You are on page 1of 4

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM MUSKULOSKELETAL

I. TULANG
A. Fungsi
Menurut Phipps, et al (1991), tulang mempunyai tiga fungsi mekanik yaitu : mendukung
jaringan tubuh, melindungi organ tubuh seperti tulang tengkorak melindungi otak dan
pergerakan dimana dipengaruhi oleh kontraksi otot-otot pada tulang memungkinkan untuk
bergerak. Tulang juga mempunyai dua fungsi tambahan yaitu menyimpan kalsium dan sumsum
tulangnya menghasilkan sel darah merah (hematopoiesis).
B. Komposisi dan perkembangan
Tulang terdiri dari sel-sel hidup (living cells) dan material intraseluler tidak hidup. Sel sel
hidup yaitu osteoblast yang merupakan sel pembentuk tulang, osteoclast yang merupakan sel
penghancur tulang dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak maupun yang sudah tua
dan osteosit yaitu osteoblas yang berada pada matriks. Material intraseluler tidak hidup atau
matriks tulang terdiri dari mukopolisakarida dan kolagen. Tulang berasal dari kartilago hialin
embrionik yang prosesnya dikenal sebagai osteogenesis atau osifikasi endokondrial. Proses ini
selesai melalui sintesis mukopolisakarida dan kolagen oleh osteoblas (sel pembentuk tulang).
Garam kalsium disimpan di matriks tulang, memberikan kekuatan pada tulang.
C. Tipe, struktur dan pertumbuhan tulang
Tulang terdiri atas empat type, tergantung pada ukurannya :
1. Tulang panjang (femur, humerus).
2. Tulang pendek (karpal)
3. Tulang pipih (tengkorak)
4. Tulang tidak teratur (vertebrae).
Setiap tulang tersusun atas tulang kankelous (spongy) dan compact (dense). Pada tulang
panjang bagian kankelous ditemukan pada ujung tulang dan compact pada bagian tengah. Pada
tulang pendek dan tidak teratur mempunyai suatu inti bagian dalam pada kankelous dan suatu
lapisan luar pada compact. Tulang datar mempunyai dua lapisan luar tulang compact dengan
satu lapisan bagian dalam pada kankelous.
Tulang kankelous dan tulang compact dibedakan dari yang lainnya dengan adanya susunan
lamelae yaitu lapisan silindris kosentrik yang terletak di antaranya. Pada pusat susunan cincin
kosentrik ini ada suatu saluran yang disebut saluran haversian. Saluran ini mengandung suatu
pembuluh darah kapiler. Beberapa saluran juga mengandung arteriola, venula dan limfatik.
Ruang kecil antara cincing lamelae disebut lakuna yang diisi oleh sel tulang (osteosit). Lacuna
dihubungkan dengan saluran haversian dan selanjutnya zat gizi disuplay oleh saluran yang
sangat kecil yang disebut kanalikuli. Lamellae dengan saluran haversian, lacuna dan kanalikuli
disebut unit haversian. Unit haversian merapat secara bersamaan pada tulang compact. Pada
tulang kankelous banyak ruang yang terbuka yang kokoh diantara penghubung tulang yang
disebut trabekulae.
Salah satu type tulang panjang adalah dibungkus/dilapisi kecuali pada permukaan artikular
oleh suatu membrane fibrous warna putih yang disebut periosteum. Permukaan artikular
dibungkus/dilapisi dengan kartilago hialin. Periosteum memberikan tempat bagi serat-serat
otot dan lapisan bagian dalamnya mengandung osteoblast. Karena adanya osteoblast
periosteum maka periosteum bertanggung jawab untuk pertumbuhan dan perbaikan.
Endosteum membran juga mengandung beberapa osteoblast, batas rongga medulary yang
berisikan sumsum tulang dan saluran haversian. Ujung tulang disebut epifisis dan bagian
batang disebut diafisis.
Pertumbuhan longitudinal tulang panjang berasal dari kartilago epifisial yang terlektak
diantara diafisial dan pusat epifisial osifikasi. Kartilago epifisial tebal karena proliferasi yang
cepat dari sel kartilago. Pertumbuhan pada diameter tulang dilakukan oleh osteklast (sel yang
merusakan tulang) yang membesar pada rongga medulary selama osteoblast pada periosteum
yang menghasilkan tulang baru pada bagian luarnya (osifikasi membran). Pada orang yang
lebih tua dan inaktif, degenerasi dan reabsorbsi tulang terjadi lebih cepat daripada pertumbuhan
tulang baru. Hal ini menyebabkan osteoporosis yaitu suatu kondisi dimana tulang keropos dan
fragil.
Tulang mempunyai kemampuan untuk remodel atau membentuk kembali ukurannya sendiri
dengan berespon pada terganggunya fungsi mekaniknya. Respon ini sesuai dengan hukum
Wolff (Julius Wolff, ahli anatomi Jerman) yaitu setiap perubahan pada bentuk dan fungsi
tulang atau hanya fungsinya diikuti dengan perubahan yang nyata pada konfigurasi
eksternalnya sesuai dengan hukum matematika (Phips, et al, 1991). Atau hukum Wolff yaitu
tulang akan mengembangkan struktur yang paling cocok untuk menahan gaya yang bekerja
