Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) adalah jenis arthritis yang umum dan paling sering terjadi di
antara penyakit arthritis lainnya. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab
kecacatan paling banyak pada orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah
obesitas. Oleh sebab itu, semakin tinggi prevalensi obesitas pada suatu populasi
akan meningkatkan angka kejadian penyakit osteoarthritis. Di Amerika Serikat,
prevalensi osteoartritis diperkirakan akan meningkat sebesar 66-100% pada tahun
2020.1
dari seluruh orang dewasa usia 30. OA panggul simptomatik kira-kira sepertiga
dari penyakit OA pada lutut. Sementara OA asimtomatik (tidak menimbulkan
gejala namun sudah dibuktikan dari gambaran radiologis) pada tangan seringkali
terjadi pada pasien usia lanjut. Meski begitu, OA simptomatik di tangan juga terjadi
pada 10% orang tua dan sering menghasilkan keterbatasan fungsi gerak sendi. 1
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal tersebut, OA
jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat lazim terjadi pada
orang di atas usia 60 tahun. Penyakit ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. OA yang sudah didiagnosis berdasarkan temuan radiologis
pada umumnya terjadi di punggung bawah dan leher, namun nyeri punggung dan nyeri
leher belum tentu dapat dikatakan sebagai OA. Osteoarthritis pada punggung
bawah dan leher dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan radiologis yaitu
pemeriksaan sinar-x.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
12
B. Etiologi
Etiologi osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan
biokimia sepertinya merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya
osteoarthritis. Faktor biomekanik yaitu kegagalan mekanisme protektif, antara lain
kapsul sendi, ligamen, otot-otot persendian, serabut aferen, dan tulang-tulang.
Kerusakan sendi terjadi multifaktorial, yaitu akibat terganggunya faktor-faktor
protektif tersebut. Osteoarthritis juga bisa terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
seperti gout, rheumatoid arthritis, dan sebaga inya.1,2
C. Klasifikasi
D. Epidemiologi
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua.
Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia. Di Amerika Serikat,
prevalensi osteoartritis pada populasi dengan usia di atas 65 tahun mencapai 80% dan
diperkirakan akan meningkat pada tahun 2020. 1,2
OA terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan 33,6% dari
mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi yang terkena OA menurut
temuan radiologis adalah pada tangan 7,3%, kaki 2,3%, lutut 0,9%, dan panggul 1,5%.
Prevalensi OA menurut gejala yang ditemui yaitu pada tangan 8%, kaki 2%, lutut
13
12,1% pada orang dewasa berusia lebih dari 60 tahun dan 16% pada orang dewasa
berusia 45 60 tahun, dan panggul 4,4%. 3,4,5,6
Angka kematian yang diakibatkan osteoarthritis adalah sekitar 0,2 hingga 0,3
kematian per 100.000 (1979-1988). Angka kematian akibat OA sekitar 6% dari semua
kematian akibat arthritis. Hampir 500 kematian per tahun disebabkan OA dan angka
tersebut meningkat selama 10 tahun terakhir.7
E. Faktor resiko
1. Usia : merupakan faktor risiko paling umum pada OA. Proses penuaan
meningkatkan kerentanan sendi melalui berbagai mekanisme. Kartilago pada
sendi orang tua sudah kurang responsif dalam mensintesis matriks kartilago yang
distimulasi oleh pembebanan (aktivitas) pada sendi. Akibatnya, sendi pada orang tua
memiliki kartilago yang lebih tipis. Kartilago yang tipis ini akan mengalami gaya
gesekan yang lebih tinggi pada lapisan basal dan hal inilah yang menyebabkan
peningkatan resiko kerusakan sendi. Selain itu, otot-otot yang menunjang sendi
menjadi semakin lemah dan memiliki respon yang kurang cepat terhadap impuls.
Ligamen menjadi semakin regang, sehingga kurang bisa mengabsorbsi impuls.
Faktor-faktor ini secara keseluruhan meningkatkan kerentanan sendi terhadap OA.
