You are on page 1of 31

LAPORAN KASUS

Morbili

Pembimbing : dr. Aswitha Damayanti, Sp.A(K)

Oleh :

Fitra Hadi

2012730127

KEPANITRAAN PEDIATRI RSIJ CEMPAKA PUTIH

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2016
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat yang sangat luas
kepada kita semua. Atas pertolongan dan kekuasaan-Nya yang begitu sempurna,
penulis dapat menyelesaikan tugas Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak ini. Shalawat
serta salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh cahaya bagi
umat yang betaqwa kepada-Nya.

Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan kasus ini. Oleh karena itu,


penulis sangat mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk perbaikan penyajian
laporan kasus ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis dan teman-teman
sejawat.

Jakarta, Oktober 2016

Penulis
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : An. F

Ruang perawatan : Badar

Tempat/ tgl lahir : 23-03-2014

Umur : 2 tahun 6 bulan

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Dalisinapati timur laut

Tanggal masuk RS : 10-10-2016

No kamar : 12

No. RMK : 00851204

II. ANAMNESIS (ALLOANAMNESIS)

Keluhan Utama

Demam tinggi terus menerus sejak 4 hari yang lalu

Keluhan Tambahan

Mual (+), Muntah 5 kali sebelum masuk rumah sakit, batuk (+), pilek (+), mata

merah (+)

Riwayat Penyakit Sekarang

Demam tinggi terus menerus sejak 4 hari yang lalu


Terdapat bercak merah yang awalnya terdapat di belakang telinga

menyebar sampai muka dan tubuh

Os mengeluh muntah 5 kali sebelum masuk rumah sakit

Nafsu makan berkurang, batuk (+), pilek (+), mata merah (+)

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang demam pada usia 9 bulan, kejang tanpa penurunan kesadaran.

Riwayat Penyakit Keluarga

Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala yang sama.

Riwayat Pengobatan

Belum mengkonsumsi obat sebelumnya

Riwayat Psikososial

Kontak dengan penderita yang memiliki gejala sama tidak diketahui orang tua
Os. OS tinggal bersama kedua orangtua dan keluarganya. Di tetangga tidak
terdapat anak yang menderita seperti OS. OS anak yang aktif dan lincah

Riwayat Alergi

Tidak ada riwayat alergi.

Riwayat Imunisasi



Kesimpulan : Tidak lengkap, belum imunisasi campak

Riwayat Makanan

- Asi Eksklusif : Diberikan sampai usia 6 bulan

- MP-ASI (bubur) : 7- 10 bulan

- MP- ASI (Nasi Tim halus) : 10 12 bulan

- MP-ASI (Nasi Tim kasar) : 12 15 bulan

- Makanan dewasa : 15 bulan sekarang

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu pasien rutin memeriksa kandungan ke dokter. Tidak ada riwayat gangguan

saat kehamilan, riwayat persalinan SC, BBL 4100 gram, PB 51 cm, cukup bulan

dan menangis kuat. Tidak ada riwayat kuning atau sianosis.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan

- Tengkurap : 4 bulan
- Tumbuh gigi : 8 bulan

- Bicara : 1 tahun

- Duduk : 9 bulan

- Berdiri : 1 tahun

- Berjalan : 14 bulan

Kesimpulan : Tumbuh kembang anak sesuai usia.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Sakit sedang

Kesadaran : Composmentis

TANDA VITAL :

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Suhu : 38,6C

Frekuensi Pernapasan : 32x/menit

Nadi : 138x/menit

STATUS GIZI :

BB : 11 kg

TB : 85 cm

BB/U : 11/14 x 100% = 78% (BB kurang)

TB/U : 85/90 x 100% = 94% ( Tinggi baik)

BB/TB: 11/13 x 100% = 85% (Gizi kurang)

STATUS GENERALIS :

Kepala :

Bentuk Kepala : Normochepal


Rambut : Hitam, tidak mudah rontok, bersih

Ubun-ubun : Sudah menutup

Mata : Mata merah, sklera tidak ikterik, pupil ishokor, refleks cahaya normal.

