You are on page 1of 351

SEMINAR NASIONAL KEOLAHRAGAAN DAN WORKSHOP

NEUROMUSCULAR TAPING

Surabaya, 29 Agustus 2016

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA INDONESIA MELALUI


DUNIA PENDIDIKAN DAN KEBUGARAN JASMANI BANGSA

ISBN 978-602-17477-4-2

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2016

i
SEMINAR NASIONAL
KEOLAHRAGAAN DAN WORKSHOP
NEUROMUSCULAR TAPING

Penyusun:
TIM PENYUSUN Possiding

Penanggung Jawab
Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes.

Penanggung Jawab Pelaksana


Drs. Gatot Darmawan, M.Pd.

Sekretaris
Dwi Lorry Juniarisca, S.Pd., M.Ed.
M. Sulton Arifin, S.Pd., M.Pd.

Editor
Dr. Dwi Cahyo Kartiko, M.Kes.
Junaidi Budi Prihanto, S.KM., M.KM.
Kolektus Oky Ristanto, M.Pd.

ISBN 978-602-17477-4-2

Cetakan I : Agustus 2016


Desain Sampul : Hijrin, Oky

Penerbit :
CV. RIZKI AULIA (Penerbit dan Percetakan)
Jl. Raya Gadung Driyorejo
Perumahan Menteng Regency Blok B-8
Gadung - Gresik - Jawa Timur
Telp. 031-7522851

Bekerjasama:

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Surabaya


Alamat ; Jl. Kampus Unesa Lidah Wetan, Kec. Lakarsantri, Surabaya

@Hak cipta di lindungi oleh Undang-undang

ii
KATA PENGANTAR EDITOR

Salam Olahraga,

Selamat Datang di Kota Surabaya, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri


Surabaya.

Sebuah kebahagiaan dan kehormatan bagi kami semua dapat berkumpul di


Surabaya, FIK Unesa dengan peserta Seminar Nasional dan Workshop Keolahragaan
dengan tema MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA INDONESIA MELALUI DUNIA
PENDIDIKAN DAN KEBUGARAN JASMANI BANGSA, kegiatan ini sangat penting
untuk menjaga silaturahmi, membahas perkembangan olahraga, prestasi olahraga,
kajian ilmiah seputar olahraga dan memperingati Hari Olahraga Nasional.
Seminar dan Workshop Keolahragaan ini merupakan moment yang sangat tepat
karena berkumpul pakar-pakar, dosen, pemerintah dan pihak-pihak yang memiliki
perhatian terhadap perkembangan dan kemajuan olahraga Nasional.Tulisan-tulisan
yang masuk ke panitia sangat beragam dan banyak diantaranya artikel, beberapa
tulisan tidak dapat kami akomodir karena tulisan-tulisan tersebut secara ilmiah masih
kurang memenuhi.
Semoga tulisan-tulisan yang terakomodir dapat memberikan manfaat bagi kita
semua dlaam memperluas wawasan dan olahraga nasional, selamat berseminar.
Permintaan maaf yang dalam atas segala kekurangan. Terima Kasih. Wassalam

Surabaya, 29 Agustus 2016


Salam hormat,
Editor,

Junaidi& Oky

iii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
Jurusan
Pendidikan
1 Endang Sri Wahjuni OVERTRAINING 1-9
Olahraga FIK
Unesa
PENGEMBANGAN SENAM
BINA DARMA UNTUK
AKTIVITAS PEMBELAJARAN FKIP,
Noviria Sukmawati, AKTIVITAS RITMIK Universitas
2 10-15
Selvi Melianty PENDIDIKAN JASMANI Bima Darma
OLAHRAGA DAN Palembang
KESEHATAN DI SEKOLAH
MENENGAH ATAS
SURVEI TINGKAT
KEBUGARAN JASMANI FKIP,
Muslimin, Rizqi SISWA KELAS XI SMA SE- Universitas
3 16-21
Ramadhani KECAMATAN MUARA Bima Darma
TELANG KABUPATEN Palembang
BANYUASIN
MODEL PENGENALAN
Anung Probo Ismoko, AKTIVITAS JASMANI BAGI PJKR STKIP
8 22-31
Danang Endarto Putro SISWA Pacitan
TAMAN KANAK-KANAK
PENGARUH LATIHAN LARI
BOLAK-BALIK 20-YARD,
Program
DRILL TIGA CONE, DAN
Muhammad Maki Pasca
10 DRILL EMPAT CONE DRILL 32-43
Amirudin Sarjana
TERHADAP PENINGKATAN
Unesa
KECEPATAN DAN
KELINCAHAN
PENGARUH LATIHAN
IMAGERY RELAXATION
DAN SELF TALK
TERHADAP KONSENTRASI
Ari Iswanto, Budi PJKR STKIP
13 DAN KEBERHASILAN 3 44-63
Dermawan PGRI Pacitan
POINT SHOOT
MAHASISWA PUTRA PRODI
PJKR STKIP PGRI PACITAN
ANGKATAN 2014
PENGARUH LADDER DRILL
ICKY SHUFFLE DAN HOP Program
SCOTCH TERHADAP Pasca
14 Gatot Margisal Utomo 81-96
PENINGKATAN Sarjana
KELINCAHAN DAN Unesa
KECEPATAN REAKSI

