Professional Documents
Culture Documents
Republik Indonesia
Materi
Pembinaan
Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Listrik
2015
DAFTAR ISI
MATERI PEMBINAAN AHLI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
dan K3 No. : Kep.47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang
Listrik.
I. KELOMPOK DASAR :
I.1. Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
I.2. Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik
IV.1 EVALUASI :
IV.1. Evaluasi (Teori)
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
I. KELOMPOK DASAR :
I.1.
Kebijakan
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
I. KELOMPOK DASAR :
I.1.
Kebijakan Pembinaan
dan Pengawasan K3
MD1.
KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN K3
PEMBINAAN
CALON AHLI K3 BIDANG LISTRIK
1
Tujuan Instruksional Umum
Pembinaan calon Ahli K3 bidang Listrik bertujuan
memberikan pengetahuan sekurang-kurangnya :
Memahami Filosofi K3
Memahami regulasi K3
Memahami mekanisme Pembinaan dan Pengawasan
K3
Memahami Kelembagaan K3 dan SDM K3 bidang
listrik
Memahami pelaksanaan 5 (lima) prinsip dasar SMK3
Memahami Mekanisme penilaian penerapan SMK3
2
1. Tujuan Pelaksanaan K3
setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional;
setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin pula keselamatannya;
setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan effisien;
3
2. Pendekatan K3
Pendekatan Hukum
K3 merupakan ketentuan perundangan
Pendekatan Ekonomi
K3 mencegah kerugian
Meningkatkan produktivitas
Pendekatan Kemanusiaan
Kecelakaan menimbulkan penderitaan
bagi sikorban/keluarganya.
K3 melindungi pekerja dan masyarakat
K3 bagian dari HAM
7
Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No. 225 dan
Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat uap ( sampai saat
ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan Peraturan Uap).
4
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia
Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927 No. 214)
Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang mengatur pengawsan
terhadap bahan yang mengandung racun (pabrik cat, accu, percetakan dll)
Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143 dan no. 10
tahun 1932 dan tahun 1933, mengatur pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang dan peraturan petasan.
10
5
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia
Peraturan-Peraturan Khusus :
Peraturan khusus Direktur pekerjaan Umum No. 119966/Swt.
Peraturan Khusus AA untuk P3K
Peraturan Khusus BB tentang Instalasi listrik arus kuat dalam pabrik,
bengkel dan bangunan (dicabut)
Peraturan khusus CC mengenai pabrik gula
peraturan khusus DD untuk Bejana berisi dengan udara yang dikempa
dan dipergunakan utnuk menggerakkan motor bakar (dicabut)
Peraturan khusus EE mengenai perusahaan, pabrik dan bengkel yang
menggunakan bahan mudah terbakar (dicabut)
Peraturan Khusus FF mengenai perusahaan, bengkel yang membuat,
memakai gas dalam botol baja (dicabut)
11
12
6
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia
13
14
7
4. UU Nomor 1 Tahun 1970 dan
Peraturan Pelaksanaannya
1. Pengertian tempat kerja
15
16
8
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970
17
4. Pola Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 dilaksanakan secara menyeluruh
di setiap kegiatan :
perencanaan
pembuatan/pemasangan
pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan
18
9
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970
5. Pengawasan
Pengawasan K3 dilakukan oleh
Pengawas ketenagakerjaan
Ahli K3
19
6. Kewajiban Pengurus
menjamin kesehatan pekerja
memberikan pembinaan K3
membentuk P2K3
melaporkan kecelakaan kerja
menjamin orang lain selain pekerja yang berada
ditempat kerja
menyediakan sarana K3 dan Alat pelindung diri
20
10
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970
21
8. Sanksi
hukum denda dan kurungan
tindakan pidana merupakan pelanggaran
22
11
Peraturan Pelaksanaan UU No 1 tahun
1970
Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang
Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Pedoman teknik pelaksanaan K3
23
24
12
5. Sistem Pengawasan K3 Nasional
25
26
13
7. Tugas dan Fungsi Pengawas Ketenagakerjaan
dalam melakukan Pembinaan dan Pengawasan K3
27
28
14
8. Kelembagaan dan Personil K3 : PJK3, P2K3,
Dewan K3, Asosiasi K3 dan Pusat K3/Balai K3
29
30
15
9. Dokumen Surat penunjukan
PJK3 dan Ahli K3
Contoh SKP PJK3
Sertifikat SKP dan Kartu Kewenangan
31
32
16
10. Pedoman pembinaan calon Ahli
K3 bidang listrik dan teknisi K3 Listrik
Bertujuan untuk
a. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pelaksanaan norma K3 listrik di
tempat kerja;
b. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pembinaan dan pengawasan
norma K3 listrik di tempat kerja; dan
c. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, pemeliharaan dan
pemeriksaan serta pengujian instalasi, perlengkapan
dan peralatan listrik secara aman di tempat kerja
33
templet checlist
34
17
Contoh Sertfikat, SKP dan kartu
Kewenangan
35
36
18
lanjutan 12. Tugas..
37
38
19
Quis
Sebutkan Kewajiban pengurus
perusahaan/tempat kerja terkait K3 !
Sebutkan Peraturan yang menjelaskan tugas
dan kewenangan Ahli K3 bidang Listrik !
Sebutkan tugas ahli K3 bidang Listrik !
39
Terimakasih
40
20
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
I. KELOMPOK DASAR :
I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
I. KELOMPOK DASAR :
I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3 Listrik
MD2.
Pembinaan dan pengawasan norma
K3 Listrik
1
1. Pola Pembinaan dan Pengawasan
Norma K3 Listrik
Perencanaan /gambar rencana
pembuatan/pemasangan
Penggunaan
Pemeriksaan dan pengujian pertama
pemeliharaaan
pemeriksaan dan pengujian berkala
2
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
3
Standar Kelistrikan yang sebagai acuan
4
Lanjutan 3. Persyaratan
Lanjutan 3. Persyaratan
10
5
Lanjutan 3. Persyaratan
11
Lanjutan 3. Persyaratan
Pengesahan
Hasil pemeriksaan dan pengujian sesuai
standar
dilakukan oleh oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan
Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3
diterbitkan oleh Dinas yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan provinsi
12
6
Lanjutan 3. Persyaratan
Pemeriksaan berkala
1 (satu) tahun sekali
Pengujian berkal
5 (lima) tahun sekali
hasil pemeriksaan dan pengujian
dilaporkan ke dinas yang membidnagi
pengawasan setempat
sebagai bahan pembinaan dan penegakan hukum
13
Lanjutan 3. Persyaratan
14
7
4. Checklist pemeriksaan persyaratan
K3 listrik
templet
15
16
8
Bahaya kejut listrik
6. Bahaya Listrik
Dampak arus listrik bagi tubuh manusia
gagal kerja jantung
gangguan pernafasan
kerusakan sel
terbakar
Tiga Faktor penentu tingkat bahaya listrik
tegangan
arus
tahan
18
9
Keterangan :
Ru1 = Tahanan penghantar
Rki = Tahanan tubuh
Ru2 = Tahanan penghantar
Rk = Tahanan total = Ru1 + Rki +
Ru2
19
20
10
Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat
Sengatan Listrik
Besar arus listrik
Lintasan aliran arus dalam tubuh
Lama waktu terkena sengatan listrik
21
22
11
7. Sistem pengamanan terhadap bahaya
listrik
Pengamanan terhadap sentuhan langsung
isolasi
23
penghalang
Menggunakan
peralatan
INTERLOCKING
24
12
Pengamanan terhadap
tegangan sentuh (tidak
langsung)
Pentanahan
(Grounding/Earthing)
25
Alat Proteksi
Otomatis
Residual Current
Device (RCD), Earth
Leakage Circuit
Breaker (ELCB) dan
Ground Fault
Circuit Interruptor
(GFCI)
26
13
Pengaman pada
peralatan
portabel
Alat Kelas I dan
Kelas II
27
28
14
lanjutan umum
29
lanjutan 8. prosedur
Khusus
Prosedur
Lockout/Tagout
30
15
9. Bahaya dan pengendalian
Kebakaran dan Peledakan akibat listrik
Penyebab
Kebakaran dan
Peledakan
Ukuran kabel
yang tidak
memadai
31
Penggunaan
adaptor atau
stop kontak
yang salah.
32
16
Instalasi
kontak yang
tidak
memadai
33
34
17
Pengendalian Kebakaran dan peledakan
penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan
sesuai dengan IP (indeks protection)
perlindungan terhadap masuknya benda padat
perlindungan terhadap masuknya benda cair
perlindungan pada kondisi khusus
35
1 2 3 4
Elemen Angka/ Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi) (tanpa Proteksi)
Karakteristi 1 diameter 50 mm belakang telapak
k pertama 2 diameter 12,5 mm tangan
3 diameter 2,5 mm jari
4 diameter 1,0 mm perkakas
5 debu kawat
6 kedap debu kawat
kawat
36
18
Tabel Elemen Kode IP
1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda asing Dari sentuh langsung
cair ke bagian berbahaya
dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi)
karakteristrik 1 tetesan air secara vertical
kedua 2 tetesan air miring (150)
3 semprotan air/ butiran halus
4 semprotan air/butiran besar
5 pancaran air
6 pancaran air kuat
7 perendaman sementara
8 perendaman kontinu 37
19
Simbol-simbol yang
digunakan untuk
berbagai jenis proteksi
menurut
EN 60529.
39
9. Checklist pemeriksaan
keselamatan Kerja listrik
templet
40
20
Quis
sebutkan kewajiban pengurus/pimpinan
perusahan dalams pelaksanaan K3 listrik!
Sebutkan sumber potensi bahaya listrik!
Sebutkan Prosedur keselamatan listrik!
41
Terimakasih
42
21
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.1.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.1.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
1
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan dan
Peralatan listrik di
Pembangkitan listrik
1
Tujuan perencanaan instalasi
listrik di pembangkitan
1.Mendapatkan tingkat keselamatan dan keamanan
yang maksimal dalam produksi daya listrik
2.Mengetahui demand (kebutuhan) daya listrik
2
Teori perhitungan/kesesuaian
kebutuhan daya sistem
pembangkitan
Kapasitas generator = 80% daya yang dibangkitkan
3
Latihan perhitungan
Persyaratan K3 perencanaan
instalasi listrik pada
pembangkitan
1. Penentuan daerah aman pada area pembangkitan
berdasarkan gambar perencanaan
2. tata letak peralatan, dan perlengkapan dari aspek
lingkungan berbahaya
4
Checklist Persyaratan K3 perencanaan instalasi listrik pada pembangkitan
10
5
Persyaratan K3 peralatan dan
perlengkapan pada dokumen
perencanaan instalasi
pembangkitan
1.PHB
2.Peralatan proteksi
3.Peralatan penyalur
4.Peralatan pengatur
11
Spesifikasi teknis
perlengkapan, peralatan listrik
bersertifikasi pada
pembangkitan
Spesifikasi teknis perlengkapan dan peralatan
listrikberdasarkan dokumen perencanaan
pembangkitan
12
6
Perencanaan sistem proteksi
pada instalasi listrik
pembangkitan
Jenis sistem proteksi pada sistem pembangkitan
1. Reverse power
2. Over current
3. Under voltage
4. Tegangan surja
5. Pembumian
a. Sistem
b. Peralatan
c. Petir
13
Persyaratan administrasi K3
1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan / perijinan)
14
7
Penyusunan laporan hasil
pemeriksaan dokumen
perencanaan
1.Checklist
2.Rekomendasi (formulir laporan dan rekomendasi)
15
8
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.2.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.2.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1
Persyaratan K3 Perencanaan
Instalasi, Perlengkapan dan
Peralatan listrik di Transmisi
listrik
1
Tujuan perencanaan instalasi
listrik di Transmisi listrik
Diharapkan agar melalui perencanaan
instalasi perlengkapan dan peralatan
listrik di Transmisi listrik Calon
Pengawas/ahli K3 Listrik Mampu
memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik .
3
2
Ruang Lingkup Sistem TransmisiTenaga
Listrik
PLTG
GARDU INDUK
STEP UP
UNIT
PENGATUR
SALURAN TRANSMISI DISTRIBUSI
INDUSTRI BESAR
GARDU INDUK
70 kV
PLTD
GARDU INDUK
150 kV SALURAN TRANSMISI
JARINGAN M / TR
INDUSTRI MENENGAH
/ KECIL
Pusat Pembangkit
Industri Besar
Pusat Pembangkit
Saluran Transmisi Saluran Transmisi
Tenaga Listrik Gardu Induk
3
Ruang lingkup
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)
4
1.1. PENGERTIAN UMUM
Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi
Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada
di Indonesia.
5
1.3. JENIS TRANSMISI BERDASARKAN KUALIFIKASI TEGANGAN
Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over
head line).
Sebenarnya transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV),
dan tegangan rendah (LV).
Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.
Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, adalah masalah sosial
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain :
Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET.
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi.
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET.
Dan lain sebagainya.
Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km. 12
6
Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT)
1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah
sarana instalasi tenaga listrik diatas tanah untuk
menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke
Gardu Induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya (antar
GI).
2. SUTT/SUTET terdiri dari kawat/konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang melalui isolator
isolator dengan sistem tegangan tinggi (30 kV, 70
kV, 150 kV dan 500 kV).
13
SISTEM INTERKONEKSI :
14
7
Keuntungan sistem interkoneksi, antara lain
bisa memperbaiki dan mempertahankan
keandalan sistem, harga operasional relatif
rendah sehingga menjadikan harga listrik per
KWH yang diproduksi lebih murah. Hal ini
dengan asumsi bahwa pembangunan
pembangkit dengan kapasitas yang besar akan
menekan harga listrik.
15
16
8
Sistem Interkoneksi Jawa-
Bali :
Di Pulau Jawa, saat ini telah dibangun
beberapa pusat pembangkit tenaga listrik dalam
skala besar, antara lain PLTU Suralaya, PLTA
Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Paiton.
17
18
9
Sistem interkoneksi se-Jawa dan Bali dibangun menara-
menara listrik sebagai jalur transmisi tegangan ekstra tinggi
500 KV, mulai dari PLTU Suralaya, PLTA Saguling, PLTA
Cirata, PLTU Paiton ke pusat pengatur beban (PPB) di
Gandul (Jakarta). Pusat-pusat pembangkit besar dari
beberapa wilayah di Jawa, seperti Suralaya, Saguling,
Paiton, dan Cirata, saling dihubungkan melalui stasiun atau
gardu-gardu induk. Jika kebutuhan daya dari wilayah
tertentu tidak bisa dipenuhi oleh pembangkit setempat,
maka bisa dibantu dengan suplai dari berbagai stasiun
yang terhubung. Demikian pula jika terjadi kelebihan catu
daya, pusat pembangkit bisa mengirimkannya ke wilayah-
wilayah lain yang tersambung dalam sistem interkoneksi.
19
Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.
Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
berkas konduktor disebut Bundle Conductor.
Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.
Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, maka tegangan jatuh (drop voltage)
terlalu besar, sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan
akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
20
10
1.3.3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV 150 KV
Lanjutan 1.3.3.
Kelemahan SKTT :
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas,
Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu :
Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan (Jawa Madura).
Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk (Jawa Bali).
11
1.3.4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV 30 KV
Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi
yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu
Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.
12
1.3.6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR)
40 VOLT 1000 VOLT
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik
tegangan rendah konsumen.
Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.
Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
25
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam
tanah.
Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW)
tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan :
Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya : karena
menggunakan transmisi SKTM.
Faktor estetika.
13
1.4. PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN TRANSMISI TEGANGAN
TINGGI
Transmisi tenaga listrik yang bertegangan tinggi (SUTET, SUTT, SKTT, SKLTT),
memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama
menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang
ditimbulkannya.
Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak
aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi
tegangan tinggi.
Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh
didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan
bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW)
dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula.
28
14
Lanjutan 1.5.
29
Lanjutan 1.5.
15
Lanjutan 1.5.
.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTT 150 KV yang
melintasi sungai dan berada
pada daerah muara sungai
31
16
Lanjutan 2.1.
Type pondasi :
Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa macam.
Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA,
CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain.
Konstruksi pondasi :
Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk
mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan
tower.
Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah),
baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang.
Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi
SUTT, antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation), Bump Pile, Mikro
Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile.
Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar
royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
33
Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada
umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang
bermacam-macam jenis.
Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu,
maka harus dipasang (dibangun) tembok/ pasangan beton/ pasangan batu kali
yang berfungsi untuk menahan pondasi tower.
17
2.3. PATOK TANDA BATAS TANAH
Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi
PLN dan dipasang diempat sudut batas tanah.
Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower,
sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda
batas tanah.
Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya ukuran
8 m x 8 m, 10 m x 10 m, 12 m x 12 m, 14 m x 14 m, dan seterusnya, mengikuti
besar kecilnya tower.
Tanah yang berada pada patok tanda batas tanah diurug dan diratakan, pada
umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang ada di sekitarnya.
35
18
Lanjutan 2.4.
3. Bagian-bagian Tower :
Stub (Kerangka Tower),
adalah kerangka utama tower,
yang berfungsi untuk
menopang komponen listrik
SUTT.
Silang-silang, berfungsi
sebagai penguat rangka tiang
(diagonal tiang).
Travers, berfungsi sebagai
tempat dudukan isolator dan
tempat pemasangan kawat
tanah (ground wire)
38
19
Lanjutan 2.4.
Lanjutan 2.4.
Konstruksi Kayu : :
Terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi, yang mempunyai
kekuatan dan umur yang baik
dan tidak perlu melalui proses
pengawetan.
Jenis ini jarang digunakan di
Indonesia, apalagi saat ini
untuk memperoleh kayu
sangat sulit dan bisa-
bisa lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan
konstruksi jenis lainnya.
20
Lanjutan 2.4.
42
21
3.1. KONDUKTOR DAN PERLENGKAPANNYA
Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Jenis kawat yang digunakan :
Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya yang
mahal.
Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) :
Jenis inilah yang saat ini banyak diginakan di Indonesia.
Saat ini dikembangkan penggunaan T-ACSR (Thermal-Alluminium Steel
Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7
kali KHA ACSR.
Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi
ketentuan standard teknik, juga memiliki kemampuan (kekuatan) mekanik
yang lebih baik jika dibanding konduktor lai, misal : AAC, AAAC.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Jika arus listrik mengalir pada penghantar, maka akan menimbulkan panas
pada penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada
penghantar, yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan
andongan (lendutan).
Konsdisi tersebut perlu adanya ketentuan standard suhu operasi maksimum
penghantar yang diijinkan.
PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT
sebesar 750 C. 43
Lanjutan 3.1.
22
Lanjutan 3.1.
Lanjutan 3.1.
Repair Sleeve :
Berfungsi sebagai pembungkus/
mereparasi/memperbaiki penghantar yang urat-uratnya
rusak (putus).
Terdiri dari dua bagian, yang pertama sebagai penutup
sebagian besar konduktor dan bagian kedua penutup kecil,
yang disambungkan ke bagian pertama.
Setelah terpasang , selanjutnya diproses, sehingga akan
berbentuk segi enam.
46
23
Lanjutan 3.1.
Perentang (Spacer) :
Berfungsi sebagai pengatur jarak
(pemisah) dua atau lebih
konduktor pada tiap-tiap
phasa SUTT.
Tujuannya adalah untuk menjaga
agar jarak antara konduktor
dengan konduktor dalam satu
phasa tidak berubah dan tidak
bertumbukan, karena adanya
gaya elektromekanik atau angin.
Perentang (Spacer)
47
24
Lanjutan 3.2.
Lanjutan 3.2.
25
Lanjutan 3.2.
U Bolt :
Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers
tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan).
Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT
dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi
udaranya normal, daerah yang mengandung polusi kimia tinggi, daerah yang
udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain.
Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan
asin), digunakan Isolator Type Normal. Sedangkan untuk daerah yang udaranya
berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Insulator).
51
Untuk kawat tanah (ground wire) dan pentanahan tiang, dipasang di sepanjang
jalur SUTT.
Untuk jaringan pengaman (Safety Net) dan bola pengaman dipasang pada
tempat-tempat tertentu jalur SUTT, sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
52
26
3.3.1. KAWAT TANAH (GROUND WIRE) DAN PERLENGKAPANNYA
27
3.3.3. JARING PENGAMAN (SAFETY NET)
55
28
4.1. KABEL TANAH
Sambungan Langsung :
Konstruksi sambungan ini cukup
sederhana, tidak menggunakan
teknologi tinggi (konvensional),
tetapi mempunyai kekuatan dan
keandalan yang baik.