Hidung : Tidak ada epistaksis, terdapat sekret berwarna bening, nafas cuping

hidup tidak ada.

Telinga : Normotia, nyeri tekan daun telinga telinga tidak ada

Mulut :

Bibir : mukosa bibir kering

Lidah : tremor tidak ada, lidah kotor tidak ada.

Buccal mukosa : koplik spot (-)

Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil

Faring : tidak hiperemis

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar

Thorax (Paru dan Jantung)

Inspeksi : Simetris, tidak ada retraksi.

Palpasi : Tidak ada bagian dinding thoraks yang tertinggal, vocal fremitus

simetris.

Perkusi :

Paru : sonor

Jantung : pekak

Auskultasi :

Paru : Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

Jantung : Bj I dan II reguler

Abdomen :

Inspeksi : datar, kembung,


Auskultasi : Bising usus normal

Palpasi : nyeri tekan tidak ada, massa tidak ada, turgor kulit kembali

cepat

Perkusi : Timpani

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 dtk.

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaaan laboratorium

Hasil Nilai Normal


Hb 13 13 16 gr/dL
Leukosit 4.18 5.50 15.50
103/L
Trombosit 312 229 553
103/L
Ht 38 35 - 43 %

RESUME :

Anak perempuan usia 2 tahun, BB = 11 kg datang dengan keluhan demam tinggi sejak

4 hari yll. Disertai batuk, pilek, dan mata merah. Terdapat bercak merah awalnya

dibelakang telinga kemudian menyebar ke muka dan tubuh. OS mual dan muntah 5 kali

SMRS, nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan, tanda-tanda vital:

Tekanan darah: 100/60 mmHg, Suhu: 38,6C, Nadi: 138x/menit, RR: 32x/menit. Status

Generalis: Mata merah (+/+), sekret hidung (+/+), mukosa bibir kering. Pada

pemeriksaan laboratorium terdapat leukopenia.


DIAGNOSA

Diagnosa Kerja : Morbili

Diagnosa Banding : ISPA, DBD

Diagnosa Gizi : Gizi baik

Diagnosa Imunisasi : Tidak lengkap

Diagnosa Tumbang : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia

PENATALAKSANAAN :

- IVFD RL 10 tpm

- Puyer luminal 20 mg oral 2x2

- Puyer panas + diazepam oral 3x1 bgks

- Puyer batuk oral 3 x 1 bgks

- Vitamin A 25.000 4x1

PROGNOSIS :

Quo Ad Vitam : Bonam

Qua Ad Functionam : Bonam

Qua Ad Sanationam : Bonam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI

Campak adalah penyakit akut menular yang disebabkan oleh infeksi virus

campak yang umumnya menyerang anak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat

menular sejak masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya

ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan perantara droplet. Campak memiliki

gejala klinik yang khas yaitu terdiri dari 4 stadium yang masing - masing

mempunyai ciri khusus:6

1) Stadium masa tunas (inkubasi) berlangsung sekitar 8 12 hari dari saat

pajanan sampai terjadinya gejala atau 14 hari setelah pajanan sampai

terjadinya ruam.1

2) Stadium prodromal (2-4 hari), demam tinggi terus menerus ( 38,5oC). Selain

demam, dapat timbul gejala berupa malaise, coryza (peradangan akut

membran mukosa rongga hidung), konjungtivitis (mata merah), dan batuk.

Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran

pernapasan yang disebabkan oleh virus-virus lain. Konjungtivitis dapat

disertai mata berair dan sensitif terhadap cahaya (fotofobia). Tanda

patognomonik berupa enantema mukosa buccal yang disebut Koplik spots

yang muncul pada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak ini berbentuk tidak
teratur dan kecil berwarna merah terang, di tengahnya didapatkan noda putih

keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam,

sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis.1,3

3) Stadium Erupsi. Pada demam hari ke-4 atau ke-5 muncul ruam

makulopapular, didahului oleh peningkatan suhu dari sebelumnya. Ruam

timbul dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke

wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah.

Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak

(mencapai 400C) pada hari ke 2-3 setelah munculnya ruam. Ruam tersebut

bertahan selama 5-6 hari.1,3

4) Stadium konvalesen (penyembuhan). Setelah 3-4 hari umumnya ruam

berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang

dan berubah menjadi kecoklatan yang akan menghilang dalam 7-10 hari.

Penderita campak sangat infeksius sejak 1-2 hari sebelum stadium prodromal,

hingga 4 hari setelah ruam menghilang.1,3

Gambar 1. Karakter Campak3


II.2 EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia, menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) campak

menduduki tempat ke-5 dalam urutan macam penyakit utama pada bayi (0,7%)

dan tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak usia 1-4 tahun

(0,77%). 6

Pengalaman menunjukkan bahwa epidemi campak di Indonesia timbul

secara tidak teratur. Di daerah perkotaan epidemi campak terjadi setiap 2-4 tahun.

Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak, yaitu daerah

dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh yang

lemah. Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh

secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit

yang sering dijumpai ialah bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%),

ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).6

Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013

terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak di seluruh dunia (berkisar

400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak

kurang dari 5 tahun.6

Berdasarkan laporan DirJen PP & PL DepKes RI tahun 2014, masih

banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan

mencapai 12.222 kasus. Frekuensi KLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104

kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan usia

SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok

umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun.3
Gambar 2. Jumlah kasus campak rutin, frekuensi KLB campak, jumlah kasus
KLB campak tahun 2011 sampai dengan 2014.3

II.3 ETIOLOGI

Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh genus

Morbilivirus, famili Paramyxoviridae.3,8 Virus campak merupakan salah satu virus

patogen yang paling menular dikenal. Hampir setiap infeksi virus campak

menimbulkan gejala klinis dan dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan

fatal, terutama dalam kondisi gizi buruk di negara berkembang, dimana masih

115.000 menjadi 160.000 pasien meninggal karena campak setiap tahun. Tidak

ada pengobatan antivirus tertentu untuk virus campak tersebut.7

a. Bentuk Virus

Virus morbili golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi

kasar dan bergaris tengah 140-200 nm, selubung luar yang terdiri dari lemak

dan protein. Di dalamnya terdapat nukleokapsid berbentuk bulat lonjong,

terdiri dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA). 6,7
Virus berada di sekret nasofaring dan di dalam darah, minimal selama

masa tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbulnya ruam. Virus

tetap aktif minimal selama 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di

dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu disimpan dalam temperatur 35C,

dan beberapa hari pada suhu 0C. Virus tidak aktif pada pH rendah.1,6,7

b. Ketahanan Virus

Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi.

Apabila berada di luar tubuh manusia, keberadaannya tidak kekal. Pada

temperatur kamar ia akan kehilangan 60% sifat infektivitasnya setelah 3 - 5 hari.

Virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>370C), suhu dingin (<200C),

sinar ultraviolet, serta kadar pH ekstrim (Ph <5 dan >10). Sebaliknya virus ini

mampu bertahan dalam keadaan dingin. Pada suhu -70C dengan media protein

ia dapat bertahan hidup selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin

dengan suhu 4 - 6C, dapat hidup selama 5 bulan. Tetapi bila tanpa media

protein, virus ini hanya mampu bertahan selama 2 minggu.6

II.4 PATOGENESIS

Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah

dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penularan terjadi secara droplet

melalui udara, sejak 1-2 hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah

timbul ruam. Di tempat awal infeksi, penggandaan virus sangat minimal dan jarang

dapat ditemukan virusnya. Virus masuk ke dalam limfatik, kemudian mencapai

kelenjar getah bening regional. Di sini virus memperbanyak diri dengan sangat

perlahan dan dimulailah penyebaran ke sel jaringan limforetikular seperti limpa.


