Professional Documents
Culture Documents
Masalah Utama
Isolasi sosial : Menarik diri
Faktor presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor
presipitasi dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan atau ansietas yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhi kebutuhan
individu.
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan isolasi sosial: menarik
diri menurut Dermawan & Rusdi (2013) adalah sebagai berikut:
a. Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang atau singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa ditolak
b. Gejala Objektif
1) Klien banyak diam dan tidak mau bicara
2) Tidak mengikuti kegiatan
3) Banyak berdiam diri di kamar
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
6) Kontak mata kurang
7) Kurang spontan
8) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
9) Ekpresi wajah kurang berseri
10) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
11) Mengisolasi diri
12) Tidak atau kurang sadar
13) terhadap lingkungan sekitarnya
14) Memasukan makanan dan minuman terganggu
15) Retensi urine dan feses
16) Aktifitas menurun
17) Kurang enenrgi (tenaga)
18) Rendah diri
19) Postur tubuh berubah,misalnya sikap fetus/janin (khusunya
pada posisi tidur).
4. Rentang Respon
Rentang Respon
Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum
berlaku. Menurut Riyadi S & Purwanto T (2013) respon ini meliputi :
a. Menyendiri / solitude : merupakan respon yang di lakukan individu
untuk merenungkan apa yang telah terjadi atau di lakukan dan
suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan rencana-rencana.
b. Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal di mana individu
mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling tergantung (interdependent) : suatu hubungan saling
tergantung antar individu dengan orang lain dalam membina
hubungan interpersonal. Respon maladaptive adalah respon
individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma sosial dan budaya lingkunganya. Respon yang sering di
temukan :
1) Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungan
terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri
sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.
2) Impulsive : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.
3) Narkisisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan
penghargaan dan pujian, sikap egosentris, pencemburu, marah
bila orang lain tidak mendukung.
5. Penatalaksanaan
Menurut Kusumawati, (2010) penatalaksanaan isolasi social terdiri atas:
a. Terapi Psikofarmaka
1) Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja,
berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai
efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam
miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal
(distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik,
agranulosis. Biasanya untuk pemakaian jangka panjang.
Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy,
kelainan jantung (Andrey, 2010).
2) Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam
fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan
parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan
infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi
terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan
jantung (Andrey, 2010).
3) Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis
dan idiopatik, sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina
dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut
kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine.
Kontraindikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP),
glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey,
2010).
b. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat
diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan
masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP
satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi social, berdiskusi
dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila
berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan
cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-
bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi
kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan
satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan
berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang
atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan hariannya (Purba, 2008)
c. Terapi kelompok
1) Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami
ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu:
a) Activity Daily Living (ADL)
Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang meliputi:
Bangun tidur, yaitu semua tingkah laku/perbuatan
pasien sewaktu bangun tidur.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK),
yaitu semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang
berhubungan dengan BAB dan BAK.
Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi,
dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi.
Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan
dengan keperluan berganti pakaian.
Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan
pada waktu, sedang dan setelah makan dan minum.
Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang
berhubungan dengan kebutuhan kebersihan diri, baik
yang berhubungan dengan kebersihan pakaian, badan,
rambut, kuku dan lain-lain.
Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien
mengerti dan dapat menjaga keselamatan dirinya
sendiri, seperti, tidak menggunakan/menaruh benda
tajam sembarangan, tidak merokok sambil tiduran,
memanjat ditempat yang berbahaya tanpa tujuan yang
positif.
Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang
pasien untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa
tingkah laku pergi tidur ini perlu diperhatikan karena
sering merupakan gejala primer yang muncul
padagangguan jiwa. Dalam hal ini yang dinilai bukan
gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi bagaimana
pasien mau mengawali tidurnya.
C. Pohon Masalah
Data Objektif:
Klien berbicara dan tertawa sendiri.
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
Disorientasi
H. Strategi Pelaksanaan
Menurut Keliat, (1999) strategi pelaksanaan terdir atas:
SP pasien SP keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B. A, 2011. Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa.
Jakarta: EGC
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta :
Salemba Medika
Riyadi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA
Stuart, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Townsend, M.C. 2009. Psychiatric Mental Health Nursing Concepts of Care in
Evidence-Based Practice. 6th ed. Philadelphia: F.A. Davis Company