Professional Documents
Culture Documents
Istilah Public dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Publik, yaitu sebagai salah
satu kelompok dalam masyarakat yang sifatnya heterogen. Dalam masyarakat terdapat
sekelompok orang yang homogeny. Yang homogeny inilah yang dapat dikategorikan sebagai
Publik.
Pengertian publik seacara universal yaitu, sekelompok orang yang mempunyai minat dan
perhatian yang sama terhadap sesuatu hal. Selanjutnya pengertian publik ini berkembang dan
dapat dilihat dari berbagai klasifikasi, yang antara lain:
Yang dimaksud dengan publik secara kuantitatif adalah: ditandai dengan adanya jumlah orang-
orang yang terdapat dalam suatu kelompok tertentu, yakni terdiri dari dua orang atai lebih yang
semuanya memiliki minat yang sama terhadap suatu hal.
Yang dimaksud disini adalah jika di dalamnya terdapat tanda adanya sejumlah orang yang
berkumpul bersama-sama di suatu tempat atau wilayah tertentu.
Secara psikologis yang dimaksud dengan publik adalah jika di dalamnya ditandai dengan adanya
sejumlah orang yang sama-sama mempunyai minta dan perhatian yang sama terhadap sesuatu
hal tanpa ada sangkut paut dengan tempat dimana mereka berada.
Ditandai dengan adanya sejumlah orang yang mempunyai keinginan yang sama, dasar yang
sama, dan berkehendak untuk memecahkan masalah social bersama-sama.
Dengan demikian, istilah Public dalam kaitannya dengan Public Relations yang diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia adalah Masyarakat adalah tidak tepat, karena perkataan
Masyarakat dalam Bahasa Inggris adalah Society, dimana secara ilmiah yang dimaksudkan
dengan masyarakat adalah didasarkan pada karakteristik yang berbeda dengan karakteristik
publik, yang antara lain: Heterogen, Anonim, dan Large.
Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa Public Relations secara harfiah berarti:
Hubungan-hubungan antar publik. Ini berarti bahwa jika Public Relations diterjemahkan
dengan Hubungan Masyarakat adalah kurang tepat, namun sampai saat ini masyarakat sudah
terlanjur mengenal istilah hubungan masyarakat sebagai kata lain dari public relations dan sangat
sulit untuk diluruskan meskipun sudah ada usaha kearah itu.
Selanjutnya berikut ini beberapa definisi dari Public Relations, yaitu sebagai berikut:
1. British Institute of Public Relations (IPR)
Public relations practice is the planned and sustained effort to establish and maintain goodwill
and mutual understanding between an organization and its publics
Kegiatan public relations merupakan upaya yang terencana dan terorganisasi, serta bersifat
terus-menerus/berkelanjutan.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendapatkan pemahaman timbal balik antara organisasi dan
khalayak-khalayaknya.
Public relations consists off all forms of planned communication, outwards and inwards, betwee
an organization and its publics for the purpose of achieving specific objectives concerning
mutual understanding.
Definisi ini menyempurnakan IPR, di mana ditekankan tujuan public relations bukan hanya
mendapatkan pemahaman timbal balik, lebih dari itu tujuannya adalah untuk mencapai sasaran-
sasaran yang spesifik.
3. Mexican Statement
Kongres dunia Public Relations Associations di kota Mexico pada tahun 1978 menyepakati
pernyataan berikut ini sebagai definisi public relations:
Public relations practice is the art and social science of analyzing trends, predicting their
consequensces, counselling organizations leaders, and implementing planned programmes of
action which will serve both the organisationss and public interest.
KONSEP HUMAS
Menurut Efendy (1990) Humas dapat dibedakan ke dalam dua pengertian yakni: Sebagai teknik
komunikasi dan sebagai metode komunikasi: Humas sebagai teknik komunikasi dimaksudkan
bahwa humas dilakukan sendiri oleh pimpinan organisasi. Sedangkan Humas sebagai metode
komunikasi dimaksudkan bahwa dilakukan secara melembaga (Public relation of being), dimana
wahana humas ditekankan adalah berupa biro, bagian, seksi, urusan bidang dan lain sebagainya.
Dapat dikatakan bahwa Humas baik sebagai teknik komunikasi maupun sebagai metode
komunikasi adalah suatu aktifitas yang menunjang manajemen suatu lembaga untuk
menggerakkan manusia-manusia yang terlibat, menuju sasaran dan tujuan lembaga.
Seidel dalam Effendy (1990), memberikan definisi Humas adalah proses kontinu dari usaha-
usaha manajemen untuk memperoleh good will (kemauan baik) dan pengertian dari para
pelanggannya, pegawainya, dan publik umumnya; ke dalam menganlisa dan perbaikan terhadap
diri sendiri, keluar dengan mengadakan pertanyaan-pertanyaan.
The pitish Institut of public relations (Rahmandi, 1994) mendefinisikan Humas sebagai Upaya
sungguh-sungguh, terencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina saling
pengertian antara organisasi dan publiknya.
Definisi yang telah disepakati oleh praktisi Humas se-dunia, yang terhimpun dalam organisasi
yang bernama, The Internasional Public Relations Association (IPRA), bersepakat
merumuskan sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan dipraktekkan bersama berbunyi
Hubungan Msayarakat (Humas) adalah manajemen dari sikap budi yang berencana dan
berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat
umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada
kaitannya atau mungkin ada hubungannya dengan jalan nilai pendapat umum diantara mereka,
yang dengan informasi yang berenacana dan tersebar luas mencapai kerja sama yang lebih
produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien (Effendy, 1990). Definisi di
atas dinilai sebagai definisi yang lengkap, yang menunjukkan ciri khas dan meliputi faktor-faktor
yang memang harus ada pada Humas.
Ada dua konsep besar yang menjadi latar belakang berkembangnya Public Relations, yakni
dalam tinjauan bisnis suatu perusahaan yang meliputi:
Kedua konsep tersebut, pada setiap konsepnya dapat diklasifikasikan melalui bagan berikut ini:
TERTUTUP TERBUKA
EKSTERNAL INTERNAL/EKSTERNAL
Pada masa itu tidak terpikirkan bahwa hal yang ditutup-tutpi cepat atau lambat akan terbongkar
juga dan akan diketahui oleh masyarakat luas. Orang/perusahaan/lembaga kurang
memperhitungkan proses komunikasi yang timbul dalam masyarakat.
