You are on page 1of 5

PERAN PERAWAT DALAM MERAWAT LANSIA

Keperawatan Komunitas

DISUSUN OLEH:
AGNES
2014610003
Kelas C
Semester 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2017
Peran Perawat
Robbins (2001:227) mendefinisikan peran sebagai a set of expected behavior
patterns attri buted to someone occupying a given position in a socil unit. Dan menurut
Friedman M (1998: 286) peran adalah perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai
dengan posisi social yang diberikan baik secara formal maupun informal. Perilaku individu
dalam kesehariannya hidup bermsyarakat berhunungan erat dengan peran. Karena peran
mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu dalam bermasyarakat.
Sebuah peran harus dijalankan sesuai dengan norma- norma yang berlaku juga dimasyarakat.
Seorang individu terlihat status sosialnya hanya dari peran yang dijalankan kesehariannya.
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,
dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional. Dimana setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah
demi untuk kejelasan.
Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Proses penyembuhan lebih dari sekedar sembuh
dari penyakit tertentu, sekalipun pemberi ketrampilan tindakan yang meningkatkan kesehatan
fisik merupakan hal yang penting bagi pemberi asuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada
kebutuhan klien secara holistik, meliputi gaya mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan
sosial. Pemberi asuhan memberikan bantuan bagi klien dan keluarga dalam menetapkan
tujuan dan mencapai tujuan tersebut dengan menggunakan energi dan waktu yang minimal.
Di dalam peran sendiri terdapat struktur peran yang terjadi dikarenkan jika struktur social
seperti keluarga menciptakan tuntutan - tuntutan yang sangat sulit. Tidak mungkin
menimbulkan konflik bagi mereka yang menempati posisi dalam struktur sosial masyarakat.
(Friedman M. 1998:287). Struktur peran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Peran Formal (peran yang nampak jelas) Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen.
Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi
social sebagai peran (penyedia), pengatur rumah tangga, kekeluargaan, teraupetik dan
seksual.
b. Peran informal (peran tertutup) Yaitu suatu peran yang bersifat implicit (emosional)
biasanya tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan
emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga seperti anak, cucu dan
sahabat.
Menurut M. Hardjana (2003:85) mengatakan, Komunikasi Antarpribadi ialah
Interaksi tatap muka antar dua atau tiga orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan
secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung juga.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi Antarpribadi adalah
proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok
kecil orang (tiga orang), dengan umpan balik seketika (feedback).
Peran Informal
Dilihat dari lima aspek komunikasi antarpribadi :
1. Keterbukaan (openness)
2. Empati (emphaty)
3. Sikap Positif (positiveness)
4. Kesamaan (equality)
5. Dukungan (supportiveness)
peran perawat yang terdiri dari peran formal dan informal dalam komunikasi
antarpribadi dengan lansia terjalin cukup baik, perawat memberikan pelayanan, semangat dan
motivasi untuk membangun kreativitasnya Untuk membentuk peran perawat dalam
komunikasi antarpribadi dengan lansia Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda
ini, terdapat dua faktor yaitu peran formal dan peran informal yang dipengaruhi lima aspek
yang ditentukan sesuai dengan yang dikemukan oleh Joseph A. Devito yaitu keterbukaan
(openess), empati (empathy), sikap positif (positiveness), dukungan (supportiveness), dan
kesetaraan (equality).
Peran formal dilihat dari sisi keterbukaan yaitu perawat memposisikan dirinya sebagai
peran penyedia dasar (perawat) yang terbuka, dan dilihat dari empatinya perawat hanya
sekedar bersimpati kepada lansia, dari sisi kesamaan perawat memposisikan dirinya tidak
lebih dari sebagai perawat, dari sisi dukungan dan sikap positif perawat memberi dukungan
dan sikap positif selayaknya hubungan antara perawat dengan lansia.
Dengan bersikap kreatif didalam kehidupan maka lansia dalam menyalakan imajinasi,
menangkap dan mempertahankan minat lansia, meningkatkan kepuasan, menyeimbangkan
aspek stres dan kegembiraan di dalam kehidupan, meningkatkan antusiasme dan memberikan
cara untuk mengekspresikan diri. Untuk mengisi waktu luang dan meningkatkan stamina
otak, lansia dapat membuat berbagai kreativitas, diantaranya membuat bunga, tas manik -
manik, bross, dan berbagai pernak - pernik rumah tangga.
Komunikasi antarpribadi perawat kepada lansia sangat penting dalam membangun kreativitas
lansia maka dibutuhkan sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan, sabar dalam
mendampingi lansia, serta ketulusan akan tanggung jawab yang harus dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Untuk membentuk peran perawat dalam komunikasi antar pribadi dengan lansia ada
dua faktor yaitu peran formal dan peran informal yang dipengaruhi oleh lima aspek yang
ditentukan sesuai yang ditemukan oleh joseph A Devito yaitu keterbukaan (openees), empati
(empathy), sikap positif (positiveness), dukungan (suportiveness), dan kesetaraan (equality).
Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,
dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung keperawatan secara professional sesuai
dengan kode etik professional.
Dalam Prakteknya Keperawatan Gerontik Meliputi Peran Dan Fungsinya Sebagai Berikut:
1. Sebagai Care Giver /Pemberi Asuhan Langsung
Memberikan asuhan keperawatan kepada lansia yang meliputi intervensi/tindakan
keperawatan, observasi, pendidikan kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai
dengan pendelegasian yang diberikan.
2. Sebagai Pendidik Klien Lansia
Sebagai pendidik, perawat membantu lansia meningkatkan kesehatannya malalui pemberian
pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan tindakan medic yang diterima sehingga
klien/keluarga dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya. Sebagai
pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga
yang beresiko tinggi, kadar kesehatan, dan lain sebagainya.
3. Sebagai Motivator
Sebagai motivator,perawat memberikan motivasi kepada lansia
4. Sebagai Advokasi
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antar klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upeya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan
5. Sebagai Konselor
Memberikan konseling/ bimbingan kepada lansia, keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan sesuai prioritas. Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan penglaman yang lalu, pemecahan masalah
difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kea rah perilaku hidup
sehat.
Perawat menjalankan peran sebagai pendidik ketika klien, keluarga atau kelompok
masyarakat dianggap memerlukan pengajaran. Hubungan pengajar - orang yang belajar
adalah tingkatan lebih lanjut dari hubungan pertolongan perawatan. Di dalam hubungan
saling ketergantungan ini akan terbangun suatu kepercayaan. Perawat membangun rasa
percaya tersebut dengan berbagi pandangan objektif klien.

You might also like