Professional Documents
Culture Documents
MATI TENGGELAM
Disusun oleh :
Ari Viandini Nurfahmi (12085610)
Devi Wulandari (12106120)
Anis Bonitasari Ikromina (12106081)
Ibnu Syah (12116411)
Rangga Alam Vaneo (12116493)
Ainun Nafis Dwi Ramadani (30101206565)
Rizky Amalia (30101206779)
Pembimbing :
Dr. dr. Setyo Trisnadi, Sp. KF, SH
KEPANITERAAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Tenggelam atau drowning adalah suatu proses gangguan nafas yang dialami akibat
terendam atau terbenam kedalam cairan. Proses tenggelam dimulai ketika saluran nafas berada di
bawah permukaan cairan (terendam) atau air yang terpercik ke wajah (terbenam).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat 0,7% kematian diseluruh dunia disebabkan
oleh tenggelam, atau lebih dari 372.000 kematian setiap tahunnya yang paling banyak
disebabkan oleh tenggelam yang tidak disengaja, setengah dari korban tenggelam adalah mereka
yang berusia di bawah 25 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki laki di bandingkan
perempuan, angka ini tidak termasuk kematian tenggelam akibat bencana seperti banjir, tsunami,
dan kecelakaan kapal.Angka kematian yang dicatat ini belum dapat di jadikan sebagai patokan
tepat sebab kematian akibat tenggelam banyak terjadi sebelum korban sampai ke fasilitas
kesehatan sehingga data akurat mengenai tenggelam masih sulit untuk di dapatkan hal ini
menyebabkan diabaikannya penelitian dan pencegahan kejadian tenggelam.
Menurut survei WHO yang terkahir terjadi peningkatan 39 50% angka kematian akibat
tenggelam di negara negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan
peningkatan lima kali lipat lebih besar di negara negara miskin dan berkembang.
Penelitian melaporkan rata rata kejadian tenggelam terjadi pada saat rekreasi air, seperti
kolam renang dan bak mandi, selain itu salah satu faktor risiko penting yaitu konsumsi alkohol di
daerah yang dekat dengan air dapat meningkatkan kejadian tenggelam.
Oleh karena itu refleksi kasus ini dibuat agar kita dapat mengenali kematian akibat
tenggelam dan dapat mengetahui hasil pemeriksaan luar dan dalam yang dapat ditemukan pada
korban tenggelam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Tenggelam biasanya didefinisikan sebagai kematian akibat asfiksia yang disebabkan oleh
masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Pada suatu kasus tenggelam korban terbenam
dalam air sehingga sistem pernapasannya terganggu dengan akibat hilangnya kesadaran dan
ancaman pada jiwa korban.Pada suatu kasus tenggelam, seluruh tubuh tidak perlu terbenam di
dalam air, asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air sudah memenuhi
kriteria suatu kasus tenggelam.
Jumlah air yang dapat mematikan ialah bila air dihirup oleh paru-paru sebanyak 2 liter
untuk orang dewasa dan sebanyak 30-40 mililiter untuk bayi.
Menurut WHO Tenggelam atau drowning adalah suatu proses gangguan nafas yang
dialami akibat terendam atau terbenam kedalam cairan. Tenggelam dapat terjadi di lautan atau
pada kasus penurunan kesadaran akibat alkohol, epilepsi, atau anak kecil pada air dengan
ketinggian air 6 inci (15,24 cm). Mekanisme kematian yang terjadi akibat tenggelam akibat
suatu anoksia serebral yang ireversibel atau yang sering disebut dengan asfiksia.
B. EPIDEMIOLOGI
Tenggelam merupakan salah satu masalah besar, sehubungan dengan dampaknya secara
global, tenggelam merupakan suatu kasus terabaikan dalam isu kesehatan masyarakat. Pada
tahun 2012, diperkirakan sekitar 372.000 orang meninggal akibat tenggelam, yang
menempatkannya sebagai penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia dimana 91% dari total
kematian tersebut terjadi di negara negara miskin dan berkembang, setengah dari korban
tenggelam adalah mereka yang berusia di bawah 25 tahun, dan lebih sering terjadi pada laki
laki di bandingkan perempuan. Perkiraan jumlah korban sangat mengkhawatirkan karena data
resmi angka kematian mengeksklusikan kematian tenggelam akibat bunuh diri dan tenggelam
karena bencana banjir, dan insiden transportasi lautan.