29
4.3. PROSES PENGISIAN MINYAK
Proses pengisian :
Sepanjang seksi kabel harus
terlebih dahulu di vacum.
Treatment minyak kabel.
Memasukkan minyak.
Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada lokasi tanah yang akan
ditempati masing-masing pondasi tower.
Catatan : Bisa terjadi bahwa patok tanda tempat tapak tower dipindah oleh
pihak tertentu, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan timbul
masalah, misalnya : masalah ganti rugi dan masalah teknis.
30
Lanjutan 5.1.
Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan
mobilisasi material.
62
31
5.3. PEMASANGAN BOUWPLANK
Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik
pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As)
masing-masing kaki tower.
Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah pekerjaan galian tanah
selesai.
63
64
32
5.5. URUG PASIR DAN LANTAI KERJA
66
33
5.7. PEMBESIAN DAN PEMASANGAN BEKESTING
68
34
5.9. PELAKSANAAN COR PONDASI
Lanjutan 5.9.
70
35
Lanjutan 5.9.
71
72
36
5.11. ERECTION TOWER
37
9.1. ASPEK MANAJEMEN
Lanjutan 9.1.
38
Lanjutan 9.1.
Jenis dan ruang lingkup aktifitas yang harus dilakukan, antara lain : :
Administrasi :
Pengurusan ijin-ijin.
Administrasi keuangan (pembuatan jaminan uang muka, jaminan
pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, dan lain lain).
Keuangan (pembayaran komponen/ peralatan/ bahan/ material).
Administrasi teknik (pembuatan Kurva S, Time Schedule, Format Schedule,
Asbuilt Drawing, dan lain-lain).
Pelaksanaan phisik pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan sampai serah
terima pekerjaan.
Keamanan dan keselamatan pekerja maupun pekerjaan.
Dan lain sebagainya.
Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam
pembuatan Network Planning, sehingga :
Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah.
Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadual yang telah dibuat.
Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan.
77
Usaha jasa konstruksi terdiri dari 5 (lima) bidang, yaitu ASMET (Arsitektural, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal dan Tata Lingkungan), bidang elektrikal memiliki kekhasan
dan kekhususan dibanding yang lain.
Khusus untuk bidang Elektrikal, selain harus mengacu pada UU 18/ 1999, juga
harus mengacu pada UU 15/ 1985 tentang Ketenagalistrikan.
39
9.3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan,
adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi
perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi
Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan
pelatihan khusus tentang K3.
TRANSFORMATOR
Kapasitas dan Tegangan
80
40
TRANSFORMATOR DAYA
81
82
41
Fleksibilitas tegangan
digunakan dalam sistem tenaga
listrik
pembangkitan daya dengan level
tegangan sesuai kebutuhan (10-20
KV)
transmisi daya dengan level
tegangan yang ekonomis (400
1000 kV)
pemanfaat daya listrik pada
tegangan distribusi (230/400 Volt)
untuk industri dengan level
tegangan 3,3; 6,6; atau 11 KV
83
Pengelompokan Transformator
84
42
Jenis Transformator
85
Jenis Transformator
86
43
Jenis Transformator
Berdasar penggunaan :
1. Trafo Tenaga :
Trafo Daya > 500 kVA
Trafo distribusi < 500 kVA
2. Trafo Instrumen :
Trafo tegangan
Trafo arus
3. Trafo furnace : tegangan rendah, arus tinggi,
ekstra isolasi
4. Trafo Rectifier / converter : tahan stres mekanis
5. Trafo Isolasi : trafo dengan rasio satu
6. Trafo pengolah sinyal
87
Jenis Transformator
88
44
Transformator 1 Fasa
Dua belitan terisolasi yang
tersambung secara magnetik
pada inti bahan magnetik
Satu belitan yang
dihubungkan dengan sumber
tegangan arus bolak-balik
disebut belitan primer
belitan lainnya yang
dihubungkan dengan beban
disebut belitan sekunder
89
90
45
Peralatan pada Trafo
Bhusing Primer.
Indikator tinggi permukaan minyak.
Penapas pengering.
Kran untuk pemasukan/pengeluaran
minyak.
Pelat nama.
Thermometer.
Tap trafo (alat untuk merubah
tegangan).
91
Persyaratan
1. dapat memindahkan panas dari inti dan
belitan sehingga kenaikan temperatur
dapat dibatasi pada nilai yang diijinkan
2. penurunan kualitas isolasi harus dapat
dicegah
Keduanya ini dapat dipenuhi oleh
transformator daya dibanding
transformator-transformator ukuran kecil,
dengan mencelupkan transformator ke
dalam tangki tertutup yang berisi minyak
transformator
Agar terjadi sirkulasi alami dan
meningkatkan permukaan pendinginan ke
udara sekitar tangki transformator
dilengkapi dengan sirip-sirip
pada transformator berukuran besar
pendinginan dilakukan secara paksa.
92
46
Konstruksi Transformator Daya
Tangki Transformator
Kumparan dan intinya
direndam dalam minyak
transformator yang selain
berfungsi sebagai pemindah
panas, juga bersifat sebagai
isolasi.
93
94
47
Konstruksi Transformator Daya
Belitan/Kumparan
Beberapa lilitan kawat yang
berisolasi digunakan sebagai
kumparan pada transformator daya
Kumparan tersebut diisolasi baik
terhadap inti besi maupun
kumparan lain dengan isolasi padat
seperti pertinax dan lain-lain.
Pada transformator ini terdapat dua
jenis kumparan, yaitu kumparan
primer dan kumparan sekunder
1- 95
96
48
Pemakaian Transformator
97
98
49
99
100
50
Tranformator berpendingin udara
101
Konstruksi Transformator
102
51
103
104
52
Konstruksi Transformator
Inti besi
Belitan
Inti besi ( Iron Core )
Belitan
secundair
Inti besi
Belitan
primair
Belitan
secundair
105
Belitan
secundair
106
53
Inti besi ( Iron Core )
Pada transformator satu phasa type inti yang umum digunakan berupa rangkaian
maknit tunggal dengan dua lengan atau rangkaian maknit dengan tiga lengan
dengan belitan diletakkan ditengah atau diletakkan pada masing masing lengan
107
Rasio transformator
108
54
TRANSFORMATOR TANPA
BEBAN
Vp = tegangan input primer
Vs = tegangan sekunder
Ep = g.g.l pada sisi primer
Es = g.g.l pada sisi sekunder
Np = jumlah lilitan sisi primer
Ns= jumlah lilitan sisi sekunder
109
BUSHING
Untuk menghubungkan kumparan
transformator dengan jaringan luar
digunakan
Merupakan sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator yang
berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor dengan tangki
transformator.
Bahan utama untuk bushing adalah
dari bahan keramik. Dan pada
bushing tegangan tinggi biasanya
dilengkapi arcing horn.
110
55
Tap Changer
Pengubah Tap.
alat perubah perbandingan
transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih
baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan yang berubah-ubah.
Ada dua Macam
ON-Load Tap changer : beroperasi dalam
keadaan berbeban
Off-Load Tap Changer
111
112
56
Tap Changer
Untuk menghindari
terjadinya spark, ketika
pemindahan tap tidak
boleh terdapat celah
Mekanisme pemindahan
ditunjukkan pada gambar
di bawah
113
114
57
Sistem Pendingin
Panas merupakan salah satu yang paling menyebabkan rusaknya transformator.
Operasi yang hanya 10C di atas rating transformator akan mengurangi usia
transformator hingga 50%
Panas disebabkan oleh rugi-rugi internal akibat pembebanan, temperatur
lingkungan yang tinggi dan radiasi matahari.
Panas mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, yang dapat merusak
isolasi (di dalam transformator).
Untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan transformator dilengkapi
dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator.
ANSI dan IEEE memberikan klas pendingin pada masig-masing transformator
yangdicantumkan pada nameplate trafo.
Huruf-huruf kelas menunjukkan tipe-tipe pendingin.
Huruf A menunjukkan Air (Udara), FA udara paksa (fans), O menunjukkan
minyak. FO menunjukkan minyak paksa (pompa), sedang G menunjukkan Gas
dan W menunjukkan Water/Oil heat exchanger.
115
Sistem Pendingin
Pendinginan dengan
Udara Paksa
Memperluan Bidang
perpindahan Panas
dengan menambah sirip-
sirip (Radiator)
116
58
Minyak Trafo
Fungsi minyak trafo :
Sebagai bahan isolasi.
Sebagai pendingin.
Sebagai penghantar panas dari bagian yang panas (coil dan
inti) ke dinding bak.
Pendinginan transformator dengan minyak dapat merata
pada tiap bagian yang aktif, dan memasuki semua celah-
celah yang ada dalam transformator sehingga jika
dibanding dengan sistem udara, sistem dengan minyak
lebih baik
117
Minyak Trafo
Minyak transformator harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
IEC 296, minyak baru dan belum difilter >30 kV/2,5 mm dan setelah difilter
yaitu >50 kV/2,5 mm.
Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil sehingga partikel-partikel dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat.
Viksositas rendah agar lebih mudah bersikulasi sehingga pendinginan
menjadi lebih baik. Pada IEC viskositas minyak saat suhu 40C adalah < 6,5
cST (CentiStokes) 1cst = 106m2s1.
Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
Sesuai IEC 296 flash point minyak transformator di atas 163C dan pour point
adalah di bawah -30C.
Tidak merusak bahan isolasi padat.
118
59
Transformator Tanpa Beban
Ketika Belitan primer dihubungkan ke Sumber tegangan,
d d
E1 - N1 E2 - N2
dt dt
= m.sint, maka, E1 =
.N1m.Cost
Nilai Efektif E1 = 4,44.f.N1m
119
Arus Eksitasi
Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan
sekunder tidak dibebani disebut arus eksitasi. Dalam
kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus
induktif murni, sehingga ia terdiri atas dua komponen,
yaitu :
120
60
Transformator berbeban
Apabila belitan sekunder dihubungkan dengan beban, F1 F2
maka pada belitan sekunder akan mengalirkan arus
akibat dari arus sekunder ini kita asumsikan transformator V1 E1 N1 N2 E2 V2
ideal, dimana berlaku :
Resistansi Belitan primer dan sekunder diabaikan,
sehingga rugi-rugi daya dan tegangan jatuh sama
dengan nol.
Tidak terdapat fluks bocor, sehingga semua fluks
mengalir pada inti dan melingkupi kedua belitan. karena resistansi diabaikan sehingga V1
Permeabilitas inti tak terbatas. = E1 dan V2 = E2, dan diperoleh :
Rugi-rugi inti diabaikan.
Arus beban pada belitan sekunder akan menghasilkan mmf E1 V1 N1
F2 sebesar I2.N2 yang arahnya berlawanan dengan fluks
a
bersama , yang mengakibatkan tegangan induksi E1 turun.
E 2 V2 N 2
Karena V1 nilainya tetap, maka arus pada belitan primer
akan naik dan menimbulkan mmf F1 sebesar I1.N1 yang Dari persamaan-persamaan
arahnya berlawanan dengan F2, sehingga fluks bersama diatas kita dapatkan :
dapat dipertahankan
2
Sehingga berlaku : I1.N1 = I2.N2 V1 / V2 N1 / N 2
V1 N 1 V2
I1 /I 2 N 2 / N1 I1 N 2 I2
N1 I 2
a
N 2 I1 Z1 = a2.Z2 :
121
Exercise
1. Hitung rasio transformator bila jumlah lilitan primer
adalah 10.000 dan jumlah lilitan sekunder 2300.
2. Bila transformator pada nomor 1 diberi tegangan
input 220V berapa tegangan outputnya?
3. Dengan kemampuan daya 5000VA hitung
kemampuan arus primer dan sekunder tranformator
di atas !
4. Hitung tegangan primer bila Vs=150 kV, Np=10.000
5. Hitung teg. Sekunder bila k=0,01 dan Ns=500
6. Hitung daya trafo bila Vs=500V, Ip=10A dan k=100
122
61
SOAL - SOAL :
123
62
Rangkaian ekivalen
transformator tanpa beban
125
126
63
Diagram vektor
tranformator dengan beban resistif
127
beban induktif
128
64
beban kapasitif
129
IMPEDANSI PADA
TRAnsFOrmator
130
65
Rangkaian eqivalen tranformator
bila dilihat dari sisi sekunder
131
132
66
REGULASI TEGANGAN
transformator
1- 133
Regulasi tegangan
134
67
SOAL-SOAL :
135
s
.Z e Os
Is
es
.X
Vs F
Is
O D
A Os
Is
.R
Os
es
Is
136
68
137
CONTOH SOAL
138
69
Jawab
139
140
70
EFISIENSI PADA
TRANSFORMATOR
141
EFISIENSI
142
71
Hitung efisiensi dari beberapa
transformator berikut ini:
1. Pi = 1kW, Po = 800W
2. Pi = 1kW, Pfe = 50W, Pcu = 75W
3. Po = 800 W, Pfe = 50W, Pcu = 75W
4. Po =10 kW, Pfe = 100W, Is = 25A,
Res = 5 Ohm
5. soal sama dengan nomor 3 tetapi pada setengah
beban penuh
6. soal sama dengan nomor 3 tetapi pada
seperempat beban penuh
143
Tugas 3
144
72
145
146
73
147
148
74
Pengujian transformator
Uji tanpa beban:
untuk memperoleh konstanta inti besi, rugi inti besi
dan rasio trafo
Uji hubung singkat:
Untuk memperoleh konstanta lilitan, rugi tembaga
Uji berbeban:
Untuk memperoleh regulasi dan efisiensi
Uji polaritas:
Untuk memperoleh arah lilitan
149
150
75
151
152
76
153
Pengujian transformator
berbeban
154
77
Polaritas Transformator
155
156
78
Hubungan Substractive:
V3 < V1
V3 = V1 V2
157
158
79
HUBUNGAN ADDITIVE:
V3 > V1
V3 = V1 + V2
159
160
80
161
2. Metode paralel
162
81
3. Metode injeksi tegangan dc
163
AUTO TRANsFORMER
164
82
165
166
83
Contoh soal
167
168
84
exercise
169
170
85
Statistik Gangguan
171
Katagori Proteksi
172
86
173
174
87
Pengaman dengan Zekering dan
MCCB
Penentuan elemen zekering
Zekering pada TM pada dasarnya untuk mengamankan bila
terjadi hubung singkat di dalam trafo, dengan demikian
dipilih besar arus hubung singkat di TR
Penentuan seting MCCB
Penentuan seting overload MCCB didasarkan pada
pembebanan trafo dan penentuan seting instan didasarkan
pada hubung singkat yang terjadi pada rel Tegangan rendah
175
176
88
Perelean Transformator
Terdapat tiga katagori teknologi rele proteksi yang umum
digunakan, yaitu :
Electromechanical: penggunaan fluks magnetik dari arus dan tegangan
untuk menghasilkan torka pada piringan yang dapat bergerak
Solid State: menggunakan sinyal-sinyal analog tegangan dan arus serta
beberapa rangkaian logika bahkan mikrokontroller untuk mengolah
sinyal secara matematik.
Numeric: memiliki banyak fungsi, dapat diprogram dan umumnya
bekerja dengan basis mikroprosessor
Tabel II menunjukkan sejumlah peralatan proteksi yang
umumnya digunakan pada transformator sesuai dengan
standard ANSI
177
178
89
Perelean transformator
179
180
90
Rele Differensial
Adalah suatu rele yang merespon terhadap perbedaan antara kuantitas elektrik
yang masuk dan keluar dari peralatan yang diamankan. Disini rele berfungsi
sebagai komparator, membandingkan arus dan fasa relatifnya pada kedua ujung
daerah proteksi. Bila perbedaan arus pada kedua sekunder CT melebihi batas
harga tertentu, maka rele akan memberi perintah untuk pembukaan CB.
Bila hubung singkat terjadi dalam daerah proteksi, i1 sama dengan i2 rele akan
bekerja. Sedang bila hubung singkat terjadi diluar daerah proteksi, i1 berlawanan
dengan i2 dan rele tidak akan bekerja
PMT CT CT PMT
I1 I2
1 Peralatan yg 2
diamankan
i1 i2
181
1- 182
91
183
184
92
185
186
93
187
188
94
189
190
95
Penyesuai Arus
191
192
96
Delta/Wye Compensation
Bank delta/wye menyebabkan
terjadinya pergeseran fasa
tegangan dan arus sebesar 30,
tergantung pada hubungan
transformatornya (Transformator
Daya)
Pada rele elektromekanik,
pendekatan yang umum untuk
mengkompensasi belitan adalah
menghubungkan CT dalam
hubungan Y/D
193
194
97
Proteksi Besaran non Elektrik
195
196
98
Sistem Proteksi Non Elektrik
197
99
Sistem Proteksi Non Elektrik
Tipe SPR
Membran
Plat tipis yang didesain sedemikian rupa yang
akan pecah bila menerima tekanan melebihi
desainnya. Hanya digunakan sekali pakai
Pressure Relieve Valve
Katup yang ditekan oleh pegas yang didesain
sedemikian rupa sehingga bila terjadi tekanan
di dalam trafo melebihi tekanan pegas, maka
akan membuka dan melepas tekanan bersama
sebagian minyak
199
200
100
201
202
101
203
204
102
Pemisah (Disconnecting Switch)
205
PEMISAH :
206
103
Sesuai dengan fungsinya
pemisah dibagi menjadi dua yaitu
:
A. Pemisah Tanah (Pisau
Pentanahan)
B. Pemisah Peralatan
207
1. Pemisah Putar
2. Pemisah Luncur
3. Pemisah Siku
4. Pemisah Engsel
5. Pemisah Pantograph
208
104
1. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak
diam dan dua buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya. Model saklar
pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu
Induk.
209
2. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak
diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak
gerak yang gerakannya hanya mempunyai
besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah
ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
210
105
3. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satukontak
diam dan satu engsel yang dapat membuka ke
atas dengan sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini
gerakannya dari engsel yang biasanya digunakan
untuk tegangan menengah 20 kV 6 kV. Model
saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar
Gardu Induk.
211
4. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya
hanya bergerak keatas dan kebawah saja. Model
saklar pemisah ini biasanya berada di dalam
kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain dan
di letakkan di dalam Gardu Induk.
212
106
5. Pemisah Pantograph
Saklar pemisah pantograph ini mempunyai
kontak diam yang terletak pada rel dan kontak
gerak yang terpasang pada ujung lengan-
lengan pantograph. Model saklar pemisah ini
biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
Pemisah pantograph biasanya digunakan di
jaringan 500 kV.
213
214
107
Perlengkapan Gardu Induk
215
SALURAN UDARA
TRANSMISI LISTRIK
Komponen Saluran udara tegangan tinggi terdiri :
1. Saluran Udara,
2. Saluran Kabel,
3. Perlengkapan SUTT/SUTET,
4. Tower,
5. Bagian-bagian tower ,
6. Konduktor,
7. Kawat Tanah,
8. Pentanahan Tower,
9. Isolator. 216
108
Peralatan Pengaman
Terdiri dari :
1. Lightning Arester ,
2. Aplikasi PLC,
3. Komunikasi Suara,
4. Penggunaan Kanal Suara,
5. Teleproteksi Protection Signalling,
6. Remote Terminal Unit (RTU),
7. Rele Proteksi, Annunciator.
217
218
109
Persyaratan Sistem Pentanahan
219
Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Transmisi Listrik
220
110
PEMUTUS TENAGA :
adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan
/memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Oleh
karena PMT digunakan untuk memutus beban maka
harus dilengkapi dengan pemadam busur api.
221
a)
111
2. Jenis PMT berdasarkan
mekanis penggeraknya :
- Pegas
- Pneumatik
- Hidrolik
223
224
112
Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan (konsumsi)
enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek kegagalan dan kejadian
yang menempatkan sistem tenaga pada risiko.
225
113
Proteksi Utama pemutus
Listrik
Circuit Breaker (CB)
a). MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri,
ada yang dilengkapi Protective Relays
d). OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective
Relays
f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) :
dilengkapi dengan Protective
227
Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik
pembuat
7. Unit magnetik trip
228
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
114
ACB (Air Circuit Breaker)
Gambar ACB (Air Circuit Breaker)
LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-
170kA
229
230
115
VCB (Vacuum Circuit Breaker)
231
SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
Rating tegangan CB
antara 3.6 KV - 760 KV.
