You are on page 1of 24

REFERAT

ANATOMI MATA

Oleh
Ivan Buntara / 406152056
Wiseley Hong / 406152060

Pembimbing
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M-KVR

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI
PERIODE 24 APRIL 2017 27 MEI 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
LEMBAR PENGESAHAN

Nama / NIM : Ivan Buntara / 406152056


Wiseley Hong / 406152060
Fakultas : Kedokteran Umum
Universitas : Tarumanagara
Bidang Pendidikan : Program Pendidikan Profesi Dokter
Periode Kepaniteraan Klinik : 24 April 2017 27 Mei 2017
Judul Referat : Anatomi Mata
Diajukan : Mei 2017
Pembimbing : dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M-KVR

Telah diperiksa dan disahkan tanggal :..................................

Mengetahui,

Ketua SMF Mata Pembimbing

dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M-KVR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan atas kasih karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga
referat dengan judul Anatomi Mata ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara di Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi periode
24 April 2017 27 Mei 2017.
Dalam penulisan referat ini penulis telah mendapat bantuan, bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. dr. Saptoyo Argo Morosidi, Sp.M, selaku ketua SMF Mata dan pembimbing kepaniteraan
klinik Ilmu Penyakit Mata di RSUD Ciawi.
2. dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M-KVR, selaku pembimbing kepaniteraan klinik Ilmu
Penyakit Mata di RSUD Ciawi.
3. Rekan-rekan anggota kepaniteraan klinik baik dari UNTAR dan UKRIDA di Bagian
Penyakit Mata RSUD Ciawi periode 24 April 2017 27 Mei 2017.
Penulis menyadari bahwa referat yang disusun ini juga tidak luput dari kekurangan
karena kemampuan dan pengalaman penulis yang terbatas. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang dapat bermanfaat demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Ciawi, Mei 2017

Penulis
PALPEBRA
Palpebra superior et inferior merupakan struktur lipatan-lipatan kulit yang berfungsi
melindungi bola mata bagian anterior. Proses berkedip yang melibatkan palpebra berguna
untuk menyebar rata tear film, sehingga mencegah kornea dan konjungtiva dari dehidrasi.
Selain itu, kelopak mata memiliki fungsi proteksi terhadap rangsangan di kornea, cahaya yang
silau, atau objek yang bergerak ke arah mata.
Palpebra terdiri dari 5 lapisan jaringan utama. Dari superfisial ke profunda, lapisan-lapisannya
terdiri dari lapisan kulit, lapisan otot lurik (M. orbicularis oculi), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (lempeng tarsal), dan selapis membran mukosa (konjungtiva palpebra).
a. Lapisan kulit
Kulit palpebra bersifat tipis, longgar, elastis, memiliki sedikit folikel rambut, serta tidak
terdapat lemak subkutis. Struktur ini berbeda dengan kulit di bagian-bagian tubuh lainnya.
b. Otot Orbicularis Oculi
M. Orbicularis oculi berfungsi untuk menutup palpebra. Serat-serat ototnya mengelilingi fisura
palpebra secara konsentris dan menyebar dalam jarak pendek ke tepi orbita. Beberapa serat
berjalan ke pipi dan daerah frontal. Bagian otot yang terdapat di palpebra dinamakan bagian
pretarsal, bagian otot yang melalui septum orbita dinamakan bagian preseptum, sedangkan
bagian otot yang terdapat di bagian luar palpebra dinamakan bagian orbital. Otot ini dipersarafi
oleh N. fasialis (N. VII).
c. Jaringan areolar
Jaringan areolar yang longgar di daerah submuskular, berhubungan dengan lapisan
subaponeurosis dari scalp.
d. Lempeng tarsal
Struktur yang paling penting untuk menunjang bola mata adalah lapisan jaringan fibrosa padat
yang bersama-sama dengan jaringan elastis, membentuk lempeng tarsal. Sudut lateral dan
medial, serta pemanjangan dari lempeng-lempeng tarsal dilekatkan pada tepi orbita oleh
ligamen palpebra medial dan lateral. Lempeng-lempeng tarsal superior dan inferior juga
dilekatkan oleh fascia yang padat dan tipis ke tepi orbita superior dan inferior. Fascia yang tipis
ini membentuk septum orbita.
e. Konjungtiva palpebra
Bagian posterior palpebra terdapat lapisan membran mukosa yang dinamakan konjungtiva
palpebra. Konjungtiva palpebra melekat dengan kuat ke lempeng-lempeng tarsal

