You are on page 1of 23

BAB I

LAPORAN KASUS

I. Identifikasi Pasien
Nama : By.N
Umur : 14 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Kikim Selatan, Lahat
No. Rekam Medis : 22.26.85
MRS tanggal : 18 Februari 2017, pukul: 17.24 WIB

II. Anamnesis
Pada tanggal : 20 November 2016
Alloanamnesis : Ibu kandung
Keluhan Utama : Lenting lenting berisi cairan jernih yang tersebar di seluruh
tubuh
Keluhan Tambahan : Demam

Riwayat perjalanan penyakit:


Pasien datang dengan keluhan timbul lenting-lenting sejak 2 hari SMRS. Lenting
lenting awalnya muncul pada muka, keesokan harinya menyebar ke tangan kaki punggung
perut telinga dan dada pasien. Keluhan disertai dengan demam yang dirasakan sejak 3 hari
SMRS. Ibu pasien mengatakan hal ini baru pertama kali dialami pertama kali oleh anaknya.
Menurut ibu pasien, pasien belum mendapat obat. Menurut ibu pasien hal ini awalnya terjadi
pada nenek dan ibu pasien 6 hari SMRS. Keluhan batuk, pilek dan mencret tidak ada. Bintik
bintik merah pada pasien disangkal.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


- Riwayat penyakit dengan gejala serupa disangkal
- Riwayat alergi disangkal

IV. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


- Riwayat keluarga : ibu dan nenek pasien mengalami hal yang sama

1
- Riwayat alergi ayah dan ibu disangkal
V. Riwayat Kelahiran dan Persalinan
Riwayat Keluarga

Tn.R Ny.D

By.N

Kehamilan dan kelahiran


Masa kehamilan : cukup bulan
Partus : spontan pervaginam
Tanggal lahir : 04 Februari 2016
Tempat Lahir : Klinik bidan praktek mandiri
Ditolong oleh : bidan
BB : 3000 gram
PB : Ibu lupa
Keadaan lahir : langsung menangis
Periksa hamil : Ibu rutin periksa kehamilan di bidan setiap bulan sekali dan
pernah memeriksakan kehamilan dengan dokter Sp.OG 2 kali
selama kehamilan.
Riwayat ibu demam tinggi selama kehamilan (-), riwayat KPD
(-), riwayat ketubahn hijau kental berbau (-)

VI. Riwayat Makanan

ASI : Sejak lahir hingga sekarang pasien minum ASI

VII. Riwayat Imunisasi


Ibu mengatakan sudah melakukan imunisasi lengkap, mengikuti jadwal yang ada di
buku yang diberikan oleh bidan.
BCG :-
Hepatitis : 1x(usia 0)

2
Polio :-
DPT :-
Campak :-
Kesan : Imunisasi dasar belum lengkap

VIII. Riwayat Perkembangan Fisik


Gigi Pertama :- Duduk :-
Berbalik :- Berdiri :-
Tengkurap :- Berjalan :-
Merangkak :- Berbicara :-
Kesan : Perkembangan fisik sesuai usia

XI. Riwayat Perkembangan Mental


Isap jempol :-
Mengompol :-
Aktivitas : pergerakan aktif
Ketakutan :-

X. Riwayat Sosial Ekonomi

Os merupakan anak pertama dari pasangan Ayah Tn. R, pendidikan terakhir SMA,
seorang wiraswasta dan Ibu Ny. D, pendidikan terakhir SMA, seorang ibu rumah tangga.
Penghasilan rata-rata perbulan berkisar antara Rp 1.500.000 Rp 3.000.000,-
Kesan : sosial ekonomi cukup

XI. Riwayat Lingkungan


Penderita tinggal di rumah permanen bersama orang tua dan neneknya. Rumah
penderita terdiri dari 2 kamar, 1 ruang tamu/ keluarga, 1 dapur, dan 1 kamar mandi dengan
lantai semen. Penderita tidur dengan memakai kelambu. Nenek dan Ibu penderita mengalami
keluhan yang sama.
Kesan : Sanitasi lingkungan dan higienitas cukup

