You are on page 1of 28

Laporan Kasus

Congestive Heart Failure

Pembimbing :

Dr. David D Ariwibowo, SpJP

Disusun oleh :

Handhy Tanara

112016289

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Periode 3 Juli s/d 9 September 2017

Status Ilmu Penyakit Dalam 1


Nama : Handhy Tanara Tanda Tangan

NIM : 11 2016 289

Pembimbing : dr. David D Ariwibowo, SpJP

IDENTITAS PASIEN

Nama lengkap : Ny. U Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 23 Februari Suku bangsa : Jawa


1949
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Status perkawinan : Kawin
Tanggal masuk RS : 12 Juli 2017
Alamat : Kalideres

ANAMNESIS

Diambil dari: Autoanamnesis, tanggal: 19 Juli 2017, pukul: 11.15 WIB

Keluhan Utama

Sesak sejak 1 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang

9 bulan SMRS, OS mengeluh sesak napas pada dada yang muncul saat OS sehari hari
seperti menyapu dan mencuci. Sesak dirasakan selama 15 menit. Sesak berkurang saat OS
beristirahat. Batuk (-), nyeri dada (-). Nyeri perut (-), mual (-), muntah (-). OS mengeluh
bengkak di kedua kaki (+). Semenjak itu, OS mengaku harus tidur dengan 2 bantal agar tidak
sesak. BAK dan BAB tidak ada keluhan. OS kemudian datang ke rumah sakit untuk dirawat
selama seminggu karena dinyatakan sakit jantung oleh dokter. Setelah dinyatakan pulang, OS
tidak rutin kontrol ke dokter.

Status Ilmu Penyakit Dalam 2


3 bulan SMRS, OS mengeluh sesak napas (+), sesak muncul saat OS beraktivitas ringan (+)
seperti berjalan sekitar 30 meter. Sesak berkurang saat OS beristirahat. Batuk (-), nyeri dada
(-). Nyeri perut (-), perut terasa penuh (+), mual (-), muntah (-). Os mengeluh bengkak di
kaki (+). BAK dan BAB tidak ada keluhan. OS dirawat di rumah sakit selama seminggu
kemudian pulang.

Kemudian OS datang ke IGD RSUD Cengkareng karena sesak sejak 1 hari SMRS. OS
mengeluh sesak semakin bertambah berat terutama dalam seminggu terakhir. OS mengaku
sesak pada bagian dada dan tidak menjalar ke daerah punggung. Sesak muncul saat OS
beraktivitas ringan seperti berjalan sedikit dan mengambil barang yang dekat. Sesak
dirasakan hampir setiap jam sepanjang hari dan hilang setelah 30 menit beristirahat, mengi (-
). Sesak dirasakan terutama malam hari (+), OS mengaku lebih nyaman duduk dan tidur
menggunakan bantal yang tinggi agar tidak sesak, lebih dari 3 bantal. Batuk (+), berdahak (-).
Nyeri dada (-), nyeri perut (+), mual (+). OS juga mengeluh bengkak pada bagian perut
bawah dan kedua kaki. Pasien masih bisa berjalan walaupun kakinya bengkak, namun tidak
bisa jauh karena sesak.

1 minggu setelah dirawat, OS mengaku masih sesak. Sesak yang dirasakan timbul saat OS
beraktivitas ringan seperti ingin mengambil barang pada lemari di sebelah tempat tidur atau
mengangkat bantal. OS mendeskripsikan sesaknya seperti napasnya memendek dan tidak bisa
menarik napas. Sesak dirasakan bisa hampir setiap jam sepanjang hari dan hilang setelah 30
menit beristirahat. OS mengaku sesak saat oksigennya dilepas. Pada saat malam, OS
mengatakan tidak bisa tidur karena sering sesak dan harus menggunakan tiga bantal / tempat
tidurnya dinaikkan. OS merasa lebih enak kalau duduk dan bersandar pada pegangan di
samping tempat tidur. . Batuk (+), berdahak (-). Nyeri dada (-), lemas (+), nyeri perut (+),
mual (+). Bengkak pada kedua kaki sudah mulai menghilang. Pasien mengaku mempunyai
riwayat kencing manis dan mengonsumsi obat metformin.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat darah tinggi tapi tidak diketahui sejak kapan dan tidak rutin mengonsumsi
obat
Riwayat penyakit jantung yang diketahui sejak 9 bulan SMRS, tapi OS tidak rutin
berobat

Status Ilmu Penyakit Dalam 3


Riwayat diabetes (+)
Riwayat penyakit ginjal (-)
Riwayat asma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan yang sama (sakit jantung dan hipertensi) dalam keluarga (+) ayah
OS dan kakak kandung OS.
Riwayat darah tinggi dalam keluarga (+) ayah, kakak dan adik kandung OS.
Riwayat penyakit jantung dalam keluarga (+) ayah dan kakak OS.
Riwayat diabetes dalam keluarga tidak diketahui.

