendalian tugas dan fungsi dinas
serta pengkoordinasian penusunan tugas-tugas teknis.
15. Menyelenggarakan dan menetapkan tugas lain yang diberikan oleh Bupati
melalui sekretaris daerah sesuai bidang tugas dan fungsinya.
16. Menyelenggarakan dan menetapkan pemberian masukan yang perlu kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah sesuai bidang, tugas dan fungsinya
17. Menyelenggarakan dan menetapkan pelaporan dan pertanggung jawaban atas
pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah,
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas sebagaimana dimaksud di


atas, Kepala Dinas dibantu oleh:
1. Sekretaris
2. Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan
3. Bidang Pelayanan Kesehatan
4. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan
5. Bidang Jaminan dan Sarana Kesehatan
6. Unit Pelaksana Teknis Dinas
7. Kelompok Jabatan Fungsional

LAPORAN KEGIATAN 5
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
BAB III
MATERI BIMBINGAN

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS


(SP2TP)
PEMBIMBING : dr. Hartaty Saragih, M.Kes
HARI/TANGGAL : Senin / 05 Oktober 2015
PUKUL : 08.00 10.00 WIB

I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM


Setelah mengikuti mata pelajaran ini peserta diharapkan mampu memahami
konsep SP2TP.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS


Setelah pembelajaran peserta dapat :
1. Menjelaskan pengertian SP2TP
2. Menjelaskan tujuan SP2TP
3. Menyebutkan ruang lingkup SP2TP
4. Menjelaskan Pengorganisasian SP2TP
5. Menjelaskan Pengelolaan SP2TP

III. PENGERTIAN SP2TP


SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga
dan upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas.

IV. TUJUAN
1. Tercatatnya semua data hasil kegiatan Puskesmas dan data yang
berkaitan.
2. Terlaporkannya data tersebut ke jenjang administrasi yang lebih atas
sesuai kebutuhan.
3. Terolahnya data tersebut menjadi informasi di Puskesmas.

LAPORAN KEGIATAN 6
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
V. RUANG LINGKUP SP2TP
Pelaksanaan SP2TP menganut konsep wilayah kerja Puskesmas. Oleh
karena itu mencakup semua kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas (
Pustu, Puskel, Bidan di Desa).

VI. JENIS DATA YANG DICATAT DALAM SP2TP


1. Umum dan demografi di wilayah kerja Puskesmas
2. Ketenagaan di Puskesmas
3. Sarana yang dimiliki Puskesmas
4. Kegiatan pokok Puskesmas

VII. PENGORGANISASIAN SP2TP DI PUSKESMAS


1. Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas
2. Koordinator : Petugas yang ditunjuk
3. Anggota : Pelaksana Kegiatan Puskesmas

VIII. PENGELOLAAN SP2TP


1. Pencatatan ( 16 kartu, 42 regsiter)
2. Pelaporan :
a. Bulanan (LB1, LB2, LB3, LB4)
b. Sentinel (Panduan) :
i. (LB1S : PD3I)
ii. (LB2S : KIA, GIZI, TN, PAK)
c. Tahunan :
i. Data dasar Puskesmas (LT1)
ii. Data ketenagaan (LT2)
iii. Data Peralatan (LT3)
3. Pengelolaan, Penyajian, dan Interpretasi data
4. Pemanfaatan Data
a. Pemanfaatan Data SP2TP harus dikaitkan dengan :
1. Prioritas Nasional (KWSPM)
2. Kesepakatan Global
LAPORAN KEGIATAN 7
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
3. Keterpaduan lintas program dan sekitar
4. Masalah penyakit berpotensi wabah/ KLB
5. Efektifitas pelayanan
b. Pemanfaatan data dalam management Puskesmas.
1. Pemanfaatan dalam Perencanaan
i. RUK
ii. RPK/ PDA
2. Pemanfaatan dalam Pelaksanaan-Pengendalian :
i. Lakmin Puskesmas
3. Pemanfaatan dalam Pengawasan-Pertanggungjawaban :
i. Penilaian Kinerja Puskesmas
ii. LPJ Puskesmas

Foto Bersama Dengan Ibu dr. Hartaty Saragih, M.Kes, Setelah Bimbingan
Dengan TopikSP2TP dan Jaminan Kesehatan