B. Faktor intrinsik
F. Patogenesis
Sebuah sendi disusun atas kartilago artikular (tersusun atas kondrosit) yang
dikelilingi matriks ekstraseluler yang mengandung dua makromolekul utama yaitu
kolagen tipe 2 dan aggrecan. Kolagen tipe 2 merupakan molekul yang menentukan
kekakuan kartilago, sedangkan aggrecan merupakan proteoglikan yang berikatan
dengan asam hyaluronat yang terdiri dari glikosaminoglikan bermuatan negatif.
Pada kartilago yang normal, kolagen tipe 2 berikatan erat membuat molekul-molekul
aggrecan berada dalam jarak yang dekat satu sama lain. Molekul aggrecan ini melalui
tolakan elektrostatis dari muatan negatifnya memberikan kekakuan pada kartilago.
Kondrosit mensintesis elemen- elemen pada matriks, enzim yang menghancurkan
matriks, sitokin dan growth factor. Sitokin dan growth factor inilah yang
mengatur keseimbangan yang mengatur sintesis dan katabolisme matriks-matriks
kartilago. Stres mekanik dan osmotik pada kondrosit menginduksi sel-sel untuk
mengubah ekspresi gen dan meningkatkan produksi sitokin inflamasi dan enzim
penghancur matriks.
Pada orang normal, metabolisme dari kartilago berjalan lambat, sintesis dan
katabolisme kartilago seimbang. Pada osteoarthritis, metabolisme kartilago berjalan
sangat aktif. Kondrosit mensintesis enzim penghancur matriks. Enzim ini
menyebabkan degradasi dari molekul kolagen tipe 2 dan aggrecan, dimana
perubahan ini akan menyebabkan ketidakseimbangan antara pembentukan dan
15
1. Fase inisiasi : Ketika terjadi degradasi pada rawan sendi, rawan sendi
berupaya melakukan perbaikan sendiri dimana khondrosit mengalami
replikasi dan memproduksi matriks baru. Fase ini dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antar sel, faktor tersebut seperti Insulin-like growth factor (IGF-1),
growth hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating
factors (CSFs). Faktor-faktor ini menginduksi khondrosit untuk mensintesis
asam deoksiribo nukleat (DNA) dan protein seperti kolagen dan proteoglikan.
IGF-1 memegang peran penting dalam perbaikan rawan sendi.
16
a. Nyeri sendi
c. Kaku pagi
d. Krepitasi
2. Tulang belakang
3. Panggul :
4. Tangan :
Radiografi
cukup tulang
besar subkondral
Keterangan :
24
Gambar 2. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis tangan. Sumber : LS,
Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis.
American Family Physician. 64 (2) : 279-286
25
Gambar 3. Pencitraan radiologis sinar-x pada osteoarthritis panggul. Sumber : LS,
Daniel, Deborah Hellinger. 2001. Radiographic Assessment of Osteoarthritis.
American Family Physician. 64 (2) : 279-286
Keterangan :
Gambar atas : gambar pertama menunjukkan penyempitan celah sendi pada panggul
(tanda panah putih), sklerosis subchondral (kepala panah putih), dan terbentuknya
kista (kepala panah transparan).
Gambar bawah : gambar kedua diambil 2 tahun setelah gambar pertama yang
menunjukkan semakin menyempitnya celah sendi (tanda panah putih) dan
sklerosis (kepala panah putih)
26
Gambar 4. Pencitraan radiologis sinar-x osteoarthritis pada jari tangan Sumber :
Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis : Degenerative Joint
Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
27
Keterangan : gambaran radiologis anteroposterior kaki menunjukkan
menyempitnya celah sendi metatarsophalangeal pertama, sklerosis, dan pembentukan
osteofit (panah)
28
Sumber : Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3) : 737-747.
Keterangan : (a) anteroposterior dan (b) kaki katak pinggul. Kedua gambar di atas
menunjukkan penyempitan ruang superolateral sendi, sklerosis, kista subkondral,
dan pembentukan osteofit (panah).
H. Tatalaksana
Sampai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati osteoarthritis. Tujuan
terapi osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi
hilangnya fungsi fisik. Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu
menangani semua gangguan yang dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan
29
komprehensif tersebut dapat dilakukan dengan terapi farmakologis dan atau
terapi nonfarmakologis. Pasien dengan gejala ringan yang hilang timbul mungkin
perlu perawatan nonfarmakologis saja. Namun, pasien dengan nyeri hebat yang
mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin membutuhkan terapi komprehensif, baik
terapi nonfarmakologis maupun terapi farmakologis.
a) Farmakoterapi
Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk
sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat dalam menghilangkan nyeri sehingga
penggunaan OAINS yang memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari.
