You are on page 1of 24

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl.Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk-Jakarta Barat

STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI GYNEKOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama Mahasiswa : Wilfridus Erik Tanda Tangan :


NIM : 11-2015-215
Dokter Pembimbing : dr. Prahadi Rahardjo, Sp.OG

IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik: 116443
Nama lengkap : Ny. S Nama suami : Tn. A
Umur : 19 tahun Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pedongkelan, Kapuk, DKI Jakarta Alamat : Pedongkelan, Kapuk, DKI Jakarta
RT.007 / RW.016 RT.007 / RW.016

I. ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis.
Tanggal: 19 Juni 2017 pukul 11.20 di ruang perawatan Anggur.
Masuk Rumah sakit tanggal : 17 Juni 2017
COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
1. Keluhan Utama:
keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba sejak 10 jam SMRS.

2. Riwayat Penyakit Sekarang:


Seorang wanita 19 tahun G2P1A0 hamil 30 minggu datang ke RSUD Cengkareng dengan
keluhan keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba sejak 10 jam SMRS. Cairan
berwarna jernih, tidak berbau, tidak berdarah. cairan dirasakan keluar terus-menerus sampai
merembes sampai ke seluruh celana. Keluhan mulas tidak dirasa oleh pasien. Pasien
mengatakan cairan keluar setelah berhubungan dengan suami. Saat ini pasien masih
merasakan gerakan bayi.
Pasien tidak merasakan demam,batuk, dan pilek. Pasien tidak ada riwayat trauma
sebelumnya, selama kehamilannya pasien rutin kontrol kehamilan. Pasien ada riwayat
merokok.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, penyakit jantung, kencing manis, dan alergi
- Tidak ada riwayat operasi sebelumnya.
- Pasien pada kehamilan pertama juga mengalami keluhan yang sama yaitu keluar cairan
bening

4. Riwayat Haid:
Haid pertama umur: 14 tahun.
Siklus: Teratur
Lamanya: 4 hari.
HPHT : 3 Oktober 2016
5. Riwayat Perkawinan:
Menikah : Sudah
Dengan suami sekarang: 2 tahun

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


6. Riwayat Obstetri:
Tidak ada

7. Riwayat Keluarga Berencana:


Pasien tidak pernah mengikuti program KB.

II. PEMERIKSAAN UMUM


Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 122/75 mmHg
Nadi : 75 x/menit
Suhu : 36,7 0C
Pernafasaan : 22 x/menit, Abdominal-torakal
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 58 kg

Kepala
Normocephali, Rambut hitam, distribusi merata
Mata
Pupil isokor 3mm, reflek cahaya (+/+), Konjungtiva pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-),
Udem palpebra (-/-)
Telinga
Serumen (-), Perdarahan (-)
Hidung
Sekret (-), Deviasi septum (-), Pernapasan cuping hidung(-), epistaksis (-)
Mulut
Lidah dalam batas normal

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Dada
Bentuk : Simetris baik statis maupun dinamis, tidak tampak scar, kulit sawo matang, sela
iga tidak tampak
Buah dada : Membesar, puting susu menonjol keluar, areola mammae melebar,
hiperpigmentasi areola mammae

Paru paru
Depan Belakang
Inspeksi Kiri Bentuk dada normal Tidak ada bekas luka
Kanan Bentuk dada normal Tidak ada bekas luka
Auskultasi Kiri Vesikuler Vesikuler
Kanan Vesikuler Vesikuler
Jantung (Cor)
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada sela iga V,
2 cm medial dari linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
Bunyi jantung I-II reguler, tidak terdengar murmur dan gallop pada keempat katup jantung
Perut (Abdomen)
Inspeksi
Bentuk : membuncit, Simetris
Lesi luka post operasi (-)
Palpasi
Nyeri tekan ( - ), massa ( - ), Defans musculer (-)
Hati : Tidak dapat dinilai
Limpa : Tidak dapat dinilai
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Anggota gerak : Edema ekstremitas -/-, sianosis -/-, akral hangat +/+
Kulit
Warna : Sawo matang
Effloresensi : Tidak ada
Jaringan parut : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Pertumbuhan rambut : Normal
Pembuluh darah : Tidak menonjol dan melebar
Suhu raba : Normal, kulit lembab
Keringat : Setempat yaitu di kepala dan leher
Turgor : Baik
Ikterus : Tidak ada

