Professional Documents
Culture Documents
Definisi
Kontraksi Braxton his adalah salah satu tanda persalinan palsu dimana terjadi kontraksi
uterus yang biasanya mulai terjadi sekitar usia 6 minggu kehamilan. Namun, kontraksi
tersebut tidak muncul pada trimester kedua atau trimester ketiga. Kontraksi Braxton His
pertama kali ditemukan oleh dr.John Braxton Hicks pada tahun 1872.
Etiologi
Tujuan utama dari kontraksi adalah mempersiapkan otot-otot uterus untuk kontraksi sejati
dan untuk menjelang persalinan. Pada kontraksi sejati, selain mempengaruhi uterus, kontraksi
tersebut akan mempengaruhi cervix sehingga servix menjadi memendek dan meregang
menjelang persainan. Sedangkan pada kontraksi Braxton his hal tersebut tidak terjadi.
Terdapat beberapa hal yang menjadi pemicu timbulnya kontraksi Braxton His:
A. Dehidrasi
B. Aktivitas seperti olahraga, berjalan atau belari
C. Mengangkat beban yang berat
D. Bayi dalam kandungan yang sangat aktif bergerak
E. Sentuhan pada Abdomen
F. Berhubungan seksual
G. Full Bladder
H. Stres yang berlebihan
Perbedaan kontraksi Braxton his dan kontraksi asli
Terkadang sulit untuk membedakan kontraksi yang disebabkan kontraksi Braxton His dengan
kontraksi yang benar terjadi. Terutama jika kontraksi tersebut mengarah ke gejala perut terasa
tegang menjelang akhir minggu kehamilan, Durasi, frekuensi dan derajat nyeri dapat
membantu untuk membedakan kontraksi tersebut.
1
D. Biasanya kontraksi timbul kuat pada awal lalu melemah seiring berjalannya waktu
E. Biasanya pertama kali dirasakn pada abdomen bagian bawah
Tindakan untuk meringankan kontraksi Braxton Hicks :
Mengubah posisi. Anda bisa berbaring jika Anda telah berdiri atau berjalan-jalan jika
Anda telah duduk atau berbaring
Mandi dengan air hangat selama 30 menit atau kurang
Karena kontraksi dapat disebabkan oleh dehidrasi, minumlah beberapa gelas air
Minum secangkir teh hangat atau susu
Obat-obatan Tokolitik :
Berbagai macam obat telah digunakan untuk menekan kontraksi uterus, termasuk di
dalamnya agonis, calcium channel blockers, prostaglandin synthetase inhibitor, magnesium
sulfat, antagonis receptor oxytocin.
Kalsium pada sel myometrium berasal dari intraseluler maupun ekstraseluler dimana
sebagian besar kalsium yang digunakan sel myometrium untuk berkontraksi berasal dari
konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan kalsium intraseluler dari berbagai macam
mekanisme yang berbeda dan berikatan dengan calmodulin dan memulai aktivasi dari
calcium-dependent myosin light chain kinase (CDMLK).
Mekanisme kerja dari obat-obat tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini : 1 Sub grup
dari obat-obat tokolitik bekerja dengan cara yang berbeda-beda untuk menghambat
terjadinya kontraksi uterus, ini terjadi melalui mekanisme persalinan yang spesifik (antagonis
oksitosin, penghambat prostaglandin) atau melalui aksi non spesifik pada kontraktilitas sel (
agonis, magnesium sulfat dan penghambat kalsium).
Indikasi Penggunaan Tokolitik
Persalinan prematur merupakan penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas perinatal.
Obat-obat tokolitik sangat efektif dalam menurunkan angka persalinan yang sepertinya akan
terjadi dalam24 sampai 48 jam, tetapi tidak akan menurunkan seluruh resiko akibat
persalinan prematur.
Pertimbangan untuk memberikan terapi tokolitik pada wanita yang pernah mengalami
persalinan prematur ketika ada perlunya untuk menunda persalinan prematur seperti :
ketika akan merujuk pasien ke tempat rujukan untuk lebih mendapatkanpelayanan
yang sempurna.
untuk pemberian terapi kortikosteroid selama 48 jam untuk pematangan paru.
2
Rasionalisasi Penggunaan Tokolitik
Dalam usaha untuk mencegah kelahiran prematur dan sekuelenya, klinisi yang merawat
persalinan prematur harus tetap mengingat resiko dan komplikasi dari terapi tokolitik.
Pengalaman dengan obat-obatan ini telah mengajarkan kita bahwa obat ini harus digunakan
secara hati-hati dan hanya dengan pasien yang mengalami persalinan prematur. Poin-poin
penting untuk diingat dalam penggunaan rasional terapi tokolitik antara lain:
Pastikan pasien benar-benar mengalami ancaman persalinan prematur karena obat ini
merupakan obat yang berbahaya dan poten.
