You are on page 1of 160

BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Definisi Kontrak Konstruksi.

Undang Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi menjelaskan pengertian Kontrak Kerja
Konstruksi adalah

Keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan


hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Kontrak konstruksi berbentuk surat perjanjian (ter


tulis) antara kedua belah pihak untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi dan kontrak tersebut digunakan
sebagai alat untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan
dilakukan dengan baik.

Kontrak berisi aturan aturan, hak dan kewajiban para


pihak yang terkait sehingga pihakpihak terkait dapat
melaksanakannya sesuai dengan yang diharapkan.

Kontrak yang digunakan pada kegiatan konstruksi


adalah kontrak kerjasama teknis, karena pada umum
nya kegiatan konstruksi merupakan kegiatan teknis.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 1


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Dalam kontrak kerja konstruksi, minimal memuat


uraian tentang halhal sebagai berikut :

a. Para pihak, yang memuat secara jelas identitas


para pihak;

b. Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang


jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai
pekerjaan, batasan waktu pelaksanaan;

c. Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan,


yang memuat tentang jangka waktu pertang
gungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi
tanggung jawab penyedia jasa;

d. Tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang


jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli
untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi;

e. Hak dan kewajiban, yang memuat hak peng


guna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan
konstruksi serta kewajibannya untuk meme
nuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak
penyedia jasa untuk memperoleh informasi
dan imbalan jasa serta kewajibannya melak
sanakan pekerjaan konstruksi;

f. Cara pembayaran, yang memuat ketentuan ten


tang kewajiban pengguna jasa dalam
melakukan pembayaran hasil pekerjaan kon
struksi;

2 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

g. Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang


tanggung jawab dalam hal salah satu pihak
tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
diperjanjikan;

h. Penyelesaian perselisihan, yang memuat keten


tuan tentang tata cara penyelesaian perselisi
han akibat ketidaksepakatan;

i. Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang


memuat ketentuan tentang pemutusan kon
trak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak
dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;

j. Keadaan memaksa (force majeure), yang


memuat ketentuan tentang kejadian yang tim
bul di luar kemauan dan kemampuan para
pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah
satu pihak;

k. Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan


tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau
pengguna jasa atas kegagalan bangunan;

l. Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan


tentang kewajiban para pihak dalam pelak
sanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta
jaminan tenaga kerja;

m. Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban


para pihak dalam pemenuhan ketentuan ten
tang lingkungan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 3


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Walaupun begitu perlu dipahami bahwa kegiatan tek


nis juga membutuhkan kegiatan non teknis antara lain
manajemen, keuangan, perpajakan, hukum dan lain
lain.

Apabila dikaitkan dengan proses pengadaan


barang/jasa yang dibutuhkan oleh suatu organisasi
konstruksi, maka kontrak kerjasama teknis meli
batkan pihak pemerintah dan penyedia barang/jasa.

Dengan demikian maka kontrak kerjasama teknis juga


harus mengikuti kaidahkaidah yang ditetapkan
dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor
54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pe
merintah.

Oleh karena kontrak merupakan produk hukum,


maka para pihak dalam kontrak harus memahami
aspek hukum yang berlaku dalam pelaksanaan kon
trak. Para pihak juga harus memahami alternatif
penyelesaian perselisihan antara para pihak dalam
kontrak.

Penyusunan kontrak harus dipahami oleh para pihak


dalam kontrak, terutama penyedia jasa yang berke
pentingan dengan pelaksanaan kontrak. Hal ini
meliputi jenis kontrak, sistematika kontrak dan stan
dar kontrak.

4 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Definisi kontrak adalah:

l PMBOK : Dokumen yang mengikat pembeli dan


penjual secara hukum. Kontrak merupakan perse
tujuan yang mengikat penjual dan penyedia jasa,
barang, maupun suatu hasil, dan mengikat pembeli
untuk menyediakan uang atau pertimbangan lain
yang berharga.

l FIDIC Edisi 2006 : Kontrak berarti Perjanjian Kon


trak (Contract Agreement), Surat Penunjukan (Let
ter of Acceptance), Surat Penawaran (Letter of
Tender), Persyaratan (Conditions), Spesifikasi
(Spesifications), Gambargambar (Drawings), Jad
ual/Daftar (Schedules), dan dokumen lain (bila
ada) yang tercantum dalam perjanjian kontrak
atau dalam Surat Penunjukan.

l UU Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 ten


tang jasa konstruksi dijelaskan bahwa kontrak
kerja konstruksi merupakan keseluruhan doku
men yang mengatur hubungan hukum antara
pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyeleng
garaan pekerjaan konstruksi.

l Kontrak kerja konstruksi adalah juga kontrak bisinis


yang merupakan suatu perjanjian dalam bentuk ter
tulis dimana substansi yang disetujui oleh para pihak
yang terikat di dalamnya terdapat tindakantinda
kan yang bermuatan bisnis. Sedangkan yang dimak
sud bisnis adalah tindakan yang mempunyai aspek

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 5


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

komersial. Dengan demikian kontrak kerja kon


struksi yang juga merupakan kontrak bisnis adalah
perjanjian tertulis antara dua atau lebih pihak yang
mempunyai nilai komersial (Hikmahanto Juwana,
2001).

1.2. Peraturan Perundangundangan Yang Terkait


Dengan Kontrak Konstruksi

1. UU RI nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Kon


struksi beserta penjelasannya

2. Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 2000


tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi

3. Undangundang nomor 30 tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

4. Permen PU No 43/PRT/M/2007 tentang Standar


dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi

5. Surat Edaran Menteri Pekerjaan UmumNo


01/SE/M/2007

6. Peraturan Lembaga LPJK tentang Penilai Ahli

7. PerpresRI nomor 54 tahun 2010 tentang Pen


gadaan Barang/Jasa Pemerintah

8. New York Convention 1958

9. FIDIC Conditions of Contract for Construction

6 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Syarat Sah Perjanjian Dalam Kontrak Kon


struksi

Perkataan kontrak merupakan pengambilalihan dari


perkataan latin contractus, yang berarti perjanjian.
Di Belanda, para pakar hukum, pada umumnya,
menggunakan terminologi overeenkomst atau per
setujuan sebagai sinonim dari terminologi kontrak.

Istilah kontrak semula hanya merupakan padanan


kata dari perjanjian.

Perikatan yang bersumber pada perjanjian kontrak,


hal tersebut diatur dalam Buku III Bab II Bagian I
Kitab UndangUndang Hukum Perdata, yang men
gatur tentang perikatanperikatan yang dilahirkan
dari perjanjian atau persetujuan.

Akan tetapi perikatan juga dapat terjadi karena


adanya ketentuanketentuan Undangundang.
Perikatan yang bersumber pada perjanjian diatur
dalam Pasal 1313 Kitab UndangUndang Hukum Per
data, yang menyebutkan bahwa perjanjian adalah:

perbuatan dengan mana satu orang atau lebih


mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih.

Hubungan kedua orang yang bersangkutan mengak


ibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan
prestasi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 7


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Sementara menurut M. Yahya Harahap, suatu kontrak


adalah suatu hubungan hukum kekayaan antara dua
orang atau lebih, yang memberikan kekuatan hak pada
suatu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus
mewajibkan pada pihak lain untuk melaksanakan
prestasi. Prof. Soebekti menjelaskan bahwa suatu per
janjian juga dinamakan persetujuan kerana dua pihak
setuju untuk melakukan sesuatu. Sementara, istilah
kontrak memiliki arti lebih sempit karena ditujukan
kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis. Prof.
Wirjono Prodjodikoro, menggunakan istilah persetu
juan untuk overeenkomst dan menyamakan istilah per
janjianperjanjian tertentu untuk persetujuan
persetujuan tertentu. Selanjutnya, Sri Soedewi Masj
choen Sofwan menggunakan istilah perjanjian untuk
overeenkomst, sehingga dapat dikatakan bahwa kata
perjanjian dan persetujuan adalah sama artinya.

Menurut dokrin ( teori lama ) yang disebut perjanjian


adalah :

perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk


menimbulkan akibat hukum.

Sehingga unsurunsur dalam perjanjian berdasarkan


teori lama adalah sebagai berikut:

a. Adanya perbuatan hukum.

b. Persesuaian pernyataan kehendak dari beberapa


orang.

8 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

c. Persesuaian kehendak harus dipublikasikan/


dinyatakan.

d. Perbuatan hukum terjadi karena kerja sama an


tara dua orang atau lebih.

e. Pernyataan kehendak yang sesuai harus saling


bergantung satu sama lain.

f. Kehendak ditujukan untuk menimbulkan akibat


hukum.

g. Akibat hukum itu untuk menimbulkan kepentin


gan yang satu atas beban yang lain atau timbal
balik.

h. Persesuaian kehendak harus dengan mengingat


peraturan perundangundangan.

Sedangkan menurut teori baru yang dikemukakan


oleh Van Dunne dalam buku Salim HS, H. Abdullah,
Wiwiek Wahyuningsih, yang berjudul Perancangan
Kontrak, yang diartikan dengan kontrak, adalah:

suatu hubungan hukum antara dua pihak atau


lebih berdasarkan kata sepakat untuk menim
bulkan akibat hukum.

Sehingga oleh teori baru, bahwa kontrak ada 3


(tiga) tahap, yaitu sebagai berikut:

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 9


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

a. Tahap pracontractual, yaitu adanya penawaran


dan penerimaan.

b. Tahap contractual, yaitu persesuaian perny


ataan kehendak antara para pihak.

c. Tahap post contractual, yaitu pelaksanaan per


janjian.

Kontrak yang mengatur hubungan bisnis antara


para pihak disebut kontrak bisnis. Pada kontrak
bisnis berdimensi publik, salah satu pihaknya
adalah pemerintah yang diwakili oleh Pejabat Pem
buat Komitmen (PPK).

Kontrak kerjasama teknis juga merupakan kontrak


bisnis berdimensi publik. Kontrak lahir dan mulai
berlaku pada saat para pihak menandatangani kon
trak tersebut.

Syarat sahnya suatu kontrak meliputi :

1. Syarat subyektif :

a. Sepakat mereka mengikatkan dirinya:

l persesuaian paham dan kehendak antara


dua pihak, apa yang dikehendaki pihak
yang satu juga merupakan apa yang dike
hendaki pihak yang lain.

l realisasi dari keinginan yang sama menim


bulkan kesepakatan untukmengikatkan

10 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

diri.

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian:

memiliki kewenangan dan berwenang secara


substansi, tempat dan waktu secara hukum

mampu melakukan tindakan hukum.

2. Syarat obyektif :

a. Mengenai suatu hal tertentu:

l tujuan yang akan dicapai.

l prestasi yang akan dilaksanakan.

b. Suatu sebab yang halal:

l secara substansi maupun prosedural tidak


bertentangan denganperaturan perun
dangundangan.

l tidak bertentangan dengan asasasas


umum pemerintahan yang baik.

l tidak bertentangan dengan kepatutan


yang berlaku di masyarakat.

1.3. HalHal Yang Diperhatikan Dalam Penyusunan


Dan Pelaksanaan Kontrak Konstruksi

1. Objek Kontrak.

Objek dalam suatu kontrak harus memenuhi be


berapa persyaratan, yaitu objeknya harus ter

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 11


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

tentu atau dapat ditentukan, diperbolehkan


menurut peraturan perundangundangan yang
berlaku, dan tidak bertentangan dengan un
dangundang dan tata susila. Sementara itu,
prestasinya harus benarbenar riil agar benar
benar dapat dilaksanakan.

2. Subjek Kontrak.

Pada praktek seharihari, dalam kontrak yang


menjadi subjek adalah bukan hanya orang per
orangan yang membuat kontrak, termasuk juga
badan hukum yang merupakan subjek hukum.
Hal ini ditegaskan oleh Salim HS, yang
mendefinisikan kontrak adalah :

Hubungan hukum antara subjek hukum yang


satu dengan subjek hukum yang lain dalam
bidang harta kekayaan, di mana subjek hukum
yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga
subjek hukum yang lain berkewajiban untuk
melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang
telah disepakatinya.

Dalam mengadakan suatu kontrak, setiap subjek


hukum harus memenuhi suatu kondisi tertentu
agar dapat mengikat para pihak yang membuat
nya.

Jika subjek hukumnya adalah orang, maka


orang tersebut harus sudah dewasa, namun jika

12 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

subjeknya badan hukum harus memenuhi


syarat formal suatu badan hukum.

Sehingga kedua jenis subjek hukum tersebut


memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam
melakukan kontrak.

3. Prinsip dan Klausula dalam Kontrak.

Menyusun suatu kontrak, baik kontrak itu bersi


fat bilateral maupun multilareal maupun perjan
jian dalam lingkup nasional, regional, dan
internasional harus didasari oleh pada prinsip
hukum atau klausula tertentu. Prinsip hukum
dan klausula tertentu ini dimaksudkan untuk
mencegah para pihak pembuat suatu kontrak
terhindar dari unsurunsur yang dapat
merugikan mereka sendiri.

Prinsip dan klausula dalam kontrak dimaksud


adalah berbentuk asasasas hukum sebagai
berikut :

a. Asas kebebasan berkontrak

Asas kebebasan berkontrak adalah, bahwa


setiap orang bebas mengadakan suatu kon
trak apa saja, baik yang sudah diatur dalam
undangundang maupun yang belum diatur
dalam undangundang.

Asas kebebasan berkontrak di sini tidak be

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 13


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

rarti bahwa tidak ada batasannya samasekali,


melainkan kebebasan seseorang dalam mem
buat kontrak tersebut hanya sejauh kontrak
yang dibuatnya itu tidak bertentangan de
ngan kesusilaan, ketertiban umum dan un
dangundang sebagaimana di sebut dalam
Pasal 1337 Kitab UndangUndang Hukum
Perdata.

Asas kebebasan berkontrak ini di atur dalam


Pasal 1338 KUHPerdata yang dirumuskan se
bagai berikut :

1. Semua persetujuan yang di buat secara


sah berlaku sebagai undangundang bagi
mereka yang membuatnya.

2. Persetujuan itu tidak dapat di tarik kem


bali selain dengan sepakat kedua belah
pihak, atau karena alasanalasan yang oleh
undangundang dinyatakan cukup untuk
itu.

3. Persetujuanpersetujuan harus dilak


sanakan dengan itikad baik.

b. Asas kekuatan mengikat (Pacta Sunt Ser


vanda)

Sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) dan (2)


KUHPerdata, pada dasarnya setiap

14 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

kontrak adalah mengikat sebagai undangun


dang bagi mereka yang membuatnya, tidak
boleh di ubah dengan jalan dan cara apapun,
kecuali atas persetujuan kedua belah pihak.

Kekuatan mengikat kontrak ini dimulai sejak


saat dipenuhinya syarat sahnya kontrak be
rarti sejak saat itu pihakpihak harus
memenuhi apa yang diperjanjikan.

Mengikat sebagai undangundang berarti


pelanggaran terhadap kontrak tersebut be
rakibat hukum sama dengan melanggar un
dangundang.

Demi kepastian hukum, Pacta Sunt Servanda


tidak dapat berubah kecuali kalau ada resiko
perdagangan yang merupakan act of god (
keadaan memaksa ) atau kalau di tanggung
oleh salah satu pihak.

c. Asas itikad baik

Setiap orang yang membuat suatu kontrak


harus dilaksanakan dengan itikad baik. Itikad
baik dapat dibedakan antara itikad baik sub
jektif dengan itikad baik yang objektif.

i. Itikad baik subjektif adalah kejujuran sese


orang yang terletak pada sikap batin pada
waktu mengadakan perbuatan hukum.
sedangkan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 15


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

ii. itikad baik objektif adalah terletak pada


norma atau kepatutan atau apa yang di
rasakan sesuai dan patut dalam
masyarakat.

d. Asas konsensualitas (kesepakatan)

Suatu kontrak timbul apabila telah ada con


sensus atau persesuaian kehendak antara
para pihak, maksud dari asas ini adalah
bahwa

suatu kontrak hanya cukup ada satu kata sep


akat dari mereka yang membuat kontrak itu
tanpa diikuti dengan perbuatan hukum lain
kecuali kontrak yang bersifat formil.

e. Asas kebiasaan

Suatu kontrak timbul tidak mengikat hanya


untuk halhal yang di atur secara tegas saja
dalam peraturan perundangundangan,
yurisprudensi, dan sebagainya, tetapi juga
halhal yang menjadi kebiasaan yang diikuti
masyarakat umum.

Jadi, sesuatu yang menurut sifat persetujuan


diharuskan oleh kepatutan. Dengan kata lain,
halhal yang menurut kebiasaan selamanya
diperjanjikan di anggap secara diamdiam di
masukkan dalam persetujuan, meskipun
tidak dengan tegas dinyatakan, seperti yang

16 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

diatur dalam Pasal 1339 dan 1347 KUHPer


data.

f. Asas peralihan resiko

Peralihan resiko dapat diperjanjikan oleh


para pihak yang terlibat dalam kontrak terse
but, sepanjang tidak bertentangan dengan
undangundang, kesusilaan, dan ketertiban
umum.

g. Asas ganti kerugian

Dalam KUHPerdata Indonesia, prinsip ganti


kerugian ini diatur dalam Pasal 1365, yang
menentukan :

setiap perbuatan melanggar hukum yang


membawa kerugian kepada seorang lain
mewajibkan orang yang karena salahnya
menimbulkan kerugian tersebut.

h. Asas kepatutan

Dalam KUHPerdata, prinsip kepatutan ini


diatur dalam Pasal 1339, yang menentukan,
yang intinya prinsip kepatutan ini menghen
daki bahwa apa saja yang akan dituangkan di
dalam naskah suatu kontrak harus memper
hatikan prinsip kepatutan (kelayakan/seim
bang), sebab melalui tolak ukur kelayakan ini
hubungan hukum yang ditimbulkan oleh

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 17


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

suatu persetujuan juga dipenuhi oleh rasa


keadilan dalam masyarakat.

i. Asas ketepatan waktu

Setiap kontrak, apa pun bentuknya, harus


memiliki batas waktu berakhirnya, yang
sekaligus merupakan unsur kepastian pelak
sanaan suatu prestasi (objek kontrak). Prin
sip ini penting untuk menetapkan batas
waktu berakhirnya suatu kontrak. Sehingga
setiap naskah kontrak harus di muat secara
tegas batas waktu pelaksanaan kontrak.

j. Asas keadaan darurat

Force majure Principle ini merupakan salah


satu prinsip yang amat penting dicantumkan
dalam setiap naskah kontrak, baik yang
berskala nasional, regional, maupun kontrak
internasional.

Hal ini penting untuk mengantisipasi situasi


dan kondisi yang melingkupi objek kontrak.
Jika tidak di muat dalam naskah suatu kontrak,
maka bila terjadi halhal yang berada di luar
kemampuan manusia, seperti bencana alam.

k. Klausul pilihan hukum

Pilihan hukum dari Negara yang bersangkutan


ini mempunyai tujuan yang telah dikehendaki

18 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

oleh para pihak bersangkutan. Pilihan hukum


ini diadakan untuk menghindari ketentuan
ketentuan dari sesuatu Negara yang di anggap
kurang menguntungkan mereka.

Pilihan hukum dapat berupa :

i. Dilakukan pilihan secara tegas, yaitu den


gan menyatakannya dalam katakata, kali
mat yang dicantumkan dalam kontrak
tersebut.

ii. Dilakukan pilihan secara diamdiam, yaitu


pilihan hukum semacam ini dapat disim
pulkan dari ketentuanketentuan dan
faktafakta yang ada pada perjanjian itu
sendiri.

Pilihan hukum dibatasi oleh:

1. Tidak boleh mengganggu ketertiban


umum.

2. Bila pemerintah telah mengadakan perat


uran khusus yang bersifat imperatif
(memaksa) tentang objek kontrak apa
yang diperjanjikan itu.

3. Hanya diperbolehkan dalam bidang


hukum perjanjian ( kontrak )

4. Para pihak boleh memilih hukum negara


ketiga, asalkan yang di pilih bukan meru

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 19


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

pakan hukum yang sama sekali tidak ada


hubungannya dengan kontrak yang
bersangkutan.

l. Klausul penyelesaian perselisihan.

Hal ini penting untuk menentukan forum


panel wasit ( arbitrase ) atau lembaga peradi
lan yang memiliki yurisdiksi untuk meyele
saikan perselisihan, apabila perselisihan
mereka tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
kedua belah pihak.

4. Sengketa Jasa Konstruksi

Sengketa jasa konstruksi terdiri dari 3 (tiga)


bagian:

a. Sengketa precontractual yaitu sengketa yang


terjadi sebelum adanya kesepakatan kontrak
tual, dan dalam tahap proses tawar menawar.

b. Sengketa kontraktual yaitu sengketa yang


terjadi pada saat berlangsungnya pekerjaan
pelaksanaan konstruksi.

c. Sengketa pasca kontraktual yaitu sengketa


yang terjadi setelah bangunan beroperasi
atau dimanfaatkan selama 10 (sepuluh)
tahun.

20 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Sengketa Contractual

Sengketa ini terjadi pada saat pekerjaan pelak


sanaan sedang berlangsung. Artinya

tahapan kontraktual sudah selesai, disepakati,


ditandatangani, dan dilaksanakan di lapangan.

Sengketa terjadi manakala apa yang tertera


dalam kontrak tidak sesuai dengan apa yang di
laksanakan di lapangan. Dalam istilah umum
sering orang mengatakan bahwa pelaksanaan
proyek di lapangan tidak sesuai dengan bestek,
baik bertek tertulis (kontrak kerja) dan atau
bestek gambar (lampiranlampiran kontrak), di
tambah perintahperintah direksi/pengawas
proyek (manakala bestek tertulis dan bestek
gambar masih ada yang belum lengkap).