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tidak mempunyai riwayat merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Pasien
dan suami pasien sudah tidak bekerja dan hanya bergantung pada penghasilan anaknya
sebagai pegawai swasta.

Kesan: ekonomi menengah ke bawah.

Anamnesis Sistem

Kulit

(-) Bisul (-) Ikterus

(-) Masalah kuku (-) Keringat malam

(-) Masalah rambut (-) Sianosis

Kepala

(-) Trauma (-) Sakit kepala

(-) Sinkop (-) Nyeri sinus

Status Ilmu Penyakit Dalam 4


Mata

(-) Nyeri (-) Radang

(-) Sekret (-) Gangguan penglihatan

(-) Ikterus (-) Ketajaman penglihatan

Telinga

(-) Nyeri (-) Tinitus

(-) Sekret (-) Gangguan pendengaran

Hidung

(-) Trauma (-) Epistaksis

(-) Nyeri (-) Sumbatan

(-) Sekret (-) Gangguan penghidu

Mulut

(-) Masalah bibir (-) Masalah lidah

(-) Masalah gusi (-) Gangguan pengecap

(-) Selaput (-) Stomatitis

Tenggorokan

(-) Nyeri (-) Perubahan suara

Leher

(-) Benjolan (-) Nyeri

Dada (Jantung / Paru-Paru)

(-) Nyeri (+) Sesak

(-) Berdebar (+) Batuk

(+) Ortopnea (-) Batuk darah

Status Ilmu Penyakit Dalam 5


Abdomen (Lambung / Usus)

(-) Kembung (-) Hemoroid

(+) Mual (-) Mencret

(-) Muntah (-) Tinja darah

(-) Muntah darah (-) Tinja warna dempul

(-) Sulit menelan (-) Tinja warna ter

(-) Nyeri / kolik (-) Benjolan

(-) Perut membesar

Saluran Kemih / Alat Kelamin

(-) Disuria (-) Anuria

(-) Kolik (-) Hematuria

(-) Stranguri (-) Kencing batu

(-) Kencing nanah (-) Retensi urin

(-) Poliuria (-) Kencing menetes

(-) Oliguria (-) Mengompol (tanpa sadar)

(-) Polakisuria (-) Penyakit prostat

Saraf dan Otot

(-) Anestesi (-) Afasia

(-) Parestesi (-) Gangguan bicara (Disartria)

(-) Hipo / Hiperestesi (-) Amnesia

(+) Otot lemah (-) Sukar mengingat

(-) Ataksia (-) Pingsan

(-) Kejang (-) Pusing (Vertigo)

(-) Kedutan (tick)

