Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Disusun oleh :
Handhy Tanara
112016289
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Keluhan Utama
9 bulan SMRS, OS mengeluh sesak napas pada dada yang muncul saat OS sehari hari
seperti menyapu dan mencuci. Sesak dirasakan selama 15 menit. Sesak berkurang saat OS
beristirahat. Batuk (-), nyeri dada (-). Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-). OS mengeluh
bengkak di kedua kaki (+). Semenjak itu, OS mengaku harus tidur dengan 2 bantal agar tidak
sesak. BAK dan BAB tidak ada keluhan. OS kemudian datang ke rumah sakit untuk dirawat
selama seminggu karena dinyatakan sakit jantung oleh dokter. Setelah dinyatakan pulang, OS
tidak rutin kontrol ke dokter.
Kemudian OS datang ke IGD RSUD Cengkareng karena sesak sejak 1 hari SMRS. OS
mengeluh sesak semakin bertambah berat terutama dalam seminggu terakhir. OS mengaku
sesak pada bagian dada dan tidak menjalar ke daerah punggung. Sesak muncul saat OS
beraktivitas ringan seperti berjalan sedikit dan mengambil barang yang dekat. Sesak
dirasakan hampir setiap jam sepanjang hari dan hilang setelah 30 menit beristirahat, mengi (-
). Sesak dirasakan terutama malam hari (+), OS mengaku lebih nyaman duduk dan tidur
menggunakan bantal yang tinggi agar tidak sesak, lebih dari 3 bantal. Batuk (+), berdahak (-).
Nyeri dada (-), nyeri perut (+), mual (+). OS juga mengeluh bengkak pada bagian perut
bawah dan kedua kaki. Pasien masih bisa berjalan walaupun kakinya bengkak, namun tidak
bisa jauh karena sesak.
1 minggu setelah dirawat, OS mengaku masih sesak. Sesak yang dirasakan timbul saat OS
beraktivitas ringan seperti ingin mengambil barang pada lemari di sebelah tempat tidur atau
mengangkat bantal. OS mendeskripsikan sesaknya seperti napasnya memendek dan tidak bisa
menarik napas. Sesak dirasakan bisa hampir setiap jam sepanjang hari dan hilang setelah 30
menit beristirahat. OS mengaku sesak saat oksigennya dilepas. Pada saat malam, OS
mengatakan tidak bisa tidur karena sering sesak dan harus menggunakan tiga bantal / tempat
tidurnya dinaikkan. OS merasa lebih enak kalau duduk dan bersandar pada pegangan di
samping tempat tidur. . Batuk (+), berdahak (-). Nyeri dada (-), lemas (+), nyeri perut (+),
mual (+). Bengkak pada kedua kaki sudah mulai menghilang. Pasien mengaku mempunyai
riwayat kencing manis dan mengonsumsi obat metformin.
Riwayat darah tinggi tapi tidak diketahui sejak kapan dan tidak rutin mengonsumsi
obat
Riwayat penyakit jantung yang diketahui sejak 9 bulan SMRS, tapi OS tidak rutin
berobat
Riwayat keluhan yang sama (sakit jantung dan hipertensi) dalam keluarga (+) ayah
OS dan kakak kandung OS.
Riwayat darah tinggi dalam keluarga (+) ayah, kakak dan adik kandung OS.
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga (+) ayah dan kakak OS.
Riwayat diabetes dalam keluarga tidak diketahui.
Pasien tidak mempunyai riwayat merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Pasien
dan suami pasien sudah tidak bekerja dan hanya bergantung pada penghasilan anaknya
sebagai pegawai swasta.