III. PEMERIKSAAN OBSTETRI


a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi
Wajah : Chloasma gravidarum (-)
Payudara : Pembesaran payudara (+), puting susu menonjol (+), cairan mammae (-)
Abdomen : Membesar, letak memanjang, striae gravidarum (+), bekas operasi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-)
TFU = 22cm, 2 jari diatas umbilikus
Leopold I : Bulat, lunak, tidak melenting (Bokong)
Leopold II : Keras memanjang pada bagian kiri (PUKI)
Leopold III : Bulat, keras, melenting (Kepala)
Leopold IV : Konvergen (Belum masuk pintu atas panggul)
DJJ : 146x/menit
His : 1-2 kali dalam 10 menit dengan durasi dibawah 20 detik

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


b. Pemeriksaan Dalam
Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
Inspekulo : Tidak dilakukan
VT (Pukul 12.00 WIB)
2 cm, Bagian bawah kepala, Hodge I

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10,7 (N: 12-14 g/dl
Leukosit 13,6 5-10 ribu/uL
Hematokrit 33 37-43%
Trombosit 352.000 150.000-400.000 ribu/uL
Golongan darah / Rhesus A/+ -
Glukosa Sewaktu 86 < 110 mg/dl

B. Pemeriksaan Radiologi
USG : CRL : 96,7 cm/16w1d/29-8-2017
BPD : 7,7/AC : 25,3/FL : 5,8/30w1d/1510 gr/24-8-2017

V. RESUME
Wanita G2P1A0 hamil 30 minggu datang ke RSUD Cengkareng dengan keluhan
keluar cairan bening dari jalan lahir secara tiba-tiba sejak 10 jam SMRS. Cairan berwarna
jernih, tidak berbau, tidak berdarah. cairan dirasakan keluar terus-menerus sampai merembes
ke celana dalam. Keluhan mulas tidak dirasa oleh pasien. Pasien mengatakan cairan keluar
setelah berhubungan dengan suami. Pasien tidak merasakan demam,batuk, dan pilek. Pasien
tidak ada riwayat trauma sebelumnya. Pasien ada riwayat merokok.

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Dari riwayat penyakit terdahulu, pada kehamilan yang pertama pasien memiliki
keluhan yang sama. Pasien tidak mengikuti program KB. Gerak janin (+), nyeri saat janin
bergerak (-), mulas-mulas (-), lendir darah (-), demam (-). ANC di bidan teratur. HPHT :
3/10/2016 TP : 10/07/2017. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tampak sakit sedang
dengan kesadaran compos mentis. Didapatkan suhu 36,7oC, TD 120/75 mmHg, frekuensi
nadi 75 x/menit, berat badan 58 kg, tinggi badan 145 cm, status generalis dalam batas
normal.

Status Obstetrik :
Abdomen
Inspeksi : Membuncit, membesar arah memanjang, striae gravidarum (+)
Palpasi : TFU 22 cm, punggung kiri, presentasi kepala, belum masuk PAP, his (+)
Auskultasi : DJJ 144 dpm, teratur

Anogenital
Inspeksi : Vulva/uretra tenang, perdarahan (-), edema (-), varises (-)
Inspekulo : Tidak dilakukan
VT : 2 cm, Bag bawah kepala, Hodge I

Penunjang
USG : Tgl. 15 Maret 2017 : CRL : 96,7 cm/16w1d/29-8-2017
Tgl. 16 Juni 2017 : BPD : 7,7/AC : 25,3/FL : 5,8/30w1d/1510 gr/24-8-2017

VI. DIAGNOSIS
G2P1A0, 19 tahun, hamil 30 minggu dengan Ketuban pecah dini
Janin tunggal, hidup, presentasi kepala, bagian bawah janin di Hodge I

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


VII. TATALAKSANA
- Rawat inap
- IVFD RL 12 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1 gr
- Inj. Terbutaline 3 x 1mg/ml
- Nifedipin oral 1 x 20mg dilanjutkan 20 mg apabila kontraksi masih berlanjut dalam waktu
30 menit
- Inj. Dexametasone 4 x 5mg/ml
- Rencana SC

VIII. PROGNOSIS
Ibu
Ad Vitam : Dubia ad bonam
Ad Fungsionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Janin
Ad Vitam : Dubia ad bonam

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


TINJAUAN PUSTAKA
KETUBAN PECAH DINI (KPD)