Menurut survei WHO yang terakhir terjadi peningkatan 39 50% angka kematian akibat
tenggelam di negara negara maju seperti Amerika serikat, Australia dan Finlandia, dan
peningkatan lima kali lipat lebih besar di negara negara miskin dan berkembang.
Berdasarkan studi epidemiologi, tenggelam hampir selalu menempati sepuluh besar
penyebab kematian di seluruh penjuru dunia pada usia 1 24 tahun.
Di Indonesia sendiri angka kejadian tenggelam belum diketahui. Namun, merujuk pada
kondisi geografis wilayah Indonesia yang terdiri dari berbagai pulau dengan garis pantai yang
cukup panjang yang memungkinkan terjadinya tenggelam. Terlebih Indonesia juga
merupakan daerah wisata di mana perairan juga merupakan salah satu daya tarik wisata yang
dimiliki.Pada negara maju, korban tenggelam yang bertahan hidup tapi mengalami cedera
otak yang berat yang menyebabkan kelumpuhan dapat menyebabkan tingginya biaya finansial
bagi keluarga yang merawat. Pada waktu yang sama, kurangnya sarana dan pelayanan medis
di negara miskin dan berkembang berarti korban tenggelam yang selamat dengan kecacatan
biasanya tidak dapat hidup lama.
C. MEKANISME PROSES TENGGELAM
Reaksi awal : usaha bernapas yang berlangsung hingga batas kemampuan dicapai dimana
seseorang harus bernapas, batas kemampuan ditentukan oleh kominasi antara kadar CO2 yang
tinggi dan konsentrasi O2 yang rendah. Menurut Pearn, batas kemampuan terjadi pada tingkat
PCO2 dibawah 55 mmHg saat terdapat hipoksia dan tingkat PO2 dibawah 100 mmHg saat
PCO2 tinggi melewati batas kemampuan,seseorang menarik napas secara involunter,pada saat
ini air mencapai laring dan trakea, menyebabkan spasme laring yang diakibatkan tenggelam
pada air tawar,terdapat penghirupan sejumlah besar air,tertelan dan akan dijumpai dalam
perut. Selama bernapas di dalam air,penderita mungkin muntah dan terjadi aspirasi isi
lambung. Usaha pernapasan di bawah air akan berlangsung selama beberapa menit.,hingga
pernapasan terhenti. Hipoksia serebral akan berlanjut hingga irreversible dan terjadi kematian.
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :
1. Refleks vagal
Peristiwa tenggelam yang menyebabkan kematian akibat refleks vagal disebut tenggelam
tipe 1. Pada tipe ini,kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan postmortem tidak
ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia maupun air di dalam paru-parunya sehingga sering
disebut tenggelam kering (dry drowning).
2. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada tipe tenggelam umumnya jarang terjadi. Spasme
laring tersebut terjadi karena rangsangan air yang masuk ke laring. Pada pemeriksaan
postmortem ditemukan tanda-tanda asfiksia,tetapi pada paru-parunya tidak didapatkan
tanda adanya air atau benda-benda air lainnya.
3. Pengaruh air yang masuk paru-paru
a. Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan
elektrolit. Pada keadaan ini terjadi absorpsi cairan secara masif dalam jumlah yang bisa
mencapai 70% dari volume darah awal dalam 3 menit karena konsentrasi elektrolit di
dalam air tawar lebih rendah dibadingkan konsentrasi dalam darah sehingga akan
menyebabkan terjadinya hemodilusi darah,air masuk ke dalam aliran darah sekitar
alveoli dan mengakibatkan hemolisis. Dengan terpecahnya eritrosit maka ion kalsium
intrasel akan terlepas,dalam hal ini terjadi akibat pengenceran darah sehingga tubuh
mencoba mengatasinya dengan melepas ion kalium dari serabut otot jantung sehingga
kadar ion kalium dalam plasma meningkat,terjadi perubahan keseimbangan ion Ca dan
K dalam serabut otot jantung sehingga menimbulkan hiperkalemia yang akan
menyebabkan terjadinya fibrilasi ventrikel dan menyebabkan penurunan tekanan
darah,yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat anoksia otak. Kematian
dalam air tawar terjadi dalam dalam waktu 4-5 menit.
