You are on page 1of 794

Kementerian Ketenagakerjaan

Republik Indonesia

Materi
Pembinaan
Ahli Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
Listrik

2015
DAFTAR ISI
MATERI PEMBINAAN AHLI K3 LISTRIK
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
dan K3 No. : Kep.47/PPK&K3/VIII/2015 Tentang Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang
Listrik.

I. KELOMPOK DASAR :
I.1. Kebijakan Pembinaan dan Pengawasan K3
I.2. Pembinaan dan Pengawasan K3 Listrik

II. KELOMPOK INTI :


II.1. Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
II.2. Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
II.3. Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
II.4. Persyaratan K3 Perencanaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
II.5. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
II.6. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
II.7. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
II.8. Persyaratan K3 Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
II.9. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
II.10. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Transmisi Listrik
II.11. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Distribusi Listrik
II.12. Persyaratan K3 Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Listrik
II.13. Persyaratan K3 Sistem Penyalur Petir
II.14. Persyaratan K3 Listrik Ruang Khusus
II.15. Persyaratan K3 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik pertama dan/atau perubahan
II.16. Persyaratan K3 Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi, Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik berkala
II.17. Praktek
II.18. Seminar

III. KELOMPOK PENUNJANG :


III.1. Pelaksanaan K3 Listrik dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (Peraturan Pemerintah No.50 th 2012)
III.2. Analisis dan Pelaporan kecelakaan kerja listrik
III.3. Kesehatan kerja listrik

IV.1 EVALUASI :
IV.1. Evaluasi (Teori)
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.1.
Kebijakan
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.1.
Kebijakan Pembinaan
dan Pengawasan K3

MD1.
KEBIJAKAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN K3

PEMBINAAN
CALON AHLI K3 BIDANG LISTRIK

1
Tujuan Instruksional Umum
Pembinaan calon Ahli K3 bidang Listrik bertujuan
memberikan pengetahuan sekurang-kurangnya :
Memahami Filosofi K3
Memahami regulasi K3
Memahami mekanisme Pembinaan dan Pengawasan
K3
Memahami Kelembagaan K3 dan SDM K3 bidang
listrik
Memahami pelaksanaan 5 (lima) prinsip dasar SMK3
Memahami Mekanisme penilaian penerapan SMK3

Tujuan Instruksional Khusus


Pembinaan calon Ahli K3 bidang Listrik bertujuan
sekurang-kurangnya memberikan ketrampilan
melakukan:
Mengidentifikasi persyaratan PJK3 bidang listrik
Melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan
pembinaan
melakukan tugas dan fungsi Ahli K3 bidang Listrik
mengawasi pelaksanaan tugas teknisi K3 listrik

2
1. Tujuan Pelaksanaan K3
setiap tenaga kerja berhak mendapat
perlindungan atas keselamatan dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan
meningkatkan produksi serta produktivitas
Nasional;
setiap orang lainnya yang berada di tempat
kerja perlu terjamin pula keselamatannya;
setiap sumber produksi perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman dan effisien;

. lanjutan 1. Tujuan Pelaksanaan K3

untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera;


meningkatkan kualitas tenaga kerja dan
peransertanya dalam pembangunan serta
peningkatan perlindungan tenaga kerja dan
keluarganya sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan;
mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
keluarganya dengan tetap memperhatikan
perkembangan kemajuan dunia usaha.
6

3
2. Pendekatan K3
Pendekatan Hukum
K3 merupakan ketentuan perundangan
Pendekatan Ekonomi
K3 mencegah kerugian
Meningkatkan produktivitas
Pendekatan Kemanusiaan
Kecelakaan menimbulkan penderitaan
bagi sikorban/keluarganya.
K3 melindungi pekerja dan masyarakat
K3 bagian dari HAM
7

3. Sejarah Regulasi K3 di Indonesia


1. Peraturan K3 Periode Tahun 1847 s.d 12 januari 1970
Tahun 1847 , Hindia Belanda melakukan pengawasan penggunaan mesin
uap.

28 Pebruari 1852 Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan staatblad no.


20 tentang Keselamatan kerja pemakaian mesin uap.

Veiligheid Reglement (VR) tahun 1910 Staatblad No 406 tentang


keselamatan kerja pemakaian diesel dan listrik di industri pengolahan.

Stoom Ordonantie dan stoom Verordening Tahun 1930 (Stbl No. 225 dan
Stbl N0. 225) tentang keselamatan pemakaian pesawat uap ( sampai saat
ini diterjemahkan menjadi UndangUndang dan Peraturan Uap).

4
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

Undang-Undang Penimbunan dan Penyimpan Minyak tanah dan bahan-bahan


cair lainnya yang mudah menyala (stbl 1927 No. 99.

Ordonantie menyangkut minyak tanah tahun 1927 (Stbl 1927 No. 214)

Loodwit Ordonnantie, Stbl No. 509 tahun 1931, yang mengatur pengawsan
terhadap bahan yang mengandung racun (pabrik cat, accu, percetakan dll)

Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening Stbl. No. 143 dan no. 10
tahun 1932 dan tahun 1933, mengatur pengawasan terhadap pelaksanaan
undang-undang dan peraturan petasan.

lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

Industrienbaan Ordonantie dan Industriebaan Verordening Stbl. No. 595


dan No. 29 Tahun 1938 dan tahun 1939 tentang pengawasan terhadap
jalan kereta api, loko dan gerbongnya yang diginakan sebagai alat
angkut selain PJKA.

Retribusi Ordonantie Stbl No. 424 tahun 1940 dan Retributie


Vorerdening Stbl No. 425 tahun 1940.

Undang No. 10 Tahun 1961 tentang Penetapan Peraturan pemerintah


pengganti Undang No. 1 Tahun 1962 Tentang barang (Lembaran Negara
No. 251 tahun 1961)

Peraturan Khusus (peraturan pemberlakuan peraturan Belanda di


Indonesia)

10

5
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

Peraturan-Peraturan Khusus :
Peraturan khusus Direktur pekerjaan Umum No. 119966/Swt.
Peraturan Khusus AA untuk P3K
Peraturan Khusus BB tentang Instalasi listrik arus kuat dalam pabrik,
bengkel dan bangunan (dicabut)
Peraturan khusus CC mengenai pabrik gula
peraturan khusus DD untuk Bejana berisi dengan udara yang dikempa
dan dipergunakan utnuk menggerakkan motor bakar (dicabut)
Peraturan khusus EE mengenai perusahaan, pabrik dan bengkel yang
menggunakan bahan mudah terbakar (dicabut)
Peraturan Khusus FF mengenai perusahaan, bengkel yang membuat,
memakai gas dalam botol baja (dicabut)

11

lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

Peraturan khusus mengenai instalasi untuk memproyektor gambar


bayang-bayang dalam gambar.
Peraturan khusus HH mengenai perusahaan, pabrik dan tempat
kerja yang mengolah timah kering.
Peraturan khusus II mengenai instalasi untuk pembuatan as karbit
bagi keperluan-keperluan teknik (dicabut)
Peraturan khusus KK mengenai pabrik dan tempat kerja yang
mengolah bahan yang mudah meledak (dicabut)
Peraturan khusus LL mengenai usaha keselamatan kerja untuk
pekerjaan dalam tangki apung.
Peraturan khusus NN mengenai perusahaan dan pabrik yang
membuat gelas atau barang-barang dari gelas.
Peraturan terhadap penggunaan phospos putih Stbl. 1912 No. 275.

12

6
lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

Ketentuan tentang pengangkutan obat peledak, dan bahan petasan


dengan kereta api (Stbl. No. 501 Tahun 1907)
Penetapan pelarangan bagi pembuatan import, mempunyai, mengangkut
dan menjual kereta api yang mengandung phospor putih.
Ketetapan tentang pemasangan dan pemakaian jaringan saluran listrik di
Indonesia (stbl. 1927-1890 N0. 190)
Aturan bekenaan dengan mnyimpan, menimbun dan memiliki minyak
tanah dan semacam zat-zat cair yang mudah menyala 9stbl. 1927 No. 200
terakhir dirobah stbl 1940 No. 150) (dicabut)
Ketetapan umum tentang jalanan kereta api dan trem (ABST tahun 1927)
Stbl 1927 N0. 25B Jo stbl 1928 No. 415)
Peraturan jalanan kereta api trem (Stbl 1928 N. 202)
Peraturan Menteri No. 7/PMP/1964 tentang syarat-syarat kesehatan,
kebersihan dan penerangan di tempat kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. 65 tahun 1969 tentang
penyelenggaraan kursus/latihan kader keselamatan kerja.

13

lanjutan 3. Sejarah regulasi K3 di Indonesia

2. Peraturan K3 periode 12 Januari 1970 s.d. sekarang


UU no. 1 tahun 1970 menggantikan VR 1910
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang pengaturan dan pengawasan
keselamatan kerja di bidang pertambangan
PP No. 07 Tahun 1973 tentang pengawasan atas peredaran, penyimpanan dan
penggunaan pestisida.
PP No. 11 tahun 1975 tentang keselamatan dan kesehatan kerja radiasi
PP No. 11 tahun 1979 tentang keselamatan kerja pada pemurnian dan pengolahan
miyak dan gas bumi.

Peraturan Pelaksana UU No. 1 tahun 1970 berlaku sampai saat ini


Peraturan-Peraturan dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja.

UU no 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan berlaku sampai saat ini

Peraturan Pemerintah no 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

14

7
4. UU Nomor 1 Tahun 1970 dan
Peraturan Pelaksanaannya
1. Pengertian tempat kerja

a. tempat dimana dilakukan pekerjaan bagi


sesuatu usaha.
b. adanya tenaga kerja yang bekerja disana
c. adanya bahaya kerja di tempat itu.

15

4. UU Nomor 1 Tahun 1970 dan


Peraturan Pelaksanaannya
2. Ruang Lingkup Pelaksanaan K3
a. tempat kerja yang berasa di Wilayah hukum
Republik Indonesia
b. Tempat kerja yang mempunyai sumber potensi
bahaya

16

8
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

3. Syarat keselamatan Kerja


dengan peraturan pemerintah dan peraturan
menteri diatur pedoman untuk:
mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja
meminimalisasi cidera dan kerugian
menciptakan tempat kerja yang sehat dan
selamat
menciptakan pekerjaan yang sehat dan selamat

17

Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

4. Pola Pelaksanaan K3
Pelaksanaan K3 dilaksanakan secara menyeluruh
di setiap kegiatan :
perencanaan
pembuatan/pemasangan
pengangkutan, peredaran, perdagangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan
18

9
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

5. Pengawasan
Pengawasan K3 dilakukan oleh
Pengawas ketenagakerjaan
Ahli K3

19

Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

6. Kewajiban Pengurus
menjamin kesehatan pekerja
memberikan pembinaan K3
membentuk P2K3
melaporkan kecelakaan kerja
menjamin orang lain selain pekerja yang berada
ditempat kerja
menyediakan sarana K3 dan Alat pelindung diri

20

10
Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

7. Hak dan Kewajiban tenaga kerja


a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta
oleh pegawai pengawas dan atau keselamatan kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua
syarat-syarat keselamatan dan
e. kesehatan kerja yang diwajibkan

21

Lanjutan UU Nomor 1 Tahun 1970

8. Sanksi
hukum denda dan kurungan
tindakan pidana merupakan pelanggaran

22

11
Peraturan Pelaksanaan UU No 1 tahun
1970
Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang
Pengawasan Atas Peredaran,
Penyimpanan dan Peredaran Pestisida
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1973 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Keselamatan Kerja di
Bidang Pertambangan
Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 1979 tentang
Keselamatan Kerja Pada Pemurnian dan Pengolahan
Minyak dan Gas Bumi
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Pedoman teknik pelaksanaan K3

23

lanjutan peraturan pelaksana terkait listrik

UU Uap Tahun 1930


Peraturan Uap Tahun 1930
Permen No 12/Men/2015Permenaker No 187/Men/ 1999
Permen No 4/Men/1985
Permen No 5/Men/1985
Permen No. 2/Men/1989
Permen No 3/Men/1999
Permen No 1/Men/1982
Permen No 1/Men/1980
Permen No 02/Men/1989
Permen No 03/Men/1999

24

12
5. Sistem Pengawasan K3 Nasional

1. Pengawasan dilakukan oleh Pengawas


ketenagakerjaan.
2. Ahli K3 di perusahaan/tempat kerja
membantu pelaksaanaannya ditingkat
perusahaan sesuai penunjukannya
3. Ahli K3 di perusahaan jasa K3 melakukan
kegiatan sesuai dengan bidang penunjukan
jasanya.

25

6. Kewenangan pemerintah pusat dan daerah


terkait pengawasan ketenagakerjaan
Pemerintah Pusat (Kemnaker) :
penetapan sistem pengawasan
pengelolaan SDM pengawasan (Pengawas
ketenagakerjaan dan Ahli K3 serta personil K3)
Pemerintah Daerah (Provinsi) :
Penyelenggaraan pengawasan K3

26

13
7. Tugas dan Fungsi Pengawas Ketenagakerjaan
dalam melakukan Pembinaan dan Pengawasan K3

Tugas Pengawas Ketenagakerjaan :


memeriksa tempat kerja
menguji mesin,peralatan,instalasi,bahan, sarana
kerja, lingkungan dll terkait sumber bahaya
memberikan pembinaan/ saran tindak perbaikan
secara lisan
memberikan nota pemeriksaan
melalukan penegakan hukum

27

Fungsi Pengawas ketenagakerjaan untuk :


a. Mengawasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;

b. Memberikan keterangan teknis dan nasehat kepada pengusaha


dan pekerja/buruh mengenai tata cara yang paling efektif dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan;

c. Memberitahukan kepada pihak yang berwenang mengenai


terjadinya penyimpangan atau penyalahgunaan yang secara
khusus tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku.

28

14
8. Kelembagaan dan Personil K3 : PJK3, P2K3,
Dewan K3, Asosiasi K3 dan Pusat K3/Balai K3

P2K3 merupakan lembaga bipartite untuk


meningkatkan kerja sama pengusaha/pengurus
perusahaan terkait pelaksanaan K3 di tempat
kerja
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (PJK3) adalah perusahaan yang usahanya
dibidang jasa K3 untuk membantu pelaksanaan
pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

29

Dewan K3 suatu lembaga dewan yang bertugas


memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta atau tidak kepada pemerintah mengenai
kebijakan dan pelaksanaan K3m terdiri dari DK3
ansional dan provinsi
Asosiasi K3 merupakan asosiasi profesi bidang K3
(contoh A2K3, A2K4, AlPK3i dll)
Pusat K3/Balai K3 merupakan isntalsi yang
memberikan pelayanan K3 ( pemerilsaan
kesehatan tenaga kerja dan pemantauan
lingkungan kerja)

30

15
9. Dokumen Surat penunjukan
PJK3 dan Ahli K3
Contoh SKP PJK3
Sertifikat SKP dan Kartu Kewenangan

31

Contoh dokumen Surat penunjukan


PJK3 dan Ahli K3

32

16
10. Pedoman pembinaan calon Ahli
K3 bidang listrik dan teknisi K3 Listrik
Bertujuan untuk
a. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pelaksanaan norma K3 listrik di
tempat kerja;
b. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam pembinaan dan pengawasan
norma K3 listrik di tempat kerja; dan
c. Meningkatkan kemampuan dan keahlian serta
keterampilan dalam perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, pemeliharaan dan
pemeriksaan serta pengujian instalasi, perlengkapan
dan peralatan listrik secara aman di tempat kerja

33

11. Checklist pengawasan pelaksanaan pembinaan


Calon Ahli K3 bidang Listrik dan Teknisi K3 Listrik

templet checlist

34

17
Contoh Sertfikat, SKP dan kartu
Kewenangan

35

12. Tugas dan kewajiban dan kewenangan Ahli K3


bidang listrik dan teknisi K3 Listrik

Tugas Ahli K3 bidang Listrik


perencanaan, pemasangan, perubahan,
pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian
Tugas Teknisi K3 Listrik
pemasangan dan pemeliharaan

36

18
lanjutan 12. Tugas..

Kewajiban dan Kewenangan Ahli K3 Bidang


Listrik :
mengawasi pelaksanaan K3 listrik
memberikan laporan
merahasiakan keterangan

37

13. Checklist pelaksanaan tugas ahli


K3 bidang Listrik dan Teknisi K3 Listrik
Templet

38

19
Quis
Sebutkan Kewajiban pengurus
perusahaan/tempat kerja terkait K3 !
Sebutkan Peraturan yang menjelaskan tugas
dan kewenangan Ahli K3 bidang Listrik !
Sebutkan tugas ahli K3 bidang Listrik !

39

Terimakasih

40

20
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3
Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

I. KELOMPOK DASAR :

I.2.
Pembinaan dan
Pengawasan K3 Listrik

MD2.
Pembinaan dan pengawasan norma
K3 Listrik

1
1. Pola Pembinaan dan Pengawasan
Norma K3 Listrik
Perencanaan /gambar rencana
pembuatan/pemasangan
Penggunaan
Pemeriksaan dan pengujian pertama
pemeliharaaan
pemeriksaan dan pengujian berkala

2. Sejarah Pemberlakuan AVE 1938, PUIL


1964, PUIL 1977, PUIL 1988, PUIL 2000
diawali dengan Penerapan Standar yang
berlaku di negara Belanda
Pemberlakukan standar Belanda dengan
peraturan Menteri bidang ketenagakerjaan
Penyusunan SNI berdasarkan standar Belanda
Penyusunan SNI sesuai dengan Penerapan
listrik di Indonesia

2
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Pasal 3 ayat (1) huruf q


(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

Peraturan Terbaru di bidang listrik

3
Standar Kelistrikan yang sebagai acuan

a.Standar Nasional Indonesia;


b.Standar Internasional; dan/atau
c.Standar Nasional Negara lain yang
ditentukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik.

3. Persyaratan K3 listrik di tempat


Kerja
a. Ruang lingkup
pembangkitan listrik;
transmisi listrik;
distribusi listrik; dan
pemanfaatan listrik;
yang beroperasi dengan tegangan lebih
dari 50 (lima puluh) volt arus bolak balik
atau 120 (seratus dua puluh) volt arus
searah.

4
Lanjutan 3. Persyaratan

Tujuan Pelaksanaan K3 Listrik


K3 bagi tenaga kerja dan orang lain
keamanan instalasi listrik
mendorong produktifitas

Lanjutan 3. Persyaratan

Perencanaan, pemasangan, penggunaan,


perubahan, dan pemeliharaan
wajib mengacu kepada standar bidang kelistrikan
dan ketentuan peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh Ahli K3 bidang Listrik
Kewajiban keberadaan Ahli K3 bidang Listrik
tempat kerja yang mempunyai pembangki lebih
dari 200 kVa

10

5
Lanjutan 3. Persyaratan

Pemeriksaan Dan Pengujian


wajib dilakukan pada perencanaan, pemasangan,
penggunaan, perubahan, dan pemeliharaan
mengacu kepada standar bidang kelistrikan dan
peraturan perundang-undangan
dilakukan oleh Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis
K3 Listrik dan/atau Ahli K3 bidang Listrik
pelaksanannnya :
sebelum penyerahan kepada pemilik/pengguna;
setelah ada perubahan/perbaikan; dan
secara berkala

11

Lanjutan 3. Persyaratan

Pengesahan
Hasil pemeriksaan dan pengujian sesuai
standar
dilakukan oleh oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Spesialis K3 Listrik dan
Ahli K3 bidang Listrik pada PJK3
diterbitkan oleh Dinas yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan provinsi

12

6
Lanjutan 3. Persyaratan

Pemeriksaan berkala
1 (satu) tahun sekali
Pengujian berkal
5 (lima) tahun sekali
hasil pemeriksaan dan pengujian
dilaporkan ke dinas yang membidnagi
pengawasan setempat
sebagai bahan pembinaan dan penegakan hukum

13

Lanjutan 3. Persyaratan

Perlengkapan dan Peralatan tersertifikasi dari


lembaga yan berwenang
LMK atau
lembaga lain yang diakui
Pengawasan norma listrik dilakukan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Sanksi : UU no 1 tahun 1970 dan UU no 13
tahun 2003

14

7
4. Checklist pemeriksaan persyaratan
K3 listrik
templet

15

5. Sumber bahaya listrik


Arus kejut
panas
medan listrik

16

8
Bahaya kejut listrik

t : 1,0 0,8 0,6 0,4 0,3 0,2 (detik


detik))
E: 90 100 110 125 140 200 (Volt)
I : 180 200 250 280 330 400 (mA)
17

6. Bahaya Listrik
Dampak arus listrik bagi tubuh manusia
gagal kerja jantung
gangguan pernafasan
kerusakan sel
terbakar
Tiga Faktor penentu tingkat bahaya listrik
tegangan
arus
tahan

18

9
Keterangan :
Ru1 = Tahanan penghantar
Rki = Tahanan tubuh
Ru2 = Tahanan penghantar
Rk = Tahanan total = Ru1 + Rki +
Ru2

19

Proses Terjadinya Sengatan Listrik


Terdapat dua cara listrik bisa menyengat tubuh
kita, yaitu melalui sentuhan langsung dan tidak
langsung.

20

10
Tiga Faktor Penentu Keseriusan Akibat
Sengatan Listrik
Besar arus listrik
Lintasan aliran arus dalam tubuh
Lama waktu terkena sengatan listrik

21

22

11
7. Sistem pengamanan terhadap bahaya
listrik
Pengamanan terhadap sentuhan langsung
isolasi

23

penghalang
Menggunakan
peralatan
INTERLOCKING

24

12
Pengamanan terhadap
tegangan sentuh (tidak
langsung)
Pentanahan
(Grounding/Earthing)

25

Alat Proteksi
Otomatis
Residual Current
Device (RCD), Earth
Leakage Circuit
Breaker (ELCB) dan
Ground Fault
Circuit Interruptor
(GFCI)

26

13
Pengaman pada
peralatan
portabel
Alat Kelas I dan
Kelas II

27

8. Prosedur Keselamatan Kerja listrik


umum
Hanya orang-orang yang berwenang, dan
berkompeten yang diperbolehkan bekerja pada
atau di sekitar peralatan listrik
Menggunakan peralatan listrik sesuai dengan
prosedur (jangan merusak atau membuat tidak
berfungsinya alat pengaman)
Jangan menggunakan tangga logam untuk bekerja
di daerah instalasi listrik

28

14
lanjutan umum

Pelihara alat dan sistem dengan baik


Menyiapkan langkah-langkah tindakan darurat ketika
terjadi kecelakaan
Prosedur shut-down :
tombol pemutus aliran listrik (emergency off) harus
mudah diraih.
Korban harus dipisahkan dari aliran listrik dengan
cara yang aman sebelum dilakukan pertolongan
pertama.
Hubungi bagian yang berwenang untuk melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan
pertama harus dilakukan oleh orang yang
berkompeten

29

lanjutan 8. prosedur
Khusus
Prosedur
Lockout/Tagout

30

15
9. Bahaya dan pengendalian
Kebakaran dan Peledakan akibat listrik
Penyebab
Kebakaran dan
Peledakan
Ukuran kabel
yang tidak
memadai

31

Penggunaan
adaptor atau
stop kontak
yang salah.

32

16
Instalasi
kontak yang
tidak
memadai

33

Percikan bunga api


pada peralatan
listrik atau ketika
memasukkan dan
mengeluarkan
soket ke stop-
kontak pada
lingkungan kerja
yang berbahaya di
mana terdapat
cairan, gas atau
debu yang mudah
terbakar

34

17
Pengendalian Kebakaran dan peledakan
penggunaan instalasi, perlengkapan dan peralatan
sesuai dengan IP (indeks protection)
perlindungan terhadap masuknya benda padat
perlindungan terhadap masuknya benda cair
perlindungan pada kondisi khusus

35

Tabel Elemen Kode IP

1 2 3 4
Elemen Angka/ Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi) (tanpa Proteksi)
Karakteristi 1 diameter 50 mm belakang telapak
k pertama 2 diameter 12,5 mm tangan
3 diameter 2,5 mm jari
4 diameter 1,0 mm perkakas
5 debu kawat
6 kedap debu kawat
kawat

36

18
Tabel Elemen Kode IP

1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda asing Dari sentuh langsung
cair ke bagian berbahaya
dengan :
Angka 0 (tanpa proteksi)
karakteristrik 1 tetesan air secara vertical
kedua 2 tetesan air miring (150)
3 semprotan air/ butiran halus
4 semprotan air/butiran besar
5 pancaran air
6 pancaran air kuat
7 perendaman sementara
8 perendaman kontinu 37

Tabel Elemen Kode IP


1 2 3 4
Elemen Angka Artinya proteksi untuk Artinya proteksi
/huruf perlengkapan manusia
Kode huruf IP
Dari masuknya benda Dari sentuh
asing padat langsung ke bagian
berbahaya dengan :
Huruf A Belakang telapak
tambahan B tangan
(Opsi) C Jari
D Perkakas
kawat
Informasi suplemen
khusus untuk :
Huruf H Aparat tegangan tinggi
suplemen M Gerakan selama uji air
(Opsi) S Stasioner selama uji air 38
W Kondisi cuaca

19
Simbol-simbol yang
digunakan untuk
berbagai jenis proteksi
menurut
EN 60529.

39

9. Checklist pemeriksaan
keselamatan Kerja listrik
templet

40

20
Quis
sebutkan kewajiban pengurus/pimpinan
perusahan dalams pelaksanaan K3 listrik!
Sebutkan sumber potensi bahaya listrik!
Sebutkan Prosedur keselamatan listrik!

41

Terimakasih

42

21
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.1.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.1.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
1

Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan dan
Peralatan listrik di
Pembangkitan listrik

1
Tujuan perencanaan instalasi
listrik di pembangkitan
1.Mendapatkan tingkat keselamatan dan keamanan
yang maksimal dalam produksi daya listrik
2.Mengetahui demand (kebutuhan) daya listrik

Jenis dan sistem pembangkitan


listrik
Skema/gambar berbagai macam jenis pembangkit
1. PLTA
2. PLTU
3. PLTG
4. PLTS
5. PLTD
6. Genset
7. dll.

2
Teori perhitungan/kesesuaian
kebutuhan daya sistem
pembangkitan
Kapasitas generator = 80% daya yang dibangkitkan

[Kapasitas generator minimal] = [Total daya] x


125%

Penyesuaian kebutuhan daya

1. Analisis kebutuhan daya maksimum berdasarkan


gambar perencanaan
a.Rekapitulasi daya
b.Check name plate/spesifikasi generator
2. Membandingkan kapasitas minimum generator
dengan kebutuhan daya

3
Latihan perhitungan

1.Menampilkan gambar perencanaan


2.Melakukan perhitungan

Persyaratan K3 perencanaan
instalasi listrik pada
pembangkitan
1. Penentuan daerah aman pada area pembangkitan
berdasarkan gambar perencanaan
2. tata letak peralatan, dan perlengkapan dari aspek
lingkungan berbahaya

4
Checklist Persyaratan K3 perencanaan instalasi listrik pada pembangkitan

Teori dasar teknik perencanaan


instalasi listrik pada
pembangkitan
1.Gambar perencanaan instalasi listrik:
a.Simbol-simbol
b.Diagram garis tunggal
c.Gambar instalasi
c. Gambar situasi
2.LOTO
3.Checklist

10

5
Persyaratan K3 peralatan dan
perlengkapan pada dokumen
perencanaan instalasi
pembangkitan
1.PHB
2.Peralatan proteksi
3.Peralatan penyalur
4.Peralatan pengatur

11

Spesifikasi teknis
perlengkapan, peralatan listrik
bersertifikasi pada
pembangkitan
Spesifikasi teknis perlengkapan dan peralatan
listrikberdasarkan dokumen perencanaan
pembangkitan

12

6
Perencanaan sistem proteksi
pada instalasi listrik
pembangkitan
Jenis sistem proteksi pada sistem pembangkitan
1. Reverse power
2. Over current
3. Under voltage
4. Tegangan surja
5. Pembumian
a. Sistem
b. Peralatan
c. Petir

13

Persyaratan administrasi K3

1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan / perijinan)

14

7
Penyusunan laporan hasil
pemeriksaan dokumen
perencanaan
1.Checklist
2.Rekomendasi (formulir laporan dan rekomendasi)

15

8
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.2.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.2.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1

Persyaratan K3 Perencanaan
Instalasi, Perlengkapan dan
Peralatan listrik di Transmisi
listrik

1
Tujuan perencanaan instalasi
listrik di Transmisi listrik
Diharapkan agar melalui perencanaan
instalasi perlengkapan dan peralatan
listrik di Transmisi listrik Calon
Pengawas/ahli K3 Listrik Mampu
memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik .
3

SKEMA PENYALURAN LISTRIK

2
Ruang Lingkup Sistem TransmisiTenaga
Listrik
PLTG
GARDU INDUK
STEP UP
UNIT
PENGATUR
SALURAN TRANSMISI DISTRIBUSI

INDUSTRI BESAR
GARDU INDUK
70 kV

PLTD
GARDU INDUK
150 kV SALURAN TRANSMISI

JARINGAN M / TR

INDUSTRI MENENGAH
/ KECIL

SEKOLAH / PERGURUAN TINGGI PERUMAHAN


KANTOR / PERTOKOAN

Pusat Pembangkit

Industri Besar
Pusat Pembangkit
Saluran Transmisi Saluran Transmisi
Tenaga Listrik Gardu Induk

Jaringan Instalasi Trafo Distribusi


Industri Sedang Teg.Menengah
PJU

Mall Industri Kecil


Jaringan Tegangan
6
Rumah Tangga Rendah 220 V

3
Ruang lingkup

Skema/gambar Transmisi listrik

1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)

4
1.1. PENGERTIAN UMUM

Secara etimologis yang dimaksud transmisi adalah pengiriman; jaringan


atau penyaluran. Sedangkan penyaluran dapat diartikan : proses;
perbuatan; cara menyalurkan.

Dalam konteks pembahasan ini, yang dimaksud transmisi (penyaluran) adalah


penyaluran energi listrik, sehingga mempunyai maksud : proses dan cara
menyalurkan energi listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, misalnya :
Dari pembangkit listrik ke gardu induk.
Dari satu gardu induk ke gardu induk lainnya.
Dari gardu induk ke jaring tegangan menengah dan gardu distribusi.
Dari jaring distribusi tegangan menengah ke jaring tegangan rendah dan
instalasi pemanfaatan.

Lebih spesisifik lagi dalam pembahasan ini akan difokuskan pada Transmisi
Tegangan Tinggi atau Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) yang ada
di Indonesia.

Pembahasannya bersifat praktis sesuai pengalaman dan pelaksanaan pekerjaan


di lapangan, dengan harapan para profesionalis di bidang pemasangan
(konstruktor) instalasi listrik akan lebih mudah dalam mempelajari dan
memahaminya. 9

1.2. FUNGSI TRANSMISI

Sebagaimana disebutkan dimuka bahwa transmisi tenaga listrik benfungsi untuk


menyalurkan energi listrik dari suatu tempat ke tempat lainnya.

Sedangkan transmisi tegangan tinggi, adalah :


Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya.
Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui
isolator-isolator, dengan sistem tegangan tinggi.
Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV
dan 150 KV.

Beberapa hal yang perlu diketahui :


Transmisi 30 KV dan 70 KV yang ada di Indonesia, secara berangsur-angsur
mulai ditiadakan (tidak digunakan).
Transmisi 70 KV dan 150 KV ada di Pulau Jawa dan Pulau lainnya di
Indonesia. Sedangkan transmisi 275 KV dikembangkan di Sumatera.
Transmisi 500 KV ada di Pulau Jawa.
10

5
1.3. JENIS TRANSMISI BERDASARKAN KUALIFIKASI TEGANGAN

Selama ini ada pemahaman dari para profesionalis ketenagalistrikan, bahwa


yang dimaksud transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dengan
menggunakan tegangan tinggi.

Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan melalui saluran udara (over
head line).

Sebenarnya transmisi adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke
tempat lainnya, yang besaran tegangannya adalah tegangan ultra tinggi (UHV),
tegangan ekstra tinggi (EHV), tegangan tinggi (HV), tegangan menengah (MHV),
dan tegangan rendah (LV).

Di Indonesia, kosntruksi transmisi terdiri dari :


Menggunakan kabel udara dan kabel tanah, untuk tegangan rendah,
tegangan menengah dan tegangan tinggi.
Menggunakan kabel udara untuk tegangan ekstra tinggi.

Berikut ini disampaikan pembahasan tentang transmisi ditinjau dari kualifikasi


tegangannya : 11

1.3.1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET)


200 KV 500 KV
Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas
500 MW.

Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat direduksi
secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan efisien.

Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah : konstruksi tiang (tower)


yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas, memerlukan isolator
yang banyak, sehingga pembangunannya membutuhkan biaya yang besar.

Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET, adalah masalah sosial
yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain :
Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET.
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi.
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET.
Dan lain sebagainya.

Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai dengan
500 km. 12

6
Saluran Udara Tegangan
Tinggi (SUTT)
1. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran
Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah
sarana instalasi tenaga listrik diatas tanah untuk
menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke
Gardu Induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya (antar
GI).
2. SUTT/SUTET terdiri dari kawat/konduktor yang
direntangkan antara tiang-tiang melalui isolator
isolator dengan sistem tegangan tinggi (30 kV, 70
kV, 150 kV dan 500 kV).

13

SISTEM INTERKONEKSI :

Sistem interkoneksi kelistrikan merupakan


sistem terintegrasinya seluruh pusat pembangkit
menjadi satu sistem pengendalian.Diperoleh suatu
keharmonisan antara pembangunan stasiun
pembangkit dengan saluran transmisi dan saluran
disribusi agar bisa menyalurkan daya dari stasiun
pembangkit ke pusat beban secara ekonomis,
efesien, dan optimum dengan keandalan yang
tinggi

14

7
Keuntungan sistem interkoneksi, antara lain
bisa memperbaiki dan mempertahankan
keandalan sistem, harga operasional relatif
rendah sehingga menjadikan harga listrik per
KWH yang diproduksi lebih murah. Hal ini
dengan asumsi bahwa pembangunan
pembangkit dengan kapasitas yang besar akan
menekan harga listrik.

15

Prinsip Dasar Sistem


Interkoneksi :
Jika suatu daerah memerlukan beban listrik yang lebih
besar dari kapasitas bebannya maka daerah itu perlu
beban tambahan yang harus disuplai dari 2 stasiun
yang jaraknya cukup jauh. Agar diperoleh sistem
penyaluran tenaga listrik yang baik, diperlukan sistem
interkoneksi. Dengan interkoneksi dimungkinkan tidak
terjadi pembebanan lebih pada salah satu stasiun dan
kebutuhan beban bisa disuplai dari kedua stasiun
secara seimbang

16

8
Sistem Interkoneksi Jawa-
Bali :
Di Pulau Jawa, saat ini telah dibangun
beberapa pusat pembangkit tenaga listrik dalam
skala besar, antara lain PLTU Suralaya, PLTA
Saguling, PLTA Cirata, dan PLTA Paiton.

17

Untuk menyalurkan sumber daya listrik tersebut ke


beban-beban di seluruh Jawa dan Bali maka diperlukan
sistem interkoneksi. Tujuan sistem ini untuk menjadikan
sistem kelistrikan di seluruh Jawa dan Bali yang semula
terpisah-pisah, menjadi satu sistem tunggal yang saling
tersambung (interconnected). Dengan demikian di Pulau
Jawa dan Bali terdapat sistem kelistrikan tunggal dan
terpadu (integrated power system), dengan transmisi
bertegangan ekstra tinggi, yaitu 500 KV sebagai jaringan
utamanya

18

9
Sistem interkoneksi se-Jawa dan Bali dibangun menara-
menara listrik sebagai jalur transmisi tegangan ekstra tinggi
500 KV, mulai dari PLTU Suralaya, PLTA Saguling, PLTA
Cirata, PLTU Paiton ke pusat pengatur beban (PPB) di
Gandul (Jakarta). Pusat-pusat pembangkit besar dari
beberapa wilayah di Jawa, seperti Suralaya, Saguling,
Paiton, dan Cirata, saling dihubungkan melalui stasiun atau
gardu-gardu induk. Jika kebutuhan daya dari wilayah
tertentu tidak bisa dipenuhi oleh pembangkit setempat,
maka bisa dibantu dengan suplai dari berbagai stasiun
yang terhubung. Demikian pula jika terjadi kelebihan catu
daya, pusat pembangkit bisa mengirimkannya ke wilayah-
wilayah lain yang tersambung dalam sistem interkoneksi.

19

1.3.2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV 150 KV

Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.

Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1 sirkuit
terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netral digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.

Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-
masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan
berkas konduktor disebut Bundle Conductor.

Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.

Jika jarak transmisi lebih dari 100 km, maka tegangan jatuh (drop voltage)
terlalu besar, sehingga tegangan ini di ujung transmisi menjadi rendah.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka sistem transmisi dihubungkan secara ring
system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa dan
akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.
20

10
1.3.3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV 150 KV

SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di Pulau JAwa),


dengan beberapa pertimbangan :
Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
Untuk ROW juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari masyarakat, karena
padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
Pertimbangan keamanan dan estetika.
Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

Jenis kabel yang digunakan :


Kabel yang berisolasi (berbahan) poly etheline atau kabel jenis Cross Link
Poly Etheline (XLPE).
Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil
paper impregnated).

Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan :


Single core dengan penampang 240 mm2 300 mm2 tiap core.
Three core dengan penampang 240 mm2 800 mm2 tiap core.
Pertimbangan fabrikasi.
Pertimbangan pemasangan di lapangan. 21

Lanjutan 1.3.3.

Kelemahan SKTT :
Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.
Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum Gas,
Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.

Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter. Untuk
desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat tanpa
sambungan sesuai kebutuhan.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine Cable)
dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu :
Sub marine cable 150 KV Gresik Tajungan (Jawa Madura).
Sub marine cable 150 KV Ketapang Gilimanuk (Jawa Bali).

Beberapa hal yang perlu diketahui :


Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.
Direncanakan akan didibangun sub nmarine cable Jawa Sumatera.
Untuk Jawa Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang dipasang
(diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
22

11
1.3.4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV 30 KV

Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20 KV.


Secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan dan saat ini hampir
semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.

Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan distribusi
yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder), SUTM, Gardu
Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan (Pelanggan/ Konsumen).

Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya


hanya pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika transmisi
lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay pengaman tidak
bisa bekerja secara selektif.

Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan likuiditas,


kondisi geografis, dan lain-lain), transmisi SUTM di Indonesia disalurkan jauh
melebihi kondisi ideal di atas.
23

1.3.5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV 20 KV

Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di dalam tanah.

Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM, adalah :


Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.
Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota
dan pemukiman padat.
Pertimbangan segi estetika.

Beberapa hal yang perlu diketahui :


Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga
kabel yang jauh lebih mahal dibandimg penghantar udara dan dalam
pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan
banyak pihak.
Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering menimbulkan
masalah, khususnya terjadinya kamacetan lalu lintas.
Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM terpasang di wilayah PT.
PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.
Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit
dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM. 24

12
1.3.6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR)
40 VOLT 1000 VOLT

Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan
distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan listrik
tegangan rendah konsumen.

Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh :


Susut tegangan yang disyaratkan.
Luas penghantar jaringan.
Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).
Di Indonesia (PLN), susut tegangan yang diijinkan adalah + 5 % dan
10 %, dengan radius pelayanan berkisar 350 meter.

Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low Voltage
Twisted Cable (LVTC).
25

1.3.7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR)


40 VOLT 1000 VOLT

Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama dengan
transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam didalam di dalam
tanah.

Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi jarak aman/ ruang bebas (ROW)
tidak ada masalah, karena SUTR menggunakan penghantar berisolasi.
Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan :
Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya : karena
menggunakan transmisi SKTM.
Faktor estetika.

Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang di daerah perkotaan,


terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan dan membutuhkan aspek
estetika.

Dibanding transmisi SUTR, transmisi SKTR memiliki beberapa kelemahan, antara


lain :
Biaya investasi mahal.
Pada saat pembangunan sering menimbulkan masalah.
Jika terjadi gangguan, perbaikan lebih sulit dan memerlukan waktu relatif
lama untuk perbaikannya. 26

13
1.4. PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN TRANSMISI TEGANGAN
TINGGI

Adanya pertambahan dan pertumbuhan beban pada instalasi pemanfaatan.


Karena pembangkit tenaga listrik pada umumnya lokasinya jauh dari pusat-pusat
beban, sehingga untuk menyalurkan energi listrik harus dibangun transmisi
tegangan tinggi.
Pemilihan transmisi SUTT mempertimbangkan beberapa hal, antara lain :
Biaya investasi (biaya pembagunan) jauh lebih murah jika dibanding
transmisi SKTT.
Untuk penyaluran yang jaraknya jauh, SUTT lebih mudah, lebih cepat dan
lebih praktis dalam pelaksanaan pembangunannya.
Koordinasi pada saat pelaksanaan pembangunan, lebih mudah, dan tidak
melibatkan banyak pihak jika dibandingkan dengan SKTT.
Pada saat beroperasi, jika terjadi gangguan mudah dalam perbaikannya.
Route SUTT bisa melewati berbagai kondisi geografis, misal : dataran
rendah (tanah rata), pegunungan, sungai, persawahan, perbukitan, dan lain-
lain.
Untuk di Pulau JAwa, transmisi SUTT 150 KV telah terpasang secara terintegrasi
melalui sistem interkoneksi (interconnection system). Sedangkan di Pulau
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi sedang dikembangkan menjadi sistem
interkoneksi. 27

1.5. KETENTUAN JARAK AMAN/ RUANG BEBAS (ROW)

Transmisi tenaga listrik yang bertegangan tinggi (SUTET, SUTT, SKTT, SKLTT),
memiliki resiko tinggi terhadap keamanan dan kesehatan lingkungan, terutama
menyangkut masalah besarnya tegangan dan pengaruh medan listrik yang
ditimbulkannya.

Satu hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi, adalah ketentuan jarak
aman/ ruang bebas (ROW) pada daerah yang dilalui oleh jalur transmisi
tegangan tinggi.

Dengan terpenuhinya jarak/ aman / ruang bebas (ROW) di sepanjang jalur


transmisi tegangan tinggi, maka :
Keamanan dan kesehatan lingkungan dapat terpenuhi dengan baik.
Dampak secara teknik, keamanan, kesehatan dan sosial, dapat diterima oleh
masyarakat.

Pada jalur SUTT yang lama pada umumnya sepanjang jalur SUTT tidak boleh
didirikan bangunan. Tetapi saat ini di sepanjang jalur SUTT banyak didirikan
bangunan, dengan pertimbangan selama jarak aman/ ruang bebas (ROW)
dipenuhi, maka keselamatan dan kesehatan lingkungan akan terpenuhi pula.
28

14
Lanjutan 1.5.

Jarak aman/ ruang bebas (ROW) pada


SUTT 150 KV.

29

Lanjutan 1.5.

Jarak aman/ ruang bebas (ROW)


pada SUTET 500 KV.
30

15
Lanjutan 1.5.

.
Jarak aman/ ruang bebas (ROW)
pada SUTT 150 KV yang
melintasi sungai dan berada
pada daerah muara sungai

31

2.1. PONDASI TOWER (TIANG)

Berfungsi untuk menyangga tower atau sebagai tapak (kaki) tower.


Dalam satu route map SUTT, jenis dan konstruksi pondasi terdiri dari beberapa
type. Hal ini disebabkan adanya beberapa pertimbangan yang dijadikan acuan
dalam menentukan type pondasi SUTT, sehingga muncul beberapa type pondasi.

Pertimbangan dalam menentukan pondasi tower :


Route map yang akan dilalui jalur SUTT.
Posisi pondasi tower, apakah pada posisi suspension, tension atau dead end.
Untuk tension masih memperhitungkan besar kecilnya sudut belokan.
Kondisi tanah yang akan ditempati pondasi, misal : tanah normal, tanah
berlumpur (sawah atau rawa), tanah berpasir, tanah berbatu, posisi tanah
tebing/ miring, dan lain sebagainya.
Besar kecilnya (berat) tower yang akan dipasang pada pondasi.
Pertimbangan harga tanah, aspek sosial, dan lain-lain.
Catatan :
Besar kecilnya pondasi menyesuaikan tower yang akan dipasang.
Masing-masing pabrikan tower memiliki desain dan spesifikasi yang
berbeda-beda.
Pada saat ini tower SUTT telah diproduksi di dalam negeri.
32

16
Lanjutan 2.1.

Type pondasi :
Kode pengenal (notasi huruf) pada type pondasi terdiri dari beberapa macam.
Pada umumnya kode pengenal pondasi adalah : Aa, Bb, Cc, Dd, DrD, AA, AA,
CC, DRD, BN, BS, BT, dan lain-lain.

Konstruksi pondasi :
Untuk menentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang, harus terlebih
dahulu dilakukan pengecekan (pengujian) kondisi tanah setempat, untuk
mengetahui kemampuan sigma tanah yang akan ditempati pondasi dan
tower.
Dengan mengetahui kemampuan sigma tanah (daya dukung tanah),
baru bisa ditentukan konstruksi pondasi yang akan dipasang.
Dengan mempertimbangkan kondisi sigma tanah, beberapa jenis pondasi
SUTT, antara lain : Pondasi Normal (Normal Foundation), Bump Pile, Mikro
Pile, Staruss Pile, Injection Micro Pile, Cakar Ayam, Bor Pile.

Untuk desain konstruksi pondasi jenis tertentu, terkadang PLN harus membayar
royalty fee kepada pemegang patent, yang nilainya berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak.
33

2.2. TEMBOK/ PASANGAN BETON/ PASANGAN BATU KALI PENAHAN


TAPAK TOWER

Route SUTT yang jauh dan melihat kondisi geografis di Indonesia pada
umumnya, menjadikan pondasi dan letak tower berada pada kondisi tanah yang
bermacam-macam jenis.

Untuk pondasi tower yang terletak (berada) pada pondasi dan kondisi tertentu,
maka harus dipasang (dibangun) tembok/ pasangan beton/ pasangan batu kali
yang berfungsi untuk menahan pondasi tower.

Tembok/pasangan beton/ pasangan batu kali tersebut dipasang pada dan


bertujuan :
Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di tebing (posisi tanah miring), untuk
menghindari timbulnya tanah longsor.
Posisi dan kondisi pondasi yang terletak di sawah, tambak, rawa-rawa dan
tempat berpasir, untuk menghindari terjadinya pengikisan tanah pada tapak
tower dan agar tanah tidak lembek, maka harus dipasang tembok keliling
pada batas tanah milik PLN.
34

17
2.3. PATOK TANDA BATAS TANAH

Untuk memberikan tanda dan untuk menghindari terjadinya penyerobotan tanah


milik PLN, maka pada tiap lokasi tower PLN dipasang patok tanda batas tanah.

Patok tanda batas tanah ini terbuat dari beton bertulang yang di atasnya ditulisi
PLN dan dipasang diempat sudut batas tanah.

Patok tanda batas tanah ini dipasang pada tiang SUTT yang berbentuk tower,
sedangkan yang berbentuk Single Pole biasanya tidak dipasang patok tanda
batas tanah.

Pemasangan patok tanda batas tanah mengikuti luas tanah PLN, biasanya ukuran
8 m x 8 m, 10 m x 10 m, 12 m x 12 m, 14 m x 14 m, dan seterusnya, mengikuti
besar kecilnya tower.

Tanah yang berada pada patok tanda batas tanah diurug dan diratakan, pada
umumnya levelnya lebih tinggi dari tanah yang ada di sekitarnya.
35

2.4. TOWER (TIANG) DAN PERLENGKAPANNYA

Berfungsi sebagai penyangga kawat (konduktor/ penghantar) yang direntangkan


antara tower-tower (tiang-tiang) pada jalur transmisi melalui isolator-isolator.

Beberapa jenis tower dan fungsinya :


Tower penyangga (Suspension Tower) berfungsi utnuk mendukung
(menyangga) penghantar SUTT beserta Accesoriiesnya, sehingga harus kuat
menahan gaya berat dari peralatan listrik yang ada pada tower tersebut.
Tower ini berada pada posisi jalur lurus sampai dengan sudut 2 Derajat.
Tower penegang atau peregang (Tension Tower), berfungsi untuk menahan
gaya berat dan tarik dari dua arah dari penghantar SUTT. Tower ini berada
pada posisi jalur lurus SUTT (di tengah atau diantara beberapa tower).
Tower Sudut ( Angle Tower), disebut juga Tower Penegang, berfungsi
menerima gaya tarik akibat dari perubahan arah SUTT. Tower ini terletak
pada belokan route map jaringan transmisi SUTT.
Tower Akhir (Dead and Tower), berfungsi sebagai penegang dan terletak
pada posisi paling akhir dari jaringan transmisi SUTT (terletak di dekat switch
yard Gardu Induk). Tower ini hanya menahan gaya tarik penghantar SUTT
dari satu arah saja.
36

18
Lanjutan 2.4.

3. Bagian-bagian Tower :
Stub (Kerangka Tower),
adalah kerangka utama tower,
yang berfungsi untuk
menopang komponen listrik
SUTT.
Silang-silang, berfungsi
sebagai penguat rangka tiang
(diagonal tiang).
Travers, berfungsi sebagai
tempat dudukan isolator dan
tempat pemasangan kawat
tanah (ground wire)

Perlengkapan lain tower :


Number Plate, adalah
menunjukkan nomor tower
dan urutan fasanya.
Danger Plate atau plat tanda
bahaya.
Tower dan perlengkapannya Penghalang panjat.
Step bolt. 37

Baut Panjat (step bolt) Penghalang


Panjat

38

19
Lanjutan 2.4.

Bentuk dan Konstruksi Tiang SUTT :


Konstruksi baja :
Terbuat dari baja profil atau besi siku,
disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu menara (tower), yang
kekuatannya disesuaikan dengan
kebutuhan.
Konstruksi jenis inilah yang banyak
digunakan di Indonesia.
Konstruksi Manesman:
Terbuat dari pipa baja. Konstruksi
jenis ini digunakan di Indonesia
hanya di daerah perkotaan yang
tidak memungkinkan dipasang
menara (tower).
Jarak efektif antara tiang adalah 20
meter sampai dengan 40 meter.
Jarak andongan terendah dengan
tanah dan bangunan adalah 7
Konstruksi baja tiang SUTT berupa meter.
menara
Pada konstruksi jenis ini untuk posisi
tiang tertentu (tiang penegang, tiang
sudut, tiang awal/akhir), dilengkapi
dengan Guy Wire yang berbentuk
tarik (Line Guy) atau tekan (Pole
Brace)
39

Lanjutan 2.4.

Konstruksi Kayu : :
Terbuat dari kayu ulin dan
kayu besi, yang mempunyai
kekuatan dan umur yang baik
dan tidak perlu melalui proses
pengawetan.
Jenis ini jarang digunakan di
Indonesia, apalagi saat ini
untuk memperoleh kayu
sangat sulit dan bisa-
bisa lebih mahal jika
dibandingkan menggunakan
konstruksi jenis lainnya.

Konstruksi Tiang Beton (Concrete


Pole) :
Terbuat dari beton bertulang
Konstruksi Manesman Tiang SUTT yang berongga di dalamnya.
Konstruksi jenis ini digunakan
di kota-kota besar di
Indonesia, karena tidak
memungkinkan dipasang tiang
bentuk menara. 40

20
Lanjutan 2.4.

Konstruksi Tiang Beton dan Tiang Kayu SUTT


41

2.5. KOMPONEN SIPIL PADA SKTT

Berbeda dengan komponen sipil pada SUTT, maka


komponen sipil pada SKTT lebih sederhana, karena tidak
memerlukan pondasi.

Beberapa komponen sipil pada SKTT, antara lain :


Pasir urug.
Lempengan beton pengaman.
Patok tanda SKTT.
Konstruksi jembatan kabel (apabila melewati
sungai).