METODOLOGI PENELITIAN
LAPORAN KEGIATAN 8
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
PEMBIMBING : Susidasari, SKM, M.Kes
HARI/TANGGAL : Senin / 05 Oktober 2015
PUKUL : 10.30 11.30WIB

I. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu.
1. Sampel
Sampel ditentukan dengan cara simple random sampling,
dimana jumlah sampel ditentukan dengan rumus:
N
n=
1 + N(d2 )
Dimana:
N = Jumlah sampel yang digunakan.
d = Derajat kesalahan yang diinginkan.
N = Jumlah Kepala Keluarga.

2. Pengolahan Data
Data dibuatsecara manual meskipunpengolahan data secara
manual pada saat ini memang jarang dilakukan karena sudah
ketinggalan zaman. Namun dalam keterbatasan-keterbatasan sarana
dan prasarana atau kalau data tidak terlalu besar, pengolahan data
secara manual masih diperlukan. Langkah-langkah pengolahan data
secara manual pada umumnya melalui langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau
dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih
dahulu. Kalau ternyata masih ada data atau informasi yang tidak
lengkap, dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka
kuesioner tersebut dikeluarkan (drop out).
2. Membuat Lembaran Kode atau Kartu Kode (Coding Sheet)

LAPORAN KEGIATAN 9
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa
kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembaran
atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor
pertanyaan.
3. Memasukkan Data (Data Entry)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar
kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing
pertanyaan.
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.

3. Analisa Data
Menganalisisdata tidak sekedar mendeskripsikan dan
menginterpretasikan data yang telah diolah. Keluaran akhir dari
analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil
penelitian tersebut. Interpretasi data mempunyai dua sisi, sisi yang
sempit dan sisi yang luas. Interpretasi data dari sisi yang sempit,
hanya sebatas pada masalah penelitian yang akan dijawab melalui data
darisisi yang sempit, hanya sebatas pada masalah penelitian yang akan
dijawab melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi
yang lebih luas, interpretasi data berarti mencari makna data hasil
penelitian dengan cara tidak hanya menjelaskan hasil penelitian
tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau generalisasi dari data
yang diperoleh melalui penelitian tersebut.
Oleh sebab itu secara rinci tujuan dilakukan analisis data adalah:
a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah
dirumuskan dalam tujuan penelitian.
b. Membuktikan hipotesis-hipotesis penelitian yang telah
dirumuskan.

LAPORAN KEGIATAN 10
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
c. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang
merupakan kontribusi dalam pengembangan ilmu yang
bersangkutan.

Foto Bersama Dengan Susida Sari SKM, M.Kes, Setelah Bimbingan Dengan
TopikMetodologi Penelitian

JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


LAPORAN KEGIATAN 11
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
PEMBIMBING : Susidasari, SKM, M.Kes
HARI/TANGGAL : Senin / 05 Oktober 2015
PUKUL : 11.30 12.30WIB

Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya
dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-
bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi
Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25
Ayat (1) Deklarasi menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk
hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan
sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita
sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang
mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya.
Di Indonesia, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga
mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termasuk dalam UUD 45
pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti
dengan UU 36/2009 tentang Kesehatan. Dalam UU 36/2009 ditegaskan bahwa
setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban
turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi di atas, pemerintah
bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan.
Usaha ke arah itu sesungguhnya telah dirintis pemerintah dengan
menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan,
diantaranya adalah melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang
melayani antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai
swasta. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu,pemerintah memberikan
jaminan melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan

LAPORAN KEGIATAN 12
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih
terfragmentasi, terbagi- bagi. Biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit
terkendali.
Untuk mengatasi hal itu, pada 2004, dikeluarkan Undang-Undang No.40
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). UU 40/2004 ini mengamanatkan
bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 juga menetapkan, Jaminan Sosial
Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan
BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari
2014. Secara operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah No.101
Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden No. 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan
Kesehatan Nasional).