Dalam konsep tradisonal dari suatu bisnis yang sifatnya terbatas, ditandai dengan keterbatasan
dalam hal memasarkan produk atau jasa. Dalam hal ini orang/perusahaan/lembaga jika membuka
perusahaan, walaupun diperhitungkan dengan pasarannya, tetapi hasil produksinya hanya
disesuaikan dengan kebutuhan daerahnya saja.
Public relations di masa ini konsepnya mengarah pada kegiatan yang sifatnya ekstenal, atau
dengan kata lain orientasi kegiatan public relations adalah hanya untuk masyarakat di luar
organisasi/perusahaan saja.
4. Konsep Modern Terbuka
Dalam konsep modern dari suatu bisnis, orang/perusahaan/lembaga pada umumnya sudah
menyadari pentingnya informasi yang diberikan kepada masyarakat secara benar, jelas, terbuka,
jujur dalam arti sesuai dengan faktanya. Hal ini dimaksudkan agar public dapat mengetahui
secara jelas tentang kegiatan dan kejadian yang menimpa seseorang/perusahaan/lembaga secara
apa adanya.
Pada konsep modern, aplikasi public relations diarahkan pada dua sasaran public yakni public
internal dan eksternal. Oleh karena itu, jika ada permasalahan yang berkaitan dengan bawahan
dimana semua ini menyangkut masalah public internal, maka tugas PRO adalah harus dapat
mempertemukan kedua keinginan/motivasi/kebutuhan dari setiap kelompok dimana kedua
macam public tersebut tentu saja mempunyai keinginan yang satu sama lain belum tentu sama.
Dengan kata lain, pada konsep ini, pr harus bisa menjadi penghubung dari public internal dan
eksternal.
KARAKTERISTIK HUMAS
Ada 4 (empat) ciri utama humas yang disebut sebagai karakteristik humas, diantaranya yaitu:
Hakekat humas adalah komunkasi. Namun tidak semua komunikasi dikatakan humas.
Komunikasi yang menjadi ciri kehumasan adalah komunikasi dua arah yang memungkinkan
terjadinya arus informasi timbal balik.
Sifat humas yang terencana mengandung pengertian bahwa kerja/aktivitas humas merupakan
kerja/aktivitas yang berkesinambungan, memiliki metode terintegrasi dengan bagian lain dan
hasilnya tangible (nyata). Syarat terencana dan berkesinambungan ini merupakan salah satu
syarat yang dinilai dalam kompetisi tertinggi program PR internasional, yakni Golden World
Award For Excellence in PR (GWA).
Dengan mencermati orientasi tersebut, maka syarat mutlak dalam kerja humas adalah
pemahaman yang tinggi terhadap visi, misi, dan budaya organisasi/lembaga. Visi, misi, dan
budaya organisasi/lembaga inilah yang menjadi materi utama humas, sehingga dapat mencapai
tujuan humas dan mendukung tujuan manajemen lainnya, termasuk tujuan marketing.
4. Sasarannya adalah Publik
Yaitu suatu kelompok dalam masyarakat yang memiliki karakteristik kepentingan yang sama.
Jadi sasaran humas bukanlah perorangan, hal ini perlu disampaikan sebab masih ada orang yang
mengistilahkan PR sebagai personal Relation.
Dilihat dari perkembangan sejarahnya, berkomunikasi untuk mempengaruhi cara pandang dan
perilaku seseorang sudah dimulai sejak dahulu kala. Dari situssitus yang ditemukan oleh para
arkeologis di Irak pada abad 18, tampak bahwa usaha melakukan hal ini sudah ada. Pada masa
Yunani dan di abad pertengahan masa kejayaan Romawi, ide mengenai opini publik sudah
muncul. Hal ini tampak pada slogan Vox Populi, Vox dei (the voice of the people is the voice of
God). Public Relations sudah mulai digunakan berabadabad lalu di Inggris. Hal ini ditunjukkan
dengan munculnya konsep memerlukan pihak ketiga sebagai fasilitator komunikasi dan
penyelaras antara pemerintah dan rakyatnya.
Pada perkembangannya konsep Public Relations di Amerika dimulai sekitar tahun 1900an yang
dipelopori oleh Ivy Lee dengan "The Declaration of Principles". Ivy Lee dianggap sebagai "The
father of Public Relations" karena deklarasi asasnya itu, meskipun demikian sebetulnya konsep
Public Relations di Amerika sudah ada sejak tahun 1850 (Broom, 2000; 102).
Public Relations di Indonesia sendiri dimulai sejak tahun 1950. Perkembangan hubungan
masyarakat di Indonesia bergerak menyertai kondisi politik dan kenegaraan saat itu. Pada waktu
itu pemerintah Indonesia menyadari perlunya rakyat Indonesia untuk mengetahui segala
perkembangan yang terjadi sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh kerajaan Belanda.
Berawal dari pemikiran tersebut maka kegiatan kehumasan mulai dilembagakan dengan
menyandang nama hubungan masyarakat karena kegiatan yang dilakukan lebih banyak untuk ke
luar organisasi (Onong, 1991; 12).
Public Relations digunakan oleh pihak swasta di Indonesia pertama kali oleh
PERTAMINA, sebuah perusahaan minyak. Public Relations di Indonesia memang sudah banyak
digunakan baik itu di pihak pemerintah maupun swasta di berbagai sektor. Konsep Public
Relations dipahami dan digunakan oleh pihakpihak tersebut dengan berbagai macam
pemahaman dan berbagai macam bentuk implementasinya.
Dari hari ke hari PR di Indonesia mulai berkembang seiring dengan perkembangan PR di
dunia atau Asia. Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen PR disebutkan bahwa
Public Relations digunakan untuk kepentingan usaha dalam bentuk seperti Olimpiade Korea
Selatan, Glassnot Perestroika, Kasus Lemak Babi 1988, dll. Olimpiade yang diselenggarakan
oleh tuan rumah Korea Selatan di tahun 1988 menggunakan salah satu jasa konsultan PR.
