You are on page 1of 39

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Data Perencanaan

Dasar pembahasan pada Bab V ini mengenai perhitungan struktur


atas jembatan komposit dalam segi lendutan yang terjadi ketika konstruksi
jembatan dibebani. Pembebanan jembatan mengacu pada RSNI T-02-2005
dan PPPJJR 1987, serta batas lendutan mengacu pada RSNI T-12-2004.

1. Bentang jembatan : 1600 cm


2. Lantai kendaraan : 600 cm
3. Lebar trotoar : (120 x 2) cm
4. Lebar Jembatan : 700 cm
5. Tinggi tiang sandaran : 125 cm
6. Tebal lantai kendaraan : 20 cm
7. Tebal aspal : 7 cm
8. Tebal trotoar : 25 cm
9. Tinggi kerb : 25 cm
10. Mutu baja tulangan (fy) : 300 MPa
11. Mutu beton (fc) : 27,5 MPa
12. Jarak gelagar : 120 cm
13. beton : 2400 kg/m3
14. trotoar : 2000 kg/m3
15. aspal : 2200 kg/m3
16. baja : 7850 kg/m3
5.2 Perencanaan Tiang Sandaran

15

H = 100 kg/m

200
120
20

25

a. Data Teknis

Railling atau sandaran merupakan pagar pengaman (barrier)


jembatan khususnya untuk pejalan kaki. Menurut Pedoman Perencanaan
Jembatan Jalan Raya tahun 1987 mengatakan bahwa tiang-tiang
sandaran pada setiap tepi trotoar harus diperhitungkan untuk menahan
beban horizontal sebesar 100 kg/m yang bekerja pada tinggi 90 cm di
atas trotoar.
beton = 2400 kg/m3
baja = 7850 kg/m3
fy = 300 MPa
fc = 27,5 MPa
Faktor reduksi kekuatan lentur = 0.8
Koefisien tekan beton 1 = 0.85
Faktor reduksi kekuatan geser = 0.6
Tinggi sandaran hsandaran = 120 cm
Jarak sandaran ssandaran = 2.00 m
b. Analisa Gaya dan Pembebanan

Muatan horizontal (H) = 100 kg/m


Jarak sandaran ssandaran = 2.00 m
P = H x ssandaran
= 100 kg/m x 2,00 m
= 200 kg
Gaya Momen H sampai ujung trotoar
h = 1,00 + 0,20 = 1,20 m
M =Pxh
= 200 kg x 1,20 m
= 240 kgm = 2400000 Nmm
c. Perhitungan Tulangan

b = 150 mm
d = 250 30 = 220 mm
Tulangan utama
Faktor tahanan momen (Rn)
Mu
Rn =
bd2
2400000
=
0,8 .150 .2202

= 0,4132 N/mm2
Rasio tulangan yang diperlukan (perlu)
2.Rn
= 0,85 (1 1 0,85.fc )

2 . 0,4132
= 0,85 (1 1 0,85 . )
27,5

= 0,0152
.fc
perlu =
fy
0,0152 . 27,5
= 300
= 0,0014
Rasio tulangan minimum (min)
1,4
min =
fy
1,4
= = 0,0047
300
Rasio tulangan maximum (max)
fc 600
max = 0,75 {0,85 x x x (600+fy)}
fy

27,5 600
= 0,75 {0,85 x 0,85 x x (600+300)}
300

= 0,0331
Jadi perlu < min digunakan min
Asrencana = min . b . d
= 0,0047 . 150 . 220
= 154 mm2
= 1,57 cm2
Jadi digunakan tulangan 210 Aspakai= 1,57 cm2
Tulangan Sengkang
1
Vc = 6 . .
1
= 6 27,5 . 150 . 220

= 28842,2430 N
Vu = 1,8 . P
= 1,8 . 200 = 360 Kg
360
Vn = = = 600 Kg
0,6

= 6000 N
Jadi Vc > Vn tulangan sengkang praktis 6-200

d. Gambar rencana

Tulangan utama = 210

Tulangan Sengkang = 6-200


5.3 Perencanaan Kerb

Pada kerb digunakan aturan sesuai dengan standar SNI yaitu 500 kg/m dan
dengan tinggi minimal 25 cm dari lantai kendaraan.Perhitungan kerb dilakukan
dengan meninjau sebgaian untuk digunakan sebagai acuan sepanjang 1 m.
a. Data Teknis
h = 420 mm = 42cm = 0,42 m
b = 1000 mm = 100 cm =1m
d = 200 - 30 mm = 17 cm
fy = 300 MPa
fc = 27,5 MPa
Beban horizontal = 500 Kg/m
Faktor Beban = 1,8
b. Analisis Gaya dan Pembebanan
Ditinjau per 1 meter
Gaya Horizontal (P) = 500 kg/m x 1m = 500 kg
M =P.h
= 500 kg . 0,42 m
= 210 Kgm = 2100000 Nmm
Mu = 1,8 . M
= 1,8 . 2100000
= 3780000 Nmm
c. Perhitungan Penulangan
Mu
Rn =
bd2

