You are on page 1of 35

LAPORAN KASUS

MATI TENGGELAM

Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Salah Satu Syarat


dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Disusun oleh :
Ari Viandini Nurfahmi (12085610)
Devi Wulandari (12106120)
Anis Bonitasari Ikromina (12106081)
Ibnu Syah (12116411)
Rangga Alam Vaneo (12116493)
Ainun Nafis Dwi Ramadani (30101206565)
Rizky Amalia (30101206779)

Pembimbing :
Dr. dr. Setyo Trisnadi, Sp. KF, SH

KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Tenggelam atau drowning adalah suatu proses gangguan nafas yang dialami akibat
terendam atau terbenam kedalam cairan. Proses tenggelam dimulai ketika saluran nafas berada di
bawah permukaan cairan (terendam) atau air yang terpercik ke wajah (terbenam).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 0,7% kematian diseluruh dunia disebabkan
oleh tenggelam, atau lebih dari 372.000 kematian setiap tahunnya yang paling banyak
disebabkan oleh tenggelam yang tidak disengaja, setengah dari korban tenggelam adalah mereka
yang berusia di bawah 25 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki laki di bandingkan
perempuan, angka ini tidak termasuk kematian tenggelam akibat bencana seperti banjir, tsunami,
dan kecelakaan kapal.Angka kematian yang dicatat ini belum dapat di jadikan sebagai patokan
tepat sebab kematian akibat tenggelam banyak terjadi sebelum korban sampai ke fasilitas
kesehatan sehingga data akurat mengenai tenggelam masih sulit untuk di dapatkan hal ini
menyebabkan diabaikannya penelitian dan pencegahan kejadian tenggelam.
Menurut survei WHO yang terkahir terjadi peningkatan 39 50% angka kematian akibat
tenggelam di negara negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan
peningkatan lima kali lipat lebih besar di negara negara miskin dan berkembang.
Penelitian melaporkan rata rata kejadian tenggelam terjadi pada saat rekreasi air, seperti
kolam renang dan bak mandi, selain itu salah satu faktor risiko penting yaitu konsumsi alkohol di
daerah yang dekat dengan air dapat meningkatkan kejadian tenggelam.
Oleh karena itu refleksi kasus ini dibuat agar kita dapat mengenali kematian akibat
tenggelam dan dapat mengetahui hasil pemeriksaan luar dan dalam yang dapat ditemukan pada
korban tenggelam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat asfiksia yang disebabkan oleh
masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Pada suatu kasus tenggelam korban terbenam
dalam air sehingga sistem pernapasannya terganggu dengan akibat hilangnya kesadaran dan
ancaman pada jiwa korban.Pada suatu kasus tenggelam, seluruh tubuh tidak perlu terbenam di
dalam air, asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air sudah memenuhi
kriteria suatu kasus tenggelam.
Jumlah air yang dapat mematikan ialah bila air dihirup oleh paru-paru sebanyak 2 liter
untuk orang dewasa dan sebanyak 30-40 mililiter untuk bayi.
Menurut WHO Tenggelam atau drowning adalah suatu proses gangguan nafas yang
dialami akibat terendam atau terbenam kedalam cairan. Tenggelam dapat terjadi di lautan atau
pada kasus penurunan kesadaran akibat alkohol, epilepsi, atau anak kecil pada air dengan
ketinggian air 6 inci (15,24 cm). Mekanisme kematian yang terjadi akibat tenggelam akibat
suatu anoksia serebral yang ireversibel atau yang sering disebut dengan asfiksia.

B. EPIDEMIOLOGI
Tenggelam merupakan salah satu masalah besar, sehubungan dengan dampaknya secara
global, tenggelam merupakan suatu kasus terabaikan dalam isu kesehatan masyarakat. Pada
tahun 2012, diperkirakan sekitar 372.000 orang meninggal akibat tenggelam, yang
menempatkannya sebagai penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia dimana 91% dari total
kematian tersebut terjadi di negara negara miskin dan berkembang, setengah dari korban
tenggelam adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki
laki di bandingkan perempuan. Perkiraan jumlah korban sangat mengkhawatirkan karena data
resmi angka kematian mengeksklusikan kematian tenggelam akibat bunuh diri dan tenggelam
karena bencana banjir, dan insiden transportasi lautan.
Menurut survei WHO yang terakhir terjadi peningkatan 39 50% angka kematian akibat
tenggelam di negara negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan
peningkatan lima kali lipat lebih besar di negara negara miskin dan berkembang.
Berdasarkan studi epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati sepuluh besar
penyebab kematian di seluruh penjuru dunia pada usia 1 24 tahun.

Gambar 1. Peringkat tenggelam sebagai 10 penyebab kematian terbanyak.

Gambar 2. Kematian rata rata per 100.000 populasi.