Olimpiade adalah suatu event international yang waktu ini masih sangat greget dimana seluruh
perhatian orang tertuju ke sana. Sebagai tuan rumah Korea Selatan ingin bangkit menunjukkan
eksitensi dirinya yang memang salah satu keinginannya adalah membuka pasar di dunia untuk
memasarakan produk produknya.
Glasnost dan Perestroika merupakan kampanye PR dalam karya politik sebuah negara. Untuk
mengubah negaranya, Michael Gorbachev melontarkan konsep ini untuk mengubah persepsi
dunia tentang Uni Soviet dan membuka bangsanya bagi dunia luar.
Kasuskasus tersebut adalah kasuskasus yang terjadi hampir 20 tahun yang lalu.
Sementara ini masih hangat di tahun 2000an pada saat negaranegara di Asia terjadi krisis
SARS, Hongkong dan Singapura menangani khusus pemulihan citra wisata negaranya dengan
menyewa seorang konsultan PR.
Dari kasuskasus yang ada sebetulnya tampak bahwa PR adalah sebuah fungsi komunikasi yang
terencana, tetapi memang kenyataannya masih banyak salah pandang mengenai hal ini.
Dalam sejarahnya istilah Public Relations sebagai sebuah teknik menguat dengan adanya
aktivitas yang dilakukan oleh pelopor Ivy Ledbetter Lee yang tahun 1906 berhasil
menanggulangi kelumpuhan industri batu bara di Amerika Serikat dengan sukes. Atas upayanya
ini ia diangkat menjadi The Father of Public Relations.
Tujuan, teknik, alat dan standar etika berubah-ubah sesuai dengan berlalunya waktu. Misalnya
pada masa suku primitif mereka menggunakan kekuatan, intimidasi atau persuasi ntuk
memelihara pengawasan terhadap pengikutnya. Atau menggunakan hal-hal yang bersifat magis,
totem (benda-benda keramat), taboo (hal-hal bersifat tabu), dan kekuatan supranatural.
Penemuan tulisan akan membuat metode persuasi berubah. Opini publik mulai berperan. Ketika
era Mesir Kuno, ulama merupakan pembentuk opini dan pengguna persuasi. Pada saat Yunani
kuno mulai dikembangkan Olympiade untuk bertukar pendapat dan meningkatkan hubungan
dengan rakyat. Evaluasi mengenai pendapat atau opini publik merupakan perkembangan terakhir
dalam sejarah kemanusiaan.
Dasar-dasar fungsi humas ditemukan dalam revolusi Amerika. Ketika ada gerakan yang
direncanakan dan dilaksanakan. Pada dasarnya, masing-masing periode perkembangan memiliki
perbedaaan dalam startegi mempengaruhi publik, menciptakan opini publik demi perkembangan
organisasinya.
Berikut gambaran kronologis PR di dunia:
1928 : Di Belanda memasuki pendidikan tinggi dan minimal di fakultas sebagai mata
kuliah wajib. Disamping itu banyak diadakan kursus-kursus yang bermutu
1968-1979 : Publik dikembangkan di berbagai bidang, pendekatan tidak hanya satu aspek
saja
1990-sekarang:
Humas pada hakikatnya adalah aktivitas, maka sebenarnya tujuan humas dapat dianalogikan
dengan tujuan komunikasi, yaitu adanya penguatan dan perubahan kognisi, afeksi dan perilaku
komunikannya. Dengan demikian, rumusan yang paling tepat mengenai tujuan humas adalah
sebagai berikut:
Yaitu membuat public dan organisasi/lembaga saling mengenal. Baik mengenal kebutuhan,
kepentingan, harapan, maupun budaya masing-masing. Dengan demikian aktivitas kehumasan
harusnya menunjukkan adanya usaha komunikasi untuk mencapai saling kenal dan mengerti
tersebut. Sifat komunikasinya cenderung informative saja.
Artinya lebih pada tujuan emosi, yakni pada sikap (afeksi) saling percaya (mutual confidence).
Untuk mencapai tujuan saling percaya ini, prinsip-prisip komunikasi persuasif dapat diterapkan.
Sikap saling percaya keberadaannya masih bersifat laten (tersembunyi), yakni ada pada
keyakinan seseorang (publik) akan kebaikan/ketulusan orang lain (organisasi/lembaga akan
kebaikan/ketulusan publiknya.
Yaitu dengan komunikasi diharapkan akan terbentuknya bantuan dan kerja sama nyata. Artinya,
bantuan dan kerja sama ini sudah dalam bentuk perilaku atau termanifestasikan dalam bentuk
tindakan tertentu.
Mengacu dari ketiga tujuan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa setelah pengetahuan/pikiran
dibuka, emosi atau kepercayaan disentuh maka selanjutnya perilaku positif dapat diraih. Pada
akhirnya, semua itu kembali pada tujuan yang lebih besar yakni, terbentuknya citra/ image yang
fafourable tehadap organisasi/lembaga dimana humas berada.
Ada tiga tugas humas dalam organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fingsi
humas. Ketiga tugas tersebut adalah sebagai berikut:
2. Mengadakan usaha untuk mengatasi salah paham antara instansi dengan publik.
5. Mendidik dan meningkatkan tuntutan serta kebutuhan masyarakat akan kebutuhan barang
dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
6. Mencegah penggeseran penggunaan barang attau jasa yang sejenis dari pesaing perusahaan
oleh konsumen.
Berbicara fungsi berarti berbicara masalah kegunaan humas dalam mencapai tujuan
organisasi/lembaga. Dibawah ini terdapat beberapa fungsi-fungsi humas:
Fungsi-fungsi utama yang dilakukan oleh seorang humas dalam organisasinya meliputi
berbagai bidang dan segi, dibawah ini terdapat beberapa fungsi humas yang paling utama, yaitu:
Menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam rangka menciptakan iklim pendapat
publik yangmenguntungkan organisasi/lembaga
Dalam buku Publi Relations: Teori dan Praktek yang ditulis oleh Djanalis Djanaid (1993)
disebutkan dua fungsi PR yaitu:
Fungsi konstruktif
Fungsi ini mendorong humas membuat aktivitas ataupun kegiatan-kegiatan yang terencana,
berkesinambungan yang cenderung bersifat proaktif. Termasuk disini humas bertindak secara
preventif (mencegah).