Sedangkan sumber timbulnya sengketa, menu


rut Hamid Shahab, terdapat

beberapa kasus, yaitu :

a. Rasa saling percaya yang begitu besar antara


pengguna jasa dan penyedia jasa,

sehingga sering menimbulkan keinginan


untuk segera memulai pekerjaan pelak
sanaan proyek, sebelum dokumenn pelak
sanaan (kontrak) selesai diproses.
Maksudnya adalah penyedia jasa memulai

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 21


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

pekerjaan cukup hanya berbekal SPMK


(Surat Perintah Memulai Pekerjaan) dari
Pemimpin/Bagian Proyek. Kadangkala
bahkan ada yang lebih parah lagi, yaitu tanpa
berbekal apapun asalkan yang bersangkutan
sudah dinyatakan lolos seleksi (tender) pe
menang lelang tersebut sudah memulai
pekerjaan di lapangan dengan alasan mem
buru waktu (yang biasanya skala waktu suatu
proyek kecil dan menengah memang
singkat), walaupun tanpa dibekali uraian
pekerjaan yang diperjanjikan atau diper
cayakan.

b. Perjanjian (kontrak) kerja dan dokumen kon


struksi yang bersifat umumlah digunakan pe
doman/dasar memulai pekerjaan, padahal
ada detail dokumen yang lain yang seharus
nya menjadi pedoman pelaksanaan, belum
selesai dibuat.

c. Proses pekerjaan pelaksanaan sudah dimulai


tanpa pola urutan proses kerja, program
waktu serta garis kritis yang akan mempen
garuhi target akhir (time schedule).

d. Di tengah perjalanan pekerjaan konstruksi,


kadangkala pengguna jasa sebagai pemilik
proyek melakukan kebijaksanaan dengan
alasan untuk menghemat biaya, misalnya

22 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

dengan melakukan selfsupply untuk mate


rialmaterial tertentu tanpa melibatkan
proses pengendalian mutu dengan meli
batkan penyedia jasa.

e. Adakalanya pengguna jasa sebagai pemilik


proyek mempercayakan manajemen proyek
kepada satu tangan dengan tanggung jawab
penuh dan target waktu dan biaya yang ketat
dalam batas ceiling tertentu, akan tetapi
dalam pelaksanaannya pengguna jasa terlalu
banyak mencampuri koordinasi dan manaje
men proyek sehingga urutan pekerjaan dan
pola penanganan proyek menjadi kacau se
hingga sulit dipertanggungjawabkan dari
kualitas, kuantitas, maupun target waktu dan
biaya. Padahal proses tender/penunjukan
sudah dilaksanakan sesuai ketentuan.

f. Ketidakjelasan mengenai tanda tangan dan


tandatanda khusus yang menyangkut keab
sahan dokumen untuk dapat digunakan.
Perlu diketahui bahwa sejak diberlakukannya
sertifikasi profesi profesional tenaga ahli,
salah satu diktum hak yang diberikan adalah
berhak menandatangani berkasberkas gam
bar perencanaan/pengawasan/perizinan,
karena disitu sudah ada nomor registernya.
Sampai saat ini, ketentuan ini belum banyak
yang mengetahui atau melaksanakannya.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 23


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

g. Ketidakjelasan alur penyaluran dokumen.


Misalnya sering terjadi bahwa penyaluran
dokumen ini dari siapa, siapa yang menggan
dakan, pihakpihak mana saja yang berhak
menerima dan memiliki dokumen, dokumen
asli disimpan dimana, termasuk apakah di
reksi keet memerlukan gambar, time sched
ule, kalender, buku direksi/tamu meja rapat
kecil, gudang dan sebagainya.

h. Format pengendalian proyek, kaitannya den


gan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
Sering terjadi di lapangan, petugas proyek
tidak menjalankan prosedur atau tata tertib
yang telah disepakati kaitannya dengan
struktur organisasi manajemen proyek.

i. Timbulnya variation order sepanjang masa


pelaksanaan konstruksi, dengan tidak men
catat, melaporkan atau mengantisipasi ter
hadap pengaruh perubahan waktu dan biaya.

j. Pekerjaan dilaksanakan tanpa landasann


yang disepakati, misalnya unit price, sedang
di lapangan menuntut jalur kritis.

k. Site Engineer atau Koordinator Lapangan


yang tidak menguasai seluruh proses. Ini
akan berakibat permasalahan yang ada dan
terjadi atau kemungkinan deteksi dini tidak
dapat dilakukan dengan baik.

24 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

l. Terjadinya kerancuan istilah Quality Control


dengan Quality Assurance.

m. Terdapat istilahistilah yang dapat menim


bulkan dubious, misalnya :

1. Tidak perlu safety yang berlebihan,


asalkan fungsi bangunan terpenuhi.

2. Persiapkan jalan masuk proyek, tanpa ke


jelasan transportasi apa saja yang akan
melalui jalan masuk tersebut.

3. Kerjakan lebih dahulu apa yang dapat di


kerjakan, dengan tidak mengantisipasi
kendala yang mungkin timbul yang akan
memperlambat kelancaran proyek,
sedangkan tanggung jawab yang timbul,
tidak berada di pundak pemberi arahan
tersebut.

n. Terdapat istilahistilah yang ambigous,


seperti:

1. Gunakan material sejenis, setara atau yang


kualitasnya sederajat.

2. Lakukan dengan mutu yang baik.

3. Lakukan dalam periode waktu yang wajar.

4. Gunakan batas toleransi penyimpangan


yang wajar.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 25


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

5. Lakukan sesuai dengan apa yang di


rasakan perlu oleh konsultan perencana.

6. Jalankan sesuai dengan standar atau


servis normal.

7. Batasi dengan biaya maksimum yang


dapat dijamin (guaranted maximum
price).

8. Ikuti pandangan konsultan perencana


yang reasonable.

9. to the engineers satisfaction.

o. Fungsi manajemen konstruksi yang jelas


diperlukan pada proyek kecil sampai proyek
besar, tidak jelas diserahkan kepada siapa :

1. Apakah kepada Tim Manajemen Kons


truksi (MK), atau

2. Apakah kepada Kontraktor Utama, atau

3. Salah satu kontraktor yang terlibat pada


proyek, atau

4. Dipegang sendiri oleh Pengguna Jasa atau


Pemilik Proyek.

p. Belum adanya pengaturan mengenai tidak


terpenuhinya target waktu atau target finan
sial.

26 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

q. Adanya persetujuan yang tidak di backup


dengan administrasi dan atau pendanaan
yang baik.

r. Persetujuan (approval) mengenai nilai biaya


atau gambargambar usulan atau program
waktu tidak kunjung diselesaikan, yang
mengakibatkan tertundanya pekerjaan.

s. Biaya tambah yang diperlukan untuk mem


percepat pelaksanaan proyek, baik untuk
memperpendek periode pelaksanaan secara
keseluruhan maupun untuk mengejar keter
lambatan, persetujuan dan keterlambatan
dokumen yang perlu disiapkan oleh pihak
ketiga.

t. Idle time peralatan yang tidak efektif.

u. Meningkatnya overhead karena banyaknya


penundaanpenundaan pelaksanaan atau
banyaknya change order atau perubahan
pekerjaan yang berakibat pada pekerjaan
tambah.

v. Keterlambatan pembayaran, padahal di satu


sisi pekerjaan dituntut tetap lancar dan dilak
sanakan dengan baik.

w. Adanya perbedaan pengertian kontrak yang


berbahasa asing dengan kontrak yang sama
dan berbahasa Indonesia.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 27


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

x. Nominated subkontraktor (sub penyedia


jasa) yang ditunjuk oleh pengguna jasa, tanpa
koordinasi dan konsultasi dengan pihak yang
memegang koordinasi dan tanggung jawab.

28 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB II
PENYELESAIAN KONTRAK KONSTRUKSI
SENGKETA MELALUI NEGOSIASI

2.1. Definisi Negosiasi

Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat


pihak pihak yang terlibat berusaha untuk saling
menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentan
gan.

Menurut kamus Oxford, negosiasi adalah suatu cara


untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi
formal

Negosiasi menurut kamus hukum Blacks Law dapat


dijabarkan sebagai berikut.

A consensual bargaining process in which the parties


attempt to reach agreement on a disputed or poten
tially disputed matter. Negotiation usu. involves com
plete autonomy for the parties involved, without the
intervention of third parties.1

Negosiasi menurut Jaqueline M. NolanHaley adalah:


Negotiation may be generally defined as a consensual

1
Henry Campbell Black, Blacks Law Dictionary (St. Paul Minnesota:
West Publishing. Co, 1994), page.200.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 29


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

bargaining process in which parties attempt to reach


agreement on a disputed or potentially disputed mat
ter.2 Terjemahan bebasnya adalah:

Negosiasi dapat diartikan secara umum sebagai kon


sensual dari proses penawaran antara para pihak
untuk mencapai suatu kesepakatan tetang suatu sen
gketa atau sesuatu hal yang berpotensi menjadi sen
gketa.

Negosiasi menurut Suyud Margono adalah Proses kon


sensus yang digunakan para pihak untuk memperoleh
kesepakatan di antara mereka.3 Negosiasi menurut H.
Priyatna Abdurrasyid adalah Suatu cara di mana indi
vidu berkomunikasi satu sama lain mengatur hubu
ngan mereka dalam bisnis dan kehidupan sehari
harinya atau Proses yang dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan kita ketika ada pihak lain yang
menguasai apa yang kita inginkan.4

2.2. Dasar Hukum Upaya Negosiasi

Piagam PBB pasal 33 ay. 1 : cara penyelesaian seng

2
Susilawetty, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa: Ditinjau
Dalam Perspektif Peraturan Perundangundangan (Jakarta: Gramata
Publishing, 2013), hlm.19.
3
Suyud Margono, Alternative Dispute Resolution dan Arbitrase: Proses
Pelembagaan Dan Aspek Hukum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004),
hlm.49.
4
Ibid.

30 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

keta yang paling pertama adalah negosiasi. Dalam Un


dangundang No.30 tahun 1999 penyelesaian seng
keta atau beda pendapat melalui alternatif
penyelesaian sengketa yang dilakukan dengan cara
pertemuan langsung oleh para pihak ( negosiasi)
diberikan kerangka waktu paling lama 14 hari dan
hasilkan dituangkan dalam bentuk kesepakatan ter
tulis (perjanjian damai) Pasal 6 ayat (2).

Dalam hal penyelesaian secara negosiasi tidak dapat


diselesaikan, maka atas kesepakatan tertulis para,
sengketa atau beda pendapat diselesaikan melalui
bantuan seorang atau lebih penasehat ahli atau seo
rang negosiator (Pasal 6 ayat (3)) Persetujuan atau
kesepakatan yang telah dicapai tersebut dituangkan
secara tertulis untuk ditandatangani oleh para pihak
dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

2.3. Teknik Negosiasi

Ada 2 teknik dalam negosiasi yaitu distribusi negosi


asi dan integrasi negosiasi. Distribusi negosiasi meru
pakan negosiasi antara dua pihak yang memiliki fixed
value yang saling dipersaingkan dan setiap pihak akan
bersaing untuk mendapatkan keuntungan lebih.
Sedangkan integrasi negosiasi merupakan kerja sama
antara dua pihak untuk mencapai keuntungan maksi
mal dengan mengintegrasikan kepentingan mereka
dan memperjuangkan kepentingan yang mengun

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 31


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

tungkan tanpa merugikan pihak lain

Langkahlangkah yang dilakukan dalam negosiasi


yaitu persiapan, pembukaan, memulai proses negosi
asi, zona tawarmenawar dan membangun kesepa
katan. Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi yaitu
tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak
awal masingmasing atau salah satu pihak tidak
memiliki niat untuk mencapai kesepakatan. Kesepa
katan harus dibangun dari keinginan atau niat dari
kedua belah pihak, sehingga tidak bertepuk sebelah
tangan. Karena itu, penting sekali dalam awalawal
negosiasi memahami dan mengetahui sikap dari
pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan,
bahasa gerak tubuh maupun ekspresi wajah.

2.3. TahapTahap Dalam Negosiasi

Dalam pelaksanaan negosiasi sesungguhnya tidak ada


standarisasi proses atau tahapan baku yang menjadi
tolok ukur baik tidaknya negosiasi. Tahapantahapan
negosiasi dapat berkembang dengan sendirinya ter
gantung pada permasalahan yang dihadapi. Meskipun
demikian, secara umum proses bernegosiasi memiliki
pola sama, yaitu sebagai berikut.

1. Persiapan

Pada tahap ini, negosiator mulai mengadakan kick


off meeting internal untuk keperluan pengumpulan

32 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

informasi relevan yang lengkap, pembentukan tim


apabila diperlukan. Dalam rangka pembentukan
tim, perlu diadakan pembagian peran, peran yang
ada biasanya adalah:

a. Pemimpin tim negosiator dengan tugas


memimpin tim, memilih dan menentukan
anggota tim, menentukan kebijakan khusus, dan
mengendalikan anggota tim lainnya.

b. Anggota Kooperatif yang menunjukan simpati


kepada pihak lain dan juga bertindak hatihati
agar pihak lain merasa kepentingnnya tetap ter
lindungi. Peran ini seolaholah mendukung pe
nawaran pihak lain.

c. Anggota Oposisi yang bertugas untuk memban


tah argumentasi yang dilakukan pihak lain,
anggota ini juga berusaha untuk membuka
kelemahan dan merendahkan posisi tawar
pihak lain.

d. Sweeper yang bertugas sebagai problem solver


pemecah kebuntuan dalam negosiasi, dan
bertugas menunjukkan inkonsistensi pihak lain.

Selain pembentukan tim, pada tahap ini perlu


bahas mengenai strategi yang akan di lakukan,
apakah rigid atau fleksibel atau keduanya.
Strategi juga dapat tentukan berdasarkan ke
mampuan tim yang ada.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 33


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

2. Proposal

Pada tahap ini, negosiator dapat memilih, apakah


langsung melakukan penawaran pertama atau me
nunggu pihak lain yang mengajukan penawaran.
Dalam tahap ini, negosiator sudah harus siap mem
pelajari kemungkinankemungkinan yang ada.
Meneliti serta membaca strategi pihak lain adalah
tepat jika dilakukan pada tahap ini.

3. Debat

Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam suatu


proses negosiasi. Dengan dilakukannya debat, kita
dapat mengetahui seberapa jauh kepentingan kita
bisa dipertahankan atau diteruskan dan seberapa
jauh kepentingan pihak lain akan kita terima. Tahap
ini diisi dengan argumentasi dari masingmasing
pihak. Dari argumentasi tersebut dapat terlihat
strategi dan fleksibilitas pihak lain.

4. Tawar menawar

Setelah diadakan proposal dan debat, negosiator


mengadakan tawar menawar atas kepentingan pi

34 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

haknya maupun pihak lain. Dalam tahap ini argu


mentasi sudah tidak terlalu diperlukan, yang diper
lukan adalah fakta, data, dan kemampuan untuk
mencapai tujuan negosiasi.

5. Penutup

Suatu negosiasi dapat berakhir dengan berbagai ke


mungkinan. Antara lain, negosiasi berhasil, negosi
asi gagal, negosiasi ditunda, negosiasi deadlock,
para pihak walkout, dan lainnya. Apabila negosiasi
berhasil, direkomendasikan untuk membuat
semacam memorandum of understanding (MoU)
untuk keperluan para pihak menekan pihak lainnya
untuk menjalankan kesepakatan hasil negosiasi
(contract enforcement).

Gambar 4.1. Flowchart Sengketa Kontrak Konstruksi Melalui Negosiasi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 35


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

36 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI MELALUI NEGOSIASI

3.1. Definisi Mediasi

Mediasi merupakan perwujudan dari Good Offices


(itikad baik) yang dilakukan dengan caracara Concil
iation (Konsiliasi), tapi bukan merupakan suatu sis
tem yang tetap seperti pada Conciliation (Konsiliasi).
Namun demikian, pada kasus tertentu hal ini sangat
sulit untuk dibedakan. Di dalam bukunya, Merrills
mengemukakan bahwa Mediasi berada di antara
pengertian Good Offices (itikad baik) dan Conciliation
(Konsiliasi). Secara etimologi, istilah mediasi berasal
dari bahasa latin yaitu mediare yang berarti berada
di tengah. Makna ini menunjuk pada peran pihak
ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya
menengahi dan menyelesaikan sengketa para pihak,
juga bermakna pada posisi netral dan tidak memihak
dalam menyelesaikan sengketa.

Mediasi dalam bahasa Inggris disebut dengan media


tion yang berarti penyelesaian sengketa dangan
menengahi, sedangkan mediator adalah orang yang
menjadi penengah dalam menyelesaikan sengketa.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata mediasi
diberi arti sebagai proses pengikutsertaan pihak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 37


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai


penasihat.

Menurut Tolberg dan Taylor yang dimaksud dengan


mediasi adalah suatu proses dimana para pihak dengan
bantuan seseorang atau beberapa orang secara sistem
atis menyelesaikan permasalahan yang disengketakan
untuk mencari alternatif dan dapat mempercaya
penyelesaian yang dapat mengakomodasi kebutuhan
mereka.

Menurut Gary Goodpaster mengemukakan mediasi


adalah proses negoisasipemecahan masalah dimana
pihak luar yang tidak memihak (impartial) dan netral
bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk mem
bantu mereka memperoleh kesepakatan perjanjian
dengan memuaskan.5

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Christhopher W.


More bahwa, mediasi adalah intervensi dalam sebuah
sengketa atau negosiasi oleh pihak ketiga yang bisa di
terima pihak yang bersengketa bukan merupakan
bagaian dari kedua belah pihak dan bersifat netral.
Pihak ketiga ini tidak mempunyai wewenang untuk
mengambil keputusan. Dia bertugas untuk membantu
pihakpihak yang bertikai agar secara sukarela mau
mencapai kata sepakat yang diterima oleh masing
masing pihak dalam sebuah persengketaan.

5
Ibid., hlm. 60.

38 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Yahya Harahap mendefinisikan mediasi sebagai :

a. Sebagai pihak ketiga yang netral dan tidak memi


hak (imparsial) dan;

b. Berfungsi sebagai pembantuan atau peno


long (helper) mencari berbagai kemungkinan atau
alternatif penyelesaian sengketa yang terbaik dan
saling menguntungkan kepada para pihak.

Rachmadi Usman menyimpulkan mediasi adalah seba


gai cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan
melalui perundingan yang melibatkan para pihak
ketiga yang bersikap netral (non intervensi) dan dise
but mediator atau penengah yang bertugas hanya
membantu pihakpihak yang bersengketa dalam me
nyelesaikan masalahnya dan tidak mempunyai kewe
nangan untuk mengambil keputusan.

mediasi mengandung unsur sebagai berikut:

1. Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian sengke


ta berdasarkan asas kesukarelaan melalui persetu
juan.

2. Mediasi adalah sebuah proses perdamaian.

3. Mediator yang terlibat bertugas membantu para


pihak yang bersengketa untuk mencari penyele
saian.

4. Mediator yang terlibat harus ditentukan oleh para


pihak yang bersengketa.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 39


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

5. Mediator tidak mempunyai kewenangan untuk


mengambil keputusan selama penundaan berlang
sung.

6. Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau meng


hasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak
pihak yang bersengketa dengan tujuan:

a. Menghasilkan suatu rencana kesepakatan


kedepan yang dapat diterima dan dijalankan
oleh para pihak yang bersengketa.

b. Mempersiapkan para pihak yang bersengketa


untuk memenuhi konsekwensi dari keputusan
yang mereka buat.

c. Mengurangi kekhawatiran dan dampak nega


tif dari suatu konflik dengan cara mencapai
penyelesaian secara konsensus.

3.2. Dasar Hukum Upaya Mediasi

Mediasi secara filosofis merupakan falsafah bangsa In


donesia hal ini terlihat dalam Pancasila pada sila keem
pat yakni kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Dapat dipahami bahwa dalam penyelesaian sengketa
berasas pada musyawarah mufakat, asas ini merupa
kan nilai tertinggi yang dijabarkan lebih lanjut
dalam UUD 1945 dan sejumlah peraturan perundang
undangan di bawahnya, diantara yang disebutkan
dalam yang disebutkan dalam penjelasan Pasal 3 ayat

40 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

2 UndangUndang No 14 Tahun 1970 yang telah di


rubah dengan UndangUndang No 4 Tahun 2004 yang
telah dirubah dengan UndangUndang No 48 Tahun
2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yakni Peradilan
negara menerapkan dan menegakan hukum dan kead
ilan berdasarkan Pancasila.

Prinsip musyawarah mufakat merupakan nilai dasar


yang digunakan pihak bersengketa dalam mencari so
lusi terutama di luar jalur pengadilan.[14] Nilai
musyawarah mufakat terkonkretkan dalam sejumlah
bentuk alternatif penyelesaian sengketa seperti medi
asi, arbitrase, negosiasi, fasilitasi dan berbagai bentuk
penyelesaian sengketa lainnya.[15] Dalam sejarah pe
rundangundangan Indonesia prinsip musyawarah mu
fakat yang berujung damai juga digunakan di
lingkungan peradilan, terutama dalam penyelesaian
sengketa perdata.[16]

Adapun sejumlah peraturan perundangundangan


yang menjadi dasar yuridis untuk menerapkan mediasi
di pengadilan maupun di luar pengadilan adalah;

a. Landasan Yuridis Mediasi di Pengadilan

HIR Pasal 130 (= Pasal 154 Rbg = Pasal 31


RV) yakni :

1). Jika pada hari yang telah ditentukan itu, kedua


belah pihak datang, maka pengadilan negeri
dengan pertolongan ketua mencoba akan men

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 41


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

damaikan mereka.

2). Jika perdamaian yang demikian itu dapat dica


pai maka pada waktu bersidang, diperbuat se
buah surat (akte) tentang itu, dalam mana
kedua belah pihak dihukum akan menepati
perjanjian yang diperbuat itu, surta mana akan
berkekuatan dan akan dijalankan sebagai pu
tusan yang biasa.

3). Keputusan yang demikian tidak dijalankan di


banding.

