You are on page 1of 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya alam
termasuk sumber daya mineral logam. Kesadaran akan banyaknya mineral logam
ini mendorong bangsa Indonesia untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam
tersebut secara efisien. Perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan
merupakan salah satu perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam tersebut.
Perusahaan milik negara yang melakukan penambangan tersebut adalah PT.
Timah (Persero) Tbk. PT. Timah (Persero) Tbk adalah perusahaan milik negara
(BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan timah dan sekitar 35 % dari
kepimilikannya dimiliki oleh publik yang menjadikannya perseroan ini go public.
Hal ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk membuat perusahaan ini mandiri
dan transparan dalam pengoprasiannya, sebagai perusahaan penambang timah
terbesar di Indonesia dan juga sekaligus eksportir timah terbesar dunia. PT. Timah
(Persero) Tbk menguasai hak penambangan timah seluas 522.460 hektar dengan
144 kuasa pertambangan (KP) baik didarat (Onshore) maupun dilaut (Offshore)
dengan wilayah operasi yang meliputi provinsi Bangka Belitung dan Provinsi
Kepulauan Riau yang dikenal sebagai Indonesia Tin Belt.
Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang pertambangan
perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan
adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan
timah dan melaukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka. Perusahaan
memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang perbengkelan dan
galangan kapal, jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi dan
penelitian pertambangan serta penambangan non timah.
Kegiatan penambangan timah yang dilakukan oleh PT Timah (Persero) Tbk
melalui beberapa tahap, mulai dari penggalian kaksa, pemuatan, pengangkutan
menuju stockpile, pencucian, dan pegeringan. Instalasi pengeringan merupakan
pengolahan bijih timah pada tahap akhir di TB 1.42 Pemali. Proses ini dilakukan
2

agar mendapatkan konsentrat dengan kadar yang lebih tinggi dari pada hasil dari
proses pencucian. Pada instalasi pengeringan ada beberapa tahap yang dilakukan
hingga mendapatkan hasil yang maksimal. Maka dari itu proses pengolahan bijih
timah pada instalasi pengeringan ini sangat lah penting agar kadar konsentar yang
didapatkan lebih tinggi dan mudah diolah pada tahap selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, bagaimana proses pengeringan bijih timah pada instalasi pengeringan di
TB 1.42 Pemali, Kabupaten Bangka Induk, Provinsi Bangka Belitung.

1.3 Batasan Masalah


Dalam penulisan laporan hanya mengkaji mengenai proses pengolahan bijih
timah dengan proses kering yang dilakukan di TB. 1.42 Pemali, Kabupaten
Bangka Induk, Provinsi Bangka Belitung.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang diperoleh adalah dapat memahami proses pengolahan
bijih timah dengan cara pengeringan agar dapat meningkatkan kadar bijih yang
berasal dari penambangan darat untuk mendapatkan produk akhir yang berkualitas
dengan kadar Sn yang tinggi.

1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh adalah
a. Sebagai bahan pembanding mahasiswa antara teori yang didapat dibangku
kuliah dengan teori yang didapat dilapangan.
b. Mengetahui lebih dalam mengenai proses pengolahan bijih timah dengan
proses kering yang dilakukan pada intalasi pengeringan di TB 1.42 Pemali,
Kabupaten Bangka Induk, Provinsi Bangka Belitung.
3

BAB II
TINJAUAN UMUM DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kondisi Umum Perusahaan


2.1.1 Sejarah PT Timah(Persero) Tbk
Penambangan timah secara primitif dimulai pertama kali di Pulau Bangka
pada tahun 1709. Pada waktu itu rakyat Pulau Bangka diwajibkan membayar
pajak kepada kesultanan Palembang dengan bijih timah. Pada tahun 1711
didalangkan ahli-ahli penambangan dari Malaka dan Siam dengan
memperkenalkan teknik penambangan sistem sumur, yang dikenal dengan
Teknik "Sumur Palembang". Pada tahun 1819 tambang-tambang timah dikuasai
oleh Belanda dengan mendatangkan pekerja-pekeja dari Canton daratan China.
Peralatan-peralatan untuk tambang di darat yang cukup maju baru diperkenalkan
berupa, mesin semprot (pompa air) dan excavator pada tahun 1909, pompa
tanah pada tahun 1917 dan jig pada tahun 1920. Selanjutnya pada tahun 1917
diperkenalkan juga penambangan dengan Kapal Keruk di Pulau Singkep dan
Pulau Bangka tahun 1926.
Pada waktu Perang Dunia II (1942 1945) penguasaan penambangan timah
beralih kepada pendudukan Jepang. Karena Jepang kalah perang, maka dari
tahun 1946-1949 penambangan timah sepenuhnya dikuasai kembali oleh
perusahaan Belanda yang bernama Bangka Tin Winning (Bangka, Gemeens
chaappelijke Mynbouw Maatschaappij Billiton (Belitung), dan Singkep
Exploitatie Maatschappy (Singkep).
Pada tahun 1949 tejadi pemulihan kedaulatan ke tangan Republik
Indonesia, tetapi penguasaannya masih tetap di tangan perusahaan Belanda
sampai berakhir masa kontrak tanggal 28 Februari 1952. Sejak berakhirnya masa
kontrak hingga saat ini, maka sepenuhnya penguasaan dan pengelolaannya
dilakukan oleh perusahaan negara Indonesia (PT Timah(Persero) Tbk). Puncak
dari masa transisi itu adalah tahun 1960 dengan dibuatnya Undang-undang Nomor
19 dimana telah ditetapkan oleh Badan Pimpinan Perusahaan Tambang Timah dan
Perusahaan Negara dengan 3 unit-unit produksinya yang berada di Bangka (PN
4

Tambang Timah Bangka), Belitung (PN Tambang Timah Belitung), dan Singkep
(PN Tambang Timah Singkep). Di tahun 1976 status perusahaan telah berubah
menjadi PT Tambang Timah (Persero), yang merupakan status perusahaan resmi
dimana pemerintah Indonesia sebagai satu-satunya pemegang saham. Perjalanan
panjang PT Timah (Persero) Tbk untuk terus berbenah dan menyehatkan kondisi
perusahaan terus-menerus diupayakan secara maksimal.
Melewati masa-masa sulit saat restrukturisasi digulirkan tahun 1992 telah
membuahkan hasil yang menggermbirakan. PT Timah (Persero) Tbk berhasil
menjadi perusahaan yang sehat kembali dan pada tahun 1995 mampu melakukan
go public dengan mencatatkan penjualan sahamnya di bursa dalam negeri. Pada
tahun 1998 PT Tambang Timah (Persero) Tbk merubah anggaran dasar perseroan
dan merubah menjadi PT Timah Tbk dan juga melakukan diversifikasi usah
dengan membentuk anak anak perusahaan, diantaranya adalah:
1. PT Tambang Timah (Persero) Tbk, bergerak dibidang pertambangan timah
dan mineral ikutan lainnya, serta bidang jasa dan perdagangan.
2. PT Timah industri (Persero), bergerak dalam bidang usaha perdagangan.
perekayasaan, keteknikan industri, dan jasa.
3. PT Timah Eksplomin (Persero), bergerak dalam menyediakan jasa dibidang
penyeledikan tambang, eksplorasi, analisis laboratorium contoh mineral
bahan galian, pembuatan studi kelayakan, penyelidikan geologi teknik, dan
penyelidikan geohidrologi.
4. PT Timah Investasi Mineral (Persero), bergerak dalam bidang jasa investasi
dan konsultasi usaha pertambangan
5. PT Dok dan Perkapalan Air Kantung (Persero), menyediakan jasa
perbengkelan, galangan kapal, serta jasa pelayanan kapal penumpang untuk
karyawan timah.
6. Indo mental London Ltd, bergerak sebagai agen penjualan timah Indonesia
untuk kawasan Eropa dan Amerika Serikat.

