Professional Documents
Culture Documents
ANGKATAN KE - 1
KELOMPOK 1
1. Befridita Ayu N
2. Fahzrin Perwitasari
3. Fikry Eswara A
4. Jesslyn
5. Layalia Qodri
6. Salma Resti A
7. Hamdani Rachman
8. Hendra Rizki N
9. M.Cholid Qori I
PENYELENGGARA
C. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Kerja Praktek Lapangan ini adalah:
1) K3 Secara Umum (Safety induction kepada pekerja,
mitra/subkontraktor, pengunjung/tamu; Rambu/marka/safety sign; Alat
Pelindung diri (APD); Prosedur Kerja (SOP), JSA; K3 secara Umum,
safety induction, tata letak, rambu-rambu safety, pemakaian APD,
gudang, dll)
2) Kelembagaan dan Keahlian K3 (P2K3, PJK3; Organisasi; Pengesahan
P2K3; Program Kerja; Ahli K3)
1
3) Penerapan SMK3 (Kebijakan dan komitmen K3; Tingkat penerapan
SMK3; Audit SMK3; Penghargaan K3 (zero accident award, sertifikat
SMK3)
D. Dasar Hukum
1) Dasar Hukum K3 Secara Umum
a. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
b. Permenaker 8 tahun 2010 Tentang Alat Pelindung Diri
2) Dasar Hukum Kelembagaan dan Keahlian K3
a. Undang Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 10 ayat (1) & (2)
b. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 125/Men/1984 tentang
Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah (DK3W) dan Panitia Pembinaan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
c. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 04/Men/1987 tentang
Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta
Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(AK3).
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.04/Men/1995 tentang
Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PJK3).
e. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.02/Men/1992 tentang Tata
Cara Penunjukan Kewajiban Dan Wewenang Ahli Keselamatan
dan Kesehatan Kerja.
f. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor :
Per.03/Men/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan
Kecelakaan.
3) Dasar Hukum Penerapan SMK3
a. Undang-undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.
b. Undang-undang No.13 Tahun 2012 tentang Ketenagakerjaan Pasal
87.
c. PP No.50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3.
BAB II
KONDISI PERUSAHAAN
3
Ketua
Wakil Ketua
Satpeka Plus
alat kerja
P3k
alat kesehatan
tempat kerja
5
managemen maupun staff karyawan harus berkomitmen dan bekerja sama
untuk menciptakan budaya K3 di lingkungan kerja. Lingkungan kerja yang
berbudaya K3 akan menciptakan suasana kerja yang sehat, selamat dan
terhindar dari penyakit akibat kerja.
7. P2K3
Organisasi P2K3 sudah lama terbentuk tetapi di PT TOA Galva Industries
yang menjabat sebagai sekertaris P2K3 bukan seorang ahli K3.
8. PJK3
Perusahaan TOA Galva Industries telah bekerja sama dengan beberapa PJK3
dalam melakukan pemeriksaan dan pengujian dalam bidang kelistrikan ,
penyalur petir dan peralatan elektronik, serta lingkungan kerja. Kerjasama
dalam pembinaan Ahli K3 dengan PJK3 belum tercapai sehingga terjadinya
kekosongan jabatan Ahli K3 umum.
9. Program K3
Program kerja tidak terstruktur dan terencana sesuai dengan Undang Undang
dan peraturan yang berlaku.
10. Organisasi
Semua hal yang berkaitan dengan K3 berada di bawah Divisi ISO. PT TOA
Galva Industries belum memiliki divisi K3 yang langsung dibawah pimpinan
perusahaan.
11. Pengesahan P2K3
Pengesahan P2K3 sudah dilakukan oleh gubernur Jawa Barat. Berdasarkan
Permenaker no 2 tahun 1987 tentang P2K3, P2K3 ditetapkan oleh Mentri
atau pejabat yang ditunjuk atas usul dari pengusaha atau pengurus yang
bersangkutan. Pengesahan oleh Gubernur Jawa Barat sudah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
12. Program Kerja
Program kerja untuk meningkatkan kualitas mutu dan lingkungan sudah
dilakukan. Hal ini dapat dibuktikan dengan sertifikasi ISO 9001 dan ISO
14001 yang diberikan kepada PT TOA Galva Industries.