Di Indonesia sendiri angka kejadian tenggelam belum diketahui. Namun, merujuk pada
kondisi geografis wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dengan garis pantai yang
cukup panjang yang memungkinkan terjadinya tenggelam. Terlebih Indonesia juga
merupakan daerah wisata di mana perairan juga merupakan salah satu daya tarik wisata yang
dimiliki.Pada negara maju, korban tenggelam yang bertahan hidup tapi mengalami cedera
otak yang berat yang menyebabkan kelumpuhan dapat menyebabkan tingginya biaya finansial
bagi keluarga yang merawat. Pada waktu yang sama, kurangnya sarana dan pelayanan medis
di negara miskin dan berkembang berarti korban tenggelam yang selamat dengan kecacatan
biasanya tidak dapat hidup lama.
C. MEKANISME PROSES TENGGELAM
Reaksi awal : usaha bernapas yang berlangsung hingga batas kemampuan dicapai dimana
seseorang harus bernapas, batas kemampuan ditentukan oleh kominasi antara kadar CO2 yang
tinggi dan konsentrasi O2 yang rendah. Menurut Pearn, batas kemampuan terjadi pada tingkat
PCO2 dibawah 55 mmHg saat terdapat hipoksia dan tingkat PO2 dibawah 100 mmHg saat
PCO2 tinggi melewati batas kemampuan,seseorang menarik napas secara involunter,pada saat
ini air mencapai laring dan trakea, menyebabkan spasme laring yang diakibatkan tenggelam
pada air tawar,terdapat penghirupan sejumlah besar air,tertelan dan akan dijumpai dalam
perut. Selama bernapas di dalam air,penderita mungkin muntah dan terjadi aspirasi isi
lambung. Usaha pernapasan di bawah air akan berlangsung selama beberapa menit.,hingga
pernapasan terhenti. Hipoksia serebral akan berlanjut hingga irreversible dan terjadi kematian.
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :
1. Refleks vagal
Peristiwa tenggelam yang menyebabkan kematian akibat refleks vagal disebut tenggelam
tipe 1. Pada tipe ini,kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan postmortem tidak
ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia maupun air di dalam paru-parunya sehingga sering
disebut tenggelam kering (dry drowning).
2. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada tipe tenggelam umumnya jarang terjadi. Spasme
laring tersebut terjadi karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada pemeriksaan
postmortem ditemukan tanda-tanda asfiksia,tetapi pada paru-parunya tidak didapatkan
tanda adanya air atau benda-benda air lainnya.
3. Pengaruh air yang masuk paru-paru
a. Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan
elektrolit. Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan secara masif dalam jumlah yang bisa
mencapai 70% dari volume darah awal dalam 3 menit karena konsentrasi elektrolit di
dalam air tawar lebih rendah dibadingkan konsentrasi dalam darah sehingga akan
menyebabkan terjadinya hemodilusi darah,air masuk ke dalam aliran darah sekitar
alveoli dan mengakibatkan hemolisis. Dengan terpecahnya eritrosit maka ion kalsium
intrasel akan terlepas,dalam hal ini terjadi akibat pengenceran darah sehingga tubuh
mencoba mengatasinya dengan melepas ion kalium dari serabut otot jantung sehingga
kadar ion kalium dalam plasma meningkat,terjadi perubahan keseimbangan ion Ca dan
K dalam serabut otot jantung sehingga menimbulkan hiperkalemia yang akan
menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel dan menyebabkan penurunan tekanan
darah,yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian
dalam air tawar terjadi dalam dalam waktu 4-5 menit.
Pemeriksaan postmortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan
lebih tinggi dibanding jantung kiridan adanya buih serta benda-benda air pada paru-
paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe IIA.
b. Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi.
Tenggelam jenis ini akan disebut sebagai tenggelam tipe IIB. Dibandingkan tenggelam
tipe IIA kematian pada tenggelam tipe ini terjadi lebih lembat. Konsentrasi elektrolit air
laut lebih tinggi daripada dalam darah sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal
ke dalam jaringan interstitial paru yang akan mengakibatkan edema
pulmoner,hemokonsentrasi,hipovolemia dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.
Hemokonsentrasi akan menyebabkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan
terjadinya payah jantung. Kematian terjadi 8-12 menit setelah tenggelam. Pemeriksaan
postmortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia,kadar NaCl pada jantung kiri lebih
tinggi dibandingkan jantung kanan,serta ditemukan buih serta benda air pada paru-
paru.
Cara kematian
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:
1. Kecelakaan
Sering terjadi karena korban jatuh ke laut,danau,sungai dan juga kolam renang.
2. Bunuh diri
Peristiwa ini terjadi dengan menjatuhkan diri ke dalam air. Terkadang tubuh
pelaku diikat dengan benda pemberat agar tubuhnya dapat tenggelam.
3. Pembunuhan
Ada banyak cara yang dapat digunakan,misalkan melempar korban ke laut dengan
diikat pada pemberat atatupun dengan memasukkan kepala korban ke bak berisi
air. Dari segi patologik sulit dibedakan antara bunuh diri dan pembunuhan.
Pemeriksaan pada tempat kejadian sangat membantu. Jika memang benar
pembunuhan,maka masih perlu diteliti apakah korban ditenggelamkan saat masih
hidup atau sudah mati.
Pada pemeriksaan mayat tenggelam,hal penting yang perlu ditentukan pada
pemeriksaan adalah :
1. Menentukan indentitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
Pakaian dan benda milik korban
Warna dan distribusi rambut serta identitas lain
Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
Sidik jari
Pemeriksaan gigi
Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam.
Pada mayat yang masih segar,untuk menentukan apakah korban masih hidup
atau sudah meninggal saat tenggelam dapat diketahui dari pemeriksaan:
Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup
waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.
Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran napas mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
Pada mayat yang segar,adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam
mempunyai nilai yang bermakna.
Dengan ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bahwa
korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis tenggelam
Pada mayat yang segar, gambaran postmortem dapat menunjukkan tipe
tenggelam dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan dan
kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang benturan antemortem pada
tubuh bagian atas, misal memar pada muka, perlukaan pada vertebra
servikalis dan medula spinalis dapat ditemukan.

4. Faktor faktor yang berperan pada proses kematian


Faktor faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan, alkohol atau obat
obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau bedah jenazah
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan,
maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat membantu menentukan
apakah korban tenggelam di tempat itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian.
Bila korban masih hidup pada waktu masuk ke air, maka perlu ditentukan apakah
kematian disebabkan karena air masuk ke dalam saluran pernapasan. Pada immersion,
kematian terjadi dengan cepat, hal ini bisa disebabkan oleh sudden cardiac arrest yang
terjadi pada saat cairan melalui saluran pernapasan bagian atas.
Bila tidak ditemukan air pada paru paru dan lambung, berarti kematian terjadi
seketika akibat spasme glotis, yang menyebabkan cairan tidak dapat masuk.
Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama makin banyak dan
kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2 12 menit (fatal period).

D. KLASIFIKASI TENGGELAM
1. Typical drowning (wet drowning)
Pada typical drowning ditandai dengan adanya hambatan pada saluran napas dan paru
karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini cairan masuk ke
dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam.Kematian terjadi setelah korban
menghirup air. Jumlah air yang dapat mematikan, jika dihirup paru-paru adalah sebanyak
2 liter untuk orang dewasa dan 30-40 ml untuk bayi
2. Atypical drowning
Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak adanya cairan dalam
saluran napas. Karena tidak khasnya tanda otopsi pada korban atypical drowning maka
untuk menegakkan diagnosis kematian selain tetap melakukan pemeriksaan luar juga
dilakukan penelusuran keadaan korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit dahulu.