4). Jika pada waktu mencoba akan memperda


maikan kedua belah pihak, perlu dipakai seo
rang juru bahasa, maka peraturan Pasal yang
berikut dituruti untuk itu.

Dalam perkembangannya Mahkamah Agung RI


untuk memberdayakan pasalpasal tersebut awal
nya telah mengeluarkan SEMA Nomor 1 Tahun
2002 Tentang Pemberdayaan Lembaga Perdama
ian dalam Pasal 130 HIR/154 Rbg, yang selanjut
nya dituangkan dalam bentuk Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 yang pada
akhirnya disempurnakan dengan Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan.

1. KUHPerdata Pasal 1851 yakni perdamaian


adalah suatu persetujuan dimana kedua belah

42 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau


menahan suatu barang, mengakhiri suatu
perkara yang sedang bergantung atau mence
gah timbulnya suatu perkara.

2. Pengaturan mediasi atau alternatif penyelesai


an sengketa di luar pengadilan disebutkan
dalam UndangUndang 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka 10 yakni
alternatif penyelesaian sengketa adalah lem
baga penyelesaian sengeketa atau beda penda
pat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian sengketa di luar pen
gadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, me
diasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.

Sedangkan tatacara pelaksanaan mediasi di


luar pengadilan tersebut diatur dalam Pasal
6 UndangUndang 30 Tahun 1999 dengan 9
ayat.

Dari kesemua landasan yuridis tersebut adalah


merupakan hukum positif. Artinya kesemua
bentuk produk hukum itu dibuat oleh negara
dalam bentuk resmi sebagai peraturan perun
dangundangan. Maka hukum mempunyai
kekuatan untuk dipaksakan berlakunya oleh
negara, dengan demikian mediasi adalah meru
pakan lembaga hukum yang harus dilak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 43


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

sanakan baik oleh lembaga peradilan khusus


nya maupun di luar jalur peradilan dalam
penyelesaian sengketa.

Bila dilihat dari segi fungsi hukum yang selama


ini hukum berfungsi sebagai sarana pengen
dalian masyarakat (social control), sebagai alat
perekayasa sosial (a tool of social enginer
ing). Namun, hukum juga juga dapat dijadikan
sebagai sarana menyelesaikan sengketa. Menu
rut Soerjono Soekamto bahwa hukum tidak
saja merupakan sarana pengendalian sosial
dalam arti suatu sarana pemaksa yang melin
dungi warga masyarakat dari ancamananca
man maupun perbuatanperbuatan yang
membahayakan diri serta harta bendanya, akan
tetapi dilain pihak hukum juga berfungsi seba
gai saranan untuk memperlancar interaksi
sosial (law as a facilitation of human interac
tion). Hal ini perlu mendapat perhatian khusus
mengingat hubungan antar manusia sering
tidak berjalan mulus yang ditampilkan dalam
berbagai sengketa yang menyebakan hubungan
antar mereka tidak berlangsung sebagaimana
diharapkan. Sehingga diperlukan kehadiran
mediasi sebagai perangkat hukum yang akan
berfungsi melancarkan kemacetan dengan
memberikan penyelesaian sengketa.

44 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3.3. Tahapan Proses Mediasi

Ketika para pihak sepakat untuk melakukan proses


mediasi, yang mana para pihak berkehendak untuk
mencapai kesepakatan penyelesaian atas sengke
tanya. Mediasi akan berjalan dengan kondisikondisi
sebagai berikut :

(1) Mediator adalah seorang fasilitator yang akan


membantu para pihak untuk mencapai kesepa
katan yang dikehendaki oleh para pihak.

(2) Mediator tidak memberi nasehat atau pendapat


hukum.

(3) Para pihak yang bersengketa dapat meminta


pendapat par ahli baik dari sisi hukum lainnya
selama proses mediasi berlangsung.

(4) Mediator tidak dapat bertindak sebagai penase


hat hukum terhadap salah satu pihak dalam
kasus yang sama ataupun yang berhubungan dan
ia juga tidak dapat bertindak sebagai arbiter atau
kasus yang sama.

(5) Para pihak paham agar proses mediasi dapat ber


jalan dengan baik maka diperlukan proses komu
nikasi yang terbuka dan jujur, selanjutnya segala
bentuk negosiasi dan pernyataan baik tertulis
maupun lisan yang dibuat dalam proses mediasi
akan diperlukan sebagai informasi yang bersifat
tertutup dan rahasia.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 45


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Menurut Gary Goodpaster, secara umum, yang men


jadi kewajiban dan tugas dalam suatu mediasi adalah
sebagai berikut :

a. Tahap Pertama : Menciptakan Forum.

Dalam tahap ini, kegiatankegiatan yang dilakukan


adalah sebagai berikut :

a.1. Rapat Gabungan.

a.2. Statement pembukaan oleh mediator, dalam


hal ini yang dilakukan adalah : (i). mendidik
para pihak; (ii). menentukan aturan main
pokok; dan (iii). Membina hubungan keper
cayaan.

a.3. Statement para pihak, dalam hal ini yang di


lakukan adalah : (i). dengar pendapat (hear
ing); (ii). menyampaikan dan klarifikasi
informasi; dan (iii). Caracara interaksi.

b. Tahap Kedua : Mengumpulkan dan membagi infor


masi.

Dalam tahap ini kegiatankegiatan yang dilakukan,


yaitu mengadakan rapatrapat terpisah dengan tu
juan sebagai berikut :

b.1. mengembangkan informasi selanjutnya ;

46 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

b.2. mengetahui lebih mendalam mengenai keing


inan para pihak ;

b.3. membantu para pihak untuk dapat menge


tahui kepentingannya ;

b.4. mendidik para pihak tentang cara tawar


menawar penyelesaian masalah.

c. Tahap Ketiga : Pemecahan masalah.

Dalam tahap ini, yang dilakukan oleh mediator


adalah mengadakan rapat bersama atau rapat ter
pisah lanjutan dengan tujuan, yaitu sebagai
berikut:

c.1. menetapkan agenda ;

c.2. kegiatan pemecahan masalah ;

c.3. memfasilitasi kerja sama ;

c.4. identifikasi dan klasifikasi isu dan masalah ;

c.5. mengembangkan alternative dan pilihanpili


han ;

c.6. memperkenalkan pilihanpilihan tersebut ;

c.7. membantu para pihak untuk mengajukan, me


nilai dan memprioritaskan kepentinganke
pentingannya ;

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 47


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

d. Tahap Keempat Dalam tahap ini, kegiatan


kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

d.1. melakukan rapatrapat bersama ;

d.2. melokalisir pemecahan masalah dan


melakukan evaluasi pemecahan masalah ;

d.3. membantu para pihak untuk memperkecil


perbedaanperbedaan ;

d.4. mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak ;

d.5. membantu para pihak untuk membandingkan


proposisi penyelesaian masalah dengan alter
native di luar kontrak ;

d.6. mendorong para pihak untuk menghasilkan


dan menerima pemecahan masalah ;

d.7. mengusahakan formula pemecahan masalah


yang winwin dan tidak kehilangan muka ;

d.8. membantu para pihak untuk memperoleh pil


ihannya ;

d.9. membantu para pihak untuk mengingat kem


bali kontraknya ;

48 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.2. Flowchart Mediasi Menurut Perma Nomor 1 Tahun 2008.

Keterangan :
KPN : Ketua Pengadilan Negeri

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 49


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

50 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.3. Flowchart Mediasi dalam Litigasi

Keterangan :
KM : Ketua Majelis

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 51


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.4. Flowchart Alur Mediasi di Tingkat Banding, Kasasi dan Penin
jauan Kembali

Keterangan :
KPN : Ketua Pengadilan Negeri
KPA : Ketua Pengadilan Agama
PN : Pengadilan Negeri.
PA : Pengadilan Agama.
PT : Pengadilan Tinggi
MA : Mahkamah Agung

52 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.5. Flowchart Alur Proses Mediasi Terhadap Perkara yang Dimo
honkan Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali

Keterangan :
PK : Peninjauan Kembali.
KPN : Ketua Pengadilan Negeri
KPA : Ketua Pengadilan Agama

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 53


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.6. Flowchart Alur Mediasi di Tingkat Banding, Kasasi dan Penin
jauan Kembali Setelah Penandatanganan Kesepakatan Perdamaian

53
Keterangan :
KPT : Ketua Pengadilan Tinggi
KPTA : Ketua Pengadilan Tinggi Agama
KMA : Ketua Mahkamah Agung
PT : Pengadilan Tinggi.
PTA : Pengadilan Tinggi Agama.
MA : Mahkamah Agung

54 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3.3. Teknik Mediasi

Proses Mediasi di Luar Pengadilan atau secara non


litigasi menurut Moore ;

1. Mediator memulai hubungan dengan para pihak

Para pihak dapat berupa perorangan, organisasi,


ataupun badan hukum. Jika para pihak sudah sepakat
menunjuk dan menerima seseorang atau lebih seba
gai mediator, maka mediator sudah dapat melakukan
tugastugas selanjutnya. Namun, jika hanya satu pihak
meminta atau memprakarsai, maka mediator harus
mendekati pihak lain untuk meminta persetujuan
pihak itu. Karena penerimaan para pihak terhadap
diri mediator adalah langkah awal yang esensial bagi
seorang mediator untuk memulai perannya.

Keterlibatan mediator dalam sebuah sengketa dapat


berawal dari tawaran jasa oleh mediator kepada para
pihak. Memilih strategi untuk membimbing proses
mediasi. Mediator memberi wawasan kepada para
pihak bahwa penyelenggaraan mediasi dapat di
lakukan melalui beberapa pilihan pendekatan, misal
nya antara pendekatan formal dan informal, tertutup
ketat dan terbuka. Pada tahap awal ini mediator men
gadakan pertemuan dengan para pihak secara ter
pisah pisah guna membahas pilihanpilihan sesuai
keinginan atau kebutuhan para pihak. Tugas media
tor hanya memberi wawasan kepada para pihak.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 55


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

2. Mengumpulkan dan menganalisis berbagai infor


masi terkait sengketa

Pengumpulan dan analisis berbagai informasi yang


berkaitan dengan sengketa perlu dilakukan oleh
mediator untuk mengidentifikasi para pihak yang
terlibat sengketa, masalahmasalah yang dipersen
gketakan, dan kepentingan para pihak, men
gungkapkan dan menganalisis dinamika hubungan
para pihak pada masa lalu dan masa sekarang, ten
tunya dengan batasan yang wajar.

3. Menyusun Rencana Mediasi

Penyusunan rencana mediasi dimaksudkan untuk


mempertimbangkan atau menjawab pertanyaan
pertanyaan berikut.

a. Siapa yang berperan dalam proses mediasi

b. Di mana tempat mediasi berlangsung

c. Bagaimana penataan fisik ruang pertemuan

d. Apa prosedur yang perlu digunakan dan


bagaimana membuat aturan perundingan di
lakukan

e. Bagaimana kondisi psikologis para pihak

f. Apa masalahmasalah atau isuisu yang penting


bagi para pihak

56 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

4. Membangun kepercayaan dan kerja sama di antara


para pihak

Setelah para pihak menerima kehadiran mediator,


mediator tidak harus segera memepertemukan
para pihak. Mediator dapat memulai proses medi
asi dengan cara melakukan pertemuanpertemuan
terpisah kepada para pihak, sebelum para pihak
dipertemukan secara langsung.

Pendekatan seperti ini lebih diperlukan jika seng


keta melibatkan emosi yang tinggi. Pada tahap ini
mediator dapat memberikan wawasan kepada
para pihak tentang mediasi.

Setelah para pihak memperlihatkan kesiapan men


tal dan kerja sama menempuh preses mediasi,
barulah mediator mengadakan tatap muka lang
sung bersama dengan para pihak.

5. Memulai sidang mediasi

Pada Pertemuan pertama yang dihadiri lengkap


para pihak, mediator sebaiknya melakukan tiga hal
pokok.

i. mediator memperkenalkan diri sendiri, kemu


dian meminta para pihak atau kuasa hukum
untuk memperkenalkan diri.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 57


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

ii. mediator perlu untuk menjelaskan kepada para


pihak tentang pengertian mediasi dan peran
atau tugastugas mediator.

Mediator perlu menekankan ciriciri utama me


diasi, yaitu mediator bersifat netral dan tidak
memiliki kewenangna memutus, serta adanya
kaukus selama proses mediasi.

iii. mediator menekanan perlunya aturan mediasi


sehingga mediator harus menganjurkan agar
proses mediasi berjalan atas dasar aturanatu
ran. Langkah berikutnya adalah mediator mem
inta para pihak untuk melakukan pernyataan
pembukaan. Pernyataan pembukaan memuat
latar belakang sengketa atau duduk perkara
serta usulan penyelesain dari sudut pandang
masingmasing pihak.

Dari pernyataan pembukaan ini, mediator


harus merumuskan masalahmasalah dan
menyusun agenda perundingan.

6. Merumuskan MasalahMasalah dan menyusun


Agenda

Mediator harus mampu membantu para pihak


mengidentifikasi masalah yang terjadi atau yang
dipersepsikan oleh para pihak. Dari identifikasi
masalahmasalah itu, mediator dapat merumuskan
agenda perundingan atau mediasi. Mediator dapat

58 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

mengidentifikasi masalah melalui wawancara,


meminta para pihak untuk menuliskan sengketa
dari sudut pandang masingmasing, dan men
yarikan dari pernyataan pernyataan pembukaan
para pihak.

Agenda mediasi disarikan dari masalahmasalah


penyebab sengketa. Agenda perundingan yang
jelas merupakan langkah awal penting bagi keber
hasilan penyelenggaraan proses mediasi.

Yang dimaksud dengan agenda mediasi atau


agenda perundingan adalah masalahmasalah yang
dibahas dalam perundingan atau proses mediasi.

7. Mengungkapkan kepentingan tersembunyi dari


para pihak

Salah satu faktor penyebab konflik adalah adanya


benturan kepentingan atau tidak terpenuhinya ke
pentingan salah satu atau para pihak. Jika ke
pentingan mereka tidak terpenuhi dengan
tawarantawaran yang terjadi dalam proses medi
asi, maka para pihak cenderung menolak tawaran
tawaran itu.

Sering kali dalam praktik mediasi, mediasi me


ngalami jalan buntu (deadlock) karena proses me
diasi tidak mampu memuaskan kepentingan salah
satu pihak atau para pihak.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 59


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Oleh sebab itu, menjadi tugas pokok bagi seorang


mediator untuk mampu mengungkapkan kepentin
gankepentingan tersembunyi salah satu pihak atau
para pihak.

Secara teoritas terdapat dua pendekatan untuk


mengungkapkan kepentingan para pihak.

Pertama adalah pendekatan langsung, yaitu


mediator menanyakan apa yang menjadi ke
pentingan pihak.

Kedua, dapat dilakukan dengan mendengar se


cara cermat pernyataanpernyataan dari para
pihak yang menyiratkan kepentingan.

8. Mengembangkan pilihan pilihan penyelesaian


masalah

Jika satu masalah hanya diatasi dengan satu opsi


penyelesaian, maka para pihak cenderung ter
perangkap dalam perundingan tawarmenawar
yang posisional dan menggiring mereka ke jalan
buntu.

Misalnya, jika masalah pokok yang dibahas adalah


soal ganti rugi, maka mediator harus mendorong
para pihak untuk tidak hanya membahas soal jum
lah, tetapi juga halhal lain yang terkait, misalnya
cara pembayaran ganti kerugian, apakah pemba
yaran tunai atau angsuran, atau kapan ganti keru
gian dapat dilakukan.

60 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

9. Menganalisis pilihanpilihan penyelesaian

Jika para pihak telah dapat menemukan sekurang


kurangnya dua opsi penyelesaian atas sebuah
masalah, mediator kemudian harus mendorong
para pihak untuk membahas tiap opsi.

Opsi mana yang paling dapat memuaskan ke


pentingan para pihak, opsi itulah yang paling dapat
diterima menjadi sebuah penyelesaian atas suatu
masalah. opsi yang dapat memenuhi kepentingan
kedua belah pihak, tidak cukup hanya bersifat de
sirability tapi juga harus enforceability.

10. Proses tawarmenawar

Proses tawarmenawar merujuk pada suatu


keadaan bahwa satu pihak telah memberikan
tawarantawaran atau konsesikonsesi kepada
pihak mitra runding untuk memperoleh imbalan
sebaliknya dari mitra runding.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 61


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB IV
PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI MELALUI KONSILIASI

4.1. Definisi Konsiliasi

UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbi


trase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak mem
berikan definisi yang tegas mengenai konsiliasi. Dalam
berbagai literatur, konsiliasi didefinisikan sebagai
upaya penyelesaian sengketa dengan cara memperte
mukan keinginan para pihak dengan menyerahkannya
kepada suatu komisi/pihak ketiga yang ditunjuk atas
kesepakatan para pihak yang bertindak sebagai konsil
iator. Menurut Munir Fuady, konsiliasi adalah suatu
proses penyelesaian sengketa di antara para pihak den
gan melibatkanpihak ketiga yang netral dan tidak
memihak (imparsial).

Sedangkan menurut Jimmy Yoses Sembiring,


mendefinsikan konsiliasi sebagai lanjutan dari mediasi
dalam hal mana mediator berubah fungsi menjadi kon
siliator.6

Dalam cara ini, konsiliator tidak harus melakukan pe


rundingan masingmasing dengan salah satu pihak se

6
Susilawetty, Op.Cit., hlm.27

62 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

cara bergantian. Berbeda halnya dengan mediasi,


maka dalam hal ini, konsiliator dapat memaksakan
keputusan, usulan atau resolusi yang diambil. Jadi,
pada saat berakhirnya tugas konsiliator, dia akan
membuat perjanjian tertulis yang ditandatangani para
pihak atau dapat juga konsiliator membuat suatu la
poran yang memuat halhal mengenai kegagalan atau
suatu pernyataan bahwa proses konsiliasi terhenti.

Model konsiliasi ini

UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Al


ternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan
suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian
ataudefinisi dari konsiliasi. Bahkan tidak dapat dite
mui satu ketentuan pun dalam UU No. 30 Tahun1999
ini mengatur mengenai konsiliasi. Perkataan konsil
iasi sebagai salah satu lembaga alternatifpenyelesaian
sengketa dapat ditemukan dalam ketentuan Pasal 1
angka 10 dan Alenia ke9 Penjelasan Umum Undang
undang No. 30 Tahun 1999 tersebut.

Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua


cara ini adalah melibatkan pihak ketiga untuk menye
lesaikan sengketa secara damai. Konsiliasi dan medi
asi sulit dibedakan. Namunmenurut Behrens, ada
perbedaan antara kedua istilah ini, yaitu konsiliasi
lebih formal daripada mediasi. Konsiliasi bisa juga
diselesaikan oleh seorang individu atau suatu badan
yang disebut

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 63


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

4.2. Dasar Hukum Upaya Konsiliasi

Adapun dasar hukum mengenai konsiliasi sebagai


model alternatif penyelesaian sengketa adalah seba
gai berikut :

1. UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tentang


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
(vide ketentuan Pasal 1 angka 10) ;

2. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Jasa


Konstruksi (vide Penjelasan Ketentuan Pasal 37
ayat 2) ;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 ten


tang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi seba
gaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Peratu
ran Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (vide Ketentuan
Pasal 49) ;

4. UndangUndang Nomor 2 Tahun 2004 tentang


Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial ;

5. Buku Ketiga Kitab UndangUndang Hukum Perdata


(KUHPerdata), yaitu ketentuan Pasal 1851 KUH
Perdata sampai dengan ketentuan Pasal 1864
KUHPerdata ;

64 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

4.3. Tahapan Proses Konsiliasi

Adapun tahapan konsiliasi adalah sebagai berikut :

1. Tahap pertemuan langsung dari para pihak

2. Berdasarkan kesepakatan para pihak dapat


menghubungi lembaga arbitrase atau lembaga al
ternatif untuk menunjuk seorang mediator ( kon
selor)

3. Mediator ( konselor) bersifat aktif memberikan pe


nawaran alternatif penyelesaian

4. Dalam waktu 7 hari usaha mediasi / konsiliasi


harus sudah dimulai

5. Paling lama 30 hari harus sudah dicapai kesepa


katan dalam bentuktertulis

6. Putusan bersifat final dengan etikad baik

7. Paling lama 30 hari sejak penandatanganan kese


pakatan wajib didaftarkan ke Pengadilan Negeri

4.4. Teknik Konsiliasi

Konsiliasi merupakan suatu cara penyelesaian sen


gketa oleh suatu organ yang dibentuk sebelumnya
atau dibentuk kemudian atas kesepakatan para pihak
yang bersengketa. Organ yang dibentuk tersebut me
ngajukan usulusul penyelesaian kepada para pihak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 65


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

yang bersengketa. Rekomendasi yang diberikan oleh


organ tersebut tidak bersifat mengikat. Organ terse
but disebut dengan komisi konsiliasi.

Fungsi komisi konsiliasi adalah untuk menyelidiki


sengketa dan batas penyelesaian yang mungkin.
Fungsi komisi konsiliasi adalah memberikan infor
masi dan nasehat tentang pokok masalah posisi
pihakpihak dan untuk menyarankan suatu penyele
saian yang bertalian dengan apa yang mereka ter
ima, bukan apa yang mereka tuntut. Karena proposal
komisi konsiliasi dapat diterima atau ditolak, praktek
yang umum untuk komisi itu adalah memberikan
pihakpihak jangka waktu tertentu selama beberapa
bulan guna memperlihatkan tanggapan mereka.
Prosedur konsiliasi sangat bermanfaat dan sangat
penting, karena dalam pelaksanaan penyelesaian
sengketa melalui konsiliasi ada beberapa tahap yang
harus dilalui, yaitu :

penyerahan sengketa kepada komisi konsiliasi,

kemudian komisi akan mendengarkan keterangan


lisan para pihak,

dan berdasarkan faktafakta yang diberikan oleh


para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi
akan menyerahkan laporan kepada para pihak di
sertai dengan kesimpulan dan usulan penyelesaian
sengketa. Seperti yang telah disebutkan sebelum
nya, bahwa konsiliasi merupakan kombinasi antara

66 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

penyelidikan (enquiry) dan mediasi (mediation).