Pemeriksaan postmortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan
lebih tinggi dibanding jantung kiridan adanya buih serta benda-benda air pada paru-
paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe IIA.
b. Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi.
Tenggelam jenis ini akan disebut sebagai tenggelam tipe IIB. Dibandingkan tenggelam
tipe IIA kematian pada tenggelam tipe ini terjadi lebih lembat. Konsentrasi elektrolit air
laut lebih tinggi daripada dalam darah sehingga air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal
ke dalam jaringan interstitial paru yang akan mengakibatkan edema
pulmoner,hemokonsentrasi,hipovolemia dan kenaikan kadar magnesium dalam darah.
Hemokonsentrasi akan menyebabkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan
terjadinya payah jantung. Kematian terjadi 8-12 menit setelah tenggelam. Pemeriksaan
postmortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia,kadar NaCl pada jantung kiri lebih
tinggi dibandingkan jantung kanan,serta ditemukan buih serta benda air pada paru-
paru.
Cara kematian
Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:
1. Kecelakaan
Sering terjadi karena korban jatuh ke laut,danau,sungai dan juga kolam renang.
2. Bunuh diri
Peristiwa ini terjadi dengan menjatuhkan diri ke dalam air. Terkadang tubuh
pelaku diikat dengan benda pemberat agar tubuhnya dapat tenggelam.
3. Pembunuhan
Ada banyak cara yang dapat digunakan,misalkan melempar korban ke laut dengan
diikat pada pemberat atatupun dengan memasukkan kepala korban ke bak berisi
air. Dari segi patologik sulit dibedakan antara bunuh diri dan pembunuhan.
Pemeriksaan pada tempat kejadian sangat membantu. Jika memang benar
pembunuhan,maka masih perlu diteliti apakah korban ditenggelamkan saat masih
hidup atau sudah mati.
Pada pemeriksaan mayat tenggelam,hal penting yang perlu ditentukan pada
pemeriksaan adalah :
1. Menentukan indentitas korban
Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain:
Pakaian dan benda milik korban
Warna dan distribusi rambut serta identitas lain
Kelainan atau deformitas dan jaringan parut
Sidik jari
Pemeriksaan gigi
Teknik identifikasi lain
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam.
Pada mayat yang masih segar,untuk menentukan apakah korban masih hidup
atau sudah meninggal saat tenggelam dapat diketahui dari pemeriksaan:
Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup
waktu tenggelam ialah pemeriksaan diatom.
Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
Benda asing dalam paru dan saluran napas mempunyai nilai yang
menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai
membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.
Pada mayat yang segar,adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara
fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam
mempunyai nilai yang bermakna.
Dengan ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat menjelaskan bahwa
korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis tenggelam
Pada mayat yang segar, gambaran postmortem dapat menunjukkan tipe
tenggelam dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan dan
kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang benturan antemortem pada
tubuh bagian atas, misal memar pada muka, perlukaan pada vertebra
servikalis dan medula spinalis dapat ditemukan.
D. KLASIFIKASI TENGGELAM
1. Typical drowning (wet drowning)
Pada typical drowning ditandai dengan adanya hambatan pada saluran napas dan paru
karena adanya cairan yang masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini cairan masuk ke
dalam saluran pernapasan setelah korban tenggelam.Kematian terjadi setelah korban
menghirup air. Jumlah air yang dapat mematikan, jika dihirup paru-paru adalah sebanyak
2 liter untuk orang dewasa dan 30-40 ml untuk bayi
2. Atypical drowning
Pada atypical drowning ditandai dengan sedikitnya atau bahkan tidak adanya cairan dalam
saluran napas. Karena tidak khasnya tanda otopsi pada korban atypical drowning maka
untuk menegakkan diagnosis kematian selain tetap melakukan pemeriksaan luar juga
dilakukan penelusuran keadaan korban sebelum meninggal dan riwayat penyakit dahulu.
