Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh:
PRISKA WULANDARI
030308011
SKRIPSI
Oleh :
PRISKA WULANDARI
TEKNIK PERTANIAN/030308011
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
ABSTRACT
ABSTRAK
Kata kunci : DAS Wampu, curah hujan, koefisien thiessen, debit puncak, metode
rasional
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
4
RINGKASAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pola distribusi yang tepat dan
menduga debit puncak dengan metode rasional pada DAS Wampu Kabupaten
berikut :
dan 97o4803 98o3850 BT, dengan sungai utama yang dilaluinya adalah
sungai Wampu. Luas total daerah pengaliran sungai Wampu (A) sebesar 6105,5
km2, lebar maksimum sungai Wampu 73 m, panjang sungai Wampu 127 km dan
stasiun penakar curah hujan pada DAS Wampu yaitu Sawit Langkat, Marike,
Padang Brahrang, Tanjung Jati, Perdamean, Cempa, Cinta Raja, Babalan, Kwala
Madu, Tongkoh dan Tiga Pancur. Curah hujan di daerah pengaliran dapat diwakili
oleh stasiun Kwala Bingei, stasiun Tanjung Jati, stasiun Sawit Langkat dan
Kondisi tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu terdiri
terbuka/tegalan, tubuh air, rawa, dan hutan tanaman. Kawasan yang mendominasi
Data curah hujan harian selama 22 tahun terakhir (1985 - 2006) dianalisis
untuk mendapatkan data curah hujan maksimum harian. Penentuan data curah
total DAS dibagi dengan luas daerah pada masing-masing stasiun penakar untuk
Koefisien thiessen dikalikan dengan jumlah curah hujan maksimum pada tanggal,
bulan dan tahun yang sama pada masing-masing stasiun penakar hujan. Dari hujan
harian maksimum rata-rata dipilih yang tertinggi setiap tahunnya. Curah hujan
Pola distribusi
koefisien variasi sebesar 0,2051, koefisien skewness sebesar 0,9616 dan koefisien
kurtosis sebesar 0,3111. Setelah diuji dengan uji Chi-Square dan Smirnov
Kolmogorov, jenis distribusi yang cocok pada DAS Wampu adalah distribusi Log
Pearson Type III. Berdasarkan analisis frekuensi diperoleh hujan rancangan dari
berbagai kala ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50, 100, 200 (tahun) diperoleh
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
6
sebesar 51,0740 mm; 73,8754 mm; 88,0846 mm; 97,5439 mm; 101,2045 mm;
105,0026 mm; 108,9683 mm; 110,0019 mm; 112,1502 mm; 114,3142 mm;
Intensitas Hujan
menghitung debit puncak (banjir) dengan metode rasional adalah nilai intensitas
hujan dengan durasi tertentu harus sama dengan waktu konsentrasi. Hal ini
terpenuhi dimana waktu konsentrasi diperoleh sebesar 9,98 jam dan tidak
melebihi durasi hujan yang umum terjadi 1-6 jam dan paling maksimum 12 jam.
Intensitas hujan yang diperoleh berdasarkan waktu konsentrasi untuk kala ulang
sama sebesar 3,0496 mm/jam; 4,4110 mm/jam; 5,2595 mm/jam; 5,8243 mm/jam;
Debit Puncak
DAS Wampu, koefisien limpasan diperoleh sebesar 0,1902, hal ini berarti bahwa
DAS Wampu dalam kondisi baik. Perubahan tata guna lahan yang terjadi harus
RIWAYAT PENULIS
Ibrahim dan ibu Dahliati. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Binjai dan pada tahun 2003
lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih program studi
Ukur Wilayah dan Hidrologi Teknik. Penulis mengikuti kegiatan organisasi ATM
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
judul skripsi ini adalah Analisis Curah Hujan untuk Pendugaan Debit
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Edi Susanto, M.Si,
sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Taufik Rizaldi, STP, MP, sebagai
kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
Penulis
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
9
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ................................................................................................. i
RINGKASAN PENELITIAN .................................................................... ii
RIWAYAT PENULIS ................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................... 1
Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
Kegunaan Penelitian ............................................................................. 5
TINJAUAN PUSTAKA
Siklus Hidrologi............................................... 6
Daerah Aliran Sungai (DAS) ............................................................... 8
Analisis Frekuensi ............................................................................... 11
Distribusi Normal .......................................................................... 14
Distribusi Log Normal ................................................................... 16
Distribusi Gumbel .......................................................................... 17
Distribusi Log Pearson Type III ..................................................... 18
Uji Kecocokan ................................................................................... 20
Intensitas Curah Hujan ........................................................................ 22
Waktu Konsentrasi ............................................................................. 25
Koefisien Limpasan ........................................................................... 26
Metode Rasional ................................................................................ 28
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 31
Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 31
Bahan ............................................................................................. 31
Alat ................................................................................................ 31
Metode Penelitian ............................................................................... 32
Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 32
Diagram Alir Penelitian ....................................................................... 34
Kerangka Pemikiran Penelitian ........................................................... 35
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
10
LAMPIRAN ................................................................................................. 61
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
11
DAFTAR TABEL
Hal
DAFTAR GAMBAR
Hal
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
14
yang tersebar merata maupun industri. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya
daya dukung daerah aliran sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah wilayah
Rendahnya daya dukung DAS dapat diamati dengan semakin mengecilnya luas
areal hutan, tidak terurusnya lahan pertanian, karena semakin luasnya lahan untuk
hunian dan prasarana serta semakin banyaknya tanah terbuka atau tanah kritis.
Akibat hancurnya DAS, banjir akan terjadi dimusim penghujan kemudian akan
disusul dengan kekeringan dimusim kemarau. Hal ini dikarenakan seluruh air
pada musim penghujan dengan cepat mengalir ke hilir karena aliran permukaan
tinggi, sehingga simpanan air di hulu menjadi sangat berkurang (Maryono, 2005).
Sejumlah sungai dan pantai di Sumatera Utara dewasa ini dalam kondisi
air sungainya yang semakin menurun untuk penyediaan air baku pada musim
kemarau, hal itu juga menimbulkan bahaya banjir pada musim hujan. Luas daerah
pengaliran sungai yang telah kritis di kota Medan lebih kurang 592.000 hektar,
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
15
Belumai-Ular, SWS BahBolon, SWS Barumun Kualah, dan SWS Batang Gadis-
Batang Toru. Sedangkan yang rawan terhadap banjir mencapai seluas 115.903
hektar, terdiri dari perkotaan 7.996 hektar, daerah industri 4.549 hektar, dan
banjir terdapat sepanjang 386,40 km. Sungai- sungai yang dalam kondisi kritis
yaitu Sungai Deli, Sungai Percut, dan Sungai Belawan (Anonimous, 2006).
Banjir adalah aliran air permukaan dengan debit di atas normal. Banjir
luapan air sungai dapat terjadi karena dua hal, presipitasi yang berlebihan (hujan
deras) dan pencairan es atau salju secara besar-besaran. Gerakan permukaan air
banjir mirip sebuah kurva parabola yang mempunyai titik ekstrim maksimum
Penanggulangan banjir dari faktor hujan sangat sulit dan bahkan mustahil
karena hujan adalah faktor yang digerakkan oleh iklim global/makro. Untuk
mengurangi kerugian banjir akibat hujan salah satunya dengan membuat kajian
mendalam hubungan tinggi hujan yang jatuh pada suatu DAS berdasarkan
pencatatan tinggi hujan di berbagai stasiun pencatat pada DAS dan debit aliran
atau tinggi muka air yang ditimbulkan dari hujan yang bersangkutan
(Maryono, 2005).
