You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

Fisioterapi sebagai salah satu tenaga kesehatan berperan dan memelihara,


meningkatkan dan memperbaiki kemampuan gerak dan fungsi, beberapa diantaranya
kasus yang sering terjadi pada lingkungan masyarakat yaitu frozen shoulder yang
mengalami gangguan gerak dan fungsi. Frozen shoulder ditinjau dari segi bahasa
dimana frozen adalah kaku, sedangkan shoulder adalah bahu. Frozen shoulder
merupakan gejala untuk semua gangguan gerakan sendi bahu yang menimbulkan
nyeri dan keterbatasan gerak. Akan tetapi penderita frozen shoulder biasanya
menganggap kondisi ini sesuatu hal biasa saja. Artinya dapat sembuh dengan
sendirinya, hanya dengan meminum obat penurun nyeri tanpa latihan yang khusus,
tetapi jika dibiarkan terus menerus akan dapat mengakibatkan hal yang lebih buruk
yaitu keterbatasan gerak pada sendi bahu.
Sebagaimana yang dikemukakan Priguna Sidharta (1994) Frozen shoulder
merupakan wadah semua gangguan sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
keterbatasan lingkup gerak. Sedangkan menurut Callient (1997), berpendapat bahwa
frozen shoulder identik dengan capsulitis atau periarthritis yang ditandai dengan
keterbatasan gerak baik secara aktif maupun pasif, pada seluruh pola gerak sendi
glenohumeral yang pada umumnya terjadi pada usia 40-60 tahun.
Penyakit-penyakit pada muskuloskeletal saat ini banyak diderita oleh populasi
usia produktif dan usia tua. Salah satu diantaranya adalah penyakit kaku sendi pada
bahu yang dikenal dengan frozen shoulder.
Dipandang secara anatomis, sendi bahu merupakan salah satu sendi yang paling
mobile pada tubuh kita.Mobilitas sendi bahu yang luas sangat membantu posisi
lengan dan tangan untuk melakukan aktifitas sehari-hari.Karena besarnya mobilitas
pada sendi bahu maka tidak mengherankan banyak keluhan-keluhan yang dijumpai,
berupa nyeri, kekakuan, gangguan gerak dan fungsi lainnya.
Secara epidemiologi onset frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun. Dari
2-5% populasi sekitar 60% dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai
perempuan dibandingkan dengan laki-laki.Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20%
dari penderita diabetus millitus yang merupakan salah satu faktor resiko frozen
shoulde. Frozen shoulder merupakan reaksi autoimmobilisasi yang berhubungan
dengan faktor degenarasi, dan adanya patologi lain pada bahu.(Miharjanto, et al.,
2010).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
1. Tulang
Sendi-sendi dalam kompleks bahu dibentuk oleh 4 tulang yaitu
humerus, scapula, clavicula, dan sternum. Sendi glenohumeralis dibentuk oleh
caput humeri dari tulang humerus dan cavitas glenoidalis scapula, sedangkan
acromioclavicularis joint dibentuk oleh processus acromion dari tulang
scapula dan ujung lateral dari clavicula. Antara ujung sternal (medial)
clavicula dan sternum membentuk sendi sternoclavicularis.Tulang scapula
pada bagian anterior yang tertutup oleh otot subscapularis juga bersendi
dengan costa walaupun bukan sendi yang sebenarnya.Kemudian acromion
bersama dengan processus coracoideus dan ligamen coracoacromialis
membentuk atap bahu. Ruangan yang berada diantara atap bahu dengan caput
humeri membentuk ruangan subacromialis atau dikenal dengan sendi
suprahumeralis yang juga bukan merupakan sendi yang sebenarnya.
2. Sendi Glenohumeral
Sendi Glenohumeralis merupakan sendi peluru (ball and socket) yang
dibentuk oleh caput humerus yang berbentuk bola kecil dan fossa glenoid
scapula yang dangkal. Permukaan cavitas glenoidalis menghadap ke lateral
serong ventrocranial. Caput humeri membentuk inklinasi 130o 150o terhadap
shaft humeri dan retroversi 20o 30o. Oleh karena caput humerinya besar
maka hanya caput humeri yang dapat kontak dengan fossa glenoid pada
gerakan tertentu.Fossa glenoid adalah struktur yang dangkal, yang diperdalam
oleh labrum glenoidalis yang mengelilingi pinggiran fossa glenoid.
Menurut Grays Anatomy, fungsi labrum sebagai pelindung tepi
persendian, memperdalam konkavitas sendi, dan menambah lubrikasi (pelicin)
sendi, yang sama dengan meniscus. Mosseley dan Overgaard berpendapat
bahwa labrum adalah lipatan lebih pada kapsul yang disusun oleh fibrous
yang tebal dari jaringan ikat.
Fossa glenoidalis menghadap kearah lateral. Ada beberapa perbedaan
pendapat tentang kemiringan kearah superior atau inferior pada fossa
glenoidalis. Freedman dan Munro menemukan bahwa glenoidalis menghadap
kearah bawah pada 80,8% bahu yang mereka teliti dengan radiography.
Basmajian dan Bazant menggambarkan suatu kemiringan kearah superior, dan
hipotesanya menjelaskan bahwa glenoidalis dapat membantu stabilitas sendi.
Faktor lain yang memberikan stabilitas pada sendi ini adalah glenoid yang
menghadap kearah bawah. Humeri dan permukaan artikularis glenoid dibatasi
oleh kartilago sendi.Kartilago paling tebal pada perifer fossa glenoid dan pada
pusat caput humeri.
3.Otot
Otot merupakan stabilisator dan penggerak aktif sendi.Pada sendi
glenohumeralis diperkuat oleh otot-otot rotator cuff (otot supraspinatus,
infraspinatus, subscapularis dan teres minor), otot pectoralis mayor, teres
mayor dan tendon biceps caput longum. Bagian atas diperkuat oleh otot
supraspinatus dan biceps caput longum, ke bawah oleh otot triceps caput
longum, di depan diperkuat oleh otot subscapularis dan perpanjangan fibrous
di kedua otot pectoralis mayor dan teres mayor dan dibelakang diperkuat oleh
otot infraspinatus dan teres minor.
Otot supraspinatus bersama-sama dengan otot deltoid middle
berfungsi sebagai penggerak utama saat gerakan abduksi.Otot deltoid anterior,
pectoralis major yang dibantu oleh otot coracobrachialis berfungsi pada saat
gerakan fleksi.Sedangkan pada saat gerakan adduksi dilakukan oleh otot
latissimus dorsi dan dibantu oleh otot teres major.Otot infraspinatus dan teres
minor berfungsi pada saat gerak rotasi eksternal.Otot subscapularis (prime
mover) yang dibantu oleh otot teres major, otot pectoralis major berfungsi
pada saat gerak rotasi internal.
Otot-otot Penggerak Shoulder :
1. Fleksi
a. M. Coracobrachialis
Otot ini berorigo pada processus coracodeus scapula, berjalan pada
permukaan depan humerus sampai apda pertengahan humerus bagian
ventromedial
b. M. Biceps
Terdiri dari caput longum dan caput brevis. Caput logum berorigo
pada supraglenoidalis scapula dan caput brevis pada processus scapula,
berjalan dari sulcus intertubercularis dan berinsertio pada tubersitas radii.
c. M. Brachialis
Berorigo pada distal dataran anterior os humeri dan berinsertio pada
tubersitas ulna.
d. M. Deltoid
Otot ini terbagi 3 :
1) Pars Anterior : Berorigo pada extremitas acromioclavicula 1/3
lateral 2) Pars Posterior : Berorigo pada scapula bagian bawah
3) Pars Medial : Berorigo pada acromion bagian lateral
Otot ini berinsertio pada tubersitas deltoidea os humeri
2. Ekstensi
a. M. Teres Mayor
Berorigo pada permukaan belakang angulus inferior scapula. Insertio
melekat pada crista tuberculi minoris humeri.
b. M. Lasitimus Dorsi
Berorigo pada processus transversus vertebra Th5 Th11. Insertio
berjalan convergen ke lateral atas dengan 1 tendo yang melekat pada
crista tuberculi minor humeri.
c. M. Triceps
Caput longum berorigo pada Tubersitas infraglenoidalis scapula.Caput
medial berorigo 1/3 medial distal facies posterior humeri. Caput lateral
berorigo pada facies posterior dan lateral 1/3 proksimal humeri
3. Abduksi
a. M. Deltoideus
b. M. Supraspinatus
Origo 2/3 medial dari fossa supraspinatus. Insertio melekat pada
tubersitas Mayor Humeri
c. M. Seratus Anterior
- Upper Part
Berorigo pada permukaan satu dan dua costa. Insertio angulus
medialis scapula
- Midle Part
Berorigo pada costa 2 dan costa 3. Insertio pada Margo Vertebralis
scapula
- Lower Part
Berorigo pada costa 4 dan costa 6. Insertio angulus inverior pada
bagian yang menghadap ke costa.
4. Adduksi
a. M. Pectoralis Mayor
b. M. Lasitimus Dorsi
c. M. Teres Mayor
5. Endorotasi
a. M. Infraspinatur
Berorigo pada 2/3 medial fossa infraspinatusInsertio tubersitas mayus
humeri
b. M. Teres Minor
Berorigo pada permukaan dorsal scapula (2/3 atas margo axillaris
scapula). Insertio pada crista mayor humeri
6. Exorotasi
a. M. Supraspinatus
Berorigo pada 2/3 medial facies costalis scapula. Insertio pada
tuberculum minus humeri dan permukaan depan scapula articulatio
b. M. Latissimus Dorsi
c. M. Pectoralis Mayor
d. M. Deltoideus