Status Ilmu Penyakit Dalam 6


Ekstremitas

(+) Bengkak (Ext bawah) (-) Deformitas

(-) Nyeri (-) Sianosis

PEMERIKSAAN JASMANI

Tanggal: 19 Juli 2017 Jam: 11:25

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 150/80 mmHg

Frekuensi nadi : 85 kali / menit

Frekuensi dan tipe pernapasan : 24 kali / menit

Suhu : 36,5 C

Habitus : Atletikus

Cara berjalan : Tidak dapat diperiksa

Mobilisasi : Pasif

Umur menurut perkiraan pemeriksa : 70 tahun

Kulit

Warna : Sawo matang Ikterus :-

Suhu raba : Normotermi

Status Ilmu Penyakit Dalam 7


Kelenjar Getah Bening

Submandibula : Tidak tampak pembesaran Ketiak : Tidak tampak pembesaran

Leher : Tidak tampak pembesaran Lipat paha : Tidak tampak pembesaran

Subklavikula : Tidak tampak pembesaran

Kepala

Ekspresi wajah : Datar Rambut : Tidak dilakukan

Simetri muka : Simetris

Mata

Eksoftalmus :- Konjungtiva : Tidak anemis

Enoftalmus :- Sklera : Tidak ikterik

Kelopak : DBN

Telinga

Tuli :- Cairan : Tidak dilakukan

Mulut

Bibir : DBN Gigi-geligi : Tidak dilakukan

Halitosis :+ Trismus :-

Leher

JVP : 5 + 3 cm Limfe : Tidak ada pembesaran

Tiroid : Tidak ada pembesaran

Status Ilmu Penyakit Dalam 8


Paru-paru

Depan Belakang
Pergerakan dinding dada
Pergerakan dinding dada
simetris statis dan dinamis,
Inspeksi simetris saat statis dan
tidak ada bagian yang
dinamis.
tertinggal
Sela iga melebar, fremitus Sela iga melebar, fremitus
Palpasi
taktil simetris, nyeri tekan (-) taktil simetris, nyeri tekan (-)
Sonor di lapang paru kanan
dan kiri, batas paru hati sela Sonor pada lapang paru
Perkusi
iga ke V linea midklavikula kanan dan kiri, simetris
kanan
Suara nafas dasar vesikuler Suara nafas dasar vesikuler
Kanan Terdapat ronkhi pada daerah Terdapat ronkhi pada daerah
tengah dan bawah paru basal paru
Auskultasi
Suara nafas dasar vesikuler Suara nafas dasar vesikuler
Kiri Terdapat ronkhi pada daerah Terdapat ronkhi pada daerah
tengah dan bawah paru basal paru

Jantung

Hasil Pemeriksaan

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat

pulsasi ictus cordis teraba 2 cm lateral ICS VI dari linea


Palpasi
midclavicularis sinistra, kuat angkat, diameter + 2 cm
Batas kanan ICS V linea sternalis dekstra,
Batas atas ICS III linea sternalis sinistra
Perkusi
Batas kiri ICS V dua jari ke medial dari linea aksilaris
anterior sinistra

Auskultasi BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)

Status Ilmu Penyakit Dalam 9


Abdomen

Inspeksi Bentuk perut datar, asites (-), tidak terlihat


lesi kulit dan bekas luka operasi, tidak
tampak adanya pelebaran vena.
Auskultasi
Bising usus (+), normoperistaltik

Perkusi Timpani, shifting dullness (-) undulasi (-)


nyeri ketok CVA (-)
Palpasi Dinding perut : supel, nyeri tekan (-)
benjolan (-) defense muscular (-), asites (-)
Hepar: tidak teraba
Lien: tidak teraba
Ginjal: ballotement dan bimanual tidak
teraba

Alat Kelamin dan Pemeriksaan Colok Dubur : Tidak ada Indikasi

Anggota Gerak

Lengan

Kanan Kiri
Tonus otot Normotonus Normotonus
Massa otot DBN DBN
Sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan +5 +5
Lain-lain DBN DBN

Status Ilmu Penyakit Dalam 10


Tungkai dan kaki

Kanan Kiri
Luka + +
Varises - -
Tonus otot Normotonus Normotonus
Massa otot DBN DBN
Sendi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Gerakan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kekuatan +5 +5
Lain-lain Edema pitting Edema pitting

LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG LAINNYA

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 12 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Analisa Gas Darah
pH 7,36 7,35 7,45
PCO2 32 P 35 48, W 32 45 mmHg
pO2 97 83 108 mmHg
HCO3 18 21 28 mmol/L
SBC P 22,5-26,9, W 21,8 26,2
19
mmol/L
SBE -7 P-1,5-()3,0, W-3,0-()2,0 mmol/L
ABE -6 -2-(+)3
sO2 97 95-99 %
tCO2 42 Vol %
Hematologi
Hema I
Hemoglobin 11,0 P 13 16, W 12 14 g/dl
Hematokrit 32 P: 40-48; W: 37-43 Vol %
Leukosit 8,6 5 10 ribu/l
Trombosit 264 150 400 ribu/l

Status Ilmu Penyakit Dalam 11


Kimia Darah
Diabetes
Glukosa Sure Step 138 <110 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 41 15 50 mg/dl
Kreatinin 1,3 <1,4 mg/dl
Fungsi Hati
AST/SGOT (Enzimatik P: 0 35, L : 0 -50 U/L
12
37oC)
ALT/SGPT (Enzimatik P: 0 35, L : 0 -50 U/L
11
37oC)
Elektrolit
Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium 148 136 146 mmol/L
Kalium 3,3 3,5 5,0 mmol/L
Chlorida 114 94 111 mmol/L

Status Ilmu Penyakit Dalam 12


Pemeriksaan EKG tanggal 12 Juli 2017

Pemeriksaan Foto Thoraks PA tanggal 12 Juli 2017

Kesan : Banding foto tanggal 27-05-17, saat ini tampak kardiomegali (HHD); dengan sugestif
edema paru dan efusi pleura bilateral : prominen.

