You are on page 1of 22

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja Guru

Menurut Robert L. Manthis dan Jhon H.Jackson dalam Novita Sari

(2004:35-36) kinerja guru adalah yang mempengaruhi seberapa banyak

mereka memberi kontribusi kepada organisasi.

Berdasarkan pendapat diatas maka perbaikan kinerja baik untuk individu

maupun kelompok menjadi pasal perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja

organisasi sekolah.

Wowa S. Kuswana (2008:3) mengemukakan bahwa:

Kinerja guru dikatakan berhasil apabila, memberikan efek terhadap


perkembangan potensi siswa dalam konteks psikologis dan fisik, yakni
bersifat positif terhadap apa yang dipelajarinya, baik dilihat dari tujuan
serta manfaatnya. Sehingga kecerdasan kognitif, efektif dan psikomotif
berkembang. Intinya apakah terjadi perubahan perilaku, berfikir sistematis
dan terampil mengenai apa yang terjadi.

Kinerja guru bertumpu pada karakteristik aktivitas pelayanan pengajaran

secara totalitas, mulai dari mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi

secara sistematis dan berkesinambungan.

a. Definisi Kinerja

Setiap individu yang diberi tugas atau kepercayaan untuk bekerja

pada suatu organiusasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan kinerja

yang memuaskan dan memberikan kontribusi yang maksimal terhadap

pencapaian tujuan organisasi tersebut.

Sulistyarini dalam Muhlisin (2008:28), menyatakan bahwa:

12
13

Kinerja adalah tingkat keberhasilan seseorang atau kelompok orang dalam

melaksanakan tugas dan tanggunngjawabnya serta kemampuan untuk

mencapai tujuan dan standar yang telah ditentukan.

Segala (2007:179-180), mengemukakan bahwa:

Kata Kinerja dalam bahasa Indonesia adalah terjemahan dari


kata bahasa Inggris performance yang berarti (1) pekerjaan;
perbuatan, atau (2) penampilan; pertunjukan. Performance berasal
dari kata to perform dengan beberapa entries yaitu: (1)
melakukan, menjalankan, dan suatu niat atau nazar, (2)
melaksanakan atau (3) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh
seseorang atau mesin.

Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa entries tersebut to

perform adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya

sesuai dengan tanggung jawab dan sesuai dengan hasil seperti yang

diharapkan, sedangkan arti kata performance merupakan kata benda (raun)

dimana salah satunya adalah thing done (sesuatu hasil yang telah

dikerjakan)

Menurut Samsudin (2003:10) kinerja (performance) merupakan

suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara

nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan. Sementara menurut

Rivai (2005:309). kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan

setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh guru sesuai

dengan perannya dalam organisasi sekolah.

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tersebut merupakan

pengekspresian seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki seseorang

aerta menuntut adanya kepemilikan yang penuh dan menyeluruh. Dengan


14

demikian, munculnya kinerja seseorang merupakan akibat dari adanya

suatu pekerjaan atau tugas yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu

sesuai dengan profesi dan job description individu yang bersangkutan.

Jadi dengan demikian, kinerja (performance) adalah suatu hasil

yang telah dikerjakan dalam rangka mencapai tujuan sekolah yang

dilaksanakan secara legal, tidak melanggar hukm serta sesuai dengan

moral dan tanggung jawab yang dibebaskan guru. Kinerja merupakan alat

yang dibutuhkan oleh organisasi sekolah untuk mencapai sukses.

Peningkatan kinerja guru secara perorangan akan mendorong kinerja

sumber daya manusia secara keseluruhan, yang direfleksikan dalam

kenaikan produktifitas dalam proses belajar mengajar.

b. Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja merupakan suatu proses organisasi untuk menilai

kinerja pegawainya. Tujuan dilakukannya penilaian kinerja secara umum

adalah untuk memberikan umpan baik kepada pegawai dalam upaya

memperbaiki kinerja dan meningkatkan poroduktivitas organisasi,

khususnya yang berkaitan dengan kebijakan terhadap pegawai seperti

untuk tujuan promosi, kenaikan gaji, pendidikan dan latihan.

Menurut Vroom dalam Novita Sari (2004:36), tingkat sejauh mana

keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut level

of performance. Mathis dan Jacson dalam Rosidah (2001:7),

mengemukakan bahwa:
15

Penilaian kinerja (Performance Appraisal, PA) adalah proses

evaluasi seberapa baik pegawai mengerjakan ketika dibandingkan dengan

satu set standard an kemudian mengkomunikasikannya dengan para guru

lainnya.

