You are on page 1of 4

PEMILIHAN SUMBER PEMBIAYAAN

1. Dampak Dari Menahan Laba (pendanaan internal)


Menurut Myers (dalam Diyanto,2003) menjelaskan bahwa perusahaan lebih
cenderung memilih pendanaan yang berasal dari pendanaan internal dibandingkan
dengan sumber pendanaan yang berasal dari pendanaan eksternal seperti hutang.
Apabila digunakan dana yang berasal dari eksternal urutan pendanaan yang disarankan
perusahaan yaitu yang pertama adalah dari laba ditahan, diikuti utang dan yang
terakhir penerbitan ekuitas baru.
Keputusan perusahaan dalam menentukan sumber dana yang akan digunakan
akan menghasilkan dampak bagi perusahaan tersebut. Ketika sumber pendanaan internal
digunakan, maka akan timbul opportunity cost, dan ketika dana eksternal digunakan, maka
akan timbul biaya modal sebesar biaya bunga yang dibebankan kreditor. Dalam hal ini,
fungsi keuangan utama yang dilakukan oleh manajer keuangan dalam membuat keputusan
yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana perlu mempertimbangkan hal-hal dalam
pemenuhan kebutuhan dana perusahaan.
Menurut pernyataan Standar Skuntansi Keuangan (2009), dividen yang dibayar dapat
diklafikasikan sebgai arus kas pendanaan karena merupakan biaya perolehan sumber daya
keuangan. Sebagai alternative, dividen yang dibayar dapat diklafikasikan sebagai komponen
arus kas dari aktivitas operasi dengan maksud membantu para pengguna laporan kas dari
aktivitas operasi dalam menilai kemampuan perusahaan membayar dividen dari arus kas
operasi.
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana paling penting
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan
laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi
total sumber dana intern atau internal financing, sebaliknya, jika perusahaan memilih untuk
menahan laba yang diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana intern akan semakin
besar. Besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham tergantung dari
kebijakan dividen masing-masing perusahaan, karena tidak ada suatu ukuran tertentu dalam
menentukan pembayaran dividen.
Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor
mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi.
1. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan
keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya
lebih tinggi.
2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Karena adanya efek
nilai waktu, satu dolar pajak yang dibayarkan di masa mendatang mempunyai biaya
efektif yang lebih rendah daripada satu dolar yang dibayarkan hari ini.
3. Jika selembar saham dimiliki seseorang sampai meninggal sama sekali tidak ada
pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat
menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan
demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal.
Karena adanya keuntungan keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian maka para investor akan
mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada
perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

2. Dampak Dari Pendanaan melalui modal dan distribusi laba


Penerbitan saham mengisyaratkan adanya pengembalian yang diharapkan oleh
pemodal. Terkait dengan unsur pajak dalam dividen, Miller dan Scholes (1978) dalam Fama
dan French (1997), beranggapan bahwa kebijakan atas pembayaran dividen yang tinggi akan
memindahkan harga saham karena dividen dikenakan pajak yang tinggi daripada keuntungan
modal (Brennan 1970 dalam Fama dan French 1997). Bagi perusahaan yang membagikan
dividen, apapun bentuknya (dividen tunai dan dividen saham), bukan merupakan pengurang
beban pajak perusahaan. Pengembalian yang diharapkan investor tidak hanya berupa dividen
saja melainkan juga keuntungan modal. Pajak atas keuntungan modal dapat ditunda hingga
penjualan saham yang sesungguhnya (ketika direalisasi).
Selain itu, dengan menjual saham untuk merealisir keuntungan modal, pemodal
membayar biaya transaksi tertentu dan (seharusnya) membayar pajak. Tetapi dengan
menerima dividen (tidak perlu membayar biaya transaksi), pemodal justru hanya membayar
pajak. Hal ini dapat menyebabkan pajak atas keuntungan modallebih kecil dari dividen
(Husnan dan Pudjiastuti, 2004).
Terdapat dua sumber pendanaan eksternal yaitu investor ekuitas (disebut juga pemilik
atau pemegang saham) dan kreditor (pemberi pinjaman). Investor ekuitas merupakan sumber
utama pendanaan. Investor menyediakan pendanaan dengan harapan untuk mendapatkan
pengembalian atas investasi mereka. Setelah mempertimbangkan pengembalian yang
diharapkan (expected return) dan resiko pengembalian adalah bagian investor ekuitas atas
laba perusahaan dalam bentuk distribusi laba atau reinvestasi laba. Distribusi laba adalah
pembayaran dividen kepada pemegang saham. Dividen dapat dibayar langsung dalam bentuk
tunai atau deviden saham, atau secara tidak langsung melalui pembelian kembali saham.
Pembayaran dividen mengacu pada proporsi laba yang didistribusikan, yang sering
dinyatakan dalam ratio atau presentase yaitu ratio, pembayaran dividen reinvestasi laba atau
laba ditahan mengacu pada penahanan laba dalam perusahaan untuk digunakan dalam bisinis
perusahaan : yang disebut pula pendanaan internal. Reinvestasi laba sering diukur dengan
ratio penahanan. Reinvestasi laba juga diukur dengan pertumbuhan ekuitas. Earning retention
ratio. (Sering diukur dengan rasio penahanan/rasio laba di tahan= 1- dividen payout rasio)
Investor memberikan pendanaan dengan harapan mendapatkan pengembalian atas
investasi mereka, setelah mempertimbangkan pengembalian yang di harapkan dan resiko.
3. Dampak dari Pendanaan Melalui utang (Debt Financing) Terutama oleh Pemegang
Sahamnya.
Keputusan pendanaan baik hutang maupun modal (ekuitas), memiliki indikasi
pengenaan pajak, sehingga pajak seharusnya menjadi pertimbangan potensial. Hal ini
dikarenakan perusahaan berusaha untuk membayar beban pajak yang rendah dengan
menanggung beban bunga yang tinggi, dan memunculkan penghematan pajak yang dapat
digunakan untuk investasi dan pembagian dividen.
Hutang mempakan salah satu bentuk pendanaan yang dipilih oleh pemsahaan untuk
mendanai kegiatan operasionalnya. Para pemilik pemsahaan (pemegang saham) cenderung
menghindari hutang yang ekstrim baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang, karena
akan menurunkan nilai perusahaan. Jika dipaksakan, memungkinkan munculnya biaya
kebangkrutan yang terdiri dari legal fee dan distress price (aset perusalaan yang dihargai
murah sewaktu dinyatakan bangkrut).
Pendanaan berupa hutang dibagi menjadi dua yaitu (1) hutang jangka pendek (kurang
dari 1 tahun) lazim digunakan untuk kebutuhan jangka pendek terdiri atas hutang dagang dan
kewajiban yang masih harus dibayar seperti upah dan pajak, dan (2) Hutangjangka panjang
adalah hutang dengan yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya berbentuk
hipotek dan obligasi. Jika terjadi Iikuidasi, kreditor akan dibayar terlebih dahulu dari hasil
penjualan aktiva tetap yang dipergunakan sebagai agunan dalam perjanjian kreditnya.
Pendanaan berupa hutang diproksikan ke dalam (Debt to Equity Ratio) DER. Rasio
DER (Debt to Equity Ratio) mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER menunjukkan tingginya
ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham (dalam bentuk
dividen). Tingginya DER (Debt to Equity Ratio) selanjutnya akan mempengaruhi minat
investor terhadap saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham
yang tidak menanggung terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER (Debt to Equity
Ratio) berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

You might also like