378 .104
=
0,8 . 1000 . 1702

= 0,1635 N/mm2
Rasio tulangan yang diperlukan (perlu)
2.Rn
= 0,85 (1 1 0,85.fc )

2 . 0,1635
= 0,85 (1 1 0,85 . )
27,5

= 0,0060
.fc
perlu =
fy
0,0060 . 27,5
=
300

= 0,0006
min = 0,0047
max = 0,0331
Jadi perlu < min digunakan min
Asrencana = min . b . d
= 0,0047 . 1000 . 170
= 793 mm2
= 7,93 cm 2
Dipereloh tulangan utama 12 125 Aspakai= 9,05 cm 2
Tulangan bagi digunakan 6 6 digunakan hanya digunakan sebagai
pengikat untuk tulangan utama.

d. Gambar rencana

Tulangan utama = 12 125

Tulangan bagi =66

5.4 Perencanaan Pelat Lantai

a. Data Teknis

fc' = 27,5 MPa


fy = 300 MPa
Tebal lantai kendaraan = 20 cm
Tebal aspal = 7 cm
Lebar lantai kendaraan = 600 cm
beton = 2400 kg/m3
aspa = 2200 kg/m3
air = 1000 kg/m3
Jarak antar Tumpuan (S) = 120 cm
Ditinjau pelat selebar =1m
Diasumsikan pelat lantai jembatan menumpu pada girder (di kedua sisinya)
pada arah Lx dan menumpu pada ujung jembatan di arah Ly.

Ly/Lx = 16 / 1,2 = 13,3333


Karena Ly/Lx > 2, maka dapat diasumsikan distribusi beban menggunakan
pelat 1 arah.
b. Analisa Gaya dan Pembebanan
Beban mati tetap (DL)

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1,3


Berat sendiri pelat = tslab x b x beton
Ditinjau lebar 1 m = 0,2 x 1 x 2400 kg/m3
Total beban mati = 480 kg/m
Beban mati ultimate = 480 x 1,3 kg/m = 624kg/m
Mtumpuan = 0,907 kNm = 90,7 kgm

Mlapangan = 0,794 kNm = 79,4 kgm

Mtump kantilever = 4,406 kNm = 440,6 kgm

Beban mati tambahan

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2


Ditinjau selebar 1 m
Berat aspal + overlay = taspal x b x aspal
= 0,10 m x 1 m x 2200 kg/m3
= 220 kg/m
Berat hujan = tair x b x air
= 0,05 m x 1 m x 1000 kg/m3
= 50 kg/m
Total beban mati tambahan = 220 kg/m + 50 kg/m = 270 kg/m
Beban mati tambahan ultimate = 270 kg/m x 2
= 540kg/m

Mtumpuan = 0,785 kNm = 78,5 kgm


Mlapangan = 0,687 kNm = 68,7 kgm
Mtump kantilever = 3,813 kNm = 3,813 kgm
Beban pada pelat kantilever

No Jenis Beban Berat (Kg)

1 Sandaran 40.92
Tiang 54
Bawah sandaran 24
Total 118.92
2 Beton trotoar 480
3 Beton plat 240

Jumlah Beban Mati = 838,920 kg


Ubah menjadi beban merata qkantilever
qkantilever = 838,920/1,2
= 699,1 kg/m
Beban hidup
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1,8
Beban sandaran (LL1) = 200 kg
Beban pejalan kaki(LL2) = 500 kg

Beban truk

Untuk beban truk (RSNI T-12 2005) menyatakan bahwa beban truk
standar adalah 500 kN dengan pembagian seperti di bawah.
Beban roda T = 112,5 kN = 11250 kg

a = 50 + (2 . 7) + (2 . 10) = 84 cm = 0,84 m
b = 20 + (2 . 7) + (2 . 10) = 54 cm = 0,54 m
beban ditengah pelat

11250
Ptruk = = 24801,59 kg/m2
0,84 . 0,54

ditinjau sepanjang 1 m
qtruk = 24801,59 kg/m2 x 1 m = 24801,59 kg/m

qtruku = 24801,59 kg/m x 1,8

= 44642,862 kg/m

Kondisi 1

Skema pembebanan T1, roda truk berada di tengah pelat sisi kiri.
Mtumpuan = 41,05 kNm = 4105 kgm

Mlapangan = 52,523 kNm = 5252,3 kgm

Kondisi 2

Skema pembebanan T2, roda truk berada di tengah pelat sisi kanan.
Mtumpuan = 40,26 kNm = 4026 kgm

Mlapangan = 52,868 kNm = 5286,8 kgm

Kondisi 3

Skema pembebanan T3, terdapat 2 buah truk saling berdekatan dengan jarak
roda minimum 1.00 m.