Salah satu penyebab munculnya sengketa antar ne
gara adalah karena adanya ketidaksepakatan para
pihak mengenai fakta. Untuk menyelesaikan seng
keta ini, akan bergantung pada penguraian fakta
fakta para pihak yang tidak disepakati. Yang mana
untuk dapat mengetahui kebenaran faktafakta
yang diberikan oleh para pihak secara lisan terse
but komisi konsiliasi akan melakukan penye
lidikan. Tujuan dari suatu penyelidikan, tanpa
membuat rekomendasirekomendasi yang spesifik,
adalah untuk menetapkan fakta, yang mungkin
dengan cara demikian memperlancar penyelesaian
sengketa yang dipermasalahkan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 67


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.7. Flowchart Sengketa Kontrak Konstruksi Melalui Konsiliasi

68 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB V
PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI MELALUI ARBITRASE

5.1. Definisi Arbitrase

Penyelesaian sengketa arbitrase s ebenarnya terma


suk ke dalam lingkup penyelesaian melalui jalur ad
judikasi. Yaitu proses peyelesaian sengketa melalui
prosedur peradilan yang bersifat formal serta meng
hasilkan suatu keputusan yang mengikat bagi kedua
belah pihak namun berbeda dibandingkan peradilan
internasional. Kata arbitrase berasal dari kata arbi
trase (latin), arbitrage (Belanda), arbitration (Ing
gris), schiedspruch (Jerman), dan arbitrage
(Perancis), yang berarti kekuasaan untuk menyele
saikan sesuatu menurut kebijaksanaan atau damai
oleh arbiter atau wasit.

Ada beberapa batasan dan definisi tentang arbitrase.


Secara luas arbitrase dapat diartikan sebagai suatu
alternatif penyelesaian sengketa melalui pihak ketiga
(badan arbitrase) yang ditunjuk dan disepakati para
pihak (negara) secara sukarela untuk memutuskan
sengketa yang bukan bersifat perdata dan putusannya
bersifat final dan mengikat.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 69


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Menurut Blacks Law Dictionary Arbitration an


arrangement for taking an abiding by the judgement
of selected persons in some disputed matter, instead
of carrying it to establish tribunals of justice, and is
intended to avoid the formalities, the delay, the ex
pense and vexation of ordinary litigation.7

Sebagai salah satu alternatif penyelesaian sengketa,


arbitrase dipandang sebagai cara yang efektif dan adil.

Penyelesaian melalui arbitrase dapat ditempuh


melalui beberapa cara, yaitu penyelesaian kepada
suatu badan arbitrase ad hoc (sementara) atau oleh
seorang arbitrator secara terlembaga (institutional
ized).

Badan arbitrase terlembaga adalah badan arbitrase


yang sudah berdiri sebelumnya dan memiliki hukum
acara sendiri.

Sedangkan badan arbitrase ad hoc adalah badan yang


di buat oleh para pihak untuk sementara waktu.
Badan arbitrase sementara ini berakhir tugasnya sete
lah putusan atas suatu sengketa tertentu dikeluarkan.

7
Henry Campbell Black, Op.Cit., page. 50

70 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

1. Arbitrase Ad Hoc (Arbitrase Voluntier).

Arbitrase Volunter ini dibentuk khusus untuk


menyelesaikan sengketa atau memutus sengketa
konstruksi. Karena itu arbitrase volunter ini bersi
fat insidentil dan jangka waktunya tertentu pula
sampai sengketa tersebut diputuskankan. Dalam
praktik konstruksi, arbitrase volunter ini dapat
disebut sebagai Panitia Pendamai yang berfungsi
sebagai juri/wasit yang dibentuk dan diangkat oleh
para pihak, yang anggotaanggotanya terdiri dari:

a. Seorang wakil dari pihak kesatu (pengguna jasa)


sebagai anggota

b. Seorang wakil dari pihak kedua (penyedia jasa)


sebagai anggota

c. Seorang wakil dari pihak ketiga sebagai ketua


yang ahli dibidang konstruksi, dan disetujui
kedua belah pihak.

d. Hasil keputusan Panitia Pendamai ini bersifat


mengikat dan mutlak untuk kedua belah pihak
yang bersengketa.

2. Penyelesaian sengketa dengan Arbitrase Institu


sional

Yaitu suatu lembaga permanen (permanent arbi


tral body) sebagaimana ayat (2) Konvensi New
York 1958. Arbitrase Institusional ini didirikan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 71


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

oleh organisasi tertentu dan sengaja didirikan


untuk menampung perselisihan yang timbul dari
perjanjian. Faktor sengaja dan sifat permanen itu
lah yang membedakan dengan arbitrase ad hoc.

Arbitrase Institusional ini berdiri sebelum sengketa


timbul. Di samping itu arbitrase ini berdiri untuk sela
manya walaupun suatu sengketa telah diputus dan dis
elesaikan.

Ada dua perbedaan utama antara badan arbitrase in


ternasional publik dengan pengadilan internasional.

1. Arbitrase memberikan para pihak kebebasan


untuk memilih atau menentukan badan arbi
trasenya. sebaliknya pada pengadilan, komposisi
pengadilan berada diluar pengawasan dan kontrol
para pihak.

2. Arbitrase memberikan kebebasan kepada para


pihak untuk memilih hukum yang akan diterapkan
oleh badan arbitrase. Kebebasan seperti ini tidak
ada dalam pengadilan internasional pada umum
nya.

Contohnya pada Mahkamah Internasional terikat untuk


menerapkan prinsipprinsip hukum internasional
yang ada, meskipun dalam mengeluarkan putusannya
dibolehkan menerapkan prinsip ex aequo et bono.

72 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Kelebihan Arbitrase antara lain adalah:

1. para pihak memiliki kebebasan dalam memilih


hakimnya (arbitrator) baik secara langsung
maupun tidak langsung (melalui bantuan pihak
ketiga seperti pengadilan internasional). Hal ini
penting karena apabila suatu negara menyerahkan
sengketanya kepada pihak ketiga (dalam hal ini ar
bitrase) maka negara tersebut harus memper
cayakan sengketanya diputus oleh pihak ketiga
tersebut, yang menurut negara itu bisa diandalkan,
dipercaya, dan memiliki kredibilitas.

2. para pihak memiliki kebebasan untuk menentukan


hukum acara atau persyaratan bagaimanan suatu
putusan akan didasarkan misalnya dalam menen
tukan hukum acara dan hukum yang akan diterap
kan pada pokok sengketa.

3. sifat dari putusan arbitrase pada prinsipnya adalah


final dan mengikat

4. apabila para pihak menginginkan maka arbitrase


itu dapat dilaksanakan secara rahasia. Contoh per
sidangan yang dilakukan secara rahasia adalah
persidangan atau dengar pendapat secara lisan
yang tertutup dalam kasus Rainbow Warriors Ar
bitration juga dalam kasus AngloFrench Continen
tal Shelf.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 73


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

5. prosedur arbitrase dapat lebih cepat dari pengadi


lan internasional.

6. para pihak sendiri yang menentukan tujuan atau


tugas badan arbitrase.

Kelemahan Arbitrase yaitu:

1. arbitrase hanya dapat dilakukan jika kedua belah


pihak sepakat untuk itu, sedangkan dalam
masyarakat internasional umumnya negara enggan
untuk memberikan komitmennya untuk menyer
ahkan sengketa kepada badanbadan pengadilan
interansional termasuk badan arbitrase interna
sional.

2. keputusan yang diambil tergantung pada arbiter.

3. proses penyelesaian sengketa melalui arbitrase


tidak mejamin putusannya akan mengikat. Hukum
internasional tidak menjamin bahwa pihak yang
kalah atau tidak puasdengan putusan yang dikelu
arkan akan melaksanakan putusan tersebut.

4. tidak ada preseden yang dapat dijadikan sumber


hukum arbitrase.

5. dalam penunjukkan badan arbitrase ad hoc, sedikit


banyak akan menimbulkan kesulitan dalam pros
esnya, karena para pihak harus betulbetul mema
hami sifatsifat arbitrase dan merumuskan sendiri

74 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

hukum acaranya. Badan arbitrase akan berfungsi


apabila para pihak sepakat untuk menyerahkan
sengketa pada lembaga itu.

Dalam daftar berikut disajikan beberapa kelebihan dan


keuntungan pilihan penyelesaian sengketa melalui
Lembaga Arbitrase dibandingkan dengan Lembaga
Pengadilan.

APS LEMBAGA ARBITRASE LEMBAGA PENGADILAN


Bebas dan otonom menen Mutlak terikat pada
tukan rules dan insitusi arbi hukum acara yang berlaku
trase (HRI, Rv)
Menghindari ketidakpastian Yang berlaku mutlak
(uncertainty) akibat perbe adalah sistem hokum dari
daan sistem hukum dengan Negara tempat sengketa
Negara tempat sengketa diperiksa.
diperiksa, maupun kemungki
nan adanya keputusan Hakim
yang unfair dengan maksud
apapun termasuk melindungi
kepentingan domestic yang
terlibat sengketa.

Keleluasan memilih arbiter Majelis hakim Pengadilan


ptofesional, pakar (expert) ditentukan oleh Admini
dalam bidang yang menjadi trasi Pengadilan.
objek sengketa, dan indepeden
dalam memeriksa sengketa.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 75


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

APS LEMBAGA ARBITRASE LEMBAGA PENGADILAN


Waktu, produser, dan biaya ar Putusan pengadilan yang
bitrase lebih efisien. Putusan in kracht van gewijsde
bersifat final dan binding dan membutuhkan waktu
tertutu puntuk upaya hukum yang relatif lama (>5
banding atau kasasi; tahun jika sampai tingkat
MARI)

Persidangan tertutup (non Terbuka untuk umum (ke


publicity), dan adanya kare cuali kasus cerai)
nanya member perlindungan
untuk informasi atau data
usaha yang bersifat rahasia
atautidak boleh diketahui
umum.

Pertimbangan hokum lebih Pola pertimbangan Penga


mengutamakan aspek privat dilan dan putusan Hakim
dengan pola winwin solution. adalah winloose

Putusan bersifat nonprece Yurisprudensi merupakan


dence dan karenanya untuk salah satu sumber hokum
jenis dan sifat sengketa yang yang dapat diterapkan
sama sangat dimungkinkan dalam putusan perkara.
adanya putusan yang berbeda.

76 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Kelemahan Pilihan Arbitrase

ARBITRASE LEMBAGA PENGADILAN


Honorarium arbiter, sekretariat Biaya perkara relative murah
dan adminitrasi, relative mahal. dan telah ditentukan oleh
Tolokukur jumlah, umumnya di MARI.
tentukan oleh nilai klaim (sen
gketa) apabila biaya ditolak atau
tidak dibayar oleh salah satu pihak
maka pihak yang lain wajib mem
bayarnya agar sengketa diperiksa
Arbitrase.
Relative sulit untuk membentuk Tidak ada hambatan berart di
Majelis Arbitrase apabila Lembaga dalam pembentukan Majelis
Arbitrase Ad Hoc Hakim yang memeriksa
perkara.

Tidak memiliki juru sita sendiri se Memiliki juru sita dan atau
hingga menghambat penerapan sarana pelaksanaan prosedur
prosedur dan mekanisme Arbitrase hukum acara.
secara efektif.

Putusan Arbitrase tidak memiliki Pelaksanaan putusan dapa tdi


daya paksa yang efektif, dan sangat paksakan secara efektif ter
bergantung kepada pengadilan jika hadap pihak yang kalah dalam
putusan tidak dijalankan dengan perkara.
sukarela.

Eksekusi Putusan Arbitrase cen Eksekusi putusan yang telah


derung mudah untuk di inttervensi memiliki kekuatan hukum
pihak yang kalah melalui lembaga yang pasti dapat dilaksanakan
(bantahan, verzet), sehingga waktu meskipun kemudian ada Ban
realisasi pembayaran ganti rugi tahan atau Verzet.
menjadi relative tambah lama.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 77


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

5.2. Dasar Hukum Arbitrase

Secara singkat sumber Hukum Arbitrase di Indonesia


adalah sebagai berikut:

A. Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945

Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menentukan


bahwa semua peraturan yang ada masih langsung
berlaku, selama belum diadakan yang baru menu
rut UUD ini. Demikian pula halnya dengan HIR
yang diundang pada zaman Kolonial Hindia Be
landa masih tetap berlaku, karena hingga saat ini
belum diadakan pengantinya yang baru sesuai den
gan Peraturan Peralihan UUD 1945 tersebut.

B. Pasal 377 HIR

Ketentuan mengenai arbitrase dalam HIR tercan


tum dalam Pasal 377 HIR atau Pasal 705 RBG yang
menyatakan bahwa :

Jika orang Indonesia atau orang Timur Asing


menghendaki perselisihan mereka diputus oleh
juru pisah atau arbitrase maka mereka wajib
memenuhi peraturan pengadilan yang berlaku
bagi orang Eropah. Sebagaimana dijelaskan di
atas, peraturan pengadilan yang berlaku bagi
Bangsa Eropah yang dimaksud Pasal 377 HIR ini
adalah semua ketentuan tentang Acara Perdata
yang diatur dalam RV.

78 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

C. Pasal 615 s/d 651 RV

Peraturan mengenai arbitrase dalam RV tercan


tum dalam Buku ke Tiga Bab Pertama Pasal 615
s/d 651 RV, yang meliputi :

Persetujuan arbitrase dan pengangkatan


para arbiter (Pasal 615 s/d 623 RV)

Pemeriksaan di muka arbitrase (Pasal 631


s/d 674 RV)

Putusan Arbitrase (Pasal 631 s/d 674 RV)

Upayaupaya terhadap putusan arbitrase


(Pasal 641 s/d 674 RV)

Berakhirnya acara arbitrase (Pasal 648651


RV)

D. Penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No. 14 /1970

Setelah Indonesia merdeka, ketentuan yang


tegas memuat pengaturan lembaga arbitrase
dapat kita temukan dalam memori penjelasan
Pasal 3 ayat (1) UU No. 14 tahun 1970 tentang
Ketentuanketentuan Pokok Kekuasaan Kehaki
man, yang menyatakan Penyelesaian perkara
di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau
melalui wasit atau arbitrase tetap diper
bolehkan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 79


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

E. Pasal 80 UU NO. 14/1985

Satusatunya undangundang tentang


Mahkamah Agung yang berlaku di Indonesia
yaitu UU No. 14/1985, sama sekali tidak menga
tur mengenai arbitrase. Ketentuan peralihan
yang termuat dalam Pasal 80 UU No. 14/1985,
menentukan bahwa semua peraturan pelaksana
yang telah ada mengenai Mahkamah Agung,
dinyatakan tetap berlaku sepanjang peraturan
tersebut tidak bertentangan dengan Undang
Undang Mahkamah Agung ini. Dalam hal ini kita
perlu merujuk kembali UU No. 1/1950 tentang
Susunan Kekuasaan dan Jalan Pengadilan
Mahkamah Agung Indonesia. UU No. 1/1950
menunjuk Mahkamah Agung sebagai pengadi
lan yang memutus dalam tingkat yang kedua
atas putusan arbitrase mengenai sengketa yang
melibatkan sejumlah uang lebih dari Rp.
25.000, (Pasal 15 Jo. Pasal 108 UU No. 1/1950).

F. Pasal 22 ayat (2) dan (3) UU No. 1/1967 tentang


Penanaman Modal Asing

Dalam hal ini Pasal 22 ayat (2) UU No. 1/1967


menyatakan:

Jikalau di antara kedua belah pihak tercapai


persetujuan mengenai jumlah, macam,dan cara

80 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

pembayaran kompensasi tersebut, maka akan


diadakan arbitrase yang putusannya mengikat
kedua belah pihak.

Pasal 22 ayat (3) UU No. 1/1967 :

Badan arbitrase terdiri atas tiga orang yang


dipilih oleh pemerintah dan pemilik modal mas
ingmasing satu orang, dan orang ketiga sebagai
ketuanya dipilih bersamasama oleh pemerin
tah dan pemilik modal.

G. UndangUndang Nomor 5 Tahun 1968

yaitu mengenai persetujuan atas Konvensi Ten


tang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara
dan Warga Asing Mengenai Penanaman Modal
atau sebagai ratifikasi atas International Con
vention On the Settlement of Investment Dis
putes Between States and Nationals of Other
States.

Dengan undangundang ini dinyatakan bahwa


pemerintah mempunyai wewenang untuk
memberikan persetujuan agar suatu perselisi
han mengenai penanaman modal asing diputus
oleh International Centre for the Settlement of
Investment Disputes (ICSD) di Washington.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 81


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

H. Keppres. No. 34/1981

Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Con


vention On the Recognition and Enforcement of
Foreign Arbitral Awards disingkat New York
Convention (1958), yaitu Konvensi Tentang
Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Luar Negeri, yang diadakan pada tanggal 10 Juni
1958 di Nww York, yang diprakarsaioleh PBB.

I. Peraturan Mahkamah Agung No. 1/1990

Selanjutnya dengan disahkannya Konvensi New


York dengan Kepres No. 34/1958 , oleh
Mahkamah Agung di keluarkan PERMA No.
1/1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan
Arbitrase Asing, pada tanggal 1 maret 1990
yang berlaku sejak tanggal di keluarkan.

J. UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999

Sebagai ketentuan yang terbaru yang mengatur


lembaga arbitrase, maka

pemerintah mengeluarkan UU No. 30/1999 ten


tang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa, pada tanggal 12 Agustus


1999 yang dimaksudkan untuk mengantikan

82 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

peraturan mengenai lembaga arbitrase yang


tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman
dan kemajuan perdagangan internasional. Oleh
karena itu ketentuan mengenai arbitrase seba
gaimana dimaksud dalam Pasal 615 s/d 651 RV,
Pasal 377 HIR, dan Pasal 705 RBG, dinyatakan
tidak berlaku lagi. Dengan demikian ketentuan
hukum acara dari lembaga arbitrase saat ini
telah mempergunakan ketentuan yang terdapat
dalam UU NO. 30/1999.

5.3. Prosedur Dan Tahapan Pemeriksaan Di Arbitrase.

Prosedur Arbitrase

Apabila para pihak dalam suatu perjanjian atau


transaksi bisnis secara tertulis mencantumkan
klausula arbitrase yaitu kesepakatan untuk menye
lesaikan sengketa yang timbul di antara mereka se
hubungan dengan perjanjian atau transaksi bisnis
yang bersangkutan ke arbitrase di hadapan Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), atau meng
gunakan peraturan prosedur BANI, maka sengketa
tersebut akan diselesaikan di bawah penyeleng
garaan BANI berdasarkan peraturan tersebut, de
ngan memperhatikan ketentuanketentuan khusus
yang disepakati secara tertulis oleh para pihak,
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan
undangundang yang bersifat memaksa dan kebi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 83


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

jaksanaan BANI. Penyelesaian sengketa secara


damai melalui arbitrase di BANI dilandasi itikad
baik para pihak dengan berlandasan tata cara ko
operatif dan nonkonfrontatif.

Tahap Pemeriksaan

Jika dicermati rules baik yang diatur dari berbagai


konvensi dan perundangundangan, proses pe
meriksaan Mahkamah Arbitrase, hampir tidak
berbeda dengan tata cara pemeriksaan didepan
sidang pengadilan, meskipun disana sini ada
perbedaan. Dalam uraian berikut akan dicoba
memberi penjelasan yang bersifat reguler tata cara
pemeriksaan arbitrase berdasar penggarisan
umum tanpa mengabaikan variasi yang terdapat
antara saru rules dengan rules yang lain.

1. Pemeriksaan tentang Yuridiksi

Tahap pemeriksaan yang pertama diteliti


Mahkamah Arbitrase mengenai yurisdiksi (ju
risdiction) atau kompetensi. Tentang masalah
pemeriksaan yurisdiksi sudah pernah dising
gung. Secar umum dapat dikatakan pemerik
saan tentang berwenang atau tidak Mahkamah
Arbitrase yang bersangkutan memeriksa sen
gketa dapat dilakukan secara ex officio. Ada atau
tidak eksepsi (objection) tentang itu, mahkamah

84 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

harus menyatakan diri tidak berwenang meme


riksa apabila sengketa berada di luar yuris
diksinya, berdasar alasan :

i. keabsahan klausula arbitrase, atau

ii. dari keabsahan perjanjian pokonya sendiri

2. Pemeriksaan Perlawanan Terhadap Arbiter

Perlawanan terhadap arbiter yang telah ditun


juk dibolehkan. Alasan perlawanan apabila sete
lah penunjukan, diketahui atau didengar arbiter
bersikap memihak dalam menjalankan fungsi
menyelesaikan sengketa.

Berbicara mengenai perlawanan terhadap ar


biter, dapat dilakukan pada tahap sebelum
proses pemeriksaan sengketa. Pada tahap
proses penunjukan baik sebelum arbiter mener
ima penunjukan maupun sesudah menerima,
dapat dilakukan perlawanan. Selain daripada
itu perlawanan dapat juga dilakukan setelah
tahap pemeriksaan sengketa.

3. Memerintahkan Para Pihak Hadir

Setelah Mahkamah Arbitrase menerima state


ment of defence (jawaban yang berisi tanggapan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 85


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

terhadap gugatan) dari pihak respondent (orang


yang dituntut atau tergugat) tiba saatnya proses
pemeriksaan para pihak di muka sidang arbi
trase. Demikian penggarisan menurut keten
tuan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Prosedur BANI.
Penentuan hari sidang paling lambat 14 hari
dari tanggal pengeluaran surat perintah sidang.
Dalam hal ini surat perintah sidang sekaligus
merupakan panggilan pemeriksaan sidang per
tama kepada para pihak.