232
116
Circuit Breaker dengan Rele
Proteksi
233
234
117
235
Latihan perhitungan
SLD TRANSMISI
236
118
237
238
119
239
Persyaratan K3 perencanaan
instalasi listrik pada Transmisi
listrik
1. Penentuan daerah aman pada area Transmisi
listrik berdasarkan gambar perencanaan
2. Tata letak peralatan, dan perlengkapan dari aspek
lingkungan berbahaya
240
120
Teori dasar teknik
perencanaan instalasi listrik
pada Transmisi listrik
1.Gambar perencanaan instalasi listrik:
a.Simbol-simbol
b.Diagram garis tunggal
241
242
121
243
244
122
Persyaratan K3 peralatan dan
perlengkapan pada dokumen
perencanaan Instalasi
Transmisi listrik
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)
245
Spesifikasi teknis
perlengkapan, peralatan listrik
bersertifikasi pada Transmisi
listrik
Spesifikasi teknis perlengkapan dan peralatan
listrikberdasarkan dokumen perencanaan Transmisi
listrik
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)
246
123
Perencanaan sistem proteksi
pada instalasi Transmisi listrik
Jenis sistem proteksi pada sistem transmisi listrik
1. Penyalur petir
2. Pembumian gedung Gardu Induk
3. Tegangan surja
4. Pembumian
a. Sistem
b. Peralatan
c. Petir
247
Persyaratan administrasi K3
1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan / perijinan)
248
124
Penyusunan laporan hasil
pemeriksaan dokumen
perencanaan
1.Checklist
2.Rekomendasi (formulir laporan dan rekomendasi)
249
250
125
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.3.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.3.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1
1
3
2
5
3
7
4
9
10
5
11
12
6
13
14
7
15
16
8
17
18
9
19
20
10
21
22
11
23
24
12
25
26
13
27
28
14
29
30
15
31
32
16
33
34
17
35
36
18
37
38
19
39
40
20
41
42
21
43
44
22
45
46
23
47
48
24
49
50
25
51
52
26
53
54
27
55
56
28
57
58
29
59
60
30
61
62
31
63
64
32
`
66
33
MATERIAL DASAR UTAMA (lanjutan)
67
68
34
KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI
KONSTRUKSI SAMBUNGAN TEGANGAN MENENGAH ( SLTM )
Bagian SUTM
1. Penghantar tak berisolasi : A2C,ACSR ; penghantar
berisolasi kabel inti tunggal TM ( full & half insulated )
kabel pilin TM.
2. Tiang : kayu, besi, tower, beton dengan ukuran panjang :
9m , 11m, 12m, 13m, 15m dengan kekuatan 200, 350, 500
dan 800 daN.
3. Isolator : Pin post , suspension, Toei ( untuk penegang /guy
wire).
4. Arrester : type 5 kA dan 10 kA.
5. Penghantar pentanahan : kawat tembaga tak
berisolasi ukuran minimal 35 mm2.
70
35
Konstruksi Tiang :
71
72
36
Konstruksi persilangan kabel :
1. Kabel yang bersilangan harus dilindungi dengan
beton belah atau lempengan besi, dengan ketebalan
min. 6 cm.
2. Pipa beton belah dipasang 0,5 meter pada sisi kiri
kanan persilangan dengan tutup pelindung minimum
5 cm , yang lebih lebar dari kabel yang dilindungi.
3. Penyambungan kabel dengan konstruksi instalasi
diatas tanah : Kabel keluar dari tanah ( opstik kabel )
pada tiang harus dilindungi pipa galvanis minimal
panjang 2,5 meter diatas tanah.
73
74
37
Komponen-komponen Gardu Distribusi :
75
76
38
KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH ( JTR )
77
78
39
Konstruksi Tiang :
Konstruksi tiang awal dengan satu strain
clamp/dead end clamp
Konstruksi tiang akhir dengan satu strain
clamp/dead end clamp
Konstruksi tiang sudut ( 0 - 25 0 )
Konstruksi tiang tengah
Konstruksi tiang sudut ( 25 - 90 0 )
Konstruksi pembumian
Konstruksi tiang T
Konstruksi tiang dengan kawat tarik - Guy Wire
79
80
40
Kekuatan tiang ujung :
81
82
41
Penggunaan kawat perengang atau tiang
penegang (stake pole) :
42
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
instalasi
Lendutan ( saging ) :
Jarak lendutan ( sag ) dengan permukaan tanah diukur dari titik
terendah sekurang-kurangnya :
Penghantar
Tak berisolasi
Penghantar
Berisolasi
Bukan jalan umum
Jalan umum
5 meter
5 meter
4 meter
3 meter
86
43
Jarak Bebas:
87
Definisi :
Sambungan Luar Tegangan Rendah (SLTR) adalah penghantar
dibawah atau diatas tanah termasuk peralatannya mulai dari titik
Penyambunganpada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sampai
dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP).
Sambungan Luar Pelayanan (SLP) adalah bagian dari SL yang
dipasang dibawah atau diatas tanah dan berada diluar bangunan
pelanggan.
Sambungan Masuk Pelayanan (SMP) adalah bagian dari SL yang
dipasang dibawah atau diatas tanah dan berada didalam bangunan
pelanggan.
Alat Pembatas dan Pengukur (APP) merupakan suatu alat yang
digunakan sebagai dasar transaksi jual beli energi listrik dari PLN
kepada pelanggan.
88
44
Jenis/Type Konstruksi SLTR :
89
90
45
Langkah survey yang biasa dilakukan dalam suatu
pengembangan / pembangunan jaringan
distribusi meliputi :
1. Persiapan
Menyiapkan peralatan dan perlengkapan survey
Menggunakan peralatan dan perlengkapan survey
91
92
46
Langkah survey yang biasa dilakukan dalam suatu
pengembangan / pembangunan jaringan
distribusi meliputi (lanjutan):
3. Laporan
Membuat Laporan hasil survey sesuai format yang ditentukan
Dari suatu hasil survey, dilakukanlah penggambaran
rancangan pengembangan jaringan distribusi tersebut.
93
94
47
Isi dari suatu rancangan tersebut
antara lain (lanjutan):
2. Gambar jaringan distribusi, yang meliputi :
Gambar route rangkaian jaringan distribusi yang berupa
rangkaian utama dan cabang, jenis konstruksi, penghantar
dari suply utama ke pusat beban.
Rancangan tata letak perlengkapan jaringan distribusi
Rancangan letak pemutus tenaga/pemisah, alat proteksi
Tanda-tanda gambar.
Ukuran dan jenis penghantar
Sistem pembumian yang dipilih.
95
96
48
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.4.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.4.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
1
1
Tujuan K3 perencanaan instalasi listrik
di Pemanfaatan
Diharapkan agar melalui perencanaan
instalasi perlengkapan dan peralatan listrik di
Pemanfaatan listrik Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik melalui
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan
dan penilaian gambar rancangan instalasi
listrik
3
2
Unit Kompetensi
1. Memeriksa
2. menghitung
3. menganalisa dan
4. Membuat laporan Pemeriksaan(gambar
Rancangan/Instalasi Listrik)
3
Instalasi listrik harus diuji dan diperiksa
sebelum dioperasikan dan/atau
setelahmengalami perubahan penting untuk
membuktikan bahwa pekerjaan pemasangan
telah dilaksanakan sebagaimana semestinya
sesuai dengan PUIL 2011 dan/atau standar
lain yang berlaku.(2.5.8.1)
a.Instalasi penerangan
b.Instalasi Daya
c.Instalasi Tenaga
4
Perlengkapan Peralatan instalasi
Listrik
1. PHB :
Bus Bar
Pengaman (CB)
Pernghantar
Pembumian
2. Armatur
3. Stop kontak
4. Kendali
1. PENERANGAN
2. REALATAN LISTRIK 1 Phasa
3. Peralatan listrik 3 Phasa
10
5
Instalasi Penerangan
11
12
6
SLD-DISTRIBUSI LISTRIK TM-TR
13
14
7
SLD-SISTEM DISTRIBUSI MV-LV
15
Gambar instalasi
16
8
Diagram garis tunggal
17
18
9
Gambar rinci
19
20
10
Tabel bahan instalasi
21
22
11
GAMBAR REKAPITULASI DAYA
23
24
12
Checklist Persyaratan K3 perencanaan instalasi listrik pada pemanfaatan
25
26
13
27
28
14
Detail Socket Outlet
29
30
15
LANJUTAN
31
Persyaratan K3
1.Proteksi pada PHB
2.Proteksi pada Peralatan dan perlengkapan
3.Proteksi pada Peralatan penyalur
4.Proteksi pada Peralatan pengatur
32
16
Spesifikasi teknis perlengkapan, peralatan listrik
bersertifikasi pada system instalasi listrik
33
a.Proteksi perlengkapan
b.Proteksi peralatan
c.Proteksi sistem pembumian
d.Proteksi petir
e.Over current
f.Under voltage
34
17
Persyaratan administrasi K3
1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan
/ perijinan)
35
a.Checklist
b.Rekomendasi
36
18
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.5.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.5.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1
1
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di Pembangkitan
Tenaga Listrik, yang meliputi:
Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
Checklist pekerjaan
pemasangandi Pembangkitan
3
Instalasi listrik
perlengkapanlistrik
peralatan listrik
Work Assesment
2
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
3
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
4
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
10
5
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
12
6
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan
13
14
7
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
15
8
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
18
9
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
Contoh Dokumen
sertifikasi
20
10
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang
21
22
11
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM
23
12
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.6.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.6.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1
1
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di transmisi Tenaga
Listrik, yang meliputi:
Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
Checklist pekerjaan
pemasangandi transmisi
3
Instalasi listrik
perlengkapanlistrik
peralatan listrik
Work Assesment
2
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di transmisi, yang meliputi:
Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
3
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisiListrik
4
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisi Tenaga Listrik
10
5
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem transmisi
Listrik, yang meliputi:
instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
12
6
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan
13
14
7
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Transmisi
Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
15
8
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
transmisi , yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
17
18
9
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
transmisi Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik
19
Contoh Dokumen
sertifikasi
20
10
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang
21
22
11
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM
23
12
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.7.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.7.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1
Curricullum Vitae
Penjelasan tujuan pembelajaran
Rencana Sesi pembelajaran
1
`
2
1.2. Jenis-jenis Perlengkapan pada pekerjaan
pemasangan Instalasi di
Distribusi listrik
3
2.Checklist pekerjaan pemasangan di
Distribusi
2.1. Checklist gambar instalasi
2.2. Checklist perlengkapan Listrik
2.3. Checklist peralatan Listrik
Ceklist General
Ceklist Distribusi
4
4.Penyusunan standar pemasangan yang aman
di Distribusi listrik
4.1.Instalasi, listrik
4.2.Perlengkapan listrik
4.3.Peralatan listrik
SPLN PERALATAN KERJA
STANDAR LAIN
IEC
SNI - TRANSFORMATOR
9
10
5
6. Format analisis potensi bahaya pada kegiatan
pemasangan instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik di Distribusi listrik
11
12
6
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan , peralatan alat kerja dan alat pelindung diri
yang digunakan dalam proses pemasangan instalasi di
Distribusi
13
9.1.Instalasi, listrik
9.2.Perlengkapan listrik
9.3.Peralatan listrik
14
7
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian keselamatan
kegiatan di Distribusi listrik, meliputi :
15
16
8
12.Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan dengan perencanaan
12.1. Pada Instalasi, listrik
12.2. Pada Perlengkapan listrik
12.3. Pada Peralatan listrik
12. Checklist KESESUAIAN
17
18
9
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Distribusi listrik,
14.1.Instalasi, listrik
14.2.Perlengkapan listrik
14.3.Peralatan listrik
14. Checklist PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN PEMASANGAN GARDU
INDOOR
19
20
10
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
16.1.Pada Instalasi, listrik
16.2.Perlengkapan listrik
16.3.Peralatan listrik
16.a.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
16.b.SPLN Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
21
22
11
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
instalasi
CONTOH
24
12
20.Checklist identifikasi sertifikasi
20.1 Cheklist perlengkapan listrik yang akan
dipasang
20.2 Cheklist peralatan listrik yang akan
dipasang
PERSONAL
25
26
13
22. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu
kewenangan dan lisensi lembaga/SDM
27
14
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.8.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.8.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1
1
K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
1. Bio Data
(Curiculum Vitae)
2
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
3
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
GARDU INDUK
PLTG
STEP UP
UNIT PENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDU INDUK
70 kV
PLTD
GARDU INDUK
SALURAN
150 kV
TRANSMISI
KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRI MENENGAH TM / TR
/ KECIL
4
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
10
5
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
11
12
6
3. Contoh Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
13
14
7
4.1. Pelanggan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
15
16
8
4.2. Lingkup Pekerjaan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
17
18
9
4.3. Perlengkapan dan Peralatan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
19
20
10
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
21
22
11
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
23
24
12
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
25
26
13
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
27
28
14
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
29
30
15
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
31
32
16
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
33
34
17
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
35
36
18
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
37
38
19
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
39
40
20
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
41
7.8. Format-format K3
dan
Format Checklist Pemeriksaan Fasilitas Keselamatan
(Facility Safety Inspection Checklist)
42
21
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
43
44
22
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
45
46
23
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik
47
48
24
8.3. Contoh Format-format Pemeriksaan, Pengujian, dan
Komisioning Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik
49
50
25
14. Contoh Format Surat Ijin dan
Surat Laik Operasi (SLO)
51
26
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.9.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.9.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1
M I.9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik
1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
1.
2
1.1.
3
Ada pula yang mengatakan bahwa
Pemeliharaan :
4
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :
1.2.
5
Pemeliharaan Listrik terdiri dari :
1.Preventive Maintenance (PM) = Overhaul
= Service = Shutdown
= Turn Around (TA), dll.
Ciri-cirinya :
- Off line (equipment dalam keadaan dimatikan)
- Terjadwal (Scheduled):
- Berdasarkan kalender : mingguan, bulanan, tahunan,
3 tahunan, 5 tahunan, dlsb.
- Berdasarkan running hours: setiap 10.000 jam, dlsb
- Berdasarkan running distances: setiap 5.000 km,dll
6
Jenis-jenis Pemeliharaan
1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.
13
14
7
2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.
16
8
3. Corective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble
Shooting atau penggantian part/bagian yang
rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.
17
18
9
2.
Objek pemeliharaan :
Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
19
20
10
Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :
21
22
11
b) Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
Pada pusat listrik tenaga gas, energi primer berasal dari bahan
bakar gas atau minyak.
Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.
23
24
12
d) Pusat Listrik Tenaga Gas dan
Uap (PLTGU)
Pusat listrik tenaga gas dan uap merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU.
25
13
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
Pada pusat pembangkit ini, tenaga nuklir diubah menjadi tenaga
listrik.
27
28
14
3. Pusat Listrik dengan Energi
terbarukan
a.Pusat Litrik Panas Bumi (PLTP)
29
Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik
15
31
32
16
Selain itu juga ada saluran (feeder) yang digunakan
menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pusat pembangkit
sendiri yang digunakan untuk sumber tenaga listrik pada
instalasi penerangan, mengoperasikan motor-motor listrik
(motor listrik sebagai penggerak pompa air pendingin, motor
listrik sebagai penggerak pendingin udara, motor listrik sebagai
penggerak peralatan pengangkat, keperluan kelengkapan
kontrol, dan lain-lain).
Transformator
1. Klasifikasi transformator tenaga
1. Pemasangan
Pemasangan dalam
Pemasangan luar
34
17
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:
35
36
18
Dalam usaha mempermudah pengawasan
dalam operasi, transformator dapat dibagi
menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.
37
Generator
38
19
Switchgear
39
Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan
(konsumsi) enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek
kegagalan dan kejadian yang menempatkan sistem tenaga
pada risiko.
40
20
Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik
menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001
Prinsip Utama :
Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers
41
42
21
Selain ELCB (GFCI) dan Oveload Heater pada Motor Control,
c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri, ada
yang dilengkapi Protective Relays
22
a).MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB berfungsi mengamankan arus hubung singkat (short circuit)
dan pembatas daya (overload) , kerjanya berdasarkan dua
kendali.
Kendali panas terbuat dari elemen dwilogam yang akan bekerja
jika daya beban melebihi batas dan kendali elektromagnetik
untuk arus hubung singkat akan bekerja jika arus yang
mengalir
jauh melampaui arus nominal yang ditentukan; biasanya setelan
pengaman ini 6 s/d 12 kali arus nominal, tergantung dari tipe
MCB tersebut apakah tipe lambat atau cepat.
23
Tunjukkan dan jelaskan
MCB (Miniatur Circuit Breaker)
sebagai penegasan penjelasan
untuk Slide No.15
47
Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
48
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)
24
c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan
rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan.
Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.
LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA
MV-ACB:
Tegangan = 7,2kV dan 24kV
Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA
25
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open),
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat
gangguan atau sengaja dilepas.
tampak dalam
Gambar VCB (Vacum Circuit Breaker) 51
f). SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai
sarana pemadam busur api.
Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam.
Rating
tegangan CB
antara 3.6 KV
- 760 KV.
52
26
Circuit Breaker dengan Rele Proteksi
53
2.Fuse
Patron leburnya akan lebur jika ada arus yang besarnya jauh melampaui
arus nominal pengaman tersebut , sehingga patron lebur/sekring
tersebut putus dan tidak bisa digunakan lagi.
Pengaman tersebut akan bekerja jika arus gangguan atau arus hubung
singkat melampaui setelan nominal alat pengaman tersebut dan dapat
disetel lagi jika gangguan sudah teratasi.
Sekering otomatis
54
27
A fuse may be defined as a device that protects a circuit by fusing
open its current-responsive element when an overcurrent or
short-circuit current passes through it.
[Fuse bisa didefinisikan sebagai alat yang memproteksi circuit
dengan cara membuka elemen respon arusnya, ketika arus lebih
atau arus hubung singkat melewatinya].
Fuse dibuat untuk tegangan rendah maupun tegangan menengah.
Berikut ini adalah klasifikasi Fuse tegangan rendah.
55
56
28
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik:
Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi Fuse
29
Elektronik
Meliputi Elektronika Daya (Power Electronics), misalnya UPS
(Uninterruptible Power Supply), Rectifier, Inverter, dan lain-lain.
59
APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau Portable Fire
Extinguisher merupakan salah satu peralatan K3 yang harus
ada di Pembangkitan listrik.
Alat pemadam kebakaran antara lain dimaksudkan untuk
berjaga-jaga memadamkan terbakarnya minyak didalam
trafo.
60
30
3.
Checklist pekerjaan
pemeliharaan di pembangkitan
listrik ,meliputi Instalasi listrik,
Perlengkapan listrik, Peralatan
listrik
61
62
31
Slide Wajib No.MI9.3.1.
63
64
32
65
66
33
4.
Manajemen pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik, meliputi :
1. Perencanaan
2. Pengornaisasian
3. Penggerakan
4. Pengendalian
67
P.O.A.C
(Planning, Organizing,
Actuating, Controlling)
4.A. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan pemeliharaan peralatan tenaga
listrik meliputi koordinasi antara kebutuhan
akan pemeliharaan dan kondisi sistem.
68
34
Dalam hal ini diupayakan agar kedua kebutuhan
itu terpenuhi sebaik mungkin.
69
4.B. Pengorganisasian
(Organizing)
Rencana pemeliharaan sebagai hasil
perencanaan tersebut merupakan dasar dalam
pengaturan SDM, alat, tugas, tanggung-jawab
dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar
dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin.
70
35
71
72
36
73
74
37
75
4.C. Penggerakan
(Actuating)
Setelah ada rencana kerja, kemudian
pengalokasian sumber daya, tibalah saatnya
pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang
disebut sebagai penggerakan.
38
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai
dari persiapan sampai akhir pekerjaan
diperlukan proses mempengaruhi dan
mengarahkan orang menuju ke pencapaian
tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan
pemeliharaan dengan baik.
77
4.D. Pengendalian
(Controlling)
Dalam mencapai tujuan sesuai dengan yang
direncanakan, diperlukan pengendalian,
sehingga penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi sedini mungkin dan dapat dilakukan
tindakan koreksi.
39
5.
Jenis Potensi bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
79
4.Bahaya lainnya :
a.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
c.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
d.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
e.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
f.Dan lain-lain
80
40
Paper of Electrical Hazard : Shock, Arc, Blast
81
82
41
Risk Matrix
RISK MATRIX
= Likelyhood (or Probability) x Consequence (or Impact) (or Severity) 83
Shock (electric)
= Tersengat listrik
= Kesetrum
= Stimulasi fisik atau trauma
yang terjadi sebagai akibat
dari mengalirnya arus listrik
lewat melalui tubuh.
(The physical stimulation or trauma that occurs as a result of
electric current passing through the body.)