1.1 PENDAHULUAN
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam ilmu kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah.
KPD sering kali menimbulkan konsekuensi yang dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas
pada ibu maupun bayi terutama kematian perinatal yang cukup tinggi. Kematian perinatal yang
cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi
yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai pada
pengelolaan kasus KPD terutama pada pengelolaan konservatif. 1,2
Dilema sering terjadi pada pengelolaan KPD dimana harus segera bersikap aktif terutama
pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu sampai terjadinya proses persalinan,
sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi. Sedangkan sikap konservatif ini sebaiknya dilakukan pada KPD kehamilan kurang bulan
dengan harapan tercapainya pematangan paru dan berat badan janin yang cukup.1,2
Ada 2 komplikasi yang sering terjadi pada KPD, yaitu : pertama, infeksi, karena ketuban
yang utuh merupakan barier atau penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak
adanya selaput ketuban seperti pada KPD, flora vagina yang normal ada bisa menjadi patogen
yang akan membahayakan baik pada ibu maupun pada janinnya. Oleh karena itu membutuhkan
pengelolaan yang agresif seperti diinduksi untuk mempercepat persalinan dengan maksud untuk
mengurangi kemungkinan resiko terjadinya infeksi ; kedua, adalah kurang bulan atau prematuritas,
karena KPD sering terjadi pada kehamilan kurang bulan. Masalah yang sering timbul pada bayi
yang kurang bulan adalah gejala sesak nafas atau respiratory Distress Syndrom (RDS) yang
disebabkan karena belum masaknya paru. 1

2.1 ANATOMI & FISIOLOGI


A. Selaput Ketuban

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Selaput ketuban (selaput janin) terdiri dari amnion dan korion. Amnion adalah membrane
yang paling dalam dan berdampingan dengan cairan amnion. Struktur avascular khusus ini
memiliki peran penting dalam kehamilan pada manusia. Amnion adalah jaringan yang menentukan
hampir semua kekuatan regang membrane janin. Dengan demikian, pembentukan komponen
komponen amnion yang mencegah rupture atau robekan sangatlah penting bagi keberhasilan
persalinan 1,3
Amnion (selaput ketuban) merupakan membrane internal yang membungkus janin dan
cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, ulet, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada
korion (sekalipun dapat dikelupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal plasenta
sampai pada insersio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang tegak
lurus hingga umbilicus janin. Sedangkan korion merupakan membrane eksternal yang berwarna
putih dan terbentuk vili vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini
berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus 3

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


B. Cairan Amnion
Volume cairan amnion

Cairan yang normalnya jernih dan menumpuk di dalam rongga amnion ini akan meningkat
jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai menjelang aterm, saat terjadi
penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal.1,3
Volume cairan amnion pada hamil aterm sekitar 1000 1500 ml, warna putih, agak keruh serta
mempunyai bau yang khas, agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1.098 terdiri
atas 98% air. Sisanya terdiri atas garam anorganik serta bahan organic dan bila diteliti dengan
benar terdapat rambut lanugo, sel sel epitel dan verniks kaseosa. Protein ditemukan rata rata
2.6% g per liter, sebagian besar sebagai albumin.1,3

Tabel 1 volume cairan amnion yang lazim (Cunningham, 2006)


Minggu gestasi Janin (g) Plasenta (g) Cairan amnion (ml) Persen cairan
16 100 100 200 50
28 1000 200 1000 45
36 2500 400 900 24
40 3300 500 800 17

Fungsi cairan amnion.


Beberapa fungsi dari cairan amnion :
1. Proteksi : melindungi janin terhadap trauma dari luar

2. Mobilisasi : memungkinan ruang gerak bagi janin

3. Homeostasis : menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa dalam


rongga amnion untuk suasana yang optimal bagi janin

4. Mekanik : menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruangan intrauterine

5. Pada persalinan : membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.
COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
2.2 DEFINISI

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan mulai dan
ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada hamil
aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu, kejadiannya tidak terlalu banyak. 3,4

1. Pecahnya ketuban sebelum inpartu atau sebelum timbulnya persalinan minimal lebih dari
1 jam sebelum inpartu.

2. Pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila diameter serviks pada primigravida < 3 cm
dan multi gravida <5 cm.

3. Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada umur kehamilan > 28 minggu sebelum
waktu persalinan, dan dibagi menjadi dua :

- PROM (prelabour rupturs of the membranes) Pecahnya selaput ketuban pada usia
kehamilan > 37 minggu sebelum waktu persalinan.