4. Salah Satu Pihak Tidak Hadir

Pengaturan tentang hal ini pun terdapat perbe


daan penggarisan di antara berbagai rules. Per
tamatama dibicarakan apa yang diatur dalam
Peraturan Prosedur BANI. Hal ini diatur dalam
pasal 10, 11, 12.

a. Pihak Claimant (seorang yang membuat


tuntutan atau penggugat) Tidak Hadir

Membicarakan masalah ketidakhadiran


yang diatur Pasal 10, tidak terlepas kaitan
sistemnya dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2)
dan Pasal 8. Seperti yang sudah digariskan
pasalpasal tersebut, apabila telah diterima
statement of defence dari respondent atau
apabila respondent tidak menyampaikan

86 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

statement of defence dalam jangka waktu 30


hari dari tanggal penerimaan statement of
claim (isi gugatan), majelis harus menetap
kan hari sidang pemeriksaan dan memerin
tahkan para pihak untuk datang
menghadap. Apabila ternyata pihak
claimant tidak datang menghadap pada pe
meriksaan sidang tanpa alasan yang sah,
padahal dia sudah dipanggil dengan resmi
dan patut, permohonan arbitrase akan
digugurkan. Demikian risiko yang dian
camkan kepada pihak claimant apabila eng
gan menghadiri pemeriksaan sidang
pertama. Ketentuan dan risiko yang di
gariskan Pasal 10 ini sama dengan yang di
gariskan Pasal 124 HIR di muka forum
pemeriksaan sidang pengadilan.

b. Pihak Respondent tidak hadir

Menurut pasal 11, jika pihak respondent


tidak hadir pada pemeriksaan sidang per
tama setelah ia dipanggil dengan sah dan
patut, Ketua BANI memerintahkan supaya ia
dipanggil sekali lagi untuk hadir pada hari
sidang yang ditentukan, selambatlambat
nya 14 hari dari tanggal perintah dikelu
arkan. Apabila pada hari itu respondent
tetap juga tidak hadir, Pasal 12 menyatakan,
pemeriksaan akan terus dilangsungkan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 87


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

tanpa hadirnya respondent dengan syarat


dan ketentuan :

Panggilan sudah dilakukan secara resmi


dan patut,
Respondent tidak hadir tanpa alasan
yang sah (default without reason),
Majelis dapat menjatuhkan putusan ver
stek
Kecuali jika tuntutan tidak berdasarkan
hukum dan keadilan
Majelis arbitrase menurut Peraturan Prose
dur BANI, dapat menjatuhkan putusan ver
stek apabila pemeriksaan sidang yang
pertama dan berikutnya respondent tetap
tidak hadir tanpa alasan yang sah sekalipun
telah dipanggil secara resmi dan patut.

5.4. Putusan Arbitrase.

Putusan Arbitrase akan diucapkan dalam sidang yang


tertutup untuk umum dalam waktu paling lama 30
hari kalender setelah pemeriksaan ditutup, dengan
atau tanpa dihadiri oleh para pihak yang bersengketa.

Dalam mengambil keputusan:

1. Arbiter Tunggal/ Majelis Arbitrase bebas dari in


tervensi pihak manapun, termasuk Pengurus

88 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAPMI atau otoritas di pasar modal Indonesia;

2. Arbiter Tunggal/ Majelis Arbitrase dapat mengam


bil keputusan atas atas dasar ketentuan hukum
atau sesuai dengan rasa keadilan dan kepatutan (ex
aequo et bono);

3. Putusan Arbitrase BAPMI dalam suatu Majelis Ar


bitrase diputuskan atas dasar musyawarah untuk
mufakat, jika tidak tercapai, putusan diambil atas
dasar suara terbanyak (voting) dengan mem
berikan hak pencantuman dissenting opinion.

Menurut UU Nomor 30 Tahun 1999 pasal 6 ayat (7),


Pengadilan Negeri menerima pendaftaran hasil ke
sepakatan para pihak yang bersengketa (tertulis)
untuk dilaksanakan dengan itikat baik dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penandata
nganan kesepakatan tersebut. Bisa diartikan bahwa
kesepakatan yang telah ditandatangani para pihak
yang bersengketa tersebut (baik melalui atau tanpa
melalui arbitrase institusional), cukup didaftarkan
ke Pengadilan Negeri dimana domisili para pihak
yang bersengketa dan atau lokasi proyek berada.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 89


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

5.5. Badan Arbitrase yang Terdapat di Indonesia.

BANI

BANI adalah lembaga independen yang mem


berikan jasa beragam yang berhubungan dengan
arbitrase, mediasi dan bentukbentuk lain dari
penyelesaian sengketa di luar pengadilan. BANI
didirikan pada tahun 1977 atas prakarsa tiga pakar
hukum terkemuka, yaitu almarhum Prof Soebekti
S.H., Almarhum Haryono Tjitrosoebono S.H. dan Al
marhum Prof Dr. Priyatna Abdurrasyid, dan
dikelola dan diawasi oleh Dewan Pengurus dan
Dewan Penasehat yang terdiri dari tokohtokoh
masyarakat dan sektor bisnis. BANI berkedudukan
di Jakarta dengan perwakilan di beberapa kota
besar di Indonesia termasuk Surabaya, Bandung,
Pontianak, Denpasar, Palembang, Medan dan
Jambi.

Dalam memberikan dukungan kelembagaan yang


diperlukan untuk bertindak secara otonomi dan in
dependen dalam penegakan hukum dan keadilan,
BANI telah mengembangkan aturan dan tata cara
sendiri, termasuk batasan waktu di mana Majelis
Arbitrase harus memberikan putusan. Aturan ini
dipergunakan dalam arbitrase domestik dan inter
nasional yang dilaksanakan di Indonesia. Pada saat
ini BANI memiliki lebih dari 100 arbiter berlatar
belakang berbagai profesi, 30% diantaranya adalah

90 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

asing.

Di Indonesia minat untuk menyelesaikan sen


gketa melalui arbitrase mulai meningkat sejak
diundangkannya Undangundang Nomor 30
Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa Umum (UU Arbitrase).
Perkembangan ini sejalan dengan arah global
isasi, di mana penyelesaian sengketa di luar
pengadilan telah menjadi pilihan pelaku bisnis
untuk menyelesaikan sengketa bisnis mereka.
Selain karakteristik cepat, efisien dan tuntas, ar
bitrase menganut prinsip winwin solution, dan
tidak berteletele karena tidak ada lembaga
banding dan kasasi. Biaya arbitrase juga lebih
terukur, karena prosesnya lebih cepat. Keung
gulan lain arbitrase adalah putusannya yang
serta merta (final) dan mengikat (binding), se
lain sifatnya yang rahasia (confidential) di mana
proses persidangan dan putusan arbitrase tidak
dipublikasikan. Berdasarkan asas timbal balik
putusanputusan arbitrase asing yang meli
batkan perusahaan asing dapat dilaksanakan di
Indonesia, demikian pula putusan arbitrase In
donesia yang melibatkan perusahaan asing
akan dapat dilaksanakan di luar negeri.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 91


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Adapun daftar arbiter yang terdapat di BANI

adalah sebagai berikut :

DAFTAR ARIBITER INDONESIA

1. M. Husseyn Umar
2. Harianto Sunidja
3. H.R. Sidjabat
4. T. Mulya Lubis
5. Abdullah Makarim
6. Anangga Wardhana Roosdiono
7. H. Gusnando S. Anwar
8. H. Agus G. Kartasasmita
9. Jusuf Arbianto Tjondrolukito
10. Akmam Umar
11. Augusdin Aminoedin
12. H. Adi Andojo Soetjipto
13. Fatimah Achyar
14. Hj. Hartini Mochtar Kasran
15. Rudhi Prasetya
16. Ismet Baswedan
17. Hariwardono Soeharno
18. Fred B.G. Tumbuan
19. Sutan Remy Sjahdeini
20. Humphrey R. Djemat
21. Abdul Hakim Garuda Nusantara
22. Frans H. Winarta
23. H. Kahardiman
24. Suntana S. Djatnika

92 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

25. Hasjim Djalal


26. I Made Widnyana
27. I Gusti Ngurah Oka
28. I Wayan Tantra
29. Djuhaendah Hasan
30. H. Ahmad M. Ramli
31. Huala Adolf
32. Mariam Darus
33. Martin Basiang
34. N. Krisnawenda
35. Nurdjanah A. S.
36. Yudi Haliman
37. Jimmy Sutjianto
38. Omar Ishananto
39. Wawan Setiawan
40. H. Iing Rochman K
41. H. Jafar Sidik
42. Madjedi Hasan
43. Ichyar Musa
44. Junaedy Ganie
45. W. Suwito
46. Purwanto
47. Anita Dewi Anggraeni Kolopaking
48. Garuda Wiko
49. H. Ahmad Rizal
50. Joni Emirzon
51. Bambang Hariyanto
52. H. Man Suparman Sastrawidjaja
53. Danrivanto Budhijanto

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 93


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

54. H. Basoeki
55. Tjip Ismail
56. Chaidir Anwar Makarim
57. Achmad Zen Umar Purba
58. Mieke Komar
59. Frans Lamury
60. Jelly Nasseri
61. Tan Kamello
62. H. Chairul Azwar
63. H.M. Chairul Idrah
64. Johni Najwan
65. Jody Tassno
66. Anton S. Wahjosoedibjo
67. Humayunbosha
68. Purnamawati

ARBITER ASING

1. Albert Jan Van den Berg


2. Andrew John Rogers
3. Arthur L. Marriot
4. Custodio O. Parlade
5. Cecil Abraham
6. Colin Y.C. Ong
7. David A.R. Williams
8. DatoJude P. Beny
9. Gregory Churchill
10. Ian G. Pyper

94 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

11. Jan Paulsson


12. Jacques Covo
13. JeanChristophe Liebeskind
14. Ms. Karen Mills
15. Leslie Chew
16. Ms. Louise Barrington
17. Michael Hwang
18. Ms. Meef Moh
19. Michael Charles Pryles
20. Nick Stone
21. Paul Whitley
22. Phai Cheng Goh
23. Soowoo Lee
24. Tan Chee Meng
25. Varghese George
26. Vasudevan Rasiah
27. Woo Tchi Chu
28. Lawrence Boo
29. A. James Booker
30. Michael Sinjorgo
31. Antonino Albert de Fina
32. Robert B. Morton
33. Justice K. Govindarajan
34. Richard Tan
35. Chandran Arul
36. Ashwine Kumal Bansal
37. Joengil Suh
38. Maurice Burke
39. Nicholas Peacock

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 95


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

40. Charles Douglas Ball


41. Malcolm Holmes QC
42. Theodoor Bakker
43. Campbell Bridge SC
44. Edmund J Kronenburg
45. Christian W. Konrad
46. Norair Babadjanian
47. Ben Giaretta
48. Uno Shintaro
49. Rob Palmer
50. Michael Tselentis QC
51. Thayananthan Baskaran
52. Datuk Professor Sundra Rajoo
53. Philippe Billiet
54. Jonathan Leach
55. Jan K. Schfer

KONTAK :

BANI ARBITRATION CENTER

Jakarta Office :
Wahana Graha Lt. 1&2,
Jl. Mampang Prapatan No. 2, Jakarta 12760

Phone : +62 (0)21 7940542


Fax : +62 (0)21 7940543
Email : baniarb@indo.net.id
Website : www.baniarbitration.org

96 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Peraturan Prosedur
Arbitrase Badan Arbitrase Nasional Indonesia

BAB I
Ruang Lingkup

Pasal 1. Kesepakatan Arbitrase

Apabila para pihak dalam suatu perjanjian atau transaksi bis


nis secara tertulis sepakat membawa sengketa yang timbul di
antara mereka sehubungan dengan perjanjian atau transaksi
bisnis yang bersangkutan ke arbitrase di hadapan Badan Ar
bitrase Nasional Indonesia (BANI), atau menggunakan Pera
turan Prosedur BANI, maka sengketa tersebut diselesaikan
dibawah penyelenggaraan BANI berdasarkan Peraturan terse
but, dengan memperhatikan ketentuanketentuan khusus
yang disepakati secara tertulis oleh para pihak, sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan undangundang yang
bersifat memaksa dan kebijaksanaan BANI. Penyelesaian seng
keta secara damai melalui Arbitrase di BANI dilandasi itikad
baik para pihak dengan berlandasan tata cara kooperatif dan
nonkonfrontatif.

Pasal 2. Prosedur yang berlaku

Peraturan Prosedur ini berlaku terhadap arbitrase yang dise


lenggarakan oleh BANI. Dengan menunjuk BANI dan/atau
memilih Peraturan Prosedur BANI untuk penyelesaian sen

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 97


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

gketa, para pihak dalam perjanjian atau sengketa tersebut di


anggap sepakat untuk meniadakan proses pemeriksaan
perkara melalui Pengadilan Negeri sehubungan dengan per
janjian atau sengketa tersebut, dan akan melaksanakan setiap
putusan yang diambil oleh Majelis Arbitrase berdasarkan Per
aturan Prosedur BANI.

BAB II Ketentuanketentuan Umum

Pasal 3. Definisi

Kecuali secara khusus ditentukan lain, maka istilahistilah di


bawah ini berarti:

a. Majelis Arbitrase BANI atau Majelis, baik dalam huruf


besar atau huruf kecil, adalah Majelis yang dibentuk menu
rut Prosedur BANI dan terdiri dari satu atau tiga atau lebih
arbiter;

b. Putusan, baik dalam huruf besar atau huruf kecil, adalah


setiap putusan yang ditetapkan oleh Majelis Arbitrase
BANI, baik putusan sela ataupun putusan akhir/final dan
mengikat;

c. BANI adalah Lembaga Badan Arbitrase Nasional Indone


sia.

d. Dewan adalah Badan Pengurus BANI;

e. Ketua adalah Ketua Badan Pengurus BANI, kecuali dan


apabila jelas dinyatakan bahwa yang dimaksud adalah

98 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Ketua Majelis Arbitrase. Ketua BANI dapat menunjuk


Wakil Ketua atau Anggota Badan Pengurus yang lain untuk
melaksanakan tugastugas Ketua sebagaimana ditetapkan
dalam Peraturan Prosedur ini, termasuk dalam hal ter
tentu untuk menunjuk satu atau lebih arbiter, dalam hal
mana rujukan kepada Ketua dalam Peraturan ini berlaku
pula terhadap Wakil Ketua atau Anggota Badan Pengurus
yang lain yang ditunjuk tersebut.

f. Pemohon berarti dan menunjuk pada satu atau lebih pe


mohon atau para pihak yang mengajukan permohonan ar
bitrase;

g. UndangUndang berarti dan menunjuk pada Undangun


dang Republik Indonesia No. 30 tahun 1999 tentang Arbi
trase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa;

h. Termohon berarti dan menunjuk pada satu atau lebih


Termohon atau para pihak terhadap siapa permohonan ar
bitrase ditujukan;

i. Para Pihak berarti Pemohon dan Termohon;

j. Peraturan Prosedur berarti dan menunjuk pada keten


tuanketentuan Peraturan Prosedur BANI yang berlaku
pada saat dimulainya penyelenggaraan arbitrase, dengan
mengindahkan adanya kesepakatan tertentu yang
mungkin dibuat para pihak yang bersangkutan yang satu
dan lain dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1;

k. Sekretariat berarti dan menunjuk pada organ adminis


tratif BANI yang bertanggung jawab dalam hal pendaf

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 99


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

taran permohonan arbitrase dan halhal lain yang bersifat


administratif dalam rangka penyelenggaraan arbitrase;

l. Sekretaris Majelis berarti dan menunjuk pada sekretaris


majelis yang ditunjuk oleh BANI untuk membantu admin
istrasi penyelenggaraan arbitrase bersangkutan; dan

m. Tulisan, baik dibuat dalam huruf besar atau huruf kecil,


adalah dokumendokumen yang ditulis atau dicetak di
atas kertas, tetapi juga dokumendokumen yang dibuat
dan/atau dikirimkan secara elektronis, yang meliputi
tidak saja perjanjianperjanjian tetapi juga pertukaran ko
respondensi, catatancatatan rapat, telex, telefax, email
dan bentukbentuk komunikasi lainnya yang demikian;
dan tidak boleh ada perjanjian, dokumen korespondensi,
surat pemberitahuan atau instrumen lainnya yang diper
syaratkan untuk diwajibkan secara tertulis, ditolak secara
hukum dengan alasan bahwa halhal tersebut dibuat atau
disampaikan secara elektronis.

Pasal 4. Pengajuan, Pemberitahuan Tertulis dan Batas


Waktu

1. Pengajuan komunikasi tertulis dan jumlah salinan.

Semua pengajuan komunikasi tertulis yang akan disam


paikan setiap pihak, bersamaan dengan setiap dan seluruh
dokumen lampirannya, harus diserahkan kepada Sekre

100 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

tariat BANI untuk didaftarkan dengan jumlah salinan yang


cukup untuk memungkinkan BANI memberikan satu sali
nan kepada masingmasing pihak, arbiter yang bersangku
tan dan untuk disimpan di Sekretariat BANI. Untuk
maksud tersebut, para pihak dan/atau kuasa hukumnya
harus menjamin bahwa BANI pada setiap waktu memiliki
alamat terakhir dan nomor telepon, faksimili, email yang
bersangkutan untuk komunikasi yang diperlukan. Setiap
komunikasi yang dikirim langsung oleh Majelis kepada
para pihak haruslah disertai salinannya kepada Sekre
tariat dan setiap komunikasi yang dikirim para pihak
kepada Majelis harus disertai salinannya kepada pihak
lainnya dan Sekretariat.

2. Komunikasi dengan Majelis.

Apabila Majelis Arbitrase telah dibentuk, setiap pihak


tidak boleh melakukan komunikasi dengan satu atau lebih
arbiter dengan cara bagaimanapun sehubungan dengan
permohonan arbitrase yang bersangkutan kecuali: (i) di
hadiri juga oleh atau disertai pihak lainnya dalam hal
berlangsung komunikasi lisan; (ii) disertai suatu salinan
yang secara bersamaan dikirimkan ke para pihak atau
pihakpihak lainnya dan kepada Sekretariat (dalam hal ko
munikasi tertulis).

3. Pemberitahuan.

Setiap pemberitahuan yang perlu disampaikan berda


sarkan Peraturan Prosedur ini, kecuali Majelis mengins
truksikan lain, harus disampaikan langsung, melalui kurir,

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 101


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

faksimili atau email dan dianggap berlaku pada tanggal


diterima atau apabila tanggal penerimaan tidak dapat di
tentukan, pada hari setelah penyampaian dimaksud.

4. Perhitungan Waktu.

Jangka waktu yang ditentukan berdasarkan Peraturan


Prosedur ini atau perjanjian arbitrase yang bersangkutan,
dimulai pada hari setelah tanggal dimana pemberitahuan
atau komunikasi dianggap berlaku, sebagaimana dimak
sud dalam Peraturan Prosedur Pasal 4 ayat (3) di atas.
Apabila tanggal berakhirnya suatu pemberitahuan atas
batas waktu jatuh pada hari Minggu atau hari libur na
sional di Indonesia, maka batas waktu tersebut berakhir
pada hari kerja berikutnya setelah hari Minggu atau hari
libur tersebut.

5. Harihari Kalender.

Penunjukan pada angkaangka dari harihari dalam


Peraturan Prosedur ini menunjuk kepada harihari dalam
kalender.

6. Penyelesaian cepat.

Dengan mengajukan penyelesaian sengketa kepada BANI


sesuai Peraturan Prosedur ini maka semua pihak sepakat
bahwa sengketa tersebut harus diselesaikan dengan itikad
baik secepat mungkin dan bahwa tidak akan ditunda atau
adanya langkahlangkah lain yang dapat menghambat
proses arbitrase yang lancar dan adil.

102 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

7. Batas Waktu Pemeriksaan Perkara.

Kecuali secara tegas disepakati para pihak, pemeriksaan


perkara akan diselesaikan dalam waktu paling lama 180
(seratus delapan puluh) hari sejak tanggal Majelis se
lengkapnya terbentuk. Dalam keadaankeadaan khusus di
mana sengketa bersifat sangat kompleks, Majelis berhak
memperpanjang batas waktu melalui pemberitahuan
kepada para pihak.

Pasal 5. Perwakilan Para Pihak

1. Para Pihak dapat diwakili dalam penyelesaian sengketa


oleh seseorang atau orangorang yang mereka pilih. Dalam
pengajuan pertama, yaitu dalam Permohonan Arbitrase
Pemohon dan demikian pula dalam Jawaban Termohon
atas Permohonan tersebut, masingmasing pihak harus
mencantumkan nama, data alamat dan keterangan
keterangan serta kedudukan setiap orang yang mewakili
pihak bersengketa dan harus disertai surat kuasa khusus
asli bermaterai cukup serta dibuat salinan yang cukup se
bagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) di atas yang
memberikan hak kepada orang tersebut untuk mewakili
pihak dimaksud.

2. Namun demikian, apabila suatu pihak diwakili oleh pe


nasehat asing atau penasehat hukum asing dalam suatu
perkara arbitrase mengenai sengketa yang tunduk kepada
hukum Indonesia, maka penasehat asing atau penasehat

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 103


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

hukum asing dapat hadir hanya apabila didampingi pe


nasehat atau penasehat hukum Indonesia.

BAB III Dimulainya Arbitrase

Pasal 6. Permohonan Arbitrase

1. Prosedur arbitrase dimulai dengan pendaftaran dan


penyampaian Permohonan Arbitrase oleh pihak yang
memulai proses arbitrase (Pemohon) pada Sekretariat
BANI.

2. Penunjukan Arbiter

Dalam Permohonan Arbitrase Pemohon dan dalam Jawa


ban Termohon atas Permohonan tersebut Termohon dapat
menunjuk seorang Arbiter atau menyerahkan penunjukan
tersebut kepada Ketua BANI.