Biasanya orang yang level of performance-nya tinggi disebut

sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang levelnya tidak

mencapai standar dikatakan sebagai tidak produktif atau performance-nya

rendah. Penilaian kinerja adalah salah satu tugas penting untuk dilakukan

oleh pemimpin. Walaupun demikian, pelaksanaan kinerja yang obyektif

bukanlah tugas yang sederhana. Penilaian harus dihindarkan adanya like

atau dislike dari penialian, agar obyektifitas penilaian ini penting, karena

dapat digunakan untuk memperbaiki keputusan-keputusan personalia akan

memberikan umpan balik kepada guru tentang kinerja para guru.

Penilaian kinerja disebut juga sebagai peniaian guru, evaluasi guru,

tinjauan kerja, evaluasi kinerja dan penilaian hasil pedoman. Penilaian

kinerja menurut Amstrong dalam Rosidah (2001: 13) adalah sebagai

berikut:

1) Ukuran dihubungkan dengan hasil

2) Hasil harus dapat dikontrol oleh pemilik pekerjaan

3) Ukuran obyektif dan observable

4) Ukuran dapat digunakan dimanapun


16

Berdasarkan pandangan diatas maka penilaian kinerja merupakan

landasan penilaian kegiatan manajemen Sumber Daya Manusia seperti

perekrutan, seleksi, penempatan, pelatihan, penggajian, pengembangan

karir. Kegiatan penialaian kinerja sangat erat kaitannya dengan

kelangsungan organisasi.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Para pemimpin organisasi sangat menyadari adanya perbedaan

kinerja antara satu guru dengan guru lainnya yang berada di bawah

pengawasannya. Walaupun guru-guru bekerja pada tempat yang sama

namun produktifitas dalam proses belajar mengajar mereka tidaklah sama.

Menurut Supadi dalam Hidayati (2008: 10), banyak penyebab yang

menjadikan guru tidak menghasilkan kinerja yang optimal. Adapun

penyebabnya adalah sebagai berikut:

1) Guru tidak memahami kinerja yang diharapkan pimpinan.

2) Guru tidak memahami peran yang disandangnya.

3) Guru tidak mempunyai skill yang diperlukan untuk menghasilkan

kinerja yang ditargetkan.

4) Guru tidak memiliki semangat untuk memfokuskan dan mendorong

aktifitasnya dalam menghasilkan kinerja.

Sedangkan menurut Gibson, dalam Novita Sari (2001: 39), ada tiga

variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja.

Yaitu: 1) Variabel Individual, 2) Variabel Organisasional, 3) Variabel

Psikologis.
17

Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Variabel Individual merupakan kemampuan dan kerampilan dari setiap

individual dalam bekerja. Variabel individu terdiri dari:

a. Kemampuan dan ketrampilan :mental dan fisik.

b. Latar belakang : keluarga, tingkat sosial, pengajian.

c. Demografis :umur, asal-usul, jenis kelamin.

2) Variabel organisasional merupakan kemampuan yang dilihat dari segi

organisasi. Variabel organisasional terdiri dari:

a. Sumber daya

b. Kepemimpinan

c. Imbalan

d. Struktur

e. Dasar pekerjaan

3) Variabel psikologis merupakan kemampuan yang berasal dari

kejiwaan individu guru. Variabel psikologis terdiri dari:

a. Persepsi

b. Map

c. Kepribadian

d. Belajar

e. Motivasi

d. Indikator-indikator kinerja guru

kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian antara

pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan penempatan


18

guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai dengan keahliannya

secara mutlak harus dilakukan. Bila guru melakukan tugas tidak sesuai

dengan keahliannya akan berakibat menurunnya cara kerja dan hasil

pekerjaan mereka, juga akan menimbulkan rasa tidak puas pada diri

mereka. Rasa kecewa akan menghambat perkembangan moral kerja guru.

Pidarta (2004:123) mengemukakan bahwa:

Moral kerja adalah semangat, gairah, disiplin danitikad seseorang

dalam melakukan tugasnya secara individu atau kelompok. Moral kerja

adalah individu dan kelompok terhadap situasi kerja.