Tepi Palpebra
Tepi bebas palpebra memiliki panjang 25 30 mm serta lebar 2 mm. Oleh mucocutaneus
junction, tepi palpebra dibagi menjadi tepi anterior dan posterior.
a. Tepi anterior. Pada bagian ini terdapat :
Bulu (rambut) mata. Bulu mata berasal dari tepi-tepi palpebra dan tersusun tidak teratur.
Bulu mata bagian atas lebih panjang dan lebih banyak jumlahnya daripada bulu mata
bagian bawah.
Glandula Zeis, merupakan modifikasi glandula sebasea berukuran kecil yang saluran
keluarnya menuju folikel-folikel rambut pada bagian dasar bulu-bulu mata.
Glandula Moll, merupakan modifikasi glandula sudorifera yang saluran keluarnya
berada di baris dekat bagian dasar bulu-bulu mata.
b. Tepi posterior
Tepi posterior berkontak dengan bola mata. Sepanjang tepinya terdapat orifisium-orifisium
kecil dari glandula meibom / glandula tarsal (modifikasi glandula sebasea). Glandula meibom
terdapat di dalam tarsus, jumlahnya 25 pada palpebra superior dan 20 pada palpebra inferior.
Fungsinya adalah memroduksi sebum yang merupakan lapisan terluar dari tear film.
c. Punctum lakrimal
Pada ujung medial dari tepi posterior palpebra superior dan inferior, terdapat elevasi kecil
dengan bukaan saluran kecil di tengahnya. Puncta berfungsi untuk mengalirkan air mata
melalui kanalikulus menuju sakus lakrimalis.

Fissura Palpebra
Fissura palpebra merupakan ruang elips diantara dua palpebra yang terbuka. Fissura palpebra
berakhir di kantus medial dan lateral. Kantus lateral terletak 0,5 cm dari lingkaran orbita lateral
dan membentuk sudut yang lancip. Kantus medial berbentuk lebih elips daripada yang lateral
dan mengelilingi lacrimal lake.
Pada lacrimal lake terdapat struktur :
Karunkulus lakrimalis, merupakan elevasi berwarna kekuningan dari kulit yang
termodifikasi. Struktur ini mengandung modifikasi glandula sudorifera dan glandula
sebasea berukuran besar, yang salurannya membuka ke folikel-folikel rambut halus.
Plica semilunaris, yang merupakan sisa perkembangan embrional.
Pada orang Asia, terdapat lipatan kulit yang dinamakan epikantus. Lipatan ini melintasi ujung
medial palpebra superior ke ujung medial palpebra inferior, menutup karunkulus. Epikantus
pada ras lainnya dapat terlihat secara normal pada anak-anak dan menghilang seiring dengan
berkembangnya nasal bridge.
Gambar 1. Gambaran Luar Mata
Septum Orbita
Septum orbita merupakan fascia dibelakang potongan M. orbicularis oculi, yang berada
diantara lingkaran orbita dan tarsus (merupakan pembatas antara palpebra dengan orbita).
Septum orbita ditembus oleh pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf lakrimal, arteri dan nervus
supratroklear, pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf supraorbital, N. infratroklear, anastomosis
antara V. angularis dan V. oftalmika, serta M. levator palpebra superior. Septum orbita superior
bercampur dengan tendon M. levator palpebra superior dan tarsus superior, sedangkan septum
orbita inferior bercampur dengan tarsus inferior.

Retraktor Palpebra
Retraktor berfungsi untuk membuka palpebra. Strukturnya dibentuk oleh kompleks
muskulofasial dengan komponen otot lurik dan otot polos, dikenal dengan kompleks levator
pada palpebra superior dan fascia kapsulopalpebral pada palpebra inferior. Pada palpebra
superior, bagian otot luriknya dinamakan M. levator palpebra superior, yang muncul dari apeks
orbita dan melintas ke depan, kemudian terbagi menjadi sebuah aponeurosis dan sebuah bagian
yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos Muller (tarsal superior). Aponeurosis
menyebabkan elevasi lamela anterior palpebra, berinsersi ke permukaan posterior M.
orbicularis oculi, dan melalui ini ke permukaan kulit yang melapisi untuk membentuk lipatan
kulit palpebra superior. Otot-otot Muller berinsersi ke batas superior lempeng tarsal dan forniks
superior konjungtiva, sehingga menyebabkan elevasi lamela posterior.
Pada palpebra inferior, retraktor utamanya berupa M. rectus inferior, dimana jaringan fibrosa
memanjang hingga mendekati M. obliquus inferior, kemudian berinsersi ke batas bawah
lempeng tarsal dan M. orbicularis oculi. Struktur yang terkait dengan aponeurosis ini adalah
serat-serat otot polos dari M. tarsal inferior. Komponen-komponen otot polos dari retraktor
palpebra diinervasi oleh saraf-saraf simpatis. Otot levator dan M. rectus inferior diinervasi oleh
N. okulomotorius (N. III). Kelainan pada hal ini dapat menyebabkan terjadinya ptosis, yang
dapat dilihat pada sindrom Horner dan parese N. III.
Otot Levator Palpebra Superior
M. levator palpebra muncul dengan tendon yang pendek dari bawah permukaan sisi kecil os
sphenoid, di atas dan di depan foramen opticum. Tendon bergabung dengan origo M. rectus
superior dibawahnya. Otot ini termasuk komponen otot polos (otot Muller) dan aponeurosisnya
membentuk bagian penting dari retractor palpebra superior. Antagonisnya berupa M.
orbicularis oculi pars palpebra. Ujung-ujung dari aponeurosisnya dinamakan kornu medial dan
kornu lateral. Kornu medial bersifat tipis dan melekat di bawah sutura frontolakrimal, menuju
ligamen palpebra medial. Kornu lateral melintas diantara bagian orbita dan palpebra dari
glandula lakrimalis, kemudian berinsersi ke tuberculum orbita dan ligamen palpebra lateral.
Pembungkus M. levator palpebra superior melekat pada sisi inferior M. rectus superior.
Permukaan superiornya (pada persambungan badan otot dengan aponeurosisnya) membentuk
pita yang menebal (ligamen Whitnall) yang melekat ke troklea (sisi medial) dan dinding orbita
lateral (sisi lateral). Otot levator ini dipersarafi oleh N. okulomotorius (N. III) cabang superior
dan diperdarahi oleh A. ophthalmica cabang muskular lateral.
Saraf Sensoris
Inervasi saraf sensoris palpebra berasal dari divisi oftalmika dan maxillaris N. trigeminus (N.
V1 dan N.V2). Divisi oftalmika mempercabangkan N. lakrimalis, N. supraorbital, N.
supratroklear, N. infratroklear, dan N. nasalis eksterna. Sedangkan divisi maxillaris
mempercabangkan N. infraorbita, N. zygomaticofacial, dan N. zygomaticotemporal.