Pada tahun 2003, Kerjasama Operasi (KSO) antara PT Timah dan PT


Sarana Karya (SAKA) dalam pengolahan Aspal di pulau Buton. Anak perusahaan
PT Timah Tbk, PT Timah industri mendivestasikan 275.000 sahamnya di Plimsoll
5

Corporation, Pte, Ltd, Singapore kepada Sky Alliance Global Holding, Ltd pada
tahun 2006. Pada tahun tersebut juga, terjadi penghentian pencatatan (listening
cacellation) atas Global Depositary Receipt (GDR) di London Stock Exchange
(LSE) dan sejak itu saham perseroan hanya tercatat di Bursa Efek di Indonesia.
Pada tahun 2009, tepatnya 17 Januari 2009, Peletakan batu pertama pembangunan
pabrik Tin Chemical sebagai salah satu usaha Perseroan dalam pembangunan
produk hilir. Hingga pada tahun 2012, terbentuknya INATIN dimana PT Timah
Tbk dan anak perusahaan menjadi anggotanya.
2.1.2 Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali
Open pit Pemali merupakan satu-satunya tambang primer di bangka
sesudah PD-II. Sebelumnya terdapat tambang Sambunggiri dan Merawang.
Sebagaimana umumnya penemuan cadangan primer, maka tambang Pemali pada
awalnya adalah tambang kolong yang bekerja di sungai limpur yang berhulu di
Bukit Pemali ( 48 m). Mengingat cebakan timah primer didapatkan dalam
kondisi lapuk, maka tambang ini dibuka dengan sistem open pit (Sujitno,2007).
2.1.3 Iklim dan Curah Hujan
Menurut data meteorologi Pangkalpinang pada tahun 2008-2011, iklim di
Kabupaten Bangka adalah iklim tropis A dengan curah hujan 49,6-430,7 mm per
bulan. Dengan musim hujan yang rata-rata terjadi pada bulan Oktober sampai
April. Musim penghujan dan kemarau di Kabupaten Bangka juga dipengaruhi
oleh dua musim angin, yaitu Muson Barat dan Muson Tenggara. Angin Muson
Barat yang basah pada bulan November, Desember dan Januari banyak
mempengaruhi bagian Utara Pulau Bangka. Sedangkan Angin Muson Tenggara
yang datang dari Laut Jawa mempengaruhi cuaca di bagian Selatan Sedangkan
rata-rata curah hujan per bulan pada tahun 2011 berkisar antara 228,5 mm-356,2
mm.
2.1.4 Keadaan Geologi Pulau Bangka
Pulau Bangka termasuk ke dalam Sunda Land dan merupakan bagian
terangkat dari peneplain Sunda. Bila ditinjau dari sudut geologi, penyebaran bijih
timah di Indonesia masih merupakan kelanjutan dari Granite Belt yang berumur
Yura Kapur yang membentang mulai dari Birma, Muangthai, Malasyia,
Kepulauan Riau (Pulau Singkep, Pulau Karimun dan Pulau Kundur), pulau
6

Bangka dan Pulau Belitung hingga Pulau Karimata. Granite Belt sendiri
merupakan deretan formasi batuan granite kaya akan mineral cassiterite yang
kemudian dikenal dengan sebutan The Tin Belt.
Pulau-pulau dari The Tin Belt diinterpretasikan merupakan sisa bagian
resisten dari gunung yang muncul pada masa terbentuknya Sunda Shelf. Pupili
(1973) menyatakan bahwa Malaysia, Kepulauan Riau dan Bangka berada dalam
kelompok elemen tektonik yang sama. Evolusi tektonik di wilayah ini telah
dimulai sejak Paleozoikum Bawah dimana berdasarakan Teori Tektonik Lempeng
bahwa daerah penunjaman (subduction zone) berada di bagian timur Malysia dan
pada Mesozoikum Bawah tengah menghasilkan busur gunung api (magmatic
arc) dalam bentuk deretan Pulau Kundur, Pulau Singkep, Pulau Bangka, Pulau
Belitung dan sebagian dari Kalimantan Barat.
2.1.5 Struktur Geologi
Katili (1968), mengatakan bahwa pada batuan metamorf dan sedimen di
Bangka Induk terdapat adanya perlipatan silang akibat dua deformasi perbadaan.
Deformasi pertama mengakibatkan lipatan dengan arah barat laut-tenggara,
umurnya sulit ditentukan dengan pasti. Struktur lipatan berarah timur laut-barat
daya (orogen II) disebabkan oleh deformasi pada Yura atas. Orogen yang kedua
ini menghilangkan jejak orogen yang lebih tua.
Sukendar Asikin dan Rubini Surya Atmaja (1972), berdasarkan penelitian
dan analisa kedudukan rekahan-rekahan, urat-urat, dan korok-korok di daerah
sambung giri dan pemali menyimpulkan bahwa gerak-gerak orogen sebelum Yura
atas mengakibatkan terjadinya deformasi yang menyebabkan perlipatan pada
batuan sedimen yang berumur karbon-trias. Deformasi ini selain membentuk
lipatan NW-SE juga menyebabkan terjadinya rekahan-rekahan (Shear dan
Tension fracture).
Struktur sesar, kekar, ditemukan dalam arah yang bervariasi, tetapi
kecenderungannya mempunyai arah utara selatan (Katili, 1967). Ukoko (1983),
mengatakan di P.Bangka terdapat beberapa sesar yang umurnnya berarah timur
laut-barat daya sampai utara-selatan. Sesar utama berarah N 30 E memotong
granit klabat ke selatan sepanjang 3 km. Sesar utama ini dalam foto udara tampak
sebagai kelurusan sepanjang 50 km.
7

2.2 Genesa Endapan Timah


2.2.1 Endapan Timah Primer
Magma cair yang mengandung mineral cassilerite(SnO2) merupakan asal
dari proses pembentukan timah(sn). Batuan pembawa mineral ini adalah batuan
granit yang berhubungan dengan magma asam dan menembus lapisan sedimen
(intrusi granit). Pada tahap akhir kegiatan intrusi. terjadi peningkatan konsentrasi
elemen di bagian atas, baik dalam bentuk gas maupun cair, yang akan bergerak
melalui pori-pori atau retakan. Karena tekanan dan temperatur berubah, maka
terjadilah proses kristalisasi yang akan membentuk deposit dan batuan samping.
Pada saat intrusi batuan granit naik ke permukaan bumi, maka akan terjadi fase
pneumatolitik, dimana terbentuk mineral-mineral bijih yang berharga, diantaranya
mineral yang mengandung timah(Sn) (Dedi Yulhendra, 2011).
Mineral ini terakumulasi dan terasosiasi pada batuan granit maupun di
dalam batuan yang diterobosnya, yang akhirnya membentuk vein-vein (urat) pada
batuan granit dan pada batuan samping yang diterobosnya. Batuan induk yang
mengandung bijih timah (Sn) adalah granit, adamelit, dan granodoit. Batholit
yang mengandung timah (sn) pada daerah barat ternyata lebih muda (akhir
Kretasius) daripada daerah Timur (Trias) (Dedi Yulhendra, 2011).
Pembentukan endapan timah primer secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi lima fase pengendapan, yaitu:
a. Fase Magmatik Cair
b. Fase Pegmaatitik
c. Fase Pneumatolitik
d. Fase Hidrothermal
e. Fase Vulkanik
Dari kelima jenis fase pengendapan di atas akan menghasilkan sifat-sifat
endapan yang berbeda-beda, yaitu berhubungan dengan :
1. Kristalisasi magmanya.
2. Jarak endapan mineral dengan asal magma
a. Intra-magmatic, bila endapan terletak di dalam daerah batuan beku.
b. Peri-magmatic, bila endapan terletak di luar (dekat batas) batuan beku.
8

