You are on page 1of 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Akibat kerja (PAK) menurut Kepres RI No. 22 tahun 1993 adalah penyakit yang
ditimbulkan sebagai akibat dari kecelakaan maupun pajanan di tempat kerja. Modul ini
disiapkan untuk mahasiswa Fakultas kedokteran yang mengambil mata kuliah Sisten
Kedoktean Komunitas dan Kedokteran Kerja. TIU dan TIK dalam modul ini
dipersiapkan sesuai konsep penanganan penyakit akibat kerja secara menyeluruh, baik
dari aspek pencegahan, diagnosis dan penanganan kasus, kompensasi bagi kecacatan serta
pengendalian faktor risiko yang ada di tempat kerja yang perlu diketahui oleh para calon
dokter yang menanagani kesehatan kerja.

1.2 Tujuan Pembelajaran


Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menegakkan
Diagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK), menangani kasus Penyakit Akibat Kerja (PAK),
mampu mengembangkan program pencegahanan Penyakit Akibat Kerja (PAK) serta
mengembangkan program pengendalian faktor risiko di tempat kerja.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah selesai mempelajari modul dan membaca skenario ini mahasiswa diharapkan
mampu menetapkan/melakukan :

1. Biodata pasien.
2. Melakukan Anamnesa pada pasien, menyangkut :
a Riwayat penyakit (sekarang, terdahulu, dalam keluarga) serta riwayat
pekerjaan.
b Perjalanan penyakit
c Uraian tugas, pelaksanaan pekerjaan, alat pelindung diri yang dikenakan.
d Faktor risiko atau potensi bahaya, serta menyangkut gangguan kesehatan yang
mungkin timbul.
3. Pemeriksaan :
a Pemeriksaan fisik terkait gangguan kesehatan.
b Pemeriksaan Lab rutin yang diperlukan
c Pemeriksaan Lab khusus yang diperlukan
d Pemeriksaan penunjang Non-Lab.

1
4. Menegakkan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja :
a Berdasarkan 7 langkah penetapan.
b Diagnosa berdasarkan ICD-10.
c Menetapkan Prognosis penyakit.
5. Rencana penatalaksanaan berikutnya :
a Kelayakan bekerja (fitnes status)
b Alat pelindung diri yang diperlukan.
c Pemeriksaan Kesehatan yang diperlukan sesuai dengan faktor risiko yang
dihadapi dan kemungkinan gangguan kesehatan yang mungkin timbul,
termasuk kemungkinan di perlukannya pemeriksan Bio Monitoring bagi
kemungkinan pajanan bahan kimia.
d Promosi kesehatan (edukasi) terhadap pasien maupun terhadap manajemen.
e Penatalaksanaan lingkungan (ruang) tempat kerja.

7(tujuh) langkah prinsip penegakan Diagnosa Penyakit Akibat Kerja.


Langkah-1 : Tetapkan diagnosa klinis.
Langkah-2 : Identifikasi paparan potensi risiko bahaya.
Langkah-3 : Cari hubungan antara langkah-2 dgn ggn kesehatan yg timbul.
Langkah-4 : Evaluasi dosis pajanan (mis : NAB)
Langkah-5 : Cari pernanan faktor individu/kerja dalam timbulnya PAK.
Langkah-6 : Cari peranan faktor diluar kerja (non-occupational factors).
Langkah-7 : Tetapkan diagnosis PAK.

2
BAB II

PERMASALAHAN

2.1 Skenario : Low Back Pain


Tn. Saptoni, 42 tahun, Kedudukan dalam keluarga: keponakan KK, Islam, SLTP, Penjual
sayur di pasar, Menikah dengan 2 anak perempuan berusia 10 dan 4 tahun
KU : nyeri, kaku dan pegal pada pinggang dan kadang juga, pada daerah lengan bila lelah
sehabis bekerja sejak sekitar 2 tahun lalu, selain itu juga mengeluhkan nyeri ulu hati
berulang, dan memberat sejak 4 hari lalu. RPS : Nyeri ulu hati berulang sejak sekitar 3
4 tahun lalu jika makan tidak teratur. Nyeri ini memberat sejak 2 hari lalu, setelah os
mengkonsumsi puyer obat sakit kepala karena sakit kepala berdenyut. Nyeri tidak
menjalar, terasa perih, sendawa terasa asam. Biasanya os berobat ke dokter atau
puskesmas, dan diberikan obat maag, sehingga keadaannya membaik, namun akan
kembali kambuh bila terlambat makan. Selain itu sejak 2 hari lalu os juga mulai batuk-
batuk kering. Sebelumnya tidak ada riwayat batuk lama berulang, keringat malam --, BB
tidak menurun, nyeri menelan --- Os juga mengeluh nyeri, kaku dan pegal pada pinggang
dan kadang juga pada daerah lengan bila lelah sehabis bekerja sejak sekitar 2 tahun lalu.
Biasanya mengkonsumsi obat warung seperti neorheumacyl atau jamu pegal linu akan
hilang. Nyeri pinggang tidak menjalar, hanya di daerah sekitar pinggang, terasa kaku, dan
pegal saja, serta tidak ada gangguan dalam melakukan suatu gerakan. Riwayat trauma
disangkal. Riwayat penyakit dahulu (-) Riwayat penyakit dalam keluarga : 1 tahun lalu
anak I dirawat di RS selama 1 minggu karena DHF, dan pada saat itu diketahui menderita
vlek pada paru, kemudian diterapi selama 1 tahun dan dinyatakan sudah sembuh. Tidak
ada riwayat hipertensi dalam keluarga. Riwayat Kebiasaan: Rokok (-), alkohol (-).

2.2 Kata Sulit : -

2.3 Kata/ Kalimat Kunci :


1. Identitas
Nama : Tn. Saptoni
Umur : 42 tahun
Kedudukan dalam keluarga: keponakan KK
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SLTP

3
Pekerjaan : Penjual sayur di pasar
Status : Menikah
Jumlah anak : 2 anak perempuan berusia 10 dan 4 tahun

2. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama :
o Nyeri, kaku dan pegal pada pinggang, kadang pada daerah lengan bila lelah
sehabis bekerja sejak sekitar 2 tahun lalu.
o nyeri ulu hati berulang, dan memberat sejak 4 hari lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri ulu hati berulang sejak sekitar 3 4 tahun lalu jika makan tidak teratur.
Nyeri memberat sejak 2 hari lalu, setelah mengkonsumsi puyer obat sakit kepala
karena sakit kepala berdenyut.
Nyeri tidak menjalar, terasa perih, sendawa terasa asam.
Berobat ke dokter atau puskesmas, dan diberikan obat maag membaik namun
kambuh jika terlambat makan.
Sejak 2 hari lalu mulai batuk-batuk kering.
Keringat malam (-)
BB tidak menurun
Nyeri menelan (-)
Nyeri, kaku dan pegal pada pinggang dan kadang juga pada daerah lengan bila
lelah sehabis bekerja sejak sekitar 2 tahun lalu.
Mengkonsumsi obat warung seperti neorheumacyl atau jamu pegal linu akan
hilang.
Nyeri pinggang tidak menjalar, hanya di daerah sekitar pinggang, terasa kaku, dan
pegal saja, serta tidak ada gangguan dalam melakukan suatu gerakan.
Riwayat Trauma : disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu : (-)
Riwayat penyakit dalam keluarga :
o 1 tahun lalu anak I dirawat di RS selama 1 minggu karena DHF, dan pada saat itu
diketahui menderita vlek pada paru, kemudian diterapi selama 1 tahun dan
dinyatakan sudah sembuh.
o Tidak ada riwayat hipertensi dalam keluarga.