Aliran Darah dan Limfatik


Aliran darah palpebra berasal dari A. lakrimal dan A. ophthalmica melalui cabang palpebra
medial dan lateralnya. Anastomosis dari A. palpebra media dan lateral membentuk suatu aliran
pembuluh darah tarsal di jaringan areolar submuskular. Aliran vena dari palpebra mengalir ke
V. oftalmika dan vena-vena yang mendrainase daerah frontotemporal. Vena-vena tersusun
dalam pleksus pretarsal dan post-tarsal. Sistem limfatik dari bagian lateral palpebra mengalir
ke nodus preaurikular dan parotid, sedangkan sistem limfatik dari bagian medial mengalir ke
nodus submandibular.
Gambar 2. Struktur Palpebra

Gambar 3. Struktur Dalam Bola Mata


KONJUNGTIVA
Konjungtiva merupakan membran mukosa yang tipis dan transparan, melapisi permukaan
posterior palpebra (konjungtiva palpebra) serta permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbar).
Konjungtiva berubah menjadi kulit pada bagian tepi palpebra (mucocutaneous junction) dan
epitel kornea pada bagian limbus.
Konjungtiva palpebra melekat secara kuat pada tarsus. Pada tepi superior dan inferior tarsus,
konjungtiva direfleksikan ke arah posterior (di forniks superior dan inferior), serta melapisi
jaringan episklera membentuk konjungtiva bulbar.
Konjungtiva bulbar melekat secara renggang pada septum orbita di daerah forniks dan terlipat
berkali-kali. Struktur seperti ini membuat mata dapat bergerak dan memperbesar permukaan
sekretorik konjungtiva. Kecuali pada daerah limbus, konjungtiva bulbar melekat secara
renggang ke kapsula Tenon dan sklera dibawahnya. Lipatan konjungtiva bulbar yang halus,
dapat digerakkan, serta menebal (lipatan semilunar) terletak di kantus internus. Sebuah struktur
yang kecil, berdaging, dan epidermoid (karunkulus) melekat secara superfisial ke bagian dalam
lipatan semilunar dan merupakan zona transisi yang mengandung komponen kulit serta
membran mukosa.

Histologi Konjungtiva
Epitel konjungtiva mengandung 2 5 lapis sel-sel epitel kolumnar bertingkat (superfisial dan
basal). Epitel konjungtiva yang dekat dengan limbus, disekitar karunkulus, dan dekat dengan
mucocutaneous junction pada tepi palpebra mengandung sel-sel epitel skuamosa bertingkat.
Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel yang berbentuk bulat / oval, serta dapat
memroduksi sekret (sel goblet). Mukus menekan inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk
penyebaran tear film pada prekorneal. Sel-sel epitel basal dapat mengandung pigmen pada
daerah yang dekat dengan limbus. Stroma konjungtiva dibagi menjadi lapisan adenoid
(superfisial) dan lapisan fibrosa (dalam). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di
beberapa tempat dapat mengandung struktur seperti folikel tanpa pusat germinal. Lapisan
adenoid tidak berkembang hingga setelah 2 3 bulan pertama kehidupan. Hal ini menjelaskan
mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papilar secara alami dibanding folikular,
dan mengapa berubah menjadi folikular bila terjadi berikutnya. Lapisan fibrosa terdiri dari
jaringan ikat yang melekat pada lempeng tarsal. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papilar
pada inflamasi konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun secara longgar di sekitar bola mata.
Glandula lakrimalis aksesorius (glandula Krause dan Wolfring) yang menyerupai glandula
lakrimalis secara struktur dan fungsi, terletak di stroma. Kebanyakan glandula Krause terletak
di forniks superior dan sisanya berada di forniks inferior. Sedangkan glandula Wolfring terletak
di tepi superior tarsus superior.

Aliran Darah, Limfatik, dan Persarafan


Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteri-arteri siliaris anterior dan palpebralis. Dua buah
arteri ini beranastomosis dan bersama-sama dengan sejumlah vena membentuk jaringan
vaskuler konjungtiva. Sistem limfatik konjungtiva tersusun di lapisan superfisial dan dalam,
serta bergabung dengan sistem limfatik palpebra untuk membentuk suatu pleksus limfatik.
Konjungtiva mendapat persarafan dari divisi oftalmika nervus trigeminus (N. V1). Strukturnya
memiliki sejumlah kecil serat-serat nyeri.

