You are on page 1of 17

PENDAHULUAN

A.
B. Latar Belakang

Reklame/iklan dan promosi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


sistem dan sosial masyarakat modern. Dewasa ini reklame/iklan sudah berkembang
menjadi suatu sistem komunikasi yang sangat penting tidak saja bagi produsen
produk dan jasa tetapi juga bagi konsumen. Kemampuan reklame/iklan dan metode
promosi lainnya dalam menyampaikan pesan kepada konsumen menjadikan kedua
bidang tersebut memegang peran sangat penting bagi keberhasilan perusahaan dalam
memasarkan produk dan jasanya.
1
Berbagai bentuk usaha, mulai dari usaha eceran, hingga perusahaan
multinasional mengandalkan reklame/iklan dan promosi untuk menjunjung
pemasaran produk dan jasa mereka kepada masyarakat. Pada sistem ekonomi yang
berlandaskan pada pasar, konsumen semakin mengandalkan reklame/iklan dan bentuk
promosi lainnya untuk mendapatkan informasi yang akan mereka gunakan untuk
membuat suatu keputusan, apakah akan membeli suatu produk dan jasa atau tidak.
Semakin meningkat pengeluaran (belanja) reklame/iklan yang dilakukan
perusahaan, maka semakin meningkat pula kuantitas pemasaran dari produk dan jasa
tersebut. Hal ini membuktikan bahwa iklan/reklame dan promosi lainnya dalam
1 L

memasarkan suatu produk cukup signifikan dalam mendukung pemasaran produk


tersebut kepada masyarakat.2
Secara umum komponen promosi mencakup empat elemen dasar yaitu 1.
Iklan (advertising), 2. Promosi perjanjian (sales promotion), 3. Publikasi humas
(public relation), 4. Penjualan pribadi (personal selling). Namun pada
perkembangannya promosi juga mencakup dua elemen tambahan yang juga cukup
penting yaitu penjualan langsung (direct marketing) dan media komunikasi
(interactive media). Dua elemen tambahan ini telah digunakan secara luas oleh
pengelola pemasaran dewasa ini untuk berkomunikasi dengan masyarakat
(konsumen) dalam memasarkan produk/jasa mereka.
3
Secara umum media reklame/iklan yang sering digunakan oleh perusahaan
kelas menengah ke atas adalah :
1. Media Elektronik (televisi, radio, internet);
2. Media Cetak (surat kabar, tabloid, majalah);
3. Media Board Advertising (papan reklame).
4
Media elektronik televisi merupakan media yang paling banyak digunakan
perusahaan dalam berkomunikasi dengan masyarakat konsumen, karena dinilai dapat
lebih luas menjangkau masyarakat konsumen yang merupakan target/sasaran dari
produk/jasa pemasaran tersebut. Namun media elektronik televisi juga memiliki
2 Gunawan Rusmanto, Promosi Melalui Media Iklan Televisi dan Efektivitasnya, Rajawali
Press, 2010, hal 7.
3 Bambang Handoko, Pemasaran dan Promosi Abad Millenium, Prenada Media, Jakarta,
2010, hal 43.
4 Ratna Komala Sari, Media Promosi dan Efektivitasnya dalam Meningkatkan Pemasaran,
Visi Media, Jakarta, 2011, hal 29.
Universitas Sumatera Utara

Page 3
3
kelemahan dalam penggunaannya. Kelemahan menggunakan media elektronik
televisi sebagai media untuk melakukan reklame/iklan adalah :
1. Biaya yang cukup mahal, dimana tayangan iklan berdurasi 10 (sepuluh) detik
pada jam tayang utama (pukul 19.30-21.00 WIB) mencapai Rp. 20.000.000 (dua
puluh juta rupiah);
2. Waktu penayangan yang cukup singkat sehingga pesan yang akan disampaikan
kepada masyarakat konsumen tentang informasi keunggulan dan keuntungan
produk/jasa tersebut juga cukup terbatas.5
Penggunaan media elektronik radio juga sering digunakan oleh perusahaan
khususnya untuk kelas menengah ke bawah. Penggunaan media elektronik radio, dari
segi biaya dipandang cukup efisien karena jauh lebih murah dibanding penggunaan
media elektronik televisi. Namun kelemahan penggunaan media elektronik radio
dalam melakukan reklame/iklan adalah :
1. Jangkauan komunitas masyarakat konsumen yang menjadi target/sasaran dari
produk/jasa perusahaan tersebut terbatas, karena dewasa ini pendengar radio dari
segi kuantitas relatif sedikit.
2. Produk/jasa yang diiklankan tidak dapat dilihat secara langsung oleh masyarakat
konsumen, hanya mengandalkan kekuatan audio (suara) tidak dapat
menayangkan gambar.
5 Ibid, hal 32.
Universitas Sumatera Utara

Page 4
4
3. Pesan yang akan disampaikan tentang produk/jasa dengan hanya mengandalkan
kekuatan audio, kemungkinan tidak dapat secara lengkap dipahami/dimengerti
oleh masyarakat konsumen.
6
Kemajuan teknologi informasi melahirkan suatu media sosial di dunia maya
yang dinamakan internet. Internet merupakan media komunikasi dunia maya yang
pada dewasa ini juga banyak dimanfaatkan oleh perusahaan untuk
mereklamekan/mengiklankan produk/jasanya. Bahkan beberapa perusahaan juga
telah membuat situsnya secara khusus di dunia maya tersebut. Tujuan dibuatnya situs
oleh perusahaan tersebut di dunia maya adalah agar dapat berkomunikasi dengan
masyarakat konsumen khususnya para pengguna internet.
Pada umumnya perusahaan yang membuat situsnya secara khusus di dunia
maya, akan memperkenalkan dan memberitahukan secara spesifik produk/jasa yang
akan dipasarkannya, baik secara manfaat penggunaan, keunggulan maupun
keuntungannya. Produk/jasa yang akan dipasarkan tersebut akan ditampilkan di
internet secara spesifik dan lebih menarik dari berbagai sisi pengambilan gambarnya.
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat konsumen yang menjadi sasaran dari produk
jasa tersebut di internet, dapat melihat secara keseluruhan produk/jasa yang
ditawarkan tersebut, sehingga pada akhirnya dapat menimbulkan ketertarikan dari
masyarakat konsumen yang menjadi sasaran di internet tersebut.
7
6Ibid, hal 33.
7Wilson Butarman, Internet dan Manfaatnya Sebagai Media Komunikasi Sosial di Dunia
Maya, Erlangga, 2009, hal 16.
Universitas Sumatera Utara