Curah hujan sangat berpengaruh pada besarnya debit air yang mengalir
pada suatu sungai. Curah hujan yang diperlukan untuk analisis hidrologi adalah
curah hujan rata-rata dari seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
16
pada suatu titik tertentu (stasiun). Curah hujan ini disebut curah hujan
curah hujan yang akurat, namun data curah hujan ini sulit untuk diperoleh.
dipasang dan tidak semua data tercatat secara lengkap. Dalam perencanaan
bangunan pengendali banjir seperti saluran drainase, tanggul dan lain-lain, data
proyek yang demikian data hujan biasanya dibutuhkan sebagai jumlah hujan
menjadi penting.
kejadian pada masa lalu atau masa yang akan datang. Prosedur tersebut dapat
frekuensi diperlukan seri data hujan yang diperoleh dari pos penakar hujan.
masa yang akan datang dengan anggapan masih sama dengan kejadian hujan masa
Menurut Sri Harto (1993), analisis frekuensi dapat dilakukan dengan seri
data yang diperoleh dari rekaman data baik data hujan maupun data debit.
Analisis ini sering dianggap cara analisis yang paling baik, karena dilakukan
terlebih dahulu. Perhitungan debit banjir rencana dengan metode rasional untuk
dan periode ulang tertentu yang dapat diperoleh dari kurva IDF (Intensity
Duration Frequency).
aliran permukaan yang rumit akan tetapi metode tersebut dianggap akurat untuk
menduga aliran permukaan dalam rancang bangun yang relatif murah, sederhana
dan memberikan hasil yang dapat diterima (reasonable). Selain itu metode
yang berhubungan dengan debit banjir yaitu faktor daerah pengaliran, curah
hujan, koefisien limpasan dan perubahan tata guna lahan yang terjadi
DAS Wampu merupakan salah satu DAS dari beberapa DAS yang
terdapat di Sumatera Utara yang terdiri dari beberapa sungai yang sebagian
wilayahnya memiliki daya dukung DAS rendah yang disebabkan oleh perubahan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
18
tata guna lahan di sekitar aliran sungai Wampu, faktor pola pembangunan sungai
kesalahan drainase, dan kesalahan prilaku masyarakat. Sehingga DAS ini menjadi
daerah rawan banjir pada saat musim penghujan datang. Sehingga untuk
dan salah satunya adalah dengan adanya suatu bangunan pengendali banjir.
Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh pola distribusi curah hujan yang tepat pada DAS
Wampu.
2. Untuk menduga debit puncak aliran sungai pada DAS Wampu dengan
Kegunaan Penelitian
Utara.
TINJAUAN LITERATUR
Siklus Hidrologi
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
19
menjadi uap air mengembun kembali menjadi air yang berlangsung terus menerus
tiada henti-hentinya. Menurut Asdak (1995), siklus hidrologi adalah perjalanan air
dari permukaan laut ke atmosfer kemudian ke permukaan tanah dan kembali lagi
ke laut dan yang tidak pernah habis. Air tersebut akan tertahan sementara di
atau makhluk lain. Dalam siklus hidrologi, energi panas matahari menyebabkan
dari permukaan tanah, sedangkan transpirasi adalah proses menguapnya air dari
awan-awan yang nantinya dapat kembali menjadi air dan turun sebagai presitipasi.
sebagian akan diuapkan dan sebagian lagi mengalir melalui dahan (stem flow)
atau jatuh dari daun (trough fall) dan akhirnya sampai ke permukaan tanah.
Air hujan yang dapat mencapai permukaan tanah, sebagian akan masuk
(terserap) ke dalam tanah (infiltration). Sedangkan air hujan yang tidak terserap
yang lebih rendah (runoff), untuk selanjutnya masuk ke sungai. Air infiltrasi akan
tertahan di dalam tanah oleh gaya kapiler yang selanjutnya akan membentuk
kelembaban tanah. Apabila tingkat kelembaban air telah cukup jenuh maka air
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
20
hujan yang baru masuk ke dalam tanah akan bergerak secara horizontal untuk
selanjutnya pada tempat tertentu akan keluar lagi ke permukaan tanah (subsurface
flow) dan akhirnya mengalir ke sungai. Alternatif lainnya, air hujan yang masuk
ke dalam tanah tersebut akan bergerak vertikal ke tanah yang lebih dalam dan
menjadi bagian dari air tanah (groundwater). Air tanah tersebut, terutama pada
Tidak semua air infitrasi (air tanah) mengalir ke sungai atau danau,
melainkan ada sebagian air infiltrasi yang tetap tinggal dalam lapisan tanah bagian
dibawah ini
dan sebagian lagi mengalir melalui dahan (stem flow) atau jatuh dari daun (trough
fall) dan akhirnya sampai ke permukaan tanah, dan air hujan yang langsung
sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
21
dan air infiltrasi. Air evaporasi bersama-sama transpirasi tanaman dan air
intersepsi kembali ke udara sebagai air evapotranspirasi. Sedangkan air larian dan
secara alamiah, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian
hilir. Air yang jatuh di atas permukaan bumi dalam perjalanannya sebagian kecil
menguap dan sebagian besar mengalir dalam bentuk alur-alur kecil, kemudian
menjadi alur-alur sedang seterusnya mengumpul menjadi satu alur besar. Dapat
(input) dan komponen yang merupakan keluaran (output), dimana keadaan atau
pengaruh yang berlaku pada salah satu bagian di dalamnya akan mempengaruhi
Daerah aliran sungai adalah wilayah tangkapan air hujan yang akan
mengalir melalui sungai yang bersangkutan. Menurut Sri Harto (1993), daerah
aliran sungai merupakan daerah yang dimana semua airnya mengalir ke dalam
sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya dibatasi oleh topografi yang
DAS ada yang kecil dan ada juga yang sangat luas. DAS yang sangat luas
bisa terdiri dari beberapa sub DAS dan sub DAS dapat terdiri dari beberapa sub-
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
22
sub DAS, tergantung banyaknya anak sungai dari cabang sungai yang ada, yang
merupakan bagian dari suatu sistem sungai utama. DAS mempunyai karakteristik
yang berkaitan erat dengan unsur utamanya seperti, tataguna lahan, topografi,
curah hujan yang jatuh di tempat tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap
debit banjir yang terjadi, bentuk DAS dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1. Bulu burung
Suatu daerah pengaliran yang mempunyai jalur daerah di kiri kanan sungai
demikian mempunyai debit banjir yang kecil, oleh karena waktu tiba banjir dari
2. Radial
Daerah pengaliran yang berbentuk kipas atau lingkaran dan dimana anak-
semacam ini mempunyai banjir yang besar di dekat titik pertemuan anak-anak
sungai.
Menurut Loebis, dkk. (1993), bentuk ini karena arah sungai seolah-olah
akibat dari bentuk tersebut maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari
segala penjuru anak sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila
terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS akan menyebabkan terjadinya
banjir.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
23
3. Pararel
Daerah pengaliran seperti ini mempunyai corak dimana dua jalur daerah
pengaliran yang bersatu di bagian hilir. Apabila terjadi banjir di sebelah hilir
biasanya terjadi setelah di bawah titik pertemuan sungai ( Loebis, dkk., 1993).
