You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KENCING

A. Pengertian Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk
mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy,
Ardaya, Suwanto, 2001)

Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya


mikroorganisme patogenik dalam traktis urinarius, dengan atau tanpa disertai
tanda dan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).

B. Perubahan Pada Saluran Kemih Selama Kehamilan

Pada kehamilan normal terjadi perubahan-perubahan bermakna


baik pada struktur maupun fungsi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih
adalah salah satu perubahan anatomis paling signifikan yang timbulkan oleh
kehamilan. Perubahan tersebut menyebabkan dilatasi kaliks dan pelvis ginjal,
juga ureter (Faundes dkk., 1998) menggunkan ultrasonografi untuk mengukur
kaliks ginjal selama kehamilan dan mendapatkan dilatasi pada sekitar separuh
kasus, sisi kanan lebih sering dan lebih besar perubahannya. Sebagian wanita
memperhatikan dilatasi sebelum uterus mencapai tepi panggul pada usia
gestasi sekitar 14 minggu. Hal ini mengisyaratkan adanya pengaruh hormon
yang melemaskan lapisan-lapisan otot saluran kemih. Terjadi dilatasi lanjut
pada kehamilan 21 minggu akibat penekanan mekanis pada ureter, terutama
di sisi kanan. Sebagian besar kecuali 6 persen wanita dengan dilatasi saluran
kemih yang dipicu oleh kehamilan memperlihatkan pemulihan dalam 2
sampai 4 hari setelah pelahiran. Yang menarik, saluran kemih janin juga
mengalami dilatasi seperti pada ibunya (Graif dkk., 1992).

Konsekuensi penting dari dilatasi dan obstruksi adalah


kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih bagian atas. Faktor
predisposisi lain untuk infeksi adalah meningkatnya refluks vesikoureter.
Perubahan-perubah normal yang berkaitan dengan kehamilan ini juga dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi pada berbagai pemeriksaan yang
dilakukan untuk mengevaluasi obstruksi yang dicurigai patologis.

Tanda-tanda peningkatan fungsi ginjal segera muncul setelah


konsepsi. Hal ini tampaknya terjadi karena vasodilatasi intrarenal yang
diinduksi oleh kehamilan. Aliran plasma ginjal dan filtrasi glomerulus efektif
masing-masing meningkat rata-rata 40 dan 65 persen. Perubahan-perubahan
ini memiliki relevansi klinis saat kita menginterpretasi hasil-hasil
pemeriksaan ginjal, sebagai contoh: konsentrasi kreatin dan urea serum
sangat menurun. Perubahan lain antara lain adalah perubahan yang berkaitan
dengan pemeliharaan homeostasis asam basa normal, osmoregulasi, serta
retensi cairan dan elektrolit.

C. Penilaian Penyakit Ginjal Selama Kehamilan

Selama kehamilan, interpretasi urinalisis pada dasarnya tidak berubah,


kecuali kadang-kadang dijumpai glukosuria. Walaupun normalnya meningkat,
ekskresi protein jarang mencapai kadar yang dapat dideteksi dengan metode-
metode penapisan biasa (Higby dkk., 1994) melporkan ekskresi protein 24
jam sebesar 115 mg dengan tingkat kepercayaan (confidence level) 95 persen
pada 260 mg/hari. Tidak terdapat perbedaan bermakna bedasarkan trimester.
Mereka juga memperlihatkan bahwa ekskresi albumin minimal dan berkisar
dari 5 sampai 30 mg/hari. Sebagian besar peneliti sependapat bahwa pada
bahwa, proteinuria harus di atas 300 sampai 500 mg/hari untuk dapat
dianggap abnormal. Apabila tidak dilakukan upaya-upaya untuk mencegah
pencemaran, biasanya terdapat campuran sekret vagina di dalam spesimen
yang dikumpulkan dari urin porsi tengah.