5.Penggunaan media elektronik internet untuk bereklame/beriklan juga


memiliki kelemahan sebagaimana halnya media-media elektronik lainnya.
Kelemahan tersebut antara lain adalah :
1. Masyarakat konsumen yang menjadi sasaran reklame/iklan di internet tersebut
terbatas jumlahnya dan pada umumnya hanya kalangan menengah ke atas saja
sebagai pengguna internet, namun tidak secara keseluruhan.
2. Tidak dapat dilihat setiap saat produk/jasa yang direklamekan/diiklankan, karena
harus terlebih dahulu membuka situs tersebut dan mengaksesnya dengan
mengandalkan jaringan operator penyedia jasa internet.8
Media cetak berupa Surat Kabar Harian, Tabloid maupun majalah juga
banyak digunakan perusahaan untuk memasang reklame/iklan produk/jasanya.
Pemasangan iklan di media cetak tersebut biasanya dilakukan perusahaan secara
harian setiap kali terbit, atau langsung memesan untuk satu bulan secara berturut-
turut pada surat kabar harian dengan pembayaran secara keseluruhan di depan.
Demikian pula untuk pemasangan iklan pada media cetak tabloid atau majalah yang
pada umumnya terbit sekali seminggu atau sekali sebulan.
Pemasangan iklan pada media cetak surat kabar harian, tabloid maupun
majalah biayanya tergantung pada jumlah kolom yang digunakan dan warna yang
digunakan. Bila jumlah kolom yang digunakan cukup besar dan berwarna, maka
reklame/iklan tersebut memakan biaya yang cukup besar juga untuk sekali terbit. Bila
reklame/iklan tersebut jumlah kolom yang digunakan kecil dan warna yang
8 Ibid, hal 18.
Universitas Sumatera Utara

Page 6
6
digunakan hitam putih, maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
memasang reklame/iklan tersebut juga tidak besar. Iklan yang menggunakan jumlah
kolom yang tidak terlalu besar dan tidak bewarna (hitam putih) biasanya disebut
reklame/iklan keluarga/mini.
9
Pemasangan reklame/iklan pada media cetak perlu penyesuaian dan pemilihan
media cetak yang tepat dalam mempromosikan produk/jasa yang akan dipasarkan
kepada masyarakat konsumen. Pensurvean kalangan pembaca media cetak terutama
surat kabar harian wajib dilakukan terlebih dahulu sebelum melaksanakan
pemasangan reklame/iklan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tujuan pemasangan
reklame/iklan tersebut tidak menjadi salah sasaran terhadap konsumen yang hendak
dituju sehingga maksud dari pemasangan reklame/iklan tersebut dapat sesuai dengan
hasil yang diharapkan.
10
Masing-masing media cetak memiliki kalangan pembacanya
tersendiri dari mulai kalangan pekerja, pelajar, mahasiswa, pengusaha sampai
masyarakat umum. Oleh karena itu perusahaan harus cermat dalam memilih media
cetak yang akan digunakan sebagai sarana untuk mempromosikan produk/jasanya.
11
Media cetak surat kabar harian, tabloid mingguan, majalah juga memiliki
kelemahan dalam pemasangan reklame/iklan. Kelemahan tersebut antara lain
adalah:12
1. Jangkauan media cetak baik surat kabar harian, tabloid maupun majalah terbatas
pada kalangan pembaca tertentu saja.
9Citra Widianty, Iklan Sebagai Media Komunikasi dalam Menunjang Pemasaran Produk/Jasa, Salemba
Empat, Jakarta, 2008, hal 32.
10 Elli Widodo, Iklan dan Pengaruhnya Terhadap Kuantitas Penjualan Produk/Jasa, Media

Computindo, Jakarta, 2011, hal 18.


11Muchtar Suriadi, Iklan Sebagai Sarana Promosi Paling Efektif, Graha Ilmu, Jakarta, 2010, hal 13.

12Rusdi Hutomo, Efektivitas Media Cetak dalam Pelaksanaan Promosi Produk/Jasa, Armico, Bandung,

2010, hal 13.


Universitas Sumatera Utara

Page 7
7
2. Biaya reklame/iklan yang dinilai cukup mahal untuk satu kali pemasangan.
Pada dasarnya pemasangan papan reklame mempunyai prosedur dan tata cara
tersendiri dan dalam pelaksanaannya juga terkait antara beberapa pihak yang
berkepentingan dalam pemasangannya, antara lain :
1. Pihak Pemerintah
Pemerintah yang dimaksud disini adalah pemerintah daerah (kabupaten, kota)
tempat dimana papan reklameakan dipasang. Pemerintah kota/kabupaten
memiliki kewenangan memberi izin pemasangan papan reklame dimaksud sesuai
dengan peraturan daerah setempat yang dikeluarkan oleh Bupati/Walikota, yang
kemudian melimpahkannya di bawah wewenang dinas pertamanan.
2. Pihak Perusahaan Advertising
Pihak perusahaan advertising dalam operasionalnya wajib mengajukan
permohonan untuk memperoleh izin usaha pemasangan papan reklame dengan
terlebih dahulu melengkapi berbagai persyaratan yang telah ditentukan.
3. Pihak Yang Memiliki Tempat untuk Pemasangan Papan Reklame
Tempat yang digunakan untuk pemasangan papan reklame dapat berupa tanah
atau bangunan milik perorangan atau milik pemerintah. Pihak perusahaan
advertising wajib mengadakan perjanjian kepada pihak pemilik tanah/bangunan
baik perorangan maupun pemerintah tersebut. Perjanjian yang dilakukan
perusahaan advertising dengan pemilik lahan/bangunan tempat pemasangan
papan reklame merupakan suatu perjanjian sewa menyewa sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 1548 KUH Perdata, sedangkan perjanjian yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara

Page 8
8
oleh perusahaan advertising dengan perusahaan/produsen yang berkeinginan
mengiklankan jasa/produknya melalui perusahaan advertising merupakan
perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1601 b
KUH Perdata.
Pasal 1548 KUH Perdata menyatakan bahwa
Sewa menyewa ialah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya
kenikmatan dari suatu barang, selama sewaktu-waktu tertentu dan dengan
pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu
disanggupi pembayarannya.
Pasal 1601b KUH Perdata menyatakan bahwa Pemborogan pekerjaan adalah
perjanjian dengan mana pihak yang satu, sipemborong mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan suatu pekerjaan bagi pihak yang lain, pihak yang memborongkan,
dengan menerima suatu harga yang ditentukan.
PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising adalah merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang jasa pemasangan papan reklame didirikan pada tahun 1994 dan
mulai beroperasi pada tanggal 20 Mei 1994, dengan alamat kantor cabang terletak di
Jl. Amaluhur No. 118 Medan.
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di kota Medan dalam
pemasangan papan reklame adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah No. 2
tahun 2004 tentang pajak reklame dan keputusan Walikota Medan No. 26 tahun 2004
tentang pelaksanaan peraturan daerah kota Medan No. 2 tahun 2004 tentang pajak
reklame. Menurut pasal 1 ayat (5) Peraturan Daerah (Perda) kota Medan No.2 tahun
2004 tentang pajak reklame menyatakan bahwa, Penyelenggaraan reklame adalah
Universitas Sumatera Utara
Page 9
9
orang atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas
namanya sendiri, atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya.
Pasal 1 ayat (7) Perda No. 2 tahun 2004 tersebut menyatakan bahwa,
Reklame papan/billboard adalah reklame yang terbuat dari papan kayu, callibrete,
vinyle, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis di pasang atau digantungkan atau
dipasang pada bangunan, halaman atau di atas bangunan.
Dengan demikian perusahaan advertising juga membutuhkan sarana untuk
memasang papan reklame kosong agar dapat dipasarkan kepada produsen,
produk/jasa sebagai sarana reklame/iklan produk/jasa tersebut.13
Sebelum perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising melakukan
pemasangan papan reklamepada tempat yang ditunjuk dan telah disepakati oleh para
pihak, maka pimpinan perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising wajib
terlebih dahulu menghubungi pemilik tempat dimaksud dan membuat suatu
perjanjian sewa menyewa terhadap tempat/bangunan tempat didirikannya papan
reklame tersebut. Selain dari itu setelah memperoleh izin dari pemilik
tempat/bangunan, perusahaan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising wajib pula
meminta persetujuan dari warga disekitar tempat/bangunan berdirinya papan reklame.
Hal ini berhubungan dengan resiko yang akan terjadi dan harus dihadapi oleh
masyarakat yang rumahnya berada disekitar tempat/bangunan berdirinya papan
reklame tersebut.
Perusahaan Periklanan Juga Membutuhkan Iklan Untuk Promosi Jasa Iklannya, Citra Graha
13
Persada, Jakarta, 2010, hal 31.
Universitas Sumatera Utara

Page 10
10
PT. Samsung Elektronik Indonesia adalah sebuah perusahaan penghasil
produk elektronik dengan merek Samsung diantaranya adalah lemari es, mesin cuci,
air conditioner (AC), audio tape, VCD/DVD, televisi dan handphone (telepon
genggam). Perjanjian kerjasama pemasangan papan reklame antara PT. Samsung
Elektronik Indonesia dan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising adalah untuk
iklan promosi produk elektronik handphone (telepon genggam) merek Samsung
dalam berbagai type produk handphone tersebut, diantaranya adalah produk
handphone merek Samsung type C.3520 (model lipat), Samsung C.3350 X Cover Z
(batang) Samsung S.5610 (batang) Samsung Champ 303 K (touch screen) dan
handphone Samsung dengan sistem operasi (OS) Android seperti Samsung Galaxy
dengan type S.5360 Galaxy Y, type S.5660 Galaxy Gio, type S.5830 Galaxy Ace, dan
type I.8150 Galaxy Wonder.
Kedelapan item produk handphone tersebut dipasang gambarnya pada papan
reklame (Billboard) di Jalan Krakatau Simpang Jalan Jemadi Medan. Pemasangan
papan reklame untuk produk handphone Samsung tersebut dipasang secara horizontal
(mendatar) tanpa ada halangan apapun dari benda apapun sehingga kedelapan item
produk handphone Samsung tersebut dapat terlihat dengan jelas dari dua arah (depan
dan belakang) oleh para pengguna jalan umum/jalan raya yang melintas di sekitar
jalan Krakatau Simpang Jalan Jemadi tersebut. Kedelapan item produk handphone
Samsung dibuat dalam gambar berwarna sesuai atau paling tidak mendekati warna
produk aslinya dengan menggunakan warna yang cerah dan bercahaya sehingga dapat
menimbulkan ketertarikan bagi masyarakat pengguna jalan disekitar wilayah tersebut
Universitas Sumatera Utara
Page 11
11
yang melihatnya. Ukuran papan reklame yang disepakati kedua belah pihak yaitu
lebar 5 (lima) meter, panjang 10 (sepuluh) meter, untuk 1 (satu) slide papan reklame.
Pemasangan iklan produk handphone Samsung pada papan reklame
merupakan iklan tambahan bagi perusahaan elektronik Samsung, karena selain
menggunakan sarana papan reklame, Samsung juga menggunakan media televisi,
dan media cetak dalam mempromosikan produk-produk handphone terbarunya,
terutama untuk handphone yang berbasis sistem operasi (OS) Android yang sedang
gencar dipromosikan oleh perusahaan Samsung, dalam upaya merebut pangsa pasar
handphone Pintar (Smartphone) dari pesaing-pesaing utamanya seperti Blackberry,
Iphone, HTC, Nokia dan Sony Ericsson.
Oleh karena itu perusahaan Samsung elektronik telah menggunakan tiga
sarana reklame/iklan dalam mempromosikan produk-produk handphone terbarunya,
khususnya yang memiliki sistem operasi (OS) Android yang sekarang sedang
digemari oleh para pengguna handphone. Ketiga sarana reklame/iklan tersebut adalah
televisi, media cetak, dan papan reklame. Perusahaan Samsung elektronik
mengeluarkan dana yang cukup besar dalam mereklamekan/mengiklankan produk-
produk handphone terbarunya tersebut di ketiga media reklame/iklan tersebut.
Untuk media televisi Samsung memilih RCTI dan SCTV sebagai sarana iklan
untuk mempromosikan produk-produknya, sedangkan untuk media cetak Samsung
memilih kompas dan analisa yang dinilai perusahaan Samsung cukup tepat untuk
mengiklankan produk-produk handphone terbarunya.
Universitas Sumatera Utara