Gambar 3. Buih Bercampur Darah Keluar melalui Mulut dan Hidung Jenazah Tenggelam
F. PEMERIKSAAN LUAR
Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5F (0,55oC)per menit.
Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam waktu ini
dapat menjadi lebih lama bila korban tenggelam di air dingin, karena suhu tubuh juga
akan menurun dan akan memerlukan waktu yang lebih lama untuk kembali ke suhu
lingkungan.
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher, kepala,
dan ekstremitas yang merupakan bagian yang tergantung ke bawah saat bagian badan
mayat terapung ke permukaan akibatnya menyebabkan darah statis pada daerah tersebut.
Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari pembekuan OxyHb.
Pembusukan sering tampak dan berlangsung dalam proses yang lebih cepat pada mayat
tenggelam, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada pembusukan lanjut tampak
gelembung-gelembung pembusukan. Hal ini bukan merupakan tanda yang tidak spesifik
sebab dapat juga di dapatkan pada mayat yang tidak tenggelam.
Cutis Anserina (fenomena goosefles-kulit angsa), hal ini merupakan spasme otot erektor
villi yang disebabkan rigor mortis. Gambaran ini dapat ditentukan pada mayat yang tidak
tenggelam.
Coscinodiscus sp.
Anomoeneis sp.
Biddulphia sp. Cyclotella sp.
Surirella sp.
Eunotia ditemukan di daerah yang pH air 7-8 .
E. lunaris ditemukan di daerah yang pH air 5-6.
Penetrasi diatom pada kapiler alveoli menggunakan Transmission Elektron
Mikroskop (TEM) dan SEM (Lunette,1998). Sepanjang penemuan mereka, mereka
menemukan Diatoma Maniliformis (yang dipenetrasi di distal dinding jalan napas),
Navicula Specula (yang dipenetrasi pada khons pore), Tabularia fasciculat (yang
dipenetrasi dari sebagian laserasi epitel dan endotel yang sejajar dari septum alveolar
yang menegang), Nitzschia paleacea (yang dipenetrasi dari sebagian dinding alveolar),
Mastogloia smithii (yang dipenetrasi dari dinding alveolar dengan laserasi yang terlihat
bersih) dan Amphora delicatissima,dll.
Pengetahuan tentang diatom berhubungan dengan tenggelam selalu berhubungan
dengan forensic dalam mengdiagnosis pada kasus tenggelam. Pada penelitian yang lebih
lanjut tentang morfologi dan kehidupan diatom yang berbeda pada beberapa macam air di
daerah yang spesifik dapat juga membantu lebih baik memecahkan kasus tenggelam..
adanya diatome pada kasus tenggelam ante-mortem tergantung pada tipe, ukuran dan
densitas diatom yang dilihat pada medium putative tenggelam. Tidak dapat disangkal
bahwa diatom-diatom kecil seperti (Diatoma, Cyclotella, Epithemia dll.) mempunyai
peluang yang lebih tinggi untuk memasuki organ tubuh berbanding diatom dengan
ukuran yang lebih besar (Synedra) yang mana bisa juga ditemukan di dalam organ tubuh
jika mereka mempunyai kemampuan untuk berfragmentasi yang cukup. Diatom yang
sering dijumpai pada organ tubuh pada kasus tenggelam adalah Navicula, Nitzschia,
Synedra ulna, Achnanthidium dan Cyclotella karena banyak terdapat di air dan
ukurannya yang optimum.
Organ tubuh Spesies yang sering ditemukan
Paru-paru Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta,
Fragilaria brevistriata, Navicula dll
Sumsum tulang Stephanodicus parvus, Navicula, Diatoma and
fragments of Synedra ulna
Hati Achnanthes minutissima, Cocconeis placentula,
Fragilaria ulna var. acus, Navicula lanceolata dll
Ginjal Achnanthes biasolettiana, N. seminulum dll
Lambung Achnanthes minutissima, Cyclotella cyclopuncta,
Gomphonema minutum dll
Usus Asterionella Formosa, Cyclotella comensis,
Gomphonema pumilum and Nitzscia pura dll
Gettler chloride
Sejumlah tes telah dikembangkan dalam beberapa tahun untuk menentukan korban tenggelam.