4
Riwayat Kebiasaan:
Rokok (-)
Alkohol (-)

3. Riwayat Pekerjaan
a. Jenis pekerjaan :

Jenis Pekerjaan Bahan / material yang Tempat Kerja Masa


digunakan Kerja

1.Kenek tukang Batu bata, semen, batu, pasir Tergantung 5 tahun


batu lokasi, biasanya
di sekitar
kampungnya

2.Tukang sayur di -Karung besar berisi sayuran Pasar berjarak 10 15 tahun


pasar menit berjalan
-Tali pengikat sayur
kaki dari rumah

b. Uraian tugas/pekerjaan sekarang:


o Pasien mulai berjalan kaki ke pasar jam 5 pagi, diperlukan waktu sekitar 10
menit untuk sampai ke pasar menurunkan karung-karung berisi sayuran
dari atas truk. Berat karung tersebut sekitar 30 40 kg, dan biasanya terdapat
sekitar 4 5 karung kemudian karung sayuran tersebut di bawa ke tempat
berjualan yang berjarak sekitar 150 meter dari tempat truk berhenti
selanjutnya sayuran tersebut dibagi-bagi dan diikat satu persatu kemudian
sayuran dijual kepada para pembeli kegiatan berjualan dilakukan sampai
sekitar jam 11 siang. Selama melayani pembeli, pasien dalam posisi berdiri.
o Setelah sampai di rumah, pasien istirahat tidur atau mengobrol. Tidak
mengerjakan pekerjaan apapun lagi. Pekerjaan ini dilakukan setiap hari tanpa
ada libur. Penghasilan sebagai penjual sayur hanya sekitar Rp 15 20.000,-
per hari dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga istri sering
bertengkar dengan Pasien, dan menyebabkan Pasien merasa stres dan
tertekan, sehingga berusaha mencari pekerjaan ke Jakarta.

5
4. Pemeriksaan Fisik
o Sakit ringan, CM, TD : 160/100 mmHg, Nadi : 88 x / menit, Nafas : 20 x / menit,
Suhu : afebris, BB : 65 kg, TB : 167,5 cm, BMI : 23,21
o Punggung bawah :
Inspeksi : tulang belakang tidak tampak deformitas, pergerakan dbn,
Palpasi : nyeri tekan (-), otot teraba agak tegang di area L1 5,
Perkusi : nyeri (-), Tes Laseque (-), Tes Patrick (-), Tes kontra Patrick (-),
Refleks fisiologis dbn, Refleks patologis (-)
Lain-lain : Normal

2.4 Mind Map

(P)ersonnel (E)quipment (M)aterial (E)nvironmentl


Faktor usia, Alat kerja yang Penggunaan bahan Dari Lingkungan
Masa kerja, tidak sesuai; baku yang kerja :
Pendidikan, Alat kerja yang berbahaya;
Indek masa tubuh, sudah rusak; Produk antara Faktor Fisik;
Faktor kesehatan Mesin yang sangat yang berisiko tinggi Faktor Kimiawi;
(mis : Tek. darah, bising; dsb. Faktor Ergonomi;
Gula darah, profile Perawatan Faktor Biologis;
Lipid, dsb); alat/mesin yang Faktor Psikososial
tidak sesuai,
Kebiasaan / dsb.
Perilaku

Pengendalian Faktor Risiko


di tempat kerja

Eliminasi
Substitusi
Kontrol Teknik
Kontrol Administratif
Training / Supervisi
Alat Pelindung Diri

PENYAKIT AKIBAT KERJA


(PAK)

Penanganan kasus PAK

Pekerja Sehat Lingkungan


Kerja Sehat

6
2.5 Pertanyaan
1. Sebutkan dan jelaskan bahaya potensial yang dapat terjadi pada skenario dan
bagaimana dampak pada tubuh !
2. Jelaskan etiologi, faktor risiko dan epidemiologi dari Low Back Pain!
3. Jelaskan pemeriksaan apa saja yang diperlukan pada skenario !
4. Jelaskan 7 langkah dalam mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja !
5. Jelaskan undang-undang keselamatan kerja !
6. Jelaskan hubungan pekerjaan dengan Low Back Pain !
7. Jelaskan kategori kesehatan pada pasien dan hubungannya pada penempatan kerja !
8. Jelaskan klasifikasi kelayakan kerja !
9. Jelaskan rencana penatalaksanaan!
a Promosi kesehatan
b Penatalaksanaan lingkungan kerja
10. Jelaskan prognosis pada skenario !

7
BAB III

PEMBAHASAN

1. Sebutkan dan jelaskan bahaya potensial yang dapat terjadi pada skenario dan bagaimana
dampak pada tubuh !
Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan-
gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya: terpapar
kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin), terpapar cuaca panas dan
sinar matahari langsung, intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.

Pada skenario ini pekerja memiliki potensi terpapar cuaca panas dan sinar matahari.
Ketika seseorang bekerja di lingkungan yang panas, tubuh harus membuang kelebihan
panas untuk mempertahankan suhu internal yang stabil. Berkeringat kemudian
menjadi cara kompensasi tubuh untuk membuang panas.

Jika tubuh tidak dapat membuang kelebihan panas, tubuh akan menyimpannya.
Ketika ini terjadi, suhu inti tubuh naik dan detak jantung meningkat. Sebagian tubuh
terus menyimpan panas, orang mulai kehilangan konsentrasi dan mengalami kesulitan
berfokus pada tugas pekerjaannya, mungkin menjadi mudah marah atau sakit, dan
sering kehilangan keinginan untuk minum. Tahap berikutnya yang paling sering
terjadi adalah pingsan dan bahkan kematian jika suhu tubuh orang tersebut tidak
didinginkan.

Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia
yang digunakan. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi tubuh tenaga
kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap
tubuh tenaga kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya misalnya debu, gas, uap, asap, daya acun bahan (toksisitas), dan cara
masuk ke dalam tubuh.

Pada skenario ini pekerja tersebut memiliki potensi terpapar dengan debu. Dari segi
karakter zatnya debu ini disebut debu fisik yang berasal dari debu tanah, batu,
mineral, dan fiber. Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama
dalam keadaan melayang layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia

8
melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan pernapasan, juga dapat mengganggu
kualitas daya pandang mata.

Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau bersumber pada
tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu, misalnya : TBC, Hepatitis
A/B, Aids dll maupun yang berasal dari bahan-bahan yang digunakan saat melakukan
pekerjaan.

Potensi bahaya ergonomi


- Repetitif (berulang) : pola kerja yang sama yang selalu berulang selama 15 tahun
membuat pekerja pada scenario mengalami kebosanan.
- Posisi kerja : Saat melayani pembeli, pekerja berada pada posisi berdiri dalam
waktu yang lama memungkinkan pekerja tidak mendapatkan posisi kerja yang
nyaman.
- Lifting/mengangkat beban : Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan. Pada skenario kebiasaan menurunkan karung berisi
sayuran dari truck kemudian membawanya dengan berjalan sejauh 150 meter
dapat menyebabkan sakit pinggang maupun musculoskeletal lainnya.
- Lingkungan pekerjaan yang buruk : Lingkungan pasar yang ramai, kumuh, dan
cuaca yang panas menyebabkan pekerja mengalami dehidrasi.

Potensi bahaya psikososial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan oleh
kondisi aspek-aspek psikologis keenagakerjaan yang kurang baik atau kurang
mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan
bakat, minat, kepribadian, motivasi, temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi
dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang
diperoleh, serta hubungan antara individu yang tidak harmoni dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stress akibat
kerja.