Page 12
12
Alasan Samsung memilih media elektronik televisi RCTI dan SCTV dalam
mengiklankan produknya adalah karena kedua media elektronik tersebut berdasarkan
survei yang dilakukan perusahaan Samsung pada tahun 2011, memiliki
pemirsa/penonton paling banyak diantara seluruh media elektronik televisi yang ada
di Indonesia. Demikian pula untuk media cetak, Samsung memilih kompas dan
analisa sebagai media cetak untuk mengiklankan produknya karena berdasarkan
survei yang dilakukan perusahaan samsung pada tahun 2011, memiliki pembaca
terbanyak diantara media cetak yang ada di Indonesia.14
Untuk media papan reklame (advertising) Samsung telah menetapkan pilihan
kepada PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising sebuah perusahaan advertising
berskala nasional yang telah berpengalaman dalam dunia advertising selama kurun
waktu 15 (lima belas) tahun lebih dan telah banyak menjalin kerjasama dengan
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia dalam melayani jasa reklame/periklanan.
Perjanjian kerjasama jasa pemasangan papan reklame juga telah ditandatangani oleh
PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising
pada tanggal 6 Januari 2012 karena telah adanya kesepakatan diantara kedua belah
pihak berdasarkan surat penawaran yang diajukan oleh PT. Sumo Internusa Indonesia
Advertising tertanggal 4 Januari 2012.
Oleh karena itu perjanjian kerjasama pemasangan papan reklame untuk
produk handphone Samsung telah dipandang sah sesuai Pasal 1320 KUH Perdata
14Eko Imam Suryanto, Prospek Perusahaan Advertising di Indonesia, Media Ilmu, Jakarta,
2011, hal 26.
Universitas Sumatera Utara
Page 13
13
yang menyatakan bahwa syarat-syarat sahnya suatu perjanjian adalah, 1. Sepakat
mereka yang mengikatkan dirinya, 2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan, 3.
Suatu hal tertentu, 4. Suatu sebab yang halal.
Pasal 1320 KUH Perdata tersebut di atas merupakan landasan hukum bagi
legalitas dari suatu perjanjian, apapun bentuk dan jenisnya yang dimaksud dengan
sepakat antara kedua belah pihak yang mengikatkan dirinya ke dalam perjanjian
adalah suatu kesepakatan atas dasar suka sama suka tanpa adanya paksaan ataupun
tekanan dari pihak manapun juga. Kecakapan para pihak yang membuat perjanjian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, kewenangan
bertindak untuk membuat perjanjian tersebut. Hal yang diperjanjikan harus jelas dan
tertentu dan obyek yang diperjanjikan merupakan obyek yang halal. Legal dan tidak
bertentangan dengan undang-undang.
15
Tiap orang bebas membuat perjanjian apa saja dengan ketentuan tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 1338 ayat
(1) KUH Perdata menyatakan bahwa, untuk semua perjanjian yang dibuat secara sah,
berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata ini menjadi dasar dari kebebasan membuat perjanjian bagi siapa saja
yang akan mengikatkan dirinya dalam suatu perjanjian. Konsekuensi hukum dari
Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata tersebut adalah bahwa setiap orang/pihak yang
telah mengikatkan dirinya ke dalam suatu perjanjian harus mematuhi perjanjian
15Salim HS, Hukum Kontrak (Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta,
2001,hal 14.
Universitas Sumatera Utara

Page 14
14
tersebut karena telah berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak yang telah
menandatanganinya.16 Demikian pula halnya dengan perjanjian Pemasangan Papan
Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa
Indonesia Advertising, harus pula tunduk pada Pasal 1320 KUH Perdata sebagai
landasan hukum sahnya suatu perjanjian. Apabila perjanjian Pemasangan Papan
Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa
Indonesia Advertising telah disepakati dan telah ditandatangani oleh kedua belah
pihak, maka sejak saat kesepakatan dan penandatanganan tersebut, maka perjanjian
itu telah berlaku sebagai undang-undang yang harus dipatuhi/ditaati oleh kedua belah
pihak tanpa terkecuali.
Pengingkaran perjanjian tersebut oleh salah satu pihak akan mengakibatkan
terjadinya tuntutan hukum bagi pihak lain yang merasa dirugikan dengan
pengingkaran tersebut. Klausul dalam perjanjian Pemasangan Papan Reklame
tersebut tidak lagi mempunyai dampak hukum apabila perjanjian tersebut telah
berakhir, karena jangka waktunya atau karena diakhiri oleh para pihak atas dasar
kesepakatan bersama.
Oleh karena itu tulisan ini akan membahas secara lebih mendalam mengenai
hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan papan reklame, faktor-
faktor yang dapat menimbulkan sengketa dalam praktek pelaksanaan perjanjian
pemasangan papan reklame dan juga bagaimana penyelesaian hukum sengketa
tersebut dilakukan. Perjanjian pemasangan papan reklame antara PT. Samsung
16 Suharnoko, Hukum Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung 2009, hal 11.
Universitas Sumatera Utara
Page 15
15
Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu dan dengan ketentuan-ketentuan tertentu pula yang telah
disepakati kedua belah pihak.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian Pemasangan Papan
Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa
Indonesia Advertising di Medan?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan sengketa dalam praktek
pelaksanaan perjanjian Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung
Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising di
Medan?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa yang terjadi dalam pelaksanaan perjanjian
Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan
PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising di Medan?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara

Page 16
16
1. Untuk mengetahui dan menganalisis hak dan kewajiban para pihak yakni PT.
Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising
dalam perjanjian pemasangan papan reklame di Medan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang dapat menimbulkan
sengketa dalam praktek pelaksanaan perjanjian Pemasangan Papan Reklame
antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia
Advertising di Medan.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
para pihak dalam penyelesaian sengketa dalam praktek pelaksanaan perjanjian
Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan
PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising di Medan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang saran dalam
ilmu hukum pada umumnya dan hukum perjanjian pada khususnya, terutama
mengenai kedudukan para pihak dalam perjanjian pemasangan papan reklame,
disamping itu juga dapat menjadi literatur dalam memperkaya khazanah dan
kepustakaan serta perkembangan ilmu hukum bidang keperdataan dan
kenotariatan di perguruan tinggi.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para
pihak yang melaksanakan perjanjian pemasangan papan reklame, agar para pihak
Universitas Sumatera Utara