Sel mononuklear yang terinfeksi menyebabkan terbentuknya sel raksasa berinti

banyak (sel Warthin), sedangkan limfosit-T yang rentan terhadap infeksi, turut

aktif membelah.6

Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara

lengkap, tetapi 5 - 6 hari setelah infeksi awal, terbentuklah fokus infeksi yaitu

ketika virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel

orofaring, kunjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.6

Pada hari ke-9-10, fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan

konjungtiva, akan menyebabkan timbulnya nekrosis pada satu sampai dua lapis

sel. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah

dan menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan

keluhan batuk pilek disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons

imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan

diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit berat

dan tampak suatu ulsera kecil pada mukosa pipi yang disebut bercak Koplik, yang

dapat tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.1,6

Selanjutnya daya tahan tubuh menurun. Muncul ruam makulopapular pada

hari ke-14 sesudah awal infeksi. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh

darah. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan

memberikan kesempatan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis

media dan lain-lain.6


Hari Patogenesis
0 Virus campak dalam droplet terhirup dan melekat pada
permukaan epitel nasofaring ataupun konjungtiva. Infeksi terjadi
di sel epitel dan virus bermultiplikasi.
1-2 Infeksi menyebar ke jaringan limfatik regional.
2-3 Viremia primer.
3-5 Virus bermultiplikasi di epitel saluran nafas, virus melekat
pertama kali, juga di sistem retikuloendotelial regional dan
kemudian menyebar.
5-7 Viremia sekunder.
7-11 Timbul gejala infeksi di kulit dan saluran nafas.
11-14 Virus terdapat di darah, saluran nafas, kulit, dan organ-organ
tubuh lain.
15-17 Viremia berkurang dan menghilang.

Tabel 1. Patogenesis Infeksi Campak3

II.5 MANIFESTASI KLINIK

Diagnosis campak dibuat berdasarkan kelompok gejala klinis yang sangat

berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam

beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari

belakang telinga kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh, lengan dan kaki

bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh (>380C) dan selanjutnya mengalami

hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodromal dapat ditemukan

enantema di mukosa pipi yang merupakan tanda patognomonis campak (bercak

Koplik). Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa:6,7,8

Riwayat kontak dengan penderita campak.

Gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis.


Bercak Koplik (patognomonik), hanya 50-70% dari pasien.

Erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang khas.

Bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh.

Gambar 3. Ruam Makulopapular8

Gambar 4. Bercak Koplik9


II.6 PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS

a. Anamnesis6

Adanya demam tinggi terus menerus 38,5C atau lebih disertai batuk,

pilek, nyeri menelan, mata merah dan silau bila terkena cahaya (fotofobia),

seringkali diikuti diare.

Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh suhu yang

meningkat lebih tinggi dari semula.3 Ruam memiliki ciri khas, yaitu diawali

dari belakang telinga untuk kemudian menyebar ke muka, dada, tubuh,

lengan dan kaki.

Saat ruam timbul, batuk dan diare dapat bertambah parah sehingga anak

mengalami sesak nafas atau dehidrasi. Adanya kulit kehitaman dan bersisik

(hiperpigmentasi) dapat merupakan tanda penyembuhan.

b. Pemeriksaan Fisik

Gejala klinis terjadi setelah masa tunas 10-12 hari terdiri dari 3 stadium:6

Stadium prodromal : berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang

diikuti dengan batuk, pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis dan

konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema mukosa pipi

depan molar tiga disebut bercak Koplik.

Stadium erupsi : ditandai dengan timbulnya ruam makulopapular yang

bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut

dibelakang telinga kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya

ekstremitas.

