Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan inflamasi akut telinga tengah yang
berlangsung kurang dari tiga minggu (Donaldson, 2015). Yang dimaksud dengan
telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani
dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius
(Tortora dkk, 2009).
Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang cukup berkaitan
dengan terjadinya OMA. Kasus OMA secara umum banyak terjadi pada anak- anak
dibandingkan kalangan usia lainnya. Kondisi demikian terjadi karena faktor anatomis,
dimana pada fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba Eustachius
memang memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase yang minimal
dibandingkan dengan usia lebih dewasa. Hal inilah yang membuat kecenderungan
terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar dan lebih ekstrim dibandingkan usia
dewasa (Tortora dkk, 2009).
Berdasarkan realita yang ada, Donaldson menyatakan bahwa anak-anak
berusia 6-11 bulan lebih rentan terkena OMA, dimana frekuensinya akan berkurang
seiring dengan pertambahan usia, yaitu pada rentang usia 18-20 bulan. Pada usia yang
lebih tua, beberapa anak cenderung tetap mengalami OMA dengan persentase
kejadian yang cukup kecil dan terjadi paling sering pada usia empat tahun dan awal
usia lima tahun. Setelah gigi permanen muncul, insidensi OMA menurun dengan
signifikan, walaupun beberapa individu yang memang memiliki kecenderungan
tinggi mengalami otitis tetap sering mengalami episode eksaserbasi akut hingga
memasuki usia dewasa. Kadang-kadang, individu dewasa yang tidak pernah memiliki
riwayat penyakit telinga sebelumnya, namun mengalami Infeksi Saluran Pernafasan
Atas (ISPA) yang disebabkan oleh adanya infeksi virus juga mengalami OMA
(Donaldson, 2015).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan dalam. Telinga tengah
berbentuk kubus dengan perbatasan (Soepardi, 2007):
Luar : membran timpani
Depan : tuba eustachius
Bawah : vena jugularis
Belakang : aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Atas : tegmen timpani (meningen/ otak)
Dalam : (dari atas ke bawah) kanalis semisirkularis horizontal, kanalis
fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran Shrapnell), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran propia).
Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang
telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian
luar dan sirkuler di bagian dalam. Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut
atik. Di tempat ini terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan
telinga tengah dengan antrum mastoid (Soepardi, 2007).
Gambar 2.2. Serat radier, sirkular, dan parabolik dari pars tensa (Dhingra, 2014)
2.3 Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.Banyak ahli membuat
pembagian dan klasifikasi otitis media (Soepardi, 2007). Otitis media akut merupakan
inflamasi pada telinga tengah dalam waktu 3 minggu pertama (Donaldson, 2015).
2.4 Epidemiologi
Otitis media akut sering terjadi pada anak, hal ini dikarenakan tuba eustachius
yang lebar dan pendek (Bull, 2003). Di Amerika Serikat, 70% anak telah mengalami
OMA setidaknya satu kali sebelum usia 2 tahun. Puncak kejadian otitis media akut
adalah pada anak berusia 3-18 bulan (Donaldson, 2015).
Anak yang telah mengalami enam kali serangan otitis media atau lebih disebut
dengan istilah "cenderung otitis".Suatu penelitian oleh Howie menunjukkan bahwa
suatu episode infeksi S.pneumoniae dalam tahun pertama kehidupan telah
dihubungkan dengan berlanjutnya insidens episode otitis media akut berulang.
Keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak wanita.
Delapan serotipe S.pneumoniae bertanggung jawab lebih atas lebih dari 75% episode
otitis media akut (Boies, 1997).
2.5 Etiologi
Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptococcus
hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus.Selain itu, kadang-kadang
ditemukan juga Hemophylus influenza, Escherichia coli dan Pseudomonas
aurugenosa (Soepardi, 2007). Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan
organisme penyebab tersering pada semua kelompok umur (Boies, 1997). Hemophlus
influenza sering ditemukan pada anak yang berusia di bawah 5 tahun, meskipun juga
merupakan patogen pada orang dewasa (Soepardi, 2007).
Apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba eustachius merupakan
predisposisi terjadinya infeksi telinga tengah. Hal-hal tersebut seperti (Dhingra,
2014):
Serangan ISPA berulang
Infeksi tonsil dan adenoid
Rinitis dan sinusitis kronik
Alergi
Tumor nasofaring, mengorek hidung
Palatoschisis
2.6 Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan
faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke
dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan antibodi. Otitis
media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu (Soepardi, 2007).