13. Ahli K3
6
PT TOA Galva Industri saat ini tidak mempunyai Ahli K3 yang mengawasi
pelaksanaan K3 sehingga program kerja yang sudah dibuat sebelumnya ,
sementara ini diambil alih oleh para anggota P2K3.
14. Kebijakan K3
Perusahaan belum memiliki kebijakan K3 secara khusus. Kebijakan yang ada
di perusahaan adalah kebijakan mutu dan kebijakan lingkungan
15. Penerapan SMK3
Dikarenakan belum memiliki kebijakan K3, maka penerapan SMK3 belum
terlaksana.
7
Tabel Analisa Temuan di Lapangan
A. Positif
No Obyek Foto Temuan Analisa Temuan Saran Dasar Hukum
Bahaya
K3 Secara Umum
1. Safety induction PT. TOA Galva Pembuatan SOP Safety Undang-Undang No.1 Tahun
kepada pekerja, mitra/ Industries telah Induction khususnya 1970 Tentang Keselamatan
subkontraktor, melakukan safety pada konten. kerja (BAB V Pembinaan,
pengunjung/ tamu induction untuk setiap Pemerataan Pasal 9)
karyawan dan telah penyampaian informasi
terbina dengan baik, terkait Safety induction
namun safety induction baik itu terhadap
tidak diberikan kepada pekerja, mitra/
pengunjung/tamu dengan subkontraktor,
menyeleruh karena hanya pengunjung/ tamu.
beberapa poin saja yang Melakukan tinjauan
disampaikan. ulang dengan cara
pengisian kuisioner oleh
pekerja, mitra/
subkontraktor,
pengunjung/ tamu untuk
memperoleh penilaian
8
terkait safety induction
apakah sudah baik atau
belum.
2. Rambu/ marka/ safety Pada dasarnya safety Pemasangan Undang-Undang No.1 Tentang
sign sign/ rambu/ marka telah rambu/safety sign di Keselamatan kerja Tahun 1970
terpasang di tempat- setiap area tempat kerja (BAB X Kewajiban Pengurus,
tempat yang seharusnya sesuai dengen Pasal 14)
sesuai dengan keperuntukannya.
keperuntukannya di PT. Sosialisasi arti dan
TOA Galva Industries. maksud dari
Akan tetapi, belum rambu/safety sign yang
tersedia rambu pada dipasang mulai dari
setiap gedung PT. TOA simbol hingga warna.
Galva Industries. Evaluasi pemasangan
rambu/safety sign
apakah sudah terpasang
sesuai dengan
kegunaannya.
9
3. Alat Pelindung Diri Pada saat peninjauan di Pengadaan Alat Undang-Undang No.1 Tentang
(APD) lapangan, secara Pelindung Diri dari Keselamatan kerja Tahun 1970
keseluruhan penggunaan perusahaan kepada (BAB X Kewajiban Pengurus,
Alat Pelindung Diri pekerja khususnya pada Pasal 14)
(APD) di PT. TOA Galva perusahaan manufaktur.
Industries disesuaikan Perusahaan melakukan Permenaker No.8 Tahun 2010
dengan lingkungan kerja pengawasan secara rutin tentang alat pelindug diri pasal
dimana pekerja dan berkala terkait 6
melakukan aktifitas. penggunaan APD.
Sosialisasi dan
pengarahan Safety
Meeting terkait dengan
APD.
Melakukan pembinaan
K3 untuk tenaga baru
terkait pentingnya
penggunaan APD.
Melakukan inspeksi
berkala terkait
pengguanaan APD di
lingkungan kerja.
Upaya budaya K3 bagi
para pekerja serta
10
pengawasan yang tinggi
pada area yang
memiliki potensi
bahaya tinggi.