padanya (Dorland, 1997). Trabekula pada tulang berkembang dan membangun dirinya sendiri
dan akan terjadi osteogenesis sesuai stres yang ada. Jika tulang tidak ditekan makan terjadi
resorbsi tulang. Dengan demikian individu yang memulai program berlari dapat memperoleh
hipertropi (meningkatnya massa tulang) pada tulang ekstremitas bawah, mengingat individu
yang menetap akan terjadi atropi (kehilangan substansi tulang).
D. Suplay sirkulasi dan inervasi
Sirkulasi darah yang cukup pada tulang perlu untuk suplay oksigen dan zat gizi. Darah disuplai
ke tulang melalui tiga jalur, yaitu (Phips, et al, 1991).
1. Arteriola pada saluran haversian.
2. Pembuluh darah yang berada pada periosteum dimana masuk ke tulang melalui struktur yang
dikenal saluran Volkmann
3. Pembuluh darah pada sumsum tulang dan ujung tulang.
Untuk itu jika ada gangguan pada arteri, periosteum atau tulang sendiri maka mengakibatkan
suplay darah akan terganggu juga. Selanjutnya tulang disediakan dengan ujung saraf sensori
pada periosteum yang menghubungkan dengan sistem saraf pusat. Konsekuensinya, nyeri akan
dirasakan jika tulang terganggu misalnya fraktur, infeksi atau lesi lainnya.
E. Fisiologi penyembuhan tulang
Penyembuhan tulang melalui suatu proses yang dikenal dengan pembentukan kalus (callus
formation). Pertumbuhan tulang baru disebut kalus. Pembentukan kalus melalui lima tahap
umum, yaitu (Phipps, et al, 1991)
1. Hematom formation (pembentukan hematom).
Karena tulang vaskularisasi tinggi, perdarahan bisa terjadi pada ujung kedua tulang yang
mengalami fraktur. Permiabilitas kapiler meningkat menyebabkan ekstravasasi darah ke dalam
area yang injury. Darah berkumpul pada periosteal atau jaringan sekitarnya.
2. Fibrin meshwork formation
Fibroblast (sel jaringan ikat) dirusak oleh hematom, menyebabkan fibroblast terorganisir ke
dalam fibrin meshwork (jaringan fibrin). Dinding sel darah putih rusak, maka terjadi
peradangan local. Sel darah membentuk fibrin dan berlangsung selama 24 48 jam dan
perdarahan akan berhenti (Black, J. M, et al, 1993 dan Apley, A. G, 1993).
3. Invasion by osteoblast
Osteoblast invasi ke fibrous (serabut sel) menyebabkan fibrous lembek/lunak, pembuluh darah
berkembang dari ujung-ujung kapiler, dengan demikian membentuk suatu sumber suplay bagi
zat gizi untuk membentuk kolagen. Kolagen menjadi lebih panjang dan terjadi penumpukan
kalsium.
4. Callus formation
Osteoblast secara terus menerus membentuk tulang sedangkan osteoklast menghancurkan
tulang yang mati dan membantu mensintesa tulang baru. Kekuatan kolagen bertambah dan
lebih padat dengan kalsium. Berlangsung dari 4 minggu hingga beberapa bulan hingga tulang
mampu membawa beban yang normal.
5. Remodeling
Kalus yang berlebihan direabsorbsi dan tulang trabekula menutupi garis sepanjang stres atau
fraktur sesuai dengan hukum Wolff. Lamellae yang tebal menempati tekanan yang lebih tinggi,
dinding yang tidak dikehendaki dibuang, dibentuk rongga sumsum tulang dan akhirnya
dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya (Black, J. M, et al, 1993 dan Apley, A. G,
1993).
Factor yang menghambat pembentukan callus yang baik adalah (1) tidak adekuatnya
reduksi fraktur, (2) edema yang berlebihan pada tempat fraktur yang menghambat suplay zat
gizi ke area, (3) terlalu banyak tulang yang hilang pada waktu terjadinya injury, (4) imobilisasi
yang tidak efektif, (5) infeksi pada tempat injury, (6) nekrosis tulang, (7) anemia atau kondisi
sistemik lainnya, (8) tidak seimbangnya endokrin dan (9) intake diet yang kurang. Jika
pembentukan kalus tidak terjadi secara normal dan efisien mengakibatkan kurangnya
perbaikan yang disebut fraktur non union atau ununited.
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan menurunnya pasokan darah /
hyperemia (kongesti) akan tejadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis
(berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan aliran darah.
Pada keadaaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang konstan,
kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak diman lebih banyak terjadi pembentukan dari pada
absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon terhadap
tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Perubahan tesebut membantu
mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matrik organic yang sudah tua
berdegenerasi, sehingga membuat tulang relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang
baru memerlukan matrik organic baru, sehingga memberi tambahan kekuatan tulang. (Price,S.A,1995
: 1179)

You might also like