KAPSULA TENON (FASCIA BULBI)


Kapsula Tenon merupakan membran fibrosa yang membungkus bola mata, dari limbus ke
nervus optikus. Dekat dengan limbus, konjungtiva, kapsula Tenon, serta episklera bergabung
menjadi satu. Lebih ke arah posterior, permukaan dalam kapsula Tenon terletak berlawanan
dengan sklera, serta bagian yang lebih luarnya berhubungan dengan jaringan lemak orbita dan
struktur-struktur lainnya di dalam konus otot ekstraokular. Pada titik dimana kapsula Tenon
ditembus oleh tendon otot-otot ekstraokular, struktur ini memberikan refleksi tubular disekitar
masing-masing otot ini. Refleksi-refleksi fascia ini bersambungan dengan fascia otot-otot,
kemudian fascia yang bergabung meluaskan jaringannya ke struktur-struktur sekitar dan ke
tulang-tulang orbita. Ekspansi fascia ini cukup kuat dan membatasi pergerakan otot-otot
ekstraokular, sehingga dikenal dengan check ligaments. Struktur ini mengatur arah gerakan
aktivitas otot-otot ekstraokular serta dapat berperan sebagai origo mekanik fungsional otot-otot
ini melalui kontrol persarafan yang aktif (hipotesis penarikan aktif). Bagian bawah kapsula
Tenon bersifat tebal serta bergabung dengan fascia M. rectus inferior dan M. obliquus inferior,
untuk membentuk ligamen suspensorium bola mata (ligamen Lockwood).

SKLERA DAN EPISKLERA


Sklera merupakan membran protektif fibrosa di bagian luar mata, hampir seluruhnya terdiri
dari kolagen. Strukturnya padat, berwarna putih, serta berhubungan dengan kornea di bagian
depan dan pembungkus dural nervus optikus di bagian belakang. Di seberang foramen sklera
posterior terdapat pita-pita kolagen dan jaringan elastis, membentuk lamina cribrosa, yang
diantaranya dilalui seberkas akson nervus optikus. Permukaan luar dari sklera anterior dilapisi
oleh lapisan tipis jaringan elastis (episklera), yang mengandung sejumlah pembuluh darah yang
mengaliri sklera. Lapisan pigmen coklat pada permukaan dalam sklera merupakan lamina fusca,
yang membentuk lapisan terluar ruang suprakoroidal. Pada bagian insersi otot-otot rektus,
ketebalan sklera berkisar 0,3 mm, sedangkan di bagian lainnya dapat mencapai 0,6 mm. Di
sekitar nervus optikus, sklera ditembus oleh A. siliaris posterior longus dan brevis, serta N.
siliaris longus dan brevis. A. siliaris posterior longus dan N. ciliaris longus melintas dari N.
optikus ke corpus ciliaris dalam alur yang dangkal, di permukaan dalam sklera pada arah jam
3 dan jam 9. Sedikit posterior dari ekuator, keempat vena vorteks mengalirkan koroid keluar
melalui sklera, biasanya satu setiap kuadran. Sekitar 4 mm di belakang limbus, sedikit anterior
dari insersi otot rektus, keempat arteri dan vena siliaris anterior menembus sklera. Sklera
dipersarafi oleh N. siliaris.
Secara histologis, sklera mengandung banyak pita-pita padat yang tersusun padat, serta dijalin
seberkas kolagen, dengan masing-masing memiliki tebal 10 16 um dan lebar 100 140 um.
Struktur histologis sklera mirip dengan stroma kornea, namun lebih buram karena lamela
kolagen yang ireguler, komposisi air yang lebih banyak, dan proteoglikan yang lebih sedikit.