Apabila kreatin serum terus menerus di atas 0,9 mg/dl (75 mol/1),
perlu dicurigai penyakit ginjal intrinsik. Spesimen urin yang diambil secara
cermat dan dengan rentang waktu tertentu dapat digunakan untuk
memperkirakan laju filtrasi glomerulus bedasarkan klirens kreatin.
Ultrasonografi menghasilkan citra ukuran ginjal dan konsistensi relatifnya,
serta elemen-elemen obstruksi. Pielografi intravena sekuensial lengkap tidak
dilakukan secara rutin, tetapi situasi klinis tertentu mungkin mengindikasikan
penyuntikan media kontras dengan satu atau dua foto polos abdomen.
Sistoskopi dilakukan sesuai indikasi klinis yang biasa untuk tindakan ini.
Walaupun (Packham dan Fairley., 1987) melaporkan bahwa biopsi ginjal
aman dan bermanfaat untuk mengarahkan terapi pada 111 wanita hamil
dengan penyakit ginjal, kami sependapat dengan yang lain bahwa prosedur ini
biasanya dapat ditunda sampai kehamilan selesai (Lindheimer dkk., 2000).
Apabila terapi dapat diubah sesuai hasil biopsi, tindakan tersebut dapat
dipertimbangkan.

Proteinuria ortostatik, kadang-kadang dijumpai protein dalam jumlah


abnormal di urin yang terbentuk saat wanita hamil aktif bergerak, tetapi tidak
apabila berbaring. Jelas tidak dijumpai tanda lain adanya penyakit ginjal.
Proteinuria postural atau ortostatik ini dapat dijumpai pada hampir 5 persen
orang dewasa normal. Wanita hamil dengan proteinuria ortostatik harus
menjalani pemeriksaan untuk mencari bakteriuria, sedimen urin abnormal,
penurunan laju filtrasi glomerulus, dan hipertensi. Tanpa adanya kelainan-
kelainan ini, terutama apabila ekskresi proteinnya tidak konstan, proteinuria
ortostatik mungkin tidak bermakna.

Kehamilan setelah nefrektomi unilateral, karena kapasitas ekskresi dua


ginjal jauh di atas kebutuhan biasa, dan karena ginjal yang masih ada
biasanya mengalami hipertrofi yang disertai peningkatan kapasitas ekskresi,
wanita dengan satu ginjal normal biasanya tidak mengalami kesulitan dalam
kehamilan. Memang, kehamilan pada para wanita ini disertai dengan
peningkatan bermakna hemodinamika ginjal (Baylis dan Davison, 1991).
Sebelum menasehati seorang wanita dengan satu ginjal mengenai risiko
kehamilan, perlu dilakukan evaluasi fungsional yang menyeluruh terhadap
ginjal yang masih ada.

D. Infeksi Saluran Kemih Dan Ginjal

1. Pengertian infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri paling sering dijumpai


pada kehamilan (Cunningham., 2005). Infeksi saluran kemih adalah bila
ada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000
per ml.urin yang diperiksa harus bersih, segar, dan dari aliran tengah
(midstream) atau diambil dari fungsi suprasimpisis (Saifudin., 2007).

2. Prinsip dasar

Infeksi saluran kemih dapat terjadi mulai infeksi pada kaliks renalis
sampai meatus uretra.
Status sosioekonomi dan kelemahan (malnutrisi, defisiensi gizi anemia),
erat kaitannya dengan peningkatan insidensi infeksi saluran kemih.
Sebagian besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya
pada wanita hamil adalah 5% samapi 6% dan meningkat menjadi 10%
pada golongan resiko tinggi.
Perubahan fisologi saluran kemih selama kehamilan, merupakan resiko
tinggi untuk pielonefritis akut.
Penyebab infeksi saluaran kemih, 85% sampai 90% disebabkan oleh E.coli
dan klebsiela-enterobacter. Jarang sekali disebabkan oleh bakteri anaerob.