Page 17
17
lebih mengetahui dan memahami secara mendalam hak dan kewajiban para
pihak sesuai prosedur hukum perjanjian jual beli yang terdapat dalam KUH
Perdata dan juga memahami tata cara praktek pelaksanaan perjanjian
pemasangan papan reklame tersebut apabila terjadi perbedaan pendapat ataupun
perselisihan antara kedua belah pihak dalam upaya mencari penyelesaian sesuai
prosedur hukum yang berlaku pula. Kepada masyarakat pada umumnya, agar
dapat mengetahui secara lebih mendalam tentang kedudukan hukum para pihak
dalam Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia
dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah
dilakukan baik diperpustakaan Ilmu Magister hukum maupun pada perpustakaan
Magister Kenotariatan di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) Medan
sejauh yang diketahui tidak ditemukan judul yang sama dengan judul penelitian ini.
Adapun judul penelitian yang ada kaitannya dengan masalah perjanjian adalah
sebagai berikut :
1. Nazwa Muis (NIM : 057011063), dengan judul Analisis Terhadap Risiko Hukum
Yang Terjadi Dalam Pemasangan Papan Reklame (Studi di Kota Medan).
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut di atas adalah : Bagaimana
penerapan Peraturan Daerah kota Medan tentang pembayaran pajak pemasangan
papan reklame dan bagaimana pertanggungjawaban resiko yang timbul apabila
Universitas Sumatera Utara

Page 18
18
terjadi kerugian karena keadaan memaksa (force majeure) dalam pemasangan
papan reklame tersebut.
2. Yulizar Andythia (NIM : 097011091), dengan judul Tanggung Jawab Lembaga
Penyiaran Radio Dan Produsen Dalam Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama
Pemasangan Iklan.
Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut di atas meliputi ruang
lingkup hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian pemasangan iklan
melalui radio, bagaimana penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan perjanjian
pemasangan iklan radio tersebut dan perlindungan pemerintah terhadap lembaga
penyiaran dan konsumen dari iklan yang menyesatkan.
Substansi permasalahan yang dibahas didalam penelitian tersebut di atas
adalah berbeda pembahasannya dengan pembahasan dalam penelitian ini. Oleh
karena itu penelitian ini adalah asli adanya. Artinya secara akademik penelitian ini
dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, karena belum ada yang melakukan
penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atas butir-butir pendapat teori, tesis
mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi dasar perbandingan, pegangan
teoritis.
17
Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan
17 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung 1994, hal 80.
Universitas Sumatera Utara

Page 19
19
pedoman/petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati18. Menurut
teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan (recht
gewichtigeheid), kemanfaatan dan kepastian hukum (rechtzekerheid).
19
Apeldoorn
menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat
secara damai dan adil, untuk mencapai kedamaian hukum, harus diciptakan
masyarakat yang adil dengan mengadakan penyatuan antara kepentingan yang
bertentangan satu sama lain, dan setiap orang harus memperoleh hak-haknya sesuai
hukum yang berlaku dalam hal mewujudkan keadilan.20 Menurut W. Friedman, suatu
undang-undang harus memberikan keadaan yang sama kepada semua pihak,
walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara pribadi-pribadi tersebut.
21
Pembahasan tentang hubungan perjanjian para pihak pada hakikatnya tidak
dapat dilepaskan dalam hubungannya dengan masalah keadilan. Perjanjian sebagai
wadah yang mempertemukan kepentingan satu dan lain pihak menuntut bentuk
pertukaran kepentingan yang adil. Oleh karena itu teori yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah teori keadilan/keseimbangan yang dipelopori oleh Aristoteles.
Keadilan/keseimbangan menurut Aristoteles adalah suatu tindakan untuk
memperlakukan setiap orang/pihak sebagai subjek hukum secara seimbang
(proporsional) sesuai dengan hak dan kewajibannya masing-masing.
22
Di dalam karya
18 Lexy J Molloeng, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal 35.
19 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (suatu kajian Filosofi dan Sosiologi). Pernada Media, Jakarta,
hal 85.
20 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2008. hal 57.

21 W. Friedman, Teori dan Filsafat Hukum Dalam Buku Telaah Kasus atas teori-teori hukum,

diterjemahkan dari buku aslinya legal Theory terjemahan Muhammad.


22 K. Bertens, Etika Bisnis, Kanisius, Yogyakarta, 2000, hal 86.
Universitas Sumatera Utara

Page 20
20
ilmiahnya yang berjudul Nichomacthean Ethics, Aristoteles menjabarkan
keadilan/keseimbangan tersebut menjadi 3 (tiga) pengertian yaitu :
a. Keadilan distributif (distributive justice), yang mempunyai pengertian dimana
semua hak-hak dan keuntungan harus dibagi secara adil.
b. Keadilan retributif (retributive justice), dimana hak-hak dan keuntungan dibagi
berdasarkan andil atau jasa-jasanya.
c. Keadilan kompensatoris (compensatory justice), dimana hak-hak dan keuntungan
dibagikan kepada pihak lain berdasarkan besar kerugian yang dideritanya.23
Dari beberapa pengertian tentang keadilan tersebut di atas, keadilan distributif
dipandang sebagai awal mula segala jenis teori keadilan. Dinamika keadilan yang
berkembang di masyarakat dalam telaah para ahli hukum pada umumnya
berlandaskan pada teori keadilan distributif, meskipun dengan berbagai versi dan
pandangan masing-masing, oleh karena itu dalam suatu perjanjian harus dilandasi
pemikiran proporsional yang terkandung dalam keadilan distributif. Keadilan dalam
melaksanakan perjanjian lebih termanifestasi apabila kepentingan para pihak
terdistribusi sesuai dengan hak dan kewajibannya secara proporsional.24
Hukum perjanjian diatur dalam Buku III KUH Perdata yang terdiri dari 18
Bab dan 631 Pasal, dimulai dari Pasal 1233 sampai dengan pasal 1864 KUH Perdata.
Secara garis besar, perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata adalah perjanjian jual
beli, tukar menukar, sewa menyewa, kerja, perkumpulan, hibah, penitipan barang,
23 Otje Salman, Teori Hukum. Rajawali Press, 2009. Hal. 52.
24 Munir Fuady, Hukum Kontrak, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal 38.
Universitas Sumatera Utara