- PPROM (Preterm Prelabour rupturs of the membranes) pecahnya selaput ketuban


pada usia kehamilan < 37 minggu.

Arti klinis ketuban pecah dini adalah : 3,4,6

Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan
terjadinya prolapses tali pusat atau kompresi tali pusat menjadi besar.

Peristiwa KPD yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang
masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan
keseimbangan feto pelvik.

KPD seringkali diikuti dengan adanya tanda tanda persalinan sehingga dapat memicu
terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.

Peristiwa KPD yang berlangsung lebih dari 24 jam (prolonged rupture of membrane)
seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Peristiwa KPD dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang, kejadian
ini akan mengakibatkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan
janin.

2.3 INSIDENSI

Ketuban pecah dini dapat terjadi pada kehamilan aterm (8%), preterm (1-3%), dan pada
midsemester kehamilan (<1%). Secara umum, insidensi dari KPD terjadi sekitar 7 12 % dari
semua kehamilan. 3,4

Sekitar 8-10% pasien ketuban pecah dini memiliki risiko tinggi infeksi intrauterine akibat interval
antara ketuban pecah dan persalinan yang memanjang. Ketuban pecah dini berhubungan dengan
30 hingga 40% persalinan preterm dimana sekitar 75% pasien akan mengalami persalinan satu
minggu lebih dini dari jadwal.3

2.4 ETIOLOGI

Etiologi dari KPD masih belum jelas, bisa dikarenakan faktor selaput ketuban itu sendiri (
berkurangnya kekuatan ketuban ) atau faktor infeksi yang menyebabkan peningkatan tekanan
intrauterin. 1,3

Karena etiologinya yang belum jelas maka tindakan preventif tdk dapat dilakukan, kecuali
dalam upaya untuk menekan terjadinya infeksi.

Faktor predisposisi Terjadinya KPD 3,4,7

1. Faktor selaput ketuban itu sendiri Selaput ketuban yang kurang elastis dan tipis

2. Adanya infeksi yang terjadi secara langsung mengenai selaput ketuban maupun ascenden
dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban seperti:

- Chorioamnionitis

- Phyelonefritis

- Sistitis
COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG
- Cervisitis

- Vaginitis

3. Kelainan kehamilan :

- cervix incompeten menyebabkan dinding ketuban paling bawah mendapat tekanan


paling tinggi

- cephalo-pelvic disproportion

- Peduncular abdomen (perut gantung)

- kelainan letak janin (letak sungsang), sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membran bagian bawah

- hidramnion, kehamilan ganda

Overdistensi uterus mengakibatkan selaput ketuban menjadi lebih tipis

4. Trauma dan tekanan intra abdominal

5. Faktor lain ;

- Umur, usia ibu yang lebih tua mungkin menyebabkan ketuban kurang kuat daripada
ibu muda

- Paritas (multipara, grandemultipara). Pada kehamilan yang terlalu sering akan


mempengaruhi proses embryogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan
lebih tipis yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda tanda
inpartu.

- Merokok selama kehamilan

- Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

- Riwayat KPD sebelumnya

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


2.5 PATOFISIOLOGI

Patofisiologi KPD berkaitan dengan adanya faktor predisposisi.:

1. Faktor selaput ketuban Membran ketuban memiliki karakteristik kemampuan suatu


material viscoelastis. Dimana jika ada tekanan internal saat persalinan dan juga adanya
infeksi membuat membran menjadi lemah dan rentan. membran pecah.1,3

2. Faktor infeksi Pada infeksi dan inflamasi terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan
prostaglandin menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerase
kolagen pada selaput korion/ amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan
mudah pecah spontan. 3,4

3. Faktor trauma dan tekanan intra abdominal adanya stress material dan fetal
menyebabkan peningkatan pelepasan plasental cortikotropin releasing hormon (CRH),
sehingga terjadi pembentukan enzym matriks metalloproteinase (MMP) ketuban pecah.
3,6,7

2.6 DIAGNOSA

Data subyektif:

Anamnesa:
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang banyak secara
tiba-tiba dari jalan lahir,tidak dapat ditahan, terus menerus. Cairan berbau khas, dan
perlu juga diperhatikan warna keluanya cairan tersebut, his belum teratur atau
belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah. Dari anamnesis 90% sudah
dapat mendiagnosa KPD secara benar.1,3
Jika sudah terjadi infeksi intra partum ( misalnya amniontis) didapat keluhan
demam tinggi, nyeri abdomen dan keluar cairan pervaginam berbau.3
Riwayat haid
Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran. Umur kehamilan diperkirakan dari hari
haid terakhir3,4