Ketika satu anak sungai bergabung dengan anak sungai lain di bawahnya,
air dari kedua anak sungai tersebut bergabung, tapi debit puncak untuk kedua
waktu terjadinya debit puncak pada masing-masing anak sungai tersebut telah
menurunkan besarnya debit puncak total pada sungai utama (Asdak, 1995).
adalah daerah yang mengalirkan airnya ke sungai tersebut. Luas daerah pengaliran
diperkirakan dengan pengukuran daerah itu pada peta topografi. Luas daerah
daerah pengaliran maka debit pengaliran akan semakin besar. Debit sungai dapat
diperoleh dari permukaan air sungai. Permukaan air sungai yang sudah
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
24
Analisis Frekuensi
atau debit dengan masa ulang tertentu. Analisis frekuensi dapat dilakukan dengan
data yang diperoleh dari data baik data hujan maupun data debit. Analisis
frekuensi ini didasarkan pada sifat statistik data yang tersedia untuk memperoleh
probabilitas besaran hujan (debit) di masa yang akan datang. Data hujan yang
dimaksud adalah data hujan rata-rata DAS, data hujan dari masing-masing stasiun
dilakukan secara benar untuk analisis frekuensi data hujan. Cara mencari hujan
maksimum harian setiap pos hujan dalam satu tahun yang dirata-ratakan tidak
logis karena rata-rata hujan dilakukan atas hujan dari masing-masing pos hujan
yang terjadi pada hari yang berlainan. Cara yang seharusnya ditempuh untuk
- Tentukan hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu pos hujan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
25
- Cari besarnya curah hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama untuk pos
- Tentukan hujan maksimum harian pada tahun yang sama untuk pos hujan lain
Dari hasil rata-rata yang diperoleh dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data hujan
yang terpilih setiap tahun merupakan hujan maksimum harian DAS untuk tahun
hujan yang penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I),
lama waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh
hujan (A). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat dianalisis berupa
hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah tangkapan
Dalam ilmu statistik dikenal beberapa macam distribusi dan empat jenis
1. Distribusi Normal
4. Distribusi Gumbel
Dalam analisis frekuensi data hidrologi baik data hujan maupun data debit
sungai terbukti bahwa sangat jarang dijumpai seri data yang sesuai dengan
distribusi normal. Sebaliknya, sebagian besar data hidrologi sesuai dengan tiga
1 n
Rata-rata X= Xi
n i =1
( )
1/ 2
1 n 2
Simpangan baku s= Xi X
n 1 i 1
s
Koefisien variasi Cv =
x
n
n (X i X )
3
Koefisien skewness i =1
Cs =
(n 1)(n 2)s 3
n
n 2 (X i X )4
Koefisien Kurtosis i =1
Ck =
(n 1)(n 2)(n 3)s 4
Sumber: Singh, 1992.
pengukuran dari suatu distribusi frekuensi. Mengenai nilai sentral dari nilai
mencari nilai pusat yang dianggap mewakili nilai-nilai keseluruhan dari suatu
standar yang menggambarkan variasi nilai dalam suatu distribusi. Dalam statistik,
simpangan baku sama dengan akar dari sigma deviasi mean kuadrat dibagi jumlah
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
27
mengevaluasi hasil yang diperoleh dari beberapa data dalam meneliti ciri yang
sama. Koefisien ini adalah ratio antara standar deviasi dan rata-rata
ketidaksimetrisan (salah satu ekornya lebih panjang dibanding yang lain) suatu
di sekitar nilai mean sehingga distribusi tersebut memiliki suatu puncak yang
Distribusi Normal
Distribusi normal atau kurva normal disebut pula distribusi Gauss. Fungsi
densitas peluang normal (PDF = probability density function) yang paling dikenal
adalah sebagai distribusi normal. PDF distribusi normal dalam bentuk rata-rata
1 (x ) 2
P' ( X ) = exp ........................... (1)
2 2 2
dimana:
= Rata-rata nilai X
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
28
Luas 68,27%
Luas 96, 45 %
Luas 99,73 %
3 2 x 2 3
normal, maka:
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
29
di mana:
(Suripin, 2004).
Sifat khas lain yaitu nilai asimetris (koefisien skewness) hampir sama
( )
P x = 15,87%
()
P x = 50%
( )
P x + = 84,14%
(Jayadi, 2000).
dikatakan mengikuti distribusi Log Normal. Ini dapat dinyatakan dengan model
dimana:
(Singh, 1992).
Menurut Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Normal adalah
nilai asimetris (koefisien skewness, Cs) sama dengan tiga kali nilai koefisien
Distribusi Gumbel
berikut ini:
YTr Yn
K= .........................................................................................(5)
Sn
dimana :
data n
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
31
T 1
YTr = -In In r ................ (6)
Tr
(Wilson, 1972).
Parameter penting dalam Log Pearson Type III yaitu harga rata-rata,
dengan nol maka distribusi kembali ke distribusi Log Normal (Suripin, 2004).
1 n
Log X = log X i ..............................................................................(7)
n i =1
( )
1/ 2
1 n 2
s= log X i log X .............................................................(8)
n 1 i 1
( )
n
n log X i log X
3
i =1
Cs = ................................................................... (9)
(n 1)(n 2)s 3
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
32
Menurut Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Pearson Type III
adalah:
hidrologi yaitu data yang ada diplot pada kertas probabilitas yang sudah desain
khusus atau menggunakan skala plot yang melinierkan fungsi distribusi. Suatu
ditarik sedemikian rupa berupa garis linier. Metode pengeplotan data dapat
Weibull :
n +1
Tr = ..............(11)
m
dimana :
(Soedibyo, 2003).
perkiraan yang cukup besar, baik over estimate maupun under estimate
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
33
Uji kecocokan
fittest test) distribusi frekuensi sampel data terhadap fungsi distribusi peluang
signifikan antara nilai teoritis dan nilai-nilai sampel (Spiegel, dkk., 2004).
1. Uji Chi-Square
distribusi yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik sampel data yang
n
(Oi Ei )2
Xh2 =
i =1 Ei
.............................................................. (12)
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
34
(Suripin, 2004).
pengujiannya yaitu menguji apakah ada perbedaan yang nyata antara data yang
menentukan df atau db (derajat kebebasan). Uji ini digunakan untuk data yang
variabelnya tidak dipengaruhi oleh varibel lain dan diasumsikan bahwa sampel
2. Uji Smirnov-Kolmogorov
sebaran data tersebut berdasarkan hipotesis. Uji ini ditegaskan berdasarkan H0:
data mengikuti distribusi yang ditetapkan, Ha: data tidak mengikuti distribusi
dipakai untuk membedakan dua buah sebaran data yaitu membedakan sebaran
berdasarkan data hasil pengamatan sebenarnya dan populasi atau sampel yang
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
35
teoritik berdasarkan H0. Untuk setiap harga x, F0(x) merupakan proporsi harapan
yang nilainya sama atau lebih kecil dari x. SN(x) adalah sebaran frekuensi
kumulatif dari suatu sampel sebesar N pengamatan. Uji ini menitikberatkan pada
Kolmogorov (KS-tes) mencoba untuk memutuskan jika dua data berbeda secara
signifikan.
hujan per satuan waktu. Untuk mendapatkan nilai intensitas hujan di suatu tempat
maka alat penakar hujan yang digunakan harus mampu mencatat besarnya volume
hujan dan waktu mulai berlangsungnya hujan sampai hujan tersebut berhenti.
Intensitas hujan atau ketebalan hujan per satuan waktu lazimnya dalam satuan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
36
rasional memerlukan data intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah
ketinggian curah hujan yang terjadi pada kurun waktu dimana air tersebut
mm/jam.