84
42
Dalam PUIL2011 halaman 6 dibahas
proteksi dari kejut listrik sebagai
berikut :
131.2(2.1.2) Proteksi dari kejut listrik
86
43
SHOCK
Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000 k (kulit kering) sampai 100 (kulit
basah).
Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100 500 .
Kondisi terbaik:
-Tahanan tubuh paling besar,Rb = 1000.000 +500=1000.500
-Arus yang mengalir ketubuh = 220 V / 1000.500 =0,0002198 A
= 0,2198 mA
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh = 50 V / 1000.500 = 0,000049975 A = 0,049975 mA
0,2198 mA > 0,049975 A : Tetap Berbahaya
87
1 Tidak terasa
44
Shock karena Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
89
90
45
Pemutaran Video :
91
46
-Gunakan PPE yang benar
93
94
47
-Pasang Grounding pada Instalasi listrik
95
Catatan :
Terra = bahasa Perancis yang berarti bumi atau tanah)
96
48
1. Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C=Terra Neutral Combined)
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada
sistem secara keseluruhan.
Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan
kombinasi antara saluran N (Neutral) dan PE (Protective Earth).
Seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama.
Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem
yang lain.
Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran
PEN (combined), sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua
hantaran, N dan PE secara terpisah (separated).
49
3. Saluran Tanah dan Netral-dipisah (TN-S=Terra Neutral-
Separated):
50
5. Saluran Tanah melalui Impedansi (IT=Impedance Terra),
atau Sistem Pentanahan Impedansi
Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah.
Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan.
102
51
2. Elektroda Pita
103
3. Elektroda Plat
104
52
Tahanan pentanahan (Earth Resistance) diukur dengan
menggunakan Alat Earth Resistance Tester.
105
106
53
Pasang peralatan INTERLOCKING (bila perlu)
107
108
54
Pasang ELCB
109
110
55
ELCB dengan Sensitivitas 0,03 A (30 mA)
112
56
Diagram Skematik ELCB
114
57
Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pra bayar
115
58
Lepaskan korban dari sengatan listrik menggunakan Isolator
Lakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) listrik
117
Arc (electric)
= Percikan api
Kebakaran (Fire)
= Terlepasnya energi panas dan cahaya
yang disebabkan oleh kerusakan listrik
dan setelah itu peluahan listrik melalui
insulator listrik, seperti udara.
(The heat and light energy release that is caused by the electrical
breakdown of and subsequent electrical discharge through an
electrical insulator, such as air).
118
59
Jenis-jenis Arc :
119
120
60
Figure : Electric arc damage caused by 240 volt arc.
(Courtesy Brosz and Associates.) 121
122
61
Penggunaan APD yang benar untuk mencegah efek dari Arc
Flash = Arc yang timbul karena Short Circuit
123
124
62
Segitiga api (Fire Triangle)
125
63
Gunakan kualitas kabel yang baik
127
128
64
Gunakan jenis kabel yang benar (2)
129
130
65
Gunakan jenis kabel yang benar (4)
131
132
66
Gunakan jenis kabel yang benar (6)
133
134
67
Gunakan jenis kabel yang benar (8)
135
136
68
Gunakan jenis kabel yang benar (10)
137
138
69
Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya (1)
139
140
70
Electrical Formulas for calculating Amper, HP,KW,KVA
141
142
71
Blast (electric)
= Ledakan :
Blast (ledakan) :
Blast yang berasal dari equipment
yang pemeliharaannya kurang baik ,
misalnya :
-Tranformator meledak
-Battery meledak
-Dan lain-lain
72
Efek Blast
Molten Metal
35,000 F
Pressure Waves
Sound Waves
Intense Light
145
73
Cara mencegah Blast yang berasal
dari equipment yang
pemeliharaannya kurang baik
74
Data Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari
Gambar satu garis (Single line diagram) (1)
149
Contoh :
Interrupting
Rating = 40 KA
150
75
Dengan menggunakan Gambar satu garis
(single line diagram) yang sesungguhnya,
tunjukkan dan jelaskan Interrupting Rating
pada setiap Switchgear
151
152
76
Contoh Soal :
Jawaban :
Pemutaran Video :
Interrupting Rating & Blast
154
77
BLAST yang terjadi karena Interrupting
Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Bila terjadi short circuit dan alat proteksinya trip tetapi pecah (break) maka terjadi
blast.
Oleh karena itu pada alat proteksi baik Fuse maupun Circuit Breaker :
- Contact Rating [Amper]: untuk proteksi over current (over load) , dan Short circuit
- Breaking Capacity (Interrupting Current) [kA] : untuk bertahan tidak pecah jika
terjadi short circuit.
Cara mencegahnya :
Hati-hati, Hindari Unsafe Condition & Unsafe Acts,
Gunakan APD yang tepat dan baik, Patuhi rambu-rambu
yang dipasang, Patuhi prinsip-prinsip K3 Umum, dan K3
Spesialis.
156
78
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
157
79
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar
80
Cara mencegah bahaya listrik lainnya
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
161
7.
Standar Prosedur Pemeliharaan
dan JSA(Job Safety Analysis)
pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan
162
81
(2)
JOB Safety Analysis (JSA)
Bertujuan mencari/ menemukan adanya sumber
bahaya dan usaha menghilangkannya dari suatu
rangkaian proses pekerjaan.
163
Langkah-langkah JSO
Ada lima langkah yang ahrus dilakukan :
1. Memilih pekerjaan yang diamati
2. Melaksanakan pengamatan
3. Mencatat hasil-hasil pengamatan
4. Membahas hasil-hasil pengamatan
bersama pekerja yang diaamati
5. Memberikan tindak lanjut bagi sikap
bekerja yang aman.
164
82
Ada 4 aspek yang membantu
dalam JSA :
1. Manusia
orang yang terkait : operator, supervisor dll
2. Metode Praktek kerja dan prosedur kerja dari
perkerjaan yang dianalisis.
3. Peralatan dan mesin yang digunakan
4. Material (Bahan)
5. Lingkungan kerja
165
166
83
167
8.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive
Maintenance, Predictive
Maintenance dan dan
Corrective Maintenance)
168
84
CHECK LIST pemeriksaan dan pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive Maintenance, Predictive
Maintenance dan Corrective Maintenance)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada
pelaksanaan Preventive Maintenance (PM) dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?
170
85
9.
Persyaratan administrasi K3
pemeliharaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
listrik di Pembangkitan
171
86
Kep Dir PPK & K3 no Kep
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon Ahli K3 bidang listrik
Kep Dir PPK & K3 no Kep
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon teknisi K3 bidang
listrik
173
174
87
175
176
88
177
10.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan persyaratan
administrasi K3 pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di
Pembangkitan
178
89
179
11.
Persyaratan K3 alat-alat uji
Isolasi
180
90
Insulation (isolasi) sangat berkaitan dengan terjadinya Short
Circuit yang menyebabkan Shock, Arc & Blast.
182
91
3. Teknologi ketiga adalah dengan Hi Pot Test.
The DC Hi-Pot withstand test is a
Pass/Fail test that has been applied to
many types of cable and accessories.
184
92
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat ini) adalah
Partial Discharge (PD) Test:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
185
12.
Cheklsit pemeriksaan dan dan
pengawasan persyaratan K3
alat-alat uji listrik
186
93
CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan
K3 alat-alat uji listrik
187
94
13.
Analisis dan Pelaporan
pemeliharaaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
Pembangkit
189
190
95
14.
Bentuk laporan pemeliharaaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan Pembangkit
191
192
96
193
194
==oo00oo==
97
195
196
98
Referensi
SNI Pembangkit
IEC
Checklist Maintenance PT.Medco Energy E & P
Indonesia
Dokumen PLN No. PT-KITSBS-26 April 2015,
PUIL 2011
197
198
99
Dengan demikian maka
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Preventive
Maintenance, Predictive Maintenance dan
Corrective Maintenance (Perbaikan) Instalasi,
Perlengkapan dan Peralatan di
Pembangkitan Listrik
==oo00oo==
199
100
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.10.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.10.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1
M I.10
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan di
Transmisi Listrik
1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan di
Transmisi Listrik
1.
2
1.1.
2.
Objek pemeliharaan :
Tranformator,
Saluran Udara Tegangan Tinggi,
Gardu Induk, Pemisah (PMS),
Pemutus Tenaga Listrik (PMT),
3
Objek pemeliharaan :
Objek pemeliharaan :
Charger (Rectifier),
Automatic Voltaga Regulator (AVR),
Rangkaian voltage Dropper, Rangkaian
Proteksi Tegangan Surja Hubung, Baterai
(DC Power)
4
Pemeliharaan pada Transmisi Listrik
Transformator
Klasifikasi transformator tenaga
1. Pemasangan
Pemasangan dalam
Pemasangan luar
10
5
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:
11
12
6
Dalam usaha mempermudah pengawasan
dalam operasi, transformator dapat dibagi
menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.
13
14
7
SUTT/SUTET merupakan peralatan buatan
manusia. Peralatan ini pada dasarnya bisa rusak
baik karena salah pengoperasian, kesalahan saat
konstruksi maupun telah melampaui masa
kerjanya (life time). Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan kerja dari SUTT /
SUTET adalah dengan melakukan pemeliharaan
SUTT / SUTET.
15
16
8
Perlengkapan Gardu Induk
17
18
9
Peralatan Pengaman
19
20
10
Karena peranannya yang sangat penting dalam
menyalurkan daya listrik dan menjadi penghubung
listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
primer maka harus diterapkan sistem pentanahan
yang memenuhi persyaratan sistem pengaman yaitu :
21
Persyaratan Sistem
Pentanahan
Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka terhadap
gangguan yang terjadi, dan secara proposional
mampu mendeteksi gangguan dengan tepat di area
atau zona yang di amankan
22
11
Sistem Pentanahan Gardu Induk harus handal. Tidak
boleh gagal, mampu bekerja sesuai dengan
pengaturan yang diterapkan pada sistem pentanahan
tersebut.
23
24
12
Pemeriksaan pondasi tower (leveling, retak)
Pemeriksaan kelengkapan tapak tower (patok tanda batas
tanah PLN, urugan tanah tapak tower)
Pengecekan Tahanan Pembumian
Pemeriksaan jarak bebas konduktor dengan benda di
sekitarnya
Tanah sekeliling pondasi longsor
Pondasi turun, tanah dasar pad mengalami sliding arus air
bawah tanah
Kualitas beton pondasi tower
25
26
13
Pohon/benda di dalam jarak bebas
Tension clamp konduktor (tekanan mesin pres, pemilihan mata
dies, bahan, manusia)
Tension clamp gsw (material)
Suspension clamp konduktor
Joint sleeve (tekanan mesin pres, pemilihan mata dies, bahan,
manusia
Joint box opgw (rawan pencurian)
27
28
14
29
30
15
31
32
16
33
34
17
35
36
18
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Transmisi, Perlengkapan
Transmisi, Peralatan Transmisi
37
19
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar
20
Cara mencegah bahaya listrik lainnya
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
41
21
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.11.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.11.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1
M I.11
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Distribusi Listrik
1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
1.
2
1.1.
2.
Objek pemeliharaan :
3
7
4
GARDU CANTOL
GARDU CANTOL ATAU GARDU TIANG SELURUH
INSTALASINYA DICANTOLKAN PADA TIANG
JARINGAN, BIASANYA CAPASITAS TRAFONYA
MAX < 100 Kva.
GARDU PORTAL
GARDU PORTAL MERUPAKAN GARDU YANG SELURUH
INSTALASINYA DIPASANG PADA DUA TIANG / LEBIH
GARDU PORTAL INI MERUPAKAN PENGEMBANGAN
DARI GARDU CANTOL YANG BEBANYA SUDAH BESAR
DAN BANYAK DIPASANG PADA DAERAH PADAT PEN
DUDUKNYA DAN KAPASITASNYA < 315 kVA
5
GARDU KIOS
GARDU INI BANGUNANYA TERBUAT DARI METAL DAN
DIPAKAI UNTUK SEMENTARA WAKTU :
o SEBUAH TRAFO
11
GARDU BETON
GARDU INI BANGUNANYA SECARA KESELURUHANYA
TERBUAT DARI BETON DAN BEBANYA SUDAH
MENCAPAI SAMPAI DENGAN 2 MVA / km2
FASILITAS YANG TERDAPAT PADA GARDU BETON
o SEBUAH CUBIKEL PEMISAH (PMS) DGN KODE AS.
CUBIKEL INI UNTUK IN COMING DARI SUMBER
o SEBUAH CUBIKEL PEMUTUS BEBAN (PMT) DGN
KODE AIS, CUBIKEL INI UNTUK MELAYANI KA-
BEL OUT GOING.
o SEBUAH CUBIKEL PENGAMAN TRAFO, CUBIKEL
INI BERUPA PEMUTUS BEBAN DGN PENGAMAN
LEBUR, DGN KODE CUBIKEL PB.
12
6
JENIS GARDU BETON DAPAT
DIKELOMPOKAN :
1. GARDU BETON PASANGAN TERBUKA ( OPEN TYPE).
PERALATAN YG TERDAPAT DLM GARDU ( PMT, PMS
CT,PT DLL) DAPAT DILIHAT SECARA LANGSUNG.
PADA GARDU BETON BIASANYA DIPASANG PAGAR
PENGAMAN YG BERGUNA UNTUK PENGAMAN
DARI BAHAYA SENTUHAN TANGAN.
13
14
7
GARDU BETON PASANGAN TERTUTUP
15
I.2.1. TRANSFORMATOR.
i. JENISNYA.
ii. PENGGUNAANYA.
iii. HUBUNGAN LILITAN.
16
8
ii. PENGAMAN GARDU DISTRIBUSI.
1. MACAM PROTEKSI.
a. SENSITIP ( PEKA ).
b. SELEKTIP (MEMILIH) .
c. REALIBILITY ( ANDAL ).
d. KECEPATAN BER OPERASI (WAKTU).
e. EKONOMIS ( HARGA ).
f. PROTEKSI CADANGAN ( BACK UP ).
g. STABIL TERHADAP LINGKUNGAN ( TAHAN ). 18
9
3. PENEMPATAN RELAY.
a. PADA SISTEM PROTEKSI PRIMER, PERALATAN RELAY
DIPASANG LANGSUNG PADA SALURAN UTAMA ( GD )
TEGANGAN MENENGAH.
4. PEMAKAIAN RELAY
PEMAKAIAN RELAY DAPAT DILAKSANAKAN DIPANGKAL
FEEDER / GD UNTUK JARINGAN DAN JUGA
DITEMPATKAN DI SISI PELANGGAN TM SEBAGAI
PEMBATAS BEBAN.
19
20
10
6. KARAKTERISTIK RELAY.
a. RELAY DEFINIT.
b. RELAY INVERS.
c. RELAY INVERS DIFINIT
7. PENGETESAN RELAY.
a. TEST KARAKTERISTIK.
b. TEST TERHADAP PENGARUH LINGKUNGAN.
c. TEST OPERASI, YANG MENYANGKUT :
-. SISTEM PENGAWATAN.
-. POLARITAS / RATIO CT.
-. TAHANAN ISOLASI RANGKAIAN PENGAWATAN
-. TINGKAT KESALAHAN.
21
22
11
II.3. TEGANGAN LEBIH.
TEGANGAN LEBIH MERUPAKAN GEJALA YANG DISEBABKAN
OLEH SUATU KEJADIAN
23
III. PROSEDUR
OPERASI JAR - DISTR ( SOP ).
PENGOPERASIAN TRAFO DISTRIBUSI TERBAGI MENJADI :
24
12
KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK
25
TINGKAT KEANDALAN
26
13
KELANGSUNGAN PENYALURAN
FAKTORFAKTOR KELANGSUNGAN PENYALURAN :
27
28
14
MACAM MACAM PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN RUTIN ( TERJADWAL ).
PEMELIHARAAN KOREKTIF.
PEMELIHARAAN EMERGENCY ( TANPA JADWAL ).
PEMELIHARAAN RUTIN
DALAM PELAKSANAANYA DIBAGI 2 KATEGORI :
a. PEMELIHARAAN SERVICE, PEMELIHARAAN DGN
JANGKA WAKTU PENDEK, MELIPUTI PEKERJAAN
RINGAN/KECIL.
MISAL :
o MEMBERSIHKAN PERALATAN
( AMPERE METER, VOLT METER, DLL ).
o MEMBERSIHKAN HALAMAN GARDU DSB.
29
b. PEMELIHARAAN INSPEKSI
PEMELIHARAAN KOREKTIF
PEKERJAAN PEMELIHARAAN DGN MAKSUD UNTUK
MEMPERBAIKI KERUSAKAN DAN PERBAIKAN,
PENYEMPURNAAN.
30
15
CONTOH :
PENGGANTIAN MOF TRAFO YG MELEDAK ( GD BETON ).
31
PEMELIHARAAN EMERGENCY
PEMELIHARAAN INI SIFATNYA MENDADAK, TIDAK
TERENCANA INI AKIBAT GANGGUAN ATAU KERUSAKAN
ATAU HAL HAL LAIN DILUAR KEMAMPUAN, SEHINGGA
PERLU DILAKUKAN PEMERIKSAAN / PENGECEKAN
PERBAIKAN MAUPUN PENGGANTIAN PERALATAN, TETAPI
MASIH DALAM KURUN WAKTU PEMELIHARAAN
TANAH LONGSOR
BANJIR BESAR.
GEMPA BUMI.
32
16
PERALATAN GARDU DISTRIBUSI
SASARAN PEMELIHARAAN PADA GARDU DIST :
a. INSTALASI TEGANGAN MENENGAH
ISOLATOR TUMPU / DUDUK
REL / BUS BAR TEGANGAN MENENGAH.
33
c. TRANSFORMATOR
BUSHING TRAFO
KRAN TRAFO
34
17
d. RAK TEGANGAN RENDAH
KABEL SINGLE CORE TR
SEPATU KABEL.
SAKLAR UTAMA TR.
GROUND PLAT.
GROUND CONDUCTOR.
KONSTRUKSI RAK.
RAK TR.
MUR / BAUT SERTA RING
DLL.
35
GROUND CONDUCTOR.
ROD GAP.
GROUND ROD.
f. SIPIL GARDU
HALAMAN GD. LANTAI GARDU.
18
f. LAIN - LAIN
PENERANGAN DALAM GARDU
PENERANGAN LUAR GARDU
INDIKATOR HUBUNG TANAH
TRAFO ARUS/TEG (CT/PT)
PERALATAN UKUR
37
PEMELIHARAAN PMT
MENURUT JENIS DAN CARA PEMADAMAN BUSUR API
YANG DITIMBULKAN PADA SAAT PMT MEMBUKA
DAN MENUTUP
19
SPESIFIKASI PMT
FREKUWENSI SISTEM.
39
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Distribusi, Perlengkapan
Distribusi, Peralatan Distribusi
40
20
CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.
21
Cara mencegah bahaya BLAST karena
Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
44
22
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.12.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.12.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1
M I.12
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik
1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik
1.
2
1.1.
2.
Objek pemeliharaan :
3
Instalasi Listrik
Instalasi listrik meliputi :
- Jaringan listrik yang terdiri dari Alat Pengukur dan
Pembatas (APP), Panel Hubung Bagi (PHB),
Penghantar.
- Pencahayaan yang terdiri dari Lampu Pijar, Neon
Sign/Lampu Tabung, Lampu Merkuri, Lampu
Sodium.
- Pipa Pada Instalasi Listrik yang terdiri dari Pipa
Union, Pipa Paralon / PVC, Pipa Fleksibel, Tule /
Selubung Pipa, Klem / Sangkang, Sambungan Pipa
/Sock, Sambungan Siku, Kotak Sambung.
- Sistem Pentanahan yang terdiri dari Elektroda
Pentanahan, Hantaran Pengaman, Sistem Multi-
Elektroda.
4
Sistem Pengendalian
Sistem Pengendali Elektronik
Sistem Pengendali Elektronika Daya : Komponen
Semikonduktor Daya, Penyearah, Pengendali Tegangan AC ,
Kontrol Kecepatan dan Daya Motor Induksi Fasa Tiga.
Sistem Pengendalian Motor: Kontaktor Magnit, Kontak Utama
dan Kontak Bantu, Kontaktor Magnit dengan Timer, Rele
Pengaman Arus Lebih/Thermal Overload Relay, Sistem
Pengendali ektromagnetik.