Fungsi korektif
Penelitian yang diadakan oleh International Public Relations Association (IPRA) pada tahun
1981 menyimpulkan bahwa pada umumnya fungsi PR/humas masa kini meliputi 15 pokok yaitu:
Membuat analisis "trend" masa depan dan ramalan akan akibat-akibatnya bagi institusi.
Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap institusi serta memberi
saran tindakan-tindakan yang diperlukan institusi untuk mengatasinya.
Menciptakan dan membina komunikasi dua-arah berlandaskan kebenaran dan informasi yang
utuh
Menarik calon tenaga yang baik agar menjadi anggota serta mengurangi keinginan anggota
untuk keluar dari institusi. Memasyarakatkan produk atau layanan
Bertrand R. Canfield dalam bukunya Public Relations, Principles and Problems mengemukakan
tiga fungsi humas , yaitu:
Mengabdi kepada kepentingan umum (it should serve the publics interest)
Menitik beratkan moral dan tingkah laku yang baik (And stress good morals and manners)
Mengenai fungi humas Edward L. Bernaus seorang pelopor humas di Amerika Serikat dalam
bukunya Public Relations (1952) terdapat tiga fungsi humas, yaitu:
Melakukan usaha-usaha untuk menyatukan sikap dan tindakan suatu lembaga atau
organisasinya dengan publiknya atau sebaliknya.
PR harus mampu mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran/citra masyarakat yang positif
terhadap segala tindakan atau kebijaksanaan organisasi/lembaga. Oleh karena itu, setiap anggota
organisasi harus mampu memberikan image positif yang mewakili organisasinya.
Memberi nasehat pada menejemen mengenai semua perkembangan luar atau dalam, yang
menyangkut pengeruh hubungan perusahaan dengan publiknya.
Membuat penelitian dan penafsiran bagi kepentingan menejemen mengenai sikap-sikap yang
ada sekarang atau diperkirakan sebelumnya pada public utama atas urusan perusahaan.
Fungsi humas menurut Philip Kesly seorang petugas humas terkemuka dalam tulisannya
Managing the human Climate, bahwa setiap bidang atau kegiatan humas mempunyai kaitan
dengan bidang lainnya dan petugas humas itu harus mengetahui bidang atau kegiatan mana yang
sesuai dengan program organisasinya.
Berdasarkan bidang-bidang yang dicakup kegiatan humas diatas Philip Kesly menyimpulkan
ungsi humas, sebagai berikut:
Humas adalah fungsi menejemen yang dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi
Memberikan informasi secara terbuka dan akurat, untuk menghilangkan keraguan terhadap
sesuatu hal
Menyampaikan informasi secara jujur tanpa menambah atau mengurangi hakekat yang
sesunggunya
Berusaha untuk menarik perhatian publik Terhadap organisasi maupun terhadap keluarnya.
PERAN HUMAS
Petugas PR dianggap sebagai orang yang ahli. Dia menasehati pimpinan perusahaan/ organisasi.
Hubungan mereka diibaratkan seperti hubungan dokter dan pasien.
Yakni peranan sebagai fasilitator dalam proses pemecahan masalah. Pada peranan ini petugas
humas melibatkan diri atau dilibatkan dalam setiap manajemen (krisis). Dia menjadi anggota tim,
bahkan bila memungkinkan menjadi leder dalam penanganan krisis manajemen.
3. Communication Facilitator
4. Tehnician Comunication
Di sini petugas humas dianggap sebagai pelaksana teknis komunikasi. Dia melayani layanan di
bidang teknis, sementara kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan
bukan merupakan keputusan petugas humas, melainkan keputusan manajemen dan petugas
humas yang melaksanakan.
Peranan yang paling sering dilakukan petugas humas sangat tergantung dari beberapa hal, antara
lain: system budaya organisasi/perusahaannya, tersedianya sumber daya manusia yang
berkualitas, struktur organisasi/perusahaan yang menentukan wewenang dan kebijakan humas,
serta ciri khas kehumasan sebuah organisasi/perusahaan. Sementara peranan ideal menginginkan
humas dapat terlibat hingga di tingkat messo/manajerial.
Public Relations (PR) bukanlah kegiatan yang sembarangan, justru kegiatan ini membutuhkan
perencanaan yang berkelanjutan untuk menguntungkan pertumbuhan perusahaan. Hal ini
didasari oleh keyakinan bahwa kehidupan perusahaan akan bergantung pada opini publik. Oleh
karena itu, kegiatan PR harus dilakukan untuk membentuk respon positif dari opini publik
tersebut.
PR adalah seni dan ilmu dalam menganalisis suatu isu, memprediksi konsekuensi,
mengorganisasi permasalahan, dan mengimplementasikan program rencana untuk melayani
organisasi dan publik.
Hubungan PR merupakan hubungan dua arah. Di satu sisi, fungsinya adalah untuk menafsirkan
sebuah organisasi untuk masyarakat. Sementara di sisi lainnya, kegiatan PR mampu melahirkan
informasi mengenai apa yang diharapkan oleh publik.
Untuk melaksanakan kegiatan PR dengan baik, maka diperlukan proses. Mengingat, kegiatan PR
tidak hanya mementingkan hasil akhir, namun juga cara yang ditempuh untuk memperoleh hasil
akhir tersebut.
