Professional Documents
Culture Documents
LEUKOPLAKIA
a. Definisi
Leukoplakia adalah lesi putih keratosis berupa bercak atau plak pada mukosa
mulut yang tidak dapat diangkat dari mukosa mulut secara usapan atau kikisan.
Leukoplakia merupakan suatu istilah yang digunakan pada lesi/ plak putih yang tidak
normal yang terdapat pada membran mukosa (Rangkuti, 2007).
1
studi, penggunaan alkohol dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan iritasi
mukosa.
c. Faktor lokal yang lain.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah infeksi bakteri, penyakit
periodontal serta higienen mulut yang kurang baik, seperti kandida yang
terdapat dalam preparat histologis, leukoplakia dan sering dihubungkan dengan
leukoplakia noduler.
2. Faktor sistemik
a. Penyakit sistemik
Penyakit sistemik yang dapat menyebabkan pembentukan leukoplakia adalah
sifilis tersier, anemia hidrofenik, dan xerostomia yang diakibatkan oleh penyakit
kelenjar saliva.
b. Bahan- bahan yang diberikan secara sistemik, misalnya alkohol, obat- obat anti
metabolit, serum antilimfosit spesifik yang mampu mempermudah timbulnya
leukoplakia.
c. Defisiensi nutrisi, defisiensi vitamin A diperkirakan dapat meningkatkan
metaplasia dan keratinisasi dari susunan epitel, terutama epitel kelenjar dan
epitel mukosa respiratorius.
Perubahan patologis mukosa mulut menjadi leukoplakia terdiri dari dua tahap.
Yaitu tahap praleukoplakia dan tahap leukoplakia. Pada tahap praleukoplakia mulai
terbentuk warna plaque abu-abu tipis, bening, translusen, permukaannya halus dengan
konsistensi lunak dan datar. Tahap leukoplakia ditandai dengan pelebaran lesi ke arah
lateral dan membentuk keratin yang tebal sehingga warna menjadi lebih putih,
berfisura dan permukaan kasar sehingga mudah membedakannya dengan mukosa
sekitarnya.
(Patterson, 2004).
c. Klasifikasi
Berdasarkan bentuk klinisnya Bucket dalam Patterson (2004) menggolongkan
leukoplakia dalam 3 jenis:
1) Homogenous leukoplakia (leukoplakia kompleks)
Suatu lesi setempat atau bercak putih yang luas, memperlihatkan suatu pola
yang relatif konsisten, permukaan lesi berombak-ombak dengan pola garis-garis
halus, keriput atau papilomatous.
2
2) Nodular leukoplakia (bintik-bintik)
Suatu lesi campuran merah dan putih, dimana nodul-nodul keratotik yang kecil
tersebar pada bercak-bercak atrofik (eritroplaqueik) dari mukosa.Dua pertiga
dari kasus menunjukkan tanda-tanda displasia epitel atau karsinoma pada
pemeriksaan histopatologik.
3) Verrucous leukoplakia
Lesi putih di mulut, dimana permukaannya terpecah oleh banyak tonjolan
seperti papila yang berkeratinisasi tebal, serta menghasilkan suatu lesi pada
dorsum lidah.
d. Gambaran Klinis
Penderita leukoplakia tidak mengeluhkan rasa nyeri, tetapi lesi pada mulut
tersebut sensitif terhadap rangsangan sentuh, makanan panasm dan makanan yang
pedas. Dari pemeriksaan klinis ternayat oral leukoplakia mempunyai bermacam-
macam bentuk. Pada umumnya lesi ini sering ditemukan pada penderita dengan usia
di atas 40 tahun dan lebih banyak pada pria daripada wanita. Hal ini terjadi karena
sebagian besar pria adalah perokok berat. Lesi ini sering ditemukan pada daerah
alveolar, mukosa lidah, bibir, palatum mole dan durum, daerah dasar mulut,
ginggiva, mukosa lipatan bucal, serat mandibular alveolar rodge.
Secara klinis lesi tampak kecil, berwarna putih, terlokalisir, berbatas tegas, dan
permukaan tampak melipat. Bila dilakukan palpasi akan terasa keras, tebal,
berfisure, halus, datar atau agak menonjol. Kadang kala lesi ini dapat berwarna
seperti mutiara atau kekuningan. Pada perokok berat warna jaringan yang terkena
berwarna putih kecoklatan.
e. Gambaran Histopatologis
Pemeriksaan mikroskopis akan membantu penegakan diagnosa leukoplakia.