42

21
3.1. KONDUKTOR DAN PERLENGKAPANNYA

Berfungsi untuk menyalurkan arus listrik dari satu tempat ke tempat lainnya.
Jenis kawat yang digunakan :
Kawat tembaga (Cu). Saat ini sudah jarang digunakan, karena harganya yang
mahal.
Kawat ACSR (Alluminium Conductor Steel Reinforce) :
Jenis inilah yang saat ini banyak diginakan di Indonesia.
Saat ini dikembangkan penggunaan T-ACSR (Thermal-Alluminium Steel
Reinforce), yang memiliki kemampuan hantar arus (KHA) kurang lebih 1,7
kali KHA ACSR.
Pertimbangan lain penggunaan ACSR/T-ACSR, selain memenuhi
ketentuan standard teknik, juga memiliki kemampuan (kekuatan) mekanik
yang lebih baik jika dibanding konduktor lai, misal : AAC, AAAC.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Jika arus listrik mengalir pada penghantar, maka akan menimbulkan panas
pada penghantar dan akan menyebabkan terjadinya pemuaian pada
penghantar, yang pada akhirnya akan menyebabkan timbulnya penurunan
andongan (lendutan).
Konsdisi tersebut perlu adanya ketentuan standard suhu operasi maksimum
penghantar yang diijinkan.
PLN menetapkan ketentuan suhu operasi maksimum penghantar SUTT
sebesar 750 C. 43

Lanjutan 3.1.

Beberapa material yang termasuk


lengkapan (Accessories) konduktor :
Batang pelindung (Armor Rod),
berfungsi untuk melindungi dan
penguatan konduktor dari
kemungkinan timbulnya kerusakan
Jenis Konduktor ACSR akibat gesekan penjepit, yang
diakibatkan getaran karena angin.
Peredam (Dumper) :
Berfungsi untuk mengurangi
getaran-getaran pada
penghantar SUTT
maupun pada ground wire,
karena angin dan lain-lain.
Ditempatkan berdekatan dengan
GamBatang Pelindung (Armor Rod) klem penjepit (Tension Clamp/
Suspension Clamp). 44

22
Lanjutan 3.1.

Penyambung penghantar (Joint


Sleeve) :
Berfungsi untuk menyambung
penghantar.
Joint sleeve harus mempunyai
konduktifitas yang baik dan
kekuatan mekanis yang tinggi.
Joint sleeve yang digunakan
Peredam (Dumper) untuk menyambung konduktor
ACSR, terdiri dari dua bagian,
yaitu : bagian dalam untuk
sambungan steel dan bagian luar
untuk sambungan alluminium.
Joint sleeve juga disebut Mid
Span Joint, yang sistem
penyambungannya adalah
sistem tekan
(Compression Joint).
Dengan sistem ini akan
Penyambung Penghantar menghasilkan batang pasip,
sehingga secara mekanis maupun
elektris memenuhi karakteristik45
penghantar SUTT.

Lanjutan 3.1.

Repair Sleeve :
Berfungsi sebagai pembungkus/
mereparasi/memperbaiki penghantar yang urat-uratnya
rusak (putus).
Terdiri dari dua bagian, yang pertama sebagai penutup
sebagian besar konduktor dan bagian kedua penutup kecil,
yang disambungkan ke bagian pertama.
Setelah terpasang , selanjutnya diproses, sehingga akan
berbentuk segi enam.

Paralel Groove Clamp (PG Clamp) :


Berfungsi untuk menghubungkan (penyambung) kawat
penghantar pada posisi tower tension.
Kedua ujung kawat penghantar dari klem penegang yang
lain, dihubungkan melalui Jumper Support Insulator.

46

23
Lanjutan 3.1.

Perentang (Spacer) :
Berfungsi sebagai pengatur jarak
(pemisah) dua atau lebih
konduktor pada tiap-tiap
phasa SUTT.
Tujuannya adalah untuk menjaga
agar jarak antara konduktor
dengan konduktor dalam satu
phasa tidak berubah dan tidak
bertumbukan, karena adanya
gaya elektromekanik atau angin.

Perentang (Spacer)
47

3.2. INSULATOR STRINGS & FITTING

Yang dimaksud Insulator Strings


dan Fitting, adalah rangkaian
isolator dan perlengkapannya,
antara lain : Isolator, Tension
Clamp, Suspension Clamp, U Blot,
Anchor Sackle, Horn Holder,
Yoke, Ball Clevis, Arching Horn,
Clevis Eye dan Socket Clevis.
Isoalator :
Isolator Piring (Isolator Gantung) Berfungsi sebagai isolasi
antara konduktor dengan
tiang (tower).
Pada umumnya terbuat dari
porselin atau kasa.
Isolator yang digunakan pada
SUTT :
Isolator Gantung (lihat
gambar 16).
Isolator Tonggak Saluran
Isolator Tonggak Saluran
Horizontal
Isolator Tonggak Saluran Vertikal
48

24
Lanjutan 3.2.

Klem Penegang ( Tension


Clamp) :
Berfungsi untuk penjepit
(pengikat) penghantar phasa
pada tower tension (tower
penegang).
Pada SUTT umumnya
digunakan jenis klem
penegang :
Jenis mur baut atau bolt &
nut
Isolator Tonggak Saluran Horizontal Jenis press atau
Compression Type
Umumnya bahannya terbuat
dari campuran alluminium
atau tembaga, tergantung
dari jenis penghantar yang
digunakan.
Pada saat ini Klem Penegang
yang terbuat dari campuran
tembaga jarang digunakan,
karena penghantar tembaga
tidak digunakan lagi pada
Klem Penegang (Tension Clamp) SUTT.
dengan Mur Baut 49

Lanjutan 3.2.

Klem penyangga (Suspension Clamp) :


Berfungsi untuk penjepit (penegang)
penghantar pada isolator gantung
yang terdapat pada tiang penyangga.
Pada klem penyangga biasanya
dilengkapi dengan batang pelindung
(Armor Wire), yang tujuannya adalah
Klem Penengang (Tension mencegah rusaknya (cacat)
Clamp) type Press penghantar yang diakibatkan tekanan
klem dan getaran penghantar akibat
angin.

Klem Jembatan (Paralel Groove Clamp) :


Berfungsi sebagai penghubung
(penyambung/ penggandeng) kedua
ujung penghantar dari klem penegang
satu dengan klem penegang.
Klem Penyangga (Suspension Dipasang pada tower penegang.
Clamp) 50

25
Lanjutan 3.2.

Accesories lain yang melengkapi isolator gantung, adalah :


Tanduk busur (Arcing Horn), yang berfungsi untuk melindungi isolator dari
tegangan surja.
Cincin Perisai (Grading Ring), berfungsi untuk meratakan
(mendistribusikan) medan listrik dan distribusi tegangan yang terjadi pada
isolator.

U Bolt :
Berfungsi sebagai penghubung antara insulator strings dengan ujung travers
tower tempat insulator strings digantungkan (dicantolkan).

Jumlah jenis dan type isolator tiap rangkaian, tergantung pada spesifikasi SUTT
dan juga kondisi jalur yang dilalui (route map) SUTT, misal : daerah yang kondisi
udaranya normal, daerah yang mengandung polusi kimia tinggi, daerah yang
udaranya mengandung garam (asin), dan lain-lain.

Untuk daerah yang kondisi udaranya baik (tidak mengandung polusi kimia dan
asin), digunakan Isolator Type Normal. Sedangkan untuk daerah yang udaranya
berpolusi tinggi, digunakan Isolator Type Fog (Fog Type Insulator).
51

3.3. KOMPONEN PENGAMAN (PERLINDUNGAN)

Komponen pengaman (perlindungan) pada transmisi tegangan tinggi (SUTT),


memiliki fungsi penting sebagai pengaman (perlindungan) SUTT secara
menyeluruh.

Komponen pengaman (perlindungan) pada SUTT, antara lain :


Kawat Tanah (Ground Wire) dan perlengkapannya.
Pentanahan tiang.
Jaringan pengaman (Safety Net).
Bola pengaman (Balistor).

Untuk kawat tanah (ground wire) dan pentanahan tiang, dipasang di sepanjang
jalur SUTT.

Untuk jaringan pengaman (Safety Net) dan bola pengaman dipasang pada
tempat-tempat tertentu jalur SUTT, sesuai kondisi dan kebutuhan setempat.
52

26
3.3.1. KAWAT TANAH (GROUND WIRE) DAN PERLENGKAPANNYA

Adalah kawat pentanahan (grounding) yang berfungsi untuk mengetanahkan


arus listrik saat terjadinya gangguan (sambaran) petir secara langsung.
Pada umumnya ground wire
terbuat dari kawat baja (steel
wire) dengan kekuatan St 35 atau
St 50, tergantung dari spesifikasi
yang ditentukan oleh PLN.

Accesories Ground Wire : Joint


Sleeve, Dumper, Jumper Clamp,
Tension Clamp, Suspension
Clamp dan PG Clamp.

Accesories ground wire yang


memiliki nama/ jenis yang sama
dengan accesories penghantar,
memiliki fungsi yang sama
dengan accesories penghantar
tersebut.
Pemasangan Ground Wire
pada Tower
Jumlah ground wire pada SUTT,
ada yang satu atau dua,
tergantung dari pucuk tower. 53

3.3.2. PENTANAHAN TIANG

Pentanahan tiang dipasang pada


masing-masing tower di
sepanjang jalur SUTT.

Fungsi pentanahan tiang :


Untuk menyalurkan arus listrik
dari kawat tanah (ground wire)
akibat terjadinya sambaran petir.

Pentanahan tiang terdiri dari


kawat tembaga atau kawat baja
yang di klem pada pipa
pentanahan dan ditanam di dekat
pondasi tower (tiang) SUTT.

Pemasangan pentanahan tiang


dilakukan setelah pemasangan
Stub Tower dan sebelum
pembesian/ pengecoran pondasi,
Pentanahan Tiang karena pentanahan tiang ini ada
dalam pondasi.
54

27
3.3.3. JARING PENGAMAN (SAFETY NET)

Berfungsi untuk pengaman SUTT


dari gangguan yang dapat
membahayakan SUTT tersebut
dari lalu lintas yang berada di
bawah SUTT yang tingginya
melebihi tinggi yang diijinkan.

Fungsi lainnya adalah untuk


menjaga kemungkinan putusnya
penghantar SUTT, sehingga tidak
membahayakan lalu lintas yang
melewati persilangan dengan
SUTT tersebut.

Pada umumnya jaring pengaman


dipasang di perlintasan
(persilangan) jalan umum dengan
jalur SUTT.

Jaring Pengaman(Safety Net)

55

3.3.4. BOLA PENGAMAN (BALISTOR)

Dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman


lalu lintas udara.

Pada umumnya dipasang pada kawat tanah


(Ground Wire) di daerah yang banyak dilewati
lalu lintas udara atau di dekat bandar udara
(Bandara).

Untuk pengaman pada malam hari, digunakan


Balistor yang dipasang pada kawat phasa dan
bekerja atas dasar drop tegangan yang dapat
menyalakan ion pendar seperti lampu neon
(lampu TL) dengan warna kuning.
56

28
4.1. KABEL TANAH

Pada umumnya jenis kabel yang


digunakan adalah Kabel Oil
Impregnating Paper Failed.

Kabel ini adalah sejenis kabel


minyak, yang isolasinya terdiri dari
unsur minyak yang meng-
impregnating kertas isolasi untuk
membungkus konduktor, sehingga
mampu mengisolasi terhadap
tegangan kerja sistem.

Penggunaan isolasi jenis ini karena


dianggap relatip cukup baik, sebab
isolasi cukup tipis dan mempunyai
Kabel Minyak 150 KV kekuatan secara elektris dan
mekanis yang cukup baik.
57

4.2. SAMBUNGAN (JOINTING)

Sambungan Langsung :
Konstruksi sambungan ini cukup
sederhana, tidak menggunakan
teknologi tinggi (konvensional),
tetapi mempunyai kekuatan dan
keandalan yang baik.

Penampang Sambungan Sambungan Terpisah (Stop Joint) :


Langsung Kabel Minyak 150 KV Konstruksi sambungan ini
terbagi menjadi dua, yang
masing-masing minyak sisi
sebelah kiri dan kanan tidak
saling bertemu.
Jika terjadi kebocoran minyak,
konstruksi jenis ini lebih mudah
dalam mencari letak kebocoran,
terutama jika SKTT terbagi
Stop Joint Terpisah Kabel Minyak menjadi beberapa seksi dari
150 KV panjang kabel yang kurang lebih
300 meter. 58

29
4.3. PROSES PENGISIAN MINYAK

Proses pengisian :
Sepanjang seksi kabel harus
terlebih dahulu di vacum.
Treatment minyak kabel.
Memasukkan minyak.

Perbedaan level permukaan tanah


akan menimbulkan perbedaan
tekanan di salah satu sisi kabel,
dimana tekanan normal adalah 1,2
bar.

Karena perbedaan level, maka pada


bagian kabel yang rendah akan
mempunyai tekanan lebih tinggi,
Proses Vacum Stop Joint, setelah yang disebabkan unsur berat
selesai di Installing minyak tersebut.
59

5.1. PERSIAPAN PEKERJAAN

Pengecekan terhadap semua route SUTT, terutama pada lokasi tanah yang akan
ditempati masing-masing pondasi tower.
Catatan : Bisa terjadi bahwa patok tanda tempat tapak tower dipindah oleh
pihak tertentu, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan timbul
masalah, misalnya : masalah ganti rugi dan masalah teknis.

Inventarisasi pohon/ tanaman/ bangunan yang akan ditempati tapak tower, di


sekeliling tapak tower jalan masuk menuju tapak tower, karena :
Untuk pelaksanaan pekerjaan pondasi dibutuhkan tempat yang lebih luas dari
tanah yang akan ditempati tapak tower. Jika pada tanah ini terdapat pohon/
tanaman/bangunan, maka perlu dirundingkan masalah ganti ruginya.
Jika diperlukan jalan masuk menuju tapak tower dan kemungkinan akan
merusak pohon/ tanaman/ bangunan, maka perlu dirundingkan masalah ganti
ruginya.
Meskipun pada tanah tapak tower sudah dibeli oleh PLN, ada kemungkinan
pihak bekas pemilik tanah masih meminta ganti rugi pohon/ tanamn,
sehingga perlu dirundingkan penyelesaiannya, agar tidak timbul masalah
pada saat pelaksanaan pekerjaan.
60

30
Lanjutan 5.1.

Persiapan administrasi (surat menyurat), administrasi keuangan dan administrasi


teknik :
Surat menyurat dan pengurusan ijin-ijin untuk keperluan koordinasi dengan
pihak-pihak terkait.
Menyimpan petunjuk-petunjuk dan gambar-gambar pelaksanaan.
Menyiapkan format-format dan buku-buku untuk laporan harian, laporan
mingguan, dan lain-lain.
Pembayaran ganti rugi tanaman/ pohon/ bangunan yang terkena dampak
pemasangan pondasi tower

Pembuatan Direksi Keet dan gudang lapangan, mobilisasi peralatan kerja dan
mobilisasi material.

Menyiapkan crew tenaga kerja :


Di awal pekerjaan SUTT yang dibutuhkan adalah tenaga kerja ahli dan terampil di
bidang pekerjaan sipil (untuk pekerjaan pondasi) dan di bidang pekerjaan
mekanikal (untuk pekerjaan Stub Setting dan Erection Tower).
61

5.2. UITZET/ PEMATOKAN

Uitzet/ pematokan sangat


menentukan untuk melaksanakan
pekerjaan selanjutnya.

Uitzet/ pematokan adalah


menentukan letak pondasi pada
masing-masing kaki pondasi.

Harus diyakini bahwa posisi patok


yang menandai tempat tower tidak
bergeser (tidak digeser) dari tempat
yang telah ditentukan.

Jika patok tanda letak tower


bergeser, secara teknis akan timbul
masalah, misalnya : seharusnya
Uitzet/ Pematokan tower suspension yang berubah
posisi menjadi tension.

62

31
5.3. PEMASANGAN BOUWPLANK

Pemasangan bouwplank adalah untuk menentukan letak (posisi) masing-


masing kaki tower.

Pemasangan bouwplank menggunakan kayu papan yang mengelilingi letak


pondasi tower dan berbentuk bujur sangkar.

Dari empat sisi pada titik tertentu ditarik benang, sehingga pada titik
pertemuan tarikan benang tersebut diketahui sebagai letak titik tengah (As)
masing-masing kaki tower.

Berdasarkan pengalaman di lapangan dan kebiasaan para pekerajaan


lapangan, pada umumnya papan-papan untuk bouwplank tidak dipasang,
karena bouwplank justru akan bergeser jika terkena tanah galian.

Titik As kaki tower diukur dan ditentukan setelah pekerjaan galian tanah
selesai.

63

5.4. GALIAN TANAH

Galian tanah dilakukan setelah


bouwplank terpasang, sehingga
posisi tanah yang akan digali jelas
dan tidak terjadi kesalahan galian
tanah.

Pekerjaan galian tanah


diperuntukkan pada jenis pondasi
cakar ayam dan pondasi normal.

Untuk pondasi jenis Bump Pile, Bor


Pile, Strauss Pile, Mikro Pile,
Injection Mikro Pile, tidak ada
pekerjaan galian tanah.

Pada saat melaksanakan pekerjaan


galian tanah, harus dilakukan hati-
hati jangan sampai benang untuk
Galian Tanah pada Pondasi Type menentukan poros (As) kaki tower
Normal bergeser.

64

32
5.5. URUG PASIR DAN LANTAI KERJA

Urug Pasir dan Lantai Kerja

Bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, apalagi jika tanahnya


lembek dan berlumpur, sehingga pada saat pengecoran pondasi,
dasar (landasan) tempat pondasi di cor dalam keadaan keras.
Pada umumnya lantai kerja ini tidak perlu ada pembesian. Jadi spesi
betonnya hanya berupa campuran pasir dan semen atau pasangan batu kali.
Sebaiknya disiapkan lubang yang akan digunakan untuk memasukkan
pentanahan tiang (tower) dan akan dihubungkan ke kaki tower (stub
tower). 65

5.6. STUB SETTING DAN PEMASANGAN PENTANAHAN TIANG

Adalah pekerjaan penyetelan/ pemasangan bodi utama tower


(kaki-kaki tower).

Pada bagian bawah masing-masing kaki tower, dipasang sepatu


stub berupa besi siku yang disilangkan, sehingga stub
tower tidak menancap (ambles) tanah.

Penyetelan kaki tower akan sangat menentukan kelancaran erection


tower selanjutnya.

Setelah stub (kaki) tower dipasang dengan baik dan sebelum


pekerjaan pembesian, dipasang pentanahan tiang

66

33
5.7. PEMBESIAN DAN PEMASANGAN BEKESTING

Pembesian merupakan bagian dari


cor pondasi.

Besar kecilnya penampang besi dan


pembesian secara keseluruhan,
tergantung dari besar kecilnya
pondasi dan tower.

Pada saat melakukan pembesian


harus dilaksanakan dengan hati-
hati, jangan sampai merubah
setting stub (pengesetan kaki
tower).

Setelah pembesian selesai,


dilanjutkan pemasangan bekesting
(cetakan beton).

Pembesian dan Pemasangan Pemasangan bekesting termasuk


Bekesting Pondasi Type Normal sampai dengan kaki tower yang
menyembul di atas tanah.
67

5.8. PERSIAPAN COR PONDASI

Dalam melakukan pengecoran masing-masing kaki-kaki pondasi


tower, harus diselesaikan tuntas (tidak boleh terpotong).

Oleh karenanya hal penting yang harus diperhatikan dan dipenuhi


sebelum cor pondasi adalah :
Jika kondisi galian tanah rentan longsor, harus dipasang turap
dengan kuat dan baik.
Bekesting harus telah terpasang dengan baik dan kuat.
Palungan (tempat memasukkan campuran semen ke dalam
bekesting) harus disiapkan dengan baik.

Material (semen, pasir, air, koral, dan lain-lain) harus telah


disiapkan cukup.
Perlengkapan kerja (beton, molen, pompa air, vibrator, sekop, dan
lain-lain) harus disiapkan lengkap dan memadai.
Kesiapan tenaga kerja dan supervisor (pengawas).

68

34
5.9. PELAKSANAAN COR PONDASI

Pengecoran pada masing-masing


kaki tower dilakukan secara terus
menerus dan tuntas, tidak boleh
ada tenggang waktu yang terlalu
lama.

Jika dalam satu kaki tower di cor


beberapa kali dalam beberapa hari,
dikhawatirkan senyawa pada
sambungan cor menjadi kurang
baik.

Kekuatan beton ditentukan dalam


notasi K, misal : K-175, K-225, K-
Cor Pondasi Tower 350 dan seterusnya, tergantung
dari spesifikasi yang telah
ditentukan dalam kontrak.
Pada saat cor dibuat kubus beton, untuk dilakukan uji kekuatan beton,
sebagai bukti bahwa pondasi telah memenuhi syarat kekuatan betonnya.
Pengujian (test) tekan hancur beton dilakukan di laboratorium konstruksi
(biasanya di Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan di Perguruan Tinggi setempat,
atau di tempat lain yang direkomendasikan). 69

Lanjutan 5.9.

Agar campuran beton merata, padat dan tidak berongga, setelah


campuran beton dituangkan harus diaduk dengan mesin
penggetar (vibrator).

Jika pekerjaan dalam keadaan emergency dan membutuhkan


penyesalan cepat, dimana pengerasan beton juga harus
dipercepat, maka beton diberi campuran Adittive.

Jenis dan volume adittive yang dicampurkan bermacam-


macam, tergantung sampai seberapa cepat waktu yang
dibutuhkan untuk pengerasan beton.

Dengan campuran Adittive ini, yang seharusnya baru boleh di-


erection towernya pada umur beton 28 hari, bisa
dipersingkat menjadi 3, 4, 5 hari dan seterusnya.

70

35
Lanjutan 5.9.

Pada kondisi tanah tertentu (misal :


berlumpur, berpasir, dan lain-lain)
yang mudah ambrol dan meluber,
disekeliling galian harus dipasang
turap yang kuat, sehingga pada
saat pengecoran tidak ambrol.

Jenis pondasi tergantung jenis dan


kondisi tanah setempat. Gambar 38
menunjukkan gambar pondasi
Gambar 38 :
Pondasi Jenis Cakar Ayam tower jenis cakar ayam.

71

5.10. PEMBONGKARAN BEKESTING DAN URUG BALIK

Pembongkaran bekesting dilakukan apabila umur


beton telah mencukupi (beberapa hari setelah
pelaksanaan cor pondasi).

Setelah bekesting dibongkar, dilanjutkan


dengan melakukan pengurugan kembali (urug balik)
tanah.

Pada saat melakukan urug balik, tidak boleh


sekaligus selesai. Tetapi harus dilakukan secara
bertahap/ berlapis, kemudian dipadatkan dengan
menggunakan alat pemadat tanah (Stamper),
dilanjutkan untuk lapisan urugan selanjutnya, sampai
dengan selesai.

72

36
5.11. ERECTION TOWER

Ereetion Tower dilaksanakan setelah pondasi tower


dinyatakan benar-benar mengeras.

Biasanya jika pengecoran dalam keadaan normal


(tidak menggunakan campuran Adittive/ untuk
mempercepat pengerasan beton), pekerjaan erection baru
dilaksanakan setelah umur pondasi mencapai 28 (dua
puluh delapan) hari sejak pengecoran selesai.

Urutan pelaksanaan erection tower :


Pemasangan stub (kaki tower) secara bertahap
seksi demi seksi.
Pemasangan silang-silang (diagonal) tower.
Pemasangan travers dan pucuk tower.
73

6.1. PERENCANAAN PERSIAPAN PEKERJAAN

Identifikasi permasalahan, dengan pertimbangan :


Volume pekerjaan stringing SUTT harus melalui jalur yang panjang (jauh).
Melewati berbagai macam area (rumah/ bangunan, perkebunan,
persawahan, hutan tanaman pangan, hutan jati, jaringan listrik dan telepon,
dan lain-lain).
Pada saat pelaksanaan pekerjaan dan untuk keperluan ruang bebas/ jarak
aman, beberapa hal yang harus diperhatikan :
Pekerjaan harus berjalan kontinyu dan tidak boleh terhenti (berhenti)
karena timbulnya masalah di lapangan.
Timbulnya kerusakan dan pembongkaran untuk keperluan ROW dan saat
pelaksanaan pekerjaan harus diselesaikan diantisipasi pada saat
persiapan pekerjaan.
Adanya protes dari masyarakat yang tidak menyetujui pembangunan SUTT.
Permintaan ganti rugi kerusakan tanaman/ bangunan yang terlalu tinggi
(tidak wajar).
Dan berbagai permasalahan lainnya, yang terkadang tidak diprediksi dan
tidak diperhitungkan sebelumnya.
74

37
9.1. ASPEK MANAJEMEN

Dari sisi konstruksi, pekerjaan Transmisi adalah pekerjaan yang sederhana


sehingga dalam pekerjaannya tidak sulit. Yang rumit dan terkadang menyulitkan
adalah masalah-masalah non teknis, karena :
Route SUTT yang panjang, sehingga pekerjaan berpindah-pindah tempat
(mobile).
Dalam pelaksanaan pekerjaan melibatkan banyak pihak, terutama pihak
eksternal (masyarakat) yang akan dilalui dan disekitar jalur SUTT.
Permasalahan-permasalahan di lapangan antara lain :
Masalah ganti rugi tanah, tanaman, bangunan, dan lain-lain.
Kesulitan mendapatkan ruang bebas/ jarak aman (ROW).
Ketidaksediaan masyarakat untuk dilalui jalur SUTT.

Akibat berbagai permasalahan tersebut, sering terjadi pekerjaaan terpaksa harus


terhenti beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan ada yang
sampai terhenti bertahun-tahun.

Pihak yang terlibat dan terkait dalam pelaksanaan pembangunan pekerjaan


SUTT, antara lain :
Kontraktor Listrik selaku pelaksana pekerjaan.
Pemberi Kerja atau Instritusi Pengguna (PLN).
Pabrikan/ Distributor/ Supplier/ Fabrikator komponen listrik.
75

Lanjutan 9.1.

Importer dan Transporter.


Pemkab/ Pemkot setempat beserta jajarannya yang akan dilalui jalur SUTT.
Masyarakat setempat yang akan dilalui dan yang ada di sekitar jalur SUTT.

Mengingat kompleksitas permasalahan yang dihadapi, maka aspek manajemen


harus mendapatkan perhatian dan penanganan sebaik-baiknya, bahkan secara
khusus ditangani oleh para personil yang berpengalaman di bidang pekerjaan
Transmisi.

Karena pekerjaan ini banyak berpotensi timbul masalah (konflik), maka :


Kontraktor harus mampu mengkoordinasikan semua pihak dengan sebaik-
baiknya.
Kontraktor harus mampu menangani setiap masalah yang timbul dengan
sebaik-baiknya dan responsif terhadap segala masalah yang dihadapi.
Pelaksana (petugas) lapangan harus jeli melihat kemungkinan timbulnya
masalah, sekaligus memiliki kemampuan tentang manajemen konflik.
Kontraktor harus mampu mengindetifikasi dan melaksanakan secara baik
tentang alur proses pekerjaan, sejak dari awal sampai dengan berakhirnya
kontrak. 76

38
Lanjutan 9.1.

Jenis dan ruang lingkup aktifitas yang harus dilakukan, antara lain : :
Administrasi :
Pengurusan ijin-ijin.
Administrasi keuangan (pembuatan jaminan uang muka, jaminan
pelaksanaan, jaminan pemeliharaan, dan lain lain).
Keuangan (pembayaran komponen/ peralatan/ bahan/ material).
Administrasi teknik (pembuatan Kurva S, Time Schedule, Format Schedule,
Asbuilt Drawing, dan lain-lain).
Pelaksanaan phisik pekerjaan sejak dimulainya pekerjaan sampai serah
terima pekerjaan.
Keamanan dan keselamatan pekerja maupun pekerjaan.
Dan lain sebagainya.

Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, dalam
pembuatan Network Planning, sehingga :
Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah.
Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadual yang telah dibuat.
Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
Pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu dengan hasil yang memuaskan.
77

9.2. KRITERIA KONTRAKTOR LISTRIK

Usaha jasa konstruksi terdiri dari 5 (lima) bidang, yaitu ASMET (Arsitektural, Sipil,
Mekanikal, Elektrikal dan Tata Lingkungan), bidang elektrikal memiliki kekhasan
dan kekhususan dibanding yang lain.

Khusus untuk bidang Elektrikal, selain harus mengacu pada UU 18/ 1999, juga
harus mengacu pada UU 15/ 1985 tentang Ketenagalistrikan.

Bidang Elektrikal selain sangat spesifik, juga memiliki resiko tinggi.

Kriteria Kontraktor Listrik yang menjadi pelaksana pekerjaan Transmisi,


adalah :
Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang sesuai dengan klasifikasi dan
kualifikasi pekerjaan yang dikerjakan.
Harus memiliki pengalaman pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang
dikerjakan.
Memiliki personil (tenaga kerja) yang berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan Transmisi.
Memiliki Penanggung Jawab Teknik (PJT) yang bersertifikat Keahlian
Kualifikasi Ahli Utama di bidang Teknik Tenaga Listrik.
Memiliki peralatan kerja yang memadai, sesuai dengan pekerjaan yang
ditangani. 78

39
9.3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan,
adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja.

Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi
perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi Transmisi
Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus mendapatkan
pelatihan khusus tentang K3.

Untuk pelaksanaan pekerjaan Transmisi Eksisting, masalah K3 harus dipatuhi


secara lebih ketat, disamping itu yang harus diperhatikan dan dipenuhi :
Harus ada Supervisor yang khusus menangani dan mengkoordinasikan
masalah K3.
Setiap dan semua pekerjaan dalam pelaksanaannya harus berkoordinasi
dengan Pengawas Pekerjaan (PLN).
Di lokasi pekerjaan harus dipasang rambu-rambu tanda bahaya, sehingga
pekerja tidak seenaknya berlalu lalang di lokasi tertentu yang
membahayakan.
Harus disediakan alat keselamatan kerja yang lengkap.
Semua pihak harus mematuhi dan menjalankan peraturan K3 dengan baik.
79

TRANSFORMATOR
Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan


tegangan kerja di atas 1100 kV dan daya di
atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

80

40
TRANSFORMATOR DAYA

81

Transformator adalah peralatan statis


yang berfungsi menyalurkan daya
listrik dari suatu sistem tegangan arus
bolak-balik ke sistem tegangan arus
bolak-balik yang lain secara
elektromagnetis.
Fungsi dari transformator terutama
adalah :
Merubah level tegangan dan arus
dalam sistem tenaga listrik.
Menyesuaikan impedansi beban
dengan impedansi sumber untuk
mendapatkan transfer daya
maksimum dalam rangkaian
elektronik dan pengendali.
Mengisolasi secara elektris rangkaian
yang satu dengan yang lain.

82

41
Fleksibilitas tegangan
digunakan dalam sistem tenaga
listrik
pembangkitan daya dengan level
tegangan sesuai kebutuhan (10-20
KV)
transmisi daya dengan level
tegangan yang ekonomis (400
1000 kV)
pemanfaat daya listrik pada
tegangan distribusi (230/400 Volt)
untuk industri dengan level
tegangan 3,3; 6,6; atau 11 KV

83

Pengelompokan Transformator

Dalam bidang tenga listrik pemakaian


transformator dikelompokkan menjadi:
1. Transformator daya.
2. Transformator distribusi.
3. Transformator Instrumentasi (transformator arus
dan transformator tegangan).

84

42
Jenis Transformator

Ditinjau dari Jumlah Fasa


Transformator 1 Fasa
Transformator 3 Fasa

Ditinjau dari Level Tegangan


Transformator Step-Up
Transformator Step-down

85

Jenis Transformator

Berdasar Isolasi media


Trafo kering (Dry Type)
1.Self cooled AA
2.Forced cooled AA/FA

Trafo basah/minyak (liquid type):


askarel, diala, silicone
1.Self cooled OA
2.Forced air cooled OA/FA
3.Forced air cooled & oil cooled OA/FA/FOA
4.Water cooled FOW

86

43
Jenis Transformator
Berdasar penggunaan :
1. Trafo Tenaga :
Trafo Daya > 500 kVA
Trafo distribusi < 500 kVA
2. Trafo Instrumen :
Trafo tegangan
Trafo arus
3. Trafo furnace : tegangan rendah, arus tinggi,
ekstra isolasi
4. Trafo Rectifier / converter : tahan stres mekanis
5. Trafo Isolasi : trafo dengan rasio satu
6. Trafo pengolah sinyal
87

Jenis Transformator

Menurut jenisnya trafo dibedakan :


Over head transformer.
Underground transformer.
Over head Transformer terdiri dari :
Konvensional
Trafo konvensional tidak memiliki alat pengaman seperti arester,
pengaman beban lebih sebagai suatu kesatuan unit trafo. namun
alat alat pengaman tersebut di dapat dan dipasang secara terpisah
CSP ( Completely Self Protection )
Trafo distribusi tipe CSP ini memiliki pengaman sebagai kesatuan
unit trafo

88

44
Transformator 1 Fasa
Dua belitan terisolasi yang
tersambung secara magnetik
pada inti bahan magnetik
Satu belitan yang
dihubungkan dengan sumber
tegangan arus bolak-balik
disebut belitan primer
belitan lainnya yang
dihubungkan dengan beban
disebut belitan sekunder

89

Lebih ekonomis dibandingkan mengguakan tiga


buah transformator satu Fasa
Terdapat dua susunan, yaitu deretan tiga buah
transformator satu fasa atau satu buah
transformator tiga fasa, dimana masing-masing
belitan primer dan sekunder digulung pada
masing-masing kaki inti.
Transformator tiga fasa lebih murah 15%
dibanding tiga buah transformator satu fasa,
Ukuran fisiknya lebih kecil.
memiliki kelebihan dapat beroperasi sebagai
rangkaian open delta bila salah satu fasa tidak
beroperasi.
memiliki berbagai macam hubungan,
diantaranya ia dapat dihubungkan Bintang,
Segitiga, Segitiga terbuka, atau bintang Zig-Zag.

90

45
Peralatan pada Trafo
Bhusing Primer.
Indikator tinggi permukaan minyak.
Penapas pengering.
Kran untuk pemasukan/pengeluaran
minyak.
Pelat nama.
Thermometer.
Tap trafo (alat untuk merubah
tegangan).

91

Persyaratan
1. dapat memindahkan panas dari inti dan
belitan sehingga kenaikan temperatur
dapat dibatasi pada nilai yang diijinkan
2. penurunan kualitas isolasi harus dapat
dicegah
Keduanya ini dapat dipenuhi oleh
transformator daya dibanding
transformator-transformator ukuran kecil,
dengan mencelupkan transformator ke
dalam tangki tertutup yang berisi minyak
transformator
Agar terjadi sirkulasi alami dan
meningkatkan permukaan pendinginan ke
udara sekitar tangki transformator
dilengkapi dengan sirip-sirip
pada transformator berukuran besar
pendinginan dilakukan secara paksa.
92

46
Konstruksi Transformator Daya
Tangki Transformator
Kumparan dan intinya
direndam dalam minyak
transformator yang selain
berfungsi sebagai pemindah
panas, juga bersifat sebagai
isolasi.

93

Konstruksi Transformator Daya


Inti Transformator
Terbuat dari lapisan plat dinamo dari
baja alloy atau baja silicon yang
mempunyai sifat resistansi tinggi dan
histerisis kecil.
Tebal plat 0,35 - 0,5 mm, Untuk
menghindari/mengurangi arus pusar
(Eddy current), diantara plat diisolasi
(vernish) yang tahan terhadap suhu
tinggi.

94

47
Konstruksi Transformator Daya
Belitan/Kumparan
Beberapa lilitan kawat yang
berisolasi digunakan sebagai
kumparan pada transformator daya
Kumparan tersebut diisolasi baik
terhadap inti besi maupun
kumparan lain dengan isolasi padat
seperti pertinax dan lain-lain.
Pada transformator ini terdapat dua
jenis kumparan, yaitu kumparan
primer dan kumparan sekunder

1- 95

Konstruksi Transformator Daya


Lilitan
Pada umumnya digunakan tembaga yang memiliki keuntungan-
keuntungan :
Tahanan jenis kecil 0,0175 mm2 /m.
Kekuatan mekanis yang lebih besar dari allumunium.
Tahan terhadap korosi dari atmosfir.
Titik cair atau lebur lebih tinggi (1083 C).
Mudah pengerjaanya : dibengkokan, diratakan, dibor,
dipres, disolder, dilass dsb.

96

48
Pemakaian Transformator

97

sistem pendingin transformator

98

49
99

Transformator dengan pendingin


minyak

100

50
Tranformator berpendingin udara

101

Konstruksi Transformator

102

51
103

104

52
Konstruksi Transformator
Inti besi
Belitan
Inti besi ( Iron Core )
Belitan
secundair
Inti besi

Belitan secundair Belitan


primair

Belitan
primair

Belitan
secundair

105

Belitan Inti besi

Untuk meminimalkan terjadinya Belitan


secundair
kebocoran medan maknit, masing
masing belitan (belitan primer dan
sekunder) dipasang sedekat mungkin,
peletakan lilitan ini bisa dipasang
secara berlapis, atau bersusun seperti
gambar disamping.
Belitan
primair

Belitan
secundair

106

53
Inti besi ( Iron Core )
Pada transformator satu phasa type inti yang umum digunakan berupa rangkaian
maknit tunggal dengan dua lengan atau rangkaian maknit dengan tiga lengan
dengan belitan diletakkan ditengah atau diletakkan pada masing masing lengan

107

Rasio transformator

108

54
TRANSFORMATOR TANPA
BEBAN
Vp = tegangan input primer
Vs = tegangan sekunder
Ep = g.g.l pada sisi primer
Es = g.g.l pada sisi sekunder
Np = jumlah lilitan sisi primer
Ns= jumlah lilitan sisi sekunder

109

BUSHING
Untuk menghubungkan kumparan
transformator dengan jaringan luar
digunakan
Merupakan sebuah konduktor yang
diselubungi oleh isolator yang
berfungsi sebagai penyekat antara
konduktor dengan tangki
transformator.
Bahan utama untuk bushing adalah
dari bahan keramik. Dan pada
bushing tegangan tinggi biasanya
dilengkapi arcing horn.

110

55
Tap Changer
Pengubah Tap.
alat perubah perbandingan
transformator untuk mendapatkan
tegangan operasi sekunder yang lebih
baik (diinginkan) dari tegangan
jaringan yang berubah-ubah.
Ada dua Macam
ON-Load Tap changer : beroperasi dalam
keadaan berbeban
Off-Load Tap Changer

111

ON LOAD TAP CHANGER

112

56
Tap Changer

Untuk menghindari
terjadinya spark, ketika
pemindahan tap tidak
boleh terdapat celah
Mekanisme pemindahan
ditunjukkan pada gambar
di bawah

113

Alat pernapasan (Dehydrating


Breather)
Bila suhu minyak tinggi, minyak akan memuai dan
mendesak udara diatas permukaan, dan minyak
keluar dari dalam tangki, Bila suhu minyak turun,
minyak menyusut dan udara luar akan masuk
kedalam tangki, kedua proses ini disebut
pernafasan trafo,
akibat dari pernafasan ini, minyak akan
bersinggungan dengan udara luar, mengakibatkan
turunnya nilai tegangan tembus minyak trafo,
maka dari itu pada ujung pipa penghubung udara
luar dilengkapi dengan alat pernafasan, berupa
tabung berisi kristal zat hygroskopis (silicagel).

114

57
Sistem Pendingin
Panas merupakan salah satu yang paling menyebabkan rusaknya transformator.
Operasi yang hanya 10C di atas rating transformator akan mengurangi usia
transformator hingga 50%
Panas disebabkan oleh rugi-rugi internal akibat pembebanan, temperatur
lingkungan yang tinggi dan radiasi matahari.
Panas mengakibatkan kenaikan suhu yang berlebihan, yang dapat merusak
isolasi (di dalam transformator).
Untuk mengurangi kenaikan suhu yang berlebihan transformator dilengkapi
dengan sistem pendingin untuk menyalurkan panas keluar transformator.
ANSI dan IEEE memberikan klas pendingin pada masig-masing transformator
yangdicantumkan pada nameplate trafo.
Huruf-huruf kelas menunjukkan tipe-tipe pendingin.
Huruf A menunjukkan Air (Udara), FA udara paksa (fans), O menunjukkan
minyak. FO menunjukkan minyak paksa (pompa), sedang G menunjukkan Gas
dan W menunjukkan Water/Oil heat exchanger.

115

Sistem Pendingin

Pendinginan dengan
Udara Paksa
Memperluan Bidang
perpindahan Panas
dengan menambah sirip-
sirip (Radiator)

116

58
Minyak Trafo
Fungsi minyak trafo :
Sebagai bahan isolasi.
Sebagai pendingin.
Sebagai penghantar panas dari bagian yang panas (coil dan
inti) ke dinding bak.
Pendinginan transformator dengan minyak dapat merata
pada tiap bagian yang aktif, dan memasuki semua celah-
celah yang ada dalam transformator sehingga jika
dibanding dengan sistem udara, sistem dengan minyak
lebih baik

117

Minyak Trafo
Minyak transformator harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
IEC 296, minyak baru dan belum difilter >30 kV/2,5 mm dan setelah difilter
yaitu >50 kV/2,5 mm.
Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil sehingga partikel-partikel dalam
minyak dapat mengendap dengan cepat.
Viksositas rendah agar lebih mudah bersikulasi sehingga pendinginan
menjadi lebih baik. Pada IEC viskositas minyak saat suhu 40C adalah < 6,5
cST (CentiStokes) 1cst = 106m2s1.
Titik nyala yang tinggi, tidak mudah menguap yang dapat membahayakan.
Sesuai IEC 296 flash point minyak transformator di atas 163C dan pour point
adalah di bawah -30C.
Tidak merusak bahan isolasi padat.

118

59
Transformator Tanpa Beban
Ketika Belitan primer dihubungkan ke Sumber tegangan,

arus eksitasi membangkitkan flux pada


V inti
E yang
N N E V
menyebabkan timbulnya tegangan induksi baik pada
1 1 1 2 2 2

belitan primer E1 maupun tegangan induksi pada belitan


sekunder E2

d d
E1 - N1 E2 - N2
dt dt

= m.sint, maka, E1 =
.N1m.Cost
Nilai Efektif E1 = 4,44.f.N1m

119

Arus Eksitasi
Arus primer I yang mengalir pada saat kumparan
sekunder tidak dibebani disebut arus eksitasi. Dalam
kenyataannya arus primer I bukanlah merupakan arus
induktif murni, sehingga ia terdiri atas dua komponen,
yaitu :

1. Komponen arus pemagnetan IM, yang


menghasilkan fluks (). Karena sifat besi yang
non linear ( ingat kurva B-H ) , maka arus
pemagnetan IM dan juga fluks () dalam
kenyataannya tidak berbentuk sinusoid

2. Komponen arus rugi tembaga Ic, menyatakan


daya yang hilang akibat adanya rugi histerisis
dan arus eddy. Ic sefasa dengan V1, dengan
demikian hasil perkalian ( Ic x V1 ) merupakan
daya (watt) yang hilang.

120

60
Transformator berbeban
Apabila belitan sekunder dihubungkan dengan beban, F1 F2
maka pada belitan sekunder akan mengalirkan arus
akibat dari arus sekunder ini kita asumsikan transformator V1 E1 N1 N2 E2 V2
ideal, dimana berlaku :
Resistansi Belitan primer dan sekunder diabaikan,
sehingga rugi-rugi daya dan tegangan jatuh sama
dengan nol.
Tidak terdapat fluks bocor, sehingga semua fluks
mengalir pada inti dan melingkupi kedua belitan. karena resistansi diabaikan sehingga V1
Permeabilitas inti tak terbatas. = E1 dan V2 = E2, dan diperoleh :
Rugi-rugi inti diabaikan.
Arus beban pada belitan sekunder akan menghasilkan mmf E1 V1 N1
F2 sebesar I2.N2 yang arahnya berlawanan dengan fluks
a
bersama , yang mengakibatkan tegangan induksi E1 turun.
E 2 V2 N 2
Karena V1 nilainya tetap, maka arus pada belitan primer
akan naik dan menimbulkan mmf F1 sebesar I1.N1 yang Dari persamaan-persamaan
arahnya berlawanan dengan F2, sehingga fluks bersama diatas kita dapatkan :
dapat dipertahankan
2
Sehingga berlaku : I1.N1 = I2.N2 V1 / V2 N1 / N 2
V1 N 1 V2

I1 /I 2 N 2 / N1 I1 N 2 I2
N1 I 2
a
N 2 I1 Z1 = a2.Z2 :
121

Exercise
1. Hitung rasio transformator bila jumlah lilitan primer
adalah 10.000 dan jumlah lilitan sekunder 2300.
2. Bila transformator pada nomor 1 diberi tegangan
input 220V berapa tegangan outputnya?
3. Dengan kemampuan daya 5000VA hitung
kemampuan arus primer dan sekunder tranformator
di atas !
4. Hitung tegangan primer bila Vs=150 kV, Np=10.000
5. Hitung teg. Sekunder bila k=0,01 dan Ns=500
6. Hitung daya trafo bila Vs=500V, Ip=10A dan k=100

122

61
SOAL - SOAL :

7. Hitung Vs bila Vp=2200V dan k=0,1


8. Hitung Np bila Ns=10.000,Vp=2,2kV dan Vs 220V
9. Hitung Ns dan Vs bila Np=100,Vp=0,22kV dan k=10
10. Pada soal no.3 hitung Is bila Ip=100A
11.Hitung k bila Is=100A,Ip=3000A

123

Parameter yang Umum


Pada Name Plate
Daya (MVA)
Level Tegangan (Vp/Vs)
Frequensi
Efisiensi
Impedansi (%)
Vektor Group
Basic Insulation Level
Pada Katalog
Impedansi urutan (positif dan zero)
Temperatur
dll 124

62
Rangkaian ekivalen
transformator tanpa beban

125

Rangkaian ekivalen transformator


dengan beban resistif

126

63
Diagram vektor
tranformator dengan beban resistif

127

beban induktif

128

64
beban kapasitif

129

IMPEDANSI PADA
TRAnsFOrmator

130

65
Rangkaian eqivalen tranformator
bila dilihat dari sisi sekunder

131

Rangkaian ekivalen tranformator


ditinjau dari sisi primer

132

66
REGULASI TEGANGAN
transformator

1- 133

Regulasi tegangan

134

67
SOAL-SOAL :

1. Hitung Es bila regulasi=10%, Vs=100V


2. Hitung Rs bila Rs=10 Ohm dan k=0,01
3. Hitung regulasi bila beban resistif dengan arus
10 A, Res=0,05 Ohm pada trafo 2200V/220V
4. Hitung Vs bila Vd = 5V dan regulasi 5%

135

Diagram vektor transformator


berbeban
Es
C

s
.Z e Os
Is
es
.X

Vs F
Is

O D
A Os
Is
.R

Os
es

Is

136

68
137

CONTOH SOAL

138

69
Jawab

139

Rugi-rugi pada transformator


1. Rugi inti besi
2. Rugi tembaga

140

70
EFISIENSI PADA
TRANSFORMATOR

141

EFISIENSI

142

71
Hitung efisiensi dari beberapa
transformator berikut ini:
1. Pi = 1kW, Po = 800W
2. Pi = 1kW, Pfe = 50W, Pcu = 75W
3. Po = 800 W, Pfe = 50W, Pcu = 75W
4. Po =10 kW, Pfe = 100W, Is = 25A,
Res = 5 Ohm
5. soal sama dengan nomor 3 tetapi pada setengah
beban penuh
6. soal sama dengan nomor 3 tetapi pada
seperempat beban penuh

143

Tugas 3

144

72
145

146

73
147

148

74
Pengujian transformator
Uji tanpa beban:
untuk memperoleh konstanta inti besi, rugi inti besi
dan rasio trafo
Uji hubung singkat:
Untuk memperoleh konstanta lilitan, rugi tembaga
Uji berbeban:
Untuk memperoleh regulasi dan efisiensi
Uji polaritas:
Untuk memperoleh arah lilitan

149

Pengujian tanpa beban

150

75
151

Pengujian hubung singkat

152

76
153

Pengujian transformator
berbeban

154

77
Polaritas Transformator

155

Metode uji polaritas


transformator
1. METODE PENJUMLAHAN

156

78
Hubungan Substractive:
V3 < V1
V3 = V1 V2

157

158

79
HUBUNGAN ADDITIVE:
V3 > V1
V3 = V1 + V2

159

160

80
161

2. Metode paralel

162

81
3. Metode injeksi tegangan dc

163

AUTO TRANsFORMER

164

82
165

166

83
Contoh soal

167

168

84
exercise

11. Hitung Es bila regulasi=10%, Vs=100V


12. Hitung Rs bila Rs=10 Ohm dan k=0,01
13. Hitung regulasi bila beban resistif dengan arus 10
A, Res=0,05 Ohm pada trafo 2200V/220V
14. Hitung Vs bila Vd = 5V dan regulasi 5%

169

170

85
Statistik Gangguan

171

Katagori Proteksi

Proteksi terhadap besaran Listrik


Hubung Pendek
Beban lebih
Over Voltage
Proteksi terhadap besaran non elektrik
Sistem Pendingin
Tekanan

172

86
173

Proteksi Besaran Elektrik

174

87
Pengaman dengan Zekering dan
MCCB
Penentuan elemen zekering
Zekering pada TM pada dasarnya untuk mengamankan bila
terjadi hubung singkat di dalam trafo, dengan demikian
dipilih besar arus hubung singkat di TR
Penentuan seting MCCB
Penentuan seting overload MCCB didasarkan pada
pembebanan trafo dan penentuan seting instan didasarkan
pada hubung singkat yang terjadi pada rel Tegangan rendah

175

176

88
Perelean Transformator
Terdapat tiga katagori teknologi rele proteksi yang umum
digunakan, yaitu :
Electromechanical: penggunaan fluks magnetik dari arus dan tegangan
untuk menghasilkan torka pada piringan yang dapat bergerak
Solid State: menggunakan sinyal-sinyal analog tegangan dan arus serta
beberapa rangkaian logika bahkan mikrokontroller untuk mengolah
sinyal secara matematik.
Numeric: memiliki banyak fungsi, dapat diprogram dan umumnya
bekerja dengan basis mikroprosessor
Tabel II menunjukkan sejumlah peralatan proteksi yang
umumnya digunakan pada transformator sesuai dengan
standard ANSI

177

178

89
Perelean transformator

179

Terdapat dua feeder 115 KV ke


dua buah transformator 30 MVA
dengan resistansi pentanahan
pada sisi 13 KV
Rele differensial pada fasa dan
ground (87P and 87N)
merupakan proteksi kegagalan
utama
Sedang elemen-elemen proteksi
arus lebih dapat dianggap
sebagai proteksi cadangan.
Jika terjadi tegangan lebih
digunakan rele-rele tegangan (24
and 59).
Jika terjadi over/under frequency
dipasang rele (81, O/U),
walaupun rele ini tak dapat
dianggap sebagai proteksi
transformator

180

90
Rele Differensial

Adalah suatu rele yang merespon terhadap perbedaan antara kuantitas elektrik
yang masuk dan keluar dari peralatan yang diamankan. Disini rele berfungsi
sebagai komparator, membandingkan arus dan fasa relatifnya pada kedua ujung
daerah proteksi. Bila perbedaan arus pada kedua sekunder CT melebihi batas
harga tertentu, maka rele akan memberi perintah untuk pembukaan CB.