Lama waktu hujan adalah lama waktu berlangsungnya hujan, dalam hal ini
dapat mewakili total curah hujan atau periode hujan yang singkat dari curah hujan
menggunakan data curah hujan untuk daerah penelitian yang terdiri atas lama
Untuk melakukan analisis frekuensi kejadian hujan atau banjir besar pada
intensitas dan lama waktu yang berbeda digunakan data curah hujan yang
diperoleh dari suatu stasiun penakar hujan. Pengalaman yang diperoleh dari
daerah tropis menunjukkan bahwa curah hujan yang sangat intensif umumnya
yang penting berupa intensitas dan durasi dapat dihubungkan secara statistik
dengan suatu frekuensi kejadiannya. Penyajian secara grafik hubungan ini adalah
yang diperoleh dari rekaman hujan. Jika tidak tersedia waktu untuk mengamati
besarnya intensitas curah hujan atau disebabkan oleh karena alatnya tidak ada,
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
37
Intensitas hujan (mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian
(mm) empiris menggunakan metode mononobe, intensitas curah hujan (I) dalam
2/3
R24 24
I= ......................................................................................(14)
24 t
(Loebis, 1992).
cenderung makin tinggi dan makin besar periode ulangnya makin tinggi pula
Duration Frequency Curve). Lengkung IDF ini digunakan dalam metode rasional
untuk menentukan intensitas curah hujan rata-rata dari waktu konsentrasi yang
Waktu Konsentrasi
Menurut Suripin (2004), waktu konsentrasi suatu DAS adalah waktu yang
diperlukan oleh air hujan yang jatuh untuk mengalir dari titik terjauh sampai ke
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
38
tempat keluaran DAS (titik kontrol) setelah tanah menjadi jenuh. Dalam hal ini
diasumsikan bahwa jika durasi hujan sama dengan waktu konsentrasi, maka setiap
bagian DAS secara serentak telah menyumbangkan aliran terhadap titik kontrol.
Salah satu metode untuk memperkirakan waktu konsentrasi adalah rumus yang
0 , 385
0,87 xL2
tc= ... (15)
1000 xS
Durasi hujan yang biasa terjadi 1-6 jam bahkan maksimum 12 jam pun
jarang terjadi. Durasi hujan sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi sehingga
sangat berpengaruh pada besarnya debit yang masuk ke saluran atau sungai. Jika
tidak diperoleh waktu konsentrasi sama dengan intensitas hujan maka perlu
Koefisien Limpasan
limpasan adalah persentase jumlah air yang dapat melimpas melalui permukaan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
39
tanah dari keseluruhan air hujan yang jatuh pada suatu daerah. Koefisien limpasan
(Suripin, 2004).
infiltrasi, tanaman penutup tanah dan intensitas hujan, distribusi curah hujan, luas
dan bentuk DAS, topografi, dan tata guna lahan. Besarnya aliran permukaan dapat
menjadi kecil, terlebih bila curah hujan tidak melebihi kapasitas infiltrasi. Selama
hujan yang terjadi adalah kecil atau sedang, aliran permukaan hanya terjadi di
daerah yang impermabel dan jenuh di dalam suatu DAS atau langsung jatuh di
atas permukaan air. Apabila curah hujan yang jatuh jumlahnya lebih besar dari
depresi dan cadangan depresi, maka barulah bisa terjadi aliran permukaan
antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien
aliran permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi
fisik suatu DAS. Nilai C berkisar antara 01. Nilai C = 0 menunjukkan bahwa
semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya untuk
Pada DAS yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu DAS maka
peluang yang cukup besar sesuai jenis penggunaan lahan dan curah hujan. Tabel 2
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
40
merupakan contoh nilai koefisien limpasan yang sesuai dengan kondisi Indonesia.
Pemilihan nilai C dari suatu tabel sangat subjektif. Kurang tepat memilih nilai C
maka tidak benar pula debit puncak banjir yang dihitung dengan metode rasional.
Setiap daerah memiliki nilai koefisien limpasan yang berbeda (Soewarno, 2000).
adalah metode Cook. Metode Cook mengunakan parameter kondisi DAS yaitu
penutup vegetasi dan timbunan air permukaan yaitu simpanan air yang ada di
sekitar DAS. Kondisi timbunan air permukaan DAS dengan simpanan permukaan
yang terdiri dari danau, empang, atau rawa maka nilai C adalah 0-10%
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
41
Menurut Suripin (2004), menyatakan bahwa jika DAS terdiri dari berbagai
macam penggunaan lahan dengan koefisien aliran permukaan yang berbeda, maka
C yang dipakai adalah koefisien DAS yang dapat dihitung dengan persamaan
berikut :
C A
i =1
i i
CDAS = n
....................................................................................... (16)
A
i =1
i
Metode Rasional
Debit aliran sungai adalah laju aliran air yang dalam bentuk volume air
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit
debit aliran kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk
berbagai macam keperluan, terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran
rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat
terhadap suatu proses penentuan aliran permukaan yang rumit akan tetapi metode
tersebut dianggap akurat untuk menduga aliran permukaan dalam rancang bangun
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
42
yang relatif murah, sederhana dan memberikan hasil yang dapat diterima
(reasonable).
terjadi secara terus-menerus, maka laju limpasan langsung akan bertambah sampai
bagian DAS telah memberikan konstribusi aliran di outlet. Laju masukan pada
sistem adalah hasil curah hujan dengan intensitas I pada DAS dengan luas A. Nilai
perbandingan antara laju masukan dengan laju debit puncak (Qp) yang terjadi
pada saat tc dinyatakan sebagai run off coefficient (C) dengan nilai C1
0
(Chow, 1988).
Rumus ini adalah rumus yang tertua dan yang terkenal di antara rumus-
rumus empiris lainnya. Bentuk umum rumus rasional ini adalah sebagai berikut :
C = Koefisien pengaliran/limpasan
Arti rumus ini dapat segera diketahui yakni, jika terjadi curah hujan selama 1 jam
dengan intensitas 1 mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka debit banjir sebesar
0,278 m3/dtk dan melimpas selama 1 jam (Sosrodarsono dan Takeda, 2003).
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
43
Metode rasional dapat dipandang sebagai salah satu cara praktis dan
dikembangkan. Metode ini cocok dengan kondisi Indonesia yang beriklim tropis
(Soewarno, 2000).
1. Curah hujan terjadi dengan intensitas yang tetap dalam jangka waktu
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan
1. Data curah hujan harian selama 22 tahun terakhir (1985 2006) yang
2. Data kondisi DAS Wampu yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Sumatera Utara.
3. Peta tata guna lahan yang diperoleh dari Badan Penelitian Daerah Aliran
4. Peta DAS Wampu yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofsika
Alat
3. Planimeter.
Metode Penelitian
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
45
Pelaksanaan Penelitian
2. Menentukan parameter statistik dari data yang telah diurutkan dari kecil ke
yang ada.
5. Dari jenis distribusi yang terpilih dapat dihitung besaran hujan rancangan
waktu konsentrasi.
Qp = 0,278 C.I.A
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
46
Mulai
Priska Wulandari
- Data Tata : Analisis
IdentifikasiCurah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan
/ Tata Guna Metode Rasional Pada Das
Data Curah Hujan
Guna Lahan Lahan Maksimum Harian
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009 - Nilai rata-rata Curah Hujan
(X)
Perhitungan Parameter - Standar deviasi (Sd)
Seragam
Statistik - Koefisien Keragaman (Cv)
- Koefisien Kepencengan (Cs)
- Koefisien Kurtosis (Ck)
Tidak Ya
Proses Hasil
Pengolahan Data
Prosedur :
1 n
X = Xi
n i =1
( )
1/ 2
1 n 2
s= Xi X
n 1 i =1
s
Cv =
x
n
n (X i X )
3
i =1
Cs =
(n 1)(n 2)s 3
- Dihitung Coefisient of Kurtosis Ck.
n
n 2 (X i X )4
i =1
Ck =
(n 1)(n 2)(n 3)s 4
2. Penentuan pola distribusi yang tepat diantara distribusi Gumbel, distribusi
Log Normal, distribusi Log Pearson Type III dan distribusi Normal.