9
Potensi bahaya psikososial pada skenario :
- Kerja melewati batas waktu
Pekerja tersebut bekerja selama 6 jam sehari dan dilakukan setiap hari
memungkinkan pekerja melewati batas. Sebaiknya pekerja mengurangi hari
kerjanya untuk beristirahat.
- Organisasi
Hal ini juga berpengaruh jika pekerja tersebut mengalami masalah dengan teman
sepekerjaan atau dengan atasan bias membuat pekerja menjadi stress.
- Keluarga
Penghasilan pekerja tersebut sebagai penjual sayur tidak dapat mencukupi
kebutuhan keluarganya, sehingga membuat pekerja sering bertengkar dengan
istrinya. Masalah dalam keluarga ini dapat menciptakan stress yang bisa
berdampak pada kinerja di tempat kerja.

Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi, yang
sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai, kegiatan serta jenis
kegiatan yang dilakukan.

Potensi bahaya lifestyle


- Merokok.
- Memakai narkoba dan meminum alkohol.
- Diet yang tidak teratur.
- Pola hidup yang buruk dan kurangnya berolahraga.

Pada skenario diketahui pekerja tersebut tidak merokok dan tidak minum alkohol
yang membuat potensi bahaya ini bisa berkurang. Tetapi pekerja mempunyai pola
makan yang tidak teratur sehingga menyebabkan nyeri ulu hati berulang.

10
2. Jelaskan etiologi, faktor risiko dan epidemiologi dari Low Back Pain !
a. Etiologi

Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor mekanik
dan non-mekanik.

1. Faktor mekanik
Beberapa faktor mekanik yang berhubungan dengan kondisi LBP, misalnya
sebagai berikut.
a. Degenerasi segmen diskus, misalnya osteoartritis tulang belakang atau
stenosis tulang belakang.
b. Nyeri diskogenik tanpa gejala radikular.
c. Radikulopati struktural.
d. Fraktur vertebra segmen atau osesus.
e. Spondilosis disertai atau tanpa adanya stenosis kanal spinal.
f. Makro dan mikro ketidakstabilan spina atau ketidakstabilan ligamen
lumbosakral.
g. Ketidaksamaan panjang tungkai.
h. Lansia
2. Faktor nonmekanik
a. Sindrom neurologis
- Mielopati
- Pleksopati lumbosakral
- Miopati
- Spinal segmental
b. Gangguan sistemik
- Primer atau neoplasma metastasis
- Infeksi oseus, diskus, epidural
- Penyakit metabolik tulang termasuk osteoporosis
c. Nyeri kiriman
- Gangguan ginjal, gangguan gastrointestinal, masalah pelvis, tumor
retroperineal, aneurisma abdominal
- Masalah psikosomatik

11
Kebanyakan nyeri punggung bawah terjadi akibat gangguan muskuloskeletal dan
diperberat oleh aktivitas. Obesitas, stres dan terkadang depresi juga dapat
mengakibatkan LBP.

b. Faktor Risiko

Pasien yang memiliki satu atau lebih keadaan dibawah ini mungkin akan lebih
berisiko untuk terkena LBP.

Usia, over time, teori wear and tear dari tulang belakang dapat menyebabkan kondisi
LBP. Ini artinya orang orang dengan usia lebih dari 30-40 tahun lebih berisiko terkena
LBP dibandingkan populasi yang lebih muda. Populasi usia 30-60 tahun lebih sering
terkena kelainan yang berkaitan dengan diskus, sementara usia 60 tahun keatas lebih
cenderung menderita sakit yang berhubungan dengan osteoarthritis.

Genetik, ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa beberapa jenis kelainan spinal
memiliki komponen genetik. Seperti contohnya degenerative disc disease.

Pekerjaan, pekerjaan apapun yang mengharuskan menunduk dan mengangkat


memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menyebabkan LBP, seperti pekerja
konstruksi, kuli panggul kemudian perawat. Pekerjaan yang mengharuskan berdiri
dalam jangka waktu lama juga bisa menyebabkan penyakit ini, seperti contohnya spg,
pekerja salon, satpam penjaga pintu. Dan juga pekerjaan yang mengaruskan duduk
lama di kursi tanpa bantalan punggung yang baik juga berisiko tinggi.

c. Epidemiologi

LBP adalah penyakit yang umum diseluruh dunia dan menyebabkan


ketidakmampuan untuk bekerja dan menjadi produktif. Penyakit ini dapat menyerang
segala usia, dari anak-anak hingga lansia. Global Burden of Disease Study pada tahun
2010 mengestimastikan bahwa LBP masuk kedalam 10 penyakit tertinggi di dunia.
Cukup sulit untuk mengestimasi angka pasti dari LBP karena gejala LBP pertama kali
pada individu biasanya sudah pernah terjadi pada usia dewasa muda dan gejalanya
biasanya berulang. Prevalensi seumur hidup dari LBP pada negara industri adalah 60-
70% (prevalensi tiap tahunnya 15-45%, 5% diantaranya pada usia dewasa). Prevalensi
pada anak-anak lebih rendah daripada dewasa namun angkanya semakin meningkat.
Angka kejadian tertinggi terjadi pada usia 35-55 tahun.

12
Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah
menderita nyeri punggung, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%.
Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar
antara 3-17%.

13
3. Jelaskan pemeriksaan apa saja yang diperlukan pada skenario !

LOW BACK PAIN

Pemeriksaan Radiologi

1.Plain

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka degeneratif
pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab sudah banyak
peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi
dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk
menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis
pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum
melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada
posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri.

2. Myelografi

Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi
merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis

14
spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan
gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan
dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.

3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan
pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti
gambaran X-ray 3 dimensi.

4.MRI dapat menunjukkan


gambaran tulang belakang yang
lebih jelas daripada CT-scan. Selain
itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi. MRI dapat
menunjukkan gambaran tulang
secara sebagian sesuai dengan yang
dikehendaki. MRI dapat
memperlihatkan diskus
intervertebralis, nerves, dan jaringan
lainnya pada punggung.

5. Electro Miography ( EMG ) /


Nreve Conduction Study ( NCS )

15
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.

EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :

1. Adanya kerusakan pada saraf

2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )

3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )

4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf

5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf

Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien
dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

Pemeriksaan Laboratorium

Pungsi lumbal

Dapat diketahui warna cairan LCS, adanya kesan sumbatan / hambatan aliran LCS,
jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa. Untuk menentukan ada / tidaknya sumbatan
dilakukan tes Queckenstedt, yaitu pada waktu dilakukan pungs lumbal diperhatikan
kecepatan tetesannya, kemudian kedua V. jugularis ditekan dan diperhatikan perubahan
kecepatan tetesannya. Bila bertambah cepat dengan segera, dan waktu tekanan dilepas
kecepatan tetesan kembali seperti semula berarti tidak ada sumbatan. Bila kecepatan
bertambah dan kembalinya secara perlan lahan berarti ada sumbatan tidak total. Bila
tidak ada perubahan makin lambat tetesannya berarti sumbatannya total.

16
4. Jelaskan 7 langkah dalam mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja !

I. Diagnosa Klinis/Diagnosis Kerja


Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah penting dalam evaluasi penderita nyeri pinggang.
Penderita dibiarkan menuturkan riwayat penyakitnya dengan kata-katanya sendiri sambil
dipandu ke arah yang memungkinkan munculnya informasi penting yang diperlukan
untuk diagnosis.