iv
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
PENDIDIKAN JASMANI DAN
Maftukin Hudah, Agus KARAKTER DISIPLIN DALAM PGRI
15 97-108
Wiyanto MEMBENTUK OLAHRAGA Semarang
PRESTASI
PENGARUH LATIHAN ROPE
JUMP 10, 20, DAN 30 DETIK
Program
DENGAN INTERVAL
Pasca
16 Yuyun Dwi Astyorini TRAINING 1:3 TERHADAP 109-123
Sarjana
POWER
Unesa
OTOT TUNGKAI DAN
KELINCAHAN
PENGARUH PERMAINAN
TRADISIONAL TERHADAP
KEMAMPUAN GERAK
Mecca Puspitaningsari, DASAR LOKOMOTOR (Studi STKIP
17 124-128
Nurdian Ahmad pada siswa SDN Cukir I Diwek Jombang
Jombang dan SDN
Pandanwangi II Diwek
Jombang)
Perbandingan Pengaruh
Latihan Hollow Sprints dan
Repetition Sprints
Prodi S1
dengan Menggunakan
18 Arif Kustoro Penkesrek 129-140
Interval Training Ratio 1:3
FIK Unesa
dan 1:5 Terhadap
Kecepatan dan Power Otot
Tungkai
PENGARUH LATIHAN CORE
STABILITY STATIS (PLANK
DAN SIDE PLANK) DAN Program
CORE STABILITY DINAMIS Pasca
19 Januarshah Zulvikar 141-149
(SIDE LYING HIP Sarjana
ABDUCTION DAN OBLIQUE Unesa
CRUNCH) TERHADAP
KESEIMBANGAN
PENGARUH LATIHAN
HEAVY BAG THRUST
UNTUK MENINGKATKAN
Slamet, Ni Putu Nita Prodi PKO
20 HASIL TOLAK PELURU 150-156
Wijayanti, Khoiruddin FKIP Unri
MAHASISWI PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA
2A ANGKATAN TAHUN 2014
PENGARUH LATIHAN
FRONT BOX JUMP DAN Program
Gilang Mucharror
ROPE JUMP TERHADAP Pasca
21 Alfansuri, Achmad 157-170
KEKUATAN OTOT TUNGKAI Sarjana
Widodo, Wijono
DAN POWER OTOT Unesa
TUNGKAI