Bila hubung singkat terjadi dalam daerah proteksi, i1 sama dengan i2 rele akan
bekerja. Sedang bila hubung singkat terjadi diluar daerah proteksi, i1 berlawanan
dengan i2 dan rele tidak akan bekerja

PMT CT CT PMT
I1 I2
1 Peralatan yg 2
diamankan

i1 i2

181

Rele Differensial pada Trafo


Bila akan digunakan
sebagai proteksi trafo
harus digunakan
beberapa komponen
tambahan seperti :
Kompensasi Y/D yang
digunakan pada CT
Penyesuai arus
Pemblok Inrush current

1- 182

91
183

184

92
185

186

93
187

188

94
189

190

95
Penyesuai Arus

Penyesuai arus rele berfungsi untuk menyamakan


arus masukan yang dipandang dari sisi rele.
Pada rele elektromekanik digunakan trafo dengan tap
Pada rele solid state digunakan switch-switch yang
mengubah nilai resistansi sekunder.
Sedang pada rele numeric digunakan faktor-faktor
pengali.

191

Penyesuai arus pada Rele Solid


State

192

96
Delta/Wye Compensation
Bank delta/wye menyebabkan
terjadinya pergeseran fasa
tegangan dan arus sebesar 30,
tergantung pada hubungan
transformatornya (Transformator
Daya)
Pada rele elektromekanik,
pendekatan yang umum untuk
mengkompensasi belitan adalah
menghubungkan CT dalam
hubungan Y/D

193

Magnetic Inrush Curent

Arus Inrush terdiri dari komponen dc dan beberapa


harmonik, tetapi yang terbesar adalah harmonisa ke
dua dan ketiga
Solusi
Time delay
2nd harmonic restrain
Inrush Curent detector

194

97
Proteksi Besaran non Elektrik

195

Sistem Proteksi Non Elektrik


Rele Bucholz : Konstruksi terdiri dari dua
pelampung untuk alarm dan untuk trip
Kondisi normal, rele terisi penuh dengan minyak
dan pelampung penggerak kontak mercury dalam
keadaan terapung. Pada kondisi ini kontak tidak
terendam mercury (kontak membuka)
Pada tahap pertama pelampung akan bergerak ke
bawah sesuai dengan permukaan minyak yang
selanjutnya merccury akan menghubungkan kontak
alarm

196

98
Sistem Proteksi Non Elektrik

Jika proses pembentukan Gas dalam


waktu yang singkat dan dalam
jumlah yang banyak maka gas akan
langsung mendorong pelampung
kontak trip

197

Sudden Pressure Relay (SPR)


SPR akan mendeteksi kondisi abnormal yang
menghasilkan kenaikan tekanan tiba-tiba yang
disebabkan oleh timbulnya gas
Gangguan pada satu lilitan dapat menghasilkan arus
yang lebih kecil dari rating arus nominal
SPR yang mendeteksi kenaikan tekanan gas, umumnya
diaplikasikan pada transformator dengan rating di atas
5 MVA.
Tekanan gas dibangkitkan oleh busur api, yang
menghasilkan dekomposisi minyak menjadi gas
Bekerja bila dalam tangki Trafo terjadi kenaikan
tekanan udara akibat gangguan di dalam Trafo
198

99
Sistem Proteksi Non Elektrik
Tipe SPR
Membran
Plat tipis yang didesain sedemikian rupa yang
akan pecah bila menerima tekanan melebihi
desainnya. Hanya digunakan sekali pakai
Pressure Relieve Valve
Katup yang ditekan oleh pegas yang didesain
sedemikian rupa sehingga bila terjadi tekanan
di dalam trafo melebihi tekanan pegas, maka
akan membuka dan melepas tekanan bersama
sebagian minyak

199

Sudden Pressure Relay (SPR)

200

100
201

Sistem Proteksi Non Elektrik

Rele Jansen : Rele untuk


mengamankan transformator dari
gangguan dalam Tap Changer yang
menimbulkan Gas
Dipasang pada pipa menuju
Konservator
Cara Kerja : Sama dengan Rele Bucholz,
tetapi hanya mempunyai satu kontak
Trip

202

101
203

Sistem Proteksi Non Elektrik


Setting Suhu
Winding Temperature
Temperature Trip = 105oC
Temperature Alarm = 90oC
Pengaturan Fan Start = 70oC
Pengaturan Fan Stop = 60oC
Oil Temperature
Temperature Trip = 100oC
Temperature Alarm = 90oC

204

102
Pemisah (Disconnecting Switch)

205

PEMISAH :

Pemisah (PMS) atau disconnecting switch adalah


sebuah alat yang dipergunakan untuk menyatakan
secara visual bahwa suatu peralatan masih
tersambung atau sudah bebas dari tegangan kerja.
Dari definisi diatas maka dapat diketahui fungsi
dari pemisah (PMS) adalah sebuah alat yang dapat
menyambung atau memutuskan rangkaian dengan
arus yang rendah kurang lebih lima ampere (5A)

206

103
Sesuai dengan fungsinya
pemisah dibagi menjadi dua yaitu
:
A. Pemisah Tanah (Pisau
Pentanahan)
B. Pemisah Peralatan

207

1. Pemisah Putar
2. Pemisah Luncur
3. Pemisah Siku
4. Pemisah Engsel
5. Pemisah Pantograph

208

104
1. Pemisah Putar
Saklar pemisah putar memiliki dua buah kontak
diam dan dua buah kontak gerak yang dapat
berputar pada sumbunya. Model saklar
pemisah ini biasanya di letakkan di luar Gardu
Induk.

209

2. Pemisah Siku
Saklar pemisah siku ini tidak memiliki kontak
diam tetapi hanya terdapat dua buah kontak
gerak yang gerakannya hanya mempunyai
besar sudut 90 derajat. Model saklar pemisah
ini biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.

210

105
3. Pemisah Engsel
Saklar pemisah engsel ini memiliki satukontak
diam dan satu engsel yang dapat membuka ke
atas dengan sudut 90 derajat. Saklar pemisah ini
gerakannya dari engsel yang biasanya digunakan
untuk tegangan menengah 20 kV 6 kV. Model
saklar pemisah ini biasanya di letakkan di luar
Gardu Induk.

211

4. Pemisah Luncur
Saklar pemisah luncur ini gerakan kontaknya
hanya bergerak keatas dan kebawah saja. Model
saklar pemisah ini biasanya berada di dalam
kubikel dengan peralatan-peralatan yang lain dan
di letakkan di dalam Gardu Induk.

212

106
5. Pemisah Pantograph
Saklar pemisah pantograph ini mempunyai
kontak diam yang terletak pada rel dan kontak
gerak yang terpasang pada ujung lengan-
lengan pantograph. Model saklar pemisah ini
biasanya di letakkan di luar Gardu Induk.
Pemisah pantograph biasanya digunakan di
jaringan 500 kV.

213

PMS & PMT

PMS terdiri dari Pemisah Engsel, Pemisah


Putar, Pemisah Siku, Pemisah Luncur

PMT terdiri : PMT dengan Media pemutus


menggunakan udara, PMT dengan Hampa
Udara, PMT dengan Media pemutus
menggunakan Minyak, PMT dengan Sedikit
Minyak, Penggerak Pemutus Tenaga

214

107
Perlengkapan Gardu Induk

Busbar/Rel, Gardu Induk dengan single


busbar, Gardu Induk dengan Doble busbar ,
Gardu Induk dengan satu setengah / one
half busbar, Arrester, Transformator
Instrumen, Transformator Tegangan,
Transformator Arus, Transformator Bantu,
Transformator Ukur

215

SALURAN UDARA
TRANSMISI LISTRIK
Komponen Saluran udara tegangan tinggi terdiri :
1. Saluran Udara,
2. Saluran Kabel,
3. Perlengkapan SUTT/SUTET,
4. Tower,
5. Bagian-bagian tower ,
6. Konduktor,
7. Kawat Tanah,
8. Pentanahan Tower,
9. Isolator. 216

108
Peralatan Pengaman
Terdiri dari :
1. Lightning Arester ,
2. Aplikasi PLC,
3. Komunikasi Suara,
4. Penggunaan Kanal Suara,
5. Teleproteksi Protection Signalling,
6. Remote Terminal Unit (RTU),
7. Rele Proteksi, Annunciator.
217

Sistem pentanahan gardu induk

Gardu Induk merupakan suatu sistem Instalasi


listrik yang terdiri dari beberapa peralatan
listrik dan menjadi penghubung listrik dari
jaringan transmisi ke jaringan distribusi primer.
Gardu Induk befungsi sebagai penyalur daya
(KVA, MVA) sesuai dengan tegangan
operasinya.

218

109
Persyaratan Sistem Pentanahan

Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka


terhadap gangguan yang terjadi, dan secara
proposional mampu mendeteksi gangguan
dengan tepat di area atau zona yang di amankan

219

Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Transmisi Listrik

Secara umum, Transmisi listrik menyalurkan tenaga listrik arus


bolak-balik tiga fasa melalui Tower .

Tegangan generator paling tinggi yang dapat dibangkitkan oleh


pembangkit listrik adalah 23 kV.

Pada saat ini, dalam tingkat riset sedang dikembangkan generator


yang dapat membangkitkan tegangan listrik sampai 150 kV.

Diagram satu garis instalasi tenaga listrik pada pusat pembangkit


listrik sederhana ditunjukkan pada gambar dibawah ini.

220

110
PEMUTUS TENAGA :
adalah saklar yang digunakan untuk menghubungkan
/memutuskan arus/daya listrik sesuai ratingnya. Oleh
karena PMT digunakan untuk memutus beban maka
harus dilengkapi dengan pemadam busur api.

221

a)

1. Jenis PMT berdasarkan media pemadam


busur apinya

a. PMT dengan menggunakan minyak banyak


(Bulk Oil Circuit Breaker)
b. PMT dengan menggunakan minyak sedikit
(Low Oil Content Circuit Breaker)
c. PMT dengan media hampa udara (Vacuum
Circuit Breaker)
d. PMT dengan udara hembus (Air Blast Circuit
Breaker)
e. PMT dengan media gas SF6
222

111
2. Jenis PMT berdasarkan
mekanis penggeraknya :
- Pegas
- Pneumatik
- Hidrolik

223

224

112
Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan (konsumsi)
enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek kegagalan dan kejadian
yang menempatkan sistem tenaga pada risiko.

Tidak mungkin kita menjadikan sistem tenaga listrik 100% aman


(safe) atau 100% dapat diandalkan (reliable), karena biayanya akan
sangat mahal.

Oleh karena itu perlu penilaian risiko (risk assessment) untuk


menentukan tingkat bahaya yang dapat diterima terhadap
kecelakaan atau biaya akibat kerusakan.

225

Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik


menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001
Prinsip Utama :
Tujuan dari proteksi dan koordinasi sistem listrik
adalah :
Mencegah kecelakaan pada manusia

Meminimalisasi kerusakan pada peralatan

Membatasi durasi pemadaman listrik


Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers
226

113
Proteksi Utama pemutus
Listrik
Circuit Breaker (CB)
a). MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri
c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri,
ada yang dilengkapi Protective Relays
d). OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective
Relays
f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) :
dilengkapi dengan Protective

227

Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik
pembuat
7. Unit magnetik trip

228
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)

114
ACB (Air Circuit Breaker)
Gambar ACB (Air Circuit Breaker)

LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-
170kA

229

OCB (Oil Circuit Breaker)


Gambar OCB (Oil Circuit Breaker)

230

115
VCB (Vacuum Circuit Breaker)

231

SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)

Rating tegangan CB
antara 3.6 KV - 760 KV.

232

116
Circuit Breaker dengan Rele
Proteksi

233

Penyesuaian kebutuhan daya

1. Analisis kebutuhan daya maksimum berdasarkan


gambar perencanaan
a.Kebutuhan Transmisi daya
b.Check name plateTransformator

234

117
235

Latihan perhitungan

SLD TRANSMISI

236

118
237

238

119
239

Persyaratan K3 perencanaan
instalasi listrik pada Transmisi
listrik
1. Penentuan daerah aman pada area Transmisi
listrik berdasarkan gambar perencanaan
2. Tata letak peralatan, dan perlengkapan dari aspek
lingkungan berbahaya

240

120
Teori dasar teknik
perencanaan instalasi listrik
pada Transmisi listrik
1.Gambar perencanaan instalasi listrik:
a.Simbol-simbol
b.Diagram garis tunggal

241

242

121
243

244

122
Persyaratan K3 peralatan dan
perlengkapan pada dokumen
perencanaan Instalasi
Transmisi listrik
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)

245

Spesifikasi teknis
perlengkapan, peralatan listrik
bersertifikasi pada Transmisi
listrik
Spesifikasi teknis perlengkapan dan peralatan
listrikberdasarkan dokumen perencanaan Transmisi
listrik
1. Transformator
2. SUTT/Sutet Tower Lattice
3. Gardu Induk
4. Pemisah (PMS)
5. Pemutus Tenaga Listrik (PMT)
246

123
Perencanaan sistem proteksi
pada instalasi Transmisi listrik
Jenis sistem proteksi pada sistem transmisi listrik
1. Penyalur petir
2. Pembumian gedung Gardu Induk
3. Tegangan surja
4. Pembumian
a. Sistem
b. Peralatan
c. Petir

247

Persyaratan administrasi K3

1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan / perijinan)

248

124
Penyusunan laporan hasil
pemeriksaan dokumen
perencanaan
1.Checklist
2.Rekomendasi (formulir laporan dan rekomendasi)

249

250

125
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.3.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.3.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1

1
3

2
5

3
7

4
9

10

5
11

12

6
13

14

7
15

16

8
17

18

9
19

20

10
21

22

11
23

24

12
25

26

13
27

28

14
29

30

15
31

32

16
33

34

17
35

36

18
37

38

19
39

40

20
41

42

21
43

44

22
45

46

23
47

48

24
49

50

25
51

52

26
53

54

27
55

56

28
57

58

29
59

60

30
61

62

31
63

64

32
`

PERALATAN UTAMA SISTEM DISTRIBUSI

MATERIAL DASAR UTAMA


Komponen Utama Sistem Distribusi Tegangan
Menengah :
1. Tiang besi / beton : 11 , 12, 13 meter.
2. Penghantar : A2C, A3C, ACSR penampang 70, 95, 150,
240 mm2
3. Kabel Tanah Tegangan Menengah : XLPE, N2XSEFGbY
dengan bermacam ukuran penampangnya.
4. Isolator Pin-post dan Suspension 20 Kv
5. Pemutus Tenaga 20 Kv
6. Pemisah Tenaga 20 Kv ( AVS, PGS, Recloser )
7. Peralatan Proteksi ( OCR, DGR, FCO )
8. Akseccories / perlengkapan kecil lainnya.
65

MATERIAL DASAR UTAMA (lanjutan)

Komponen Utama Gardu Distribusi Tiang :


1. Transformator tenaga 20 kV / 220-380 V dengan kapasitas
mulai 25 kVA, 50 kVA, 160 kVA, 250 kVA dan seterusnya.
2. Tiang beton : 11 mtr, 12 mtr.
3. Lemari tegangan rendah
4. Sakelar pemutus utama
5. Fuse jurusan untuk pengaman trafo dari arus lebih jurusan
Tegangan Rendah
6. Fuse Cut-Out dan Arrester untuk pengaman beban /
tegangan lebih trafo
7. Sistem Pentanahan / pembumian

66

33
MATERIAL DASAR UTAMA (lanjutan)

Komponen Utama Sistem Distribusi Tegangan


Rendah :
1. Tiang penyangga : besi, beton atau kayu dengan
panjang 9 / 7 mtr
2. Penghantar : tak berisolasi (BCC, A2C, A3C0 dan
berisolasi ( Insulated Alumunium / Copper
Twisted Conductrs / kabel jamak berpilin )
3. Perlengkapan pemegang konduktor ( isolator
atau service dead clamp )
4. Perlengkapan kecil lainnya.

67

MATERIAL DASAR UTAMA (lanjutan)

Komponen Utama Sambungan Rumah :


1. Penghantar berisolasi atau terbuka
2. Perlengkapan pemegang konduktor ( isolator
atau service dead clamp )
3. Alat Pembatas dan Pengukur ( APP )
4. Transformator pengukuran (Trafo arus dan
trafo tegangan)

68

34
KONSTRUKSI JARINGAN DISTRIBUSI
KONSTRUKSI SAMBUNGAN TEGANGAN MENENGAH ( SLTM )

Sambungan Tenaga Listrik Tegangan


Menengah (SLTM) adalah penghantar
dibawah atau diatas tanah yang merupakan
sambungan antara jaringan tenaga listrik
milik PLN dengan instalasi pelanggan untuk
menyalurkan tenaga listrik termasuk
peralatannya mulai dari titik Penyambungan
pada Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
sampai dengan Alat Pembatas dan
Pengukur (APP).
69

Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM )

Bagian SUTM
1. Penghantar tak berisolasi : A2C,ACSR ; penghantar
berisolasi kabel inti tunggal TM ( full & half insulated )
kabel pilin TM.
2. Tiang : kayu, besi, tower, beton dengan ukuran panjang :
9m , 11m, 12m, 13m, 15m dengan kekuatan 200, 350, 500
dan 800 daN.
3. Isolator : Pin post , suspension, Toei ( untuk penegang /guy
wire).
4. Arrester : type 5 kA dan 10 kA.
5. Penghantar pentanahan : kawat tembaga tak
berisolasi ukuran minimal 35 mm2.

70

35
Konstruksi Tiang :

1. Tiang ditanam sedalam 1/6 x tinggi


tiang.
2. Kekuatan yang dipilih tiang
didasarkan atas : penampang
penghantar, sistem 1 atau 3
phase, sudut belokan dan fungsi /
posisi tiang.

71

Saluran Kabel Tegangan Menengah


( SKTM )
1. Kabel tanah TM yang dipakai adalah kabel tanah dengan
pelindung mekanis bagian luar(pita baja) , dengan
berpelindung medan magnit dan elektris. Kabel dapat
berbentuk multicore-belted-cable atau single-core-full-
isolated-cable.
2. Kabel tanah diletakkan minimum : 0,8 meter dibawah
permukaan tanah untuk jalan yang dilewati kendaraan
dan ditanam 0,6 meter pada jalan yang tidak dilewati
kendaraan. Lebar galian sekurang-kurangnya 0,4 meter.
3. Kabel harus dilapisi pasir halus setebal minimum 5 cm dari
permukaan kulit kabel dan bagian atas diberi pelindung
mekanis, yang dimaksudkan untuk pengamanan terbuat
dari beton atau batu-bata.

72

36
Konstruksi persilangan kabel :
1. Kabel yang bersilangan harus dilindungi dengan
beton belah atau lempengan besi, dengan ketebalan
min. 6 cm.
2. Pipa beton belah dipasang 0,5 meter pada sisi kiri
kanan persilangan dengan tutup pelindung minimum
5 cm , yang lebih lebar dari kabel yang dilindungi.
3. Penyambungan kabel dengan konstruksi instalasi
diatas tanah : Kabel keluar dari tanah ( opstik kabel )
pada tiang harus dilindungi pipa galvanis minimal
panjang 2,5 meter diatas tanah.

73

KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI

Jenis-jenis Gardu Distribusi :


1. Gardu Distribusi Konstruksi beton.
2. Gardu Distribusi Konstruksi kiosk (metal clad).
3. Gardu Distribusi Konstruksi tiang portal.
4. Gardu Distribusi Konstruksi tiang cantol.
5. Gardu SLTM :
Gardu SLTM tiang
Gardu SLTM tipe tertutup
Gardu SLTM tipe kubikel
Gardu SLTM tipe sel terbuka.

74

37
Komponen-komponen Gardu Distribusi :

1. PHB sisi tegangan menengah


2. PHB pemisah sakelar daya
3. PHB pengaman transformator
4. Transformator Distribusi
5. PHB sisi tegangan rendah
6. Pengaman tegangan rendah
7. Sistem pembumian
8. Alat-alat indikator

75

PHB Tegangan Rendah :

1. Pada jaringan distribusi kabel tegangan rendah,


PHB-TR berfungsi sebagai titik pencabangan
jaringan dan sambungan pelayanan.
2. Instalasi PHB-TR pasangan luar dan pasangan
dalam harus memenuhi persyaratan keamanan
dan keselamatan lingkungan dan persyaratan
teknis baik elektrik maupun mekanis.

76

38
KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH ( JTR )

Penggolongan bentuk Konstruksi Jaringan


Tegangan Rendah diperlukan untuk
memudahkan perencanaan konstruksi ,
menghitung kebutuhan material, alat
komisioning dan pemilihan bentuk konstruksi
jaringan ditentukan olehkondisi lapangan.

77

Jenis penghantar udara :

1. Penghantar tak berisolasi A3C, BCC, A2C,


ACSR.
2. Penghantar berisolasi : NYM-T, NYMZ, NFY,
NF2X, NFA2X, NFA2XSEY.

78

39
Konstruksi Tiang :
Konstruksi tiang awal dengan satu strain
clamp/dead end clamp
Konstruksi tiang akhir dengan satu strain
clamp/dead end clamp
Konstruksi tiang sudut ( 0 - 25 0 )
Konstruksi tiang tengah
Konstruksi tiang sudut ( 25 - 90 0 )
Konstruksi pembumian
Konstruksi tiang T
Konstruksi tiang dengan kawat tarik - Guy Wire
79

Batasan non teknis memilih kekuatan tiang :

Besar penampang penghantar yang pada titik tumpu dapat


menyebabkan penghantar kekuatan mekanis tiang retak /
putus pada titik tersebut.
Panjang bentangan penghantar baik dari sudut konstruksi
ataupun operasional atau dari segi keamanan lingkungan
dan estika.
Rute geografis jalur / lintasan, dimana tidak semua jalur
jaringan merupakan lintasan lurus.
Dengan pertimbangan tersebut maka jarak gawang / span
hantar tiang penyangga distandarisasi pada 40 meter,
dengan titik terendah jaringan andongan dengan
permukaan jalan di lalu lintas berat minimum 6 meter pada
temperatur menghantar 600 C.

80

40
Kekuatan tiang ujung :

Kekuatan titik pada tiang bertumpu pada jarak


10 cm dari ujung atas tiang, beban kerjanya di
standarisir 200 daN, 350, daN, 500daN, 800
daN, 1200 daN.
Berdasarkan perhitungan mekanis gaya yang
terjadi pada tiang, maka batas maksimum
rentangan / gantang / span dengan berbagai
ukuran penghantar adalah :

81

Kekuatan tiang sudut:

Lintasan jaringan tidak selalu lurus, pada sejumlah titik


terjadi pembelokan yang besar sudutnya berbeda
beda.
Menghitung kekuatan tiang sudut dilaksanakan dengan
rumus ilmu ukur sudut, dengan memperhatikan sudut
antara dua tarikan pada tiang sudut tersebut
Dicontohkan menhitung kekuatan tiang sudut dengan
metoda polygon dimana jumlah semua gaya sama
dengan nol. Gaya Resultante adalah besarnya gaya
rujukan untuk memilih sudut kekuatan tiang sudut.

82

41
Penggunaan kawat perengang atau tiang
penegang (stake pole) :

Kawat penegang dapat mengurangi beban


mekanis tiang, demikian juga pemakaian tiang
penopang.
Sehingga tiang dengan kekuatan mekanis yang
kecil dapat dipergunakan untuk menahan
beban mekanis yang lebih besar.
Konstruksi ini umum dipakai pada tiang akhir
dan tiang tiang sudut.
83

Pembumian pada jaringan distribusi jaringan


tegengan rendah :
Ketentuan tentang pembumian :
Menurut PUIL, semua bagian konduktif terbuka pada
suatu instalasi harus dibumikan.
Petunjuk praktis semua nilai resistansi pembumian
maksimum sebesar 5 Ohm.
Berdasarkan kekuatan mekanis luas penampang
minimum penghantar pembumian adalah sebesar 50
mm2 dan terbuat dari tembaga.
Penghantar bumi Elektroda batang dimasukkan tegak
lurus ke dalam tanah, panjangnya disesuaikan dengan
kebutuhan dengan memperhatikan resistansi tanah : 84

42
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
instalasi

Untuk resistansi tanah P1 = 100 meter :


Panjang
:
1m
2m
3m
4m
Nilai
:
70
40
30
20
Untuk resistansi tanah P1 tidak sama dengan P, nilai pentanahan dikalikan P / P1
85

Lendutan ( saging ) :
Jarak lendutan ( sag ) dengan permukaan tanah diukur dari titik
terendah sekurang-kurangnya :

Penghantar
Tak berisolasi
Penghantar
Berisolasi
Bukan jalan umum
Jalan umum
5 meter
5 meter
4 meter
3 meter

86

43
Jarak Bebas:

Jarak bebas penghantar tak berisolasi dengan


benda lain ( pohon / bangunan ) :
Pada dasarnya tidak boleh bersinggungan
Jarak yang dipersyaratkan min. 0,5 meter.

87

SAMBUNGAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH :

Definisi :
Sambungan Luar Tegangan Rendah (SLTR) adalah penghantar
dibawah atau diatas tanah termasuk peralatannya mulai dari titik
Penyambunganpada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sampai
dengan Alat Pembatas dan Pengukur (APP).
Sambungan Luar Pelayanan (SLP) adalah bagian dari SL yang
dipasang dibawah atau diatas tanah dan berada diluar bangunan
pelanggan.
Sambungan Masuk Pelayanan (SMP) adalah bagian dari SL yang
dipasang dibawah atau diatas tanah dan berada didalam bangunan
pelanggan.
Alat Pembatas dan Pengukur (APP) merupakan suatu alat yang
digunakan sebagai dasar transaksi jual beli energi listrik dari PLN
kepada pelanggan.

88

44
Jenis/Type Konstruksi SLTR :

oSLTR dengan Kabel Udara 1 Phase


oSLTR dengan Kabel Udara 3 Phase
oDengan APP Type Khusus-I di Pelanggan
oDengan APP Type Khusus-I di Gardu Distribusi

89

SURVEY JARINGAN DAN


PENGGAMBARAN RANCANGAN TEKNIS
Rancangan pengembangan jaringan distribusi
tenaga listrik adalah suatu berkas gambar
rancangan dan uraian teknis, yang digunakan
sebagai pedoman untuk pelaksanaan
pembangunannya yang diperoleh dari suatu
kegiatan survey.

90

45
Langkah survey yang biasa dilakukan dalam suatu
pengembangan / pembangunan jaringan
distribusi meliputi :

1. Persiapan
Menyiapkan peralatan dan perlengkapan survey
Menggunakan peralatan dan perlengkapan survey

91

Langkah survey yang biasa dilakukan dalam


suatu pengembangan / pembangunan jaringan
distribusi meliputi (lanjutan):
2. Pelaksanaan
Mengukur route jaringan distribusi
Menentukan titik tanam tiang
Menentukan arah route setiap titik dengan kompas
Membuat sketsa jaringan distribusi dengan mencatat jarak antar titik
tanam tiang dan mencatat angka penunjukan kompas
Mencatat semua kondisi dan objek pengenal di lingkungan route
jaringan.

92

46
Langkah survey yang biasa dilakukan dalam suatu
pengembangan / pembangunan jaringan
distribusi meliputi (lanjutan):

3. Laporan
Membuat Laporan hasil survey sesuai format yang ditentukan
Dari suatu hasil survey, dilakukanlah penggambaran
rancangan pengembangan jaringan distribusi tersebut.

93

Isi dari suatu rancangan tersebut


antara lain :
1. Gambar Situasi, yang menunjukkan :
Letak lokasi kebutuhan beban tenaga listrik
Situasi lokasi tempat.

94

47
Isi dari suatu rancangan tersebut
antara lain (lanjutan):
2. Gambar jaringan distribusi, yang meliputi :
Gambar route rangkaian jaringan distribusi yang berupa
rangkaian utama dan cabang, jenis konstruksi, penghantar
dari suply utama ke pusat beban.
Rancangan tata letak perlengkapan jaringan distribusi
Rancangan letak pemutus tenaga/pemisah, alat proteksi
Tanda-tanda gambar.
Ukuran dan jenis penghantar
Sistem pembumian yang dipilih.

95

96

48
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.4.
Persyaratan K3
Perencanaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.4.
Persyaratan K3
Perencanaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
1

Persyaratan K3 perencanaan Instalasi,


Perlengkapan dan Peralatan listrik di
Pemanfaatan listrik

1
Tujuan K3 perencanaan instalasi listrik
di Pemanfaatan
Diharapkan agar melalui perencanaan
instalasi perlengkapan dan peralatan listrik di
Pemanfaatan listrik Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik melalui
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan
dan penilaian gambar rancangan instalasi
listrik
3

LATAR BELAKANG PENGAWASAN GAMBAR RANCANGAN

Instalasi listrik yang tidak dilakukan perencanaan dengan


baik akan menimbulkan potensi bahaya dan dapat
mengakibatkan kecelakaan yang merugikan jiwa manusia
dan peralatan.
Inatalsi listrik merupakan objek pengawasan di bidang
K3, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang No
1 Tahun 1970, yang dapat dijelaskan sbb:

2
Unit Kompetensi

1. Memeriksa
2. menghitung
3. menganalisa dan
4. Membuat laporan Pemeriksaan(gambar
Rancangan/Instalasi Listrik)

Pengertian Instalasi Listrik

Instalasi listrik adalah saluran listrik dan


Pengendali maupun peralatan yang
terpasang baik di dalam maupun di luar
bangunan untuk menyalurkan arus listrik.

3
Instalasi listrik harus diuji dan diperiksa
sebelum dioperasikan dan/atau
setelahmengalami perubahan penting untuk
membuktikan bahwa pekerjaan pemasangan
telah dilaksanakan sebagaimana semestinya
sesuai dengan PUIL 2011 dan/atau standar
lain yang berlaku.(2.5.8.1)

Jenis jenis dan system instalasi listrik


pada Pemanfaatan listrik

a.Instalasi penerangan
b.Instalasi Daya
c.Instalasi Tenaga

4
Perlengkapan Peralatan instalasi
Listrik
1. PHB :
Bus Bar
Pengaman (CB)
Pernghantar
Pembumian
2. Armatur
3. Stop kontak
4. Kendali

BEBAN PADA INSTALASI PEMANFAAT

1. PENERANGAN
2. REALATAN LISTRIK 1 Phasa
3. Peralatan listrik 3 Phasa

10

5
Instalasi Penerangan

11

CONTOH GAMBAR INSTALASI DAYA/KOTAK KONTAK

12

6
SLD-DISTRIBUSI LISTRIK TM-TR

13

BLOK DIAGRAM (contoh)

14

7
SLD-SISTEM DISTRIBUSI MV-LV

15

Gambar instalasi

1) Rancangan tata letak yang menunjukkan dengan jelas letak


perlengkapan listrik beserta sarana kendalinya (pelayanannya), seperti
titik lampu, kotak kontak, sakelar,motor listrik, PHB dan lain-lain.
2) Rancangan hubungan perlengkapan listrik dengan pengendalinya,
seperti hubungan lampu dengan sakelarnya, motor dengan
pengasutnya, dan dengan pengatur kecepatannya, yang merupakan
bagian dari sirkit akhir atau cabang sirkit akhir.
3) Gambar hubungan antara bagian sirkit akhir tersebut dengan PHB
yang bersangkutan, ataupun pemberian tanda dan keterangan yang
jelas mengenai hubungan tersebut.
4) Tanda ataupun keterangan yang jelas mengenai setiap perlengkapan
listrik.

16

8
Diagram garis tunggal

1) Diagram PHB lengkap dengan keterangan mengenai


ukuran dan besaran pengenal komponennya;SNI 04-
0225-2000
2) Keterangan mengenai jenis dan besar beban yang
terpasang dan pembagiannya
3) Sistem pembumian dengan mengacu kepada 3.18
4) Ukuran dan jenis penghantar yang dipakai.

17

18

9
Gambar rinci

1) Ukuran fisik PHB;


2) Cara pemasangan perlengkapan
listrik, contoh Socketoutlet
3) Cara pemasangan kabel
4) Cara kerja instalasi kendali

19

Detail Socket Outlet

20

10
Tabel bahan instalasi

1) Jumlah dan jenis kabel, penghantar dan


perlengkapan
2) Jumlah dan jenis perlengkapan bantu
3) Jumlah dan jenis PHB
4) Jumlah dan jenis luminer lampu.

21

Teori perhitungan/ kesesuaian


kebutuhan daya system instalasi listrik
Pemanfaatan

1. Analisis kebutuhan daya maksimum berdasarkan gambar


perencanaan, Rekapitulasi daya akan kebutuhan daya
pada :
a. Instalasi Penerangan
b.Intalasi Daya
c.Instalasi Tenaga

22

11
GAMBAR REKAPITULASI DAYA

23

Persyaratan K3 perencanaan instalasi listrik pada


pada system instalasi Pemanfaatan

1.Penentuan daerah aman pada area Pemanfaatan


berdasarkan gambar perencanaan
2. Tata letak peralatan, dan perlengkapan
dari aspek lingkungan berbahaya

24

12
Checklist Persyaratan K3 perencanaan instalasi listrik pada pemanfaatan

25

Teoridasar teknik perencanaan instalasi listrik


pada Pemanfaatan

Gambar perencanaan instalasi listrik:


1.Gambar perencanaan instalasi listrik:
a.Simbol-simbol
b.Diagram garis tunggal
c.Gambar instalasi
c. Gambar situasi
2.Checklist

26

13
27

CONTOH GAMBAR INSTALASI DAYA/KOTAK KONTAK

28

14
Detail Socket Outlet

29

KELENGKAPAN GAMBAR RANCANGAN


CONTOH DAFTAR GAMBAR

30

15
LANJUTAN

31

Persyaratan K3 peralatan dan perlengkapan pada


dokumen perencanaan instalasi Pemanfatan

Persyaratan K3
1.Proteksi pada PHB
2.Proteksi pada Peralatan dan perlengkapan
3.Proteksi pada Peralatan penyalur
4.Proteksi pada Peralatan pengatur

32

16
Spesifikasi teknis perlengkapan, peralatan listrik
bersertifikasi pada system instalasi listrik

Spesifikasi teknis perlengkapan dan


peralatan Listrik berdasarkan
dokumen perencanaan pemanfaatan
a. SNI dan standar lain
b. Uraian teknis
c. Katalog/spesifikasi teknis
perlengkapan dan peralatan listrik

33

Perencanaan system proteksi pada instalasi listrik


Pemanfaatan

a.Proteksi perlengkapan
b.Proteksi peralatan
c.Proteksi sistem pembumian
d.Proteksi petir
e.Over current
f.Under voltage

34

17
Persyaratan administrasi K3

1.SDM
(contoh sertifikat keahlian)
2.Lembaga
(contoh dokumen pengesahan
/ perijinan)

35

Penyusunan laporan hasil pemeriksaan


dokumen perencanaan

a.Checklist
b.Rekomendasi

36

18
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.5.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.5.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1

1. Jenis-jenis pekerjaan pemasangan


instalasi listrik di sistem pembangkitan
tenaga listrik, yang meliputi:

Jenis jenis Pembangkit


Ruang Lingkup Pemasangan
Perlengkapan & peralatan Pembangkitan
Instalasi listrik / LIST DRAWING

1
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di Pembangkitan
Tenaga Listrik, yang meliputi:

Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pekerjaan
pemasangandi Pembangkitan
3

3. Prosedur Penilaian Kerja di Sistem


Pembangkit Tenaga Listrik (Work
Assesment ), yang meliputi:

Instalasi listrik
perlengkapanlistrik
peralatan listrik

Work Assesment

2
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:

Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Standard Pemasangan yang aman di Pembangkit

5. Teknik analisis potensi bahaya pada


kegiatan pemasangan instalasi listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik
(HAZOP, JSA, JSO, PHA,) dan PDKB

Teknik Analisis HAZOP, JSA, JSO, PHA,)


dan PDKB

3
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

Format analisis potensi bahaya

7. Jenis dan persyaratan K3 peralatan (alat


kerja dan alat pelindung diri) yang
digunakandalam proses pemasangan di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Jenis dan persyaratan K3

4
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

Checklist pemeriksaan dan pengujian

9. Persyaratan keselamatan kegiatan pemasangan


di Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Persyaratan keselamatan kegiatan


pemasangan

10

5
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pemeriksaan dan pengujian


keselamatan kerja
11

11. Penyesuaian pemasangan instalasi,


perlengkapan dan peralataan listrik dengan
perencanaan

Kesesuaian pemasangan dengan


perencanaan

12

6
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan

Checklist Kesesuaian pemasangan dan


perencanaan

13

13. Objek pemeriksaan pemasangan instalasi


listrik di Sistem Pembangkit Tenaga Listrik,
yang meliputi:
instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Objek pemeriksaan pemasangan

14

7
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

. Checklist pemeriksaan dan


pengujian hasil pemasangan

15

15.Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning
16

8
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pemeriksaan pelaksanaan


komisioning
17

17. Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di Sistem Pembangkit
Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan

18

9
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, yang
meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pemeriksaan dan pengawasan


tindakan tanggap darurat
19

19. Contoh Dokumen sertifikasi


perlengkapan peralatan

Contoh Dokumen sertifikasi teknisi


K3 listrik

Contoh Dokumen
sertifikasi

20

10
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang

Checklist identifikasi sertifikasi


perlengkapan

21

21. Contoh Dokumen sertifikasi


Akhli /teknisi K3 listrik

Contoh Dokumen sertifikasi


Akhli/ teknisi K3 listrik

22

11
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM

Checklist identifikasi sertifikasi SDM

23

12
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.6.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.6.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1

1. Jenis-jenis pekerjaan pemasangan


instalasi listrik di sistem transmisi
tenaga listrik, yang meliputi:

Jenis jenis Komponen pada


Transmisi
Ruang Lingkup Pemasangan
Perlengkapan & peralatan transmisi
Assesoris Pada Transmisi

1
2. Checklist pekerjaan
pemasangan di transmisi Tenaga
Listrik, yang meliputi:

Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pekerjaan
pemasangandi transmisi
3

3. Prosedur Penilaian Kerja di Sistem


transmisi(Work Assesment ), yang
meliputi:

Instalasi listrik
perlengkapanlistrik
peralatan listrik

Work Assesment

2
4. Penyusunan Standard Pemasangan yang
aman di transmisi, yang meliputi:

Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Penyusunan Standard Pemasangan yang aman Di


Transmisi

5. Teknik analisis potensi bahaya pada


kegiatan pemasangan instalasi listrik di
Sistem transmisi Listrik (HAZOP, JSA,
JSO, PHA,) dan PDKB

Teknik JSA, JSO,


Bekerja Pada ketinggian

3
6. Format analisis potensi bahaya
pada kegiatan pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisiListrik

Format analisis potensi bahaya

7. Jenis dan persyaratan K3 peralatan (alat


kerja dan alat pelindung diri) yang
digunakandalam proses pemasangan di
Sistem Transmisi Tenaga Listrik, yang
meliputi:
Instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Jenis dan persyaratan K3

4
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan listrik dan alat kerja dan alat
pelindung diri yang digunakan dalam
proses pemasangan instalasi,
perlengkapan dan peralatan listrik di
Sistem transmisi Tenaga Listrik

Checklist pemeriksaan dan pengujian

9. Persyaratan keselamatan kegiatan pemasangan


di Sistem transmisi Tenaga Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Persyaratan keselamatan kegiatan


pemasangan

10

5
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian
keselamatan kerja dalam pelaksanaan
kegiatan pemasangan di Sistem transmisi
Listrik, yang meliputi:
instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pemeriksaan dan pengujian


keselamatan kerja
11

11. Penyesuaian pemasangan instalasi,


perlengkapan dan peralataan listrik dengan
perencanaan

Kesesuaian pemasangan dengan


perencanaan

12

6
12. Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik dengan perencanaan

Checklist Kesesuaian pemasangan dan


perencanaan

13

13. Objek pemeriksaan pemasangan instalasi


listrik di Sistem transmisi Listrik, yang
meliputi:
instalasi listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Objek pemeriksaan pemasangan

14

7
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Sistem Transmisi
Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

. Checklist pemeriksaan dan


pengujian hasil pemasangan

15

15.Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di transmisi, yang
meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning
16

8
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
transmisi , yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pemeriksaan pelaksanaan


komisioning

17

17. Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di transmisi yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Tindakan tanggap darurat dalam


pemasangan

18

9
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
transmisi Listrik, yang meliputi:
instalasi, listrik
perlengkapan listrik
peralatan listrik

Checklist pemeriksaan dan pengawasan


tindakan tanggap darurat

19

19. Contoh Dokumen sertifikasi


perlengkapan peralatan

Contoh Dokumen sertifikasi teknisi


K3 listrik

Contoh Dokumen
sertifikasi

20

10
20. Checklist identifikasi sertifikasi
perlengkapan dan peralatan listrik yang
akan dipasang

Checklist identifikasi sertifikasi


perlengkapan

21

21. Contoh Dokumen sertifikasi


Akhli /teknisi K3 listrik

Contoh Dokumen sertifikasi


Akhli/ teknisi K3 listrik

22

11
22. Checklist identifikasi sertifikasi
dan kartu kewenangan dan lisensi
lembaga/SDM

Checklist identifikasi sertifikasi SDM

23

12
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.7.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.7.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1

Curricullum Vitae
Penjelasan tujuan pembelajaran
Rencana Sesi pembelajaran

1
`

1.Jenis-jenis pekerjaan pemasangan


Instalasi di Distribusi listrik

1.1. Instalasi listrik


1.2. perlengkapan listrik
1.3. peralatan listrik
Ruang Lingkup Instalasi Distribusi tenaga Listrik

1,1. Jenis-jenis Instalasi pada pekerjaan pemasangan


Instalasi di
Distribusi listrik
1.1. Instalasi listrik
a. Simbol gambar satu garis Listrik
b. Contoh SLD
c. No Gambar / Dok RKS

2
1.2. Jenis-jenis Perlengkapan pada pekerjaan
pemasangan Instalasi di
Distribusi listrik

1.2. Perlengkapan listrik


a. Jenis Tiang
b. Cross Arm
c. Isolator
d. SUTM / Saluran Udara Tegangan Menengah
e. SKTM / Saluran Kabel Tegangan Menengah
f. Gardu Distribusi
g. Konstruksi Jaringan Tegangan Rendah / SUTR dan SKTR

1.3. Jenis-jenis Peralatan pada pekerjaan


pemasangan Instalasi di
Distribusi listrik

1.3. Peralatan listrik


Peralatan Utama sistem distribusi
a) Trafo Distribusi
b) Papan Hubung Bagi TR / PHB TR
c) Alat Pengukur dan Pembatas / APP
d) Pentanahan /Grounding
e) Proteksi Sistem Distribusi,
f) Peralatan Kerja & Alat Uji

3
2.Checklist pekerjaan pemasangan di
Distribusi
2.1. Checklist gambar instalasi
2.2. Checklist perlengkapan Listrik
2.3. Checklist peralatan Listrik

Ceklist General
Ceklist Distribusi

3. Prosedur Kerja Pemasangan di


Distribusi (work assesment )
3.1.instalasi Listrik
3.2.perlengkapan listrik
3.3peralatan listrik

Electrical Safety Prosedur

4
4.Penyusunan standar pemasangan yang aman
di Distribusi listrik
4.1.Instalasi, listrik
4.2.Perlengkapan listrik
4.3.Peralatan listrik
SPLN PERALATAN KERJA

STANDAR LAIN

IEC
SNI - TRANSFORMATOR
9

5.Teknik analisis potensi bahaya


kegiatan pemasangan
5.1.HAZOP / Hazard & Operability Analysis
5.2.JSA dan JSO, / Job Safety Analysis , Job Safety
Observations
5.3. Potensi Bahaya Bekerja di Ketinggian

10

5
6. Format analisis potensi bahaya pada kegiatan
pemasangan instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik di Distribusi listrik

6.1 Format analisis potensi bahaya pada kegiatan


pemasangan instalasi,
6.2. Format analisis potensi bahaya pemasangan
pada Perlengkapan Listrik
6.3 .Format analisis potensi bahaya pada
pemasangan pada Peralatan Listrik

11

7. Jenis dan persyaratan K3 yang digunakan


dalam proses pemasangan di distribusi
7.1.Instalasi, listrik
7.2.Perlengkapan listrik
7.3.Peralatan listrik ( Alat Kerja )

12

6
8. Checklist pemeriksaan dan pengujian
peralatan , peralatan alat kerja dan alat pelindung diri
yang digunakan dalam proses pemasangan instalasi di
Distribusi

8.1.Cheklist peralatan alat kerja


8.2.Cheklist alat pelindung diri apd 2
8.3. Cheklist perlengkapan
8.4. Cheklist peralatan listrik
General
8.1.8.3.8.4

13

9. Persyaratan keselamatan kegiatan


pemasangan di Distribusi listrik

9.1.Instalasi, listrik
9.2.Perlengkapan listrik
9.3.Peralatan listrik

9. KESELAMATAN PADA PEMASANGAN PEKERJAAN


SUTM / OVER HEAD

14

7
10. Checklist pemeriksaan dan pengujian keselamatan
kegiatan di Distribusi listrik, meliputi :

10.1. Checklist pemeriksaan dan pengujian pada


Instalasi, listrik
10.2. Checklist pemeriksaan dan pengujian pada
Perlengkapan listrik
10.3. Checklist pemeriksaan dan pengujian pada
Peralatan listrik
10. Checklist SAFETY WORK

15

11. Penyesuaian pemasangan instalasi, perlengkapan,


peralatan listrik dengan perencanaan

11.1. Pada Distribusi Instalasi, listrik


11.2. Pada Perlengkapan Distribusi listrik
11.3. Pada Peralatan Distribusi listrik
11. Checklist KESESUAIAN PEMASANGAN

16

8
12.Checklist pemeriksaan penyesuaian
pemasangan dengan perencanaan
12.1. Pada Instalasi, listrik
12.2. Pada Perlengkapan listrik
12.3. Pada Peralatan listrik
12. Checklist KESESUAIAN

17

13. Objek pemeriksaan pemasangan di


Distribusi listrik :

13.1. Pada Instalasi, distribusi listrik


13.2.Perlengkapan distribusi listrik
13.3.Peralatan distribusi listrik
13. PEMERIKSAAN PEMASANGAN
Power Switchgear Assemblies and Distribution
Boards according to IEC EN 61439

18

9
14. Checklist pemeriksaan dan pengujian
hasil pemasangan di Distribusi listrik,
14.1.Instalasi, listrik
14.2.Perlengkapan listrik
14.3.Peralatan listrik
14. Checklist PEMERIKSAAN DAN
PENGUJIAN PEMASANGAN GARDU
INDOOR

19

15.Prosedur aman untuk pelaksanaan


Komisioning di Distribusi Listrik
15.1. Pada Instalasi, listrik
15.2. Pada Perlengkapan listrik
15.3. Pada Peralatan listrik
15. a.PROSEDUR AMAN PELAKSANAAN
KOMISIONING PADA PEKERJAAN DISTRIBUSI

20

10
16. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
16.1.Pada Instalasi, listrik
16.2.Perlengkapan listrik
16.3.Peralatan listrik
16.a.Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
16.b.SPLN Checklist pemeriksaan dan pengawasan
keselamatan pelaksanaan komisioning di
Distribusi listrik
21

17.Tindakan tanggap darurat dalam pemasangan


instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik di
Distribusi listrik
17.1.Instalasi Distribusi listrik
17.2.Perlengkapan Distribusi Listriklistrik
17.3.Peralatan distribusi listrik
PDKB PUIL 2011/ Kemungkinan kondisi
darurat pada saat penyambungan
17.Tindakan tanggap darurat

22

11
18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan
tindakan tanggap darurat dalam pemasangan
instalasi

18.1. Checklist pemeriksaan dan pengawasan dalam


pemasangan instalasidi Distribusi listrik
18.2. Checklist pemeriksaan dan pengawasan dalam
perlengkapan di Distribusi listrik
18.3. Checklist pemeriksaan dan pengawasan peralatan
listrik di Distribusi listrik

18. Checklist pemeriksaan dan pengawasan tindakan


tanggap darurat 23

19.Dokumen sertifikasi perlengkapan peralatan

19.1. Contoh Dokumen sertifikasi perlengkapan


peralatan

CONTOH

24

12
20.Checklist identifikasi sertifikasi
20.1 Cheklist perlengkapan listrik yang akan
dipasang
20.2 Cheklist peralatan listrik yang akan
dipasang
PERSONAL

25

21. Dokumen sertifikasi teknisi K3 listrik


21.1.contoh Dokumen sertifikasi teknisi K3 listrik

26

13
22. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu
kewenangan dan lisensi lembaga/SDM

22.1. Checklist identifikasi sertifikasi dan kartu


kewenangan dan lisensi lembaga/SDM

27

14
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.8.
Persyaratan K3
Pemasangan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.8.
Persyaratan K3
Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1

K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

1
K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

1. Bio Data
(Curiculum Vitae)

K3 Listrik Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

2. Kurikulum Persyaratan K3 Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

2
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

Prosedure Keselamatan Listrik


(Electrical Safety Procedures)

K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

Keselamatan K3 Listrik Yang diperlukan


(Electrical Safety Requirements)

3
K3 Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

Flow Chart Metodelogi

Proses Pembangkitan Tenaga Listrik Sampai Dengan


di Pemanfaatan Tenaga Listrik
PLTA / PLTGU

GARDU INDUK
PLTG
STEP UP

UNIT PENGATUR
DISTRIBUSI
SALURAN
TRANSMISI
INDUSTRI
BESAR GARDU INDUK
70 kV
PLTD

GARDU INDUK
SALURAN
150 kV
TRANSMISI

KANTOR / PERTOKOAN
JARINGAN
INDUSTRI MENENGAH TM / TR
/ KECIL

SEKOLAH / PERGURUAN PERUMAHAN


TINGGI 8

4
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

3.1. Peraturan Bangunan 2010


(Building regulations 2010)

3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

3.2. Gambar Rencana berdasarkan PUIL 2000,


bab 4, halaman 105-106

10

5
3. Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

3.3. Spesifikasi Teknik atau Uraian Teknik

11

3. Contoh Dokumen Kontrak


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

3.4. Contoh Gambar Rencana Pekerjaan


Pemasangan Instalasi , Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik

12

6
3. Contoh Dokumen Kontrak
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

3.5. Contoh Spesifikasi Teknik atau Uraian Teknik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi ,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

13

4.1. Pelanggan Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4.1.1. Macam-macam Pelanggan Listrik


Berdasarkan Keperluan Pelayanan
(PUIL 2000, Halaman 117 sampai dengan 122)

14

7
4.1. Pelanggan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4.1.2. Macam-macam Pelanggan Listrik Berdasarkan


Ketentuan Untuk berbagai Ruang dan Instalasi Khusus
(PUIL 2000 Halaman 359 Sampai Dengan 431)

15

4.1. Pelanggan Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4.1.3. Macam-macam Pelanggan Berdasarkan


Golongan Tarif Tenaga Listrik
PERMEN ESDM NOMOR 09 Tahun 2014

16

8
4.2. Lingkup Pekerjaan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4.2.1. Lingkup Pekerjaan Listrik (Scope of Work)

17

4.3. Perlengkapan dan Peralatan Listrik


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4.3.1. Macam-macam Perlengkapan dan


Peralatan Listrik berdasarkan PUIL 2000, Bab 5,
halaman 163 sampai dengan 214

18

9
4.3. Perlengkapan dan Peralatan Listrik
Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

4.3.2. Contoh Format Surat Keaslian Barang


Perlengkapan dan Peralatan Listrik

19

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.1. Macam-macam Peralatan Kerja yang aman


(Hand and Power Tools Safety)

20

10
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.2. Peraturan-Peraturan Dasar Keselamatan


Untuk Peralatan Kerja

21

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.3. Tingkatan Resiko, Identifikasi Hazard


(Level of Risk)

22

11
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.4. Pencegahan Keselamatan Umum,


Keselamatan Sebelum Operasional
(General Safety Precautions)

23

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.5. Tindakan Pencegahan Keselamatan


Pengoperasian Peralatan Kerja

24

12
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.6. Pemeliharaan dan Penyimpanan


(Misuse and Poor Maintenance)

25

5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.7. Alat Proteksi Diri


(Personal Protective Equipment)

26

13
5. Peralatan Kerja Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.8. Contoh Gambar-gambar Peralatan Kerja

27

5. Peralatan Kerja Listrik Pekerjaan Pemasangan


Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

5.9. Contoh Format Ceck List Peralatan Kerja

28

14
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.1. Pemakaian Tenaga Kerja yang Tepat

29

6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.2. In efisiensi akibat Penggunaan Tenaga Kerja

dengan kemampuan yang kurang

30

15
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.3. Kemampuan Tenaga Kerja Menggunakan Alat Kerja

(Hand and Power Tools Best Practices)

31

6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.4. Kemampuan Tenaga Kerja Membuat checkList


Pemeriksaan Fasilitas Keselamatan

(Facility Safety Inspection CheckList)

32

16
6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.5. Contoh Format Ceck List Tenaga Kerja

33

6. Tenaga Kerja di Pekerjaan Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

6.7. Contoh-Contoh Sertifikat Keahlian K3 Listrik

34

17
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.1. Potensi Bahaya K3 Listrik


Pemasangan Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

35

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.2. Bahaya Faktor Ergonomi dan


Pengaturan Kerja

36

18
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.3. Identifikasin Potensi Bahaya dan APD

37

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Listrik

38

19
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.5. Penilaian Resiko

39

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.6. Pengendalian Resiko

40

20
7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.7. Memilih indikator untuk Evaluasi K3

41

7. K-3 Listrik untuk Pemasangan Instalasi,


Perlengkapan, dan Peralatan Listrik,
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

7.8. Format-format K3
dan
Format Checklist Pemeriksaan Fasilitas Keselamatan
(Facility Safety Inspection Checklist)
42

21
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

8.1.1. Keselamatan Umum Yang diperlukan


(General Safety Requirements)

43

8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,


dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

8.1.2. Peraturan-peraturan Umum


(General Rules)

44

22
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

8.1.3. Listrik di Tempat Konstruksi


(Electricity on Construction Sites)

45

8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,


dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

8.1.4. Contoh Panduan Instalasi Listrik di Bangunan Rumah


(Guidelines for Electrical Wiring in Residental Building)

46

23
8.1. Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

8.1.5. Contoh Panduan Pemasangan Genset


(Generating Set Installation Guide)

47

8.2. Pemeriksaan dan Pengujian


Pekerjaan Pemasangan Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

8.2.1. Pemeriksaan dan Pengujian

48

24
8.3. Contoh Format-format Pemeriksaan, Pengujian, dan
Komisioning Pekerjaan Pemasangan Instalasi, Perlengkapan,
dan Peralatan Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik

49

9. Persyaratan Administrasi K-3, Alih Teknologi


(training), dan Perijinan Pekerjaan Pemasangan
Instalasi, Perlengkapan, dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik

9.1. Perijinan Instalasi Listrik


9. 2. Pelaporan
9.3. Biaya Perijinan Listrik
9.4. Alih Teknologi (training)

50

25
14. Contoh Format Surat Ijin dan
Surat Laik Operasi (SLO)

51

26
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.9.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.9.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik 1

M I.9
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pembangkitan Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pembangkitan Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

2
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

1.1.1. Pengertian Dan Tujuan


Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan listrik adalah
serangkaian tindakan atau proses kegiatan
untuk mempertahankan kondisi dan
meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi
sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah
terjadinya gangguan yang menyebabkan
kerusakan.