c. Crypto-magmatic, bila hubungan antara endapan dan batuan beku tidak


jelas.
d. Po-magmatic, bila letak endepan tidak terlalu jauh terpisah dari batuan
beku.
e. Tele-magmatic, bila di sekitar eadapan mineral tidak terlihai terdapat
batuan beku.
3. Bagaimana cara pengendapan terjadi
a. Terbentuk karena kristalisasi magma atau di dalam magma.
b. Terbentuk pada lubang-lubang yang telah ada.
c. Metasomatisme ( replacement) yaitu : reaksi kimia antara batuan yang
telah ada dengan larutan pembawa bijih.
4. Bentuk endapan, masif, stockwork, urat, atau perlapisan.
5. Waktu terbentuknya endapan
a. syngenetic, jika endapan terbentuk bersamaan waktunya dengan.
pembentukan batuan.
b. epigenetic, jika endapan terbentuk tidak bersamaan waktunya dengan
pembentukan batuan.
2.2.2 Endapan Timah Sekunder
Endapan timah sekunder berasal dari timah primer yang mengalami
pelapukan yang kemudian terangkut oleh aliran air, dan akhirnya terkonsentrasi
secara selektif berdasarkan perbedaan berat jenis dengan bahan lainnya. Endapan
alluvial yang berasal dari batuan granit lapuk dan terangkut oleh air pada
umumnya terbentuk lapisan pasir atau kerikil (Dedi Yulhendra, 2011).
Endapan timah sekunder termasuk salah satu jenis endapan placer yang
mempunyai nilai ekonomis. Batchelor (1973) mengemukakan tentang evolusi
"Sunda Land Tin Placer" yaitu pembentukan endapan timah placer terjadi dalam
kurun waktu yang lama sejak kala Miosen Tengah dengan ditandai mineralisasi
primer tersingkap dengan skala yang besar. Tubun plutonik granit ini mengalami
pelapukan laterit dalam (deep laterite weathering) yang mengakibatkan
komposisi kandungan mineral yang tidak resisten lapuk meninggalkan mineral-
mineral berat termasuk cassilerite dalam matriks kaolin, kemudian mengalami
erosi membentuk endapan "elluvial placer". Proses erosi berjalan terus yang
9

menyebabkan endapan ini tertransportasi lebih jauh membentuk endapan kolluvial


placer, kejadian in terjadi pada "Sunda Lund Regolith" selama Miosen bawah-
Pliosen Awal.
Proses ini dilanjutkan dengan proses mass wasting yang mengakibatkan
terakumulasinya endapan kollovial pada dasar lereng kulit, selama proses ini
terjadi zona-zona sesar dan kekar sehingga alterasi ubahan hidrothermal tererosi.
Akumulasi yang dari hasil erosi ini mengandung bongkah-bongkah regolith,
karena kandungan air yang ada terlalu tinggi menyebabkan terjadinya debris flow
membentuk endapan "Piedmont Tin Placers dengan ciri khas butiran yang kasar.
Endapan "Piedmont Tin Placer, mengalami reworking lagi dan membentuk
timah berukuran pasir yang tertransportasi pada lingkungan fluvial atau sungai
yang dikenal dengan Braided Stream Placer Selanjutnya endapan ini terus
mengalami reworking lagi membentuk endapan "Beach Placer dengan
karakteristik endapan lebih tipis dan lebih luas dari pada endapan "Braided Stream
Placer" (Dedi Yulhendra, 2011). Variabel-variabel yang mempengaruhi
konsentrasi (kekayaan) endapan timah placer adalah sebagai berikut :
a. Batuan sumber (source rock) : ukuran, kadar, distribusi butiran dari daerah
mineralisasi sebagai sumber.
b. Tektonik membentuk morfostruktur permukaan bumi.
c. Iklim mempengaruhi proses pada permukaan bumi yang meliputi pelapukan,
erosi, transportasi dan sedimentasi.
Berikut syarat-syarat yang menunjukan terjadinya endapan timah sekunder:
- Adanya batuan sumber (source rock) pembawa mineral cassiterite yang kaya.
- Adanya proses pelapukan dari endapan timah primer yang mengakibatkan
mineral cassiterite ikut tertransportasi.
- Adanya perangkap, suatu wadah tempat untuk mengendapkan bijih timah pada
daerah yang rendah dan terakumulasi ke dalam cekungan.
Berdasarkan tempat atau lokasi pengendapannya, endapan biji timah
sekunder dapat diklasifkasikan sebagai berikut :
1. Endaran Timah Colluvial
10

Endapan timah colluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
peluncuran hasil pelapukan endapan bijih timah primer pada suatu lereng dan
terhenti pada suatu gradien yang agak mendatar diikuti dengan pemilahan.
Ciri-ciri endapan timah colluvial adalah sebagai berikut :
a. Butiran agak besar dengan sudul runcing
b. Biasanya terletak pada lereng suatu lembah.
2. Endapan Timah Elluvial
Endapan timah elluvial adalah cadapan bijih timah yang terjadi akibat
pelapukan secara intensif. Proses ini diikuti dengan disintegrasi batuan samping
dan perpindahan mineral cassiterite (SnO2) secara vertikal sehingga terjadi
konsentrasi residual.
Ciri-ciri endapan timah eiluvial adalah sebagai berikut :
a. Terdapat dekar sekali dengan sumbernya
b. Tersebar pada batuan sedimen atau batuan granit yang telah lapuk
c. Ukuran butir agak besar dan angular
3. Endapan Timal Alluvial
Endapan timah alluvial adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat proses
transportasi sungai, dimana mineral berat dengan ukuran butiran yang lebih besar
diendapkan dekat dengan sumbernya. Sedangkan mineral-mineral yang berukuran
lebih kecil diendapkan jauh dari sumbemya.
Ciri-ciri endapan timah alluvial adalah sebagai berikut :
a. Terdapat di dacah lembah
b. Mempunyai bentuk buliran yang membundar
4. Endapan Timah Miencan
Endapan timah miecncan adalah endapan bijih timah yang teriadi akibat
pengendapan yang selektif secara berulang-ulang pada lapisan tertentu.
Ciri-ciri endapan timah miencan adalah sebagai berikut :
a. Endapan berbentuk lensa-lensa
b. Bentuk butiran halus dan bundar
5. Endapan Timah Dissiminated
Endapan timah dissiminated adalah endapan bijih timah yang terjadi akibat
transportasi oleh air hujan. Jarak transportasi sangat jauh sehingga menyebabkan
11

penyebaran yang luas tetapi tidak teratur.


