Professional Documents
Culture Documents
BAB I
DEFINISI
K3 adalah singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dalam bahasa Inggris
disebut sebagai Occupational Health and Safety, disingkat OHS. K3 atau OHS adalah kondisi
yang harus diwujudkan di tempat kerja dengan segala daya upaya berdasarkan ilmu
pengetahuan dan pemikiran mendalam guna melindungi tenaga kerja, manusia serta karya
dan budayanya melalui penerapan teknologi pencegahan kecelakaan yang dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
SMK3 ialah singkatan dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur
organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya
yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan
kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Pusksmas menyangkut tenaga kerja, cara /
metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas kesehatan dan non kesehatan
merupakan resultante dari ketiga komponen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yaitu
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Bahaya potensial di Puskesmas dapat mengakibatkan Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Kedua bahaya potensial tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor yang antara lain adalah :
1. Faktor Biologi (virus, bakteri dan jamur).
2. Faktor Ergonomi (antispetik, gas anestesi).
3. Faktor Fisika (cara kerja yang salah).
4. Faktor Psikologis (hubungan sesama karyawan atau atasan).
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di Puskesmas umumnya berkaitan dengan faktor biologik
(kuman patogen yang berasal uumnya dari pasien), faktor kimia (pemaparan dalam dosis
kecil namun terus menerus seperti antiseptik pada kulit, gas anestesi pada hati), faktor
ergonomi (cara duduk yang salah, cara mengangkat pasien yang salah), faktor fisik dalam
dosis kecil yang terus menerus (panas pada kulit, tegangan tinggi pada sistem reproduksi,
radiasi pada sistem pemroduksi darah), faktor psikologis (ketegangan dikamar bedah,
penerimaan pasien, gawat darurat dang bangsal penyakit jiwa).
Kegawat daruratan dapat terjadi di Puskesmas. Kegawat daruratan merupakan suatu kejadian
yang dapat menimbulkan kematian atau luka serius bagi pekerja, pengunjung ataupun
masyarakat atau dapat menutup kegiatan usaha, mengganggu operasi, menyebabkan
kerusakan fisik lingkungan ataupun mengancam finansial dan citra Puskesmas. Sehingga
Puskesmas memerlukan Sistem Tanggap Darurat sebagai bagin dari Manajemen Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) Puskesmas.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Puskesmas adalah
1. Puskesmas
2. Karyawan Puskesmas
3. Pasien dan Pengunjung Puskesmas.
.
BAB III
TATA LAKSANA
Pelaksanaan K3 di Puskesmas sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan
petugas terhadap tugas dan kewajiban masing masing serta kerja sama dalam pelaksanaan
K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian
tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, bimbingan dan latihan serta penegakan
disiplin. Ketua organisasi / satuan pelaksana K3 Puskesmas secara spesifik harus
mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 disemua tempat kerja, merumuskan
permasalahan serta menganalisis penyebab timbulnya masalah bersama unit unit kerja,
kemudian mencari jalan pemecahannya dan mengkomunikasikannya kepada unit unit kerja,
sehingga dapat dilaksanakan dengan baik. Selanjutnya, memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan program, untuk menilai sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil.
Kalau masih terdapat kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpanannya serta dicari
pemecahannya.
Langkah pertama membentu tim K3 Puskesmas
1. Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas
2. Ketua K3 : Kesling
3. Sekretaris : TU
4. Anggota : 1. Tim Bencana
: 2. Tim Kewaspadaan Universal
Tugas dan Fungsi Organisasi / Unit Pelaksana Kesehatan dan Keselamatan Puskesmas
(K3Puskesmas)
a. Tugas Pokok
a) Memberi rekomendasi dan pertimbangan Kepala Puskesmas mengenai masalah
masalah yang berkaitan dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b) Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur.
c) Membuat program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit
(K3Puskesmas).
b. Fungsi
a) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta permasalahan
yang berhubungan dengan Kesehatan dan Keselamatn Kerja (K3)
b) Membantu Kepala Puskesmas mengadakan dan meningkatkan upaya promosi
K3, pelatihan dan penelitian K3 di Puskesmas.
c) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
d) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan korektif.
e) Koordinasi dengan unit unit lain yang menjadi anggota K3Puskesmas.
f) Memberi nasehat tentang manajemen K3 ditempat kerja, kontrol bahaya,
mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
g) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai
kegiatannya.
h) Berpartisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru, pembangunan
gedung dan proses.
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan mudah dimengerti
serta diketahui oleh seluruh karyawan Puskesmas. Manajemen Puskesmas mengidentifikasi
dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan, tenaga K3 dan sarana
untuk terlaksananya program K3 di Puskesmas diwujudkan dalam bentuk wadah K3
Puskesmas dalam struktur organisasi Puskesmas.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3 Puskesmas, perlu disusun strategi antara
lain :
1. Advokasi sosialisasi program K3 Puskesmas.
2. Menetapkan tujuan yang jelas.
3. Organisasi dan penugasan yang jelas.
4. Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) profesional dibidang K3 Puskesmas
pada setiap unit kerja di lingkungan Puskesmas.
5. Sumber daya yang harus didukung oleh manajemen puncak.
6. Kajian risiko (risk assesment) secara kualitatif dan kuantitatif.
7. Membuat program kerja K3 Puskesmas yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan.
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.
Sistem kerja Tim K3 bertanggung jawab kepada kepala Puskesmas, yang mempunyai
anggota tim bencana dan tim Kewaspadaan Universal
Dengan mekanisme Kerja
a) Ketua organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas.
b) Sekretaris organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas memimpin dan
mengkoordinasikan tugas tugas kesekretariatan dan melaksanakan keputusan
organisasi / unit pelaksana K3Puskesmas.
c) Anggota organisasi /unit pelaksana K3Puskesmas mengikuti rapat organisasi / unit
pelaksana K3Puskesmas dan melakukan pembahasan atas persoalan yang diajukan
dalam rapat, serta melaksanakan tugas tugas yang diberikan organisasi / unit
pelaksana K3Puskesmas.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi / unit pelaksana
K3Puskesmas mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 diPuskesmas.
Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa
keterangan, angka kecelakaan, khususnya yang berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan
sumber yang lain bisa dari tempat pengobatan Puskesmas sendiri antara lain jumlah
kunjungan, P3K, dan tindakan medik karena kecelakaan, rujukan ke Rumah Sakit bila perlu
pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan akibat lama berobat. Dari bagian teknik bisa
didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan biaya perbaikan.
Puskesmas harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan penerapan
sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan meliputi :
1. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Faktor Risiko.
Puskesmas harus melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta
pengendalian faktor risiko.
a. Identifikasi Sumber Bahaya
Dapat dilakukan dengan mempertimbangkan :
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya.
Jenis Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) dan Penyakit Akibat Kerja.
Sumber bahaya yang ada di Puskesmas harus di identifikasi dan dinilai untuk
menentukan tigkat risiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
Kecelakaan Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Kerja.