You are on page 1of 5

TEKNIK BUDIDAYA GAHARU SERTA PERAN NYATA

PENYULUH KEHUTANAN DALAM BUDIDAYA GAHARU


Oleh : Firmansyah, S.Hut, M.Si
Penyuluh Kehutanan Ahli Pusat Penyuluhan BP2SDM

Berdasarkan sifat fisiologis jenis-jenis pohon penghasil gaharu yang tidak tahan
dengan cahaya matahari langsung (intoleran), maka sebaiknya teknik budidaya gaharu lebih
tepat pada hutan produksi bekas tebangan, tumpangsari atau tanaman sela pada hutan
campuran atau hutan rakyat seperti karet, kelapa, kopi, coklat bahkan bisa juga dengan sawit.
A. Penetapan Lahan
Selain dapat tumbuh di kawasan hutan, pohon gaharu juga dapat tumbuh di
pekarangan masyarakat. Karena itu sebenarnya warga memiliki banyak kesempatan untuk
menanam pohon yang menghasilkan getah wangi ini. Akan tetapi untuk memperoleh
pertumbuhan yang optimal, pohon penghasil gaharu perlu ditanam pada kondisi yang sesuai
dengan tempat tumbuhnya di alam. Tempat tumbuh yang cocok untuk tanaman penghasil
gaharu adalah dataran rendah, lereng-lereng bukit sampai ketinggian 750 meter di atas
permukaan laut.
Pohon gaharu tumbuh sangat baik pada tanah-tanah liat (misalnya podsolik merah
kuning), tanah lempung berpasir dengan drainase sedang sampai baik. Tipe iklim A-B dengan
kelembaban sekitar 80%. Suhu udara antara 22-28 derajat celcius dengan curah hujan berkisar
antara 2.000 s/d 4.000 mm/tahun. Lahan tempat tumbuh yang perlu dihindari yaitu: (1) lahan
yang tergenang secara permanent, (2) tanah rawa, (3) lahan dangkal (yang mempunyai
kedalaman kurang dari 50 cm), (4) pasir kuarsa, (5) lahan yang mempunyai pH 4,0.
B. Penetapan Jenis
Jenis pohon penghasil gaharu yang berkualitas yang terbukti laku dan diperjualbelikan
dipasar nasional maupun internasional diantaranya adalah Aquilaria malacensis, A.
microcarpa, A. fillaria dan Gyrinops cumingiana.
C. Penanaman
Penanaman benih gaharu sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan di pagi hari
sampai jam 11.00, dan dapat dilanjutkan pada jam 4 petang harinya. Penanaman bibit
penghasil gaharu dapat dilakukan secara sistem monokultur ataupun tumpangsari, akan tetapi
lebih disarankan dengan sistem tumpangsari dengan tanaman jagung, singkong, pisang atau
ditanam di sela-sela tanaman pokok yang telah tumbuh terlebih dahulu seperti karet, akasia,
sengon, dll. Jika tanaman gaharu ditanam pada lahan yang sudah ditumbuhi tanaman lain,
maka jarak tanaman gaharu minimal 3 m dari tanaman tersebut. Pada tahap awal pertumbuhan
di lapangan bibit penghasil gaharu memerlukan naungan. Dengan mengatur jarak tanam yang
tepat, tanaman penghasil gaharu tidak akan mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Jarak
tanam gaharu sangat fleksibel bisa 3 x 3 m (1.000 pohon/ha.), namun dapat juga 3 x 4 m
sampai 5 x 5 m. Ukuran lubang tanamnya adalah 30 x 30 x 40 cm. Lubang yang sudah digali
dibiarkan minimal 1 minggu agar lubang beraerasi dengan udara luar. Kemudian masukkan
pupuk organik minimum 1 kg/lubang, aduk dengan tanah galian bagian atas. Setelah beberapa
minggu pohon gaharu siap untuk ditanam. Bibit dapat ditanam dilapangan dengan tinggi 30 -
40 cm berumur sekitar 8 - 9 bulan dari persemaian.
D. Pemeliharaan
Sebenarnya tanaman penghasil gaharu tidak memerlukan perlakuan khusus karena
tanaman tersebut merupakan tanaman asli Indonesia yang hidup di hutan alam. Namun, untuk
mengoptimalkan pertumbuhannya dapat dilakukan pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan
sekali 3 bulan, namun dapat juga setiap 6 bulan dengan kompos sebanyak 3 kg melalui
pendangiran dibawah canopy. Penggunaan pupuk kimia seperti NPK dan majemuk dapat juga
ditambahkan setiap 3 bulan dengan dosis rendah (5 gr/tanaman) setelah tanaman berumur 1
tahun, kemudian dosisnya bertambah sesuai dengan besarnya batang tanaman. Pembersihan
gulma dapat dilakukan 3 bulan sekali atau pada saat dipandang perlu. Pemangkasan pohon
dapat dilakukan pada umur 3 sampai 5 tahun, dengan memotong cabang bagian bawah dan
menyisakan 4 sampai 10 cabang atas. Pucuk tanaman dipangkas dan dipelihara cukup sekitar
5 m, sehingga memudahkan pekerjaan inokulasi gaharu.
E. Hama dan penyakit
Penanaman gaharu dalam skala luas secara monokultur akan rentan terhadap serangan
hama dan penyakit. Dari hasil survey oleh Litbang Kementerian Kehutanan pada tahun 2005
telah ditemukan adanya serangan hama ulat daun di beberapa lokasi penanaman pohon
penghasil gaharu di Indonesia. Kemudian pada tahun 2008, serangan hama ulat di lokasi-
lokasi budidaya gaharu meningkat tajam. Akibat serangan ini, daun pohon penghasil gaharu
dapat rusak dan daun-daunnya habis dimakan, dan pohon tidak diberi kesempatan untuk
tumbuh kembali sehingga lama kelamaan pohon akan mati. Untuk mengantisipasi hama daun
penghasil gaharu ini diperlukan pengendalian secara integratif baik secara kimia dengan
insektisida, biologi, dengan predator alami maupun dengan sistem silvikultur.
Selain itu, pencegahan juga bisa dilakukan dengan pemangkasan pohon pelindung
agar kena cahaya matahari diikuti dengan penyemprotan pestisida. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Muhammad Nuh selaku penyuluh kehutanan sekaligus petani gaharu
di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat, untuk mencegah serangan hama paling ampuh
adalah dengan menggunakan dengan predator alaminya yaitu semut rangrang. Caranya
dengan memelihara tanaman untuk sarang semut rangrang misalnya tanaman mindi, jengkol
dll.
F. Pengendalian Jangka Pendek
Pengendalian dilakukan dengan cara menggunakan bahan kimia. Insektisida (kimiawi)
yang telah diuji cobakan, yaitu terdiri dari campuran 2 jenis insektisida kontak dan sistemik
ditambah perekat (untuk serangan musim hujan) dan pupuk daun. Hasil kombinasi bahan
kimia ini cukup memuaskan dimana hama ulat daun gaharu di KHDTK Carita mengalami
kematian dan dalam waktu satu minggu trubus daun muda pohon penghasil gaharu timbul
kembali. Namun demikian teknik penyemprotan bahan kimia secara manual kurang efiesien
dan praktis, untuk itu perlu dilakukan ujicoba penyemprotan dengan beberapa peralatan
mekanis berupa alat pengkabutan air yang bertekanan tinggi.