Sebagai pelengkap mekanisme pertahanan di permukaan, suatu anyaman kapiler
subepitel yang penting menyediakan pula faktor-faktor humoral, leukosit PMN dan
sel fagosit lainnya (Boies, 1997).
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis
media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam
telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan
terjadi peradangan (Soepardi, 2007).
Dikatakan juga bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas
atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi, terjadinya OMA dipermudah oleh karena
tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal (Soepardi, 2007).
Terdapat beberapa rute infeksi sehingga terjadi otitis media akut, antara lain
(Dhingra, 2014):
1. Melalui tuba eustachius. Merupakan rute paling sering. Infeksi berpindah
melalui lumen.
2. Melalui telinga luar. Trauma perforasi pada membran timpani akan membuka
jalan terjadinya infeksi telinga tengah
3. Peredaran darah. Merupakan rute yang sangat jarang
Seringkali infeksi awalnya disebabkan oleh virus, namun reaksi alergi dan
kondisi inflamasi lain yang melibatkan tuba eustachius turut berperan. Inflamasi pada
nasofaring meluas ke tepi medial dari tuba eustachius, menyebabkan stasis dan
inflamasi. Hal tersebut mengakibatkan penurunan tekanan di dalam telinga tengah.
Keadaan stasis mendukung terjadinya kolonisasi bakteri patogen di dalam ruang
telinga tengah. Respon yang terjadi berupa reaksi inflamasi akut seperti vasodilatasi,
eksudat, invasi leukosit, fagositosis, dan reaksi imunologis lokal di dalam telinga
tengah (Donaldson, 2015).
Untuk menjadi patogen di daerah seperti telinga atau sinus, bakteri harus
melekat pada lapisan mukosa. Infeksi virus yang menyerang dan merusak permukaan
mukosa traktus respiratorius mengakibatkan bakteri dapat tumbuh patogen di daerah
nasofaring, tuba eustachius, dan ruang telinga tengah (Donaldson, 2015).
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.Pada stadium oklusi
pengobatan terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius, sehingga
tekanan negatif di telinga tengah hilang.Untuk ini diberikan obat tetes hidung. HCl
efedrin 0,5% dalam larutan fisiologis (anak < 12 tahun) atau HCl efedrin 1% dalam
alrutan fisiologis untuk yang berumur di atas 12 tahun dan orang dewasa. Selain itu
sumber infeksi harus diobati.Antibiotika diberikan apabila penyebab penyakit adalah
kuman, bukan oleh virus atau alergi (Soepardi, 2007).
Terapi pada stadium presupurasi ialah antibiotika, obat tetes hidung, dan
analgetika. Antibiotika yang dianjurkan ialah dari golongan penisilin atau
ampisilin.Terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar didapatkan konsentrasi
yang adekuat di dalam darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung,
gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan.Pemberian antibiotika
dianjurkan minimal selama 7 hari.Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka
diberikan eritromisin. Pada anak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kgBB
per hari, dibagi dalam 4 dosis, atau amoksisilin 40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3
dosis, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari (Soepardi, 2007).
2.11 Prognosis
Kematian yang disebabkan oleh OMA sangat jarang di era modern ini.
Dengan terapi antibiotik yang efektif, tanda sistemik seperti demam dan letargis akan
menghilang bersamaan dengan hilangnya nyeri dalam waktu 48 jam. Dan biasanya
tuli pendengaran konduktif jugaakan membaik. Efusi telinga tengah dan tuli
pendengaran konduktif dapat menetap selama periode terapi, dengan perkiraan 70%
anak akan mengalami efusi telinga tengah dalam waktu 14 hari, 50% dalam satu
bulan, 20% dalam 2 bulan, dan 10% setelah 3 bulan (Donaldson, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Boies, Adams, Higler. Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. 1997
Bull TR. Color Atlas of ENT Diagnosis 6th ed. London: Thieme. 2003
Dhingra PL, Dhingra S, Dhingra D. Disease of Ear Nose and Throat & Head and
Harmadji, S., Soepriyadi, & Wisnubroto. (2005). Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/.
In R. d. Soetomo, Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit
Telinga, Hidung, dan Tenggorokan Edisi ke-3 (pp. 10-13). Surabaya: FK UNAIR.
Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology A Step by Step Learning
Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2007
Tortora GJ. Principles of Anatomy and Physiology 13th ed. USA: Biological Science
Textbook. 2012