Professional Documents
Culture Documents
CARSINOMA RECTI
A. DEFENISI
Karsinoma rekti adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan jaringan
abnormal pada daerah rectum. Jenis terbanyak adalah adenokarsinoma (65%), banyak
ditemui pada usia 40 tahun keatas dengan insidens puncaknya pada usia 60 tahun (Price,
2006)
Karsinoma Rekti merupakan salah satu dari keganasan pada kolon dan rektum
yang khusus menyerang bagian Recti yang terjadi akibat gangguan proliferasi sel epitel
yang tidak terkendali (Kurniadi, 2012).
Karsinoma Rekti adalah kanker yang terjadi pada rektum. Rektum terletak di
anterior sakrum and coccyx panjangnya kira kira 15 cm. Rectosigmoid junction terletak
pada bagian akhir mesocolon sigmoid. Bagian sepertiga atasnya hampir seluruhnya
dibungkus oleh peritoneum. Di setengah bagian bawah rektum keseluruhannya adalah
ektraperitoneral (Samsuhidayat, 2004)
B. ETIOLOGI
Menurut Brunner & Suddarth (2002) penyebab pasti karsinoma rectal belum
diketahui namun telah dikenali beberapa faktor predisposisi yang berhubungan sebagai
berikut:
1. Diet
Kebiasaan diet rendah serat adalah faktor penyebab utama, Bukitt (1971)
dalam Prince & Wilson (1995) mengemukakan bahwa diet rendah serat dan kaya
karbohidrat refined mengakibatkan perubahan pada flora feses dan perubahan
degradasi garam-garam empedu atau hasil pemecahan protein dan lemak, dimana
sebagian dari zat-zat ini bersifat karsinogenik. Diet rendah serat juga menyebabkan
pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik dalam feses yang bervolume lebih kecil.
Selain itu masa transisi feses meningkat, akibat kontak zat yang berpotensi
karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Makanan yang banyak mengandung serat misalnya sayur-sayuran akan
menyebabkan waktu transitbolus di intestin akan berkurang, sehingga kontak zat
yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat. Selain itu makan makanan
yang berlemak dan protein hewani yang tinggi dapat memicu terjadinya Ca. Rekti.
Kelebihan lemak diyakini mengubah flora bakteri dan mengubah steroid menjadi
senyawa yang mempunyai sifat karsinogen.
2. Kelainan di colon
- Adenoma di kolon, terutama bentuk villi dapat mengalami degenerasi maligna
menjadi adenokarsinoma
- Familial poliposis merupakan kondisi premaligna dimana + 7 % polipasis akan
mengalami degenerasi maligna
- Polip diusus (colorectal polyps)
Polip adalah pertumbuhan sel pada dinding dalam kolon atau rektum, dan sering
terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas.Sebagian besar polip bersifat jinak
(bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi kanker.
- Kolitis ulserativa, mempunyai resiko besar yang terjadi Ca. Rekti
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak-anak yang berasal dari orang tua yang
menderita Carsinoma rektal mempunyai frekuensi 3,5 x lebih besar daripada anak
yang mempunyai orang tua yang sehat khususnya jika terkena kanker pada usia
muda.
4. Inflamatory Bowel Disease
Orang dengan kondisi yang menyebabkan peradangan pada kolon (misalnya
colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama bertahun-tahun memiliki risiko yang
lebih besar.
5. Riwayat kanker pribadi
Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker
colorectal untuk kedua kalinya.Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung
telur, uterus (endometrium), atau payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih
tinggi untuk terkena kanker colorectal.
6. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan sedikit
buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker
colorectal serta kebiasaan sering menahan tinja/defekasi yang sering.
7. Usia di atas 50
Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari
90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun ke
atas.
C. ANATOMI FISIOLOGI
Secara anatomi rektum terbentang dari vertebre sakrum ke-3 sampai garis
anorektal. Secara fungsional dan endoskopik, rektum dibagi menjadi bagian ampula dan
sfingter. Bagian sfingter disebut juga annulus hemoroidalis, dikelilingi oleh muskulus
levator ani dan fasia coli dari fasia supra-ani. Bagian ampula terbentang dari sakrum ke-
3 ke difragma pelvis pada insersi muskulus levator ani. Panjang rrektum berkisa 10-15
cm, dengan keliling 15 cm pada recto-sigmoid junction dan 35 cm pada bagian ampula
yang terluas. Pada orang dewasa dinding rektum mempunyai 4 lapisan : mukosa,
submukosa, muskularis (sirkuler dan longitudinal), dan lapisan serosa.
