You are on page 1of 9

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HALU OLEO

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

TUGAS PENDAHULUAN

EKSKURSI

PEMODELAN DAN EVALUASI CADANGAN

YUSMAN LATUNGGU
F3G2 12 011

KENDARI

2015
GEOLOGI REGIONAL

Geomorfologi

Pulau Sulawesi, yang mempunyai luas sekitar 172.000 km2 (van

Bemmelen, 1949), dikelilingi oleh laut yang cukup dalam.Sebagian besar

daratannya dibentuk oleh pegunungan yang ketinggiannya mecapai 3.440 m

(gunung Latimojong). Seperti telah diuraikan sebelumnya, Pulau Sulawesi

berbentuk huruf K dengan empat lengan: Lengan Timur memanjang timur laut

barat daya, Lengan Utara memanjang barat timur dengan ujung baratnya

membelok kearah utara selatan, Lengan tenggrara memanjang barat laut

tenggara, dan Lengan Selatan mebujur utara selatan. Keempat lengan tersebut

bertemu pada bagian tengah Sulawesi.

Sebagian besar Lengan Utara bersambung dengan Lengan Selatan melalui

bagian tengah Sulwesi yang merupakan pegunungan dan dibentuk oleh batuan

gunung api. Di ujung timur Lengan Utara terdapat beberapa gunung api aktif,

diantaranya Gunung Lokon, Gunung Soputan, dan Gunung Sempu. Rangakaian

gunung aktif ini menerus sampai ke Sangihe. Lengan Timur merupakan rangkaian

pegunungan yang dibentuk oleh batuan ofiolit. Pertemuan antara Lengan Timur

dan bagian Tengah Sulawesi disusun oleh batuan malihan, sementara Lengan

Tenggara dibentuk oleh batuan malihan dan batuan ofiolit.

Seperti yang telah di uraikan sebelumnya, pulau Sulawesi dan daerah

sekitarnya merupakan pertemuan tiga lempeng yang aktif bertabrakan. Akibat

tektonik aktif ini,pulau Sulawesi dan daerah sekitarnya dipotong oleh sesar
regional yang masih aktif sampai sekarang. Kenampakan morfologi dikawasan ini

merupakan cerminan system sesar regional yang memotong pulau ini serta batuan

penyusunya bagian tengah Sulawesi, lengan tenggara, dan lengan selatan dipotong

oleh sesar regional yang umumnya berarah timur laut barat daya sesar yang

masih aktif sampai sekarang ini umumnya merupakan sesar geser mengiri.

Morfologi

Van bemmelen (1945) membagi lengan tenggara Sulawesi menjadi tiga

bagian: ujung utara, bagian tengah,dan ujung selatan Ujung utara mulai dari

palopo sampai teluk tolo; dibentuk oleh batuan ofiolit, Bagian tengah ,yang

merupakan bagian paling lebar (sampai 162,5 km), didominasi oleh batuan

malihan dan batuan sedimen mesozoikum. Ujung selatan lengan tenggara

merupakan bagian yang relative lebih landai ; batuan penyusunya didominasi oleh

batuan sedimen tersier, uraian dibawah ini merupakan perian morfologi dan

morfogenesis lengan tengah Sulawesi.

Ujung utara

Ujung utara lengan tenggara Sulawesi mempunyai ciri khas dengan

munculnya kompleks danau malili yang terdiri atas danau matano, danau towuti,

dan tiga danau kecil disekitarnya (danau mahalona, danau lantoa, dan danau

masapi). Pembentukan kelima danau itu diduga akibat sistem sistem sesar matano

yang telah diketahui sebagai sesar geser mengiri. Pembedaan ketinggian dari

kelima danau itu memungkinkan air dari suatu danau mengalir ke danau yang

terletak lebih rendah.