Atypical drowning dibedakan menjadi :


a. Dry Drowning
Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan, akibat spasme
laring. Menurut teori adalah bahwa ketika sedikit air memasuki laring atau trakea,
tiba-tiba terjadi spasme laring yang dipicu oleh vagal refleks. lendir tebal, busa, dan
buih dapat terbentuk, menghasilkan plug fisik pada saat ini. Dengan demikian, air
tidak pernah memasuki paru-paru akan menyebabkan keadaan asfiksia, dan akan
menyebabkan kematian.Istilah dry drowning digunakan untuk menggambarkan
keadaan dimana pada jenazah saat dilakukan otopsi tidak ditemukan adanya cairan
dalam saluran pernapasan dan paru-paru. Cairan tidak ditemukan karena sudah
diserap masuk ke dalam sirkulasi pulmonal. Hal ini berarti istilah dry drowning/ dry-
lung drowning ialah bila tenggelam dalam air tawar yang hipotonis.
b. Tenggelam di Air Dangkal
Pada kondisi ini, tenggelam terjadi pada air dengan ketinggian yang dangkal, tapi
cukup untuk menenggelamkan bagian mulut atau hidung. Biasanya terjadi akibat
kecelakaan pada orang cacat atau anak kecil, epilepsi, keadaan mabuk, koma, atau
orang dengan trauma kapitis.
c. Immersion syndrome (vagal inhibition)
Terjadi dengan tiba-tiba pada korban tenggelam di air yang sangat dingin (< 20oC
atau 68oF) akibat reflek vagal yang menginduksi disaritmia yang menyebabkan asistol
dan fibrilasi ventrikel sehingga menyebabkan kematian.
d. Secondary drowning
Pada jenis ini, korban yang sudah ditolong dari dalam air tampak sadar dan bisa
bernapas sendiri tetapi secara tiba-tiba kondisinya memburuk. Pada kasus ini terjadi
perubahan kimia dan biologi paru yang menyebabkan kematian terjadi lebih dari 24
jam setelah tenggelam di dalam air. Kematian terjadi karena kombinasi pengaruh
edema paru, aspiration pneumonitis, gangguan elektrolit (asidosis metabolik).

E. PERBEDAAN TENGGELAM DI AIR TAWAR DAN AIR ASIN


Kematian akibat tenggelam dalam air tawar dan kematian akibat tenggelam dalam air asin
berbeda dalam berbagai hal yang nanti akan mempengaruhi hasil-hasil pemeriksaan terhadap
jenazah. Secara garis besar perbedaan tersebut digambarkan oleh tabel dibawah ini:
Tabel 1. Perbedaan Tenggelam Dalam Air Tawar dan Air Asin
Tenggelam dalam Air Tawar Tenggelam dalam Air Asin
Paru-paru kecil dan ringan Paru-paru besar dan berat
Paru-paru relatif kering Paru-paru relatif basah
Bentuk paru-paru biasa Bentuk paru-paru besar
Paru-paru tampak merah pucat Paru-paru ungu biru
Teraba krepitasi ada Teraba krepitasi tidak ada
Pada pemeriksaan laboratorium darah: Pada pemeriksaan laboratorium darah:
- Berat jenis 1,055 - Berat jenis 1,059-1,60
- Hipotonik - Hipertonik
- Hemodilusi - Hemokonsentrasi
- Hipervolemik - Hipovolemik
- Hiperkalemia - Hipokalemia
- Hiponatremia - Hipernatremia
- Hipoklorida - Hiperklorida
Perbedaan-perbedaan yang akan tampak pada hasil pemeriksaan terhadap jenazah ialah
karena mekanisme kematian akibat tenggelam dalam air tawar dan akibat tenggelam dalam air
asin berbeda.

1. Perbedaan pada Pemeriksaan Luar Jenazah


Pada pemeriksaan luar dapat ditemukan banyak variasi. Tanda khas pada korban
tenggelam yang jenazah masih segar ialah ditemukan adanya buih. Buih dapat ditemukan
pada mulut dan lubang hidung. Buih mengisi saluran napas dan keluar dari mulut dan
hidung. Buih terdiri dari air, plasma protein, surfaktan terdapat di terminal respiratory.
Pada kasus tenggelam dalam air asin, akan lazim ditemukan buih dibandingkan tenggelam
dalam air tawar. Pada pemeriksaan dalam dapat ditemukan adanya buih pada saluran napas
seperti di trakea dan bronkus. Namun buih tersebut dapat menghilang apabila sudah terjadi
proses pembusukan.

Gambar 3. Buih Bercampur Darah Keluar melalui Mulut dan Hidung Jenazah Tenggelam

2. Perbedaan pada Pemeriksaan Dalam Jenazah


Pada pemeriksaan dalam, dapat ditemukan perbedaan yang signifikan pada korban
tenggelam dalam air tawar dan dalam air asin. Dimana pada saat otopsi, sternum diangkat
maka ditemukan gambaran paru yang lebih besar dan mengembang pada jenazah yang
tenggelam di air asin dibandingkan jenazah yang tenggelam di air tawar. Pada jenazah
tenggelam di air asin paru-paru relatif lebih basah dan tampak lebih biru keunguan
dibandingkan jenazah tenggelam di air tawar. Pada jenazah tenggelam di air tawar paru-
paru teraba seperti spons dan krepitasi positif dan paru-paru tampak merah pucat.

Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam Dalam Air Tawar


Air tawar bersifat hipotonis dibandingkan plasma darah karena konsentrasi elektrolit
dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah. Ketika air tawar masuk ke dalam
paru-paru (alveoli), dengan cepat air tawar berpindah dari tempat alveoli ke sistem vaskuler
melalui membran alveoli karena perbedaan tekanan osmotik antara air tawar di alveoli paru dan
plasma darah. Air tawar tersebut dengan cepat berpindah meningkatkan volume darah
(hipervolemia) sekitar 50 ml% permenit sehingga akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke
dalam aliran darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).
Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan yang masif.
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan ini dengan
melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion kalium dalam plasma
meningkat (hiperkalemia), terjadi perubahan keseimbangan ion kalium dan kalsium dalam
serabut otot jantung dapat mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah,
yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia serebri. Kematian terjadi
dalam waktu 5 menit.

Gambar 4. Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam dalam Air Tawar

Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam Dalam Air Asin


Air asin bersifat hipertonis, dimana konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi
daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
interstisial paru yang akan menimbulkan edema pulmonar, hemokonsentrasi, hipovolemi dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi
menjadi lambat dan menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam
waktu 8-9 menit setelah tenggelam.
Gambar 5. Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam dalam Air Asin

Mekanisme Kematian Akibat Tenggelam


Tenggelam dapat menyebabkan kematian melalui berbagai mekanisme, mekanisme
tersebut ialah sebagai berikut:

Kematian Akibat Spasme Laring, Gangging, dan Chocking


Hipoksia merupakan masalah utama yang sering diakibatkan oleh trauma saat tenggelam,
tetapi dengan adanya spasme glottis yaitu jika sejumlah kecil volume air yang memasuki laring
atau trakea, ketika itu pula tiba-tiba terjadi spasme laring akibat pengaruh refleks vagal, hal ini
terjadi pada 10% kematian akibat tenggelam. Mukosa yang menjadi kental, berbusa, dan
berbuih dapat dihasilkan, hingga menciptakan suatu perangkap fisik yang menyumbat jalan
napas. Spasme laring tidak dapat ditemukan pada saat otopsi karena pada kematian telah terjadi
relaksasi otot-otot laring. Dalam situasi yang lain, terjadi peningkatan cepat tekanan alveoli -
arterial, yang terjadi pada saat air teraspirasi sehingga menyebabkan hipoksia progresif.

