You are on page 1of 20

LAPORAN PENDAHULUAN

CARSINOMA RECTI

A. DEFENISI
Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan
abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah adenokarsinoma (65%), banyak
ditemui pada usia 40 tahun keatas dengan insidens puncaknya pada usia 60 tahun (Price,
2006)
Karsinoma Rekti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel
yang tidak terkendali (Kurniadi, 2012).
Karsinoma Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak
pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya
dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004)

Gambar 1. Carsinoma rektal

B. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2002) penyebab pasti karsinoma rectal belum
diketahui namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi yang berhubungan sebagai
berikut:
1. Diet
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971)
dalam Prince & Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran akan
menyebabkan waktu transitbolus di intestin akan berkurang, sehingga kontak zat
yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat. Selain itu makan makanan
yang berlemak dan protein hewani yang tinggi dapat memicu terjadinya Ca. Rekti.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
2. Kelainan di colon
- Adenoma di kolon, terutama bentuk villi dapat mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma
- Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 % polipasis akan
mengalami degenerasi maligna
- Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat jinak
(bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
- Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak-anak yang berasal dari orang tua yang
menderita Carsinoma rektal mempunyai frekuensi 3,5 x lebih besar daripada anak
yang mempunyai orang tua yang sehat khususnya jika terkena kanker pada usia
muda.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya
colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung
telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
6. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit
buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker
colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering.
7. Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari
90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.

C. ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus
levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-
3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15
cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula
yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa,
submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior,
media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a.
mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis
merupakan cabang a. iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda
interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan seterusnya melalui v.
lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam rongga perut
menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus
vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda
interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe
iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring
dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior
dan aorta.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik
berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut
ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari
sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan mengatur
aliran darah ke dalam jaringan.

Gambar 2. Anatomi Fisiologi Rektum

D. PATOFISIOLOGI
Kanker rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya, Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubun yang lain (paling sering ke hati).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip
dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin
berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak
yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.
Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya
berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan
jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau
anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase
pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama
sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum
menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian
fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan
gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita umumnya
merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang
berobat dalam stadium lanjut.

Gambar 3. Rektum dengan proliferasi abnormal dan


tahapan perkembangan stadium kanker rektum

E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth,
2002) :
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Perdarahan sejak peranal BAB berdarah segar
3. BAB berdarah lendir karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tesebut telah
bercampur dengan tinja
4. Obstruksi saluran pencernaan
- Perut kembung makin lama makin tegang
- Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
- Ukuran feses kecil seperti feses kambing
- Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
5. Lain-lain
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Nyeri perut ditempat kanker
- BAB tidak teratur
- Rasa yeri pada saat BAB
- Anemia yang tidak diketahui penyebabnya
- Keletihan

F. KLASIFIKASI
Klasifikasi Ca. rekti berdasarkan Tumor-Node-Metastase (TNM) antara lain :
1. Stadium 0 : Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon
atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk
kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I : Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.
Tumor belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus
dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah
menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum
menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV : Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya
hati atau paru-paru.
Klasifikasi duke berdasarkan penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi:
Prognosis Hidup
Dukes Dalam Infiltrasi Stadium
Setelah 5 Tahun
A Terbatas pada dinding usus Stadium 1 97 %
B Menembus lapisan muskularis mukosa Stadium 2 80 %
C Metastasis ke kelenjar limfe Stadium 3
C1 Beberapa kelenjar limfe (1-4 buah) 65 %
C2 Metastasis ke kelenjar limfe > 5 buah 35 %
D Metastasis ke organ lain : hati Stadium 4 35

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi
- Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
- Untuk menentukan sumber pendapatan
- Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
- Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedahan
- Foto colon (Banum enema)
- Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu striktura
- Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
- Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati
- Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi nodular dengan
gema berdensitas tinggi homogen
4. Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur mengenai lapisan
dinding kolon
5. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan perlu
ditentukan differensiasi sel

6. Laboratorium
- Hb : menurun pada perdarahan
- Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
- Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba

H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
- Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat anastromosis
decending kolakteral
- Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat anastomosis
kolocinal

Jahitan
oeritoneum

Kolostomi

Tumor rektum

1. sebelum pembedahan 2. Selama pembedahan, sigmoid diangkat dan dibuatkan


kolostomi. Usus distal telah didiseksi bebas pada titik dibawah
peritoneum pelvis bawah, yang djahit diatas ujung tertututp
dari sigmoid distal dan rektum

Kolostomi

Drein perineal Luka perineal yang sembuh

3. Reseksi perineal mencakup pengangkatan 4. Hasil akhir setelah penyembuhan dengan


rectum dan porsi bebas dari sigmoid bawah, kolostomi permanen.
drein perineal diinsersi.