Gambar 4. Mata Tampak Posterior

KORNEA
Kornea merupakan suatu jaringan transparan yang avaskular. Kornea berlanjut menjadi sklera
pada bagian limbus. Suatu daerah depresi yang melingkar pada persambungan ini dikenal
dengan sulkus sklera. Kornea pada orang dewasa memiliki ketebalan rata-rata 550 um di bagian
tengahnya, walaupun terdapat variasi rasial untuk hal ini, serta diameter horizontalnya sekitar
11,7 mm dan diameter vertikalnya sekitar 10,6 mm. Kornea bagian sentral berbentuk sferis,
sedangkan bagian tepinya agak mendatar sehingga aberasi sferis dapat dihilangkan. Kornea
bersifat seperti lensa cembung dengan kekuatan refraksi +43 Dioptri. Kornea bersifat jernih
karena letak epitelnya sangat teratur, serabut kolagennya teratur dan padat, kadar airnya
konstan, serta avaskular. Dari anterior ke posterior terdapat 5 buah lapisan : epitel
(berhubungan dengan epitel konjungtiva bulbar), lapisan Bowman, stroma, membran
Descemet, dan endotel. Epitelnya memiliki 5 atau 6 lapis sel, serta sangat halus dan tidak
terdapat stratum korneum. Hal ini menyebabkan lapisan ini sangat rentan dengan trauma kecil.
Lapisan Bowman merupakan lapisan aselular jernih dan bagian stroma yang mengalami
modifikasi, mengandung jaringan ikat fibrosa. Stroma kornea menyumbang 90% dari seluruh
tebal kornea, terdiri dari jalinan lamela serat-serat kolagen dengan lebar 10 250 um dan tinggi
1 2 um. Jalinan ini terdapat hampir di seluruh diameter kornea, berjalan sejajar dengan
permukaan kornea dan terlihat jernih. Lamela terdapat di substansi dasar yang mengandung
proteoglikan terhidrasi, terkait dengan keratosit yang memroduksi kolagen serta substansi dasar.
Membran Descemet, membentuk lamina basalis endotel kornea, terlihat homogen pada
mikroskop cahaya namun terlihat berlamina-lamina pada mikroskop elektron karena perbedaan
struktur antara bagian prenasal dan postnasal. Ketebalannya berkisar 3 um saat lahir namun
bertambah seiring dengan bertambahnya usia, mencapai 10 12 um pada orang dewasa.
Endotel hanya memiliki selapis sel, namun berperan dalam mempertahankan stroma kornea.
Endotel cukup rentan terhadap kerusakan dan jumlah selnya berkurang seiring dengan
bertambahnya usia. Perbaikan endotel terbatas pada pembesaran (hiperplasia) dan pergeseran
sel yang masih bertahan, dengan kapasitas pembelahan sel yang kecil. Kegagalan fungsi
endotel menyebabkan edema kornea, karena endotel berperan dalam mengatur kadar air di
kornea dengan cara mengeluarkan air ke camera oculi anterior dengan peranan enzim Na-K-
ATPase. Nutrisi untuk kornea berasal dari pembuluh-pembuluh darah limbus (secara difusi),
aqueous humour, dan air mata. Kornea bagian superfisial mendapatkan sebagian besar
oksigennya dari atmosfer. Saraf-saraf sensoris kornea berasal dari nervus trigeminus divisi
oftalmika (N. V1).

Gambar 5. Kornea

Gambar 6. Lapisan-Lapisan Kornea


TRAKTUS UVEAL
Traktus uveal terdiri dari iris anterior hingga posterior, corpus / badan ciliaris, dan koroid.
Struktur ini terdapat pada lapisan vaskular tengah dari mata dan dilindungi oleh kornea serta
sklera. Traktus uveal berperan dalam suplai darah ke retina.

Gambar 7. Aliran Darah ke Traktus Uveal

Iris dan Pupil


Iris merupakan sebuah membran datar yang merupakan kelanjutan dari corpus ciliaris, dengan
apertura bundar di tengahnya yang dinamakan pupil. Iris terletak di depan lensa, membagi
bagian depan mata menjadi camera oculi anterior dan posterior, dimana masing-masing
ruangan ini mengandung aqueous humour yang bergerak melalui pupil. Tidak ada sel epitel
yang melapisi stroma anterior, namun iris merupakan perpanjangan ke anterior dari epitel
pigmen retina. Epitel pigmen posterior yang padat menunjukkan perpanjangan ke anterior dari
neuroretina. Iris berfungsi untuk menyerap cahaya yang masuk ke mata, yang berada di luar
pupil. Lapisan-lapisan iris dari depan ke belakang : endotel, stroma (terdiri dari jaringan ikat,
sel-sel pigmen, pembuluh darah, dan saraf), lapisan otot (untuk mengatur luas pupil), dan
lapisan epitel pigmen posterior. Suplai darah arteri ke iris berasal dari lingkaran mayor iris.
Kapiler-kapiler iris memiliki endotel yang tidak berfenestra, sehingga secara normal tidak
mengalami kebocoran fluorescein yang diinjeksi secara intravena. Persarafan sensorisnya
melalui serat-serat N. siliaris.
Pupil berfungsi untuk mengatur besarnya sinar yang masuk ke mata, mengurangi aberasi sferis
dan aberasi kromatis, serta meningkatkan kedalaman fokus. Secara normal, tepi pupil
bersentuhan dengan lensa namun tidak melekat pada lensa. Ukuran pupil ditentukan oleh
keseimbangan antara konstriksi karena aktivitas parasimpatis melalui N. III, serta dilatasi
karena aktivitas simpatis. Dua otot yang mengatur besarnya pupil yaitu M. dilator pupillae
(melebarkan) dan M. sfingter pupillae (mengecilkan). Diameter pupil normal berkisar antara 3
4 mm, antara kanan dan kiri sama ukurannya (isokor). Bila ukurannya tidak sama maka
disebut dengan anisokor. Bila cahaya redup maka pupil akan melebar, sedangkan bila cahaya
terang, pupil akan menyempit.