Elektro Pneumatik
Mesin Listrik
10
5
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pemanfaatan, Perlengkapan
Pemanfaatan , Peralatan
Pemanfaatan listrik
11
12
6
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar
7
Cara mencegah bahaya listrik lainnya
h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
15
8
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.13.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur
Petir
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.13.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur Petir
1
1. Fenomena Terjadinya Petir
Petir merupakan mekanisme listrik di udara, yang
terjadi :
Diantara awan-awan
Antara pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut.
Antara awan dan tanah.
petir awan-tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda-
benda di permukaan tanah.
awal 4
2
Fenomena Terjadinya Petir
Muatan negatif
terbentuk pada awan
Terjadi peningkatan
Medan Listrik
Muatan listrik
terbentuk pada tanah
Breakdown pada
udara mengawali
pelepasan
Streamer dan
stepleader bertemu
Terbentuk kanal
Potential sama
Tampak Sambaran
petir
3
2. Karakteristik Gelombang Petir
Main Discharge
Step Leaders
Streamers
0,9
Statistik petir :
0,5
24% dibawah 10 kA
0,3 86% dibawah 40 kA
11% antara 40 s/d 100 kA
t
t1
t2
2% antara 100 s/d 140 kA
0,4% lebih besar 140 kA
4
3. Bahaya Sambaran petir
Sambaran Langsung Pada
Kawat Fasa
Tegangan pada titik
sambaran adalah :
Is
Is
Is Is VL Z L .
2 2 2
Jika I = 30 kA; ZL = 300 Ohm, Maka, VL
= 15. 300 = 4,5 MV
dapat juga menyebabkan timbulnya
tegangan lebih pada fasa lainnya.
Tegangan ini dapat menyebabkan flash
over pada isolator udara. 9
IE = 1 kA
ZL = 300
IM = 30 kA
RE RE = 10
10
5
3. Bahaya Sambaran Petir
Sambaran Langsung pada
bangunan tanpa Proteksi Petir
11
6
3. Bahaya Sambaran Petir
Sambaran tak langsung
13
14
7
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Penggunaan Arrester
Mencegah terjadinya UA
peralatan i
15
8
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Pemasangan Rod Gap Arrester
Tegangan tembus dari sela batang
di set 20% lebih rendah dari
d
s
tegangan tembus impulse dari
isolator.
Jarak antara sela dengan isolator
Tegangan
Sistim (kV)
Sela
(cm)
tidak boleh kurang dari 1/3 jarak
33 23 sela untuk mencegah bunga api
66 35
bergerak ke arah isolator
132 65
275 123
17
18
9
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Expulsion Lightning Arrester
Merupakan tabung yang terdiri dari :
Sela Batang Dinding tabung yang terbuat dari fiber
Sela batang (external series gap)i.
Sela pemutus bunga api diletakkan dalam
Tabung Bunga tabung, salah satu elektroda dihubungkan ke
Api
tanah.
Keterbatasan :
permukaan tabung akan rusak karena
Lubang keluar Gas terbakar, maka arrester ini mempunyai
batasan pada jumlah operasinya
19
20
10
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Valve type lightning Arrester
Terdiri dari susunan serial
dengan metal Oxide Varistor,
dengan karakteristik sebagai
berikut :
Harga tahanan turun dengan
cepat pada saat arus terpa
mengalir sehingga tegangan
antara terminal Arrester turun
dan harga tahanan akan naik
kembali jika arus terpa sudah
lewat sehingga membatasi
arus ikutan dari power
frekuensi voltage
21
11
5. Konsep sistem proteksi petir pada
Bangunan
23
24
12
6. Standard sistem proteksi petir pada
Bangunan
SNI 03-715-2004 Sistem Proteksi petir pada
Bangunan Gedung
1438_SNI IEC 62305-1-2009 Proteksi Petir
Prinsip Umum
Permanaker 02/MEN/1989 : Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir
25
26
13
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir
C = (C2)(C3)(C4)(C5).
27
28
14
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir
29
30
15
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir
31
32
16
8. Metode proteksi sistem penerima petir
33
34
17
8. Metode proteksi sistem penerima petir
35
36
18
37
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)
HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)
Resistan pembumian
mak 5 ohm
38
19
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Air Termination / Penerima
Down Conductor/Penghantar Penurunan
Earthing System/Pembumian
39
20
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Dimensi minimum air terminal :
Cu : 35 mm2
Fe : 50 mm2
Al : 70 mm2
41
42
21
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Pemasangan pada atap yang
mendatar harus benar-benar
menjamin bahwa seluruh luas
atap yang bersangkutan
termasuk dalam daerah
perlindungan;
Jumlah dan jarak antara masing-
masing penerima harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bangunan itu
termasuk dalam daerah
perlindungan.
43
Ketinggian Air
Termination minimum :
10 in (SNI 03-715-2004 )
15 cm Permen aker
02/Men/1989
44
22
9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan
45
46
23
9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan
DOWN CONDUCTOR
penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda
bumi;
harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau sudut-sudut
bangunan ke tanah
Dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua) buah
penghantar penurunan;
jarak tidak kurang 15 cm dari atap yang dapat terbakar kecuali atap
dari logam, genteng atau batu;
47
48
24
9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan
49
50
25
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Down Konduktor : Sebagai penghantar penurunan
petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap,
pilarpilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja
yang mempunyai massa logam yang baik;
Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus
memenuhi syarat, kecuali:
sudah direncanakan sebagai penghantar
penurunan dengan memperhatikan syarat-syarat
sambungan yang baik dan syarat-syarat lainnya;
ujung-ujung tulang baja mencapai garis
permukaan air di bawah tanah sepanjang waktu.
Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai
sebagai penghantar penurunan harus digunakan
kolom beton bagian luar
51
52
26
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
harus merupakan suatu sambungan elektris,
tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat
menahan kekuatan tarik sama dengan sepuluh
kali berat penghantar yang menggantung pada
sambungan itu.
Penyambungan dilakukan dengan cara:
dilas.
diklem (plat klem, bus kontak klem) dengan panjang
sekurang-kurangnya 5 cm;
disolder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm
53
54
27
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang
tegak dalam bumi tidak boleh kurang dari 4
meter, kecuali jika sebagian dari elektroda
bumi itu sekurang-kurangnya 2 meter dibawah
batas minimum permukaan air dalam bumi;
55
Contoh
Data Bangunan :
Jenis Bangunan : Gedung Sekolah
Panjang bangunan : 32 meter
Lebar bangunan : 32 meter
Tinggi bangunan : 45 meter
Lokasi Bangunan : Tempat Datar (Surabaya)
Hari Guruh : 100. Nc = 0,1
Pertanyaan :
Berdasarkan SNI 03 715-2004, tentukan Tingkat proteksi yang
diperlukan
56
28
Solusi
3h = 135
Ae = (4x32x135) + (3,14x1352)
Ng = 0,04*1001,25
Nd = Ng.Ae.10-6
Nc = 0,1 Nd > Nc ?
Efisiensi SPP = 1 Nc/Nd
Tingkat Proteksi = 0,89
57
29
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.14.
Persyaratan K3
Listrik Ruang Khusus
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.14.
Persyaratan K3 Listrik
Ruang Khusus
Persyaratan K3
Untuk Berbagai Ruang dan Instalasi Khusus
1
Pendahuluan
2
Mengingat kondisi yang beragam tersebut maka akan
terdapat pengaruh terhadap kondisi dari sistem
instalasi beserta perlengkapannya. Oleh karena itu
instalasi listrik mulai dari kabel sampai dengan
peralatan listrik serta cara pemasangannya
disesuaikan dengan jenis ruang kerja.
Ruang khusus
3
Instalasi khusus
4
Area Berbahaya
Definisi
10
5
Combustion triangle
Sumber--sumber penyulutan
Sumber
6
1. Ruang Kerja Listrik (l)
13
14
7
atau voltase tinggi, baik arus bolak-balik maupun arus
searah, harus dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar atau bila hal yang demikian tidak dapat
dipenuhi maka sisi dalamnya harus dilapisi dengan
bahan yang tidak mudah terbakar
15
16
8
Perlindungan
17
18
9
Ruang kerja listrik atau ruang kerja listrik terkunci dir
dalam bangunan harus kering, harus dijaga agar tetap
kering, dan harus berventilasi baik,
Pada tempat masuk ruang kerja listrik atau ruang
kerja listrik terkunci harus dipasang papan tanda
peringatan sebagai pemberitahuan yang juga
melarang masuknya orang yang tidak berkepentingan.
19
20
10
Lampu pijar, fiting lampu, kotak kontak, sakelar, dan
sebagainya harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai dan dilayani dengan aman, tanpa
didahulukan tindakan proteksi.
Lampu gantung tidak boleh dipasang di atas bagian
bervoltase yang tidak
terlindung.
21
22
11
Ruang kerja listrik {I) dan ruang kerja listrik terkunci (Ik) harus memenuhi
ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam pasal ini dan 8.3.
23
24
12
Pintu jalan masuk ke ruang kerja listrik terkunci, harus diatur
sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat sebagai berikut:
a) semua pintu harus membuka ke luar;
b) semua pintu harus dapat dibuka dari luar dengan
menggunakan anak kunci;
c) semua pintu harus dapat dibuka dari dalam tanpa
menggunakan anak kunci.
25
26
13
Pada pintu masuk harus dipasang papan tanda
peringatan iarangan masuk bagi orang yang tidak
berwenang.
Harus dicegah orang yang tidak berwenang masuk ke
dalam ruang instalasi listrik voltase menengah.
27
28
14
Instalasi yang aman tersebut harus tidak mampu melepaskan
energi listrik atau panas (dalam keadaan normal ataupun
abnormal) yang dapat menyalakan campuran udara berbahaya
dengan konsentrasi yang paling mudah menyala.
29
Ruang dengan bahaya ledakan dikiasifikasikan dalam zone berdasarkan frekuensi terjadinya dan lamanya keberadaan gas ledak dalam atmosfer sebagai berikut:
Zone 0 : Suatu ruang dimana terdapat atmosfer gas ledak secara terus menerus atau dalam
waktu yang lama.
Zone 1 : Suatu ruang dimana mungkin terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi normal.
Zone 2 : Suatu ruang dimana mungkin tidak terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi
Klasifikasi Ruang normal dan, jika hal ini terjadL kemungkinannya tidak sering dan hanya akan
berlangsung dalam waktu singkat
30
15
Kelompok Perlengkapan
Untuk penggunaan perlengkapan dalam zone 0, zone 1 atau
zone 2, maka dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok I" Perlengkapan untuk digunakan dalam
penambangan (gas melhan).
Kelompok II: Perlengkapan untuk digunakan dalam industri
lainnya.
Untuk penggunaan gas dalam kelompok II, maka Kelompok II
dibagi menjadi:
31
32
16
Dangerous Zone :
In accordance with the new regulation ATEX:
Required equipment
CATEGORY 3
CATEGORY 2
CATEGORY 1
33
Klasifikasi Area
34
17
35
36
18
Perlengkapan yang akan ditempatkan dalam ruang
yang mengandung gas ledak harus mempunyai tanda
pengenalnya, untuk memperiihatkan zone, kelompok
gas, dan kelas suhu berdasarkan suhu sekeliling 40 C.
CATATAN Perlengkapan listrik untuk dioperasikan dalam suhu
sekeliling yang lebih dari 40 C harus mempunyai tanda
pengenal untuk suhu maksimum sekelilingnya, atau julat suhu
pada suhu sekeliling
37
38
19
Zone 0 : Dalam ruang Zone 0 hanya boleh digunakan
perlengkapan listrik yang mempunyai
tanda pengenal sebagai berikut:
a) perlengkapan yang secara intrinsik aman dengan kategori
"ia"
b) perlengkapan lainnya yang khusus di desain untuk
digunakan dalam Zone 0
Zone 1 : Dalam ruang Zone 1 hanya boleh digunakan
perlengkapan listrik untuk Zone 0, dan
atau perlengkapan dengan jenis yang mempunyai tanda sesuai
jenis perlindungan keamanan sebagai berikut:
39
40
20
Zone 2 : Dalam ruang Zone 2 boleh dipasang
perlengkapan listrik sebagai berikut:
a) perlengkapan listrik untuk Zone 0 dan Zone I, atau
b) perlengkapan listrik dengan selubung bertekanan
untuk Zone 2, atau
c) perlengkapan listrik khusus yang didesain untuk Zone
2 (misalnya jenis proteksi "n") (lihat IEC 60079-15),
atau
41
42
21
Proteksi dari pembusuran yang
membahayakan
a) Bahaya dari bagian bervoltase. Untuk mencegah
terjadinya busur api yang dapat
menyulut atmosfer gas ledak, maka harus dihindari setiap
kontak dengan bagian bervoltase selain bagian yang aman
secara intrinsik.
b) Arus gangguan ke bumi pada rangka atau seiungkup harus
dibatasi (besar dan lamanya)
dan mencegah terjadi kenaikan potensial pada konduktor
ikatan penyama pontensial.
c) Jika digunakan sistem TN, maka sebaiknya diterapkan
sistem TN-S, dengan netral terpisah dan konduktor proteksi
terpasang diseluruh sistem.
43
44
22
d) Jika menggunakan sistem IT (netra! terpisah dari
bumi atau dibumikan melalui impendans), maka harus
dipasang gawai monitor untuk mengetahui secara dini
gangguan bumi. Instalasi dalam Zone 0 harus terputus
segera setelah terjadi gangguan bumi pertama, oleh
gawai monitor insulasi atau oleh GPAS.
e) Untuk instalasi dalam Zone 0 yang menggunakan
berbagai voltase harus diperhatikan,
agar arus gangguan bumi sekecil mungkin dalam besar
dan jangka waktunya. Harus dipasang proteksi gangguan
bumi untuk penggunaan tetentu dalam Zone 1.
45
Ekuipotensial
Untuk mencegah pembusuran yang membahayakan
antara bagian logam rangka, maka ekuipotensial perlu
dipasang untuk instalasi pada Zone 0 dan Zone 1 dan
mungkin juga diperlukan untuk instalasi dalam Zone 2.
Oleh karena itu semua bagian konduktif terbuka harus
dihubungkan ke konduktor ikatan ekuipotensial. Sistem
ikatan dapat terdiri dari konduktor proteksi, konduit
logam, seiungkup kabel dari logam, baja pelindung kabel,
semua rangka dari logam, tetapi tidak boleh dihubungkan
dengan konduktor netral.
Ukuran konduktor antar bagian logam dari rangka harus
berukuran paling kecil 10 mm2 tembaga.
46
23
Sistem pengkawatan
a) Dalam merancang sistem perkawatan serta komponennya,
maka harus diperkirakan lingkungan gac berbahaya, termasuk
faktor mekanik, kimia dan termal.
b) Kabe! berinti tunggal tanpa selubung (misalnya, NYA) tidak
boleh digunakan sebagai konduktor yang bervoltase, kecuali
yang terpasang di dalam panel hubung bagi, seiungkup atau
sistem konduit.
c) Sambungan kabel dan konduit kepada alat listrik harus
dilaksanakan sesuai dengan jenis proteksi yang relevan.
47
48
24
Sistem Kabel
Kabel yang berselubung logam, termoplastik atau elastomerik,
termasuk kabel berinsulasi mineral dapat digunakan untuk
perkawatan yang permanen.
Kabei yang berselubung logam berlipat atau kabel dengan
pelindung kawat baja yang dianyam hanya boleh digunakan,
jika mempunyai selubung kedap air.
49
50
25
Perlengkapan listrik dengan arus pengenal yang tidak
lebih dari 6 A untuk digunakan dalam ruang dengan
voltase tidak lebih dari 250 V ke bumi boleh dihubungkan
ke kabel berselubung karet kuat yang biasa, kabe!
polipropifen kuat biasa, atau kabel yang mempunyai
konstruksi kuat yang sama.
Konduktor tembaga harus berukuran minimum 1,5 mm2.
Kabel ini tidak boleh untuk perlengkapan portabel dan
dapat dipindahkan yang mendapatkan tekanan mekanik
berat, umpamanya lampu tangga, sakelar kaki. Untuk alat
listrik portabel atau dapat dipindahkan, pelindung kabel
atau anyaman fleksibel metalik tidak boleh digunakan
sebagai pembumian utama, kecuali konduktansnya cukup
dan tidak terputus. Kabel tembaga yang terpasang pada
penyangga dan kabel untuk alat telekomunikasi
berukuran minimum 0,75 mm2.
51
52
26
Sistem konduit untuk selungkup
tahan api
a) Pada tempat masuk atau keluar dari ruang bahaya;
b) pengedap terdapat paling jauh 450 mm dari semua
seiungkup dimana terdapat penyalaan
selama operasi normal;
c) pada setiap seiungkup dimana terdapat pencabangan,
sambungan atau terminasi pada
konduit yang berdiameter 50 mm atau lebih;
d) untuk mengurangi dampak penumpukan tekanan oleh
beberapa gas
53
54
27
5. Ruang lembab termasuk
ruang pendingin
Semua mesin, alat dan instalasinya, harus dipasang sedemikian
hingga tidak memungkinkan masuknya uap air ke dalamnya.
Perlengkapan hubung bagi yang dipasang harus berbentuk lemari
atau kotak tertutup.
Dalam ruangan pendingin sedapat mungkin jangan dipasang
perlengkapan hubung bagi, alat pengatur, sakelar atau kotak kontak
Bagian-bagian yang bertegangan harus diisolasi dengan seksama
dengan bahan isolasi yang tahan lembab.
55
56
28
6.Ruang sangat panas
a) Hanya armatur pencahayaan, pesawat pemanas, dan
alat perlengkapan lainnya beserta konduktor yang
bersangkutan itu saja yang boleh dipasang di tempat itu.
b) Sebagai konduktor dapat dipakai konduktor regang
pada isolator dengan jarak titik tumpi
maksimum 1 meter, atau kabel jenis tahan panas yang
sesuai untuk suhu ruang itu.
c) Pada tempat dengan bahaya kerusakan mekanis,
konduktor telanjang harus seluruhnya dilindungi dengan
seiungkup logam yang kuat, atau dengan alat yang sama
mutunya, untuk mencegah bahaya sentuhan.
57
7. Ruang berdebu
58
29
Zone 21 adalah suatu ruang dimana terdapat atau
mungkin terdapat debu yang mudah terbakar berupa
kabut selama proses normal, pengerjaan, atau operasi
pembersihan, dalam jumlah yang cukup untuk dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dapat meledak
dari debu yang mudah terbakar atau menyala jika
bercampur dengan udara.
Zone 22 adalah suatu ruang yang tidak dikiasifikasikan
sebagai Zone 21, dimana kabut
debu mungkin terjadi tidak terus menerus, dan muncul
hanya dalam waktu singkat, atau dimana terdapat
pengumpulan atau penumpukan debu yang mudah
terbakar dalam kondisi abnormal, dan menimbulkan
peningkatan campuran debu yang dapat menyala di
udara
59
60
30
9.Ruang radiasi
Seluruh permukaan lantai tempat perlengkapan sinar X berdii
harus dilapisi bahan insulasi (sesuai dengan IEC 60601-1)
Pada seluruh bagian logam yang tidak bervoltase dai
perlengkapan sinar X harus dipasang konduktor proteksi yang
baik
Sakelar harus mudah dicapai dan dikenal dengan jelas.
Kabel fleksibel yang digunakan harus dari jenis pemakaian
kasar dan berat atau dari jenis berseiubung logam yang
fleksibel.
61
62
31
Dalam ruang di daerah panas sekitar sel radioaktif yang
mengandung udara radioaktif, semua pipa instalasi listrik
sedapat mungkin harus ditanam dalam tembok. Kabel yang
ada di plafon sepaya ditunjang dengan baik dengan ketinggian
minimum 3 meter.
Semua permukaan sakelar, tusuk kontak, dan kotak kontak
harus terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar, harus licin,
kuat dan tanpa lekukan yang tajam. Pemasangan dalam
dinding harus rata dalam satu bidang
63
10.Perusahaan kasar
PHBK dalam perusahaan kasar harus berupa lemari
hubung bagi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a) harus tertutup;
b) harus tahan terhadap kerusakan mekanis.
Semua jenis konduktor yang dipasang, harus dipasang
dalam pipa instalasi atau sekurang-kurangnya dengan
jalur konduktor tertutup yang cukup kuat.
Untuk konduktor rendah hanya boleh digunakan
konduktor, yang berselubung karet atau bahan yang sama
mutunya, fleksibel dan berkonstruksi kuat, atau juga
konduktor jenis lain dengan pelindung logam yang
fleksibel.
64
32
Kotak kontak, tusuk kontak, atau sakelar harus
dilengkapi dengan seiungkup dari logam, atau dari
bahan lain yang cukup kuat dan tahan terhadap
kerusakan mekanis.
