Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN.
Bab ini berisi penjelasan tentang latar belakang pembuatan profil dan sistimatika
penulisan Profil Dinas Kesehatan.
Bab ini menyajikan gambaran umum tentang uraian tentang letak geografis,
administrasi, dan informasi umum lainnya yang berhubungan dengan kesehatan, serta
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap upaya kesehatan seperti kependudukan,
prilaku penduduk, perekonomian.
Bab ini berisi uraian situasi derajat kesehatan yang meliputi berbagai indikator derajat
kesehatan, diantaranya angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
Bab ini menggambarkan hasil-hasil capaian upaya kesehatan yang telah dilaksanakan
pada tahun 2011 yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjang,
pemberantasan penyakit, kesehatan lingkungan dan sanitasi, perbaikan gizi
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan pelayanan kesehatan dalam situasi bencana.
Bab ini merupakan rangkuman dari buku profil ini yang berisi sajian penting tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk penyusunan rencana kerja
kesehatan Kabupaten Cianjur tahun 2011. Selain keberhasilan bab ini juga
mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dan perlu perhatian untuk tahun
yang akan datang.
LAMPIRAN
Pada lampiran ini berisi tabel pencapaian program kesehatan Kabupaten Cianjur dan 79 tabel
data kesehatan.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Geografi
B. Demografi.
75 +
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
12 10 8 6 4 2 0 2 4 6 8 10 12
Laki-Laki Perempuan
C. Pendidikan
2009 menjadi 97.45%, tahun 2010 naik menjadi 97.55% dan tahun 2011 naik menjadi
97.7%. rincian angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Cianjur
tahun 2005 2011 dapat dilihat pada tabel 2.3.1 di bawah ini:
Indikator Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Angka Melek Huruf 96.67 96.79 97.46 97.21 97.45 97.55 97.7
Rata-Rata Lama Sekolah 6.30 6.60 6.88 6.42 6.63 6.82 6.97
Sumber : BPS Cianjur, berbagai tahun
Tabel 2.1 menunjukan bahwa angka melek huruf di Kabupaten Cianjur Tahun
dari tahun 2005 sampai dengan 2011 selalu mengalami peningkatan. Keadaan ini
menjadi hal yang positif dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
D. Pertumbuhan Ekonomi
E. Lingkungan
MANUSIA
LINGKUNGAN SOSIAL
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik sangat bervariasi yang dapat berupa: gurun pasir yang terik
(arid deserts), padang savanna (savannahs), hutan di dataran tinggi ( upland jungle),
tanah tinggi plato yang dingin dan kering ataupun yang lembab (cold dry or humid
plateaux), tanah rawa-rawa (marshlands), padang stepe dipegunungan yang tinggi
(high mountain steppes) ataupun wilayah hujan trofik (tropical rain forest).
Faktor iklim, sebagaimana temperatur dan kelembaban udara secara langsung
akan berpengaruh langsung terhadap manusia, misalnya pada kenyamanan dan
penampilan fisiknya. Disamping itu, lingkungan fisik juga berpengaruh secara tidak
langsung terhadap manusia melalui berbagai hal antara lain menyangkut pembatasan-
pembatasan penyebaran organisme/mahluk hidup dalam lingkungan biologic
manusia: tanaman-tanaman dan hewan-hewan yang merupakan sumber penyediaan
makanan, pakaian dan tempat tinggalnya. Sering terjadi bahwa hewan-hewan
merupakan pesaing bagi manusia berebut makanan dan ruangan (food and space).
Kemudian hewan-hewan ini disebut sebagai parasit dan vektor bagi manusia
oleh karena menyebabkan dan atau menularkan penyakit ke manusia.
2. Lingkungan Biologik
3. Lingkungan Sosial
Pada umumnya lingkungan sosial ini merupakan bagian dari lingkungan hidup
yang keseluruhannya merupakan bagian dari lingkungan hidup yang keseluruhannya
merupakan ciptaan manusia (man-made). Pada dasarnya mewakili situasi pada
manusia sebagai anggota suatu kerumunan (Society): kelompok keluargannya ,
komunitas desa atau kotannya, lingkungan budayanya termasuk juga sistem
kepercayaan dan sikap-sikapnya, organisasi kelompoknya, kelompok politik dan
pemerintahan, hukum dan perundangan, sistem pendidikan, transportasi dan
komunikasi, pelayanan sosial serta pelayanan kesehatannya.
Diwilayah tropik ini terdapat sangat banyak perbedaan-perbedaan, variasi
tergantung pada tingkat perkembangan teknologi di berbagai negara-negara tersebut.
Beberapa diantaranya telah masuk kedalam era teknologi tinggi,tetapi sebaliknya
masih banyak yang masih dalam tahap permulaan perkembangan teknologi. Beberapa
Negara sedang berkembang, develoving countries menampakan gambaran umum
tertentu :
a. Keterbatasan pusat-pusat organisasi pelayanan
b. Penduduk yang terserbar tidak merata, hidup pada lingkungan sendiri yang
terbatas dan sanitasi yang buruk
c. Tingkat perkembangan perekonomian yang rendah
d. Fasilitas pendidikan yang terbatas
e. Serta terbatasnya kemampuan upaya pengendalian penyakit-penyakit
menular di masyarakat.
Beberapa diantaranya, masyarakatnya masih terbelenggu dalam lingkaran
setan yang sangat ketat ( the vicious circle ) ketidaktahuan, kebodohan,
keterbelakangan (ingnorancy), kemiskinan (poverty) dan penyakit (disease).
Beberapa negara tropik telah masuk dalam keadaan masa transisi
perkembangan perekonomian yang cepat dan proses industrialisasi modern telah
menyebabkan terjadinya perpindahan penduduk secara besar-besaran,migrasi
penduduk ,dari daerah pedesaan ke kota-kota industri (urbanisasi penduduk). Hal ini
disamping berdampak positif bagi pertumbuhan perekonomian juga tidak sedikit
dampak sosial maupun kesehatan sebagai efek sampingnya.
Perkembangan yang cepat dibidang transportasi dan komunikasi, kemajuan
dibidang pendidikan, upaya-upaya pengendalian penyakit rakyat endemik utama dan
berbagai perkembangan lainnya telah secara efektif memotong rantai lingkaran
setan kebodohan, kemiskinan dan penyakit. Kemudian, pada saat yang sama muncul
masalah-masalah baru termasuk yang diakibatkan oleh tekanan-tekanan sosial dan
psikologikal yang berkembang seiring dengan adanya perubahan-perubahan dan sifat
destrukstif yang muncul terhadap kehidupan kekeluargaan tradisional dan sifat
hubungan komunitas masyarakat paguyuban.