4. Kapsul-Ligamen
Kapsul dan ligamen-ligamen memperkuat stabilitas sendi
glenohumeralis. Kapsul sendi merupakan struktur yang relatif luas dengan 2
kali luasnya area permukaan caput humeri. Kapsul melekat di sekitar tepi
glenoidalis dan membentuk suatu pembungkus disekitar caput humeri,
melekat pada collum anatomicum humeri kecuali kearah medial, dimana
capsulnya mengarah kebawah sekitar inchi.Kapsul ini dibatasi oleh
membran sinovial yang menutupi seluruh sendi dan memanjang melalui
sulcus bicipitalis dengan membentuk pembungkus tendon caput longum
biceps.Kapsul terbentuk oleh membran fibrous bagian luar dan membran
synovial bagian dalam.Kapsul merupakan struktur yang longgar, sehingga
caput humeri dapat terjadi distraksi sekitar inchi ketika lengan dalam
posisi istirahat.Untuk membantu stabilitas sendi, maka kapsul diperkuat oleh
ligamen-ligamen dan otot-otot pada bagian anterior dan posterior.Pada
bagian inferior kapsul tidak ada struktur penyanggah sendi, yang
menyebabkan kelemahan kapsul pada bagian ini.
Kapsul bagian anterior diperkuat oleh ligamen glenohumeralis dengan
serabut superior, middle, dan inferior.Ligamen glenohumeralis bagian
superior berasal dari tepi atas glenoid yang melewati caput humeral. Bagian
middle berasal dari tepi atas glenoid di depan humerus, dan bagian inferior
melalui tepi anterior glenoid dan di bawah caput humeral.
Ligamen coracohumeralis merupakan ligamen penyangga yang paling
kuat pada sendi glenohumeralis, yang melekat dari sisi lateral processus
coracoid dan membentang kearah anterior sendi pada sisi medial tuberculum
majus (insersio tendon supraspinatus) dan tuberositas minus (insersio otot
subscapularis). Ligamen ini menyatu dengan otot supraspinatus dan
membantu memelihara posisi normal istirahat dari sendi
glenohumeralis.Ligamen ini juga memperkuat bagian atas dari kapsul sendi.
Pada saat abduksi, kapsulo-ligamen glenohumeralis bagian middle dan
inferior meregang, dan terjadi benturan caput humeri terhadap labrum
glenoid sisi kranial sedangkan bagian superior rileks.Dan pada saat rotasi
eksternal terjadi peregangan kapsulo-ligamen sisi anterior dan terjadi
benturan caput humeri terhadap labrum glenoid sisi posterior, saat rotasi
internal terjadi peregangan kapsulo-ligamen sisi posterior dan terjadi
benturan caput humeri terhadap labrum glenoid sisi caudal.
Ada beberapa bursa pada daerah sendi bahu, diantaranya bursa
subdeltoid dan bursa subacromialis yang terletak di dalam ruangan
subacromialis.Bursa subdeltoid merupakan bursa yang besar dan terletak
antara otot deltoid dan kapsul sendi.Bursa subacromialis terletak di bawah
acromion dan ligamen coracoacromialis, antara kedua struktur tersebut dan
kapsul sendi, serta seringkali bersambung dengan bursa subdeltoid.