Anamnesis Sistem
Kulit
Kepala
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorokan
Leher
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan Umum
Suhu : 36,5 C
Habitus : Atletikus
Mobilisasi : Pasif
Kulit
Kepala
Mata
Kelopak : DBN
Telinga
Mulut
Halitosis :+ Trismus :-
Leher
Depan Belakang
Pergerakan dinding dada
Pergerakan dinding dada
simetris statis dan dinamis,
Inspeksi simetris saat statis dan
tidak ada bagian yang
dinamis.
tertinggal
Sela iga melebar, fremitus Sela iga melebar, fremitus
Palpasi
taktil simetris, nyeri tekan (-) taktil simetris, nyeri tekan (-)
Sonor di lapang paru kanan
dan kiri, batas paru hati sela Sonor pada lapang paru
Perkusi
iga ke V linea midklavikula kanan dan kiri, simetris
kanan
Suara nafas dasar vesikuler Suara nafas dasar vesikuler
Kanan Terdapat ronkhi pada daerah Terdapat ronkhi pada daerah
tengah dan bawah paru basal paru
Auskultasi
Suara nafas dasar vesikuler Suara nafas dasar vesikuler
Kiri Terdapat ronkhi pada daerah Terdapat ronkhi pada daerah
tengah dan bawah paru basal paru
Jantung
Hasil Pemeriksaan
Anggota Gerak
Lengan
Kanan Kiri
Tonus otot Normotonus Normotonus
Massa otot DBN DBN
Sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan +5 +5
Lain-lain DBN DBN
Kanan Kiri
Luka + +
Varises - -
Tonus otot Normotonus Normotonus
Massa otot DBN DBN
Sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan +5 +5
Lain-lain Edema pitting Edema pitting
Kesan : Banding foto tanggal 27-05-17, saat ini tampak kardiomegali (HHD); dengan sugestif
edema paru dan efusi pleura bilateral : prominen.
RINGKASAN (RESUME)
Perempuan 67 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak yang memberat sejak 1 hari SMRS.
Awalnya gejala berupa sesak yang datang bila melakukan aktivitas seperti mencuci dan
membereskan rumah sejak 9 bulan SMRS, namun sesaknya menjadi bertambah sehingga OS
mengaku sesak walaupun hanya melakukan aktivitas ringan seperti menjangkau barang yang
Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 150/80 mmHg,
Nadi : 85x/menit, RR 24x/menit, T: 36,5oC. JVP 5+3 cm. Pada auskultasi paru didapatkan
bising dasar vesikuler dengan suara tambahan ronkhi pada daerah basal, pada tungkai bagian
bawah terdapat edema pitting. Pada pemeriksaan laboratorium Hb 11,0 g/dl, Ht 32 %. GDS
didapatkan 138 mg/dl. Kesan foto thoraks PA: kardiomegali (HHD); dengan sugestif edema
paru dan efusi pleura bilateral : prominen. Kesan pada USG : efusi pleura bilateral.
DAFTAR MASALAH
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
TD 150/80 mmHg
JVP 5+3 cm
Thoraks
o Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi pada daerah basal
Pada tungkai bagian bawah didapatkan edema pitting pada kedua kaki
Pemeriksaan Penunjang
GDS tanggal 12 Juli 2017 138mg/dl, GDS tanggal 19 Juli 2017 115 mg/dl
PENGKAJIAN MASALAH
Definisi CHF
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Kelainan ini dikarenakan akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari
jantung.. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan.
Epidemiologi
Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM)
(63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak
menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian dini tersebut terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor
satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit
yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit Jantung
Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke. Pada tahun
2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat
dicegah. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4%
di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51%
kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler,
terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai
23,3 juta kematian pada tahun 2030.
Klasifikasi
Klasifikasi NYHA
Kelas Deskripsi
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
Kelas I sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak napas namun
sesak timbul saat beraktifitas berlebih.
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Kelas II namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
napas.
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Kelas III
tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
Kelas IV
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
Klasifikasi ACC/AHA
Grade Deskripsi
Memiliki risiko tinggi (diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner) untuk
Grade A berkembang menjadi gagal jantung namun belum ada gangguan struktural
atau fungsional jantung. Tidak terdapat tanda atau gejala.
Memiliki faktor-faktor risiko seperti Grade A dan sudah terdapat kelainan
Grade B struktural dengan atau tanpa gangguan fungsional, namun masih belum ada
tanda dan gejala (asimptomatik).