3
XII. Pemeriksaan Fisik (19 November 2016)
Keadaan Umum
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan Darah :-
Frekuensi Nadi : 122 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi Nafas : 48 x/menit
Suhu : 37,8oC
BB : 3200 gr
PB : 48 cm
Status Gizi (Z-Score)
BB/U : antara -2SD sampai +2SD
PB/U : antara -2SD sampai +2SD
BB/PB : antara -1SD sampai +1SD
Kesan : Gizi Baik

Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Hitam, lebat, halus, tidak mudah dicabut, distribusi normal, allopecia (-)
Mata : Pupil bulat, isokor, 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis
(-), sklera ikterik (-), edema palpebra (-)
Hidung : Deformitas (-), nafas cuping hidung (-), deviasi septum (-), hipertrofi
konkha (-), mukosa hiperemis (-), sekret (-), sisa bekuan darah (-)
Bibir : Sianosis (-), pucat (-), mukosa bibir basah
Lidah : Tremor (-), coated tongue (-), typhoid tongue (-), atrofi papil (-)
Tenggorokan : Faring hiperemis (-), tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Telinga : Deformitas (-), nyeri tarik aurikula (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan
tragus (-), serumen (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thoraks
Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

4
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba, thrill tidak teraba
Auskultasi : Irama reguler, bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : timfani pada seluruh region abdomen, shifting dullness (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal

Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)


Ekstremitas : Akral hangat (+), CRT<2, edema pretibia (-)
Kulit
- Regio : hampir seluruh tubuh (generalisata)
- Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa, terdapat pustul
terutama pada lengan dan punggung dan krusta warna putih dan
kuning terutama pada punggung atas, tersebar diskret.

XIII. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium (18 februari 2017)
Pemeriksaan Darah Rutin
Hb : 13.5 gr/dl
Hematokrit : 52.9%
Leukosit : 15.600/mm3
Trombosit : 400.000/mm3

XIV. Resume
Bayi perempuan, 14 hari, datang dengan keluhan timbul lenting-lenting sejak 2 hari
SMRS. Lenting lenting awalnya muncul pada muka, keesokan harinya menyebar ke tangan
kaki punggung perut telinga dan dada pasien. Keluhan disertai dengan demam yang dirasakan
sejak 3 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan hal ini baru pertama kali dialami pertama kali

5
oleh anaknya. Menurut ibu pasien hal ini awalnya terjadi pada nenek dan ibu pasien 6 hari
SMRS.

Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum sakit sedang dan rewel, kesadaran
kompos mentis. Pemeriksaan tanda vital: N: 122x/menit, teratur, isi dan tegangan cukup, RR:
48x/menit, Temperatur: 37,8oC. Status gizi (BB/TB) berdasarkan Growth Chart WHO
berada antara -2SD dan +2SD yang berarti Os dalam keadaan status gizi baik. Pemeriksaan
efloresensi tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa, terdapat pustul terutama pada
lengan dan punggung dan krusta warna putih dan kuning terutama pada punggung atas,
tersebar diskret.
Pemeriksaan labolatorium Hb: 13.5 gr/dl, Ht: 52.9% Leukosit: 15.600/mm3,
Trombosit: 400.000/mm3.