1. Pengertian Asuransi Kesehatan Sosial (Jaminan Kesehatan Nasional)


Sebelum membahas pengertian asuransi kesehatan sosial, beberapa
pengertian yang patut diketahui terkait dengan asuransi tersebut adalah:
a Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang
bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada
peserta atas risiko sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau
anggota keluarganya (UU SJSN No.40 tahun 2004).
b Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah tata cara penyelenggaraan
program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang
layak.
c Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang
dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan
LAPORAN KEGIATAN 13
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial Nasional ini
diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang
bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar
semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang
layak.
d Kelebihan sistem asuransi sosialdibandingkan dengan asuransi
komersialantara lain:

Asuransi Sosial Asuransi Komersial


1.Kepesertaan bersifat wajib
1.Kepesertaan bersifat sukarela
(untuk semua penduduk)
2. Non Profit 2.Profit
3.Manfaat sesuai dengan premi
3. Manfaat komprehensif
yang dibayarkan.

2. Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional


Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a Prinsip kegotongroyongan
Gotong royong sesungguhnya sudah menjadi salah satu prinsip dalam
hidup bermasyarakat dan juga merupakan salah satu akar dalam
kebudayaan kita. Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti peserta
yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang
sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta yang
sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaan SJSN
bersifat wajib untuk seluruh penduduk, tanpa pandang bulu. Dengan
demikian, melalui prinsip gotong-royong jaminan sosial dapat
menumbuhkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
b Prinsip nirlaba

LAPORAN KEGIATAN 14
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) adalah nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented).
Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya
kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah
dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Prinsip keterbukaan,
kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas. Prinsip prinsip
manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang
berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya.
c Prinsip portabilitas
Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk memberikan
jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d Prinsip kepesertaan bersifat wajib
Kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta
sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifatwajib bagi
seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan
ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan
program. Tahapan pertama dimulai dari pekerja di sektor formal,
bersamaan dengan itu sektor informal dapat menjadi peserta secara
mandiri, sehingga pada akhirnya Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dapat mencakup seluruh rakyat.
e Prinsip dana amanat
Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan
kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya
dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
f Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk
sebesar-besar kepentingan peserta.
3. Kepesertaan
LAPORAN KEGIATAN 15
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Beberapa pengertian:
a. Peserta
adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat
6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran.
b. Pekerja
adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau
imbalan dalam bentuk lain.
c. Pemberi Kerja
adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan
lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara negara
yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah,
atau imbalan dalam bentuk lainnya.

Peserta tersebut meliputi: Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan
PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a Pegawai Negeri Sipil;
b Anggota TNI;
c Anggota Polri;
d Pejabat Negara;
e Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f Pegawai Swasta; dan
g Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f
yang menerima Upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:
a Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
Upah.
LAPORAN KEGIATAN 16
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk
warga negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6
(enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas: Investor,
Pemberi Kerja, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan
dan bukan Pekerja yang tidak termasuk perkerjaan tersebut yang
mampu membayar iuran.
4) Penerima pensiun terdiri atas:
1. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
2. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun
3. dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat
hak pensiun.
Anggota keluarga bagi pekerja penerima upah meliputi:
a. Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yang sah dari
Peserta, dengan kriteria: tidak atau belum pernah menikah atau
tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21 (dua
puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal. Sedangkan Peserta
bukan PBI JKN dapat juga mengikutsertakan anggota keluarga
yang lain.
5) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri
diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tersendiri.

4. Syarat dan lokasi pendaftaran


Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS dan
pendaftaran dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.

5. Prosedur pendaftaran Peserta

LAPORAN KEGIATAN 17
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS
Kesehatan.
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat
mendaftarkan diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c. Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.

6. Hak dan kewajiban Peserta


a. Setiap Peserta BPJS Kesehatan berhak mendapatkan identitas peserta
dan manfaat pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Setiap Peserta BPJS Kesehatan berkewajiban untuk membayar iuran
dan melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan
menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau
pindah kerja.

7. Masa berlaku kepesertaan


a. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang
bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau
meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh
Peraturan BPJS.