Di dalam masyarakat tradisional inilah berkembang pola-pola penyakit yang
khas, dimana penyakit menular yang semula dominan sebagai penyebab terjadinya
penyakit, kecacadan dan kematian dampak semakin menurun (tidak akan hilang sama
sekali didaerah tropik dan dimanapun), dan mulai digantikan oleh penyakit-penyakit
tidak menular dan penyakit-penyakit akibat keadaan lingkungan kehidupan manusia.
Sementara itu malnutrisi sebagai manifestasi defisiensi unsur-unsur tertentu
dalam nutrisi yang berwujud kwashiorkordan marasmus sebagian telah dapat
diatasi dengan adanya program-program perbaikan gizi dan perbaikan sosial ekonomi
yang adekuat dan kemudian mulai digantikan oleh bentuk malnutrisi yang lain yaitu
akibat kelebihan nutrisi (over nutririon) yang berwujud obesitas dan akibat-akibat
yang lain. Selain itu alkoholisme, drug abuse (penyalah gunaan obat-obat narkotik)
dan sexual promiscuity telah muncul dan semakin melanda masyarakat sebagai
manifestasi semakin tingginya tekanan dan ketegangan sosial di masyarakat yang
sedang berubah ini.
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
A. Derajat Kesehatan
Tabel 3.1 menunjukan bahwa kelengkapan data setiap tahun dan setiap
tingkatan ternyata tidak sama. Hal ini dimungkinkan kebutuhan terhadap data untuk
setiap tingkatan ternyata tidak sama.
Perhitungan UHH Waktu Lahir dengan proyeksi estimasi didasarkan pada
Usia Harapan Hidup Waktu Lahir dari tahun ke tahun dan dari sensus serta asumsi
tingkat penurunan kematian bayi dan balita pada suatu wilayah.
Peningkatan usia harapan hidup dari tahun ke tahun tersebut menunjukan
adanaya perbaikan taraf kesehatan penduduk, karena indikator usia harapan hidup
salah satunya ditunjang oleh angka kematian (angka kematian ibu, angka kematian
bayi, angka kematian balita, angka kematian kasar).
B. Angka kematian
1000
900
800
700
600
500
400
331
300 260 259 263
196 213
200
100
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Kematian Ibu juga menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan
derajat kesehatan masyarakat. Kematian menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan.
Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan
kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan
dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Sensitifitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya
indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
Angka kematian ibu di Kabupaten Cianjur (cluster) berdasarkan BPS Jawa
Barat Tahun 2003 sebesar 364,17/100.000 kelahiran hidup. AKI di Cianjur
masih lebih tinggi dibandingkan dengan AKI di Propinsi Jawa Barat tahun 2003
sebesar 321,15/100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian ibu di Kabupaten Cianjur pada kurun waktu 10 tahun
terakhir ini mengalami fluktuasi, dan bila dibandingkan dengan kabupaten lain di
Jawa Barat, jumlah kematian ibu di Kabupaten Cianjur relatif lebih tinggi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten
Cianjur antara lain pengamatan kasus kematian terlaporkan, persentase
persalinan oleh tenaga kesehatan tahun 2011 (81,3%) yang masih dibawah target
Kemenkes RI (90%), penambahan jumlah bidan meskipun banyak bidan desa
tidak tinggal ditempat, dan terjadi regenerasi dukun paraji.
Data jumlah kematian ibu di Kabupaten Cianjur bersumber dari laporan 45
puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah. Trend jumlah kematian ibu di
Kabupaten Cianjur Tahun 2006 sampai dengan tahun 2011 sebagaimana tertera
pada grafik berikut ini:
100
85
80 75 76 73
68
60
60
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
5,47
19,17 Eklampsia
38,37
Pendarahan
Lain-Lain
Infeksi
36,98
20,5%
Bulin
46,5%
Bumil
Bufas
32,8%
Grafik ini menunjukan bahwa jumlah kasus kematian ibu sebesar 46,5%
tahun 2011 di Kabupaten Cianjur pada saat ini adalah ibu bersalin. Keadaan ini
menuntut kepada seluruh masyarakat bahwa saat melahirkan harus mendapat
perhatian dan penanganan yang lebih serius, baik dari segi tenaga penolong
persalinan, tempat pertolongan persalinan, maupun sarana dan prasarana yang
diperlukan saat menolong persalinan.
C. Angka Kesakitan
Angka kesakitan atau morbiditas adalah derajat sakit, cedera atau gangguan
pada suatu populasi morbiditas juga merupakan suatu penyimpangan dari status
sehat dan sejahtera atau keberadaan darui suatu kondisi sakit, biasanya
dinyatakan dalam angka prevalensi atau insiden yang umum. Pengukuran angka
morbiditas dan mortalitas dikenal dengan indeks mortalitas dan morbiditas.
Angka kematian dan kesakitan merupakan indeks kesehatan yang penting dalam
mempelajari epidemiologi untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat
(Ojimori, 2011).
Angka kesakitan diperoleh melalui survey. Dari data terakhir hasil survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 untuk tingkat nasional sebesar 8,3%
terjadi penurunan dibandingkan tahun 1980 sebesar 11,5%. Angka kesakitan
bayi sedikit meningkat dari 15,7% pada tahun 1980 menjadi 23,9% pada tahun
1986, sedangkan angka kesakitan pada sekelompok anak balita (1-4 tahun )
menurun dari 19,4% pada tahun 1980 menjadi 18,3% pada tahun 1986 (Dinkes
Jabar, 2010).
Berdasarkan laporan puskesmas penyakit dan laporan tahunan kegiatan
Rumah Sakit tahun 2011, pola penyakit rawat jalan di Kabupaten Cianjur usia
bayi (< 1 tahun) dan ballita (1-4 tahun ) masih didominasi oleh kasus penyakit
insfeksi saluran pernafasan akut (ISPA), diare dan gastroenteritis.
Pada kelompok umur 5-44 tahun pola penyakit rawat jalan di Puskesmas
Kabupaten Cianjur tahun 2011, lima besar jenis penyakit masing-masing adalah
ISPA, dan insfeksi saluran pernafasan lainnya, diare, gastroenteritis, tukak
lambung, insfeksi saluran pernafasan bawah akut dan dermatitis tidak spesifik.
Pola penyakit terbanyak pada usia pra lansia dan lansia penderita rawat
jalan di Puskesmas Kabupaten Cianjur tahun 2011 adalah myalgia, gastritis,
hipertensi, insfeksi saluran pernafasan akut, dan dermatitis tidak spesifik.
Pola penyakit penderita rawat jalan untuk kelompok umur 5-44 tahun di
Rumah Sakit di Kabupaten Cianjur tahun 2011 terbanyak adalah penyakit
gastritis tidak spesifik, ISPA, konjungtivitis, tuberkulosis paru dan histology
negative.