XV. Diagnosis Kerja


Varicella
Klinis Sepsis
XVI. Diagnosis Banding
-
XVII. Tatalaksana
Non Farmakologis
- Menjelaskan kepada ibu pasien agar jangan mengaruk dan memecahkan lenting-lenting
tersebut karena dapat menimbulkan bekas luka garukan di kulit. Menaburkan bedak
pada lenting.
- Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat lenting-
lenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu kencang.
- Pasien dianjurkan untuk mengindari kontak dengan kerabat untuk mencegah penularan.
Farmakologis
- IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg
- Acyclovir 4x60mg
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

XVIII. Prognosis
Quo ad vitam : bonam

6
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

FOLLOW UP

Sabtu, 19 Februari 2017

S Hari perawatan ke-2 (Demam hari ke-5)

Demam (+), rewel, menyusu kuat


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 138x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 53 x/menit
T : 38,8oC
BB : 3200 gr
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa,
terdapat pustule terutama pada lengan dan punggung dan krusta warna
putih dan kuning terutama pada punggung atas, tersebar diskret.

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H2)
- Acyclovir 4x60mg (H1)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Minggu, 20 Februari 2017

S Hari perawatan ke-3 (Demam hari ke-6)

Demam (+), rewel, menyusu kuat


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 140x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 50 x/menit

7
T : 38,2oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa,
terdapat pustule terutama pada lengan dan punggung dan krusta warna
putih dan kuning terutama pada punggung atas, tersebar diskret.

Hb : 16.1/WBC : 16.400/ Plt : 284.000

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H3)
- Acyclovir 4x60mg (H3)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Senin, 21 Februari 2017

S Hari perawatan ke-4 (Demam hari ke-7)

Demam menurun, menyusu kuat


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 142x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 52 x/menit
T : 37,5oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel berkurang krusta (+)

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro

8
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H4)
- Acyclovir 4x60mg (H3)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Selasa, 22 Februari 2017

S Hari perawatan ke-5

Demam (-), menyusu kuat


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 140x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 50 x/menit
T : 38,2oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel berkurang krusta (+)

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H5)
- Acyclovir 4x60mg (H4)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Rabu, 23 Februari 2017

S Hari perawatan ke-6

Demam (-), menyusu kuat


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 145x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 50 x/menit
T : 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)

9
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel berkurang krusta (+)

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H6)
- Acyclovir 4x60mg (H5)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Kamis, 24 Februari 2017

S Hari perawatan ke-7


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 145x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 50 x/menit
T : 36,7oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel berkurang krusta (+)

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H7)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Jumat, 25 Februari 2017

10
S Hari perawatan ke-8

Demam (+)
O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 149x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 53 x/menit
T : 38,2oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel berkurang krusta (+)

A Varicella + Klinis Sepsis


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H8)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.
- Cek DDR

Sabtu, 26 Februari 2017

S Hari perawatan ke-8

Demam (-)
O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 149x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 53 x/menit
T : 37,3oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel mulai mengering

11
Malaria :+

A Varicella + Klinis Sepsis + Malaria


P - IVFD D10% gtt X mikro
- Inj. Ceftazidime 2x160mg (H9)
- CQ 30mg/30mg/15mg (H1)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.

Minggu, 27 Februari 2017

S Hari perawatan ke-8


O Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 150x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 52 x/menit
T : 37,0oC
Kepala : konjuntiva anemis (-), sclera ikterik (-), NCH (-)
Faring hiperemis, Tonsil T1-T1 hiperemis (-)
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Cor : Reguler, BJ I-II normal, murmur (-),
gallop (-)
Pulmo : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
epigastrium, BU(+) normal
Ekstremitas : akral hangat, anemis (-), CRT< 2
Efloresensi : Vesikel-vesikel mulai mengering

A Varicella + Klinis Sepsis + Malaria


P - CQ 30mg/30mg/15mg (H2)
- Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah.
- BLPL

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

12
DEFINISI

Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-
anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak,
mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan
dengan adanya bercak gatal disertai dengan papul, vesikel, pustula, dan pada akhirnya,
Krusta, walaupun banyak juga lesi kult yang tidak berkembang sampai vesikel.1

Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya
terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat
bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia.
Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan. 2

Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas umur
1 tahun. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika
Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat
masuk sekolah. 2

Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita
varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan
cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena
dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang
timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised,
penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering
diikuti nyeri pada kulit. 1

