You are on page 1of 13

FAKTOR-FAKTOR TERJADINYA TRIP GENERATION DI KOTA

BANDUNG
Oleh : Kelompok 4

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Konteks perjalanan antar kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dalam sebuah kota
dikenal fenomena bangkitan perjalanan (trip generation). Bangkitan perjalanan sebenarnya
memiliki pengertian sebagai jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh zona permukiman baik
sebagai asal maupun tujuan perjalanan atau jumlah perjalanan yang dibangkitkan oleh aktifitas
pada akhir perjalanan di zona non permukiman (pusat perdagangan, pusat pertokoan, pusat
pendidikan, industri dan sebagainya). Pada pembahasan trip generation kali ini akan mengambil
tema pergerakan di wilayah Kota Bandung.
Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan di indonesia yang memiliki aktifitas
perekonomian cukup sibuk, khususnya di wilayah jawa barat. Perkembangan wilayah Kota
Bandung berlangsung dengan sangat pesat dan memberi pengaruh di kota sekitarnya (hinterland),
baik dengan perkembangan kota inti maupun efek limpahan kegiatan (spill over) ke kota-kota di
sekitarnya. Pelimpahan kegiatan ini dapat dipandang sebagai suatu potensi maupun sebagai suatu
beban atau masalah. Sebagai suatu potensi apabila limpahan kegiatan tersebut dapat dikelola
sedemikian rupa sehingga turut menunjang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
pembangunan kota-kota di sekitar kota inti, dan sebagai masalah apabila limpahan kegiatan
tersebut tidak dapat dikelola dengan baik sehingga hanya menimbulkan beban pelayanan.
Sebagai kota yang sibuk dengan aktifitas ekonominya, kota bandung memiliki pergerakan
transportasi yang sangat besar, terutama pergerakan yang berasal dari wilayah bandung raya
(hinterland kota bandung). Daerah yang berada di sekitar kota bandung memiliki hubungan
aktifitas yang tidak dapat dipisahkan karena kota bandung sebagai pusat pelayanan utama dan
terbesar di jawa barat terdapat fasilitas umum dan pusat kegiatan pemerintahan, perekonomian
serta perdagangan dan jasa. Sehingga, kepentingan masyarakat untuk melakukan perjalanan ke ke
kota bandung sangat besar, dan menimbulakan trip generation dari wilayah pinggiran ke pusat
kota bandung.
Pergerakan yang terjadi di sebuah kota dapat terjadi karena beberapa faktor yang
menjadikan kota tersebut menjadi daya tarik untuk dikunjungi. Dalam teori yang dikeluarkan oleh
tamin, dijelaskan bahwa perjalanan seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tujuan,
perjalanan, waktu, zona lahan, moda dan yang lainnya. Bangkitan perjalanan sebagai prediksi
jumlah perjalanan yang diproduksi dan ditarik dari tiap zona, yaitu jumlah perjalanan yang

1
dibangkitkan dalam wilayah perkotaan. Berdasarkan pengertian tersebut, kemudian lahir dua
terminologi yang berkaitan dengan pengertian bangkitan, yaitu produksi perjalanan (trip
production) dan tarikan perjalanan (trip attraction). Produksi perjalanan merupakan bangkitan
perjalanan yang ditimbulkan oleh zona permukiman dan tarikan perjalanan ditimbulkan pada
akhir perjalanan di zona non permukiman.

2. Tujuan dan Sasaran


a. Tujuan
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui pergerakan yang berasal dari suatu zona atau
tata guna lahan yang terjadi di wilayah pinggiran (hinterland) Kota Bandung terhadap titik
tertentu di Kota Bandung dan menghubungkannya dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya pergerakan tersebut.
b. Sasaran
1. Mengidentifikasi faktor faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan yang terjadi
di Kota Bandung seperti : maksud, guna lahan asal/ tujuan, jarak, moda dan waktu.
2. Mengkaitkan faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan terhadap pola
penggunaan lahan, jenis moda dan karakteristik transportasi di wilayah Bandung.

