You are on page 1of 9

I.

PENDAHULUAN

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu bagian dari Low Back Pain

Hernia Nucleus Pulposus

(HNP) dapat disebut

herniasidiskus intervertebralis, Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacralradiculopathies

adalah penyebab tersering nyeri pugggung bawah yangbersifat akut, kronik atau berulang. HNP pada
umumnya adalah penyakityang sering ditemukan pada usia 30 hinggan usia 55 tahun, 95 persenhernia
pada nucleus terjadi pada vertebrae segmen L4-L5 atau L5-S1(Strayer, 2005).

Skiatika bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu tandadari nyeri pada pinggul. Sebanyak 40%
orang tua mengalami skiatika.Skiatika terjadi kurang lebih 4%-6% pada keseluruhan penduduk.
Banyak faktor yang berhubungan dengan terjadinya nyeri pada punggung bawahyaitu berat badan,
tinggi badan, usia, gender, pekerjaan, kebiasaanmerokok dan genetik. Sebagian besar pasien dapat
sembuh secarasempurna, tetapi 20% dari total penderita skiatika terjadi karena terdapatherniasi pada
diskus intervertebralis pada segmen lumbal(Frymoyer,1992).Prevalensi pasien dengan nyeri punggung
bawah tiap tahunnyaadalah sekitar 15%-20% sedangkan insidensi brdasarkan kunjungan pasienbaru
mencapai 14,3%. Inggris memiliki prevalnsi pasien dengan jumlah16.500.000 per tahunnya(Lubis, 2003)
Sampai saat ini data epidemiologik di Indonesia belum ada. Tetapi dapat diperkirakan bahwa 40 %
penduduk Jawa Tengah antara usia 65 tahun pernah menderita nyeri punggungdengan prevalensi nyeri
punggung belakang pada laki laki sebanyak 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%

(Maliawan S.2009)

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Definisi

Hernia Nucleus Pulposus

(HNP) adalah suatu penyakit, dimanabantalan yang berada diatara ruas tulang belakang biasa disebut
nucleuspulposus mengalami kompresi di bagian posterior atau lateral, kompresitersebut menyebabkan

nucleus pulposus

pecah sehingga terjadi penonjolanmelalui


anulus fibrosus

ke dalam

kanalis spinalis

dan mengakibatkaniritasi dan penekanan radiks saraf sehingga di daerah iritasi terasa nyeriyang
menjalar(Benjamin, 2011). Berikut ini adalah sifat nyeri dari HNPadalah:1.

Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggusampai beberapa tahun). Nyeri
menyebar sesuai dengan distribusi saraf skiatik.2.

Sifat nyeri khan dari posisi berbaring ke duduk,nyeri mulai dari pantatdan terus menjalar ke bagian
belakang lalu kemudian ke tungkaibawah.3.

Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakanpinggang saat batuk atau mengedan,
berdiri, atau duduk untuk jangkawaktu yang lama dan nyeri berkurang klien beristiraho berbaring.4.

Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal bahkankekuatan otot menurun sesuai
dengan distribusi persarafan yangterlibat.5.

Nyeri bertambah bila daerah L5

S1 (garis antara dua krista iliaka)diteka

Gambar 1.Gambaran herniasi pada nukleus pulposus(

sumber: UMM, 2009

B. Etiologi dan Predisposisi

Herniasi dari diskus intervertrebalis membentuk tonjolan darianulus fibrosus. Dalam keadaan normal
anulus fibrosus melindungi dariletak nukleus yang terkandung di dalamnya. Pada saat terjadi herniasi
padanukleus, terjadi kompresi pada jaras syaraf yang berdekatan dengan tempatterjadinya herniasi
sehingga terjadi iritasi yang menyebabkan rasa nyeriyang bisa disebut skiatika, apabila semakin parah
dapat terjadi disfungsisistem saraf(Sahrakar, 2011).Faktor resiko terjadinya HNP terdiri dari faktor resiko
yang dapatdirubah dan yang tidak dapat dirubah yaitu:Faktor risiko yang tidak dapat dirubah :1.

Umur: makin bertambah umur risiko makin tinggi2.

Jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita3.

Riawayat cedera atau trauma pada punggung

C. Patofisiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :1. Aliran darah ke discus berkurang2. Beban berat3.
Ligamentum longitudinalis posterior menyempitJika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus
tidak kuat menahannukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel
yangberada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandungreseptor nosiseptif
(nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal(mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan
direspon dengan pengeluaranberbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Mekanismenyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehinggaproses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasmeotot, yang selanjutnya dapat
menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapatberupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediatorinflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada sistem saraf.Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama,penekanan hanya
terjadi pada selaput pembungkus saraf yang kaya nosiseptor darinervi nevorum yang menimbulkan
nyeri inflamasi. Nyeri dirasakan sepanjangserabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karenapergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Padakondisi
ini terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ionNa dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik panas yang sangat peka terhadap rangsang
mekanikal dan termal(Sahrakar,2011);(Foster 2012).