Page 21
21
pinjam pakai bunga tetap dan abadi, untung-untungan, pemberian kuasa penanggung
utang dan perdamaian. Dalam teori ilmu hukum perjanjian-perjanjian di atas disebut
dengan istilah perjanjian nominaat.
Di luar KUH Perdata dikenal pula perjanjian lainnya, seperti perjanjian joint
venture, produce sharing, franchise, perjanjian kerja sewa dan lain sebagainya.
Perjanjian jenis ini disebut innominaat yaitu perjanjian yang timbul, tumbuh dan
berkembang dalam praktek kehidupan masyarakat. Keberadaan perjanjian baik
nominaat maupun innominaat tidak terlepas dari adanya sistem yang berlaku dalam
hukum perjanjian itu sendiri.25
Sistem pengaturan hukum perjanjian adalah sistem terbuka (open system)
yang mengandung kebebasan untuk mengadakan perjanjian, baik yang sudah diatur
maupun yang belum diatur dalam undang-undang. Dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata secara tegas menyatakan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah
berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Jika dianalisa lebih
lanjut maka ketentuan Pasal tersebut memberikan kebebasan para pihak untuk :
26
1. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
2. Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
3. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
4. Menentukan bentuk perjanjian apakah tertulis atau lisan.
25 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung 1995, hal 29.
26 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1996, hal 43.
Universitas Sumatera Utara

Page 22
22
Hukum perjanjian adalah bagian dari hukum perdata (Privat). Hukum ini
memusatkan perhatian pada kewajiban untuk melaksanakan kewajiban sendiri (Self
Limpoused Obligation). Disebut sebagai bagian dari hukum perdata disebabkan
karena pelanggaran terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam perjanjian
murni menjadi tanggung jawab pihak-pihak yang membuat perjanjian.
27
Dalam suatu perjanjian terdapat 5 (lima) asas yang dikenal dalam ilmu hukum
perdata. Kelima asas itu antara lain adalah asas kebebasan berkontrak, asas
konsensualisme, asas kepastian hukum, asas itikad baik dan asas kepribadian.28
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa asas kebebasan berkontrak termaktub
dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Pihak yang sepakat melakukan perjanjian dianggap mempunyai
kedudukan yang seimbang serta berada dalam situasi dan kondisi yang bebas
menentukan kehendaknya untuk melakukan perjanjian. Kebebasan berkontrak juga
ditegaskan dalam Pasal 1321 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu
kesepakatan ini dibuat harus bersifat bebas. Kesepakatan tidaklah sah apabila
diberikan berdasarkan kekuatan atau diperbolehnya dengan penipuan atau paksaan. 29
Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUH
Perdata yang menyatakan bahwa salah satu syarat sahnya suatu perjanjian adalah
27 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1994, hal 16
28 Qirom A. Meliala, Pokok-pokok Hukum Perikatan beserta perkembangannya, Liberty
Yogyakarta, 1985, hal 18.
29 Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Grafindo
Persada, Jakarta, 2003, hal 34.
Universitas Sumatera Utara

Page 23
23
adanya kata sepakat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian. Asas
kepastian hukum yang lazim disebut juga dengan asas Pacta Sunt Servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas ini mensyaratkan
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi perjanjian yang dibuat
oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah Undang-Undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Asas
ini dapat disimpulkan dari Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Asas itikad baik (good
faith) tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata yang menyatakan perjanjian
harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh para pihak yang mengikatkan diri ke
dalam perjanjian tersebut. Asas itikad baik dapat dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad baik nisbi, harus
memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad baik
mutlak, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang
obyektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang obyektif.
Asas kepribadian (rechtpersonality) merupakan asas yang menentukan bahwa
seseorang yang akan melakukan dan atau membuat perjanjian harus menyatakan
kehendaknya dan kesediaannya untuk mengikatkan diri. Pernyataan kedua belah
pihak yang memiliki kesesuaian inilah yang disebut dengan kesepakatan
(konsensus)
30
. Pasal 1337 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu sebab adalah
terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang, atau apabila berlawanan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum. Penilaian terlarang dalam hal ini adalah apabila
30 RM. Suryodiningrat, Asas-asas Hukum Perikatan,Tarsito, Bandung, 1985, hal 23.
Universitas Sumatera Utara

Page 24
24
objek yang diperjanjikan merupakan sesuatu yang terlarang, atau berlawanan dengan
undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu
perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang atau lebih. Peristiwa pengikatan diri kedalam satu perjanjian ini menimbulkan
suatu hubungan hukum antara pihak-pihak yang melakukan perjanjian yaitu berupa
suatu perikatan yang mengandung janji atau kesanggupan atas apa yang diucapkan
atau dituliskan oleh para pihak yaitu pihak yang berhak dan pihak yang
berkewajiban.31
Dari rumusan di atas dapat dikatakan bahwa perjanjian adalah hubungan
hukum yang lahir dari adanya kesepakatan antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
yang satu mengikatkan dirinya pada lapangan harta kekayaan dan pihak kedua berhak
untuk menuntut prestasi yang disepakati bersama.
Pasal 1330 KUH Perdata menyatakan tentang orang-orang yang dipandang tidak
cakap bertindak membuat perjanjian yaitu :
1. Orang yang belum dewasa sebagaimana yang dinyatakan dalam Pasal 330 KUH
Perdata yaitu mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih
dahulu kawin.
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan sebagaimana yang dinyatakan oleh
Pasal 433 KUH Perdata yaitu mereka yang ditaruh di bawah pengampuan adalah
setiap orang dewasa yang selalu berada dalam keadaan dirinya sakit otak atau
31 Munir Fuady, Op Cit, hal 42.
Universitas Sumatera Utara