3. Ruang Lingkup Wilayah


Kota Bandung terletak di 60 57 00 LS dan 1070 34 BT serta memiliki ketinggian 675-
1050 m (asl). Kota Bandung termasuk kota yang sejuk karena berada di ketinggian yang cukup
tinggi dan memiliki suhu rata-rata 28.5o C. Kota Bandung memiliki batas-batas administrasi
seperti berikut:
Utara : Kabupaten Bandung
Tmur : Kabupaten Bandung
Selatan : Kabupaten Bandung
Barat : Kota Cimahi

2
Sumber: www.indotravelers.com
Gambar 1.1
Peta Kota Bandung

B. KAJIAN LITERATUR
1. Transportasi
Transportasi adalah suatu tindakan, proses atau sesuatu yang sedang ditrasnportasikan atau
dipindahkan dai suatu tempat ke tempat lain (Morlok dalam zenithrei.blogspot.com, 2012).
Transportasi merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dalam
kesehariannya, manusia butuh untuk melakukan berbagai macam kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Maisng-masing dari kegiatan tersebut memiliki tempatnya masing-masing
dan tidak jarang lokasinya terpisah-pisah, sehingga untuk dapat melakukan semua kegiatannya
manusia perlu berpindah dan secara otomatis membutuhkan transportasi.
Transportasi dapat disebut sebagai derive demand yaitu merupakan turunan dari kebutuhan
lain seperti kebutuhan akan bekerja, berbelanja, dan lain-lain. Oleh karena itu perubahan
kebutuhan transportasi akan sangat dipengaruhi oleh perubahan aktivitas masyarakat.
Berkembangnya teknologi, terjadinya perubahan life style, dan meningkatnya pendapatan
masyarakat merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kebutuhan akan transportasi.
Selain dipengaruhi oleh banyak hal transportasi juga dapat mempengaruhi banyak hal. Oleh
karena itu perencanaan transportasi harus dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Terdapat empat model perencanaan transportasi yaitu :

Trip Generation (bangkitan perjalanan)


Berfungsi untuk memperkirakan dan meramalkan jumlah perjalanan dari suatu tempat
Trip Distribution (sebaran pergerakan)

3
Memperlihatkan jumlah perjalanan yang bermula pada suatu titik dan menyebar ke
banyak titik
Modal split (pemilihan moda)
Berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah orang
dan barang yang akan menggunakan atau memilih moda transportasi
Trip Assignment (pemilihan rute)
Memperlihatkan dan memprediksi pelaku perjalanan yang memiliki berbagai rute dan
lalu lintas yang menghubungkan jaringan transportasi tersebut.
2. Trip Generation
Trip generation adalah suatu model dari sejumlah perjalanan yang memiliki asal dan ujuan
pada setiap zona di suatu wilayah tertentu (www.icpsr.umich.edu). Dalam pengertian lain yang
disebutkan dalam SCAG 2008 Regional Model, trip generation adalah proses mengestimasi
perjalanan harian seseorang rata-rata pada hari kerja yang ditimbulkan oleh rumah tangga dalam
TAZ (Transportation Analysis Zona/ zona analisis transportasi). Trip generation bertujuan atau
mengarah pada memprediksi jumlah total perjalanan yang dibangkitkan/ ditimbulkan dan ditarik
oleh setiap zona di wilayah studi. Atau dengan kata lain trip generation menjelaskan mengenai
berapa banyak peralanan yang berasal dari zona tertentu (Mathew dan Rao, 2006).
Dalam membahas trip generation dikenal dua titik bangkitan yaitu titik asal (origin) dan
titik tujuan (attraction). Titik asal merupakan titik yang menghasilkan bangkitan, sedangkan titik
tujuan berperan untuk menarik perjalanan.
Terdapat dua jenis model trip generation yaitu trip production models dan attraction models.
a. Trip Production
Adalah jumlah perjalanan yang dihasilkan dari suatu zona. Yaitu digunakan untuk
menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah/ home-based trip yang memiliki rumah
sebagai titik asal dan titik akhir.
b. Trip Attraction
Digunakan untuk menyatakan suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat
asal da tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan
rumah .