Moral kerja perlu ditegakkan sebab hal ini merupakan mesin

penggerak aktivitas seseorang. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan cara

memberi pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang kemampuannya. Hal

ini dipertegas oleh Munandar dalam Muhlisin (2008:28), yang

mengalahkan kemampuan bersama-sama dengan bakat merupakan salah

satu fakor ymenentukan prestasi individu, sedangkan prestasi ditentukan

oleh banyak faktor diantaranya kecerdasan.

Menurut Muhlisin (2008:28), kemampuan terdiri dari berbagai

macam, namun secara kongkrit dapat dibedakan menjadi dua macam

yaitu :

1) kemampuan intelektual merupakan kemampuan yang dibutuhkan

seseorang untuk menjalankan kegiatan mental, terutama dalam

penguasaan sejumlahmateri yang akan diajarkan kepada siswa yang


19

sesuai dengan kurikulum, cara dan metode dalam menyampaikannya

dan cara berkomunikasi maupun teknik mengevaluasinya.

2) Kemampuan fisik adalah kapabilitas fisik yang dimiliki seseorang

terutama dalam mengerjakan tugas dan kewajibannya.

Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan

individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan batin kepada

seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan digeluti dengan baik.

Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau

penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang

ditetapkan yang diukur secara efektif dan efesien seperi produktivitasnya,

efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak

terpakai. Sedangkan evaluasi keja melalui melalui perilaku seseorang

dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam

menjalankan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan

tugas dan pekrjaan orang lain.

Kinerja guru sangat penting untuk dipertahankan dan dievaluasi

karena guru mengemban tugas professional artinya tugas-tugas hanya

dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperoleh melalui

program pendidikan. Menurut Danim. S (2002: 39) Guru memiliki

tanggung jawab yang secara garis besar dapat dikelompokkan yaitu: 1)

Guru sebagai pengajar, 2) Guru sebagai pembimbing dan 3) Guru sebagai

administrator kelas.
20

Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kerja guru antara

lain :

1) Kemempuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.

2) Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa.

3) Penguasaan metode dan strategi mengajar.

4) Pemberian tugas-tugas kepada siswa.

5) Kemampuan mengelola kelas.

6) Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.

B. Kompetensi Guru

1. Definisi Kompetensi Guru

Ahmad Suyuti (2003:17) mengungkapkan kompetensi dari kata

Competent yang berarti kemampuan kompetensi merupakan

kemampuan individual dan mampu menguasai atau melaksanakan suatu

pekerjaan serta mampu menganalisis pekerjaan atau peraturan-peraturan

kerja, kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian

(skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang atau kelompok (team

work) serta potensi diri yang dimiliki seseorang terhadap kapasitas

kecakapan (ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan

keberhasilan atau kesuksesannya ketika bekerja.

Menurut Syah (2000:30) kompetensi adalah kemampuan

kecakapan, keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan

hukum. Selanjutnya masih menurut Syah, dikemukakan bahwa


21

kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan

kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Jadi

kompetensi profesional guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan

kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya. Guru yang

kompeten dan professional adalah guru piawai dalam melaksanakam

profesinya.

Adlan (2000:32) mengemukakan bahwa dalam menjalankan

kewenangan profesionalnya, kompetensi guru dibagi dalam tiga bagian

yaitu :

a. Kompetensi kognitif, yaitu kemamapuan dalam bidang intelektual

seperti pengetahuan tentang belajar mengajar, dan tingkahlaku

individu.

b. Kompetensi efektif, kesiapan dan kemampuan guru dalam berbagai hal

yang berkaitan dengan tugas.

c. Kompetensi perilaku, yaitu kemampuan dalam berperilaku, seperti

membimbing dan menilai.

Kompetensi dapat memberikan suatu gambaran perilaku keahlian

(skill) dan pengetahuan (knowledge) seorang atau kelompok (team work)

serta potensi diri yang dimiliki seorang terhadap kapasitas kecakapan

(ability) dalam melaksanakan pekerjaan yang bervariasi dengan

keberhasilan atau kesuksesan ketika bekerja. Kompetensi merupakan

perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai


22

dengan kondisi yang dipersyaratkan pula. Kompetensi sangat diperlukan

untuk mengembangkan kualitas dan aktivitas tenaga pendidikan.

2. Indikator Kompetensi Guru

Menurut peraturan pemerintah no. 19 tahun 2005 tentang standar

pendidikan nasional bahwa tenaga kependidikan harus memiliki

kompetensi pedagogik, professional dan social. Uraian dari kompetensi

yang harus dikuasai oleh guru, yaitu:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik meliputi : 1) pemahaman guru terhadap peserta

didik,2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3) evaluasi hasil

belajar,dan 4) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi

berbagai potensi yang dimilikinya.

Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indicator

sebagai berikut:

1) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indicator:

Memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif. Memahami peserta didik dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi

bekal-ajar awal peserta didik.

2) Merancang pembelajaran, temasuk memahami landasan

pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indikator :

Memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan

pembelajaran ; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan


23

karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan

materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan

strategi yang dipilih. Melaksanakan pembelajaran memiliki

indikator: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan

pembelajaran yang kondusif.

3) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki

indikator: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment)

proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai

metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk

menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan

memanfaatkan hasil penelitian pembelajaran untuk perbaikan

kualitas program pembelajaran secara umum.

4) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya memiliki indikator: memfasilitasi peserta didik untuk

mengembangkan berbagai potensi non-akademik.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan

berwibawa.

Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator ; bertindak

sesuai dengan norma hokum; bertindak sesuai dengan norma


24

social; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam

bertindak sesuai dengan norma.

2) Kepribadian yang dewasa memiliki indikator : menampilkan

kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos

kerja sebagai guru.

3) Kepribadian yang arif memiliki indikator : menampilkan tindakan

yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan

masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan

bertindak.

4) Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator : memiliki

perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan

memiliki perilaku yang disegani.

5) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator :

bertindak sesuai dengan norma religius ( iman dan taqwa, jujur,

ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani

peserta didik.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi

dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, orangtua atau wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar.

Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator sebagai

berikut :
25

1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik memiliki indikator : berkomunikasi secara efektif dengan

peserta didik.

2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama

pendidik dan tenaga kependidikan.

3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua

atau wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran dari sekolah dan substansi keilmuan

yang menaungi materinya. Serta penguasaan terhadap struktur dan

metodelogi keilmuannya.

Setiap sub kompetensi tersebut memiliki indikator sebagai berikut :

1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi

memiliki indicator : memahami materi agar yang ada dalam

kurikulum sekolah; dengan materi ajar;memahami hubungan

konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsep-

konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator :

menguasai langkah-langkah penelitian-penelitian kajian kritis

untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studi.


26

Keempat materi tersebut dalam praktiknya merupakan satu

kesatuan yang utuh. Aktivitas atau kinerja guru sangat terkait dengan

tugas dan tanggungjawab profesionalnya. Tugas dan tanggung jawab

guru adalah sebagai pengajar, pembimbing dan administrator. Selain

itu tugas dan tanggung jawab guru mencakup bidang pengajaran,

bimbingan, pembinaan, hubungan dengan masyarakat, pengembangan

kurikulum, dan pengembangan profesi. Karakteristik kepribadian yang

berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya

adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis.

Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan

kemampuan berfikir yang diikuti dengan tindakan tindakan secara

simultan dengan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel

pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berfikir dan

beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahanterhadap

ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan

pengenalan.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

kompetensi merupakan gabungan dari potensi-potensi individu yang

diaktualisasikan (didemonstrasikan) secara kualitas maupun kuantitas

dalam suatu kinerja. Kompetensi guru merupakan kompetensi dasar

seorang guru yang memiliki keahlian khusus melalui bidang keguruan

dalam melaksanakan tugas dan kewajiban baik bagi pengajar maupun

pendidik dengan rasa tanggung jawab dan layak. Kompetensi memiliki


27

arti karakteristik yang ada dalam kompetensi masing-masing. Individu

yang berhubungan dengan criteria dan performance superior dalam

pekerjaan atau menghasilkan suatu kinerja yang optimal. Kompetensi

yang dimiliki secara individual harus mampu mendukung pelaksanaan

strategi oranisasi dan mampu mendukung setiap perubahan yang

dilakukan manajemen. Pengembangan nilai-nilai kompetensi seorang

guru dapat dipupuh melalui program-program pendidikan,

pengembangan atau pelatihan. Program pelatihan merupakan sebuah

cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja aktual, dengan

penekanan pada pengembangan skill, knowledge, dan abilty.

C. Pengalaman Mengajar

1. Pengertian Pengalaman mengajar

Menurut Mansur Muslich (2007:13) pengalaman mengajar

adalah masa kerja guru dalam melaksankan tugas sebagai pendidik pada

satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang

berwenang. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan

atau surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang.

