You are on page 1of 10

BAHAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN REFARAT MINI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN SEPTEMBER 2014

REFARAT MINI

DIAGNOSA DAN PENATALAKSANAAN GIANT CONDYLOMA

Ruwaida Anis

C 111 10 851

PEMBIMBING:

dr. Rahmawati

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAHAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Giant kondiloma acuminatum (GCA), juga dikenal sebagai tumor Buschke-
Lwenstein (GCBL), adalah penyakit menular seksual yang dikaitkan dengan Human
Papilloma Virus (HPV), sebagian besar HPV tipe 6 atau HPV tipe 11. Virus HPV
yang beresiko tinggi adalah HPV tipe 16 dan 18. Tumor biasanya terletak pada glans
penis atau di kepala penis seorang laki-laki yang tidak disunat. Namun, GCA juga
dapat ditemukan pada setiap permukaan mukosa anogenital termasuk vulva, vagina,
anus, rektum, dan skrotum. Faktor resiko terjadinya penyakit ini adalah laki-laki yang
tidak disunat, kebersihan yang rendah, imunosupresi (HIV atau dalam terapi),
diabetes, merokok, sosioekonomi yang rendah dan wanita hamil.
Tumor ini ditandai dengan pertumbuhan yang cepat, ukuran besar, invasi
lokal, kurangnya resolusi spontan, respon yang buruk terhadap terapi konservatif
(misalnya cryotherapy), dan ratio kekambuhan tinggi. Dilaporkan juga, terdapat
resiko transformasi neoplastik menjadi karsinoma sel skuamosa. tahun 1925, Buschke
dan Lwenstein melaporkan GCA sebagai karsinoma jinak seperti kondiloma
acuminatum.1,2
Penyakit ini sering terkena pada laki-laki dengan rasio banding antara laki-
laki dan perempuan adalah 3,5:1. CGBL ini sering terkena pada umur di bawah 50
tahun dan baru-baru ini sering terkena pada anak muda. Namun pada anak-anak
jarang sekali kasus ditemukan.
Terdapat beberapa faktor resiko yang bisa menyebabkan terjadinya GCBL. Di
antaranya adalah faktor kebersihan. Hal ini membuktikan bahwa insiden yang lebih
tinggi pada populasi laki-laki yang belum disunatkan berbanding laki-laki yang sudah
disunatkan. Selain itu, iritasi kronis yang disebabkan oleh fistula perianal dan colitis
ulseratif juga merupakan salah satu faktor yang bisa menyebabkan terjadinya GCBL.
Pada pasien yang terinfeksi HIV adalah faktor resiko yang paling tinggi untuk
terjadinya GCBL. Hal ini kerana penyakit ini paling sering terjadi pada pasien yang
mempunyai imunisasi yang rendah.
GCBL tumbuh secara lambat namun bisa merusak jaringan yang berdekatan,
namun jarang bermetastasis. GCBL sering terkena pada glandula penis. GCBL dapat
ditemukan pada setiap permukaan mukosa anogenital, termasuk vulva, vagina,
rectum, skrotum, dan kandung kemih.
Protein E6 yang terdapat pada HPV-6 dan HPV-11 mengikat protein p53
tumor suppressor kurang effisien berbanding dengan HPV-16 dan HPV-18, namun
secara teori bisa meningkat degradasi protein p53. Protein E6 juga menghambat
transkripsi p53. (1,2)
BAB II
DIAGNOSA
2.1 GAMBARAN KLINIS
GCBL biasanya dimulai pada preputium sebagai plak keratotik dan perlahan-
lahan berkembang menjadi massa cauliflower-like dan seluas 15 cm. Lesi mungkin
memburuk dan membentuk tanduk penis dan biasanya berbau busuk. Ia juga bisa
terjadi ekspansi dan fistulasi ke korpus kavernosum dan uretra. Umumnya
limfadenopati dapat terjadi terutama karena infeksi sekunder tetapi tidak metastasis.
Perkembangan serupa lambat dicatat pada lesi perianal. Gejala yang muncul dari
perirektal GCBL termasuk massa perianal (47%), fistula atau abses (32%), dan
perdarahan (18%).(3)

Gambar 1: GCBL yang terletak pada region perianal yang mengandung massa cauliflowerlike yang berkembang
secara perlahan dan berulkus.
2.1 ANAMNESIS
Pasien sering datang dengan keluhan benjolan yang bertambah besar dan rasa
sakit pada daerah anogenitalnya. Pasien sudah mengalami sejak berbulan-
bulan dengan progresifitas yang melambat. Awalnya muncul kecil tanpa rasa
sakit, namun mulai membesar dan muncul rasa sakit sehingga member
dampak yang tidak bagus kepada pasien.mKeluhannya sering pada daerah
genital atau disertai dengan daerah perianalnya. Tidak diketahui awalnya
kerana sukar dilihat oleh pasien namun secara teorinya adalah berupa plak dan
berkembang menjadi cauliflower-like. Pasien GCBL sering disertai dengan
penyakit imunosupresi seperti HIV atau TB. Hal ini kerana penyakit ini sering
terjadi pada pasien yang imunosupresi.(3,5)

2.2 PEMERIKSAAN FISIS


Pada pemeriksaan fisis, sering didapatkan krusta yang sudah berbentuk
cauliflower. Eritem, fistula juga sering didapatkan pada pasien ini.
Kadangkala disertai dengan perdarahan. (6)

Gambaran Cauliflower pada regio perianus.