Pola penyakit penderita rawat jalan untuk kelompok umur pra lansia dan
lansia di Rumah Sakit di Kabupaten Cianjur tahun 2011 terbanyak adalah
gastritis tidak spesifik, hipertensi, presbyiopia, arthrosis, dan bronchitis.
Pola penderita rawat inap di Rumah Sakit di Kabupaten Cianjur tahun 2011
untuk kelompok umur 0-4 tahun terbanyak adalah sepsis bacterial pada bayi baru
lahir, asfiksia, bronchopneumonia tidak spesifik, serta diare dan gastroenteritis.
Sedangkan untuk kelompok umur 5-44 tahun adalah penyakit demam thyipoid
dan parathyipoid, demam dengue, serta diare dan gastroenteritis.
1) Malaria
Malaria adalah penyakit menular Kasus yang ditularkan oleh nyamuk,
manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh eukaryotic protista dari genus
Plasmodium. Lima spesies plasmodium dapat menginfeksi dan ditularkan oleh
manusia. Penyakit berat ini sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium
Valsiparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, dan Malariae Plasmodium.
Gejala malaria meliputi demam, menggigil, arthralgia (nyeri sendi),
muntah, anemia (disebabkan oleh hemolisis), hemoglobineuria, kerusakan retina
dan kejang-kejang. Gejala klasik malaria adlah terjadi siklus dingin tiba-tiba
diikuti denngan kakakuan dan kemudia demam dan berkeringat berlangsung 4-6
jam yang terjadi dua hari di Plasmodium Vivax dan Plasmodium Ovale infeksi,
dan setiap tiga hari untuk Plasmodium Malariae. Plasmodium falciparum dapat
mengalami demam berulang setiap 36 sampai 48 jam atau demam kurang jelas
dan hamper terus menerus. Malaria telah ditemuka menyebabkan gangguan
kognitif, terutama pada anak-anak hal ini menyebabkan memperparah kasus
anemia selama periode perkembangan otak yang cepat dan juga merusak otak
langsung. (Wikipedia, 2011).
3) Filariasis
namun kondisi kronis tidak dapat disembuhkan oleh obat anti filaria dan
memerlukan langkah langkah lain misalnya operasi untuk hidrokel, perawatan
kulit, dan latihan untuk meningkatkan drainase limfatik di limfedema.
Di tahun 2011 ini tidak ditemukan kasus baru penderita Filariasis,
sementara jumlah kasus lama sebanyak 4 kasus dan pada tahun 2009 ditemukan
4 kasus filariasis.
1) Diare
84.016 kasus. Jumlah kasus terbanyak terjadi di Puskesmas Cipanas sebanyak 4.271
kasus. Peningkatan kasus diare pada tahun 2011 ini mengindikasikan kondisi
sanitasi lingkungan dan perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat (PHBS)
yang relatif masih rendah.
2) Tuberkulosa (TBC)
CDR TB Paru pada tahun 2011 adalah 83,07 % naik jika dibandingkan dengan
tahun 2010 ini adalah 78,5 % dengan SR pada tahun 2011 sebanyak 87,57 %.
3) Kusta
Grafik 3.5 Jumlah Penderita Kusta Berdasarkan Tipe Kusta Tahun 2011
100
90
80
70
60
50 PB
MB
40
30
18 19 19
20
11 11
6 8
10 4 5 5
2 2
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Pada tahun 2011 terlihat penderita kusta tipe PB berjumlah 2 orang dan tipe
MB sebanyak 8 orang dan seluruhnya mendapat pengobatan. Kondisi ini
dimungkinkan karena penderita datang berobat ke Puskesmas sudah dalam keadaan
cacat karena malu dan tidak tahu kemana harus berobat. Di samping itu juga adanya
stigma di masyarakat tentang penderita kusta, oleh karena itu tidak menutup
kemungkinan penyakit kusta masih banyak ditemukan di masyarakat serta di
motivasi oleh petugas kesehatan untuk segera berobat ke Puskesmas.
8.450 kasus dari sasaran sebanyak 22.121 orang, semakin rendahnya kasus
pneunmonia yang ditemukan di masyarakat mencerminkan adanya peningkatan
sumberdaya manusia di sektor kesehatan, kualitas sistem pencatatan dan pelaporan
yang semakin baik, adanya konsistensi petugas pemegang program pneumonia.
5) HIV
HIV & AIDS disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit lain. Penyakit ini ditularkan melalui cairan tubuh penderita yang
terjadi melalui proses hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik
yang terkontaminasi secara bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam
kandungan melalui plasenta dan kegiatan menyusui.
Dari data yang ada, kasus HIV dan AIDS mengalami trend peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2009 kasus HIV dan AIDS sebanyak 35 penderita dan
meningkat pada tahun 2010 menjadi 56 kasus. Untuk tahun 2011 ini terdapat 12
kasus baru HIVdan AIDS,. Sementara pasien yang meninggal selama tahun 2011
berjumlah 4 orang. Sebagian besar kasus terjadi pada pengguna napza suntikan.
Sementara penderita Infeksi Menular Seksual (IMS) berjumlah 27 kasus dan 100 %
ditangani. Kondisi ini belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya di
masyarakat, karena dimungkinkan masih banyak penderita HIV yang tersembunyi
bagaikan fenomena ice berg sehingga tidak menutup kemungkinan akan terus
terjadi peningkatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi penderita enggan
melakukan pemeriksaan diantaranya adalah perasaan malu, kurangnya tingkat
penegetahuan dan kesadaran penderita serta dampak social yang mungkin timbul
akibat pemeriksaan tersebut.
Tetanus adalah kondisi medis yang ditandai oleh kontraksi berkepanjangan otot
rangka . gejala utama disebabkan oleh tetanospasmin, suatu neurotoksin yang
dihasilkan oleh gram positif berbentuk batang, anaerobic bakteri obligat clostridium
tetani. Infeksi umumnya terjadi melalui kontaminasi luka dan sering melibatkan luka
tusukan, potongan atau berbentuk lubang.infeksi dapat dicegah dengan imunisasi
yang tepat dan profilaksis pasca pajanan.
Tetanus Neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani, yang
masuk ketubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang salah
satunya disebabkan oleh pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril. Kasus
TN banyak ditemukan di negara berkembang khususnya dengan cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang rendah.
Tetanus Neonatorum (TN) merupakan penyakit yang banyak menyerang bayi
usia kurang dari 28 hari (neonatal). Kejadian TN selama 5 tahun terakhir di
Kabupaten Cianjur cukup stabil. Di tahun 2011 kejadian TN sebanyak 2 kasus
dengan jumlah kematian sebanyak 1 orang. Sementara tahun 2010 kejadian TN
sebanyak 4 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2 kasus keadaan ini terjadi
penurunan kasus bila dibandingkan dengan tahun 2009 kejadian TN sebanyak 6
kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2 kasus.
