You are on page 1of 8

TEORI KONFLIK

Teori konflik telah diasaskan. Beliau ialah seorang ahli sains sosial dan ahli

ekonomi yang berasal dari Jerman. oleh Karl Marx yang kemudiannya diikuti oleh

Weber. Antara karya yang telah dihasilkan dalam memperkatakan mengenai teori

konflik ini adalah melalui karyanya terkenal iaitu the Communist Menifesto.

Pandangan teori konflik mengutamakan kaedah determinisme di mana ada kuasa

yang meramalkan sesuatu. Konflik bukanlah bermaksud di dalam keadaan yang

ganas tetapi berlaku dalam bentuk perjuangan parti-parti, persaingan dalam

institusi agama dan sebagainya. konflik ialah sesuatu yang semulajadi dalam

sesuatu masyarakat. Sesuatu konflik yang berlaku boleh mempercepatkan proses

kesetiaan dan keharmonian di dalam sesuatu kolompok sosial. Terdapat tiga

andaian penting mengenai teori konflik iaitu konsep dialektik, determinisme dan

aktivisme sosial. Konsep dialektik bermaksud evolusi bukan merupakan proses

utama kepada perubahan sosial tetapi sebab utama yang menghasilkan

perubahan sosial ialah konflik. Determinisme ekonomi pula bermaksud asas

kepada perubahan sosial adalah ditentukan oleh persainganpersaingan ekonomi.

Manakala aktivisme sosial bermaksud tugas utama analisisi sosial adalah kritikan.

Teori konflik terbahagi kepada dua iaitu aliran

Marx dan aliran Weber.


a) TEORI KONFLIK ALIRAN MARX.

Pandangan teori konflik aliran Marx adalah berasaskan tarsiran-tafsiran

sosiologikal terhadap karya-karya Mark. Mengikut pandangan pengikut teori

aliran Marx, mereka berpandangan bahawa teori bukanlah semata-mata

sebagai satu cara menganalisis struktur masyarakat tetapi lebih kepada cara

bagaimana sesuatu reformasi sosial berlaku dalam masyarakat. Konsep

sejarah materialisme Marx mempunyai tiga elemen penting iaitu ia merupakan

satu teori atau kaedah ilmiah, merupakan satu ajaran politik dan satu pegangan

hidup seakan agama . Fatimah Daud (1992).

Teori konflik aliran Marx beranggapan asas kepada pembentukan

sesebuah masyarakat adalah disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi seperti

tanah, modal, industri dan perdagangan. Asas kepada perubahan sesebuah

struktur masyarakat adalah disebabkan faktor-faktor berkaitan dengan

pengeluaran ekonomi. Faktor lain seperti agama, institusi politik, kekeluargaan dan

pendidikan pula menjadi superstruktur masyarakat. Sebarang perubahan yang

berlaku pada superstruktur masyarakat hanya akan berlaku jika terdapat

perubahan pada asasnya.

b) TEORI KONFLIK ALIRAN WEBER.

Tokoh yang membawa aliran teori konflik aliran ini ialah Max Weber.

Walaupun teori konflik berasaskan daripada teori konflik Marx, namun pandangan

aliran ini banyak bercanggah pendapat dengan teori konflik aliran Marx. Weber

menghujahkan bahawa perubahan sosial masyarakat bukanlah hanya disebabkan


oleh faktor konflik kelas sosial yang berpunca daripada faktor ekonomi semata-

mata tetapi turut berpunca daripada pelbagai faktor. Perkembangan kapitalisme di

barat bukanlah disebabkan faktor pengeluaran sahaja tetapi disebabkan oleh

faktor keagamaan ( Weber (1958).

Dalam proses menganalisis, Weber mengelaskan tiga dimensi konsep iaitu

kelas, status dan parti. Konsep kelas weber menyerupai konsep Marx kerana turut

dihubungkan dengan faktor ekonomi tetapi tidak bersetuju dengan pandangan

Marx yang menyatakan kuasa hanya berpunca daripada faktor ekonomi, tetapi

turut dipengaruhi oleh faktor lain iaitu status dan parti. Status merupakan

penghormatan sosial yang terdapat dalam struktur sosial yang

tersendiri.