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Data objektif :

Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan umum:
o Periksa tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan
dan suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi
cepat.4,5
Pemeriksaan abdomen :
o Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus uteri ( TFU) harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut haid terakhir:
o Denyut jantung janin normal yaitu 120-160x/ menit 3,4
Pemeriksaan obstetric 3-5
Memeriksa adanya cairan yang keluar pervaginam yang berisi meconium, vernik
kaseosa, rambut lanugo, dan tidak berbau.
Dengan inspekulo ;
lihat dan perhatikan apakah air ketuban memang keluar dari kanalis servikalis dan
apakah ada bagian yang pecah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan pendataran dari serviks,
adanya prolapse tali pusat atau tidak, ekstremitas bayi
Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior
Pemeriksaan dalam ; (tidak dianjurkan)
Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai
pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut
bisa dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan,
dan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan), dan dibatasi
sedikit mungkin.

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan
yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.

1. Tes Lakmus (tes Nitrazin).


yaitu dengan memeriksa kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas
yang sensitive, pH ini akan berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa.
pH normal vagina selama kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah
7-7,5. Tempatkan sepotong kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah
menarik spekulum dari vagina, jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat
menghasilkan tes yang positif palsu. 1,3,6
2. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis. 1,3

Pemeriksaan penunjang

o USG: untuk menilai jumlah air ketuban (Amniotic Fluid Index), menentukan umur
kehamilan, letak plasenta, letak janin dan berat janin. 3
o Amniosenteses: Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kematangan paru janin {(rasio L/S: Fosfatidilgliserol, fosfatidi(kolin jenuh)}.
Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan adanya infeksi
intrauterine. 4,6
o Protein C-reaktif: peningkatan protein C-reaktif serum menunjukan peringatan
awal koriomnionitis.7

2.7 KOMPLIKASI

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Pengaruh KPD pada kehamilan :

1. timbulnya persalinan Masa laten merupakan waktu dari ketuban pecah sampai mulainya
persalinan. Makin tua kehamilan maka masa latennya makin pendek. Dan makin muda
umur kehamilan maka makin panjang pula masa latennya. Persalinan spontan dapat terjadi
< 24 jam pada 80%-85% kehamilan aterm dan 50% kehamilan prematur.3

2. lamanya persalinan lamanya persalinan menjadi lebih pendek yaitu ; pada primigravida
9 jam dan pada multigravida 6 jam.1,3

Pengaruh KPD pada janin :

1. Prematuritas, pada prematuritas dapat terjadi komplikasi pada bayi yaitu :

- Prolaps tali pusat, asfiksia neonatorum

- respiratory distress sindrom (RDS)

- Sindroma deformitas fetal growth retardation, hipoplasia paru-paru, deformitas


muka dan tubuh karena kompresi. 1,3

2. Infeksi intra uterin.

Pada infeksi intra partum janin terinfeksi lebih dulu dibandingkan ibu, infeksi ini
terjadi karena adanya infeksi asendens dari vagina ke intra uterin (Khorioamniositis).
Infeksi yang dapat terjadi pada janin yaitu : pnemonia, septikemia, infeksi saluran kemih,
konjungtivitis. Bila terjadi infeksi pada janin didapatkan suhu tubuh ibu meningkat dan
DJJ meningkat (Fetal distress). 1,3,4

3. Peningkatan morbiditas dan mortilitas janin.

Prematuritas, intra uterin fetal disstres, infeksi dan masa laten yang meningkat
dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas janin.3,4

Pada masa laten yang lama terjadi peningkatan angka kematian janin. Dimana bila
masa laten > 12jam maka terjadi peningkatan 4-6% angka kematian janin. Bila > 24 jam
meningkat 2 x lipat dan > 48 jam meningkat 4x lipat. 3,6

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Pengaruh KPD pada ibu : 2,3,5

1. infeksi partial

2. infeksi nifas (puerpuralis)