http://www.scag.ca.gov
Gambar 2.1
Jenis Trip Generation

4
3. Faktor yang mempengaruhi trip generation
Bangkitan dan tarikan perjalanan digunakan untuk menyatakan besarnya bangkitan
pergerakan pada masa sekarang yang dapat digunakan untuk meramalkan pergerakan di masa
datang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi jumlah bangkitan perjalanan dari suatu zona
atau tempat ke zona lain. Faktor yang mempengaruhi bangkitan perjalanan menurut Introduction
to Transportation Engineering diantaranya adalah:
Pendapatan,
Kepemilikan kendaraan,
Struktur rumah tangga,
Ukuran rumah tangga,
Lahan (guna lahan),
Kepadatan perumahan, dan
Aksesbilitas.
Selaian itu, dapat juga ditambahkan faktor lain seperti maksud perjalanan, jarak, moda, dan waktu
perjalanan.
4. Tipe-tipe perjalanan
Perjalanan dapat dikelompokkan berdasarkan maksud perjalanan misalnya: perjalanan
untuk bekerja, perjalanan untuk pendidikan, untuk belanja, untuk rekreasi, dan lain-lain.
Perjalanan untuk bekerja dan pendidikan sering disebut sebagai mandatory trips atau perjalanan
wajib, sedangkan yang lain disebut sebagai discretionary trips. Perjalanan-perjalanan wajib
biasa juga disebut home based trip, dan sisanya disebut non home based trip. Home based trip
merupakan perjalan yang menyumbang 80-85 persen dari total perjalanan misalnya perjalanan
untuk bekerja dan untuk pendidikan. Sedangkan perjalanan yang menyumbang sisanya disebut
non home based trip misalnya perjalanan untuk belanja.

http://repository.usu.ac.id
Gambar 2.2
Tipe-tipe Perjalanan

5
Perjalanan juga bisa diklasifikasikan berdasarkan waktu perjalanan dalam sehari yaitu
perjalanan di waktu puncak dan perjalanan selain di waktu puncak. Waktu puncak pada umumnya
yaitu pada pagi hari saat orang-orang berangkat untuk bekerja, sekolah, dan lain-lain, dan juga
sore hari saat orang-orang pulang menuju rumah masing-masing. Untuk jam persisnya berbeda di
setiap tempatnya.
Cara lain mengkalsifikasi perjalanan adalah berdasarkan orang yang melakukan perjalanan.
Cara ini penting dipertimbangkan mengingat bahwa perjalanan sangat dipengaruhi oleh kegiatan
sosial ekonomi. Cara mengklasifikasi perjalanan berdasarkan orang yang melakukan perjalanan
berdasarkan orang yang melakukan perjalanan dapat dilakukan dengan mengklasifikasi
berdasarkan level penghasilan, kepemilikan kendaraan, dan ukuran rumah tangga.Model trip
generation dapat dibagi menjadi empat yaitu ikonik, grafis, matematis, dan roleplay.
5. Pemodelan faktor pertumbuhan
Model faktor pertumbuhan digunakan untuk menprediksi jumlah perjalanan yang
dihasilkan oleh suatu rumah tangga atau zona tertentu. Rumus dari pemodelan ini adalah:
=
Ti = jumlah perjalanan di masa datang pada zona tertentu
ti = jumlah perjalanan eksisting pada zona tersebut
fi = faktor pertumbuhan
Faktor pertumbuhan ( fi) bergantung pada variabel-variabel penjelas seperti jumlah
penduduk (P), pendapatan (I), dan kepemilikan kendaraan rata-rata (V). Contoh rumus untuk
mendapatkan nilai faktor pertumbuhan ( fi) adalah sebagai berikut:

=

d= tahun yang di prediksi
c= tahun sekarang (terakhir)
6. Metode Regresi
Analisis regresi yang sering digunakan adalah analisis regresi multipel berganda dengan
data zona (agregat) dan data rumah tangga. Metode ini digunakan unruk menghasilkan hubungan
dalam bentuk numerik dan untuk melihat bagaimana variabel saling berkait. Fungsi umum metode
regresi dari trip generation adalah sebagai berikut:
= (1 , 2 , 3 , )
Sedangkan fungsi linearnya adalah sebagai berikut:
= 0 + + 2 2 +

6
7. Tinjauan Lokasi
Kota Bandung yang terletah di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa
Barat. Lokasi Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, perekonomian maupun
keamanan. Hal tersebut disebabkan oleh :
Kota Bandung terletak pada pertemuana poros jalan raya
o Barat timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara
o Utara selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah perkebunan (Subang dan
Pangalengan).
Letak yang tidak terisolasi dan dengan komunikasi yang baik akan memudahkan aparat
keamanan untuk bergerak ke setiap penjuru
Letak Kota Bandung yang cukup strategis ini merupakan salah satu faktor yang menjadikan
adanya bangkitan perjalanan menuju kota ini. Selain itu adanya berbagai macam kegiatan
masyarakat kota Bandung dan sekitarnya yang membutuhkan moda transportasi baik yang berasal
dari Kota Bandung maupun yang memiliki tujuan menuju Kota Bandung inilah yang juga menjadi
salah satu faktor adanya bangkitan perjalanan.

C. PEMBAHASAN
Faktor-faktor trip generation di Kota Bandung yang akan dibahas adalah berkaitan dengan
maksud, guna lahan, moda, jarak serta waktu. Berikut penjelasan masing-masing factor:
1. Maksud
Perjalanan dapat dikelompokkan berdasarkan maksud perjalanannya, yaitu: home based trip
dan non home based trip. Di Kota Bandung kedua jenis perjalanan ini terjadi. Perjalanan home based
trip atau perjalanan wajib adalah perjalanan yang dilakukan untuk bekerja atau bersekolah.
Perjalanan ini disebut wajib karena merupakan rutinitas, setiap hari dilakukan dan bersifat wajib.
Dalam perkembangan dan peningkatan terhadap pendidikan Kota Bandung menjadi
barometer nyata yang positif pendidikan pada tingkat SD, SLTP, SLTA sampai perguruan tinggi
(Sebagai contoh: ITB, UNPAD, UPI, UIN, UNINUS, STT TELKOM, dll) dari tahun ketahun,
melalui pelayanan dan fasilitas sekolah gratis dan bantuan beasiswa bagi siswa tidak mampu.

7
Sumber: fedu.uec.ac.jp
Gambar 3.1
Institut Teknik Bandung (ITB)

Selain pendidikan, perjalanan lainnya dilakukan untuk bekerja dan berdagang. Salah satu
tempat bekerja yang terkenal adalah gedung sate. Selain itu, kawasan perkantoran terdapat di jalan
Soekarno-Hatta. Untuk kawasan perdagangan yang cukup terkenal bahkan jadi salah satu tujuan
wisata adalah pasar baru dan cibaduyut.

Sumber: http://id.wikipedia.org
Gambar 3.2
Gedung Sate

(a) (b)
Sumber: http://id.wikipedia.org
Gambar 3.3
(a) Cibaduyut, (b) Paasar Baru Bandung

8
Sedangkan perjalanan non home based trip adalah perjalanan yang dilakukan untuk wisata
atau berbelanja. Perjalanan ini sifatnya additional, merupakan pilihan dan tidak dilakukan setiap
hari. Perjalanan jenis ini sangat banyak terjadi di Kota Bandung, karena merupakan salah satu kota
tujuan wisata.