Dalam memahami dan menyelesaikan permasalahan yang ada dalam lingkungan, seorang
praktisi PR harus memiliki tahap-tahap dalam melakukan kegiatannya. Menurut Cutlip dan
Center, ada empat proses public relations. Proses tersebut bersifat dinamis, sehingga setiap unsur
yang ada pun berkesinambungan. Keempat proses tersebut adalah:
1. Research (penelitian)
Seorang praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan. Oleh sebab itu, praktisi
PR perlu melibatkan dirinya dalam penelitian dalam pe-ngumpulan fakta. Ia perlu memantau dan
membaca tentang pengertian, opini, sikap, dan perilaku orang-orang yang berkepentingan dan
terpengaruhi oleh tindakan perusahaan. Whats happening now? merupakan kata-kata yang
menjelaskan tahap ini. Seorang praktisi PR harus jeli dalam melihat data dan fakta yang erat
sangkut pautnya dengan pekerjaan yang akan digarap. Segala keterangan harus diperoleh
selengkap mungkin. Dalam tahap mendefinisikan penilitian, seorang praktisi PR harus meng-
olah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan, melakukan pertimbangan, dan
menghasilkan penilaian, sehingga dapat diperoleh kesimpulan dan ketelitian dari data faktual
yang telah didapat. Proses PR tidak sesederhana pengumpulan data dan fakta, namun juga harus
mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusun-an data sedemikian
rupa sehingga memudahkan pemecahan masalah nantinya. Penelitian dalam pencarian data ini
dapat dilakukan dengan cara-cara: survei dan poling, wawancara, focus group discussion,
wawancara mendalam, dan walking around research.
2. Planning (perencanaan)
Setelah tahap penelitian dan pencarian data, praktisi PR melanjutkan ke tahap perencanaan.
Dalam tahap ini, praktisi PR melakukan penyusunan masalah. Ia melakukan pemikiran untuk
mengatasi masalah dan menentukan orang-orang yang akan menggarap masalah nantinya.
Perencanaan ini tidak boleh diabaikan, namun harus dipikirkan secara matang karena turut
menentukan suksesnya pekerjaan PR secara keseluruhan. Perencanaan disusun atas data dan
fakta yang telah diperoleh, bukan berdasarkan keinginan PR. Berdasarkan pada rumusan
masalah, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja
berdasarkan kebijakan lembaga yang juga disesuaikan dengan kepentingan publik. Kata kunci
dari tahap ini adalah, What should we do and why?
Komunikasi sering kali dilakukan berdasarkan asumsi pribadi oleh seorang praktisi PR.
Akibatnya, tindakan tersebut terkadang membawa hasil yang buruk dan tidak disarankan karena
akan berisiko pada citra perusahaan. Tahap ini dilewati untuk mendapatkan jawaban pertanyaan,
How do we do it and say it. Tujuan dan objektivitas yang spesifik harus dikaitkan untuk
mencapai aksi dan komunikasi yang akan dilakukan oleh praktisi PR. Ia harus mampu
mengkomunikasikan pelaksanaan program sehingga dapat mempengaruhi sikap publiknya yang
kemudian mendorong mereka untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Selain itu, ia
juga harus melakukan aksi dan melakukan kegiatan PR sebaik-baiknya. Kegiatan aksi ini
merupakan kegiatan komunikasi, selayaknya komunikasi kelompok, komunikasi massa, dan
komunikasi organisasional.
4. Evaluation (evaluasi)
Cara untuk mengetahui apakah prosesnya sudah selesai atau belum adalah dengan mengadakan
evaluasi atas langkah-langkah yang telah diambil. Tujuan utama dari evaluasi adalah untuk
mengukur keefektifitasan proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, ia pun dituntut untuk teliti
dan seksama demi keakuratan data dan fakta yang telah ada. Akan tetapi, perlu diingat bahwa
nama tengah seorang praktisi PR adalah krisis. Oleh karena itu, setelah selesai satu
permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan masalah baru lagi. Dengan
demikian, tahap ini juga sebagai acuan perencanaan di masa mendatang. Singkat kata, How did
we do? menjadi acuan dalam tahap ini.
Organisasi merupakan sebuah kesatuan yang utuh dan kompleks. Didalamnya terdapat berbagai
elemen yang saling berkaitan. Antara elemen memerlukan interaksi agar organisasi sebagai
sistem dapat mencapai tujuannya. Humas adalah salah satu aspek dari elemen organisasi untuk
ikut serta membantu mengelola interaksi organisasi dengan komponen-komponennya.
Menurut Grunig dan Hun, sebuah sistem terdiri dari aspek-aspek; lingkungan
(Enveronment), pembatas (Boundary), masukan (Input),keluaran (Output), proses
(troughtput), dan umpan balik (feedback). Selain itu, bentuk sistem organisasi terbagi menjadi
tertutup dan terbuka. Organisasi tertutup adalah sistem organisasi yang tidak berinteraksi dengan
lingkungannya, dalam artian semua elemen dan kebutuhan organsiasi dapat dipenuhi oleh
internal organisasi. Sedangkan organisasi terbuka adalah sebaliknya, membutuhkan elemen dan
interaksi dengan lingkungan luar.
Bagaimana keberadaan dan peran humas di dalam struktur organisasi ? ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keberadaan humas dalam struktur organisasi; (1) besar kecilnya organisasi, dan
(2) kemauan pemimpinnya. Dalam organisasi Humas terdapat dua peran besar bagi humas, yaitu
sebagai teknisi dan manajer. Sebagai manajer humas berperan sebagai:
Praktisi humas dianggap sebagai seorang ahli yang bisa memberi solusi bagi permasalahan
humas sebuah organisasi dan manajemen.
2. Communications facilitator
Praktisi humas bertindak sebagai perantara, penghubung, penerjemah serta mediator, menjaga
terwujudnya komunikasi dua arah antara organisasi dan publiknya.
Humas dilibatkan dalam memecahkan masalah organisasi, meskipun peranannya masih dalam
koridor komunikasi.
Sedangkan Dozier mengidentifikasi dua peran tingkat menengah, yaitu:
1. Media relations role. Tugas praktisi humas memastikan media selalu mendapat informasi
dari organisasi apa saja yang dibutuhkan dan dikhawatirkan media.
2. Communication and laison role. Humas bertugas sebagai perwakilan dari organisai dalam
kegiatan-kegiatan untuk menciptakan peluang berkomunikasi antara organisasi dan publiknya.
MEDIA HUMAS
Media yang dapat digunakan oleh humas untuk mencapai tujuantujuan humas:
1. Iklan
Rhenald Kasali dalam Manajemen Public Relation (1994) menyebutkan iklan korporat. Iklan
korporat dapat dikatakan sebagai iklan yang tidak secara langsung menampilkan produk,
melainkan lebih menampilkan sosok produsen. Iklan jenis ini lahir dari adanya hasil riset yang
menunjukkan bahwa perilaku konsumen sebagian didorong oleh citra atu reputasi produsen.