Corpus / Badan Siliaris


Corpus ciliaris berbentuk segitiga pada penampang melintang, memanjang kedepan dari ujung
anterior koroid ke pangkal iris (sekitar 6 mm). Corpus ciliaris terdiri dari zona corrugata
anterior, pars plicata (2 mm), dan pars plana (4 mm). Batas belakangnya yaitu ora serata.
Processus ciliaris muncul dari pars plicata. Strukturnya terutama terdiri dari kapiler-kapiler dan
vena-vena yang mengalir melalui vena-vena vorteks. Kapiler-kapilernya berukuran besar dan
berfenestra, sehingga dapat membocorkan fluorescein yang diinjeksi secara intravena.
Terdapat 2 lapisan epitel siliaris: lapisan dalam tidak berpigmen (menunjukkan perpanjangan
ke anterior dari neuroretina) serta lapisan luar berpigmen (menunjukkan perpanjangan dari
epitel pigmen retina). Processus ciliaris dan epitel siliaris yang melapisinya berperan dalam
pembentukan aqueous humour.
Fungsi corpus siliaris yaitu daya akomodasi lensa melalui otot siliaris, tempat melekatnya
zonula zinii / ligamentum suspensorium lentis, produksi aqueous humour melalui sel-sel epitel
processus ciliaris, serta kontraksi otot siliaris saat ditetesi pilokarpin sehingga membuka
lubang-lubang trabekulum yang akan melancarkan keluarnya aqueous humour. Otot siliaris
terdiri dari kombinasi serat-serat longitudinal, radial, dan sirkular. Fungsi serat-serat sirkular
yaitu kontraksi dan relaksasi serat-serat zonula, yang berasal dari celah-celah diantara
processus ciliaris. Struktur ini mengubah tegangan dari kapsul lensa, menyebabkan lensa dapat
memvariasikan fokusnya pada objek jarak dekat maupun jauh di lapang pandang. Serat-serat
longitudinal masuk ke dalam trabecular meshwork untuk memengaruhi ukuran porinya. Suplai
darah arteri menuju corpus ciliaris berasal dari lingkaran mayor iris

Koroid
Koroid merupakan segmen posterior dari traktus uveal, diantara retina dan sklera. Strukturnya
terdiri dari 3 lapisan pembuluh darah koroidal: besar, medium, dan kecil. Semakin dalam letak
pembuluh darah di koroid, lumennya semakin lebar. Lapisan-lapisannya dari luar ke dalam :
suprakoroid, pembuluh darah, koriokapilaris, dan membran Bruch. Bagian dalam pembuluh-
pembuluh darah koroid dikenal sebagai koriokapilaris. Darah dari pembuluh-pembuluh darah
koroid mengalir melalui keempat vena-vena vorteks. Koroid dibatasi dari dalam oleh membran
Bruch dan dari luar oleh sklera. Ruang suprakoroidal terdapat diantara koroid dan sklera.
Koroid melekat dengan kuat di bagian posterior pada tepi nervus optikus. Di bagian anterior,
koroid bergabung dengan corpus ciliaris. Gabungan pembuluh-pembuluh darah koroidal
berperan dalam memberikan nutrisi pada bagian terluar retina. Persarafan koroid berasal dari
N. siliaris.
Gambar 8. Traktus Uveal Tampak Posterior

Gambar 9. Lapisan-Lapisan Koroid

CAMERA OCULI
Camera oculi ada 2 buah, yaitu camera oculi anterior (COA) dan camera oculi posterior (COP).
Keduanya mengandung aqueous humour. COA dibatasi oleh kornea, permukaan depan iris,
dan kapsul anterior lensa. Kedalaman COA 3,4 mm dan volumenya 0,3 ml. Pada penderita
miopia, COAnya dalam, sedangkan pada penderita hipermetropi. COAnya dangkal. Pada tepi
COA terdapat sudut iridokorneal. Sudut iridokorneal terdapat di persambungan antara kornea
perifer dan pangkal iris. Struktur anatomi utamanya yaitu garis Schwalbe, trabecular meshwork
(yang berada di atas kanalis Schlemm), dan scleral spur. Garis Schwalbe merupakan akhir dari
endotel kornea. Trabecular meshwork berbentuk segitiga pada potongan melintang, dengan
dasarnya berupa corpus / badan siliaris. Strukturnya terdiri dari jaringan kolagen dan elastis
yang mengalami perforasi, membentuk struktur seperti penyaring dengan ukuran pori yang
mengecil bila semakin dekat dengan kanalis Schlemm. Bagian dalam dari meshwork,
menghadap COA, dikenal dengan uveal meshwork. Bagian luarnya, berdekatan dengan kanalis
Schlemm, dinamakan corneoscleral meshwork. Serat-serat longitudinal dari otot siliaris masuk
ke dalam trabecular meshwork. Scleral spur merupakan pemanjangan ke dalam dari sklera
diantara corpus ciliaris dan kanalis Schlemm, dimana iris dan corpus ciliaris melekat. Saluran
eferen dari kanalis Schlemm (sekitar 30 saluran pengumpul dan mencapai 12 vena aqueous)
berhubungan dengan sistem vena episklera.
COP terletak di belakang COA, yang dibatasi oleh permukaan posterior iris, corpus ciliaris,
lensa, serta badan kaca (vitreous). COP dilalui oleh zonula zinii / ligamentum suspensorium
lentis. COP berhubungan dengan COA melalui celah melingkar antara tepi pupil dan lensa.
Aqueous humour diproduksi oleh sel-sel epitel corpus ciliaris, yang berfungsi untuk memberi
nutrisi kepada kornea dan lensa. Aqueous humour bergerak dari COP ke COA, kemudian
melalui trabecular meshwork untuk menuju kanalis Schlemm, kemudian ke saluran pengumpul
hingga akhirnya ke sistem vena episklera. Pengeluaran seperti ini dinamakan pengeluaran
secara trabekular. Sebagian kecil pengeluaran aqueous humour terjadi secara uveosklera.
Aqueous humour menentukan tekanan bola mata / tekanan intra okular (TIO). Nilai normal
dari TIO adalah 10 22 mmHg.