3. Peritonitis, septikemia

4. Dry labor

5. Prolonged labor (partus lama)

6. atonia uteri

7. chorioamnionitis, endometritis

8. kematian ibu karena septikemia

2.8 PENATALAKSANAAN

Dalam penatalaksanaan ketuban pecah dini ada beberapa hal dasar yang harus dilakukan
sebelum melakukan tindakan yaitu:
Memastikan diagnosis
Menentukan usia kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Tanda-tanda inpartu dan gawat janin

Penderita dengan kemungkinan ketuban pecah dini harus masuk rumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar maka pasien dapat
pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis dan gawat
janin maka kehamilan diterminasi. Bila ketuban pecah pada kehamilan premature maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Secara umum, penatalaksanaan pasien
ketuban pecah dini yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat janin,
penatalaksanaanya bergantung pada usia kehamilan. 3,,6,7
Secara umum, terdapat 2 jenis penanganan dan penatalaksanaan pada kasus ketuban pecah
dini yaitu:
A. Konservatif 1,3,5

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Rawat di Rumah Sakit, berikan antibiotic ( ampicilin atau eritromisin 4x500mg dan
metronidazol 2x500mg selama 7 hari.
Jika usia kehamilan < 32 34 minggu maka pasien dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi dan tes busa
negative maka diberikan dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x, observasi
tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi kehamilan pada usia
kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi maka berikan
tokolitik (salbutamol), dexametason IM 5mg setiap 6 jam sebanyak 4x dan induksi
persalinan setelah 24 jam
Jika usia kehamilan 32 37 minggu dan ada infeksi maka beri antibiotic dan
lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intra
uterin).

Pada usia kehamilan 32 37 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin
dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu.

B. Aktif 1,3,5
Pada kehamilan 37 minggu dan taksiran berat janin (TBJ) 2500gram, keadaan
ibu dan janin baik, skor pelvic 5 dan ICA > 5 maka dilakukan induksi dengan
oksitosin. Dapat pula diberikan misoprostol 25g - 50g intravaginal tiap 6 jam
maksimal 4 kali. Bila gagal maka dilakukan seksio sesarea.
Pada kehamilan 37 minggu dan taksiran berat jangin (TBJ) 2500gram, skor
pelvic < 5, ICA 5, keadaan ibu dan janin kurang baik ( terdapat tanda-tanda
infeksi intra partum, NST non-reaktif atau CST positif, terdapat indikasi obstetric)
dan ketuban pecah 12 jam maka berikan antibiotic dosis tinggi dan kehamilan
diakhiri dengan seksio sesarea.

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Tabel. 2.2 Tatalaksana Ketuban Pecah Dini

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


1.8 PROGNOSIS

Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :

Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan

Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi
yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu
mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.3
Kesimpulan

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetrik berkaitan
dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, yang
meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu.
Beberapa peneliti melaporkan insidensi KPD berkisar antara 8 10 % dari semua
kehamilan. Hal ini menunjukkan, KPD lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan
atau KPD pada kehamilan preterm terjadi sekitar 34 % semua kelahiran prematur.
Pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam kebidanan. Pengelolaan yang optimal dan yang baku masih belum ada, selalu berubah.
Protokol pengelolaan yang optimal harus mempertimbangkan adanya infeksi dan usia gestasi
serta faktor-faktor lain seperti fasilitas serta kemampuan untuk merawat bayi yang kurang
bulan. Meskipun tidak ada satu protokol pengelolaan yang dapat untuk semua kasus KPD,
tetapi harus ada panduan pengelolaan yang strategis, yang dapat mengurangi mortalitas
perinatal dan dapat menghilangkan komplikasi yang berat baik pada anak maupun pada ibu.

DAFTAR PUSTAKA

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG


1. Anonym, 2004. High Risk Pregnancy-Premature Rupture of Membrane (PROM)/Preterm
Premature Rupture of Membrane (PPROM). Univercity of Virginia. USA.
2. Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Ed. III, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008.

3. Prawirohardjo. S. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.


Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2002.

4. Marjono, Anthonius. 1992. Ketuban Pecah Dini dan Infeksi Intrapartum. FKUI. Jakarta.
5. Medina, Tanya M and Hill D. Ashley. 2006. Preterm Premature Rupture of Membrane:
Diagnosis and Management. American Familiy Physician. Orlando Florida.
6. Premature Rupture of The Membranes. http//www.eMedicine.com.

7. Premature Rupture of The Membranes with Intrauterine Spread. http//lpig.doe report.com.

COASS OBSTETRIC GYNECOLOGY RSUD CENGKARENG

You might also like