Stadium penyembuhan (konvalesen): setelah 3 hari ruam berangsur-angsur

menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan

mengelupas yang akan menghilang setelah 1 - 2 minggu.


c. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis campak dapat ditegakkan secara klinis, sedangkan pemeriksaan


penunjang hanya sekedar membantu, seperti:

Pemeriksaan sitologik : ditemukan sel raksasa multinukleus pada lapisan

apusan mukosa nasal.6

Pemeriksaan serologi untuk antibodi didapatkan IgM spesifik, sekitar 70%

dari kasus campak IgM positif pada 1-2 hari setelah timbulnya ruam dan

90% positif pada 3-5 hari setelah timbulnya ruam. IgM dapat tetap

terdeteksi setidaknya sampai 1 bulan sesudah infeksi.1,3,6,8

Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan leukopenia dan limfositopenia

yang merupakan salah satu tanda campak. 1,3

Pemeriksaan untuk komplikasi :1,6

a. Ensepalopati : dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal, kadar

elektrolit dan analisis gas darah.

b. Enteritis : analisis feses legkap.

c. Bronkopneumonia : dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks dan

analisa gas darah.

d. Diagnosis
Kumpulan gejala demam, ruam, batuk, pilek dan konjungtivitis adalah dasar
diagnostik untuk campak. Bercak Koplik yang merupakan tanda
patognomonik tidak selalu ditemukan pada saat ruam mencapai puncaknya.
Bercak Koplik dapat ditemukan 50%-70% pasien campak. Konfirmasi
diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya sel raksasa multinuklear pada
sediaan apus mukosa nasal dan adanya peningkatan serum antibodi akut.1,8
II.7 DIAGNOSIS BANDING

1. Rubella (Campak Jerman)

Pada penyakit ini tidak ada bercak Koplik, tetapi ada pembesaran kelenjar di

daerah suboksipital, ruam lebih halus yang mula-mula timbul pada daerah

wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.

Ruam tampak kurang mencolok dibanding ruam pada campak..1 Biasanya

gejala lebih ringan dari campak dan tanpa disertai batuk.3

2. Roseola Infantum (Eksantema Subitum, Sixth Disease)

Roseola Infantum (Eksantema Subitum, Sixth Disease) adalah penyakit yang

terutama disebabkan oleh herpesvirus tipe 6 (HHV-6), dan HHV-7 yaitu

sebesar 10% sampai 30% kasus. Roseola ditandai dengan demam tinggi (sering

> 400C) yang timbul mendadak dan berlangsung selama 3-5 hari. Ruam

makulopapular berwarna merah (rose colored rash) muncul bersamaan dengan

menghilangnya demam, walaupun dapat saja timbul lebih awal. Ruam

berlangsung selama 1-3 hari dan menghilang dengan cepat.1,3

3. Demam Scarlet (Scarlet Fever)

Dengan gejala nyeri tenggorokan dan demam tanpa konjngtivitis ataupun

coryza.3

4. Penyakit Kawasaki

Dengan gejala demam tinggi, konjungtivitis, dan ruam, tetapi tidak disertai

batuk dan bercak Koplik. Biasanya timbul nyeri dan pembengkakan sendi yang

tidak ada pada campak.3


II.8 KOMPLIKASI

Komplikasi umumnya terjadi pada anak resiko tinggi, yaitu:2,3

Usia muda, terutama dibawah 1 tahun, malnutrisi (Marasmus atau

Kwasiorkor).

Pemukiman padat penduduk yang lingkungannya kotor.

Anak dengan gangguan imunitas, contohnya pada anak terinfeksi HIV,

malnutrisi atau keganasan.

Anak dengan defisiensi vitamin.

Komplikasi terjadi sekitar 30% dari kasus campak yang dilaporkan. Di

negara maju, persentase komplikasi terbanyak yaitu otitis media (7-9%),

pneumonia (1-6%), dan ensefalitis pasca infeksi (1 per 1000 kasus). Resiko

terjadinya komplikasi yang serius lebih tinggi pada bayi dan dewasa.8

1. Otitis Media

Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak.

Gendang telinga biasanya hiperemis pada fase prodromal dan stadium erupsi.

Jika terjadi invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi

virus akan terjadi otitis media purulenta. Dapat pula terjadi mastoiditis.6

2. Bronkopneumonia

Dapat disebabkan oleh virus morbili maupun akibat invasi bakteri.