Anamnesis umum
1. Usia penderita dapat membantu dalam menentukan penyebab potensial nyeri pinggang
mereka. Beberapa penyebab timbul lebih sering pada usia muda (spondilitis ankilosa,
sindrom Reiter), sedangkan yang lain pada usia lebih tua (stenosis spinal, polimialgia
reumatika).
2. Jenis kelamin juga dapat membantu. Beberapa penyakit lebih sering ditemukan pada
pria (spondiloartropati), yang lain lebih sering pada wanita (fibromialgia, osteoporosis).
Ada pula yang kekerapannya sama pada kedua jenis kelamin (inflammatory bowel
disease).

Anamnesis Nyeri
Lokasi dan lamanya nyeri membantu menentukan pertanyaan berikutnya. Nyeri
pinggang mekanik mempunyai onset yang berhubungan dengan aktifitas fisik dan
biasanya berlangsung singkat (beberapa hari sampai beberapa minggu) sedangkan nyeri
pinggang medik onsetnya lambat tanpa faktor presipitasi yang jelas dan sering
berlangsung lama (beberapa minggu sampai beberapa bulan).
Kebanyakan nyeri pinggang terbatas pada daerah lumbosakral. Nyeri radikuler ke
paha atau lutut biasanya berhubungan dengan nyeri referral dari unsur-unsur tulang
belakang (otot ligamen atau sendi apofiseal). Nyeri yang menjalar dari pinggang sampai
ke bawah lutut biasanya neurogenik dan menunjukkan kemungkinan adanya proses
patologik yang mengenai radiks saraf spinal.
Nyeri rujukkan adalah nyeri yang diproyeksikan ke organ lain, misalnya nyeri
pada sendi posterior dirasakan penderita di daerah bokong, paha bagian belakang, lutut,
sering sampai tungkai bawah tetapi jarang sampai telapak kaki. Nyeri ini bertambah kalau

17
tulang belakang digerakkan, tetapi bisa juga terus menerus, adakalanya hanya dalam
posisi tertentu nyeri bertmabha hebat.
Nyeri radikuler terjaid karena tekanan pada satu canag saraf yang ditandai dengan
penurunan sensibilitas motorik dan reflex. Kedua nyeri tadi sangat mudah dibedakan
dengan melakukan bloking pada faset dimana spasme otot segmen didapat. Bila nyeri
hilang berarti kita berhadapan dengan nyeri rujukkan dan sebaliknya.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sebagian besar anamnesis digunakan untuk mencari faktor-faktor yang
mempengaruhi nyeri. Anamnesis diarahkan kepada pemahaman tentang perkembangan
kronologis nyeri pinggang, karakteristik dan responnya terhadap pengobatan.
Di samping menilai nyeri, menemukan faktor-faktor yang memperberat atau
memperingan nyeri sangat membantu menentukan sumber keluhan.
Awalnya tanyakan kapan muncul nyeri ? apakah saat bekerja atau dalam kondisi
lain ? Tanyakan hubungan nyeri dengan posisi tubuh dan kegiatan fisik ; misal nya nyeri
rupture diskus intervertebralis lebih bertambah bila penderita membungkuk, bersin, atau
batuk, atau lebih nyeri pada posisi duduk bila dibandingkan dengan berdiri ; sedangkan
nyeri dari tumor spinal cord lebih nyeri pada saat berbaring daripada duduk.
Yang bersifat khas, gangguan mekanik bertambah berat bila melakukan aktifitas,
termasuk duduk atau berdiri dalam jangka waktu lama, serta membaik jika berbaring.
Peninggian tekanan cairan serebrospinal akibat batuk atau bersin mengakibatkan
eksaserbasi nyeri radikuler pada penderita dengan HNP. Gerakan yang tiba-tiba dapat
menyebabkan kontraksi refleks otot paraspinal tanpa penjalaran nyeri ke tungkai bawah.
Beratnya nyeri dapat diukur dengan berbagai cara. Penderita mungkin
menceritakan bagaimana rasa nyerinya telah mempengaruhi aktifitasnya sehari-hari.
Contoh lain ialah dengan rnenggunakan Visual Analogue Scale (VAS). Ada yang
rnenggunakan diagram nyeri; penderita diminta mengisi diagram yang menggambarkan
tempat, kualitas dan beratnya yang menggambarkan tempat, kualitas dan beratnya nyeri.
Diagram nyeri ini membantu pencatatan luas daerah nyeri dan respon terhadap
pengobatan. Bila nyeri muncul saat istirahat, pikirkan kemungkinan tumor di daerah
vertebra.

18
Riwayat Keluarga Dan Sosial
Sebagai tambahan terhadap riwayat penyakit sekarang, riwayat keluarga dan
riwayat sosial dapat membantu mengungkapkan kelainan yang merupakan dasar nyeri
pinggang yang diderita sekarang; mungkin terdapat faktor predisposisi familial. Salah
satu contoh penting ialah sekelompok penyakit yang menyebabkan spondiloartropati.
Faktor etnispun dapat merupakan predisposisi terhadap penyakit tertentu, misalnya wanita
kulit putih dari Eropa Utara mempunyai risiko besar menderita osteoporosis. Kelainan
mekanik seperti HNP dan stenosis spinal mungkin mempunyai predileksi keluarga.
Pekerjaan dan riwayat sosial penting untuk mengidentifikasi penderita-penderita
yang mempunyai risiko mengalami nyeri pinggang mekanik. Hubungan kerja dengan
onset nyeri penting dalam menentukan ganti rugi.
Kebiasaan sosial juga perlu diketahui, terutama yang berkaitan dengan rokok,
alkohol dan penggunaan obat-obat tertentu/terlarang. Merokok merupakan faktor risiko
yang independen pada nyeri pinggang. Penggunaan alkohol yang berlebihan berkaitan
dengan osteoporosis, sedangkan obat-obat tertentu dapat menyebabkan imunosupresi dan
predisposisi terhadap infeksi.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit dahulu dan anamnesis sistem perlu ditinjau secara singkat.
Biasanya tidak banyak informasi yang dapat membantu. Meskipun demikian, pada
penderita nyeri pinggang medik dapat diperoleh data yang berharga. Riwayat penyakit
dahulu seperti keganasan, artritis atau penyakit tulang metabolik sangat membantu. Data
dari anamnesis sistem dapat mengidentifikasi penderita yang mempunyai penyakit
sistemik yang menyebabkan nyeri pinggang sekarang, tetapi tidak menyadari hubungan
antara keduanya (misalnya ruam kulit dengan spondiloartropati).

Riwayat Pekerjaan :
Perlu ditanyakan pekerjaan pasien. Apakah ada hubungan gejala dengan pekerjaan
nya sekarang Pekerjaan yang paling sering menimbulkan keluhan Low Back Pain :
1. Mengangkat dan atau memutar sambil memegang benda berat (misalnya, kotak, anak,
penduduk panti jompo
2. Operasi mesin yang bergetar
3. Duduk lama (misalnya, mengemudi truk jarak jauh , patroli polisi
4. Keterlibatan dalam tabrakan kendaraan bermotor

19
5. Riwayat jatuh

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan
menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus. Gerakan
aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga
bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang
sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita adalah adanya keterbatasan
gerak pada salah satu sisi atau arah.
Posisi berdiri.
Perhatikan cara penderita berjalan, berdiri dan sikap berdirinya. Perhatikan bagian
belakang tubuh, apakah ada deformitas, kelainan anatomik tulang belakang, pelvis yang
miring / tulang panggul yang tidak simetris, dan adanya atrofi otot. Derajat gerakan
(Range of Motion ROM) harus diperhatikan dan diperiksa. Palpasi dilakukan untuk
mencari trigger zone, lokasi nyeri, dan lainnya.
Posisi duduk.
Harus diperhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya, serta harus diamati bagian
belakang tubuhnya.
Posisi berbaring.
Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya. Dilakukan pengukuran
panjang ekstremitas inferior. Pemeriksaan abdomen, rektal, dan urogenital dilakukan
untuk mencari kemungkinan penyebab lain dari nyeri.