Lampu pencahayaan harus dipasang atau dilindungi
sedemikian rupa sehingga cukup terhindar dari
kerusakan mekanis.
65
66
33
Pada voltase lebih dari 50 V, jika digunakan konduktor
dengan perisai logam
fleksibel, dibagian dalam perisai logam itu harus berselubung
karet atau selubung yang sama mutunya.
Jika pada peluncur, dok, galangan kapal dan sebagainya,
digunakan tenaga listrik, badan kapal dari logam harus
dibumikan dengan baik.
Untuk pemasangan instalasi listrik pada peluncur, dok,
galangan kapal dan sebagainya, berlaku ketentuan dalam ruang
lembab dan ruang kasar.
67
68
34
PHBK dengan relai otomatis, baik sebagai
pengendali jauh maupun sebagai pengendali lain
yang sejenis, boleh dipasang menyimpang dari
ketentuan instalasi diatas, asalkan PHBK itu
dipasang dalam ruang lain yang terpisah. Selain
itu harus diamankan pula terhadap sentuh tak
langsung, misalnya dengan insulasi proteksi.
69
70
35
Periengkapan rem yang dilayani dengan listrik, harus
dibuat sedemikian rupa sehingga rem itu bekerja dengan
sendirinya, jika voltasenya hilang.
Tinggi angkat beban harus dibatasi dengan sakelar
pembatas.
Sakelar pembatas harus dipasang pada ujung dari tiap
arah gerak alat.
Instalasi lift dengan penggerak tromol harus dilengkapi
dengan otomat yang dapat menghentikan tromol apabila
voltase tarik pada kabel gantung menjadi lebih keci! dari
voltase taik dalam keadaan kerja normal dan lift kosong
atau bila beban melebihi kapasitas maksimum.
Pintu masuk lift harus diatur sedemikian rupa sehingga
lift tidak dapat bekerja bila pintu belum tertutup
sempurna.
71
72
36
14. Instalasi listrik desa
Yang dimaksud dengan instalasi listik desa adalah instalasi
listrik untuk pembangkitan, distibusi, pelayanan, dan
pemakaian tenaga listrik di desa dengan konstruksi yang
disederhanakan.
Instalasi listrik desa hanya berlaku bagi daerah perdesaan (di
desa), dan diterapkan pada satu lokasi atau kasus berdasarkan
kondisi yang masih memerlukannya dengan memperhatikan
persyaratan-persyaratannya.
73
74
37
PHBK yang digunakan harus dari jenis tertutup dengan
kotak dari bahan yang tidak mudah terbakar. PHBK
dipasang pada dinding tembok atau papan .
Konduktor digunakan kabel berinsulasi ganda (misalnya
NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal
dengan penampang tiap intinya minimum 1,5 mm2.
Jumlah titik beban maksimum sembilan buah, termasuk
kotak kontak sejumlah maksimum tiga buah.
75
76
38
15. Instalasi sementara
77
78
39
16. Instalasi dalam pengerjaan
bangunan
Lemari hubung bagi yang digunakan harus diberi perlindungan
terhadap percikan air.
Ditempat-tempat yang lembab, instalasi yang diperlukan harus
dipasang sedemikian hingga tidak terkena air dan sedapat mungkin
berada diluar jangkauan tangan.
Instalasi-instalasi sementara umumnya diperlakukan dengan kasar.
Karena itu bahan yang digunakan harus cukup kuat, kalau harus
digunakan berulangkali, instalasi-instalsi ini harus mudah dibongkar,
disimpan dan diangkut
79
80
40
Genset darurat dapat menyediakan daya untuk beberapa
keperluan seperti pendinginan, pelayanan alat bantu
pemapasan mekanis, ventilasi jika penting untuk keselamatan
jiwa, pencahayaan dan tenaga untuk kamar operasi di rumah
sakit, sistem alarm kebakaran, proses industri yang bila aliran
listrik terputus dapat menyebabkan bahaya yang serius,
komunikasi dan hal lain yang sejenis.
81
82
41
Jalan ke luar masuk diatur sedemikian rupa sehingga
tidak akan tertutup oleh bangunan baru di kawasan
tersebut. Harus dilakukan tindakan dan penyediaan
sarana untuk memperkecil akibat buruk dari suara
dan asap ketika pusat pembangkitan darurat
digunakan
83
Tidak boleh ada pipa pelayanan lain yang masuk ke ruang ini
selain pipa untuk sistem darurat ini dan pipa proteksi terhadap
api. Jika perlu untuk menembus atau memecah tembok maka
ketentuan tahan api dan tingkat kebisingan arus tetap
terpenuhi.
84
42
Pintu ke luar masuk bangunan instalasi harus disesuaikan
untuk keperluan pemasangan perlengkapan, pemeliharaan dan
penggantian bagian perlengkapan jika diperlukan. Semua pintu
harus membuka ke luar dan sebaiknya dilengkapi dengan alat
yang bisa menutup sendiri.
Luas bangunan bergantung pada susunan clan ukuran
perlengkapan yang bergantung pada kapasitas sistem. Harus
tersedia jarak sekurang-kurangnya 3/4 m sekitar perlengkapan
guna perawatan perlengkapan.
85
43
REF. K3 LISTRIK DI RUMAH SAKIT
PUIL-1987
PASAL 860 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Klasifikasi :
Kelompok 1 : Instalasi untuk Utilitas bangunan, bila
terputus tidak berpengruh langsung
terhadap pasien
87
44
Instalasi listrik
Persyaratan dalamdipasal
dalam kamar persyaratan
ini meliputi mandi
untuk instalasi listrik yang dipasang di dalam
kamar mandi, dimana dimungkinkan terdapat
bak rendam (bath tub), pancuran air untuk
mandi dan daerah di sekelilingnya, dimana
terdapat bahaya terkena kejut listrik yang lebih
tinggi disebabkan oleh turunnya resistan tubuh
manusia dan kontak tubuh dengan potensial
bumi
89
45
91
IEC 60079
ATEX (Explosive Atmoshperes)
CSB (Chemical and Safety Hazard
Investigation Board)
SNI 0225:2011
MSDS (Material Safety Data Sheet)
92
46
LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA
ZONA 0
ZONA 2 ZONA 1
ZONA 1
FUEL STATION
93
LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA
ZONA 0
ZONA 1
ZONA 2
ZONA 1
NaHS PLANT
94
47
NaHS PLANT AREA
Zone 1
95
Zone 0 Zone 1
96
48
VISIT REPORT
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA
97
98
49
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.15.
Persyaratan K3
Pemeriksaan dan
Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik
pertama dan/atau
perubahan
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.15.
Persyaratan K3 Pemeriksaan
dan Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik pertama dan/atau
perubahan
1
1
3
Manual Book
Diagram Listrik dan SImbol Gambar:
SLD Instalasi Pembangkit
SLD Instalasi Tenag
2
1. Jenis dokumen peralatan dan perlengkapan
listrik
3
7
4
3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan dan
perlengkapan listrik
Konstruksi Generator 9
Stator Generator
10
5
3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan dan
perlengkapan listrik
11
12
6
3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan
dan perlengkapan listrik
Pada Name Plate
Daya (MVA)
Level Tegangan (HV/LV)
Frequensi
Efisiensi
Impedansi (%)
Vektor Group
Basic Insulation Level
Pada Katalog
Impedansi urutan (positif dan zero)
Temperatur
dll
13
1- 14
7
4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual
pada instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik
Tujuan Pemeriksaan
Memastikan peralatan
terpasang sesuai dengan
gambar perencanaan
Memastikan
keselamatan operasi
bagi personil, peralatan
dan utilitas lainnya
15
16
8
4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual pada
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik
17
18
9
4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual pada
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik
Prosedur pemeriksaan :
Siapkan/dapatkan surat ijin kerja
(pemeriksaan/pengujian) dari yang berwenang
Minta petugas/teknisi yang berwenang
memasang LOTO
Siapkan Checklist sesuai dengan obyek
Lakukan pemeriksaan visual mengenai kondisi
obyek yang diperiksa
19
20
10
6. Alat Ukur peralatan listrik
(Insulation Resistance Tester)
Alat Ukur Tahanan Isolasi
Digunakan untuk mengukur
Tahanan isolasi antar bagian
konduktif
Tegangan yang digunakan:
500, 1000, 2000 atau 5000
volt
21
22
11
6. Alat Ukur peralatan listrik
(Insulation Resistance Tester)
Tegangan Pengukuran
23
24
12
6. Alat Ukur peralatan listrik
Alat ukur Faktor dissipasi
(Tan delta Tester)
25
Earth Tester
Digunakan
untukmengukur
resistansi Grounding
Menggunakan Pole
Menggunakan Clamp
26
13
7. Penggunaan alat ukur peralatan listrik
(insulation Resistance tester)
27
28
Hasan Surya
14
7. Penggunaan alat ukur peralatan listrik
insulation Resistance tester
> 999
DB 1A TEST
R-Y M
ON
OFF
30
15
8. Alat Uji peralatan listrik
HIPOT Tester
Menguji kekuatan
isolasi menahan
tegangan lebih
Tiga jenis Hipot :
AC Hipot
Very Low frequency
Hipot
DC Hipot
31
32
16
10. Nilai-nilai hasil pengujian
33
34
17
10. Nilai-nilai hasil pengujian
Tan delta Tester
Dinyatakan baik < 2%
35
Menggunakan
4 atau 4 Poles
Mengukur
resistansi
grounding di
satu titik
Probe P (P2)
dibuat
bervariasi
36
18
11. Analisa hasil pengujian
terhadap nilai-nilai standar
Membandingkan Hasil pengukuran/pengujian
dengan nilai Standard
Contoh :
37
Generator :
Umum :
Visual :
Lingkungan sekitar generator
Spesifikasi
Terminasi/Koneksi
Indikasi kebocoran-kebocoran
38
19
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik
Generator :
Stator :
Kumparan :
Pemeriksaan :
Visual
Pengukuran :
Tahanan Isolasi
Faktor disspasi
DC Resistance
Pengujian :
Overvoltage (70% tegangan Uji)
Inti :
Pemeriksaan :
Visual
Kebocoran magnetisasi inti (Perubahan/rewinding)
Pendingin
Visual
Pressure drop
Kebocoran
39
Generator :
Rotor :
Kumparan :
Pemeriksaan :
Visual
Pengukuran :
Tahanan Isolasi
Resistansi konduktor
Keseimbangan kutub
40
20
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik
Transformer
Visual :
Lingkungan sekitar Transformator
Spesifikasi
Tangki
Konservator
Sistem Pendingin
Terminasi/Koneksi
41
42
21
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik
Motor-motor Listrik
43
Switchgear/PHB
44
22
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik
Instrumen Transformer
45
46
23
14. Pengujian Isolasi
a) Kegagalan pada peralatan yang
sering dipakai umumnya
disebabkan oleh memburuknya
isolasi atau terjadi breakdown
(usia)
b) Melemahnya isolasi disebabkan
oleh panas, kelembaban,
tegangan lebih, korona,
kerusakan mekanis dll.
c) Tujuan Pengujian untuk melihat
proses pelemahan yang terjadi
47
48
24
15. Pelaksanaan jenis-jenis pengujian isolasi
pada peralatan dan perlengkapan listrik
Dilakukan pada
a. Generator (Stator, Rotor)
b. Trafo (Belitan HV, Belitan LV)
c. Bushing
d. Kabel
e. Instalasi Listrik (Fasa-Netral, Fasa-Fasa)
f. dll
49
EL-CID Test
(Electromagnetic
Core Imperfection
Detection)
Digunakan untuk
mengevaluasi apakah
inti mengalami
distorsi atau tidak
50
25
16. Pengujian bagian konstruksi
SFRA (Sweep
Frequency Response
Analysis Test) :
Mengevaluasi ada
tidaknya pergeseran
struktur dalam Trafo
Dilakukan 1 kali dalam
2 tahun
Ketika Trafo mengalami
pemindahan tempat
51
52
26
19. Contoh Laporan Hasil Pemeriksaan
dan Pengujian (LHPP)
Bentuk IL 5, Format standart LHPP dari
Depnaker RI
53
54
27
21. Contoh Rekomendasi LHPP
55
28
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.16.
Persyaratan K3
Pemeriksaan dan
Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik
berkala
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
II.16.
Persyaratan K3 Pemeriksaan
dan Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik berkala
1
MEKANISME
PEMERIKSAAN dan PENGUJIAN
Instalasi Listrik
(electrical installation (of building))
Adalah suatu jaringan listrik yang tersusun secara
terkoordinasi, mulai sumber pembangkit atau titik
sambungan suplai daya listrik sampai titik beban
rangkaian akhir yang direncanakan
1
Ketenagalistrikan
History K3 Listrik
1. Zaman Sebelum Merdeka
- VR 1910 STBL No. 406
2. Zaman Merdeka
- UU No. 14 Th 1969 digantikan dgn UU No. 13 Th 2003
tentang Ke-TK-an)
- UU No. 1 Th 1970 (UU KK)
Kepmenaker No.75/M/2002 Pemberlakuan PUIL 2000
- Permenaker No.12/M/2015 Pengawasan K3 listrik
- S.Kepdirjen PPK No. 48/DJPPK/2015 Tenisi K3 Listrik
- - S.Kepdirjen PPK No. 47/DJPPK/2015 Ahli K3 Sps Listrik
2
History K3 Listrik
Pasal 3
Tujuan K3 Listrik
1. Melindungi Keselamatan Kesehatan Kerja TK
dan orang lain (lingker, potensi bahaya listrik)
2. Menjamin kehandalan dan akurasi serta aman
instalasi listrik ,penyalur petir dan
pesawat lift sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
bahaya sentuhan langsung
bahaya sentuhan tidak langsung
bahaya kebakaran
3
G
TT/
UU.K3 LISTRIK UU.KETENAGALISTRIKAN
Kebijakan nasional Kebijakan nasional
TET
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TM/ yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan
M TR
4
Perlengkapan listrik
a) meliputi bahan, fiting, gawai, peranti, luminair,
aparat, mesin, dan lainlain yang digunakan
sebagai bagian dari, atau dalam kaitan dengan,
instalasi listrik.
b) barang yang digunakan untuk maksud-maksud
seperti pembangkitan, pengubahan, transimisi
distribusi atau pemanfaatan energi listrik,
seperti, mesin, transformator, radas,
instrumen, gawai proteksi, perlengkapan untuk
pengawatan, peranti.
LANJUTAN
9/25/2016 10
10
5
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja
11
6
Dasar hukum :
(Objective)
Keselamatan Kerja
13
Dasar ukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI
Keselamatan Kerja
No Per. 12/Men/2015
April 2015
Pengawasan K3 L PUIL
2011
14
7
STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA
Peraturan
KHUSUS B Peraturan
Khusus B
Peraturan
04/78
Peraturan
04/88
Ditetapkan
Sebagai Standar Wajib
Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No. : KBSN 32/KEP/BSN/2006
Dirjen listrik 01/PJK/DITTEK /II/2009
Batas waktu penyesuaian 3 tahun
8
RUANG LINGKUP
PERMENAKER 12/M/2015
Psl 4
17
18
9
Pasal 6
- TEKNISI K3 LISTRIK.
- AHLI K3 LISTRIK
- PENGAWAS KETENAGAKERJAAN Spesialis
- Psl 7
- (PUIL 2011 Pengusahaan listrik
listrik))
- PJK 3
19
Inventarisasi
Jenis jabatan fungsional berbasis kompetensi K3 Listrik
1. Klas I. Teknisi ( pemasangan, pemeliharaan)
2. Klas II. Penyelia (pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan)
3. Klas III. Ahli K3 Listrik
10
B. Jenis Sertifikasi Kompetensi Personel
1. Bidang Teknisi K3 Listrik (Kepdirjrn 47/DJPPK/2015)
2. Ahli K3 Spesialis Listrik (Kepdirjen 48/DJPPK/2015.
Pasal 9
22
11
KEMAMPUAN
HANTAR ARUS
SYARAT K3
KHA : MIN 1,25 X I
nominal
23
24
12
25
26
13
Resistans TAHANAN ISOLASI
PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G
P1- P1.1
p1-P1.2
P1.P1.5
P1-P1.6
27
28
14
Bahaya Sentuhan Tidak
Langsung
Sentuhan tidak langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan
karena terjadi kegagalan isolasi
29
Proteksi bahaya
Sentuhan tidak langsung
1. Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
30
15
1. Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)
L1
Membumikan titik netral di
L2
sumbernya dan membumikan
L3
N pada BKT instalasi dan BKT
perlengkapan listrik.
31
32
16
2. Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP)
Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bacor atau hubung singkat, arus
akan tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman
sehingga arus meningkat dan pengaman akan terputus
secara otomatik
33
34
17
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM IT
WAKTU PEMUTUSAN
TEGANGAN (detik)
(volt) N tdk N terdistribusi
terdistribusi
120-240 0,8 5
230/400 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
5801000 0,1 0,2
35
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Fasa tunggal 3 kawat
Nol &
Ground
dihubungkan
36
18
SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN
L1
L2
L3
N/PE
37
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM TN
TEGANGAN WAKTU PEMUTUSAN
(volt) (detik)
120 0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
> 400 0,1
38
19
Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan
39
PROTEKSI BAHAYA
SENTUH LANGSUNG
METODA :
1
Isolasi bagian aktif
2
Penghalang atau Selungkup
3
Rintangan
4
Jarak aman atau diluar jangkauan
5
Gawai proteksi arus sisa
6
3
Isolasi lantai kerja.
40
20
41
42
21
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)
< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
43
44
22
Kemungkinan jatuh dari ketinggian
45
46
23
Menutup dg Penghalang atau
Selungkup
47
Memasang Rintangan
48
24
Memberi Jarak Di Luar
Jangkauan
49
PROTEKSI BAHAYA
JARAK AMAN
Jarak aman atau diluar jangkauan :
TEGANGAN
JARAK (cm)
(KV)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
50
25
SISTEM PENGAMANAN
ISOLASI LANTAI KERJA
Rd 3000 V
V2
75 kg V1
51
Bagian 3 Bagian 3
Proteksi untuk keselamatan Asesment karakteristik umum
Bagian 4 Bagian 4
Perancangan instalasi listrik Proteksi untuk keselamatan
52
26
PUIL 2000 VERSUS PUIL
2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 5 Bagian 5
Perlengkapan listrik Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik
Bagian 6 Bagian 6
Perlengkapan Hubung Bagi dan Verifikasi
Kendali (PHBK) serta komponennya
Bagian 7 Bagian 7
Penghantar dan pemasangannya Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik-Konduktor dan
pemasangannya
Bagian 8 Bagian 8
Ketentuan untuk berbagai ruang dan etentuan untuk berbagai ruang dan
instalasi khusus instalasi khusus 53
54
27
Jaringan Instalasi Listrik
Industri
55
Bagian--bagian jaringan
Bagian
Trafo Distribusi
Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
Generator Set
Main Distribution Panel
Subdistribution Panel
56
28
Keberlakuan PUIL
(RUANG LINGKUP)
PUIL 2000 (1.2.1.1)
Berlaku untuk semua pengusahaan instalasi
Tegangan rendah AC sampai dengan 1000 V,
V,
Tegangan DC 1500 V
Tegangan Menengah sampai dengan 35 kV dalam
bangunan dan sekitarnya
Yang meliputi :
perancangan, pemasangan, pemeriksaan,
perancangan,
pengujian,, pelayanan, pemeliharaan maupun
pengujian
pengawasannya
57
Keberlakuan PUIL
(RUANG LINGKUP)
Tegangan DC 1500 V
58
29
Bagian 9
Pengusahaan Instalasi Listrik
30
Jaringan Instalasi Listrik
Industri
61
62
31
63
32
5. SPESIFIKASI KAMERA INFRAMERAH Thermo Tracer TH9100 WV
High Spec, and High Performance IR Thermal
Imager
ALAT PENGUKUR PANAS Visual Camera Built into IR lens
Specifications :
THERMOGRAFH
Measuring range -40 to 2000 oC
Resolution 0.06 oC (at 30 oC 60 Hz) --- range 1
Accuracy 2 oC or 2% of reading
Detector Uncooled Focal Plane Array (microbolometer)
Spectral range 8 to 14 m
I.F.O.V. 1.2 mrad
Focusing range 30 cm to infinity
Field of View 21.7 o(H) x 16.4 o(V)
Frame time 60 frames/sec
Display View finder and 3.5 inch LCD monitor
Thermal image pixels 320 (H) x 240 (V) pixels
Measuring functions Run / Freeze
S/N improvement ?2, ?8, ?16 and spatial filter ON/OFF
Interval measurement Recording on memory card : 2 t 3600 sec interval
Trigger function
THERMAL VISUAL
KETERANGAN TEMPERATUR ( OC )
1 2 3
OBYEK MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH
66.3
LABEL NO. X-1 T SPOT
40
PANEL /
PNL. UTAMA SEL-3 T REF
ALAT
26.3
LOKASI RUANG GENSET T
SKALA C
KEMUNGKINAN PENYEBAB
Induksi elektromagnetis
66
Suhu kerja
33
Aspek pertimbangan rancangan /
evaluasi instalasi listrik
Internal
Jenis pelayanan/beban
Penerangan Eksternal
Pesawat tenaga Jenis /kondisi lingkungan
Peruntukan / Ruang normal
Karakteristik Ruang lembab
Daur tugas Ruang panas
Dll Ruang berdebu
BESARAN NOMILAL Ruang uap/gas ledak
67
68
34
Bekerja pada keadaan bertegangan ;
dilakukan minimal dua orang, ahli, memilki surat ijin kerja.
