Professional Documents
Culture Documents
*Mardani **Munizar
*) Department of Obstetrics and Gynecology , Faculty of Medicine of Syiah
Kuala University
Abstrak
Ventrikulomegali pada janin saat kehamilan merupakan kasus yang sulit untuk
didiagnosis pada pemeriksaan antenatal care (ANC). Keadaan ini tidak dapat
diketahui apabila tidak dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu berupa pemeriksaan
sonografi pada saat kehamilan. Tanda dan gejala pada saat kehamilan pun jarang
ditemukan pada kasus. Faktanya, pada negara berkembang seperti Indonesia, masih
banyak kasus ventrikulomegali pada janin yang belum dapat terdeteksi sejak masa
kehamilan. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pencegahan terjadinya
ventrikulomegali pada janin dan ANC merupakan dasar yang harus diperbaiki.
Pengelolaan ventrikulomegali pada janin masih merupakan hal yang jarang diketahui.
Kematian ibu dan janin dapat dikurangi dengan sebagian besar pencegahan maupun
penanggulangannya. Referat ini akan melaporkan kejadian ventrikulomegali dengan
ketuban pecah dini pada minggu 31-32 kehamilan dalam bentuk case report.
Abstract
Evaluasi antenatal pada sistem saraf pusat memainkan peranan pada bidang
perinatologi. Otak berkembang dengan cepat in utero dan ditandai perubahan bentuk
yang terlihat dari struktur otak primitif pada stadium awal menjadi struktur otak
normal pada akhir kehamilan. Pemeriksaan sonoembriologi pada awal kehamilan
mampu menegakkan diagnosis anomali pada janin lebih awal
Pasien mengaku hamil 7 bulan, HPHT: 10 Oktober 2016, TTP: 17 Juli 2017.
Hamil 31-32 Minggu. Riwayat ANC dibidan sebanyak empat kali dan di spesialis
obsgyn sebanyak sekali. USG terakhir pada tanggal 15 Mei 2017. Dari hasil USG
dikatakan janin presentasi bokong dengan kepala besar dan berisi cairan. Mules-mules
disangkal, lendir darah disangkal, keluar ai-air dari 2,5 jam SMRS. Gerakan janin
dirasakan berkurang sejak 3 hari SMRS. BAK dan BAB lancar.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, gizi baik, tidak anemis, keadaan
dan vital sign baik, cor dan pulmo normal. Keadaan motorik baik, ekstremitas atas
dan bawah baik. Perut membesar sesuai usia kehamilan.
Dari hasil pemeriksaan laboraturium, Hb: 10,1, yang lainnya dalam batas
normal. Dari hasil pemeriksaan CTG yang dilakukan didapatkan hasil: Baseline : 150
bpm, variabilitas < 5, akselerasi negative, deselerasi negative, gerak negative,
kesimpulan CTG II. Dari hasil pemeriksaan USG didapatkan hasil; BPD 95,8 mm,
HC 322,8 mm, AC 265,4 mm, FL 59,5 mm, ICA 4, TBJ 2160 gram. Plasenta terletak
di fundus, terdapat cairan pada rongga cranium. Kesan: hamil 30-31 minggu,
JPBoTH, oligohidramnion dengan ventrikulomegali.
Pasien datang mengaku hamil 7 bulan, HPHT: 10 Oktober 2016, TTP: 17 Juli
2017. Hamil 31-32 Minggu. Riwayat ANC dibidan sebanyak empat kali dan di
spesialis obsgyn sebanyak sekali. USG terakhir pada tanggal 15 Mei 2017. Dari hasil
USG dikatakan janin presentasi bokong dengan kepala besar dan berisi cairan. Mules-
mules disangkal, lendir darah disangkal, keluar ai-air dari 2,5 jam SMRS. Gerakan
janin dirasakan berkurang sejak 3 hari SMRS. BAK dan BAB lancar.