Pengalaman mengajar adalah pengalaman yang dimiliki

seseorang individu pada sekolah sebelumnya. Samsudin (2003:33)

mengungkapkan faktor kemampuan seseorang tidak cukup hanya dilihat

dari segi pengalaman kerja seseorang selama bekerja pada organisasi atau

lembaga tertentu.
28

Menurut Suyitno (1997) menyatakan bahwa pengalaman


mengajar adalah lamanya guru mengajar pelajaran. Seorang
guru yang banyak pengalamannya dalam mengajar akan lebih
mudah dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar akan
lebih berkualitas. (http://arief-otomotif.wetpaint.com)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman

merupakan suatu faktor yang ikut mempengaruhi kinerja seseorang dlam

melaksanakan tugas guna mencapai tujuan, sebagai seorang guru yang

dibekali banyak pengalaman, maka kemungkinan untuk mewujudkan

prestasi atau kinerja yang cukup baik dan sebaliknya bila tidak cukup

pengalaman di dalam melaksanakan tugasnya seseorang besar

kemungkinan mengalami kegagalan. Pengalaman pernah atau lama

menjadi guru akan memudahkan dalam melakukan aktivitas dan fungsinya

sesuai dengan kewenangannya.

Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya dapat

meningkatkan kemampuan kerja. Maka banyak variasi pekerjaan dan

obyeknya, serta makin intensif pengalaman pekerjaan yang diperoleh,

maka makin tinggi kemampuan kerja akan diperoleh oleh guru yang

bersangkutan. Dengan demikian, makin banyak kesulitan atau rintangan

yang dihadapi, biasanya makin cepat pula pengembangan kemampuan dan

ketrampilan.

2. Indikator pengalaman mengajar

Ada banyak indikator yang mempengaruhi pengalaman kerja.

Manurut Basu Swasta dan Ibnu Sukotjo (1998:282) terdapat beberapa

indikator pengalaman mengajar, yaitu sebagai berikut:


29

a. Mengikuti pendidikan dan latihan

Pendidikan dan latihan yang dimiliki oleh guru menentukan hasil yang

dicapai. Pendidikan dan latihan yang baik dimiliki oleh guru akan

dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan dalam bkerja.

b. Masa kerja

Masa kerja merupakan faktor yang mendukung proses bekerja seorang

semakin lama waktu dalam bekerja, seorang guru akan dapt mengukur

kemampuannya dalam bekerja secara lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, maka pendidikan dan latihan, masa

kerja merupakan aspek yang saling mendukung dalam menentukan

pengalaman kerja para guru. Semakin lama seseorang bekerja

menyebabkan guru mengetahui secara lebih mendalam pengalaman yang

dialaminya dalam bekerja dan dapat menghindari kesalahan yang mungkin

akan terjadi saat bekerja. Hal ini akan berpengaruh positif dalam

pngembangan pengalaman kerja yang dimilki guru tersebut.

3. Faktor yang mempengaruhi pengalaman mengajar

Pengalaman mengajar bagi seorang guru merupakan sesuatu

yang sangat berharga. Mengajar bukan sebagai ilmu teknologi dan seni

belaka, tetapi ia juga sebagai suatu keterampilan. Mengajar merupakan

seni yang hanya dirasakan oleh guru sebagai pribadi, yang tidak ada

pelajaran-pelajarannya di sekolah. Mengajar sebagai suatu keterampilan

merupakan aktualisasi dari ilmu pengetahuan teoritis ke dalam interaksi

proses belajar mengajar. Keterampilan mengajar banyak macamnya, dan


30

hal itu perlu dimiliki dan dikuasai guru agar dapat melaksanakan interaksi

proses belajar mengajar secara efektif dan efisien. Ilmu teoritis yang

dikuasai guru akan lebih baik bila dilengkapi dengan pengalaman

mengajar.

Guru yang baru pertama kali menerjunkan diri mengajar di depan

kelas biasanya menonnjolkan sikap yang agak kaku dan terkadang

bingung untuk mengeluarkan kata-kata apa yang tepat untuk memulai

pembicaraan. Keadaan seperti itu terkadang mendatangkan trauma dalam

dirinya. Hal ini kurang menguntungkan, karena bisa jadi bahan yang telah

dikuasai hilang dari ingatan. Akhirnya, sulit menguasai keadaan kelas.