3. Masalah
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medik utama pada wanita
hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan
akut infeksi saluran kemih selama hidupnya. Akibat infeksi ini dapat
mengakibatkan masalah pada ibu dan janin

E. Manifestasi Klinis

Disuria,urgensi dan frekuensi urine yang sering, nyeri abdomen rendah atau
area suprapubik, ketidaknyamanan punggung bagian bawah, dan
kemungkinan hematuria. Sebagai tambahan tanda dan gejala sistitis,
pielonepritis dicirikan dengan kekeruhan urine dan tanda sistemik seperti
demam tinggi, menggigil,mual, dan muntah-muntah, malaise,
kelelahan,nyeri panggul berat, dan nyeri tekan pada sudut kostovertebral

F. Patofisiologi

Organisme penyebab infeksi pada sulran kemih yang tersering adalah


Escherichia coli, yang menjadi penyebab pada lebih dari 80 % kasus.
Organisme gram positif kurang berperan dalam UTI pada perempuan muda.
Pada kebanyakan kasus, organisme tersebut dapat mencapai vesika urinaria
melalui uretra. Infeksi di mulai sebagai sistitis, dapat terbatas di vesika
urinaria saja atau dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke
ginjal. Organisme dapat sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran
getah bening,tetapi cara ini dianggap jarang terjadi.vesika urinaria dan
bagian atas uretra biasanya steril, meskipun bakteri dapat ditemukan di
bagian bawah uretra

Tekanan dari aliran urine menyebabkan saluran kemih normal


mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut sempat menyerang
mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja antibakteri yang
dimiliki oleh mukosa uretra. Meskipun terdapat melamine pertahanan
seperti ini, infeksi mungkin terjadi dan kemungkinan ini berkaitan dengan
faktor predisposisi seperti jenis kelamin perempuan,obstruksi aliran urin dll

Anak perempuan dan perempuan dewasa mempunyai insidensi UTI


dan pielonefritis akut lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki dan
laki-laki dewasa, mungkin karena bentuk uretranya yang lebih pendek dan
letaknya berdekatan dengan anus sehingga mudah terkontaminasi oleh feses.
Hidroureter dan hidronefrosis biasanya paling jelas pada ginjal kanan, selalu
terjadi selama masa kehamilan dan menetap selama beberapa waktu
sesudahnya. Pelebaran ini agaknya sebagian disebabkan oleh relaksasi otot
akibat kadar progesteron yang tinggi dan sebagian akibat obstruksi ureter
karena uterus yang membesar. Ketika pelvis ginjal mengalami distensi
akibat urine baru terbentuk, maka otot polos akan berkontraksi, mendorong
urine menuju ureter. Selanjutnya dilatasi ureter memulai timulnya
gelombang peristaltik, sehingga urine mengalir ke vesika urinaria. Aliran
urine akan berlangsung satu arah yaitu dari pelvis ginjal menuju vesika
urinaria, dam aliran balik dicegah adanya katup ureterovesikular, saat
tekanan tinggi vesika urinaria.refluks vesiko ureter didefinisikan sabagai
aliran urine retrograde dari vesika urinaria memasuki ureter terutama
sewaktu berkemih. VUR dapat ditemukan pada banyak pasien terutama
anak yang menderita UTI rekuren, dan tanpaknya merupakan cara
organisme untuk memasuki ginjal .

Kateterisasi uretra dan ureter serta sitoskopi sering menyebabkan


infeksi pada vesika urinaria atau ginjal. Selain itu adanya kerusakan saraf
yang mengatur proses berkemih normal dan penyalahgunaann obat
analgesik dalam jangka lama dapat juga menyebabkan infeksi.

G. Pemeriksaan Penunjang Dan Laboratorium

Biakan dan tes sensitifitas urine harus dilakukan diawal kehamilan.

Urinalisis
- Leukosuria: bila terdapat 5 leukosit/ lapang pandang besar
- Hematuria: bila terdapat 5-10 eritrosit/lapang pandang besar
Bakteriologis
- Mikroskopis: bila terdapat > 105 organisme koloform/ml urin
pada urin porsi tengah dan terdapat > 103 organisme koloform
pada pengambilan urin melalui aspirasi suprapubik
- kultur kuman : menetukan keberadaan kuman, jenis kuman dan
menentukan jenis antibiotik yang cocok
Pemeriksaan darah
- lekositosis
- peningkatan LED
- pada infeksi berat diperlukan pemeriksaan faal ginjal
Pencitraan
- Foto polos abdomen
- PIV (pielogravi intra vena)
- USG dan CT scan