Pengurus telah Memberikanreward bagi
menyediakan secara pekerja yang Permenaker no 8 tahun 2010
tertulis dan memasang menggunakan Alat tentang alat pelindung diri pasal
kewajiban penggunaan pelindung diri dengan 5
APD di tempat kerja lengkap.
4. Prosedur Kerja(SOP), SOP/ Instruksi Kerja Melakukan evaluasi Undang-Undang No.1 Tahun
JSA terpasang di tempat kerja terhadap SOP yang lama 1970 (BAB III), Syarat-syarat
sesuai dengan dan menetapkan dan Keselamatan Kerja Pasal 4.
keperuntukannya. membuat SOP baru
Namun, belum terdapat terutama SOP yang
SOP terkait K3 secara terkait K3 secara
spesifik. spesifik.
Setelah pembuatan SOP
yang baru, agar
melakukan sosialisasi
SOP baru terhadap
pekerja dan pihak
terkait.
Melakukan inspeksi
11
pelaksanaan SOP/JSA.
13
B. Negatif
No Obyek Foto Temuan Analisa Temuan Bahaya Saran Dasar Hukum
K3 Secara Umum
1. Safety induction kepada Safety Induction bukan Pembentukan divisi Undang-Undang No.1 Tahun
pekerja, mitra/ disampaikan oleh safety Safety di PT. TOA 1970 Tentang Keselamatan
subkontraktor, karena belum dibentuk Galva Industries. kerja (BAB V Pembinaan,
pengunjung/ tamu divisi safety. Pendidikan dan Pasal 9)
pelatihan bagi anggota
divisi Safety terkait K3
di PT. TOA Galva
Industries.
2. Rambu/ marka/ safety Rambu yang sudah tersedia Melakukan pengadaan Undang-Undang No.1 Tentang
sign memiliki ukuran yang rambu di setiap area Keselamatan kerja Tahun 1970
terlalu kecil. yang perlu adanya (BAB X Kewajiban Pengurus,
rambu/safety sign dan Pasal 14)
disesuaikan dengan
ukuran.
Evaluasi pemasangan
rambu/safety sign
mulai dari tempat
pemasangan dan
ukurannya.
14
3. Alat Pelindung Diri Tidak semua pekerja Perlu dilakukan Undang-Undang No.1 Tentang
(APD) menggunakan APD yang pemerataan Keselamatan kerja Tahun 1970
lengkap. penggunaan APD (BAB X Kewajiban Pengurus,
bukan hanya melihat Pasal 14)
dari lingkungan kerja
dimana pekerja
tersebut melakukan
aktifitas.
4. Prosedur Kerja(SOP), JSA belum terdapat Pembuatan JSA untuk Undang-Undang No.1 Tahun
JSA pendokumentasian. semua proses kerja di 1970 (BAB III, Syarat-syarat
semua area kerja. Keselamatan Kerja Pasal 4.
Kelembagaan dan Keahlian K3
1 P2K3 Sekertaris P2K3 sementara Perusahaan sebaiknya Permenaker no 2 tahun 1987
ini tidak ada, dan belum merekrut Ahli K3 tentang P2K3 serta tata cara
adanya pegawai ahli k3 secepatnya karena penunjukan Ahli K3.
yang baru bisa menjabat organisasi P2K3 (Pasal 3 ayat 2)
sekertaris P2K3 diharuskan mempunyai
sekertaris yang
bersertifikasi Ahli K3.
15
Organisasi P2K3 sudah Perusahaan sebaiknya Undang-undang no 1 tahun
lama terbentuk dan disahkan merekrut Ahli K3 1970 tentang keselamatan
oleh gubernur tetapi sudah secepatnya untuk mengisi kerja
tidak bisa dikatakan sah lagi kekososngan jabatan
karena tidak ada ahli k3 sekertaris Permenaker no 2 tahun 1987
sebagai sekertaris tentang P2K3 serta tata cara
penunjukan Ahli K3.