Gagal jantung yang simptomatik berhubungan dengan penyakit struktral
Grade C
jantung yang mendasari.
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat
Grade D bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal
(refrakter).
Gagal jantung akut: serangan cepat (rapid onset) atau adanya perubahan gejala-gejala
atau tanda-tanda (symptoms and signs) dari gagal jantung yang berakibat
diperlukannya tindakan secara urgent. Gagal jantung akut dapat berupa serangan
pertama atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya.
Gagal jantung kronik: kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular yang terjadi
secara perlahan-lahan, ditandai dengan kongesti perifer yang sangat menyolok.
Etiologi
1. Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi premature yang sering dapat
menurunkan curah jantung.
2. Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan beban
tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang , seperti stenosis katup
aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang
menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis
koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium, penyakit miokard primer
(kardiomiopati), atau hipertrofi luas karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta, atau
hipertensi sistemik.
4. Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan kegagalan
pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi selama 8 hari
pertama setelah infark.
Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal jantung kongestif, yaitu:
kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterload) , peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, penyakit jantung lain, faktor
sistemik.
Sindrom dari CHF meningkat sebagai konsekuensi dari abnormalitas pada struktur, fungsi
ritme, dan konduksi dari jantung. Sindrom gagal jantung disebabkan oleh beberapa
komponen:
Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja (tekanan atau volume)
yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban volume atau preload
disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih banyak semenit sedangkan
beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan yang meningkatkan tahanan terhadap
pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau gangguan fungsi miokard dapat disebabkan
oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh hilangnya jaringan kontraktil ( infark miokard
).Dalam menghadapi beban lebih, jantung menjawab ( berkompensasi ) seperti bila jantung
menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka
mekanisme kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang
merugikan. Manifestasi klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme kompensasi.
Peningkatan tekanan atrium kiri meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan menyebabkan
kongesti paru dan akhirnya edema alveolar, mengakibatkan sesak napas, batuk, dan kadang
hemoptisis. Dispneu awalnya timbul pada aktivitas namun bila gagal ventrikel kiri berlanjut
dapat terjadi saat istirahat, menyebabkan dispnu nokturnal paroksismal. Kongesti paru
menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang
datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispneu, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam
hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
Batuk
Mudah lelah, terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress
akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik.
Kulit lembab dan pucat menandakan vasokonstriksi perifer.
Tekanan darah dapat menjadi rendah akibat perburukan disfungsi jantung.
Denyut nadi mungkin memiliki volume kecil dan irama mungkin normal atau
ireguler.
Apeks jantung bergeser ke lateral karena dilatasi ventrikel kiri.
Pada auskultasi dapat didapat bunyi jantung ketiga (S3), gallop dan murmur dari
regurgitasi mitral sekunder karena dilatasi anulus mitral.
Suara P2 dapat lebih keras karena tekanan arteri pulmonalis meningkat sekunder
karena hipertensi paru sekunder.
Terjadi krepitasi paru karena edema alveolar dan edema dinding bronkus dapat
menyebabkan mengi.
Diagnosis
Kriteria mayor:
Kriteria minor:
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea d effort
Tata Laksana
Berdasarkan AHA ( American Heart Association ) tatalaksana gagal jantung dibagi menjadi
tatalaksana untuk resiko gagal jantung dan tata laksana untuk yang telah terkena gagal
jantung, sehingga dibagi dalam beberapa klasifikasi
Stage A
Pada stage ini tatalaksana ditujukan untuk pasien yang memiliki resiko gagal jantung tetapi
tanpa perubahan struktur dari jantung atau gejala gagal jantung, misalnya pada pasien
arteriskelrosis, Diabetes Melitus (DM), Obesitas, sindrom metabolik, dan pasien yang
menggunakan cardiotoksin atau riwayat keluarga menderita kardiomiopati.