Mtumpuan = 32,19 kNm = 3219 kgm

Mlapangan = 50,751 kNm = 5075,1 kgm


Beban Angin

Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1,2


Koefisien seret (Cw) = 1,2
Kecepatan angin rencana (Vw) = 30 m/s
Luas bidang terkena gaya angin (h) = 2,00 m
Jarak antar as kendaraan = 1,75 m
Jadi beban angin tambahan yang mengenai kendaraan dari samping

(TEW) = 0,0012 x Cw x (Vw)2


= 0,0012 x 1,2 x 302
= 1,296 kN = 129,6 kg
PEW = x (h/x) x TEW
= x (2/1,75) x 129,6
= 74,0571 kg
x 1,2 = 88,8686 kg
Kondisi 1
Mtumpuan = 0,07 kNm = 7,00 kgm
Mlapangan = 0,109 kNm = 10,9 kgm
Kondisi 2

Mtumpuan = 0,07 kNm = 7,00 kgm


Mlapangan = 0,109 kNm = 10,9 kgm
Kondisi 3
Mtumpuan = 0,07 kNm = 7,00 kgm
Mlapangan = 0,100 kNm = 10 kgm

c. Kombinasi Beban

Untuk kombinasi beban (RSNI T-12 2005) digunakan kombinasi no 1


dikarenakan kombinasi 1 memiliki faktor beban paling berbahaya dari
seluruh kombinasi yang disediakan dengan faktor beban sebagai berikut :
Beban mati menggunakan faktor ultimit = 1,3
Beban mati tambahan = 2,0
Beban lajur dan truk = 1,8
Beban hidup =0
Beban angin =1

Kombinasi beban pada tumpuan dihasilkan momen sebagai berikut :


Dari hasil perhitungan diatas didapatkan Momen maximum pada tumpuan
sebesar 73,44 kNm = 7344 kgm

Kombinasi beban pada lapangan dihasilkan momen sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan Momen maximum pada lapangan


sebesar 91,359 kNm = 9135,9 kgm

d. Perhitungan Penulangan

Dari perhitungan momen diatas didapatkan momen sebagai berikut :


MmaxTumpuan = 7344 kgm

MmaxLapangan = 9135,9 kgm

1) Penulangan tumpuan

Mu = 7344 kgm = 73440000 Nmm

= 0.8
= 0.85

b = 1000 mm
d = 200 30 = 170 mm
Mu
Rn =
bd2
73440000
= = 3,1765 N/mm2
0,8 . 1000 . 1702

Rasio tulangan yang diperlukan (perlu)


2.Rn
= 0,85 (1 1 0,85.fc )

2 . 3,1765
= 0,85 (1 1 0,85 . ) = 0,1246
27,5

.fc
perlu =
fy
0,1246 . 27,5
= = 0,0114
300
min = 0,0047
max = 0,0331
Jadi perlu > min digunakan perlu
Asrencana = perlu x b x d
= 0,0114 x 1000 x 170
= 1942,42 mm2 = 19,4242 cm2
Didapatkan tulangan utama 16 100 Aspakai= 20,11 cm2
Asrencana = 50% x Asperlu
= 50% x 19,42
= 9,7121 cm2
Didapatkan tulangan bagi 12 100 Aspakai = 11,31 cm2
2) Penulangan lapangan
Mu = 9135,9 kgm = 91359000 Nmm
= 0.8
= 0.85

b = 1000 mm
d = 200 30 = 170 mm
Mu
Rn =
bd2
91359000
Rn = = 4,00 N/mm2
0,8 . 1000 . 1702

Rasio tulangan yang diperlukan (perlu)


2.Rn
= 0,85 (1 1 0,85.fc )

2 . 4,00
= 0,85 (1 1 0,85 . ) = 0,1585
27,5

.fc
perlu =
fy
0,1585 . 27,5
= = 0,0145
300
min = 0,0047
max = 0,0331
Jadi perlu > min digunakan perlu
Asrencana = perlu x b x d
= 0,0145 x 1000 x 170
= 2469,37 mm2 = 24,6937 cm2
Didapatkan tulangan utama 19 100 Aspakai = 28,36 cm2
Asrencana = 50% x Asperlu
= 50% x 24,6937
= 12,3468 cm2
Didapatkan tulangan bagi 14 100 Aspakai = 15,39 cm2

