You are on page 1of 22

LAPORAN KASUS MEDIS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS REPONIBLE DEXTRA

Oleh:
dr. Leonardo Cahyo Nugroho

Pembimbing :
dr. Sri Ningsih

RSUD BANYUDONO
BOYOLALI
2015
LAPORAN KASUS MEDIK
Borang portofolio
Nama peserta : dr. Leonardo Cahyo Nugroho
Nama Wahana : RSUD Banyudono Boyolali
Topik : Hernia Inguinalis Lateralis Reponible
Tanggal (kasus) : 20 Agustus 2015
Pendamping : dr. Sri Ningsih

Obyektif presentasi
Keilmuan Ketrampilan Penyegaran Tinjauan
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Pasien
Neonatus Bayi Anak Dewasa
Lansia Bumil

Bahan Bahasan
Tinjauan pustaka Riset Kasus Audit

Cara membahas
Diskusi Presentasi Email Pos

Kasus
Deskripsi :Pria usia 55 tahun, benjolan lipat paha sebelah kanan, bisa masuk kembali

Tujuan :Menegakkan diagnosis, menetapkan manajemen hernia, dan mencegah


komplikasi lebih lanjut
STATUS PENDERITA

I. Identitas Penderita

II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan adanya benjolan pada lipatan paha kanan yang hilang timbul kurang
lebih selama 2 tahun.
B. Keluhan Penyerta
Sedikit nyeri di lipat paha

C. Riwayat Penyakit Sekarang (Autoanamnesis di IGD) :


Pasien mengaku sejak 2 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha
kanan yang timbul saat beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat. Benjolan
pada awalnya tidak menimbulkan rasa nyeri. Pada tahun 2013, pasien dibawa oleh
keluarganya ke poliklinik RSUD Banyudono untuk diperiksa karena gejalanya sering
muncul. Setelah diperiksa, dokter menyarankan supaya pasien di bedah agar benjolan
tidak muncul lagi tetapi pasien belum bersedia dan terdapat beberapa halangan yang
menyebabkan operasi di tunda. Pada saat ini pasien datang lagi ke poliklinik kerna
benjolan dirasakan makin membesar,masih bisa keluar masuk spontan saat berlari,
batuk, melakukan aktivitas berat, berdiri lama, mengedan dan kadang-kadang disertai
rasa nyeri di lipat paha kanan.
Pasien saat ini tidak mengeluhkan adanya nyeri perut, mual, muntah, dan demam.
Tidak terdapat keluhan dalam buang air besar dan buang air kecil. Pasien dimondokkan
untuk dilakukan rencana operasi hernia.

D. Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat keluhan serupa : disangkal
2. Riwayat mondok : disangkal
3. Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
4. Riwayat trauma : disangkal
5. Riwayat maag : disangkal
6. Riwayat Hipertensi : disangkal
7. Riwayat DM : disangkal
8. Riwayat Asma : disangkal
E. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat suka makan pedas : (+)
b. Riwayat suka makan asam : (-)
c. Riwayat makan tidak teratur : (-)
d. Riwayat minum alkohol : disangkal
e. Riwayat minum jamu : disangkal
f. Riwayat minum obat bebas : disangkal
g. Riwayat merokok : disangkal

F. Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga


a. Riwayat penyakit dengan keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat penyakit jantung : disangkal
c. Riwayat sakit liver : disangkal
d. Riwayat sakit gula : disangkal
e. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal

G. Riwayat Gizi
Pasien makan secara teratur 2-3 kali per hari tidak teratur dengan makanan utamanya
adalah nasi, lauk-pauk, sayur, tempe, sambal goreng, telur, ikan, dan daging.
Semenjak sakit ini, nafsu makan pasien berkurang.

H. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai sopir bus kota.

I. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien adalah seorang suami yang mempunyai istri dan 2 orang anak. Pasien tinggal di
Boyolali dengan status rumah sendiri. Pasien berobat dengan pembiayaan BPJS.
Kesan sosial ekonomi kurang.

III. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 10 Agustus 2015 jam 13.10 WIB saat di IGD
A. Keadaan Umum : tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, gizi
kesan cukup, GCS : E4V5M6
B. Tanda Vital : Tensi : 120/70 mmHg
Nadi: 80 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 24 x/menit
Frekuensi Respirasi : Suhu : 37,20C (per axiller)
C. Kulit : Warna sawo matang, turgor cukup, hiperpigmentasi (-
), kering (-), petechie (-), ikterik (-), bekas garukan (-),
pucat (-).
D. Kepala : Bentuk mesocephal, rambut warna putih, uban (+),
mudah rontok (-), luka (-), rontok (-), atrofi
M.Temporalis (-/-).
E. Mata : Mata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera
ikterik (-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil
isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya
(+/+), edema palpebra (-/-), eksophtalmos (-/-),
strabismus (-/-).
F. Telinga : Membran timpani intak, sekret (-/-), darah (-/-), nyeri
tekan mastoid (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), gangguan
fungsi pendengaran (-/-). Penurunan pendengaran (-/-)
G. Hidung : Nafas cuping hidung (-), sekret (-/-), epistaksis (-/-),
fungsi penghidu baik.
H. Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), bibir kering (-), pucat
(-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-),
luka pada sudut bibir (-).
I. Leher : trachea ditengah, simetris, pembesaran tiroid (-),
pembesaran limfonodi cervical (-), JVP tidak meningkat
J. Thorax : Bentuk normochest, simetris, pengembangan dada
kanan = kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-),
pernafasan torakoabdominal, sela iga melebar (-),
pembesaran KGB axilla (-/-), rambut ketiak rontok (-),
ginekomastia (-/-)
Jantung :
Inspeksi Iktus kordis terlihat
Palpasi ictus cordis teraba 1 jari linea axilaris anterior sinistra,
ICS 5
Perkusi Batas jantung kesan melebar
Auskultasi Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler,
bising (-)

Pulmo :
Inspeksi Normochest, simetris, sela iga melebar (-), iga
mendatar (-), retraksi intercostal (-)
Palpasi Simetris. Pergerakan dada kanan=kiri, fremitus raba
kanan=kiri A. Pe
Perkusi Sonor / Sonor meriksaa
Auskultasi Suara dasar vesikuler (+/+), ronki basah halus (-/-) n
Laborat
Abdomen Lihat status lokalis orium
Darah
Ekstremitas atas
Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem
Ekstremitas
Bawah Regio kanan : akral hangat, tidak terdapat oedem
Regio kiri : akral hangat, tidak terdapat oedem

K. Punggung : kifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok


kostovertebra (-/-)

Status Lokalis Regio: Inguinal dextra


Inspeksi : tampak benjolan , warna sama dengan kulit
sekitar, dan tidak terdapat tanda-tanda radang.
Palpasi : teraba massa sedang ,kenyal yang keluar saat
pasien disuruh mengedan dan sedikit nyeri tekan.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

Pemeriksaan 10 Agustus Satuan Rujukan


2015
Hb 14,2 g/dl 14-18
Hct 43 % 40-50
AE 4,9 106 /mm3 4,5-6
AL 10,4 103 /mm3 4-10
AT 285 103/ mm3 150-400
M. Pembekuan 5 menit <7
M. Perdarahan 2 menit 1-3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-4
Batang 0 % 3-5
Segmen 56 % 38-70
Limfosit 44 % 20-40
Monosit 0 % 2-10

GDS 94 g/dL 70-150


Ur 28 Mg/dl 10-50
Cr 1,1 Mg/dl 0,6-1,1
HbsAg Negative

Pemeriksaan 11 Agustus Satuan Rujukan


2015
Hb 15,9 g/dl 14-18
Hct 47 % 40-50
6
AE 5,5 10 /mm3 4,5-6
AL 8,9 103 /mm3 4-10
AT 223 103/ mm3 150-400
M. Pembekuan 4 menit <7
M. Perdarahan 2 menit 1-3
Hitung Jenis Leukosit
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-4
Batang 0 % 3-5
Segmen 55 % 38-70
Limfosit 45 % 20-40
Monosit 0 % 2-10

GDS 102 g/dL 70-150


Ur 46 Mg/dl 10-50
Cr 1,4 Mg/dl 0,6-1,1
HbsAg Negative

B. Pemeriksaan Radiologi (Foto Polos Thorax)


Hasil Pemeriksaan Radiologi:
Kesan:
Pulmo dalam batas normal
Cardiomegali
Normo Sinus Rhytm

IV. RESUME
Pasien mengaku sejak 2 tahun yang lalu merasakan ada benjolan di lipat paha
kanan yang timbul saat beraktivitas seperti berlari dan hilang saat istirahat. Benjolan
pada awalnya tidak menimbulkan rasa nyeri. Pada tahun 2013, pasien dibawa oleh
keluarganya ke poliklinik RSUD Banyudono untuk diperiksa karena gejalanya
sering muncul. Setelah diperiksa, dokter menyarankan supaya pasien di bedah agar
benjolan tidak muncul lagi tetapi pasien belum bersedia dan terdapat beberapa
halangan yang menyebabkan operasi di tunda. Pada saat ini pasien datang lagi ke
poliklinik kerna benjolan dirasakan makin membesar,masih bisa keluar masuk
spontan saat berlari, batuk, melakukan aktivitas berat, berdiri lama, mengedan dan
kadang-kadang disertai rasa nyeri di lipat paha kanan.
Pasien saat ini tidak mengeluhkan adanya nyeri perut, mual, muntah, dan demam.
Tidak terdapat keluhan dalam buang air kecil.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum penderita tampak kesakitan,
composmentis, gizi kesan cukup. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan:
Tensi : 120/70 mmHg
Nadi: 80 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup
Laju pernafasan : 24 x/menit
Frekuensi Respirasi : Suhu : 37,20C (per axiller)