5. Biomekanik
Shoulder compleks terdiri dari empat sendi yaitu (1) sendi
glenohumeral, (2) sendi sternoclavicular, (3) sendi scapulothoracic, dan (4)
sendi acromioclavicular dimana semuanya berkontribusi untuki mencapai
berbagai gerakan bahu. Sekitar 120 gerakan fleksi dan abduksi pada bahu
untuk aktivitas fungsional.
B. Definisi
P. Sidharta (1984;99) sebagai berikut : Frozen shoulder merupakan
wadah untuk semua gangguan pada sendi bahu yang menimbulkan nyeri dan
pembatasan lingkup gerakan.

Calliet (1997;161) berpendapat bahwa Frozen shoulder identik dengan


capsulitis atau periarthritis yang ditandai dengan terbatasnya gerakan baik
secara aktif maupun pasif pada seluruh pola gerak sendi glenohumeral.

Frozen shoulder adalah terbatasnya gerak shoulder secara aktif dan pasif
ke semua arah gerakan. Frozen shoulder merupakan suatu gangguan bahu
yang sedikit atau sama sekali tidak menimbulkan rasa sakit, tidak
memperlihatkan kelainan pada foto Rontgen. tetapi menunjukkan adanya
pembatasan gerak dimana sendi seperti membeku atau terimmobilisasi.

Frozen shoulder dapat diidentikkan dengan capsulitis adhesif dan


periarthritis yang ditandai dengan keterbatasan gerak baik secara pasif
maupun aktif pada semua pola gerak. Bila hal ini terjadi dan berlangsung
lama, akan mengakibatkan perlengketan kapsul dan mengkerutnya kapsul
sendi sehingga gerakan sendi tersebut akan mengalami keterbatasan dan
bertambah nyeri.

Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :

Primer/ idiopatik frozen shoulder

Merupakan frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder


lebih banyak terjadi pada wanita dari pada pria dan biasanya terjadi usia lebih
dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih
memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan
gerakan bahu yang lama dan berulang.
Sekunder frozen shoulder

Merupakan frozen yang diikuti trauma yang berarti pada bahu misalnya
fraktur, dislokasi, ataupun luka bakar yang berat meskipun cedera ini mungkin
sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.

C. Etiologi
Meskipun etiologi masih belum jelas, Capsulitis Adhesiva dapat
diklasifikasikan sebagai primer atau sekunder.Frozen Shoulder dianggap
primer jika gejalanya tidak diketahui sedangkan hasil sekunder jika
penyebabnya diketahui (Walmsley et al, 2009). Ada tiga subkategori Frozen
Shoulder sekunder yaitu meliputi:
(1) faktor sistemik disebabkan oleh diabetes melitus dankondisi metabolik
lainnya,
(2) Faktor ekstrinsik disebabkan olehkardiopulmonal, serviks, CVA, fraktur
humerus serta Parkinson,dan
(3) faktor instrinsik disebabkan oleh patologi pada rotator cuff, tendinitis
bisipitalis , tendonitis supraspinatus, Capsulitis Adhesiva ( Mcclure dan
Leggin, 2009).
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan
pasti.Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang
lama, akibat trauma, over use, cidera atau operasi pada sendi,
hyperthyroidisme, penyakit kardiovaskuler, clinical depression dan Parkinson
(AAOS, 2000). Menurut American Academy Of Orthopedic Surgeon (2000),
teori yang mendasari terjadinya frozen shoulder adalah sebagai berikut :

1. Teori hormonal
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60 % pada wanita
bersamaandengan datangnya menopause.
2. Teori genetik
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder,
contohnya ada beberapa kasus dimana kembar indentik pasti menderita
pada saat yang sama.
3. Teori auto immun
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immun terhadap hasil-
hasil rusaknya jaringan lokal.
4. Teori postur

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan postur
tegap menyebabkan pemendekkan pada salah satu ligamen bahu.