Ditandai dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanva ronki

basah halus. Pada saat suhu turun, apabila disebabkan oleh virus, gejala

pneumonia akan menghilang, kecuali batuk yang masih dapat berlanjut sampai

beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun pada saat yang diharapkan
dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung dapat diduga adanya

pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi pada sel epitel yang

telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada foto toraks dan adanya

leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang berkembang

dimana malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri

bisa terjadi dan dapat menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.6

3. Ensefalitis

Merupakan penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya

terjadi pada hari ke 4 - 7 setelah timbulnva ruam. Kejadian ensefalitis

sekitar 1 dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas antara 30-40%.

Terjadinya ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui

invasi langsung virus morbili ke dalam otak.. Gejala ensefalitis dapat berupa

demam, kejang, nyeri kepala, letargi, koma dan iritabel yang biasanya muncul

hari ke-2 sampai hari ke-6 setelah munculnya ruam. Umumnya dapat sembuh

sendiri, tetapi pada sekitar 15% kasus terjadi perburukan yang cepat dalam 24

jam. Gejala sisa dapat berupa kehilangan pendengaran, gangguan

perkembangan, kelumpuhan, dan kejang berulang.3,6

4. Laringitis Akut

Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa

saluran nafas, yang bertambah parah pada saat demam mencapai

puncaknya. Ditandai dengan distress pernafasan, sesak, sianosis dan stridor.

Ketika demam turun keadaan akan membaik dan gejala akan menghilang.6
5. Kejang Demam

Kejang dapat timbul pada periode demam, umumnya pada puncak

demam saat ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang,

demam.6

6. Subacute Sclerosing Panencephalitis

Degenerasi susunan saraf pusat akibat infeksi menetap campak, timbul

beberapa tahun setelah infeksi (umumnya 7 tahun). Penderita mengalami

perubahan tingkah laku, retardasi mental, kejang mioklonik, dan gangguan

motorik.3 Angka kejadiannya 1 per 25 ribu kasus campak. Insiden tertinggi pada

usia 8-10 tahun.6

7. Enteritis

Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret

pada fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.

Dapat pula timbul enteropati yang menyebabkan kehilangan protein (protein

losing enteropathy).6

8. Konjungtivitis

Pada hampir semua kasus morbili terjadi konjungtivitis, yang ditandai

dengan adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan

fotofobia. Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus morbili

atau antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama

sakit. Konjungtivitis dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-

oftalmitis hingga menyebabkan kebutaan. Dapat pula timbul ulkus kornea.6


II.9 PENATALAKSANAAN

Pada campak tanpa komplikasi tatalaksan bersifat suportif, berupa tirah

baring, antipiretik, cairan yang cukup, suplemen nutrisi dan vitamin A. Vitamin

A dapat berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons antibodi

terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka kejadian

komplikasi seperti diare dan pneumonia.

1. Suportif

Tirah baring serta pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Pada suhu tubuh

yang tinggi, diharuskan minum banyak cairan untuk mencegah resiko

dehidrasi dan dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan tenggorokan

disebabkan oleh batuk. Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:

Antipiretik: dapat digunakan untuk mengurangi suhu tinggi (demam) dan

menghilangkan setiap nyeri atau sakit, paracetamol dengan dosis 10-15

mg/kgBB/kali, 3-4x sehari.1,3

Antitusif : Gliseril guaiakolat dengan dosis 12 mg/kgBB/hari, 3x sehari

atau ambroxol dengan dosis 1,2-1,6 mg/kgBB/hari, 3x sehari.