Regio: Inguinal dextra


Inspeksi : tampak benjolan , warna sama dengan kulit sekitar, dan tidak terdapat tanda-tanda
radang.
Palpasi : teraba massa sedang ,kenyal yang keluar saat pasien disuruh mengedan dan sedikit nyeri
tekan.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi peristaltik usus.
Dari pemeriksaan laboratorium darah tidak ditemukan kelainan.
Pada pemeriksaan radiologi foto thorax didapatkan adanya kesan cardiomegali.

V. DAFTAR MASALAH
Anamnesis
1. benjolan di lipat paha kanan yang timbul saat beraktivitas
2. hilang saat istirahat
Pemeriksaan Fisik
3. protrusio
Pemeriksaan Penunjang
4. foto thorax cardiomegali

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Hernia inguinalis lateralis ireponible dextra
2. Hernia scrotalis dextra
VII. DIAGNOSIS KERJA
Hernia inguinalis lateralis reponible dextra

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Mondok RS (Rawat Bedah)
2. Puasa
3. IVFD Asering 20 tpm makro
4. Inj. Ceftriaxon IA / 12 jam
5. Inj. Ondansetron IA / 12 jam
6. Inj Ranitidine IA / 12 jam
7. Rencana herniorapi 11 Agustus 2015
IX. PLANNING
Diagnosis
Konsul Dokter Spesialis Bedah
Monitoring
Keadaan umum dan tanda vital tiap 8 jam
Balans cairan
Edukasi
Puasa
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
PROGRESS REPORT

10 Agustus 2015 (jam 13.00) 11 Agustus 2015


Subjektif Benjolan di lipat paha Benjolan di lipat paha
Objektif KU: baik, CM KU: baik, CM
VS: VS:
T : 120/80 mmHg T : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit N : 82 x/menit
Rr: 20 x/menit Rr: 18 x/menit
S : 37oC S : 37,2oC
Mata: CA (-/-), SI (-/-) Mata: CA (-/-), SI (-/-)
Cor: BJ I-II Reg Bising (-) Cor: BJ I-II Reg Bising (-)
Pulmo: SDV(+/+) ,ST (-/-) Pulmo: SDV(+/+) ,ST (-/-)
Abdomen: Abdomen: benjolan , warna
benjolan , warna sama dengan kulit sama dengan kulit sekitar, dan
sekitar, dan tidak terdapat tanda- tidak terdapat tanda-tanda radang,
tanda radang, : teraba massa sedang : teraba massa sedang ,kenyal
,kenyal yang keluar saat pasien yang keluar saat pasien disuruh
disuruh mengedan dan sedikit nyeri mengedan dan sedikit nyeri tekan,
tekan, tidak terdengar bunyi tidak terdengar bunyi peristaltik
peristaltik usus. usus.
Ektremitas : Ektremitas :
akral dingin - - akral dingin - -
- - - -
Oedem - - Oedem - -
- - - -

DIAGNOSIS Hernia inguinalis lateralis Hernia inguinalis lateralis


reponible dextra reponible dextra

TERAPI Mondok RS (Rawat Bedah) Pro Herniorapi


IVFD Asering 20 tpm makro IVFD Asering 20 tpm makro
Inj. Ceftriaxon IA / 12 jam Inj. Ceftriaxon IA / 12 jam
Rencana herniorapi 11 Agustus Inj. Ondansetron IA / 12 jam
2015 Inj Ranitidine IA / 12 jam

12 Agustus 2015 13 Agustus 2015


Subjektif Nyeri sedikit pada bekas Flatus (+), BAB (+)
operasi, flatus (+), sudah bisa
duduk
Objektif KU: baik, CM KU: sedang, CM
VS: VS:
T : 120/80 mmHg T : 120/70 mmHg
N : 78 x/menit N : 88 x/menit
Rr: 20 x/menit Rr: 20 x/menit
S : 36,5oC S : 36,7oC
Mata: CA (-/-), SI (-/-) Mata: CA (-/-), SI (-/-)
Cor: BJ I-II Reg Bising (-) Cor: BJ I-II Reg Bising (-)
Pulmo: SDV(+/+) ,ST (-/-) Pulmo: SDV(+/+) ,ST (-/-)
Abdomen: Abdomen:
Bekas operasi tertutup perban Bekas operasi tertutup perban