Penyebab frozen shoulder tidak diketahui, diduga penyakit


inimerupakan respon auto immobization terhadap hasil hasil rusaknya
jaringan lokal. Meskipun penyebab utamanya idiopatik, banyak yang
menjadipredisposisi frozen shoulder, selain dugaan adanya respon auto
immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi
lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus,
kelumpuhan, pasca operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari
dalamsendi glenohumeral (tendonitis bicipitalis, infalamasi rotator cuff,
fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis, angina pectoris).
De Palma (1973) melaporkan bahwa setiap hambatan yang menghalangi gerak
scapulohumeral/ scapulothoraxic menyebabkan inaktifitas dari otot sehingga
merupakan predisposisi terjadinya frozen shoulder. Keterbatasan sendi bahu
(kaku pada bahu) dikaitkan dengan kapsula adhesive secara langsung
disebabkan oleh :
1. Causa Primair
a. Pengerutan / atropi dari hampir seluruh atau sebagian kapsula sendi
glenohumeral pada bagian anterior dan caudal
b. Perlengketan antara kapsula sendi jaringan lunak disekitarnya
c. Penurunan tingkat elastisitas kapsula sendi
2. Causa Sekundair
a. Adanya nyeri saat sendi diupayakan bergerak / digerakkan (mobilisasi)
b. Kelemahan otot di sekitar bahu
Keadaan bahu seperti di atas dapat diawali dengan tendinitis
Supraspinatus / Bisipitalia atau Bursitis Acromialis, karena tidak diobati dan
gerakan di sendi bahu yang menimbulkan nyeri tidak dilatih, maka lama
kelamaan menimbulkan perlengketan.
Frozen shoulder dapat terjadi selain karena gangguan miofisial
rotator cuff, dapat pula dikarenakan oleh Diabetes Melitus, disuse dari
sendi bahu yang sering terjadi pada stroke / Hemiparese / Hemiplegia,
Immobilisasi (fraktur, dislokasi, operatif). Kebanyakan penderita frozen
shoulder adalah wanita yang umur di atas 40 tahun.

D. Patofisiologi
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan
dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak
dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan
membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas
melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan
secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang
membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak
membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relative kecil (1-3
ml).
Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang
rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff,
karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke
dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya
reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam
posisi impingement yang terlalu lama (Appley, 1993).
Perubahan patologi yang merupakan respon terhadap rusaknya
jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial, menyebabkan
perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan
synovial sendi glenohumeral dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral
menyempit.
Frozen shoulder atau sering juga disebut capsulitis adhesive umumnya
akan melewati proses yang terdiri dari beberapa fase yaitu, Fase nyeri
(Painful): Berlangsung antara 0-3 bulan. Pasien mengalami nyeri spontan
yang seringkali parah dan mengganggu tidur.Pasien takut menggerakkan
bahunya sehingga menambah kekakuan.Pada akhir fase ini, volume kapsul
glenohumeral secara signifikan berkurang.
Fase kaku (Freezing): Berlangsung antara 4-12 bulan. Fase ini ditandai
dengan hyperplasia sinovial disertai proliferasi fibroblastik pada kapsul sendi
glenohumeralis.Rasa sakit seringkali diikuti dengan fase kaku.
Fase beku (frozen): Berlangsung antara 9-15 bulan. Di fase ini
patofisiologi sinovial mulai mereda/membaik tetapi adesi terjadi dalam kapsul
diikuti penurunan volume intra-articular dan kapsul sendi.Pasien mengalami
keterbatasan lingkup gerak sendi dalam pola kapsuler yaitu rotasi eksternal
paling terbatas, diikuti dengan abduksi dan rotasi internal. Fase mencair
(Thawing Phase): Fase ini berlangsung antara 15-24 bulan. Fase akhir ini
digambarkan sebagai mencair ditandai dengan kembalinya ROM secara
berangsur-angsur (Hannafin & Chiaia, 2000).
Cedera teringan terjadinya frozen shoulder adalah jenis gesekan yang
dapat menyebabkan reaksi radang lokal maupun tendinitis.Penyakit ini
biasanya sembuh dengan sendirinya, tetapi bila disertai dengan impairment
yang lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi kerobekan kecil, ini
dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut, metaplasia,
fibrikartilaginosa maupun pengapuran tendon. Penyembuhan disertai dengan
reaksi vaskuler dan kongesti lokal yang menyebabkan rasa nyeri dan
menyebabkan kelainan lebih lanjut (Apley, 1993)
Rasa sakit dari daerah bahu sering menghambat pasien frozen shoulder
dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL) dan ini adalah salah satu
alasan penurunan kekuatan dan ketahanan otot bahu ( Sandor& Brone, 2000).
Karena stabilitas glenohumeral sebagian besar oleh sistem
muscolotendinogen, maka gangguan pada otot-otot bahu tersebut akan
menyebabkan nyeri dan menurunya mobilitas sendi sehingga mengakibatkan
keterbatasan luas gerak sendi yang berakibat pada penurunan aktivitas
fungsional (Donatelli, 2004).

E. Manifestasi Klinik

Frozen shoulder ditandai dengan adanya keterbatasan LGS


glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun gerakan pasif. Nyeri
dirasakan pada daerah m. Deltoideus.Bila terjadi pada malam hari sering
sampai menggangu tidur.Sifat keterbatasan meliputi pola kapsuler yaitu
keterbataan gerak sendi yang spesifik mengikuti struktur kapsul sendi.Sendi
bahu mengikuti keterbatasan yang paling terbatas yaitu eksoritasi, endorotasi,
dan abduksi (Kuntono, 2004).Tanda dan gejala frozen shoulder adalah nyeri
terutama ketika meraih ke belakang dan elevasi bahu dan rasa tidak nyaman
biasanya dirasakan pada daerah anterolateral bahu dan lengan (Sheon et al.,
1996).