Status Ilmu Penyakit Dalam 13


Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Kimia Darah
Fungsi Hati
Albumin 2,5 3,4 4,8 g/dl
Bilirubin Total 0,9 Dew <1,0 Neo < 12 mg/dl
Bilirubin Direk 0,3 <0,3 mg/dl
Bilirubin Indirek 0,6 <0,6mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 15 Juli 2017

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Kimia Darah
Diabetes
Normal : <6% Diabetes :
*Terkontrol baik : <6,5%
HBA1C 5,8 % *Terkontrol sedang : 6,5 8
%
*Tidak terkontrol : > 8 %

Pemeriksaan USG Thoraks tanggal 18 Juli 2017

Kesan : Efusi Pleura Bilateral

Pemeriksaan GDS tanggal 19 Juli : 115 mg/dl

RINGKASAN (RESUME)

Perempuan 67 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak yang memberat sejak 1 hari SMRS.
Awalnya gejala berupa sesak yang datang bila melakukan aktivitas seperti mencuci dan
membereskan rumah sejak 9 bulan SMRS, namun sesaknya menjadi bertambah sehingga OS
mengaku sesak walaupun hanya melakukan aktivitas ringan seperti menjangkau barang yang

Status Ilmu Penyakit Dalam 14


dekat. Sesaknya dirasakan pada dada dan tidak menjalar. OS mengatakan sesak bisa
dirasakan hampir setiap jam dan hilang bila OS beristirahat sekitar 30 menit. Saat malam, OS
mengaku harus menggunakan lebih dari tiga bantal untuk tidur. Selain itu, OS juga mengeluh
bengkak pada bagian kaki selama 9 bulan terakhir. OS sudah pernah datang ke dokter lalu
dirawat selama seminggu karena di diagnosa sakit jantung dan darah tinggi Setelah pulang,
OS tidak rutin kontrol ke dokter. OS juga mempunyai riwayat kencing manis dan mengaku
rutin mengonsumsi obat.

Pada pemeriksaan fisik tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 150/80 mmHg,
Nadi : 85x/menit, RR 24x/menit, T: 36,5oC. JVP 5+3 cm. Pada auskultasi paru didapatkan
bising dasar vesikuler dengan suara tambahan ronkhi pada daerah basal, pada tungkai bagian
bawah terdapat edema pitting. Pada pemeriksaan laboratorium Hb 11,0 g/dl, Ht 32 %. GDS
didapatkan 138 mg/dl. Kesan foto thoraks PA: kardiomegali (HHD); dengan sugestif edema
paru dan efusi pleura bilateral : prominen. Kesan pada USG : efusi pleura bilateral.

DAFTAR MASALAH

Anamnesis

Sesak yang memberat bila aktivitas ringan


Bengkak pada tungkai
Riwayat hipertensi tidak terkontrol
Riwayat diabetes dengan pengobatan
Mempunyai riwayat sakit jantung yang diketahui 9 bulan SMRS tapi tidak rutin
kontrol

Pemeriksaan Fisik

TD 150/80 mmHg
JVP 5+3 cm
Thoraks
o Pada auskultasi paru didapatkan ronkhi pada daerah basal
Pada tungkai bagian bawah didapatkan edema pitting pada kedua kaki

Pemeriksaan Penunjang

GDS tanggal 12 Juli 2017 138mg/dl, GDS tanggal 19 Juli 2017 115 mg/dl

Status Ilmu Penyakit Dalam 15


EKG normal sinus rhythm
Kesan pada foto thoraks (12 Juli 2017), kardiomegali dengan sugestif edema paru dan
efusi pleura bilateral
Pemeriksaan HbA1C tanggal 15 Juli 2017 : 5,8% (terkontrol baik)
USG Thoraks : Efusi Pleura Bilateral