Yang paling terkenal ialah tes Gettler chloride, dimana darah dianalisa dari sisi kanan dan kiri
jantung dengan kiraan perbedaan 25mg/100ml antara jantung kiri dan kanan dikira signifikan.
Jika level chloride kurang pada sisi kanan daripada sisi kiri, korban disangka telah tenggelam
dalam air garam. Jika lebih tinggi pada sisi kanan jantung daripada sisi kiri, maka diperkirakan
korban tenggelam dalam air tawar. Perbedaan kadar elktrolit lebih dari 10% dapat menyokong
diagnosis, walaupun secara tersendiri kurang bermakna. Tes ini baru dianggap reliabel jika
dilakukan dalam 24 jam setelah kematian.
Berat jenis :
a. Dengan CuSO4 = normalnya 1,059 (1,059-1,060)
b. Air tawar = 1,055
c. Air laut = 1,065
Tes juga dilakukan untuk elemen lain pada darah, seperti membandingkan grafitasi spesifik
darah pada kanan dan kiri atrium. Semua tes yang telah disebut di atas tidak pasti dan tidak
mendukung dalam menyimpulkan tenggelam.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS KORBAN
Identitas Umum
Nama : Aditya Gardabra
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 6 tahun
Panjang badan : 123 cm
Berat badan : 31 kg
Warna kulit : sawo matang
Ciri rambut : warna hitam, lurus, pendek, panjang rambut tiga sentimeter
Keadaan gizi : cukup, IMT= 20,53 kg/m
Alamat : Jl. Lamper Tengah No.612 Gang 3 RT 7/RW 3 Kelurahan Lamper
tengah kecamatan Semarang Tengah
B. KRONOLOGI
Pada tanggal 8 Juli 2017 hari sabtu pukul 12.00 WIB datang sekumpulan warga
ke IGD membawa anak laki-laki berusia 5-8 tahun. Menurut saksi pasien adalah korban
tenggelam, kira-kira jam 10 siang dan dilakukan evakuasi selama 2 jam kemudian
langsung dibawa ke IGD.
Menurut saksi mata 1 yang merupakan nenek korban, kakak memberitahu saksi
bahwa korban jatuh ke sumur kemudian saksi datang ke TKP dan saksi mata
menemukan korban telah berada di dalam sumur, kemudian saksi meminta tolong pada
warga sekitar.
Menurut saksi mata 2 yang merupakan kakak korban, korban sedang bermain
petak umpet bersama saksi 2 lalu berlari diatas penutup sumur yang sudah usang, lalu
korban terjatuh kedalam sumur.
Menurut saksi mata 3 yang merupakan warga yang menolong, saat sampai di TKP
evakuasi korban dilakukan selama 2 jam dengan menguras air sumur. Korban dapat
dievakuasi pukul 12.00 dan langsung dibawa ke IGD RS BHAYANGKARA.
Tindakan Penyelamatan :
Korban datang dalam keadaan basah, keluar buih ari mulut dan hidung, Apneu.