Dosis tunggal untuk usia < 6 bulan 50.000 IU, usia 6 bulan sampai 1 tahun

sebanyak 100.000 IU dosis tunggal, anak > 1 tahun sebanyak 200.000 IU

dosis tunggal. Jika anak menunjukkan gejala pada mata akibat kekurangan

vitamin A atau dalam keadaan gizi buruk, vitamin A diberikan 3 kali: hari

1, hari 2, dan 2-4 minggu setelah dosis kedua.3,10

Perawatan mata. Untuk konjungtivitis ringan dengan cairan mata yang

jernih, tidak diperlukan pengobatan. Jika mata bernanah, bersihkan mata

dengan kain katun yang telah direbus dalam air mendidih, atau lap bersih
yang direndam dalam air bersih. Oleskan salep mata

kloramfenikol/tetrasiklin, 3 kali sehari selama 7 hari. Jangan

menggunakan salep steroid.10

Perawatan mulut. Jaga kebersihan mulut, beri obat kumur antiseptik bila

pasien dapat berkumur.10

Tatalaksana Morbili dengan Komplikasi:

Komplikasi yang umum dan mungkin termasuk otitis media, pneumonia,

encephalitis, dan bahkan kematian. Di Amerika Serikat, telah diperkirakan bahwa

0,2 hingga 0,3% dari orang yang terinfeksi dengan campak meninggal karena

komplikasi khususnya di negara berkembang, angka kasus kematian bisa setinggi

2 sampai 15%. Seperti baru-baru 2012, diperkirakan 122.000 anak meninggal

karena campak.11 Apabila terdapat penyulit, maka dilakukan pengobatan untuk

mengatasi penyulit yang timbul, yaitu:

Bronkopneumonia

Sebagai komplikasi campak sangat serius pada bayi dan bertanggung

jawab untuk sebagian besar kematian.11 Diberikan antibiotik ampisilin 100

mg/kgBB/hari dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan

kloramfenikol 75 mg/kgBB/hari intravena dalarn 4 dosis, sampai gejala

sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral selama 7-10 hari.

Oksigen 2 liter/menit. Apabila dicurigai infeksi spesifik, maka uji tuberkulin

dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu kemudian) oleh karena uji

tuberkulin bisanya negatif (anergi) pada saat anak menderita campak.

Gangguan reaksi delayed hipersensitivity disebabkan oleh sel limfosit-T

yang terganggu fungsinya.6


Enteritis (Diare)

Pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi. Pemberian

cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dan

dehidrasi.6,8

Otitis media

Seringkali disebabkan karena infeksi sekunder, sehingga perlu

diberikan antibiotik kotrimoksazol-sulfametoksazol (TMP 4 mg/kgBB/hari

dibagi dalam 2 dosis).6,8

Ensefalopati

Kloramfenikol dengan dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100

mg/kgBB/hari selama 7-10 hari. Kortikosteroid: Deksametason 1

mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi

dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5 hari

dilakukan tapering off). Kebutuhan jumlah cairan dikurangi kebutuhan

serta koreksi terhadap gangguan elektrolit.6,8


II.10 PENCEGAHAN

Salah satu penyebab utama yang menyebabkan angka kejadian campak

tinggi di berbagai negara yaitu masih banyaknya orang tua yang ragu-ragu untuk

melakukan vaksinasi kepada anak mereka, dan keraguan tersebut telah

mengakibatkan akumulasi populasi yang tidak divaksinasi dan dapat memelihara

transmisi.11

Lebih dari 80% kasus di Amerika Serikat terjadi di kalangan orang yang

tidak divaksinasi atau memiliki status vaksinasi tidak diketahui.12 Oleh karena

itu, upaya yang diperlukan mendidik masyarakat bahwa campak adalah penyakit

serius, yang harus segera ditangani, dan bahwa vaksin sangat efektif dalam

mencegah penyakit tersebut karena campak merupakan salah satu penyakit yang

paling menular dari penyakit dapat dicegah dengan vaksin.11

Pemberian imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan. Program

imunisasi campak secara luas baru dikembangkan pelaksanaanya pada tahun

1982. Pada tahun 1963 dibuat dua macam vaksin campak, yaitu:6,8,11

Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan (tipe

Edmonstone)

Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang

berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium).