EPIDEMIOLOGI

Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi paling
sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan
persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin
dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap
tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian
tinggi pada balita, dewasa, dan dengan orang imun yang terkompromi. Pada rumah tangga,
persentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-86%.3

13
Manusia merupakan host alami yang diketahui untuk VZV, dimana dikaitkan dengan dua
bentuk kesakitan- yang bentuk primer sebagai varisela (chickenpox) dan bentuk sekunder
sebagai herpes zoster. VZV merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya
dari oral udara atau sekresi respirasi atau terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit
melalui transmisi fetomaternal. Serangan sekunder meningkat pada kontak rumah yang
rentan melebihi 85%.2

Pada iklim temperatur, angka infeksi enunjukkan variasi musiman yang ditandai, dengan
epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi. Sebaliknya, tidak ada variasi
musiman yang terlihat pada iklim tropis. Alasan untuk perbedaan penandaan ini tidaklah
jelas, meskipun telah didukung dengan pemanasan, dan kurangnya peningkatan paparan pada
virus dalam bulan musim hangat dapat menyebabkan beberapa perbedaan. Di india,
disamping dekat dengan perbataan, angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar
rumah telah didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua
epidemis besar yang terpisah selama 23 tahun. 3

Meskipun infeksi primer asimptomatik adalah jarang, studi serologis mendukung bahwa
reinfeksi subklinis adalah sering. Jarangnya, pasien dengan imunokompeten dapat mengalami
episode kedua dari varicella. Varicella dalam iklim temperatur lebih sering timbul pada usia
sebelum sekolah dan anak usia sekolah kurang dari usia 10 tahun dengan insidensi tertinggi
pada kelompok usia 3-6 tahun. Disamping prevalensi varisela pada anak-anak, beberapa
orang pada iklim temperatur dapat menenai orang dewasa tanpa adanya paparan : sebuah
studi rekrut militer di United States pada era prevaksin menunjukkan bahwa 8% tentara yang
direkrut adalah seronegatif, dengan peningkatn angka seronegative pada non kulit putih dan
lebih tinggi angka seronegative pada tentara yang asalnya di luar United States. 4

ETIOLOGI

Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes
Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk
icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek
(S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan
disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. 1

Varicella Zoster Virus dapat menyebabkan varicella dan herpes zoster. Kontak pertama
dengan virus ini akan menyebabkan varicella, oleh karena itu varicella dikatakan infeksi akut

14
primer, sedangkan bila penderita varicella sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian
terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. 1

PATOGENESIS

Virus Varicella Zooster masuk dalam mukosa nafas atau orofaring, kemudian replikasi virus
menyebar melalui pembuluh darah dan limfe ( viremia pertama ) kemudian berkembang biak
di sel retikulo endhotellial, pada banyak kasus virus dapat mengatasi pertahanan non-spesifik
seperti interferon dan respon imun. Satu minggu kemudian virus mulai menyebar melalui
pembuluh darah (viremia ke dua) maka timbullah demam dan malaise. Penyebaran keseluruh
tubuh terutama kulit dan mukosa. Lesi kulit muncul tidak bersamaan, sesuai dengan siklus
viremia. Pada keadaan normal siklus ini berakhir setelah 3 hari akibat adanya kekebalan
humoral dan seluler spesifik. 4

Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil
dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel kulit dan glandula sebacea dan terjadi
pembengkakan. Lesi pertama ditandai dengan adanya makula yang berkembang cepat
menjadi papula, vesikel da akhirnya menjadi crusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk
makula dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit. Dan
membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan
yang lebih dalam. 4

Degenarasi sel akan diikuti dengan terbentuknya sel raksasa berinti banyak, dimana
kebanyakan dari sel tersebut mengandung inclusion body intranuclear type A4

Penularan secara airborne droplet. Virus dapat menetap dan laten pada sel syaraf. Lalu dapat
terjadi reaktivitas maka dapat terjadi herpes Zooster. 1