3
Ada pula yang mengatakan bahwa

Pemeliharaan :

Kegiatan yang meliputi program pemeriksaan,


perawatan, perbaikan dan uji ulang (unjuk
kerja) dengan tujuan utama untuk
mempertahankan peralatan tersebut beroperasi
secara optimum.

Sedangkan menurut John Moubray dalam


bukunya RCM II, mengatakan

Pemeliharaan : pemastian bahwa aset fisik


melanjutkan memenuhi fungsi yang
diinginkannya.

(Maintenance : Ensuring that physical assets


continue to fulfil their intended fungtions)

4
Tujuan pemeliharaan peralatan listrik adalah
untuk menjamin kontinuitas penyaluran tenaga
listrik dan menjamin keandalan, antara lain :

Untuk meningkatkan reliability, availability


dan effiency.
Untuk memperpanjang umur peralatan.
Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau
kerusakan peralatan.
Meningkatkan Safety peralatan.
Mengurangi lama waktu padam akibat sering
gangguan.

1.2.

Jenis pemeliharaan (Preventive


Maintenance, Predictive
Maintenance, Corective
Maintenance) Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
10

5
Pemeliharaan Listrik terdiri dari :
1.Preventive Maintenance (PM) = Overhaul
= Service = Shutdown
= Turn Around (TA), dll.
Ciri-cirinya :
- Off line (equipment dalam keadaan dimatikan)
- Terjadwal (Scheduled):
- Berdasarkan kalender : mingguan, bulanan, tahunan,
3 tahunan, 5 tahunan, dlsb.
- Berdasarkan running hours: setiap 10.000 jam, dlsb
- Berdasarkan running distances: setiap 5.000 km,dll

2.Predictive Maintenance (PdM) = Condition Monitoring


Ciri-cirinya :
- On line (equipment dalam keadaan hidup), atau Off line
- Contoh : Vibration Monitor, Thermography,On line Partial
Discharge,dll

3.Corrective Maintenance (CM) terencana


Breakdown Maintenance tidak terencana = Fix it when it broke
= Repair = Perbaikan
-Bisa Off line line, maupun On line. 11

Scheduled Overhauls = Service = Shutdown = Turn Around (TA)


= Preventive Maintenance (PM)
Condition Monitoring = Predictive Maintenance (PdM)
Fix it when it broke = Repair = Perbaikan
= Corrective Maintenance (CM) / Breakdown
Maintenanace 12

6
Jenis-jenis Pemeliharaan

Jenisjenis pemeliharaan peralatan listrik


adalah sebagai berikut :

1. Preventive Maintenance
(Time Base Maintenance) adalah kegiatan
pemeliharaan yang dilaksanakan untuk
mencegah terjadinya kerusakan peralatan
secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan
unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai
umur teknisnya.

13

Kegiatan ini dilaksanakan secara berkala


dengan berpedoman kepada : Instruction
Manual dari pabrik, standar-standar yang ada
(IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di
lapangan.

Pemeliharaan ini disebut juga dengan


pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Base
Maintenance).

14

7
2. Predictive Maintenance
(Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan
yang dilakukan dengan cara memprediksi
kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan
kapan kemungkinannya peralatan listrik
tersebut menuju kegagalan.

Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat


diketahui gejala kerusakan secara dini.

Cara yang biasa dipakai adalah memonitor


kondisi secara online baik pada saat peralatan
beroperasi atau tidak beroperasi.
15

Untuk ini diperlukan peralatan dan personil


khusus untuk analisa.

Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan


berdasarkan kondisi (Condition Base
Maintenance ).

16

8
3. Corective Maintenance adalah
pemeliharaan yang dilakukan secara terencana
ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau
unjuk kerja rendah pada saat menjalankan
fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan
pada kondisi semula disertai perbaikan dan
penyempurnaan instalasi.
Pemeliharaan ini disebut juga Curative
Maintenance, yang bisa berupa Trouble
Shooting atau penggantian part/bagian yang
rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan
dengan terencana.

17

Sedangkan istilah Breakdown Maintenance


diartikan sebagai pemeliharaan yang dilakukan
setelah terjadi kerusakan mendadak yang
waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.

18

9
2.

Objek pemeliharaan :

Jenis Pembangkit,
Instalasi Listrik
Transformator, Generator
Switchgear, Proteksi,
Elektronik, APAR
19

20

10
Jenis Pembangkit
Jenis-jenis Pusat Pembangkit Listrik :

Tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit tenaga


listrik.

Berdasarkan sumber dan asal tenaga listrik dihasilkan, dapat


dikenal pusat-pusat listrik:

1. Pusat listrik tenaga thermo


Pusat pembangkit listrik tenaga thermo menggunakan bahan
bakar yang berbentuk padat, cair, dan gas.

21

Pusat pembangkit listrik tenaga thermo, terdiri dari:

a) Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).


Pada pusat listrik tenaga uap menggunakan bahan bakar batu
bara, minyak, atau gas sebagai sumber energi primer.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


putaran turbin uap.

Tenaga untuk menggerakkan turbin berupa tenaga uap yang


berasal dari ketel uap. Bahan bahan bakar ketelnya berupa batu
bara, minyak bakar, dan lainnya.

22

11
b) Pusat Listrik Tenaga Gas
(PLTG)
Pada pusat listrik tenaga gas, energi primer berasal dari bahan
bakar gas atau minyak.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga penggerak turbin gas atau motor gas.

Untuk memutar turbin gas atau motor gas menggunakan tenaga


gas.

Gas berasal dari dapur tinggi, dapur kokas, dan gas alam.

23

c) Pusat Listrik Tenaga Disel


(PLTD)
Pada pusat pembangkit listrik tenaga diesel, energi primer
sebagai energi diesel berasal dari bahan bakar minyak atau
bahan bakar gas.

Untuk memutar generator pembangkit listrik menggunakan


tenaga pemutar yang berasal dari putaran disel.

24

12
d) Pusat Listrik Tenaga Gas dan
Uap (PLTGU)
Pusat listrik tenaga gas dan uap merupakan kombinasi PLTG
dengan PLTU.

Gas buang dari PLTG dimanfaatkan untuk menghasilkan uap


oleh ketel uap dan menghasilkan uap sebagai penggerak turbin
uap.

Turbin uap selanjutnya memutar generator listrik

25

2. Pusat listrik tenaga hydro


Pusat listrik yang menggunakan tenaga air atau sering disebut
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).

Pada pusat listrik tenaga air, energi utamanya berasal dari


tenaga air (energi primer).

Tenaga air tersebut menggerakkan turbin air dan turbin air


memutar generator listrik.

Pusat listrik ini menggunakan tenaga air sebagai sumber energi


primer.
Pusat Listrik Tenaga Air dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

a) Pusat listrik tenaga air daerah bukit, memanfaatkan selisih


tinggi jatuhnya air yang tinggi.

b) Pusat listrik tenaga air daerah datar, memanfaatkan debit air


dan tinggi jatuhnya air rendah. 26

13
3. Pusat Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN)
Pada pusat pembangkit ini, tenaga nuklir diubah menjadi tenaga
listrik.

Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan PLTU yang


menggunakan uranium sebagai bahan bakar dan menjadi
sumber energi primer.

Uranium mengalami proses fusi (fussion) di dalam reaktor nuklir


yang menghasilkan energi panas.

Energi panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan


uap dalam ketel uap.

27

Uap panas yang dihasilkan ketel uap selanjutnya digunakan


untuk menggerakkan turbin uap dan turbin uap memutar
generator listrik.

Pusat listrik tenaga thermo berada di pusat pemakaian atau


konsumen, kecuali pusat listrik tenaga nuklir.

Sedangkan pusat listrik tenaga air berada jauh dari pusat


pemakaian atau konsumen termasuk pusat listrik tenaga nuklir.

28

14
3. Pusat Listrik dengan Energi
terbarukan
a.Pusat Litrik Panas Bumi (PLTP)

b.Pusat Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

c.Pusat Listrik Tenaga Surya (PLTS)

29

Instalasi Listrik
Instalasi Listrik pada Pusat Pembangkitan Listrik

Secara umum, pusat pembangkit listrik membangkitkan


tenaga listrik arus bolak-balik tiga fasa yang dihasilkan oleh
generator sinkron.

Tegangan generator paling tinggi yang dapat dibangkitkan


oleh pembangkit listrik adalah 23 kV.

Pada saat ini, dalam tingkat riset sedang dikembangkan


generator yang dapat membangkitkan tegangan listrik sampai
150 kV.

Diagram satu garis instalasi tenaga listrik pada pusat


pembangkit listrik sederhana ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
30

15
31

Pusat pembangkit listrik yang sudah beroperasi secara komersial


secara umum ditunjukkan pada Gambar.

Tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator sinkron


dinaikkan dengan menggunakan transformator listrik sebelum
dihubungkan pada rel (busbar) melalui pemutus tenaga (PMT).

Semua generator listrik yang menghasilkan energi listrik


dihubungkan pada rel (busbar).

Begitu pula semua saluran keluar dari pusat listrik dihubungkan


dengan rel pusat listrik.

Saluran yang keluar dari rel pusat pembangkit listrik digunakan


untuk mengirim tenaga listrik dalam jumlah besar ke lokasi
pemakai (beban) dan digunakan untuk menyediakan tenaga
listrik di lokasi sekitar pusat pusat pembangkit listrik.

32

16
Selain itu juga ada saluran (feeder) yang digunakan
menyediakan tenaga listrik untuk keperluan pusat pembangkit
sendiri yang digunakan untuk sumber tenaga listrik pada
instalasi penerangan, mengoperasikan motor-motor listrik
(motor listrik sebagai penggerak pompa air pendingin, motor
listrik sebagai penggerak pendingin udara, motor listrik sebagai
penggerak peralatan pengangkat, keperluan kelengkapan
kontrol, dan lain-lain).

Pada pusat pembangkit listrik juga memiliki instalasi listrik


dengan sumber tegangan listrik arus searah.

Sumber listrik arus searah pada pusat pembangkit tenaga listrik


digunakan untuk menggerakkan peralatan mekanik pada
pemutus tenaga (PMT) dan untuk lampu penerangan darurat.

Sumber listrik arus searah yang digunakan pada pusat


pembangkit listrik adalah baterai aki yang diisi oleh penyearah.
33

Transformator
1. Klasifikasi transformator tenaga

Transformator tenaga dapat di klasifikasikan menurut sistem


pemasangan dan cara pendinginannya.

1. Pemasangan

Pemasangan dalam
Pemasangan luar

34

17
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi dan pemakaian

Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


Transformator Gardu Induk
Transformator Distribusi

2) Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas


1100 kV dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

35

36

18
Dalam usaha mempermudah pengawasan
dalam operasi, transformator dapat dibagi
menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.

37

Generator

38

19
Switchgear

39

Proteksi
Proteksi sitem tenaga listrik adalah suatu proses menjadikan
Pembangkitan, Transmisi, Distribusi, dan Pemanfaatan
(konsumsi) enegi listrik seaman mungkin dari efek-efek
kegagalan dan kejadian yang menempatkan sistem tenaga
pada risiko.

Tidak mungkin kita menjadikan sistem tenaga listrik 100%


aman (safe) atau 100% dapat diandalkan (reliable), karena
biayanya akan sangat mahal.

Oleh karena itu perlu penilaian risiko (risk assessment) untuk


menentukan tingkat bahaya yang dapat diterima terhadap
kecelakaan atau biaya akibat kerusakan.

40

20
Tujuan proteksi dan koordinasi sistem listrik
menurut ANSI/IEEE Std 242 1986/2001

Prinsip Utama :

Tujuan dari proteksi dan koordinasi


sistem listrik adalah :
Mencegah kecelakaan pada manusia

Meminimalisasi kerusakan pada peralatan

Membatasi durasi pemadaman listrik

Note :
ANSI = American National Standards Institute
IEEE = Institute of Electrical and Electronics Engineers

41

42

21
Selain ELCB (GFCI) dan Oveload Heater pada Motor Control,

Alat Proteksi Utama pemutus


Listrik adalah :
1.Circuit Breaker
& (atau)
2.Fuse (Sekering)
43

1. Circuit Breaker (CB)


a). MCB (Miniatur Circuit Breaker) : bisa trip sendiri

b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker) : bisa trip sendiri

c). ACB (Air Circuit Breaker) : ada yang bisa trip sendiri, ada
yang dilengkapi Protective Relays

d). OCB (Oil Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays

e). VCB (Vacuum Circuit Breaker) : dilengkapi Protective Relays

f). SF6CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) : dilengkapi


dengan Protective Relays
44

22
a).MCB (Miniatur Circuit Breaker)
MCB berfungsi mengamankan arus hubung singkat (short circuit)
dan pembatas daya (overload) , kerjanya berdasarkan dua
kendali.
Kendali panas terbuat dari elemen dwilogam yang akan bekerja
jika daya beban melebihi batas dan kendali elektromagnetik
untuk arus hubung singkat akan bekerja jika arus yang
mengalir
jauh melampaui arus nominal yang ditentukan; biasanya setelan
pengaman ini 6 s/d 12 kali arus nominal, tergantung dari tipe
MCB tersebut apakah tipe lambat atau cepat.

MCB 1 fasa, 2 fasa, 3 fasa 45

Berdasarkan penggunaan dan daerah kerjanya, MCB dapat


digolongkan menjadi 5 jenis yaitu :

1. Tipe Z (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk pengaman rangkaian semikonduktor dan


trafo-trafo yang sensitif terhadap tegangan.

2. Tipe K (rating dan breaking capacity kecil) :

Digunakan untuk mengamankan alat-alat rumah tangga.

3. Tipe G (rating besar) untuk pengaman motor.

4. Tipe L (rating besar) untuk pengaman kabel atau jaringan.

5. Tipe H untuk pengaman instalasi penerangan bangunan 46

23
Tunjukkan dan jelaskan
MCB (Miniatur Circuit Breaker)
sebagai penegasan penjelasan
untuk Slide No.15

47

b). MCCB (Molded Case Circuit Breaker)


MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses
operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan
sebagai alat untuk penghubung.
Jika dilihat dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi
sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus
beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai
kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang
diinginkan.

Keterangan :
1. Bodi dan tutup
2. Peredam busur api
3. Blok sambungan
4. Penggerak lepas-sambung
5. Kontak bergerak
6. Data kelistrikan dan pabrik pembuat
7. Unit magnetik trip
48
Gambar MCCB (Moulded Case Circuit Breaker)

24
c). ACB (Air Circuit Breaker)
ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana
pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan
rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer
digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses
switching maupun gangguan.
Pengoperasian pada bagian mekanik ACB dapat dilakukan dengan
bantuan solenoid motor ataupun pneumatik.

LV-ACB:
Voltage = 250V dan 660V
Current Rating = 800A-6300A
Interrupting Rating = 45kA-170kA
MV-ACB:
Tegangan = 7,2kV dan 24kV
Current Rating = 800A-7000A
Interrupting rating = 12,5kA-72kA

Gambar ACB (Air Circuit Breaker) 49

d). OCB (Oil Circuit Breaker)


Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai
sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan.
Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api
akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh
gelembung-gelembung uap minyak dan gas.
Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity
yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali
digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

Gambar OCB (Oil Circuit Breaker) 50

25
e). VCB (Vacuum Circuit Breaker)
Vacuum circuit breaker memiliki ruang hampa udara untuk
memadamkan busur api, pada saat circuit breaker terbuka (open),
sehingga dapat mengisolir hubungan setelah bunga api terjadi, akibat
gangguan atau sengaja dilepas.

tampak dalam
Gambar VCB (Vacum Circuit Breaker) 51

f). SF6 CB
(Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)
SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai
sarana pemadam busur api.
Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat
memadamkan busur api yang baik sekali.
Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang
busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan
akhirnya padam.

Rating
tegangan CB
antara 3.6 KV
- 760 KV.
52

26
Circuit Breaker dengan Rele Proteksi

53

2.Fuse
Patron leburnya akan lebur jika ada arus yang besarnya jauh melampaui
arus nominal pengaman tersebut , sehingga patron lebur/sekring
tersebut putus dan tidak bisa digunakan lagi.

Sekarang banyak digunakan sekring otomatis yang dapat digunakan lagi


jika rangkaian terjadi hubung singkat, karena didalam sekring tersebut
tidak digunakan pengaman lebur tetapi menggunakan elektromagnetik.

Pengaman tersebut akan bekerja jika arus gangguan atau arus hubung
singkat melampaui setelan nominal alat pengaman tersebut dan dapat
disetel lagi jika gangguan sudah teratasi.

Sekering otomatis
54

27
A fuse may be defined as a device that protects a circuit by fusing
open its current-responsive element when an overcurrent or
short-circuit current passes through it.
[Fuse bisa didefinisikan sebagai alat yang memproteksi circuit
dengan cara membuka elemen respon arusnya, ketika arus lebih
atau arus hubung singkat melewatinya].
Fuse dibuat untuk tegangan rendah maupun tegangan menengah.
Berikut ini adalah klasifikasi Fuse tegangan rendah.

55

Tunjukkan dan jelaskan


Fuse sebagai penegasan
penjelasan Slide No.23

56

28
Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik:
Aplikasi Circuit Breaker dan Aplikasi Fuse

Circuit Breakers as Fuses as


Protective Device Protective Device
57

Alat (Gawai) Proteksi listrik dalam Pemeliharaan listrik: Aplikasi


Kombinasi Circuit Breaker dan Fuse

Combination Circuit Breakers & Fuses as


Protective Devices
58

29
Elektronik
Meliputi Elektronika Daya (Power Electronics), misalnya UPS
(Uninterruptible Power Supply), Rectifier, Inverter, dan lain-lain.

59

APAR
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau Portable Fire
Extinguisher merupakan salah satu peralatan K3 yang harus
ada di Pembangkitan listrik.
Alat pemadam kebakaran antara lain dimaksudkan untuk
berjaga-jaga memadamkan terbakarnya minyak didalam
trafo.

60

30
3.
Checklist pekerjaan
pemeliharaan di pembangkitan
listrik ,meliputi Instalasi listrik,
Perlengkapan listrik, Peralatan
listrik

61

62

31
Slide Wajib No.MI9.3.1.

Referensi : Dokumen PLN No.P3B/OMPROT/01/TDSR


: September 2005, halaman 7

63

64

32
65

66

33
4.

Manajemen pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik, meliputi :
1. Perencanaan
2. Pengornaisasian
3. Penggerakan
4. Pengendalian
67

P.O.A.C
(Planning, Organizing,
Actuating, Controlling)

4.A. Perencanaan
(Planning)
Perencanaan pemeliharaan peralatan tenaga
listrik meliputi koordinasi antara kebutuhan
akan pemeliharaan dan kondisi sistem.

68

34
Dalam hal ini diupayakan agar kedua kebutuhan
itu terpenuhi sebaik mungkin.

Hasil dari perencanaan ini adalah jadwal dan


jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan untuk
setiap peralatan.

Berdasarkan pengalaman lapangan yang cukup


lama didalam memelihara peralatan instalasi
listrik ini, maka bisa dilakukan perubahan
dengan mengurangai siklus pemeliharaan
peralatan.

69

4.B. Pengorganisasian
(Organizing)
Rencana pemeliharaan sebagai hasil
perencanaan tersebut merupakan dasar dalam
pengaturan SDM, alat, tugas, tanggung-jawab
dan wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
pemeliharaan.
Pengorganisasian ini perlu dalam
mengalokasikan sumber daya yang ada atas
pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan agar
dapat dimanfaatkan seefisien
dan seefektif mungkin.
70

35
71

72

36
73

74

37
75

4.C. Penggerakan
(Actuating)
Setelah ada rencana kerja, kemudian
pengalokasian sumber daya, tibalah saatnya
pada pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan yang
disebut sebagai penggerakan.

Pada tahap ini sumber daya manusia


merupakan salah satu penentu bagi
keberhasilan pencapaian sasaran sehingga
diperlukan suatu sifat kepemimpinan, motivasi
dan komunikasi yang baik.
76

38
Dalam rangka pelaksanaan pemeliharaan mulai
dari persiapan sampai akhir pekerjaan
diperlukan proses mempengaruhi dan
mengarahkan orang menuju ke pencapaian
tujuan yaitu terlaksananya pekerjaan
pemeliharaan dengan baik.

77

4.D. Pengendalian
(Controlling)
Dalam mencapai tujuan sesuai dengan yang
direncanakan, diperlukan pengendalian,
sehingga penyimpangan yang terjadi dapat
dideteksi sedini mungkin dan dapat dilakukan
tindakan koreksi.

Untuk dapat melaksanakan pengendalian


diperlukan sasaran pengendalian, indikator -
indikator dan standar yang jelas.
78

39
5.
Jenis Potensi bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan

79

Bahaya listrik (Electrical Hazard):


1.Shock = tersengat listrik = kesetrum

2.Arc = Percikan api (Arc flash) Kebakaran (Fire)

3.Blast = Ledakan, kadang-kadang disebut Arc blast

4.Bahaya lainnya :
a.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
b.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
c.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
d.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
e.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik
f.Dan lain-lain
80

40
Paper of Electrical Hazard : Shock, Arc, Blast

81

Pengendalian Risiko (Controlling Risk) bahaya listrik:

Metoda pemastian risiko dikendalikan secara efektif adalah


dengan menggunakan hirarki pengendalian :

1.Eliminasi : Menghilangkan bahaya


2.Substitusi: Mengganti substansi bahaya dengan yang kurang
bahayanya.
3. Isolasi: Menyekat bahaya terhadap manusia terpapar risiko
4.Rekayasa (engineering): Rekayasa ulang agar bahayanya
berkurang.
5.Administratif : Melaksanakan cara kerja aman, SOP, dll.
6.Alat pelindung Diri (APD): Menggunakan APD dengan
baik,tepat dan benar.

82

41
Risk Matrix

RISK MATRIX
= Likelyhood (or Probability) x Consequence (or Impact) (or Severity) 83

Shock (electric)
= Tersengat listrik
= Kesetrum
= Stimulasi fisik atau trauma
yang terjadi sebagai akibat
dari mengalirnya arus listrik
lewat melalui tubuh.
(The physical stimulation or trauma that occurs as a result of
electric current passing through the body.)

84

42
Dalam PUIL2011 halaman 6 dibahas
proteksi dari kejut listrik sebagai
berikut :
131.2(2.1.2) Proteksi dari kejut listrik

131.2.1(2.1.2.1) Proteksi dari sentuh langsung


Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari
bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian
aktif instalasi (sentuh langsung).

131.2.2(2.1.2.2) Proteksi dari sentuh tak langsung


Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari
bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian
konduktif terbuka dalam keadaan gangguan (sentuh tak
langsung).
85

Proteksi sentuh langsung dan tidak langsung-Lanjutan

(a) Sentuhan Langsung (b) Sentuhan Tak Langsung

86

43
SHOCK
Tahanan kontak kulit bervariasi dari 1000 k (kulit kering) sampai 100 (kulit
basah).
Tahanan dalam (internal) tubuh sendiri antara 100 500 .

Jika tegangan sistem 220 Volt,


Kondisi terjelek:
-Tahanan tubuh paling kecil,Rb = 100 +100 =200
-Arus yang mengalir ketubuh = 220V / 200 = 1,1 A
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh=50 V/200 = 0,25 A
1,1 A > 0,25 A : Berbahaya

Kondisi terbaik:
-Tahanan tubuh paling besar,Rb = 1000.000 +500=1000.500
-Arus yang mengalir ketubuh = 220 V / 1000.500 =0,0002198 A
= 0,2198 mA
-Menurut IEC tegangan aman bagi manusia adalah 50 VAC atau 120 VDC, maka arus
yang mengalir ketubuh = 50 V / 1000.500 = 0,000049975 A = 0,049975 mA
0,2198 mA > 0,049975 A : Tetap Berbahaya
87

Daerah Reaksi tubuh

1 Tidak terasa

2 Terasa, tetapi belum


menyebabkan
gangguan kesehatan
3 Kejang otot, dan
gangguan pernafasan
4 Kegagalan detak jantung,
kematian

0,01 Amper=10 mA Setara dengan :


Lampu pijar 2,5 Watt, 220 Volt
0,1 Amper=100mA Setara dengan :
Lampu pijar 20 Watt, 220 Volt
Pada 30 mA : Manusia Tidak bisa melepaskan diri sendiri
(Can not let go)=Mulai lengket Sensitivitas ELCB dipilih = 30 mA.

Lihat Kurva : ELCB trip pada 30 mA dalam waktu 20 mS. 88

44
Shock karena Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)

89

SLO (Sertifikat Laik Operasi)

90

45
Pemutaran Video :

Berita orang kesetrum

91

1.Jangan membiasakan diri mencoba secara sengaja maupun tidak


sengaja memegang benda-benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang bertegangan.


3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan yang
kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja, pasang
peralatan Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik
6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang kemungkinan bisa
bertegangan (misalnya frame dari motor, dan lain-lain)

7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker) dengan sensitivity


maksimum 30 mA. Nama lain dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi
Arus Sisa), alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker), alias RCD
(Residual Current Detector), alias GFCI (Ground Fault Current
Interrupter).

8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan pekerjaan


listrik.
9.Gunakan PPE yang benar 92

46
-Gunakan PPE yang benar

93

94

47
-Pasang Grounding pada Instalasi listrik

95

Pentanahan titik netral sistem

Pentanahan titik netral dari sistem tenaga merupakan suatu


keharusan pada saat ini, karena sistem sudah demikian besar
dengan jangkauan yang luas dan tegangan yang tinggi.
Pentanahan titik netral ini dilakukan pada alternator
pembangkit listrik dan transformator daya pada gardu-gardu
induk dan gardu-gardu distribusi.
Ada bermacam-macam pentanahan sistem, antara satu dan
lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan masing.
Jenis pentanahan sistem akan menentukan skema proteksinya.
Ada lima macam skema pentanahan netral sistem daya, yaitu:
TN (Terra Neutral) System (yaitu TN-C, TN-C-S, dan TN-S), TT
(Terra Terra), IT (Impedance Terra)

Catatan :
Terra = bahasa Perancis yang berarti bumi atau tanah)

96

48
1. Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C=Terra Neutral Combined)

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman disatukan pada
sistem secara keseluruhan.
Semua bagian sistem mempunyai saluran PEN yang merupakan
kombinasi antara saluran N (Neutral) dan PE (Protective Earth).
Seluruh bagian sistem mempunyai saluran PEN yang sama.

Saluran Tanah dan Netral disatukan (TN-C)


97

2. Saluran Tanah dan Netral disatukan dan dipisah (TN-C-S = Terra


Neutral-Combined-Separated)

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman dijadikan menjadi
satu saluran pada sebagian sistem dan terpisah pada sebagian sistem
yang lain.
Di sini terlihat bahwa bagian sistem 1 dan 2 mempunyai satu hantaran
PEN (combined), sedangkan pada bagian sistem 3 menggunakan dua
hantaran, N dan PE secara terpisah (separated).

Saluran Tanah dan Netral disatukan


pada sebagian sistem (TN-C-S) 98

49
3. Saluran Tanah dan Netral-dipisah (TN-S=Terra Neutral-
Separated):

Pada sistem ini saluran netral dan saluran pengaman terdapat


pada sistem secara keseluruhan.
Jadi semua sistem mempunyai dua saluran N dan PE secara
tersendiri (separated).

Saluran Tanah dan Netral dipisah (TN-S)


99

4. Saluran Tanah dan Tanah (TT= Terra Terra)

Sistem yang titik netralnya disambung langsung ke tanah, namun


bagian-bagian instalasi yang konduktif disambungkan ke elektroda
pentanahan yang berbeda (berdiri sendiri).
Dari gambar di bawah ini terlihat bahwa pentanahan peralatan
dilakukan melalui sistem pentanahan yang berbeda dengan pentanahan
titik netral.

Saluran Tanah dan Tanah (TT= Terra Terra)


100

50
5. Saluran Tanah melalui Impedansi (IT=Impedance Terra),
atau Sistem Pentanahan Impedansi

Sistem rangkaian tidak mempunyai hubungan langsung ke


tanah namun melalui suatu impedansi, sedangkan bagian
konduktif instalasi dihubung langsung ke elektroda pentanahan
secara terpisah.Ada beberapa jenis sambungan titik netral
secara tidak langsung ini, yaitu melalui Reaktansi, Tahanan, dan
Kumparan Petersen.

Saluran Tanah Melalui Impedansi (IT) 101

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan

Pada prinsipnya jenis elektroda dipilih yang mempunyai kontak sangat


baik terhadap tanah.
Elektroda Pentanahan terdiri sari Elektroda Batang, Elektroda Pita, da
Elektroda Plat.

1. Elektroda Batang (Rod)

Elektroda batang ialah elektroda dari pipa atau besi baja profil yang
dipancangkan ke dalam tanah.
Elektroda ini merupakan elektroda yang pertama kali digunakan.

102

51
2. Elektroda Pita

Elektroda pita ialah elektroda yang terbuat dari hantaran


berbentuk pita atau berpenampang bulat atau hantaran pilin
yang pada umumnya ditanam secara dangkal.

103

3. Elektroda Plat

Elektroda dari bahan pelat logam (utuh atau berlubang) atau


dari kawat kasa.
Pada umumnya elektroda ini ditanam dalam.
Elektroda ini digunakan bila diinginkan tahanan pentanahan
yang kecil dan sulit diperoleh dengan menggunakan jenis-jenis
elektroda yang lain.

104

52
Tahanan pentanahan (Earth Resistance) diukur dengan
menggunakan Alat Earth Resistance Tester.

Besarnya tahanan pentanahan (earth resistance) menurut IEC


dan PUIL 2011 adalah maksimum 5 Ohm.

105

Beri pagar pengaman pada bagian-bagian bertegangan yang


kemungkinan bisa tersentuh manusia secara tidak sengaja.

106

53
Pasang peralatan INTERLOCKING (bila perlu)

Peralatan ini biasa di pasang pada pintu-pintu pada Ruangan


yang di dalamnya terdapat peralatan yang berbahaya.

Jika pintu dibuka, semua aliran listrik ke peralatan terputus (door


switch).

107

Melaksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu melakukan


pekerjaan Pemeliharaan listrik.

108

54
Pasang ELCB

109

Standar SNI untukPasang ELCB

110

55
ELCB dengan Sensitivitas 0,03 A (30 mA)

(a) Gambaran fisik RCD 111

Jangan gunakan ELCB dengan Sensitivitas > 30 mA)


untuk maksud proteksi Shock

112

56
Diagram Skematik ELCB

Diagram skematik RCD 113

Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pasca bayar

114

57
Instalasi Pemasangan ELCB untuk KWH meter Pra bayar

115

Pekerja listrik tidak


dianjurkan bekerja sendirian,
harus selalu bekerja 2 orang
(Electrician + Helper).

Dengan maksud agar bisa saling


menyelamatkan apabila terjadi
kecelakaan tersengat listrik
(shock).
116

58
Lepaskan korban dari sengatan listrik menggunakan Isolator
Lakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) listrik

117

Arc (electric)
= Percikan api
Kebakaran (Fire)
= Terlepasnya energi panas dan cahaya
yang disebabkan oleh kerusakan listrik
dan setelah itu peluahan listrik melalui
insulator listrik, seperti udara.
(The heat and light energy release that is caused by the electrical
breakdown of and subsequent electrical discharge through an
electrical insulator, such as air).

118

59
Jenis-jenis Arc :

Arc Flash = Arc yang timbul karena


Short Circuit [terhubungnya kawat fasa
AC atau kawat positif + DC dengan
kawat lain atau bagian konduktor lain
sebelum pemakaian (load)].

Arc yang menyebabkan KEBAKARAN


(Fire)

119

1. Arc Flash = Arc yang timbul karena Short


Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat
positif + DC dengan kawat lain atau bagian
konduktor lain sebelum pemakaian (load)].

120

60
Figure : Electric arc damage caused by 240 volt arc.
(Courtesy Brosz and Associates.) 121

CARA MENCEGAH TERJADINYA Arc Flash [Arc yang timbul karena


Short Circuit [terhubungnya kawat fasa AC atau kawat positif + DC
dengan kawat lain atau bagian konduktor lain sebelum pemakaian
(load)].

1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan, harus selalu


listriknya dimatikan dulu (off & LOTO), kecuali terpaksa.

2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan pastikan


harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)

3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition) dan Perilaku yang


tidak aman (Unsafe Act)

4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik dan benar

122

61
Penggunaan APD yang benar untuk mencegah efek dari Arc
Flash = Arc yang timbul karena Short Circuit

123

2. Arc yang menyebabkan


KEBAKARAN (Fire)

124

62
Segitiga api (Fire Triangle)

125

HEAT BISA TIMBUL KARENA:


1. Terjadi short circuit, tetapi alat proteksi tidak mentripkan cicuit
2. Kualitas kabel (kawat dan isolasi) tidak baik
3. Penggunaan jenis kabel yang salah (misalnya NYM hanya untuk
indoor).
4. Ukuran kawat terlalu kecil
5. Terjadi loss connection (dari sambungan kawat, tusuk kontak
yang bertumpuk-tumpuk yang cenderung tidak rapat, dan lain-
lain)

CARA MENCEGAH TERJADINYA ARC yang


menyebabkan Kebakaran:
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit, dan harus ada alat
proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi) yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA (Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya Loss connection 126

63
Gunakan kualitas kabel yang baik

127

Gunakan jenis kabel yang benar (1)

128

64
Gunakan jenis kabel yang benar (2)

129

Gunakan jenis kabel yang benar (3)

130

65
Gunakan jenis kabel yang benar (4)

131

Gunakan jenis kabel yang benar (5)

132

66
Gunakan jenis kabel yang benar (6)

133

Gunakan jenis kabel yang benar (7)

134

67
Gunakan jenis kabel yang benar (8)

135

Gunakan jenis kabel yang benar (9)

136

68
Gunakan jenis kabel yang benar (10)

137

Tunjukkan dan jelaskan


Kabel NYA, NYM, NYY
sebagai penegasan
penjelasan Slide
No.MI9.5.52, No.MI.5.53,
No.MI9.5.54

138

69
Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya (1)

139

Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA


(Ampacity)nya (2)

140

70
Electrical Formulas for calculating Amper, HP,KW,KVA

141

Hindari terjadinya Loss Connection


Jika ada loss connection maka tahanan kontaknya menjadi besar,
misalnya sama dengan 20 .
Maka arus yang timbul = 220 V/20 = 11 A.
Panas yang ditimbulkan cukup besar, yaitu sama dengan :
I2R = 112 x 20 = 2420 W
Panas ini bisa menimbulkan kebakaran.

Alat untuk mengetahui loss connection pada sambungan lempeng rel


adalah MicroOhm meter.

142

71
Blast (electric)
= Ledakan :

Efek ekplosif yang disebabkan


oleh ekspansi cepat dari udara
dan material yang superpanas
secara mendadak dari percikan
api
(The explosive effect caused by the rapid expansion of air and
other vaporized materials that are a superheated by the sudden
presence of an electric arc).
143

Blast (ledakan) :
Blast yang berasal dari equipment
yang pemeliharaannya kurang baik ,
misalnya :
-Tranformator meledak
-Battery meledak
-Dan lain-lain

Blast yang terjadi karena Interrupting


Rating (Breaking Capacity) yang tidak
benar pada CB & Fuse 144

72
Efek Blast

Molten Metal
35,000 F

Pressure Waves

Sound Waves

Copper Vapor: Shrapnel


Solid to Vapor
Expands by
67,000 times Hot Air-Rapid Expansion

Intense Light

145

1. Blast yang berasal dari


equipment yang pemeliharaannya
kurang baik, misalnya :

Transformator meledak Battery meledak


146

73
Cara mencegah Blast yang berasal
dari equipment yang
pemeliharaannya kurang baik

1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,


dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).

2. Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap


pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)
147

2. Blast yang terjadi karena


Interrupting Rating (Breaking
Capacity) yang tidak benar pada
CB & Fuse

Interior after Blast Exterior after Blast


148

74
Data Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari
Gambar satu garis (Single line diagram) (1)

149

Data Interrupting Rating (Breaking Capacity) dari


Gambar satu garis (Single line diagram) (2)

Contoh :
Interrupting
Rating = 40 KA

150

75
Dengan menggunakan Gambar satu garis
(single line diagram) yang sesungguhnya,
tunjukkan dan jelaskan Interrupting Rating
pada setiap Switchgear

151

Data Hubung Singkat sisi sumber PLN 20 KV/400V (1)

152

76
Contoh Soal :

Suatu bangunan tinggi menggunakan transformator minyak 2500 KVA,


20 KV/400 VOLT dengan impedansi 7%, jika data hubung singkat sisi
sumber PLN 20 KV seperti tabel diatas dan kontribusi beban motor
utilitas bangunan tersebut adalah 50% dari arus nominal transformator,
tentukan rating kapasitas pemutusan kA dari Circuit Breaker induk pada
PUTR (Panel Utama Tegangan Rendah) agar instalasi listrik bangunan
tersebut cukup aman dan terproteksi?

Jawaban :

Semua angka dilihat dari Tabel diatas :


Dengan impedansi 7% trafo & data arus hubung singkat sumber primer
20 kA, diperoleh arus hubung singkat sisi 400 V transformator 49.02 kA.
Kontribusi arus hubung singkat dari motor adalah 4 x 50% arus nominal
trafo = 7.22 kA ( berdasarkan arus starting DOL = 2 ~ 4 kali ). Jadi total
kA= 49.02+7.22 = 56.24 kA
Jika kita menginginkan proteksi lebih 120% dan agar umur Circuit
Breaker induk PUTR lebih panjang maka digunakan Circuit Breaker
dengan rating lebih besar dari (120% x 56,24 kA), diputuskan sebesar 75
kA.
153

Pemutaran Video :
Interrupting Rating & Blast

154

77
BLAST yang terjadi karena Interrupting
Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Bila terjadi short circuit dan alat proteksinya trip tetapi pecah (break) maka terjadi
blast.
Oleh karena itu pada alat proteksi baik Fuse maupun Circuit Breaker :
- Contact Rating [Amper]: untuk proteksi over current (over load) , dan Short circuit
- Breaking Capacity (Interrupting Current) [kA] : untuk bertahan tidak pecah jika
terjadi short circuit.

CARA MENCEGAH BLAST TERSEBUT :


1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit
2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit Breaker
adalah lebih besar daripada Maximum Short Circuit pada titik
terjadinya short circuit tersebut. Maximum Short Circuit pada
setiap titik Bus dihitung menggunakan software misalnya ETAP
(Electrical Transient Analizer Program), atau dengan
menggunakan Tabel seperti contoh dari PLN. 155

Yang dimaksud bahaya-bahaya lain dari listrik adalah bahaya-bahaya


yang selain Shock, Arc & Blast :

1.Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang melakukan pekerjaan


pemeliharaan listrik
2.Bahaya radiasi ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
3.Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik
4.Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang melakukan pekerjaan
pemeliharaan listrik
5.Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

Cara mencegahnya :
Hati-hati, Hindari Unsafe Condition & Unsafe Acts,
Gunakan APD yang tepat dan baik, Patuhi rambu-rambu
yang dipasang, Patuhi prinsip-prinsip K3 Umum, dan K3
Spesialis.
156

78
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pembangkitan, Perlengkapan
Pembangkitan, Peralatan
Pembangkitan
157

CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang


bertegangan.
3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain
dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa),
alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker),
alias RCD (Residual Current Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter).

8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu


melakukan pekerjaan listrik.
9.Gunakan PPE yang benar 158

79
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short
circuit, dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi)
yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya Loss connection
159

Cara mencegah bahaya BLAST karena


Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
160

80
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

161

7.
Standar Prosedur Pemeliharaan
dan JSA(Job Safety Analysis)
pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Pembangkitan

162

81
(2)
JOB Safety Analysis (JSA)
Bertujuan mencari/ menemukan adanya sumber
bahaya dan usaha menghilangkannya dari suatu
rangkaian proses pekerjaan.

163

Langkah-langkah JSO
Ada lima langkah yang ahrus dilakukan :
1. Memilih pekerjaan yang diamati
2. Melaksanakan pengamatan
3. Mencatat hasil-hasil pengamatan
4. Membahas hasil-hasil pengamatan
bersama pekerja yang diaamati
5. Memberikan tindak lanjut bagi sikap
bekerja yang aman.

164

82
Ada 4 aspek yang membantu
dalam JSA :
1. Manusia
orang yang terkait : operator, supervisor dll
2. Metode Praktek kerja dan prosedur kerja dari
perkerjaan yang dianalisis.
3. Peralatan dan mesin yang digunakan
4. Material (Bahan)
5. Lingkungan kerja

165

Kolom pertama yaitu Sequence of Basic Jobs Steps pada


hakekatnya merupakan Standard Procedure termasuk untuk
bidang Pemeliharaan.

166

83
167

8.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive
Maintenance, Predictive
Maintenance dan dan
Corrective Maintenance)

168

84
CHECK LIST pemeriksaan dan pengawasan Jenis
pemeliharaan (Preventive Maintenance, Predictive
Maintenance dan Corrective Maintenance)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada
pelaksanaan Preventive Maintenance (PM) dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?

1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada


pelaksanaan Predictive Maintenance (PdM) dapat
meningkatkan Ketersediaan (Availability),
Kehandalan (Reliability), Efektivitas Biaya (Cost
Effectivenes), dan dapat meningkatkan kualitas
Lingkungan hidup (Enviroment) ?

1. Apakah Persyaratan K3 Listrik pada


pelaksanaan Corrective Maintenance (CM)
termasuk Perbaikan darurat (Breakdown
Maintenance dapat meningkatkan Ketersediaan
(Availability), Kehandalan (Reliability), Efektivitas
Biaya (Cost Effectivenes), dan dapat
meningkatkan kualitas Lingkungan hidup
(Enviroment) ?
169

170

85
9.
Persyaratan administrasi K3
pemeliharaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
listrik di Pembangkitan

171

contoh foto atau scan sertifikat


ahli K3 dan teknisi K3 bidang
listrik
contoh dokumen penunjukan
PJK3
Permenaker 4/95 tentang PJK3
PP 50/2012 (perusahaan sudah
ikut atau belum SMK3) 172

86
Kep Dir PPK & K3 no Kep
47/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon Ahli K3 bidang listrik
Kep Dir PPK & K3 no Kep
48/PPK&K3/VIII/2015 tentang
pembinaan calon teknisi K3 bidang
listrik

173

174

87
175

176

88
177

10.
Checklist pemeriksaan dan
pengawasan persyaratan
administrasi K3 pemeliharaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan listrik di
Pembangkitan

178

89
179

11.
Persyaratan K3 alat-alat uji
Isolasi

180

90
Insulation (isolasi) sangat berkaitan dengan terjadinya Short
Circuit yang menyebabkan Shock, Arc & Blast.

Teknologi untuk mengetahui kondisi isolasi :

1.Teknologi kesatu (paling awal) adalah dengan menggunakan


Insulation Resistance Tester (Meger) : Untuk Tegangan
Rendah s/d Tegangan Menengah
Rule of Thumb : Insulation Resistance
minimum = 1000 Ohm/Volt.
Aplikasi didunia industri seringkali + 1
MOhm, sehingga menjadi (kV operasi
isolasi) + 1 MOhm.

Contoh : Jika tegangan operasi kabel


berisolasi 220 Volt (=0,22 kV), maka
Insulation Resistance minimum = 0,22
MOhm + 1 MOhm = 1,22 Mohm.
Insulation Resistance Test merupakan Go
or No Go Test 181

2. Teknologi kedua adalah Polarization Index (P.I) Test :


Khusus untuk equipment yang ada winding-nya, misalnya
Motor, Generator, Transformator, dll.
Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan Menengah.

Nilai PI menurut standar IEEE 43-2000 :

182

91
3. Teknologi ketiga adalah dengan Hi Pot Test.
The DC Hi-Pot withstand test is a
Pass/Fail test that has been applied to
many types of cable and accessories.

The DC Hi-Pot leakage current


technique is a diagnostic test which
involves the measurement of leakage
current when a high potential (above
nominal) is applied to the conductor
while the metallic shield of the cable is
grounded.

The behavioral characteristics of the


leakage current are evaluated to
determine the condition of the cable,
specifically the insulation.
183

4. Teknologi keempat adalah Tangen Delta Test:


Untuk Tegangan Menengah keatas.
Tangen Delta Test = Power Factor Test (American)
= Tan Delta Test (European)
= Loss Angle Test
= Dissipation Factor Test
= Capacitance Measurement
= Tan Delta Measurement
= Dielectric Loss Test

Standar ANSI C 57.12.90, interpretasi


hasil uji tangen deltanya sebagai
berikut :

184

92
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat ini) adalah
Partial Discharge (PD) Test:
Untuk Tegangan Menengah keatas.

185

12.
Cheklsit pemeriksaan dan dan
pengawasan persyaratan K3
alat-alat uji listrik

186

93
CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan
K3 alat-alat uji listrik

Uraian Temuan Rekomendasi


1.Teknologi kesatu (paling awal) adalah dengan
menggunakan Insulation Resistance Tester
(Meger) : Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan
Menengah. Rule of Thumb : Insulation Resistance
minimum = 1000 Ohm/Volt.
Aplikasi didunia industri seringkali + 1 MOhm,
sehingga menjadi (kV operasi isolasi) + 1 MOhm.
Contoh : Jika tegangan operasi kabel berisolasi
220 Volt (=0,22 kV), maka Insulation Resistance
minimum = 0,22 MOhm + 1 MOhm = 1,22 Mohm.
Insulation Resistance Test merupakan Go or No
Go Test
2. Teknologi kedua adalah Polarization Index
(P.I) Test :
Khusus untuk equipment yang ada winding-nya,
misalnya Motor, Generator, Transformator, dll, dan
Untuk Tegangan Rendah s/d Tegangan Menengah.
Hasilnya:
< 1.0 = Bahaya
1.0 - 1.4 = Jelek
1.5 - 1.9 = Bisa dipertanyakan
2.0 2.9 = Lumayan
3.0 4.0 = Bagus
> 4.0 = Sangat bagus

187

CHECK LIST Pemeriksaan dan dan pengawasan persyaratan


K3 alat-alat uji listrik

Uraian Temuan Rekomendasi


3. Teknologi ketiga adalah dengan Hi Pot Test.
The DC Hi-Pot withstand test is a Pass/Fail test
that has been applied to many types of cable and
accessories.
The DC Hi-Pot leakage current technique is a
diagnostic test which involves the measurement of
leakage current when a high potential (above
nominal) is applied to the conductor while the
metallic shield of the cable is grounded.
The behavioral characteristics of the leakage
current are evaluated to determine the condition
of the cable, specifically the insulation.
4. Teknologi keempat adalah Tangen Delta Test:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
Standar ANSI C 57.12.90, interpretasi hasil uji
tangen deltanya sebagai berikut :
< 0.5 % = Bagus
>0.5% tetapi < 0,7% = Rusak
>0,5% tetapi < 1,0% naik = Investigasi
> 1,0% = Jelek
5. Teknologi kelima (paling modern sampai saat
ini) adalah Partial Discharge (PD) Test:
Untuk Tegangan Menengah keatas.
Analisis untuk MV Cable:
0 - 50 pC = Batas toleransi
50 - 100 pC = Direkomendadi untuk dimonitor
100 - 150 pC = Monitor berkala
> 500 pC = Perbaiki 188

94
13.
Analisis dan Pelaporan
pemeliharaaan instalasi,
perlengkapan dan peralatan
Pembangkit

189

190

95
14.
Bentuk laporan pemeliharaaan
instalasi, perlengkapan dan
peralatan Pembangkit

191

192

96
193

194
==oo00oo==

97
195

196

98
Referensi

SNI Pembangkit
IEC
Checklist Maintenance PT.Medco Energy E & P
Indonesia
Dokumen PLN No. PT-KITSBS-26 April 2015,
PUIL 2011

197

Doe Hadbook Electrical Safety,2013


Buku RCM II - John Moubray,,
Standard handbook for Electrical Engineer,1987-
Donald G.Fink,H.Wayne Beaty

198

99
Dengan demikian maka
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Preventive
Maintenance, Predictive Maintenance dan
Corrective Maintenance (Perbaikan) Instalasi,
Perlengkapan dan Peralatan di
Pembangkitan Listrik

==oo00oo==

199

100
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.10.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.10.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Transmisi Listrik 1

M I.10
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan di
Transmisi Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan di
Transmisi Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Transmisi,
Perlengkapan Transmisi,
Peralatan Transmisi

2
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Transmisi, Perlengkapan
Transmisi, Peralatan Transmisi

2.