Gambar 10. Sudut Iridokorneal


Gambar 11. Aliran Aqueous Humour

APPARATUS LAKRIMALIS

Gambar 12. Sistem Lakrimalis

Kompleks lakrimal terdiri dari kelenjar lakrimal, kelenjar lakrimal aksesorius, punctum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal.

Kelenjar lakrimal terdiri dari beberapa struktur:


1. Bagian Orbital: terletak di fossa lakrimal pada bagian anterior superior segmen
temporal dari orbit.
2. Bagian Palperal: terletak terletak diatas segmen temporal dari superior konjungtiva
forniks.
Duktus sekretori lakrimalis menghubungkan bagian orbital dan palpebral dari kelenjar lakrimal
ke superior konjungtiva forniks.

Sistem lakrimal terbagi menjadi dua bagian:


1. Struktur yang mengsekresi cairan air mata
2. Struktur yang memfasilitasi drainase air mata

Tear Film, membasahi konjungtiva dan kornea, terbagi menjadi tiga lapisan:
1. Outer Oily Layer: merupakan produk dari kelenjar meibom, kelenjar sebasea, dan
kelenjar sudorifera dari tepi palpebra. Berfungsi untuk melindungi tear film dengan
sifat hidrofobik yang mencegah evaporasi secara cepat menyerupai lapisan wax.
2. Middle Watery Layer: merupakan produk dari kelenjar lakrimal dan kelenjar lakrimal
aksesorius. Berfungsi untuk membersihkan permukaan dari kornea dan memastikan
mobilitas dari konjungtiva palpebra hingga melewati kornea dan permukaan kornea
yang baik untuk gambaran optikal yang berkualitas tinggi.
3. Inner Mucin Layer: disekresikan oleh sel goblet dari konjungtiva dan kelenjar lakrimal
yang bersifat hidrofilik terkait dengan mikrovilli dari epitel kornea, yang juga
membantu melindungi tear film. Lapisan ini mencegah watery layer pembentukan
tonjolan pada kornea dan memastikan kelembaban watery layer di seluruh permukaan
dari kornea dan konjungtiva.

Gambar 13. Tear Film

Kelenjar lakrimal aksesorius terletak di substansia propia dari konjungtiva palpebral.


Air mata mengalir dari lakrimal melalui punctum superior dan inferior dan kanalikuli hingga
ke sakus lakrimal yang berada di fossa lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berlanjut dari sakus
hingga ke meatus inferior dari rongga nasalis. Air mata diarahkan ke punctum dengan atraksi
kapiler dan gravitas juga dengan berkedip (dengan otot Horner yang merupakan ekstensi dari
otot orbikularis okuli) yang membuat aliran air mata berlanjut ke duktus nasolakrimalis hingga
ke mata.
Gambar 14. Pemerataan dan Aliran Air Mata

Aliran Darah dan Limfatik


Kelenjar lakrimal diperdarahi oleh A. lakrimalis. Vena yang mendrainase kelenjar bergabung
ke V. ophthalmica. Drainase limfatik bergabung dengan limfatik konjungtiva mendrainase
nodus limfe preaurikular.

Persarafan
Kelenjar lakrimal dipersarafi oleh N. lakrimalis (sensorik) yang berasal dari N. trigeminal; N.
petrosus mayor (sekretori parasimpatik) yang berasal dari N. fascialis; N. petrosus profundus.
N. petrosus profundus dan N. petrosus profundus membentuk N. pterygoideus canalis.

LENSA

Gambar 15. Lensa

Lensa berfungsi sebagai suatu media refraktif esensial dari mata dan memfokuskan cahaya ke
retina. Lensa yang sempurna memiliki bentuk bikonveks, avaskular, tanpa warna dan struktur
transparan dengan ketebalan 4 mm dan diameter 9 mm. Lensa terletak dibelakang iris yang
dihubungkan ke badan siliar oleh serat zonula. Didepan dari lensa adalah aqueous humour dan
dibelakangnya terdapat vitreous humour.
Kapsul lensa merupakan membran semipermeabel yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit.
Terdapat subkapsular epitelium yang seiring bertambahnya usia terus memproduksi serat
lamellar subepitel sehingga lensa menjadi semakin besar dan berkurang elastisitasnya secara
bertahap. Nukleus dan korteks dari lensa terbuat dari lamella konsentrik panjang. Kumpulan
serat lamella ini membentuk garis sutura berbentuk Y ketika dilihat dengan slitlamp.