3. Biayabiaya

Permohonan Arbitrase harus disertai pembayaran biaya


pendaftaran dan biaya administrasi sesuai dengan keten
tuan BANI.

Biaya administrasi meliputi biaya administrasi Sekretariat,


biaya pemeriksaan perkara dan biaya arbiter serta biaya
Sekretaris Majelis.

Apabila pihak ketiga diluar perjanjian arbitrase turut serta

104 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

dan menggabungkan diri dalam proses penyelesaian seng


keta melalui arbitrase seperti yang dimaksud oleh pasal 30
Undangundang No. 30/1999, maka pihak ketiga tersebut
wajib untuk membayar biaya administrasi dan biayabiaya
lainnya sehubungan dengan keikutsertaannya tersebut.

4. Pemeriksaan perkara arbitrase tidak akan dimulai sebelum


biaya administrasi dilunasi oleh para pihak sesuai keten
tuan BANI.

Pasal 7. Pendaftaran

1. Setelah menerima Permohonan Arbitrase dan dokumen


dokumen serta biaya pendaftaran yang disyaratkan, Sekre
tariat harus mendaftarkan Permohonan itu dalam
register BANI.

2. Badan Pengurus BANI akan memeriksa Permohonan


tersebut untuk menentukan apakah perjanjian arbitrase
atau klausul arbitrase dalam kontrak telah cukup mem
berikan dasar kewenangan bagi BANI untuk memeriksa
sengketa tersebut.

Pasal 8. Tanggapan Termohon

1. Apabila Badan Pengurus BANI menentukan bahwa BANI


berwenang memeriksa, maka setelah pendaftaran Permo
honan tersebut, seorang atau lebih Sekretaris Majelis
harus ditunjuk untuk membantu pekerjaan administrasi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 105


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

perkara arbitrase tersebut.

2. Sekretariat harus menyampaikan satu salinan Permoho


nan Arbitrase dan dokumendokumen lampirannya
kepada Termohon, dan meminta Termohon untuk
menyampaikan tanggapan tertulis dalam waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari.

3. Tanggapan

Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah


menerima penyampaian Permohonan Arbitrase, Termo
hon wajib menyampaikan Jawaban. Dalam Jawaban itu,
Termohon dapat menunjuk seorang Arbiter atau menye
rahkan penunjukan itu kepada Ketua BANI. Apabila, dalam
Jawaban tersebut, Termohon tidak menunjuk seorang Ar
biter, maka dianggap bahwa penunjukan mutlak telah di
serahkan kepada Ketua BANI.

4. Perpanjangan Waktu

Ketua BANI berwenang, atas permohonan Termohon,


memperpanjang waktu pengajuan Jawaban dan atau pe
nunjukan arbiter oleh Termohon dengan alasanalasan
yang sah, dengan ketentuan bahwa perpanjangan waktu
tersebut tidak boleh melebihi 14 (empat belas) hari.

106 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB IV Majelis Arbitrase

Pasal 9. Yang berhak menjadi Arbiter

1. Majelis Arbitrase

Kecuali dalam keadaankeadaan khusus sebagaimana di


maksud dalam Pasal 9 ayat (2) di bawah ini, hanya mereka
yang diakui termasuk dalam daftar arbiter yang disedi
akan oleh BANI dan/atau memiliki sertifikat ADR/Arbi
trase yang diakui oleh BANI dapat bertindak selaku arbiter
berdasarkan Peraturan Prosedur ini yang dapat dipilih
oleh para pihak.

Daftar arbiter BANI tersebut terdiri dari para arbiter yang


memenuhi syarat yang tinggal di Indonesia dan diberbagai
yurisdiksi di seluruh dunia, baik pakar hukum maupun
praktisi dan pakar non hukum seperti para ahli teknik,
para arsitek dan orangorang lain yang memenuhi syarat.
Daftar arbiter tersebut dari waktu ke waktu dapat ditinjau
kembali, ditambah atau diubah oleh Badan Pengurus.

2. Arbiter Luar

Dalam hal para pihak, memerlukan arbiter yang memiliki


suatu keahlian khusus yang diperlukan dalam memeriksa
suatu perkara arbitrase yang diajukan ke BANI, permoho
nan dapat diajukan kepada Ketua BANI guna menunjuk se
orang arbiter yang tidak terdaftar dalam daftar arbiter
BANI dengan ketentuan bahwa arbiter yang bersangkutan

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 107


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

memenuhi persyaratan yang tercantum dalam ayat 1 di


atas dan ayat 3 dibawah ini. Setiap permohonan harus
dengan jelas menyatakan alasan diperlukannya arbiter
luar dengan disertai data riwayat hidup lengkap dari ar
biter yang diusulkan. Apabila Ketua BANI menganggap
bahwa tidak ada arbiter dalam daftar arbiter BANI dengan
kualifikasi profesional yang dibutuhkan itu sedangkan ar
biter yang dimohonkan memiliki kualifikasi dimaksud
memenuhi syarat, netral dan tepat, maka Ketua BANI
dapat, berdasarkan pertimbangannya sendiri menyetujui
penunjukan arbiter tersebut.

Apabila Ketua BANI tidak menyetujui penunjukan arbiter


luar tersebut, Ketua harus merekomendasikan, atau me
nunjuk, dengan pilihannya sendiri, arbiter alternatif yang
dipilih dari daftar arbiter BANI atau seorang pakar yang
memenuhi syarat dalam bidang yang diperlukan namun
tidak terdaftar di dalam daftar arbiter BANI. Dewan Pen
gurus dapat mempertimbangkan penunjukan seorang ar
biter asing yang diakui dengan ketentuan bahwa arbiter
asing itu memenuhi persyaratan kualifikasi dan bersedia
mematuhi Peraturan Prosedur BANI, termasuk ketentuan
mengenai biaya arbiter, dimana pihak yang menunjuk
berkewajiban memikul biayabiaya yang berhubungan
dengan penunjukan arbiter asing tersebut.

3. Kriteriakriteria

Disamping memiliki sertifikat ADR/Arbitrase yang diakui


oleh BANI seperti dimaksud dalam ayat 1 diatas, dan/atau

108 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

persyaratan kualifikasi lainnya yang diakui oleh BANI


semua arbiter harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

a. berwenang atau cakap melakukan tindakantindakan


hukum;

b. sekurangkurangnya berusia 35 tahun;

c. tidak memiliki hubungan keluarga berdasarkan ketu


runan atau perkawinan sampai dengan keturunan
ketiga, dengan setiap dari para pihak bersengketa;

d. tidak memiliki kepentingan keuangan atau apa pun ter


hadap hasil penyelesaian arbitrase;

e. berpengalaman sekurangkurangnya 15 tahun dan


menguasai secara aktif bidang yang dihadapi;

f. tidak sedang menjalani atau bertindak sebagai hakim,


jaksa, panitera pengadilan, atau pejabat pemerintah
lainnya.

4. Pernyataan Tidak Berpihak.

Arbiter yang ditunjuk untuk memeriksa sesuatu perkara


sesuai ketentuan Peraturan Prosedur BANI wajib menan
datangani Pernyataan Tidak Berpihak yang disediakan
oleh Sekretariat BANI.

5. Hukum Indonesia.

Apabila menurut perjanjian arbitrase penunjukan arbiter


diatur menurut hukum Indonesia, sekurangkurangnya se
orang arbiter, sebaiknya namun tidak diwajibkan, adalah

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 109


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

seorang sarjana atau praktisi hukum yang mengetahui


dengan baik hukum Indonesia dan bertempat tinggal di In
donesia.

Pasal 10. Susunan Majelis

1. Arbiter Tunggal

Apabila Majelis akan terdiri dari hanya seorang arbiter, Pe


mohon dapat, dalam Permohonan Arbitrase, mengusulkan
kepada Ketua, seorang atau lebih yang memenuhi syarat
untuk direkomendasikan menjadi arbiter tunggal. Apabila
Termohon setuju dengan salah satu calon yang diajukan Pe
mohon, dengan persetujuan Ketua, orang tersebut dapat di
tunjuk sebagai arbiter tunggal. Namun apabila tidak ada
calon yang diusulkan Pemohon yang diterima Termohon,
dengan kekecualian kedua pihak sepakat mengenai suatu
Majelis yang terdiri dari tiga arbiter, Ketua BANI wajib
segera menunjuk orang yang akan bertindak sebagi arbiter
tunggal, penunjukan mana tidak dapat ditolak atau diajukan
keberatan oleh masingmasing pihak kecuali atas dasar
alasan yang cukup bahwa orang tersebut dianggap tidak in
dependen atau berpihak. Apabila para pihak tidak setuju
dengan arbiter tunggal, dan/atau Ketua menganggap sen
gketa yang bersangkutan bersifat kompleks dan/atau skala
dari sengketa bersangkutan ataupun nilai tuntutan yang
disengketakan sedemikian rupa besarnya atau sifatnya se
hingga sangat memerlukan suatu Majelis yang terdiri dari
tiga arbiter, maka Ketua memberitahukan hal tersebut

110 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

kepada para pihak dan diberi waktu 7 (tujuh) hari kepada


mereka untuk masingmasing menunjuk seorang arbiter
yang dipilihnya dan apabila tidak dipenuhi maka ketentuan
Pasal 10 ayat (3) dibawah ini akan berlaku.

2. Kelalaian Penunjukan

Dalam setiap hal dimana masingmasing pihak tidak dapat


mengangkat atau menunjuk seorang arbiter dalam batas
waktu yang telah ditentukan, maka dalam waktu 14
(empat belas) hari sejak pemberitahuan atau permohonan
untuk menunjuk arbiter, dengan memperhatikan keten
tuan Pasal 8 ayat (3), Ketua berwenang menunjuk atas
nama pihak bersangkutan.

3. Dalam hal Tiga Arbiter

Apabila Majelis terdiri dari tiga arbiter, dalam hal para


pihak telah menunjuk arbiter mereka masingmasing,
maka Ketua BANI menunjuk seorang arbiter yang akan
mengetuai Majelis.

Penunjukan arbiter yang akan mengetuai Majelis itu di


lakukan dengan mengindahkan usulusul dari para arbiter
masingmasing pihak, untuk itu arbiter yang ditunjuk oleh
para pihak masingmasing dapat mengajukan calon yang
dipilihnya dari daftar para arbiter BANI.

4. Jika Jumlah Tidak Ditentukan

Apabila para pihak tidak sepakat sebelumnya tentang jum


lah arbiter (misalnya satu atau tiga arbiter), Ketua berhak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 111


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

memutuskan, berdasarkan sifat, kompleksitas dan skala


dari sengketa bersangkutan, apakah perkara yang
bersangkutan memerlukan satu atau tiga arbiter dan,
dalam hal demikian, maka ketentuanketentuan pada ayat
ayat terdahulu Pasal 10 ini berlaku.

5. Banyak Pihak

Dalam hal terdapat lebih dari pada dua pihak dalam seng
keta, maka semua pihak yang bertindak sebagai Pemohon
(para pemohon) harus dianggap sebagai satu pihak tung
gal dalam hal penunjukan arbiter, dan semua pihak yang
dituntut harus dianggap sebagai satu Termohon tunggal
dalam hal yang sama. Dalam hal pihakpihak tersebut
tidak setuju dengan penunjukan seorang arbiter dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, maka pilihan mereka
terhadap seorang arbiter harus dianggap telah diserahkan
kepada Ketua BANI yang akan memilih atas nama pihak
pihak tersebut. Dalam keadaankeadaan khusus, apabila
diminta oleh suatu mayoritas pihakpihak bersengketa,
ketua dapat menyetujui dibentuknya suatu Majelis yang
terdiri lebih daripada 3 arbiter. Pihakpihak lain dapat
bergabung dalam suatu perkara arbitrase hanya sepanjang
diperkenankan berdasarkan ketentuan Pasal 30 Undang
Undang No.30/1999.

6. Kewenangan Ketua BANI

Keputusan atau persetujuan akhir mengenai penunjukan


semua arbiter berada ditangan Ketua BANI. Dalam mem
berikan persetujuan, Ketua dapat meminta keterangan tam

112 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

bahan sehubungan dengan kemandirian, netralitas


dan/atau kriteria para arbiter yang diusulkan. Ketua juga
dapat mempertimbangkan kewarganegaraan arbiter yang
diusulkan sehubungan dengan kewarganegaraan para
pihak yang bersengketa dengan memperhatikan syarat
syarat baku yang berlaku di BANI.

Ketua harus mengupayakan bahwa keputusan sehubungan


dengan penunjukan arbiter diambil atau disetujui dalam
waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak hal tersebut diajukan
kepadanya.

7. Penerimaan Para Arbiter

Seorang calon arbiter, dalam waktu paling lama 7 (tujuh)


hari sejak ditunjuk, harus menyampaikan kepada BANI ri
wayat hidup/pekerjaannya dan suatu pernyataan tertulis
tentang kesediaan bertindak sebagai arbiter. Apabila diper
lukan, arbiter yang ditunjuk harus menerangkan setiap
keadaan yang mungkin dapat menjadikan dirinya diragukan
sehubungan dengan netralitas atau kemandiriannya.

Pasal 11. Pengingkaran/Penolakan Terhadap seorang Ar


biter

1. Pengingkaran

Setiap arbiter dapat diingkari apabila terdapat suatu


keadaan tertentu yang menimbulkan keraguan terhadap
netralitas dan/atau kemandirian arbiter tersebut. Pihak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 113


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

yang ingin mengajukan pengingkaran harus menyam


paikan pemberitahuan tertulis kepada BANI dalam waktu
paling lama 14 (empat belas) hari sejak diberitahukan
identitas arbiter tersebut, dengan melampirkan dokumen
dokumen pembuktian yang mendasari pengingkaran
tersebut. Atau, apabila keterangan yang menjadi dasar
juga diketahui pihak lawan, maka pengingkaran tersebut
harus diajukan dalam waktu paling lama 14 (empat belas)
hari setelah keterangan tersebut diketahui pihak lawan.

2. Penggantian

BANI wajib meneliti buktibukti tersebut melalui suatu tim


khusus dan menyampaikan hasilnya kepada arbiter yang
diingkari dan pihak lain tentang pengingkaran tersebut.
Apabila arbiter yang diingkari setuju untuk mundur, atau
pihak lain menerima pengingkaran tersebut, seorang ar
biter pengganti harus ditunjuk dengan cara yang sama
dengan penunjukan arbiter yang mengundurkan diri,
berdasarkan ketentuanketentuan pasal 10 di atas. Atau
jika sebaliknya, BANI dapat, namun tidak diharuskan,
menyetujui pengingkaran tersebut, Ketua BANI harus me
nunjuk arbiter pengganti.

3. Kegagalan Pengingkaran

Apabila pihak lain atau arbiter tidak menerima peng


ingkaran itu, dan Ketua BANI juga menganggap bahwa
pengingkaran tersebut tidak berdasar, maka arbiter yang
diingkari harus melanjutkan tugasnya sebagai arbiter.

114 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

4. Pengingkaran Pihak Yang Menunjuk

Suatu pihak dapat membantah arbiter yang telah ditun


juknya atas dasar bahwa ia baru mengetahui atau mem
peroleh alasanalasan untuk pengingkaran setelah
penunjukan dilakukan.

Pasal 12. Penggantian Seorang Arbiter

1. Kematian atau Cacat

Dalam hal seorang arbiter meninggal dunia atau tidak


mampu secara tegas untuk melakukan tugasnya, selama
jalannya proses pemeriksaan arbitrase, seorang arbiter
pengganti harus ditunjuk berdasarkan ketentuan yang
sama menurut Pasal 10 seperti halnya yang berlaku ter
hadap penunjukan atau pemilihan arbiter yang diganti.

2. Pengunduran diri Arbiter

Calon atau arbiter yang mempunyai pertentangan ke


pentingan (conflict of interest) dengan perkara atau para
pihak yang bersengketa wajib untuk mengundurkan diri.

Sebaliknya apabila Majelis telah terbentuk maka tidak se


orang pun arbiter boleh mengundurkan diri dari ke
dudukannya kecuali terjadi pengingkaran terhadap
dirinya sesuai dengan ketentuanketentuan Peraturan
Prosedur ini dan peraturan perundangundangan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 115


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3. Kelalaian Bertindak

Dalam hal seorang arbiter lalai dalam melakukan tugas


nya, baik secara de jure atau de facto, satu dan lain atas
pertimbangan Ketua BANI sehingga tidak mungkin bagi
dirinya menjalankan fungsinya, sebagaimana ditentukan
Ketua, maka prosedur sehubungan dengan pengingkaran
dan penggantian seorang arbiter sesuai ketentuanketen
tuan dalam Pasal 11 berlaku.

4. Pengulangan Pemeriksaan

Apabila berdasarkan Pasal 11, 12 (1), atau 12 (3), seorang


arbiter tunggal diganti maka pemeriksaan perkara, terma
suk sidangsidang yang telah diselenggarakan sebelumnya
harus diulang. Apabila Ketua Majelis diganti, setiap sidang
kesaksian sebelumnya dapat diulang apabila dianggap
perlu oleh para arbiter lainnya. Apabila seorang arbiter
dalam Majelis diganti, maka para arbiter lainnya harus
memberikan penjelasan kepada arbiter yang baru ditun
juk dan sidangsidang sebelumnya tidak perlu diulang ke
cuali dalam keadaankeadaan khusus dimana, Majelis
menurut pertimbangannya sendiri menganggap perlu
berdasarkan alasanalasan keadilan. Apabila terjadi pen
gulangan sidangsidang berdasarkan alasanalasan diatas,
Majelis dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu
pemeriksaan perkara seperti yang dimaksud dalam Pasal
4 ayat (7).

116 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB V

Pemeriksaan Arbitrase

Pasal 13. Ketentuanketentuan Umum/Persidangan

1. Kewenangan Majelis

Setelah terbentuk atau ditunjuk berdasarkan ketentuan


ketentuan dalam Bab III diatas, Majelis Arbitrase akan
memeriksa dan memutus sengketa antara para pihak atas
nama BANI dan karenanya dapat melaksanakan segala
kewenangan yang dimiliki BANI sehubungan dengan pe
meriksaan dan pengambilan keputusankeputusan atas
sengketa dimaksud. Sebelum dan selama masa persida
ngan Majelis dapat mengusahakan adanya perdamaian di
antara para pihak. Upaya perdamaian tersebut tidak mem
pengaruhi batas waktu pemeriksaan di persidangan yang
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (7).

2. Kerahasiaan

Seluruh persidangan dilakukan tertutup untuk umum, dan


segala hal yang berkaitan dengan penunjukan arbiter, ter
masuk dokumendokumen, laporan/catatan sidang
sidang, keteranganketerangan saksi dan putusan
putusan, harus dijaga kerahasiaannya diantara para pihak,
para arbiter dan BANI, kecuali oleh peraturan perundang
undangan hal tersebut tidak diperlukan atau disetujui oleh
semua pihak yang bersengketa.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 117


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3. Dasar Keadilan

Sesuai ketentuan Peraturan Prosedur ini dan hukum yang


berlaku, Majelis Arbitrase dapat menyelenggarakan arbi
trase dengan cara yang dapat dianggap benar dengan ke
tentuan para pihak diperlakukan dengan persamaan hak
dan diberi kesempatan yang patut dan sama pada setiap
tahap pemeriksaan perkara.

4. Tempat Sidang

Persidangan, diselenggarakan di tempat yang ditetapkan


oleh BANI dan kesepakatan para pihak, namun dapat pula
di tempat lain jika dianggap perlu oleh Majelis dengan ke
sepakatan para pihak. Majelis Arbitrase dapat meminta di
adakan rapatrapat untuk memeriksa, assetasset,
barangbarang lain atau dokumendokumen pada setiap
waktu dan di tempat yang diperlukan, dengan pemberi
tahuan seperlunya kepada para pihak, guna memungkinkan
mereka dapat ikut hadir dalam pemeriksaan tersebut.
Rapatrapat internal dan sidangsidang Majelis dapat di
adakan pada setiap waktu dan tempat, termasuk melalui
jaringan internet, apabila Majelis menganggap perlu.

Pasal 14. Bahasa

1. Bahasa Pemeriksaan

Dalam hal para pihak tidak menyatakan sebaliknya, proses


pemeriksaan perkara diselenggarakan dalam bahasa In

118 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

donesia, kecuali dan apabila Majelis, dengan menimbang


keadaan (seperti adanya pihakpihak asing dan/atau ar
biterarbiter asing yang tidak dapat berbahasa Indonesia,
dan/atau dimana transaksi yang menimbulkan sengketa
dilaksanakan dalam bahasa lain), menganggap perlu digu
nakannya bahasa Inggris atau bahasa lainnya.

2. Bahasa Dokumen

Apabila dokumen asli yang diajukan atau dijadikan dasar


oleh para pihak dalam pengajuan kasus yang bersangku
tan dalam bahasa selain Indonesia, maka Majelis berhak
untuk menentukan dokumendokumen asli tersebut
apakah harus disertai terjemahan dalam bahasa Indone
sia, atau dari bahasa Indonesia ke bahasa lain. Namun
demikian, apabila para pihak setuju, atau Majelis menen
tukan, bahwa bahasa yang digunakan dalam perkara
adalah bahasa selain bahasa Indonesia, maka Majelis
dapat meminta agar dokumendokumen diajukan dalam
bahasa Indonesia dengan disertai terjemahan dari pener
jemah tersumpah dalam bahasa Inggris atau bahasa lain
yang digunakan.