e. Gambar rencana

Tumpuan : Tulangan Utama = 16 100


Tulangan Bagi = 12 100
Lapangan : Tulangan Utama = 19 100
Tulangan Bagi = 14 100
5.5 Perencanaan Gelagar

a. Data teknis
Profile gelagar IWF 700 . 300 . 13 . 24
Profile diafragma IWF 300 . 300 . 10 . 15
aspal = 2200 Kg/ m3
air = 1000 Kg/ m3
beton = 2400 Kg/ m3
b. Analisa Gaya dan Pembebanan
Beban mati tetap (DL)
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1,3
Pelat = hpelat x bpelat x beton
= 0,2 m x 1,2 m x 2400 Kg/ m3 = 576 kg/m
Gelagar Profile gelagar IWF 700 . 300 . 13 . 24 = 185 kg/m (tabel)
qD1 = 576 + 185 = 761 kg/m
Momen akibat berat mati tetap
M = 1/8 x qD1 x L2
= 1/8 x 761 x 162
= 24352 kgm
Geser akibat berat mati tetap
V = x qD1 x L
= x 761 x 16
= 6088 kg
Beban mati tambahan
Beban mati tambahan menurut SNI 2005 meliputi aspal dengan overlay
dan air hujan.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 2
Air hujan = tair x bair x air
= 0,05 x 1,2 x 1000 = 60 kg/m
Aspal+ overlay = taspal x baspal x aspal
= 0,1 x 1,2 x 2200 = 264 kg/m
diafragma IWF 300 . 300 . 10 . 15 = 94 kg/m (tabel)
qD2 = 60 + 264 + 94 = 418 kg/m
Momen akibat beban mati tambahan
M = 1/8 x qD2 x L2
= 1/8 x 418 x 162
= 13376 kgm
Geser akibat beban mati tambahan
V = x qD2 x L
= x 418 x 16
= 3344 kgm
Beban lajur (D)
Beban lajur (D) terdiri dari beban terbagi merata dan beban garis.
Bentang (L) = 16 m
Jarak gelagar Sgelagar = 1,2 m
Intensitas beban menurut RSNI T-12-2005
L < 30 m
p = 49 kPa = 49 kN/m = 4900 kg/m
q = 9 kPa = 9 kN/m2 = 900 kg/m2

Beban terpusat (P)


P = p x Sgelagar
= 4900 x 1,2
= 5880 kg
Beban terpusat dengan faktor beban kejut
Faktor beban kejut = 1,4 (SNI)
PL = P x 1,4
= 5880 x 1,4 = 8232 kg
Beban merata (q)
qL = q x Sgelagar
= 900 x 1,2
= 1080 kg/m
Momen akibat beban lajur (D)
M = x PL x L + 1/8 x qL x L2
= x 8232 x 16 + 1/8 x 1080 x 162
= 67488 kgm
Geser akibat beban lajur (D)
V = x (PL + qL x L)
= x ( 8232 + 1080 x 16 )
= 12756 kg
Beban Rem

Pengaruh gaya rem ini diperhitungkan sebesar 5% dari beban lajur "D"
tanpa faktor beban dinamis yang memenuhi semua jalur lalu lintas yang
ada. Dan dalam satu jurusan. Gaya rem dianggap bekerja horizontal
dalam arah sumbu jembatan dengan titik tangkap setinggi 1.8 meter
diatas permukaan lantai kendaraan.
Faktor beban ultimate (RSNI T-12-2005) 1.2
Beban PL = 8232 kg
Beban qL = 1080 kg
PR = 5% x PL
= 5% x 8232 = 411,6 kg
qR = 5% x qL
= 5% x 1080 = 54 kg/m
e = 1,8 + 0,05 + (0,9/2) = 2,3 m
Momen akibat rem
MR = PR x e + qR x L x e
= 411,6 x 2,3 + x 54 x 16 x 2,3
= 2933,88 kgm
Geser akibat beban lajur
VR = MR/L
= 2933,88/16 = 183,3675 kg
Beban Angin (EW)
d = 0,25 + 0,2 + 0,7 = 1,35 m
e = 0,7 + 0,2 + 0,07 +1 = 1,97 m
Koefisien seret (Cw) = 1,20
Kecepatan angin (Vw) = 30 m/s ( >5 km dari pantai : PPJR-1992)
TEW1 = 0,0012 x Cw x Vw2
= 0,0012 x 1,20 x 302
= 1,296 kN = 129,6 kg
qw1 = TEW1/L
= 129,6/16
= 8,1 kg/m
Menentukan Cw
Jika b/d = 1 maka Cw = 2,10
b/d = 2 maka Cw = 1,50
b/d > 6 maka Cw = 1,25
b = bentang jembatan
d = tinggi bangunan atas
b/d = 16/1,35 = 11,8519 jadi Cw = 1,25
TEW2 = 0,0006 x Cw x Vw2
= 0,0006 x 1,25 x 302
= 0.675 kN = 67,5 kg
qw2 = TEW2/L
= 67,5/16 = 4,5 kg
Resultan beban merata (qew)
qew = (qw1 x e + qw2 x d/2)/S
= ( 8,1 x 1,97 + 4,5 x 1,35/2) / 1,2
= 15,8288 kg/m
Momen akibat beban angin
Mew = 1/8 x qew x L2
= 1/8 x 15,8288 x 162
= 506,5216 kgm
Geser akibat beban angin
Vew = x qew x L
= x 15,8288 x 16
= 126,63 kg
c. Kombinasi beban