Kolmogorov, dimana :
Kriteria Pengujian :
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
50
db = G-1
a. Uji Chi-Square
(O i Ei ) 2
Pada tiap sub-group dihitung nilai (Oi Ei)2 dan .
Ei
(O i Ei ) 2
Dijumlahkan seluruh G sub-grup nilai untuk
Ei
b. Uji Smirnov-Kolmogorov :
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
51
harga D0 (lihat Lampiran 6). Bila nilai D dan jumlah data yang
4. Penentuan intensitas curah hujan harian dalam kala ulang tertentu dengan
metode mononobe:
2/3
R 24
I = 24 .
24 t
C A
i =1
i i
CDAS = n
A
i =1
i
Qp = 0,278.C.I.A.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
52
Sumatera Utara yang kondisinya kritis atau rawan banjir. Secara geografis DAS
BT, dengan sungai utama yang melaluinya adalah Sungai Wampu. Sungai
Wampu ini mengalir dari daerah hulu yang terletak di sebagian kecil kabupaten
Karo dan kabupaten Deli Serdang, hingga bermuara pada daerah hilir di sebagian
besar kabupaten Langkat dan kemudian terus mengalir sampai ke Selat Malaka
dibagi beberapa wilayah Sub DAS meliputi Sub DAS Wampu hulu dengan luas
2103,74 km2, Sub DAS Batang Serangan dengan luas 1387,27 km2, Sub DAS Sei
Bingei dengan luas 815,11 km2, Sub DAS Lau Biang dengan luas 941,47 km2,
dan Sub DAS Wampu Hilir dengan luas 857,92 km2. Masing-masing Sub DAS ini
dilalui oleh beberapa kabupaten dan kotamadya yaitu di sebagian besar kabupaten
Langkat, sebagian kecil kabupaten Karo dan kabupaten Deli Serdang, dan
masuk dalam pengaliran DAS Wampu, akan tetapi hanya beberapa bagian atau
Ada tujuh belas stasiun penakar curah hujan pada DAS Wampu yaitu
Kwala Bingei, Selesei, Padang Brahrang, Tanjung Jati, Perdamean, Cempa, Cinta
Raja, Babalan, Kwala Madu, Tongkoh dan Tiga Pancur. Dari ketujuh belas
stasiun penakar hujan yang ada hanya beberapa stasiun yang berfungsi dengan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
53
baik. Dari beberapa stasiun penakar hujan ini, sebagian besar stasiun penakar
tidak aktif lagi, baru aktif, atau data curah hujan harian tidak lengkap (tersedia
bulanan dan tahunan). Dalam hal ini penulis menggunakan data curah hujan
harian dari empat stasiun penakar hujan yaitu Tanjung Jati, Kwala Bingei, Sawit
Data kondisi DAS Wampu yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
Kondisi tata guna lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu terdiri
terbuka/tegalan, tubuh air, rawa, dan hutan tanaman. Sebagian besar kawasan
DAS Wampu berupa kawasan hutan, pertanian, dan perkebunan. Berdasarkan peta
tata guna lahan yang ada, DAS Wampu dapat dikelompokkan ke dalam beberapa
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
54
Perkebunan 948,67
Semak Belukar 237,47
Sawah 118,93
Belukar Rawa 105,44
Tambak 104,77
Pemukiman 76,92
Tanah Terbuka/Tegalan 42,60
Tubuh Air 35,09
Rawa 22,19
Hutan Tanaman 16,66
Lainnya 5,09
Luas Total 6105,51
Sumber : Diolah dari Peta Tata Guna Lahan (BPDAS Sumatera Utara)
Dari data di atas dapat diketahui bahwa kondisi tata guna lahan pada DAS
pengaliran Sungai Wampu, diperlukan data curah hujan harian selama beberapa
tahun terakhir pada stasiun penakar hujan yang terdekat. Data curah hujan harian
yang digunakan diperoleh dari Bagian Penelitian Tebu Tembakau Deli (BPTTD)
Sampali, Medan dari stasiun penakar hujan Tanjung Jati, Kwala Bingei, dan
Kwala Madu, dan PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat, dari stasiun
penakar hujan Sawit Langkat. Data yang digunakan merupakan data curah hujan
Data curah hujan harian yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis untuk
mendapatkan data curah hujan maksimum harian. Penentuan data curah hujan
maksimum harian rata-rata ini mengunakan metode Poligon Thiessen. Metode ini
digunakan karena stasiun penakar hujan yang ada terbatas. Luas total DAS dibagi
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
55
koefisien thiessen dikalikan dengan jumlah curah hujan maksimum pada tanggal,
bulan dan tahun yang sama pada masing-masing stasiun penakar hujan. Dari hujan
harian maksimum rata-rata yang diperoleh dipilih yang tertinggi setiap tahunnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suripin (2004) mengatakan bahwa penentuan
data curah hujan maksimum harian rata-rata DAS harus dilakukan secara benar
untuk analisis frekuensi data hujan, ditentukan besarnya curah hujan pada tanggal,
bulan dan tahun yang sama untuk masing-masing pos hujan dan hasil rata-rata
yang diperoleh dipilih yang tertinggi setiap tahun. Data hujan yang terpilih setiap
tahun merupakan hujan harian maksimum DAS untuk tahun yang bersangkutan.