Objek pemeliharaan :

Tranformator,
Saluran Udara Tegangan Tinggi,
Gardu Induk, Pemisah (PMS),
Pemutus Tenaga Listrik (PMT),

3
Objek pemeliharaan :

Penggerak Pemutus Tenaga, Kompesator, Peralatan


SCADA dan Telekomunikasi, PLC, Peralatan Kopling,
Kapasitor Kopling, Wave trap, Line Matching Unit,
Peralatan Pengaman, Sistem Pentanahan Titik Netral,
Kabel Tenaga, Proteksi Sistem Penyaluran,

Objek pemeliharaan :

Charger (Rectifier),
Automatic Voltaga Regulator (AVR),
Rangkaian voltage Dropper, Rangkaian
Proteksi Tegangan Surja Hubung, Baterai
(DC Power)

4
Pemeliharaan pada Transmisi Listrik

Transformator
Klasifikasi transformator tenaga

Transformator tenaga dapat di klasifikasikan


menurut sistem
pemasangan dan cara pendinginannya.

1. Pemasangan

Pemasangan dalam
Pemasangan luar
10

5
2. Pendinginan
Menurut cara pendinginannya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Fungsi dan pemakaian

Transformator mesin (untuk mesin-mesin listrik)


Transformator Gardu Induk
Transformator Distribusi

2) Kapasitas dan Tegangan

Contoh transformator 3 phasa dengan tegangan kerja di atas


1100 kV dan daya di atas 1000 MVA ditunjukkan pada Gambar
berikut ini.

11

12

6
Dalam usaha mempermudah pengawasan
dalam operasi, transformator dapat dibagi
menjadi:
transformator besar, transformator sedang, dan
transformator kecil.

13

Saluran Udara Tegangan Tinggi


(SUTT)
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah sarana instalasi tenaga
listrik diatas tanah untuk menyalurkan tenaga listrik dari Pusat
Pembangkit ke Gardu Induk (GI) atau dari GI ke GI lainnya
(antar GI).
SUTT/SUTET terdiri dari kawat/konduktor yang direntangkan
antara tiang-tiang melalui isolatorisolator dengan sistem
tegangan tinggi (30 kV, 70 kV, 150 kV dan 500 kV).

14

7
SUTT/SUTET merupakan peralatan buatan
manusia. Peralatan ini pada dasarnya bisa rusak
baik karena salah pengoperasian, kesalahan saat
konstruksi maupun telah melampaui masa
kerjanya (life time). Salah satu cara untuk
meningkatkan kemampuan kerja dari SUTT /
SUTET adalah dengan melakukan pemeliharaan
SUTT / SUTET.

15

Komponen Saluran udara tegangan tinggi


terdiri Saluran Udara, Saluran Kabel,
Perlengkapan SUTT/SUTET, Tower, Bagian-
bagian tower , Kondukror, Kawat Tanah,
Pentanahan Tower, Isolator.

16

8
Perlengkapan Gardu Induk

Busbar/Rel, Gardu Induk dengan single busbar, Gardu


Induk dengan Doble busbar , Gardu Induk dengan
satu setengah / one half busbar, Arrester,
Transformator Instrumen, Transformator Tegangan,
Transformator Arus, Transformator Bantu,
Transformator Ukur

17

PMS & PMT

PMS terdiri dari Pemisah Engsel, Pemisah Putar,


Pemisah Siku, Pemisah Luncur

PMT terdiri : PMT dengan Media pemutus


menggunakan udara, PMT dengan Hampa Udara,
PMT dengan Media pemutus menggunakan Minyak,
PMT dengan Sedikit Minyak, Penggerak Pemutus
Tenaga

18

9
Peralatan Pengaman

Terdiri dari : Lightning Arester , Aplikasi


PLC, Komunikasi Suara, Penggunaan Kanal
Suara,Teleproteksi Protection Signalling,
Remote Terminal Unit (RTU), Rele
Proteksi, Annunciator.

19

Sistem pentanahan gardu induk

Gardu Induk merupakan suatu sistem Instalasi listrik


yang terdiri dari beberapa peralatan listrik dan
menjadi penghubung listrik dari jaringan transmisi ke
jaringan distribusi primer.
Gardu Induk befungsi sebagai penyalur daya (KVA,
MVA) sesuai dengan tegangan operasinya.

20

10
Karena peranannya yang sangat penting dalam
menyalurkan daya listrik dan menjadi penghubung
listrik dari jaringan transmisi ke jaringan distribusi
primer maka harus diterapkan sistem pentanahan
yang memenuhi persyaratan sistem pengaman yaitu :

21

Persyaratan Sistem
Pentanahan
Sistem pentanahan Gardu Induk harus peka terhadap
gangguan yang terjadi, dan secara proposional
mampu mendeteksi gangguan dengan tepat di area
atau zona yang di amankan

22

11
Sistem Pentanahan Gardu Induk harus handal. Tidak
boleh gagal, mampu bekerja sesuai dengan
pengaturan yang diterapkan pada sistem pentanahan
tersebut.

23

Berbagai macam pemeliharaan yang pernah terjadi di


jaringan SUTT / SUTET antara lain :
Penggantian isolator pecah
Pembersihan isolator karena polusi
Perbaikan kawat rantas
Pembersihan kawat dari layang-layang
Pengecekan member tower termasuk number & danger plate

24

12
Pemeriksaan pondasi tower (leveling, retak)
Pemeriksaan kelengkapan tapak tower (patok tanda batas
tanah PLN, urugan tanah tapak tower)
Pengecekan Tahanan Pembumian
Pemeriksaan jarak bebas konduktor dengan benda di
sekitarnya
Tanah sekeliling pondasi longsor
Pondasi turun, tanah dasar pad mengalami sliding arus air
bawah tanah
Kualitas beton pondasi tower

25

Ketahanan beton terhadap jenis materi tanah/bahan di


sekelilingnya
Grounding (cek periodik, rawan pencurian)
Pohon tumbang (diluar row)
Pencurian baut & member tower termasuk fenomena
penggergajian member tower
Kawat rantas (karena : haspel, pelaksanaan, petir, akibat lain)
Layang-layang

26

13
Pohon/benda di dalam jarak bebas
Tension clamp konduktor (tekanan mesin pres, pemilihan mata
dies, bahan, manusia)
Tension clamp gsw (material)
Suspension clamp konduktor
Joint sleeve (tekanan mesin pres, pemilihan mata dies, bahan,
manusia
Joint box opgw (rawan pencurian)

27

Pemeliharaan Trafo Tenaga

28

14
29

30

15
31

32

16
33

34

17
35

36

18
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Transmisi, Perlengkapan
Transmisi, Peralatan Transmisi

37

CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang


bertegangan.
3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain
dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa),
alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker),
alias RCD (Residual Current Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter).

8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu


melakukan pekerjaan listrik.
9.Gunakan PPE yang benar 38

19
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short
circuit, dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi)
yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya Loss connection
39

Cara mencegah bahaya BLAST karena


Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
40

20
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

41

21
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.11.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.11.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik 1

M I.11
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Distribusi Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Distribusi Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pembangkitan,
Perlengkapan Pembangkitan,
Peralatan Distribusi

2
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi
Distribusi, Perlengkapan
Distribusi, Peralatan Distribusi

2.
Objek pemeliharaan :

Gardu Distribusi, Trafo Distribusi,


Jaringan Distribusi,
Alat Pembatas dan Pengukur,
Jaringan Distribusi Tegangan
Menengah, Jaringan Distribusi
Tegangan Rendah, Saklar dan
Pengaman Pada Jaringan Distribusi
6

3
7

I. OPERASI GARDU DISTRIBUSI.

PENGERTIAN OPERASI GARDU DISTRIBUSI.


ADALAH SUATU OPERASI PELAKSANAAN YANG
MENYANGKUT BEBERAPA SEGI TEKNIS YANG
BERKAITAN DENGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
DENGAN TUJUAN AGAR PENYALURAN TENAGA
LISTRIK BISA TERSELENGGARA DENGAN BAIK
SESUAI PERSYARATAN TEKNIS YANG BERLAKU.

I.1. MACAM-MACAM GARDU DISTRIBUSI


a. GARDU CANTOL.
b. GARDU PORTAL.
c. GARDU KIOS.
d. GARDU BETON.

4
GARDU CANTOL
GARDU CANTOL ATAU GARDU TIANG SELURUH
INSTALASINYA DICANTOLKAN PADA TIANG
JARINGAN, BIASANYA CAPASITAS TRAFONYA
MAX < 100 Kva.

KELENGKAPAN GARDU CANTOL


a. SATU SET CUT OUT (3 BUAH )

b. SATU SET ARRESTER (3 BUAH )

c. SATU SET TRAFO TYPE CANTOL

d. SATU SET PEMUTUS BEBAN TR


e. SATU BUAH HANDEL PEMUTUS (TR)
YG DAPAT DIOPERASIKAN DARI BAWAH
9

GARDU PORTAL
GARDU PORTAL MERUPAKAN GARDU YANG SELURUH
INSTALASINYA DIPASANG PADA DUA TIANG / LEBIH
GARDU PORTAL INI MERUPAKAN PENGEMBANGAN
DARI GARDU CANTOL YANG BEBANYA SUDAH BESAR
DAN BANYAK DIPASANG PADA DAERAH PADAT PEN
DUDUKNYA DAN KAPASITASNYA < 315 kVA

GARDU PORTAL DILENGKAPI :


a) SATU SET CUT OUT ( 3 BUAH)
b) SATU SET ARRESTER ( 3 BUAH)
c) SATU BUAH TRAFO DIST < 315 kVA
d) SATU ATAU 2 SET PEMUTUS BEBAN
e) SATU SET RAK TR U/ FASILITAS 4 JURUSAN
10

5
GARDU KIOS
GARDU INI BANGUNANYA TERBUAT DARI METAL DAN
DIPAKAI UNTUK SEMENTARA WAKTU :

FASILITAS GARDU DILENGKAPI :


o SEBUAH PMS UNTUK KABEL MASUK DARI SUMBER

o SEBUAH PMT UNTUK KABEL OUT GOING

o SEBUAH PENGAMAN TRAFO

o SEBUAH TRAFO

o SATU SET PERALATAN TR

11

GARDU BETON
GARDU INI BANGUNANYA SECARA KESELURUHANYA
TERBUAT DARI BETON DAN BEBANYA SUDAH
MENCAPAI SAMPAI DENGAN 2 MVA / km2
FASILITAS YANG TERDAPAT PADA GARDU BETON
o SEBUAH CUBIKEL PEMISAH (PMS) DGN KODE AS.
CUBIKEL INI UNTUK IN COMING DARI SUMBER
o SEBUAH CUBIKEL PEMUTUS BEBAN (PMT) DGN
KODE AIS, CUBIKEL INI UNTUK MELAYANI KA-
BEL OUT GOING.
o SEBUAH CUBIKEL PENGAMAN TRAFO, CUBIKEL
INI BERUPA PEMUTUS BEBAN DGN PENGAMAN
LEBUR, DGN KODE CUBIKEL PB.

12

6
JENIS GARDU BETON DAPAT
DIKELOMPOKAN :
1. GARDU BETON PASANGAN TERBUKA ( OPEN TYPE).
PERALATAN YG TERDAPAT DLM GARDU ( PMT, PMS
CT,PT DLL) DAPAT DILIHAT SECARA LANGSUNG.
PADA GARDU BETON BIASANYA DIPASANG PAGAR
PENGAMAN YG BERGUNA UNTUK PENGAMAN
DARI BAHAYA SENTUHAN TANGAN.

2. GARDU BETON PASANGAN TERTUTUP ( CLOSED TYPE).


PERALATAN YG TERDAPAT DLM GARDU (PMT, PMS
CT/PT DLL) DISIMPAN DALAM LEMARI METAL YANG
SERING DISEBUT CUBIKEL, SHG PERALATAN TIDAK
DAPAT TERLIHAT SECARA LANGSUNG OLEH MATA.

13

GARDU BETON PASANGAN TERBUKA

14

7
GARDU BETON PASANGAN TERTUTUP

15

I.2. PERALATAN GARDU DISTRIBUSI.

I.2.1. TRANSFORMATOR.
i. JENISNYA.
ii. PENGGUNAANYA.
iii. HUBUNGAN LILITAN.

I.2.2. PENGAMAN TRANSFORMATOR.


- PENGAMAN ARUS.
- PENGAMAN TEGANGAN.

16

8
ii. PENGAMAN GARDU DISTRIBUSI.

TUJUAN PENGAMAN ADALAH UNTUK MEN-CEGAH


ATAU MEMBATASI KERUSAKAN PADA GARDU
BESERTA PERALATANYA, DAN JUGA KESELAMATAN
UMUM YANG DISEBABKAN OLEH GANGGUAN DAN
MENINGKATKAN KELANGSUNGAN PELA-YANAN
PADA KONSUMEN.

II.1. RELAY (SPESIFIKASI).


1. MACAM PROTEKSI.
2. PERSYARATAN SISTEM PROTEKSI.
3. PENEMPATAN PROTEKSI.
4. PEMAKAIAN PROTEKSI.
5. JENIS PROTEKSI.
6. KARAKTERISTIK RELAY.
7. PENGETESAN RELAY.
17

1. MACAM PROTEKSI.

a. RELAY ARUS LEBIH.


b. RELAY ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT.
c. RELAY ARUS GANGGUAN HUBUNG TANAH.

2. PERSYARATAN SISTEM PROTEKSI.

a. SENSITIP ( PEKA ).
b. SELEKTIP (MEMILIH) .
c. REALIBILITY ( ANDAL ).
d. KECEPATAN BER OPERASI (WAKTU).
e. EKONOMIS ( HARGA ).
f. PROTEKSI CADANGAN ( BACK UP ).
g. STABIL TERHADAP LINGKUNGAN ( TAHAN ). 18

9
3. PENEMPATAN RELAY.
a. PADA SISTEM PROTEKSI PRIMER, PERALATAN RELAY
DIPASANG LANGSUNG PADA SALURAN UTAMA ( GD )
TEGANGAN MENENGAH.

b. PADA SISTEM PROTEKSI SKUNDER, PERALATAN


DIPASANG / DISAMBUNG DARI SISI SEKUNDER
PERALATAN BANTU TRAFO ARUS / CT YANG DIPASANG
PADA SALURAN UTAMA (GD) TEGANGAN MENENGAH.

4. PEMAKAIAN RELAY
PEMAKAIAN RELAY DAPAT DILAKSANAKAN DIPANGKAL
FEEDER / GD UNTUK JARINGAN DAN JUGA
DITEMPATKAN DI SISI PELANGGAN TM SEBAGAI
PEMBATAS BEBAN.

19

5. JENIS RELAY (3)


a. RELAY MAGNITIS, RELAY INI BEKERJA DENGAN
BERDASARKAN PRINSIP MEDAN MAGNIT DARI
SUATU KUMPARAN LISTRIK.

b. RELAY THERMIS, RELAY INI BEKERJA DENGAN


BERDASARKAN PRINSIP PANAS DARI SUATU
ELEMEN PEMANAS / BIMETAL.
c. RELAY ELEKTRONIS, RELAY INI BEKERJA
DENGAN BERDASARKAN PRINSIP
ELEKTROSTATIS DARI BEBERAPA KOMPONEN
ELEKTRONIK

20

10
6. KARAKTERISTIK RELAY.
a. RELAY DEFINIT.
b. RELAY INVERS.
c. RELAY INVERS DIFINIT

7. PENGETESAN RELAY.

a. TEST KARAKTERISTIK.
b. TEST TERHADAP PENGARUH LINGKUNGAN.
c. TEST OPERASI, YANG MENYANGKUT :

-. SISTEM PENGAWATAN.
-. POLARITAS / RATIO CT.
-. TAHANAN ISOLASI RANGKAIAN PENGAWATAN
-. TINGKAT KESALAHAN.

21

II.2. CUT OUT DAN ZEKRING.


CUT OUT ADALAH PENGAMAN LEBUR YANG DITEMPATKAN
PADA SISI TM YANG GUNANYA UNTUK MENGAMANKAN
JARINGAN TM DAN PERALATAN KE ARAH GI, TERHADAP
HUBUNG SINGKAT DI TRAFO .

ZEKRING ADALAH PENGAMAN LEBUR YANG DITEMPATKAN


PADA SISI TR TRAFO YANG GUNANYA UNTUK
MENGAMANKAN TRAFO, TERHADAP GANGGUAN HUBUNG
SINGKAT DISISI TR SAMPAI DENGAN UJUNG JARINGAN
TR.

22

11
II.3. TEGANGAN LEBIH.
TEGANGAN LEBIH MERUPAKAN GEJALA YANG DISEBABKAN
OLEH SUATU KEJADIAN

a. SURJA HUBUNG YANG DIAKIBATKAN OLEH TERBUKA /


TERTUTUPNYA SALURAN YANG BERTEGANGAN DAN
BERBEBAN.

b. SURJA PETIR YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMBARAN PETIR


PADA GARDU DISTR, BAIK SECARA LANGSUNG ATAU TIDAK
LANGSUNG

23

III. PROSEDUR
OPERASI JAR - DISTR ( SOP ).
PENGOPERASIAN TRAFO DISTRIBUSI TERBAGI MENJADI :

1. TRAFO DISTRIBUSI TELAH SELESAI DIBANGUN DAN SIAP DI


OPERASIKAN UNTUK MELAYANI KONSUMEN.
2. TRAFO DISTRIBUSI YANG SUDAH MATI ( OFF ) KARENA
GANGGUAN ATAU KARENA ADA KEPERLUAN (PEKERJAAN
/ PEMELIHARAAN).

TUJUAN SOP ADALAH UNTUK MENGANTISIPASI ADANYA :


a. KESALAHAN KESALAHAN MANUVER JARINGAN
b. MENGHINDARI KERUSAKAN PERALATAN
c. KECELAKAAN MANUSIA

24

12
KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK

MERUPAKAN SUATU JAMINAN KELANGSUNGAN


PENYALURAN UNTUK MEMBERIKAN KEPUASAN BAGI
KONSUMEN LISTRIK KARENA KUALITASNYA

TUJUANNYA IALAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU


PELAYANAN LISTRIK SEBAGAIMANA YANG DIKEHENDAKI
OLEH PELANGGAN ( KONSUMEN ), BAIK DALAM
PENGERTIAN OPERASI NORMAL MAUPUN
PADA SAAT GANGGUAN

25

TINGKAT KEANDALAN

MERUPAKAN SALAH SATU TOLOK UKUR DARI TINGKAT


PELAYANAN PENYALURAN TENAGA LISTRIK

DATA DATA PENDUKUNG TINGKAT KEANDALAN :

DATA-DATA JENIS GANGGUAN / LAMA GANGGUAN

DATA STANDART LAMA PERBAIKAN KOMPONEN

DATA JUMLAH KONSUMEN YG TERSAMBUNG/GD

DATA JUMLAH GD / PENYULANG

26

13
KELANGSUNGAN PENYALURAN
FAKTORFAKTOR KELANGSUNGAN PENYALURAN :

PENGATURAN DAN PENGOPERASIAN TRAFO.


KECEPATAN MELAKUKAN PENGALIHAN BEBAN.

DARI HAL TSB DIATAS DIPERLUKAN :


PROSEDUR OPERASI TRANSFORMATOR (SOP).
SARANA KOMUNIKASI (RADIO, TELP, DLL).
PERLENGKAPAN PERALATAN DETEKSI TRAFO.
PETUGAS OPERASI YG CAKAP DAN TERAMPIL.

27

PEMELIHARAAN GARDU DISTRIBUSI


PEMELIHARAAN GARDU MERUPAKAN SUATU
KEGIATAN YANG MELIPUTI PEKERJAAN
PEMERIKSAAN, PENDETEKSIAN, PENCEGAHAN,
PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN PERALATAN PADA
GARDU DISTRIBUSI YANG DILAKUKAN SECARA
TERJADWAL ATAUPUN TANPA TERJADWAL

TUJUAN PEMELIHARAAN TRAFO ADALAH UNTUK


MENINGKATKAN MUTU DAN KEANDALAN,
SERTA UNTUK MENGURANGI KERUSAKAN PERALATAN
DI GARDU, DAPAT MENURUNKAN BIAYA PEMELIHARAAN
DAN MENDAPATKAN SIMPATI SERTA KEPUASAN
PELANGGAN DALAM PELAYANAN TENAGA LISTRIK

28

14
MACAM MACAM PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN RUTIN ( TERJADWAL ).
PEMELIHARAAN KOREKTIF.
PEMELIHARAAN EMERGENCY ( TANPA JADWAL ).

PEMELIHARAAN RUTIN
DALAM PELAKSANAANYA DIBAGI 2 KATEGORI :
a. PEMELIHARAAN SERVICE, PEMELIHARAAN DGN
JANGKA WAKTU PENDEK, MELIPUTI PEKERJAAN
RINGAN/KECIL.
MISAL :
o MEMBERSIHKAN PERALATAN
( AMPERE METER, VOLT METER, DLL ).
o MEMBERSIHKAN HALAMAN GARDU DSB.
29

b. PEMELIHARAAN INSPEKSI

PEMELIHARAAN JANGKA WAKTU PANJANG


MELIPUTI PEKERJAAN PENGUKURAN, PENYETELAN,
PERBAIKAN DAN PENGGANTIAN PERALATAN DAN
BAGIAN BAGIAN DARI GARDU.

PEMELIHARAAN KOREKTIF
PEKERJAAN PEMELIHARAAN DGN MAKSUD UNTUK
MEMPERBAIKI KERUSAKAN DAN PERBAIKAN,
PENYEMPURNAAN.

ARTI PERBAIKAN KERUSAKAN ADALAH PEKERJAAN/


USAHA UNTUK MEMPERBAIKI KERUSAKAN HINGGA
KEMBALI PADA KONDISI / KAPASITAS SEMULA.

30

15
CONTOH :
PENGGANTIAN MOF TRAFO YG MELEDAK ( GD BETON ).

PENGGANTIAN BUSHING TRAFO YANG RETAK/PECAH.

PENGGANTIAN PACKING TRAFO YG BOCOR.


PENGGANTIAN PMT, CO, DS YG RUSAK.

ARTI PERBAIKAN / PENYEMPURNAAN ADALAH


PEKERJAAN, USAHA UNTUK MENINGKATKAN /
PENYEMPURNAAN GARDU DGN CARA MENGGANTI /
MENGUBAH GARDU AGAR DICAPAI DAYA GUNA
ATAU KEANDALAN YG LEBIH BAIK DENGAN TIDAK
MENGUBAH KAPASITAS SEMULA.
CONTOH :

REHABILITASI GARDU DISTRIBUSI

31

PEMELIHARAAN EMERGENCY
PEMELIHARAAN INI SIFATNYA MENDADAK, TIDAK
TERENCANA INI AKIBAT GANGGUAN ATAU KERUSAKAN
ATAU HAL HAL LAIN DILUAR KEMAMPUAN, SEHINGGA
PERLU DILAKUKAN PEMERIKSAAN / PENGECEKAN
PERBAIKAN MAUPUN PENGGANTIAN PERALATAN, TETAPI
MASIH DALAM KURUN WAKTU PEMELIHARAAN

PEMELIHARAAN INI DIAKIBATKAN OLEH


BENCANA ALAM :

TANAH LONGSOR
BANJIR BESAR.

GEMPA BUMI.

32

16
PERALATAN GARDU DISTRIBUSI
SASARAN PEMELIHARAAN PADA GARDU DIST :
a. INSTALASI TEGANGAN MENENGAH
ISOLATOR TUMPU / DUDUK
REL / BUS BAR TEGANGAN MENENGAH.

PMS / PMT DI KUBIKEL.

SEKERING TM ( U/ GD PLG DIHAPUS).

PENGAMAN SEL / BUS-BAR.

KABEL PENGHUBUNG TM.

33

b. INSTALASI TEGANGAN MENENGAH


CLOSED TYPE
o KUBIKEL / PANEL

o TERMINAL KABEL IN / OUT GOING.

c. TRANSFORMATOR
BUSHING TRAFO

TANGKI DAN SIRIP TRAFO

VOLUME MINYAK TRAFO

SILICA GEL TRAFO

RODA DAN KONSTRUKSI TRAFO

TAP CHANGER TRAFO

KRAN TRAFO
34

17
d. RAK TEGANGAN RENDAH
KABEL SINGLE CORE TR
SEPATU KABEL.
SAKLAR UTAMA TR.
GROUND PLAT.
GROUND CONDUCTOR.
KONSTRUKSI RAK.
RAK TR.
MUR / BAUT SERTA RING
DLL.

35

e. PELINDUNG TEGANGAN LEBIH


ARRESTER.

GROUND CONDUCTOR.

ROD GAP.

GROUND ROD.

f. SIPIL GARDU
HALAMAN GD. LANTAI GARDU.

PINTU PAGAR. DAK ATAS.

KUNCI PAGAR. VENTILASI.

PINTU GARDU. SALURAN/TALANG AIR.

KUNCI PINTU PAGAR. MAN HOLE.

DINDING LUAR / DALAM. JALAN MASUK GD.


36

18
f. LAIN - LAIN
PENERANGAN DALAM GARDU
PENERANGAN LUAR GARDU
INDIKATOR HUBUNG TANAH
TRAFO ARUS/TEG (CT/PT)
PERALATAN UKUR

37

PEMELIHARAAN PMT
MENURUT JENIS DAN CARA PEMADAMAN BUSUR API
YANG DITIMBULKAN PADA SAAT PMT MEMBUKA
DAN MENUTUP

PMT DAPAT DIGOLONGKAN MENJADI :


PEMUTUS TENAGA MINYAK ( OCB ).
PEMUTUS TENAGA HAMPA ( VCB ).
PEMUTUS TENAGA UDARA TEKANAN
TINGGI ( ABCB ).
PEMUTUS TENAGA SF6.
38

19
SPESIFIKASI PMT

ARUS KERJA MAXIMUM ( MAKING CURRENT ).


ARUS PEMUTUS MAXIMUM ( RATED BREAKING CURRENT ).

KAPASITAS PEMUTUSAN ( RATED BREAKING CAPACITY ).

LAMA ARUS HUBUNG SINGKAT ( SHORT TIME CURRENT ).

WAKTU PMT MEMBUKA ( OPENING TIME ).


WAKTU PEMADAMAN BUSUR API ( ARC DURATION ).
WAKTU TOTAL PEMUTUSAN ( TOTAL BREAK TIME ).

FREKUWENSI SISTEM.
39

6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Distribusi, Perlengkapan
Distribusi, Peralatan Distribusi

40

20
CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang


bertegangan.
3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
7.Pasang ELCB (Earth Leakage Circuit Breaker)
dengan sensitivity maksimum 30 mA. Nama lain
dari ELCB adalah GPAS (Gawai Proteksi Arus Sisa),
alias RCCB (Residual Current Circuit Breaker),
alias RCD (Residual Current Detector), alias GFCI
(Ground Fault Current Interrupter).

8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu


melakukan pekerjaan listrik.
9.Gunakan PPE yang benar 41

CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short
circuit, dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi)
yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya Loss connection
42

21
Cara mencegah bahaya BLAST karena
Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
43

Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

44

22
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.12.
Persyaratan K3
Pemeliharaan
Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.12.
Persyaratan K3
Pemeliharaan Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Listrik 1

M I.12
Persyaratan K3 Pemeliharaan
Instalasi, Perlengkapan dan Peralatan
Listrik di Pemanfaatan Tenaga Listrik

1
Diharapkan agar
Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan
pembinaan, pengawasan, dan
penanggulangan K3 Listrik (=pencegahan
bahaya listrik dan mitigasinya) pada
Pemeliharaan Instalasi, Perlengkapan
dan Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik

1.

Ruang lingkup pemeliharaan


pada Instalasi Pemanfaat,
Perlengkapan Pemanfaat,
Peralatan Listrik di
Pemanfaatan Tenaga Listrik

2
1.1.

Pengertian dan tujuan


pemeliharaan pada Instalasi,
Perlengkapan , Peralatan Listrik
di Pemanfaatan Tenaga Listrik

2.
Objek pemeliharaan :

Instalasi Listrik, Peralatan


Listrik Rumah Tangga, Sistem
Pengendalian, Mesin Listrik,
Programmable Logic Controller
(PLC)

3
Instalasi Listrik
Instalasi listrik meliputi :
- Jaringan listrik yang terdiri dari Alat Pengukur dan
Pembatas (APP), Panel Hubung Bagi (PHB),
Penghantar.
- Pencahayaan yang terdiri dari Lampu Pijar, Neon
Sign/Lampu Tabung, Lampu Merkuri, Lampu
Sodium.
- Pipa Pada Instalasi Listrik yang terdiri dari Pipa
Union, Pipa Paralon / PVC, Pipa Fleksibel, Tule /
Selubung Pipa, Klem / Sangkang, Sambungan Pipa
/Sock, Sambungan Siku, Kotak Sambung.
- Sistem Pentanahan yang terdiri dari Elektroda
Pentanahan, Hantaran Pengaman, Sistem Multi-
Elektroda.

Peralatan Listrik Rumah Tangga


Alat-
Alat-Alat Laundry: Seterika Listrik, Mesin Cuci Pakaian,
Pakaian, Mesin
Pengering Pakaian, Mesin Cuci Piring,
Piring,Mesin Pembersih Vakum.
Vakum.
Alat
Alat--Alat Memasak: Toaster, Kompor Listrik, Microwave Oven.
Alat
Alat--Alat Pemanas & Pendingin : Pengering Rambut, Kulkas dan
Freezer,, Alat Pendingin Ruangan,
Freezer Ruangan, Alat Pemanas Air.

4
Sistem Pengendalian
Sistem Pengendali Elektronik
Sistem Pengendali Elektronika Daya : Komponen
Semikonduktor Daya, Penyearah, Pengendali Tegangan AC ,
Kontrol Kecepatan dan Daya Motor Induksi Fasa Tiga.
Sistem Pengendalian Motor: Kontaktor Magnit, Kontak Utama
dan Kontak Bantu, Kontaktor Magnit dengan Timer, Rele
Pengaman Arus Lebih/Thermal Overload Relay, Sistem
Pengendali ektromagnetik.
Elektro Pneumatik

Mesin Listrik

Transformator Satu Fasa, Transformator Tiga Fasa,


Transformator Khusus (Autotransformator,
Transformator Pengukuran), Generator Arus Searah,
Motor Arus Searah, Motor Induksi Tiga Fasa,
Generator Sinkron, Motor Sinkron, Motor Satu Fasa,
Generator Set.

10

5
6.
Checklist Identifikasi Potensi
bahaya listrik
(Shock, Arc,Blast dan bahaya
lainnya) pada Instalasi
Pemanfaatan, Perlengkapan
Pemanfaatan , Peralatan
Pemanfaatan listrik
11

CHECK LIST Cara mencegah bahaya SHOCK


Uraian Temuan Rekomendasi
1.Jangan membiasakan diri mencoba secara
sengaja maupun tidak sengaja memegang benda-
benda logam yang kemungkinan bisa ada
tegangan listriknya.

2.Isolasi bagian-bagian terbuka yang


bertegangan.
3.Beri tutup yang aman pada bagian-bagian yang
bertegangan
4.Beri pagar pengaman pada bagian-bagian
bertegangan yang kemungkinan bisa tersentuh
manusia secara tidak sengaja, pasang peralatan
Interlocking (bila perlu).
5.Pasang Grounding pada Instalasi listrik

6.Pasang Grounding pada bagian-bagian yang


kemungkinan bisa bertegangan (misalnya frame
dari motor, dan lain-lain)
8.Laksanakan LOTO (Lock Out Tag Out) sewaktu
melakukan pekerjaan listrik.
9.Gunakan PPE yang benar

12

6
CHECK LIST Cara mencegah bahaya ARC FLASH
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Pada saat melakukan pekerjaan Pemeliharaan,
harus selalu listriknya dimatikan dulu (off &
LOTO), kecuali terpaksa.
2.Hindarkan kemungkinan terjadinya short circuit,
dan pastikan harus ada alat proteksi (CB atau
Fuse)
3. Hindari Kondisi tidak aman (Unsafe condition)
dan Perilaku yang tidak aman (Unsafe Act)
4. Gunakan Alat Pelaindung Diri (APD) yang baik
dan benar

CHECK LIST Cara mencegah


bahaya ARC yang menyebabkan Kebakaran (FIRE)
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindarkan kemungkinan terjadinya short
circuit, dan harus ada alat proteksi (CB atau Fuse)
2. Gunakan kulaitas kabel (kawat dan isolasi)
yang baik
3. Gunakan jenis kabel yang benar
4. Gunakan ukuran kawat yang sesuai dengan KHA
(Ampacity)nya.
5. Hindari terjadinya Loss connection
13

Cara mencegah bahaya BLAST karena


Pemeliharaan yang kurang baik pada Peralatan
Uraian Temuan Rekomendasi
1.Laksanakan pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM,
dan CM) sesuai dengan prosedur-prosedur
pemeliharaan (Maintenance Prosedures).
2.Lakukan JSA (Job Safety Analysis) untuk setiap
pekerjaan Pemeliharaan (PM, PdM, CM)

Cara mencegah BLAST yang terjadi karena


Interrupting Rating yang tidak benar pada CB & Fuse
Uraian Temuan Rekomendasi
1. Hindari kemungkinan terjadinya short circuit

2. Pastikan Breaking Capacity dari Fuse dan Circuit


Breaker adalah lebih besar daripada Maximum
Short Circuit pada titik terjadinya short circuit
tersebut. Maximum Short Circuit pada setiap titik
Bus dihitung menggunakan software misalnya
ETAP (Electrical Transient Analizer Program), atau
dengan menggunakan Tabel seperti contoh dari
PLN.
14

7
Cara mencegah bahaya listrik lainnya

Uraian Temuan Rekomendasi


a. Bahaya Induksi Electromagnetic ketika sedang
melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

b. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

c. Bahaya radiasi ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

d. Bahaya terpeleset ketika sedang melakukan


pekerjaan pemeliharaan listrik

e. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

f. Bahaya jatuh dari ketinggian ketika sedang


melakukan pekerjaan pemeliharaan listrik

g. Bahaya tersentuh panas pada peralatan listrik


ketika sedang melakukan pekerjaan pemeliharaan
listrik

h. Dan lain-lain :
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................

15

8
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.13.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur
Petir
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.13.
Persyaratan K3
Sistem Penyalur Petir

Persyaratan K3 Instalasi penyalur Petir

1
1. Fenomena Terjadinya Petir
Petir merupakan mekanisme listrik di udara, yang
terjadi :
Diantara awan-awan
Antara pusat-pusat muatan di dalam awan tersebut.
Antara awan dan tanah.
petir awan-tanah ini sudah cukup besar untuk dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan pada benda-
benda di permukaan tanah.

Fenomena Terjadinya Petir

Petir terjadi karena


lompatan elektron-
elektron dari awan
bermuatan negatif ke
Bumi yang bermuatan
positif

awal 4

2
Fenomena Terjadinya Petir

Muatan negatif
terbentuk pada awan
Terjadi peningkatan
Medan Listrik
Muatan listrik
terbentuk pada tanah
Breakdown pada
udara mengawali
pelepasan

Hasan Surya, Ir., MT.

Fenomena Terjadinya Petir

Streamer dan
stepleader bertemu
Terbentuk kanal
Potential sama
Tampak Sambaran
petir

3
2. Karakteristik Gelombang Petir

Main Discharge

Step Leaders

Streamers

National Geographic July 1993

Hasan Surya, Ir., MT.

2. Karakteristik Gelombang Petir


t1 berharga 1 s/d 10 det.
t2 berharga 10 s/d 100 det.
kV

0,9
Statistik petir :
0,5
24% dibawah 10 kA
0,3 86% dibawah 40 kA
11% antara 40 s/d 100 kA
t
t1
t2

2% antara 100 s/d 140 kA
0,4% lebih besar 140 kA

4
3. Bahaya Sambaran petir
Sambaran Langsung Pada
Kawat Fasa
Tegangan pada titik
sambaran adalah :
Is
Is
Is Is VL Z L .
2 2 2
Jika I = 30 kA; ZL = 300 Ohm, Maka, VL
= 15. 300 = 4,5 MV
dapat juga menyebabkan timbulnya
tegangan lebih pada fasa lainnya.
Tegangan ini dapat menyebabkan flash
over pada isolator udara. 9

3. Bahaya Sambaran Petir

Sambaran Pada Menara dengan Kawat Tanah


Is = 32 kA

IE = 1 kA
ZL = 300

IM = 30 kA

RE RE = 10

10

5
3. Bahaya Sambaran Petir
Sambaran Langsung pada
bangunan tanpa Proteksi Petir

11

3. Bahaya Sambaran Petir


Sistem Proteksi Petir
menyediakan jalur dengan
resistansi rendah
Sambaran petir memilki
energi yang tinggi
Bangunan aman, Peralatan
mengalami potensi
kerusakan

Pasang proteksi Transien pada


semua saluran masuk ke
bangunan dan peralatan kritis
pada bangunan
12

6
3. Bahaya Sambaran Petir
Sambaran tak langsung

13

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
Penggunaan kawat tanah
Sebagai penerimapetir
Mengurangi gangguan
tegangan lebih pada
hantaran
gelombang berjalan yang
masih dapat mencapai
gardu dapat menimbulkan
kerusakan.

14

7
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Penggunaan Arrester
Mencegah terjadinya UA

tegangan lebih pada F

peralatan i

dipasang antara kawat R(i)

fasa dengan tanah


Menyalurkan tegangan
lebih ke tanah sampai
pada batas aman untuk
peralatan.

15

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
Rod Gap Arrester
berupa batang elektroda yang
diletakkan antara hantaran
dan tanah.
Banyak digunakan pada :
Bushing Insulator dari
trafo
isolator hantaran udara,
(Arching Horn)
Pemutus daya (Circuit
Breaker) 16

8
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Pemasangan Rod Gap Arrester
Tegangan tembus dari sela batang
di set 20% lebih rendah dari
d

s
tegangan tembus impulse dari
isolator.
Jarak antara sela dengan isolator
Tegangan
Sistim (kV)
Sela
(cm)
tidak boleh kurang dari 1/3 jarak
33 23 sela untuk mencegah bunga api
66 35
bergerak ke arah isolator
132 65

275 123

17

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan Listrik


Keterbatasan Rod Gap Arrester
1. Tidak berfungsi jika gelombang datang
mempunyai muka yang curam.
2. Tidak bisa memotong ikutan (follow current).
3. . Dapat meleleh i.
4. Karakteristik tembus dipegaruhi oleh keadaan
alam
5. tidak dapat diandalkan sebagai pelindung
utama terhadap petir pada sistem tenaga listrik
dimana prioritas pelayanan daya dan
perlindungan peralatan sangat diutamakan

18

9
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Expulsion Lightning Arrester
Merupakan tabung yang terdiri dari :
Sela Batang Dinding tabung yang terbuat dari fiber
Sela batang (external series gap)i.
Sela pemutus bunga api diletakkan dalam
Tabung Bunga tabung, salah satu elektroda dihubungkan ke
Api
tanah.
Keterbatasan :
permukaan tabung akan rusak karena
Lubang keluar Gas terbakar, maka arrester ini mempunyai
batasan pada jumlah operasinya

19

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
Pemakaian Espulsion Lightning Arrester
Pada isolator transmisi..
Dipakai pada tiang transmisi sebelum gardu untuk
mengurangi kerja arrester di gardu.
Pada trafo-trafo kecil di pedesaan (Ekonomis)

20

10
4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan
Listrik
Valve type lightning Arrester
Terdiri dari susunan serial
dengan metal Oxide Varistor,
dengan karakteristik sebagai
berikut :
Harga tahanan turun dengan
cepat pada saat arus terpa
mengalir sehingga tegangan
antara terminal Arrester turun
dan harga tahanan akan naik
kembali jika arus terpa sudah
lewat sehingga membatasi
arus ikutan dari power
frekuensi voltage

21

4. Sistem Proteksi Petir pada Jaringan


Listrik
LOKASI PENEMPATAN
ARRESTER
Arrester ditempatkan
sedekat mungkin dengan
peralatan yang dilindungi
Jika jarak arrester terlalu
jauh, maka tegangan yang
tiba pada peralatan dapat
melebihi tegangan yang
dapat dipikulnya
22

11
5. Konsep sistem proteksi petir pada
Bangunan

23

5. Konsep sistem proteksi petir pada


Bangunan
Proteksi External
adalah instalasi dan alat-alat di luar sebuah struktur
untuk meredam dan menghantar arus petir ke sistem
pembumian atau berfungsi sebagai ujung tombak
penangkap muatan listrik/arus petir di tempat
tertinggi
Proteksi Internal
Upaya menghindari terjadinya beda potensial pada
semua titik di instalasi atau peralatan yang diproteksi
di dalam bangunan.

24

12
6. Standard sistem proteksi petir pada
Bangunan
SNI 03-715-2004 Sistem Proteksi petir pada
Bangunan Gedung
1438_SNI IEC 62305-1-2009 Proteksi Petir
Prinsip Umum
Permanaker 02/MEN/1989 : Pengawasan
Instalasi Penyalur Petir

25

7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir

Mengacu pada SNI 03-7015-2004 Perlu tidaknya sistem


proteksi petir didasarkan
frekwensi sambaran petir langsung setempat (Nd)
frekwensi sambaran petir tahunan setempat (Nc) yang
diperbolehkan.
Nd = Ng. Ae. 10-6/tahun
sambaran petir ke tanah rata-rata tahunan di daerah struktur
berada dinyatakan sebagai : Ng = 0,04. IKL1,25 / km2/ tahun
dimana IKL adalah isokeraunic level di atau jumlah hari guruh
Ae adalah daerah permukaan tanah yang dianggap sebagai
struktur yang mempunyai frekwensi sambaran langsung
tahunan, dihitung
Ae = (2x(p+l)x3h)+(3,14x(3h)2)

26

13
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir

C = (C2)(C3)(C4)(C5).

27

7. Perhitungan Kebutuhan Sistem


Proteksi Petir

28

14
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem
Proteksi Petir

29

7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir

Pengambilan keputusan didasarkan pada hasil


perhitungan Nd dan Nc , sebagai berikut :
Jika Nd Nc tidak perlu sistem proteksi petir.
Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir
dengan efisiensi : E 1- Nc/Nd dengan tingkat
proteksi sesuai tabel berikut

30

15
7. Perhitungan Kebutuhan Sistem Proteksi Petir

31

8. Metode proteksi sistem penerima petir


Metode jala (mesh size
method)
digunakan untuk
perlindungan permukaan
yang datar karena bisa
melindungi seluruh
permukaan bangunan.
Daerah yang diproteksi
adalah keseluruhan daerah
yang ada di dalam jala-jala

32

16
8. Metode proteksi sistem penerima petir

33

8. Metode proteksi sistem penerima


petir

34

17
8. Metode proteksi sistem penerima petir

Metode sudut proteksi


(protective anglemethod)
Daerah yang diproteksi
adalah daerah yang berada
di dalam kerucut dengan
sudut

35

8. Metode proteksi sistem penerima petir


Metode bola bergulir
(rolling sphere method )
Titik sentuh bola bergulir
pada struktur adalah titik
yang dapat disambar petir
dan pada titik tersebut
harus diproteksi oleh
terminasi udara.
R = I 0,75

36

18
37

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
PENERIMA
(AIR TERMINAL)

HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)

HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)

Resistan pembumian
mak 5 ohm

38

19
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Air Termination / Penerima
Down Conductor/Penghantar Penurunan
Earthing System/Pembumian

39

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
Sebagai penerima dapat
digunakan:
logam bulat panjang yang
terbuat dari tembaga;
hiasan-hiasan pada atap, tiang-
tiang, cerobong-cerobong dari
logam yang disambung baik
dengan instalasi penyalur petir;
atap-atap dari logam yang
disambung secara elektris
dengan baik.
40
Permenaker 02/89-11

20
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Dimensi minimum air terminal :
Cu : 35 mm2
Fe : 50 mm2
Al : 70 mm2

41

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
Harus dipasang di tempat atau
bagian yang diperkirakan dapat
tersambar petir
Jika bangunan yang terdiri dari
bagian-bagian seperti
bangunan yang mempunyai
menara, antena, papan
reklame atau suatu blok
bangunan harus dipandang
sebagai suatu kesatuan;

42

21
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Pemasangan pada atap yang
mendatar harus benar-benar
menjamin bahwa seluruh luas
atap yang bersangkutan
termasuk dalam daerah
perlindungan;
Jumlah dan jarak antara masing-
masing penerima harus diatur
sedemikian rupa sehingga dapat
menjamin bangunan itu
termasuk dalam daerah
perlindungan.
43

9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan

Ketinggian Air
Termination minimum :
10 in (SNI 03-715-2004 )
15 cm Permen aker
02/Men/1989

44

22
9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan

Untuk air Termination yg


tingginya lebih dari 600
cm, harus diberi
penyangga yang tidak
boleh kurang dari
setengah tinggi total

45

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan

46

23
9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan
DOWN CONDUCTOR
penghantar yang menghubungkan penerima dengan elektroda
bumi;
harus dipasang sepanjang bubungan (nok) dan atau sudut-sudut
bangunan ke tanah
Dari suatu bangunan paling sedikit harus mempunyai 2 (dua) buah
penghantar penurunan;
jarak tidak kurang 15 cm dari atap yang dapat terbakar kecuali atap
dari logam, genteng atau batu;

47

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
Dimensi minimum menurut bahan (IEC 62305)
:
Cu : 16 mm2
Fe : 50 mm2
Al : 25 mm2
recommend that the Down-Conductor be at
least 50 mm2 or AWG 0 in all cases

48

24
9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan

Permanaker 02/men/1989 harus digunakan kawat


tembaga atau bahan yang sederajat dengan
ketentuan :
penampang sekurang-kurangnya 50 mm.;
setiap bentuk penampang dapat dipakai dengan tebal
serendah-rendahnya 2 mm.
Jarak antara alat-alat pemegang penghantar
penurunan satu dengan yang lainnya tidak boleh
lebih dari 1,5 meter

49

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan

50

25
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Down Konduktor : Sebagai penghantar penurunan
petir dapat digunakan bagian-bagian dari atap,
pilarpilar, dinding-dinding, atau tulang-tulang baja
yang mempunyai massa logam yang baik;
Khusus tulang-tulang baja dari kolom beton harus
memenuhi syarat, kecuali:
sudah direncanakan sebagai penghantar
penurunan dengan memperhatikan syarat-syarat
sambungan yang baik dan syarat-syarat lainnya;
ujung-ujung tulang baja mencapai garis
permukaan air di bawah tanah sepanjang waktu.
Kolom beton yang bertulang baja yang dipakai
sebagai penghantar penurunan harus digunakan
kolom beton bagian luar
51

9. Instalasi proteksi petir pada Bangunan

Jarak minimum antara penghantar penurunan yang


satu dengan yang lain diukur sebagai berikut;
Pada bangunan yang tingginya kurang dari 25 meter
maximum 20 meter;
Pada bangunan yang tingginya antara 25 - 50 meter
maka jaraknya {30 - (0,4 xtinggi bangunan) }
Pada bangunan yang tingginya lebih dari 50 meter
maximum 10 meter.

52

26
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
harus merupakan suatu sambungan elektris,
tidak ada kemungkinan terbuka dan dapat
menahan kekuatan tarik sama dengan sepuluh
kali berat penghantar yang menggantung pada
sambungan itu.
Penyambungan dilakukan dengan cara:
dilas.
diklem (plat klem, bus kontak klem) dengan panjang
sekurang-kurangnya 5 cm;
disolder dengan panjang sekurang-kurangnya 10 cm

53

9. Instalasi proteksi petir pada


Bangunan
PEMBUMIAN
Elektroda bumi harus dibuat
dan dipasang sedemikian
rupa sehingga tahanan
pembumian sekecil mungkin
Tahanan pembumian dari
seluruh sistem pembumian
tidak boleh lebih dari 5 ohm

54

27
9. Instalasi proteksi petir pada
Bangunan
Panjang suatu elektroda bumi yang dipasang
tegak dalam bumi tidak boleh kurang dari 4
meter, kecuali jika sebagian dari elektroda
bumi itu sekurang-kurangnya 2 meter dibawah
batas minimum permukaan air dalam bumi;

55

Contoh
Data Bangunan :
Jenis Bangunan : Gedung Sekolah
Panjang bangunan : 32 meter
Lebar bangunan : 32 meter
Tinggi bangunan : 45 meter
Lokasi Bangunan : Tempat Datar (Surabaya)
Hari Guruh : 100. Nc = 0,1
Pertanyaan :
Berdasarkan SNI 03 715-2004, tentukan Tingkat proteksi yang
diperlukan

56

28
Solusi
3h = 135
Ae = (4x32x135) + (3,14x1352)
Ng = 0,04*1001,25
Nd = Ng.Ae.10-6
Nc = 0,1 Nd > Nc ?
Efisiensi SPP = 1 Nc/Nd
Tingkat Proteksi = 0,89

57

29
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.14.
Persyaratan K3
Listrik Ruang Khusus
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.14.
Persyaratan K3 Listrik
Ruang Khusus

Persyaratan K3
Untuk Berbagai Ruang dan Instalasi Khusus

1
Pendahuluan

Kita ketahui bahwa di tempat kerja terdapat berbagal


macam jenis ruang kerja sesuai jenis usaha. Masing-
masing jenis ruang kerja memiliki sumber bahaya
yang berbeda-beda dan sangat dipengaruhi oleh
proses kerja masing-maslng.

Ruang kerja tersebut bisa saja memiliki temperatur


normal, panas atau dingin
dingin,, atau bisa juga proses
kegiatan yang dapat merusak instalasi serta peralatan
listrik, misalnya pengaruh bahan kimkimiia, pengaruh
kerusakan mekanis dan lain sebagainya.

2
Mengingat kondisi yang beragam tersebut maka akan
terdapat pengaruh terhadap kondisi dari sistem
instalasi beserta perlengkapannya. Oleh karena itu
instalasi listrik mulai dari kabel sampai dengan
peralatan listrik serta cara pemasangannya
disesuaikan dengan jenis ruang kerja.

Ruang khusus

adalah ruang dengan sifat dan keadaan tertentu


seperti ruang lembab, ruang berdebu, ruang dengan
bahaya kebakaran dan ledakan, atau ruang yang
memerlukan
pengaturan lebih khusus untuk instalasinya. ;

3
Instalasi khusus

adalah instalasi listrik dengan karakteristik tertentu


sehingga penyelenggaraannya memerlukan ketentuan
tersendiri, misalnya instalasi derek, instalasi lampu
pencahayaan tanda dan bentuk, dan lain-Iain.

4
Area Berbahaya

Daerah dimana api atau ledakan mungkin terjadi


karena adanya gas atau uap, cairan, debu dan fiber
yang dapat terbakar / meledak pada frekuensi
tertentu dan membutuhkan cara pencegahan
khusus untuk desain bangunan dan konstruksi alat-
alatnya serta pengawasan untuk sumber-sumber
lain yang berpotensi menimbulkan kebakaran pada
bangunan tersebut.

Definisi

Lingkungan dimana atmosfir mengandung gas, uap


/ kabut atau debu yang mudah menyala atau
meledak dalam jumlah yang cukup
cukup..
Api atau ledakan terjadi bila tiga kondisi dipenuhi
dipenuhi,,
yang dikenal dengan combustion triangle

10

5
Combustion triangle

Bahan bakar harus ada dalam


jumlah dan konsentrasi yang
cukup. Bisa berupa zat cair, uap
atau debu yang dapat terbakar.
Suplai oksigen. Kondisi atmosfir
ledakan, udara sekitar
mengandung oksigen 20%. Sumber Bahan Bakar
Sumber penyulutan (energi listrik,
percikan / gesekan, reaksi kimia,
tekanan gas dll)
11

Sumber--sumber penyulutan
Sumber

Electric arcs and spark


Flames
Hot surfaces
Electrostatic sparks
Mechanical friction
Mechanical sparks produced by grinding
Compression ignition
Electromagnetic radiation
Chemical reactions
Ultrasonics 12

6
1. Ruang Kerja Listrik (l)

a. Harus diawasi oleh pengawas ahli, kecuali ruang


kerja listrik yang terkunci dan yang tidak ada orang
di dalamnya.
b. Harus berukuran cukup besar sehingga
instalasi lisirik yang akan dipasang di
dalamnya dapat diatur cukup leluasa dan
mudah diperiksa.