Beban V (kg) M (kgm)

Beban mati tetap 6088 24352

Beban mati tambahan 3344 13376

Beban lajur 12756 67488

Beban angin 126.63 506.5216

Beban Rem 183.3675 2933.88

Kombinasi 1

Faktor Beban
Beban V (kg) M (kgm) Vu (kg) Mu (kgm)
layanan Ultimite
Beban mati
6088 24352 1.3 7914.4 31657.6
tetap
Beban mati
3344 13376 2 6688 26752
tambahan
Beban lajur 12756 67488 1.8 22960.8 121478.4
Beban angin 126.63 506.5216 1 126.63 506.5216
Beban Rem 183.3675 2933.88 1.8 330.0615 5280.984
Jumlah 38019.8915 185675.5056
Kombinasi 2

Faktor Beban Mu
Beban V (kg) M (kgm) Vu (kg)
layanan Ultimite (kgm)
Beban mati
6088 24352 1.3 7914.4 31657.6
tetap
Beban mati
3344 13376 2 6688 26752
tambahan
Beban lajur 12756 67488 1 12756 67488
Beban angin 126.63 506.5216 0 0
Beban Rem 183.3675 2933.88 1 183.3675 2933.88
Jumlah 27541.7675 128831.48

Kombinasi 3

Faktor Beban
Beban V (kg) M (kgm) Vu (kg) Mu (kgm)
layanan Ultimite
Beban mati
6088 24352 1.3 7914.4 31657.6
tetap
Beban mati
3344 13376 2 6688 26752
tambahan
Beban lajur 12756 67488 1 12756 67488
Beban angin 126.63 506.5216 1 126.63 506.5216
Beban Rem 183.3675 2933.88 1 183.3675 2933.88
Jumlah 27668.3975 129338.0016

Dari hasil beberapa kombinasi diatas yang memiliki geser (Vu) dan momen (Mu)
terbesar pada kombinasi 1.
Vu = 38019,8915 kg
Mu = 185675,5056 kgm
Digunakan Profil IWF 700 . 300 . 13 . 24

Profil IWF 700 . 300 . 13 . 24 dari tabel profil konstruksi baja (Ir. Rudy Gunawan)
Mu = 1856755056 Nmm bf = 300 mm
Ag = 23550 mm2 tf = 24 mm
Fy = 300 MPa h = 700 mm
E = 200.000 MPa tw = 13 mm
Lb = 2000 mm (diafragma)
Ix = 2.010.000.000 mm4 Iy = 108.000.000 mm4
Sx = 5.760.000 mm3 Sy = 722.000 mm3
rx = 293 mm ry = 67,8 mm
. 2 108000000 . 7002
Cw1 = 4
= 4
= 13.230.000.000.000 mm6
()2 .3 . (70024)2 .3003 .24
Cw2 = = = 123.338.352.000.000 mm6
24 24
Cw dipilih yang terbesar yaitu Cw1 sebesar 13.230.000.000.000 mm6
2.300.243 +(70024).133
J1 = =3.259.857 mm5
3
1
J2 = 3 . (243 . 300.2 + 133 . 652) =3.242.281 mm5

J dipilih yang terbesar yaitu J1 sebesar 3.259.857 mm5


200000800003.259.857 23550
X1 = 2
= 5.760.000 . 2
= 13516,5892

2 4 . 13.230.000.000.000 5.760.000 2
X2 =4. .( ) = .( ) =0,0002
108.000.000 80000 3.259.857

d. Kontrol kelangsingan penampang


1. Flens (sayap)
250
2
< <

300 250
< <
2.24 300

6,25 < 14,4338


< Penampang kompak
2. Web (badan)
1680
< <

700 1680
< =
13 300
53,8461 < 96,9948
< Penampang Kompak
e. Mencari Lp dan Lr
Lb = 2000 mm (diafragma)