Kematian Akibat Refleks Vagal


Mekanisme ini tidak biasa namun mudah dikenali. Kehilangan kesadaran biasanya cepat
dan kematian terjadi segera dalam waktu beberapa menit. Pada otopsi tidak didapatkan tanda
umum pada tenggelam. Mekanisme ini dipercaya menyebabkan henti jantung yang merupakan
akibat dari air dingin pada belakang faring dan laring. Ada tiga kondisi umum yang
menyebabkan kematian ini, yaitu masuk kedalam air dengan kaki terlebih dahulu, terkejut atau
tidak ada persiapan, keadaan hipersensitif contohnya pada keracunan alkohol. Masuk ke dalam
air dengan kaki dahulu memudahkan air masuk ke hidung.

Kematian Akibat Fibrilasi Ventrikel


Keadaan ini terjadi pada kasus tenggelam di air tawar. Pada keadaan ini terjadi absorpsi
masif cairan. Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada dalam darah,
maka akan terjadi hemodilusi darah, air akan masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan
mengakibatkan pecahnya sel darah merah. Akibat penggenceran darah yang terjadi, tubuh
mencoba mengatasi keadaan ini dengan melepaskan ion kalium dari serabut otot jantung
sehingga terjadi perubahan keseimbangan kadar ion kalium dan kalsium dalam serabut otot
jantung dapat menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah,
kemudian menyebabkan kematian karena anoksia otak. Kematian dapat terjadi dalam waktu 5
menit.

Kematian Akibat Edema Pulmonal


Terjadi pada kasus tenggelam di air asin dimana konsentrasi elektrolit cairan air asin
lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam
jaringan interstisial paru dan menimbulkan edema pulmonal, hemokonsentrasi, hipovolemi, dan
kenaikan kadar magnesium dalam darah. Hemokonsentrasi akan menyebabkan sirkulasi menjadi
lambat dan menyebabkan payah jantung. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9 menit
setelah tenggelam.
Edema pulmoner akut dapat terjadi jika terdapat peningkatan permeabilitas kapiler paru
(non kardiogenik), atau saat tekanan hidrostatik kapiler paru melebihi tekanan onkotik plasma
(kardiogenik), atau keduanya. Mekanisme pada korban tenggelam belum diketahui dengan pasti,
tetapi diduga karena peningkatan tekanan kapiler paru dari sistem saraf simpatis, peningkatan
tekanan negatif intra-torakal, atau respon adrenergik terhadap kondisi di dalam air yang belum
dapat dijelaskan secara biokimia.

F. PEMERIKSAAN LUAR
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5F (0,55oC)per menit.
Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam waktu ini
dapat menjadi lebih lama bila korban tenggelam di air dingin, karena suhu tubuh juga
akan menurun dan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke suhu
lingkungan.
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher, kepala,
dan ekstremitas yang merupakan bagian yang tergantung ke bawah saat bagian badan
mayat terapung ke permukaan akibatnya menyebabkan darah statis pada daerah tersebut.
Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.

Gambar 6. Posisi Mayat Terapung

Pembusukan sering tampak dan berlangsung dalam proses yang lebih cepat pada mayat
tenggelam, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada pembusukan lanjut tampak
gelembung-gelembung pembusukan. Hal ini bukan merupakan tanda yang tidak spesifik
sebab dapat juga di dapatkan pada mayat yang tidak tenggelam.
Cutis Anserina (fenomena goosefles-kulit angsa), hal ini merupakan spasme otot erektor
villi yang disebabkan rigor mortis. Gambaran ini dapat ditentukan pada mayat yang tidak
tenggelam.

Washerwoman hand appearance, penenggelaman yang lama dapat menyebabkan


pemutihan dan kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan
dan kaki (tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat). Gambaran ini tidak
mengindikasikan bahwa mayat ditenggelamkan, karena mayat lamapun bila dibuang
kedalam air akan keriput juga.