2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan
radiasi dengan dosis adekuat
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU). Belakangan ini sering
dikombinasikan dengan leucovarin bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi 5 FU, kevamsok dan lucovorin

Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
6. Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajuran yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi
(Brunner & Suddart).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika :
- sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
- ada metastasis ke kelenjar limfe regional
- masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis
jauh.(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Obat sitostatika diberikan bila:
- Inoperabel
- operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika
muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
b. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
d. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium
lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.

I. KOMPLIKASI
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
- Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
- Hematogen
- Linefogen
- Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati, paru
dan otak
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock
5. Obstrusi usus partial atau lengkap
6. Hemorrhage
7. Perfusi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses

J. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Buang air besar berdarah dan berlendir, terjadi perubahan
pola defikasi yaitu diare beberapa hari yang disusul konstipasi selama beberapa
hari, ukuran feses kecil kecil.
2) Riwayat Kesehatan dahulu
- Riwayat diet yang hanya serat, protein hewani dan lemak
- Riwayat menderita kelainan pada colon kolitis ulseratif (polip kolon)
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
- Klien mengeluh BAB berdarah dan berlendir
- Klien mengeluh tidak BAB tidak ada flahis
- Klien mengeluh perutnya terasa sakit (nyeri)
- Klien mengeluh mual, muntah
- Klien mengeluh tidak puas setelah BAB
- Klien mengeluh BAB kecil
- Klien mengeluh Bbnya turun
4) RKK
- Riwayat keluarga dengan Ca. colon/recti
c. Pemeriksaan Fisik
- Sirkulasi
Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri),
kemerahan, ekimosis, hipotesis
- Respirasi
Sarak nafas, batuk, ronchi, expansi paru yang terbatas
- GIT
Anoreksia, mual, muntah, penurunan bising usus, kembung, nyeri abdomen,
perut tegang, nyeri tekan pada kuaran kiri bawah
- Eliminasi
BAB berlendir dan berdarah, BAB tidak ada flatur tidak ada, BAB kecil seperti
feses kambing, rasa tidak puas setelah BAB, perubahan pola
BAB/konstiasi/hemoroid, perdarahan peranal, BAB ; oliguria
- Aktifitas/istirahat
Kelemahan, kelelahan, insomnia, gelisah dan ansietas

2. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
c. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
d. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur pembedahan,
berhubungan dengan kurang paparan informasi
2) Post-operasi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Risiko infeksi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (kolostomi) dan
adanya stoma

3. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut NOC Pain management
berhubungan Pain level : 1. Lakukan pengkajian yang
dengan agen a. Klien tidak melaporkan komprehensif terhadap nyeri,
cedera biologis adanya nyeri meliputi lokasi, karasteristik,
b. Klien tidak menunjukkan onset/durasi, frekuensi,
ekspresi wajah terhadap kualitas, intensitas nyeri, serta
nyeri faktor-faktor yang dapat
c. TD, Nadi dan RR dalam memicu nyeri.
batas normal 2. Observasi tanda-tanda non
verbal atau isyarat dari
Pain Control ketidaknyamanan.
a. Klien melaporkan nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi
terkontrol terapeutik dalam mengkaji
b. Klien dapat mengontrol pengalaman nyeri dan
nyerinya dengan menyampaikan penerimaan
menggunakan teknik terhadap respon klien terhadap
manajemen nyeri non nyeri.
farmakologis 4. Kaji tanda-tanda vital klien
5. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
6. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
7. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.