OAINS merupakan obat paling populer untuk mengobati osteoarthritis. Obat
ini dapat diberikan secara topikal atau oral. Dalam uji klinis, OAINS oral
menghasilkan efek analgesik 30% lebih besar daripada paracetamol dosis tinggi.
Sebagian pasien yang diobati dengan OAINS mengalami efek yang signifikan,
sedangkan sebagian lain mengalami sedikit perbaikan. OAINS harus diberikan
secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan karena efek samping akan berkurang
jika obat digunakan dosis intermiten rendah. Jika penggunaan obat sesekali adalah
kurang efektif, maka pengobatan setiap hari dapat diindikasikan. OAINS peroral
sering menimbulkan efek samping, yang paling banyak adalah efek toksisitas
pada saluran cerna, termasuk dispepsia, mual, kembung, perdarahan
gastrointestinal, dan tukak gastrointestinal.1
b) Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban pada
sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme protektif sendi sehingga
dapat mengurangi pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk
mengurangi pembebanan sendi antara lain :
30
2. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk mengoptimalkan
fungsinya sebagai faktor protektif sendi. Mengurangi beban yang diperoleh
sendi dengan menggunakan alat bantu seperti memasang splint pada sendi yang
sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan pada pasien OA lutut, dan sebagainya.1
c) Tindakan operatif
Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal menjalani pengobatan medis
dan tetap kesakitan dengan keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas
hidup, pasien harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat
efektif dalam menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada sebagian
besar pasien. Saat ini tingkat kegagalan 1% per tahun. Kemungkinan keberhasilan
operasi ini lebih besar di pusat- pusat kesehatan dimana sedikitnya 25 operasi tersebut
dilakukan setiap tahun atau dengan ahli bedah yang berpengalaman dalam melakukan
operasi tersebut. Waktu penggantian lutut atau pinggul sangat penting. Jika pasien
menderita selama bertahun-tahun hingga status fungsional mereka telah menurun
secara substansial dengan otot-otot yang sudah cenderung melemah, status fungsional
pasca operasi tidak dapat meningkat setara dengan yang dicapai oleh orang lain yang
menjalani operasi pada tahapan awal dalam perjalanan penyakitnya.1
31
BAB III
KESIMPULAN
32
Sampai saat ini belum ada terapi definitif untuk mengobati osteoarthritis. Terapi yang
sudah ada bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi hilangnya
fungsi fisik. Hal ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien dengan cara
membantu pasien agar tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
33
DAFTAR PUSTAKA
3. Lawrence RC, Felson DT, Helmick CG, et al. 2008. Estimates of the prevalence
of arthritis and other rheumatic conditions in the United States. Part II. Arthritis
Rheum. 58(1):2635.
4. Dillon CF, Rasch EK, et al. 2006. Prevalence of knee osteoarthritis in the United
States: arthritis data from the Third National Health and Nutrition Examination
Survey 19911994. J Rheumatol. 33(11):22712279.
5. Jordan JM, Helmick CG, Renner JB, et al. 2007. Prevalence of knee symptoms
and radiographic and symptomatic knee osteoarthritis in African Americans
and Caucasians: The Johnston County Osteoarthritis Project. J Rheumatol.
34(1):172180.
6. Dillon CF, Hirsch R, et al. 2007. Symptomatic hand osteoarthritis in the United
States: prevalence and functional impairment estimates from the third U.S.
National Health and Nutrition Examination Survey, 19911994. Am J Phys Med
Rehabil. 86(1):1221.
7. Sacks JJ, Helmick CG, Langmaid G. 2004. Deaths from arthritis and other
rheumatic conditions, United States, 19791998. J Rheumatol. 31:1823 1828.
34
9. Jacobson, JA, et al. 2008. Radiographic Evaluation of Arthritis :
Degenerative Joint Disease and Variation. Radiology. 248(3):737747.
35