Gambar 16. Potongan Lensa

Posisi lensa difiksasi oleh ligamentum suspensorium yang dikenal sebagai zonule (zonule of
Zinn) yang mengatur jumlah fibril yang memasuki lensa dari badan siliar.
Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan beberapa mineral yang umumnya juga ditemukan
di jaringan tubuh. Tidak terdapat serat nyeri, pembuluh darah, ataupun saraf dalam lensa.

Lensa secara fisiologik mempunyai sifat tertentu, yaitu:


- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk
menjadi cembung
- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan
- Terletak ditempatnya

Keadaan patologik pada lensa dapat berupa:

- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbyopia


- Keruh atau apa yang disebut katarak
- Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

BADAN KACA (VITREOUS HUMOUR)


Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan
retina. Badan kaca bersifat semi cair dengan mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak
dapat lagi menyerap air. Fungsinya adalah untuk mempertahankan bola mata agar tetap bulat.
Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat
pada bagian tertentu jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut
dengan ora serata, pars prana, dan papil saraf optik. Badan kaca tidak memiliki pembuluh darah
dan sel sehingga berwarna bening.
RETINA
Retina merupakan lembaran jaringan saraf yang tipis,
semitransparan dan multilayar yang menyusun dua
per tiga bagian posterior dari mata.
Bagian ini mengandung reseptor yang menerima
rangsangan cahaya. Retina berbatas dengan koroid
dengan sel pigmen epitel retina.

Lapisan dari retina dimulai dari dalam antara lain:


1. Membran limitan interna
2. Lapis serabut saraf
3. Lapis sel ganglion
4. Lapis pleksiform dalam
5. Lapis nukleus dalam
6. Lapis pleksiform luar
7. Lapis nukleus luar
8. Membran limitan eksterna
9. Lapis fotoreseptor
10. Sel pigmen epitel retina

Gambar 17. Lapisan-Lapisan Retina

Membran limitan interna merupakan membran hialin antara retina dan badan kaca. Lapis
serabut saraf merupakan lapisan akson sel ganglion yang menuju arah saraf optik. Pada lapisan
ini terdapat sebagian besar pembuluh darah retina. Lapis sel ganglion merupakan lapis badan
sel daripada neuron kedua. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan
tempat sinaps sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion. Lapis nukleus dalam, merupakan
tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller. Lapisan ini mendapat metabolisme dari arteri
retina sentral. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. Lapis nukleus luar, merupakan susunan
lapis nukleus sel kerucut dan batang. Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme
dari kapiler koroid. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi. Lapis
fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang mempunyai bentuk
ramping, dan sel kerucut.

SARAF OPTIK
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut saraf yaitu
saraf penglihat dan serabut pupilomotor. Kelainan saraf optik menggambarkan gangguan yang
diakibatkan tekanan langsung atau tidak langsung terhadap saraf optik ataupun perubahan
toksik dan anoksik yang mempengarihi penyaluran aliran listrik.

RONGGA ORBITA
Terdapat 7 tulang yang membentuk dinding orbita yaitu: lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan
dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, tulang palatinum, dan zigomatikus.
Dinding lateral orbita membentuk 45 derajat dengan dinding medialnya.

Dinding orbita terdiri atas tulang:


1. Superior : os. frontal
2. Lateral : os. frontal, os. zigomatikus, os sfenoid
3. Inferior : os. zigomatikus, os. maksila, os. palatina
4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid

Gambar 18. Dinding Orbita

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf optik, arteri, vena, saraf
simpatik yang berasal dari pleksus karotid.

Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf lakrimal (V), saraf frontal
(V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri
vena oftalmik.

Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh saraf infra-orbita dan
zigomatik serta arteri infra orbita.

Fossa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar lakrimal.
OTOT PENGGERAK MATA
Otot penggerak mata terdiri dari 6 otot yaitu :

1. Oblikus inferior
- kontraksinya akan mengakibatkan elevasi, ekstorsi dan abduksi yang dipersarafi
oleh syaraf ke III (N. okulomotor)
2. Oblikus superior
- kontraksinya akan menghasilkan depresi, intorsi, dan abduksi yang dipersarafi
saraf ke IV (N. troklear)
3. Rektus inferior
- kontraksinya akan mnghasilkan depresi, adduksi dan intorsi, yang dipersarafi
oleh saraf ke III (N. okulomotor)
4. Rektus lateral
- kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya bola mata kearah
temporal dan otot ini dipersarafi oleh saraf ke VI (N. abdusen)
5. Rektus medius
- kontraksinya akan menghasilkan aduksi atau menggulirnya mata ke arah nasal
dan otot ini di persarafi oleh saraf ke III (N. okulomotor)
6. Rektus superior
- kontraksinya akan menghasilkan elevasi, aduksi dan intorsi daripada bola mata
dan otot ini persarafi saraf ke III (N. okulomotor)

Gambar 19. Otot-Otot Penggerak Bola Mata


DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, Cunningham ET, editors. Vaughan & asburys general ophthalmology. 18th ed.
New York: The McGraw-Hill Companies; 2011.
2. Lang GK. Ophthalmology: a short textbook. Stuttgart: Georg Thieme Verlag; 2000.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
4. Morosidi SA, Paliyama MF. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida; 2011.

You might also like