Lp = 1,76 x ry x = 1,76 . 67,8 . 200000/300 = 3081,0357 mm

1
Lr = . . 1 + 1 + 2. ( )2

67,8 13516,5892
= 1 + 1 + 0,0002(300 70)2
30070

= 8360,6559 mm
Didapatkan, Lp Lb Lr, sehingga Mn yang digunakan

2 = [ ( ). ] < ( = 1,5

f. Menghitung momen nominal (Mn)
Mp = 1,5 My
= 1,5 x 300 x 5.760.000 = 2.592.000.000 Nmm
Mr = (fy-70) x Sx
= (300-70) x 5.760.000 = 1.324.800.000 Nmm

Mn2 = ( ). ( )
20003081,03
=1,562592000000 (2592000000 1324800000 ). (8360,6553081,03)

= 4.448.288.882 Nmm
Mn2 > Mp maka dipakai Mp
Mn = 2.592.000.000 Nmm
= 0,9 x 2.592.000.000 = 2.332.800.000 Nmm
Mu = 1.856.755.056 Nmm
> ( )
Jadi penggunaan gelagar utama dengan menggunakan profil IWF
700.300.13.24 aman untuk digunakan.
5.6 Perencanaan Diafragma

Digunakan Profil IWF 300 . 300 . 10 . 15

a. Analisa Gaya dan pembebanan


Pada pembebanan diafragma ini beban yang diterima hanya beban
berat sendiri. Karena beban dari pelat didistribusikan hanya ke
gelagar memanjang.
Faktor Beban Ultimit (RSNI T-02-2005) 1,3
Beban profil IWF 300 . 300 . 10 . 15 = 94 kg/m
qDL = 94 x 1,3
= 122,2 kg/m
Momen akibat Beban berat sendiri
M = 1/8 x qDL x 62
= 1/8 x 122,2 x 62
= 549,9 kgm
Geser akibat Beban berat sendiri
V = x qDL x L
= x 122,2 x 6
= 366,6 kg
Momen dan Geser keadaan ultimate
Mu = M x faktor beban
= 549,9 x 1,3
= 714,87 kgm
Vu = V x faktor beban
= 366,6 x 1,3
= 476,58 kg

Profil IWF 300 . 300 . 10 . 15 dari tabel profil konstruksi baja (Ir. Rudy Gunawan)

Mu = 7.148.700 Nmm bf = 300 mm


Ag = 11980 mm2 tf = 15 mm
Fy = 300 MPa h = 300 mm
E = 200.000 MPa tw = 10 mm
Lb = 1200 mm (diafragma)
Ix = 204.000.000mm4 Iy = 67.500.000 mm4
Sx = 1.360.000 mm3 Sy = 450.000 mm3
rx = 131 mm ry = 75,1 mm
. 2 67.500.000 . 3002
Cw1 = 4
= 4
= 1.518.750.000.000 mm6
()2 .3 . (30015)2 .3003 .15
Cw2 = = = 1.370.671.875.000 mm6
24 24
Cw dipilih yang terbesar yaitu Cw1 sebesar 1.518.750.000.000 mm6
2.300.153 +(30015).103
J1 = = 684.500 mm5
3
1
J2 = 3 . (153 . 300.2 + 103 . 270) = 765.000 mm5

J dipilih yang terbesar yaitu J2 sebesar 765.000 mm5


20000080000765.000 11.980
X1 = 2
= 1.360.000 . 2
= 19.705,0528

2 4 . 1.518.750.000.000 1.360.000 2
X2 =4. .( ) = .( ) = 0,00004
67.500.000 80000 765.000

b. Kontrol Penampang
1. Flens (sayap)
250
< <
2
300 250
< <
2 15 300
10 < 14,4338
< Penampang Kompak
2. Web (badan)
1680
< <

300 1680
< =
10 300
30 < 96,9948
< Penampang Kompak
c. Mencari Lp dan Lr
Lb = 1200 mm
200.000
Lp = 1,76. = 1,76. 75,1. 300
= 3412,7696 mm

.1
Lr = () 1 + 1 + 2( )2

75,1 19.705,0528
= 1 + 1 + 0,00004(300 70)2
(30070)

= 10699,2790 mm
Didapatkan Lb < Lp sehingga Mn yang digunakan Mn = Fy x Sx
d. Menghitung Mn
Mn = Fy x Sx
= 300 x 1.360.000 = 408.000.000 Nmm
Mn = 0,9 x 408.000.000= 367.200.000 Nmm
Mn > Mu (Profil Aman)
Jadi dapat disimpulkan bahwa gelagar dengan profil IWF 300 . 300 . 10 . 15
dapat digunakan.

5.7 Perencanaan Shear Connector


Pada konstruksi komposit antara baja dan beton, memiliki gaya geser yang
sangat besar, dan hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan penyambungan
geser. Pada perencanaan sambungan geser kali ini digunakan paku stud
diameter 16 mm.