Pemeriksaan Fisik Khusus / Neurologis.


Pemeriksaan neurologis ini dilakukan untuk mengetahui adakah kelainan neurologis yang
berperan dalam kejadian NPB ini.
Tanda rangsangan saraf Tes Laseque (Straight Leg Raise) - Walking on the toes -
Walking on the heels Squatting.

Tanda Laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya ketegangan pada
saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda Laseque dilakukan dengan fleksi

20
pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 900 lalu dengan perlahan-lahan dan
graduil dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai
pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam
keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut
dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain
semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler. Cara laseque yang
menimbulkan nyeri pada tungkai kontra lateral merupakan tanda kemungkinan herniasi
diskus.
Pemeriksaan motorik & sensorik.
Pemeriksaan motorik harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan
miotom yang mempersarafinya.
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan perhatian dari
penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti diagnostiknya dalam membantu
menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih
bermakna dalam menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.
Pemeriksaan refleks.
Refleks yang menurun atau menghilang secara simetris tidak begitu berguna pada
diagnosis LBP dan juga tidak dapat dipakai untuk melokalisasi level kelainan, kecuali
pada sindroma kauda ekuina atau adanya neuropati yang bersamaan.
Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4 dan
kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).Dari
pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang berupa UMN atau LMN.

Berdasarkan Skenario, setelah dilakukan anamnesis, ditemukan bahwa pasien


mengalami nyeri pada daerah sekitar pinggang, tidak menjalar, tidak ada gangguan
gerakan, dan nyeri muncul setelah bekerja (mengangkat batu bata, semen, dan keranjang
sayuran yang berta). Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien dalam keadaan sakit
ringan, menderita hipertensi grade II (160/100 mmHg), nadi 88 kali per menit, frekuensi
napas 20 kali per menit, suhu afebris, BB 65 kg, TB 167,5 cm, BMI 23.21.
Pada inspeksi ditemukan tulang belakang tidak tampak deformitas, tidak ada nyeri tekan,

21
otot teraba agak tegang di area L1-L5, pemeriksaan neurologi khusus hasilnya negative,
dan lain-lainnya dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis kerjanya adalah Simple Low
Back Pain, dengan Hipertensi grade II, dan dispepsia (akibat obat).

II. Identifikasi Paparan Potensi Risiko

Deskripsi Pekerjaan
Nyeri punggung bagian bawah ditemukan pada pekerjaan dengan tuntutan
fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap badan statis dalam waktu lama, pekerjaan
yang terutama membutuhkan posisi sikap badan bungkuk, dan pekerjaan
mendadak tak terduga menerima beban kerja fisik berat (Andersson, 1979).
Faktor pekerjaan selain beban mekanis tulang belakang juga penting. Ketegangan
fisik yang lebih ringan tapi membosankan dan repetitif (pekerjaan ban berjalan)
dan pekerjaan yang melibatkan getaran (mengendarai kendaraan dan
mengoperasikan alat bertenaga) dikaitkan dengan meningkatnya pelaporan nyeri
punggung.
Pada skenario, pekerjaan pasien memerlukan tenaga fisik yang cukup besar.
Pasien mengangkat beban dengan berat 30-40 kg, dan dilakukan secara berulang
(repetitive). Selain mengangkat beban berat, selama bekerja pasien juga selalu
dalam keadaan berdiri. Pasien berjalan kaki ke pasar jam 5 pagi selama 10 menit,
kemuduan menurunkan karung-karung berisi sayuran dengan berat 30-40 kg,
biasanya sekitar 4-5 karung, kemudian karung tersebut dibawa ke tempat
berjualan sejauh 150 meter, selanjutnya sayuran tersebut dibagikan dan diikat
satu per satu, kemudian sayuran dijual kepada para pembeli, kegiatan dilakukan
sampai sekitar jam 11 siang. Selama melayani pembeli, pasien dalam posisi
berdiri.
Lamanya Melakukan Pekerjaan
Pasien telah menjalani pekerjaan sebagai tukang sayur di pasar selama 15 tahun.
Pekerjaan ini dilakukan setiap hari tanpa ada hari libur. Selain itu pasien juga
merupakan kenek tukang batu selama 5 tahun.
Bahan/material yang digunakan
Sebagai kenek tukang batu,bahan yang digunakan adalah batu bata, semen, batu,
dan pasir. Pasir memiliki unsur utama silica, yang dapat menyebabkan gangguan

22
pada paru-paru. Sedangkan sebagai tukang sayur bahan yang digunakan adalah
karung berisi sayuran dan tali pengikat sayur.
Pola waktu terjadinya gejala
Nyeri, kaku, dan pegal pada pinggang biasanya timbul setelah kelelahan akibat
bekerja (sejak sekitar 2 tahun yang lalu).
Nyeri ulu hati timbul jika makan tidak teratur dan memberat setelah
mengkonsumsi obat puyer sakit kepala (sejak 3-4 tahun yang lalu dan memberat
sejak 2 hari yang lalu).

III. Hubungan Paparan Potensi Risiko dengan Gangguan yang


dialami.
Berdasarkan teori di atas dan kondisi pasien sekarang yang bekerja sebagai kenek tukang
batu dan tukang sayur di pasar, maka dapat disimpulkan adanya pajanan berupa
1. Kerja yang monoton dan pada posisi yang sama terus menerus. Misal saat karung
sayuran yang berat.
2. Sikap badan waktu kerja yang salah seperti mengangkat karung berisi sayuran dalam
posisi yang tidak bertumpu pada lutut melainkan pada pinggang.
3. Ukuran barang, tempat pegangan dan titik berat barang waktu diangkat Kemungkinan
karena karung berisi sayuran yang diangkat yang terlalu berat (30-40 kg).
4. Jarak dari rumah ke pasar yang ditempuh dengan berjalan kaki selama 10 menit, dan
jarak dari tempat truk berhenti ke tempat berjualan yang berjarak 150 meter yang
ditempuh sambal mengangkat beban karung sayuran yang berat.
5. Pekerjaan sudah dilakukan selama 15 tahun, setiap hari tanpa ada hari libur,
menunjukkan besarnya pajanan atau paparan.

IV. Evaluasi Dosis Paparan


Batasan legal adalah batasan berat beban yang ditetapkan secara sah oleh suatu lembaga
atau negara. Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan suasana kerja yang aman dan
sehat. Batasan-batasan angkat ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu
pada tulang belakang. Batasan angkat ini juga mengurangi ketidaknyamanan kerja pada
tulang belakang.

23
Batasan angkat di Indonesia ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Transmigrasi dan Koperasi No. PER.01/Men/1978 tentang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dalam bidang Penebangan dan Pengangkutan Kayu

Menurut kepustakaan, berat beban yang diangkat pasien yaitu 30-40 kg melebihi beban
angka yang dianjurkan untuk pekerjaan berulang (terus-menerus), dan pekerjaan ini telah
dilakukan selama 15 tahun tanpa ada hari libur.

V. Peranan Faktor Individu dalam P.A.K

Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prevalensi nyeri punggung dengan
bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Data menunjukkan bahwa
kelompok yang rentan terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi cenderung
pada kelompok usia 31-40, penemuan yang sama pada penelitian nyeri punggung
bawah lain (Rowe, 1969; Snook, 1978).

Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sarna banyak (Andersson, 1979; Nachemson, 1976). Ber-
dasarkan data kompensasi pekerja, pria dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua
klaim kompensasi punggung (Klein dkk., 1984; Snook, 1978). Secara keseluruhan,
wanita lebih sedikit mengalami cedera dibandingkan pria tapi wanita cenderung
mempunyai peluang yang bertambah untuk mengajukan klaim dan menjadi penagih

24
kompensasi cedera yang mahal (Bigos, 1986b).

Kebugaran Jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko
mengalami cedera punggung. Cady dkk., (1979) dalarn sebuah penelitian
prospektif terhadap 1.652 pemadam kebakaran melaporkan frekuensi cedera yang
dialami kelompok pekerja yang kurang bugar sebanyak sepuluh kali lipat lebih
tinggi dibandingkan kelompok pekerja yang sebagian paling bugar. Mereka
mengambil kesimpulan bahwa kebugaran jasmani dan penyesuaian berperan
dalam mencegah terjadinya cedera punggung. Tinggi dan berat badan mungkin
tidak penting (Andersson, 1979; Bigos, 1986) walaupun ada laporan penelitian
yang menyatakan bahwa bertambahnya tinggi badan dan berat badan yang
berlebih membuat seseorang menjadi lebih rentan pada gejala punggung (Kelsey
1988).
Pasien pada skenario memiliki indeks masa tubuh 23.21 sehingga memiliki risiko
kelebihan berat badan. Pasien juga mengalami hipertensi derajat II (160-100 mmHg).

Kesalahan Posisi dalam Mengangkat Beban

Mengangkat dan memindahkan yang baik harus memenuhi dua prinsip menurut
(Sumamur P.K, 1998:25) yaitu :

1. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak mungkin tulang
belakang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.

2. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis diatas kegiatan mengangkut dan memindahkan
harus dilakukan sebagai berikut :

1. Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan memegang
hanya dengan beberapa jari dapat menyebabkan ketegangan statis lokal pada jari tersebut.

2. Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan dalam posisi lurus. Fleksi pada
lengan untuk mengangkut dan mengangkat menyebabkan ketegangan otot statis yang
melelahkan

25
3. Punggung harus lurus, jangan membungkuk karena dapat menyebabkan otot otot
pinggang merasa nyeri.

4. Dagu ditarik segera setelah kepala ditegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang diluruskan.

5. Posisi kaki dibuat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum
yang terjadi dalam posisi mengangkat.

6. Berat badan dimanfaatkan untuk menaruh dan mendorong serta gaya untuk gerakan
dan perimbangan.

7. Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui pusat
gravitasi tubuh, dengan begitu upaya yang bersifat mengimbangi berkurang dan dihindari
aktivitas otot statis yang tidak perlu.

Kemungkinan pasien tidak melakukan pengangkatan sesuai anjuran, yang dikarenakan


ketidaktahuan pasien.

VI. Peranan Faktor Lain/Faktor diluar kerja

Tingkat Pendidikan

Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai faktor


prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal lain. Korelasi ini kuat hanya
untuk kaum pria. Penjelasan yang diberikan mengenai hal ini adalah pria yang memiliki
tingkat pendidikan yang terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah lebih
mungkin melakukan pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran atau beban
lain terhadap tulang belakang. Pada skenario pendidikan terakhir pasien adalah SLTP,
sehingga dapat disimpulkan dengan rendahnya pendidikan pasien, pasien lebih mungkin
melakukan pekerjaan berat.

Faktor Psikososial

Faktor psikososial lain yang ditemukan pada pasien dengan nyeri punggung
meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan pekerjaan,
ketidakmampuan membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat operasi
punggung, dan angka Minnesota Multi-phasic Personality Inventory (MMPI) tidak

26
normal. Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau
situasi sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang lebih tinggi
(Magora, 1973; Bergenudd dan Nilsson, 1988). Berdasarkan skenario, pasien
mengaku tidak puas dengan pekerjannya, penghasilannya tidak cukup untuk
mencukupi kebutuhan keluarganya, sehingga sering bertengkar dengan istri dan
menyebabkan pasien merasa stress dan tertekan. Selain itu, pekerjaanini juga
dilakukan setiap hari tanpa ada hari libur.

Pekerjaan Lain

Pada skenario, pasien memiliki pekerjaan lain selain sebagai tukang sayur, yaitu sebagai
kenek tukang batu selama 5 tahun.

VII. Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Berdasarka pada skenario, diagnosis okupasi berdasarkan ICD 10 adalah ICD 10 M 54.5
Low back pain et causa bekerja tidak ergonomis.

27
5. Jelaskan undang-undang keselamatan kerja !

KESELAMATAN KERJA
Undang-undang Nomor I Tahun 1970
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :
a. bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional
b. bahwa setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja terjamin pula keselamatannya
c. bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien
d. bahwa berhubung dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk membina norma-
norma perlindungan kerja;
e. bahwa pembinaan norma-norma itu perlu diwujudkan dalam Undang-undang yang
memuat ketentuan-ketentuan umum tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Industrialisasi. teknik dan teknologi

Mengingat :
1. Pasal-pasal 5.20 dan 27 Undang-undang Dasar 1945;
2. Pasal-pasal 9 dan 10 Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1969 Nomor 35, Tambahan Lembaran negara Nomor 2912).

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong;

MEMUTUSKAN:

1. Mencabut:
Veiligheidsreglement tahun 1910 (Stbl. No.406).
2. Menetapkan :
Undang-undang Tentang Keselamatan Kerja

28
BAB I
Tentang Istilah-istilah
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan :
(1) Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya
sebagaimana diperinci dalam pasal 2.
(2) Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian yang dengan tempat kerja tersebut.
(3) Pengurus ialah orang yang mempunyai tugas pemimpin langsung sesuatu tempat kerja
atau bagiannya yang berdiri sendiri.
(4) Pengusaha ialah :
a. orang atau badan hukum yang menjalankan seseuatu usaha milik sendiri dan untuk
keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan
miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;
c. orang atau badan hukum yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum
termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang diwakili berkedudukan di luar Indonesia.
(5) Direktur ialah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan
Undang-undang ini.
(6) Pegawai Pengawas ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga
Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.

(7) Ahli Keselamatan Kerja ialah tenaga tehnis yang berkeahlian khusus dari luar
Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi
ditaatinya Undang-undang ini.

BAB II
Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja,
baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang
berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

29
(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :
a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat perkakas, peralatan
atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau
peledakan;
b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan bahan
atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan
infeksi, bersuhu tinggi;
c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran, atau
terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan
persiapan;?
d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;???
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam atau bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik di permukaan atau di
dalam bumi, maupun di dasar perairan;
f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di daratan, melalui
terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di udara;
g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau
gudang;
h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan;
j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;
l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah;
o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;
p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian)
yang menggunakan alat tehnis;
q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik,

30
gas, minyak atau air;
r. diputar pilem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja ruangan-ruangan
atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan
yang bekerja dan atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah
perincian tersebut dalam ayat (2).

BAB III
Syarat-syarat Keselamatan Kerja
Pasal 3
(1) Dengan peraturan perundangan-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja
untuk:
a. mencegah dan mengurangi kecela- kaan;
b. mencegah, mengurangi dan memadam kan kebakaran;
c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
e. memberi pertolongan pada kecelakaan;
f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;
h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi dan penularan;
i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya;
n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;
o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;

31
q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. menyeseuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
(2) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-
pendapatan baru di kemudian hari.

Pasal 4
(1) Dengan peraturan perundang-undangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam
perecanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan,
pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis
dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
(2) Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan
ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang
konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan,
pengujian, dan pengesahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda
pengenal atas bahan, barang, produksi teknis dan aparat produksi guna menjamin
keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan
keselamatan umum.
(3) Dengan peraturan perundangan dapat dirobah perincian seperti tersebut dalam ayat (1)
dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi
dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.