Status bukanlah dinilai berdasarkan kekayaan, kuasa dan kelas sosial

tetapi ditentukan oleh gaya hidup. Kuasa pula merupakan bentuk kepimpinan yang

menyebabkan seseorang individu memaksa orang lain bagi mencapai matlamat

individu ataupun organisasi.

Dapat disimpulkan kelas wujud dalam hubungan ekonomi, status wujud

dalam hubungan sosial dan parti wujud dalam hubungan politik. Kumpulan status

dan kelas akan menggunakan parti sebagai organisasi bagi memperjuangkan

objektif mereka.

Dapat disimpulkan di sini bahawa aliran Weber menyatakan konflik dan

perjuangan yang berlaku alam masyarakat bukanlah disebabkan faktor ekonomi


semata-mata tetapi disebabkan memperjuangkan hak masing-masing supaya

dipandang tingi oleh masyarakat.

Teori Konflik Dahrendrof

Dahrendorf mengemukakan bahwa masyarakat mempunyai dua wajah

(konflik dan consensus). Dahrendorf dengan teoritisi konfliknya mengemukakan

bahwa masyarakat disatukan oleh ketidak bebasan yang dipaksakan. Dengan

demikian, posisi tertentu didalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan

otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengarahkan

Dahrendorf pada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi otoritas selalu

menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis (George Ritzer dan

Douglas J. Goodman, 2008: 154).

Dahrendrof memandang konflik dengan tiga tipe besar kelompok yaitu

kelompok semu, kelompok kepentingan, dan kelompok konflik. Kelompok semu

merupakan sekumpulan orang yang menduduki posisi dengan kepentingan peran

yang identik. Kelompok kepentingan adalah kelompok menurut pengertian

sosiologi dan mereka adalah agen sesungguhnya dari konflik kelompok. Mereka

memiliki struktur, bentuk organisasi, program atau tujuan dan personel anggota.

Kelompok konflik, atau yang benar-benar terlibat dalam konflik kelompok, muncul

dari sekian banyak kelompok kepentingan tersebut (George Ritzer dan Douglas J.

Goodman, 2008: 156-157).


Dahrendrof beranggapan bahwa konsep kepentingan laten

(kepentingan yang tersebunyi atau terselubung) dan manifes (kepentingan

yang tampak atau terlihat), kelompok semu, kelompok kepentingan dan kelompok

konflik menjadi dasar bagi penjelasan konflik sosial. Aspek terakhir dalam teori

konflik Dahrendrof adalah hubungan konflik dan perubahan. Secara ringkas,

Dahrendrof juga menyatakan bahwa kelompok-kelompok konflik muncul, mereka

terlibat dalam tindakan-tindakan yang memicu perubahan struktur sosial. Tatkala

konflik semakin intens, perubahan yang terjadi pun semakin radikal. Jika konflik

yang intens itu disertai pula dengan kekerasan, perubahan struktur akan terjadi

dengan tiba-tiba (George Ritzer dan Dougles J. Goodman, 2008: 284-285).

TEORI KONFLIK SIMMEL

Menurut Simmel masalah mendasar dari setiap masyarakat adalah konflik antara

kekuatan-kekuatan sosial dan individu, karena, pertama, sosial melekat kepada

setiap individu dan, kedua, sosial dan unsur-unsur individu dapat berbenturan

dalam individu, meskipun pada sisi lain dari konflik merupakan sarana

mengintegrasikan individu-individu. Karena setiap individu meiliki kepentingan

yang berbeda-beda dan adanya benturan-benturan kepentingan tersebut

mencerminkan dari sikap-sikap individu tersebut dalam usahanya memenuhi

kebutuhannya, dari sikap yang nampak ini Simmel memiliki sebuah pemikiran

yang menghasilkan konsep individualisme ini (dari kepribadian yang berbeda)


terwujud dalam prinsip-prinsip ekonomi, masing-masing, persaingan bebas dan

pembagian kerja

Sumbangan utama Simmel terhadap teori organisasi adalah tentang teori konflik

modern yang berusaha menjembatani antara konflik dalam bentuk abstrak dan

menunjukkan terjadinya konflik pada tingkatan yang lebih umum. Bukan hanya

sekedar konflik yang dijelaskan terhadap teori Marxist yaitu pertentangan kelas.