Gambar 7. A dan B. (gambaran jari tangan washerwoman yang disebabkan oleh


pembenaman yang lama dalam air).
Schaumfilzfroth, busa tampak pada mulut atau hidung atau keduanya. Masuknya cairan
kedalam saluran pernafasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika
bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya
upaya pernafasan yang hebat. Busa dapat meluas sampai trakea, bronkus utama dan
alveoli. Paru-paru akan terisi air dan cairan busa akan menetes dari bronkus ketika paru-
paru di tekan dan dari potongan permukaan paru ketika dipotong dengan pisau. Busa
halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut atau hidung
atau keduanya, pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya pseudofoam
yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan. Sedangkan pada
busa yang terbentuk akibat keracunan, biasanya busa dihasilkan oleh hipersalivasi
kelenjar yang berbentuk busa yang biasanya sedikit lebih cair dari busa akibat tenggelam.
Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan reaksi intravital.
Sebagaimana sering terdapat benda-banda, seperti rumput laut, dahan dan batu yang
tergenggam. Ini menunjukkan bahwa waktu korban mati, berusaha mencari pegangan lalu
terjadi kaku mayat.
Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi akibat
persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-benda disekitarnya. Luka-
luka tersebut seringkali mengeluarkan darah, sehingga tidak jarang korban dianiaya
sebelum ditenggelamkan.
Pada temperatur rata rata, hal hal berikut dapat dipakai untuk menentukan berapa
lama tubuh sudah terendam:
Jika tidak ada kerutan pada jari, telapak tangan maka baru beberapa jam.
Jika tampak pengerutan jari, telapak tangan dan kaki, antara setengah hari sampai tiga
hari.
Tanda pembusukan awal, sering pada kepala, leher, abdomen dan kaki 4 10 hari.
Pembengkakan wajah dan abdomen, dengan vena yang terlihat jelas dan terkelupasnya
epidermis pada tangan, kaki dan kulit kepala : 2 4 minggu.
Terkelupasnya kulit secara menyeluruh, otot dengan tulang tulang yang terlihat, tampak
sebagian telah saponifikasi : 1 2 bulan.
G. PEMERIKSAAN DALAM
Saluran napas (trakea dan bronkus) ditemukan adanya buih/busa halus dan benda asing
(pasir, tumbuh tumbuhan air). Buih tersebut berupa campuran antara eksudat protein
dan surfaktan yang bercampur dengan cairan tempat tenggelam. Biasa berwarna putih,
sampai merah muda dan kemerahankarena bercampur dengan darah.
Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga paru-paru sehingga tampak
impresi dari iga-iga pada paru-parunya. Oleh karena pembesaran paru-paru akibat
kemasukan air, maka pada perabaan akan terasa crepitasi oleh karena air. Edema dan
kongesti paru-paru dapat sangat hebat dimana bila berat paru-paru normal adalah 200-
300gr, sekarang bisa mencapai lebih dari 1 kilogram. Dalam saluran pernafasan yang
besar seperti trakea, bronkus, dan bronkhioli, dapat ditemukan benda-baenda asing,
tampak secara makroskopik misalnya tumbuhan air, pasir, lumpur, dsb. Tampak secara
mikroskopik diantaranyaa telur cacing dan diatome (ganggang kersik).
Pleura dapat berwarna kemerahan dan pada daerah subpleural mungkin terdapat petechie-
petechie, tapi dengan adanya air yang masuk maka hal ini tidak lagi berupa titik-titik
(karena terjadi hemolisa) melainkan berupa bercak-bercak dan bercak-bercak ini disebut
bercak-bercak paltauf, yang berwarna biru kemerahan.
Pada pemeriksaan lambung sering ditemukan pasir, hidupan akuatik dan juga batuan silt
akibat daripada air yang tertelan saat terjadi tenggelam. Ada beberapa ahli patologis
berpendapat bahwa air bias masuk secara pasif ke dalam lambung akibat daripada
turbulansi air berbanding air yang masuk secara aktif ketika terjadi tenggelam. Manakala
beberapa ahli patologis yang lain pula berpendapat bahwa relaksasi sphincter
gastrophageal lambung yang terjadi pada postmorterm menyebabkan air masuk ke
lambung dan mengisi ruangan lambung. Oleh kerana itu, air di didalam lambung tidak
bisa digunakan sebagai satu tanda tenggelam.
Otak, ginjal, hati dan limpa mengalami pembendungan.
Bila terjadi hemolisis maka akan terjadi bercak hemolisis pada dinding aorta.
Petekie sedikit sekali karena kapiler terjepit di antara septum interalveolar. Mungkin
terdapat bercak bercak perdarahan yang disebut bercak Paltauf akibat robeknya
penyekat alveoli (Polsin). Petekie subpleural dan bula emfisema jarang terdapat dan ini
bukan merupakan tanda khas tenggelam tetapi mungkin disebabkan oleh usaha respirasi.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diatome
Umumnya diatome dikenal sebagai ganggang yang hidup di dalam air. Setiap
jenis air memiliki keanekaragaman diatome tersendiri. Diatome merupakan organisme
mikroskopik algae uniseluler yang autotropik di alam dan memiliki berbagai macam
jenis yang dapat ditemukan di air laut dan air tawar . Diatome ini memiliki tulang silica
berbentuk dua valve. Pada diatome kelas Bacillariophyceae terbagi atas dua bagian
yaitu,central dan Pennales atas dasar kesimetritannya. Ada sekitar 10,000 jenis dan 174
jenis diatom, mempunyai ukuran dan bentuk berbeda berkisar antara 1 ke 500 m.
Diatoms biasanya ditemukan di dalam air seperti kolam, danau, sungai, kanal dan lain
lain, akan tetapi konsentrasinya dapat tinggi atau rendah di dalam air tertentu, tergantung
pada musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu kedalaman air tidak didapatkan bukti
adanya pertumbuhan diatom di bawah 100m.
Pada saat tenggelam berlangsung, diatom masuk ke rongga paru-paru seseorang
yang terbuka ketika air terisap, dan air yang masuk menekan rongga paru-paru dan
memecahkan alveoli. Melalui alveoli yang pecah diatoms dapat masuk ke jantung, hati,
ginjal, sumsum tulang dan otak. Pada diameter dan ketebalan alveoli paru-paru diketahui
sangat kecil akan tetapi tidak mustahil semua diatom-diatom dapat masuk ke dalam
organ dan rongga paru-paru dimana dapat menembus melalui jaringan kapiler ini
disebut Drowning Associated Diatoms (DAD).
Analisa diatom yang berada di paru-paru, hati, limpa, sumsum tulang dan darah
selama bertahun-tahun dilakukan sebagai tes konfirmasi di dalam kasus tenggelam.
Meskipun, tes pada diatom menjadi kontraversi sejak beberapa kasus menghasilkan
negatif yang salah dan positif yang salah didokumentasikan. Analisa diatom yang
saksama merupakan suatu yang dapat menentukan ya atau tidaknya kematian terjadi
akibat tenggelam. Sebelum hasil diagnosa kematian dengan korban tenggelam haruslah
diketahui morfologi dan morphometric suatu diatom dari korban tenggelam sebab
penetrasi suatu diatom di kapiler paru-paru tergantung atas kepadatan dan ukuran diatom
tersebut.
Pada forensik investigasi, dalam memecahkan kasus tenggelam, salah satu hal
termudah mendeteksi adanya diatom pada viscera tubuh yang tenggelam, Pada kasus
tenggelam ante mortem maka didapatkan diatom pada putative drowning medium. Untuk
mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan asam sulfat dan asam nitrat,
kemudian disentrifuse dan endapannya dilihat dibawah mikroskop. Paru-paru, hati,
ginjal, dan bone marrow telah di analisa dan kesimpulan telah diambil berdasarkan
ditemukannya atau tidak ditemukannnya organisme ini. Saat ini penggunaan analisa
diatome cenderung digunakan pada sistem yang tertutup seperti sumsum tulang femur
atau kapsul ginjal dari tubuh yang belum membusuk. Diagnosis pada kasus tenggelam
dari analisa diatome harusnya positif tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas
20 diatom / 100 ul lapangan pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sample paru-paru) dan
50 diatom dari beberapa organ, selanjutnya sebaiknya diatom yang ditemukan harusnya
cocok dari sumsum tulang dan tempat dimana tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat
yang dapat mendukung dan dapat menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat masih
hidup atau tidak. Pada beberapa literature telah berusaha untuk mengembangkan
beberapa informasi penting tentang tipe diatom yang spesifik, dimana umumnya masuk
pada bermacam organ dalam tubuh seorang yang tenggelam.
Sample air dari putative drowning memiliki beberapa ragam spesies diatom yang
berhubungan dengan tubuh korban yang tenggelam.
Tenggelam di air laut ditemukan Fragilaria, Synedra, Coscinodiscus, Actinoptychus
undulates, Thalassiothrix sp., Diploneis splendida, Navicula dan lainnya pada paru-
paru tubuh. Campylodiscus noricus, C. echenels pada dasar laut, Actinocyclus
ehrenbergii and Achnanthes taeniata pada air laut yang dalam.

Asterionella sp. Cymatopleura sp.