(Pasal 2)
2 PJK3 Belum adanya kerjasama Bekerja sama dengan Permenaker no 4 tahun 1995
dengan PJK3 pembinaan PJK3 pembinaan dalam tentang PJK3 pasal 3.
dalam meregenerasi Ahli membina SDM yang
K3 di perusahaan sehingga belum bersertifikasi.
terjadinya kekosongan
jabatan Ahli K3 umum.
3 Program Kerja Program kerja tidak Sesegera mungkin Peraturan Pemerintah no 50
terstruktur dan terencana merekrut ahli K3 umum tahun 2012 tentang SMK3
sesuai dengan Undang untuk membuat program pasal 7 & 8
Undang dan peraturan yang kerja terencana dan
berlaku. terimplementasikan
4 Ahli K3 Tidak adanya Ahli K3 yang Merekrut orang yang Permenaker no 2 tahun 1992
mengawasi pelaksanaan K3 berkompetensi dalam hal tentang tata cara penunjukan
di perusahaan. K3. kewajiban dan wewenang ahli
K3.
PP no 50 tahun 2012
(Lampiran 1 bagian C)
Penerapan SMK3
1. Kebijakan dan Kebijakan yang sudah ada, Menyusun kebijakan K3 UU No. 1 Tahun 1970, Bab X
Komitmen K3 tidak dikhususkan ke ranah secara tertulis dan Tentang Kewajiban Pengurus
K3, lebih mengutamakan ditandatangani oleh Pasal 14 point a dan b.
16
peningkatan produktivitas pimpinan perusahaan.
Kebijakan tersebut PP no 50 tahun 2012 tentang
diinformasikan dan SMK3 pasal 7&8
disebarluaskan ke setiap
unit kerja. (poster, surat
edaran, buku saku K3 dll)
2 Perencanan K3 Perencanaan yang ada tidak Membuat perencanan PP no 50 tahun 2012 Tentang
dikhususkan dalam K3 yang mengacu pada Penerapan SMK3 pasal 9.
tetapi hanya menjadi kebijakan K3 secara
pelengkap kebijakan lain independen dan spesifik
3 Tingkat penerapan Kurangnya penerapan Melaksakan SMK3 yang PP No. 50 Tahun 2012
SMK3 SMK3. terintegrasi dengan sistem Tentang Penerapan SMK3
manajemen perusahaan pasal 10-13.
yang kemudian dilakukan
evaluasi dan perbaikan
secara berkala setiap
tahunnya. Juga perlu
dilakukan audit terhadap
SMK3 yang telah
dibentuk baik secara
internal perusahaan mapun
eksternal.
4 Pemantauan dan Belum dilakukannya Bekerja sama dengan PP no 50 tahun 2012 tentang
17
Evaluasi K3 evaluasi melalui audit PJK3 Audit untuk Penerapan SMK3 pasal 14
internal maupun eksternal memantau sejauh mana
secara berkala. implementasi K3
diperusahaan
18
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1) K3 Umum : PT. TOA Galva Industries dalam upaya pelaksanaan K3
sudah merujuk kepada peraturan Undang-undang No.1 Tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Namun, perusahaan masih
perlu melakukan perbaikan untuk menyempurnakan program K3 yang
sudah ada maupun yang belum ada.
2) KELEMBAGAAN K3 :
P2K3 dan pengesahannya
Berdasarkan Permenaker no 4 tahun 1987 pasal 2, setiap
tempat kerja dengan kriteria perusahaan memperkerjakan
100 orang atau lebih wajib membentuk P2K3. PT TOA
Galva Industries memperkerjakan kurang lebih 800 orang
sehingga wajib membentuk P2K3. Namun, Sekertaris P2K3
sementara ini tidak ada, dan belum adanya pegawai ahli k3
yang baru bisa menjabat sekertaris P2K3.
Organisasi P2K3 sudah lama terbentuk dan disahkan oleh
gubernur tetapi sudah tidak bisa dikatakan sah lagi karena
tidak ada ahli k3 sebagai sekertaris.