13

c. Harus mempunyai pencahayaan


yang baik dan tepat.
d. Lantai, dinding, plafon dan bagian
konstruksi lain dari ruang kerja
listrik yang didalamnya terdapat
instalasi voltase menengah dan
.

14

7
atau voltase tinggi, baik arus bolak-balik maupun arus
searah, harus dibuat dari bahan yang tidak mudah
terbakar atau bila hal yang demikian tidak dapat
dipenuhi maka sisi dalamnya harus dilapisi dengan
bahan yang tidak mudah terbakar

15

e. Ruang kerja listrik yang berada di


udara terbuka, harus dikelilingi seluruhnya dengan
pagar yang baik dan tepat, dengan tinggi minimum 2
meter di atas tanah, atau dapat juga ditempuh cara
lain asalkan cukup terjamin bahwa orang yang tidak
berwenang tidak dapat masuk.

16

8
Perlindungan

Bagian bervoltase dan tidak terlindung harus tetap


berjarak sekurang-kurangnya 1 meter, ditambah
dengan
1 cm untuk tiap kilovolt penuh dari voltasenya, diukur
secara proyeksi mendatar sampai pagar atau
penghalang lain.

17

Untuk bagian yang tingginya lebih 2 meter di atas


tanah, dan letaknya lebih tinggi dari yang disyaratkan
untuk konduktor udara, maka jarak mendatar
tersebut dapat dikurangi menurut perbandingan.
Pada tempat yang lebih rendah dari 1 meter, diukur
dari bagian atas dinding yang sama sekafi tertutup,
bagian bervoltase dan tidak terlindung dibolehkan
berjarak mendatar iebih kecil terhadap dinding itu.

18

9
Ruang kerja listrik atau ruang kerja listrik terkunci dir
dalam bangunan harus kering, harus dijaga agar tetap
kering, dan harus berventilasi baik,
Pada tempat masuk ruang kerja listrik atau ruang
kerja listrik terkunci harus dipasang papan tanda
peringatan sebagai pemberitahuan yang juga
melarang masuknya orang yang tidak berkepentingan.

19

Papan tanda peringatan untuk ruang kerja listrik atau


ruang kerja listrik terkunci, yang berada dalam udara
terbuka, harus dipasang di tempat yang baik dan
tepat, pada pagar, penghalang atau tutup, sehingga
ruang kerja tersebut dapat diketahui dengan jelas dari
luar dan dari semua arah

20

10
Lampu pijar, fiting lampu, kotak kontak, sakelar, dan
sebagainya harus dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat dicapai dan dilayani dengan aman, tanpa
didahulukan tindakan proteksi.
Lampu gantung tidak boleh dipasang di atas bagian
bervoltase yang tidak
terlindung.

21

Untuk konduktor rendah dalam ruang kerja listrik


hanya boleh digunakan
konduktor fleksibel berpelindung bukan logam.
Ketentuan ini tidak berlaku untuk konduktor
pembumian.

22

11
Ruang kerja listrik {I) dan ruang kerja listrik terkunci (Ik) harus memenuhi
ketentuan dan syarat yang ditetapkan dalam pasal ini dan 8.3.

2. Ruang Kerja Listrik Terkunci (lk)

Dalam ruang kerja listrik terkunci tidak boleh


dipasang mesin, pesawat, instrumen ukur dan
perlengkapan lain, yang setiap hari berulang kali
secara teratur dilayani, diamati, atau diperiksa di
tempat.

23

Dalam ruang kerja listrik terkunci, bila ada


pencahayaan lampu, lampu itu harus dipasang
sedemikian rupa sehingga dapat dinyalakan dari
tempat yang berdekatan dengan jalan masuk utama
dan harus memberikan pencahayaan yang cukup.

24

12
Pintu jalan masuk ke ruang kerja listrik terkunci, harus diatur
sedemikian rupa
sehingga memenuhi syarat sebagai berikut:
a) semua pintu harus membuka ke luar;
b) semua pintu harus dapat dibuka dari luar dengan
menggunakan anak kunci;
c) semua pintu harus dapat dibuka dari dalam tanpa
menggunakan anak kunci.

25

3. Ruang uji bahan listrik


dan laboratorium listik
Ruang uji bahan listrik dan laboratorium listrik tidak
boleh berdebu, harus bebas bahaya kebakaran atau
ledakan, serta tidak boleh lembab.
Dalam pabrik dan bengkel, ruang uji bahan listrik dan
laboratorium listrik harus dipisahkan dari instalasi lain
pabrik atau bengkel dengan baik dan tepat.

26

13
Pada pintu masuk harus dipasang papan tanda
peringatan iarangan masuk bagi orang yang tidak
berwenang.
Harus dicegah orang yang tidak berwenang masuk ke
dalam ruang instalasi listrik voltase menengah.

27

4. Ruang dengan bahaya


kebakaran dan ledakan
Penempatan perlengkapan instalasi listrik dalam Zone
0 sebaiknya dihindarkan, kecuali jika
perlengkapan tersebut sangat penting untuk proses
ataupun penempatan di tempat lain tidak
menguntungkan.

28

14
Instalasi yang aman tersebut harus tidak mampu melepaskan
energi listrik atau panas (dalam keadaan normal ataupun
abnormal) yang dapat menyalakan campuran udara berbahaya
dengan konsentrasi yang paling mudah menyala.

29

Ruang dengan bahaya ledakan dikiasifikasikan dalam zone berdasarkan frekuensi terjadinya dan lamanya keberadaan gas ledak dalam atmosfer sebagai berikut:
Zone 0 : Suatu ruang dimana terdapat atmosfer gas ledak secara terus menerus atau dalam
waktu yang lama.
Zone 1 : Suatu ruang dimana mungkin terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi normal.
Zone 2 : Suatu ruang dimana mungkin tidak terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi

Klasifikasi Ruang normal dan, jika hal ini terjadL kemungkinannya tidak sering dan hanya akan
berlangsung dalam waktu singkat

Zone 0 : Suatu ruang dimana terdapat atmosfer


gas ledak secara terus menerus atau dalam
waktu yang lama.
Zone 1 : Suatu ruang dimana mungkin terdapat
atmosfer gas ledak dalam operasi normal.
Zone 2 : Suatu ruang dimana mungkin tidak
terdapat atmosfer gas ledak dalam operasi
normal dan, jika hal ini terjadL kemungkinannya
tidak sering dan hanya akan berlangsung dalam
waktu singkat

30

15
Kelompok Perlengkapan
Untuk penggunaan perlengkapan dalam zone 0, zone 1 atau
zone 2, maka dikelompokkan sebagai berikut:
Kelompok I" Perlengkapan untuk digunakan dalam
penambangan (gas melhan).
Kelompok II: Perlengkapan untuk digunakan dalam industri
lainnya.
Untuk penggunaan gas dalam kelompok II, maka Kelompok II
dibagi menjadi:

31

Kelompok IIA: Atmosfer yang mengandung aseton,


ammonia, etylen alkohol, bensin,
methan, propan, dan gas atau uap dengan bahaya yang
ekivalen.
Kelompok IIB : Atmosfer yang mengandung acetaldehid.
etylen, dan gas atau uap dengan bahaya yang ekivalen.
Kelompok IIC: Atmosfer yang mengandung acetylen,
hidrogen, dan gas atau uap dengan bahaya yang ekivalen

32

16
Dangerous Zone :
In accordance with the new regulation ATEX:

Required equipment

CATEGORY 3

CATEGORY 2

CATEGORY 1

33

Klasifikasi Area

Tangki Penyimpanan Beratap Kerucut

34

17
35

Penggunaan dan Penandaan

Perlengkapan yang diperuntukkan untuk Zone 0 boleh


digunakan untuk Zone 1 atau Zone 2 dengan
kelompok gas yang sama.
Perlengkapan yang diperuntukkan untuk Zone 1 boleh
digunakan untuk Zone 2 dengan kelompok gas yang
sama.

36

18
Perlengkapan yang akan ditempatkan dalam ruang
yang mengandung gas ledak harus mempunyai tanda
pengenalnya, untuk memperiihatkan zone, kelompok
gas, dan kelas suhu berdasarkan suhu sekeliling 40 C.
CATATAN Perlengkapan listrik untuk dioperasikan dalam suhu
sekeliling yang lebih dari 40 C harus mempunyai tanda
pengenal untuk suhu maksimum sekelilingnya, atau julat suhu
pada suhu sekeliling

37

38

19
Zone 0 : Dalam ruang Zone 0 hanya boleh digunakan
perlengkapan listrik yang mempunyai
tanda pengenal sebagai berikut:
a) perlengkapan yang secara intrinsik aman dengan kategori
"ia"
b) perlengkapan lainnya yang khusus di desain untuk
digunakan dalam Zone 0
Zone 1 : Dalam ruang Zone 1 hanya boleh digunakan
perlengkapan listrik untuk Zone 0, dan
atau perlengkapan dengan jenis yang mempunyai tanda sesuai
jenis perlindungan keamanan sebagai berikut:

39

a) berseiungkup tahan api "d" (lihat IEC 60079-1)


b) berseiungkup betekanan "p" (lihat IEC 60079-2)
c) perlengkapan berisi pasir "q" (lihat IEC 60079-5)
d) perlengkapan dalam minyak "o" (lihat IEC 60079-6)
e) perlengkapan keamanan yang ditingkatkan "e" (lihat IEC
60079-7)
f) keamanan intrinsik "i" ("ia" atau lb") (lihat IEC 60079-11)

40

20
Zone 2 : Dalam ruang Zone 2 boleh dipasang
perlengkapan listrik sebagai berikut:
a) perlengkapan listrik untuk Zone 0 dan Zone I, atau
b) perlengkapan listrik dengan selubung bertekanan
untuk Zone 2, atau
c) perlengkapan listrik khusus yang didesain untuk Zone
2 (misalnya jenis proteksi "n") (lihat IEC 60079-15),
atau

41

d) perlengkapan listrik lainnya sesuai dengan standar


lainnya, yang dalam operasi normal tidak
menimbulkan busur api atau penyalaan yang dapat
memanaskan permukaan

42

21
Proteksi dari pembusuran yang
membahayakan
a) Bahaya dari bagian bervoltase. Untuk mencegah
terjadinya busur api yang dapat
menyulut atmosfer gas ledak, maka harus dihindari setiap
kontak dengan bagian bervoltase selain bagian yang aman
secara intrinsik.
b) Arus gangguan ke bumi pada rangka atau seiungkup harus
dibatasi (besar dan lamanya)
dan mencegah terjadi kenaikan potensial pada konduktor
ikatan penyama pontensial.
c) Jika digunakan sistem TN, maka sebaiknya diterapkan
sistem TN-S, dengan netral terpisah dan konduktor proteksi
terpasang diseluruh sistem.

43

Dalam ruang berbahaya, konduktor netral harus tidak


boleh dihubungkan bersama, atau digabung dalam satu
konduktor.
Sistem TN-C, yang mempunyai konduktor gabungan
untuk fungsi netral dan fungsi proteksi yang berupa satu
konduktor, tidak boleh digunakan dalam ruang
berbahaya.
Jika menggunakan sistem TT (konduktor
pembumian sistem terpisah dari bagian.
konduktif terbuka) digunakan dalam Zone 1, maka harus
menggunakan gawai proteksi arus sisa (GPAS), juga untuk
sirkit voltase ekstra rendah (di bawah 50 V). Sistem TT
tidak boleh diterapkan dalam Zone 0.

44

22
d) Jika menggunakan sistem IT (netra! terpisah dari
bumi atau dibumikan melalui impendans), maka harus
dipasang gawai monitor untuk mengetahui secara dini
gangguan bumi. Instalasi dalam Zone 0 harus terputus
segera setelah terjadi gangguan bumi pertama, oleh
gawai monitor insulasi atau oleh GPAS.
e) Untuk instalasi dalam Zone 0 yang menggunakan
berbagai voltase harus diperhatikan,
agar arus gangguan bumi sekecil mungkin dalam besar
dan jangka waktunya. Harus dipasang proteksi gangguan
bumi untuk penggunaan tetentu dalam Zone 1.

45

Ekuipotensial
Untuk mencegah pembusuran yang membahayakan
antara bagian logam rangka, maka ekuipotensial perlu
dipasang untuk instalasi pada Zone 0 dan Zone 1 dan
mungkin juga diperlukan untuk instalasi dalam Zone 2.
Oleh karena itu semua bagian konduktif terbuka harus
dihubungkan ke konduktor ikatan ekuipotensial. Sistem
ikatan dapat terdiri dari konduktor proteksi, konduit
logam, seiungkup kabel dari logam, baja pelindung kabel,
semua rangka dari logam, tetapi tidak boleh dihubungkan
dengan konduktor netral.
Ukuran konduktor antar bagian logam dari rangka harus
berukuran paling kecil 10 mm2 tembaga.

46

23
Sistem pengkawatan
a) Dalam merancang sistem perkawatan serta komponennya,
maka harus diperkirakan lingkungan gac berbahaya, termasuk
faktor mekanik, kimia dan termal.
b) Kabe! berinti tunggal tanpa selubung (misalnya, NYA) tidak
boleh digunakan sebagai konduktor yang bervoltase, kecuali
yang terpasang di dalam panel hubung bagi, seiungkup atau
sistem konduit.
c) Sambungan kabel dan konduit kepada alat listrik harus
dilaksanakan sesuai dengan jenis proteksi yang relevan.

47

d) Lubang untuk tempat masuk kabei atau konduit pada alat


listrik harus ditutup dengan pengedap yang sesuai
dengan jenis proteksi yang relevan.
e) Kabel dan konduit harus diberi pengedap, bila perlu, sehingga
dapat mencegah air atau gas masuk.
f) Jalur masuk sistem perkawatan dari zone yang satu ke zone
lainnya, atau dari zone berbahaya ke zone yang tidak
berbahaya, harus menghambat masuknya gas uap maupun
cairan yang mudah terbakar dari satu ruang ke ruang lainnya
dan mencegah pengumpulan gas, uap atau cairan yang
mudah terbakar di dalam saluran.

48

24
Sistem Kabel
Kabel yang berselubung logam, termoplastik atau elastomerik,
termasuk kabel berinsulasi mineral dapat digunakan untuk
perkawatan yang permanen.
Kabei yang berselubung logam berlipat atau kabel dengan
pelindung kawat baja yang dianyam hanya boleh digunakan,
jika mempunyai selubung kedap air.

49

Untuk perlengkapan yang portabel dan dapat dipindahkan,


dengan voltase tidak lebih dari 1000 V a-b. antar fase (atau 600
V ke bumi) atau 1500 V a.s antar kutub (atau 900 V a.s ke
bumi), maka kabel suplai harus berselubung karet yang cukup
kuat, atau kabel dengan konstruksi kuat sejenis.
Jika diperlukan konduktor proteksi, maka konduktor ini di
insulasi tersendiri dengan cara yang sama seperti untuk
konduktor lainnya dan disatukan di dalam selubung kabel
suplai, kecuali jika konduktor merupakan anyaman pelindung.

50

25
Perlengkapan listrik dengan arus pengenal yang tidak
lebih dari 6 A untuk digunakan dalam ruang dengan
voltase tidak lebih dari 250 V ke bumi boleh dihubungkan
ke kabel berselubung karet kuat yang biasa, kabe!
polipropifen kuat biasa, atau kabel yang mempunyai
konstruksi kuat yang sama.
Konduktor tembaga harus berukuran minimum 1,5 mm2.
Kabel ini tidak boleh untuk perlengkapan portabel dan
dapat dipindahkan yang mendapatkan tekanan mekanik
berat, umpamanya lampu tangga, sakelar kaki. Untuk alat
listrik portabel atau dapat dipindahkan, pelindung kabel
atau anyaman fleksibel metalik tidak boleh digunakan
sebagai pembumian utama, kecuali konduktansnya cukup
dan tidak terputus. Kabel tembaga yang terpasang pada
penyangga dan kabel untuk alat telekomunikasi
berukuran minimum 0,75 mm2.

51

Kabel fleksibel di dalam ruang berbahaya harus dipilih dari


yang berikut:
a) kabel fleksibel berselubung karet kuat yang biasa
b) kabel fleksibel berselubung polichioroprene kuat yang biasa,
c) kabel fleksibel berselubung karet kuat dan berat,
d) kabel berselubung polichioroprene kuat dan
berat,
e) kabel berinsulasi plastik ekivalen dengan kabel fleksibel
berseiubung karet kuat yang biasa.

52

26
Sistem konduit untuk selungkup
tahan api
a) Pada tempat masuk atau keluar dari ruang bahaya;
b) pengedap terdapat paling jauh 450 mm dari semua
seiungkup dimana terdapat penyalaan
selama operasi normal;
c) pada setiap seiungkup dimana terdapat pencabangan,
sambungan atau terminasi pada
konduit yang berdiameter 50 mm atau lebih;
d) untuk mengurangi dampak penumpukan tekanan oleh
beberapa gas

53

Syarat tanda pengenal Perlengkapan Listrik:


a. Nama Pabrikan dan atau merk
b. Indentifikasi pabrikan
c. Simbol Ex (tanda tlh lulus uji kondisi gas ledak)
d. Punya tanda jenis proteksi
- Aparat dlm minyak (o)
- Selungkup bertkanan (p)
- Aparat berisi pasir (q)
- Aparat utk selungkup tahan api (d)
- Utk keamanan ditingkatkan (e)
- Utk keamanan intrinsik kategori a (ia)
- Utk keamanan intrinsik kategori b (ib)
e. Simbol kelompok perlengkapan
f. Tanda suhu saja utk Klp II dgn T > 450oC
g. No. Seri (kecuali utk leng kapan sambungan & kecil)
h. Tanda sertifikasi (thn, no stfk)

54

27
5. Ruang lembab termasuk
ruang pendingin
Semua mesin, alat dan instalasinya, harus dipasang sedemikian
hingga tidak memungkinkan masuknya uap air ke dalamnya.
Perlengkapan hubung bagi yang dipasang harus berbentuk lemari
atau kotak tertutup.
Dalam ruangan pendingin sedapat mungkin jangan dipasang
perlengkapan hubung bagi, alat pengatur, sakelar atau kotak kontak
Bagian-bagian yang bertegangan harus diisolasi dengan seksama
dengan bahan isolasi yang tahan lembab.

55

Pemasangan dalam tanah


Untuk pemasangan dalam tanah hanya boleh digunakan kabel
tanah, misalnya NYFGBY, NYRGBY, NKBA,GPLK dan yang
sederajat. Kabel NYY juga boleh ditanam dalam tanah, asalkan
diberi perlindungan yang cukup.
Kabel dalam tanah ditanam sekurang-kurangnya 60 cm di
bawah permukaan tanah yang tidak dilalui kendaraan, dan
sekurang-kurangnya 80 cm di bawah permukaan jalan yang
dilalui kendaraan

56

28
6.Ruang sangat panas
a) Hanya armatur pencahayaan, pesawat pemanas, dan
alat perlengkapan lainnya beserta konduktor yang
bersangkutan itu saja yang boleh dipasang di tempat itu.
b) Sebagai konduktor dapat dipakai konduktor regang
pada isolator dengan jarak titik tumpi
maksimum 1 meter, atau kabel jenis tahan panas yang
sesuai untuk suhu ruang itu.
c) Pada tempat dengan bahaya kerusakan mekanis,
konduktor telanjang harus seluruhnya dilindungi dengan
seiungkup logam yang kuat, atau dengan alat yang sama
mutunya, untuk mencegah bahaya sentuhan.

57

7. Ruang berdebu

Konstruksi dan pemasangan aparatur yang digunakan dalam


ruangan-ruangan ini harus sedemikian hingga kerja aparatur itu tidak
terganggu oleh debu yang ada
Motor-motor dan perlengkapan hubung bagi yang digunakan harus
dari jenis yang tertutup dan kedap debu.
Pengaman-pengaman lebur harus ditempatkan di dalam
perlengkapan hubung bagi (PHB).
Aparatur dan instalasi yang dipasang dalam ruangan demikian harus
tahan terhadap pengaruh korosif dari gas atau bahan yang ada di
dalam ruangan
suhu maksimum permukaan yang diizinkan adalah suhu tetinggi
pada permukaan periengkapan listrik yang boleh dicapai dalam
penggunaan untuk menghindari penyalaan

58

29
Zone 21 adalah suatu ruang dimana terdapat atau
mungkin terdapat debu yang mudah terbakar berupa
kabut selama proses normal, pengerjaan, atau operasi
pembersihan, dalam jumlah yang cukup untuk dapat
menyebabkan terjadinya konsentrasi yang dapat meledak
dari debu yang mudah terbakar atau menyala jika
bercampur dengan udara.
Zone 22 adalah suatu ruang yang tidak dikiasifikasikan
sebagai Zone 21, dimana kabut
debu mungkin terjadi tidak terus menerus, dan muncul
hanya dalam waktu singkat, atau dimana terdapat
pengumpulan atau penumpukan debu yang mudah
terbakar dalam kondisi abnormal, dan menimbulkan
peningkatan campuran debu yang dapat menyala di
udara

59

8.Ruang dengan gas, bahan atau debu


Mesin, pesawat, dan konduktor listrik, serta
yang korosif
pelindung yang bersangkutan harus didesain,
dilindungi, dipasang dan dihubungkan sedemikian
rupa sehingga tahan terhadap pengaruh yang
merusak dari bahan, debu, atau gas yang korosif itu.

60

30
9.Ruang radiasi
Seluruh permukaan lantai tempat perlengkapan sinar X berdii
harus dilapisi bahan insulasi (sesuai dengan IEC 60601-1)
Pada seluruh bagian logam yang tidak bervoltase dai
perlengkapan sinar X harus dipasang konduktor proteksi yang
baik
Sakelar harus mudah dicapai dan dikenal dengan jelas.
Kabel fleksibel yang digunakan harus dari jenis pemakaian
kasar dan berat atau dari jenis berseiubung logam yang
fleksibel.

61

Semua lampu dalam sel radioaktif harus dipasang dalam


jarak jangkauan dari manipulator.
Semua lampu sedapat mungkin harus tetanam di dinding
dan ditutup dengan tutup yang tembus cahaya,
sedemikian rupa sehingga mudah dilepas hanya dengan
menggunakan manipulator yang ada.
Semua lampu harus diletakkan sedemikian rupa sehingga
dapat dilihat dari jendeta-pelindung.
Semua kabel harus dipasang dalam pipa dan ditanam
dalam tembok (dinding sel) minimum sedalam 1 cm dari
permukaan dinding.
Semua lampu harus dapat dilayani dari luar sel.
Semua kotak kontak yang ada di dalamnya harus dapat
dilihat dari jendela pelindung.

62

31
Dalam ruang di daerah panas sekitar sel radioaktif yang
mengandung udara radioaktif, semua pipa instalasi listrik
sedapat mungkin harus ditanam dalam tembok. Kabel yang
ada di plafon sepaya ditunjang dengan baik dengan ketinggian
minimum 3 meter.
Semua permukaan sakelar, tusuk kontak, dan kotak kontak
harus terdiri dari bahan yang tidak mudah terbakar, harus licin,
kuat dan tanpa lekukan yang tajam. Pemasangan dalam
dinding harus rata dalam satu bidang

63

10.Perusahaan kasar
PHBK dalam perusahaan kasar harus berupa lemari
hubung bagi yang memenuhi syarat sebagai berikut:
a) harus tertutup;
b) harus tahan terhadap kerusakan mekanis.
Semua jenis konduktor yang dipasang, harus dipasang
dalam pipa instalasi atau sekurang-kurangnya dengan
jalur konduktor tertutup yang cukup kuat.
Untuk konduktor rendah hanya boleh digunakan
konduktor, yang berselubung karet atau bahan yang sama
mutunya, fleksibel dan berkonstruksi kuat, atau juga
konduktor jenis lain dengan pelindung logam yang
fleksibel.

64

32
Kotak kontak, tusuk kontak, atau sakelar harus
dilengkapi dengan seiungkup dari logam, atau dari
bahan lain yang cukup kuat dan tahan terhadap
kerusakan mekanis.
Lampu pencahayaan harus dipasang atau dilindungi
sedemikian rupa sehingga cukup terhindar dari
kerusakan mekanis.

65

11. Pekerjaan dalam ketel uap,


tangki dan bejana logam
lainnya
Untuk keperluan alat pencahayaan dan alat listrik lainnya pada
pekerjaan dalam ketel uap, tangki, dan bejana logam lainnya
tidak boleh menggunakan voltase lebih dari 50 V.
Dengan voltase lebih dari 50 V maka bagian logam dari ketel
uap atau bejana logam lainnya harus dibumikan dengan baik
pada suatu titik.
Untuk konduktor fleksibel hanya boleh digunakan konduktor
fleksibel berselubung karet dengan konstruksi kuat atau
berselubung bahan lain yang sama mutunya, atau konduktor
yang berperisai logam fleksibel.

66

33
Pada voltase lebih dari 50 V, jika digunakan konduktor
dengan perisai logam
fleksibel, dibagian dalam perisai logam itu harus berselubung
karet atau selubung yang sama mutunya.
Jika pada peluncur, dok, galangan kapal dan sebagainya,
digunakan tenaga listrik, badan kapal dari logam harus
dibumikan dengan baik.
Untuk pemasangan instalasi listrik pada peluncur, dok,
galangan kapal dan sebagainya, berlaku ketentuan dalam ruang
lembab dan ruang kasar.

67

12. Derek dan lift listrik


Bagian derek dan lit yang dapat dimasuki orang, harus
dirancang sedemikian rupa sehingga sentuhan terhadap
kolektor atau saluran kontak tidak mungkin terjadi.
BKT dari derek dan lift harus dilengkapi dengan konduktor
proteksi yang baik atau ditempuh cara proteksi lain yang
setaraf, untuk mencegah terjadinya voltase sentuh yang
berbahaya.
PHBK pada instalasi derek dan lift harus berbentuk lemari
tertutup atau berbentuk lain yang setaraf.

68

34
PHBK dengan relai otomatis, baik sebagai
pengendali jauh maupun sebagai pengendali lain
yang sejenis, boleh dipasang menyimpang dari
ketentuan instalasi diatas, asalkan PHBK itu
dipasang dalam ruang lain yang terpisah. Selain
itu harus diamankan pula terhadap sentuh tak
langsung, misalnya dengan insulasi proteksi.

69

Derek harus dapat langsung dimatikan dari tempat


operator, selain itu suplai tenaga harus dapat dimatikan
pula dengan pemutus sirkit yang Ietaknya di lantai ruang
kerja tidak jauh dari tempat operator bekerja.
Konduktor berinsulasi karet atau bahan yang setaraf harus
dipasang dalam pipa instalasi atau jalur konduktor tetutup
dan tahan kerusakan mekanis. Konduktor jenis lain harus
diberi perlindungan yang setaraf.
Konduktor fleksibel yang sering dipindah-indahkan, hanya
boleh digunakan jika berinsulasi karet dengan konstruksi
kuat, konduktor berinsulasi lain yang setaraf dengan
perisai logam yang fleksibel.

70

35
Periengkapan rem yang dilayani dengan listrik, harus
dibuat sedemikian rupa sehingga rem itu bekerja dengan
sendirinya, jika voltasenya hilang.
Tinggi angkat beban harus dibatasi dengan sakelar
pembatas.
Sakelar pembatas harus dipasang pada ujung dari tiap
arah gerak alat.
Instalasi lift dengan penggerak tromol harus dilengkapi
dengan otomat yang dapat menghentikan tromol apabila
voltase tarik pada kabel gantung menjadi lebih keci! dari
voltase taik dalam keadaan kerja normal dan lift kosong
atau bila beban melebihi kapasitas maksimum.
Pintu masuk lift harus diatur sedemikian rupa sehingga
lift tidak dapat bekerja bila pintu belum tertutup
sempurna.

71

13. Instalasi rumah dan


gedung khusus
a) Gedung petunjukan dsb;
b) instalasi listrik desa dan rumah sederhana di desa;
c) instalasi sementara;
d) instalasi semi permanen;
e) Instalasi pembangunan;
f) instalasi genset darurat;
g) instalasi pencahayaan darurat;
h) instalasi listrik di dalam kamar mandi.

72

36
14. Instalasi listrik desa
Yang dimaksud dengan instalasi listik desa adalah instalasi
listrik untuk pembangkitan, distibusi, pelayanan, dan
pemakaian tenaga listrik di desa dengan konstruksi yang
disederhanakan.
Instalasi listrik desa hanya berlaku bagi daerah perdesaan (di
desa), dan diterapkan pada satu lokasi atau kasus berdasarkan
kondisi yang masih memerlukannya dengan memperhatikan
persyaratan-persyaratannya.

73

Ketentuan dalam pasal ini diperuntukan bagi instalasi


rumah sederhana di desa dengan batas alat pembatas
arus maksimum 10 A dan voltase nominal maksimum 230
volt fase tunggal.
Instalasi-rumah sederhana tidak memerlukan gambar
instalasi.
Instalasi-rumah sederhana boleh dipasang oleh
pelaksana instalasi listrik desa yang telah disahkan oleh
instansi yang berwenang.
Instalasi dipasang terbuka, kabelnya dipasang pada
permukaan dinding, tiang rumah dan bagian dari
bangunan lainnya yang terbuat dari atau dialasi dengan
kayu/papan dan bahan lainnya yang tidak mudah tersulut
api.

74

37
PHBK yang digunakan harus dari jenis tertutup dengan
kotak dari bahan yang tidak mudah terbakar. PHBK
dipasang pada dinding tembok atau papan .
Konduktor digunakan kabel berinsulasi ganda (misalnya
NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal
dengan penampang tiap intinya minimum 1,5 mm2.
Jumlah titik beban maksimum sembilan buah, termasuk
kotak kontak sejumlah maksimum tiga buah.

75

Kotak kontak yang digunakan harus dari jenis yang dilengkapi


kontak proteksi, dan dipasang setinggi minimum 1,25 m dari
lantai.
Pembumian untuk instalasi rumah sederhana dilaksanakan
dengan memasang elektrode bumi yang dihubungkan dengan
terminal pembumiari pengaman pada PHBK secara langsung
atau melalui meter kWh.

76

38
15. Instalasi sementara

Instalasi Listrik sementara dibedakan menjadi :


instalasi sementara
instalasi semi sementara
instalasi dalam masa pekerjaan pembangunan

77

Yang dimaksud dengan instalasi sementara adalah


instalasi yang hanya dipakai untuk suatu waktu pendek
tertentu saja. Instalasi untuk penerangan pesta dihalaman
misalnya dianggap sebagai instalasi sementara
Untuk instalasi sementara diperbolehkan beberapa
penyimpangan dari peraturan yang berlaku untuk instalasi
tetap.

78

39
16. Instalasi dalam pengerjaan
bangunan
Lemari hubung bagi yang digunakan harus diberi perlindungan
terhadap percikan air.
Ditempat-tempat yang lembab, instalasi yang diperlukan harus
dipasang sedemikian hingga tidak terkena air dan sedapat mungkin
berada diluar jangkauan tangan.
Instalasi-instalasi sementara umumnya diperlakukan dengan kasar.
Karena itu bahan yang digunakan harus cukup kuat, kalau harus
digunakan berulangkali, instalasi-instalsi ini harus mudah dibongkar,
disimpan dan diangkut

79

17. Instalasi generator


(genset) darurat
Keadaan darurat adalah keadaan yang tidak biasa atau tidak
dikehendaki yang membahayakan keselamatan manusia,
bahaya kebakaran dan keamanan bangunan serta isinya, yang
ditimbulkan karena penyediaan listrik utama tergariggu.
Pencahayaan darurat pada umumnya dipasang di gedung-
gedung umum yang banyak dikunjungi orang seperti hotel,
pasar, toserba, gedung pertunjukan, tempat ibadah,
gelanggang olah raga, rumah sakit dan gedung lainnya yang
sejenis.

80

40
Genset darurat dapat menyediakan daya untuk beberapa
keperluan seperti pendinginan, pelayanan alat bantu
pemapasan mekanis, ventilasi jika penting untuk keselamatan
jiwa, pencahayaan dan tenaga untuk kamar operasi di rumah
sakit, sistem alarm kebakaran, proses industri yang bila aliran
listrik terputus dapat menyebabkan bahaya yang serius,
komunikasi dan hal lain yang sejenis.

81

Perlengkapan tidak boleh diletakkan pada daerah yang


memungkinkan terendam air. Ruang penempatan generator
dan PHBK-nya sebaiknya terpisah dari ruang PHBK utama atau
dipisahkan dengan dinding tahan api, dengan masing-masing
pintu masuk. PHBK keadaan darurat utama membutuhkan juga
tempat/ruang yang terpisah. Untuk menghadapi kebocoran
yang berbahaya dari bahan bakar atau air, sebaiknya
disediakan sistem penampungan dan saluran pembuangnya.

82

41
Jalan ke luar masuk diatur sedemikian rupa sehingga
tidak akan tertutup oleh bangunan baru di kawasan
tersebut. Harus dilakukan tindakan dan penyediaan
sarana untuk memperkecil akibat buruk dari suara
dan asap ketika pusat pembangkitan darurat
digunakan

83

Ruang harus tahan kerusakan dan terpisah dari bagian gedung


lainnya dengan konstruksi tahan api yang memenuhi syarat.

Tidak boleh ada pipa pelayanan lain yang masuk ke ruang ini
selain pipa untuk sistem darurat ini dan pipa proteksi terhadap
api. Jika perlu untuk menembus atau memecah tembok maka
ketentuan tahan api dan tingkat kebisingan arus tetap
terpenuhi.

84

42
Pintu ke luar masuk bangunan instalasi harus disesuaikan
untuk keperluan pemasangan perlengkapan, pemeliharaan dan
penggantian bagian perlengkapan jika diperlukan. Semua pintu
harus membuka ke luar dan sebaiknya dilengkapi dengan alat
yang bisa menutup sendiri.
Luas bangunan bergantung pada susunan clan ukuran
perlengkapan yang bergantung pada kapasitas sistem. Harus
tersedia jarak sekurang-kurangnya 3/4 m sekitar perlengkapan
guna perawatan perlengkapan.

85

Ventilasi udara harus diatur sedemikian rupa sehingga


udara dapat mengalir sehingga suhu mesin tidak naik
melampaui batas suhu kerja bila mesin beoperasi terus
menerus. Ujung saluran di tembok sebelah luar tidak
boleh berjarak kurang dari 3 m dari lubang-lubang
terbuka atau gedung di sebelahnya.
Harus disediakan perlengkapan pemadam api manual
yang dapat mencakup ruang tersebut.
Harus ada lampu yang dinyalakan oleh baterai yang
terpisah dari baterai untuk keperluan asut maupun
keperluan kendali. Kapasitas baterai harus sekurang-
kurangnya dapat menyalakan lampu yang bersangkutan
selama 30 menit.

86

43
REF. K3 LISTRIK DI RUMAH SAKIT
PUIL-1987
PASAL 860 FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Klasifikasi :
Kelompok 1 : Instalasi untuk Utilitas bangunan, bila
terputus tidak berpengruh langsung
terhadap pasien

Kelompok 1 E : Instalasi listrik untuk intalasi medik, yang


berfungsi langsung dengan penderita, bila
terputus dari dalam tempo kurang 10
detik harus segera mendapat catu daya
pengganti khusus (CDPK)

Kelompok 2 E : Instalasi listrik untuk intalasi medik


berfungsi langsung dengan penderita, bila
terputus harus langsung mendapat catu
daya pengganti khusus (CDPK)

87

Sistem distribusi listrik di rumah sakit

Sumber Normal Sumber Emergency


Baterai atau
G Motor Generator

< 10 dt < 0,5 dt

RUANG RUANG RUANG


KELOMPOK 1 KELOMPOK 1E KELOMPOK 2E
88

44
Instalasi listrik
Persyaratan dalamdipasal
dalam kamar persyaratan
ini meliputi mandi
untuk instalasi listrik yang dipasang di dalam
kamar mandi, dimana dimungkinkan terdapat
bak rendam (bath tub), pancuran air untuk
mandi dan daerah di sekelilingnya, dimana
terdapat bahaya terkena kejut listrik yang lebih
tinggi disebabkan oleh turunnya resistan tubuh
manusia dan kontak tubuh dengan potensial
bumi

89

Zone 0 merupakan bagian dalam dari bak rendam, bak


mandi atau bak pancuran mandi.
Zone 1 dibatasi oleh bidang vertikal mengeliling bak
rendam dan bak pancuran air, dan untuk pancuran air
tanpa bak , dan bak mandi, masing-masing merupakan
bidang vertikal 0,60 m dari kepala pancuran dan dari
pinggir bak mandi, dan oleh lantai serta bidang horisontal
2,25 m di atas lantai.
Zone 2 dibatasi oleh bidang vertikal di luar zone 1 dan
suatu bidang vertikal yang paralel dan berjarak 0,60 m di
luar Zone 2,
Zone 3 dibatasi oleh bidang vertikal di luar Zone 2 dan
sebuah bidang vetikal yang paralel dan berjarak 2,40 m di
luar Zone 2. dan oleh lantai seta bidang paralel 2,25 m di
atas lantai.
90

45
91

IEC 60079
ATEX (Explosive Atmoshperes)
CSB (Chemical and Safety Hazard
Investigation Board)
SNI 0225:2011
MSDS (Material Safety Data Sheet)

92

46
LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA

ZONA 0

ZONA 2 ZONA 1
ZONA 1

FUEL STATION
93

LAPORAN PEMERIKSAAN
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA

ZONA 0

ZONA 1
ZONA 2

ZONA 1

NaHS PLANT

94

47
NaHS PLANT AREA

Zone 1

95

REAGENT PLANT AREA

MARKING ZONE AREA

Zone 0 Zone 1

Zone 1 dan Zone 2

96

48
VISIT REPORT
ELECTRICAL INSTALLATION IN HAZARDOUS AREA

FUEL STATION NaHS PLANT

97

Dengan demikian maka


Calon ahli K3 Listrik
Mampu memahami dan melakukan pembinaan,
pengawasan, dan penanggulangan K3 Listrik
(pencegahan bahaya Shock, Arc, Blast dan
bahaya lain serta mitigasinya) pada Instalasi
dan Ruang Khusus
==oo00oo==

98

49
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.15.
Persyaratan K3
Pemeriksaan dan
Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik
pertama dan/atau
perubahan
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.15.
Persyaratan K3 Pemeriksaan
dan Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan Peralatan
Listrik pertama dan/atau
perubahan
1

Persyaratan K3 Pemeriksaan dan


Pengujian terhadap instalasi,
perlengkapan, peralatan listrik pertama
dan atau perubahan

1
3

1. Jenis dokumen peralatan dan perlengkapan


listrik

Manual Book
Diagram Listrik dan SImbol Gambar:
SLD Instalasi Pembangkit
SLD Instalasi Tenag

2
1. Jenis dokumen peralatan dan perlengkapan
listrik

Manual Book/Data Sheet


Bukummanual yang berisi
segala informasi mengenai
perlatan/perlengkapan
listrik, seperti :
Spesifikasi
Petunjuk
Instalasi/pemasangan
Warning/peringatan
terhadap hal-hal yang
membahayakan
Dll.

1. Jenis dokumen peralatan dan


perlengkapan listrik
Single line diagram
Menyatakan hubungan
dari bagian-bagian sistem
tenaga Listrik
Berisi informasi mengenai
jenis-jenis peralatan dan
perlengkapan dalam
sistem tenaga Listrik
Spesifikasi dari peralatan
yang digunakan
Pembagian Grup
Rating peralatan proteksi
dan lain-lain

3
7

2. Simbol dan gambar yang ada pada dokumen


peralatan dan perlengkapan listrik

Simbol-simbol peralatan Listrik

4
3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan dan
perlengkapan listrik

Konstruksi Generator 9

3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan dan


perlengkapan listrik

Stator Generator

10

5
3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan dan
perlengkapan listrik

Rotor dan sistem eksitasi Generator

11

3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan dan


perlengkapan listrik

12

6
3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan
dan perlengkapan listrik
Pada Name Plate
Daya (MVA)
Level Tegangan (HV/LV)
Frequensi
Efisiensi
Impedansi (%)
Vektor Group
Basic Insulation Level
Pada Katalog
Impedansi urutan (positif dan zero)
Temperatur
dll

13

3. Konstruksi dan spesifikasi peralatan


dan perlengkapan listrik

1- 14

7
4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual
pada instalasi, perlengkapan dan peralatan
listrik
Tujuan Pemeriksaan
Memastikan peralatan
terpasang sesuai dengan
gambar perencanaan
Memastikan
keselamatan operasi
bagi personil, peralatan
dan utilitas lainnya

15

4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual pada


instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik

Obyek Pemeriksaan Instalasi Pembangkitan


Generator :
Spesifikasi
Bagian berputar (Bearing, Brush dll.)
Temperatur Operasi
Tegangan/arus Operasi
Koneksi/Terminasi
Transformator
Spesifikasi
Tangki/Konservator
Bushing
Temperatur operasi
Level minyak
Koneksi/Terminasi

16

8
4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual pada
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik

Obyek Pemeriksaan Instalasi tenaga/komersiil


Switchgear atau PHB dan perlengkapannya
Spesifikasi
Busbar
Peralatan Switching
Peralatan proteksi
Penghantar
Grounding system
Koneksi

17

4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual pada


instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik

Obyek Pemeriksaan Instalasi tenaga/komersiil


Motor-motor Listrik
Spesifikasi
Bagian berputar (Bearing, Brush dll.)
Temperatur Operasi
Tegangan/arus Operasi
Grounding
Koneksi/Terminasi

18

9
4. Objek dan prosedur pemeriksaan visual pada
instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik

Prosedur pemeriksaan :
Siapkan/dapatkan surat ijin kerja
(pemeriksaan/pengujian) dari yang berwenang
Minta petugas/teknisi yang berwenang
memasang LOTO
Siapkan Checklist sesuai dengan obyek
Lakukan pemeriksaan visual mengenai kondisi
obyek yang diperiksa
19

5. Checklist Pemeriksaan visual pada


instalasi, perlengkapan dan peralatan listrik

Cheklist berisi item-item


hasil pemeriksaan
Hasil pemeriksaan dapat
bersifat kualitatif
(Baik/buruk) maupun
bersifat kuantitatif
Penilaian kuantitatif
memberikan hasil yang
lebih terukur dan dapat
dikonversi menjadi
kuantitatif

20

10
6. Alat Ukur peralatan listrik
(Insulation Resistance Tester)
Alat Ukur Tahanan Isolasi
Digunakan untuk mengukur
Tahanan isolasi antar bagian
konduktif
Tegangan yang digunakan:
500, 1000, 2000 atau 5000
volt

21

6. Alat Ukur peralatan listrik


(Insulation Resistance Tester)
Standard Pengukuran
IEEE 43-2000 "Recommended Practice for Testing Insulation
Resistance of Rotating Machinery"
IEEE C57.125-1991: "Guide for Failure Investigation,
Documentatio and Analysis for Power Transformers and
Shunt Reactors" :
SNI 04-0225-2011 : PUIL 2011

22

11
6. Alat Ukur peralatan listrik
(Insulation Resistance Tester)
Tegangan Pengukuran

23

6. Alat Ukur peralatan listrik


(Insulation Resistance Tester)
Prosedur pengukuran
Pastikan mesin dalam keadaan
tidak bertegangan
Pastikan titik netral tidak
terhubung dengan Ground
Hubungkan probe pada
terminal Fasa dengan Ground
Pilih rating tegangan Meger
(Mega OhmMeter) sesuai
standard
Lakukan pengukuran selama
10 menit
Catat R 30 detik, 60 detik dan
600 detik
Hentikan pengukuran

24

12
6. Alat Ukur peralatan listrik
Alat ukur Faktor dissipasi
(Tan delta Tester)

25

6. Alat Ukur peralatan listrik

Earth Tester
Digunakan
untukmengukur
resistansi Grounding
Menggunakan Pole
Menggunakan Clamp

26

13
7. Penggunaan alat ukur peralatan listrik
(insulation Resistance tester)

insulation Resistance tester


Digunakan untuk mengukur tahanan isolasi
pada :
Instalasi Listrik
Mesin-mesin listrik (Generator, Motor,
Transformator)

27

7. Penggunaan alat ukur peralatan listrik


insulation Resistance tester

megger stator fasa fasa


megger stator fasa ground

28
Hasan Surya

14
7. Penggunaan alat ukur peralatan listrik
insulation Resistance tester

> 999

DB 1A TEST
R-Y M

ON

OFF

Between Live Conductors


29

7. Penggunaan alat ukur peralatan


listrik (Tan delta Tester)
Tan delta Tester
Mengukur faktor dissipasi
Mengukur Kapasitansi
isolasi

30

15
8. Alat Uji peralatan listrik
HIPOT Tester
Menguji kekuatan
isolasi menahan
tegangan lebih
Tiga jenis Hipot :
AC Hipot
Very Low frequency
Hipot
DC Hipot

31

10. Nilai-nilai hasil pengujian

Insulation Resistance tester


Interpretasi hasil pengukuran (IEEE 43 2000)
Spot Test :

32

16
10. Nilai-nilai hasil pengujian

insulation Resistance tester


Polarization index test (IEEE 43 2000)

33

10. Nilai-nilai hasil pengujian


insulation Resistance tester

Circuit Voltage Test Voltage Minimum IR Value


SELV & PELV 250V 0.25M

LV up to 500V 500V 0.5M

500V to 1000V 1000V 1.0M

34

17
10. Nilai-nilai hasil pengujian
Tan delta Tester
Dinyatakan baik < 2%

35

Menggunakan
4 atau 4 Poles
Mengukur
resistansi
grounding di
satu titik
Probe P (P2)
dibuat
bervariasi

36

18
11. Analisa hasil pengujian
terhadap nilai-nilai standar
Membandingkan Hasil pengukuran/pengujian
dengan nilai Standard
Contoh :

37

12. Item-item Pengujian pertama/perubahan


peralatan dan perlengkapan listrik

Generator :
Umum :
Visual :
Lingkungan sekitar generator
Spesifikasi
Terminasi/Koneksi
Indikasi kebocoran-kebocoran

38

19
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik
Generator :
Stator :
Kumparan :
Pemeriksaan :
Visual
Pengukuran :
Tahanan Isolasi
Faktor disspasi
DC Resistance
Pengujian :
Overvoltage (70% tegangan Uji)
Inti :
Pemeriksaan :
Visual
Kebocoran magnetisasi inti (Perubahan/rewinding)
Pendingin
Visual
Pressure drop
Kebocoran

39

12. Item-item Pengujian pertama/perubahan


peralatan dan perlengkapan listrik

Generator :
Rotor :
Kumparan :
Pemeriksaan :
Visual
Pengukuran :
Tahanan Isolasi
Resistansi konduktor
Keseimbangan kutub

40

20
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik

Transformer
Visual :
Lingkungan sekitar Transformator
Spesifikasi
Tangki
Konservator
Sistem Pendingin
Terminasi/Koneksi

41

12. Item-item Pengujian pertama/perubahan


peralatan dan perlengkapan listrik
Transformator:
Kumparan TT/TR
Pemeriksaan :
Visual
Pengukuran :
Tahanan Isolasi
Faktor disspasi
DC Resistance
Pengujian :
Overvoltage (70% tegangan Uji)
Inti :
Pemeriksaan :
Visual
Kebocoran magnetisasi inti (Perubahan/rewinding)
Pendingin
Visual
Pressure drop
Kebocoran-kebocoran

42

21
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik

Motor-motor Listrik

43

12. Item-item Pengujian pertama/perubahan


peralatan dan perlengkapan listrik

Switchgear/PHB

44

22
12. Item-item Pengujian pertama/perubahan
peralatan dan perlengkapan listrik

Instrumen Transformer

45

12. Item-item Pengujian pertama/perubahan


peralatan dan perlengkapan listrik

Uji fungsi Peralatan proteksi


Pada Generator
Pada Trafo
Pada Instalasi Tenaga/Motor
Dll.

46

23
14. Pengujian Isolasi
a) Kegagalan pada peralatan yang
sering dipakai umumnya
disebabkan oleh memburuknya
isolasi atau terjadi breakdown
(usia)
b) Melemahnya isolasi disebabkan
oleh panas, kelembaban,
tegangan lebih, korona,
kerusakan mekanis dll.
c) Tujuan Pengujian untuk melihat
proses pelemahan yang terjadi
47

Jenis-jenis Pengujian Isolasi


Pengujian Isolasi antara lain:
a. Bersifat tidak merusak (Non-Destruktif)
1. Resistansi insulai
2. Faktor dissipasi (Tan delta)
b. Bersifat Merusak (Destruktif)
b. Withstand Voltage (HIPOT)
c. Tegangan Impulse

48

24
15. Pelaksanaan jenis-jenis pengujian isolasi
pada peralatan dan perlengkapan listrik

Dilakukan pada
a. Generator (Stator, Rotor)
b. Trafo (Belitan HV, Belitan LV)
c. Bushing
d. Kabel
e. Instalasi Listrik (Fasa-Netral, Fasa-Fasa)
f. dll

49

16. Pengujian bagian konstruksi

EL-CID Test
(Electromagnetic
Core Imperfection
Detection)
Digunakan untuk
mengevaluasi apakah
inti mengalami
distorsi atau tidak
50

25
16. Pengujian bagian konstruksi

SFRA (Sweep
Frequency Response
Analysis Test) :
Mengevaluasi ada
tidaknya pergeseran
struktur dalam Trafo
Dilakukan 1 kali dalam
2 tahun
Ketika Trafo mengalami
pemindahan tempat
51

18. Pembuatan laporan hasil pemeriksaan


dan atau pengujian peralatan dan
perlengkapan listrik (LHPP)
LHPP harus memuat :
a. Identitas perusahaan, nomor laporan dan tanggal pelaksanaan.
b. Dasar Pemeriksaan dan Pengujian
c. Hasil pemeriksaan administrasi
d. Hasil pemeriksaan visual
e. Pengujian isolasi
f. Pengujian konstruksi
g. Pemeriksaan polaritas
h. Pengujian Pembumian
i. Perhitungan rating pengaman dan KHA penghantar
j. Perhitungan keseimbangan beban
k. Kesimpulan hasil pemeriksaan dan pengujian
l. Syarat-syarat dan saran/rekomendasi

52

26
19. Contoh Laporan Hasil Pemeriksaan
dan Pengujian (LHPP)
Bentuk IL 5, Format standart LHPP dari
Depnaker RI

53

20. Format penulisan rekomendasi dari LHPP

Rekomendasi LHPP sekurang-kurangnya harus


memuat:
- Syarat-syarat perbaikan
- Saran / rekomendasi perbaikan

54

27
21. Contoh Rekomendasi LHPP

55

28
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.16.
Persyaratan K3
Pemeriksaan dan
Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik
berkala
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

II. KELOMPOK INTI :

II.16.
Persyaratan K3 Pemeriksaan
dan Pengujian Instalasi,
Perlengkapan, dan
Peralatan Listrik berkala
1

MEKANISME
PEMERIKSAAN dan PENGUJIAN
Instalasi Listrik
(electrical installation (of building))
Adalah suatu jaringan listrik yang tersusun secara
terkoordinasi, mulai sumber pembangkit atau titik
sambungan suplai daya listrik sampai titik beban
rangkaian akhir yang direncanakan

1
Ketenagalistrikan

9/25/2016 created by PNK3 previous3 next

History K3 Listrik
1. Zaman Sebelum Merdeka
- VR 1910 STBL No. 406
2. Zaman Merdeka
- UU No. 14 Th 1969 digantikan dgn UU No. 13 Th 2003
tentang Ke-TK-an)
- UU No. 1 Th 1970 (UU KK)
Kepmenaker No.75/M/2002 Pemberlakuan PUIL 2000
- Permenaker No.12/M/2015 Pengawasan K3 listrik
- S.Kepdirjen PPK No. 48/DJPPK/2015 Tenisi K3 Listrik
- - S.Kepdirjen PPK No. 47/DJPPK/2015 Ahli K3 Sps Listrik

2
History K3 Listrik

- Permenaker No. 02/M/89 Pengawasan Inst penyalur petir


Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL

SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan No. 24/DJ/20/11/79


Pemakaian Penangkal petir radioaktif

SKB DEPNAKER & BATAN


Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF (LARANGAN PEMASANGAN BARU )

Permenaker No. 03/M/1999pesawat lift


SK Dirjen Binawas No. 407/BW/1999 Petugas,pemasang lift

Pasal 3
Tujuan K3 Listrik
1. Melindungi Keselamatan Kesehatan Kerja TK
dan orang lain (lingker, potensi bahaya listrik)
2. Menjamin kehandalan dan akurasi serta aman
instalasi listrik ,penyalur petir dan
pesawat lift sesuai tujuan penggunaannya.
2. Mencegah timbulnya bahaya akibat listrik
bahaya sentuhan langsung
bahaya sentuhan tidak langsung
bahaya kebakaran

3
G

TT/
UU.K3 LISTRIK UU.KETENAGALISTRIKAN
Kebijakan nasional Kebijakan nasional

TET
dalam hal upaya dalam hal penyediaan
menjamin tenaga listrik
tempat kerja (pengusahaan)
yang Aman dan TM/ yang Andal, Aman dan
lingkungan yang Sehat Akrap lingkungan

M TR

Tempat kerja Bukan tempat kerja


9/25/2016 created by PNK3 7

klasifikasi sistem tegangan :


a) Tegangan Ekstra Rendah - setinggi-tingginya 50 V a.b.
atau 120 V a.s.
CATATAN Tegangan ekstra rendah ialah sistem
tegangan yang aman bagi manusia.

b) Tegangan Rendah (TR) - setinggi-tingginya 1000 V a.b.


atau 1500 V a.s.

c) Tegangan di atas 1000 V a.b., yang mencakup :


1) tegangan menengah (TM), tegangan lebih dari 1 kV
sampai dengan 35 kV a.b. digunakan khususnya
dalam sistem distribusi;
2) tegangan tinggi (TT), tegangan lebih dari 35 kV a.b.
3) Tegangan extra tinggi (TET), tegangan lebih dari
70 kV a.b

4
Perlengkapan listrik
a) meliputi bahan, fiting, gawai, peranti, luminair,
aparat, mesin, dan lainlain yang digunakan
sebagai bagian dari, atau dalam kaitan dengan,
instalasi listrik.
b) barang yang digunakan untuk maksud-maksud
seperti pembangkitan, pengubahan, transimisi
distribusi atau pemanfaatan energi listrik,
seperti, mesin, transformator, radas,
instrumen, gawai proteksi, perlengkapan untuk
pengawatan, peranti.