GEJALA KLINIS

Gejala mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi pada anak-anak yang berusia
diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala demam sedang dan rasa tidak enak badan,
gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak yang lebih musa. Pada
permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan
lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa
didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah

15
kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan
perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. 1

Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika
lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang
nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi. 3

Gambar 1. Gejala klinis varicella zoster3

Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih
dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi
pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan
bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar
air akan lebih sulit menghilang. 3

Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering menyebabkan
gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran pernapasan bagian
atas, rectum dan vagina. 4

Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada
pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar
air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan
kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan
oleh staphylococcus. 4

16
Anak-anak biasanya sembuh dari cacar air tanpa masalah. Tetapi pada orang dewasa maupun
penderita gangguan sistem kekebalan, infeksi ini bisa berat atau bahkan berakibat fatal. 4

Pada anak sehat yang sebelumnya nirmal, penyakit ini secara umum dan biasanya jinak,
dengan komplikasi yang paling sering adalah infesi sekunder bakteri dari lesi kult. Jaringan
parut merupakan komplikasi lain yang sering. Komplikasi neurologis meliputi encephalitis
dan ataxia cerebellar akut. Varisela encephalitis dengan insiden 0,1% secara umum tampak
mengalami nyeri kepala, kejang, pola pemikiran yang terganggu, dan muntah, dengan angka
mortalitas sebear 5 hingga 20%. Ataxia serebelar akut sedikit lebih jarang (0,025% insidensi)
dibandingkan ensefalitis dan secara umum tampak dalam 1 minggu ruam dengan ataxia,
muntah, pembicaraan yang terganggu, vertigo, dan atau tremor, dengan resolusi dalam 2
hingga 4 minggu. 4

Pada anak defisiensi imun atau kurang gizi yang tidak ditangani dengan asiklovir intravena,
angka kematian berkisar antara 15 hingga 18%. Kasus ini dikarakteristikan dengan
penyebaran, dengan pneumonia, miokarditis, artritis, hepatitis, perdarahan, dan ensefalopaty
(ataxia serebelar lebih sering). Super infeksi lesi kulit dengan Staphylococcus aureus atau
Streptococcus pyogenes dapat menyebabkan pioderma, impetigo, erysipelas, nephritis,
gangrene, atau sepsis. Pada tropis Amerika, varisella pada anak usia muda, anak kekurangan
gizi dapat berkomplikasi menjadi diare berat. 3

Orang dewasa tampak mempunyai penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan anak-
anak. Dengan peningkatan 15 kali lipat pada mortalitasnya. Varisella onset dewasa lebih
sering berkomplikasi dengan pneumonitis dan ensefalitis, dengan secara klinis pneumonitis
lebih dari 15 % kasus. 4

Orang dari area tropis yang pindah ke area temperatur berada dalam resiko untuk varisela
onset dewasa, terutama jika kontak dengan anak usia muda. Varisela ibu pada gestasi awal
menimbulkan secara jarang ke sindrom varisela kongenital yang ditandai dengan defek kulit,
atrofi ekstremitas, dan disfungsi sistem otonom. Maternal varisela pada gestasi akhir dapat
menimbulkan varisela neonatus, dengan angka mortalitas sama tingginya dengan 30% pada
bayi yang tidak diterapi. 4

Infeksi VZV rekuren bermanifestasi sebagai herpes zoster (shingles), sebuah penyakit yang
biasanya terlihat pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun. Data menunukkan
perbedaan rasial dalam resiko timbulnya zoster, dengan orang tua kulit putih lebih sering

17
berada dalam resiko dibandingkan dengan orang tua berkulit hitam. Zoster juga dapat timbul
jarang pada anak-anak. Zoster pada pasien imunnocompromise dapat menjadi lebih berat. 4