2. Ketidakseimba Nutrition Status Nutrition Therapy:


ngan nutrisi a. Masukan nutrisi adekuat1. Kaji status nutrisi klien
kurang dari b. Masukan makanan dalam 2. Monitor masukan makanan
kebutuhan batas normal atau cairan dan hitung
tubuh c. Berat badan meningkat kebutuhan kalori harian.
berhubungan atau tetap 3. Tentukan jenis makanan yang
dengan cocok dengan tetap
ketidakmampua Nausea and vomiting mempertimbangkan aspek
n mengabsorpsi severity agama dan budaya klien..
nutrient a. Klien mengatakan tidak 4. Anjurkan untuk menggunakan
ada mual suplemen nutrisi sesuai
b. Klien mengatakan tidak indikasi.
muntah 5. Jaga kebersihan mulut,
c. Tidak ada peningkatan ajarkan oral higiene pada
sekresi saliva klien/keluarga.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
Appetite (nafsu makan) untuk menentukan jumlah
a. Keinginan klien untuk kalori dan jenis nutrisi yang
makan meningkat dibutuhkan untuk memenuhi
b. Intake makanan adekuat kebutuhan nutrisi.
(porsi makan yang
disediakan habis) Weight management:
1. Timbang berat badan klien
secara teratur.
2. Diskusikan dengan keluarga
klien hal-hal yang
menyebabkan penurunan berat
badan.
3. Pantau konsumsi kalori
harian.
4. Pantau hasil laboratorium,
seperti kadar serum albumin,
dan elektrolit.
5. Tentukan makanan kesukaan,
rasa, dan temperatur
makanan..
6. Anjurkan penggunaan
suplemen penambah nafsu
makan.

Nausea management:
1. Dorong klien untuk
mempelajari strategi untuk
memanajemen mual
2. Kaji frekuensi mual, durasi,
tingkat keparahan, factor
frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
3. Kaji riwayat diet meliputi
makanan yang tidak disukai,
disukai, dan budaya makan.
4. Kontrol lingkungan sekitar
yang menyebabkan mual.
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi mual (relaksasi,
guide imagery, distraksi).
6. Dukung istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
meringankan nausea.
7. Ajarkan untuk melakukan oral
hygine untuk mendukung
kenyaman dan mengurangi
rasa mual.
8. Anjurkan untuk makan sedikit
demi sedikit.
9. Pantau masukan nutrisi sesuai
kebutuhan kalori.

3. Konstipasi NOC Bowel Management


berhubungan Bowel elimination: 1. Catat waktu terakhir pasien
dengan a. Frekuensi BAB kembali BAB, konsistensi, warna,
obstruksi akibat sesuai kebiasaan pasien jumlah
tumor b. Feses klien lembek dan 2. Ajarkan pasien untuk
berbentuk mengonsumsi makanan yang
c. Tidak ada kesulitan mengandung serat seperi
defekasi pepaya
d. Tidak ada darah dalam 3. Kolaborasi pemberian obat
feses suposituria sesuai indikasi
e. Tidak ada nyeri saat 4. Anjurkan pasien untuk tidak
BAB menahan-nahan keinginan
untuk BAB
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan hidrasi,
terutama air hangat
merangsang proses defekasi.
6. Anjurkan klien untuk tidak
mengejan
4. Kurang NOC Teaching: Disease Proses
pengetahuan Knowledge: Disease Process 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
mengenai Klien dan keluarga dan keluarga yang
penyakit dan memahami tentang proses berhubungan dengan
prosedur penyakit, penyebab penyakit, perkembangan penyakit.
pembedahan, komplikasi penyakit dan 2. Jelaskan patofisiologi
berhubungan usaha-usaha yang dapat perjalanan penyakit,
dengan kurang dilakukan untuk mencegah penyebab, komplikasi
paparan komplikasi penyakit penyakit, usaha-usaha yang
informasi dapat dilakukan untuk
mencegah komplikasi
penyakit dan kondisi penyakit
Knowledge: Diet klien saat ini.
Klien dan keluarga 3. Diskusikan terapi pengobatan
memahami tentang diet pada yang perlu dilakukan klien
penyakit kanker, meliputi 4. Informasikan pasien tentang
makanan yang dianjurkan efek samping pengobatan dan
dan dihindari, dan makanan upaya yang dilakukan dalam
pemicu kanker mengurangi/meminimalisir
Knowledge: Treatment efek samping dari pengobatan
Procedure tersebut.
Klien dan keluarga
memahami tentang prosedur Teaching: Procedure
pembedahan, tujuan, lama 1. Jelaskan tentang prosedur
tindakan, dan efek tindakan pembedahan yang akan
dijalani klien, meliputi
prosedur, tujuan, lama
tindakan, komplikasi)..
2. Berikan kesempatan bagi
klien/keluarga untuk
menanyakan hal-hal yang
kurang dimengerti.
.
Teaching: Prescribed diet
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
mengenai diet saat ini
2. Jelaskan tujuan diet, meliputi
makanan yang dianjurkan dan
dihindari, serta makanan
pemicu kanker.
3. Berikan contoh-contoh menu
makanan harian yang bisa
diaplikasikan oleh klien dan
keluarga.
4. Bantu klien untuk
menyesuaikan makanan
pilihan dengan diet yang
dianjurkan
5. Libatkan keluarga dalam
pemberian informasi.
5. Risiko infeksi. NOC Infection control
Infection Severity 1. Bersihkan lingkungan setelah
a. Tidak ada kemerahan digunakan oleh klien.
b. Tidak terjadi hipertermia 2. Jaga agar barier kulit yang
c. Tidak ada pembengkakan terbuka tidak terpapar
d. Tidak ada drainase lingkungan dengan cara
purulen -WBC dalam menutup dengan kasa streril.
batas normal) 3. Batasi jumlah pengunjung.
4. Ajarkan klien dan keluarga
Risk Control tekhnik mencuci tangan yang
a. Klien mampu benar.
menyebutkan factor- 5. Gunakan sabun anti mikrobial
faktor resiko penyebab untuk mencuci tangan.
infeksi 6. Cuci tangan sebelum dan
b. Klien mampu memonitor sesudah melakukan tindakan
lingkungan penyebab keperawatan..
c. Klien mampu memonitor 7. Terapkan Universal
tingkah laku penyebab precaution.
infeksi -Tidak terjadi 8. Pertahankan lingkungan
paparan saat tindakan aseptik selama perawatan.
keperawatan 9. Anjurkan klien untuk
memenuhan asupan nutrisi
dan cairan adekuat.
10. Ajarkan klien dan keluarga
untuk menghindari infeksi.
11. Ajarkan pada klien dan
keluarga tanda-tanda infeksi.
12. Kolaborasi pemberian
antibiotik bila perlu.

Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Berikan perawatan kulit.
4. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
5. Inspeksi kondisi luka

Wound care
1. Monitor karakteristik luka,
meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka
2. Bersihkan luka dengan normal
salin
3. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka
4. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka pasien
6. Gangguan citra NOC Body Image Enhancement:
tubuh Adaptation to physical 1. Kaji penilaian dasar klien
berhubungan disability: tentang citra tubuhnya
dengan a. Klien mampu 2. Identifikasi efek perubahan
pembedahan mengungkapkan bentuk tubuh pasien terhadap
(kolostomi) dan kemampuan untuk budaya, agama, perilaku
adanya stoma mengatasi keterbatasan seksual, dll
b. Klien mampu beradaptasi 3. Diskusikan tentang perubahan
dengan keterbatasan yang dapat terjadi pada klien
fungsi dan struktur akibat dari proses penyakitnya
tubuhnya (Klien intervensi/konseling lebih
menerapkan strategi lanjut
untuk mengurangi 4. Perhatikan frekuensi pasien
keterbatasan dalam mengkritik dirinya
5. Diskusikan tentang bagaimana
orang terdekat dapat
menerima keterbatasnnya
6. Berikan bantuan positif bila
diperlukan
7. Ansietas NOC NIC
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan krisis 1. Tidur nyenyak 1. Jelaskan semua prosedur
situasional 2. Tidak ada manifestasi termasuk perasaan yang
perilaku mungkin dialami
3. Mencari informasi untuk 2. Berikan objek yang dapat
mengurangi cemas memberikan rasa nyaman
4. Menggunakan teknik 3. Berbicara dengan pelan dan
relaksasi untuk tenang
mengurangi cemas 4. Membina hubungan saling
5. Berinteraksi sosial percaya
5. Dengarkan penuh perhatian
6. Ciptakan suasana saling
percaya
7. Dorong klien dan
keluargamengungkapkan
perasaannya
8. Berikan aktivitas mengurangi
ketegangan
9. Anjurkan menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan lingkungan yang
tenang
11. Batasi pengunjung

DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.

NANDA, 2015-2017, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia,


USA

University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA

Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.

Price, S.A (1995). Patofisiologi, Jakarta ; EGC

Wim De Jong (1999). Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta : EGC

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Media
Aesculapius.

Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
III. PATHWAY

Kolithis Ulceratif Kebiasaan makan (tinggi karbohidarat, rendah serat)

Polimerisasi karsinogen membuat


DNA baru

Fsktor genetik polip colon


Kerusakan DNA

Penggabungan DNA asing dan induk

Sintetis RNA baru

Mitosis dipercepat
Transformasi kanker

Pertumbuhan liar sel ganas

Perdarahan peranus Ca Rekti Perubahan kebiasaan defikasi


(konstipasi, diare)

PK : perdarahan
PK: anemia

Nyeri : akut/kronis Hemorhoid anoreksia


-ketidakseimbangan nutrisi
Cemas -Mual

You might also like