8. Pentahapan kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap,
yaitu tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit
meliputi: PBI Jaminan Kesehatan; Anggota TNI/PNS di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya; Anggota Polri/PNS di
lingkungan Polri dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT
Askes (Persero) beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan
pemeliharaan kesehatan Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya

LAPORAN KEGIATAN 18
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai
Peserta BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

Foto Bersama Dengan Susida Sari SKM, M.Kes, Setelah Bimbingan Dengan
Topik JKN

PROMOSI DAN KESEHATAN


PEMBIMBING : Netty Manurung SST, M.Kes
HARI/TANGGAL :Selasa / 06 Oktober2015
LAPORAN KEGIATAN 19
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
PUKUL : 10.00 11.00 WIB

I. BIDANG PROMOSI KESEHATAN KELUARGA


Tugas dan Fungsi Pokok Bidang Promosi Kesehatan Keluarga,antara lain :
1. Menyusun perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi di
bidang promosi kesehatan keluarga, KB dan Gizi.
2. Membimbing dan mengendalikan kegiatan pelaksanaan kesehatan
keluarga, KB dan Gizi.
3. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kegiatan UKBM,
PHBS, UKS dan sarana metode penyuluhan.
4. Melaksanakan koordinasi antara Sub Dinas.

II. SEKSI PROMOSI KESEHATAN KELUARGA DAN KB


Tugas dan Fungsi Pokok Seksi Promosi Kesehatan Keluarga dan KB
antara lain:
1. Merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi kegiatan
promosi kesehatan keluarga dan KB.
2. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kesehatan keluarga, KB
di institusi kesehatan dan masyarakat.
3. Melaksanakan pembinaan teknis kesehatan keluarga dan KB.
4. Melaksanakan dan mengembangkan kegiatan UKBM, PHBS, UKS
dan sarana penyuluhan.
5. Penyuluhan penyalahgunaan narkoba.
6. Melaksanakan koordinasi antar seksi dan lintas sektor terkait.

III. PROMOSI DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN


Dibagi atas 3 kegiatan, antara lain :
1. Penyuluhan kesehatan masyarakat secara langsung maupun tidak
langsung.
Secara langsung : Dengan tatap muka maupun melalui media
Tidak langsung : Dengan menggunakan alat seperti poster,baliho,
dan lain-lain.
LAPORAN KEGIATAN 20
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
2. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
Ada 10 indikator tatanan PHBS di Rumah Tangga :
a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan mulai dari positif
hamil sampai ke masa nifas
b. Beri bayi ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan.
c. Timbang bayi dan balita.
d. Gunakan air bersih.
e. Cuci tangan dengan air dan sabun.
f. Gunakan jamban sehat.
g. Berantas jentik-jentik nyamuk di rumah.
h. Makan buah dan sayur setiap hari.
i. Beraktivitas fisik setiap hari.
j. Tidak merokok.

Ada 8 indikator tatanan PHBS di Sekolah :


a. Menyuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun.
b. Mengonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah.
c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat.
d. Olahraga yang teratur dan terukur.
e. Memberantas jentik nyamuk.
f. Tidak merokok di sekolah
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap
bulan.
h. Membuang sampah pada tempatnya.
3. Desa Sehat.

LAPORAN KEGIATAN 21
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Foto bersama Ibu Netty Manurung SST, M.Kes setelah bimbingan dengan topik
Promosi dan Kesehatan

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

LAPORAN KEGIATAN 22
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
PEMBIMBING : HatoranganSinaga, SKM
HARI/TANGGAL : Selasa / 06 Oktober 2015
PUKUL : 11.45 13.00 WIB

I. BIDANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT


MENULAR LANGSUNG
Tugas dan Fungsi Pokok Bidang Pencegahan Dan Pemberantasannya
Penyakit Menular Langsung adalah ;
1. Menyusun perencanaan, pelaksanaan monitoring dan evaluasi di
bidang P2P dan PL.
2. Membina, membimbing dan mengendalikan pelaksanaan kegiatan
P2P dan PL.
3. Melaksanakan Upaya Penanggulangan KLB dan bencana alam.
4. Menyelengarakan upaya kesehatan lingkungan dan pemantauan
dampak pembangunan terhadap kesehatan.
5. Melaksanakan koordinasi antara bidang.

II. SEKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT


MENULAR
Tugas dan Fungsi Pokok Seksi P2P adalah :
1. Merencanakan, melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam bidang
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
2. Melaksanakan pengamatan penyakit menular.
3. Melaksanakan penyakit bersumber pada binatang.
4. Melaksanakan pemberantasan penyakit menular langsung.
5. Melaksanakan pencegahan penyakit/ imunisasi.
6. Melaksanakan upaya pengendalian KLB penyakit menular.
7. Melaksanakan koordinasi antar seksi.

LAPORAN KEGIATAN 23
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
III. SEKSI PENYEHATAN LINGKUNGAN
Tugas dan Fungsi Pokok Seksi Penyehatan Lingkungan adalah :
1. Merencanakan, melaksanakan, monitoring dan evaluasi di bidang
kebersihan lingkungan, pengawasan kualitas air, tempat-tempat umum
dan pengawasan makanan dan minuman (TPM).
2. Melaksanakan kegiatan penyehatan lingkungan pemukiman dan
lingkungan kerja.
3. Melaksanakan pengamatan pemeriksaan kualitas udara, debu,
pengukuran tingkat kebisingan, pencahayaan, kelembapan,
mikrobiologi dan radiasi serta kualitas air bersih dan air minum/air
limbah.
4. Melaksanakan pengawasan TP2 pestisida dan cholinesterase.
5. Melaksanakan penelaahan dalam rangka pemberian rekomendasi,
sertifikasi dan perizinan di bidang pelayanan makanan minuman.
6. Melaksanakan bimbingan teknis terhadap industri kecil dan industri
rumah tangga.
7. Mendorong dan mengembangkan kabupaten sehat.
8. Melaksanakan koordinasi antar seksi.

LAPORAN KEGIATAN 24
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Foto Bersama Dengan Bapak Hatorangan Sinaga,Setelah Bimbingan
Dengan TopikPengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular

LAPORAN KEGIATAN 25
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
DISTRIBUSI OBAT DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
PEMBIMBING : Hedni E. Sembiring S.Fam, Apt
HARI/TANGGAL : Kamis/ 08 Oktober 2015
PUKUL : 08.30 09.30WIB

I. DISTRIBUSI OBAT
Secara umum dapat diartikan sebagai proses pemindahan barang dari
suatu tempat ke tempat lain seperti:
1. Pemindahan dari supplier ke gudang pabrik (GP).
2. Pemindahan dari GP ke unit produksi atau pemakai.
3. Pemindahan produk dari unit produksi ke GP.
4. Pemindahan dari GP ke gudang cabang pabrik (GCP).
5. Pemindahan GP/GCP ke gudang distributor (GD).
6. Pemindahan GD ke gudang cabang distributor.
7. Pemindahan GD/GCD ke pengencer.
8. Pemindahan dari pengencer ke konsumen.
9. Proses pemindahan tersebut dapat berlangsung cepat atau lama bahkan
dapat membutuhkan waktu beberapa hari tergantung jarak, kualitas
transportasi seperti jalan dan alat angkut.
10. Selama proses pemindahan mutu dan jumlah barang harus tetap dapat
dipertahankan, karena itu alat angkut harus memiliki fasilitas untuk
menjaga mutu dan keamanan barang.
11. Proses komunikasi dan administrasi juga merupakan faktor penting
dalam proses distribusi.

II. LPLPO (Laporan pemakaian dan Lembaran Permintaan Obat)


Gudang farmasi kabupaten yang merupakan titik sentral pengelolaan
obat di Daerah Tingkat II, melaksanakan sistem pengelolaan obat melalui
satu pintu. Dengan pola satu pintu ini, maka puskesmas tidak dibebani lagi
dengan kewajiban untuk mengadministrasikan secara terpisah obat yang