Ciri-ciri endapan timah dissiminated adalah sebagai berikut :
a. Tersebar luas, tetapi bentuk dan ukurannya tidak teratur
b. Ukuran butir halus karena jarak transportasi jauh
c. Terdapat pada lapisan pasir atau lempung

2.3 Landasan Teori


2.3.1 Pengolahan Bahan Galian
Mineral sesuai dengan definisinya adalah endapan alam atau bahan alam
orgaik yang memunyai komposisi kimia dan struktur/susunan atom tertentu.
Dalam Pengolahan Bahan Galian, pengertian mineral dikembangkan menjadi
bahan galian yaitu semua bentukan alam berupa unsur unsur kimia, batuan,
mineral, dan mineral bahan bakar yang merupakan endapan endapan yang cara
memperolahnya dengan kegiatan menggali atau mengebor. Jadi bahan galian
merupakan hasil tambang baik berupa bahan organik maupun bahan organik yang
terbentuk dan terdapat dialam pada kulit bumi atau sebagai endapan didasar laut
yang dapat diambil dan dimanfaatkan secara ekonomis.
Pengolahan Bahan Galian adalah istilah umum yang biasa dipergunakan
untuk mengolah semua jenis bahan galian hasil tambang yang berupa mineral,
batuan, bijih atau bahan galiannya yang ditambang dari endapan endapan alam
pada kulit bumi untuk dipisahkan menjadi produk produk berupa satu macam
atau lebih bagian mineral yang dikehendaki dan bagian lain yang tidak
dikehendaki yang terdapatnya bersama sama di alam. Mineral yang dikehendaki
biasanya disebut juga mineral berharga karena nilai ekonominya. Pada akhir prose
pengolahan akan diperoleh dua macam hasil yaitu Konsentrat yang sebagian besar
terdiri dari mineral berharga dan tailing yang terdiri dari mineral tidak berharga.
Tujuan dari pengolahan bahan galian adalah :
a. Meningkatkan kadar dan harga jual bahan galian
b. Memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya
c. Memisahkan mineral berharga satu dengan yang lainnya
d. Mengurangi kehilangan jumlah mineral berharga
e. Mengurangi biaya pengangkutan
12

Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses pengohan mineral tersebut antara lain
adalah :
1. Secara Ekonomis
a. Mengurangi Ongkos angkut.
b. Mengurangi ongkos peleburan.
c. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.
d. Proses pemisahan (pengolahan ) secara fisik jauh lebih sederhana dan
menguntungkan dari pada proses emisahan secara kimia.
2. Secara Teknis
a. Pengolahan bahan galian akan menghasilkan konsentrat yang mempunyai
kadar mieneral berharga relatif tinggi, sehingga lebih memudahkan untuk
mengambil metalnya.
b. Ada kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral
berharga, maka ada kemungkinan dapat diambi logam yang lain sebagai
hasil simpanan.
Pengolahan bahan galian yang dapat juga disebut sebagai Mineral Procesing
Tecnology dapat dibagi dalam tiga macam, yaitu :
a. Mineral Dressing yaitu proses pengolahan bahan galian atau mineral untuk
memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya yang kurang
berharga dengan memanfaatkan perbedaan sifat sifat fisik dari mineral
tersebut tanpa mengubah identitas kimia dan fisik pada produknya.
b. Extractive Metallurgy merupakan proses pengolahan bahan galian mineral
dimana dalam prosesnya memanfaatkan reaksi kimia untuk memisahkan
mineral berharga berupa logam dari mineral tidak berharga sehingga terjadi
perubahan dalam sifat sifat fisik kimia dari mineral mineral produknya.
c. Fuel Technology yaitu proses pengolahan bahan galian atau mineral organik
dengan memanfaatkan reaksi kimia untuk memisahkan fraksi fraksinya
sehingga terjadi perubahan dalam sifat sifat fisik dan kimia dari mineral
mineral tersebut.
2.3.2 Penggolongan Bahan Galian
Dilihat dari segi pemanfaatannya, mineral (bahan galian) dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu :
13

a. Mineral logam (mineral bijih)


Adalah bahan galian dari mana dapat diambil satu macam logam atau lebih
secara ekonomis. Adapun jenis jenis logam antara lain :
1. Logam mulia (precious metal) : emas, perak , platina, dan lain lain.
2. Logam dasar (base metal) : tembaga, timbal, seng, dan platina.
3. Logam ferous (steel industry) : besi, nikel, chorium, tungsten, vanadium
4. Logam radioaktive : uranium, thorium, radium.
b. Mineral non-logam (mineral industri)
Mineral yang bukan penghasil sumber logam maupun energi, tetapi bahan
galian yang dapat dipakai langsung atau sebagai bahan baku untuk industri,
contohnya:
1. Isolator : mika dan asbes
2. Refraktory material : silika, alumina, zirkon dan grafit.
3. Abrasive mineral : corndum, garnet, intan dan topaz
4. General industrial Mineral : fosfat, belerang, batugamping, garam, barit,
fedspar, magnesit, gypsum, clay, dan lain
lain.
c. Mineral energi
Adalah bahan galian yang dipakai sebagai sumber energi primer (fuel
mineral), contohnya :
1. Solid : batubara.
2. Liquid : minyak bumi
2.3.3 Sifat Fisik Bahan Galian
Untuk mengetahui proses pengolahan bahan galian yang sesuai untuk suatu
jenis mineral tertentu, prlu lebih dahulu diketahui sifat sifat fisik dan kima dari
mineral tersebut serta mineral pengotornya.
Sifat siifat fisik mineral sangat penting untuk diteliti dan dipelajari sebagai
dasar pengambilan keputusan untuk memnenyukan proses pengolhan yang
bagaimna yang cocok untuk dilakukann guna mendapatkan konsentrat mineral
yang diinginkan. Mengingat proses pengolahan bahan galian merupakan jembatan
antara proses penambangan proses ektraksi logam minerla industri lainnya, maka
pengenalan sifat sifat bahan galian sangat diperlukan. Keberhasilan suatu proses
14

pengolahan baha galian sangat tergantung pada kelengkapan dan ketelitian dalam
menentukan data atau nformasi mineral atau kualitas bahan galian tersebut.
Beberapa sifat fisik bahan galian yang umumnya digunakan dalam proses
pengolahan, antara lain :
a. Kekerasan (hardness)
Sifat fisik mineral ini pada umunya sudah dikenal oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari sehari, terutama yang erat kaitanna dengan keperluan
hidupnya. Misalnya untuk memecah batuan, penduduk menggunakan yang
lebih keras dari batu itu, seperti pahat dan palu.
b. Berat jenis (specifik gravity)
Setiap mineral mempunyai berat jenis yang berbeda beda. Berat jenis
menieral ini sangat penting untuk menentukan proses yang akan
digunakan dalam pengolhan bahan galian, terutama dalam proses
konsentrasi gravitasi.
c. Kemagnitan (magnetic seseptibility)
Ada beberapa mineral dapat dipengaruhi oleh medan magnit. Sifat
kemagnitan suatu mineral sangat berguna dlam proses pemisahan mineral
bersifat magnit dan mineral yang bersifat non magnit. Perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan dalam komposisi mineral yang dikandungnya.
d. Kelistrikan (electric conductivity)
Proses konsentrasi mineral juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan
sifat konduktivitas listrik dari suatu mineral. Pada umumnya mineral
sulfida metalnya mempunyai konduktivitas yang baik, gangguan mineral
pada umumnya mempunyai konduktivitas yang jelek.
2.3.4 Proses Pengolahan Bahan Galian
Pada umumnya mineral tersebut terbentuknya dialam secara bersamaan
dengan batuan induknya, sehingga mineral berharga dan mineral tidak berharga
sebagai pengotor terdapat bersama sama. Keberadaan mieral yang terdapat
dialam yang selalu bersama / berasosiasi dengan mieral lain, membuat mineral
mineral tersebut tidak dapat langsung dipakai dalam industri. Untuk itu diperlukan
suatu proses untuk memisahkan mineral yang diinginkan dari mineral lainnya agar
15