Tanda dan gejala lainnya frozen shoulder biasanya tidak terlihat kecuali
sedikit pengecilan otot dan mungkin juga terdapat rasa nyeri, tetapi gerakan
selalu terbatas.Pada kasus yang berat bahu sangat kaku (Apley & Solomon,
1995).
Pada kasus ini, nyeri yang terletak di anterolateral sendi dan menyebar
ke bagian anterior lengan atas, kadang-kadang juga ke bagian fleksor lengan
bawah.Rasa tidak nyaman memburuk pada malam hari dan biasanya
mengganggu tidur.Tenderness terjadi di sekitar caput humeri dan sulcus
bicipitalis.Gerakan pasif maupun aktif terbatas pada semua arah gerakan,
nyeri muncul pada gerak ekstrim.Pada stadium akut, spasme otot terlihat
pada semua otot di sekitar bahu (Turek, 1997).

Dari gejala dan tanda tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gejala dan
tanda yang khas dari frozen shoulder adalah nyeri, kekakuan, keterbatasan
pada luas gerak sendi bahu.Kadang-kadang disertai dengan penurunan
kekuatan otot sekitar bahu dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional
karena tidak digunakan (Kenny, 2006).

Adapun tanda dan gejala yang timbul dapat berupa :

Nyeri
Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma,
seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-
angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang
terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan
semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang.
Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi
normal ( Appley,1993 ).

Keterbatasan Lingkup gerak sendi


Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak
sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah
suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard,
diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau redikulitis
cervicalis.Keadaan ini biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 4560
tahun dan lebih sering pada wanita.
Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam
hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga
penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya (srugging) (Heru P
Kuntono,2004).
Penurunan Kekuatan otot dan Atropi otot
Pada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam
mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri
dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering
menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita
dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan
melakukandengan mengangkat bahunya (srugging). Juga dapat dijumpai
adanya atropi bahu (dalam berbagaoi tingkatan). Sedangkan pemeriksaan
neurologik biasanya dalam batas normal (Heru P Kuntono, 2004).
Gangguan aktifitas fungsional
Dengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada
penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri,
keterbatasan LGS, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung
akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya.
BAB III
PROSES FISIOTERAPI

A. DATA MEDIS
1. Nama : Ny. Hj. M
2. No.rekam medis : 00 - 03 - 18 -55
3. Catatan Klinis : Pasien memeriksakan diri kedokter, kemudian
pasien dirujuk ke Fisioterapi.
4. Diagnosa dokter : Fibroniralsia, Frozen Shoulder
5. Terapi Umum : Pasien saat ini sedang berobat jalan di poli saraf dan
poli Fisioterapi.

Tanggal Penatalaksanaan 18 Oktober 2016


B. ANAMNESIS
1. Anamnesis umum
Nama : Ny. Hj. M
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Guru
Agama : Islam
Alamat : Bontoa Raya

2. Anamnesis khusus
Keluhan utama : Nyeri bahu
Letak keluhan : Sendi bahu bagian kanan
Sifat keluhan : terlokalisir
lama keluhan : pasien mulai merasakan nyeri di bahu 3
bulan yang lalu
Riwayat perjalanan penyakit :Nyeri dan keterbatasan gerak bahu kanan yang
dirasakan sejak kurang lebih tiga bulan yang
lalu. Pasien sadar bahwa dari hari ke hari
pasien kesulitan mengancing rok yang berada
dibelakang.Saat itulah pasien ke RSUP Sayang
Rakyat untuk memeriksakan ke Poli Saraf dan
kemudian dirujuk ke Poli Fisioterapi untuk
menjalani terapi dengan diagnosis Frozen
Shoulder Dextra.
Penyebab keluhan :Pasien mengaku sering menindisi bahu dan
lengan kanan saat tidur dan membawa tas
dengan beban yang berat yang di letakkan
pada lengan kanannya (over use).
Faktor yang memperingan : Saat istirahat dan tidak menggerakkan lengan
Faktor yang memperberat : Saat beraktivitas yang melibatkan sendi bahu
riwayat penyakit lain :-
riwayat penyakit dahulu :-
riwayat obat : pasien masih mengkomsumsi obat anti nyeri
riwayat operasi :-
3. Anamnesis system
Sistem musculoskeletal : pasien mengalami nyeri pada bahu kanan.
Sistem neuromuscular : tidak ada gangguan neurologi
Sistem cardiopulmonal : tidak ada gangguan cardiopulmonal
Sistem pencernaan : pasien tidak mengalami gangguan makan dan
BAB
Sistem perkemihan : pasien mampu mengontrol sistem perkemihan
Psikogen : tidak ada kecemasan dan pasien bersemanagat
untuk sembuh.
C. VITAL SIGN ( Selasa ,18 /10/2016 )
1. Tekanan darah : 130/80 mmHg
2. Denyut nadi : 78 x/menit
3. Respirasi : 21 x/menit
4. Suhu : 36,5C

D. INSPEKSI
1. STATIS
Tampak anterior
Ekspresi pasien nampak tenang
Bahu nampak simetris
Nampak oedem pada bahu kanan

Tampak lateral

Pasien Nampak sedikit protraksi

Tampak posterior

Bahu nampak simetris


Garis midline vertebra tegak lurus
Scapula simetris

2. DINAMIS
Nampak pasien kesulitan mengerakkan tangan kanannya ke belakang
tubuh
Pasien mampu menoleh kekiri dan ke kanan
E. PALPASI
1. Suhu : teraba hangat
2. Oedem : Nampak oedem pada bagian bahu kanan
3. Nyeri tekan : ada
4. Spasme : Deltoid pars anterior dan Biceps brachi