Pengobatan
golongan ACEI dan ARB pada pasien yang tepat untuk penyakit vaskuler dan
diabetes melitus.
pemberian statin sewajarnya (sesuai kebutuhan)
Stage B
Stage ini ditujukan untuk pasien dengan perubahan struktural jantung tanpa disertai tanda-
tanda atau gejala gagal jantung. Stage ini biasanya mencakngkup pasien dengan adanya
penyakit miocard infark, perubahan bentuk ventrikel kiri, atau penyakit vulvular yang
asimtomatik.
Tujuan Pengobatan
Mencegah gejala HF
Mencegah perubahan otot jantung yang semakin berlanjut
Pengobatan
Stage C
Stage C merupakan tatalaksana yang digolongkan untuk orang-orang dengan gejala sebelum
atau saat gagal jantung, misalnya untuk pasien yang telah pasti didiagnosis dengan penyakit
perubahan struktural jantung, dan telah ada gejala-gejala gagal jantung
Terapi pada pasien dengan HfrEF ( Heart failure reserved ejection fraction)
Stage D
Pada stage ini biasanya treatment yang diberikan unntuk pasien dengan HF yang sulit diatasi
dengan pengobatan biasa. Pada stage ini terapi yang berupa support, transplantasi jantung,
pemakaian alat untuk membantu kerja jantung dan operasi.
Prognosis
Secara umum, angka kematian pada pasien gagal jantung kongestif yang memiliki riwayat
dirawat di rumah sakit adalah 10,4% untuk 30 hari, 22% untuk 1 tahun dan 42,3% untuk 5
tahun. Setiap kali pasien dirawat ulang di rumah sakit maka tingkat mortalitasnya bertambah
20-22%. Angka mortalitas lebih dari 50% pada pasien dengan NYHA kelas IV.
Pada pasien ini didapatkan tiga kriteria mayor. Pertama terdapatnya paroksismal nokturnal
dispneu dari hasil anamnesis. Kedua, dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah di
basal kedua paru. Ketiga, dari hasil pemeriksaan fisik perkusi jantung, didapatkan adanya
pembesaran jantung. Batas kanan ICS V linea sternalis dekstra, Batas atas ICS III linea
sternalis sinistra, Batas kiri ICS V dua jari ke medial dari linea aksilaris anterior sinistra. Hal
yang sama juga didapatkan dari hasil rontgen yang menyatakan bahwa pada pasien terdapat
kardiomegali. Keempat terdapat peninggian tekanan vena jugularis yaitu (5+3) cmH2O.2,3,4
Sedangkan untuk kriteria minor didapatkan batuk malam hari. Kedua terdapatnya dispneu
deffort yang didapatkan dari hasil anamnesis pasien mengeluh sesak saat mengambil barang
yang dekat. Ketiga didapatkan edema ekstremitas pada kedua tungkai.Keempat berdasarkan
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan efusi pleura. Oleh karena itu pada pasien ini dapat
disimpulkan diagnosisnya adalah CHF.
1. Ismail. Gagal jantung kongestif. [Online] 1 Mei 2009 [akses 25 Juli 2017]. Available
from: URL: http://www.gagal-jantung-kongestif.co.id.html.
2. Brashaers, Valentina L. Gagal jantung kongestif. Dalam: Aplikasi klinis patofisiologi,
pemeriksaan dan manajemen. 2nd ed. Jakarta: EGC.2007. p53-5.
3. Rani, A. Aziz, dkk. Gagal jantung kronik. Dalam: Panduan pelayanan Medik,
perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Jakarta: PB PAPDI. 2014.
4. Panggabean MM. Gagal Jantung. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.
Pusat Penerbitan IPD FK UI: Jakarta, 2006, 1503-1504.
5. Dayer M, Cowie MR. Heart failure: diagnosis and healthcare burden. Clin Med
2004;4:13-8.
6. Mc Murray JJ, Pfeffer MA. Heart failure. Lancet 2005;365:1877-89
7. Braunwald E. Heart failure and cor pulmonale. Harrisons Principle of Internal Medicine.
16 ed. Chicago: McGraw-Hill; 2005. P. 1367.