Sumber: http://bandungtoday.com
Gambar 3.4
Tempat Hiburan DAGO

Kota Bandung banyak di kelilingi oleh kota-kota yang mempengaruhi kuantitas pergerakan
yang ada di Bandung. Bangkitan perjalanan yang disumbang oleh non home based trip cukup besar.
Hal ini terkadang menimbulkan kemacetan di Kota Bandung.
2. Guna Lahan Tujuan/ Asal
Kota bandung merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang memiliki daya tarik tersendiri
untuk kota kota disekitarnya. Hal tersebut membuat bangkitan perjalanan pada Kota Bandung
selalu meningkat. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya oleh penggunanaan lahan di Kota Bandung
sudah cenderung sebagai perkotaan atau banyak lahan terbangun disana.
Seperti yang telah diketahui Kota bandung sebagai salah satu ibu kota propinsi memiliki
banyak lahan yang digunakan sebagai perdagangan, perkantoran, pendidikan, serta tempat tempat
hiburan. Hal ini membuat banyaknya perjalanan yang menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan
akhir perjalanannya. Selain itu kota ini menjadi pusat kegiatan bagi daerah disekitarnya seperti
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Selatan, dan Kota Cimahi.

9
Sumber : RTRW Kota Bandung
Gambar 3.5
Peta Penggunaan Lahan Kota Bandung

Dilihat dari penggunaan lahan didaerah sekitarnya seperti Kabupaten Bandung dan Bandung
Selatan. Kedua wilayah tersebut memiliki kondisi lahan yang digunakan lebih banyak sebagai
permukiman dan pertanian. Hal tersebut membuat penduduk di dua daerah tersebut melakukan
perjalanan ke Kota Bandung untuk bekerja atau melakukan aktivitas lainnya. Seiring
perkembangannya dan semakin majunya Kota Bandung sebagai kota metropolitan membuat lahan
terbangun di kota ini semakin meningkat. Perkembangan lahan tersebut itu cenderung digunakan
sebagai perdagangan dan jasa. Hal tersebut pula yang selalu membuat bangkitan perjalanan yang
menuju Kota Bandung meningkat pula.
3. Moda
Pada umumnya moda transportasi terdiri atas transportasi darat, transportasi laut dan
transportasi udara. Adanya moda transportasi ini memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
melakukan aktivitasnya khususnya yang memiliki keterkaitan dengan perjalanan. Moda merupakan
salah satu faktor adanya bangkitan perjalanan. Moda transportasi yang digunakan berupa moda
transportasi massal dan moda transportasi pribadi.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Bandung, jumlah kendaraan di Bandung tahun
2011 sebanyak 1.320.749 unit. Jumlah terbanyak sepeda motor (72 persen) disusul mobil (10,4
persen). Untuk proporsi penggunaan moda transportasi, masyarakat lebih memilih kendaraan
pribadi, yaitu sepeda motor (55,78 persen) dan mobil (30,96 persen). Pilihan pada angkutan umum
hanya 13,25 persen. Data Dinas Perhubungan Kota Bandung menyebutkan, pertumbuhan volume
kendaraan 10-15 persen per tahun. Pertambahan jaringan jalan lima tahun terakhir hanya 1,03