Upaya pencegahan dilakukan dengan dengan imunisasi ibu hamil, walaupun
cakupan telah mencapai 80% setiap tahunnya namum masih ditemukan kasus TN.
Trend jumlah kasus dan jumlah kematian akibat penyakit TN dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2011 dapat dilihat pada grafik diberikut ini :
100
80
60
40
20 10
8 9 7 6
2 4 2 4 2 2 1
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
2) Penyakit Difteri
3) Penyakit Campak
Penyakit campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular yang ditandai
dengan demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit.penyakit ini disebabkan oleh
infeksi virus campak golongan paramyxovirus. Penderita bias menularkan infeksi ini
dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulitdan 4 hari setelah timbulnya
ruam kulit.
Gejala-gejala klasik campak meliputi demam empat hari dan biasanya disertai
batuk, pilek, dan konjungtivitis. Demam dapat mencapai 40 derajat celcius, terdapat
bintik didalam mulut yang patognomonik (diagnostic) untuk campak (tapi jarang
terlihat), bahkan dalam kasus positif campak karena kondisi tersebut bersifat
sementara dan dapat hilang timbul dalam beberapa hari.
Pada tahun 2011 kasus campak di Kabupaten Cianjur sebanyak 442 kasus, ini
mengalami kenaikan yang cukup besar jika dibandingkan dengan tahun 2010 (270
kasus) dan tahun 2009 ( 69 kasus) hal ini harus mendapatka perhatian secara serius
dalam penatalaksanaan imunisasi campak misalnya perhatian pada sistem rantai
dingin (cool chain) agar kasus campak dapat ditekan kembali, sehingga diharapkan
pada tahun yang akan datang kasus campak terus menurun
Polio merupakan salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I
yang disebabkan oleh virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur
0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di
leher dan sakit di tungkai dan lengan. Sedangkan AFP merupakan kondisi abnormal
ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas
kemudian berakibat pada kelumpuhan.
Pada tahun 2010 ditemukan 14 kasus AFP yang tersebar dibeberapa
puskesmas diantaranya puskesmas Cianjur Kota, Nagrak, Muka, Warungkondang,
Cibaregbeg, Sukasari, Karangtengah, Mande, Ciakalongkulon, Campaka,
Sindangbarang, dan Bojoglarang. Sementara pada tahun 2011 ditemukan kasus AFP
sebanyak 15 kasus yang tersebar dibeberapa puskesmas yaitu di wilayah bagian
barat, selatan dan timur Kota Cianjur. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 terjadi
peningkatan kasus. Salah satu penyebab peningkatan penemuan kasus AFP ini
adalah semakin baiknya deteksi dini yang dilakukan petugas, baik di Puskesmas
maupun di Rumah Sakit.
Untuk 15 kasus AFP ini dilakukan penanganan sesuai protap, yaitu setelah
ditemukan kasus di lakukan pelacakan kasus ke rumah penderita. Pasien di
identifikasi dan dilakukan pengambilan spesimen. Spesimen tersebut di kirim ke
Litbangkes Jakarta melalui Dinas Kesehatan Propinsi.
d. Status Gizi
mulai diberlakukan indikator BB/TB (Berat Badan /Tinggi Badan) dengan lebih
sensitif terhadap pengukuran status gizi. Tahun 2010 jumlah Balita yang mengalami
gizi kurang sebesar 10.01% dan mengalami penurunan kasus pada tahun 2011
sebesar 4,66%. Untuk yang mengalami kasus gizi kurang diberikan penyuluhan
pada ibu Balita dan diberikan makanan tambahan berupa biskuit (MP-ASI) serta
Susu Formula bagi Balita.
Penanggulangan kasus balita gizi buruk pada tahun 2011 dilakukan dengan
pemberian PMT yang pendanaanya melalui dana APBD Kabupaten Cianjur dan
APBD Propinsi Jawa Barat. PMT yang diberikan berupa pemberian Susu, Biskuit
MP-ASI . Dari jumlah kasus yang dibantu hampir semuanya mengalami kenaikan
Berat Badan yang cukup menggembirakan.
Penanggulangan Balita gizi buruk di Kabupaten ciajur yang memerlukan
perawatan dan penyakit penyerta dirujuk ke Rumah Sakit. Balita yang mengalami
gizi buruk dilakukan Bulan Penimbangan Balita (BPB) dengan indikator Berat
Badan per tinggi badan (BB/TB) pada tahun 2011 ini berjumlah 375 orang dimana
dilakukan setahun sekali yaitu pada bulan agustus. Sedangkan jumlah balita gizi
buruk yang diperoleh dari pelaporan puskesmas dengan indikator Berat Badan /
Umur (BB/U) sebesar 2.437 balita dan yang mendapat perawatan sebanyak 1.724
balita atau sekitar 70,7% . Dan yang dirawat di Rumah sakit sebanyak 88 orang dan
yang meninggal berjumlah 12 orang. Jika dibanding tahun 2010 (1.34%) ada
penurunan jumlah kasus Gizi buruk, dimana pada tahun 2011 terdapat gizi buruk
sebanyak 375 orang (0,22%) dan 88 Balita gizi buruk dirawat. Pada tahun 2011 ini
kasus gizi buruk yang meninggal ada 12 orang, penyebabnya adalah penyakit
penyerta yang diderita oleh Balita tersebut.
Selama rawat inap Balita gizi buruk diberikan perlakuan sesuai tatalaksana
gizi buruk selama beberapa hari sampai kondisi balita tersebut menjadi gizi kurang
atau gizi baik dan selanjutnya dipulangkan untuk dilakukan rawat jalan.
Setelah pasien pulang ke rumah tetap dilakukan konsultasi gizi dan pemantauan oleh
tenaga gizi dan dokter Puskesmas masing-masing
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta,
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan masyarakat meliputi
upaya-upaya promosi kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi
masyarakat, penyediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat
adiktif dalam makanan dan minuman, pengamanan penggunaan narkotika,
psikotropika, serta bahan berbahaya
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan dan rawat inap, rehabilitasi kecacatan
terhadap perorangan.
Situasi Upaya Kesehatan Masyarakat di Kabupaten Cianjur pada tahun 2011
dapat diuraikan sebagai berikut :
dan jaringannya maupun rumah sakit serta sarana yang melibatkan peran serta
masyarakat yaitu : Posyandu, Pos Obat Desa, Polindes, Poskestren, intitusi kesehatan
swasta serta sarana lainnya.
Pendayagunaan segala sumber daya kesehatan merupakan salah satu upaya
untuk menurunkan AKI dan AKB dengan mencukupi kebutuhan pelayanan kesehatan
ibu dan anak di Kabupaten Cianjur.
Untuk mengatasi hal itu diperlukan upaya pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan dan keterlibatan masyarakat madani termasuk organisasi profesi dalam
menurunkan AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia.