Poligon Thiessen dapat dilakukan untuk luas daerah yang besar, stasiun penakar
hujan yang ada lebih dari satu, dan setiap stasiun penakar dapat mewakili curah
hujan maksimum setiap tahun. Setelah dilakukan analisis, diperoleh data curah
hujan harian maksimum selama 22 tahun terakhir. Nilai curah hujan maksimum
Tabel 5. Data Curah Hujan Maksimum Harian Rata-rata Tahunan Periode 1985-
2006
Kejadian Hujan Maksimum Harian
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
56
menganalisis data curah hujan maksimum harian rata-rata yang diperoleh dengan
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
57
tersebut ditetapkan bahwa jenis distribusi yang cocok dengan sebaran data curah
hujan harian maksimum di wilayah studi adalah distribusi Log Pearson Type III
untuk menghitung curah hujan rancangan dengan berbagai kala ulang. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai parameter statistik yang diperoleh tidak mengikuti pola
distribusi untuk ketiga metode lain berdasarkan sifat-sifat khas distribusi (dapat
dilihat pada lampiran 6) dan dapat dilihat pada penggambaran garis teoritiknya
berupa garis lengkung (dapat dilihat pada Gambar 5). Hal ini sesuai dengan
pernyataan Jayadi (2000), ciri khas statistik distribusi Log Pearson Type III
adalah:
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
58
garis teoritik data hidrologi. Setelah dilakukan pengeplotan, data curah hujan
100
10
1
96% 91% 87% 83% 78% 74% 70% 65% 61% 57% 52% 48% 43% 39% 35% 30% 26% 22% 17% 13% 9% 4%
% Probabilitas
Dari distribusi yang telah diketahui, maka dilakukan uji statistik untuk
penelitian ini uji statistik dilakukan dengan metode Chi-Square dan Smirnov
Kolmogorov. Menurut Sri Harto (2000), setiap distribusi mempunyai sifat yang
khas, sehingga data curah hujan harus diuji kecocokannya dengan metode Chi-
Square dan Smirnov Kolmogorov. Pemilihan distribusi yang tidak benar dapat
menimbulkan kesalahan perkiraan yang cukup besar, baik over estimate maupun
under estimate.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
59
Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa dengan uji Chi-Square diperoleh nilai
2hitung < 2tabel sedangkan Smirnov Kolmogorov diperoleh nilai Dhitung < Dtabel
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ho terima. Hal ini sesuai dengan
fit antara distribusi teoritis dalam distribusi sampel pada dasarnya adalah sama
nilai-nilai sampel. Hal ini berarti bahwa distribusi observasi (pengamatan) dan
distribusi teoritis (yang diharapkan) tidak berbeda secara nyata atau dapat
dinyatakan pola distribusi yang digunakan sudah tepat yaitu distribusi Log
harian maksimum diperoleh bahwa jenis distribusi yang paling cocok dengan
sebaran data curah hujan harian maksimum di daerah pengaliran Sungai Wampu
adalah distribusi Log Pearson Type III. Untuk itu, data curah hujan harian
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
60
Tabel 8. Parameter Statistik Analisis Frekuensi Distribusi Log Pearson Type III
Parameter Nilai
Rata-rata X = 1,8779
Simpangan baku s = 0,0844
Koefisien variasi Cv = 0,0449
Koefisien skewness Cs = 0,5857
Koefisien kurtosis Ck = -0,2264
berbagai periode ulang. Hujan rancangan ini dapat dilihat pada Tabel 9 berikut.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
61
Intensitas Hujan
Untuk mendapatkan intensitas hujan dalam periode 1 jam dari data curah
hujan harian maksimum digunakan rumus mononobe. Hal ini disebabkan karena
data curah hujan jangka pendek tidak tersedia, yang ada hanya data curah hujan
harian, maka intensitas hujan dapat dihitung dengan rumus mononobe pada
persamaan (14) sesuai dengan pernyataan Loebis (1992) bahwa intensitas hujan
(mm/jam) dapat diturunkan dari data curah hujan harian (mm) empiris
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
62
Tabel 10. Intensitas Hujan Jam-jam (mm/jam) untuk Berbagai Periode Ulang
Kala
Ulang
T (tahun)
(menit) 1 2 5 10 15 20 25 30 40 50
5 92,8076 134,2405 160,0603 177,249 183,9008 190,8024 198,0085 199,8867 203,7904 207,7227
10 58,4651 84,5662 100,8317 111,6599 115,8502 120,1980 124,7376 125,9207 128,3799 130,8571
15 44,6172 64,5361 76,9490 85,2124 88,4103 91,7282 95,1926 96,0955 97,9722 99,8627
30 28,1071 40,6552 48,4748 53,6805 55,6950 57,7852 59,9676 60,5364 61,7186 62,9095
60 17,7064 25,6112 30,5372 33,8166 35,0856 36,4024 37,7772 38,1355 38,8803 39,6305
120 11,1543 16,134 19,2372 21,3031 22,1026 22,9321 23,7981 24,0239 24,4931 24,9657
180 8,5123 12,3126 14,6808 16,2573 16,8674 17,5004 18,1614 18,3337 18,6917 19,0524
240 7,0268 10,1638 12,1187 13,4201 13,9237 14,4463 14,9919 15,1341 15,4297 15,7274
360 5,3624 7,7564 9,2483 10,2415 10,6258 11,0246 11,4410 11,5495 11,7750 12,0022
480 4,4266 6,4028 7,6343 8,4541 8,7714 9,1006 9,4443 9,5339 9,7201 9,9076
720 3,3781 4,8862 5,8261 6,4517 6,6938 6,9451 7,2073 7,2757 7,4178 7,5609
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
63
Hasil analisis berupa intensitas hujan dengan durasi dan periode ulang
Kurva IDF menggambarkan hubungan antara dua parameter penting hujan yaitu
menghitung debit puncak dengan metode rasional. Hal ini sesuai dengan
puncak dengan metode rasional untuk menentukan intensitas curah hujan rata-rata
250
225
200 1 Tahun
Intensitas Hujan (mm/jam)
2 Tahun
175 5 Tahun
10 Tahun
150 15 Tahun
20 Tahun
125
25 Tahun
30 Tahun
100
40 Tahun
75 50 Tahun
100 Tahun
50 200 Tahun
25
0
5 10 15 30 60 120 180 240 360 480 720
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
64
hujan yang tinggi berlangsung dengan durasi pendek. Hal ini menunjukkan bahwa
hujan deras pada umumnya berlangsung dalam waktu singkat namun hujan tidak
deras (rintik-rintik) berlangsung dalam waktu lama. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Suripin (2004) bahwa sifat umum hujan adalah makin singkat hujan
Waktu Konsentrasi
mengalir dari hulu sungai hingga ke tempat keluaran DAS. Waktu konsentrasi (tc)
waktu konsentrasi sebesar 9,98 jam. Hal ini berarti bahwa waktu yang diperlukan
oleh air hujan untuk mengalir dari titik terjauh (hulu) sampai ke tempat keluaran
DAS (hilir) sebesar 9,98 jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soewarno (2000),
yang menyatakan bahwa durasi hujan yang biasa terjadi 1-6 jam bahkan
maksimum 12 jam pun jarang terjadi. Durasi hujan sering dikaitkan dengan waktu
saluran atau sungai. Hal ini menunjukkan bahwa durasi hujan dengan intensitas
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
65
tertentu sama dengan waktu konsentrasi dapat terpenuhi sehingga metode rasional
di bawah ini:
Koefisien Limpasan
data koefisien limpasan (run off coeffisient). Koefisien limpasan yang digunakan
diperoleh dari Badan Penelitian Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Sumatera Utara.
Penulis menghitung nilai koefisien limpasan berdasarkan data tata guna lahan
yang sifatnya minoritas tidak terdapat di dalam peta tersebut, sehingga tidak turut
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
66
dihitung nilai koefisien limpasan yaitu sebesar 0,1913. Dari nilai koefisien
limpasan ini dapat diketahui bahwa 0,1913 dari air hujan yang turun akan
fisik dari suatu DAS. Dari nilai koefisien limpasan sebesar 0,1913 maka dapat
dinyatakan bahwa DAS Wampu memiliki kondisi fisik yang baik. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Kodoatie dan Syarief (2005), yang mengatakan bahwa angka
koefisien aliran permukaan itu merupakan salah satu indikator untuk menentukan
bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah, sebaliknya
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
67
permukaan. Pada DAS yang baik harga C mendekati nol dan semakin rusak suatu
debit puncak (banjir) yang terjadi pada suatu DAS. Kondisi fisik DAS Wampu
sekarang harus terus dilestarikan, perkembangan dan kemajuan suatu daerah yang
Debit Puncak
dihitung debit puncak Sungai Wampu dengan metode rasional sesuai persamaan
(17) untuk berbagai kala ulang tertentu. Lama hujan dengan intensitas tertentu
sama dengan waktu konsentrasi dan koefisien limpasan tetap selama hujan terjadi.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Wanielista (1990), menyatakan bahwa untuk
menggunakan metode rasional yaitu curah hujan terjadi dengan intensitas yang
tetap dalam jangka waktu tertentu setidaknya sama dengan waktu konsentrasi dan
koefisien limpasan dianggap tetap selama durasi hujan. Untuk itu, penulis
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
68
Kala C I A (Km2) Qp
Ulang (mm/jam) (m/detik)
1 0,1913 3,0496 6105,51 990,2038
2 0,1913 4,4110 6105,51 1432,2498
5 0,1913 5,2595 6105,51 1707,7574
10 0,1913 5,8243 6105,51 1891,1477
15 0,1913 6,0428 6105,51 1962,0946
20 0,1913 6,2697 6105,51 2035,7689
25 0,1913 6,5064 6105,51 2112,6253
30 0,1913 6,5681 6105,51 2132,6592
40 0,1913 6,6964 6105,51 2174,3182
50 0,1913 6,8256 6105,51 2216,2694
100 0,1913 7,5205 6105,51 2441,9093
200 0,1913 8,0323 6105,51 2608,0844
tahun selama durasi hujan (waktu konsentrasi) 9,98 jam dengan intensitas hujan
3,0496 mm/jam seluas 6105,51 km2 maka debit puncak yang diperoleh pada DAS
Wampu sebesar 990,2038 m3/detik. Debit puncak yang diperoleh dapat dijadikan
dibangun suatu bangunan pengendali banjir yang dapat menampung debit puncak
suatu aliran air sehingga dapat menghemat biaya dan waktu dalam pelaksanaan
proyek pembangunan.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
69
Kesimpulan
1. Pola distribusi yang tepat untuk DAS Wampu adalah distribusi Log Pearson
Type III.