D. Peneltian Relevan

Kinerja seorang guru dalam pembelajaran di sekolah dipengaruhi

beberapa faktor diantaranya adalah pengalaman mengajar seorang guru. Lama

tidaknya seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dirasa

akan mempengaruhi kinerja dari guru tersebut. Bagaimana seorang guru

terbiasa dalam menghadapi problem dalam pembelajaran tentunya bergantung

dari berapa lama seorang guru tersebut mengajar. Faktor lain yang mungkin

mempengaruhi kinerja seorang guru diantaranya adalah kompetensi guru,

iklim organisasi, motivasi guru, dan lain sebagainya.


31

Beberapa hasil penelitian mengenai kinerja guru yang ditinjau dari

beberapa faktorlain diantaranya:

1. Hasil penelitian Ari Puji Handayani (2011), yang berjudul Kinerja Guru

Ditinjau dari Pengalaman Mengajar, Motivasi Guru dan Persepsi Guru

Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah Se Kecamatan Margoyoso Pati

Tahun 2010/2011 membuktikan bahwa ada pengaruh antara kinerja guru

ditinjau dari pengalaman mengajar, motivasi guru dan persepsi guru

tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan hasil nilai probabilitas

signifikansi<alpha yaitu 0,000<0,05.

2. Hasil penelitian Titin Dwi Istiawan (2009), yang berjudul Pengaruh Iklim

Organisasi dan Persepsi Guru Tentang Kepemimpinan Kepala Sekolah

Terhadap Kinerja Guru di SMA Negeri 1 Baturetno Wonogiri, dengan

hasil iklim organisasi dan persepsi guru tentang kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh positif terhadap kinerja guru SMA Negeri 1

Baturetno Wonogiri tahun 2009. Hal ini terbukti dari hasil analisis regresi

yang memperoleh Fhitung>Ftabel yaitu 31,787>3,15 pada taraf signifikansi

5%.

E. Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono (2003:47) Kerangka berpikir merupakan model

konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang

telah diidentifikasi sebagai masalah yang peting. Menurut Mansnur Muslich

(2007:13) pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan


32

tugas sebagai pendidik dalam satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat

tugas dari lembaga yang berwenang. Pengalaman mengajar merupakan salah

satu faktor yang ikut mempengaruhi kinerja seorang guru di dalam

pelaksanaan tugas guna mencapai tujuan. Sebagai seorang guru yang dibekali

banyak pengalaman, maka kemungkinan untuk mewujudkan prestasi atau

kinerja yang baik cukup meyakinkan, dan sebaliknya bila tidak cukup

berpengalaman di dalam melaksanakan tugasnya seseorang akan besar

kemungkinan mengalami kegagalan. Indikator pengalaman mengajar adalah

pendidikan dan latihan, masa kerja.

Dalam penelitian ini semakin lama sesorang bekerja menyebabkan guru

mengetahui secara lebih mendalam pengalaman yang dialaminya. Hal ini

berpengaruh positif dalam pengembangan pengalaman kerja yang dimiliki

oleh guru.

Begitupun dengan kompetensi guru, seorang guru yang memiliki

tingkat kompeten yang tinggi tentunya akan berpengaruh positif terhadap

bagaimana kerja seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang

pendidik.

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, diduga ada

hubungan positif antara pengalaman mengajar dan kompetensi guru terhadap

kinerja seorang guru dalam dunia pendidikan.


33

Untuk memudahkan atau memberikan gambaran pada pemikiran dalam

penlitian ini, maka dapat dikemukakan kerangka pemikiran yang tampak pada

gambar berikut ini:

Pengalaman
Mengajar
Kinerja
Guru

Kompetensi
Guru

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

hendak dipecahkan melalui penelitian yang dirumuskan atas dasar

pengetahuan yang ada dilogika yang kemudian akan diuji kebenarannya

melalui penelitian yang hendak dilaksanakan (Mahsun, 2005: 70).

Berdasarkan teori di atas dan dari perumusan masalah yang telah

disusun maka dikemukakan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada pengaruh positif antara pengalaman mengajar terhadap kinerja guru

SMK Negeri 1 Pedan Klaten.

2. Ada pengaruh positif antara kompetensi guru terhadap kinerja guru SMK

Negeri 1 Pedan Klaten.

3. Ada pengaruh positif antara pengalaman mengajar dan kompetensi guru

terhadap kinerja guru SMK Negeri 1 Pedan Klaten.

You might also like