H. Terapi

a. Urinalisis
Lakukan analisis air kemih dan analisis untuk kadar protein, darah, dan
organisme. Urine yang mengandung kadar SDP yang meningkat (100000/ml
organisme), serta didapati protein dan atau darah, mengindikasikan ISK.
Kultur dan sensitifitas urine diambil, sehingga penentuan antibiotic
organisme khusus dapat diidentifikasi.

b. Penatalaksanaan cairan dan darah

Asupan cairan ditingkatkan hingga 3-4l/hari, untuk mengencerkan urine,


serta dosis pengobatan vitamin C atau jus berry dipakai untuk mengasamkan
urine. Keasaman urine mengurangi perkembangan bakteri dan
meningkatkan kerja antiseptic pada saluran kemih. Dapat diberikan obat
sulonamid kerja-pendek, seperti nitrofurantoin, sesuai pesanan, kecuali ibu
dalam masa kehamilan, sulfametoksasol atau trimetoprim juga bisa
diberikan. Anti septic saluran kemih atau anti biotic sistemik dapat juga
digunakan. Anti spasmotik atau analgesik urine, seperti fenazopiridin
hidroklrida, bisa diberikan untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan

c. Penatalaksanaan Pielonefritis.

Jika ibu mengalami pielonefritis, ia dapat dirawat-inap untuk pengobatan


dan pemantauan yang ketat, sehingga mencegah kerusakan ginjal permanen.
Diberikan pengobatan perintra vena, dan dipasang kateter kandung kemih
menetap. Berkurangnya gejala biasannya diperoleh dalam 24-48 jam.

I. Pemeriksaan fisik

Sistem Gastrointestinal : mual, muntah, anoreksia


Sistem eliminasi urin: Sering miksi, Rasa panas saat berkemih, Disuri,
Nokturi, Adanya over distensi kandung kemih
Sistem neurosensori : Sakit kepala
Nyeri atau kenyamanan:
o Nyeri daerah CVA
o Nyeri daerah punggung yang menjalar ke abdomen paha bagian
atas
o Nyeri suprapubik
o Nyeri meatus uretra
TTV: demam, takikardi

Asuhan Keperawatan Pada Infeksi Saluran Kemih

A. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan dahulu
Obstruksi traktus urinarius
Hiperplasi prostat benigna
Batu urinarius
Infeksi saluran kemih
Kelainan kongenital pada kandung kemih
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Demam
- Mengigil
- Nyeri Panggul
- Nyeri tekan CVA
- Disuria
- Sering berkemih
- Keletihan
- Sakit kepala
- Poliuri
- Haus berlebihan
- Kehilangan berat badan
- Mual dan muntah.
c. Riwayat obstetric

Kehamilan multipara atau primipara, persalinan ke berapa,jumlah anak


hidup, riwayat abortus.

d. Riwayat KB :

Pemakaian kontrasepsi oral

B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

Ketidaknyamanan : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan infeksi


saluran kemih
Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan sering berkemih
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosisis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan,

Rencana Keperawatan
Rencana Keperawatan

N Diagnosa Intervensi Rasional


o
1 Ketidaknyamanan : nyeri B.D Mandiri
inflamasi dan infeksi saluran 1. Ambil sampel urine tengah yang cukup - Membanru dalam memntukan jenis
kemih bersih bakteri.

DO:
wajah tegang 2. Kaji lokasi nyeri, karakteristik nyeri, - Membantu mengevaluaisi derajat
meringis intensitas nyeri ketidaknymanan nyeri
perilaku distraksi
gelisah 3. Dorong pasien mengatakan masalah, - Penurunan ansetas dan takut,
intensitas nyeri, frekuensi, mendengarkan dengan aktif dan memberi menungkatkakn relksasi sam kenyamanan
lokasi nyeri dukungan serta informasi yang tepat
DS: - Menurunkan ketegangan oot,
klien mengeluh nyeri 4. Berikan kenyamanan contohnya pijayan meningkatkan relaksasi dan dapat
punggung meningkatkan kemampuan koping
klien mengeluh susuah
tidur
- Membantu pasien untuk istirahat
klien mengeluh rasa cemas
5. Dorong penggunaan teknik relaksasi, lebih efektif da memfokuskan kembali
dan gelisah
contohkan pedoman imajinasi, visulaisasi, dan perhatian, dapat meningkatkan kemampuan
aktivitas terapeutik koping, menurunkan nyeri dan
Kriteria hasil : klien mengatakan
ketidaknyamanan serta mengurangi spasme
nyeri yang dialami berkurang /
otot.
hilang dan menunjukan
kemampuan untuk membantu
dalam tindakan kenyamanan
umum dan mampu dalam tindakan
kenyamanan umum dan mampu - Menghilangkan nyeri, meningkatkan
untuk tidur / istirahat dengan tepat Kolaborasi kenyamanan, dam istirahat
1. berikan obat sesuai indikasi ; aspirin,
antimirkobaial, antispasmolidik - Menurunkan kedikanyamanan local
2. berikan mandi rendam panas bila dan mengurangi spasme otot
diindikasikan