2. Pada distribusi Log Pearson Type III nilai parameter statistik yang diperoleh
3. Hujan rancangan berbagai periode ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 40, 50,
100, 200 tahun adalah sebesar 51,0740 mm; 73,8754 mm; 88,0846 mm;
97,5439 mm; 101,2045 mm; 105,0026 mm; 108,9683 mm; 110,0019 mm;
4. Waktu yang diperlukan oleh hari hujan untuk mengalir dari titik terjauh (hulu)
sampai ke tempat keluaran DAS (hilir) atau disebut dengan waktu konsentrasi
5. Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien limpasan (C) sebesar 0,1913
6. Intensitas hujan pada waktu konsentrasi berbagai periode ulang 1, 2, 5, 10, 15,
20, 25, 30, 40, 50, 100, 200 tahun adalah sebesar 3,0496 mm/jam; 4,4110
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
70
7. Debit puncak DAS Wampu untuk berbagai periode ulang 1, 2, 5, 10, 15, 20,
25, 30, 40, 50, 100, 200 tahun diperoleh sebesar 990,2038 m3/detik;
m3/detik.
Saran
stasiun hujan dalam metode penentuan curah hujan maksimum harian rata-
rata.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
71
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C., 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. UGMPress,
Yogyakarta.
Chow, V.T., D.R. Maidment, and L.W. Mays, 1988. Applied Hydrology.
McGraw-Hill, New York.
Dake, J.M.K., 1985. Hidrolika Teknik. Terjemahan Endang Pipin Tachyan dan
Yan Piter Pangaribuan. Erlangga, Jakarta.
Gunawan, T., 1991. Penerapan Teknik Penginderaan Jauh untuk Menduga Debit
Puncak Menggunakan Karakteristik Lingkungan Fisik DAS, Studi Kasus
di DAS Bengawan Solo Hulu, Jawa Tengah. IPB-Press, Bogor.
Hartono, B.S.S. Maleray, N.M. Farda, dan M. Kamal, 2005. Analisis Data
Penginderaan Jauh dan SIG untuk Studi Sumber Daya Air Permukaan
DAS Rawa Biru Merauke Papua. http://www.ns.ui.ac.id[13 Maret 2007].
Kodoatie, J.R. dan Sugiyanto, 2002. Banjir, Beberapa Masalah dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Kodoatie, J.R. dan R. Syarief, 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Andi
Offset, Yogyakarta.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
72
Loebis, J., 1992. Banjir Rencana Untuk Bangunan Air. Departemen Pekerjaan
Umum, Chandy Buana Kharisma, Jakarta.
Linsley, R.K., M.A. Kohler, J.B. Franzini and H. Paulhus, 1975. Hydrology for
Engineers. McGraw-Hill, New York.
Linsley, R.K., dan V.T. Chow, 1967. Analisa Limpasan dan Genangan Air Hujan.
http://www.thornthwaith_mather.com[16 Juni 2008].
Maryono, A., 2005. Menangani Banjir, Kekeringan, dan Lingkungan. UGM Press,
Yogyakarta.
Spiegel, M.R., J.J. Schiller, dan R.A. Srinivasan, 2004. Schaums Outline Of
Probabilitas dan Statistik. Terjemahan Refina Indriasari. Erlangga, Jakarta.
Steel, R.G.D., dan J.H.Torrie, 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu
Pendekatan Biometrik. Terjemahan Bambang Sumantri. Gramedia,
Jakarta.
Syani, A., 1995. Pengantar Metode Statistik Nonparametrik. Dunia pustaka Jaya,
Jakarta.
Wanielista, M.P., 1990. Hydrology and Water Quality Control. John Wiley &
Sons, Florida-USA.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
73
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
74
Mulai
A C i i
CDAS = i =1
n
Uji Chi Square &
A
Smirnov Kolmogorov
i
i =1
Ya
Penentuan Distribusi
Benar
Perhitungan Hujan
Rancangan untuk kala
Ulang Tertentu
Kurva IDF
Perhitungan Intensitas (Intensity Duration
Hujan Frequency)
Perhitungan Intensitas
Hujan berdasarkan
Waktu Konsentrasi
Selesai
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
75
Proses Hasil
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
76
Koef.
Kejadian Tanjung Kwala Sawit Kwala Koef. Thiessen Thiessen
Tahun Bulan Tanggal Jati Bingai Langkat Madu 0.2 0.23
4 22 85 42 - 93 17.00 9.66
1985 5 3 2 87 8 5 0.40 20.01
10 17 14 3 99 45 2.80 0.69
4 22 85 42 - 93 17.00 9.66
2 3 105 - 47 85 21.00 -
1986 6 15 - 132 - - - 30.36
5 23 41 - 123 45 8.20 -
2 2 24 8 24 142 4.80 1.84
12 10 70 - 25 70 14.00 -
1987 9 15 15 112 33 32 3.00 25.76
11 30 2 10 123 6 0.40 2.30
1 9 52 16 30 99 10.40 3.68
9 17 140 22 35 73 28.00 5.06
1988 1 6 - 72 - - - 16.56
7 13 39 10 107 35 7.80 2.30
1 7 55 - 21 88 11.00 -
9 30 101 23 17 - 20.20 5.29
1989 3 18 35 60 45 44 7.00 13.80
10 21 24 23 179 - 4.80 5.29
10 1 4 5 6 76 0.80 1.15
12 16 135 - 19 - 27.00 -
1990 11 2 34 64 2 50 6.80 14.72
5 26 - - 135 - - -
11 15 17 19 58 80 3.40 4.37
5 6 74 15 30 17 14.80 3.45
1991 5 24 6 70 - 25 1.20 16.10
5 19 39 28 92 - 7.80 6.44
9 25 27 50 - 88 5.40 11.50
Koef. Koef.
Kejadian Tanjung Kwala Sawit Kwala Thiessen Thiesse
Tahun Bulan Tanggal Jati Bingai Langkat Madu 0.2 0.23
4 9 84 55 - 80 16.80 12.65
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
77
Koef. Koef.