BAB IV
Pengawasan
Pasal 5
(1) Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini, sedangkan para
pegawai pengawas kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap
ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.
Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam
melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 6
(1) Barangsiapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan

32
banding kepada Panitia Banding.
(2) Tata-cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-
lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
(3) Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.

Pasal 7
Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi
menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.

Pasal 8
(1) Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
(2) Pengurus diwajibkan memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya,
secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
(3) Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.

BAB V
Pembinaan
Pasal 9
(1) Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam tempat
kerjanya;
b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat
kerjanya;
c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;
d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin
bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.
(1) Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada
di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran
serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan
pertama dalam kecelakaan.
(2) Pengurusa diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-

33
ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.

BAB VI
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 10
(1) Menteri Tenaga Kerja berwenang membentuk Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja
guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari
pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja,
dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.
(2) Susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

BAB VII
Kecelakaan
Pasal 11
(1) Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
(2) Tata-cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat
diatur dengan peraturan perundangan.

BAB VIII
Kewajiban dan Hak Kerja
Pasal 12
Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk:
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja;
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agas dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan yang
diwajibkan;
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan di mana syarat keselamatan dan kesehatan

34
kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam
hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih
dapat dipertanggung-jawabkan.

BAB IX
Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja
Pasal 13
Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk
keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.

BAB X
Kewajiban Pengurus
Pasal 14
Pengurus diwajibkan :
a. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat
keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat
yang mudah dilihat dan terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
kesehatan kerja;
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;
c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada
tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain
yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

BAB XI
Ketentuan-kententuan Penutup
Pasal 15
(1) Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan
peraturan perundangan.
(2) Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau

35
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (Seratus ribu rupiah).
Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.

Pasal 16
Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-
undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang
ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-
undang ini.

Pasal 17
Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini
belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu
Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-undang ini.

Pasal 18
Undang-undang ini disebut Undang-undang Keselamatan Kerja dan mulai berlaku pada
hari diundangkannya.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

36
6. Jelaskan hubungan pekerjaan dengan Low Back Pain !

Low Back Pain karena Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utama LBP.
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan
spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung
sehingga menimbulkan nyeri. Pada low back pain yang disebabkan karena trauma, dapat
ditemukan beberapa keadaan, seperti:

Perubahan pada sendi Sacro-Iliaca


Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-iliaca adalah rasa nyeri pada os
sacrum akibat adanya penekanan. Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi
supine.
Perubahan pada sendi Lumba sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra lumbal V dan sacrum, dan
dapat menyebabkan robekan ligamen atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan
nyeri yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat menyebabkan
keterbatasan gerak

Pekerjaan yang rentan terkena Low back pain (LBP) seperti pekerjaan mengangkat,
membawa, menarik atau mendorong beban berat atau bahkan melakukan pekerjaan
dengan posisi tubuh yang tidak alami/dipaksakan. Faktor pekerjaan berkontribusi pada
terjadinya cedera otot akibat bekerja. Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa
menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh :

a. Postur tubuh
Postur tubuh pada saat melakukan pekerjaan yang menyimpang dari posisi normal
ditambah dengan gerakan berulang akan meningkatkan risiko terjadinya low back
pain (LBP).

b. Repetisi
Pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Kekuatan beban dapat
menyebabkan peregangan otot dan ligamen serta tekanan pada tulang dan sendi
sendi sehingga terjadi kerusakan mekanik badan vertebra, diskus invertebralis , dan
ligamen,. Kerusakan karena beban berat secara tiba tiba atau kelelahan akibat
mengangkat beban berat yang dilakakn secara berulang ulang. Mikrotrauma yang
berulang dapat menyebabkan degenerasi tulang punggung daerah lumbal.
37
c. Pekerjaan statis (static exertions)
Pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam
bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Postur tubuh yang statis dapat
meningkatkan risiko yang berhubungan dengan menurunnya sirkulasi darah dan
nutrisi pada jaringan otot. Bergerak sangat diperlukan untuk pemberian nutrisi kepada
diskus, sehingga pekerjaan statis dapat mengurangi nutrisi tersebut. Selain itu
pekerjaan statis menyebabkan peregangan otot dan ligament daerah punggung, hal ini
merupakan faktor resiko timbulnya low back pain (LBP).

d. Pekerjaan yang membutuhkan tenaga (forceful exertions)


Pekerjaan atau gerakan yang menggunakan tenaga besar akan memberikan beban
mekanik yang besar terhadap otot, tendon, ligamen, dan sendi. Beban yang berat akan
menyebabkan iritasi, inflamasi, kelelahan otot, kerusakan otot, tendon, dan jaringan
lainnya.

38
7. Jelaskan kategori kesehatan pada pasien dan hubungannya pada penempatan kerja !
Kategori kesehatan :
a. Kesehatan baik
b. Kesehatan cukup baik dengan kelainan yang dapat dipulihkan
c. Kemampuan fisik terbatas untuk pekerjaan tertentu
d. Tidak fit dan tidak aman untuk semua pekerjaan

Kategori kesehatan yang ada pada skenario Low Back Pain ini adalah masuk pada
kategori kesehatan B (kesehatan cukup baik dengan kelaianan yang dapat dipulihkan),
karena pada skenario sendiri dijelaskan bahwa pasien dengan keluhan nyeri pinggang
yang tidak menjalar, hanya di daerah sekitar pinggang, terasa kaku, dan pegal saja, serta
tidak ada gangguan dalam melakukan suatu gerakan yang mana dapat disimpulakn bahwa
pasien ini tidak termasuk pada kategori kesehatan C (kemampuan fisik terbatas untuk
pekerjaan tertentu) karena pada pasien sendiri kemampuan fisiknya tidak terbatas. Dan
ada pula informasi yang didapatkan pada kasus skenario bahwa nyeri pungggung akan
berkurang atau hilang apabila dengan istirahat atau bila tidak dengan mengkonsumsi
neorhemacyl atau jamu pegal linu.

Dan untuk gejala lain seperti nyeri ulu hati ini bisa disembuhkan apabila diagnosis
sudah tetap dan bisa ditatakalsana dengan baik begitu pula dengan gejala batuk dan
hipertensi. Namun keadaan kategori fisik bisa berubah apabila tidak ditatalaksana dengan
baik dan tepat maka tidak dipungkiri bahwa pasien akan masuk pada kategori kesehatan
yang lebih serius.

Untuk hubungan pada penempatan pekerjaan mungkin pasien bisa diberikan


informasi dari berbagai resiko yang akan dialaminya apabila tetap menjalani pekerjaan
yang sekarang sedang pasien jalani, selain itu pula ditinjau dari usia pasien yang masuk
pada usia yang tidak terlalu produktif lagi dan penghasilan yang didapat kurang
memuaskan sehingga menyebakan pasien stress dan tertekan. Sehingga disarankan
kepada pasien untuk beralih pekerjaan yang tidak menanggung banyak resiko pada
kondisi kesehatan yang pasien alami saat ini. Namun, apabila pasien bersikeras untuk
tetap menjalani pekerjaan yang dia jalani sekarang maka kita edukasi saja dengan
pemberian pengarahan seperti mengurangi beban karung yang ia angkat dan
menyuruhnya untuk duduk saja ketika berjaualan.

39
8. Jelaskan klasifikasi kelayakan kerja !