v
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
PENERAPAN METODE
KOOPERATIF TIPE JIGSAW
DALAM KURIKULUM 2013
TERHADAP HASIL BELAJAR PJKR Univ.
22 Puspodari MATERI GIZI SEIMBANG Nusantara 171-176
PADA SISWA KELAS V PGRI Kediri
SDN 1 MOJO KABUPATEN
KEDIRI TAHUN PELAJARAN
2015/2016
EVALUASI TINGKAT
KEBUGARAN JASMANI
PJKR Univ.
Reo Prasetiyo SISWA KELAS VIII PADA
23 Nusantara 177-182
Herpandika SMP N 1 PAPAR
PGRI Kediri
KABUPATEN KEDIRI TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
IMPLEMENTASI VIDEO
IMITASI GERAK BERBASIS
VISUAL UNTUK SLB Autis
MENINGKATKAN Lab UM,
Luthansyah Nur Iswara,
24 KEMAMPUAN GERAK PJKR IKIP 182-188
Lutfil Amin, Havid Yusuf
MOTORIK HALUS PADA Budi Utomo
SISWA AUTIS KELAS IV DI Malang
SLB AUTIS LABORATORIUM
UM
PERBANDINGAN MODEL
LATIHAN CIRCUIT TRAINING
Program
GAME DAN CIRCUIT
Susilaturochman Pasca
25 LADDER DRILL UNTUK 188-198
Hendrawan K Sarjana
MENINGKATKAN
Unesa
KELINCAHAN (AGILITY) DAN
KECEPATAN (SPEED)
PENGARUH LATIHAN LEG
PRESS DAN LEG
EXTENSION DENGAN ONE
Program
LEG HOP PROGRESSION
Pasca
26 Muhammad Wahyono DAN DOUBLE LEG HOP 199-209
Sarjana
PROGRESION TERHADAP
Unesa
KEKUATAN OTOT TUNGKAI
DAN POWER OTOT
TUNGKAI
PENGARUH PEMBERIAN
CREATINE MONOHYDRATE
Program
TERHADAP KEKUATAN
Pasca
27 Asrofi Shicas Nabawi DAN DAYA TAHAN SETELAH 210-225
Sarjana
MELAKUKAN LATIHAN FISIK
Unesa
DENGAN INTENSITAS
MAKSIMAL

vi
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL

RANGKAIAN GERAK SENAM


Edy Mintarto, Fransisca Prodi S1 PKO
28 ARTISTIK PUTRA TINGKAT 226-233
Januarumi FIK Unesa
JUNIOR

EFEK PEMIJATAN ELEKTRIK


Prodi S1
SEBELUM OLAHRAGA
29 Eva Ferdita Yuhantini PJKR FIK 234-241
MENINGKATKAN DAYA
Unesa
TAHAN HANDSTAND
PERBANDINGAN ANALISIS
BIOMEKANIK OLAHRAGA
PADA SAAT USAIN BOLT
Prodi S1
MERAIH MEDALI EMAS LARI
30 Dwi Cahyo Kartiko PJKR FIK 242-253
100 METER
Unesa
OLIMPIADE BEIJING 2008,
OLIMPIADE LONDON 2012,
DAN OLIMPIADE RIO 2016
PENGARUH LATIHAN T
PUSH-UP DAN CROCODILE Penjaskesrek,
31 Rendhitya Prima Putra PUSH-UP TERHADAP UN PGRI 254-264
POWER OTOT LENGAN DAN Kediri
KEKUATAN OTOT LENGAN
KEMAMPUAN SHOOTING
SEPAKBOLA DITINJAU DARI
POWER OTOT TUNGKAI,
KOORDINASI MATA-KAKI
DAN KESEIMBANGAN UN PGRI
32 M. Anis Zawawi 265-275
DINAMIS PADA SISWA Kediri
SEKOLAH SEPAKBOLA
(SSB) GARUDA USIA 15-17
TAHUN KECAMATAN
PATIANROWO TAHUN 2016.
PERBANDINGAN MODEL
PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE (TGT)
DENGAN MODEL
PJKR FIK
33 Ades Setiawan PEMBELAJARAN 276-281
Unesa
LANGSUNG TERHADAP
HASIL BELAJAR PASSING
BAWAH PADA PERMAINAN
BOLAVOLI
PENGARUH CIRCUIT
TRAINING CORE STABILITY
Progam
STATIS DAN CORE
Indra Gunawan Pasca
34 STABILITY DINAMIS 282-288
Pratama Sarjana
TERHADAP KESEIMBANGAN
Unesa
DAN KEKUATAN OTOT
PERUT

vii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
MELALUI PRAKTIK DAN
LATIHAN DISIPLIN
MENINGKATKAN PRESTASI
FKIP
Muhammad Kharis BELAJAR PENJASKES DI
35 Kahuripan 289-306
Fajar KELAS IV SDN BUNTARAN II
Kediri
KECAMATAN REJOTANGAN
KABUPATEN
TULUNGAGUNG
SURVEI PERMAINAN DAN
OLAHRAGA TRADISIONAL
FKIP,
DALAM PEMBELAJARAN
Universitas
36 Dewi Septaliza PENJASORKES SISWA DI 307-315
Bima Darma
SEKOLAH DASAR
Palembang
KABUPATEN OGAN
KOMERING ILIR
EFEK SISTEM RESPIRASI Prodi S1
37 Irma Febriyanti TERHADAP LATIHAN PJKR FIK 316-325
AEROBIC Unesa
PENGARUH METODE
LATIHAN DAN MOTIVASI
FKIP,
BERLATIH TERHADAP
Universitas
38 Riyan Pratama PENINGKATAN 326-336
Bima Darma
KETERAMPILAN DASAR
Palembang
BERMAIN BOLA BASKET
PADA ATLET PEMULA
PENGARUH PENDEKATAN
TAKTIS TERHADAP
Ginanjar KETERAMPILAN
Nugraheningsih, TENDANGAN PENCAK SILAT PJKR STKIP
Ardhika Falaahudin, PADA MAHASISWA PJKR Sukabumi
Wening Nugraheni SEMESTER 4 UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
SUKABUMI