Komplikasi dan kematian ibu maternal serta bayi baru lahir sebagian besar
terjadi pada masa di sekitar persalinan. Hal ini antara lain disebabkan pertolongan
tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan
(profesional) .
Target persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan (Pn)
yang ditetapkan sebesar 85%. Target ini merupakan indikator MDGs. Pencapaian
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kesehatan dengan kompetensi
kebidanan di Kabupaten Cianjur sebesar 81.2% angka cakupan ini cenderung
mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Pencapaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan
kompetinsi kebidanan ( Pn) di Kabupaten Cianjur dari tahun 2005 sampai dengan
tahun 2011 disajikan pada grafik 4.1 berikut ini.
100
81,2
80
70.01
61.8
60.19 58.67
60
47.07
40.03
40
20
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
diantaranya roda dua (motor) serta menunjukan adanya peningkatan kerjasama antara
Puskesmas dan BPS dalam pelaksanaan PWS KIA. Meskipun demikian masih harus
tetap dilakukan pembinaan kepada Pengelola program KIA Puskesmas, Pembina
Wilayah dan BPS yang ada di Kabupaten Cianjur.
Kegiatan deteksi dini dan penangan ibu hamil berisiko atau komplikasi
kebidanan perlu lebih ditingkatkan baik difasilitas pelayanan KIA maupun di
masyarakat.
Risiko tinggi (risti) atau komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan
dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun
bayi. Risti atau komplikasi kebidanan meliputi Hb kurang 8% Hg, tekanan darah
tinggi (sistole kurang 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg), oedema nyata,
eklampsia, perdarahan per paginam, ketuban pecah dini, letak lintang pada usia
kehamilan lebih dari 32 minggu, letak sungsang dan primigravida, infeksi berat/sepsis
dan persalinan prematur (Kemenkes, 2010).
Cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kabupaten Cianjur tahun 2011
sebesar 46,51% lebih rendah dari tahun 2010 sebesar 59.87%.
Bayi sampai umur 28 hari merupakan kelompok umur yang memiliki risiko
gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko
tersebut selain persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang mempuyai kompetensi
kebidanan, dilakukan juga upaya pelayanan kesehatan pada neonatus (0-28 hari) minimal tiga
kali, yaitu 6 jam 48 jam setelah lahir, pada hari ke 3 7 hari, dan hari ke 8 28 hari. Pada
saat melaksanakan pelayanan neonatal petugas kesehatan melakukan pemeriksaan kesehatan
bayi dan melakukan konseling terhadap ibu bayi mengenai perawatan bayi. Pelayanan
kesehatan yang diberikan meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar (tindakan resusitasi,
pencegahan hipotermi, pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa
perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi); pemberian vitamin K, manajemen
terpadu bayi muda (MTBM) dan penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan
buku KIA (Kemenkes, 2010).
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi usia 29 hari-11 bulan di sarana pelayanan
kesehatan (polindes, pustu, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit) maupun di
posyandu, poskesdes, tempat penitipan anak, panti asuhan dan sebagainya melalui kunjungan
petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan 4 kali setahun, yaitu 1 kali
pada umur 29 hari - 3 bulan, 1 kali pada umur 9 11 bulan. Pelayanan kesehatan yang
diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak)
stimulasi deteksi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan
kesehatan bayi. Indikator ini adalah untuk mengukur kemampuan manajemen program KIA
dalam melindungi bayi sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan pelayanan
kesehatan ( Kemenkes, 2010).
Pencapaian cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Cianjur tahun 2011 sebesar
84.8% mengalami penurunan dibandingkan kunjungan bayi tahun 2010 sebesar 86.31%.
Masa subur seorang wanita memiliki peranan penting bagi terjadinya kehamilan
sehingga peluang wanita melahirkan cukup tinggi. Menurut hasil penelitian, usia subur
seorang wanita terjadi antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran
atau menjarangkan kelahiran, wanita/ pasangan lebih diprioritaskan menggunakan cara KB
Perencanaan/pengaturan jarak kelahiran merupakan salah satu tujuan program
keluarga berencana (KB). Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat
dari cakupan peserta KB yang sedang atau pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat
pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan aseptor.
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya
pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita
dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan
fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan
sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat.
Banyak perempuan mengalami kesulitan didalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi. Hal ini tidak hanya terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh
ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut.
Pelbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial,
konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang
direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya lingkungan dan orang tua. Untuk
ini semua, konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan
keluarga berencana.
Peserta KB baru di Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 sebesar 21.5 % terjadi
peningkatan dari tahun 2010 sebesar 21.14% sedangkan KB aktif terjadi peningkatan dari
tahun 2010 sebesar 69.35% kemudian tahun 2011 sebesar 70.4 %.
Proporsi peserta KB aktif menurut metode kontrasepsi yang sedang digunakan pada
tahun 2011 disajikan pada grafik 4.2 berikut ini.
3.7
Kondom
PIL 41
IUD
39.1
MOP/MOW
Implan
Suntik
8.1
0.2 7.7
Grafik 4.2 menunjukan bahwa metode kontrasepsi yang digunakan peserta KB aktif
tahun 2011 di Kabupaten Cianjur terbanyak adalah metode suntik sebanyak 41% kemudian
diikuti oleh metode pil sebesar 39.1% dan terkecil MOP/MOW sebesar 0.2 %.
3. Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi rutin meliputi meliputi pemberian imunisasi untuk bayi 0-1 tahun
(BCG, DPT, Campak, Polio, HB), imunisasi untuk wanita subur /ibu hamil TT dan imunisasi
untuk anak SD ( kelas 1; DT dan kelas 2-3; TT), sedangkan kegiatan imunisasi tambahan
dilakukan atas dasar ditemukannya masalah seperti desa non UCI, potensi/resti KLB,
ditemukan atau diduga adanya virus polio liar atau kegiatan lainnya berdasarkan kebijakan
teknis.
Pencapaian UCI pada dasarnya merupakan proksi terhadap cakupan atas imunisasi
secara lengkap pada kelompoki bayi. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan suatu
wilayah tertentu, berarti wilayah tersebut tergambarkan besarnya tingkat kekebalan
masyarakat atau bayi (herd immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat dicegah
a. Imunisasi Dasar
Tetanus (dari bahasa Yunani Kuno: tetanus = kencang, dan teinein = untuk
meregangkan) adalah suatu kondisi medis yang ditandai oleh toksin yang diproduksi oleh
bakteri Clostridium tetani. Tetanus juga menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus
Neunatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat.
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program
Kementrian Kesehatan RI untuk mengeliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur
termasuk ibu hamil. Strategi yang dilakukan untuk mengeliminasi tetanus neotarum dan
tetanus pada maternal ialah: 1) pertolongan persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan
imunisasi rutin TT (tetanus toxoid) yang tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan
surveilans (Kemenkes, 2010).