F. PEMERIKSAAN FUNGSI
1. Quick test
Pain full arc : Pasien instruksikan untuk mengangkat kedua lengannya
posisi abduksi.
Hasil : pada posisi90an derajat sudah timbul nyeri dan tidak mampu
melanjutkan gerakan

2. Pemeriksaan fungsi gerak dasar


Region \ Aktif Pasif TIMT
Gerakan Dextra Dextra Dextra
Fleksi Terjadi keterbatasan gerak Tidak full rom,timbul nyeri Dapat melawan
, koordinasi baik , timbul , soft end fell tahanan
Ekstensi nyeri pada derajat tertentu. Tidak full rom,timbul nyeri ,
firm end fell
Abduksi Terjadi keterbatasan gerak Tidak full rom , ,timbul Dapat melawan
, koordinasi baik , timbul nyeri , firm end fell tahanan
Adduksi nyeri pada derajat tertentu Soft enfeel
Internal Terjadi keterbatasan gerak Tidak full rom , soft Dapat melawan
rotasi , koordinasi baik , timbul endfeel , timbul nyeri tahanan

Eksternal nyeri pada derajat tertentu. Tidak full rom , firm endfeel
rotasi , timbul nyeri
Elevasi Paien mampu Tidak ada timbul nyeri Dapat melawan
Depresi melakukannya tidak tahanan
timbul nyeri
Protraksi Paien mampu Tidak ada timbul nyeri
Retraksi melakukannya tidak
timbul nyeri

G. PEMERIKSAAN SPESIFIK
Apleys Scratch Test
o Tujuan : untuk mengetahui adanya kapsulitis adhesive dan
tendinitis bisipitalis pada bahu.
o Teknik : Pasien dalam posisi sitting dan diminta memegang
daerah disekitar angulus medialis scapula dengan
tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala.
o Hasil : ( + ) (pasien sulit melakukan dengan baik karena
timbul nyeri)
Yergasons Test
o Tujuan : Mengidentifikasi adanya kondisi patologi pada tendon
biseps dan cedera instabilitas Superior Labrum
Anterior Posterior (SLAP)
o Teknik : Pasien memfleksikan elbow 90 dan supinasi lengan
bawah, kemudian pasien melakukan gerakan ekso
rotasi lengan melawan tahanan.
o Hasil : ( + )(pasien sulit melakukannya dengan baik karna
timbul nyeri)
H. PENGUKURAN
1. Verbal Anolog scale

Untuk menilai derajat dan keadaan nyeri pada bahu yang dialami pasien

No Keterangan pemeriksaan Nilai Keterangan hasil pemeriksaan

1 Nyeri Gerak 7 Nyeri Sedang


2 Nyeri Diam 0 Tidak Nyeri
3 Nyeri Tekan 4 Nyeri ringan

2. Manual Muscle testing


No Group otot region shoulder Kanan Kiri
1 Fleksor 4 5
2 Ekstensor 4 5
3 Abductor 4 5
4 Adductor 5 5
5 Eksternal rotasi 4 5
6 Internal rotasi 5 5
7 Elevasi 5 5
8 Depresi 5 5
9 Protraksi 5 5
10 Retraksi 5 5
Keterangan :
1. Tidak ada gerakan & kontraksi otot
2. Tidak ada gerakan , namun ada kontraksi
3. Ada kontraksi , ada gerakan , namun belum mampu melawan gaya gravitasi
4. Ada kontraksi , ada gerakan , sudah mampu melawan gaya gravitasi , namun
belum mampu melawan tahanan minimal
5. Ada kontraksi , ada gerakan , sudah mampu melawan gaya gravitasi , mampu
melawan tahanan minimal
6. Ada kontraksi , ada gerakan , sudah mampu melawan gaya gravitasi , mampu
melawan tahanan maksimal.

3. Pengukuran lingkup gerak sendi


NO PEMERIKSAAN LGS LGS NORMAL
1 Dextra S : 40-0-150 S : 45 0-180
F : 130 - 0 - 45 F : 180 -0-45
R(F90) : 45 - 0 - 10 R(F90) : 45 0-45

Interpretasi : terjadi keterbatasan ROM di ke 3 DKG

4. scala SPADI (Shoulder Pain and Disability Index )

Skala nyeri: Seberapa berat nyeri Anda?


0= tidak ada nyeri----------------------------------10=sangat nyeri, nyeri tak
tertahankan
1 Saat kondisi paling buruk (paling nyeri)? 7
2 Saat berbaring pada sisi lesi? 2
3 Saat meraih sesuatu pada tempat yang tinggi? 6
4 Saat menyentuh bagian belakang leher? 2
5 Saat mendorong dengan lengan sisi nyeri? 4
Skala disabilitas: Seberapa besar kesulitan yang Anda alami?
0= tidak ada kesulitan -------------------------10=sangat sulit, harus dibantu
orang lain
6 Saat mencuci rambut (keramas)? 2
7 Saat mandi membersihkan punggung? 4
8 Saat memakai kaos dalam atau melepas sweater? 4
9 Saat memakai baju dengan kancing di depan? 1
10 Saat memakai celana? 0
11 Saat menaruh benda di tempat yang tinggi? 6
12 Saat membawa benda dengan berat + 5 kg (10 pond)? 6
13 Saat mengambil sesuatu dari saku belakang? 4

Nilai Keterangan
0 Tidak terasa nyeri tidak ada kesulitan
1-3 Nyeri ringan Sedikit kesulitan
4 -6 Nyeri sedang Kesulitan , sedikit bantuan
7 Nyeri berat sangat sulit, harus dibantu orang lain