LAPORAN KEGIATAN 26
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
berasal dari berbagai sumber, sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada
peningkatan kualitas pelayanan.
Pengelolaan obat di Puskesmas mempergunakan format Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Dari LPLPO ini
diharapkan akan diperoleh berbagai data dan informasi yang sangat
dibutuhkansehingga:
a. Dapat terlaksana tertib administrasi dan pengelolaan obat;
b. Tersedianya data yang akurat dan tepat waktu; dan
c. Tersedianya data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian oleh
unit yang lebih tinggi.
Untuk mencapai tiga sasaran pokok diatas peranan petugas pengisi
formulir LPLPO cukup penting. Untuk itu maka studi ini akan melihat
apakah ada faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja petugas pengisi
formulir LPLPO Puskesmas dalam mengisi formulir LPLPO.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner terstruktur dan data sekunder
untuk melihat hasil pencapaian pengisian formulir LPLPO yaitu variable
kinerja :
1. Tepat waktu,
2. Pelengkapan,
3. Akurasi perhitungan, dan
4. Informasi dini penggunaan obat yang tepat menurut kelas terapi
selama tahun anggaran.
Variabel independen yang diteliti meliputi faktor input, faktor proses,
faktor lingkungan sistem pengisian formulir LPLPO terhadap faktor kinerja
hasil pengisian formulir LPLPO (variabel dependen). Hasil penelitian
menunjukan tingkat pendidikan, kepuasan dan waktu yang tersedia
rnempunyai hubungan yang bermakna (pada p< 0,10) dengan menggunakan
analisa statistik bivariat terhadap akurasi, selain itu diketahui pula bahwa
tingkat kesulitan pengolahan data dan data morbiditas secara statistik
memiliki hubungan bermakna dengan indikator tepat waktu.

LAPORAN KEGIATAN 27
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan petugas.
2. Memilih petugas yang mempunyai latar belakang obat dan
menyenangi pekerjaan mengelola obat.
3. Pembinaan staf secara terus menerus agar dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
4. Pemberian pengetahuan dan ketrampilan dalam manajemen waktu.

Distribusi dapat dilakukan dengan 2 cara:


1. Sentaralisasi: seluruh kebutuhan user disuplai dari gudang pusat.
2. Desentralisasi: seluruh kebutuhan user disuplai dari depo (satelit) yang
berada di dekat atau disekitar user.
Keduanya mempunyai keuntungan dan kerugian, sistem mana yang
akan dipakai tergantung pada situasi dan kondisi masing-masing RS. Bila
jarak dan alat angkut merupakan kendala sebaiknya disentralisasi dan bila
tidak gunakan sentralisasi.
Selanjutnya distribusi dapat dilakukan dengan metode:
1. Floor stock
Seluruh kebutuhan pelayanan baik untuk keperluan emergensi,
dasar ruangan maupun individu penderita dari gudang pusat
(sentralisasi) atau depo farmasi (desentralisasi) dikirim dan disimpan
ditempat pelayanan/ruang user. Kebutuhan obat langsung dapat
dilayani perawatan tanpa harus menembus/ mengambil ketempat
pelayanan farmasi, sehingga farmasi tidak terlibat sama sekali dalam
proses review resep sebelum obat disiapkan.
2. Resep individu
Hanya kebutuhan emergensi dan dasar ruangan saja yang
dikirim dari gudang pusat atau depo farmasi dan disimpan ditempat
pelayan/ruang user, sedangkan kebutuhan individu diresepkan dan
ditembus/diambil oleh perawat atau keluarga ditempat pelayanan
LAPORAN KEGIATAN 28
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
obat/apotek dengan sistem cash and carry (seperti layaknya
pengambilan resep biasa). Di sini farmasi terlibat dalam proses
sebelum obat disiapkan.

3. Kombinasi
Tidak seluruhnya disediakan di tempat pelayanan jadi tetap ada
yang harus diambil ke tempat pelayanan farmasi.
4. Unit Dose
Obat tidak diserahkan seluruhnya tetapi umumnya diserahkan
dan discharge hanya kebutuhan 24 jam saja. Ketelitian dan disiplin
yang ketat dalam menangani masalah distribusi/penyaluran yang
merupakan unsur yang sangat penting untuk memenuhi ketepatan
seperti diharapkan oleh fungsi kebutuhan. Dan faktor pengendalian
akan membantu banyak hal penyempurnaan fungsi
penyaluran/distribusi tersebut.
Setiap saat perlu monitoring dan usaha-usaha yang mendorong
kelancaran agar tahap-tahap penyaluran dari proses manufaktur,
transportasi dan barang-barang datang tepat pada waktu yang
diperlukan. Pendistribusian juga harus sesuai dengan permintaan,
tepat waktu, tepat jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya.
Pengeluaran barang dalam pendistribusian harus dengan perencanaan
yang diminta oleh user. Mekanisme pengeluaran barang adalah sesuai
dengan prinsip FIFO dan FEFO.
Manfaat Sistem Unit Dose:
a. Setiap instruksi pengobatan dapat direview oleh farmasi
Setiap kemungkinan terjadinya kesalahan/kekurangan
adaministrasi dan farmasetika dapat segera diketahui oleh
farmasi.
b. Demikian pula dengan kemungkinan adanya kesalahan klinik
dapat segera diketahui oleh farmasi untuk segera didiskusikan
pemecahannya bersama dokter, sehingga kesalahan seperti