Coscinodiscus sp.

Triceratium sp. Bellerochea sp.


Melosira sp. (Auxospores) Amphiprova sp
Tenggelam pada air tawar seperti kolam, danau, sungai dan kanal ditemukan
Navicula pupula, N. cryptocephara, N. graciloides, N. meniscus, N. bacillum, N.
radiosa, N. simplex, N. pusilla, Pinnularia mesolepta, P. gibba, P. braunii, Nitzscia
mesplepta, Mastoglia smithioi, Cymbella cistula, Camera lucida, Cymbella
cymbiformis Cocconeis diminuta dan banyak spesies diatome lainya ditemukan pada
air tawar. Pinnularia borealis ditemukan pada air tawar yang dingin, Pinnularia
capsoletaditemukan pada air tawar yang dangkal. Selama proses monitor air sungai
yang berterusan didapatkan adanya diatom pada air dan tisu sel yang mana diatom
yang paling sering ditemukan adalah Navicula, Diatoma, Nitzschia, Stephanodicus,
Fragilaria, Gomphonema, Gyrosigma, Melosira, Achnanthes, Amphora,
Cocconeis, Cyclotella, dan Cymbella.

Achnanthes sp. Amphipleura sp.

Anomoeneis sp.
Biddulphia sp. Cyclotella sp.

Surirella sp.
Eunotia ditemukan di daerah yang pH air 7-8 .
E. lunaris ditemukan di daerah yang pH air 5-6.
Penetrasi diatom pada kapiler alveoli menggunakan Transmission Elektron
Mikroskop (TEM) dan SEM (Lunette,1998). Sepanjang penemuan mereka, mereka
menemukan Diatoma Maniliformis (yang dipenetrasi di distal dinding jalan napas),
Navicula Specula (yang dipenetrasi pada khons pore), Tabularia fasciculat (yang
dipenetrasi dari sebagian laserasi epitel dan endotel yang sejajar dari septum alveolar
yang menegang), Nitzschia paleacea (yang dipenetrasi dari sebagian dinding alveolar),
Mastogloia smithii (yang dipenetrasi dari dinding alveolar dengan laserasi yang terlihat
bersih) dan Amphora delicatissima,dll.
Pengetahuan tentang diatom berhubungan dengan tenggelam selalu berhubungan
dengan forensic dalam mengdiagnosis pada kasus tenggelam. Pada penelitian yang lebih
lanjut tentang morfologi dan kehidupan diatom yang berbeda pada beberapa macam air di
daerah yang spesifik dapat juga membantu lebih baik memecahkan kasus tenggelam..
adanya diatome pada kasus tenggelam ante-mortem tergantung pada tipe, ukuran dan
densitas diatom yang dilihat pada medium putative tenggelam. Tidak dapat disangkal
bahwa diatom-diatom kecil seperti (Diatoma, Cyclotella, Epithemia dll.) mempunyai
peluang yang lebih tinggi untuk memasuki organ tubuh berbanding diatom dengan
ukuran yang lebih besar (Synedra) yang mana bisa juga ditemukan di dalam organ tubuh
jika mereka mempunyai kemampuan untuk berfragmentasi yang cukup. Diatom yang
sering dijumpai pada organ tubuh pada kasus tenggelam adalah Navicula, Nitzschia,
Synedra ulna, Achnanthidium dan Cyclotella karena banyak terdapat di air dan
ukurannya yang optimum.
Organ tubuh Spesies yang sering ditemukan
Paru-paru Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta,
Fragilaria brevistriata, Navicula dll
Sumsum tulang Stephanodicus parvus, Navicula, Diatoma and
fragments of Synedra ulna
Hati Achnanthes minutissima, Cocconeis placentula,
Fragilaria ulna var. acus, Navicula lanceolata dll
Ginjal Achnanthes biasolettiana, N. seminulum dll
Lambung Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta,
Gomphonema minutum dll
Usus Asterionella Formosa, Cyclotella comensis,
Gomphonema pumilum and Nitzscia pura dll

Gettler chloride
Sejumlah tes telah dikembangkan dalam beberapa tahun untuk menentukan korban tenggelam.
Yang paling terkenal ialah tes Gettler chloride, dimana darah dianalisa dari sisi kanan dan kiri
jantung dengan kiraan perbedaan 25mg/100ml antara jantung kiri dan kanan dikira signifikan.
Jika level chloride kurang pada sisi kanan daripada sisi kiri, korban disangka telah tenggelam
dalam air garam. Jika lebih tinggi pada sisi kanan jantung daripada sisi kiri, maka diperkirakan
korban tenggelam dalam air tawar. Perbedaan kadar elktrolit lebih dari 10% dapat menyokong
diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang bermakna. Tes ini baru dianggap reliabel jika
dilakukan dalam 24 jam setelah kematian.
Berat jenis :
a. Dengan CuSO4 = normalnya 1,059 (1,059-1,060)
b. Air tawar = 1,055
c. Air laut = 1,065
Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan grafitasi spesifik
darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah disebut di atas tidak pasti dan tidak
mendukung dalam menyimpulkan tenggelam.
BAB III
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS KORBAN

Identitas Umum
Nama : Aditya Gardabra
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 6 tahun
Panjang badan : 123 cm
Berat badan : 31 kg
Warna kulit : sawo matang
Ciri rambut : warna hitam, lurus, pendek, panjang rambut tiga sentimeter
Keadaan gizi : cukup, IMT= 20,53 kg/m
Alamat : Jl. Lamper Tengah No.612 Gang 3 RT 7/RW 3 Kelurahan Lamper
tengah kecamatan Semarang Tengah

B. KRONOLOGI
Pada tanggal 8 Juli 2017 hari sabtu pukul 12.00 WIB datang sekumpulan warga
ke IGD membawa anak laki-laki berusia 5-8 tahun. Menurut saksi pasien adalah korban
tenggelam, kira-kira jam 10 siang dan dilakukan evakuasi selama 2 jam kemudian
langsung dibawa ke IGD.
Menurut saksi mata 1 yang merupakan nenek korban, kakak memberitahu saksi
bahwa korban jatuh ke sumur kemudian saksi datang ke TKP dan saksi mata
menemukan korban telah berada di dalam sumur, kemudian saksi meminta tolong pada
warga sekitar.
Menurut saksi mata 2 yang merupakan kakak korban, korban sedang bermain
petak umpet bersama saksi 2 lalu berlari diatas penutup sumur yang sudah usang, lalu
korban terjatuh kedalam sumur.
Menurut saksi mata 3 yang merupakan warga yang menolong, saat sampai di TKP
evakuasi korban dilakukan selama 2 jam dengan menguras air sumur. Korban dapat
dievakuasi pukul 12.00 dan langsung dibawa ke IGD RS BHAYANGKARA.