kualitas mineral tersebut dapat memnuhi persyaratan sebagai bahan baku untuk
industri, sebagai bahan baku untuk prses ekstrasi logam selanjutnya.
Proses Pengolahan bahan galian tediri dari beberapa langkah operasi yaitu :
1. Comminution
Adalah proses pengecilan ukuran, dilakukan dengan cara memcah bongkah
batuan besar yang dperoleh dari tambang menjadi butiran butiran yang lebih
kecil sehingga terjadi pelepasan (liberasi) dari mineral mineral yang berbeda
atau yang diperoleh ukuran butiran yang digunakan. Hal ini dapat dilakukan
dengan crushing atau grinding. Grinding digunakan unutk prses basah dan
kering, sedangkan crushing digunakan untuk proses kering aja.
2. Sizing
Adalah proses pemisahan butiran mineral mineral menjadi bagian bagian
(fraksi) yang berbeda dalam ukurannya, sehingga setiap fraksi dari buturan
butiran yang hampir sama ukurannya. Dalam pengelompokan mineral ini dapat
dilakuakn dengan caa :
a. Screening ialah pemisahan besar butir mineral berdasarkan lubang ayakan,
sehingga hasilnya seragam.
b. Classifying ialah oemsiahan butir mienral yang berdasarkan kecepatan
jatuh material dalam suatu media (air, udara), sehingga hasilnya tidak
seragam. Proses ini mengahasilkan Over Flow dan Under Flow.
Alat untuk melakukan screening disebut screen dan alat untuk melakukan
classifying disebut classifier.
3. Concentration
Adalah proses untuk memisahakan butiran butiran mineral berharga dari
mineral pengotornya yang kurang berharga, yang terdapat bersama sama. Proses
ini dilakukan untuk peningkatan kadar sehingga bisa menguntungkan. Pemisahan
ada beberapa cara yang mendasar atas sifat fisik mineral, diantaranya adalah:
a. Warna, kilap dan bentuk kristal.
Konsentrasi yang dilakukan dengan tangan biasa (hand picking).
b. Specific gravity (gravity concentration).
Adalah konsentrasi berdasarkan berat jenisnya. Dalam hal ini gravity
concentrasion ada tiga macam yakni :
16

1. Flowing film concentrasion


Adalah proses konsentrasi berdasarkan berat jenisnya, malalui aliran
fluida yang tipis.
2. Jigging
Adalah proses koncentrasi mendasarkan aliran air ke atas. Dasar
pemisahan pada jig ini adalah karena adanyapulsion dan suction,
diamana pada waktu terjadi suction diberikan under water, serta
adanya perbedaan specific gravity
3. Heavy media separation dan heavy liquid separation.
Adalah pemisahan berdasarkan atas cairan media yang berat dan
umumnya tidak bereaksi langsung dengan material yang akan
dipisahkan. Heavy media separator, medianya berupa suspensi atau
pseudo liquid.
c. Magnetic Susceptibility
Setiap mieral akan mempunyai sifat kemagnetan yang berbeda yakni ada
yang kuat, lemah dan bukan ada yang tidak sama sekali tertarik oleh
magnet. Berdasarkan sifat kemagnetan yang berseda beda itulah mineral
dapat dipisahkan dengan alat yang disebut magnetic separator.
d. Conductivity.
Mineral itu ada yang bersifat conductor dan nonconductor. Untuk
memisahkan mineral jenis ini diperluakan alat yang disebut high tension
separator dan hasil yang didapat adalah mieral yang conduktor dan non
conductor.
e. Sifat permukaan mineral.
Permukaan mineral itu ada yang bersifat senang dan tidak senang
terhadap gelembung udara. Mineral yang senang terhadap gelembung
udara. Mineral yang sennag terhadap udara akan menempel pada
gelembung udara sedangkan mineral yang senang terhadap air tidak akan
menempel pada gelembung udara.
4. Dewatering
17

Merupakan proses pemisahan antara cairan dengan padatan. Proses ini


tidak dapat dilakukan sekaligus, tetapi harus secara bertahap, yaitu dengan
jalan :
a. Thickening
Yaitu merupakan proses pemisahan antara padata dengan cairan yang
mendasar atas kecepatan mengendap partikel atau mineral tersebut dalam
suatu pupl sehingga solid factor yang dicapai sama dengan satu (% solid
= 50 %)
b. Filtrasi
Adalah proses pemisahan antara padatan dengan cairan dengan jalan
menyaring (dengan filter) sehingga didapatkan solid factor sama dengan
empat (% solid = 80 %).
c. Drying
Adalah proses penghilangan air dari padatan dengan jalan pemanasan,
sehingga padatan itu betul betul bebas dari cairan atau kering (% solid =
100 %).

2.4 Proses Pengeringan Bijih Timah


Proses pengeringan biijih timah merupakan proses yang menggunakan
energi panas untuk menghilangkan kadar air dari bijih timah yang telah melalui
tahap pencucian. Proses pengeringan ini berfungsi untuk menghilangkan kadar air
dan menghilangkan mineral pengotor yang berada pada bijih timah tersebut
sehingga konsentrat yang didapatkan mempunyai grade >60 %. Dengan
dikeringkannya bijih timah tersebut diharapkan akan mempermudah proses
pengangkutan bijih timah tersebut.
2.4.1 Peralatan Pengeringan
Dalam proses pengeringan ada beberapa alat yang digunakan antara lain :
a. Mesin Lobi
Mesin lobi berfungsi untuk mencuci ulang bijih timah sebelum
dimasukkan ke rotary dryer. Prinsip kerja mesin loby ini sama dengan shakan
yang menggunakan media air untuk mencuci bijih timah sehingga kadar yang
dihasilkan bisa meningkat. Mesin ini menggunakan pompa air untuk
18

memabantua mengalirkan air kedalam mesin lobi . Pada begian dalam mesin
lobi memiliki lubang yang beruuran 0,2 mm yang dimana lubang tersebut
berfungsi sebagai tempat keluarnya air yang menyembur ke atas sehingga
mineral pengotor yang berada pada bijih timah terangkat dan mengalir ke
tempat penampungan tailing dari mesin lobi tersebut.
Taling yang sudah terkumpul agak banyak akan segera dibersihkan dan
dimasukkan dalam karung. Pengendapan tailiang yang berada dalam
penampungan tersebut menghambat laju dari air sehingga harus dibersihkan.
Proses pencucian lobi ini cenderung manual karena melihat dari kinerja
dilapangan mesin lobi ini masih sangat sederhana sehingga prosesnya
dilakuakan secara manual.
Keuntungan dari mesin lobi ini adalah:
a. Biaya alat relatif murah
b. Perawatan alat sangatlah mudah
c. Dapat menghilangkan material pengotor bijih timah
Kerugian dari mesin lobi adalah :
1. Proses pengerjaan masih dilakuakan secara manual atau tidak secara
otomatis
2. Mempunyai kapasitas sedikit karena proses pencuciannya dilakukan
secara perlaham lahan tidak langsung sekaligus.
3. Tingkat efisiensi waktu yang rendah karena pengerjaannya membutuhkan
waktu yang lumayan lama.
b. Rotary Dryer
Rotary dryer bekerja menggunakan aliran panas yang mengalir dimana
terjadi kontak dengan bahan yang akan dikeringkan. Pengering rotary dryer
digunakan untuk mengeringkan bijih timah yang mempunyai kadar air
sehingga hasil yang didapatkan dari pengeringan ini mempunyai kadar air 0%.
Pengeringan pada rotary dryer dilakukan pemutaran berkali kali sehingga
tidak hanya permukaan, namun juga pada seluruh bagian yaitu atas dan bawah
secara bergantian, sehingga pengeringan menggunakan alat ini lebih merta dan
lebih banyak mengalami penyusutan.
19

Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air karena perbedaan tekanan


dari potensial uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Penguapan
kandungan air yang terdapat dalam bijih timah tersebut terjadi karena adanya
panas uang dibawa oleh media pengering yaitu udara. Uap air tersebut akan
dilepaskan dari permukaan bijih timah ke udara pengering. Penguapan air dari
bahan meliputi empat tahap yaitu:
1. Pelepasan ikatan dari bahan
2. Difusi air da uap air ke permukaan bahan
3. Perubahan tahap menjadi uap air
4. Perpindahan uap air ke udara
Peristiwa yang terjadi selama proses pengeringan meliputi dua proses, yaitu
perpindahan panas dan perpindahan massa. Perpindahan panas yaitu proses
pemberian panas pada bijih timah untuk menguapkan air dari dalam bijih timah
atau proses perubahan bentuk cair ke bentuk gas. Sedangkan perpindahan
massa yaitu pengeluaran massa uap air dari permukaan bahan ke udara.
c. Magnetic Separator
Magnetic Separator merupakan oprasi konsentrasi atau pemisahan satu
mineral atau lebih dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat
kemagnetan dan mineral mineral yang dipisahnya. Mineral mineral yang
terdapat dalam bijih akan memberikan respon terhadap edan magnet sesuai
dengan sifat kemagnetan yang dimilikinya.
Mineral mineral yang meiliki sifat kemagnetan yag tinggi akan merespon
atau terpengaruh oleh medan magnet. Mineal mineral ini tertarik oleh medan
magnet dan dikelmpokan sebagai mineral magnetic. Sdangkan mineral
mineral yang tidak memilki sifat kemagnetan, tidak akan merespon atau
terpengaruh ketika dilewatkan pada medan magnet. Mineral mineral ini tidak
akan tertarik oleh medan magnet dan dikelompokan sebagai mineral non-
magnetic
Mineral mineral yang masuk dakam kelompok mineral magnetic misalnya
: magnetite, hematite, ilmenit, siderite, monazit. Sedangkan mineral mineral
yang dikelompokan dalam mineral non magetic miaslnya: kuarsa, mika,
20

corudium, gypsum zircon, filedspar. Kemampuan mineral dalam merespon


madan maget disebut magnetic susceptibility.
Berdasarkan pada magnetic susceptibility mineral dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu :
1. Paramagnetic : heatite, ilmenit, pyrhotite.
2. Diamagnetic : kuarsa, feldspar
3. Ferromagnetic : Besi, magnetite
Mineral mineral paramagnetic memiliki sifat kemagnetan yang rendah.
Artinya mineral mineral ini hanya memberikan respn terhadap medan magnet
yang besar. Mineral mineral diamagnetic merupakan kelompok mineral yang
tidak memiliki sifat kemagnetan. Kelompok mineral ini tidak emberikan respon
terhadap medan magnet.
Mineral magnetite merupakan mineral yang memilki sifat kemagnetan yang
tinggi. Magnetite akan tertarik oleh medan magnet yang relatif rendah
sekalipun. Karena sifatnya ini, maka mineral magnetite dikelompokan dengan
besi sebagai ferromagnetic.

Gambar 1. Respon Mineral Dalam Medan Magnet

Gambar 1. Menunjukkan respon dari tiga mineral yang memiliki


susceptibility berbeda. Ketiga mineral berada dalam medan magnet dengan
kuat medan dalam satuan A/m. Mineral magnetite memberikan respon yang
sangat kuat. Intensitas magnetisasinya meningkat secara eksponesial hingga
mencapai nilai saturasinya. Setelah jenuh, berapapunkuat medan yang
diberikan tidak lagi memperngaruhi perubahan intensitas kemagnetannya.
21

Intesitas magnetisasi mineral hematite meningkat secara linier dengan


meningkatnya kuat medan. Peningkatan ini jauh lebih lambat dbandingkan
dengan magnetite. Seddangkan kuarsa tidak menunjukkan respon terhadap
medan magnet yang diberikan. Berapapun kuat medan yang diberikan,
kuarsa relative memberikan respon negative, yang ditunjukan dengan sedikit
turunyya intensitas magnetisasinya.
Ditinjau dari kekuatan atau intesnsitas medan magnetnya, magnetic
separator dibagi dalam dua jenis separator yaitu Low Intensity Magnetic
Separator atau LIM separator dan High Intensity Magnetic Separator atau
HIM separator. Baik LIM separator maupun HIM separator dapat digunakan
secara basah atau kering.
Untuk pemisahan cara kering umumnya menggunakan LIM separator,
dan digunakan untuk mineral yang memiliki susceptibility tinggi. LIM
separator mampu memisahan bijih dalam jumlah yang besar Sedangkan
HIM separator mempunyai kapasitas renda dan memiliki susceptibility
rendah.

Gambar 2. Mekanisme pemisahan bijih mineral dengan Magnetic Separator

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemisahan terdapat pada


peralatan yang tidak bisa lagi dirubah. Sehingga faktor-faktr tersebut
menjadi konstan pengaruhnya terhadap partikel mineral. Untuk separator
dengan magnet permanen, maka medan magnet tidak dapat dirubah, artinya
22

gaya magnet akan konstan selama pemisahan. Diameter drum merupakan


salah satu variabel yang juga konstan. Sehingga pengaruhnya juga akan
tetap pada saat dipakai untuk pemisahan.
Beberapa variabel dapat diubah ubah selama atau saat pemisahan
dilakukan. Gambar berikut menunjukan pengaruh beberapa variable operasi
untuk pemisahan secara magnetic.

Gambar 3. Pengaruh Variabel Operasi Dari alat Pada Magnetic Separator

Dari gambar tersebut diketahui bahwa perolehan mineral pada magnetic


separator dipengaruhi diantaranya oleh: medan magnet, ukuran mineral,
kecepatan fluida dan radius drum. Proleh mineral magnetik akan meningkat
ketika medan magnet yang digunakan lebih besar. Sebagian agnetik akan
masuk jalur tailig pada kecepatan fluida yang besar. Pemisahan yang dilakukan
dapat meningkatkan perolehan mineral magnetik saparator.
23

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Alat tulis
2. Meteran
3. Kamera
4. Stopwatch
5. Laptop
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai beikut :
1. Spesifikasi alat yang berperan dalam proses pengeringan
2. Data rata rata jumlah feed yang masuk ke mesin lobi
3. Data putaran rotary dryer.
4. Data putaran magneticsaparator.
5. Kadar Sn yang dihasilkan pada proses pengeringan.

3.2 Tahapan Penelitian


Berikut adalah tahap tahap dalam penelitian ini :
3.2.1 Persiapan
Sebelum melakukan penelitian, ad beberapa hal yang harus dipersiapkan
terlebih dahulu, yaitu :
1. Mental dan fisik yang baik.
2. Pemahaman ilmu ilmu dasar tentang penelitian yang akan dilakukan.
3. Mengetahui apa yang akan dilakukan saat berada dilapangan.
4. Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian.
5. Alat pelindung diri saat dilapangan.