5. Pemeriksaan Indeks barthel (Bathel D, 1965)

No Kemampua
Penilaian Skor
n

1. Makan 0: Tidak mampu

(Feeding) 1 : Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll 2

2 : Mandiri

2 Mandi
0 ; Tergantung orang lain
(Bathing) 1
1 : Mandiri

3. Perawatan 0 : Membutuhkan bantuan orang 1


diri 1 : Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan

(Grooming) bercukur

4. Berpakaian 0 : Tergantung orang lain

(Dressing) 1 : Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 1

2 ; Mandiri

5. Buang air 0 ; Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak

kecil terkontrol
2
(Bowel) 1 ; Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

2 ;Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)

6. Buang air
0 :Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
besar
1 ; Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2
(Bladder)
2 : Kontinensia (teratur)

7. Penggunaa 0 : Tergantung bantuan orang lain

n toilet 1 : Membutuhkan bantuan, tapidapat melakukan


2
beberapa hal sendiri

2 : Mandiri

8. Transfer 0 : Tidak mampu

1 : Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)


3
2 : Bantuan kecil (1 orang)

3 : Mandiri
9. Mobilitas 0 : Immobile (tidak mampu)

1 : Menggunakan kursi roda

2 : Berjalan dengan bantuan satu orang 3

3 : Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu

seperti,tongkat)

10. Naik turun 0 : Tidak mampu

tangga 1 : Membutuhkanbantuan (alat bantu) 2

2 :Mandiri

Total skor 19

IP :( 19 ) ketergantungan ringan

04 : Ketergantungan sangat berat 57 : ketergantungan berat

10 14 : ketergantungan sedang 15 19: ketergantungan ringan

20 : mandiri

I. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Gangguan Aktivitas Fungsional Pada Shoulder Joint Dextra Akibat Nyeri dan
Keterbatasan ROM et.causa Frozen Shoulder Capsulitis Adhesive
J. PROBLEMATIK FISIOTERAPI
Anatomi Impairtment
- Nyeri gerak dan nyeri tekan
- keterbatasan LGS
- spasme otot
- oedema

Activity Limitation
Adanya gangguan ADL pasien secara kompleks saat beaktivitas yang
melibatkan pergerakan bahu , seperi mengangkat barang , berpakain ,
menggaruk bagian punggung belakang , dan lain sebagainya.

Participasi restriksi
Pasien mengalami penurunan aktivitas sehari hari terutama partisipasi
menggunakan tangan bagian kanan.

K. TUJUAN FISIOTERAPI
1. Tujuan jangka pendek
Mengurangi nyeri
Mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot pasien
Mempertahankan dan meningkatkan LGS pasien
Mengurangi spasme pada otot
Menurunkan oedema

2. Tujuan jangka panjang


Melanjutkan tujuan jangka pendek
Meningkatkan kualitas hidup dengan mengoptimalkan kapasitas fisik dan
kemampuan fungsional pasien.
L. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Hot pack
Tujuan : Meningkatkan sirkulasi darah, menurunkan nyeri serta
merileksasikan kekakuan dan ketegangan otot.
Time : 15 menit
Intensitas : 35C

2. Ultrasound

Tujuan : Alat efektif untuk menghancurkan perlengketan atau cross


link

Time : 10 menit

Intensitas : 1,3 mA (1 MHz)

3. Massage

Tujuan : merileksasikan otot yang mengalami spasme

Time : 2 menit

Intensitas : Profunda massage (friction)

4. Manual terapi ( mobilisasi shoulder)

Terapi manipulasi yang diberikan adalah gerakan roll dan slide pada
gerakan-gerakan sendi bahu yang mengalami keterbatasan.
Terapi manipulasi bertujuan untuk membebaskan perlengketan pada
permukaan sendi, sehingga jarak gerak sendi akan bertambah. Beberapa
teknik terapi manipulasi yang dapat diberikan, antara lain:
Joint traction glenohumeral (mobilisasi secara general)
Traksi posisi abduksi
Prosedur Pelaksanaan :
Posisi pasien terlentang sementara terapis berada di samping pasien.
Letakkan kedua tangan terapis pada bagian medial proksimal dan
distal humerus.
Tarik humerus ke arah ventro lateral cranial dengan eksorotasi
shoulder
Caudal glide manipulasi
Prosedur Pelaksanaan :
Posisi pasien terlentang dengan flexi shoulder dan elbow sementara
tangan satu terapis berada di bagian proksimal humerus dan
satunya lagi berada pada elbow.
Tarik humerus ke arah ventro lateral caudal dengan fleksi shoulder
dan fiksasi kaput humeri.
Tekan elbow pada arah cranial

Caudal glide glenohumeral (menambah abduksi)


Prosedur Pelaksanaan :
Posisi pasien side lying.
Letakkan kedua tangan terapis pada bagian proksimal humerus.Tekan
caput humeri ke arah lateral caudal sementara tangan yang berada di
elbow mengangkat elbow ke arah cranial secara bersamaan.
Posterior glide glenohumeral (meningkatkan horizontal adduksi)
Prosedur Pelaksanaan :
Posisi pasien duduk dengan endorotasi sementara tangan satu terapis
berada di bagian glenohumeral joint dan satunya lagi berada pada
distal lengan bawah.
Tahan serta tekan humerus ke arah dorsal lateral caudal dengan
endorotasi shoulder dan fiksasi distal lengan

Anterior glide glenohumeral (meningkatkan eksternal dan internal


rotasi)
Prosedur Pelaksanaan :
Posisi pasien duduk dengan flexi elbow sementara tangan satu terapis
berada di bagian proksimal humerus dan satunya lagi berada pada
elbow.
Tahan serta tekan humerus ke arah ventro lateral caudal dengan
eksorotasi shoulder dan fiksasi kaput humeri.