3. Penerjemah

Apabila Majelis dan/atau masingmasing pihak memer


lukan bantuan penerjemah selama persidangan, hal terse
but harus disediakan oleh BANI atas permintaan Majelis,
dan biaya penerjemah harus ditanggung oleh para pihak
yang berperkara sesuai yang ditetapkan oleh Majelis.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 119


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

4. Bahasa Putusan

Putusan harus dibuat dalam bahasa Indonesia, dan apabila


diminta oleh suatu pihak atau sebaliknya dianggap perlu
oleh Majelis, dalam bahasa Inggris atau bahasa lainnya.
Dalam hal bahwa naskah asli Putusan dibuat dalam bahasa
Inggris atau bahasa lainnya, suatu terjemahan resmi harus
disediakan oleh BANI untuk maksudmaksud pendaftaran,
dan biaya untuk itu harus ditanggung oleh para pihak
berdasarkan penetapan Majelis

Pasal 15. Hukum Yang Berlaku

1. Hukum Yang Mengatur

Hukum yang mengatur materi sengketa adalah hukum yang


dipilih dalam perjanjian komersial bersangkutan yang
menimbulkan sengketa antara para pihak. Dalam hal oleh
para pihak dalam perjanjian tidak ditetapkan tentang
hukum yang mengatur, para pihak bebas memilih hukum
yang berlaku berdasarkan kesepakatan bersama. Dalam hal
kesepakatan itu tidak ada, Majelis berhak menerapkan ke
tentuanketentuan hukum yang dianggap perlu, dengan
mempertimbangkan keadaankeadaan yang menyangkut
permasalahannya.

2. Ketentuanketentuan Kontrak

Dalam menerapkan hukum yang berlaku, Majelis harus


mempertimbangkan ketentuanketentuan dalam perjan

120 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

jian serta praktek dan kebiasaan yang relevan dalam


kegiatan bisnis yang bersangkutan.

3. Ex Aequo et Bono

Majelis dapat menerapkan kewenangan yang bersifat am


icable compositeur dan/atau memutuskan secara ex
aequo et bono, apabila para pihak telah menyatakan ke
sepakatan mengenai hal itu.

Pasal 16. Surat Permohonan Arbitrase

1. Pengajuan

Surat Permohonan Arbitrase, yang berisi Tuntutan Pemo


hon yang disampaikan kepada BANI, oleh BANI, setelah
Majelis terbentuk, diteruskan kepada setiap anggota Ma
jelis dan pihak lain (para pihak).

2. Syaratsyarat

Surat Permohonan Arbitrase harus memuat sekurangku


rangnya:

a. Nama dan alamat para pihak;

b. Keterangan tentang faktafakta yang mendukung Per


mohonan Arbitrase;

c. Butirbutir permasalahannya; dan

d. Besarnya tuntutan kompensasi yang dituntut.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 121


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3. Dokumentasi

Pemohon harus melampirkan pada Surat Permohonan


tersebut suatu salinan perjanjian bersangkutan atau per
janjianperjanjian yang terkait sehubungan sengketa yang
bersangkutan dan suatu salinan perjanjian arbitrase (jika
tidak termasuk dalam perjanjian dimaksud), dan dapat
pula melampirkan dokumendokumen lain yang oleh Pe
mohon dianggap relevan. Apabila dokumendokumen
tambahan atau bukti lain dimaksudkan akan diajukan ke
mudian, Pemohon harus menegaskan hal itu dalam Surat
Permohonan tersebut.

Pasal 17. Surat Jawaban Atas Tuntutan

1. Pengajuan

Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari Termohon


harus mengajukan Surat Jawaban kepada BANI untuk dis
ampaikan kepada Majelis dan Pemohon.

2. Syaratsyarat

Termohon harus, dalam Surat Jawabannya, menge


mukakan pendapatnya tentang halhal sebagaimana di
maksud dalam huruf (b) dan (c) Pasal 16 ayat (2) diatas.
Termohon juga dapat melampirkan dalam Surat Jawaban
nya, dokumendokumen yang dijadikan sebagai dasar atau
menunjuk pada setiap dokumendokumen tambahan atau
bukti lain yang akan diajukan kemudian.

122 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3. Tuntutan Balik

a. Apabila Termohon bermaksud mengajukan suatu tun


tutan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian se
hubungan dengan sengketa atau tuntutan yang
bersangkutan sebagaimana yang diajukan Pemohon,
Termohon dapat mengajukan tuntutan balik
(rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut
bersama dengan Surat Jawaban atau selambatlambat
nya pada sidang pertama. Majelis berwenang, atas per
mintaan Termohon, untuk memperkenankan tuntutan
balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian itu agar di
ajukan pada suatu tanggal kemudian apabila Termo
hon dapat menjamin bahwa penundaan itu beralasan
sesuai ketentuanketentuan Pasal 6 ayat (1) dan (2)
dan Pasal 16 ayat (2) dan (3).

b. Atas tuntutan balik (rekonvensi) atau upaya penyele


saian tersebut dikenakan biaya tersendiri sesuai den
gan cara perhitungan pembebanan biaya adminsitrasi
yang dilakukan terhadap tuntutan pokok (konvensi)
yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak
berdasarkan Peraturan Prosedur dan daftar biaya yang
berlaku yang ditetapkan oleh BANI dari waktu ke
waktu. Apabila biaya administrasi untuk tuntutan balik
(rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut telah
dibayar para pihak, maka tuntutan balik (rekonvensi)
atau upaya penyelesaian akan diperiksa, dipertim
bangkan dan diputus secara bersamasama dengan
tuntutan pokok.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 123


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

c. Kelalaian para pihak atau salah satu dari mereka,


untuk membayar biaya administrasi sehubungan de
ngan tuntutan balik atau upaya penyelesaian tidak
menghalangi ataupun menunda kelanjutan penyeleng
garaan arbitrase sehubungan dengan tuntutan pokok
(konvensi) sejauh biaya administrasi sehubungan de
ngan tuntutan pokok (konvensi) tersebut telah dibayar,
seolaholah tidak ada tuntutan balik (rekonvensi) atau
upaya penyelesaian tuntutan.

4. Jawaban Tuntutan Balik

Dalam hal Termohon telah mengajukan suatu tuntutan


balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian, Pemohon
(yang dalam hal itu menjadi Termohon), berhak dalam
jangka waktu 30 hari atau jangka waktu lain yang ditetap
kan oleh Majelis, untuk mengajukan jawaban atas tuntutan
balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut
berdasarkan ketentuanketentuan Pasal 17 ayat (2) diatas.

Pasal 18. Yurisdiksi

1. Kompetensi Kompetensi

Majelis berhak menyatakan keberatan atas pernyataan


bahwa ia tidak berwenang, termasuk keberatan yang
berhubungan dengan adanya atau keabsahan perjanjian
arbitrase jika terdapat alasan untuk itu.

124 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

2. Klausul Arbitrase Independen

Majelis berhak menentukan adanya atau keabsahan suatu


perjanjian di mana klausula arbitrase merupakan bagian.
Suatu klausula arbitrase yang menjadi bagian dari suatu
perjanjian, harus diperlakukan sebagai suatu perjanjian
terpisah dari ketentuanketentuan lainnya dalam perjan
jian yang bersangkutan. Keputusan Majelis bahwa suatu
kontrak batal demi hukum tidak dengan sendirinya mem
batalkan validitas klausula arbitrase.

3. Batas Waktu Bantahan

Suatu dalih berupa bantahan bahwa Majelis tidak berwe


nang harus dikemukakan sekurangkurangnya dalam
Surat Jawaban atau, dalam hal tuntutan balik (rekonvensi)
atau upaya penyelesaian dalam jawaban terhadap tuntu
tan balik (rekonvensi) atau upaya penyelesaian tersebut.

4. Putusan Sela

Dalam keadaan yang biasa, Majelis akan menetapkan pu


tusan yang menolak masalah yurisdiksi sebagai suatu Pu
tusan Sela. Namun, apabila dipandang perlu Majelis dapat
melanjutkan proses arbitrase dan memutuskan masalah
tersebut dalam Putusan akhir.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 125


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pasal 19. DokumenDokumen dan PenetapanPenetapan

1. Prosedur Persidangan

Setelah menerima berkas perkara, Majelis harus menen


tukan, atas pertimbangan sendiri apakah sengketa dapat
diputuskan berdasarkan dokumendokumen saja, atau
perlu memanggil para pihak untuk datang pada persida
ngan. Untuk maksud tersebut Majelis dapat memanggil
untuk sidang pertama dimana mengenai pengajuan doku
mendokumen jika ada atau mengenai persidangan jika di
adakan, ataupun mengenai masalahmasalah prosedural,
dapat dikomunikasikan dengan para pihak secara lang
sung ataupun melalui Sekretariat BANI.

2. Penetapanpenetapan prosedural.

Majelis, berdasarkan ketentuanketentuan ini, berhak


penuh menentukan prosedur dan membuat penetapan
penetapan yang dianggap perlu, dimana penetapanpene
tapan tersebut mengikat para pihak. Apabila dipandang
perlu, Majelis dapat membuat ikhtisar masalahmasalah
yang akan diputus (terms of reference) yang ditandatan
gani Majelis dan para pihak. Setidaktidaknya Sekretaris
Majelis harus membuat berita acara pemeriksaan dan
penetapanpenetapan prosedural dari Majelis, berita acara
mana, setelah ditandatangani oleh Majelis, menjadi doku
men pemeriksaan dan bahan bagi Majelis dalam proses
pemeriksaan selanjutnya.

126 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3. Catatan.

Dalam hal masingmasing pihak ingin membuat suatu


catatan sendiri mengenai pemeriksaan atau sebagian dari
pemeriksaan, atas persetujuan Majelis, pihak yang
bersangkutan dapat meminta jasa petugas pencatat atau
sekretaris independen untuk hal tersebut yang akan
menyampaikan catatannya kepada Majelis untuk
diteruskan kepada para pihak. Biaya pembuatan catatan
itu adalah atas tanggungan pihak atau pihakpihak yang
meminta, dan biaya tersebut harus dibayar dimuka kepada
BANI untuk dibayarkan kemudian kepada petugas
bersangkutan setelah menerima bukti penagihan.

4. Biaya harus dibayar.

Pemeriksaan atas perkara dan atau sidang tidak akan di


langsungkan sebelum seluruh biayabiaya arbitrase, seba
gaimana diberitahukan oleh Sekretariat kepada para pihak
berdasarkan besarnya skala dari tuntutan dan daftar biaya
yang dari waktu ke waktu diumumkan oleh BANI, telah
dibayar lunas oleh salah satu atau kedua belah pihak.

5. Putusan Sela

Majelis berhak menetapkan putusan provisi atau putusan


sela yang dianggap perlu sehubungan dengan penyelesa
ian sengketa bersangkutan, termasuk untuk menetapkan
suatu putusan tentang sita jaminan, memerintahkan peny
impanan barang pada pihak ketiga, atau penjualan barang
barang yang tidak akan tahan lama. Majelis berhak

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 127


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

meminta jaminan atas biayabiaya yang berhubungan de


ngan tindakantindakan tersebut.

6. Sanksisanksi

Majelis berhak menetapkan sanksi atas pihak yang lalai


atau menolak untuk menaati aturan tatatertib yang dibu
atnya atau sebaliknya melakukan tindakan yang meng
hambat proses pemeriksaan sengketa oleh Majelis.

Pasal 20. Upaya Mencari Penyelesaian Damai

1. Penyelesaian Damai

Majelis pertamatama harus mengupayakan agar para


pihak mencari jalan penyelesaian damai, baik atas upaya
para pihak sendiri atau dengan bantuan mediator atau
pihak ketiga lainnya yang independen atau dengan ban
tuan Majelis jika disepakati oleh para pihak.

2. Putusan Persetujuan Damai

Apabila suatu penyelesaian damai dapat dicapai, Majelis


akan menyiapkan suatu memorandum mengenai persetu
juan damai tersebut secara tertulis yang memiliki keku
atan hukum dan mengikat kedua belah pihak serta dapat
dilaksanakan dengan cara yang sama sebagai suatu Putu
san dari Majelis.

128 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

3. Kegagalan Menyelesaikan secara damai

Apabila tidak berhasil dicapai penyelesaian damai, Majelis


akan melanjutkan prosedur arbitrase sesuai ketentuan
dalam Peraturan ini.

Pasal 21. Kelalaian Penyelesaian

1. Kelalaian Pemohon

Dalam hal Pemohon lalai dan/atau tidak datang pada


sidang pertama yang diselenggarakan oleh Majelis tanpa
suatu alasan yang syah, maka Majelis dapat menyatakan
Permohonan Arbitrase batal.

2. Kelalaian Termohon

Dalam hal Termohon lalai mengajukan Surat Jawaban, Ma


jelis harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada
Termohon dan dapat memberikan perpanjangan jangka
waktu selambatlambatnya 14 (empat belas) hari untuk
mengajukan Jawaban dan/atau datang ke persidangan.
Dalam hal Termohon juga tidak datang ke persidangan sete
lah dipanggil secara patut dan juga tidak mengajukan Jawa
ban tertulis, Majelis harus memberitahukan untuk kedua
kalinya kepada Termohon agar datang atau menyampaikan
Jawaban. Apabila Termohon lalai menjawab untuk kedua
kalinya tanpa alasan yang sah, Majelis sertamerta dapat
memutuskan dan mengeluarkan putusan berdasarkan
dokumendokumen dan bukti yang telah diajukan Pemohon.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 129


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pasal 22. Perubahanperubahan dan Pengajuanpenga


juan Selanjutnya

1. Perubahanperubahan

Apabila pengajuanpengajuan sebagaimana dimaksud di


atas telah lengkap, dan apabila sidang pertama telah di
langsungkan, para pihak tidak berhak mengubah tuntutan
dan/atau jawaban mereka sepanjang menyangkut materi
perkara, kecuali Majelis dan para pihak menyetujui pe
rubahan tersebut. Namun demikian, tidak diperkenankan
mengubah tuntutan yang keluar dari lingkup perjanjian
arbitrase.

2. Pengajuanpengajuan lebih lanjut

Majelis harus memutuskan tentang buktibukti tambahan


dan/atau keterangan tertulis tambahan, selain Surat Per
mohonan Arbitrase yang merupakan surat tuntutan dan
Surat Jawaban, yang diperlukan dari para pihak atau dia
jukan para pihak, dimana Majelis harus menetapkan
jangka waktu untuk penyampaian halhal tersebut. Majelis
tidak wajib mempertimbangkan setiap pengajuan tamba
han selain yang telah ditetapkannya.

Pasal 23. Bukti dan Persidangan

1. Beban Pembuktian

Setiap pihak wajib menjelaskan posisi masingmasing,


untuk mengajukan bukti yang menguatkan posisinya dan

130 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

untuk membuktikan faktafakta yang dijadikan dasar tun


tutan atau jawaban.

2. Ringkasan Buktibukti

Majelis dapat, apabila dianggap perlu, meminta para pihak


untuk memberikan penjelasan atau mengajukan doku
mendokumen yang dianggap perlu dan/atau untuk
menyampaikan ringkasan seluruh dokumen dan bukti lain
yang telah dan/atau akan diajukan oleh pihak tersebut
guna mendukung faktafakta dalam Surat Permohonan
Tuntutan atau Surat Jawaban, dalam jangka waktu yang
ditetapkan oleh Majelis.

3. Bobot Pembuktian

Majelis harus menentukan apakah buktibukti dapat di


terima, relevan dan menyangkut materi permasalahan dan
memiliki kekuatan bukti.

4. Saksisaksi

Apabila Majelis menganggap perlu dan/atau atas per


mintaan masingmasing pihak, saksisaksi ahli atau saksi
saksi yang berkaitan faktafakta dapat dipanggil.
Saksisaksi tersebut oleh Majelis dapat diminta untuk
memberikan kesaksian mereka dalam bentuk tertulis. Ma
jelis dapat menentukan, atas pertimbangannya sendiri
atau atas permintaan masingmasing pihak, apakah perlu
mendengar kesaksian lisan saksisaksi tersebut.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 131


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

5. Biaya Para Saksi

Pihak yang meminta pemanggilan seorang saksi atau saksi


ahli harus membayar dimuka seluruh ongkos yang diper
lukan berhubung dengan kehadiran saksi tersebut. Untuk
maksud tersebut Majelis dapat meminta agar terlebih
dahulu disetorkan suatu deposit kepada BANI

6. Sumpah

Sebelum memberikan kesaksian mereka, para saksi atau


saksisaksi ahli tersebut dapat diminta untuk diambil
sumpahnya atau mengucapkan janji.

7. Penutupan Persidangan

Jika pengajuan bukti, kesaksian dan persidangan telah di


anggap cukup oleh Majelis, maka persidangan mengenai
sengketa tersebut ditutup oleh Ketua Majelis yang kemu
dian dapat menetapkan suatu sidang untuk penyampaian
Putusan akhir.

Pasal 24. Pencabutan Arbitrase

1. Pencabutan.

Sepanjang Majelis belum mengeluarkan putusannya, Pe


mohon berhak mencabut tuntutannya melalui pemberi
tahuan tertulis kepada Majelis, pihak lain dan BANI.
Namun demikian apabila Termohon telah mengajukan
Surat Jawaban, dan/atau tuntutan balik (rekonvensi),

132 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

maka tuntutan hanya dapat dicabut kembali dengan per


setujuan Termohon. Apabila para pihak sepakat untuk
mencabut tuntutan/perkara setelah sidang dimulai, maka
pencabutan tersebut dilakukan dengan penetapan putu
san oleh Majelis.

2. Pengembalian Pembayaran Biayabiaya.

Dalam hal persidangan belum dimulai, seluruh ongkos yang


dibayar, kecuali biaya pendaftaran, dikembalikan kepada
Pemohon dimana dilakukan perhitungan dengan biaya
biaya administrasi Sekretariat BANI yang telah dikeluarkan.
Apabila persidangan atau rapatrapat musyawarah telah
dimulai, maka biaya administrasi, termasuk ongkosongkos
yang menjadi hak para arbiter yang dianggap wajar oleh
Ketua BANI, setelah berkonsultasi dengan Majelis, akan
diperhitungkan dalam pengembalian tersebut.

BAB VI Putusan

Pasal 25. Putusan Akhir

Majelis wajib menetapkan Putusan akhir dalam waktu paling


lama 30 hari terhitung sejak ditutupnya persidangan, kecuali
Majelis mempertimbangkan bahwa jangka waktu tersebut
perlu diperpanjang secukupnya.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 133


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pasal 26. PutusanPutusan Lain

Selain menetapkan Putusan akhir, Majelis juga berhak mene


tapkan putusanputusan pendahuluan, sela atau Putusanpu
tusan parsial.

Pasal 27. Mayoritas

Apabila Majelis terdiri dari tiga (atau lebih) arbiter, maka se


tiap putusan atau putusan lain dari Majelis, harus ditetapkan
berdasarkan suatu putusan mayoritas para arbiter.

Apabila terdapat perbedaan pendapat dari arbiter mengenai


bagian tertentu dari putusan, maka perbedaan tersebut harus
dicantumkan dalam Putusan.

Apabila diantara para arbiter tidak terdapat kesepakatan men


genai putusan atau bagian dari putusan yang akan diambil,
maka putusan Ketua Majelis mengenai hal yang bersangkutan
yang dianggap berlaku.

Pasal 28. Penetapanpenetapan Prosedural

Untuk halhal yang bersifat prosedural, apabila tidak terdapat


kesepakatan mayoritas, dan apabila Majelis menguasakan
untuk hal tersebut, Ketua Majelis dapat memutuskan atas per
timbangan sendiri.

134 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pasal 29. Pertimbangan Putusan

Putusan harus dibuat tertulis dan harus memuat pertimbangan


pertimbangan yang menjadi dasar Putusan tersebut, kecuali
para pihak setuju bahwa pertimbanganpertimbangan itu tidak
perlu dicantumkan.

Putusan Majelis ditetapkan berdasarkan ketentuanketentuan


hukum atau berdasarkan keadilan dan kepatutan.

Pasal 30. Penandatanganan Putusan

Putusan harus ditandatangani para arbiter dan harus memuat


tanggal dan tempat dikeluarkannya. Apabila ada tiga Arbiter
dan satu dari mereka tidak menandatangani, maka dalam Pu
tusan tersebut harus dinyatakan alasannya.

Pasal 31. Penyampaian

Dalam waktu 14 (empat belas) hari, Putusan yang telah ditan


datangani para arbiter tersebut harus disampaikan kepada se
tiap pihak, bersama 2 (dua) lembar salinan untuk BANI,
dimana salah satu dari salinan itu akan didaftarkan oleh BANI
di Pengadilan Negeri yang bersangkutan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 135


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pasal 32. Final dan Mengikat

Putusan bersifat final dan mengikat para pihak. Para pihak men
jamin akan langsung melaksanakan Putusan tersebut.

Dalam Putusan tersebut, Majelis menetapkan suatu batas waktu


bagi pihak yang kalah untuk melaksanakan Putusan dimana
dalam Putusan Majelis dapat menetapkan sanksi dan/atau
denda dan/atau tingkat bunga dalam jumlah yang wajar apabila
pihak yang kalah lalai dalam melaksanakan Putusan itu.

Pasal 33. Pendaftaran

Kerahasiaan proses arbitrase tidak berarti mencegah pendaf


taran Putusan pada Pengadilan Negeri ataupun pengajuannya
ke Pengadilan Negeri dimanapun dimana pihak yang menang
dapat meminta pelaksanaan dan/atau eksekusi Putusan terse
but.

Pasal 34. Pembetulan KesalahanKesalahan

Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah Putu


san diterima, para pihak dapat mengajukan permohonan ke
BANI agar Majelis memperbaiki kesalahankesalahan admin
istratif yang mungkin terjadi dan/atau untuk menambah atau
menghapus sesuatu apabila dalam Putusan tersebut sesuatu
tuntutan tidak disinggung.

136 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pasal 35. Daftar Biaya

Biaya arbitrase ditetapkan dalam suatu daftar terpisah dan


terlampir pada Peraturan Prosedur ini. Daftar tersebut dapat
diperbaiki atau diubah dari waktu ke waktu apabila dipandang
perlu oleh BANI.