Ektremitas : Ektremitas :
akral dingin - - akral dingin - -
- - - -
Oedem - - Oedem - -
- - - -

DIAGNOSIS Post op Herniorapi H+1 ec hernia Post op Herniorapi H+2 ec


inguinalis lateralis reponible hernia inguinalis lateralis
dextra reponible dextra

TERAPI IVFD Asering 20 tpm makro Mobilisasi berjalan


Inj. Ceftriaxon IA / 12 jam IVFD Asering 20 tpm (aff)
Inj Ranitidine IA / 12 jam Ranitidine 2x1
Inj Antrain 1 amp/ 8 jam Rencana pulang
Laxadine 2x1
Mobilisasi duduk
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1. Definisi Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
yang lemah dari dinding yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.1

2. Epidemiologi
Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul disekitar
lipatan paha. Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Hernia indirect lebih
banyak daripada hernia direct yaitu 2:1, perbandingan pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1.
Hernia femoralis kejadiaanya kurang dari 10% dari semua hernia tetapi 40% dari itu muncul
kasus emergensi dengan inkaserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada

lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal.2,3

3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia adalah1,2:
a) Lemahnya dinding rongga perut. Dapat sejak lahit atau didapat kemudian dalam hidup
b) Akibat dari pembedahan senelumnya
c) Kongenital
Hernia kongenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.

Hernia kongenital tidak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi mempunyai defek pada
tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0-1 tahun) setelah
lahir akan terjadi melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intraabdominal (mengejan, batuk, menangis)

d) Aquisial adalah hernia yang bukan disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi
disebabkan oleh faktor lain yang dialami manusia, antara lain:
Tekanan intraabdominal yang tinggi, yaitu pada pasien yang sering mengejan
pada saat buang air besar atau buang air kecil.

Konstitusi tubuh. Pada orang kurus terjadinya hernia karena jairngan ikatnya
yang sedikit, sedangkan pada orang gemuk disebabkan karena jaringan lemak
yang banyak sehingga menambah beban jaringan ikat penyokong.

Distensi diding abdomen karena peningkatan tekanan intaabdominal

Penyakit yang melemahkan dinding perut

Merokok

Diabetes mellitus

4. Bagian Hernia
Bagian-bagian dari hernia menurut:
1) Kantong hernia. Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia internalis.
2) Isi hernia: berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).
3) Pintu hernia: merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4) Leher hernia: bagian tersempit kantong hernia.

5. Klasifikasi Hernia
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi3:
Hernia reponibel: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

Hernia ireponibel: Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.
Hernia inkarserata atau strangulata: bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi
kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan vaskularisasi. Reseksi usus perlu segera dilakukan untuk
menghilangkan bagian yang mungkin nekrosis.
Menurut Erickson (2009) dalam Muttaqin 2011, ada beberapa klasifikasi hernia yang
dibagi berdasarkan regionya, yaitu: hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
umbilikalis, dan hernia skrotalis.

Hernia Inguinalis, yaitu: kondisi prostrusi (penonjolan) organ intestinal masuk ke


rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk lebih sering adalah usus halus, tetapi bisa juga merupakan suatu
jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah
terdapat defek atau kelainan berupa sebagian dinding rongga lemah. Penyebab pasti
hernia inguinalis terletak pada lemahnya dinding, akibat perubahan struktur fisik dari
dinding rongga (usia lanjut), peningkatan tekanan intraabdomen (kegemukan, batuk
yang kuat dan kronis, mengedan akibat sembelit, dll).

Hernia Femoralis, yaitu: suatu penonjolan organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.

Hernia Umbilikus, yaitu: suatu penonjolan (prostrusi) ketika isi suatu organ
abdominal masuk melalui kanal anterior yang dibatasi oleh linea alba, posterior oleh
fasia umbilicus, dan rektus lateral. Hernia ini terjadi ketika jaringan fasia dari dinding
abdomen di area umbilicus mengalami kelemahan.