Pencapaian cakupan imunisasi TT di Kabupaten Cianjur tahun 2010 adalah TT-1
sebesar 99.5% dan TT-2 sebesar 89.2%
B. Pelayanan Rujukan
Peningkatan tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit dapat diukur dari berbagai
segi, yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa
indikator standar pelayanan di rumah sakit antara lain pemanfaatan tempat tidur (Bed
Occupancy Rate/BOR), rata-rata hari perawatan (Length of Stay/LOS) rata-rata tempat tidur
dipakai (Bed Turn Over/BTO) rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of
Interval/TOI) persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR) dan
persentase pasien keluar meninggal 48 jam perawatan (Net Death Rate/ NDR) ( Kemenkes
2010)
Berdasarkan data dari dua rumah sakit tahun 2011 Kabupaten Cianjur tingkat
pemanfaatan tempat tidur (BOR) adalah di Rumah Sakit Umum Cianjur mencapai 82.6%
dan Rumah Sakit Umum Cianjur dan Rumah Sakit Umum Cimacan mencapai 39.4% BOR
pada tahun 2011 belum mencapai angka 85%. angka ini menunjukan bahwa rumah sakit di
Kabupaten Cianjur pada ahun 2011 relatif mencukupi kemampuannya untuk menyediakan
tempat tidur bagi pasien rawat inap.
LOS adalah rata-rata lama rawat inap (hari) seorang pasien. indikator ini memberikan
gambaran tingkat efesiensi dan dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. secara umum
nilai LOS yang ideal antara 6-9 hari. nilai LOS untuk rumah sakit di Kabupaten Cianjur
mencapai 3.2 hari dan Rumah Sakit Umum Cimacan mencapai 2.3 hari. TOI adalah rata-rata
hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari setelah digunakan kembali. angka ideal tempat
tidur tidak terisi pada kisaran 1-3 hari. nilai TOI rumah sakit di Kabupaten Cianjur tahun
2011 adalah di Rumah Sakit Umum Cianjur mencapai 0.7 hari dan Rumah Sakit Cimacan
mencapai 3.5 hari. Hal ini berarti sedikit waktu tempat tidur kosong dibandingkan dengan
Rumah Sakit Umum Cimacan yang diatas nilai ideal.
GDR merupakan angka kematian umum untuk 1000 penderita keluar dari rumah
sakit. Nilai GDR ideal adalah <45 per 1000 pasien keluar. pada tahun 2011 nilai GDR di
Rumah Sakit Umum Cianjur sebesar 3.9 per 1000 pasien keluar dan Rumah Sakit Cimacan
2.1 per 1000 per 1000 pasien keluar.
NDR adalah angka kematian pasien setelah dirawat 48 jam per 1000 pasien keluar.
indikator ini memberi gambaran mutu pelayanan rumah sakit, dengan asumsi jika pasien
meninggal setelah mendapat perawatan 48 jam berarti ada faktor pelayanan rumah sakit yang
terlibat dengan kondisi meninggalnya pasien. Namun jika pasien meninggal kurang dari 48
jam masa perawatan, maka dianggap faktor keterlambatan pasien datang ke rumah sakit yang
menjadi penyebab utama pasien meninggal. nilai NDR ideal adalah <25 per 1000 pasien
keluar. Nilai NDR rumah sakit di Kabupaten Cianjur pada tahun 2011 ialah di Rumah Sakit
Umum Cianjur sebesar 2.2 per 1000 pasien keluar dan di Rumah Sakit Umum Cimacan
sebesar 0.4 per 1000 pasien keluar.
Jumlah masyarakat miskin yang mendapat pelayanan kesehatan dasar tahun 2011 di
Kabupaten Cianjur tercatat 297.129 dan pasien masyarakat miskin yang mendapat
pelayanan di starta 2 tercatat 20.797
Anemia gizi adalah kekurangan kadarm haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan oleh kekurangan satu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan
eritrosit, dan merupakan keadaan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht) dan eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. Wanita merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
masalah gizi terutama anemia gizi besi selain kelompok balita.
Indikator pemberian tablet tambah darah (Fe) adalah Fe-1 dan Fe-3 cakupan ibu
hamil yang mendapat tablet tambah darah pertama dalam kehamilannya (Fe-1) di Kabupaten
Cianjut Tahun 2011 sebesar 100 %, yang merarti mengalami kenaikan dari tahun 2009
sebesar 74.43% dan tahun 2010 sebesar 96.18% dan keadaan ini sudah mencapai target
sebesar 100%.cakupan ibu hamil yang mendapat tablet tambah darah ke-tiga dalam
kehamilannya (Fe-3) tahun 2011 sebesar 88.68% yang mengalami kenaikan jika
dibandingkan dengan angka tahun 2010 sebesar 83.2% tetapi belum memenuhi target yaitu
sebesar 90%.
Grafik 4.3 Cakupan pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi Pada bayi
di Kabupaten Cianjur tahun 2008-2011.
100
95
90
85
Bayi
80
Target
75
2008 2009 2010 2011
Bayi 90.13 88.29 86.29 92.7
Target 100 100 100 100
Grafik 4.3 menunjukan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
pada bayi (100.000 IU) di Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2011
mengalami fluktuatif dan selama empat tahun terakhir belum mencapai target yang telah di
tetapkan yaitu sebesar 100%
Grafik 4.4 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi Pada Balita
di Kabupaten Cianjur tahun 2008-2011
100
90
80
70
60
2008 2009 2010 2011
Balita 78.85 90.7 76.03 84.42
Target 80 80 80 80
Balita Target
Grafik 4.4 menunjukan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
pada balita (200.000 IU) di Kabupaten Cianjur pada tahun 2008 sampai dengan 2011
mengalami fluktuasi dan pada tahun 2011 telah mencapai target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar 80%.
Grafik 4.5 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi
Pada Ibu Nifas di Kabupaten Cianjur tahun 2008-2011
Grafik 4.5 menunjukan bahwa cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi
pada Ibu Nifas (200.000 IU) di Kabupaten Cianjur pada tahun 2009 sampai tahun 2011
mengalami kenaikan tetapi belum memenuhi target yang telah di tetapkan yaitu sebesar
100%.
Pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif merupakan cara pemberian makanan pada bayi
yang baik dan benar yakni pemberian Air Susu Ibu (ASI) sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tan[pa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air putih sampai bayi
berumur 6 bulan. Setelah enam bulan bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain dan dapat
tetap diberikan ASI sampai bayi berumur 2 tahun .
Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif tahun 2011 sebesar 76.99%
mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar 61.91% dan tahun 2009 sebesar 50.35%.
masih rendahnya pemberian ASI eksklusif dipengaruhi beberapa hal antara lain kurangnya
pemahaman masyarakat tentang manfaat dan pentingnya pemberian ASI eksklusif, dilain
pihak gencarnya promosi dan pemasaran susu formula yang intensif bahkan sulit untuk
dikendalikan. Keadaan ini diperlukan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor
untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian
ASI eksklusif kepada bayi.
Penimabangan balita dim posyandu atau D/S merupakan indikator yang berkaitan
dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya
imunisasi serta pelayanan terhadap balita gizi kurang. Indikator ini menunjukan semakin
tinggi cakupan D/S semakin tinggi cakupan pemberian vitamin A, semakin tinggi cakupan
imunisasi dan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Indikator D/S juga digunakan untuk
mengukur tinggi rendahnya pencapaian indikator peran serta masyarakat.
D. Prilaku Masyarakat
yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat turut menangani Masalah dibidang kesehatan
serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Perilaku hidup sehat
masyarakat dicerminkan dengan persaentase rumah tangga yang melaksanakan PHBS.
Cakupan rumah tangga yang melaksanakan PHBS di Kabupaten Cianjur hasil Riskesdas
tahun 2007 sebesar 8.2%. cakupan rumah tangga yang melaksanakan PHBS tahun 2011
sebesar 34.8% sedangkan tahun 2010 sebesar 19,3% dan tahun 2009 sebesar 16.20 % terjadi
peningkatan, kedaan ini masih dibawah target Nasional yaitu sebesar 65%.
E. Keadaan Lingkungan
Berdasarkan teori H.L.Blum selain tiga prilaku, pelayanan kesehatan herediter, faktor
lingkungan mempunyai pengaruh sebesar 45% terhadap drajat kesehatan. Ketersediaan
sarana air bersih, jamban keluarga, rumah sehat,tempat-tempat umum sehat, pembuangan
sampah dan limbah yang sesuai dengan ketentuan menunjukkan keadaan lingkungan,dan
memegang peranan penting terhadap kejadian gangguan kesehatan masyarakat.
Keadaan lingkungan menggambarkan dengan beberapa indikator antara lain rumah
sakit, kepemilikan keluarga terhadap akses air bersih,kepemilikan jamban,kepemilikan
jamban sehat, kepemilikan tempat sampah, dan lain-lain.
Cakupan indikator keadaan lingkungan tahun 2011 dikabupaten cianjur adalah : 1)
rumah sehat sebesar 54.9%, terjadi kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar
44.39%, dan tahun 2009 (48,39%): 2) keluarga yang memiliki akses terhadap air bersihtahun
2011 sebesar 71.6, ada kenaikan dari tahun 2010 sebesar 71,2% dan tahun 2009 sebesar
70,7%: 3) kepala keluarga (KK) memiliki jamban tahun 2011 sebesar 77.7%, tahun 2010
sebesar 78,1% dan pada tahun 2009 (67,6%), dan KK memiliki jamban sehat tahun 2011
sebesar 67.6%, terjadi fluktuatif yaitu pada tahun 2010 sebesar 73,23% dan pada tahun 2009
(69,3%):3) KK yang memiliki tempat sampah tahun 2011 sebesar 76.5%, tahun 2010 terjadi
fluktiatif bila dibandingkan dengan tahun 2010 yaitu sebesar 76,98% dan tahun 2009 sebesar
69,95%, dan KK yang memiliki tempat sampah sehat tahun 2011 sebesar 65.1% terjadi
fluktuatif bila dinandingkan dengan tahun 2010 sebesar 68,54% dan tahun 2009 sebesar
67,95%; 5) KK yang memiliki pengelolaan air limbah tahun 2011 sebesar 67.6%, tahun 2010
sebesar 77,1% dan tahun 2009 sebesar 65,0% ,kemudisa yang memiliki pengelolaan air
limbah sehat tahun 2011 sebesar 63.9%, terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar 66,32%
dari tahun 2009 sebesar 65,50%.
Tahun 2011 di Kabupaten Cianjur Tempat-tempat Umum dan Makanan (TTUM)
sehat sebanyak 59.21%, turun dari tahun 2010 62,77% turun dari tahun 2009 sebesar
63,32%. Institusi yang dibina kesehatan lingkungannya pada 20101 sebesar 41,64% turun
dari tahun 2009 sebesar 53,33% . Rumah atau bagunan yang bebas jentik nyamuk bebas
Aedes pada tahun 2011 sebesar 91.29% terjadi penurunan dari tahun 2010 sebesar 99,44%.
F. Program Kesehatan
di posyandu.
6. Program pengembangan lingkungan sehat bertujuan untuk meningkatkan tecapaianya
desa sehat, kecamatan sehat, dan Kabupaten Sehat dan sasarannya adalah peningkatan
kualitas lingkungan dan penyehatan tempat-tempat umum.
7. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit menular bertujuan untuk
mencegah dan memberantas serta menurunkan kasus penyakit menular di masyarakat
dan sasaran yang ingin dicapai adalah penyelenggaraan penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) dan gizi buruk, pencegahan dan
pemberantasan penyakit : polio, HIV/AIDS, DBD dan diare.
8. Program standarisasi pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan sarana
pelayanan kesehatan, evaluasi standar pelayanan, standar biaya dan tenaga pelayanan
kesehatan.
9. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan sasaran yang ingin dicapai
tersedianya bantuan biaya rujukan ke RS.
10. Program pengadaan, peningkatan dan perbaikan sarana dan prasarana puskesmas /
puskesmas pembantu dan jaringannya bertujuan untuk meningkatkan penyediaan
sarana pelayanan kesehatan dasar dan jaringannya.
11. Program pengadaan, dan peningkatan sarana dan prasarana RS/RS Jiwa/ Rumah Sakit
Paru/ Rumah Sakit Mata bertujuan untuk meningkatkan penyediaan sarana pelayanan
kesehatan tingkat rujukan dan sasaran yang ingin dicapai adalah terwujudnya sarana
dan prasarana pelayanan kesehatan rujukan melalui pemberdayaan dan meningkatkan
sarana dan prasarana mutu dan jumlah rumah sakit.
12. Program pemeliharaan sarana dan prasarana RS/RS Jiwa/ Rumah Sakit Paru/ Rumah
Sakit Mata bertujuan untuk meningkatkan terselenggaranya pelayanan kesehatan
rujukan dan sasaran yang ingin diharapakan adalah terpeliharanya sarana dan
prasarana penunjang pelayanan kesehatan rumah sakit.
13. Program kemitraan penigkatan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan sasarannya adalah terwujudnya
pengembangan desa sehat, kecamatan sehat dan Kabupaten Sehat, pembentukan desa
percontohan, kecamatan percontohan, peningkatan kualitas fasilitator masyarakat
(FM) dalam program kesehatan, pembinaan dan pengembangan model pemberdayaan
masyarakat.