C. FOTO KORBAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DAERAH JAWA TENGAH
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SEMARANG
Jl. Majapahit No. 140, Semarang
PROJUSTITIA:
VISUM ET REPERTUM
Nomor : R/VER/128/VII/2017/RUMKIT
Atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resor Kota Besar Semarang melalui suratnya tanggal 8
Juli 2017 Nomor: R/172/VII/2017/RESKRIM yang ditanda tangani oleh Purnomo Hadi, S.H
pangkat IPDA, NRP 69118158 dan diterima tanggal 8Juli 2017jam 13.00 WIB, maka dengan ini
saya dr. Syahid Putra, sebagai dokter yang bekerja di Rumah Sakit Bhayangkara Semarang,
menerangkan bahwa pada tanggal 8 Juli 2017 jam 14.00WIB telah memeriksa jenazah, yang
berdasarkan surat permintaan tersebut diatas bernamaAdityo Gardabraumurtujuh tahun, jenis
kelamin laki-laki, yang beralamat Jalan Lamper Tengah Nomor 612 Gang 3 RT 7/RW 3
Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Tengah, Semarang ditemukan di sumurdan
diduga meninggal dunia karena tenggelam------------------------------------------------------------------------------
HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari pemeriksaan luar atas tubuh jenazah tersebut diatas ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:--
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
KESIMPULAN-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari hasil pemeriksaan yang saya temukan atas jenazah tersebut maka saya simpulkan bahwa
telah diperiksa seorang jenazah laki-laki, berusia antara lima sampai delapan tahun, kesan gizi
cukup, warna kulit sawo matang, rambut berwarna hitam, lurus, pendek tiga sentimeter. Dari
pemeriksaan terdapat luka akibat bersinggungan dengan benda tumpul berupa luka lecet di
selaput lendir bibir bawah, siku kanan, dan bokong kanan. Didapatkan tanda-tanda kontak lama
dengan air, tanda-tanda tenggelam, dan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian adalah
tenggelam di air tawar yang menyebabkan mati lemas----------------------------------------------------
PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Demikianlah keterangan tertulis ini saya buat dengan sebaik-baiknya, dengan mengingat sumpah
sewaktu menerima jabatan sebagai dokter------------------------------------------------------------------
Semarang, 8 Juli2017
Dokter yang memeriksa,
Drowning adalah suatu proses gangguan nafas yang dialami akibat terendam atau
terbenam kedalam cairan. Mekanisme kematian yang terjadi akibat tenggelam akibat suatu
anoksia serebral yang ireversibel atau yang sering di sebut dengan asfiksia. Penentuan diagnosis
ditentukan dari pemeriksaan luar, dalam dan penelusuran korban sebelum meninggal serta
riwayat penyakit dahulu.
Dari hasil pemeriksaan yang ditemukan atas jenazah tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa dari pemeriksaan terdapat luka akibat bersinggungan dengan benda tumpul berupa luka
lecet di selaput lendir bibir bawah, siku kanan, dan bokong kanan. Didapatkan tanda-tanda
kontak lama dengan air, tanda-tanda tenggelam, dan tanda-tanda mati lemas. Sebab kematian
adalah tenggelam di air tawar yang menyebabkan mati lemas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Szpilman D, Bierens J.J.M, Handley A.J, Orlowski J.P. Current Concepts Drowning. N
Engl J Med 2012;366:2102-10.
2. Global Report on Drowning : Preventing A Leading Killer. World Health Organization
2014.
3. World Health Organization. Chapter 2 : Drowning and Injury Prevention. Guidelines for
Safe Recreational Water Enviroments. 2014.
4. Di Maio D, Di Maio V. Section 15 : Death by Drowning In: Forensic Pathology. New
York: CRC Press; 2001. Page 395-403
5. Prawedana H.K, Suarjaya P.P. bantuan hidup dasar dewasa pada near drowning di tempat
kejadian. Bagian/SMF Ilmu Anesthesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar.
6. Shattock M.J, Tipton M.J. Autonomic Conflict : a different way to die during cold
water immersion ?. J Physiol 590.14 (2012) pp 32193230.
7. Dolinak D, Matshes E.W, Lew E.O. Section 9 : Drowning. Forensic Pathology Principles
and Practice. California : ELSEVIER. 2005. Page 227-37.
8. James J.P, Jones R, Karch S.B, Manlove J. Section 16 : Immersion and drowning in
Simpsons Forensic Medicine 13th ed. London : Hodder & Stoughton Ltd. 2013. Page
163 - 68
9. Adelman H.C, Kobilinsky L. Section 7 : Asphyxia/Anoxic Deaths in Forensic Medicine :
Inside Forensic Science. New York : Infobase Publishing. 2007. Page 50 59.
10. Bardale R. Section 15 : Violent Asphyxia Drowning in Principle of Forensic Medicine &
Toxicology. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2011. Page 304 313.
11. Dr. Mukesh Kumar Thakar, Deepali Luthra,Rajvinder Singh. A Fluorocent Survey of
Diatome Distribution Patterns In Some Small Water Bodies (Lakes And Saravars), J
Punjab Acad Forensic Med Toxicol 2011;11(2): 81-86