PENGKAJIAN MASALAH

1. CHF (ACC/AHA stage C, NYHA III) ec Hipertensi


Assessment :mencari etiologi dan faktor pencetus(disfungsi miokard, aritmia, hipertensi,
diabetes, kelanan katup)
Mencari komplikasi / tanda kerusakan organ
IPDx :
o Pengukuran tekanan darah secara rutin
o Echocardiography
o Coronary Angiography
o Cek albumin
o Cek elektrolit
IPTx :
o Lasix 5mg/jam
o Bisoprolol 1x5 mg
o Simvastatin 1x20 mg
o Aspilet 1x80 mg
o ISDN 1x5 mg
o Spironolacton 1x25 mg
IPMx :
o Keadaan umum, TTV
o EKG
o AGD
IPEx :
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang dialami dan
komplikasinya
o Istirahat cukup

Status Ilmu Penyakit Dalam 16


o Dirawat sampai keadaan membaik
Prognosis
Ad vitam : dubia ad malam

Ad functionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

2. Diabetes Melitus tipe 2


Assessment :Mencari komplikasi / tanda kerusakan organ
IPDx :
o Cek TTGO
IPTx :
o Metformin 2x500 mg
IPMx :
o Cek GDS pagi sore
o Pantau HbA1C
IPEx :
o Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya tentang penyakit yang dialami dan
komplikasinya
o Diet rendah gula
o Rajin kontrol bila sudah pulang, min 3 bulan sekali
Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam

Ad functionam : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Status Ilmu Penyakit Dalam 17


TINJAUAN PUSTAKA

Definisi CHF

Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal. Kelainan ini dikarenakan akibat adanya gangguan struktural dan fungsional dari
jantung.. Penamaan gagal jantung kongestif yang sering digunakan kalau terjadi gagal
jantung sisi kiri dan sisi kanan.

Epidemiologi

Setiap tahunnya lebih dari 36 juta orang meninggal karena Penyakit Tidak Menular (PTM)
(63% dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak
menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian dini tersebut terjadi di
negara berpenghasilan rendah dan menengah. Secara global PTM penyebab kematian nomor
satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah penyakit
yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti: Penyakit Jantung
Koroner, Penyakit Gagal jantung atau Payah Jantung, Hipertensi dan Stroke. Pada tahun
2008 diperkirakan sebanyak 17,3 juta kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Lebih dari 3 juta kematian tersebut terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat
dicegah. Kematian dini yang disebabkan oleh penyakit jantung terjadi berkisar sebesar 4%
di negara berpenghasilan tinggi sampai dengan 42% terjadi di negara berpenghasilan rendah.
Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.
Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51%
kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler,
terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai
23,3 juta kematian pada tahun 2030.

Klasifikasi

Gagal jantung diklasifikasikan berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas


fungsional jantung atau berdasarkan kelainan struktural. Untuk menilai derajat gangguan

Status Ilmu Penyakit Dalam 18


kapasitas fungsional gagal jantung, diperkenalkan pertama kali oleh New York Heart
Association (NYHA) tahun 1994, tergantung dari tingkat aktivitas dan timbulnya keluhan.

Klasifikasi NYHA
Kelas Deskripsi
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik
Kelas I sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak napas namun
sesak timbul saat beraktifitas berlebih.
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Kelas II namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
napas.
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
Kelas III
tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
Kelas IV
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.

Klasifikasi ACC/AHA
Grade Deskripsi
Memiliki risiko tinggi (diabetes, hipertensi, penyakit jantung koroner) untuk
Grade A berkembang menjadi gagal jantung namun belum ada gangguan struktural
atau fungsional jantung. Tidak terdapat tanda atau gejala.
Memiliki faktor-faktor risiko seperti Grade A dan sudah terdapat kelainan
Grade B struktural dengan atau tanpa gangguan fungsional, namun masih belum ada
tanda dan gejala (asimptomatik).
Gagal jantung yang simptomatik berhubungan dengan penyakit struktral
Grade C
jantung yang mendasari.
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala gagal jantung yang sangat
Grade D bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapat terapi medis maksimal
(refrakter).

Status Ilmu Penyakit Dalam 19


Terdapat juga istilah-istilah dalam gagal jantung yang merujuk pada onset terjadinya gejala
gagal jantung yaitu akut dan kronik.

Gagal jantung akut: serangan cepat (rapid onset) atau adanya perubahan gejala-gejala
atau tanda-tanda (symptoms and signs) dari gagal jantung yang berakibat
diperlukannya tindakan secara urgent. Gagal jantung akut dapat berupa serangan
pertama atau perburukan dari gagal jantung kronik sebelumnya.
Gagal jantung kronik: kardiomiopati dilatasi atau kelainan multivalvular yang terjadi
secara perlahan-lahan, ditandai dengan kongesti perifer yang sangat menyolok.