Masih menurut Rhenald (1994:151), setidaknya ada empat jenis iklan korporat, yakni public
relation advertising, institutional advertising, corporate identify advertising, dan recruitment
advertising.
Adalah iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan tujuan menjelaskan tentang suatu hala
menyangkut pelayanannya. Sifat pesanannya adalah informative atau sekedar pemberitahuan
melalui media massa. Keuntungan iklan jenis ini adalah mengurangi kesalahan petugas humas
dalam menyampaikan hal-hal yang mungkin belum dikuasai.
b. Institutional Advertising
Iklan jenis ini bertujuan untuk memperkuat image dan awareness. Pesan-pesan yang disampaikan
cenderung lebih filosofi. Keuntungan jenis iklan ini adalah menjadikan perusahaan tampil lebih
berwibawa dan mengesankan kebesarannya
Adalah jenis iklan yang menampilkan beberapa identitas perusahaan yang terdiri dari grafik,
logo, warna identitas, nama perusahaan, dan desain fisik lainnya. Jenis iklan ini bisanya
digunakan bila perusahaan ingin menyampaikan adanya perubahan identitas. Keuntungan iklan
ini adalah dapat mempermudah masyarakat mengenal dan mengingat perusahaan.
d. Recruitmen Advertising
Bentuk, ukuran, desain, penggunaan kata,, dan kejujuran dalam iklan lowongan pekerjaan
menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat untuk menilai reputasi perusahaan.
Praktisi humas yang care terhadap terbentuknya image perusahaan seharusnya dilibatkan dalam
proses pembuatan iklan. Begitu pula perusahaan dapatmembuat dan merancang iklan yang
membawa pesan image tertentu tentang perusahaannya secara elegan.
2. Pameran
Selain iklan, pameran juga digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan humas. Kegiatan
pameran, baik yang diadakan sendiri mupun organisasi lein, merupakan ajang publikasi yang
baik. Pembukaan pameran yang biasanya dengan upacara dan mengundang beberapa pejabat
atau tokoh masyarakat akan mengundang kedatangan pers.
Bagian humas dapat juga memanfaatkan pameran untuk menyebarkan sebanyak mungkin
publikasi melalui kartu, display, booklet, leaflet tentang perusahaan. Stand pameran
mencerminkan perusahaan, penjaga stand hars mencerminkan budaya organisasi, bahan-bahan
pameran yang mencerminkan kualitas produk, dan sebagainya.
3. Media Internal
Media internal atau dikenal dengan istilah majalah Ing-griya, merupakan suatu terbitan yang
ditujukan untuk publik internal (karyawan dan keluarga karyawan), berisi tentang beberapa
informasi perusahaan, sifatnya top down maupun bottom up, tujuannya untuk menciptakan
kondisi yang well informed dan membina loyalitas antara karyawan dengan perusahaan. Terbitan
Ing-griya dapat juga sebagai media publikasi tersendiri bagi perusahaan di kalangan eksternal
publik.
4. Fotografi
Kekuatan gambar (foto) melebihi kata-kata. Selalu member dampak otentik. Dalam humas
sangat diperlukan sebagai bahan publikasi, laporan, berita, iklan, maupun untuk kepentingan
arsip/dokumentasi. Foto yang digunakan untuk keperluan publikasi maupun yang lain mestinya
tidak boleh bertentangan dengan terjaganya image perusahaan.
5. Film
Film bagi humas merupakan media komunikasi, instruksi, riset dan sebaginya. Tidak hanya film
dokumenter, film ceritapun merupakan media yang efektif. Dewasa ini melalui media televisi,
film-film profesi bermunculan dan membawa misi mengangkat citra profesi tertentu. Tujuan
film-film adalah membentuk image positif.
6. Pers
Termasuk dalam kelompok media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, dan buku.
Media massa yangmempunyai sifat serempak, dapat menjangkau khalayak luas dan priodik
menjadi perhatian yang agak berlebihan bagi praktik humas. Banyak perusahaan yang khusus
membentuk bagian humas atau mengangkat petugas humas untuk keperluan hubungan media
massa ini. Beberapa kegiatan yang dilakukan huumas dalam hubungan ini adalah jumpa pers,
perss tour, press clipping. Humas juga dapat memposisikan pers sebagai sumber informasi dan
evaluasi.
MACAM-MACAM HUMAS
A. Humas Pemerintah
Humas pemerintah pada dasarnya tidak bersifat politis. Bagian humas di institusi pemerintahan
dibentuk untuk mempublikasikan atau mempromosikan kebijakan-kebijakan mereka. Tugas
pemerintah memang sangat berat, sebab masyarakat yang dihadapi terdiri dari berbagai publik
dengan kepentingan yang sangat komplek pula. Hal ini memang tidak lepas dari karakteristik
yang meletak dalam setiap program/kegiatan pemerintah, antara lain sebagai berikut:
1. Program pemerintah ditunjuk untuk masyarakat luas. Dengan berbagai latar belakang,
karakter, ekonomi, pendidikan (intelejensi) yang beragam.
2. Sering kali hasilnya abstrak, yang sulit dilihat dalam waktu dekat, bahkan dalam jangka
yang panjang sekalipun, karena sifatnya yang integral dan berkesinambungan.
Kebanyakan humas pemerintah diarahkan untuk hubungan dengan media, masalah umum,
dokumentasi dan publikasi. Sementara itu, kegiatan-kegiatan yang biasanya ditangani oleh
humas antara lain adalah konferensi pers, membuat pers release, press clipping, pameran-
pameran, penerbitan media interen, mengorganisir pertemuan dengan masyarakat, penerangan
melalui berbagai media komunikasi bagi masyarakat, mendokumentasi berbagai kegiatan
instansi, mengorganisir kunjungan-kunjungan para pejabat, menerima keluhan
masyarakat/publik.
Humas industri dan bisnis telah diterima oleh perusahaan-perusahaan besar. Humas disana
merupakan fungsi menejemen yang turut menentukan suksesnya operasi suatu perusahaan.