Mutu beton fc = 27,5 MPa BJ-37 = 370 MPa


Tebal pelat beton (ts) = 20 cm fup = 370 MPa
Diameter (D) = 16 mm fy = 300 MPa
As profil baja = 235,5 cm2
Bentang jembatan (L) = 16,00 m
Ec = 4700. fc = 4700. 27,5 = 24647 MPa
Asc = x x D2 = x x 162 = 201,0619 mm2
1. Menghitung gaya geser
a. Vh = (0,85 x fc x Ac) / 2
= (0,85 x 275 x (120 x 20) / 2
= 280.500 kg
b. Vh = (As x fy) / 2
= (235,5 x 3000) / 2
= 353.250 kg

Gaya geser dipakai yang terbesar, yaitu 353.250 kg


2. Kuat geser satu buah connector
a. Qn = 0,5 x Asc c c

= 0,5 x 201,061927,5 . 24647


= 82765,2757 N
b. Qn = Asc x fu
= 201,0619 x 370
= 74392,903 N
Kuat geser connector dipakai yang terkecil, yaitu 74392,903 N
3. Jumlah stud yang diperlukan
N = Vh / Qn
= 3.532.500 / 74392,903
= 47,48 = 45 buah
Jadi untuk stud diameter 16,00 mm dibutuhkan 45 buah untuk
kebutuhan (1/2 bentang).
4. Jarak shear connector (S)
S = 800/45 = 17,7778 cm
S < Smax (20 cm)
Jadi stud berdiameter 16 mm dipasang dengan jarak 17,7778 cm.

5.8 Perencanaan Shear Connector

Perencanaan sambungan pada gelagar Jembatan akan direncanakan dengan


menggunakan baut dan plat. Sambungan tersebut akan dipasang pada profil
baja dibagian web dan flens. Pada sambungan sayap (Flens), sambungan
tersebut menahan tarik. Sedangkan pada sambungan badan (Web), sambungan
tersebut menahan momen dan gaya lintang. Sambungan dihitung berdasarkan
gaya aksial, gaya lintang, dan momen. Gaya lintang (bidang geser) yang akan
ditahan oleh profil baja.
5.8.1 Sambungan Gelagar Utama
Vu = 38019,8915 kg = 380198,915 N
Mu = 185675,5056 kgm = 1.856.755.056 N
1. Sambungan Sayap (flens)
Digunakan diameter baut (D) = 25 mm toleransi = 3,2 mm
kuat tarik baja fy = 300 MPa
kuat tarik baut fub = 825 MPa
kuat tarik plat fup = 370 MPa
tebal pelat tslab = 15 mm
Lebar Plat bslab = 300 mm (Dilihat dari profil)
rl = 0.4 (drat terkena bidang geser)
m = 1 (1 bidang geser)
a. Menghitung Luas (A)
Luas baut (Ab) = x x D2 = x x 252 = 490,87 mm2
Luas plat (Ag) = tslab x bslab = 15 x 300 = 4500 mm2
Luas Netto (An) = 4500-2 x (25+3,2) x 15 = 3654 mm2
b. Meninjau tahanan baut
Geser Rn = .r1.fub.m.Ab = 0,75 x 0,4 x 825 x 1 x 490,87
= 121491,325 N = 12,1491 ton/baut
Tumpu Rn = .2.4.D.tp.fup = 0,75 x 2,4 x 25 x 15 x 370
= 249750 N = 25 ton/baut
c. Merencanakan jumlah baut
Mu = 1.856.755.056 Nmm / 700 mm = 265,2507 ton
Tahanan 1 buat = 12,1491 ton/baut (diambil terkecil)
Direncanakan jumlah baut = 22

Rn x 22 = 12,1491 x 22 = 267,2802 ton > 265,2507 (sambungan aman)


jadi dengan 22 baut (yang terbagi baris 2 baut) mampu menahan gaya tarik,
sehingga perencanaan sambungan dapat dipakai pada gelagar utama.
d. Jarak pemasangan baut
Syarat : 3 x D < S < 15 x tslab atau 200 mm
1,5 x D < S1 < (4 x tslab + 100) atau 200 mm
Maka dipakai jarak :

3 x 25 < S < 15 x 15

75 mm < S < 225 , maka dipakai S = 100 mm

1,5 x 25 < S1 < (4 x 15 + 100)

37,5mm < S1 < 160 mm, maka dipakai S1 = 50 mm

Jadi dapat disimpulkan bahwa 22 baut dengan jarak pemasangan S = 100


mm dan S1 = 50 mm dapat dipakai pada gelagar utama.