Pasal 36. Pembayaran Biaya

BANI harus menagih kepada setiap pihak setengah dari esti


masi biaya arbitrase, dan memberikan jangka waktu secepat
nya untuk membayarnya. Apabila suatu pihak lalai membayar
bagiannya, maka jumlah yang sama harus dibayarkan oleh
pihak lain yang kemudian akan diperhitungkan dalam Putusan
dengan kewajiban pihak yang lalai membayar tersebut.

BANI atas permintaan Majelis yang bersangkutan dapat mem


inta penambahan biaya dari waktu ke waktu selama berlang
sungnya arbitrase apabila Majelis menganggap bahwa perkara
yang sedang diperiksa atau besarnya tuntutan ternyata telah
meningkat daripada yang semula diperkirakan.

Pasal 37. Alokasi

Majelis berwenang menentukan pihak mana yang harus


bertanggung jawab untuk membayar, atau melakukan pengem
balian pembayaran kepada pihak lain, untuk seluruh atau seba
gian biayabiaya itu, pembagian mana harus dicantumkan
dalam Putusan.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 137


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pada umumnya apabila salah satu pihak sepenuhnya berhasil


dalam tuntutannya maka pihak lawannya memikul seluruh
biaya dan apabila masingmasing pihak berhasil memperoleh
sebagian dari tuntutannya, biayabiaya menjadi beban kedua
belah pihak secara proporsional.

Pasal 38. Biayabiaya Jasa Hukum

Kecuali dalam keadaankeadaan khusus, biayabiaya jasa


hukum dari masingmasing pihak harus ditanggung oleh pihak
yang memakai jasa hukum tersebut dan biasanya tidak akan
diperhitungkan terhadap pihak lainnya. Namun apabila Ma
jelis menentukan bahwa suatu tuntutan menjadi rumit atau
bahwa suatu pihak secara tidak sepatutnya menyebabkan tim
bulnya kesulitankesulitan atau hambatanhambatan dalam
kemajuan proses arbitrase, maka biaya jasa hukum dapat
dilimpahkan kepada pihak yang menimbulkan kesulitan terse
but.

Pasal 39. Biayabiaya Eksekusi

Biayabiaya eksekusi Putusan ditanggung oleh pihak yang


kalah dan yang lalai untuk memenuhi ketentunketentuan
dalam Putusan.

138 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Pendapat yang Mengikat dan Klausula Arbitrase

Pendapat yang Mengikat

Tanpa adanya suatu sengketa, BANI dapat menerima permintaan


yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian, untuk mem
berikan suatu pendapat yang mengikat mngenai sesuatu persoalan
berkenaan dengan perjanjian tersebut.

BANI dapat diminta memberikan pendapat yang mengikat misal


nya mengenai: penafsiran ketentuanketentuan yang kurang jelas,
dalam kontrak penambahan atau perubahan pada ketentuanke
tentuan berhubungan dengan timbulnya keadaankeadaan baru,
dan lainlain.

Dengan diberikannya pendapat oleh BANI tersebut, kedua belah


pihak terikat padanya dan siapa saja dari mereka yang bertindak
bertentangan dengan pendapat itu, akan dianggap melanggar per
janjian.

Klausula Arbitrase

BANI menyarankan kepada para pihak yang ingin menggunakan ar


bitrase BANI, untuk mencantumkan dalam perjanjianperjanjian
mereka klausula standard sebagai berikut:

Semua sengketa yang timbul dari perjanjian ini, akan diselesaikan dan
diputus oleh Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) menurut per
aturanperaturan administrasi dan peraturanperaturan prosedur ar
bitrase BANI, yang keputusannya mengikat kedua belah pihak yang
bersengketa sebagai keputusan tingkat pertama dan terakhir

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 139


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Biaya Arbitrase

A. Biaya Pendaftaran : Rp 2.000.000, ( dibayarkan pada saat


pendaftaran permohonan arbitrase )

B. Biaya Administrasi, biaya Pemeriksaan dan biaya arbiter


masingmasing untuk Konpensi dan Rekonpensi dan Ar
bitrator sebagai berikut

BIAYA ADMINISTRASI PENYELESAIAN PERKARA

KLAIM (Rp) BIAYA


A Kurang dari 500,000,000 10.0 %
B*) 500,000,000 9.0 %
C*) 1 1,000,000,000 8.0 %
2 2,500,000,000 7.0 %
3 5,000,000,000 6.0 %
4 7,500,000,000 5.0 %
5 10,000,000,000 4.0 %
6 12,500,000,000 3.5 %
7 15,000,000,000 3.2 %
8 17,500,000,000 3.0 %
9 20,000,000,000 2.8 %
10 22,500,000,000 2.6 %
11 25,000,000,000 2.4 %

140 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

KLAIM (Rp) BIAYA


12 27,500,000,000 2.2 %
13 30,000,000,000 2.0 %
14 35,000,000,000 1.9 %
15 40,000,000,000 1.8 %
16 45,000,000,000 1.7 %
17 50,000,000,000 1.6 %
18 60,000,000,000 1.5 %
19 70,000,000,000 1.4 %
20 80,000,000,000 1.3 %
21 90,000,000,000 1.2 %
22 100,000,000,000 1.1 %
23 200,000,000,000 1.0 %
24 300,000,000,000 0.9 %
25 400,000,000,000 0.8 %
26 500,000,000,000 0.6 %
D*) Lebih dari 500,000,000,000 0.5 %

*) Untuk Claim yang nilainya lebih besar dari Rp


500.000.000 dan berada diantara angkaangka tersebut
penghitungan tarifnya menggunakan interpolasi.

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 141


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Biaya ini dibayarkan setelah BANI menerbitkan surat pe


nagihan kepada para pihak.
C. BIAYA TERSEBUT TIDAK TERMASUK :

1. Biaya pemanggilan, transportasi dan honorarium


saksi dan/atau tenaga ahli. Biaya ini menjadi beban
pihak yang mengajukan saksi dan atau tenaga ahli
tersebut atau menjadi beban para pihak bila saksi
dan/atau tenaga ahli tersebut bukan merupakan
saksi dan/atau tenaga ahli yang diajukan para pihak
namun diminta untuk dihadirkan dan ditunjuk oleh
Majelis Arbitrase. Biaya untuk saksi dan atau tenaga
ahli yang diminta untuk dihadirkan dan ditunjuk oleh
Majelis Arbitrase harus dibayarkan terlebih dahulu
kepada BANI sebelum saksi atau tenaga ahli tersebut
didengar kesaksiannya.

2. Biaya transportasi, akomodasi dan biaya tambahan


(bila ada), untuk arbiter yang berdomisili diluar tem
pat kedudukan sidang terkait. Biaya ini menjadi tang
gungan pihak yang menunjuk/memilih arbiter
tersebut dan ditentukan besarannya oleh BANI serta
dibayarkan kepada yang bersangkutan melalui BANI.

3. Biaya persidangan yang dilakukan di tempat selain


tempat yang disediakan oleh BANI. Biaya ini meliputi
biaya tempat persidangan, transportasi dan ako
modasi bila diperlukan serta menjadi beban pihak
yang meminta atau menjadi beban para pihak apabila
atas permintaan Majelis Arbitrase yang bersangku

142 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

tan.

4. Biaya penyerahan/pendaftaran putusan di Pengadi


lan Negeri terkait.

D. BIAYA UNTUK PENDAPAT YANG MENGIKAT

Ditetapkan oleh Ketua BANI secara kasuistis yang dis


esuaikan dengan kompleksitas permasalahan yang dia
jukan.

A. BADAPSKI

Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Kons


truksi (BADAPSKI) menilai Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) memiliki peranan penting
dalam memilih model penyelesaian sengketa kon
struksi di tanah air.

Sekretaris Badapski Sarwono Hardjomuljadi menya


takan, hal tersebut sesuai dengan aturan yang tercan
tum dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 192 tahun
2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pem
bangunan .

Pasal 28 Ayat e dalam perpres tersebut menyatakan,


BPKP memilliki wewenang untuk mengaudit atas
penyesuaian harga, klaim, dan audit investigasi ter
hadap kasuskasus yang berindikasi merugikan keua

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 143


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

ngan negara.

Salah satu masalah utama dalam pelaksanaan kons


truksi di Indonesia adalah adanya sengketa konstruksi
yang terjadi antara pengguna jasa dengan pihak kon
traktor selaku penyedia jasa. Kecenderungan terja
dinya sengketa ini mengingat kontrak konstruksi
bersifat dinamis dan berbeda dengan kontrakkontrak
yang lain.

Faktor yang membedakannya yaitu : durasi proyek


yang relatif panjang, kompleks, serta ukuran dan fakta
bahwa harga yang disepakati dan jumlah pekerjaan
yang dilaksanakan dapat berubah setiap saat selama
masa kontrak pelaksanaan konstruksi.

Alternatif penyelesaian sengketa di Indonesia telah


mempunyai dasar hukum, yaitu

Undangundang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbi


trase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang men
cantumkan alternatif penyelesaian sengketa di
samping arbitrase dan litigasi. Kementerian Pekerjaan
Umum sebagai pembina sektor konstruksi mendorong
dan meningkatkan peran arbitrase, mediasi, dan peni
laian ahli di bidang jasa konstruksi dalam penyelesaian
sengketa konstruksi, sebagaimana diamanatkan Un
dangundang Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa Kon
struksi.

144 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Adapun daftar para arbiter yang terdapat dalam


BADAPSKI adalah sebagai berikut :

1. DR. Ir. Djoko Kimanto, Dlp. HE


2. Abdul Rahman Saleh, SH, MM
3. Prof Hikmahanto Juwana, SH, LLM, PhD
4. Prof. DR. Satya Arinanto, SH, LLM
5. Prof. Ir. Roesdiman Soegiarso, MSc, PhD
6. Ir. Agus Rahardjo, MSM
7. DR. Ir. Sarwono Hardjomuljadi, MT, MH
8. DR. Ahmad Sudiro, S.H., M.H., M.M.,.
9. Prof. DR. Ir. Wiratman Wangsadinata
10. DR. Firman Wijaya SH, MH

Sedangkan untuk daftar koresponden adalah sebagai


berikut :

1. Christhoper Miers.
2. DR Donald Charrett
3. Geoffrey Smith
4. Gerlando Butera
5. Gordon Jaynes

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 145


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

6. Richard A Kell
7. Professor Toshihiko Omoto, DR. Eng.

KONTAK :

BADAPSKI

Badan Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian


Sengketa Konstruksi Indonesia

Jl. Kemang Raya No. 17A, Jakarta 12730, Indonesia

Telpon : (62 21) 96848993


Email : info@badapski.org
Website : www.badapski.org

A. BASYARNAS

Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS)


adalah perubahan dari nama Badan Arbitrase Mua
malat Indonesia (BAMUI) yang merupakan salah satu
wujud dari Arbitrase Islam yang pertama kali didirikan
di Indonesia. Pendirinya diprakarsai oleh Majelis
Ulama Indonesia (MUI), tanggal 05 Jumadil Awal 1414
H bertepatan dengan tanggal 21 Oktober 1993 M.
Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI)
didirikan dalam bentuk badan hukum yayasan sesuai
dengan akta notaris Yudo Paripurno, S.H. Nomor 175

146 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

tanggal 21 Oktober 1993.

Peresmian Badan Arbitrase Muamalat Indonesia


(BAMUI) dilangsungkan tanggal 21 Oktober 1993.
Nama yang diberikan pada saat diresmikan adalah
Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI).
Peresmiannya ditandai dengan penandatanganan akta
notaris oleh dewan pendiri, yaitu Dewan Pimpinan Ma
jelis Ulama Indonesia (MUI) pusat yang diwakili K.H.
Hasan Basri dan H.S. Prodjokusumo, masingmasing
sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Umum Dewan
Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebagai
saksi yang ikut menandatangani akta notaris masing
masing H.M. Soejono dan H. Zainulbahar Noor, S.E.
(Dirut Bank Muamalat Indonesia) saat itu. BAMUI
tersebut di Ketuai oleh H. Hartono Mardjono, S.H. sam
pai beliau wafat tahun 2003.

SINGKATAN PENDEK DARI BADAN ARBITRASE MUA


MALAH INDONESIA, yaitu lembaga yang mengatur
hukum materi dan atau berdasarkan prinsip syariah
di indonesia yang didirikan secara bersama oleh kejak
saan agung republik indonesia dengan majelis ulama
indonesia

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 147


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Gambar 4.7. Flowchart Sengketa Kontrak Konstruksi Melalui Arbitrase

148 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB VI
PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI MELALUI KONSULTASI

Konsultasi merupakan model alternatif penyelesaian sengketa


yang diintrodusir di UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undangundang Nomor 30 Tahun


1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelessaian Sengketa,
merumuskan bahwa Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di
luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, konsiliasi
atau penilaian ahli.

Tidak ada suatu rumusan ataupun penjelasan yang diberikan


dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 mengenai
makna maupun arti dari konsultasi. Jika melihat pada Blacks
Law Dictionary dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
konsultasi (consultation) adalah :

Act of consulting or conferring : e.g. patient with doctor, client


with lawyer. Deliberation of persons on some subject.8

8
Henry Campbell Black, Op.Cit., page. 50

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 149


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

Dari rumusan yang diberikan dalam Blacks Law


Dictionary tersebut dapat diketahui, bahwa pada prinsipnya
konsultasi merupakan suatu tindakan yang bersifat personal
antara suatu pihak tertentu, yang disebut dengan klien dengan
pihak lain yang merupakan pihak konsultan, yang memberikan
pendapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan
dan kebutuhan kliennya tersebut.

Dalam UndangUndang Nomor 30 Tahun 1999 tidak ada rumu


san secara rinci mengenai hal ini, namun dalam Blacks Law Dic
tionary diartikan sebagai suatu tindakan yang bersifat personal
antara suatu pihak tertentu yang disebut klien dengan pihak
lain yang merupakan pihak konsultan, yang memberikan pen
dapatnya kepada klien tersebut untuk memenuhi keperluan dan
kebutuhan kliennya tersebut.

Di dalam model konsultasi, klien memiliki kebebasan untuk


menentukan sendiri keputusan yang akan diambil untuk ke
pentingannya sendiri. Namun demikian, tidak menutup kemu
ngkinan, klien akan dapat menggunakan pendapat yang
disampaikan oleh pihak konsultan tersebut. Hal ini berarti
bahwa dalam konsultasi, sebagai suatu bentuk pranata alter
natif penyelesaian sengketa, peran dari konsultan dalam menye
lesaikan perselisihan atau sengketa yang ada tidak terlalu
dominan sama sekali. Konsultan hanya memberikan advis dan
pendapat (advice and opinion), sebagaimana diminta oleh kli
ennya, yang untuk selanjutnya keputusan mengenai penyelesa
ian sengketa tersebut akan diambil sendiri oleh para pihak,
meskipun dalam beberapa hal pihak konsultan juga diberikan
kesempatan untuk merumuskan bentukbentuk penyelesaian

150 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

sengketa yang dikehendaki oleh para pihak yang bersengketa


tersebut.

Gambar 4.8. Flowchart Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi Melalui


Konsultasi

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 151


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

BAB VII
PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK
KONSTRUKSI MELALUI PENILAIANAHLI

Penilaian ahli merupakan proses penilaian yang dilakukan


oleh ahli terhadap halhal yang berkaitan dengan kontrak kon
struksi dan pelaksanaannya. Sedangkan menurut Blacks Law
Dictionary menjelaskan bahwa adapun yang dimaksud dengan
ahli adalah a person who through education or experience, has
develop skill or knowledge in particular subject, so that he or
she may form an opinion that will assist the fact finder9 (ter
jemahan bebas : seseorang yang melalui edukasi dan pengala
man telah mengembangkan ketrampilan atau keilmuan dalam
bidang tertentu dalam hal mana seseorang tersebut akan
membentuk opini yang akan membantu pencari fakta).

Sedangkan dalam UU Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase


dan Alternatif Penyelesaian Sengketa tidak memberikan defin
isi tentang Penilaian Ahli. Dalam UU UU Nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa hanya
menjelaskan bahwa Penilaian Ahli hanya memberikan penje

9
Ibid, page. 170

152 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

lasan bahwa Penilaian Ahli merupakan bagian dari bentuk al


ternatif penyelesaian sengketa.

Berdasarkan hal tersebut maka, Penilaian Ahli dapat didefi


nisikan sebagai suatu bentuk alternatif penyelesaian sengketa
yang dilakukan oleh penilai ahli dalam sengketa di bidang jasa
konstruksi. Adapun yang dimaksud dengan Penilai Ahli, menu
rut Peraturan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nomor
4 Tahun 2014 tentang Penilai Ahli Bidang Jasa Konstruksi
(Peraturan LPJK Nomor 4 Tahun 2014), adalah seseorang
yang mempunyai kompetensi penilaian ahli di bidang jasa kon
struksi.

Dalam kedudukannya sebagai model alternatif penyelesaian


sengketa, maka Penilaian Ahli, juga direkognisi dalam Undang
Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (UU
Jasa Konstruksi) dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2000 tentang Penyelengaraan Jasa Konstruksi (PP Nomor 29
Tahun 2000) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemer
intah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelengaraan Jasa
Konstruksi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan dalam keten
tuanketentuan sebagai berikut :

1. Ketentuan Pasal 25 ayat (3) UU Jasa Konstruksi


yang pada pokoknya berbunyi sebagai berikut :

Kegagalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


ditetapkan oleh pihak ketiga selaku penilai ahli.

2. Ketentuan Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2) dan pen

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 153


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

jelasannya PP Nomor 29 Tahun 2000, yang pada


pokoknya berbunyi sebagai berikut :

Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1


(satu) atau lebih penilai ahli yang professional dan
kompeten dalam bidangnya serta bersifat indepen
den dan mampu memberikan penilaian secara ob
jektif .

Penilai ahli sebagaimana yang dimaksud dalam


ayat (1) dipilih dan disepakati bersama oleh penye
dia jasa dan pengguna jasa.

Yang dimaksud dengan penilai ahli adalah penilai


ahli di bidang konstruksi. Penilai ahli terdiri dari
perorangan atau kelompok orang atau badan
usaha yang disepakati para pihak dan bersifat in
dependen.

Adapun yang dimaksud dengan kegagalan Pekerjaan Kon


struksi menurut Peraturan LPJK Nomor 4 Tahun 2014 (dan
juga Ketentuan Pasal 31 PP Nomor 29 Tahun 2000), adalah se
bagai berikut :

Kegagalan Pekerjaan Konstruksi merupakan


keadaan bangunan, yang setelah diserahteri
makan penyedia jasa kepada pengguna jasa, men
jadi tidak berfungsi baik secara keseluruhan
maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja
konstruksi atau pemanfaatannya menyimpang se

154 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

bagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan/atau


Pengguna Jasa.

Sedangkan yang dimaksud dengan kegagalan bangunan menu


rut Peraturan LPJK Nomor 4 Tahun 2014 (dan juga Ketentuan
Pasal 34 PP Nomor 29 Tahun 2000), adalah sebagai berikut :

Kegagalan Pekerjaan Konstruksi adalah keadaan


hasil Pekerjaan Konstruksi yang tidak sesuai den
gan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati
dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan
pengguna Jasa atau penyedia Jasa.

Dalam Peraturan LPJK Nomor 4 Tahun 2014, dijelaskan bahwa


Penilai Ahli berperan dalam kegiatan penilaian ahli atas keja
dian Kegagalan Bangunan, Kegagalan Pekerjaan Konstruksi,
beda pendapat antarpara pihak dalam pelaksanaan Kontrak
Kerja Konstruksi, penyelesaian sengketa konstruksi dan
proses peradilan.

Dalam hal terjadinya kegagalan bangunan maka Penilai Ahli


bertugas untuk dapat memberikan penilaian dan penetepan
mengenai halhal sebagai berikut :

a. sebabsebab terjadinya Kegagalan Bangunan;


b. bagianbagian yang tidak lagi berfungsi akibat
Kegagalan Bangunan;
c. pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan
Bangunan yang terjadi, serta tingkat dan sifat ke
salahan yang dilakukan;

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 155


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

d. besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti


rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak
pihak yang melakukan kesalahan; dan
e. jangka waktu pembayaran kerugian.
Sedangkan dalam hal adanya sengketa tentang kegagalan
pekerjaan konstruksi maka Penilai Ahli bertugas untuk dapat
memberikan penilaian dan rekomendasi, yaitu sebagai
berikut:

a. sebabsebab terjadinya Kegagalan Pekerjaan Kon


struksi;
b. bagianbagian yang tidak lagi berfungsi akibat
Kegagalan Pekerjaan Konstruksi;
c. pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan
Pekerjaan Konstruksi yang terjadi, serta tingkat
dan sifat kesalahan yang dilakukan; dan
d. besarnya kerugian, serta usulan cara perbaikan
kegagalan pekerjaan konstruksi

Selanjutnya, dalam hal adanya sengketa tentang beda penda


pat antar pihak maka Penilai Ahli memiliki tugas sebagai
berikut :

a. memberikan interpretasi kontraktual secara


berkeahlian atas dokumen Kontrak Kerja Kon
struksi;

b. memberikan pendapat dan/atau telaahan atas

156 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

permasalahan beda pendapat untuk tercapainya


kesepakatan;

c. memberikan usulan penyelesaian untuk terca


painya kesepakatan; dan/atau

d. merumuskan hasil kesepakatan para pihak

Gambar 4.9. Flowchart Sengketa Kontrak Konstruksi Melalui Penilai Ahli

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 157


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

DAFTAR PUSTAKA

Henry Campbell Black. Blacks Law Dictionary. West Pub


lishing. Co. St. Paul Minnesota. 1994.

Susilawetty. Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sen


gketa: Ditinjau Dalam Perspektif Peraturan Perun
dangundangan. Gramata Publishing. Jakarta. 2013.

Suyud Margono. Alternative Dispute Resolution dan Arbi


trase: Proses Pelembagaan Dan Aspek Hukum.
Ghalia Indonesia. Jakarta. 2004.

158 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 159


BUKU SAKU ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI 2015

160 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

You might also like