Perdarahan arteri daerah anorektum berasal dari arteri hemoroidalis superior,
media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior yang merupakan kelanjutan dari a.
mesenterika inferior, arteri ini bercabang 2 kiri dan kanan. Arteri hemoroidalis
merupakan cabang a. iliaka interna, arteri hemoroidalis inferior cabang dari a. pudenda
interna. Vena hemoroidalis superior berasal dari plexus hemoroidalis internus dan
berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior dan seterusnya melalui v.
lienalis menuju v. porta. Vena ini tidak berkatup sehingga tekanan alam rongga perut
menentukan tekanan di dalamnya. Karsinoma rektum dapat menyebar sebagai embolus
vena ke dalam hati. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke v. pudenda
interna, v. iliaka interna dan sistem vena kava.
Pembuluh limfe daerah anorektum membentuk pleksus halus yang mengalirkan
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe
iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan
limfadenopati inguinal. Pembuluh rekrum di atas garis anorektum berjalan seiring
dengan v. hemoroidalis seuperior dan melanjut ke kelenjar limfe mesenterika inferior
dan aorta.
Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan parasimpatik. Serabut simpatik
berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan 4, serabut
ini mengatur fungsi emisi air mani dan ejakulasi. Serabut parasimpatis berasal dari
sakral 2, 3, dan 4, serabut ini mengatur fungsi ereksi penis, klitoris dengan mengatur
aliran darah ke dalam jaringan.
D. PATOFISIOLOGI
Kanker rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus).
Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak
jaringan normal dan meluas ke dalam struktur sekitarnya, Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubun yang lain (paling sering ke hati).
Penyebab kanker pada saluran cerna bagian bawah tidak diketahui secara pasti. Polip
dan ulserasi colitis kronis dapat berubah menjadi ganas tetapi dianggap bukan sebagai
penyebab langsung. Asam empedu dapat berperan sebagai karsinogen yang mungkin
berada di kolon. Hipotesa penyebab yang lain adalah meningkatnya penggunaan lemak
yang bisa menyebabkan kanker kolorektal.
Tumor-tumor pada Recti dan kolon asendens merupakan lesi yang pada umumnya
berkembang dari polip yang meluas ke lumen, kemudian menembus dinding kolon dan
jaringan sekitarnya. Penyebaran tumor terjadi secara limfogenik, hematogenik atau
anak sebar. Hati, peritonium dan organ lain mungkin dapat terkena.
Menurut P. Deyle perkembangan karsinoma kolorektal dibagi atas 3 fase. Fase
pertama ialah fase karsinogen yang bersifat rangsangan, proses ini berjalan lama
sampai puluhan tahun. Fase kedua adalah fase pertumbuhan tumor tetapi belum
menimbulkan keluhan (asimtomatis) yang berlangsung bertahun-tahun juga. Kemudian
fase ketiga dengan timbulnya keluhan dan gejala yang nyata. Karena keluhan dan
gejala tersebut berlangsung perlahan-lahan dan tidak sering, penderita umumnya
merasa terbiasa dan menganggap enteng saja sehingga penderita biasanya datang
berobat dalam stadium lanjut.
E. MANIFESTASI KLINIS
Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan
kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau
perdarahan rectal (Brunner & Suddarth, 2002).
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen
usus tempat kanker berlokasi. Gejala yang paling menonjol adalah(Brunner & Suddarth,
2002) :
1. Perubahan kebiasaan defekasi
2. Perdarahan sejak peranal BAB berdarah segar
3. BAB berdarah lendir karena darah yang dikeluarkan oleh kanker tesebut telah
bercampur dengan tinja
4. Obstruksi saluran pencernaan
- Perut kembung makin lama makin tegang
- Tidak dapat BAB dan tidak ada flatus
- Ukuran feses kecil seperti feses kambing
- Tenesmus rasa tidak puas setelah BAB
5. Lain-lain
- Anoreksia
- Berat badan menurun
- Nyeri perut ditempat kanker
- BAB tidak teratur
- Rasa yeri pada saat BAB
- Anemia yang tidak diketahui penyebabnya
- Keletihan
F. KLASIFIKASI
Klasifikasi Ca. rekti berdasarkan Tumor-Node-Metastase (TNM) antara lain :
1. Stadium 0 : Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon
atau rektum. Carcinoma in situ adalah nama lain untuk
kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I : Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum.
Tumor belum tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II : Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus
dinding kolon atau rektum. Kanker ini mungkin telah
menyerang jaringan di sekitarnya, tapi sel-sel kanker belum
menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III : Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di
sekitarnya, tapi belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV : Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya
hati atau paru-paru.