Page 25
25
mata gelap atau terlalu boros, sehingga tidak mampu bertanggung jawab atas
kepentingan sendiri karena itu dalam melakukan suatu perbuatan hukum mereka
diwakili oleh pengampunya (curator).
32
3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan
pada umumnya semua orang pada siapa undang-undang telah melarang membuat
persetujuan-persetujuan tertentu. Hal ini termaktub dalam Pasal 1467 KUH
Perdata bahwasanya antara suami isteri tidak diperbolehkan persetujuan jual beli
Pasal 1678 KUH Perdata juga menentukan bahwa antara suami-isteri selama
dalam ikatan perkawinan dilarang mengadakan penghibahan. Namun ketentuan
ini tidak berlaku terhadap hadiah-hadiah atau pemberian benda-benda bergerak
yang harganya tidak terlalu tinggi mengingat kemampuan penghibah.
Perjanjian Pemasangan Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik
Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising merupakan perjanjian
innominaat (on benoemde). Perjanjian innominaat biasa juga disebut sebagai
perjanjian tidak bernama (ongenoemde overeenkomst) yang merupakan keseluruhan
kaidah hukum yang mengkaji berbagai perjanjian yang timbul, tumbuh dan hidup
dalam masyarakat dan perjanjian tersebut belum dikenal pada saat KUH Perdata
diundangkan.
33
Perjanjian innominaat (tak bernama) dapat diartikan sebagai
perjanjian-perjanjian yang muncul dan berkembang dalam masyarakat karena
kebutuhan masyarakat itu sendiri. Contoh Perjanjian innominaat (tak bernama)
32 Wirjono Prodjo Dikoro, Asas Hukum Perdata, SUMUR, Bandung, 1992, hal 7.
33 Ridwan Susanto, Perjanjian-perjanjian Di Luar KUH Perdata, Prenada Media, 2010, hal 10.
Universitas Sumatera Utara

Page 26
26
tersebut antara lain adalah; perjanjian production sharing, joint venture, perjanjian
karya, leasing, beli sewa, franchise, perjanjian konstruksi dan termasuk perjanjian
pemasangan papan reklame yang akan dibahas dalam tulisan ini.
Unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian innominaat (tak
bernama) adalah sebagai berikut :
1. Adanya kaidah hukum baik tertulis maupun tidak tertulis;
2. Adanya subyek hukum yaitu pendukung hak dan kewajiban subyek hukum
dalam perjanjian innominaat adalah debitor dan kreditor, badan pelaksanaan
badan usaha atau tetap, pengguna jasa dan penyedia jasa dan lain-lain;
3. Adanya obyek yang erat kaitannya dengan prestasi, pokok prestasi dalam
perjanjian innominaat tergantung pada jenis perjanjian yang menjadi pokok
prestasinya. Di dalam penulisan ini yang menjadi pokok prestasi adalah
melaksanakan pemasangan/pendirian papan reklame untuk produk elektronik
handphone merek Samsung di Jalan Jemadi Simpang Jalan Krakatau Medan.
34
Hukum perjanjian diatur dalam buku III KUH Perdata yaitu pada Pasal 1319
KUH Perdata yang menyatakan bahwa, Semua perjanjian baik mempunyai nama
khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu tunduk pada peraturan
umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lalu. Ketentuan ini mensyaratkan
bahwa perjanjian, baik yang mempunyai nama dalam KUH Perdata maupun yang
tidak dikenal dengan suatu nama tertentu (tidak bernama) tunduk pada buku III KUH
Perdata.
34 Amir Rusdi, Perjanjian Dagang, Media Computindo, Jakarta, 2008, hal 16.
Universitas Sumatera Utara

Page 27
27
Dengan demikian para pihak yang mengadakan perjanjian innominaat tidak
hanya tunduk pada berbagai peraturan yang mengaturnya, tetapi para pihak juga
tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam KUH Perdata. Berbagai
ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur tentang perjanjian innominaat yang
terdapat di luar KUH Perdata, diantaranya adalah artikel 1355 NBW, Stb 1973
Nomor 289 tentang Beli Sewa Rumah, Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi, Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan
Gas Bumi, Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba
(Franchise), Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan Perindustrian dan
Perdagangan Nomor Kep-122/MK/IV/12/1974, Nomor 32/M/SK/2/1974 dan Nomor
30/KPB/I/1974 tentang Perizinan Usaha Leasing.
Secara khusus, peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
perjanjian innominaat dapat dilihat dalam ketentuan-ketentuan sebagaimana yang
telah disebutkan di atas. KUH Perdata merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang
bersifat umum, sedangkan ketentuan hukum yang mengatur perjanjian innominaat
merupakan ketentuan hukum yang bersifat khusus. Dengan demikian berlaku asas
Lex Specialis derogate lex generali, yang artinya undang-undang yang bersifat
khusus mengesampingkan undang-undang yang bersifat umum. Pada saat undang-
undang yang bersifat khusus tidak mengatur secara rinci tentang masalah hukum
tertentu, maka dapat digunakan undang-undang yang bersifat umum.
Pasal 1320 KUH Perdata bila dihubungkan dengan Pasal 1335 Juncto Pasal
1337 KUH Perdata, diatur sebagai tujuan bersama yang hendak dicapai oleh para
Universitas Sumatera Utara

Page 28
28
pihak dalam hubungan perjanjian yang mereka buat, sedangkan isi perjanjian terkait
dengan penentuan sifat serta luasnya hak dan kewajiban yang timbul dari hubungan
perjanjian para pihak terkait dengan substansi hak dan kewajiban yang saling
dipertukarkan oleh para pihak.
35
Pada dasarnya setiap perjanjian yang dibuat para pihak harus dapat
dilaksanakan dengan sukarela atau dengan itikad baik oleh masing-masing pihak.
Namun dalam kenyataannya perjanjian yang telah disepakati oleh para pihak sering
kali menimbulkan sengketa. Untuk itu diperlukan suatu pranata hukum untuk
menyelesaikan sengketa tersebut. Pola penyelesaian sengketa dalam bidang perjanjian
dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bagian besar yaitu :
1. Melalui jalur musyawarah mufakat yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak;
2. Melalui jalur mediasi dengan menggunakan mediator, atau melalui jalur
alternatif penyelesaian sengketa (alternative dispute resolution);
3. Melalui litigasi (pengadilan).
2. Konsepsi
Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum di samping sarana yang
lainnya, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk
konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum.
Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu
Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian (Asas Proporsional Dalam Kontrak Komersial),
35
Lambang Mediatama, Yogyakarta, 2008, hal 199.
Universitas Sumatera Utara