10
persen. Total luas area jalan saat ini 2,96 persen. Idealnya, 10-30 persen dari wilayah kota Bandung
yang luasnya 167,29 kilometer persegi (Damardono dalam http://regional.kompas.com).
Salah satu moda transportasi darat yang ada di Kota Bandung yaitu trans metro bandung.
Trans metro bandung adalah transportasi angkutan massal yang menjadi salah satu upaya
pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan publik khususnya pada sektor
transportasi darat. Trans metro bandung memiliki trayek pertama yaitu Cibereum Cibiru. Melalui
moda transportasi massal ini diharapkan mampu mengatasi masalah transportasi yang ada, seperti
kemacetan yang diakibatkan bertambahnya volume kendaraan khususnya kendaraan pribadi.
Selain adanya trans metro bandung, kereta api juga menjadi salah satu moda transportasi
massal. Pada dasarnya kereta api berbeda dengan moda transportasi yang lain. Karena kereta api
memiliki jalur tersendiri, dengan menggunakan moda transportasi ini kemungkinan adanya
kemacetan yang dialami lebih kecil. Adanya moda transportasi massal ini diharapkan mampu
mengatasi masalah transportasi yang ada.
4. Jarak
Kota Bandung merupakan pusat aktivitas dari provinsi Jawa Barat, sehingga kota ini memiliki
sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Jika dilihat dalam skala nasional, Kota Bandung juga
menjadi salah satu pusat pelayanan nasional dan jaraknya terbilang cukup dekat dari Jakarta sebagai
ibu kota Negara Indonesia. Tak heran bila banyak penduduk Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek)
yang mengunjungi Kota Bandung untuk memenuhi kebutuhannya. Jarak Bandung-Jakarta lebih
mudah dijangkau daripada Jakarta-Surabaya ataupun Jakarta-Semarang. Meskipun Surabaya juga
merupakan salah satu pusat pelayanan nasional, namun karena jaraknya yang terlalu jauh membuat
banyak warga Jabodetabek yang lebih memilih melakukan perjalanan menuju Bandung
dibandingkan Surabaya.
Semakin lengkapnya sarana dan prasarana di Kota Bandung membuat kota ini menjadi tujuan
dari beberapa tempat dan tidak terlalu mementingkan jarak. Sarana hiburan yang sangat lengkap,
seperti Trans Studio misalnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Sehingga meskipun
jauh dari tempat asal mereka, mereka tetap mau berkunjung ke Bandung. Hal ini membuat Kota
Bandung memiliki jangkauan pelayanan yang lebih luas.
5. Waktu
Bangkitan perjalanan terbanyak di Kota Bandung terjadi pada jam-jam sibuk. Menurut Eka
Merdekawati dalam bisnis-jabar.com, jam-jam sibuk di Kota Bandung cukup panjang yaitu dari
jam 09.00-15.00. Berbagai macam aktivitas yang menjadi pemicu adanya bangkitan perjalanan
terjadi pada jam-jam tersebut. Aktivitas-aktivitas itu antara lain, jam masuk kuliah, istirahat kantor,
bubaran sekolah dan masih banyak yang lainnya. Jam sibuk ini biasanya terjadi pada hari-hari kerja.
Pada hari libur jam sibuk ini bergeser menjadi jam 11.00 dan sekiar jam 16.00. Hal ini
dikarenakan banyak orang biasanya melakukan perjalanan untuk rekreasi lebih siang dibandingkan
ketika bekerja. Banyaknya penggunaan kendaraan pribadi untuk rekreasi ini membuat jalanan yang