3.2.2 Pengumpulan Data Lapangan


Pengumpulan data dilakukan berdasarkan tujuan pengamatan, dimana
diperlukan beberapa data yang diperoleh dari hasil observasi dan orientasi
24

dilapangan (data primer) atau data penunjang (data sekunder) yang diperoleh
dari literatur ataupun hasil pengamatan sebelumnya. Adapaun data yang
diperlukan sebagai berikut :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang didapatkan langsung dari lapangan
berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran langsung yang dilakukan,
data tersebut adalah sebagai berikut :
a. Proses pengeringan bijih timah.
b. Dimensi alat yang terdapat pada instalasi pengeringan.
c. Data putaran dan suhu pada rotary dryer.
d. Data putaran belconveyor pada Magneticsaparator.
e. Kadar Sn yang diperoleh setelah diproses pada instalasi pengeringan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang dalam proses
pengeringan bijih timah. Data sekunder antara lain sebagai berikut
a. Data hasil produksi bijih timah pada instalasi pengeringan.
b. Data Spesifikasi alat pada instlasi pengeringan.

3.2.3 Pengolahan Data dan Analisis


Dari data yang diperoleh selama pengamatan dan pengukuran dilakukan
pengolahan data dengan cara menganalisis jalannya kinerja alat-alat yang
bekerja pada instalasi pengeringan sehingga didapatkanlah hasil akhir dari
penilitian. Hasil yang didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Proses pengeringan bjih timah secara detail.
2. Kapasitas alat alat pengeringan yaitu mesin lobi, rotary dryer, dan
magneticsaparator.
3. Jumlah putaran dan suhu rotary dryer.
4. Jumlah putaran magnetic saparator.
5. Dimensi alat yang terdapat pada instlasi pengeringan.

Pemecahan masalah dilakukan berdasarkan analisa terhadap data yang


diperoleh dilapangan dengan berpegang pada literatur yang berhubungan
dengan masalah tersebut serta dari pembimbing lapangan.
25

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


3.3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi kerja praktek ini berada di Tambang Besar 1.42 Pemali yang
berlokasi di Pemali, Kecamatan Pemali, Kota Sungailiat, Kabupaten Bangka,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dalam pengawasan Produksi Tambang
Darat 1 Sungailiat. Lokasi tambang tersebut berjarak 47 km dari kota
Pangkalpinang ke arah arat laut dan 15 km dri Kota Sungailiat.
3.3.2 Waktu penelitian
Kerja praktek ini dilakukan dari tangga 30 Juli sampai dengan 06
september 2016.
26

Mulai

Studi Literatur

Identifikasi masalah

Data Primer Data Sekunder


Data primer meliputi : Data Skunder meliputi:
a. Proses pengeringan a. Data hasil produksi
bijih timah. bijih timah pada
b. Dimensi alat yang instalasi pengeringan.
terdapat pada instalasi b. Data Spesifikasi alat
pengeringan. pada instlasi penge-
c. Data putaran dan suhu ringan.
pada rotary dryer.
d. Data putaran
belconveyor pada
Magneticsaparator.
e. Kadar Sn
yang
diperoleh
setelah Pengolahan Data
diproses & Analisa
pada
instalasi
Hasil
pengeringan
.
27

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengeringan Bijih Timah


Proses pengeringan bijih timah di TB 1.42 Pemali merupakan proses
terakhir dari aktivitas pengolahan bijih timah di Tambang Besar 1.42 Pemali.
Bijih timah yang telah diproses di pencucian akan dikeringkan disini agar
mendapatkan konsentrat dengan grade 60% s/d 70%. Pengeringan yang dilakukan
melawati 3 tahap yaitu peningkatan kadar (mesin lobi), pengeringan (rotary
dryer), pemisahan konsentrat (magnetic separator). Ketiga tahapan tersebut harus
dilalui agar mendapatkan konsentrat sesuai dengan keinginan.

4.1.1 Fungsi Proses Pengeringan


Fungsi proses pengeringan ini yaitu mingkatkan kadar Sn, menghilangkan
kadar air dari bijih dan memisahkan bahan galian dari mineral mineral
pengotor serta mendapatkan mineral utama (Sn) dan mineral ikutan berharga
lainnya. Pada proses pengeringan dengan menggunakan Rotary dry maka
diharapkan mendapatkan kandungan timah dengan kadar dengan rata rata >60%
Sn.

4.1.2 Prinsip Dasar Pemisahan Dengan Proses Kering.


Pada prinsipnya proses ini menggunakan panas yang dihasilkan oleh
Rotary Dry sehingga dapat memisahkan kadar air yang dimiliki oleh bijih timah
tersebut. Panas tersebut berasal dari perubahan gas tabung LPG dan kemudian
berubah menjadi uap panas dengan suhu 230o C. Uap panas tersebut akan mengisi
seluruh tabung Rotary Dryer dan memanaskan konsentrat yang melewati tabung
tersebut.

4.1.3 Tujuan Pemisahan Bijih Timah Dengan Proses Kering.


a. Meningkatkan kadar konsentrat bijih timah.
b. Menghilangkan kadar air yang berada dalam bijih timah yang basah.
28

c. Memisahkan mineral pengotor dari bijih timah.

4.2 Tahap tahap Pengeringan bijih timah


4.2.1 Proses Peningkatan Kadar (Proses Lobi)
Proses Lobi merupakan proses yang dimana bijih timah yang dihasilkan
dari pencucian di cuci kembali. Fungsi dari proses lobi ini adalah untuk
menghilangkan pengotor yang ada didalam bijih timah tersebut, sehingga kadar
yang dimiliki oleh bijih timah tersebut meningkat. Pencucian dengan proses lobi
ini dilakukan dengan media air yang dihasilkan dari mesin pompa air. Semburan
air yang dihasikan dari lubang dasar mesin lobi mempunyai kecepatan tertentu
sehingga semburan tersebut dapat mendorong mineral pengotor yang ada didalam
bijih timah terlempar kebak tailing.

Gambar 4. Proses Pencucian bijih timah dengan lobi

Gambar 5. Mesin Lobi


29

Gambar 6. Bagian dasar lobi

Gambar 7. Bak tailing dan mesin pompa air

Mesin lobi ini mempunyai dimensi mesin 47,5 cm x 50 cm x 37,5 cm


dengan bahan lapisan terbuat dari alumunium. Mesin lobi ini mempunyai lubang
lubang kecil yang terletak dibagian dalam bawah lobi. Lubang tersebut terbuat
dari bahan alumunium yang memiliki diameter 0,2 mm. Lubang tersebut
berfungsi untuk tempat keluarnya air dari dasar lobi, sehingga mineral pengotor
yang dimiliki bijih timah tersebut tersapu keluar lobi dan mengalir ke bak tailing.
Untuk kapasitasnya mesin lobi ini mampu menampung 3 kampel bijih
timah dengan berat masing masing 55 Kg. Setiap 3 kampel timah yang
dimasukkan ke lobi maka bijih timah yang dihasilkan oleh mesin lobi tersebut
menjadi 6 kampel yang dimana perbandingannya 1: 2 setiap kampelnya. Keluaran
30

dari mesin lobi ini mengandung timah yang dengan kadar yang lebih tinggi
dibandingkan pada saat belum dicuci dengan mesin lobi ini.
Untuk tailing yang dihasilkan dimasukkan didalam karung dan ditampung
didalam tempat penyimpanan tailing. Timah yang selesai dikumpulkan dalam
wadah penampunngan akan diangkut dengan Forklift.