Humas dalam industri dan bisnis berkembang sering dengan masyarakat terhadapp keputusan-
keputusan yang dibuat oleh manajement terutana didalam industri dan bisnis.Kesadaran
masyarakat tentang pengaruh keputusan industri dan bisnis terhadap hal-hal diatas dan
masyarakat sebagai sasaranmarket industri dan bisnis di sisi yang lain, menimbulkan kesadaran
kalangan industri dan bisnis untuk ikut memperhatikan danmelibatkan peranan masyarakat
terhadap keputusan mereka.
Masyarakat dapat digunakan oleh industri untuk mempengaruhi legislative, pengesahan undang-
undang uatau peraturan, usaha-usaha lobi masyarakat, liputan pers, komentar editorial, surat
pembaca ataupun dalam usaha pemberitahuan kepada cabang-cabang perusahaan. Beberapa
penerapan humas dalam industri dan bisnis meliputi ; hubungan dengan pelanggan dan peran
humas terhadap marketing yang pada akhirnya melahirkan peraturan marketing PR (MPR),
hubungan pemegang saham, hubungan dengan karyawan, hubungan dengan pers, bantuan untuk
merekrut pegawai baru, hubungan dengan komunitas, hubungan antar perusahaan/organisasi lain,
hubungan dengan pemerintahan (legeslatif dan eksekutif).
C. Humas Sosial
Banyak aktivitas humas yang menyangkut kesejahteraan umum terpisah dari implikasi-implikasi
komersial yang biasa. Berikut ini beberapa praktik humas dalam organisasi-orgganisasi sosial,
latar belakang, dan penerapan-penerapannya.
Termasuk dalam hal ini humas yang berada dalam kepolisian. Penegak hukum perlu
mendengarkan dan tanggap terhadap kepentingan umum supaya mereka dapat membantu
masyarakat dengan baik.
3. Humas Profesi
Profesi kedokteran, profesi pengacara, profesi wartawan, profesi artis dan sebagainya, juga tidak
kalah dalam menggunakan pendekatan humas untuk berkomunikasi dengan masyarakat.
Ada banyak organisasi sukarela, puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan, dan kebanyakan
mereka membutuhkan dana terus menerus. Sehingga dapat dikatakan pencarian dana merupakan
tujuan pokok dari organisasi ini, dana ini nantinya untuk membiayai kerja sosial, kesejahteraan
masyarakat, dan hal-hal lainnya. Menerbitkan majalah internal, surat edaran, selebaran-
selebaran, publikasi, kop surat, dan sebagainya. Citra organisasi sosial sangat penting bagi
kesuksesan baik dalam menarik dana bantuan ataupun menjamin kerjasama dari para pekerja
sukarela. Disitulah perlunya organisasi sukarela memerlukan nasehat ahli humas dan
menggunakan pendekatan kehumasan.
Lahirnya humas internasional disebabkan oleh adanya perubahan sangat cepat di dalam segala
bidang, misalnya perkembangan bidang pariwisata, bidang komunikasi, transportasi, tukar
menukar dibidang pendidikan seperti pertukaran dosen dan mahasiswa, timbulnya masalah
internasional, dalam bidang ekonomi, politik dan sebagainya. Petugas humas akan di rekrut dari
berbagai negara untuk menghindari bias. Media yang biasa digunakan adalah pers, film,
konferensi,study group, dan sebagainya. Jelas bahwa aktivitas humas tidak dapat dibatasi oleh
batasan-batasan Negara.
PROFIL HUMAS
Sebagai bidang yang melembaga berarti memiliki seseorang yang memimpin, memiliki staf dan
mestinya memiliki ruang/tempat dan sarana-prasarana pendukungnya. Pengorganasasian disini
berbicara tentang struktur, wewenang, tugas dan tanggung jawab. Humas yang melembaga lebih
dikenal dengan istilah, bagian/departermen/ divisi humas/PR/communication. Dalam bentuk ini
terdapat dua system, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi.
Sistem Sentralisasi yaitu biasanya diterapkan pada perusahaan yang tidak besar. Di mana
aktivitas PR diorganisasi secara terpusat atau oleh pusat, posisi atau keduduukan praktisi PR
biasanya berada di bawah bagian yang lain dan berada di tingkat lower-middlemanagement.
Sistem Desentralisasi yaitu sistem ini biasanya diterapkan pada peruahaan yang besar, dam
manajemen mengerti betul akan pentingnya PR sebagai suatu pendekatan manajemen.
Sistem mana yang akan diterapkan tergantung dari beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
Hal ini akan berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyediakan dana bagi humas,
kompleksitas permasalahan yang dihadapinya, kemampuan dalam menyediakan sumber daya
kehumasan yang lainnya.
Struktur organisasi berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab, hubungan antar struktur,
system yang membangun dan budaya organisasi.
Hal ini berkaitan dengan kekhasan penerapan humas di suatu lembaga, kewenangan petugas
humas, peranannya dalam manajemen dan bentuk support dari manajemen puncak.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan arti penting PR bagi manajemen.
Exstern PR adalah sebuah lembaga/perusahaan independen yang berbadan hukum dan bergerak
dalam layanan dibidang humas, PR ekstern meliputi:
1. PR Full Service, sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bisnis pelayanan
kehumasan, meliputi kegiatan konseling dan sekaligus pelayanan konsultasi dan pelayanan yang
mereka berikan kepada klien (perseoranga/perusahaan PR tersebut).
Pemulihan citra
Pembentukan citra
Corporate culture
Government relations
Marketing PR
Komunikasi organisasi
Community relations
3. Even Organizer, adalah perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah
event/kegiatan yang berhubungan dengan publik. Perusahaan ini cenderung spesialis, misalnya:
Sistem kerja perusahaan PR ekstern ini, selayaknya hubungan antara pengacara dengan klien
(mereka yang memiliki kasus hokum). Seperti perusahaan advertising dangan klien (advertising).
Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang telah ditetapkan
dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarah atau memberikan petunjuk kepada para
anggotanya, yaitu bagaimana seharusnya (das sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas
moral profesi yang bersangkutan di mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif.
Apabila dalam pelaksanaanya (das sein) salah satu anggota profesi tersebut telah melakukan
perbuatan yang menyimpang dari kode etiknya kelompok profesi itu akan tercemar citra dan
nama baiknya di mata masyarakat.