Page 29
29
proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis. 36 Kerangka
konsepsional mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan
dipergunakan sebagai dasar penelitian hukum perjanjian Pemasangan Papan
Reklame.
37
Konsep merupakan salah satu bagian penting dari teori. Dalam suatu
penelitian, konsepsi dapat diartikan sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak
menjadi sesuatu yang konkrit, yang disebut dengan defenisi operasional, pentingnya
defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan pengertian atau
penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah yang dipakai, oleh karena itu dalam
penelitian ini dirumuskan kerangka konsepsi sebagai berikut :
1. Perjanjian pamasangan papan reklame adalah suatu hubungan hukum antara PT.
Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising
dalam hal pelaksanaan Pemasangan Papan Reklame di Medan untuk produk
Elektronik handphone merek Samsung dalam jangka waktu yang telah disepakati
bersama oleh kedua belah pihak.
2. Papan reklame adalah suatu media berbentuk persegi empat yang digunakan
untuk mempublikasikan produk/jasa tertentu yakni produk elektronik handphone
merek Samsung kepada khalayak, agar dapat diketahui dan dikenal secara luas.
3. PT. Samsung Elektronik adalah perusahaan yang bergerak di bidang produk
elektronik, khususnya handphone yang mempunyai merek Samsung.
Sajipto Raharjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti Bandung, 1996, hal 397.
36
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tujuan Singkat,
37
Raja Grafindo, Jakarta, 1995, hal 7.
Universitas Sumatera Utara

Page 30
30
4. PT. Sumo Internusa Indonesia Advertising adalah perusahaan yang bergerak di
bidang jasa advertising/reklame/iklan suatu produk/jasa melalui media papan
reklame yang dipasang pada perempatan jalan atau pada suatu tempat tertentu
yang strategis sehingga dapat dilihat oleh masyarakat luas khususnya para
pengguna jalan umum.
5. Klausul perjanjian adalah butir perjanjian yang dibuat secara tertulis yang
memuat syarat-syarat dan ketentuan pelaksanaan pemasangan papan reklame
antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dan PT. Sumo Internusa Indonesia
Advertising di Medan yang merupakan hasil kesepakatan kedua belah pihak yang
dibuat secara profesional, adil dan seimbang.
6. Sengketa adalah suatu keadaan hukum dimana terjadi perbedaan pendapat (opini)
antara para pihak yang terlibat dalam perjanjian pemasangan papan reklame yang
membutuhkan suatu penyelesaian secara hukum pula.
7. Wanprestasi adalah suatu keadaan hukum dimana salah satu pihak ingkar
janji/cidera janji sehingga menimbulkan akibat hukum suatu kerugian kepada
pihak lain yang terlibat di dalam perjanjian pemasangan papan reklame tersebut.
8. Hak dan kewajiban adalah suatu keadaan hukum yang melahirkan prestasi di satu
sisi dan kontraprestasi di sisi lain yang wajib dipenuhi oleh masing-masing pihak
yang terlibat didalam perjanjian pemasangan papan reklame.
G. Metode Penelitian
1. Sifat dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif (yuridis normatif),
dimana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan
perundang-undangan yang berlaku mengenai perjanjian dan bahan hukum lainnya.
Universitas Sumatera Utara

Page 31
31
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif analitis, maksudnya dari penelitian ini
diharapkan akan diperoleh gambaran secara rinci dan sistematis tentang permasalahan
yang akan diteliti. Analisis dimaksudkan berdasarkan gambaran, fakta yang diperoleh
akan dilakukan secara cermat bagaimana menjawab permasalahan.
2. Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder
yaitu data yang dikumpulkan melalui studi dokumen terhadap bahan kepustakaan
yang terdiri dari :
1. Bahan hukum primer yang berupa norma/peraturan dasar dan peraturan
perundang-undangan. Dalam penelitian ini bahan primer adalah Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan perjanjian Pemasangan Papan
Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo Internusa
Indonesia Advertising.
2. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya
ilmiah hukum tentang hukum perjanjian pada umumnya dan perjanjian
Pemasangan Papan Reklame pada khususnya.
3. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi pertunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum,
ensiklopedia, kamus umum dan lain sebagainya.
3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data sekunder (bahan hukum) dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research). Alat pengumpulan
data yang digunakan yaitu dengan studi dokumen untuk memperoleh data sekunder,
Universitas Sumatera Utara

Page 32
32
dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisa data
primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu
dalam penelitian ini juga dilakukan pengumpulan data primer dengan teknik
wawancara, menggunakan pedoman wawancara terhadap manajer operasional PT.
Sumo Internusa Indonesia Advertising dan kepala Cabang PT. Samsung Elektronik
Indonesia di Medan, yang dalam penelitian ini memiliki kapasitas sebagai informan
dan narasumber.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan
data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.
38
Di
dalam penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan
untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi
berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis primer, sekunder maupun
tertier, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.
39
Dalam penelitian ini
bahan-bahan hukum tertulis yang digunakan adalah klausul perjanjian kerjasama
pemasangan papan reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT.
Sumo Internusa Indonesia Advertising di Medan, hukum perjanjian sebagaimana
yang termuat dalam KUH Perdata```, literatur-literatur dan karya ilmiah yang
berhubungan dengan masalah hukum periklanan yang terkait dengan pembahasan
38 Bambang Suggono, Metode Penelitian Huluan, raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal 106.
39 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal 25.
Universitas Sumatera Utara

Page 33
33
dalam penelitian ini, yang dijadikan pedoman untuk menghasilkan jawaban yang
selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Semua data yang diperoleh tersebut di atas di analisa secara kualitatif, dan
penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan metode logika deduktif, yaitu
penarikan kesimpulan diawali dari hal-hal yang bersifat umum (kaidah hukum yang
terdapat dalam KUH Perdata) menuju hal-hal yang bersifat khusus (Pemasangan
Papan Reklame antara PT. Samsung Elektronik Indonesia dengan PT. Sumo
Internusa Indonesia Advertising di Medan.40
40Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2001, hal 36.
Universitas Sumatera Utara

You might also like