D. Penegakan Diagnosis

a.

AnamnesisPada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambahberat apabila duduk,
membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapatmeningkatkan tekanan dari intradiscal. Lalu
diperhatikan kapan mulaitimbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya keluhan, lokasi nyeri,
sifatnyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik,faktor yang memperberat atau
memperingan, ada riwayat traumasebelumnya dan apakah ada keluarga penderita penyakit yang sama.
Perlu juga ditanyakan keluhan yang mengarah pada lesi saraf seperti adanyanyeri radikuler, riwayat
gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya

saddle

anestesi(windsor, 2012).b.

Pemeriksaan Fisik 1. Posisi berdiri:a.

Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.b.


Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas,gibus, skoliosis, lordosis lumbal (normal,
mendatar, atauhiperlordosis), pelvis yang miring tulang panggul kanandan kiri tidak sama tinggi, atrofi
otot.c.

Derajat gerakan

(range of motion)

dan spasmus otot.d.

Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawadingin).e.

Palpasi untuk mencari

trigger zone,

nodus miofasial,nyeri pada sendi sakroiliaka, dan lain-lain.f.

Perhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya.2. Posisi

duduk:a.

Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya.b.

Perhatikan bagian belakang tubuhnya.3. Posisi berbaring :

a.

Perhatikan cara penderita berbaring dan sikapberbaringnya.b.


Pengukuran panjang ekstremitas inferior.c.

Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.4. Pemeriksaan neurologik,a.

Pemeriksaan sensorik b.

Pemeriksaan motorik dicari apakah ada kelemahan,atrofi atau fasikulasi ototc.

Pemeriksaan tendond.

Pemeriksaan yang sering dilakukan1.

Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (teslaseque)2.

Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tesNafzigger, tes Valsava)3.

Tes Patrick dan Tes Contra Patrick 4.

Tes Distraksi dan Tes Kompresi(windsor, 2012).Gambar 3.Pemeriksaan patrik dan laseque(sumber:

meddic.jp)
dirasakan sangat menyiksa, dapat diberikan analgesic narkotik untuk mengurangi rasa nyeri dengan
cepat. Contoh obat anti inflamasi nonsteroid yang dapat diberikan adalah:1.

Calecoxib2.

Ibuprofen3.

Naproxen4.

KetoprofenSelain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapibedah. Terapi bedah yang dapat
dilakukan apabila terjadi herniasidiskus intravertebralis adalah

microdiscectomy

dan l

aminotomy

b. non-medikamentosaMemberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yangberbeda yaitu:1.


Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberianpenanganan awal seperti pemberian
analgetik, anti inflamasi,dan terapi fisik.2.

Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi daribiokimia dan deficit jaringan ikat . Dapat
pula dimulai latihanfisik ringan untuk memperkuat otot.3.

Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar rasa nyeri
kembali menyerang(Windsor, 2012)

F. Prognosis

1.

Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapikonservatif.2.

Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudahditerapi.3.

Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai,kemungkinan terjadinya kekambuhan
adalah 5%.

III. KESIMPULAN

1.

HNP merupakan salah satu bagian dari

Low Back Pain.

2.

Herniasi pada diskus intervertebralis dapat menyababkan iritasi pada jaring syaraf yang menibulkan
sensai nyeri diskogenik.3.
MRI merupakan

Gold Standard

dari diagnosis HNP4.

Penatalaksanaan dari HNP adalah dengan OAINS, terapi bedah dan terapirehabilitasi.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Strayer, Andrea. 2005. Lumbar Spine: Common Pathology and Interventions.Medscape. Available
athttp://www.medscape.com/viewarticle/512033Frymore JW.1992.Lumbar Disk
Disease:Epidemiology.Pubmed.Available athttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1534104Maliawan S.
2009. Diagnosis dan tatalaksana HNP lumbal. Dalam : MahadewaTGB. Maliawan S.Editors. Diagnosis dan
tatalaksana kegawat daruratantulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p;62-87Maliawan S. 2009.
Diagnosis dan tatalaksana low back pain (LBP). Dalam :Mahadewa TGB. Maliawan S. Editors. Diagnosis
dan tatalaksana kegawatdaruratan tulang belakang. Jakarta. Sagung Seto.:p; 156-88.Benjamin C.
2011.Herniated Disk.University of Maryland Medical Center.Available
athttp://www.umm.edu/imagepages/9700.htmFoster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus.
Medscape Reference. Availableathttp://emedicine.medscape.com/article/1263961-
overview#aw2aab6b3Sahrakar, Kamran. 2011. Lumbar Disc Disease. Medscape Reference.
Availableat http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#a0112

You might also like