Tindakan Penyelamatan :
Korban datang dalam keadaan basah, keluar buih ari mulut dan hidung, Apneu.
C. FOTO KORBAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
Jl. Majapahit No. 140, Semarang

PROJUSTITIA:

VISUM ET REPERTUM

Nomor : R/VER/128/VII/2017/RUMKIT

Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Kota Besar Semarang melalui suratnya tanggal 8
Juli 2017 Nomor: R/172/VII/2017/RESKRIM yang ditanda tangani oleh Purnomo Hadi, S.H
pangkat IPDA, NRP 69118158 dan diterima tanggal 8Juli 2017jam 13.00 WIB, maka dengan ini
saya dr. Syahid Putra, sebagai dokter yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang,
menerangkan bahwa pada tanggal 8 Juli 2017 jam 14.00WIB telah memeriksa jenazah, yang
berdasarkan surat permintaan tersebut diatas bernamaAdityo Gardabraumurtujuh tahun, jenis
kelamin laki-laki, yang beralamat Jalan Lamper Tengah Nomor 612 Gang 3 RT 7/RW 3
Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Tengah, Semarang ditemukan di sumurdan
diduga meninggal dunia karena tenggelam------------------------------------------------------------------------------

HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari pemeriksaan luar atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:--
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

A. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN IDENTITAS JENAZAH------------------------------------


1. Identitas Umum Jenazah---------------------------------------------------------------------------------------------
a. Jenis kelamin : laki-laki-----------------------------------------------------------------------------
b. Umur : lima sampai delapan tahun ---------------------------------------------------
c. Panjang badan : seratus dua puluh tiga sentimeter-------------------------------------------
d. Berat badan : tiga puluhsatu kilogram--------------------------------------------------------
e. Warna kulit : sawo matang------------------------------------------------------------------------
f. Warna pelangi mata : coklat----------------------------------------------------------------------------------
g. Ciri rambut : warna hitam, lurus, pendektiga sentimeter-----------------
h. Keadaan gizi : kesan gizi cukup, dengan indeks masa tubuh dua puluhkoma
lima tiga kilogram per meter kuadrat -------------------------------------
2. Identitas Khusus Jenazah--------------------------------------------------------------------------------------------
a. Tato : tidak ada--------------------------------------------------------------------------------------
b. Jaringan parut : tidak ada--------------------------------------------------------------------------------------
c. Tanda lahir : tidak ada--------------------------------------------------------------------------------------
d. Cacat fisik : tidak ada--------------------------------------------------------------------------------------
e. Tahi lalat : tidak ada--------------------------------------------------------------------------------------
f. Pakaian : pakaian basah dan korban mengenakan-------------------------------------------
o Jaket bahan jeans, warna biru, terdapat dua saku di bagian depan atas kanan kiri,
tidak ada merk, terdapat tulisan 150 pada sisi dalam belakang--------------------------
o Kaos warna merah-hitam, bahan kaos, merk HENJO KIDS, ukuran enam,
terdapat tulisan 1943 FORD GPW pada sisi depan------------------------------------------
o Celana pendek, bahan kaos, warna merah-hitam, pada bagian samping kanan dan
kiri terdapat tulisan ARMY, ukuran enam------------------------------------------------------
g. Perhiasan : terdapat kalung rantai kecil, bahan logam, warna keemasan------------
h. Lain-lain : tidak ada-------------------------------------------------------------------------------------

B. FAKTA YANG BERKAITAN DENGAN WAKTU TERJADINYA KEMATIAN---------


a. Suhu rektal mayat : tiga puluh dua derajat celsius-----------------------------------------
b. Lebam mayat : terdapat warna kebiruan pada punggung belakang, hilang
dengan penekanan------------------------------------------------------
c. Kaku mayat : terdapat kaku mayat pada rahang bawah, sukar dilawan---------
d. Pembusukan : tidak terdapat pembusukan-------------------------------------------
C. FAKTA DARI PEMERIKSAAN TUBUH BAGIAN LUAR-----------------------------------
1. Permukaan Kulit Tubuh--------------------------------------------------------------------------
a. Kepala :---------------------------------------------------------------------------------------
o Daerah berambut : tidak ada kelainan---------------------------------------------
o Wajah : tidak ada kelainan---------------------------------------------
b. Leher : tidak ada kelainan------------------------------------------------------------------
c. Bahu :-----------------------------------------------------------------------------------------
o Kanan : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
o Kiri : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
d. Dada : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
e. Punggung : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
f. Perut : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
g. Bokong :------------------------------------------------------------------------------------
o Kanan : terdapat sebuah luka lecet di bokong kanan, sepuluh sentimeter di
kanan garis tengah tubuh, tiga sentimeter dari garis mendatar yang melewati
pusar, ukuran panjang tiga sentimeter, lebar dua sentimeter, bentuk tidak
teratur, batas tegas, warna hitam kecoklatan, tidak ada kelainan disekitar luka.--
o Kiri : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
h. Dubur :----------------------------------------------------------------------------------
o Lingkaran dubur : tidak ada kelainan------------------------------------------------
o Liang dubur : tidak ada kelainan------------------------------------------------
i. Anggota gerak:--------------------------------------------------------------------------------
Anggota gerak atas:---------------------------------------------------------------------------
o Kanan : terdapat sebuah luka lecet di siku kanan, ukuran panjang dua
sentimeter, lebar satu sentimeter, bentuk tidak teratur, batas tegas,
warna hitam kecoklatan, sekitar luka tidak ada kelainan----------------
o Kiri : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
Anggota gerak bawah:-----------------------------------------------------------------------
o Kanan : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
o Kiri : tidak ada kelainan-------------------------------------------------------------
2. Bagian tubuh tertentu:----------------------------------------------------------------------------
a. Mata:--------------------------------------------------------------------------------------------
o Alis mata : warna hitam---------------------------------------------------
o Bulu mata : warna hitam---------------------------------------------------
o Kelopak mata : tidak ada kelainan--------------------------------------------
o Selaput kelopak mata : terdapat bintik perdarahan di tepi kelopak mata atas
kanan dan kiri------------------------------------------------
o Selaput biji mata : tidak ada kelainan--------------------------------------------
o Selaput bening mata : kering----------------------------------------------------------
o Pupil mata : simetris, bulat, hitam, diameter kanan dan kiri lima
millimeter---------------------------------------------------
o Pelangi mata : sebelah kanan dan kiri berwarna hitam----------------
b. Hidung :----------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk hidung : tidak ada kelainan----------------------------------------
o Permukaan kulit hidung : tidak ada kelainan---------------------------------------
o Lubang hidung : terdapat buih halus warna putih dan cairan warna
merah yang bertambah banyak apabila dada
jenazah ditekan-------------------------------------------
c. Telinga :----------------------------------------------------------------------------------------
o Bentuk telinga : tidak ada kelainan----------------------------------------
o Permukaan daun telinga : tidak ada kelainan----------------------------------------
o Lubang telinga : tidak ada kelainan----------------------------------------
d. Mulut:------------------------------------------------------------------------------------------
o Bibir atas : tampak kebiruan---------------------------------------------
o Bibir bawah : tampak kebiruan---------------------------------------------
o Selaput lendir mulut : terdapat tiga buah luka lecet pada selaput lendir bibir
bawah. Luka lecet pertama tiga sentimeter dari sudut bibir kanan, ukuran
panjang satu sentimeter lebar nol koma lima sentimeter, bentuk tidak teratur,
batas tegas, warna putih kemerahan, tidak ada kelainan disekitar luka. Luka
lecet kedua tiga koma lima sentimeter dari sudut bibir kanan ukuran panjang
dua sentimeter lebar nol koma satu sentimeter, bentuk teratur batas tegas warna
putih kemerahan , sekitar luka tidak ada kelainan. Luka lecet ketiga, empat
sentimeter dari sudut bibir kanan ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol
koma satu sentimeter, bentuk teratur, batas tegas warna putih kemerahan,
sekitar luka tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
o Lidah : tidak ada kelainan--------------------------------------------
o Gigi geligi:----------------------------------------------------------------------------------
Gigi rahang atas : belum lengkap, belum tumbuh gigi geraham belakang
ketiga kanan dan kiri----------------------------------------
Gigi rahang bawah : belum lengkap, belum tumbuh gigi geraham belakang
ketiga kanan dan kiri----------------------------------------
o Langit-langit mulut : tidak ada kelainan--------------------------------------------
e. Alat kelamin: laki-laki-----------------------------------------------------------------------
Pelir: belum disunat----------------------------------------------------------------------
Kantong buah pelir: teraba dua buah biji pelir---------------------------------------
Biji pelir : tidak ada kelainan-----------------------------------------------------------
Rambut pubis : belum tumbuh----------------------------------------------------------
3. Tulang-tulang-------------------------------------------------------------------------------------------
a. Tulang tengkorak : tidak ada kelainan--------------------------------------------
b. Tulang belakang : tidak ada kelainan--------------------------------------------
c. Tulang-tulang dada : tidak ada kelainan--------------------------------------------
d. Tulang-tulang punggung : tidak ada kelainan--------------------------------------------
e. Tulang-tulang panggul : tidak ada kelainan--------------------------------------------
f. Tulang anggota gerak : teraba derik pada tulang lengan atas kanan--------------