Pekerja dalam keadaan sehat rohani dan jasmani.
Pekerja harus berdiri ditempat isolasi atau menggunakan
pekakas berisolasi yang handal.
Menggunakan pengaman badan (APD) yang diperlukan.
Semua perlengkapan yang digunakan diperksa.
Keadaan cuaca.
Dilarang menyentuh perlengkapan listrik dengan tangan
telanjang.
69
PROTEKSI BAHAYA
JARAK AMAN
35
a. Cara membebaskan penderita dari aliran listrik
Penghantar dibuat bebas dari tegangan dengan
memutuskan sakelar atau gawai pengaman, penghantar
ditarik sampai terlepas dari penderita dengan
menggunakan benda kering bukan logam, kayu atau tali
yang diikat pada penghantar.
Penderita ditrik dari tempat kecelakaan.
Penghantar dilepas dari tubuh penderita dengan tangan
yang dibungkus dengan pakaian kering yang dilipat-
lipat.
Penghantar dihubungpendekan atau dibumikan.
b. Berikan pertolongan medis secepatnya.
71
Petir REF.
1. Keputusan Dirjen BATAN No.Per
02/45/DJ/31/III/1977 Ketentuan pemakaian
penangkal petir Rdioaktif
2.PP.11/1975 keselamatan kerja thd radiasi
3. PP.12 /1975 ijin pemakaian zat radioaktif atau zat
radiasi lainnya
Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan No.
24/DJ/20/11/79 Pemakaian Penangkal petir radioaktif
PETIR
36
KONSEP PROTEKSI BAHAYA
SAMBARAN PETIR
PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik
Sasaran
KERUSAKAN
THERMIS, OBYEK YANG TERTINGGI
ELEKTRIS
,
9/25/2016 MEKANIS
MEKANIS,created by PNK3 74
74
37
75
Lightning also strikes people, causing serious injury and burns and
sometimes even death :
On June 14, 1991, during one of the worlds most prestigious golf
competitions, the US Open, a spectator was killed by a lightning bolt !
76
More recently in October 2002, the footballer, Herman Gavaria died after
being struck while taking part in a training session with fellow players from
the Cali club in Colombia.
38
77
78
39
79
Squatting position when lightning threatens : If caught out in the open during a lightning storm with no shelter, squat lo to
the ground as quickly as possible. Do not lie flat on the ground. The aim is to get as low as possible while minimizing the area
of exposed body surface. Lying flat makes you larger target.
80
40
Safe refuges from lightning : During a thunderstorm the safest place to be is in low-rise building. Keep the windows closed
and unplug any electrical equipment (if unprotected). If you cant take refuge in a building, a car is a safe alternative. If a car
(or airplane for that matter) is hit by lightning you will not be harmed. However, avoid touching any metal parts of the
interior, such as the radio
81
Unsafe refuges from lightning : Standing in open filed, on a golf course or beach, or under a tree are all wrong places to be
when lighting strikes. Lightning is attached to tall targets. If you feel your hair standing on end, lightning is about to strike
near you.
82
41
83
84
42
BAHAYA SAMBARAN PETIR
SAMBARAN
LANGSUNG
. SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG
85
PENERIMA
Sudut perlindungan (AIR TERMINAL)
112 o
HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min
BC 50mm2
HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)
Resistan pembumian
mak 5 ohm
86
43
Jenis Penerima (Spitzer)
87
44
Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan
penerima tunggal sebagai penangkap
penangkap//penerima
89
90
45
91
92
46
Franklin (Konventional
(Konventional)) VS LPS
(Electrostatik /Electromagnet)
Electrostatik/Electr
RSTN RSTN
ARRESTER
GROUNDING
94
47
95
LIGHTNING ARRESTER
(L.A)
48
PRINSIP KERJA LIGHTNING
ARRESTER (L.A)
LIGHTNING ARRESTER
49
LIGHTNING ARRESTER UNTUK
MENGAMANKAN TRAFO
PEMASANGAN
PEMBUMIAN PADA
MOTOR LISTRIK
100
50
CARA PEMASANGAN
LIGHTNING ARRESTER
Lightning arrester dipasang di jala2
masuk (sisi incoming ) di dekat
perlengkapan/alat yang dilindungi
Break Down voltage LA harus
lebihtinggi dari pada nominal voltage
alat yang dilindungi.
Bisa dipasang pada single phase
ataupun three phase jala2
101
++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------
MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK
102
51
TYPE ARRESTER
103
104
52
ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH
(EARTH TESTER)
PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR
R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
106
53
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15
B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3
C: Tinggi bangunan
107
C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10
108
54
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
D: Lokasi bangunan
Tanah datar : 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2
109
Ruangan berpotensi
bahaya ledakan
gas/uap/debu/serat
110
55
PENERIMA (AIR TERMINAL)
1. Dipasang pada tempat yang akan tersambar.
2. Daerah terlindung
3. Tinggi lebih dari 15 cm dari sekitar
4. Jumlah dan jarak harus diatur (daerah perlindungan 112 derajat)
111
112
56
Listrik
Salah satu bentuk sumber daya atau
energi potensial banyak mamfaat
sebagai tenaga penggerak mekanik,
pencahayaan termasuk penggunaan
pesawat lift
K3 LIFT
Untuk menjamin kehandalan dan
keamanan pesawat lift, telah ditetapkan
syarat-syarat K3,
Dasar :
Undang undang No 1 th 1970;
Peraturan Menaker No Per. 03/Men/1999
Kepdirjen No. : Kep 407/M/BW/1999
114
57
K3 LIFT
SYSTEM PENGGERAK LIFT ;
1. LIFT HYDROLIK
2. LIFT TRACXY
1. PASSENGER LIFT
2. SERVICE LIFT
3. CARGO LIFT ( SNI 1718 ) 1979
115
Ruang Mesin
Pintu
Luar
Buffer
116
58
Ketentuan K3 LIFT
117
Syarat-syarat K3 Lift
118
59
Bank Indonesia
BI
15 ORANG MENINGGAL
119
Contoh Kebakaran
120
60
KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT
KEPUTUSAN MENTERI
No KEP-407/M/BW/99
PENYELIA PEMASANGAN
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan
TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,
TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift
121
C0ntoh
KARTU LISENSI K3
TEKNISI PEMELIHARAAN LIFT DAN ESCALATOR
No : 64
64//PNKK/07.03 Berlaku s/d : 28 Juli 2008
Nama : FRANSISCUS WARTOYO
Tempat & tgl lahir : Yogyakarta, 2 April 1954
Instansi/Perh. : PT. Toshindo Elevator Utama
Alamat : Jl. Boulevard Rukan Plaza Pasific B2 No. 25 -
Kelapa Gading Jakarta Utara
Jakarta, 28 Juli 2003
PLT. DIREKTUR PENGAWASAN NORMA
KESELAMATAN KERJA
122
61
C0ntoh
KOMPETENSI
TEKNISI PEMELIHARAAN LIFT DAN ESCALATOR
SESUAI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. : KEP. 407/M/BW/1999
123
C0ntoh
124
62
IJIN PEMAKAIAN LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)
LIFT LAIK
OPEPASI
1 tahun
125
Kerusakkan Tindakan
Lift
Pencegahan
Kebakaran Prosedur
Gedung dan
tindakan
Gempa Bumi standard
Persiapan
Banjir
126
63
Pemasangan Door Switch Untuk Mencegah :
127
64
Syarat syarat k3 lift
* Memiliki Panel operasi lift
-Kapasistas angkut (Kg & Orang)
-Sesuai dengan dokumen
129
65
MESIN DAN KAMAR MESIN
- Bangunan kamar kuat, bebas air, tahan api min 1 jam
- Luas kamar mesin ruang luncur min 1,5 x luas ruang
luncur dan tinggi min 2,2 m kec. Lift perumahan atau
rumah tinggal.
- Cukup penerangan dan ventilasi
- Dilengkapi jalan masuk dengan membuka ke arah luar
(0,7 x 2 m)dan dapat terkunci, tahan api ( 1 jam)
- Terdapat mesin, alat pengendali kerja dan hubung bagi
listrik
- Tersedia APAR min Kapasitas 5 kg.
131
66
TALI BAJA DAN TEROMOL
-Teromol harus diberi alur
-Perbandingan antara garis tengah teromol dan tali baja
-Lift penumpang atau barang = 40 : 1
-Lift pelayan = 40 : 1
-Governor = 25 : 1
133
CONVEYER
Bab IV Per 05/M/85 Pita Tranport
DD PNK3 134
134
67
ESCALATOR
A. Penyebab Kecelakaan
Karena Kerusakkan Eskalator
1. Kerusakkan Eskalator bisa
menyebabkan
a. Terjepit diantara 2 anak
tangga.
b. Terjepit antara anak tangga dan
skirt guard.
c. Terjepit antara anak tangga
dengan plat landas.
d. Terjepit Celah Inlet Hand Rail.
68
B. Pencegahan.
Pengahan
kecelakaan Karena
Kerusakkan :
- Lakukan Pemerik-
Pemerik-
saan harian.
69
INSTALASI LISTRIK PADA INSTALASI LIFT
139
PENGAWASAN
- Pelaksanaan pengawasan terhadap syarat K3 lift dilakukan oleh
Pegawai Pengawas atau AHLI K3
140
70
Inspeksi K3
141
Pintu Car
Door Cam
Pintu Luar
142
71
Beban nominal eskalator pada kecepatan 0.5 m/s atau 180 m/jam
dan sudut kemiringan 30
30
Escalator
lebar step
Kapasitas teoritis
Beban/kapasitas nominal
% kapasitas teoritis
600 mm
800 mm
1000 mm
5100 P/j
6800 P/j
8160 P/j
2040 orang/jam
3060 orang/jam
4080 orang/jam
40%
45%
50%
143
144
72
Aplikasi Pre Test
Persyaratan K3 untuk
Peralatan Alat Ukur Listrik
Pre Test
No. Pertanyaan Jawaban
Benar (B)
atau
Salah (S)
1. Untuk mengukur tahanan isolasi peralatan listrik adalah Earth
Tester
2. Kemampuan Alat Ukur untuk memberikan respon terhadap
perubahan terkecil dari nilai yang diukur adalah Resulusi
146
73
Persyaratan K3 untuk
Peralatan Alat Ukur Listrik
Oleh:
depnakertrans
147
PENDAHULUAN
Alat Ukur Listrik adalah instrumen yang
digunakan untuk menunjukan nilai besaran
elektrik dari suatu sistem tenaga listrik. (Arus,
Tegangan, Daya, Frekuensi, Beda Fasa, dll).
148
74
149
150
75
PROSEDUR PENGUKURAN
151
MT=
152
76
Contoh
153
77
FAKTOR KESALAHAN DARI
ALAT UKUR
1. Medan Magnet Luar
2. Temperatur Lingkungan
3. Pemanasan sendiri
4. Pergeseran dari titik Nol
5. Gesekan
6. Umur
7. Letak dari Alat Ukur
155
78
Alat ukur listrik beroperasi
dengan sistem pengukuran
kumparan putar
putar.. Meter ini
digunakan untuk
mengukur arus dan
tegangan DC. Alat ukur ini
memiliki range skala yang
linier
157
158
79
Alat ini digunakan
untuk mengukur
Frekuensi,, sudut
Frekuensi
fasa..
fasa
Alat ini dilengkapi
dengan converter.
159
160
80
Alat ukur ini beroperasi
dengan sistem 2 belitan
belitan;;
stator dan rotor.
Digunakan untuk
pengukuran besaran AC.
161
162
81
Alat ukur ini beroperasi
dengan prinsip induksi
induksi..
Alat ini digunakan untuk
pengukuran besaran
arus bolak
bolak--balik satu fasa
maupun tiga fasa
fasa..
163
Ampere Meter
Volt Meter
Cos Phi Meter
Frekuensi Meter
WH Meter
Insulation Tester (Mega Ohm Meter)
Earth Resistansi Meter
164
82
Contoh aplikasi simbol pada alat ukur Analog
165
166
83
Telecommunication Line
Protectors (TLP) Tester
167
168
84
PERALATAN BANTU UKUR
POTENSIAL TRANSFORMATOR
(PT)
CURRENT TRANSFORMER (CT)
SHUNT RESISTOR
SELEKTOR
SELEKTOR--AMP SWITCH
SELEKTOR VOLT SWITCH
169
170
85
Diagram Pengawatan
Amper Meter Dengan CT
171
Diagram Pengawatan
Volt Meter Langsung
172
86
Diagram Pengawatan
Volt Meter Dengan CT
173
Diagram Pengawatan
KWH Meter 1 Fasa
174
87
Diagram Pengawatan
KWH Meter 3 Fasa
175
Diagram Pengawatan
Earth Resistance Tester
176
88
SELESAI
177
89
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
II.17.
Praktek
II.17.
Praktek
1
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
II.18.
Seminar
II.18.
Seminar
1
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.1.
Pelaksanaan K3 Listrik
dalam penerapan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(Peraturan Pemerintah
No.50 th 2012
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.1.
Pelaksanaan K3 Listrik dalam
penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Peraturan Pemerintah
No.50 th 2012)
1
1
1. Pengertian dan Tujuan SMK3
Pengertian SMK3
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Tujuan Penerapan SMK3
meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja
melibatkan unsur managemen dan tenaga kerja dl
produktifitas
2
2. Kegiatan K3 Listrik dalam
Penerapan SMK3
5 (lima) prinsip
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
a. penetapan kebijakan K3
identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko terkait listrik
melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya
terkait listrik
penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya listrik yang
disediakan
Memastikan terdapat penilaian kinerja manajemen
terhadap upaya pengendalian potensi bahaya litsrik
Masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian potensi
bahaya litsrik selalu diperhatikan dan ditinjau.
Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya listrik
3
lanjutan 1. Pedoman penerapan
b. Perencanaan K3
melakukan identifikasi potensi bahaya listrik
merencanakan upaya pengendalian potensi bahaya
listrik
menetapkan kebutuhan Ahli K3 bidang listrik dan
Teknisi K3 Listrik
merencanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian
berkala listrik
menetapkan indikator pencapaian pelaksanaan K3
listrik
membentuk dan menetapkan pertanggungjawaban
untk memastikan pekerjaan listrik dalam kondisi aman
c. Pelaksanaan rencana K3
memastikan yang melakukan perencanaan,
pemasangan, perubahan, pemeliharaan,
pemeriksaan dan pengujian adalah Ahli K3 bidang
listrik yang mempunyai SKP yang masih berlaku
memastikan yang melakukan pemasangan dan
pemeliharaan adalah teknisi k3 listrik yang
mempunyai lisensi yang masih berlaku
4
lanjutan 1. Pedoman penerapan
5
lanjutan 1. Pedoman penerapan
11
12
6
3. Checklist identifikasi pelaksanaan
K3 listrik dalam penerapan SMK3
templet
13
14
7
1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab untuk
penanganan keadaan darurat telah ditetapkan
dan mendapatkan pelatihan.
1.4.2 Terdapat prosedur yang memudahkan
konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang
mempunyai implikasi terhadap K3.
2.1.1 Terdapat prosedur terdokumentasi untuk
identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko K3.
2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi
K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten.
15
16
8
2.2.2 Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan
produk, proses, atau tempat kerja tertentu.
2.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk
mengidentifikasi, memperoleh, memelihara dan memahami
peraturan perundang-undangan, standar, pedoman teknis,
dan persyaratan lain yang relevan dibidang K3 untuk
seluruh tenaga kerja di perusahaan
2.3.3 Persyaratan pada peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain
yang relevan di bidang K3 dimasukkan pada prosedur-
prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.
2.3.4 Perubahan pada peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain
yang relevan di bidang K3 digunakan untuk peninjauan
prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.
17
18
9
5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi
yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan
informasi lain yang relevan dengan K3 telah diperiksa
sebelum keputusan untuk membeli.
5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana
produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi
spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan dan standar K3.
5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat
pelindung diri dan perubahan terhadap prosedur kerja
harus dipertimbangkan sebelum pembelian dan
penggunaannya.
5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa
kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.
19
20
10
6.1.5 Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko tinggi.
21
22
11
6.5.1 Penjadualan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana
produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman
serta persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
6.5.2 Semua catatan yang memuat data secara rinci dari
kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan
yang dilakukan atas sarana dan peralatan produksi harus disimpan
dan dipelihara.
6.5.3 Sarana dan peralatan produksi memiliki sertifikat
yang masih berlaku sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan dan standar.
6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan
setiap perubahan harus dilakukan petugas yang kompeten dan
berwenang.
6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa Jika terjadi
perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi, perubahan
tersebut harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-
undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
23
24
12
6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk
menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan
peraturan perundang-undangan mengenai K3, maka
perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa
pelayanan memenuhi persyaratan.
6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam
dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan
prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan
diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang
ada di tempat kerja.
6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi dan
pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang
sesuai dengan tingkat risiko.
25
26
13
12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan K3 sesuai persyaratan
peraturan perundang-undangan telah dilakukan.
12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan telah
disusun.
12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang
berkompeten dan berwenang sesuai peraturan perundang-
undangan.
12.3.2 Pelatihan diberikan kepada tenaga kerja apabila di
tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses.
27
28
14
6. Audit SMK3
Pengajuan audit
Sukarela
wajib bagi perusahan yang mempunyai potensi
tinggi yang telah ditetapkan oleh peraturan
perundangan
Penyelenggara audit
Badan audit independen yang ditunjuk Menteri
Ketenagakerjaan
29
30
15
7. Manajemen Risiko Bahaya Listrik
Berbasis SMK3
Definisi
Tahapan Managemen risiko
identifikasi bahaya
Analisa dan perhitungan Risiko
Penanganan risiko
Pemanatuan
31
DEFINISI
Analisa Risiko/Risk Analysis
Kegiatan analisa suatu risiko dengan cara
menentukan besarnya probability/frekuensi dan
tingkat keparahan dari akibat/consequences suatu
risiko
16
Manajemen Risiko
33
TAHAPAN
MANAJEMEN PERSIAPAN
RISIKO
IDENTIFIKASI BAHAYA
Pemantauan
ANALISA RISIKO dan tinjuan ulang
AKIBAT KESEMPATAN
PENILAIAN RISIKO
PENANGANAN RISIKO
34
17
IDENTIFIKASI BAHAYA
Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera?
Sumber bahaya ditempat kerja dapat berasal dari :
BAHAN / MATERIAL
ALAT/MESIN
METODE KERJA
SIFAT PEKERJAAN
LINGKUNGAN KERJA
35
IDENTIFIKASI BAHAYA
Terget yang mungkin terkena/terpengaruh sumber bahaya :
Manusia
Produk
Peralatan/fasilitas
Lingkungan
Proses
Reputasi
Lainnya??
36
18
Ada 3 cara dalam penilaian risiko yaitu:
Kualitatif
Semikuantitatif
Kuantitatif
37
Analisa Kualitatif
Metode ini menganalisa dan menilai suatu risiko dengan cara
membandingkan terhadap suatu deskripsi/uraian dari parameter
(peluang dan akibat) yang digunakan
digunakan..Umumnya metode matriks
dipakai..
dipakai
38
19
Analisa Semikuantitatif
Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan analisa kualitatif,
perbedaannya pada metode ini uraian/deskripsi dari parameter yang ada
dinyatakan dengan nilai/
nilai/score
score tertentu
tertentu..