Hernia Skrotalis, yaitu: hernia inguinalis lateralis yang isinya masuk ke dalam
skrotum secara lengkap. Hernia ini harus cermat dibedakan dengan hidrokel atau
elevantiasis skrotum.
6. Patofisiologi hernia inguinalis lateralis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 dari
kehamilan, terjadi desensus vestikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis akan
menarik peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang
disebut dengan prosesus vaginalis pritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup, karena yang kiri turun terlebih dahulu
dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam
keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.1,2
Bila prosesus terbuka sebagian, amka timbul hidrokel. Bila kanal terbuka terus,
karena rosesus tidak berobliterasi maka akan timbul hernia inguinalis lateral kongenital.
Biasanya hernia pada orang dewasa ini terjadi karena dengan bartambahnya umur, organ
dan jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah
menutup. Namuan karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intraabdominal meningkat seperti batuk-batuk
kronik, bersin yang kuat dan mengangkat barang-barang berat, mengejan. Kanal yang
sudah tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis karena
terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek tersebut. Akhirnya
menekan dinding rongga yang telah melemas akibat trauma, hipertrofi prostat, asites,
kehamilan, obesitas, dan kelainan kongenital dan dapat terjadi pada semua.2
Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses perkembangan
alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial komplikasi terjadi perlekatan
antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin
banyaknya usus yang masuk cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi nekrosis. Bila terjadi penyumbatan
dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah, konstipasi. Bila inkaserata
dibiarkan, maka lama kelamaan akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis.2

7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan Finger test menggunakan jari ke 2
atau jari ke 5, dimasukkan lewat skrotum melalui

anulus eksternus ke kanal inguinal, penderita disuruh


batuk. Bila impuls diujung jari berarti hernia
ingunalis lateralis, bila impuls disamping jari hernia
inguinalis medialis.4

Pemeriksaan Ziemen test posisi berbaring,
bila ada benjolan masukkan dulu, hernia kanan
diperiksa dengan tangan kanan, penderita
disuruh batuk bila rangsangan pada jari ke-2
hernia ingunalis lateralis, jari ke-3 hernia
inguinalis medialis, jari ke-4 hernia femoralis.4


Pemeriksaan Thumb test anulus ditekan dengan
ibu jari dan penderita disuruh mengejan, bila keluar

benjolan berarti hernia inguinalis medialis, bila tidak


keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.4

b. Pemeriksaan penunjang

Leukosit > 10.000 18.000/mm3

Serum elektrolit meningkat

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incaserata


dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang
teraba di inguinal.
CT scan dapat digunakan untuk mngevaluasi pelvis untuk mencari adanya
hernia obturator.

8. Diagnosis banding
a. Keganasan : limfoma, retroperitoneal sarcoma, metastasis, tumor testis
b. Penyakit testis primer: varicocele, epididimitis, torsio testis, hidrokel, testis ectopic,
undescenden testis
c. Aneurisma artery femoralis
d. Nodus limfatikus
e. Kista limfatikus
f. Kista sebasea
g. Psoas abses
h. Hematoma
i. Ascites

9. Penatalaksanaan
Operasi elektif dilakukan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi
seperti inkeserasi dan strangulasi. Pngobatan non operatif direkomendasikan hanya pada
hernia yang asimptomatik. Prinsip utama operasi hernia adalah herniotomy: membuka
dan memotong kantong hernia. Herniorraphy: memperbaiki dinding posterior abdomen
kanalis ingunalis.1,2

Herniotomy
Insisi 1-2 cm diatas ligamentum inguinal dan aponeurosis obliqus eksterna dibuka
sepanjang canalis inguinalis eksterna. Kantong hernia dipisahkan dari m.creamester
secara hati-hati sampai ke kanalis inguinalis internus, kantong hernia dibuka, lihat isinya
dan kembalikan ke kavum abdomen kemudian hernia dipotong. Pada anak-anak cukup
hanya melakukan herniotomy dan tidak memerlukan herniorrhapy.1,2

Herniorrhapy
Dinding posterior di perkuat dengan menggunakan jahitan atau non-absorbable mesh
dengan tekhnik yang berbeda-beda. Meskipun tekhnik operasi dapat bermacam-macam
tekhnik bassini dan shouldice paling banyak digunakan. Teknik operasi liechtenstein
dengan menggunakan mesh diatas defek mempunyai angka rekurensi yang rendah.1,2
10. Prognosis
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi kantong
hernia. Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus segera ditangani. Penyulit pasca
bedah seperti nyeri pasca herniorraphy, atrofi testis dan rekurensi hernia umumnya dapat
diatasi.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth


edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17thEdition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217

3. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi revisi, 706-
710, EGC, Jakarta.

4. Inguinal Hernia: Anatomy and


Managementhttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

5. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik Bedah,
edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.

6. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247, Longman
Singapore Publisher Ltd, Singapore.

7. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas Kedokteran,


Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.

You might also like