Bila dilakukan pemeriksaan histopatologis dan sitologis akan tampak perubahan
3
keratinisasi sel epitel terutama pada bagian superfisial. Perubahan epitel pada
gambaran leukoplakia dibagi menjadi 4 yaitu,
1. Hiperkeratosis
Proses ini ditandai dengan adanya suatu peningkatan yang abnormal dari lapisan
ortokeratin atau stratum korneum. Dengan adanya sejumlah ortokeratin pada
daerah yang normal, maka akan menyababkan daerah rongga mulut menjadi
tidak rata sehingga memudahkan terjadinya iritasi
2. Hiperparakeratosis
Suatu keadaan dimana lapisan granulanya terlihat menebal dan sangat dominan ,
sedangkan hiperkeratosis sangat jarang ditemukan walaupun dalam kasus- kasus
yang parah.
3. Akantosis
Merupakan suatu penebalan dan perubahan yang abnormal dari lapisan
spinosum pada suatu tempat tertentu yang kemudian berlanjut disertai
pemanjangan, penebalan serta penumpukan dan penggabungan dari retepeg.
4. Diskeratosis atau displasia
Merupakan suatu perubahan sel dewasa ke arah kemunduran, yang mana perubahan
tersebut menandakan suatu pra-ganas. Kriteria yang digunakan untuk mendiagnosa
displasia epitel : keratinisasi sel-sel secara individu, adanya pembentukan epithel
pearls pada lapisan spinosum, perubahan perbandinagn inti sel dengan sitoplasma,
hilangnya polaritas dan disorientasi dari sel, adanya hiperkromatik, adanya
pembesaran intisel atau nukleus.
f. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis lengkap, pemeriksaan
klinis rutin yang teliti (bentuk morfologi lesi, warna, predileksi tempat dan
perubahan-perubahan serta perbedaan-perbedaan dengan jaringan sekitar) dan yang
terakhir dengan pemeriksaan biopsi.
a. Anamnesis
Anamnesis meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, kesehatan umum, kebiasaan
sehari-hari misalnya merokok, minum alkohol, mengunyah sirih dan menyuntil
tembakau. Dahulu, penderita leukoplakia didominasi oleh usia lanjut akibat
penurunan daya tahan tubuh. Namun sekarang lebih didominasi oleh usia muda
akibat konsumsi rokok. Frekuensi penderita pria dan wanita adalah seimbang
karena sudah banyak wanita yang merokok.
4
b. Gambaran Klinis
Pada keadaan awal, lesi tidak terasa pada perabaan, agak bening dan putih
keruh. Selanjutnya plaque meninggi dengan tipe yang berkembang tidak teratur.
Lesi berwarna putih kabur. Kemudian lesi menjadi tebal, berwarna putih,
menunjukkan anya pengerasan, membentuk fisura-fisura dan terakhir adalah
pembentukan ulser.Gambaran klinis leukoplakia bentuk homogen (kecuali yang
didasar mulut) cenderung mempunyai risiko displasia rendah, namun nodular,
speckled dan erosiva mempunyai risiko tinggi, khususnya jika mempunyai
displasia berat. Bentuk-bentuk lesi leukoplakia yang kemudian berubah menjadi
ganas adalah bentuk verukosa dan bentuk nodular.
c. Pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan morfologi sel atau jaringan pada sediaan mikroskop dengan
pewarnaan rutin Hematoksilin-Eosin (HE).
d. Pemeriksaan sitologik eksfoliatif
Digunakan untuk menegakkan diagnosis keganasan. Pemeriksaan sitologik
eksfoliatif memiliki kelebihan yaitu dapat mendeteksi keadaan keganasan sedini
mungkin dan merupakan kontrol pada false negatif biopsi serta menghindari
biopsi yang tidak perlu. Faktor yang mempengaruhi ketepatan pemeriksaan
adalah lokasi dan jenis lesi, ketebalan lapisan keratin atau keadaan
hiperkeratotik akan menyebabkan sel-sel yang mengalami diskeratosis sulit
untuk ikut teridentifikasi karena tersembunyi. (Amin, 2010).
g. Terapi
Perawatan dan pencegahan yang paling pas adalah mengurangi atau
menjauhi faktor-faktor penyebabnya, seperti berhenti merokok atau konsumsi
alkohol. Ketika ini cara itu sudah ditempuh dan tidak efektif atau menunjukkan
tanda-tanda awal kanker, kemungkinan untuk menyembuhkannya dengan operasi
atau laser untuk menghancurkan sel-sel kanker (Amin, 2010; Medineplus, 2012).
5
DAFTAR PUSTAKA
6
8