Klasifikasi duke berdasarkan penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi:
Prognosis Hidup
Dukes Dalam Infiltrasi Stadium
Setelah 5 Tahun
A Terbatas pada dinding usus Stadium 1 97 %
B Menembus lapisan muskularis mukosa Stadium 2 80 %
C Metastasis ke kelenjar limfe Stadium 3
C1 Beberapa kelenjar limfe (1-4 buah) 65 %
C2 Metastasis ke kelenjar limfe > 5 buah 35 %
D Metastasis ke organ lain : hati Stadium 4 35
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Endoskopi
- Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
- Untuk menentukan sumber pendapatan
- Untuk mengetahui letak obstruksi
2. Radiologi
- Foto dada : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker paru
Untuk persiapan pembedahan
- Foto colon (Banum enema)
- Dapat terlihat suatu filling deffect pada suatu tempat/suatu striktura
- Dapat menentukan lokasi tempat kelainan
3. USG
- Untuk mengetahui apakah ada metastasis kanker ke kelenjar getah bening di
abdomen dan hati
- Gambaran metastasis kanker dihati akan tampak massa multi nodular dengan
gema berdensitas tinggi homogen
4. Endosonggrafi
Pada karsinoma akan tampak massa yang hypoechoic tidak teratur mengenai lapisan
dinding kolon
5. Histopatologi
Gambaran histopatologi pada karsinoma recti C adenokarsinoma dan perlu
ditentukan differensiasi sel
6. Laboratorium
- Hb : menurun pada perdarahan
- Tumor marker (LEA) > 5 mg/ml
- Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba
H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
- Untuk kanker rectum atas dilakukan rekto sigmoidektoid dan dibuat anastromosis
decending kolakteral
- Untuk kanker rectum bawah dilakukan protakolektum dan dibuat anastomosis
kolocinal
Jahitan
oeritoneum
Kolostomi
Tumor rektum
Kolostomi
2. Radiasi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk melakukan
radiasi dengan dosis adekuat
3. Kemoterapi
Kemoterapi yang biasa diberikan ialah 5 florourasil (5FU). Belakangan ini sering
dikombinasikan dengan leucovarin bahkan ada yang memberikan 3 macam
kombinasi 5 FU, kevamsok dan lucovorin
Prinsip prosedur untuk karsinoma rektum menurut Mansjoer, et al, (2000) adalah :
1. Low anterior resection / anterior resection. Insisi lewat abdomen. kolon kiri atau
sigmoid dibuat anastomosis dengan rektum.
2. Prosedur paliatif, dibuat stoma
3. Reseksi abdomino perineal / amputasi rekti (Milles Procedure). Bagian Distal
sigmoid, rektosigmoid, dan rektum direseksi, kemudian dibuat end kolostomi.
4. Pull through operation. Teknik ini sulit, bila tidak cermat dapat menyebabkan
komplikasi antara lain inkontinensia alvie.
5. Fulgurasi (elektrokogulasi) untuk tumor yang keluar dari anus dan unresektabel.
6. Pengobatan medis untuk karsinoma kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung/terapi ajuran yang mencakup kemoterapi, radiasi dan atau imunoterapi
(Brunner & Suddart).
Pengobatan pada stadium dini memberikan hasil yang baik.
1. Pilihan utama adalah pembedahan
2. Radiasi pasca bedah diberikan jika :
- sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria
- ada metastasis ke kelenjar limfe regional
- masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis
jauh.(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).
3. Obat sitostatika diberikan bila:
- Inoperabel
- operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika
muskularis propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
a. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut.
Pemberian berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6
siklus.
b. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
c. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
d. Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel
hanya lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama
pemberian, harus diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium
lanjut obat sitostatika tidak meberikan hasil yang memuaskan.
I. KOMPLIKASI
Karsinoma kolon dapat bermetastase dengan jalan
- Langsung perkontinuitatum dinding usus dan organ disekitarnya
- Hematogen
- Linefogen
- Metastasis sering terjadi ke kelenjar getah bening dan organ lain, misal ke hati, paru
dan otak
Komplikasi lainnya ;
1. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus pertial/lengkap
2. Pertumbuhan dan ulserasi dapat menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi
3. Perforasi dapat terjadi yang menyebabkan pembentukan abses
4. Peritonitis /sepsis yang dapat menimbulkan syock
5. Obstrusi usus partial atau lengkap
6. Hemorrhage
7. Perfusi dan dapat mengakibatkan pembentukan abses
2. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient
c. Konstipasi berhubungan dengan obstruksi akibat tumor
d. Kurang pengetahuan mengenai penyakit dan prosedur pembedahan,
berhubungan dengan kurang paparan informasi
2) Post-operasi
a. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Risiko infeksi.