Tabel 1. Jenis-jenis insektisida yang digunakan untuk mengendaliakan hama ulat daun gaharu
Aquilaria microcarpa di KHDTK Carita, Banten.

No Jenis Insektisida Dosis Keterangan

1 Ripcord (Basf) 1cc/1 L Kontak

2 Caleb Tsan 2 EC 1cc/1L Sistemik

3 Bayfolan 1cc/1L Pupuk daun

4 Pro Sticcer 1cc/1L Perekat

Selain itu, dalam pengendalian jangka pendek perlu dilakukan usaha pencegahan dan
pengendalian sebagai berikut :
Membersihkan semak-semak di bawah pohon penghasil gaharu, sehingga kepompong yang
diletakan di tanah dapat dikendalikan dengan menggunakan bakteri (mis. Bacillus
thuringiensis) dan jamur (mis. Beauveria bassiana).
Perlakuan pemangkasan terhadap ranting-ranting pohon penghasil gaharu dimana diduga
ngengat-ngengat tersebut terbangnya rendah, sehingga apabila ranting-ranting di pangkas,
maka ngengat-ngengat tersebut tidak dapat meletakkan telur-telurnya di daun pohon
penghasil gaharu, di duga kemampuan terbang ngengat terbatas.
Pengendalian dengan biologi, belum dilakukan tetapi akan diuji cobakan.
G. Pengendalian Jangka Panjang
Melakukan tanaman campuran (teknik silvikultur), misalnya pohon penghasil gaharu
dicampur dengan pohon mimba (Azadirachta indica)
Melakukan ujicoba penggunaan predator semut untuk mengendalikan hama ulat yang
terdapat di KHDTK (Kawasan Khusus Dengan Tujuan Khusus) Carita, Propinsi Banten.
Mencari tanaman yang resisten terhadap hama dan pohon penghasil gaharu.
Di bawah ini foto hama ulat daun dan kutu putih pada tanaman gaharu.

Gambar 1. Penampakan hama ulat daun H. Vittessoides yang


menyerang pohon penghasil gaharu Aquilaria microcarpa

H. Link Video Youtube Peran Penyuluh Kehutanan dalam Budidaya Gaharu


Dalam rangka memudahkan pemahaman dan meningkatkan pengetahuan khalayak
sasaran utama dalam rangka budidaya gaharu, maka penulis juga telah meng-upload video
budidaya gaharu dengan judul Peran Penyuluh Kehutanan Di Dalam Budidaya Gaharu yang
penulis buat Tahun 2012 di Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat dengan narasumber Bapak
Muhammad Nuh selaku petani gaharu sukses dan Penyuluh Kehutanan. Akhir kata, mudah
mudahan tulisan dan video ini dapat berguna untuk meningkatkan pengetahuan khalayak
sasaran utama yaitu petani hutan untuk melakukan budidaya gaharu sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka nantinya.
Berikut Link Video Youtube yang telah penulis upload: https://youtu.be/Ba8fuQJABZQ
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kehutanan, 2003. Budidaya Gaharu. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi
Badan Litbang Kehutanan, Kementerian Kehutanan
Tarigan, K. 2004. Profil Pengusahaan Gaharu, Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan, Jakarta.
Santoso, Erdy. Maman Turjaman. 2011. Gaharu : Komoditas Unggulan Kehutanan. Pusat
Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Badan Litbang Kehutanan, Kementerian
Kehutanan
Santoso, Erdy. Maman Turjaman. 2011. Mengenal Jenis Pohon Penghasil Gaharu dan
Produk-Produknya. Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Badan Litbang
Kehutanan, Kementerian Kehutanan

You might also like