Peralatan listrik adalah setiap alat pem akai


Listrik atau pengguna

LANJUTAN

Kecelakaan akibat penggunaan


Instalasi penyalur petir yang tidak
memenuhi syarat dapat mengundang
bahaya terhadap obyek yang paling tinggi
seperti ; bangunan gedung, konstruksi dan
peralatan listrik maupun perlengkapan listrik
rawan terhadap sambaran petir

9/25/2016 10
10

5
Dasar hukum :
Undang undang No 1 tahun 1970
Keselamatan Kerja

Pasal 2 ayat (2) huruf q


(Ruang lingkup)
Setiap tempat dimana listrik
dibangkitkan, ditransmisikan,
dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

11

SUMBER BAHAYA Menurut R.L. UU 1/70


Pasal 2 ayat (2) huruf q
Setiap tempat dimana listrikdibangkitkan,
ditransmisikan, dibagi-bagikan, disalurkan dan
digunakan

B1 = Mesin B10 = Peralatan Listrik


B2 = Penggerak Mula & B11 = Bahan Kimia
Pompa B12 = Debu Berbahaya
B3 = Lift B13 = Radiasi Bahan Radio Aktif
B4 = Pesawat Angkat B14 = Faktor Lingkungan
B5 = Conveyor B15 = Bhn Mudah Terbakar & Benda Panas
B6 = Pesawat Angkut B16 = Binatang
B7 = Alat Transmisi Mekanik B17 = Permukaan Kondisi Kerja
B8 = Perkakas Kerja Tangan B18 = Lain-lain
B9 = Pesawat Uap & Bejana
12

6
Dasar hukum :

Pasal 3 ayat (1) huruf q


Undang undang No 1 tahun 1970

(Objective)
Keselamatan Kerja

Dengan peraturan perundangan


ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk:
q. mencegah terkena aliran listrik
berbahaya

13

Dasar ukum :
Undang undang No 1 tahun 1970

Peraturan Menteri
Tenaga Kerja RI
Keselamatan Kerja

No Per. 12/Men/2015
April 2015
Pengawasan K3 L PUIL
2011

Mencabut Kepmenaker wajib


75/M/2002
Pemberlakuan PUIL
2000

14

7
STANDAR K3 LISTRIK
DI INDONESIA

Peraturan
KHUSUS B Peraturan
Khusus B
Peraturan
04/78
Peraturan
04/88

9/25/2016 created by PNK3 15


15

Ditetapkan
Sebagai Standar Wajib
Kep Menteri Energi & Sumber Daya Mineral
No. : KBSN 32/KEP/BSN/2006
Dirjen listrik 01/PJK/DITTEK /II/2009
Batas waktu penyesuaian 3 tahun

PUIL tidak berlaku :


a) bagian instalasi listrik dengan tegangan rendah yang
hanya digunakan untuk menyalurkan berita dan syarat.
b) bagian instalasi listrik yang dipergunakan untuk
keperluan komunikasi dan pelayanan kereta rel listrik
c) instalasi listrik dalam kapal laut, kapal terbang, kereta rel
listrik, dan kendaraan lain yang digerakan secara terus
menerus.
d) instalasi listrik di bawah dalam tambang.

9/25/2016 created by PNK3 16


16 18

8
RUANG LINGKUP
PERMENAKER 12/M/2015
Psl 4

Berlaku untuk persyaratan K3


Yang meliputi :
perancangan
perancangan,, pemasangan, pemeriksaan,
pengujian,, pelayanan, pemeliharaan maupun
pengujian
pengawasannya
- Pemeriksaan dan pengujian
pengujian..
- Persyaratan dlm kegiatan :
Pembangkitan,Transmisi,Distribusi dan
pemamfaatan listrik
listrik..

17

Sesuai dgn psl 5 ( Kegiatan kegiatan di dalam


psl 4 ayat 1)

Memenuhi standar PUIL 2011 - dengan segala


keterbatasan dan kelebihan dari standar PUIL
ini maka kami memberikan tambahan standar
listrik lain antara lain :

IEC; IEEE; NEC; ANSI; NFPA; ATEX; Manual


Handbook

18

9
Pasal 6

Berlaku untuk persyaratan Pembinaan


Yang meliputi :
perancangan
perancangan,, pemasangan, pemeriksaan, pengujian,
pengujian, pelayanan,
pemeliharaan maupun pengawasannya

- TEKNISI K3 LISTRIK.
- AHLI K3 LISTRIK
- PENGAWAS KETENAGAKERJAAN Spesialis

- Psl 7
- (PUIL 2011 Pengusahaan listrik
listrik))

- PJK 3

19

Inventarisasi
Jenis jabatan fungsional berbasis kompetensi K3 Listrik
1. Klas I. Teknisi ( pemasangan, pemeliharaan)
2. Klas II. Penyelia (pemasangan, pengoperasian, pemeliharaan)
3. Klas III. Ahli K3 Listrik

Teknisi Listrik Penyelia K3 Listrik Ahli K3 Listrik

Dapat melayani dan Dapat melakukan Dapat mengevaluasi


memelihara inst. pengawasan pek. potensi bahaya dan
listrik secara benar pemasangan dan tindakan koreksi
dan aman, baik bagi pemeliharaan inst. terhadap:
dirinya, peralatan dan listrik secara benar gambar
aman dalam dan aman sesuai rancangan;
pengoperasiannya ketentuan dan hasil
prosedur K3. pemeriksaan dan
pengujian;
20

10
B. Jenis Sertifikasi Kompetensi Personel
1. Bidang Teknisi K3 Listrik (Kepdirjrn 47/DJPPK/2015)
2. Ahli K3 Spesialis Listrik (Kepdirjen 48/DJPPK/2015.

3. Sertifikat Bidang Teknisi Lift (407/M/99)


PENYELIA PEMASANGAN
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan
TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,
TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift
PENYELIA OPERASI LIFT
Mengawasi kelaikan operasi lift

Pengurus Wajib Membentuk Organisasi K3


PK dan Menyiapkan Personilnya
21

Pasal 9

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

PUIL 2011 Bagian 6 VERIFIKASI


Ruang lingkup
lingkup:: MEMBERIKAN PERSYARATAN UNTUK
VERIFIKASI AWAL DAN PERIODIK DARI INSTALASI
LISTRIK.

perancangan,, pemasanga dilakukan pemeriksaan dan


perancangan
Pengujian

22

11
KEMAMPUAN

HANTAR ARUS
SYARAT K3
KHA : MIN 1,25 X I
nominal

KHA kabel listrik ditentukan oleh jenis


bahan konduktornya dan ukuran
penampangnya
(Periksa tabel PUIL)

23

24

12
25

26

13
Resistans TAHANAN ISOLASI

PANEL R-S R-T T-S R-N R-G S-N S-G T-N T-G N-G

P1- P1.1

p1-P1.2

P1-P1.3 1000 Ohm /Volt (diruang normal)


100 Ohm / Volt (diruang lembab)
P1.P1.4

P1.P1.5

P1-P1.6

27

28

14
Bahaya Sentuhan Tidak
Langsung
Sentuhan tidak langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal tidak
bertegangan, menjadi bertegangan
karena terjadi kegagalan isolasi

29

Proteksi bahaya
Sentuhan tidak langsung

1. Sistem TT atau
Pembumian Pengaman (PP)
2. Sistem IT atau
Hantaran pengaman (HP)
3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)

30

15
1. Sistem TT atau Pembumian Pengaman (PP)
L1
Membumikan titik netral di
L2
sumbernya dan membumikan
L3
N pada BKT instalasi dan BKT
perlengkapan listrik.

Bila terjadi kegagalan


isolasi, teganan suplai akan
PE
terputus karena alat
proteksi bekerja otomatik

31

SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN


L1
L2
L3
N

SATU FASE TIGA FASE

32

16
2. Sistem IT atau Hantaran pengaman (HP)
Tujuan pembumian :
Bila terjadi arus bacor atau hubung singkat, arus
akan tersalur ke bumi melalui penghantar pengaman
sehingga arus meningkat dan pengaman akan terputus
secara otomatik

Fasa tunggal 3 kawat


Penghantar Aktif
Penghantar Nol/Netral
Hantaran pengaman

33

SISTEM HANTARAN PENGAMAN


L1/R
L2/S
L3/T
N
PE

34

17
WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM IT
WAKTU PEMUTUSAN
TEGANGAN (detik)
(volt) N tdk N terdistribusi
terdistribusi
120-240 0,8 5
230/400 0,4 0,8
400/690 0,2 0,4
5801000 0,1 0,2

35

3. Sistem TN atau
Pembumian Netral Pengaman (PNP)
Fasa tunggal 3 kawat

Nol &
Ground
dihubungkan

36

18
SISTEM HANTARAN NETRAL PENGAMAN
L1
L2
L3
N/PE

37

WAKTU PEMUTUSAN
SISTEM TN
TEGANGAN WAKTU PEMUTUSAN
(volt) (detik)

120 0,8
230 0,4
277 0,4
400 0,2
> 400 0,1

38

19
Sentuhan langsung
adalah bahaya sentuhan pada bagian
konduktif yang secara normal
bertegangan

39

PROTEKSI BAHAYA
SENTUH LANGSUNG
METODA :
1
Isolasi bagian aktif
2
Penghalang atau Selungkup
3
Rintangan
4
Jarak aman atau diluar jangkauan
5
Gawai proteksi arus sisa
6
3
Isolasi lantai kerja.
40

20
41

42

21
TEGANGAN SENTUH YANG DIIJINKAN (IEC)

Tegangan Sentuh Waktu Maksimum Yang


(Volt) Diijinkan (Detik)

< 50 ~
50 5
75 1
90 0.5
110 0.2
150 0.1
220 0.05
280 0.03
43

menghentikan fungsi jantung dan menghambat pernafasan

44

22
Kemungkinan jatuh dari ketinggian

Luka bakar akibat


sentuh
langsung listrik

45

Mengisolasi bagian aktif

46

23
Menutup dg Penghalang atau
Selungkup

47

Memasang Rintangan

48

24
Memberi Jarak Di Luar
Jangkauan

49

PROTEKSI BAHAYA
JARAK AMAN
Jarak aman atau diluar jangkauan :
TEGANGAN
JARAK (cm)
(KV)
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
50

25
SISTEM PENGAMANAN
ISOLASI LANTAI KERJA
Rd 3000 V

V2
75 kg V1

Pelat logam Kayu


25 x 25 x 0,2 Cm
Kain basah 27 x 27 Cm

ISOLASI LANTAI KERJA (R1)

R1 = Rd ( V1/V2 -1) Ohm


TANAH
R1 min. 50 kilo Ohm

51

PUIL 2000 VERSUS PUIL


2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 1 Bagian 1
Pendahuluan Pendahuluan, prinsif fundamental dan
definisi
Bagian 2 Bagian 2
Persyaratan dasar Desain instalasi listrik

Bagian 3 Bagian 3
Proteksi untuk keselamatan Asesment karakteristik umum

Bagian 4 Bagian 4
Perancangan instalasi listrik Proteksi untuk keselamatan

52

26
PUIL 2000 VERSUS PUIL
2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 5 Bagian 5
Perlengkapan listrik Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik
Bagian 6 Bagian 6
Perlengkapan Hubung Bagi dan Verifikasi
Kendali (PHBK) serta komponennya

Bagian 7 Bagian 7
Penghantar dan pemasangannya Pemilihan dan pemasangan
perlengkapan listrik-Konduktor dan
pemasangannya
Bagian 8 Bagian 8
Ketentuan untuk berbagai ruang dan etentuan untuk berbagai ruang dan
instalasi khusus instalasi khusus 53

PUIL 2000 VERSUS PUIL


2011
PUIL 2000 PUIL 2011
Bagian 9 Bagian 9
Pengusahaan instalasi listrik SNI 04- Pengusahaan instalasi listrik SNI 04-
0225-2000 0225-2011

54

27
Jaringan Instalasi Listrik
Industri

55

Bagian--bagian jaringan
Bagian

Trafo Distribusi
Alat Pengukur dan Pembatas (APP)
Generator Set
Main Distribution Panel
Subdistribution Panel

56

28
Keberlakuan PUIL
(RUANG LINGKUP)
PUIL 2000 (1.2.1.1)
Berlaku untuk semua pengusahaan instalasi
Tegangan rendah AC sampai dengan 1000 V,
V,
Tegangan DC 1500 V
Tegangan Menengah sampai dengan 35 kV dalam
bangunan dan sekitarnya
Yang meliputi :
perancangan, pemasangan, pemeriksaan,
perancangan,
pengujian,, pelayanan, pemeliharaan maupun
pengujian
pengawasannya

57

Keberlakuan PUIL
(RUANG LINGKUP)

PUIL 2011 (11.2 MOD)


Berlaku untuk semua pengusahaan instalasi
Tegangan rendah AC sampai dengan 1000 V,

Tegangan DC 1500 V

Frequensi 50 dan 400 Hz, Frekuensi lain


dimungkinkan
Sirkit
Sirkit,, selain pengawatan internal aparatus
aparatus,,
yang beroperasi pada tegangan > 1000V, dan
disuplai dari instalasi yang tegangannya <
1000V

58

29
Bagian 9
Pengusahaan Instalasi Listrik

Bagian 9.5.3.2 : Orang yang mengawasi pemasangan


instalasi listrik
Bagian 9.5.3.1 : Orang yang diberi tanggung jawab,
perancangan, pemasangan,
pemeriksaan, dan pengujian inst.
Listrik, harus memahami K3 dan
memiliki ijin kerja.
Bagian 9.10.4. : Pengusahaan listrik > 200 kVA harus
memiliki organisasi yang
bertanggjawab secara khusus

9/25/2016 created by PNK3 59

Proses pengesahan gambar ins. listrik


Dokumen perencanaan listrik
1. Peta lokasi Berkas Commissioning.
2 Gambar instalasi perencanaan. Rekomendasi.
- Lay out perlengkapan dan
peralatan listrik Analisis:
- Rangkaian peralatan dan Berdasarkan SNI 04-225-2000
oleh pegawai pengawas
pengendalinya
3. Diagram garis tunggal
4. Gambar rinci Tidak
Memenuhi syarat
5. Perhitungan beban
6. Tabel bahan Ya
7. Ukuran teknis
PENGESAHAN GAMBAR
- Sepesifikasi & cara pasang Setuju dipasang.
- Cara menguji Rekomendasi.
- Jadwal waktu
9/25/2016 created by PNK3 60

30
Jaringan Instalasi Listrik
Industri

61

62

31
63

ALAT UKUR TAHANAN ISOLASI AMPHER TESTER

created by PNK3 64 9/25/2016


64

32
5. SPESIFIKASI KAMERA INFRAMERAH Thermo Tracer TH9100 WV
High Spec, and High Performance IR Thermal
Imager
ALAT PENGUKUR PANAS Visual Camera Built into IR lens
Specifications :
THERMOGRAFH
Measuring range -40 to 2000 oC
Resolution 0.06 oC (at 30 oC 60 Hz) --- range 1
Accuracy 2 oC or 2% of reading
Detector Uncooled Focal Plane Array (microbolometer)
Spectral range 8 to 14 m
I.F.O.V. 1.2 mrad
Focusing range 30 cm to infinity
Field of View 21.7 o(H) x 16.4 o(V)
Frame time 60 frames/sec
Display View finder and 3.5 inch LCD monitor
Thermal image pixels 320 (H) x 240 (V) pixels
Measuring functions Run / Freeze
S/N improvement ?2, ?8, ?16 and spatial filter ON/OFF
Interval measurement Recording on memory card : 2 t 3600 sec interval
Trigger function

Emissivity correction 0.10 to 1.00 ( at 0.01 step )


Env. Temp. correction Provided ( including interval UNC )
Auto functions Full automatic (level, sense, focus)
Display funtions Display color : color/monochrome, posi/nega
Annotation Text and voice annotation (30 sec per image)
Movie recording Real-time memory : 1664 images ( max. 60 Hz)
Operating temp / -15 to 50 oC, 90% RH or less (not condensed)
humidity
Storage temp / -40 to 70 oC, 90% RH or less (not condensed)
humidity 65
Shock and vibration 294m/sec2 (IEC60068-2-27), 29,4m/sec2
(IEC60068-2-6)

THERMAL VISUAL

KETERANGAN TEMPERATUR ( OC )

1 2 3
OBYEK MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH

66.3
LABEL NO. X-1 T SPOT

40
PANEL /
PNL. UTAMA SEL-3 T REF
ALAT

26.3
LOKASI RUANG GENSET T

SKALA C
KEMUNGKINAN PENYEBAB

X Koneksi buruk (kendor / kotor ) KOMENTAR & SARAN


Beban berlebih (overload)
OVERHEATING PADA KABEL MCCB AC PHASA-T TERMINAL BAWAH
PERBAIKI KONEKSI MCCB TSB
Beban tdk seimbang (unballance)
OFF PANEL, LEPAS KONEKSI YANG BERMASALAH, GANTI SKUN KABEL & KABELNYA, BERSIHKAN TERMINAL MCCB, KEMUDIAN KONEK KEMBALI DAN
KENCANGKAN BAUT TERMINASINYA
Komponen dalam PERIKSA ULANG SETELAH DILAKUKAN PERBAIKAN

Induksi elektromagnetis
66
Suhu kerja

33
Aspek pertimbangan rancangan /
evaluasi instalasi listrik
Internal
Jenis pelayanan/beban
Penerangan Eksternal
Pesawat tenaga Jenis /kondisi lingkungan
Peruntukan / Ruang normal
Karakteristik Ruang lembab
Daur tugas Ruang panas
Dll Ruang berdebu
BESARAN NOMILAL Ruang uap/gas ledak
67

Bekerja di dekat instalasi yang bertegangan :


Perhatikan Jarak minimum aman
Perlengkapan harus bebas dari kebocoran isolasi atau imbas.
Dilarang menggunakan pengukur dari logam
Dilarang menggunakan tangga kayu yang diikat batang logam.

68

34
Bekerja pada keadaan bertegangan ;
dilakukan minimal dua orang, ahli, memilki surat ijin kerja.
Pekerja dalam keadaan sehat rohani dan jasmani.
Pekerja harus berdiri ditempat isolasi atau menggunakan
pekakas berisolasi yang handal.
Menggunakan pengaman badan (APD) yang diperlukan.
Semua perlengkapan yang digunakan diperksa.
Keadaan cuaca.
Dilarang menyentuh perlengkapan listrik dengan tangan
telanjang.

69

PROTEKSI BAHAYA
JARAK AMAN

Jarak aman atau diluar jangkauan


Tegangan kV Jarak
Ja rak cm
1 50
12 60
20 75
70 100
150 125
220 160
500 300
9/25/2016 Created by DIT. PNK3 70
70

35
a. Cara membebaskan penderita dari aliran listrik
Penghantar dibuat bebas dari tegangan dengan
memutuskan sakelar atau gawai pengaman, penghantar
ditarik sampai terlepas dari penderita dengan
menggunakan benda kering bukan logam, kayu atau tali
yang diikat pada penghantar.
Penderita ditrik dari tempat kecelakaan.
Penghantar dilepas dari tubuh penderita dengan tangan
yang dibungkus dengan pakaian kering yang dilipat-
lipat.
Penghantar dihubungpendekan atau dibumikan.
b. Berikan pertolongan medis secepatnya.

71

Petir REF.
1. Keputusan Dirjen BATAN No.Per
02/45/DJ/31/III/1977 Ketentuan pemakaian
penangkal petir Rdioaktif
2.PP.11/1975 keselamatan kerja thd radiasi
3. PP.12 /1975 ijin pemakaian zat radioaktif atau zat
radiasi lainnya
Sebagai rujukan untuk proteksi EXTERNAL
SKB Depnaker & BATAN Kep 08/M/79 dan No.
24/DJ/20/11/79 Pemakaian Penangkal petir radioaktif

SKB DEPNAKER & BATAN


Kep 1880/M/87-PN 00.01/193/DJ/87
Penertiban ijin penangkal RADIOAKTIF (LARANGAN
PENANGKAL PEMASANGAN BARU )

PETIR

9/25/2016 created by PNK3 72


72

36
KONSEP PROTEKSI BAHAYA
SAMBARAN PETIR
PERLINDUNGAN SAMBARAN LANGSUNG
Dengan memasang instalasi penyalur petir pada
bangunan
Jenis instalasi :
- Sistem Franklin
- Sistem Sangkar Faraday
- Sistem Elektro statik

PERLINDUNGAN SAMBARAN TIDAK LANGSUNG


Dengan melengkapi peralatan penyama tegangan
pada jaringan instalasi listrik (Arrester)

9/25/2016 created by PNK3 73


73

AWAN KE AWAN perintis kilat 20 msec


mencapai bumi jrk 3 km

Arus : 5.000 ~ 200.000 A


Panas: 20.000 oC

AWAN KE BUMI perintis kilat 20 msec


mencapai bumi jrk 3 km
Return stroke BUMI ke awan 100 msec

Sasaran
KERUSAKAN
THERMIS, OBYEK YANG TERTINGGI
ELEKTRIS
,
9/25/2016 MEKANIS
MEKANIS,created by PNK3 74
74

37
75

Lightning also strikes people, causing serious injury and burns and
sometimes even death :
On June 14, 1991, during one of the worlds most prestigious golf
competitions, the US Open, a spectator was killed by a lightning bolt !

76

More recently in October 2002, the footballer, Herman Gavaria died after
being struck while taking part in a training session with fellow players from
the Cali club in Colombia.

38
77

78

How far the strikes is?


By counting the seconds
between the lightning
"flash" and the "bang" of
thunder, you can tell how
far away the lightning
was. Each five seconds
equals one mile. If you
count 15 seconds, the
flash was 3 miles away
and you know that you are
in a high danger zone. Six
miles (30 second count) is
still in the high danger
zone.

39
79

Lightning desperation position

Squatting position when lightning threatens : If caught out in the open during a lightning storm with no shelter, squat lo to
the ground as quickly as possible. Do not lie flat on the ground. The aim is to get as low as possible while minimizing the area
of exposed body surface. Lying flat makes you larger target.

80

40
Safe refuges from lightning : During a thunderstorm the safest place to be is in low-rise building. Keep the windows closed
and unplug any electrical equipment (if unprotected). If you cant take refuge in a building, a car is a safe alternative. If a car
(or airplane for that matter) is hit by lightning you will not be harmed. However, avoid touching any metal parts of the
interior, such as the radio

81

Unsafe refuges from lightning : Standing in open filed, on a golf course or beach, or under a tree are all wrong places to be
when lighting strikes. Lightning is attached to tall targets. If you feel your hair standing on end, lightning is about to strike
near you.

82

41
83

Broken down conductor at tower CSM Cikarang

Lightning Event Counter (LEC) &


Alat Ukur Pita Magnetik (APM)

84

42
BAHAYA SAMBARAN PETIR

SAMBARAN
LANGSUNG

. SAMBARAN
TIDAK LANGSUNG

85

INSTALASI PENYALUR PETIR


PERMENAKER PER-
PER-02 MEN/1989
SISTEM FRANKLIN
BAGIAN BAGIAN PENTING

PENERIMA
Sudut perlindungan (AIR TERMINAL)
112 o

HANTARAN PENURUNAN
(DOWN CONDUCTOR)min
BC 50mm2
HANTARAN PEMBUMIAN
(GROUNDING)

Resistan pembumian
mak 5 ohm

86

43
Jenis Penerima (Spitzer)

87

).Sistem instalasi proteksi petir dapat memanfaatkan kolom-kolom


gedung bertingkat tinggi. Sedangkan pembumiannya menggunakan tiang
pancang pada kolom-kolom tersebut. Tentu saja sambungan-sambungan
antar kolom besi betonnya harus berhubungan secara elektrik. Ini sudah
digunakan di Negeri Belanda. Metoda sistem proteksi bahaya petir
semacam ini yang disebut dengan sistem sangkkar (Faraday Cage)
Sistem sangkar faraday
seperti pada gambar

17/11/02 createdbyGanjar Budiarto 60


88

44
Sistem Electrostatik dengan cara meggunakan
penerima tunggal sebagai penangkap
penangkap//penerima

89

90

45
91

92

46
Franklin (Konventional
(Konventional)) VS LPS
(Electrostatik /Electromagnet)
Electrostatik/Electr

Resistans pembumian Makimal 5


Ohm. Bila dari hasil pengukuran
resistan pembumian tidak
memenuhi syarat akan dapat
mengundang bahaya
bahaya,, yang
disebut tegangan langkah seperti
diuraikan diatas
diatas.. Perhatikan 93
gambar

PROTEKSI PETIR SYSTEM INTERNAL

Semua bagian konduktif dibonding


Semua fasa jaringan RSTNG dipasang Arrester
Bila terjadi sambaran petir pada jaringan instalasi listrik semua
kawat RSTN
tegangannya sama tidak ada beda potensial

RSTN RSTN

ARRESTER

GROUNDING

94

47
95

LIGHTNING ARRESTER
(L.A)

Lightning arrester adalah suatu alat


untuk mencegah terjadinya perambatan
gelombang tegangan/arus yang tinggi
pada suatu peralatan akibat gangguan
petir (gangguan external).
Dalam Intalasi Tenaga listrik peralatan
ini dipasang pada line/ jala-
jala-jala untuk
mengamankan trafo, Gen-
Gen-set .
96

48
PRINSIP KERJA LIGHTNING
ARRESTER (L.A)

Apabila ada gelombang petir pada jala-


jala-jala dan
melalui Lightning Arrester maka tegangan tsb
akan dipotong (Chopped) oleh LA dan dialirkan
ke bumi(dibumikan),sehingga peralatan dalam
jala--jala menjadi aman.
jala
Komponen dalam lightning arrester yang
memotong gelombang dan mengalirkan sisa
gelombang tsb kebumi bersifat Non Linier
Resistan dan berfungsi sebagai AIR GAP.
97

LIGHTNING ARRESTER

Gambar lightning Arrester yang


digunakan untuk trafo,genset dan
dipasang dalam jala2 :
1.Thyrite valve.
2.Rumah atau pelindung keramik
3.Air gap (celah udara) sebagai
pengaman yang akan mengalirkan
gelombang tegangan/arus bila melebihi
tegangan nominal LA
98

49
LIGHTNING ARRESTER UNTUK
MENGAMANKAN TRAFO

1. Unit kumparan primer dan sekunder.


2. Inti dan pegangan kerangka .
3. Hubungan tegangan tinggi dibawah permukaan
minyak untuk mencengah busur
4. Sekreing (pengaman) tegangan tinggi untuk
melindungi bila ada kesalahan di dalam.
5. Lightning arrester de.ngan air gap untuk huburgan ke
tegangan tinggi dan grounded.
6. Tegangan tinggi dan penyambung.
7. Tegangan rendah
8. Gasket seal untuk tutup
9. Penarik dan pengangkat
10. Permukaan minyak
11. Hubungan tanah
12. Isolasi antara kumparan dan inti
99

PEMASANGAN
PEMBUMIAN PADA
MOTOR LISTRIK

100

50
CARA PEMASANGAN
LIGHTNING ARRESTER
Lightning arrester dipasang di jala2
masuk (sisi incoming ) di dekat
perlengkapan/alat yang dilindungi
Break Down voltage LA harus
lebihtinggi dari pada nominal voltage
alat yang dilindungi.
Bisa dipasang pada single phase
ataupun three phase jala2
101

++++++++
++++++++
++++++++
------------
-------------
------------

MENYAMBAR
JARINGAN LISTRIK

102

51
TYPE ARRESTER

103

104

52
ALAT UKUR TAHANAN SEBARAN TANAH
(EARTH TESTER)

created by PNK3 105 9/25/2016


105

PERTIMBANGAN PEMASANGAN
INSTALASI PENYALUR PETIR

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR


A : Peruntukan bangunan (-10 0 1 2 3 5 15)
B : Struktur konstruksi (0 1 2 3)
C : Tinggi bangunan (0 2 3 4 5 - 10)
D : Lokasi bangunan (0 1 2)
E : Hari guruh (0 1 2 3 4 - 7)

R =A+B+C+D+E
< 11 ABAIKAN
= 11 KECIL
= 12 SEDANG
= 13 AGAK BESAR
= 14 BESAR
> 14 SANGAT BESAR
106

53
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
A: Peruntukan bangunan
Rumah tinggal : 1
Bangunan umum : 2
Banyak orang : 3
Instalasi gas,minyak, rumah sakit : 5
Gudang handak : 15

B: Struktur konstruksi
Steel structure : 0
Beton bertulang, kerangka baja atap logam: 1
Beton bertulang, atap bukan logam : 2
Kerangka kayu atap bukan logam : 3

C: Tinggi bangunan

107

INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR

C: Tinggi bangunan
s/d 6m : 0
12 m : 2
17 m : 3
25 m : 4
35 m : 5
50 m : 6
70 m : 7
100 m : 8
140 m : 9
200 m : 10

108

54
INDEK RESIKO BAHAYA SAMBARAN PETIR
D: Lokasi bangunan
Tanah datar : 0
Lereng bukit : 1
Puncak bukit : 2

E: Hari guruh per tahun


2 : 0
4 : 1
8 : 2
16 : 3
32 : 4
64 : 5
128 : 6
156 : 7

109

SNI 225 - 1987


Harus dipasang instalasiPUIL
PUIL--1987
(820 - B.16 dan - C.4)
PROTEKSI PETIR
(Sistem internal protection)

Ruangan berpotensi
bahaya ledakan
gas/uap/debu/serat

110

55
PENERIMA (AIR TERMINAL)
1. Dipasang pada tempat yang akan tersambar.
2. Daerah terlindung
3. Tinggi lebih dari 15 cm dari sekitar
4. Jumlah dan jarak harus diatur (daerah perlindungan 112 derajat)

Penerima dapat berupa :


a. Logam bulat panjang yang terbuat dari tembaga
b. hiasan,-hiasan pada atap, tiang-tiang, cerobong logam yang disambung dengan instalasi
penyalur petir.
c. Atap atap dari logam yang disambung secara elekteris.

111

Pesawat lift sebagai sarana transportasi


LIFT vertikal yang dirancang dengan
perangkat pengendali otomatik dari
dalam kereta dan pada setiap lantai
pemberhentian.
Apabila terjadi sesuatu hal yang
membahayakan, penumpang tidak
dapat berbuat apa apa,

Aspek kehandalan dan keselamatan


penumpang merupakan faktor
dasar dalam pertimbangan
perancangan pesawat lift.

112

56
Listrik
Salah satu bentuk sumber daya atau
energi potensial banyak mamfaat
sebagai tenaga penggerak mekanik,
pencahayaan termasuk penggunaan
pesawat lift

Pesawat lift sebagai sarana transportasi


vertikal yang dirancang dengan perangkat
pengendali otomatik dari dalam kereta dan
pada setiap lantai pemberhentian.
Pengguna/penumpang lift hanya dengan
tekan tombol dapat mengendalikannya
menuju lantai yang dikehendaki;

9/25/2016 created by PNK3 113

K3 LIFT
Untuk menjamin kehandalan dan
keamanan pesawat lift, telah ditetapkan
syarat-syarat K3,

Dasar :
Undang undang No 1 th 1970;
Peraturan Menaker No Per. 03/Men/1999
Kepdirjen No. : Kep 407/M/BW/1999

114

57
K3 LIFT
SYSTEM PENGGERAK LIFT ;
1. LIFT HYDROLIK
2. LIFT TRACXY

JENIS JENIS LIFT ;

1. PASSENGER LIFT
2. SERVICE LIFT
3. CARGO LIFT ( SNI 1718 ) 1979

115

Ruang Mesin

Pintu
Luar

Buffer
116

58
Ketentuan K3 LIFT

UU 1/70 Bab II Psl 2 (2) - f


tempat kerja dimana :
f. Dilakukan pengangkutan barang,
binatang, atau manusia, baik
didarat, melalui terowongan,
dipermukaan air, dalam air maupun
di udara

117

Syarat-syarat K3 Lift

UU 1/70 (Bab III Psl 3 (1) - n


Dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk :
n. Mengamankan dan memperlancar
pengangkutan orang, binatang,
tanaman atang barang.

118

59
Bank Indonesia

BI

15 ORANG MENINGGAL
119

Contoh Kebakaran

120

60
KLASIFIKASI & KOMPETENSI TEKNISI LIFT
KEPUTUSAN MENTERI
No KEP-407/M/BW/99

PENYELIA PEMASANGAN
Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
Proyek pemasangan

TEKNISI (Ajustment)
Melaksanakan Comissioning,

TEKNISI PEMELIHARAAN
Merawat dan memperbaiki lift

PENYELIA OPERASI LIFT


Mengawasi kelaikan operasi lift

121

C0ntoh

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI

KARTU LISENSI K3
TEKNISI PEMELIHARAAN LIFT DAN ESCALATOR
No : 64
64//PNKK/07.03 Berlaku s/d : 28 Juli 2008
Nama : FRANSISCUS WARTOYO
Tempat & tgl lahir : Yogyakarta, 2 April 1954
Instansi/Perh. : PT. Toshindo Elevator Utama
Alamat : Jl. Boulevard Rukan Plaza Pasific B2 No. 25 -
Kelapa Gading Jakarta Utara
Jakarta, 28 Juli 2003
PLT. DIREKTUR PENGAWASAN NORMA
KESELAMATAN KERJA

Ir. Imam Subari


NIP. 160009422

122

61
C0ntoh

KOMPETENSI
TEKNISI PEMELIHARAAN LIFT DAN ESCALATOR
SESUAI KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA RI
NO. : KEP. 407/M/BW/1999

Tugas dan tanggung jawab :


1. Merawat dan mengawasi kelaikan operasi lift dan
eskalator;
2. Membantu pemeriksaan dan pengujian lift dan
eskalator;

123

C0ntoh

DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI


KARTU LISENSI K3
PENYELIA OPERASI LIFT DAN ESCALATOR
No : 48
48//PNKK/07.03 Berlaku s/d : 28 Juli 2008
Nama : SLAMET RIYANTO
Tempat & tgl lahir : Semarang, 28 Mei 1963
Instansi/Perh. : Pemda Jawa Tengah
Alamat : Jl. Pahlawan No. 9 Semarang 50243

Jakarta, 28 Juli 2003


PLT. DIREKTUR PENGAWASAN NORMA
KESELAMATAN KERJA

Ir. Imam Subari


NIP. 160009422

124

62
IJIN PEMAKAIAN LIFT (PERMENAKER : PER 03/MEN/1999)

Pasal 30 AS BUILT DRAWING LIFT


Ayat (1)
Setiap lift sebelum dipakai harus
diperiksa dan diuji sesuai standar TEST & COMMISSIONING
uji yang ditentukan -PEMERIKSAAN VISUAL/VERIFIKASI DATA
-PENGUJIAN PEMBEBANAN
-PENGUJIAN REM & SAFETY DEVISES

Standar uji K3 lift :


Memenuhi
SNI 1718 1989 E
syarat
Bentuk laporan :
-38 - L
-39 - L IJIN K3

LIFT LAIK
OPEPASI
1 tahun
125

Pencegahan dan Tindakan Penyelamatan


Penyebab Kecelakaan Dalam Keadaan Darurat

Kerusakkan Tindakan
Lift
Pencegahan
Kebakaran Prosedur
Gedung dan
tindakan
Gempa Bumi standard
Persiapan
Banjir
126

63
Pemasangan Door Switch Untuk Mencegah :

Lift Jalan saat penumpang


Keluar masuk
Kecelakaan terhadap orang
yang membuka pintu dari luar
saat kereta sedang bisa
berjalan cepat.

127

Pencegahan Kecelakaan Kerja


1. Peraturan
2. Standardisasi
3. Pengawasan
4. Penelitan Teknik
5. Penelitian Medis
6. Penelitian Psikologis
7. Penelitian Statistik
8. Pendidikan
9. Pelatihan
10. Persuasi
11. Asuransi
12. Penerangan 1 s/d 11

Ref. Accident Preventions, ILO


128

64
Syarat syarat k3 lift
* Memiliki Panel operasi lift
-Kapasistas angkut (Kg & Orang)
-Sesuai dengan dokumen

Bagian bagian lift dan pemasangan


Kuat, tidak cacat, aman dan
memnhuni syarat K3

129

MESIN DAN KAMAR MESIN

-Sesuai SNI yang berlaku


-Rem membuka dengan magnet
listrik dan dapat berhenti
otomatis pad asaat arus listrik
putus.
-Mesin harus dilengkapi dengan
rem yang bekerja dengan
tenaga pegas
130

65
MESIN DAN KAMAR MESIN
- Bangunan kamar kuat, bebas air, tahan api min 1 jam
- Luas kamar mesin ruang luncur min 1,5 x luas ruang
luncur dan tinggi min 2,2 m kec. Lift perumahan atau
rumah tinggal.
- Cukup penerangan dan ventilasi
- Dilengkapi jalan masuk dengan membuka ke arah luar
(0,7 x 2 m)dan dapat terkunci, tahan api ( 1 jam)
- Terdapat mesin, alat pengendali kerja dan hubung bagi
listrik
- Tersedia APAR min Kapasitas 5 kg.

131

TALI BAJA DAN TEROMOL


- Tali baja harus kuat, luwes, tidak boleh ada sambungan,
semua utas tali seragam dari satu sumber yang sama
- Tali baja harus mempunyai angka Faktor keamanan
untuk kecepatan lift
- 20 59 m/menit ----- 8 x kapasitas angkut
- 59 - 90 m/menit ----- 9,5 x kapasitas angkut
- 105 180 m/menit ----- 10,5 x kapasitas angkut
- 210 300 m/menit ----- 11,5 x kapasitas angkut
- 300 atau lebih ------ 12 x kapasitas angkut
- Garis tengah tali baja penarik min 10 mm
- Tali baja tidak boleh terbuat dari rantai
- Lift tarikan gulung min mempunyai 2 tali baja
penggerak
- Lift Gesek min mempunyai 3 tali baja penarik.
132

66
TALI BAJA DAN TEROMOL
-Teromol harus diberi alur
-Perbandingan antara garis tengah teromol dan tali baja
-Lift penumpang atau barang = 40 : 1
-Lift pelayan = 40 : 1
-Governor = 25 : 1

133

CONVEYER
Bab IV Per 05/M/85 Pita Tranport

DD PNK3 134
134

67
ESCALATOR

135 9/25/2016 created by PNK3


135

A. Penyebab Kecelakaan
Karena Kerusakkan Eskalator
1. Kerusakkan Eskalator bisa
menyebabkan
a. Terjepit diantara 2 anak
tangga.
b. Terjepit antara anak tangga dan
skirt guard.
c. Terjepit antara anak tangga
dengan plat landas.
d. Terjepit Celah Inlet Hand Rail.

136 9/25/2016 created by PNK3


136

68
B. Pencegahan.
Pengahan
kecelakaan Karena
Kerusakkan :
- Lakukan Pemerik-
Pemerik-
saan harian.

137 9/25/2016 created by PNK3


137

GOVERNOR DAN PERLENGKAPAN


PENGAMAN

- lift harus dilengkapi dengan alat untuk memicu atau mengatur


bekerjanya rem pengaman (governor), yang bekerja jika
-Kecepatan lift sampai 42 m/menit. Kec. Governor 50 %
lebih besar,
-Kec. 42-90 m/menit, Kec. Governor 40 % lebih besar
-Kec. 90 120 m/menit , Kec. 35 % lebih besar
-Kec. Lebih 120 m/menit, kec. 30 % lebih besar
- Governor lift yang berkecepatan 60 m/menit lebih, harus
dilengkapi saklar pemutus arus ke mesin sesaat sebelum
governor bekerja.
- Dilengkapi rem pengaman yang dapat menghentikan kereta
jika terjadi kecepatan lebih atau goncangan atau tali baja
penarik putus. 138

69
INSTALASI LISTRIK PADA INSTALASI LIFT

-Sesuai dengan SNI 0225-2000 (PUIL 2000)


-Rangkaian, pengaman dan pelayanan lift harus sesuai
dengan gambar rencana
-Daya harus diambil dari sisi incoming PHButama
rangkaian listrik
-Dipasang interkoneksi dengan sistem alarm, jika ada
gangguan listrik/kebakaran dapat beroperasi lift kebakaran
(bergerak ke posisi terbawah dan berhenti dengan pintu
terbuka)

139

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

- Setiap lift sebelum digunakan harus dilakukan


pemeriksaan dan pengujian
- Setiap lift harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian
secara berkala 1 (satu) tahun sekali.
- Pemeriksaan dapat dilakukan oleh pegawai pengawas
atau Ahli K3

PENGAWASAN
- Pelaksanaan pengawasan terhadap syarat K3 lift dilakukan oleh
Pegawai Pengawas atau AHLI K3
140

70
Inspeksi K3

Pelaksanaan inspeksi oleh operator


Dilakukan oleh setiap karyawan pada
area kerjanya masing-masing
Hal yang harus di inspeksi adalah
kondisi lingkungan, keadaan
peralatan mesin, metode kerja
Dilakukan seseringnya agar kondisi
bahaya tidak muncul,

141

Pembukaan Rem Motor Secara Manual

Pintu Car

Door Cam

Roller Pembuka Pintu

Pintu Luar
142

71
Beban nominal eskalator pada kecepatan 0.5 m/s atau 180 m/jam
dan sudut kemiringan 30
30
Escalator
lebar step
Kapasitas teoritis
Beban/kapasitas nominal
% kapasitas teoritis
600 mm
800 mm
1000 mm
5100 P/j
6800 P/j
8160 P/j
2040 orang/jam
3060 orang/jam
4080 orang/jam
40%
45%
50%

143

SEKIAN TERIMA KASIH


WASSALAMUALAIKUM W.W

144

72
Aplikasi Pre Test

Persyaratan K3 untuk
Peralatan Alat Ukur Listrik

Jenis alat ukur


Teori Dasar
dan fungsinya
145

Pre Test
No. Pertanyaan Jawaban
Benar (B)
atau
Salah (S)
1. Untuk mengukur tahanan isolasi peralatan listrik adalah Earth
Tester
2. Kemampuan Alat Ukur untuk memberikan respon terhadap
perubahan terkecil dari nilai yang diukur adalah Resulusi

3. Penyimpangan variabel yang diukur terhadap harga


sebenarnya disebut dengan Error
4. Kelas alat ukur yang dipergunakan pada peralatan panel
listrik adalah alat ukur dengan allat ukur o,5
5. Clam on atau yang dikenal dengan Tang Amper, digunakan
untuk mengukur besaran listrik tegangan

146

73
Persyaratan K3 untuk
Peralatan Alat Ukur Listrik

Oleh:

depnakertrans

147

PENDAHULUAN
Alat Ukur Listrik adalah instrumen yang
digunakan untuk menunjukan nilai besaran
elektrik dari suatu sistem tenaga listrik. (Arus,
Tegangan, Daya, Frekuensi, Beda Fasa, dll).

Pengukuran Listrik adalah upaya untuk


menentukan nilai besaran-
besaran-besaran listrik pada
suatu sistem jaringan tenaga listrik.

148

74
149

FAKTOR--FAKTOR ALAT UKUR YANG


FAKTOR
MEMPENGARUHI HASIL PENGUKURAN
1. Ketelitian (Accuracy), menunjukan kemampuan Alat
Ukur dalam mendapatkan harga yang mendekati
harga sebenarnya
sebenarnya..
2. Ketepatan (Prececion
Prececion),), menunjukan tingkat
keberhasilan Alat Ukur dari suatu sistem pengukuran
pengukuran..
3. Sensitivitas (Sensitivity), Menggambarkan
perbandingan antara harga pengukuran dengan
besaran responnya
responnya..
4. Resolusi (Resolution), Kemampuan Alat Ukur untuk
memberikan respon terhadap perubahan terkecil dari
nilai yang diukur
diukur..
5. Kesalahan (Error), Penyimpangan variabel yang
diukur terhadap harga sebenarnya.

150

75
PROSEDUR PENGUKURAN

1. Melakukan pengukuran berulang


berulang--ulang
dengan Alat Ukur yang sama
sama..
2. Melakukan pengukuran yang sama
dengan menggunakan beberapa Alat
Ukur yang berbeda
berbeda..
3. Menguasai teknik lebih lanjut teknik
pengukuran..
pengukuran

151

TEORI KESALAHAN ALAT UKUR


Kesalahan dari suatu Alat Ukur dinyatakan
dengan rumus

MT=

T : Menyatakan harga sebenarnya dari


besaran yang diukur
M : Harga hasil pengukuran

/T : Kesalahan Relativ (Rasio Kesalahan


Kesalahan))
T M = disebut Koreksi
Koreksi,, yaitu perbedaan dari
harga ukur M dengan harga sebenarnya
sebenarnya..

152

76
Contoh

Arus dengan harga sebenarnya 25 A, diukur


dengan Alat Ukur Amperemeter
mendapatkan harga ukur 24,3 A.
Kesalahan,, Koreksi dari Alat Ukur
Kesalahan
Amperemeter adalah -0,7 A, 0,7 A.

153

KLASIFIKASI KELAS ALAT UKUR


Menurut standard IEC No 13 B- B-23 ada 8 Kelas Alat Ukur
Ukur..
Kelas 0,05, 0,1, 0,2 Alat Ukur dengan ketelitian
yang tinggi digunakan pada laboratorium
laboratorium..

Kelas 0,5 Alat Ukur yang mempunyai ketelitian


lebih presisi dari kelas 0,2 (Alat
(Alat Ukur Portable).

kelas 1,0 Alat Ukur yang mempunyai presisi


lebih rendah dari Alat Ukur kelas 0,5 (Panel
Besar).
Besar ).

Kelas 1,5 , 2,5 atau 5 Alat Ukur dipergunakan


pada panel
panel--panel dimana faktor ketelitian tidak
begitu penting
penting..
154

77
FAKTOR KESALAHAN DARI
ALAT UKUR
1. Medan Magnet Luar
2. Temperatur Lingkungan
3. Pemanasan sendiri
4. Pergeseran dari titik Nol
5. Gesekan
6. Umur
7. Letak dari Alat Ukur

155

KLASIFIKASI ALAT UKUR


LISTRIK

Alat ukur listrik yang


beroperasi dengan
sistem pengukuran besi
putar.. Meter ini dapat
putar
digunakan untuk
mengukur Arus dan
tegangan searah (dc),
arus dan tegangan
bolak--balik (ac) dengan
bolak
frekuensi 15
15--100 Hz
156

78
Alat ukur listrik beroperasi
dengan sistem pengukuran
kumparan putar
putar.. Meter ini
digunakan untuk
mengukur arus dan
tegangan DC. Alat ukur ini
memiliki range skala yang
linier

157

Instrumen ini memiliki


konstruksi yang sama dengan
dengan kumparan putar
biasa,, namun dengan
biasa
penambahan komponen
penyearah untuk pengukuran
besaran arus bolak
bolak--balik
balik(ac).
(ac).
Alat ini digunakan untuk
mengukur arus dan tegangan
dc, arus dan tegangan ac.

158

79
Alat ini digunakan
untuk mengukur
Frekuensi,, sudut
Frekuensi
fasa..
fasa
Alat ini dilengkapi
dengan converter.

159

Alat ukur ini beroperasi


dengan sistem pengukuran
ekspansi spiral bimetal.
Alat ukur jenis ini
digunakan untuk
mengukur besar dc dan ac
hingga 2000 Hz.

160

80
Alat ukur ini beroperasi
dengan sistem 2 belitan
belitan;;
stator dan rotor.
Digunakan untuk
pengukuran besaran AC.

161

Alat ukur ini


dikonstruksi dengan 2
buah kumparan
kumparan,,
kumparan arus dan
kumparan tegangan
tegangan..

162

81
Alat ukur ini beroperasi
dengan prinsip induksi
induksi..
Alat ini digunakan untuk
pengukuran besaran
arus bolak
bolak--balik satu fasa
maupun tiga fasa
fasa..