Pasien mengalami PPROM, pasien menggeluhkan keluar air-air lebih dari 2,5
jam tanpa ada tanda-tanda persalinan dan dalam usia kehamilan 31-32 minggu ,
disertai hasil pemeriksaan falsava test (+), lakmus test (+), serta permeriksaan USG
didapatkan ICA 4, dimana secara teoritis ketuban pecah dini ( amniorrhexis
premature rupture of the membrane PROM ) adalah pecahnya selaput korioamniotik
sebelum terjadi proses persalinan. Secara klinis diagnosa KPD ditegakkan bila
seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk kepentingan
klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk melakukan
pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada kehamilan < 37
minggu maka peristiwa tersebut disebut KPD Preterm (PPROM = preterm premature
rupture of the membrane - preterm amniorrhexis). 4
Kemudian pada pasien terjadi permasalahan letak bayi, dari hasil pemeriksaan
obstetric didapatkan kesan presentasi bokong di mulut rahim, diperkuat dengan hasil
pemeriksaan USG dimana letak kepala di fundus, sedangkan letak bokong pada rahim
bagian bawah. Secara normal letak kepala bayi berada di bawah rahim. Hal ini dapat
kita ketahui dari pemeriksaan leopold pada saat ANC, dan pemeriksaan sonography.5
Dari hasil anamnesis pasien mengatakan gerakan janin berkurang sejak 3 hari
SMRS, secara normal gerakan janin dirasakan sekali setiap satu jam, atau dua belas
kali dalam sehari, ditunjang dengan pemeriksaan CTG, yang mendapatkan hasil:
Baseline : 150 bpm, variabilitas < 5, akselerasi negative, deselerasi negative, gerak
negative, kesimpulan CTG II. Mengindikasikan terjadinya fetal distress intrauterine.5
Pada saat dilakukan pemeriksaan USG pada pasien ini didapatkan hasil BPD
95,8 mm, HC 322,8 mm, AC 265,4 mm, FL 59,5 mm, ICA 4, TBJ 2160 gram.
Plasenta terletak di fundus, terdapat cairan pada rongga cranium. Kesan: hamil 30-31
minggu, JPBoTH, oligohidramnion dengan ventrikulomegali. Secara teoritis
Ventrikulomegali merupakan kerusakan otak sekunder (infeksi kongenital atau
mekanisme vascular), malformasi, hidrosefalus, atau kombinasi dari dua proses tersebut
(seperti hidrosefalus sekaligus malformasi). Ventrikulomegali juga berhubungan dengan
neoplasma otak atau abnormalitas genetic yang tidak berhubungan dengan malformasi
otak. Kriteria klasik yang sering dipakai untuk diagnosis hidrosefalus pada periode
postnatal tidak sepenuhnya dapat dipakai pada kriteria prenatal. Pada in utero
hidrosefalus dapat terjadi bahkan dengan sirkumferensia kepala yang normal, dan
penyebab yang mendasarinya merubah aliran LCS yang tidak dapat diselidiki pada
semua kasus. Namun, progresivitas janin, pelebaran ventrikel yang berat dapat
menandakan hidrosefalus. Pengukuran ventrikel tidak dapat diandalkan sebagai makna
yang memisahkan antara penyebab yang berbeda dari ventrikulomegali. Tapi walau
tidak terdapat secara statistik perbedaan yang jelas, nilai rata-rata lebih rendah pada janin
dengan penyebab genetik (selain malformasi serebral) daripada janin yang hidrosefalus
dengan penyebab destruktif; yang memang mempunyai jumlah tersendiri pada janin
dengan ventrikulomegali borderline dengan anomali kromosom.6,7
Diagnosis ventrikulomegali dibuat dari penilaian ukuran ventrikel dan bukan dari
ada atau tidaknya pelebaran ukuran kepala. Walaupun janin dengan ventrikulomegali
dapat mengalami pelebaran ukuran kepala pada akhir kehamilan. Diameter biparietal
(BPD-biparietal diameter), dan sirkumferensia kepala (head circumference) umumnya
berkurang dibandingkan dengan sirkumferensia femur dan abdominal pada kasus-kasus
spina bifida dengan ventrikulomegali pada trimester kedua kehamilan. Pada pasien ini
BPD 95,8 mm, HC 322,8 mm, AC 265,4 mm, dam FL 59,5 mm. kemungkinan besar
tidak terjadi spina bifida pada janin pasien.
Skrining USG untuk malformasi otak janin dilakukan pada usia gestasi 19-22
minggu. Untuk penentuan otak janin, pengamatan skrining anomali trimester kedua
termasuk gambaran aksial : transthalamik, transventrikular, dan transserebelar. Hal ini
merupakan pendekatan standar. Tapi, keadaan yang berkembang pesat muncul pada
periode gestasi paruh kedua, yaitu proliferasi, migrasi dan organisasi neuronal; disaat
itu juga dapat ditemukan lesi seperti hemoragik dan tumor yang biasanya muncul
pada akhir masa gestasi. Oleh karena itu walaupun ada kemungkinan untuk melacak
anomali otak janin pada trimester kedua, kelainan migrasi, proliferasi, dan organisasi
serta lesi yang tampak baru jelas terlihat pada trimester ketiga.12
Telah dilaporkan pasien wanita 24 tahun, G1P0, dengan keluhan keluar air-air
tanpa disertai mules-mules dan tanpa keluar cairan darah sejak 2,5 jam SMRS, usia
kehamilan 31-32 minggu, pasien juga mengeluhkan gerakan janin berkurang sejak 3
hari SMRS. Pada hasil pemeriksaan didapatkan falsava test (+) dan lakmus test (+).