14. Program peningkatan pelayanan kesehatan anak balita bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan pada anak balita dan sasarannya adalah terselenggaranya
pelayanan imunisasi pada anak balita.
15. Program pelayanan kesehatan lansia bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan terutama usia lanjut dan sasarannya adalah memelihara kesehtan lansia
melalui pendidikan dan pelatihan, pusat-puast layanan serta panti-panti.
16. Program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan bertujuan untuk
melindungi kesehatan masyrakat dari makanan dan minuman dan sasaranya adalah
pembinaan terhadap pengrajin makanan melalui penyuluhan dan memberikan
sertifikat, pemeriksaan restoran.
17. Program peningkatan kesehatan ibu melahirkan dan anak bertujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan sasarannya adalah terlaksananya
pelayanan kesehatan ibu dan bayi, pelayanan kesehatan anak prasekolah dan usia
sekolah.
18. Program peningkatan manajemen kesehatan, sistem informasi kesehatan (SIK) dan
sumberdaya kesehatan (SDK) bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen dan
profesionalisme serta meningkatnya pembiayaan pelayanan kesehatan dan tersedianya
sistem minformasi kesehatan.
Pencapaian SPM tahun 2011 di Kabupaten Cianjur disajikan pada tabel 4.2
berikut ini :
Capaian
Jenis Target Tahunan
No Indikator Satuan
Pelayanan Realisasi
2011
2011
1 2 3 4 5 6
Pelayanan
1 Kesehatan 1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K-4. % 95 90,5
Dasar
Cakupan Ibu Hamil dengan
2. % 77 46,51
komplikasi yang ditangani.
Cakupan Pertolongan persalinan
oleh bidan atau tenaga kesehatan
3. % 74 81,2
yang memiliki kompetensi
kebidanan.
4. Cakupan Pelayanan Ibu Nifas. % 90 87,2
Cakupan Neonatal dengan
5. % 70 9,13
komplikasi yang ditangani.
6. Cakupan Kunjungan Bayi. % 85 92,44
Cakupan Desa/Keluarahan
7. Universal Child Immunization % 85 85,8
(UCI).
8. Cakupan Pelayanan Anak Balita. % 65 47,27
Cakupan pemberian makanan
9. pendamping ASI pada anak usia 6- % 100
24 bulan keluarga miskin.
Cakupan Balita gizi buruk mendapat
10. % 100 70,7
perawatan
Capaian
Jenis Target Tahunan
No Indikator Satuan
Pelayanan Realisasi
2011
2011
- Cakupan Balita dg Pneumonia
% 100 27,2
yang mditangani
- % Penemuan Pasien baru TB
% 80 82,7
mBTA +
- Penderita DBD Yang mditangani % 100 100
Penanggulan
gan KLB
Promosi
Kesehatan
dan
IV 18. Cakupan Desa Siaga Aktif. % 58 62
Pemberdaya
an
Masyarakat
BAB V
SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Sarana Kesehatan
Pada tahun 2011 di Kabupaten Cianjur terdapat dua Rumah Sakit yaitu Rumah
Sakit Umum Kelas B Cianjur dan Rumah Sakit Umum Cimacan. Kedua Rumah Sakit
Umum tersebut merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Cianjur.
B. Tenaga Kesehatan
Indikator Ketersediaan
No Jenis Tenaga
Tenaga/100.000 pddk Nakes/100.000 pddk
1 Dokter spesialis 6 1,47
2 Dokter Umum 40 4,61
3 Dokter Gigi 11 1,01
4 Perawat 117 30,58
5 Bidan 100 24,82
6 Perawat Gigi 30 1,91
7 Apoteker 10 0,69
8 Asisten Apoteker 30 1,47
9 Kesehatan Masyarakat 40 3,18
10 Sanitarian 40 1,80
11 Ahli Gizi 22 1,89
12 Keterafian fisik 4 0,14
13 Keteknisian Medis 15 2,35
Sumber: Depkes RI tahun 2003
Subag Umum dan Kepegawaian Dinkes Cianjur, tahun 2011
Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya di Cianjur, tahun 2011
Pada tahun 2011 jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan di Kabupaten
Cianjur sebanyak 1577 orang kesehatan dan 508 tenaga non kesehatan
Tenaga kesehatan pada tahun 2011 di kabupaten Cianjur terdiri dari tenaga
medis, tenaga keperawatan dan bidan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan
masyarakat, tenaga sanitasi, tenaga gizi, tenaga teknis fisik, dan tenaga keteknisian
medis.
3 Kefarmasian 44 2.64
5 Sanitasi 41 2.46
6 Gizi 37 2.22
Tabel 5.3 menunjukan bahwa pada tahun 2011 di Kabupaten Cianjur tenaga
kesehatan paling banyak adalah di unit pelayanan puskesmas ( 61.4%), selanjutnya di
rumah sakit sebanyak (30.15%).
C. Pembiayaan Kesehatan
-
Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN)
Sumber Pemerintah Lain 150.000.000
Total Anggaran Kesehatan 98.215.719.953
BAB VI
PENUTUP
Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum optimal diharapkan pada tahun
berikutnya memerlukan komitmen bidang-bidang program yang ada di Dinas
Kesehatan Kabupaten Cianjur serta mendapatkan data yang akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan dari semua lini kesehatan seperti Puskesmas dan jajarannya,
rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya, sehingga profil kesehatan Kabupaten
Cianjur tahun 2011 dapat menyajikan data yang akurat, valid dan terpercaya, untuk
selanjutnya dapat dijadikan dasar yang evidence base dalam perencanaan
pembangunan dimasa mendatang.
Kami dari tim penyusun profil kesehatan Kabupaten Cianjur mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak baik Puskesmas maupun Rumah Sakit dan
pengelola sarana kesehatan lainnya serta pihak terkait yang telah mengirimkan data
dan informasi sehingga terbitnya profil kesehatan Kabupaten Cianjur Tahun 2011.
Kepada seluruh instansi kesehatan, kami menghimbau untuk selalu berpartisipasi dan
meningkatkan sistem data dan informasi sebagai perbaikan manajemen kesehatan
yang berkualitas dan terpercaya dimasa mendatang.
Semoga dengan terbitnya profil kesehatan Kabupaten Cianjur tahun 2011 ini
dapat memberikan gambaran tentang perkembangan situasi derajat kesehatan
masyarakat Kabupaten Cianjur yang telah kita laksanakan bersama dengan kemitraan
serta bermanfaat bagi kita semua dan untuk masa yang akan datang.
DAFTAR REFERENSI
Cianjur
Cianjur
Cianjur
Jakarta
Dinkes Jabar, 2010. Propil Kesehatan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009. Dinas
Kemenkes RI, 2010 Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2009. Kementerian Kesehatan
RI, Jakarta