11
volumenya tidak bertambah dari hari sebelumnya menjadi sangat padat. Tak jarang terjadi
kemacetan pada jam-jam sibuk ini.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Bangkitan perjalanan yang terjadi Kota Bandung ada yang tergolong kepada home based trip
dan non home based trip. Perjalanan home based trip dicerminkan oleh para pekerja serta pelajar
yang melakukan perjalan seperti ini setiap harinya. Kota Bandung juga merupakan salah satu kota
tujuan wisata, oleh karena itu bangkitan perjalanan yang termasuk non home based trip cukup tinggi,
terutama diwaktu-waktu liburan. Bangkitan perjalanan yang melonjak naik ini tak jarang membuat
Kota Bandung macet.
Banyaknya bangkitan perjalanan dari luar Kota Bandung juga diakibatkan oleh guna lahan di
Kota Bandung dan daerah disekitarnya seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Selatan,
dan Kota Cimahi. Tataguna lahan Kota Bandung yang sebagian besar untuk perkantoran,
pendidikan, serta perdagangan dan jasa merupakan daya tarik yang sangat kuat. Untuk memenuhi
kebutuhan rekreasi atau pendidikan ataupun pekerjaan, orang rela melakukan perjalanan ke Kota
Bandung.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan, kendaraan yang paling banyak dipakai oleh
masyarakat adalah motor lalu menyusul mobil. Sedikit sekali yang menggunakan kendaraan umum.
Hal ini mengakibatkan kemacetan terjadi pada jam-jam sibuk. Banyaknya bangkitan perjalanan
pada jam-jam sibuk dan tidak diimbangi oleh penggunaan kendaraan umum yang banyak, membuat
jalanan di Kota Bandung sangat padat. Terlebih lagi Bandung merupakan salah satu pusat pelayanan
berskala nasional, sehingga Bandung tidak hanya melayani dirinya sendiri dan kota disekitarnya
(Bandung Raya), namun juga melayani kota-kota lain di Indonesia. Hal ini membuat bangkitan
perjalanan ke kota Bandung semakin banyak.
2. Saran
a. Menerapkan peraturan 4 ini 1 pada jam-jam sibuk
Peraturan in isudah diterapkan pada beberapa ruas jalan di Kota Bandung. Tujuannya adalah
untuk mengurangi volume jalan. Apabila 4 orang berkendara motor beralih menjadi 1
kendaraan mobil, diharapkan akan mengurangi beban jalan. Terlebih jika masyarakat beralih
menggunakan kendaraan umum. Hal ini akan lebih baik dan sangat mengurangi volume jalan
dan diharapkan tidak terjadi kemacetan.
b. Pengembangan transportasi massal
Tingginya bangkitan perjalan di Kota Bandung membuat Kota Bandung sering dilanda
kemacetan. Pengembangan transportasi massal merupakan salah satu solusi jangka panjang
untuk mengatasi kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh bangkitan perjalanan tersebut.

12
Pengembangan BRT atau TMB serta kereta api yang dapat menarik minat masyarakat untuk
beralih moda transportasi.

E. SUMBER
Anonim. 2008. Chapter 3 Trip Generation dalam csag.ca.gov.
http://www.scag.ca.gov/modeling/pdf/MVS08/MVS08_Chap03.pdf. Diunduh 21 September
2013.
Anonim. Tanpa angka tahun. Chapter 13 Trip Generation dalam icpsr.umich.edu.
http://www.icpsr.umich.edu/CrimeStat/files/CrimeStatChapter.13.pdf. Diunduh Sabtu, 21
September 2013.
Damardono, Haryo. 2013. Tinjau Kembali 4 in 1 di Bandung, dalam kompas.com.
http://regional.kompas.com/read/2013/01/20/20415031/Tinjau.Kembali.4.in.1.di.Bandung.
Diunduh Selasa, 24 Setember 2013.
http://bandungtoday.com. Diunduh Selasa, 24 Setember 2013.
http://fedu.uec.ac.jp. Diunduh Selasa, 24 Setember 2013.
http://id.wikipedia.org. Diunduh Selasa, 24 September 2013.
http://www.indotravelers.com. Diunduh Kamis, 12 September 2013
Mathew, Tom V. 2006. Introduction to Transport Engineering dalam cdeep.iitb.ac.in.
http://www.cdeep.iitb.ac.in/nptel/Civil%20Engineering/Transportation%20Engg%201/07-
Ltexhtml/nptel_ceTEI_L07.pdf. Diunduh Sabtu, 21 September 2013.
Merdekawati, Eka. 2011. Angkot di Bandung akan ditertibkan, dalam bisnis-jabar.com.
http://www.bisnis-jabar.com/index.php/berita/angkot-di-bandung-akan-ditertibkan. Diunduh
Selasa, 24 Setember 2013.
RTRW Kota Bandung

13

You might also like