2. Sambungan Badan (Web)


Digunakan diameter baut (D) = 25 mm toleransi = 3,2 mm
kuat tarik baja fy = 300 MPa
kuat tarik baut fub = 825 MPa
kuat tarik plat fup = 370 MPa
tebal pelat tslab = 15 mm
Lebar Plat bslab = 700-(2x24)=652 mm (Dilihat dari profil)
Jarak terluar baut w = 475 mm
rl = 0.4 (drat terkena bidang geser)
m = 2 (2 bidang geser)
a. Menghitung Luas (A)
Luas baut (Ab) = x x D2 = x x 252 = 490,87 mm2
Luas plat (Ag) = tslab x bslab = 15 x 625 = 9780 mm2
Luas Netto (An) = 9780-2 x (25+3,2) x 15 = 8,934 mm2

b. Meninjau tahanan baut


Geser Rn = .r1.fub.m.Ab = 0,75 x 0,4 x 825 x 2 x 490,87
= 242980,65 N = 24,3 ton/baut
Tumpu Rn = .2.4.D.tp.fup = 0,75 x 2,4 x 25 x 15 x 370
= 249750 N = 25 ton/baut

c. Merencanakan jumlah baut


V = M/w = 1.856.755.056/475 = 3.908.958 N
Vmax = 380.198,915 N
Vu = V + Vmax = 3.908.958 + 380.198,915 = 4.289.157 N
tahanan 1 baut = 24,3 ton/baut (diambil terkecil)
direncanakan jumlah baut = 27
Rn x 22 = 24,3 x 22 = 656,1 ton
Rn > Vu = 656,1 ton > 428,9 ton (sambungan aman)

jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan 27 baut pada setiap sisi mampu
menahan momen, sehingga perencanaan sambungan dapat dipakai pada
gelagar utama.

d. Jarak pemasangan baut


Syarat : 3 x D < S < 15 x tslab atau 200 mm
1,5 x D < S1 < (4 x tslab + 100) atau 200 mm
Maka dipakai jarak :
3 x 25 < S < 15 x 15
75 mm < S < 225 , maka dipakai S = 75 mm
1,5 x 25 < S1 < (4 x 15 + 100)
37,5mm < S1 < 160 mm, maka dipakai S1 = 50 mm
Jadi dapat disimpulkan bahwa 27 baut dengan jarak pemasangan S = 75 mm
dan S1 = 50 mm dapat dipakai pada gelagar utama.

5.8.2 Sambungan Diafragma


Mu = 714,87 kgm = 7.148.700 Nmm
Vmax = 476,58 kg = 4765,8 N
Digunakan diameter baut (D) = 20 mm toleransi = 3,2 mm
kuat tarik baja fy = 300 MPa
kuat tarik baut fub = 825 MPa
kuat tarik plat fup = 370 MPa
tebal pelat tslab = 15 mm
Lebar Plat bslab = 300 (Dilihat dari profil)
Jarak terluar baut w = 200 mm
rl = 0.4 (drat terkena bidang geser)
m = 2 (2 bidang geser)
a. Menghitung Luas (A)
Luas baut (Ab) = x x D2 = x x 202 = 314,1593 mm2
Luas plat (Ag) = tslab x bslab = 15 x 300 = 4.500 mm2
Luas Netto (An) = 4.500-2 x (20+3,2) x 15 = 3.804 mm2
b. Meninjau tahanan baut

Geser Rn = .r1.fub.m.Ab = 0,75 x 0,4 x 825 x 2 x 314,1593


= 155.509 N = 15,6 ton/baut
Tumpu Rn = .2.4.D.tp.fup = 0,75 x 2,4 x 20 x 15 x 370
= 199.800 N = 20 ton/baut
c. Merencanakan jumlah baut
V = M/w = 7.148.700 /200 = 35.744 N
Vmax = 4765,8 N
Vu = V + Vmax = 35.744 + 4.765,8 = 40.512 N
tahanan 1 baut = 15,6 ton/baut (diambil terkecil)
direncanakan jumlah baut = 3
Rn x 3 = 15,6 x 3 = 46,8 ton
Rn > Vu = 46,8 > 4,05 ton (sambungan aman)

jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan 3 baut pada setiap sisi mampu menahan
momen, sehingga perencanaan sambungan dapat dipakai pada gelagar utama.

d. Jarak pemasangan baut


Syarat : 3 x D < S < 15 x tslab atau 200 mm
1,5 x D < S1 < (4 x tslab + 100) atau 200 mm
Maka dipakai jarak :
3 x 20 < S < 15 x 15
60 mm < S < 225 , maka dipakai S = 100 mm
1,5 x 20 < S1 < (4 x 15 + 100)
30 mm < S1 < 160 mm, maka dipakai S1 = 50 mm
Jadi dapat disimpulkan bahwa 3 baut dengan jarak pemasangan S = 100 mm
dan S1 = 50 mm dapat dipakai pada gelagar diafragma.

You might also like