Peningkatan insidensi zoster pada usia sama halnya dengan pasien imunocompromised
dikarenakan penurunan anti-VZV cell-mediated immunity. Menariknya, ada bukti bahwa
paparan pada orang yang seropositive terhadap varisela terlindungi dari perkembangan
zoster, tertama dengan menambah respon imunnya. Setelah infeksi primer, VZV (seperti
HSV) timbul pada keadaan latent dengan ganglia saraf kranial dan spinal. Stimuli non
spesifik seperti stress, imunodefisiensi atau malignansi dapat mengaktivasi virus laten dengan
keterlibatan distribusi saraf yang disalurkan melalui ganglion yang terkena. Herpes zoster
timbul setelah 3- to 4-day gejala prodromal demam, lesu, dan gangguan gastrointestinal dan
erupsi vesikular kutaneus yang nyerei pada distribusi dermatomal. Ruam biasanya unilateral
dan sepanjang hanya satu dermatom. Pada kasus yang berat, erupsi dapat menjadi lebih
umum dan variseliform. Vesikel sembuh dalam 5 hari, tetapi postherpetic neuralgia dapat saja
ada. Postherpetic neuralgia, terlihat pada lebih dari 50% pasien diatas 50 tahun, didefinisikan
sebagai nyeri konstan atau intermiten lebih dari durasi satu bulan pada area yang melibatkan
dermatom. Infeksi dari mata, Herpes zoster ophthalmicusmerupakan kondisi yang serius
karena dapat menyebabkan kebutaan. Sindroma Ramsay Hunt didefinisikan sebagai
keterlibatan trias dari meatus auditorius eksternal, hilangnya rasa pada lidah dan palsy fasialis
ipsilateral. Keterlibatan dari medula spinalis dapat menyebabkan kelumpuhan atau palsy saraf
kranial. 5

Resiko dari ensefalitis meningkat pada orang tua dengan keterlibatan saraf kranial dan pada
pasien AIDS. Postzoster ensefalitis dapat timbul dalam 3 bentuk : infark yang dikarenakan
vaskulitis pembuluh darah besar, leukoensefalopati multifokal dan ventrikulitis. 5

DIAGNOSIS

Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah dieradikasi,
biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali dibutuhkan untuk
dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat, dermatitis kontak dan
penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan vesikel kurang sensitif untuk
HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari. 2

Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana hasilnya
diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik dapat

18
membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi
lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel
raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat jelas dibedakan dari HSV. Bagaimanapun,
immunofluorescence pada kultur atau mengambil dengan menggunakan antibodi spesifik
dapat membedakan antara HSV-1, HSV-2, dan VZV. Deteksi serologis IgM dan tingginya
titer atau empatkali peningkatan IgG anti VZV antibodi dapat berguna dalam beberapa kasus.
2

Deteksi dari IgM dapat meunjukkan infeksi primer (chicken pox), dimana baik tinggi titernya
atau empat kali peningkatan igG mengindikasikan rekurensi. Bagaimanapun, peningkatan
IgM juga dapat terlihat pada rekurensi. Diagnosis klinis herpes zoster virus pada orang
dewasa juga biasanya tidak sulit dalam memberikan karakteristik pola dermatom. 2

DIAGNOSIS BANDING

Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat menimbulkan
vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth infection dan
exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan differensial
diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes simpleks
dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau
kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral
penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi
Herpes zoster. 3

Pemeriksaan Laboratorium

- Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik.


- Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan an
dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa
(giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion
Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen,
sehingga terlihat antigen virus intrasel.
- Isolasi virus dapat dilakukan dengan menggunakan fibroblast pada embrio manusia.
Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel, kadang-kadang ada darah.
- Antibodi terhadap varicella dapat dideteksi dengan pemeriksaan Complemen Fixation
Test, Neurailization Test, FAMA, IAHA, dan ELISA. 3

19
PENGOBATAN

Meskipun vidarabine dan interferon- telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang berat,
asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV yang
berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi asiklovir oral
dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada remaja dan
kontak dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada.
Dikarenakan strain resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus
dipertimbangkan untuk infeksi berat dalam keadaan ini. 3

atau 500mg/m2, intravena tiap 8 jam selama 7 hari dan vidrabin 10mg/kgBB selama 5 hari.
Anak yang mendapatkan terapi asiklovir disarakan harus mendapatkan cukup hidrasi karena
asiklovir dapat mengkristal di tubulus renal bila diberikan pada individu yang dehidrasi. 3

Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal dari zoster
telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan menurunkan durasi
serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis
herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan
analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gamma-
aminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat
berguna untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak. 1

Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin.
Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung
mentol atau fenol. 2

Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering mungkin
dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap
kering dan bersih. 2

Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri,
diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. 2

Untuk menurunkan demam, sebaiknya gunakan asetaminofen, jangan aspirin. Karena aspirin
dapat memberikan efek samping yang buruk pada anak-anak Obat anti-virus boleh diberikan
kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja,

20
karena pada remaja penyakit ini lebih berat. Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika
diberikan dalam wakatu 24 jam setelah munculnya ruam yang pertama. 3

KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: 5

- Pneumonia karena virus


- Peradangan jantung
- Peradangan sendi
- Peradangan hati
- Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa)
- Ensefalitis (infeksi otak).
PROGNOSIS

Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis


yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. 5

Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 7,5 dari 10.000 kasus varicella. 5

Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering


menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5

Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa


mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 27% dan sebagian besar penyebab
kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 5

PENCEGAHAN

Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi cacar air dan memiliki resiko tinggi mengalami komplikasi (misalnya
penderita gangguan sistem kekebalan), bisa diberikan immunoglobulin zoster atau
immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varisela biasanya diberikan kepada anak yang
berusia 12-18 bulan. 3

BAB III

21
ANALISA KASUS

TEORI PASIEN
Timbul ruam kulit disertai demam yang tidak Pasien datang dengan keluhan timbul lenting-
begitu tinggi dan malaise, nyeri kepala, lenting sejak 2 hari SMRS. Lenting lenting
anoreksia, nyeri tenggorok dan batuk. awalnya muncul pada muka, keesokan
Ruam kulit muncul di muka dan kulit kepala, harinya menyebar ke tangan kaki punggung
dengan cepat menyebar keseluruh badan dan perut telinga dan dada pasien. Keluhan
ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian disertai dengan demam yang dirasakan sejak
yang tertutup. Penyebaran varicella bersifat 3 hari SMRS. Ibu pasien mengatakan hal ini
sentrifugal. Gambaran yang menonjol adalah baru pertama kali dialami pertama kali oleh
perubahan yang cepat dari makula kemerahan anaknya. Menurut ibu pasien hal ini awalnya
ke papula, vesikula, pustula dan akhirnya terjadi pada nenek dan ibu pasien 6 hari
menjadi krusta. Perubahan ini hanya terjadi SMRS.
dalam 8-12 jam. Gambaran vesikel khas, Tampak vesikel-vesikel dengan dasar
superficial, dinding tipis dan terlihat seperti eritematosa, terdapat pustul
tetesan air. terutama pada lengan dan punggung dan
krusta warna putih dan kuning terutama pada
punggung atas, tersebar diskret
Dosis asiklovir 80mg/kgBB/hari peroral, Acyclovir 4x60mg
BB : 3200
terbagi dalam 5 dosis dalam 5 hari

DAFTAR PUSTAKA
22
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007
2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil dari
http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012.

3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta : 2005
4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003
5. Dewi M. Cacar Air (Varicella). Diambil dari Medicastore.com
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id=&iddtl=38&idktg=&idobat=&U
ID=20071115181404219.83.83.58. Diakses pada tanggal 7 Maret 2012.

23

You might also like