Pada prinsipnya, kode etik profesi merupakan pedoman untuk pengaturan dirinya sendiri (self
imposeb) bagi yang bersangkutan. Hal ini adalah perwujudan dari nilai etika yang hakiki serta
tidak dapat dipaksakan dari pihak luar (Abdulkadir Muhammad, 1997 ;77). Kode etik profesi
dapat berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-citadan nilai-nilai luhur yang hidup dalam
lingkungan profesi tersebut. Kode etik merupakan perumusan norma moral yang menjadi tolak
ukur atau acuan bagi kode perilaku (code of conduct) kelompok profesi bersangkutan.
Arti secara umum tentang etika Profesi menurut Cutlip, Center, dan Broom tersebut di atas
adalah perilaku yang dianjurkan secara tepat dalam bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral
yang pada umumnya dapat diterima oleh masyarakat atau kebudayaan.
Jadi, Pengertian kode etik menurut para pakar etika moral professional tersebut diatas dapat
disimpulkan sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi norma perilaku. Sedangkan
arti kode etik profesi, adalah kode perilaku yang ditetapkan dan dapat diterima oleh kelompok
profesi yang menjadi pedoman bagaimana seharusnya (das sollen) berperilaku dalam
menjalankan (das sein) profesi tersebut secara etis. (A. Muhammad, 1997;143).
B. Kode Etik Profesi Humas
Howard Stepheson dalam bukunya Hand Book of Public Relation (1971) mengatakan bahwa
definisi profesi humas adalah kegiatan humas atau public relation merupakan profesi secara
praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang berlandaskan latihan,
kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar etikanya.
Pemahaman tetang pengertian kode etik, etik profesi dan etika kehumasan serta aspek-aspek
hukum dalam aktivitas komunikasi penting bagi praktisi atau professional PR/Humas dalam
melaksanakan peran dan fungsinya untuk menciptakan citra baik bagi dirinya (good performance
image) sebagai penyandang professional PR/Humas dan citra baik bagi suatu lembaga atau
organisasi (good corporate image) yang diwakilinya.
Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati bersama oleh
seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi. Kode etik merupakan persetujuan bersama
yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik merupakan serangkaian
peraturan yang di sepakati bersama guna menyatakan sikap atau perilaku anggota profesi. Kode
etik lebih mengingatkan pembinaan para anggota sehingga mampu memberikan pelayanan
kepada masyarakat (Bambang Herimanto, 2007:253-254). Kode etik profesi dilaksanakan oleh
pribadi-pribadi yang memiliki profesi terkait karena hal tersebut melekat pada jabatannya dan
bersifat normatif.
Menurut G.Sach dalam bukunya The Exent and Intention of PR and Information
Activities terdapat tiga konsep penting dalam etika kehumasan sebagai berikut:
1. The Image, the knowledge about us and the attitudes toward us the our different interest
groups have.
(Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadapat kita yang mempunyai kelompok-
kelompok dalam kepentingan yang berbeda).
2. The Profile, the knowledge about an attitude towards, we want our various interest group to
have.
(Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita inginkan untuk
dimiliki kelompok kepentingan kita beragam).
(Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau pemikiran filosofis
tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu pengertian secara umum bahwa citra adalah cara
masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita. Penampilan selalu berorientasi
ke depan mengenai bagaimana sebenarnya harapan tentang keadaan diri kita, sedangkan bahasan
etika merupakan acuan bagi kode perilaku moral yang baik dan tepat dalam menjalankan profesi
kehumasan.
Kode Etik IPRA (International Public Relation Association) yang telah diperbaharui di Teheran,
Iran pada tanggal 17 April 1968, secara normatif dan etis memuat butir-butir terdiri dari satu
mukadimah dan berisikan 13 pasal.
Secara garis besar kode etik IPRA mencakup butir-butir pokok sebagai Standard Moral of Public
Relations sebagai berikut:
1. Kode perilaku;
2. Kode moral;
5. Mengatur secara etis mana yang boleh diperbuat dan tidak boleh diperbuat oleh Profesional
PR/Humas.
Point nomor 1, 2, dan 3 mengatur kode perilaku dan moral seseorang sebagai penyandang
professional PR/Humas. Point nomor 4 menunjukan adanya integritas kepercayaan dan tanggung
jawab peribadi professional PR/Humas yang tinggi. Sementara itu, point nomor 5 berkaitan
dengan suatu kebolehan (mogen) dan larangan (verbod) yang dilakukan oleh profesi kehumasan
berdasarkan pertimbangan moral, baik dilihat secara etis, etika profesi dan moral, maupun
peraturan normatif yang harus dipatuhi dan ditaati oleh yang bersangkutan.
Organisasi Profesi Humas Internasional (IPRA) didirikan di London, Inggris pada tahun 1955
dan bermarkas di Jenewa, Swiss. Organisasi tersebut telah memperoleh pengakuan atau berada di
bawah naungan PBB (Persrikatan Bangsa-bangsa) yang kini memiliki keanggotaan sedikitnya 77
negara didunia.
Landasan patokan utama dari etika profesi dan Kode etik IPRA adalah berdasarkan prinsip-
prinsip dasar PBB sebagai berikut:
2. Human Dignity
(Menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia serta mengakui hak setiap pribadi untuk
menilai).
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan pengembangan
bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan Gibson dan Michel
(1945:449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai pedoman pelaksanaan tugas
prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang professional.
Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu: (1). Melindungi suatu
profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam
suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
D. Kode Etik Kehumasan Indonesia Perhumas
Kode Etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negri dan Deppen saat itu,
dan telah tercatat serta diakui oleh organisasi profesi Humas Internasional; International Public
Relations Associations / IPRA.
1. Dijiwai oleh Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan tata
kehidupan nasional.
4. Dan dipedomani oleh cita-cita, keinginan, dan tekad untuk mengamalkan sikap dan
perilaku kehumasan secara professional.
Kami para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) sepakat untuk
mematuhi kode etik kehumasan Indonesia, dan apabila terdapat bukti-bukti bahwa di antara kami
dalam menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya, maka hal itu sudah
tentu akan mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi terhadap pelanggarnya.