Etiologi

1. Disritmia, seperti: Bradikardi, takikardi, dan kontraksi premature yang sering dapat
menurunkan curah jantung.
2. Malfungsi katup, dapat menimbulkan kegagalan pompa baik oleh kelebihan beban
tekanan (obstruksi pada pengaliran keluar dari pompa ruang , seperti stenosis katup
aortik atau stenosis pulmonal), atau dengan kelebihan beban volume yang
menunjukan peningkatan volume darah ke ventrikel kiri.
3. Abnormalitas otot jantung, menyebabkan kegagalan ventrikel meliputi infark
miokard, aneurisme ventrikel, fibrosis miokard luas (biasanya dari aterosklerosis
koroner jantung atau hipertensi lama), fibrosis endokardium, penyakit miokard primer
(kardiomiopati), atau hipertrofi luas karena hipertensi pulmonal, stenosis aorta, atau
hipertensi sistemik.
4. Ruptur miokard, terjadi sebagai awitan dramatik dan sering membahayakan kegagalan
pompa dan dihubungkan dengan mortalitas tinggi. Ini biasa terjadi selama 8 hari
pertama setelah infark.

Sedangkan menurut Brunner dan Suddarth (2002) penyebab gagal jantung kongestif, yaitu:
kelainan otot jantung, aterosklerosis koroner, hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan
afterload) , peradangan dan penyakit miokardium degeneratif, penyakit jantung lain, faktor
sistemik.

Status Ilmu Penyakit Dalam 20


Patofisiologi

Sindrom dari CHF meningkat sebagai konsekuensi dari abnormalitas pada struktur, fungsi
ritme, dan konduksi dari jantung. Sindrom gagal jantung disebabkan oleh beberapa
komponen:

1. Ketidak mampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan


stroke volum dan cardiac output menurun.
2. Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel(systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel.
3. Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel(diastolic overload) akan
menyebabkan volume dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi.
4. Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung
dimana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung
walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mamu untuk memenuhi
kebuthuna sirkulasi tubuh.
5. Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk kedalam ventrikel
atau pada aliran balik venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output
ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.

Gagal jantung kanan maupun kiri dapat disebabkan oleh beban kerja (tekanan atau volume)
yang berlebihan dan atau gangguan otot jantung itu sendiri. Beban volume atau preload
disebabkan karena kelainan ventrikel memompa darah lebih banyak semenit sedangkan
beban tekanan atau afterload disebabkan oleh kealinan yang meningkatkan tahanan terhadap
pengaliran darah ke luar jantung. Kelainan atau gangguan fungsi miokard dapat disebabkan
oleh menurunnya kontraktilitas dan oleh hilangnya jaringan kontraktil ( infark miokard
).Dalam menghadapi beban lebih, jantung menjawab ( berkompensasi ) seperti bila jantung
menghadapi latihan fisik. Akan tetapi bila beban lebih yang dihadapi berkelanjutan maka
mekanisme kompensasi akan melampaui batas dan ini menimbulkan keadaan yang
merugikan. Manifestasi klinis gagal jantung adalah manifestasi mekanisme kompensasi.

Status Ilmu Penyakit Dalam 21


Manifestasi Klinik

Gagal jantung kiri :

Peningkatan tekanan atrium kiri meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan menyebabkan
kongesti paru dan akhirnya edema alveolar, mengakibatkan sesak napas, batuk, dan kadang
hemoptisis. Dispneu awalnya timbul pada aktivitas namun bila gagal ventrikel kiri berlanjut
dapat terjadi saat istirahat, menyebabkan dispnu nokturnal paroksismal. Kongesti paru
menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak mampu memompa darah yang
datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :

Dispneu, terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien dapat mengalami ortopnu pada malam
hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
Batuk
Mudah lelah, terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan
dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil
katabolisme. Juga terjadi karena meningkatnya energi yang digunakan untuk
bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk.
Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress
akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan
baik.
Kulit lembab dan pucat menandakan vasokonstriksi perifer.
Tekanan darah dapat menjadi rendah akibat perburukan disfungsi jantung.
Denyut nadi mungkin memiliki volume kecil dan irama mungkin normal atau
ireguler.
Apeks jantung bergeser ke lateral karena dilatasi ventrikel kiri.
Pada auskultasi dapat didapat bunyi jantung ketiga (S3), gallop dan murmur dari
regurgitasi mitral sekunder karena dilatasi anulus mitral.
Suara P2 dapat lebih keras karena tekanan arteri pulmonalis meningkat sekunder
karena hipertensi paru sekunder.
Terjadi krepitasi paru karena edema alveolar dan edema dinding bronkus dapat
menyebabkan mengi.