LAPORAN KEGIATAN 29
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
ketidaksamaan obat, under/over dosis, efek samping, efek toksis,
maupun interaksi obat dapat segera mungkin diketahui.
c. Biaya pengobatan yang harus ditanggung oleh penderita menjadi
lebih rendah karena yang dibayar hanyalah untuk obat/barang
farmasi yang dipakai saja.
d. Penyimpanan, peracikan dan penyiapan sepenuhnya oleh
farmasi.
e. Waktu perawatan untuk melakukan perawatan bertambah
banyak.
f. Baik farmasis maupun perawat dapat lebih melakukan pekerjaan
yang sesuai dengan background pengetahuannya.
g. Inventory obat/barang farmasi di ruang pesawat menjadi
minimal.
h. Interaksi antara ketiga unsur health provider
(dokter,farmasis,perawat) lebih nyata dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada pasien.
i. Billing obat dapat segera disiapkan.

III. ALUR PELAYANAN RESEP INDIVIDU


1. Apotek RS, Apotek Luar Keluarga
a. Pada umumnya di RS swasta.
b. Bila tidak ada persediaan:
i. Apotik RS yang mencari
ii. Diserahkan kepada keluarga (jarang).
c. Seluruh obat diresepkan diserahkan sebelum dipakai disimpan di
nurse station.
d. Penagihan obat oleh keuangan.
2. Instalansi Farmasi Keluarga Apotek Luar
a. Pada umumnya di RS pemerintah.
b. Bila tidak ada persediaan ke apotek luar.
c. Semua obat sebelum digunakan disimpan di Nurse Station.
d. Tidak ada panagihan obat karena sistemnya cash and carry.
LAPORAN KEGIATAN 30
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
3. Instalansi Farmasi Perawat Unit Dose
a. Di nurse station hanya obat untuk 24 jam, sisanya ada di
farmasi.
b. Biaya obat yang dihitung hanya obat yang digunakan.
c. Yang tidak digunakan tidak dibebankan kepada pasien.

Tidak jarang terjadi keadaan pasien semakin berat setelah menerima


pengobatan ataupun masuk kembali ke RS setelah sebelumnya dinyatakan
sembuh. Keadaan ini tentu saja sangat merugikan pasien baik secara klinis,
psikologis maupun materi. Penggunaan obat yang rasional atau good
prescribing adalah penggunaan/pemberian obat yang tepat indikasi,tepat
dosis, tepat waktu, lama pemberian, dan tepat cara pemberian dengan
mempertimbangkan ratio menfaat resiko dan terjangkau. Mengingat
sedemikian banyaknya obat yang beredar baik kualitas maupun kuantitas
serta minimnya informasi yang diberikan serta faktor budaya dan sikap
dokter maupun pasien sendiri, maka dalam prakteknya tidaklah mudah
untuk menggunakan obat secara rasional.
Beberapa pedoman dalam pemberian obat:
1. Sebenarnya tidak semua pasien tidak diberikan obat, tidak jarang
pasien tersebut disuruh istirahat saja cukup atau disarankan untuk
mengubah cara hidup maupun diet, dll.
2. Keberhasilan pengobatan sangat tergantung pada:
a. Ketepatan alat diagnosa yang digunakan
b. Ketepatan menegakkan diagnosa
c. Ketepatan obat/zat berkhasiat yang akan digunakan
d. Ketepatan memilih obat dari merk yang ada
e. Penyampaian informasi kepada pasien
3. Yakinkan pasien bahwa:
a. Dalam pengobatan tidak harus selalu disuntik.
b. Bukanlah mahalnya harga obat yang menentukan baik tidaknya
suatu obat.