Kejadian Tanjung Kwala Sawit Kwala Thiessen Thiesse
Tahun Bulan Tanggal Jati Bingai Langkat Madu 0.2 0.23
2 15 160 98 68 14 32 22.54
1999 2 15 160 98 68 14 32 22.54
11 10 35 - 113 - 7 -
2 16 11 - 19 190 2.2 -
10 23 94 - 49 - 18.8 -
2000 8 3 17 78 10 10 3.4 17.94
9 13 - 5 100 15 - 1.15
8 4 10 6 25 75 2 1.38
10 17 98 - 82 - 19.6 -
2001 12 18 - 110 9 5 - 25.30
10 23 82 - 174 27 16.4 -
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
78
10 24 35 92 58 110 7 21.16
3 22 54 - 43 - 10.8 -
2002 10 11 - 85 14 15 - 19.55
9 22 8 31 114 45 1.6 7.13
7 1 - 47 21 80 - 10.81
4 2 100 - 33 - 20 -
2003 10 2 - 79 1 8 - 18.17
10 14 - 10 158 15 - 2.30
4 8 - 46 - 90 - 10.58
1 14 120 - 6 - 24 -
2004 9 26 - 70 - - - 16.10
11 23 - - 188 - - -
2 16 - 61 - 82 - 14.03
12 17 96 18 2 56 19.2 4.14
2005 10 25 2 76 - - 0.4 17.48
12 16 - 16 141 - - 3.68
1 13 - 56 - 80 - 12.88
Koef. Koef.
Kejadian Tanjung Kwala Sawit Kwala Thiessen Thiesse
Tahun Bulan Tanggal Jati Bingai Langkat Madu 0.2 0.23
12 21 110 48 65 75 22.00 11.04
2006 12 22 19 122 73 80 0.38 28.06
5 6 - - 87 - - -
11 8 - - - 88 - -
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
79
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
80
Lampiran 4. Nilai Faktor frekuensi K untuk Distribusi Log Pearson Type III
dengan skewness positif
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
81
Lampiran lanjutan. Faktor frekuensi K untuk Distribusi Log Pearson Type III
dengan skewness negatif
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
82
dk a derajat kepercayaan
0,995 0,99 0,975 0,95 0,05 0,025 0,01 0,005
1 0,0000393 0,000157 0,000982 0,00393 3,841 5,024 6,635 7,879
2 0,0100 0,0201 0,0506 0,103 5,991 7,378 9,210 10,597
3 0,0717 0,115 0,216 0,352 7,815 9,348 11,345 12,838
4 0,207 0,297 0,484 0,711 9,488 11,143 13,277 14,860
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
7 0,989 1,239 1,690 2,197 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,712 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
6 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,844 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,26 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,932 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,698 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 15,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,993
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
83
N Derajat Kepercayaan,
0,20 0,10 0,05 0,01
5 0,45 0,51 0,56 0,67
10 0,32 0,37 0,41 0,49
15 0,27 0,30 0,34 0,40
20 0,23 0,26 0,29 0,36
25 0,21 0,24 0,27 0,32
3 0,19 0,22 0,24 0,29
35 0,18 0,20 0,23 0,27
40 0,17 0,19 0,21 0,25
45 0,16 0,18 0,20 0,24
50 0,15 0,17 0,19 0,23
N>50 1,07 1,22 1,36 1,63
N 0,5 N 0,5 N 0,5 N 0,5
Ket : - Jika tidak menunjukkan sifat-sifat distribusi diatas dan garis teoritik
probabilitasnya berupa garis lengkung maka distribusinya mengikuti
distribusi Log Pearson Type III.
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
84
0,6 0,2257 0,2291 0,2324 0,2357 0,2389 0,2422 0,2454 0,2486 0,2517 0,2549
0,7 0,2580 0,2611 0,2642 0,2673 0,2704 0,2734 0,2764 0,2794 0,2823 0,2852
0,8 0,2881 0,2910 0,2939 0,2967 0,2995 0,3023 0,3051 0,3078 0,3106 0,3133
0,9 0,3159 0,3186 0,3212 0,3238 0,3264 0,3289 0,3315 0,3340 0,3365 0,3389
1,0 0,3413 0,3438 0,3461 0,3485 0,3508 0,3531 0,3554 0,3577 0,3599 0,3621
1,1 0,3643 0,3665 0,3686 0,3708 0,3729 0,3749 0,3770 0,3790 0,3810 0,3830
1,2 0,3849 0,3869 0,3888 0,3907 0,3925 0,3944 0,3962 0,3980 0,3997 0,4015
1,3 0,4032 0,4049 0,4066 0,4082 0,4099 0,4115 0,4131 0,4147 0,4162 0,4177
1,4 0,4192 0,4207 0,4222 0,4236 0,4251 0,4265 0,4278 0,4292 0,4306 0,4319
1,5 0,4332 0,4345 0,4357 0,4370 0,4382 0,4394 0,4406 0,4418 0,4429 0,4441
1,6 0,4452 0,4463 0,4474 0,4484 0,4495 0,4505 0,4515 0,4525 0,4535 0,4545
1,7 0,4554 0,4564 0,4573 0,4582 0,4591 0,4599 0,4608 0,4616 0,4625 0,4633
1,8 0,4641 0,4649 0,4656 0,4664 0,4671 0,4678 0,4686 0,4693 0,4699 0,4706
1,9 0,4713 0,4717 0,4726 0,4732 0,4738 0,4744 0,4750 0,4756 0,4761 0,4767
2,0 0,4772 0,4778 0,4783 0,4788 0,4793 0,4798 0,4803 0,4808 0,4812 0,4817
2,1 0,4821 0,4826 0,4830 0,4834 0,4838 0,4842 0,4846 0,4850 0,4854 0,4857
2,2 0,4861 0,4864 0,4868 0,4871 0,4875 0,4878 0,4881 0,4884 0,4887 0,4890
2,3 0,4893 0,4896 0,4896 0,4901 0,4904 0,4906 0,4909 0,4911 0,4913 0,4916
2,4 0,4918 0,4920 0,4922 0,4925 0,4927 0,4929 0,4931 0,4932 0,4934 0,4936
2,5 0,4938 0,4940 0,4941 0,4943 0,4945 0,4946 0,4948 0,4949 0,4951 0,4952
2,6 0,4953 0,4955 0,4956 0,4957 0,4959 0,4960 0,4961 0,4962 0,4963 0,4964
2,7 0,4965 0,4966 0,4967 0,4968 0,4969 0,4970 0,4971 0,4972 0,4973 0,4974
2,8 0,4974 0,4975 0,4976 0,4977 0,4977 0,4978 0,4979 0,4979 0,4980 0,4981
2,9 0,4981 0,4982 0,4982 0,4983 0,4984 0,4984 0,4985 0,4985 0,4986 0,4986
3,0 0,4987 0,4987 0,4987 0,4988 0,4988 0,4989 0,4989 0,4989 0,4990 0,4990
3,1 0,4990 0,4991 0,4991 0,4991 0,4991 0,4992 0,4992 0,4992 0,4993 0,4993
3,2 0,4993 0,4993 0,4994 0,4994 0,4994 0,4994 0,4994 0,4995 0,4995 0,4995
3,3 0,4995 0,4995 0,4995 0,4996 0,4996 0,4996 0,4996 0,4996 0,4996 0,4997
3,4 0,4997 0,4997 0,4997 0,4997 0,4997 0,4997 0,4997 0,4997 0,4997 0,4998
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
85
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
86
SELAT MALAKA
PETA
440000
440000
PENUTUPANLAHANDASWAMPU
PROP. SUMATERAUTARA
420000
420000
STABAT
[
%
BINJEI
400000
400000
[
%
ccBukit lawang
Bukit lawang
BOHOROK #S
BOHOROK
S
#
380000
380000
N
A
Aw
B
Br
Hms
360000
360000
Hp
Hs
Ht
Pc
Pk
Pm [% KABANJAHE
340000
340000
Pt
Rw
Sw
T
Tm
BPDAS WAMPU SEI ULAR , JULI 2006
380000 400000 420000 440000 460000
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
87
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009
88
Priska Wulandari : Analisis Curah Hujan Untuk Pendugaan Debit Puncak Dengan Metode Rasional Pada Das
Wampu Kabupaten Langkat, 2008.
USU Repository 2009