Pencegahan dilakukan dengan vaksinasi campak ataupun MMR

(Measles, Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI, vaksin

campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya, vaksin penguat dapat diberikan

pada usia 2 tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu
vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada

usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 ml subkutan.3

Penyedia layanan kesehatan harus terus mendorong vaksinasi dari

semua kalangan yang belum memiliki kekebalan dari campak. Sebelum

melakukan perjalanan keluar negeri, bayi berusia 6-11 bulan harus menerima

satu dosis MMR dan anak-anak berusia 12 bulan dan lebih tua harus menerima

dua dosis vaksin MMR dipisahkan oleh setidaknya 28 hari.8,12 Pada penelitian

mendapatkan kebanyakan impor campak terjadi ketika warga bepergian ke luar

negeri dan belum divaksinasi. Oleh karena itu, penting untuk melakukan

vaksinasi campak bagi warga sebelum perjalanan ke luar negeri. Selain itu,

deteksi dini kasus dan respon kesehatan masyarakat yang cepat untuk wabah

dapat berfungsi untuk membatasi penyebaran penyakit.12

Imunisasi tidak dianjurkan pada ibu hamil, anak dengan imunodefisiensi

primer, pasien tuberculosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi

organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak

immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa

imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak, bias mendapat

imunisasi campak.3

Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-

vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke

5-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai

pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke-7 s/d 10 sesudah imunisasi dan

berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan
gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca

imunisasi.3

II.11 PROGNOSIS

Campak merupakan self limited disease, namun sangat infeksius.

Mortalitas dan morbiditas meningkat pada penderita dengan faktor resiko yang

mempengaruhi timbulnya komplikasi. Di negara berkembang, kematian

mencapai 1-3%, dapat meningkat sampai 5-15% saat terjadi KLB campak.3

Kematian seringkali disebabkan oleh bronkopneumonia atau ensefalitis, dengan

risiko kematian yang lebih tinggi pada pasien keganasan atau yang terinfeksi

virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). 1,6


DAFTAR PUSTAKA

1. Smith S. Infeksi yang Ditandai Ruam dan Demam. In: Marcdante KJ, Kleigman RM,

Behrman RE, editors. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. 6th ed. Jakarta: Ikatan

Dokter Anak Indonesia; 2014. p.402-8.

2. who.int [homepage on the Internet]. World Health Organization: Measles, [updated 2016

March; cited 2016 Jul 1]. Available from:

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs286/en/

3. Halim RG. Campak pada Anak. CDK Journal. 2016;43(3):186-9.

4. Naim HY. Measles Virus: A pathogen, vaccine, and a vector. Landes Bioscience. 2015

Jan;11(1):21-6.

5. Liwu TS, Rampengan NH, Tatura SN. Hubungan Status Gizi dengan Berat Ringannya

Campak pada Anak. Jurnal e-Clinic. 2016 Jan-Jun;4(1):237-42.

6. Soedarmo SS, Gama H, Hadinegoro SR, Satari IH, editors. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri

Tropis. 2nd ed. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012. p.109-18.

7. Holzmann H, Hengel H, Tenbusch M, Doerr HW. Eradication of Measles: Remaining

Challenges. NCBI. 2016 Mar;205(3):201-8.

8. solusisehatku.com [homepage on the Internet]. Seputar Penyakit Campak pada Anak,

[updated 2016; cited 2016 Jul 2]. Available from: http://www.solusisehatku.com/wp-

content/uploads/2015/10/penyakit-pada-anak-730x430.png

9. autoprac.com [homepage on the Internet]. Definition of Measles, [updated 2014; cited

2016 Jul 2]. Available from: http://autoprac.com/measles

10. World Health Organization. Pocket Book of Hospital Care for Children [monograph on

the Internet]. Switzerland: World Health Organization Press; 2013 [cited 2016 Jun 29].
Available from:

http://www.ichrc.org/sites/default/files/pocket%20book%20high%20res_0.pdf.

11. Orenstein W, Seib K. Mounting a Good Offense Against Measles. N Eng J Med. 2014

Oct 30;371:1661-3.

12. Clemmons NS, Gastanaduy PA, Fiebelkorn AP, Redd SB, Wallace GS. Measles-United

States. Centers for Disease Control and Prevention. 2015 Apr 17;64(14):373-6.

You might also like