Menurut Simmel teori konflik pada waktu itu merupakan pemahaman yang

dibangun dalam tradisi Marxist tentang perubahan sosial, stratifikasi dan

pembahasan dalam organisasi yang berskala luas (macro). Teori konflik seperti

ini tidak menjawab mengapa terjadi dan kondisi apa yang merubah keadaan pada

kelompok. Pandangan Simmel memunculkan pemahaman yang lebih

komprehensif tentang konflik.

Ia menunjukkan bahwa sebuah konflik merupakan bentukan sosial yang

berinteraksi dan mendesainnya dalam kerangka untuk memecahkan dualisme

sebagai cara untuk mencapai kesatuan. Konflik tidak dimaksudkan untuk

menghentikan keteraturan sosial yang menyebabkan berhentinya kehidupan

masyarakat. Keteraturan dan konflik akan membentuk kesatuan atau kehidupan

sosial bersama dan secara keseluruhan akan bersifat positif.

Dalam konsep yang negatif, masyarakat atau kelompok dipahami sebagai entitas

tanpa keperbedaan atau terisolir dari keberagaman. Konflik dalam teori Simmel

diidentifikasikan sebagai berikut:


1. Kompetisi diartikan sebagai bentuk konflik tak langsung dimana

kemenangan harus terjadi akan tetapi bukan merupakan tujan akhir dan

setiap pelaku tertuju pada tujuan tanpa menggunakan kekuatan dalam

perlawanan dari partai selanjutnya (konsumen) atau untuk semuanya.

2. Untuk melindungi dirinya sendiri dari konflik dalam kelompok yang lebih

besar, konflik dilokalisir pada kelompok kecil karena dalam kelompok kecil

terdapat solidaritas yang lebih organis yang bisa mentolerir konflik atau

mencegah konflik yang lebih besar. Konflik dibatasi oleh norma-norma dan

hukum yang menjadikannya sebuah kompetisi yang lebih murni. Kompetisi

seperti ini secara tidak langsung meningkatkan manfaat bagi yang lain.

3. Konflik dalam kelompok akan menciptakan rasa memiliki kelompok

terhadap anggota, sentralisasi terhadap struktur dan menciptakan

persekutuan. Kelompok akan membangun eksistensi sosialnya terhadap

musuh mereka ketika kelompok menghadapi adanya perlawanan dari

musuh.

Georg Simmel membedakan beberapa bentuk konflik antara lain : konflik hukum,

konflik mengenai prinsip-prinsip dasar, pertandingan antagonistik, pribadi,

hubungan intim, dan kelompok. Pertama kesatuan itu ada karena persetujuan

mereka akan peraturan dasar atau prinsip-prinsip yang mengatur konflik atau yang

karenanya konflik itu ada. Simmel juga membedakan konflik antara kelompok

dalam dan kelompok luar. Para anggotanya bersatu memusatkan perhatian pada

usaha bersama untuk menghadapi atau mengalahkan musuh bersama. Akibat


konflik yang bersifat integrasi kelompok dalam seperti ini sering terlihat dalam

kelompok minoritas tergantung pada posisi mereka bersama terhadap masyarakat

yang lebih besar.

George Simmel menyatakan bahwa masyarakat yang sehat tidak

hanyamembutuhkan hubungan sosial yang bersifat integrative dan harmonis,

tetapi juga membutuhkan adanya konflik

Tidak ada kehidupan tanpa konflik. George Simmel menyatakan bahwa konflik

tidak akan pernah lenyap dari panggung kehidupan masyarakat, kecuali lenya

bersamaan dengan lenyapnya masyarakat.

You might also like