Status Ilmu Penyakit Dalam 22


Gagal jantung kanan

Kongestif jaringan perifer dan viseral.


Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan
berat badan,
Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena
di hepar
Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga
abdomen.
Dapat ditemukan nyeri dada karena ada dilatasi ventrikel kanan.
Tekanan vena jugularis sering meningkat.
Pada auskultasi didapakan bunyi jantung S3 atau S4 ventrikel kanan.

Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi/foto thoraks,


ekokardiografi-Doppler dan kateterisasi. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
digunakan kriteria Framingham dalam mendiagnosis gagal jantung kongestif. Diagnosis
ditegakkan minimal ada 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.

Kriteria mayor:

Paroksismal nokturnal dispnu


Distensi vena leher
Ronki paru
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peninggian tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugular

Kriteria minor:

Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea d effort

Status Ilmu Penyakit Dalam 23


Hepatomegali
Efusi pleura
Penurunan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia (>120x/menit)

Pemeriksaan Penunjang untuk CHF

Electrokardiogram (EKG), dapat memberikan informasi yang sangat penting ,


meliputi frekuensi debar jantung, irama jantung, dan sistem konduksi.
X-Ray Thorax, foto x-ray thorax sangat membantu dalam menegakkan diagnosis
CHF. Selain untuk melihat pembesaran jantung, foto rontgen thorax juga dapat untuk
mendiagnosis penyakit komplikasi yang dapat mengenai paru-paru.
Echocardiography, salah satu penunjang penegakkan diagnosis CHF adalah dengan
menggunakan echocardiography atau lebih dikenal dengan sebutan echo.
Echocardiography dapat mengevaluasi kelainan struktural dan fungsional dari
jantung. Pencitraan echo/dopler harus dilakukan untuk evaluasi dan memonitor fungsi
sistolik ventrikel kiri dan kanan secara regional dan global, fungsi diastolic, struktur
dan fungsi valvular, kelainan perikard, komplikasi mekanis dan infark akut, adanya
disinkroni, juga dapat menilai semi kuantitatif, non invasive, tekanan pengisian dari
ventrikel kanan dan kiri, stroke volume dan tekanan arteri pulmonalis, yang dengan
demikian bisa menentukan strategi pengobatan.

Tata Laksana

Berdasarkan AHA ( American Heart Association ) tatalaksana gagal jantung dibagi menjadi
tatalaksana untuk resiko gagal jantung dan tata laksana untuk yang telah terkena gagal
jantung, sehingga dibagi dalam beberapa klasifikasi

Tatalaksana Pasien Resiko Gagal Jantung

Stage A

Pada stage ini tatalaksana ditujukan untuk pasien yang memiliki resiko gagal jantung tetapi
tanpa perubahan struktur dari jantung atau gejala gagal jantung, misalnya pada pasien
arteriskelrosis, Diabetes Melitus (DM), Obesitas, sindrom metabolik, dan pasien yang
menggunakan cardiotoksin atau riwayat keluarga menderita kardiomiopati.

Status Ilmu Penyakit Dalam 24


Tujuan pengobatan

agar jantung tetap sehat,


mencegah penyakit korener vaskuler,
mencegah perubahan struktur yang abnormal pada vetrikel kiri.

Pengobatan

golongan ACEI dan ARB pada pasien yang tepat untuk penyakit vaskuler dan
diabetes melitus.
pemberian statin sewajarnya (sesuai kebutuhan)

Stage B

Stage ini ditujukan untuk pasien dengan perubahan struktural jantung tanpa disertai tanda-
tanda atau gejala gagal jantung. Stage ini biasanya mencakngkup pasien dengan adanya
penyakit miocard infark, perubahan bentuk ventrikel kiri, atau penyakit vulvular yang
asimtomatik.