Bagian Tengah

Morfologi bagian tengah Lengan Tenggara Sulawesi didominasi oleh

pegunungan yang umumnya memanjang hampir sejajar berarah barat laut -

tenggara. Pegunungan tersebut diantaranya adalah Pegunungan Mengkoka,

Pegunungan Tangkelamboke, dan Pegunungan Matarombeo. Morfologi bagian

tengah ini sangat kasar dengan kemiringan lereng yang tajam. Puncak tertinggi

pada rangkaian pegunungan Mengkoka adalah Gunung Mengkoka yang

mempunyai ketinggian 2790 m dpl. Pegunungan Tangkelamboke mempunyai

puncak Gunung Tangkelamboke (1500 m dpl). Sedangkan Pegunungan

Matarombeo berpuncak di barat laut Desa Wawonlondae dengan ketinggian 1551

m dpl.

Satuan Morfologi

Setidaknya ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra

IFSAR bagian tengah dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan

pegunungan, perbukitan tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah, dan karst.

Uraian di bawah ini merupakan perian secara singkat dari kelima satuan morfologi

tersebut.

o Satuan Pegunungan

Satuan morfologi pegunungan menempati bagian terluas di kawasan ini,

terdiri atas Pegunungan Mengkoka, Pegunungan Tangkelemboke, Pegunungan

Mendoke dan Pegunungan Rumbia yang terpisah di ujung selatan Lengan

Tenggara. Satuan morfologi ini mempunyai topografi yang kasar dengan

kemiringan lereng tinggi. Rangkaian pegunungan dalam satuan ini mempunyai


pola yang hampir sejajar berarah barat laut tenggara. Arah ini sejajar dengan

pola struktur sesar regional di kawasan ini. Pola ini mengindikasikan bahwa

pembentukan morfologi pegunungan itu erat hubungannya dengan sesar regional.

Satuan pegunungan terutama dibentuk oleh batuan malihan dan setempat

oleh batuan ofiolit. Ada perbedaan yang khas diantara kedua penyusun batuan itu.

Pegunungan yang disusun oleh batuan ofiolit mempunyai punggung gunung yang

panjang dan lurus dengan lereng relatif lebih rata, serta kemiringan yang tajam.

Sementara itu, pegunungan yang dibentuk oleh batuan malihan, punggung

gunungnya terputus pendek-pendek dengan lereng yang tidak rata walaupun

bersudut tajam.

o Satuan Perbukitan Tinggi

Satuan morfologi perbukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan

Tenggara, terutama di selatan Kendari. Satuan ini terdiri atas bukit-bukit yang

mencapai ketinggian 500 m dpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun

morfologi ini berupa batuan sediman klastika Mesozoikum dan Tersier.

o Satuan Perbukitan Rendah

Satuan morfologi perbukitan rendah melampar luas di Utara Kendari dan

ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi. Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan

rendah dengan morfologi yang bergelombang. Batuan penyusun satuan ini

terutama batuan sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier

o Satuan Dataran

Satuan morfologi dataran rendah dijumpai di bagian tengah ujung selatan

Lengan Tenggara Sulawesi. Tepi selatan Dataran Wawotobi dan Dataran Sampara
berbatasan langsung dengan satuan morfologi pegunungan. Penyebaran satuan

dataran rendah ini tampak sangat dipengaruhi oleh sesar geser mengiri (Sesar

Kolaka dan Sistem Sesar Konaweha). Kedua sistem ini diduga masih aktif, yang

ditunjukkan oleh adanya torehan pada endapan aluvial dalam kedua dataran

tersebut (Surono dkk, 1997). Sehingga sangat mungkin kedua dataran itu terus

mengalami penurunan. Akibat dari penurunan ini tentu berdampak buruk pada

dataran tersebut, di antaranya pemukiman dan pertanian di kedua dataran itu akan

mengalami banjir yang semakin parah setiap tahunnya.

Dataran Langkowala yang melampar luas di ujung selatan Lengan

Tenggara, merupakan dataran rendah. Batuan penyusunnya terdiri atas batupasir

kuarsa dan konglomerat kuarsa Formasi Langkowala. Dalam dataran ini mengalir

sungai-sungai yang pada musim hujan berair melimpah sedang pada musim

kemarau kering. Hal ini mungkin disebabkan batupasir dan konglomerat sebagai

dasar sungai masih lepas, sehingga air dengan mudah merembes masuk ke dalam

tanah. Sungai tersebut di antaranya Sungai Langkowala dan Sungai Tinanggea.