2 Perubahan pola eliminasi urine Mandiri:


berhubungan dengan sering - Bakteri dapat menyebabkan
berkemih, urgensi, resistensi 1. Tentukan pola berkemih normal pasien dan aksitabilitas sraf yang menyebabkan sensasi
DO: perhatikan variasi kebutuhsn berkemih segera
Sering miksi
DS: 2. Dorong peningkatan pemasukan cairan - Peningkatan hidrasi membilaas
Klien mengatkan rasa bakteri
panas saat berkemih 3. Jika frekuensi menjadi maslah, jamin
Klien mengatakan nyeri aklses ke kamar mandi, pispot di tempt tidur. - Berkemih yang sering mengurangi
saat berkemih anjurkn pasien utuk berkaemih kapan saja bila stress rine pada kandung kemih dan
Klien mengatakan sering ada keinginan. menghindari pertumbuhan bakteri
buang air kecil dengan
jumlah sedikit-sedikit 4. Sediakan kompres es untk perineum
selama 1 jam setelah kelahiran. - Mengurangi pembentukan udem dan
memfasilitsi berkemih.
5. Hindari cairan seperti kopi,the, kola,dan
Criteria hasil: alcohol - Dapat mengiritasi
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan, klien akan berkemih Kolaborasi
dalam jumlah normal dan pola 1. Pasang kateter
seperti biasanya 1. kateter dapat mempertahankan aliran
urine
3. Kurang pengetahuan tentang Mandiri;
kondisi, prognosis, dan kebutuhan 1. Kaji ulang proses penyakit, prognosis, dan
pengobatan b.d. kurang terpajan, faktor pencetus pengalaman.
DO
Terdapat kealahan
pernyataan dari klien 2. Tunjukkan perawatan personal hiegyene
tentang penyakitnya
Pertanyaan/permintaan
informasi 3. Tekankan pentingnya pemasukan cairan
Tidak akurat mengikuti
instruksi
Terjadinya komplikasi yang
dapat di cegah 4. Anjurkan menghindari minuman yangh
DS: mengiritasi seperti: kopi, teh, kola dan alcohol
Klien mengatakan bingung
dengan prosedur terapi 5. Diskusikan penggunaan diet asam (contoh:
Klien mengatakan tidak berri, plum, sereal nasi, kacang, keku, ikan)
tahu dengan penyakitnya 6. Sarankan pada wanita beresiko untuk:
berkemih bila einginan terasa dan setelah
Criteria hasil: hubungan seksual
setelah dilakukan intervensi
keperwawatan, klien aka membersihkan perinela dari depan ke
mengatakan pemahaman proses belkng setelah buang air besar
penyakit dan berpartisiasi dalam
program pengobatan
hibdari penggunaan sabun dengan farfum
kuat
gunakan pakain dalan dari katun daripada
nilon

7. Dorong melaksanakan aktivitas latihan

8. Dorong, berikan kesempatan untuk bertanya

9. Tekankan pentingnya perjanjian evaluasi


10. Jika ibu sedang dalam pengobatan sulfo-
namide, ajarkan klien bahwa pemberian ASI
sebaiiknya dihentikan dan ajarkan bagaimana
cara memompa payudara

11. Jelaskan pada ibu bahwa obat-obatan yang


diresepkan bisa merubah warna urine

You might also like