39
Analisa Kuantitatif
Metode penilaian ini dilakukan dengan menentukan nilai dari
masing--masing parameter yang didapat dari hasil analisa data
masing data--
data yang representatif
representatif..
40
20
SERIOUS SEDANG TINGGI TINGGI
CONSEQUENCES
ACCIDENT
41
42
21
ANALISA DAN PENILAIAN RISIKO
Akibat (Consequences)
Yaitu tingkat keparahan/kerugian yang mungkin terjadi dari
suatu kecelakaan/loss akibat bahaya yang ada. Hal ini bisa
terkait dengan manusia, properti, lingkungan, dll
Contoh :
22
PENANGANAN RISIKO
Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan
apakah risiko tersebut masih bisa diterima
(acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk) oleh
suatu organisasi
Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka
organisasi harus menetapkan bagaimana risiko
tersebut ditangani hingga tingkat dimana risikonya
paling minimum/sekecil mungkin
Bila risiko mudah dapat diterima/tolerir maka
organisasi perlu memastikan bahwa monitoring
terus dilakukan terhadap risiko itu.
45
PENANGANAN RISIKO
Bila suatu risiko tidak dapat diterima maka harus
dilakukan upaya penanganan risiko agar tidak
menimbulkan kecelakaan/kerugian. Bentuk tindakan
penanganan risiko dapat dilakukan sebagai berikut :
Hindari risiko
Kurangi/minimalkan risiko
Transfer risiko
Terima risiko
46
23
Hirarki Pengendalian Risiko K3
Pengendalian Administratif
Pemisahan lokasi
Pergantian shift kerja
Pemberlakuan sistim ijin kerja
Pelatihan karyawan
Alat Pelindung Diri
Helmet
Safety shoes
Ear plug/muff
Safety goggles
47
48
24
8. Latihan Perhitungan Risiko
menghitung risiko dari pekerjaan listrik dengan
menggunakan semi kuantatif (contoh nilai peluang ,
frekuensi dan konsekuensi terdapat pada) tabel
tentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa
tentukan nilai peluang terjadinya bahaya
tentukan nilai frekuensi
tentukan nilai konsekuensi
tentukan nilai risiko
rsisko = nilai peluang x nilai frekuensi x konsekuensi
Tentukan skala risiko
membaningkan dnegan nilai risiko tertingi dan terendah
49
Likelihood
Likelihood
That Almost Certain : the most likey 10
particular outcome if the event occurs
Consequence Likely : not unsual perhaps 50- 6
Follows the 50 chance
hazard/
Unsual but possible 3
event
Remotely Possible : a possible 1
coincidence
Conceivable : has never 0.5
happened in year of exposure
but is possible
Practically impossible : Not to 0.1
knowledge ever happened
anywhere
50
25
Exposure Continuosly or many times daily 10
Frequency of
exposure
To the hazard/ Frequently approximately once daily 6
event
51
52
26
Risk Card
R=QxFXP
R=
General Hazard Analysis Card No :
Department/ Unit : Date :
Job Description :
Prepared by :
Hazard Description :
Qonsequences Frequency Likelihood Action
Catastrophic Continuously Almost Certain Stop activity until risk
reduce
Disaster Frequency Likely Deal with immediately
Very Serious Occasional Unusual Correction required
Serious Infrequent Remotely Attention indicated
Possible
Important Rare Conceivable Acceptable
Noticeable Very Rare Practically
impossible
53
HIRAC
54
27
Quis
sebutkan lima prinsip SMK3!
sebutkan min 5 kriteria yang terkait K3 listrik!
sebutkan jenis analisis risiko !
55
TERIMAKASIH
56
28
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.2.
Analisis dan
Pelaporan
kecelakaan kerja
listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.2.
Analisis dan Pelaporan
kecelakaan kerja listrik
1
1. 1.Kewajiban dan Ruang lingkup
kecelakaan kerja
Terkait K3 Pengurus diwajibkan
melaporkan ke Dinas yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan
mengkaji penyebab kecelakaan
melakukan perbaikan dan pencegahan
Ruang lingkup
Kecelakaan Kerja;
Kebakaran atau
peledakan atau
bahaya pembuangan limbah;
Kejadian berbahaya lainnya.
2
2.Format pelaporan kecelakaan kerja, berisikan data mengenai :
Identitas Perusahaan
waktu dan tempat kejadian
uraian kejadian
penyebab kecelakaan
akibat kecelakaan
dan keterangan lain yang diperlukan
3
5. Tatacara penyampaian pelaporan
kecelakaan
2 x 24 jam
menggunakan format sesuai lampiran 1
permen no 3 tahun 1998
secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.
4
6.2. Pengertian Kondisi berbahaya
segala sesuatu diluar perilaku manusia yang dapat
menimbulkan kondisi berbahaya
6.3. Pengertian Tindakan berbahaya
setiap perilaku manusia yang dapat menimbulkan kondisi yang
berbahaya
6.4. Uraian terjadinya kecelakaan
menguraikan kejadian sesaat sebelum, saat kejadian dan sesaat
sesudah kejadian secara berurutan
6.6. Type kecelakaan
type kecelakaan yang paling mendekati yaitu berdasarkan
proses terjadinya hubungan atau kontak sumber kecelakaan
dengan luka atau sakit yang diderita korban.
10
5
7. Teori analisis penyebab
kecelakaan
Penyebab dasar kecelakaan
faktor manusia
faktor pekerjaan
faktor managemen
Teori analisis penyebab kecelakaan telah
berkembang
teori domino
Frank Bird
Swiss Cheese
dll
11
12
6
9. Tata cara membuat analisa dan
statistik kecelakaan kerja
Kep.dir. No. Kep.84/BW/1998
13
A.
Akibat
kecelakaan
14
7
Langkah Analisa
Mengumpulkan data
Membandingkan data
Mencari hubungan / relevansi
Mencari kesimpulan
Menetapkan pengendalian
15
A. Akibat kecelakaan
Korban manusia
- Meninggal
Loss - Luka berat
- Luka ringan
People Kerugian Material (Rp)
Property - Bangunan
Process
- Peralatan/Mesin
(Profit)
- Bahan Baku
- Bahan setengah jadi
- Bahan jadi
16
8
Data korban
A1 = Jml Korban Laki-laki
A2 = Jml Korban Perempuan
A3 = Umur
A3.1 = krg 10 th
A3.2 = 11 s/d 20 th
A3.3 = 21 s/d 30 th
A3.4 = 31 s/d 40 th
A3.5 = 41 s/d 50 th
A3.6 = diatas 50 th
Akibat Kecelakaan
A4 = Jml Korban Mati
A5 = Jml korban yg luka berat
A6 = jml korban yg luka ringan
17
A7 = Kepala
A8 = Mata
A9 = Telinga
A10 = Badan
A11 = Lengan
A12 = Tangan
A13 = Jari Tangan
A14 = Paha
A15 = Kaki
A16 = Jari Kaki
A17 = Organ Tubuh Bagian Dalam
18
9
B. Sumber kecelakaan
1. Mesin produksi
2. Penggerak mula dan pompa
Incident 3. Lift
4. Pesawat angkat.
5. Converyor
Contact 6. Pesawat angkut
With 7 Alat transmisi mekanik (rantai, pulley, dll).
Energy or 8 Perkakas kerja tangan
Substance
9. Pesawat uap dan bejana tekan
10. Peralatan listrik
11. Bahan kimia
12. Debu berbahaya
13. Radiasi dan bahan radioaktif
14. Faktor lingkungan
15. Bahan mudah terbakar dan benda panas
16. Binatang
17. Permukaan lantai kerja
18. Lain-lain. 19
C. Type Kecelakaan
1. Terbentur
Incident 2. Terpukul
3. Tertangkap pada, dalam atau
diantara benda
Contact
With 4 Jatuh dari ketinggian yang sama.
Energy or 5. Jatuh dari ketinggian yang
Substance
berbeda.
6. Tergelincir.
7. Terpapar
8. Penghisapan, penyerapan
9. Tersentuh aliran listrik.
10. Lain-lain.
20
10
D. Kondisi berbahaya
1. Pengamanan yang tidak sempurna
2 Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
Immediate
Causes 3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur yang tidak aman
Substandard 5. Penerangan tidak sempurna
Acts
6. Iklim kerja yang tidak aman
Substandard 7. Tekanan udara yang tidak aman
Conditions
8. Getaran yang berbahaya
9. Pakaian, kelengkapan yang tidak aman
10. Kejadian berbahaya lainnya
21
E. Tindakan berbahaya
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
Immediate
Causes 3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa
Substandard peralatan.
Acts 5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
Substandard 7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
Conditions
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono /
berkelakar, mengagetkan dan lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang
ditentukan.
10. Lain-lain.
22
11
10. Pentabulasian data kecelakaan
Dari hasil analisis pada setiap kejadian kecelakaan,
maka informasi/data yang didapat ditabulasi dalam
matrik seperti pada lampiran V permen no 3 tahun
1998, data meliputi :
A = data korban
B = Sumber kecelakaan
C = Type kecelakaan
D = Kondisi yang berbahaya
E = Perilaku yang berbahaya
23
24
12
11. Perhitungan tingkat keparahan/
SR (Severity Rate)
tujuan untuk melihat tingkat
keparahan/kerugian yang diakibatkan kejadian
kecelakaan melalui jumlah hilangnya waktu
kerja akibat kecelakaan
25
26
13
2. Kaki dan Jari-
Jari-jari
Amputasi seluruh atau sebagian dari Ibu Jari Jari--jari
Jari
tulang (hari) lainnya (hari)
Ruas ujung 150 35
Ruas tengah - 75
Ruas pangkal 300 150
Telapak (antara jari-
jari-jari dan
600 350
pergelangan)
Kaki sampai pergelangan 3000
3. Lengan
B. Kehilangan Fungsi
Satu mata 1800 hari
28
14
16. Quis / pertanyaan
Sebutkan ruang lingkup kecelakaan kerja !
Sebutkan penyebab dasar terjadinya
kecelakaan !
Sebutkan persyaratan rekomendasi !
29
TERIMAKASIH
30
15
31
16
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.3.
Kesehatan kerja
listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung
III.3.
Kesehatan kerja listrik
BIODATA
N a ma : Dr. Amarudin
Instansi : Kementerian Nakertrans R.I.
R.I.
Jabatan : Kasubdit PN Kesehatan Kerja
Alamat Kantor : Jl. Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta
No.Telpon, Fax : 021. 5255733 Ext. 677, 021. 5268045
No.Hp. : 081510036323
E-Mail : dramarudin@yahoo.com
Alamat Rumah : Jl. Tegal Parang Utara VI/52
Mampang Prapatan Jak-Jak- Sel
Pendidikan : Kedokteran
Pelatihan/Training : 1. Pengawas Ketenagakerjaan,
2. Safety Officer Training Course,
Singapore
3. Occupational Health, Jepang
4. Free drug at the work places Training,
Malaysia.
5. Basic Life Support, Jepang
Jepang..
6. Training Concelor HIV/AIDS, Kemkes
7. TOT Widya Iswara Luar Biasa
Biasa..
8. TOT SCORE
9. TOT WISCON 2
1
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I
3
2
DISKUSI
1. Apa yang saudara ketahui tenteng
kesehatan kerja
2. Apa yang saudara ketahui tentang
Hazard kesehatan
3. Apa bahaya listrik terhadap kesehatan ?
3
Pekerja selalu berhadapan dengan bahaya
kerja.
Hazard Kesehatan di bidang Listrik terus
berubah seiring dengan perkembangan
industri.
Setiap pekerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan.
Bidang Kesehatan Kerja Pekerja berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja
Philosophy
Upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan
tenaga kerja dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat
yang adil dan sejahtera.
8
4
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
ACCIDENT PREVENTION 9
Kesehatan Kerja
Menurut Joint ILO/WHO Committee tahun 1995 :
5
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan dan Produktivitas Tenaga Kerja
12
6
Ergonomi :
Ilmu yang mempelajari kesesuaian antara
manusia dengan alat, lingkungan dan
proses kerja untuk menciptakan
kenyamanan bekerja dan meningkatkan
produktivitas.
13
Ergonomi :
Penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan manusia secara
optimum, dengan tujuan agar bermanfaat demi
efisiensi dan kesejahteraan (ILO).
14
7
TUJUAN ERGONOMI
15
PENERAPAN ERGONOMI
(Pekerjaan Listrik
Listrik))
Penyesuaian peralatan kerja dengan postur tubuh
yang bekerja
bekerja;;
Merancang peralatan dan cara kerja hingga postur
tubuh tetap alami (fisiologis
fisiologis);
);
Menghindari pekerjaan yang berulang secara terus
menerus dalam posisi yang sama termasuk postur tubuh
statis;;
statis
Merancang tempat kerja yang sesuai dengan
antropometri pekerja
pekerja;;
Pemberian beban kerja yang sesuai sesuai;; dan
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman nyaman..
16
8
PENERAPAN ERGONOMI (ILO)
(Pekerjaan Listrik)
18
9
SYARAT KESEHATAN TENAGA KERJA
PADA PEKERJAAN LISTRIK
Epilepsi
Gangguan kardiovaskuler
Asthma
Gangguan keseimbangan
Gangguan penglihatan Buta Warna
Acrophobia/takut
Acrophobia/ takut ketinggian dan gangguan
mental lainnya
Penyakit lainnya yang membahayakan
keselamatan selama bekerja
19
20
10
21
22
11
23
24
12
25
26
13
27
28
14
29
30
15
SUMBER BAHAYA BEKERJA PADA KETINGGIAN
31
32
16
33
34
17
35
36
18
POTENSI BAHAYA BEKERJA
PADA RUANG TERBATAS
Oksigen deficiency
Pajanan suhu dan kelembaban
Pajanan gas beracun
Terjadi kebakaran
Terjadi peledakan
Tersengat listrik
Pajanan bising
Kondisi kerja licin Jatuh
Tidak Ergonomi
Tertimpa benda
Takut kegelapan, tertutup psikologi
dll
37
38
19
ARUS LISTRIK
Luka bakar
Kejutan
Kejang otot
Irama jantung
Henti jantung kematian
Pingsan
39
40
20
Jari Kelingking Kontraktur
41
42
21
Cicatric Telapak Kaki
43
PANAS
22
RADIASI PENGION DAN NON PENGION
Pengion :
gel elektromagnetik dg freq. diatas 10 16 Hz
Energi sangat tinggi
Menembus jaringan
Menyebabkan ionisasi menghancurkan ikatan
molekul dan merusak material genetik.
Non Pengion :
gel elektromagnetik dg freq di bawah 10 16 Hz
Tidak menyebabkan ionisasi
Terjadi thermal efek
45
SINAR X
Kematian sel
sel--sel
Perubahan struktur genetik suatu sel.
Penyakit kanker
Rambut gugur
gugur,, kulit menjadi merah dan
berbisul
46
23
HASIL PENELITIAN Dr. ANIES
PAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK YANG
BERASAL DARI SUTET 500 KV
Menimbulkan gangguan kesehatan pada
penduduk,, yaitu sekumpulan
penduduk
gejala hipersensitivitas yang dikenal
dengan electrical sensitivity berupa :
keluhan sakit kepala (headache
headache),
),
pening (dizziness
dizziness),
), dan
keletihan menahun (chronic fatigue syndrome).
syndrome).
ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus
oleh seseorang
seseorang,, sehingga penemuan baru ini
diwacanakan sebagai "Trias Anies
Anies".
".
47
FENOMENA SUTET
Sering dihubungkan dengan gangguan kesehatan
kesehatan,,
padahal sebenarnya hanya sebatas fenomena dan secara
teknis memungkinkan terjadi
terjadi.. Artinya fenomena tersebut
tidak identik dengan tingkat bahaya terhadap kesehatan
manusia yang berada di bawahnya
bawahnya.. Fenomena tersebut :
Bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar
(konduktor
konduktor)) dan kadang
kadang--kadang disertai cahaya kekuningan
kekuningan..
Bulu atau rambut berdiri akibat gaya tarik medan magnit
Lampu neon dan tespen dapat menyala karena gas neon dalam
tabung terionisasi
terionisasi..
Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda yang
mudah menghantar listrik
listrik,, mis
mis;; seng
seng,, pagar besi
besi,, kawat
jemuran,, badan mobil
jemuran mobil..
48
24
Because SUTET a current carrying wires are then of course
SUTET generating an electric field and a magnetic field in
the form of electromagnetic waves. Here are the impacts
caused by the electric field on the high-
high-voltage wires that
can be felt by naked eye:
25
PENELITIAN JOHN MOULDER TENTANG
DAMPAK SUTET TERHADAP KESEHATAN
Tidak ada hubungan sebab akibat antara medan
tegangan listrik dan kesehatan manusia
(termasuk kanker
kanker).
).
Walaupun demikian medan tegangan listrik
belum bisa dibuktikan benar
benar--benar aman
aman..
Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya
kesehatan terhadap manusia
manusia,, maka itu hanya
terjadi pada sebagian kecil kelompok
51
WHO
Tidak banyak pengaruh yang ditimbulkan
oleh medan listrik sampai 20 kV/m pada
manusia dan medan listrik sampai 100
kV/m tidak memengaruhi kesehatan
hewan percobaan
percobaan..
Percobaan beberapa sukarelawan pada
medan magnet 5 mT hanya memiliki
sedikit efek pada hasil uji klinis dan fisik
fisik..
52
26
P3K di tempat kerja
(Permennaker No. 15/Men/2008:
Petugas P3K :
Pelatihan
Lisensi dan buku kegiatan
Fasilitas P3K :
Ruang P3K
Kotak P3K dan isi kotak
Alat evakuasi dan Transportasi
Fasilitas tambahan berupa APD/Shower/eye wash
53
SEBAB--SEBAB :
SEBAB
1. Aliran arus listrik
2. pengaruh medan magnit
3. Kesalahan mekanik perlengkapan listrik
4. Bunga api == ledakan busur listrik
5. kombinasi
54
27
Faktor Yang Mempengaruhi Keparahan Pada
Cedera Akibat Listrik
Voltage/Kekuatan listrik (beda potensial)
Amper (Arus Listrik)
Type Arus/jenis aliran (searah/bolak-
(searah/bolak-balik)
Lama Kontak == banyaknya energi yang terserap
Daerah / bagian tubuh yang kontak (Tahanan)
Jalan Arus
Banyaknya Jaringan Resistance
Kandungan Air Dalam Jaringan
Kondisi phisik dan kejiwaan (perubahan tahanan)
55
56
28
57
28
35
40
30
35
32
30
35 35
30
58
29
Jaringan Penghantar Listrik
1. Jaringan konduktor
Pembuluh darah
Otot
59
60
30
Akibat Sengatan listrik
Arus searah dan Bolak
Bolak--balik
1. Akibat arus searah :
Perubahan elektrolit
elektrolit..
2. Akibat Arus bolak
bolak--balik
Kejang otot
Berkeringat
Kerusakan jaringan
Vertrikel fibrilasi sampai henti jantung
jantung,, otak kurang O2 dan
meninggal..
meninggal
Voltage dan freq. 100 v & 60 Hz menyebabkan ventrical
fibrilation
Voltage tinggi dapat menyebabkan paralysis pernafasan
Arus diatas 20 mA dapat menyebabkan kontraksi otot
pernafasan dada, dlll
dlll..
61
62
31
Jari Kelingking Kontraktur
63
64
32
Cicatric Telapak Kaki
65
33
Akibat Sengatan Listrik
CURRENT (mA) EFFECT
0.5 2 Dirasakan
2 10 Terasa nyeri sesuai arus
10 25 Kejang, tidak dapat melepaskan
meningkatkan tekanan darah
sesak nafas karena kontraksi
otot
25 80 kontraksi otot lebih berat
kadang tulang rawan patah
peningkatan tekanan darah
hilang kesadaran (jantung+paru)
Over 80 Tempat terkena aliran terbakar
Meninggal (ventricular fibrilation)
67
68
34
Pemberian Pertolongan
1. Menilai situasi
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain
b. Memperhatikan sumber bahaya
c. Memperhatikan jenis pertolongan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan
69
Pemberian Pertolongan
70
35
Pemberian Pertolongan
3. Memberikan pertolongan
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban
dan prioritas tindakan
b. Berikan pertolongan sesuai status korban
Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari
tubuh
Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan
resusitasi Jantung paru
Selimuti korban
Bila luka ringan obati seperlunya (luka bakar ringan).
Bila luka berat carikan pertolongan ke RS/dokter.
71
72
36
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
IV.1
Evaluasi
(Teori)
IV.1.
Evaluasi (Teori)