Batas selatan antara Dataran Langkowala dan Pegunungan Rumbia merupakan

tebing terjal yang dibentuk oleh sesar berarah hampir barat-timur. Pada Dataran

Langkowala, terutama di dekat batas tersebut, ditemukan endapan emas sekunder.

Surono (2009) menduga emas tersebut berasal dari batuan malihan di Pegunungan

Rumbia dan sekitarnya.

o Satuan Karst

Satuan morfologi karst melampar di beberapa tempat secara terpisah.

Satuan ini dicirikan perbukitan kecil dengan sungai di bawah permukaan tanah.
Sebagian besar batuan penyusun satuan morfologi ini didominasi oleh

batugamping berumur Paleogen dan selebihnya batugamping Mesozoikum.

Batugamping ini merupakan bagian Formasi Tampakura, Formasi Laonti, Formasi

Tamborasi dan bagian atas dari Formasi Meluhu. Sebagian dari batugamping

penyusun satuan morfologi ini sudah terubah menjadi marmer. Perubahan ini erat

hubungannya dengan pensesar-naikkan ofiolit ke atas kepingan benua. Disekitar

Kendari batugamping terubah tersebut ditambang untuk bahan bangunan.

Stratigrafi

Nama Formasi Meluhu diberikan oleh Rusmana & Sukarna (1985) kepada

satuan batuan yang terdiri batupasir kuarsa, serpih merah, batulanau, dan

batulumpur di bagian bawah; dan perselingan serpih hitam, batupasir, dan

batugamping di bagian atas. Formasi Meluhu menindih tak selarasan batuan

malihan dan ditindih tak selaras oleh satuan batugamping Formasi Tampakura.

Formasi Meluhu mempunyai penyebaran yang sangat luas di Lengan

Tenggara Sulawesi. Formasi ini telah dipublikasikan secara luas; di antaranya oleh

Surono dkk.(1992); Surono (1997b, 1999), serta Surono & Bachri (2002),

Sebagian besar bahasan selanjutnya merupakan terjemahan dan/atau kompilasi

dari publikasi tersebut.

Surono (1997b) membagi Formasi Meluhu menjadi tiga anggota (dari

bawah ke atas):

Anggota Toronipa yang didominasi oleh batupasir dan

konglomerat,
Anggota Watutaluboto didominasi oleh batulumpur, batulanau, dan

serpih,

Anggota tuetue dicirkan oleh hadirnya napal dan batu gamping.

Struktur Geologi

Geologi sturktur merupakan ilmu yang mempelajari berbagai proses atau

gaya yang mempengaruhi bentuk permukaan bumi. Sebagaimana yang kita

ketahui bersama bahwa adanya arus konveksi di dalam lapisan astenor bumi,

mengakibatkan adanya gaya yang di lepaskan oleh arus ini, terhadap lempeng

lempeng yang berada diatasnya,oleh karena itu adaya gaya-gaya inilah yang

mengakibatkan bentuk dan struktur bumi selalu mengalami perubahan dari bentuk

primitive bumi

Secara singkat, bagian dasar dari ilmu ini yaitu para praktikan mampu

menganalis bentuk-bentuk struktur batuan di lapangan (singkapan) entah itu gaya

yang mempengaruhi batuan sehingga terjadi perbedaan dengan batuan yang lain.

Adapun beberapa kenampakan yang perlu diperhatikan atau di analisa di

antaranya :

1. Ukuran strike dan dip pada batuan (batu sedimen dan metamorf)

2. Terbentuk yang terjadi analisa gaya yang menyebabkan rekahan terjadi.

3. Menganalisis secara keseluruhan bentuk struktur batuan dan

membandingkannya pada peta topografi atau peta geologi. Misalnya

keberadaan sesar di sekitar pengamatan dan intrusi batuan beku,dapat

menkadi dasar dari sumber gaya yang mengakibatkan bentuk struktur batuan

yang ada di sekitarnya.

You might also like