Gambar 8. Forklift

Forklift adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkat beban yang


berat. Forklift ini berfungsi untuk memindahkan beban berkapasitas besar
sekaligus mampu diangkat dalam proses penataan diatas rak rak tinggi. Pada
proses pengeringan ini Forklift digunakan untuk mangangkat hasil dari lobi dan
mengangkutnya ke tempat penampungan sebelum dimasukkan ke dalam feed
Rotary Dry. Kapasitas dari forklift bisa mencapai 3000 kg dan memiliki tinggi
angkat hingga 8,5 meter.

4.2.2 Proses Pengeringan Rotary Dry


Pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan penguapan melalui
penggunaan energi panas. Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas tertentu
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Pengeringan di TB
1.42 ini menggunakan Rotary Dry. Rotary Dry bekerja menggunakan aliran panas
yang mengalir dimana terjadi kontak dengan bijih timah yang akan dikeringkan.
Proses pengeringan terjadi ketika bijih timah dimasukkan kedalam silinder
yang baru berputar, kemudian bersamaan dengan itu aliran panas mengalir dan
31

kontak dengan bahan. Didalam drum yang berputar terjadi gerakan pengangkatan
bahan dan menjatuhkan dari atas kebawah sehingga kumpulan bahan basah yang
menempel tersebut terpisah dan proses pengeringan bisa berjalan lebih efektif.
Bijih timah yang dikeringkan kemudian keluar melalui suatu lubang yang berada
pada bagian belakang pengering drum. Sumber panas yang didapatkan dari gas
yang diubah menjadi uap panas dengan cara pembakaran. Aliran panas berasal
dari sempubaran api pembakaran Liquidied Petrolium Gas (LPG) yang
menghasilkan suhu sebesar 230o C.
Kontak yang terjadi antara padatan dan gas pada alat pengeringan Rotary
Dryer dilengkapi dengan flight, yang diletakkan di sepanjang silinder Rotary
Dryer. Volume material yang ditransport oleh flight antara 10 sampai 15 % dari
total volume material bijih timah yang terdapat didalam rotary dryer.
Mekanismenya sebagai berikut, pada saat silinder pengering berputar,
padatan diambil keatas oleh flights, terangkat pada jarak tertentu kemudian
terhaburkan melalui udara. Hasil dari pengeringan rotary dryer akan mengurangi
10 % berat dari konsentrat timah sehingga lebih mudah dalam proses
pengangkutan. 10% berat yang hilang tersebut adalah kandungan air.

Gambar 9. Mesin Rotary Dryer


32

Gambar 10. Feed Rotary Dryer Gambar 11. Suhu Rotary Dryer

Gambar 12. RPM Rotary Dryer

4.2.3 Proses Pemisahan (Magnetic Saparator)


Magnetic Separator merupakan alat pemisah satu mineral atau lebih
dengan mineral lainnya yang memanfaatkan perbedaan sifat kemagnetan dari
mineral mineral yang dipisahkan. Mineral Mineral yang terdapat dalam bijih
timah akan memberikan respon terhadap medan magnet sesuai dengan sifat
kemagnetan yang dimilikinya.
33

Magnetic Separator terdiri dari 2 bagian yang dimana terdapat


beltconveyor dan magnet. Beltconveyor sendiri berfungsi sebagai tempat jalannya
konsentrat timah yang berasal dari hasil rotary dryer. Bentuk dari magnet pada
alat ini berbentuk seperti roll yang berada pada bagian dalam beltconveyor bagian
ujung sehingga ketika konsentrat timah tersebut melewati bagian tersebut mineral
pengotor yang memilki gaya tarik maget akan tertarik oleh magnet tersebut dan
konsentrat Sn jatuh kebawah karena tidak berpengaruh terhadap medan magnet
yang di lewatinya.
Setelah melewati magnet tersebut debu-debu atau pengotor yang
berukuran halus akan terbang karena dibagian ujung bawah belt conveyor
dipasang kipas yang berfungsi untuk menghilangkan debu yang ada pada
konsentrat tersebut. Terhamburnya debu menyebabkan konsentrat tersebut bersih
dari mineral mengotor dan siap untuk dikarungkan. Sebelum dikarungkan
konsentrat tersebut diletakkan diarea penampungan hasil dari magnetic tersebut
untuk didinginkan menggunakan kipas. Setelah kering konsentrat tersebut
dikarungkan secara manual oleh petugas dan untuk 1 karung memilki berat 55 kg
timah dengan kadar Sn <60%.

Gambar 13. Magnetic Saparator Gambar 14. Pengeluaran hasil dari


Magnetic Separator
34

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Pada tahap pengeringan mempunyai 3 tahapan yaitu proses peningkatan
kadar , proses pengeringan dan proses pemisahan bijih timah.
2. Alat yang digunakan pada tahap pengeringan adalah mesin lobi, rotary
dryer dan magnetic separator.
3. Perputaran mesin Rotary Dryer dipengaruhi oleh seberapa banyak feed
yang dimasukkan kedalam tabung. Kapasitas yang dimilki tabung Rotary
Dryer berkisar 300 sampai dengan 600 kg. Semakin banyak bijih timah
yang dimasukkan maka perputaran tabung akan melambat.
4. Proses pengeringan bijih timah dilakukan dalam 2 shift yaitu pada pagi
hari dan malam hari (selepas magrib).
5. Hasil dari Proses pengeringan mempunyai grade Sn rata rata >65 %.
6. Proses pengeringan merupakan proses yang paling akhir dari
pengolahan bijih timah di TB 1.42 Pemali.

5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut :
a. Pada instalasi pengeringan ini sebaiknya dilakukan pengecekan alat rutin
seminggu sekali agar dapat memperpanjang umur alat serta menjaga
kinerja alat agar tetap stabil.
b. Sebaiknya pada alat magnetik saparator digunakan tempat penampungan
mineral yang terbuang yang mengandung magnet agar tidak berserakan
dibawah alat magnetic saparator.
35

DAFTAR PUSTAKA

Armasiun. 2012.Metode Pengeringan Rotary Dryer.

IR.Irwan.2009.PengolahanBahanGalian.

Libus, Ichwan Azwardi.2007.Pedoman Teknik Penambangan Timah Alluvial


Didarat. PT Timah (Persore) Tbk.

Sutedjo Sujitno, 2007, Sejarah Penambangan Timah Timah Di Indonesia, Jakarta.


36

LAMPIRAN 1
Spesifikasi Alat Lobi

Panjang Lobi : 110 cm


Lebar Lobi : 52 cm
Tinggi Lobi : 43 cm
Diamaeter lubang dasar lobi : 0,2 mm
Kapasitas muatan : 200 Kg
37

LAMPIRAN 2
Spesifikasi Alat Rotary Dryer

Panjang : 407 cm
Diameter : 118 cm
Kemiringan : 30 Derajat
Kapasitas alat : 500 Kg s/d 700 Kg
Suhu : 300o C
Speed Range : 50 rpm
Lebar Feed : 60 x 80 cm
38

LAMPIRAN 3
Spesifikasi Alat Magnetic Saparator

Panjang : 332 cm
Kemiringan : 30o
Diameter magnet : 50 cm
Kapasitas Alat : 2 s/d 3 Kg
Banyak putaran /menit : 17 putaran
Jumlah Jalur Magnet : satu
39

LAMPIRAN 4
Diagram Alir
Proses Pengeringan Bijih Timah di TB 1.42 Pemali

Proses Peningkatan
Kadar Bijih
(Mesin Lobi )

Proses Pemanasan
(Rotary Dry)

Proses Pemisahan
(Magnetic Separator)
40

LAMPIRAN 5
PETA SITUASI TAMBANG
41

LAMPIRAN 6
PETA RENCANA KERJA
42

You might also like