163

ALAT UKUR LISTRIK BERDASARKAN


JENIS BESARAN LISTRIK YANG DIUKUR

Ampere Meter
Volt Meter
Cos Phi Meter
Frekuensi Meter
WH Meter
Insulation Tester (Mega Ohm Meter)
Earth Resistansi Meter

164

82
Contoh aplikasi simbol pada alat ukur Analog

165

MOV & Gas Arrester (MGA)


Tester

166

83
Telecommunication Line
Protectors (TLP) Tester

167

Earth Resitance Tester

168

84
PERALATAN BANTU UKUR

POTENSIAL TRANSFORMATOR
(PT)
CURRENT TRANSFORMER (CT)
SHUNT RESISTOR
SELEKTOR
SELEKTOR--AMP SWITCH
SELEKTOR VOLT SWITCH

169

SKALA ALAT UKUR


(contoh
contoh))

170

85
Diagram Pengawatan
Amper Meter Dengan CT

171

Diagram Pengawatan
Volt Meter Langsung

172

86
Diagram Pengawatan
Volt Meter Dengan CT

173

Diagram Pengawatan
KWH Meter 1 Fasa

174

87
Diagram Pengawatan
KWH Meter 3 Fasa

175

Diagram Pengawatan
Earth Resistance Tester

176

88
SELESAI

177

89
Pembinaan
Ahli K3 Listrik

II. KELOMPOK INTI :

II.17.
Praktek
II.17.
Praktek

1
Pembinaan
Ahli K3 Listrik

II. KELOMPOK INTI :

II.18.
Seminar
II.18.
Seminar

1
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.1.
Pelaksanaan K3 Listrik
dalam penerapan
Sistem Manajemen
Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
(Peraturan Pemerintah
No.50 th 2012
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.1.
Pelaksanaan K3 Listrik dalam
penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (Peraturan Pemerintah
No.50 th 2012)
1

Pelaksanaan K3 listrik dalam


penerapan SMK3 (PP No. 50 Tahun
2012)

1
1. Pengertian dan Tujuan SMK3
Pengertian SMK3
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif.
Tujuan Penerapan SMK3
meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja
melibatkan unsur managemen dan tenaga kerja dl
produktifitas

lanjutan 14. SMK3

Lima prinsip SMK3


a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3;
dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja
SMK3

2
2. Kegiatan K3 Listrik dalam
Penerapan SMK3
5 (lima) prinsip
a. penetapan kebijakan K3;
b. perencanaan K3;
c. pelaksanaan rencana K3;
d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan
e. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.

lanjutan 1. Pedoman penerapan

a. penetapan kebijakan K3
identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian
risiko terkait listrik
melakukan peninjauan terhadap kejadian yang berbahaya
terkait listrik
penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya listrik yang
disediakan
Memastikan terdapat penilaian kinerja manajemen
terhadap upaya pengendalian potensi bahaya litsrik
Masukan pekerja/buruh terhadap pengendalian potensi
bahaya litsrik selalu diperhatikan dan ditinjau.
Kebijakan K3 memuat pengendalian potensi bahaya listrik

3
lanjutan 1. Pedoman penerapan

b. Perencanaan K3
melakukan identifikasi potensi bahaya listrik
merencanakan upaya pengendalian potensi bahaya
listrik
menetapkan kebutuhan Ahli K3 bidang listrik dan
Teknisi K3 Listrik
merencanakan kegiatan pemeriksaan dan pengujian
berkala listrik
menetapkan indikator pencapaian pelaksanaan K3
listrik
membentuk dan menetapkan pertanggungjawaban
untk memastikan pekerjaan listrik dalam kondisi aman

lanjutan 1. Pedoman penerapan

c. Pelaksanaan rencana K3
memastikan yang melakukan perencanaan,
pemasangan, perubahan, pemeliharaan,
pemeriksaan dan pengujian adalah Ahli K3 bidang
listrik yang mempunyai SKP yang masih berlaku
memastikan yang melakukan pemasangan dan
pemeliharaan adalah teknisi k3 listrik yang
mempunyai lisensi yang masih berlaku

4
lanjutan 1. Pedoman penerapan

memastikan adanya prosedur, infomasi dan pelaporan


yang terdokumentasi dalam pemasangan, perubahan,
pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian listrik
memastikan upaya pengendalian potensi bahaya listrik
menjadi bagian dari kegiatan K3
memastikan adanya perencanaan/gambar rencana dalam
pemasangan dan perubahan listrik
memastikan adanya prosedur kerja dan instruksi kerja
listrik (Electrical permit , logout/tagout sistem)
memastikan pekerjaan listrik dilakukan oleh PJK3 bidang
listrik yang mempunyai SKP yang masih berlaku
memastikan adanya rencana tanggap darurat kecelakaan
listrik

lanjutan 1. Pedoman penerapan

memastikan adanya petunjuk, rambu atau


peringatan di area kerja listrik yang mudah
dipahami dan terlihat dengan jelas oleh semua
pekerja dan tamu/pelangan/pemasok
memastikan adanya prosedur informasi dan
pelaporan jika terjadi gangguan listrik
melakukan dokumentasi terhadap pengesahan,
hasil pemeriksaan dan pengujian, hasil
identifikasi, izin kerja dan kalibrasi alat uji listrik
10

5
lanjutan 1. Pedoman penerapan

d. pemantauan dan evaluasi kinerja K3


melakukan pemeriksaan dan pengujian listrik
mengawasi pelaksanaan riksa uji yang
dilakukan oleh pihak ketiga untuk memastikan
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan dan standar kelistrikan yang
berlaku
membuat rekomendasi perbaikan

11

lanjutan 1. Pedoman penerapan

e. Peran Ahli K3 bidang Listrik dalam Peninjauan


Dan Peningkatan Kinerja SMK3
melakukan up dating / pembaharuan pelaksanaan
K3 listrik terkait diterbitkannya Permen no 12
tahun 2015

12

6
3. Checklist identifikasi pelaksanaan
K3 listrik dalam penerapan SMK3
templet

13

4. Kriteria audit terkait dengan


K3 listrik
1.1.4 Kebijakan khusus dibuat untuk
masalah K3 yang bersifat khusus.
1.2.1 Tanggung jawab dan wewenang
untuk mengambil tindakan dan
melaporkan kepada semua pihak yang
terkait dalam perusahaan di bidang K3
telah ditetapkan, diinformasikan dan
didokumentasikan.
1.2.2 Penunjukan penanggung jawab
K3 harus sesuai peraturan perundang-
undangan.

14

7
1.2.5 Petugas yang bertanggung jawab untuk
penanganan keadaan darurat telah ditetapkan
dan mendapatkan pelatihan.
1.4.2 Terdapat prosedur yang memudahkan
konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang
mempunyai implikasi terhadap K3.
2.1.1 Terdapat prosedur terdokumentasi untuk
identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko K3.
2.1.2 Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pengendalian risiko K3 sebagai rencana strategi
K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten.

15

2.1.3 Rencana strategi K3 sekurang-kurangya


berdasarkan tinjauan awal, identifikasi potensi bahaya,
penilaian, pengendalian risiko, dan peraturan
perundang-undangan serta informasi K3 lain baik dari
dalam maupun luar perusahaan.
2.1.4 Rencana strategi K3 yang telah ditetapkan
digunakan untuk mengendalikan risiko K3 dengan
menetapkan tujuan dan sasaran yang dapat diukur
dan menjadi prioritas serta menyediakan sumber daya.

2.1.5 Rencana kerja dan rencana khusus yang


berkaitan dengan produk, proses, proyek atau tempat
kerja tertentu telah dibuat dengan menetapkan tujuan
dan sasaran yang dapat diukur, menetapkan waktu
pencapaian dan menyediakan sumber daya.

16

8
2.2.2 Terdapat manual khusus yang berkaitan dengan
produk, proses, atau tempat kerja tertentu.
2.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi untuk
mengidentifikasi, memperoleh, memelihara dan memahami
peraturan perundang-undangan, standar, pedoman teknis,
dan persyaratan lain yang relevan dibidang K3 untuk
seluruh tenaga kerja di perusahaan
2.3.3 Persyaratan pada peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain
yang relevan di bidang K3 dimasukkan pada prosedur-
prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.
2.3.4 Perubahan pada peraturan perundang-
undangan, standar, pedoman teknis, dan persyaratan lain
yang relevan di bidang K3 digunakan untuk peninjauan
prosedur-prosedur dan petunjuk-petunjuk kerja.

17

2.4.1 Informasi yang dibutuhkan mengenai kegiatan


K3 disebarluaskan secara sistematis kepada seluruh tenaga
kerja, tamu, kontraktor, pelanggan, dan pemasok.
3.1.1 Prosedur yang terdokumentasi
mempertimbangkan identifikasi potensi bahaya, penilaian,
dan pengendalian risiko yang dilakukan pada tahap
perancangan dan modifikasi.
3.1.2 Prosedur, instruksi kerja dalam penggunaan
produk, pengoperasian mesin dan peralatan, instalasi,
pesawat atau proses serta informasi lainnya yang berkaitan
dengan K3 telah dikembangkan selama perancangan
dan/atau modifikasi.
3.1.3 Petugas yang berkompeten melakukan verifikasi
bahwa perancangan dan/atau modifikasi memenuhi
persyaratan K3 yang ditetapkan sebelum penggunaan hasil
rancangan.

18

9
5.1.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi
yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan
informasi lain yang relevan dengan K3 telah diperiksa
sebelum keputusan untuk membeli.
5.1.2 Spesifikasi pembelian untuk setiap sarana
produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi
spesifikasi yang sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan dan standar K3.
5.1.4 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat
pelindung diri dan perubahan terhadap prosedur kerja
harus dipertimbangkan sebelum pembelian dan
penggunaannya.
5.2.1 Barang dan jasa yang dibeli diperiksa
kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian.

19

5.3.1 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan,


sebelum digunakan terlebih dahulu diidentifikasi potensi
bahaya dan dinilai risikonya dan catatan tersebut dipelihara
untuk memeriksa prosedur.
5.4.1 Semua produk yang digunakan dalam proses
produksi dapat diidentifikasi di seluruh tahapan produksi
dan instalasi, jika terdapat potensi masalah K3.
6.1.3 Terdapat prosedur atau petunjuk kerja yang
terdokumentasi untuk mengendalikan risiko yang
teridentifikasi dan dibuat atas dasar masukan dari personil
yang kompeten serta tenaga kerja yang terkait dan disahkan
oleh orang yang berwenang di perusahaan.
6.1.4 Kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, standar serta pedoman teknis yang relevan
diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan
modifikasi atau petunjuk kerja.

20

10
6.1.5 Terdapat sistem izin kerja untuk tugas berisiko tinggi.

6.1.6 Alat pelindung diri disediakan sesuai kebutuhan


dan digunakan secara benar serta selalu dipelihara dalam
kondisi layak pakai.
6.2.1 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa
setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti
prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan
6.2.3 Pengawas/penyelia ikut serta dalam identifikasi
bahaya dan membuat upaya pengendalian.
6.2.4 Pengawas/penyelia diikutsertakan dalam
melakukan penyelidikan dan pembuatan laporan terhadap
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta wajib
menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengusaha
atau pengurus.

21

6.3.2 Penugasan pekerjaan harus


berdasarkan kemampuan dan keterampilan
serta kewenangan yang dimiliki.
6.4.1 Pengusaha atau pengurus melakukan
penilaian risiko lingkungan kerja untuk
mengetahui daerah-daerah yang memerlukan
pembatasan izin masuk.
6.4.2 Terdapat pengendalian atas
daerah/tempat dengan pembatasan izin masuk.

6.4.4 Rambu-rambu K3 harus dipasang


sesuai dengan standar dan pedoman teknis.

22

11
6.5.1 Penjadualan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana
produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman
serta persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.
6.5.2 Semua catatan yang memuat data secara rinci dari
kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan
yang dilakukan atas sarana dan peralatan produksi harus disimpan
dan dipelihara.
6.5.3 Sarana dan peralatan produksi memiliki sertifikat
yang masih berlaku sesuai dengan persyaratan peraturan
perundang-undangan dan standar.
6.5.4 Pemeriksaan, pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan
setiap perubahan harus dilakukan petugas yang kompeten dan
berwenang.
6.5.5 Terdapat prosedur untuk menjamin bahwa Jika terjadi
perubahan terhadap sarana dan peralatan produksi, perubahan
tersebut harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundang-
undangan, standar dan pedoman teknis yang relevan.

23

6.5.6 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan sarana


dan peralatan produksi dengan kondisi K3 yang tidak memenuhi
persyaratan dan perlu segera diperbaiki.
6.5.7 Terdapat sistem untuk penandaan bagi peralatan yang
sudah tidak aman lagi untuk digunakan atau sudah tidak
digunakan.
6.5.8 Apabila diperlukan dilakukan penerapan sistem
penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar
sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya.
6.5.9 Terdapat prosedur yang dapat menjamin keselamatan
dan kesehatan tenaga kerja atau orang lain yang berada didekat
sarana dan peralatan produksi pada saat proses pemeriksaan,
pemeliharaan, perbaikan dan perubahan.
6.5.10 Terdapat penanggung jawab untuk menyetujui bahwa
sarana dan peralatan produksi telah aman digunakan setelah
proses pemeliharaan, perawatan, perbaikan atau perubahan.

24

12
6.6.1 Apabila perusahaan dikontrak untuk
menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan
peraturan perundang-undangan mengenai K3, maka
perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa
pelayanan memenuhi persyaratan.
6.7.1 Keadaan darurat yang potensial di dalam
dan/atau di luar tempat kerja telah diidentifikasi dan
prosedur keadaan darurat telah didokumentasikan dan
diinformasikan agar diketahui oleh seluruh orang yang
ada di tempat kerja.
6.7.3 Tenaga kerja mendapat instruksi dan
pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang
sesuai dengan tingkat risiko.

25

7.1.5 Laporan pemeriksaan/inspeksi berisi


rekomendasi untuk tindakan perbaikan dan diajukan
kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan.

7.1.7 Tindakan perbaikan dari hasil laporan


pemeriksaan/inspeksi dipantau untuk menentukan
efektifitasnya.
7.3.1 Terdapat prosedur yang terdokumentasi
mengenai identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan
penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji
mengenai K3.
8.4.1 Terdapat prosedur untuk menangani
masalah keselamatan dan kesehatan yang timbul dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

26

13
12.1.1 Analisis kebutuhan pelatihan K3 sesuai persyaratan
peraturan perundang-undangan telah dilakukan.
12.1.2 Rencana pelatihan K3 bagi semua tingkatan telah
disusun.
12.1.4 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang
berkompeten dan berwenang sesuai peraturan perundang-
undangan.
12.3.2 Pelatihan diberikan kepada tenaga kerja apabila di
tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses.

12.4.1 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan


untuk memberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra
kerja guna menjamin K3.
12.5.1 Perusahaan mempunyai sistem yang menjamin
kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai
dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas
khusus, melaksanakan pekerjaan atau mengoperasikan peralatan

27

5. Checklist pemenuhan kriteria


audit terkait K3 listrik
templet

28

14
6. Audit SMK3
Pengajuan audit
Sukarela
wajib bagi perusahan yang mempunyai potensi
tinggi yang telah ditetapkan oleh peraturan
perundangan
Penyelenggara audit
Badan audit independen yang ditunjuk Menteri
Ketenagakerjaan

29

lanjutan 15. Audit SMK3

Pelaksanaan audit (12 elemen)


Kategori tingkat awal (64 kriteria)
Kategori tingkat transisi (122 kriteria
Kategori tingkat lanjutan (166 kriteria
Penilaian audit
Tingkat Penilaian Penerapan Kurang
Tingkat Penilaian Penerapan Baik
Tingkat Penilaian Penerapan Memuaskan

30

15
7. Manajemen Risiko Bahaya Listrik
Berbasis SMK3
Definisi
Tahapan Managemen risiko
identifikasi bahaya
Analisa dan perhitungan Risiko
Penanganan risiko
Pemanatuan

31

DEFINISI
Analisa Risiko/Risk Analysis
Kegiatan analisa suatu risiko dengan cara
menentukan besarnya probability/frekuensi dan
tingkat keparahan dari akibat/consequences suatu
risiko

Penilaian Risiko/Risk Assessment


Penilaian suatu risiko dengan cara
membandingkannya terhadap tingkat atau karena
risiko yang telah ditetapkan
32

16
Manajemen Risiko

Penerapan secara sistematis dari


kebijakan manajemen, prosedur dan
aktivitas dalam kegiatan identifikasi
bahaya, analisa, penilaian,
penanganan dan pemantauan serta
review risiko

33

TAHAPAN
MANAJEMEN PERSIAPAN
RISIKO
IDENTIFIKASI BAHAYA

Pemantauan
ANALISA RISIKO dan tinjuan ulang

AKIBAT KESEMPATAN

PENILAIAN RISIKO

PENANGANAN RISIKO
34

17
IDENTIFIKASI BAHAYA
Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera?
Sumber bahaya ditempat kerja dapat berasal dari :

BAHAN / MATERIAL
ALAT/MESIN
METODE KERJA
SIFAT PEKERJAAN
LINGKUNGAN KERJA

35

IDENTIFIKASI BAHAYA
Terget yang mungkin terkena/terpengaruh sumber bahaya :

Manusia
Produk
Peralatan/fasilitas
Lingkungan
Proses
Reputasi
Lainnya??
36

18
Ada 3 cara dalam penilaian risiko yaitu:

Kualitatif
Semikuantitatif
Kuantitatif

37

Analisa Kualitatif
Metode ini menganalisa dan menilai suatu risiko dengan cara
membandingkan terhadap suatu deskripsi/uraian dari parameter
(peluang dan akibat) yang digunakan
digunakan..Umumnya metode matriks
dipakai..
dipakai

38

19
Analisa Semikuantitatif
Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan analisa kualitatif,
perbedaannya pada metode ini uraian/deskripsi dari parameter yang ada
dinyatakan dengan nilai/
nilai/score
score tertentu
tertentu..

39

Analisa Kuantitatif
Metode penilaian ini dilakukan dengan menentukan nilai dari
masing--masing parameter yang didapat dari hasil analisa data
masing data--
data yang representatif
representatif..

Analisa terhadap nilai


peluang atau akibat
dilakukan dengan beberapa
metode seperti ; analisa
statistik, model komputer,
simulasi, fault tree
analysis,dll

40

20
SERIOUS SEDANG TINGGI TINGGI
CONSEQUENCES
ACCIDENT

SEDANG RENDAH SEDANG TINGGI

RINGAN RENDAH RENDAH SEDANG


SULIT JARANG SERING
KEMUNGKINAN UNTUK TERJADI

41

ANALISA DAN PENILAIAN RISIKO


Peluang (Probability)
Yaitu kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan/kerugian
ketika terpapar dengan suatu bahaya

Peluang orang jatuh karena melewati jalan licin


Peluang untuk tertusuk jarum
Peluang tersengat listrik
Peluang supir menabrak

42

21
ANALISA DAN PENILAIAN RISIKO
Akibat (Consequences)
Yaitu tingkat keparahan/kerugian yang mungkin terjadi dari
suatu kecelakaan/loss akibat bahaya yang ada. Hal ini bisa
terkait dengan manusia, properti, lingkungan, dll
Contoh :

Fatality atau kematian


Cacat
Perawatan medis
P3K
43

ACUAN DALAM PENILAIAN RISIKO


Agar penilaian yang kita lakukan seobjective mungkin maka
perlu mengumpulkan informasi sebelum menilai resiko dari
suatu akitivitas :
Informasi tentang suatu aktivitas (durasi, frekuensi,
lokasi dan siapa yang melakukan
Tindakan pengendalian risiko yang telah ada
Peralatan/mesin yang digunakan untuk melakukan
aktivitas
Bahan yang dipakai serta sifat-sifatnya (MSDS)
Data statistik kecelakaan/penyakit akibat kerja (internal
& eksterbal)
Hasil studi, survey/pemantauan
Literature
Benchmark pada industri sejenis
Penilaian pihak spesiality/tenaga ahli, dll
44

22
PENANGANAN RISIKO
Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan
apakah risiko tersebut masih bisa diterima
(acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk) oleh
suatu organisasi
Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka
organisasi harus menetapkan bagaimana risiko
tersebut ditangani hingga tingkat dimana risikonya
paling minimum/sekecil mungkin
Bila risiko mudah dapat diterima/tolerir maka
organisasi perlu memastikan bahwa monitoring
terus dilakukan terhadap risiko itu.

45

PENANGANAN RISIKO
Bila suatu risiko tidak dapat diterima maka harus
dilakukan upaya penanganan risiko agar tidak
menimbulkan kecelakaan/kerugian. Bentuk tindakan
penanganan risiko dapat dilakukan sebagai berikut :
Hindari risiko
Kurangi/minimalkan risiko
Transfer risiko
Terima risiko

46

23
Hirarki Pengendalian Risiko K3

Pengendalian Administratif
Pemisahan lokasi
Pergantian shift kerja
Pemberlakuan sistim ijin kerja
Pelatihan karyawan
Alat Pelindung Diri
Helmet
Safety shoes
Ear plug/muff
Safety goggles

47

Pemantauan dan Tinjauan Ulang

Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan


maka selanjutnya perlu dipantau dan ditinjau ulang apakah
tindakan tersebut sudah efektif atau belum.

Bentuk pemantauan antara lain ;


inspeksi
pemantauan lingkungan
audit

48

24
8. Latihan Perhitungan Risiko
menghitung risiko dari pekerjaan listrik dengan
menggunakan semi kuantatif (contoh nilai peluang ,
frekuensi dan konsekuensi terdapat pada) tabel
tentukan jenis pekerjaan yang akan dianalisa
tentukan nilai peluang terjadinya bahaya
tentukan nilai frekuensi
tentukan nilai konsekuensi
tentukan nilai risiko
rsisko = nilai peluang x nilai frekuensi x konsekuensi
Tentukan skala risiko
membaningkan dnegan nilai risiko tertingi dan terendah

49

Likelihood
Likelihood
That Almost Certain : the most likey 10
particular outcome if the event occurs
Consequence Likely : not unsual perhaps 50- 6
Follows the 50 chance
hazard/
Unsual but possible 3
event
Remotely Possible : a possible 1
coincidence
Conceivable : has never 0.5
happened in year of exposure
but is possible
Practically impossible : Not to 0.1
knowledge ever happened
anywhere
50

25
Exposure Continuosly or many times daily 10
Frequency of
exposure
To the hazard/ Frequently approximately once daily 6
event

Occasionally : once a week to once 3


a month

Infrequent : once a month to once a 2


year

Rare : has been known to occur 1

Very Rare : not known to have 0,5


occured

51

Factor Description rating


Semiquantitative rating factors for risk analysis
Consequences Catastropic : multiple fatalities damages, 100
Possible closure of activity, permanent extensive
outcomes damage environtmental
Of event Disaster : fatality, permanent local 50
damage to environmet
Very Serious : permanent disability / ill 25
health, non permanent environtmental
Serious : serious but non permanent 15
injury or ill health, adverse effect on
environtment
Important : Medical attention needed, 5
off site emission but no damage
Noticeable : minor cuts and bruises or 1
sickness, minor damage

52

26
Risk Card
R=QxFXP
R=
General Hazard Analysis Card No :
Department/ Unit : Date :
Job Description :
Prepared by :
Hazard Description :
Qonsequences Frequency Likelihood Action
Catastrophic Continuously Almost Certain Stop activity until risk
reduce
Disaster Frequency Likely Deal with immediately
Very Serious Occasional Unusual Correction required
Serious Infrequent Remotely Attention indicated
Possible
Important Rare Conceivable Acceptable
Noticeable Very Rare Practically
impossible

53

HIRAC

No Unit kerja Risk Konsekuensi pengendalian


1
2
3
4

54

27
Quis
sebutkan lima prinsip SMK3!
sebutkan min 5 kriteria yang terkait K3 listrik!
sebutkan jenis analisis risiko !

55

TERIMAKASIH

56

28
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.2.
Analisis dan
Pelaporan
kecelakaan kerja
listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.2.
Analisis dan Pelaporan
kecelakaan kerja listrik

Analisis dan pelaporan


kecelakaan kerja

1
1. 1.Kewajiban dan Ruang lingkup
kecelakaan kerja
Terkait K3 Pengurus diwajibkan
melaporkan ke Dinas yang membidangi
pengawasan ketenagakerjaan
mengkaji penyebab kecelakaan
melakukan perbaikan dan pencegahan

Ruang lingkup
Kecelakaan Kerja;
Kebakaran atau
peledakan atau
bahaya pembuangan limbah;
Kejadian berbahaya lainnya.

2
2.Format pelaporan kecelakaan kerja, berisikan data mengenai :
Identitas Perusahaan
waktu dan tempat kejadian
uraian kejadian
penyebab kecelakaan
akibat kecelakaan
dan keterangan lain yang diperlukan

3.Tata cara pengisian laporan kecelakaan kerja


pengisian format pelaporan kecelakaan

4. Pengisian format laporan kecelakaan

3
5. Tatacara penyampaian pelaporan
kecelakaan
2 x 24 jam
menggunakan format sesuai lampiran 1
permen no 3 tahun 1998
secara lisan sebelum dilaporkan secara
tertulis.

6. Tata cara pemeriksaan dan


pengkajian kecelakaan kerja
memeriksa tempat kejadian
mengisi format laporan pemeriksaan dan
pengkajian sesuai dengan jenis kecelakaan
membuat rekomendasi

4
6.2. Pengertian Kondisi berbahaya
segala sesuatu diluar perilaku manusia yang dapat
menimbulkan kondisi berbahaya
6.3. Pengertian Tindakan berbahaya
setiap perilaku manusia yang dapat menimbulkan kondisi yang
berbahaya
6.4. Uraian terjadinya kecelakaan
menguraikan kejadian sesaat sebelum, saat kejadian dan sesaat
sesudah kejadian secara berurutan
6.6. Type kecelakaan
type kecelakaan yang paling mendekati yaitu berdasarkan
proses terjadinya hubungan atau kontak sumber kecelakaan
dengan luka atau sakit yang diderita korban.

6.7. Format pelaporan pemeriksaan dan


pengkajian kecelakaan kerja
formulir laporan pemeriksaan dan pengkajian
sesuai lampiran II untuk kecelakaan kerja,
lampiran III untuk penyakit akibat kerja,
lampiran IV untuk peledakan, kebakaran
danbahaya pembuangan limbah dan
lampiran V untuk bahaya lainnya.

10

5
7. Teori analisis penyebab
kecelakaan
Penyebab dasar kecelakaan
faktor manusia
faktor pekerjaan
faktor managemen
Teori analisis penyebab kecelakaan telah
berkembang
teori domino
Frank Bird
Swiss Cheese
dll
11

8. Penyusunan syarat /rekomendasi


perbaikan
Biaya yang dikeluarkan seminimal
mungkin (murah).
Dapat dilakukan atau dikerjakan.
Efektif dalam menghindari terjadinya
kecelakaan.
Tidak mengganggu proses produksi dan
pemeliharaan.

12

6
9. Tata cara membuat analisa dan
statistik kecelakaan kerja
Kep.dir. No. Kep.84/BW/1998

13

9. Tata cara membuat analisa dan statistik kecelakaan kerja


Kep.dir. No. Kep.84/BW/1998

Tujuan analisis kecelakaan


Analisis kecelakaan kerja dilakukan untuk mencari
penyebab utama terjadinya kecelakaan dan metapkan
solusinya agar kecelakaan yang sama tidak terulang

A.
Akibat
kecelakaan
14

7
Langkah Analisa

Mengumpulkan data
Membandingkan data
Mencari hubungan / relevansi
Mencari kesimpulan
Menetapkan pengendalian

15

A. Akibat kecelakaan
Korban manusia
- Meninggal
Loss - Luka berat
- Luka ringan
People Kerugian Material (Rp)
Property - Bangunan
Process
- Peralatan/Mesin
(Profit)
- Bahan Baku
- Bahan setengah jadi
- Bahan jadi

Kerugian waktu kerja


jam kerja orang

16

8
Data korban
A1 = Jml Korban Laki-laki
A2 = Jml Korban Perempuan
A3 = Umur

A3.1 = krg 10 th
A3.2 = 11 s/d 20 th
A3.3 = 21 s/d 30 th
A3.4 = 31 s/d 40 th
A3.5 = 41 s/d 50 th
A3.6 = diatas 50 th

Akibat Kecelakaan
A4 = Jml Korban Mati
A5 = Jml korban yg luka berat
A6 = jml korban yg luka ringan
17

Bagian Tubuh Yang Cidera

A7 = Kepala
A8 = Mata
A9 = Telinga
A10 = Badan
A11 = Lengan
A12 = Tangan
A13 = Jari Tangan
A14 = Paha
A15 = Kaki
A16 = Jari Kaki
A17 = Organ Tubuh Bagian Dalam
18

9
B. Sumber kecelakaan
1. Mesin produksi
2. Penggerak mula dan pompa
Incident 3. Lift
4. Pesawat angkat.
5. Converyor
Contact 6. Pesawat angkut
With 7 Alat transmisi mekanik (rantai, pulley, dll).
Energy or 8 Perkakas kerja tangan
Substance
9. Pesawat uap dan bejana tekan
10. Peralatan listrik
11. Bahan kimia
12. Debu berbahaya
13. Radiasi dan bahan radioaktif
14. Faktor lingkungan
15. Bahan mudah terbakar dan benda panas
16. Binatang
17. Permukaan lantai kerja
18. Lain-lain. 19

C. Type Kecelakaan
1. Terbentur
Incident 2. Terpukul
3. Tertangkap pada, dalam atau
diantara benda
Contact
With 4 Jatuh dari ketinggian yang sama.
Energy or 5. Jatuh dari ketinggian yang
Substance
berbeda.
6. Tergelincir.
7. Terpapar
8. Penghisapan, penyerapan
9. Tersentuh aliran listrik.
10. Lain-lain.

20

10
D. Kondisi berbahaya
1. Pengamanan yang tidak sempurna
2 Peralatan/bahan yang tidak seharusnya
Immediate
Causes 3. Kecacatan, ketidak sempurnaan
4. Prosedur yang tidak aman
Substandard 5. Penerangan tidak sempurna
Acts
6. Iklim kerja yang tidak aman
Substandard 7. Tekanan udara yang tidak aman
Conditions
8. Getaran yang berbahaya
9. Pakaian, kelengkapan yang tidak aman
10. Kejadian berbahaya lainnya

21

E. Tindakan berbahaya
1. Melakukan pekerjaan tanpa wewenang,
2. Bekerja dengan kecepatan berbahaya.
Immediate
Causes 3. Membuat alat pengaman tidak berfungsi
4 Memakai peralatan yang tidak aman, tanpa
Substandard peralatan.
Acts 5. Melakukan Proses dengan tidak aman
6. Posisi atau sikap tubuh tidak aman
Substandard 7. Bekerja pada objek yang berputar atau berbahaya
Conditions
8. Mengalihkan perhatian, mengganggu, sembrono /
berkelakar, mengagetkan dan lain-lain.
9. Melalaikan penggunaan alat pelindung diri yang
ditentukan.
10. Lain-lain.

22

11
10. Pentabulasian data kecelakaan
Dari hasil analisis pada setiap kejadian kecelakaan,
maka informasi/data yang didapat ditabulasi dalam
matrik seperti pada lampiran V permen no 3 tahun
1998, data meliputi :
A = data korban
B = Sumber kecelakaan
C = Type kecelakaan
D = Kondisi yang berbahaya
E = Perilaku yang berbahaya

23

11. Perhitungan tingkat kekerapan/ FR


(Frekuensi Rate)
untuk mengetahui tingkat/kecenderung jumlah
kejadian kecelakan per 1000000 jam kerja orang

Tingkat kekerapan (Frequency Rate) =

Jumlah Kecelakaan x 1.000.000


Jumlah jam kerja orang

24

12
11. Perhitungan tingkat keparahan/
SR (Severity Rate)
tujuan untuk melihat tingkat
keparahan/kerugian yang diakibatkan kejadian
kecelakaan melalui jumlah hilangnya waktu
kerja akibat kecelakaan

2Tingkat keparahan (Severity Rate)

Jumlah hari hilang x 1.000.000


Jumlah jam kerja orang

25

Konversi Hari Kerja Hilang karena Cacat Anatomis atau Cacat


Fungsi dan Kematian Akibat Kecelakaan Kerja
Lampiran II Kep.dir. No. Kep.84/BW/1998
A. Untuk Kerugian Dari Anggota Badan Karena Cacat
Tetap atau Menurut Ilmu Bedah
1. Tangan dan Jari-
Jari-jari
Amputasi Jari--jari (hari)
Jari
seluruh atau
sebagian dari Ibu Telunju Kelingkin
Tengah Manis
tulang Jari k g
Ruas ujung 300 100 75 60 50
Ruas tengah - 200 150 120 100
Ruas pangkal 600 400 300 240 200
Telapak (antara
jari--jari dan
jari 900 600 500 450 -
pergelangan)

Tangan sampai pergelangan 3000

26

13
2. Kaki dan Jari-
Jari-jari
Amputasi seluruh atau sebagian dari Ibu Jari Jari--jari
Jari
tulang (hari) lainnya (hari)
Ruas ujung 150 35
Ruas tengah - 75
Ruas pangkal 300 150
Telapak (antara jari-
jari-jari dan
600 350
pergelangan)
Kaki sampai pergelangan 3000

3. Lengan

Tiap bagian dari pergelangan sampai siku 3600 hari


Tiap bagian dari atas siku sampai sambungan bahu 4500 hari
4. Tungkai
Tiap bagian di atas mata kaki sampai lutut 3000 hari
Tiap bagian di atas lutut sampai pangkal paha 4500 hari
27

B. Kehilangan Fungsi
Satu mata 1800 hari

Kedua mata dalam satu kasus kecelakaan 6000 hari

Satu telinga 600 hari


Kedua telinga dalam satu kasus kecelakaan 3000 hari

C. Lumpuh Total dan Mati


Lumpuh total yang menetap 6000 hari
Mati 6000 hari
Catatan : Untuk setiap luka ringan dengan tidak ada amputasi
tulang kerugian hari kerja adalah sebesar jumlah hari
sesungguhnya selama si korban tidak mampu
bekerja.

28

14
16. Quis / pertanyaan
Sebutkan ruang lingkup kecelakaan kerja !
Sebutkan penyebab dasar terjadinya
kecelakaan !
Sebutkan persyaratan rekomendasi !

29

TERIMAKASIH

30

15
31

16
Pembinaan
Ahli K3 Listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.3.
Kesehatan kerja
listrik
Materi berikut ini dibuat oleh Direktorat Jendral Pembinaan
Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3-Kementerian
Ketenagakerjaan Republik Indonesia, ALPK3 (Asosiasi Lembaga
Pelatihan K3), PJK3 (Perusahaan Jasa K3),dan para Instruktur K3
Listrik pada Temu Teknis tanggal 4-7 Agustus 2015 di Yogyakarta,
dan Temu Teknis tanggal 18-21 Agustus 2015 di Bandung

III. KELOMPOK PENUNJANG :

III.3.
Kesehatan kerja listrik

BIODATA
N a ma : Dr. Amarudin
Instansi : Kementerian Nakertrans R.I.
R.I.
Jabatan : Kasubdit PN Kesehatan Kerja
Alamat Kantor : Jl. Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta
No.Telpon, Fax : 021. 5255733 Ext. 677, 021. 5268045
No.Hp. : 081510036323
E-Mail : dramarudin@yahoo.com
Alamat Rumah : Jl. Tegal Parang Utara VI/52
Mampang Prapatan Jak-Jak- Sel
Pendidikan : Kedokteran
Pelatihan/Training : 1. Pengawas Ketenagakerjaan,
2. Safety Officer Training Course,
Singapore
3. Occupational Health, Jepang
4. Free drug at the work places Training,
Malaysia.
5. Basic Life Support, Jepang
Jepang..
6. Training Concelor HIV/AIDS, Kemkes
7. TOT Widya Iswara Luar Biasa
Biasa..
8. TOT SCORE
9. TOT WISCON 2

1
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I
3

Peserta diharapkan mampu :


Mengetahui Dasar
Dasar--dasar Kesehatan Kerja
Mengetahui potensi bahaya pada pekerjaan
listrik
Mengetahui P3K Listrik
Melakukan pembinaan dan pengawasan
persyaratan kesehatan kerja listrik
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan P3K
Listrik..
Listrik
4

2
DISKUSI
1. Apa yang saudara ketahui tenteng
kesehatan kerja
2. Apa yang saudara ketahui tentang
Hazard kesehatan
3. Apa bahaya listrik terhadap kesehatan ?

3
Pekerja selalu berhadapan dengan bahaya
kerja.
Hazard Kesehatan di bidang Listrik terus
berubah seiring dengan perkembangan
industri.
Setiap pekerja berhak mendapatkan
perlindungan atas keselamatan dan
kesehatan.
Bidang Kesehatan Kerja Pekerja berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan kerja

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Philosophy
Upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan
tenaga kerja dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat
yang adil dan sejahtera.
8

4
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Suatu ilmu pengetahuan dan


Keilmuan penerapannya dalam upaya
mencegah kecelakaan,
kebakaran, peledakan,
pencemaran, penyakit akibat
kerja , dll

ACCIDENT PREVENTION 9

Kesehatan Kerja
Menurut Joint ILO/WHO Committee tahun 1995 :

Promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya


dari kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada
semua pekerjaan; pencegahan gangguan kesehatan pada
pekerja yang disebabkan oleh kondisi kerja mereka;
perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari resiko
akibat faktor-faktor yang mengganggu kesehatan;
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan
psikologisnya; dan sebagai kesimpulan, penyesuaian
pekerjaan, terhadap manusia dan setiap manusia terhadap
pekerjaannya. 10

5
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kesehatan dan Produktivitas Tenaga Kerja

Beban Kerja Lingkungan Kerja


-Fisik -Fisik
-Mental -Kimia
-Biologi
-Fisiologi
-Psikologi
Kapasitas kerja
- Ketrampilan
- Kesegaran jasmani & rohani
- Status kesehatan/gizi
- usia
- Jenis kelamin
11
- Ukuran tubuh

12

6
Ergonomi :
Ilmu yang mempelajari kesesuaian antara
manusia dengan alat, lingkungan dan
proses kerja untuk menciptakan
kenyamanan bekerja dan meningkatkan
produktivitas.

13

Ergonomi :
Penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan
ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian
bersama antara pekerjaan dan manusia secara
optimum, dengan tujuan agar bermanfaat demi
efisiensi dan kesejahteraan (ILO).

14

7
TUJUAN ERGONOMI

Bgmn mengatur kerja agar TK dpt melakukan


pekerjaannya dgn rasa aman, selamat, efisien,
efektif dan produktif, nyaman, terhindar dari
bahaya yg mungkin timbul di tempat kerja.
kerja.

15

PENERAPAN ERGONOMI
(Pekerjaan Listrik
Listrik))
Penyesuaian peralatan kerja dengan postur tubuh
yang bekerja
bekerja;;
Merancang peralatan dan cara kerja hingga postur
tubuh tetap alami (fisiologis
fisiologis);
);
Menghindari pekerjaan yang berulang secara terus
menerus dalam posisi yang sama termasuk postur tubuh
statis;;
statis
Merancang tempat kerja yang sesuai dengan
antropometri pekerja
pekerja;;
Pemberian beban kerja yang sesuai sesuai;; dan
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman nyaman..
16

8
PENERAPAN ERGONOMI (ILO)
(Pekerjaan Listrik)

1. Penyimpanan dan penanganan barang/material


2. Alat-alat/perkakas tangan
3. Penyempurnaan rancangan meja kerja
4. Pencahayaan di tempat kerja
5. Faktor keamanan pada mesin produksi
6. Bangunan dan lingkungan
7. Bahaya-bahaya lingkungan kerja
8. Fasilitas umum
9. Peralatan pelindung diri
10. Pengaturan pekerjaan 17

18

9
SYARAT KESEHATAN TENAGA KERJA
PADA PEKERJAAN LISTRIK

Epilepsi
Gangguan kardiovaskuler
Asthma
Gangguan keseimbangan
Gangguan penglihatan Buta Warna
Acrophobia/takut
Acrophobia/ takut ketinggian dan gangguan
mental lainnya
Penyakit lainnya yang membahayakan
keselamatan selama bekerja

19

20

10
21

POTENSI BAHAYA BEKERJA PADA KETINGGIAN

22

11
23

24

12
25

26

13
27

28

14
29

30

15
SUMBER BAHAYA BEKERJA PADA KETINGGIAN

Faktor fisika lingkungan kerja, misalnya;


suhu, tekanan udara.
Sumber bahaya listrik
Kondisi dan peralatan tempat kerja, seperti;
peralatan, ketinggian dll.
Cara kerja tidak ergonomi

31

POTENSI BAHAYA BEKERJA PADA KETINGGIAN

Pajanan suhu dan kelembaban


Oksigen deficiency
Jatuh dari ketinggian
Keseimbangan
Tidak ergonomi
Psikologi (takut ketinggian)
dll

32

16
33

Utility site confined space

34

17
35

SUMBER BAHAYA BEKERJA


PADA RUANG TERBATAS
Konsentrasi O2 di udara
Bahan kimia berbahaya :
konsentrasi gas, embun atau kabut yang dapat terbakar dan
meledak
Debu di udara yang mudah meledak
Konsentrasi bahan kimia berbahaya melebihi NAB.
Sumber bahaya listrik
Faktor fisik lingkungan kerja, misalnya; panas,
bising.
Kondisi dan peralatan tempat kerja, seperti;
peralatan, licin, gelap dll.
Cara kerja tidak ergonomi

36

18
POTENSI BAHAYA BEKERJA
PADA RUANG TERBATAS
Oksigen deficiency
Pajanan suhu dan kelembaban
Pajanan gas beracun
Terjadi kebakaran
Terjadi peledakan
Tersengat listrik
Pajanan bising
Kondisi kerja licin Jatuh
Tidak Ergonomi
Tertimpa benda
Takut kegelapan, tertutup psikologi
dll

37

38

19
ARUS LISTRIK

Luka bakar
Kejutan
Kejang otot
Irama jantung
Henti jantung kematian
Pingsan

39

Cicatric Kulit Kepala

40

20
Jari Kelingking Kontraktur

41

Cicatrik pada Telapak Kaki

42

21
Cicatric Telapak Kaki

43

PANAS

Panjang gelombang, berbanding terbalik


dengan frequency
Makin pendek gelombang frequensi
semakin tinggi
Frequency makin tinggi Tingkat energi
yang dibangkitkan makin besar
Microwave freq 2.450.000.000 Hz, sehingga
menimbulkan panas
SUTET dan SUTT freq 50 Hz, shg energi
sangat rendah dan tdk menimbulkan
pemanasan atau ionisasi 44

22
RADIASI PENGION DAN NON PENGION

Pengion :
gel elektromagnetik dg freq. diatas 10 16 Hz
Energi sangat tinggi
Menembus jaringan
Menyebabkan ionisasi menghancurkan ikatan
molekul dan merusak material genetik.
Non Pengion :
gel elektromagnetik dg freq di bawah 10 16 Hz
Tidak menyebabkan ionisasi
Terjadi thermal efek

45

SINAR X

Kematian sel
sel--sel
Perubahan struktur genetik suatu sel.
Penyakit kanker
Rambut gugur
gugur,, kulit menjadi merah dan
berbisul

46

23
HASIL PENELITIAN Dr. ANIES
PAJANAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK YANG
BERASAL DARI SUTET 500 KV
Menimbulkan gangguan kesehatan pada
penduduk,, yaitu sekumpulan
penduduk
gejala hipersensitivitas yang dikenal
dengan electrical sensitivity berupa :
keluhan sakit kepala (headache
headache),
),
pening (dizziness
dizziness),
), dan
keletihan menahun (chronic fatigue syndrome).
syndrome).
ketiga gejala tersebut dapat dialami sekaligus
oleh seseorang
seseorang,, sehingga penemuan baru ini
diwacanakan sebagai "Trias Anies
Anies".
".
47

FENOMENA SUTET
Sering dihubungkan dengan gangguan kesehatan
kesehatan,,
padahal sebenarnya hanya sebatas fenomena dan secara
teknis memungkinkan terjadi
terjadi.. Artinya fenomena tersebut
tidak identik dengan tingkat bahaya terhadap kesehatan
manusia yang berada di bawahnya
bawahnya.. Fenomena tersebut :
Bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar
(konduktor
konduktor)) dan kadang
kadang--kadang disertai cahaya kekuningan
kekuningan..
Bulu atau rambut berdiri akibat gaya tarik medan magnit
Lampu neon dan tespen dapat menyala karena gas neon dalam
tabung terionisasi
terionisasi..
Kejutan lemah pada sentuhan pertama terhadap benda yang
mudah menghantar listrik
listrik,, mis
mis;; seng
seng,, pagar besi
besi,, kawat
jemuran,, badan mobil
jemuran mobil..

48

24
Because SUTET a current carrying wires are then of course
SUTET generating an electric field and a magnetic field in
the form of electromagnetic waves. Here are the impacts
caused by the electric field on the high-
high-voltage wires that
can be felt by naked eye:

Create noise / hiss due to ionization on the surface of


the conductor (conductor) which is sometimes
accompanied by light purple,
Fur / hair stand up on the exposed parts of the body
due to tensile force small electric field,
Neon lights and test-
test-pen can be lit but dim, due to the
ease of neon gas inside the lamp tube and the test-test-pen
ionized,
Weak shock at the first touch of the objects that are
easy to deliver electricity (such as roofing zinc, iron
fence, wire clothesline and car bodies). 49

Minimum distance of the highest point of the


building (trees) to the lowest point of 500 kV high-
voltage wires wires must meet the following
requirements:
The minimum distance highest point fireproof building to its lowest
point of 500 kV high-
high-voltage wires wires is 8.5 m
The minimum distance highest point of the iron bridge low point of
500 kV high-
high-voltage wires wires is 8.5 m
The minimum distance railroad to the lowest point of 500 kV high-
high -
voltage wires wires is 15 m
The minimum distance the field open to its lowest point of 500 kV
high--voltage wires wires is 11 m
high
The minimum distance highest point of the building is not fireproof
wires to the lowest point of 500 kV high-
high-voltage wires is 15 m
The minimum distance highest point of the building is not fireproof
wires to the lowest point of 500 kV high-
high-voltage wires is 15 m
The minimum distance highway towards the lowest point of 500 kV
high--voltage wires wires is 15 m.
high 50

25
PENELITIAN JOHN MOULDER TENTANG
DAMPAK SUTET TERHADAP KESEHATAN
Tidak ada hubungan sebab akibat antara medan
tegangan listrik dan kesehatan manusia
(termasuk kanker
kanker).
).
Walaupun demikian medan tegangan listrik
belum bisa dibuktikan benar
benar--benar aman
aman..
Selain itu disepakati juga bahwa jika ada bahaya
kesehatan terhadap manusia
manusia,, maka itu hanya
terjadi pada sebagian kecil kelompok

51

WHO
Tidak banyak pengaruh yang ditimbulkan
oleh medan listrik sampai 20 kV/m pada
manusia dan medan listrik sampai 100
kV/m tidak memengaruhi kesehatan
hewan percobaan
percobaan..
Percobaan beberapa sukarelawan pada
medan magnet 5 mT hanya memiliki
sedikit efek pada hasil uji klinis dan fisik
fisik..

52

26
P3K di tempat kerja
(Permennaker No. 15/Men/2008:

Petugas P3K :
Pelatihan
Lisensi dan buku kegiatan

Fasilitas P3K :
Ruang P3K
Kotak P3K dan isi kotak
Alat evakuasi dan Transportasi
Fasilitas tambahan berupa APD/Shower/eye wash

53

BAHAYA LISTRIK TERHADAP MANUSIA

SEBAB--SEBAB :
SEBAB
1. Aliran arus listrik
2. pengaruh medan magnit
3. Kesalahan mekanik perlengkapan listrik
4. Bunga api == ledakan busur listrik
5. kombinasi

54

27
Faktor Yang Mempengaruhi Keparahan Pada
Cedera Akibat Listrik
Voltage/Kekuatan listrik (beda potensial)
Amper (Arus Listrik)
Type Arus/jenis aliran (searah/bolak-
(searah/bolak-balik)
Lama Kontak == banyaknya energi yang terserap
Daerah / bagian tubuh yang kontak (Tahanan)
Jalan Arus
Banyaknya Jaringan Resistance
Kandungan Air Dalam Jaringan
Kondisi phisik dan kejiwaan (perubahan tahanan)
55

56

28
57

28
35

40
30

35

32

30

35 35
30
58

29
Jaringan Penghantar Listrik

1. Jaringan konduktor
Pembuluh darah
Otot

2. Jaringan tidak konduktor


Tulang
Kulit kering
Syaraf tepi

59

60

30
Akibat Sengatan listrik
Arus searah dan Bolak
Bolak--balik
1. Akibat arus searah :
Perubahan elektrolit
elektrolit..
2. Akibat Arus bolak
bolak--balik
Kejang otot
Berkeringat
Kerusakan jaringan
Vertrikel fibrilasi sampai henti jantung
jantung,, otak kurang O2 dan
meninggal..
meninggal
Voltage dan freq. 100 v & 60 Hz menyebabkan ventrical
fibrilation
Voltage tinggi dapat menyebabkan paralysis pernafasan
Arus diatas 20 mA dapat menyebabkan kontraksi otot
pernafasan dada, dlll
dlll..

61

Cicatric Kulit Kepala

62

31
Jari Kelingking Kontraktur

63

Cicatrik pada Telapak Kaki

64

32
Cicatric Telapak Kaki

65

Akibat Sengatan Listrik


0,5 ma
Dirasakan
Lebih dari 3 ma
painful shock
Lebih dari 10 ma
Kontraksi otot no-let-go danger, 0,1 dtk tdk tjd gangguan,
0,5 dtk kelumpuhan sementara, pernafasan, pingsan, 1 dtk
ventricel fibrilasi.
Lebih dari 30 ma
lung paralysis- usually temporary
Lebih dari 50 ma
possible ventricular fib. (heart dysfunction, usually fatal)
100 ma sampai 4 amps
certain ventricular fibrillation, fatal
Lebih 4 amps
heart paralysis; severe burns. Usually caused by >600 volts 66

33
Akibat Sengatan Listrik
CURRENT (mA) EFFECT
0.5 2 Dirasakan
2 10 Terasa nyeri sesuai arus
10 25 Kejang, tidak dapat melepaskan
meningkatkan tekanan darah
sesak nafas karena kontraksi
otot
25 80 kontraksi otot lebih berat
kadang tulang rawan patah
peningkatan tekanan darah
hilang kesadaran (jantung+paru)
Over 80 Tempat terkena aliran terbakar
Meninggal (ventricular fibrilation)
67

Gejala dan tanda

Cidera (luka bakar akibat listrik masuk dan keluar)


Mati klinis (hilang kesadaran, henti nafas, henti jantung)
Kerusakan jaringan (kulit/sub kutis, saraf, otot, tulang
patah, mata, ginjal, saluran pencernaan, pembuluh darah,
jantung/irama, konduksi, infark)
Kejang (kontraksi otot tidak teratur)
Gelisah, nyeri otot, kelumpuhan, gangguan penglihatan.

68

34
Pemberian Pertolongan

1. Menilai situasi
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain
b. Memperhatikan sumber bahaya
c. Memperhatikan jenis pertolongan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan

69

Pemberian Pertolongan

2. Mengamankan Tempat Kejadian


a. Memperhatikan penyebab kecelakaan
b. Utamakan keselamatan diri sendiri
c. Singkirkan sumber bahaya yang ada (putuskan aliran
dan matikan sumber listrik)
d. Hilangkan faktor bahaya misal dengan
menghidupkan exhaus ventilasi, jauhkan sumber
listrik dengan bahan non konduktor)
e. Singkirkan korban dengan cara aman dan
memperhatikan keselamatan diri sendiri (dengan
alat pelindung seperti; sarung tangan, kayu, tali,
kain, sapu dll).

70

35
Pemberian Pertolongan

3. Memberikan pertolongan
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban
dan prioritas tindakan
b. Berikan pertolongan sesuai status korban
Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari
tubuh
Bila ada tanda henti nafas dan jantung berikan
resusitasi Jantung paru
Selimuti korban
Bila luka ringan obati seperlunya (luka bakar ringan).
Bila luka berat carikan pertolongan ke RS/dokter.

71

72

36
Pembinaan
Ahli K3 Listrik

IV.1
Evaluasi
(Teori)
IV.1.
Evaluasi (Teori)

You might also like