Keseimbangan cairan harus hati-hati diawasi untuk mencegah edema pulmonal, yang
merupakan satu dari komplikasi yang paling serius dan berbahaya dari terapi
tokolitik.
Mengetahui kapan harus menghentikan tokolitik. Nyeri dada, nafas pendek, adalah
tanda-tanda klinis edema pulmonal, dan atau tekanan pada dada, harus dianggap
sebagai indikasi untuk menghentikan terapi.
Denyut nadi ibu harus diperiksa hati-hati, terutama pada pasien yang menerima obat-
obat -adrenergik agonis parenteral.
Jika pasien diberikan terapi tokolitik, maka juga diberikan kortikosteroid untuk
mempercepat pematangan paru janin.
3
setelah periode yang lebih lama. Pada pemberian yang konstan melalui intravena Ritodrin
dan Terbutalin akan mencapai dosis terapi dengan waktu paruh 6-9 menit. Setelah pemberian
intravena tidak dilanjutkan waktu paruhnya meningkat mencapai 2,5 jam. Pada pemberian
intramuskuler konsentrasi optimal Ritodrin dicapai dalam waktu 10 menit dan menurun
sebanyak 50% dalam 2 jam. Terbutalin secara cepat diabsorbsi dengan pemberian subkutan
0,25mg dengan waktu paruh 7 menit. Pemberian oral Ritodrin pada jarak yang optimal akan
terjadi penurunan 20% dalam 4 jam pada konsentrasi plasma.
4
glomerulus. MgSO4 mempunyai dua cara yang memungkinkannya bekerja sebagai tokolitik
yang pertama peningkatan kadar MgSO4 menurunkan pelepasan asetilkolin oleh motor and
plates pada neuromuskular junction sehingga mencegah masuknya kalsium, cara yang kedua
MgSO4 berperan sebagai antagonis kalsium pada sel dan ekstrasel.
Intoksikasi MgSO4 dapat dihindari dengan memastikan bahwa pengeluaran urin memadai,
refleks patella ada dan tidak ada depresi pernapasan. Refleks patella menghilang pada kadar
10 mEq/l (antara 9-13 mg/dl) dan pada kadar plasma lebih dari 10 mEq/l akan timbul depresi
pernapasan dan henti napas dapat terjadi pada kadar plasma 12 mEq/l atau lebih. MgSO4
sebagai terapi tokolitik dimulai dengan dosis awal 4-6 gr secara intravana yang diberikan
selama 15-30 menit dan diikuti dengan dosis 2-4 gr/jam selama 24 jam.5,8,9,23,25 selama
terapi tokolitik dilakukan konsentrasi serum ibu biasanya dipelihara antara 4-9 mg/dl. Untuk
meminimalisir atau mencegah terjadinya intoksikasi seperti hal di atas maka perlunya
disediakan kalsium glukonas 1 gr sebagai anti dotum dari MgSO4.
5
PERANAN ANTAGONIS OKSITOSIN SEBAGAI TOKOLITIK
Antagonis oksitosin salah satu contohnya adalah atosiban dapat menjadi obat tokolitik di
masa depan. Obat ini merupakan alternatif menarik terhadap obat-obat tokolitik saat ini
karena spesifisitasnya yang tinggi dan kurangnya efek samping terhadap ibu, janin atau
neonatus. Atosiban adalah obat sintetik baru pada golongan obat ini dan telah mendapat izin
penggunaannya sebagai tokolitik di Eropa. Atosiban menghasilkan efek tokolitik dengan
melekat secara kompetitif dan memblok reseptor oksitosin.
Atosiban ({1-deamino-2-D-Tyr(Oet)-4-Thr-8-Orn}-oxytosin) adalah antagonis reseptor
oksitosin, yang dikembangkan untuk terapi persalinan prematur. Atosiban merupakan
antagonis kompetitif dari oksitosin yang menghambat oksitosin menginduksi terjadinya
kontraksi uterus. Selama persalinan peningkatan respon miometrium terhadap oksitosin
disebabkan banyaknya jumlah reseptor oksitosin di miometrium, dimana konsentrasi
reseptor oksitosin lebih banyak di korpus uteridibandingkan di segmen bawah rahim atau
serviks. Atosiban memblok kerja oksitosin pada reseptor ini. Rata-rata dosis tetap pasien
yang mendapatkan infuse atosiban adalah 44273 ng/ml (mean SD), dengan dosis tetap
tersebut diperoleh 1jam sesudah infus dimulai. Sesudah terapi infus selesai konsentrasi
plasma menurun cepat dengan waktu paruh awal 18 3 menit.