Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
dr. Leonardo Cahyo Nugroho
Pembimbing :
dr. Sri Ningsih
RSUD BANYUDONO
BOYOLALI
2015
LAPORAN KASUS MEDIK
Borang portofolio
Nama peserta : dr. Leonardo Cahyo Nugroho
Nama Wahana : RSUD Banyudono Boyolali
Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Reponible
Tanggal (kasus) : 20 Agustus 2015
Pendamping : dr. Sri Ningsih
Obyektif presentasi
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Pasien
Neonatus Bayi Anak Dewasa
Lansia Bumil
Bahan Bahasan
Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas
Diskusi Presentasi Email Pos
Kasus
Deskripsi :Pria usia 55 tahun, benjolan lipat paha sebelah kanan, bisa masuk kembali
I. Identitas Penderita
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada lipatan paha kanan yang hilang timbul kurang
lebih selama 2 tahun.
B. Keluhan Penyerta
Sedikit nyeri di lipat paha
G. Riwayat Gizi
Pasien makan secara teratur 2-3 kali per hari tidak teratur dengan makanan utamanya
adalah nasi, lauk-pauk, sayur, tempe, sambal goreng, telur, ikan, dan daging.
Semenjak sakit ini, nafsu makan pasien berkurang.
H. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai sopir bus kota.
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Agustus 2015 jam 13.10 WIB saat di IGD
A. Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, gizi
kesan cukup, GCS : E4V5M6
B. Tanda Vital : Tensi : 120/70 mmHg
Nadi: 80 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 24 x/menit
Frekuensi Respirasi : Suhu : 37,20C (per axiller)
C. Kulit : Warna sawo matang, turgor cukup, hiperpigmentasi (-
), kering (-), petechie (-), ikterik (-), bekas garukan (-),
pucat (-).
D. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna putih, uban (+),
mudah rontok (-), luka (-), rontok (-), atrofi
M.Temporalis (-/-).
E. Mata : Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera
ikterik (-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil
isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya
(+/+), edema palpebra (-/-), eksophtalmos (-/-),
strabismus (-/-).
F. Telinga : Membran timpani intak, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), gangguan
fungsi pendengaran (-/-). Penurunan pendengaran (-/-)
G. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
fungsi penghidu baik.
H. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat
(-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-),
luka pada sudut bibir (-).
I. Leher : trachea ditengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran limfonodi cervical (-), JVP tidak meningkat
J. Thorax : Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan = kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-),
pernafasan torakoabdominal, sela iga melebar (-),
pembesaran KGB axilla (-/-), rambut ketiak rontok (-),
ginekomastia (-/-)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis terlihat
Palpasi ictus cordis teraba 1 jari linea axilaris anterior sinistra,
ICS 5
Perkusi Batas jantung kesan melebar
Auskultasi Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler,
bising (-)
Pulmo :
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga
mendatar (-), retraksi intercostal (-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada kanan=kiri, fremitus raba
kanan=kiri A. Pe
Perkusi Sonor / Sonor meriksaa
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah halus (-/-) n
Laborat
Abdomen Lihat status lokalis orium
Darah
Ekstremitas atas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
Ekstremitas
Bawah Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
IV. RESUME
Pasien mengaku sejak 2 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha
kanan yang timbul saat beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat. Benjolan
pada awalnya tidak menimbulkan rasa nyeri. Pada tahun 2013, pasien dibawa oleh
keluarganya ke poliklinik RSUD Banyudono untuk diperiksa karena gejalanya
sering muncul. Setelah diperiksa, dokter menyarankan supaya pasien di bedah agar
benjolan tidak muncul lagi tetapi pasien belum bersedia dan terdapat beberapa
halangan yang menyebabkan operasi di tunda. Pada saat ini pasien datang lagi ke
poliklinik kerna benjolan dirasakan makin membesar,masih bisa keluar masuk
spontan saat berlari, batuk, melakukan aktivitas berat, berdiri lama, mengedan dan
kadang-kadang disertai rasa nyeri di lipat paha kanan.
Pasien saat ini tidak mengeluhkan adanya nyeri perut, mual, muntah, dan demam.
Tidak terdapat keluhan dalam buang air kecil.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak kesakitan,
composmentis, gizi kesan cukup. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan:
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi: 80 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 24 x/menit
Frekuensi Respirasi : Suhu : 37,20C (per axiller)
V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
1. benjolan di lipat paha kanan yang timbul saat beraktivitas
2. hilang saat istirahat
Pemeriksaan Fisik
3. protrusio
Pemeriksaan Penunjang
4. foto thorax cardiomegali
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Mondok RS (Rawat Bedah)
2. Puasa
3. IVFD Asering 20 tpm makro
4. Inj. Ceftriaxon IA / 12 jam
5. Inj. Ondansetron IA / 12 jam
6. Inj Ranitidine IA / 12 jam
7. Rencana herniorapi 11 Agustus 2015
IX. PLANNING
Diagnosis
Konsul Dokter Spesialis Bedah
Monitoring
Keadaan umum dan tanda vital tiap 8 jam
Balans cairan
Edukasi
Puasa
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
PROGRESS REPORT
Ektremitas : Ektremitas :
akral dingin - - akral dingin - -
- - - -
Oedem - - Oedem - -
- - - -
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
1. Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1
2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar
lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih
banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1.
Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul
kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada
3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam hidup
b) Akibat dari pembedahan senelumnya
c) Kongenital
Hernia kongenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)
d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan
pada saat buang air besar atau buang air kecil.
Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.
Merokok
Diabetes mellitus
4. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.
5. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
umbilikalis, dan hernia skrotalis.
Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.
Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding
abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.
Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.
6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2
7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui
Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan
ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar
b. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan radiologis
8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,
undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
i. Ascites
9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka
dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen
kanalis ingunalis.1,2
Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya
dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup
hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2
Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam
tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein
dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2
10. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, 706-
710, EGC, Jakarta.
5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah,
edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.
6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.