Fitness to Work (Kelayakan Kerja)

Fitness to work berhubungan terhadap proses jaminan bahwa individu dapat melengkapi
keamanan bertugas dan tanpa mendapatkan risiko kepada diri mereka sendiri, lingkungan
tempat mereka bekerja (perusahaan) atau pihak ketiga.

Penetapan medis dan rekomendasi harus menjawab pertanyaan berikut:

a. Apakah pekerja yang bersangkutan (aspek medis) mampu melaksanakan pekerjaan


tersebut?
b. Apakah pekerjaan tersebut membuat si pekerja menjadi berisiko terganggu
kesehatannya?
c. Apakah membiarkan pekerja tersebut melaksanakan pekerjaannya akan
menimbulkan risiko bagi pekerja lain atau masyarakat di sekitarnya?
Pada dasarnya, penetapan medis akan jatuh ke dalam tiga kemungkinan kategori utama:

a. Memenuhi persyaratan. (Qualified)


b. Memenuhi persyaratan dengan keterbatasan. (Qualified w/ Restriction)
c. Tidak memenuhi persyaratan. (Not Qualified)2
Namun dalam keseharian banyak hal yang perlu diakomodir, sehingga penetapan medis
dibagi atas lima kategori. Kategori yang dimaksud sebagai berikut:

a. Fit to work / fit untuk segala jenis pekerjaan


b. Fit with restriction / fit dengan keterbatasan pada kondisi tertentu.
c. Temporarily until to work / unfit untuk sementara. Biasanya diikuti dengan evaluasi
ulang.
d. Unfit for specific occupation / unfit untuk jabatan tertentu.
e. Unfit to work / tidak mampu bekerja.

TAMBAHAN:

Prinsip Proses Kelayakan Kerja

a. Program harus berdasarkan penilaian risiko kerja.


b. Program dibuat untuk menyesuaikan antara kesehatan pekerja dengan persyaratan
pekerjaan.
c. Setiap tes kapasitas fungsional atau pemeriksaan medis harus berhubungan dengan
penilaian kesesuaian untuk pekerjaan atau tugas.
d. Tes dan pemeriksaan harus menghasilkan hasil berulang dan konsisten.
e. Tes dan pemeriksaan harus berlaku untuk semua orang yang diwajibkan untuk
melakukan pekerjaan tersebut.
f. Tes dan pemeriksaan yang diperlukan untuk menentukan pilihan kontrol yang wajib,
tidak opsional (berbeda dengan tes atau proses yang berhubungan dengan promosi
kesehatan).

40
g. Tes dan pemeriksaan harus legal di Negara tersebut yang menerapkannya. Semua tes
kapasitas kerja atau pemeriksaan medis harus aman.
Desain proses kelayakan kerja yang baik akan mengurangi risiko dan kekurangan, serta
akan menentukan apakah pekerja mampu melakukan tugas yang berikan. Di waktu yang
sama, proses desain yang baik akan menghindari pemborosan, diskriminasi, sesuatu yang
tidak penting dan pengecualian yang tidak pantas individu dari pekerjaan yang mereka
bisa melaksanakan dengan aman dan produktif.

41
9. Jelaskan rencana penatalaksanaan!
a. Promosi kesehatan

Promosi Kesehatan pada pasien untuk kedepannya jika pasien melanjutkan


pekerjaannya sebagai tukang sayur:

1. Apabila perjalanan dari rumah ke pasar memerlukan waktu yang cukup lama
atau jarak yang terlalu jauh sebaiknya pasien bekerja menggunakan
kendaraan seperti sepeda
2. Faktor yang sangat kuat untuk terjadinya LPB yaitu pada saat pasien
mengangkat karung yang berat berulang kali dengan jarak yang tidak dekat,
seharusnya membawa karung menggunakan alat pembantu misalnya seperti
keranjang/tempat yang menggunakan roda sehingga pasien lebih mudah
membawa karungnya dan mengurangi kejadian LBP
3. Pada saat berjualan sayur dipasar lebih baik pasien tidak berdiri terlalu lama,
atau bisa berselingan dengan duduk.
4. Pada saat pulang ke rumah, pasien di sarankan untuk beristirhat, makan
makanan yang sehat, dan meminum vitamin agar kesehatan pasien terjaga
karena pekerjaan dilakukan berulang-ulang setiap harinya.
5. Selain itu untuk mencegah dari berbagai penyakit yang lain, pasien juga
harus melakukan PHBS (Prikalu Hidup Bersih dan Sehat) seperti membuang
sampah pada tempatnya, tidak merokok di tempat umum, menggunakan air
bersih, menggunakan masker apabila bekerja di tempat yang banyak
polusinya.

b. Lingkungan kerja
Bila memang ada faktor risiko pekerjaan terhadap timbulnya LBP di tempat kerja,
maka perlu dilakukan upaya kontrol. Upaya ini dapat meliputi pengadaan mesin
pengangkat, ban berjalan, dan sebagainya. Adanya regulasi khusus dari diri sendiri
mengenai pembatasan jumlah beban yang dapat diangkat oleh pekerja adalah langkah
yang baik. Demikian juga halnya dengan pembatasan waktu bekerja. Faktor risiko
individu, bila ada, juga harus dikendalikan. Misalkan kebiasan merokok. Walaupun
belum didapatkan bukti yang kuat bahwa modifikasi faktor risiko dapat mencegah
kejadian LBP, namun setidaknya dapat meningkatkan kesehatan pekerja secara
umum.

42
10. Jelaskan prognosis pada skenario !
Biasanya pasien sembuh rata-rata dalam 7 minggu. Tetapi sering dijumpai episode nyeri
berulang. Dan sebanyak 80% pasien menga-lami keterbatasan dalam derajat tertentu
selama 12 bulan, mungkin hanya 10-15% yang mengalami disabilitas berat. Status pasien
setelah 2 bulan terapi merupakan indikator untuk meramalkan status pasien pada bulan
ke-12. Penentuan faktor risiko dapat juga memperkirakan perkembangan perjalanan
penyakit low back pain ke arah kronisitas. Sehingga semakin cepat diketahui dan
ditangani faktor risiko low back painnya, maka semakin baik pula prognosis pasien.
Pada scenario, pasien memiliki prognosis yang baik jika faktor penyebab low back
painnya dapat diatasi dengan baik.

43
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

berdasarkan diskusi yang telah kelompok kami jalani seperti yang terpapar diatas maka
kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien ini menderita Low Back Pain (LBP) karena
pekerjaannya dan harus ditatalaksana baik secara medis maupun non medis dengan edukasi.

44
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Sumatera Barat: Dr. Joni Iswanto

Helmi, Zairin Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Jeyaratnam, J. Buku praktik kedokteran kerja / J. Jeyaratnam, David Koh ; alih bahasa,
Suryadi ; editor edisi bahasa Indonesia, Retna Neary Elseria Sihombing, Palupi
Widyastuti. Jakarta : EGC, 2009. 206 14
kuliah pakar Health surveilance: Dr. Abdul Baktiansyah, MKK, SpOk

Mechanical Low Back Pain. Oleh : Everett C Hills. 12 May 2011. Diunduh dari :

http://emedicine.medscape.com/article/310353-clinical.

Pemeriksaan Fisik Tulang Belakang. Dalam : Bickley, Lynn. Bates Buku Ajar

Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2009. h.511-6

Sumamur,P. K. 1998. Ergonomi untuk Produktifitas Kerja. Jakarta: CV Haji Masagung.

The global oil and gas industry association for environmental and social issues

WHO International. Priority Diseases and Reason for Inclusions: Low Back Pain

http://www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/Ch6_24LBP.pdf

Last accessed April 2016

https://www.minerba.esdm.go.id

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/48269/3/Chapter%20II.pdf

45

You might also like