PJK3
Permenaker no 4 tahun 1995 tentang PJK3 (Pasal 3 dan 4)
menyebutkan bahwa PJK3 yang melaksanakan kegiatan jasa K3
salah satunya adalah jasa pengujian dan pemeriksaan teknik dan
jasa pemeriksaan/pengujian dan atau pelayanan kesehatan kerja.
PT TOA Galva Industries bekerja sama dengan PJK3 untuk
membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. PT TOA Galva Industries
menggunakan jasa PJK3 dalam melakukan pemeriksaan dan
pengujian di bidang kelistrikan , penyalur petir dan peralatan
elektronik, serta lingkungan kerja. Berdasarkan Permenaker no 4
tahun 1995 pasal 3 salah satu PJK3 tersebut yaitu perusahaan yang
19
memberikan jasa pembinaan K3. Belum adanya kerjasama dengan
PJK3 pembinaan K3 dalam meregenerasi Ahli K3 di perusahaan
sehingga terjadinya kekosongan jabatan Ahli K3 umum.
Organisasi
Semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan K3 berada di bawah
Divisi ISO (International Standard Organization). Divisi ISO
menangani semua pelaksanaan K3, mutu dan lingkungan.
Ahli K3
Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan
melaporkan kepada semua pihak yang terkait dalam perusahaan di
bidang K3 harus ditetapkan dan diinformasikan. Tanggung jawab
dan wewenang yang dilakukan oleh Ahli K3 sudah ditetapkan
kepada Divisi ISO
Berdasarkan Permenaker no 2 tahun 1992 tentang tata cara
penunjukan kewajiban dan wewenang ahli K3 pasal 2 disebutkan
bahwa Menteri Tenaga Kerja atau pejabat yang ditunjuk
berwenang menunjuk ahli K3 pada tempat kerja yang
memperkerjakan tenaga kerja lebih dari 100 orang. PP no 50 tahun
2012 (Lampiran 1 bagian C) juga menyebutkan bahwa dalam
penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat
prosedur pengadaan secara efektif melalui pengadaan sumber daya
manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta
kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan melalui sertifikat K3
yang diterbitkan oleh instansi berwenang. Namun, PT TOA Galva
Industries tidak memiliki Ahli K3 umum yang mengawasi secara
langsung pelaksanaan K3 di tempat kerja.
3) Penerapan SMK3 belum terlaksana.
20
B. Saran
1) K3 secara umum :
Pembentukan divisi Safety di PT. TOA GALVA INDUSTRIES.
Pendidikan dan pelatihan bagi anggota divisi Safety terkait K3 di
PT. TOA GALVA INDUSTRIES.
Evaluasi pemasangan rambu/safety sign mulai dari tempat
pemasangan dan ukurannya.
Perlu dilakukan pemerataan penggunaan APD bukan hanya
melihat dari lingkungan kerja dimana pekerja tersebut melakukan
aktifitas.
Pembuatan JSA untuk semua proses kerja di semua area kerja.
2) Kelembagaan K3
Perusahaan sebaiknya merekrut Ahli K3 secepatnya karena
organisasi P2K3 diharuskan mempunyai sekertaris yang
bersertifikasi Ahli K3
Sesegera mungkin merekrut ahli K3 umum untuk membuat
program kerja terencana dan terimplementasikan
Merekrut orang yang berkompetensi dalam hal K3.
Membentuk koordinasi dengan unit kerja lain sebagai
perpanjangan tangan dari pelaksanaan K3 di RS; Menambah SDM
yang kompeten di bidang K3
3) Penerapan SMK3
Menyusun kebijakan K3 secara tertulis dan ditandatangani oleh
pimpinan perusahaan. Kebijakan tersebut diinformasikan dan
disebarluaskan ke setiap unit kerja. (poster, surat edaran, buku
saku K3 dll)
Membentuk SMK3 yang terintegrasi dengan sistem manajemen
perusahaan yang kemudian dilakukan evaluasi dan perbaikan
secara berkala setiap tahunnya. Juga perlu dilakukan audit
terhadap SMK3 yang telah dibentuk baik secara internal
perusahaan mapun eksternal.
21