2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.1. Serologi HIV
Hal ini untuk memeriksa pasien terinfeksi HIV atau tidak karena penyakit ini
ini sering didapatkan pada pasien yang immunocompromised. Namun sangat
jarang pasien HIV mengidap penyakit ini.
2.2. Biopsi
Biopsi dilakukan untuk memastikan jenis tumor yang diderita oleh pasien.
Biopsi merupakan pemeriksaan penunjang untuk menentukan GCBL. GCBL
akan memberikan gambaran akantosis, hyperplasia dan keratinisasi cell pada
tumor itt dengan tanda terinfeksi HPV yaitu terdapat hyperplasia lapisan
muscular tanpa infiltrasi oleh lesi. (1,6)

Gambar 3. Gambaran histology dengan magnifikasi 10x yang difiksasi oleh hematoksilin dan pewarnaan eosin
menunjukkan penemuan: Akantosis, hyperplasia dan keratinisasi sel yang membentuk tumor, bersama tanda-
tanda infeksi HPV (panah). Telah didapatkan juga reaksi inflamasi epitel rectum dan hyperplasia lapisan mucosal
tanpa infiltrasi.
BAB III
PENATALAKSANAAN

3.1 Pengobatan Topikal.

Terapi topikal seperti podofilin dan imunoterapi telah digunakan di dalam kasus giant
kondiluma akuminata namun tidak suskses dan hanya sukses pada kasus kondiluma
akuminata. Dosis podofilin yang diberikan adalah <0,5ml pada area seluas <10cm2 da
harus di daerah yang kering saja. Tidak boleh ada lesi terbuka atau luka. Jika tidak
terobati dengan baik maka akan berakibat pada fisik dan psikososial.
Antimetabolite 5-fluorocacil (bleomycin) kombinasi bersama cisplatine atau
methrotrexate (-interferon) bisa menjadi pilihan terapi untuk mengecilkan ukuran
GCBL. Namun tidak ada aturan atau standar dosis yang karena terlalu mahal dan
memerlukan berbagai macam administrasi.
Imiquimod adalah agen imunorespon yang mengurangkan sintesis INF-, IL-
1, IL-6 dan IL-8 dan sitokin yang lainnya. Topical 5% imiquimod cream
diaplikasikan 3 kali seminggu pada waktu malam untuk 16 minggu. Pengobatan ini
bisa menghapuskan seluruh kondiloma akuminata pada 37%-54% pasien. Namun
terdapat kesan samping yang sering dikeluhkan yaitu, gatal-gatal, eritem, dan
ulserisasi kulit. Namun pada 19% kasus terdapat rekurensi setelah 12 minggu follow
up. Cryoterapi sendiri atau dikombinasi bersama fluorocacil memberikan perbaikan
pada GCBL tumor yang kecil. (6,7)

3.2 Pengobatan Sistemik.

Tidak ada pengobatan sistemik yang direkodkan untuk penyakit GCBL.


3.3 Pengobatan Pembedahan

Dalam penelitian yang didapatkan eksisi lokal luas merupakan terapi pilihan utama
namun 50% kekambuhan jika tidak digabungkan dengan jenis terapi yang lain. Terapi
ini seringnya digabungkan dengan radio-kemoterapi untuk mengelak daripada
terkambuhnya penyakit ini.

Pengobatan menggunakan laser sama ada menggunakan CO2 atau argon laser
diberikan pada pasien yang tidak mendapatkan topikal terapi. Kebaikannya adalah
hemostatik insisi dan bekas luka yang steril.

Elektrokauterisasi merupakan pilihan jika terdapat lesi yang banyak


berdasarkan Miles. Prosedur Miles ini digunakan saat lesi yang terlalu banyak dan
meluas atau terdapat kasus rekurensi. (6,7,8)
DAFTAR PUSTAKA

1. Christopher Berry Bunker MA. MD. FRCP , editors. Fitzpatricks Dermatology in


general medicine. 7th ed. New York: McGraw - Hill; 2008.p. 663.
2. Gong-Yau Chu, Tommy Chih-Chieh Chang, Chung-Hsing Chang, editors.
BuschkeeLwenstein tumor (giant condyloma acuminatum) successfully
treatedby topical photodynamic therapy: a case report. Taiwan College of
Medicine, Kaohsiung Medical University; Elsevier, 2012.
3. Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis
Of Clinical Dermatology 5th ed. New York: McGraw - Hill; 2005.
4. Peter M Nthumba, Peter Ngure and Patrick Nyoro. Giant condyloma acuminatum
of the scrotum in a man with AIDS: a case report. Kenya: Journal of Medical
Case Report 2011. Taken from
http://www.jmedicalcasereports.com/content/5/1/272.
5. Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed.
USA: mosby; 2003. p.62-64
6. Marileda Indennimeo, Alessio Impagnatellio, Gabriella DEttore, Gloria Bernadi,
Coria Maria Moschella, Paolo Gazzo, Antonio Ciardi, Catrina Bangrazi,
Francessa de Felice, Daniela Musio, and Vicenzo Tombilini. Buschke-
Lowenstein tumor squamous cell carcinoma treated with chemo-radiation therapy
and local surgical excision, World Journal of Surgical Oncology 2013. Taken
from www.wjso.com/content/11/1/231
7. M. Tripoli, A. Cordova, F Maggi, and F. Moschella, Giant Condyloma : (Our case
load in surgical treatment and review of the current therapies, Chirurgia Plastica e
Ricostruttiva, Dipartimento di Discipline Chirurgiche ed Onchologiche,
Universita degli Studi di Palermo (Italy).
8. Luggi Battaliga, Alberto Vanneli, Filiberto Belli, Mario Rampa, Massimo
Milione, Patrizia Gasparini, and Ermanno Leo. Giant Condyloma Acuminatum of
the Anorectum: Successful Radical Surgery with Anal Reconstruction, Division
of General Surgery B, Pathology Unit and Unit of Moleculer Cytogenetics,
Fondazone IRRS Istituto Nazionale dei Tumori, Milan, Italy.

You might also like