KESIMPULAN-------------------------------------------------------------------------------------------------

Dari hasil pemeriksaan yang saya temukan atas jenazah tersebut maka saya simpulkan bahwa
telah diperiksa seorang jenazah laki-laki, berusia antara lima sampai delapan tahun, kesan gizi
cukup, warna kulit sawo matang, rambut berwarna hitam, lurus, pendek tiga sentimeter. Dari
pemeriksaan terdapat luka akibat bersinggungan dengan benda tumpul berupa luka lecet di
selaput lendir bibir bawah, siku kanan, dan bokong kanan. Didapatkan tanda-tanda kontak lama
dengan air, tanda-tanda tenggelam, dan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian adalah
tenggelam di air tawar yang menyebabkan mati lemas----------------------------------------------------

PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sebaik-baiknya, dengan mengingat sumpah
sewaktu menerima jabatan sebagai dokter------------------------------------------------------------------

Semarang, 8 Juli2017
Dokter yang memeriksa,

dr. Syahid Putra


BAB IV
KESIMPULAN

Drowning adalah suatu proses gangguan nafas yang dialami akibat terendam atau
terbenam kedalam cairan. Mekanisme kematian yang terjadi akibat tenggelam akibat suatu
anoksia serebral yang ireversibel atau yang sering di sebut dengan asfiksia. Penentuan diagnosis
ditentukan dari pemeriksaan luar, dalam dan penelusuran korban sebelum meninggal serta
riwayat penyakit dahulu.
Dari hasil pemeriksaan yang ditemukan atas jenazah tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dari pemeriksaan terdapat luka akibat bersinggungan dengan benda tumpul berupa luka
lecet di selaput lendir bibir bawah, siku kanan, dan bokong kanan. Didapatkan tanda-tanda
kontak lama dengan air, tanda-tanda tenggelam, dan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian
adalah tenggelam di air tawar yang menyebabkan mati lemas.
DAFTAR PUSTAKA

1. Szpilman D, Bierens J.J.M, Handley A.J, Orlowski J.P. Current Concepts Drowning. N
Engl J Med 2012;366:2102-10.
2. Global Report on Drowning : Preventing A Leading Killer. World Health Organization
2014.
3. World Health Organization. Chapter 2 : Drowning and Injury Prevention. Guidelines for
Safe Recreational Water Enviroments. 2014.
4. Di Maio D, Di Maio V. Section 15 : Death by Drowning In: Forensic Pathology. New
York: CRC Press; 2001. Page 395-403
5. Prawedana H.K, Suarjaya P.P. bantuan hidup dasar dewasa pada near drowning di tempat
kejadian. Bagian/SMF Ilmu Anesthesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar.
6. Shattock M.J, Tipton M.J. Autonomic Conflict : a different way to die during cold
water immersion ?. J Physiol 590.14 (2012) pp 32193230.
7. Dolinak D, Matshes E.W, Lew E.O. Section 9 : Drowning. Forensic Pathology Principles
and Practice. California : ELSEVIER. 2005. Page 227-37.
8. James J.P, Jones R, Karch S.B, Manlove J. Section 16 : Immersion and drowning in
Simpsons Forensic Medicine 13th ed. London : Hodder & Stoughton Ltd. 2013. Page
163 - 68
9. Adelman H.C, Kobilinsky L. Section 7 : Asphyxia/Anoxic Deaths in Forensic Medicine :
Inside Forensic Science. New York : Infobase Publishing. 2007. Page 50 59.
10. Bardale R. Section 15 : Violent Asphyxia Drowning in Principle of Forensic Medicine &
Toxicology. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2011. Page 304 313.
11. Dr. Mukesh Kumar Thakar, Deepali Luthra,Rajvinder Singh. A Fluorocent Survey of
Diatome Distribution Patterns In Some Small Water Bodies (Lakes And Saravars), J
Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2011;11(2): 81-86

You might also like