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (kolostomi) dan
adanya stoma
3. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan NOC NIC
1. Nyeri akut NOC Pain management
berhubungan Pain level : 1. Lakukan pengkajian yang
dengan agen a. Klien tidak melaporkan komprehensif terhadap nyeri,
cedera biologis adanya nyeri meliputi lokasi, karasteristik,
b. Klien tidak menunjukkan onset/durasi, frekuensi,
ekspresi wajah terhadap kualitas, intensitas nyeri, serta
nyeri faktor-faktor yang dapat
c. TD, Nadi dan RR dalam memicu nyeri.
batas normal 2. Observasi tanda-tanda non
verbal atau isyarat dari
Pain Control ketidaknyamanan.
a. Klien melaporkan nyeri 3. Gunakan strategi komunikasi
terkontrol terapeutik dalam mengkaji
b. Klien dapat mengontrol pengalaman nyeri dan
nyerinya dengan menyampaikan penerimaan
menggunakan teknik terhadap respon klien terhadap
manajemen nyeri non nyeri.
farmakologis 4. Kaji tanda-tanda vital klien
5. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, seperti
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
6. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri non
farmakologi, (mis: teknik
terapi musik, distraksi, guided
imagery, masase dll).
7. Kolaborasi dalam pemberian
analgetik sesuai indikasi.
Nausea management:
1. Dorong klien untuk
mempelajari strategi untuk
memanajemen mual
2. Kaji frekuensi mual, durasi,
tingkat keparahan, factor
frekuensi, presipitasi yang
menyebabkan mual.
3. Kaji riwayat diet meliputi
makanan yang tidak disukai,
disukai, dan budaya makan.
4. Kontrol lingkungan sekitar
yang menyebabkan mual.
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi mual (relaksasi,
guide imagery, distraksi).
6. Dukung istirahat dan tidur
yang adekuat untuk
meringankan nausea.
7. Ajarkan untuk melakukan oral
hygine untuk mendukung
kenyaman dan mengurangi
rasa mual.
8. Anjurkan untuk makan sedikit
demi sedikit.
9. Pantau masukan nutrisi sesuai
kebutuhan kalori.
Infection protection
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor hitung granulosit,
WBC
3. Berikan perawatan kulit.
4. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas dan drainase
5. Inspeksi kondisi luka
Wound care
1. Monitor karakteristik luka,
meliputi warna, ukuran, bau
dan pengeluaran pada luka
2. Bersihkan luka dengan normal
salin
3. Lakukan pembalutan pada
luka sesuai dengan kondisi
luka
4. Pertahankan teknik steril
dalam perawatan luka pasien
6. Gangguan citra NOC Body Image Enhancement:
tubuh Adaptation to physical 1. Kaji penilaian dasar klien
berhubungan disability: tentang citra tubuhnya
dengan a. Klien mampu 2. Identifikasi efek perubahan
pembedahan mengungkapkan bentuk tubuh pasien terhadap
(kolostomi) dan kemampuan untuk budaya, agama, perilaku
adanya stoma mengatasi keterbatasan seksual, dll
b. Klien mampu beradaptasi 3. Diskusikan tentang perubahan
dengan keterbatasan yang dapat terjadi pada klien
fungsi dan struktur akibat dari proses penyakitnya
tubuhnya (Klien intervensi/konseling lebih
menerapkan strategi lanjut
untuk mengurangi 4. Perhatikan frekuensi pasien
keterbatasan dalam mengkritik dirinya
5. Diskusikan tentang bagaimana
orang terdekat dapat
menerima keterbatasnnya
6. Berikan bantuan positif bila
diperlukan
7. Ansietas NOC NIC
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan krisis 1. Tidur nyenyak 1. Jelaskan semua prosedur
situasional 2. Tidak ada manifestasi termasuk perasaan yang
perilaku mungkin dialami
3. Mencari informasi untuk 2. Berikan objek yang dapat
mengurangi cemas memberikan rasa nyaman
4. Menggunakan teknik 3. Berbicara dengan pelan dan
relaksasi untuk tenang
mengurangi cemas 4. Membina hubungan saling
5. Berinteraksi sosial percaya
5. Dengarkan penuh perhatian
6. Ciptakan suasana saling
percaya
7. Dorong klien dan
keluargamengungkapkan
perasaannya
8. Berikan aktivitas mengurangi
ketegangan
9. Anjurkan menggunakan
teknik relaksasi
10. Berikan lingkungan yang
tenang
11. Batasi pengunjung
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, CL., 1996, Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan proses keperawatan),
Bandung.
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,
Philadelphia, USA
Maurytania, A.R, 2003, Buku Saku Ilmu Bedah, Widya Medika, Yogyakarta.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Media
Aesculapius.
Samsuhidajat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
III. PATHWAY
Mitosis dipercepat
Transformasi kanker
PK : perdarahan
PK: anemia