LAPORAN KEGIATAN 31
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
c. Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali efek terapinya lebih
baik dan efek sampingnya tidak lebih jelek dari obat tunggal.
d. Sebaiknya hindari terapi simtomatik yang berkepanjangan.
e. Hindari polypharmacy bila diagnosa belum jelas ataupun pasien
lanjut usia.
f. Pertimbangkan selalu manfaat/resiko.
g. Pertimbangkan usia, jenis kelamin, berat badan, fungsi hati,
fungsi ginjal, kehamilan, menyusui, penyakit lain, dan
kepatuhan.
h. Pada keadaan darurat berikan obat yang paling efektif dan
paling cepat menimbulkan efek yang menjadi pertimbangan
utama bukan faktor harga ataupun terbatasnya persediaan.
4. Apakah obat yang perlu diberikan:
Pemberian obat lebih besar manfaatnya dari pada resiko
samping. Tidak semua keluhan/penderitaan pasien harus diberikan
obat.
a. Pemberian antibiotik broad sprektum pada penderita disentri
basiler tidak banyak manfaatnya malahan dapat memperpanjang
diare.
b. Manfaat pemberian preparat vasodilator pada Demensia Senilis
masih diragukan.
c. Pemberian vitamin hanya bermanfaat pada keadaan defisiensi.
d. Demikian juga halnya dengan pemberian mineral.

LAPORAN KEGIATAN 32
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Foto bersama: Ibu Sumiati Yuningsi, Apt setelah bimbingan dengan topik
Distribusi Obat Di Puskesmas Dan Jaringannya

LAPORAN KEGIATAN 33
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
BINA PELAYANAN KESEHATAN
PEMBIMBING : ElmiHaryuni, SKM, M.Kes
HARI/TANGGAL : Jumat/ 09 Oktober 2015
PUKUL : 08.30- 09.30 WIB

I. BIDANG BINA PELAYANAN KESEHATAN


Tugas dan fungsi pokok bidang pelayanan kesehatan adalah
melaksanakan sebagian tugas kepala bidang kesehatan di bidang pembinaan
dan pelayanan kesehatan, antara lain :
1. Menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi bidang pelayanan kesehatan dan kefarmasian.
2. Melaksanakan pembinaan mutu pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan.
3. Melaksanakan perencanaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan
untuk orang miskin.
4. Melaksanakan koordinasi antar bidang.

II. SEKSI BINA PELAYANAN KESEHATAN


Tugas dan fungsi pokok Seksi Bina Pelayanan Kesehatan, antara lain;
1. Menyelenggarakan bindal penyelenggaraan upaya/sarana kesehatan.
2. Pengendalian terhadap perizinan penyelenggara terhadap upaya sarana
kesehatan.
3. Melaksanakan bimbingan dan pengendalian pengobatan tradisional.
4. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, pengembangan dan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan.
5. Pencatatan dan pelaporan.
6. Melaksanakan koordinasi antar seksi.

LAPORAN KEGIATAN 34
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Foto Bersama Dengan Ibu Elmi Haryuni, SKM, M.Kes, Setelah Bimbingan
Dengan TopikBinaPelayananKesehatan

LAPORAN KEGIATAN 35
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
Berfoto di depan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang

LAPORAN KEGIATAN 36
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015
BAB IV
KESIMPULAN

Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari Pembangunan


Nasional yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.Untuk itu
Departemen Kesehatan mencanangkan Indonesia Sehat, mempunyai tujuan,
yaitu :
1. Pergerakan pembangunan Nasional yang berwawasan kesehatan.
2. Memelihara meningkatkan kesehatan Individu, keluarga dan lingkungan.
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau oleh masyarakat.
4. Mendorong kemandirian masyarakat untuk sehat.

Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas maka Dinas Kesehatan


Kabupaten Deli Serdang mempunyai visi Deli Serdang Sadar Sehat 2015
Menuju Deli Serdang Sehat 2015, dengan misi, yaitu :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu, merata dan terjangkau.
4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan
masalah kesehatan.
5. Meningkatkan dan mendayagunakan sumber daya kesehatan.

LAPORAN KEGIATAN 37
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN DELI SERDANG
KKS IKM FK-UMI / 12 -24 OKTOBER 2015

You might also like