5. Exercise therapy
Strengthening exercise
Tujuan : Meningkatkan kekutan otot
Streching
Tujuan : Mempertahankan fleksibilitas dan merileksasi otot
Hold relax exercise
Tujuan : Mengurangi nyeri gerak dan menambah ROM
Aktive exercise
Latihan Forward Flexion - Supine Position

Crossover Arm StretchDan Shoulder Circles

Shoulder Pendulum
Shoulder Flexion And Abduction - Finger Wall Walk

Hand Behind Back Towel Stretch

M. HOME PROGRAM

Pasien dianurjurkan untuk melanjutkan dan mengulangi aktif exercise di rumah


pasien dengan tetap memperhatikan kondisi pasien sendiri. Latihan aktif yaitu :

Forward Flexion Supine Position


Crossover Arm StretchDan Shoulder Circles
Shoulder Pendulum
Shoulder Flexion And Abduction - Finger Wall Walk
Hand Behind Back Towel Stretch
N. EDUKASI
Pasien disarankan tetap bersemangat dan optimis untuk dapat sembuh
pasien dianjurkan agar tetap meggunakan lengannya dalam batas toleransi
pasien untuk menghindari posisi immobilisasi yang lama yang dapat
memperburuk kondisi frozen shoulder
menghindari posisi menetap yang lama yang dapat memicu rasa nyeri
pasien disarankan tidak membawa beban yang berat
Pasien dianjurkan saat tidur tidak menindis lengan karena akan
menghambat gerakan lengan
pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) 15 menit
pada bahu yang sakit untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul
Pasien disarankan untunk mengulangi latihan latihan yang telah dilakukan
dengan tetap memperhatikan keadannya.

O. FOLLOW UP

no Hari / Problematic Intervensi Evaluasi


tanggal
1 Selasa , - VAS : 7 (nyeri berat)
18 Oktober - Hot Pack - ROM :
2016 -Ultrasound S 20 - 0 - 150 0
- Massage (friction) F : 130 - 0 - 45
- Manual terapi R(F90) : 45 - 0 - 10
-Nyeri gerak dan
(mobilisasi shoulder)
nyeri tekan - Exercise therapy
Rabu, - VAS :6 ( Nyeri sedang )
19 Oktober - Hot pack - ROM :
2016 - Ultrasound S 35 - 0 - 1600
- Massage (friction) F : 140 - 0 - 45
- Manual terapi R(F90) : 45 - 0 - 20
-Keterbatasan (mobilisasi shoulder) - Spasme berkurang
-Traksi dan translasi - Oedema berkurang
ROM
- Exercise therapy
- Spasme otot
3 Jumat, - VAS : 6 ( nyeri sedang)
21 oktober -Infra phild - ROM :
2016 - Massage (friction) S 40 - 0 - 160 0
- Manual terapi F : 135 - 0 - 45
(mobilisasi shoulder) R(F90) : 45 - 0 - 20
- Traksi dan translasi - Spasme berkurang
- Hold relax - Oedema tidak tampak lagi
- Exercise therapy
-Oedema pada
4 Senin,
24 Oktober bagian bahu - Infra phild - VAS : 5 ( nyeri sedang)
2016 kanan - Massage (friction) - ROM :
- Manual terapi S 40 - 0 - 165 0
(mobilisasi shoulder) F : 140 - 0 - 45
- Traksi dan translasi R(F90) : 45 - 0 - 20
- Hold relax - Spasme berkurang
- Exercise therapy - Tidak tampak adanya
oedema lagi

5 Jumat, -
28 Oktober -Infra phild
2016 - Massage (friction) - VAS : 5 ( nyeri sedang)
- Manual terapi - ROM :
(mobilisasi shoulder) S 40 - 0 - 170 0
- Traksi dan translasi F : 160 - 0 - 45
- Hold relax R(F90) : 45 - 0 - 20
- Exercise therapy - Tidak ada spasme
- Tidak ada oedema

6 Selasa,
01 - Infra phild
November - Massage (friction) - VAS : 4 ( nyeri ringan)
2016 - Manual terapi - ROM :
(mobilisasi shoulder) S 40 - 0 - 175 0
- Traksi dan translasi F : 170 - 0 - 45
- Hold relax R(F90) : 45 - 0 - 25
- Exercise therapy - Tidak ada spasme
- Tidak ada oedema
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktek klinik dengan judul Proses Fisioterapi Pada Gangguan


Aktivitas Fungsional Akibat Nyeri dan Keterbatasan Shoulder Joint Et Causa Frozen
Shoulder Dextra Capsulitis Adhesive di RSUD Sayang Rakyat oleh :

Nama : Andi Nursyafierah

NIM : PO.71.4.241.13.2.005

Telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan didalam


menyelesaikan praktek klinik di RSUD Sayang Rakyat mulai pada tanggal 18
Oktober- 12 November 2016.

Makassar, November 2016

Mengetahui :

PembimbingAkademik PembimbingKlinik

ArpandJaman,SKM,S.ST.Ft,M.Adm.Kes Ramluddin,SKM,S.Kep,M.Kes
NIP : 19680816 199403 1 003 NIP : 19670405 198803 1 017
DAFTAR PUSTAKA

Appley, A.G dan Louis Solomon.1995. Terjemah Ortopedi dan Fraktur Sistem
Appley. Edisi ke tujuh, Jakarta: Widya Medika.

Kuntono, P.H. 2004. Kupas Tuntas Frozen Shoulder. Surabaya: Ikatan


Fisioterapi Indonesia.
Cluett J. 2007. Frozen Shoulder. Diakses : 5/06/2014.
http://www.orthopedics.about.com/cs/frozenshoulder/a/frozenshoulder.htm
bee de joe. Orthopedic shoulder surgeon, 2004

You might also like