Tujuan Pengobatan

Mencegah gejala HF
Mencegah perubahan otot jantung yang semakin berlanjut

Pengobatan

Biasanaya diberikan ACEI atau ARB seperlunya


Bete blocker seperlunya
Pada pasien tertentu biasanya dipasang implan defebrilator atau dengan orasi

Stage C

Stage C merupakan tatalaksana yang digolongkan untuk orang-orang dengan gejala sebelum
atau saat gagal jantung, misalnya untuk pasien yang telah pasti didiagnosis dengan penyakit
perubahan struktural jantung, dan telah ada gejala-gejala gagal jantung

Status Ilmu Penyakit Dalam 25


Terapi pada pasien dengan HFpEF (heart failure preserved ejection fraction).

Terapi bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah mortalitas.

Terapi yang diberikan adalah

Diuresis untuk meredakan gejala kongestif


Mengikuti petunjuk untuk penyakit penyakit tertentu seperti hipertensi, CAD, DM, dll
Revaskularisasi atau dilakukan pemedahan vaskuler jika dibutuhkan

Terapi pada pasien dengan HfrEF ( Heart failure reserved ejection fraction)

Terapi yang diberikan adalah:

Diuretik untuk mengurangi cairan


ACEI atau ARB
Beta blocker
Aldosteron antagonist
Pada beberapa pasien biasanya digunakan hidralazin atau digoxin

Stage D

Pada stage ini biasanya treatment yang diberikan unntuk pasien dengan HF yang sulit diatasi
dengan pengobatan biasa. Pada stage ini terapi yang berupa support, transplantasi jantung,
pemakaian alat untuk membantu kerja jantung dan operasi.

Prognosis

Secara umum, angka kematian pada pasien gagal jantung kongestif yang memiliki riwayat
dirawat di rumah sakit adalah 10,4% untuk 30 hari, 22% untuk 1 tahun dan 42,3% untuk 5
tahun. Setiap kali pasien dirawat ulang di rumah sakit maka tingkat mortalitasnya bertambah
20-22%. Angka mortalitas lebih dari 50% pada pasien dengan NYHA kelas IV.

Status Ilmu Penyakit Dalam 26


Analisis Kasus

Pada pasien ini didapatkan tiga kriteria mayor. Pertama terdapatnya paroksismal nokturnal
dispneu dari hasil anamnesis. Kedua, dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan ronki basah di
basal kedua paru. Ketiga, dari hasil pemeriksaan fisik perkusi jantung, didapatkan adanya
pembesaran jantung. Batas kanan ICS V linea sternalis dekstra, Batas atas ICS III linea
sternalis sinistra, Batas kiri ICS V dua jari ke medial dari linea aksilaris anterior sinistra. Hal
yang sama juga didapatkan dari hasil rontgen yang menyatakan bahwa pada pasien terdapat
kardiomegali. Keempat terdapat peninggian tekanan vena jugularis yaitu (5+3) cmH2O.2,3,4

Sedangkan untuk kriteria minor didapatkan batuk malam hari. Kedua terdapatnya dispneu
deffort yang didapatkan dari hasil anamnesis pasien mengeluh sesak saat mengambil barang
yang dekat. Ketiga didapatkan edema ekstremitas pada kedua tungkai.Keempat berdasarkan
pemeriksaan rontgen thorax didapatkan efusi pleura. Oleh karena itu pada pasien ini dapat
disimpulkan diagnosisnya adalah CHF.

Status Ilmu Penyakit Dalam 27


Daftar Pustaka

1. Ismail. Gagal jantung kongestif. [Online] 1 Mei 2009 [akses 25 Juli 2017]. Available
from: URL: http://www.gagal-jantung-kongestif.co.id.html.
2. Brashaers, Valentina L. Gagal jantung kongestif. Dalam: Aplikasi klinis patofisiologi,
pemeriksaan dan manajemen. 2nd ed. Jakarta: EGC.2007. p53-5.
3. Rani, A. Aziz, dkk. Gagal jantung kronik. Dalam: Panduan pelayanan Medik,
perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Jakarta: PB PAPDI. 2014.
4. Panggabean MM. Gagal Jantung. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.
Pusat Penerbitan IPD FK UI: Jakarta, 2006, 1503-1504.
5. Dayer M, Cowie MR. Heart failure: diagnosis and healthcare burden. Clin Med
2004;4:13-8.
6. Mc Murray JJ, Pfeffer MA. Heart failure. Lancet 2005;365:1877-89
7. Braunwald E. Heart failure and cor pulmonale. Harrisons Principle of Internal Medicine.
16 ed. Chicago: McGraw-Hill; 2005. P. 1367.

Status Ilmu Penyakit Dalam 28

You might also like