UJI VALIDITAS TES LARI 800


Awang Firmansyah, METER SEBAGAI PREDIKSI
Unair, Unesa
Achmad Widodo KEMAMPUAN OKSIGEN
MAKSIMAL (VO2 Max)

PENGARUH LATIHAN
BALLNASTIC
MENGGUNAKAN METODE Program
INTERVAL TRAINING 1:3 Pasca
Fitra Punjung Agung P
DAN 1:5 TERHADAP Sarjana
POWER DAN DAYA TAHAN Unesa
ANAEROBIC PADA PEMAIN
SEPAKBOLA

viii
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
PENGARUH PEMBERIAN
TUGAS BELAJAR
Program
(AKTIVITAS FISIK HARIAN)
Pasca
Kholili TERHADAP KETERCAPAIAN
Sarjana
TUJUAN PJOK (PENDIDIKAN
Unesa
JASMANI, OLAHRAGA, DAN
KESEHATAN)
PERBANDINGAN
PEMBELAJARAN MATERI
PERMAINAN BOLA BESAR Program
Abi Fajar Fathoni DALAM PENDIDIKAN Pasca
JASMANI, OLAHRAGA DAN Sarjana UM
KESEHATAN ANTARA
INDONESIA DAN KANADA
ANALISIS PROFIL
FIPSK
KEBUGARAN JASMANI DAN
Buyung Universitas
STATUS GIZI SISWA
Kusumawardhana PGRI
SMK ASHODIQIYAH KOTA
Semarang
SEMARANG

PROFIL PERKEMBANGAN PJKR,


MOTORIK SISWA SEKOLAH FPIPSKR,
Fajar Ari Widiyatmoko DASAR SETELAH Universitas
PENERAPAN KURIKULUM PGRI
2013 Semarang

SURVEI TINGKAT
KEBUGARAN ANGGOTA
PGRI
Pandu Kresnapati KLUB JANTUNG SEHAT
Semarang
BINA MADANI DI MASJID
AGUNG SEMARANG
PENERAPAN METODE
BERMAIN AIR UNTUK
MENINGKATKAN PERCAYA
DIRI PADA ANAK
Nofi Marlina Siregar1, TUNAGRAHITA DI
FIK UNJ
Dinti Oktaviani Haerudin LABORATORIUM
PENDIDIKAN KHUSUS
GEDUNG DAKSINAPATI
UNIVERSITAS NEGERI
JAKARTA
PENGARUH LATIHAN
HURDLE HOPS DAN Program
MULTIPLE BOX TO BOX Pasca
Bayu Akbar Harmono
SQUAT JUMPS TERHADAP Sarjana
KEKUATAN DAN POWER Unesa
OTOT TUNGKAI

ix
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
PENGARUH PEMBERIAN
THAI MASSAGE DAN SPORT Program
MASSAGE Pasca
Wulan Fitri Utami
TERHADAP PENURUNAN Sarjana
KADAR ASAM LAKTAT DAN Unesa
GLUKOSA DARAH
PENGARUH LATIHAN
PARTNER-RESISTED BACK
SQUAT TERHADAP
Kristi Agust, Muhamad PJKR Unsri,
KEKUATAN OTOT TUNGKAI
Khoirudin PKO Unsri
PADA TIM BOLA VOLI
PUTRA SMA NEGERI 2
PEKANBARU
PENGARUH LATIHAN CORE
STABILITY STATIS (PLANK
DAN SIDE PLANK) DAN Program
CORE STABILITY DINAMIS Pasca
Januarshah Zulvikar
(SIDE LYING HIP Sarjana
ABDUCTION DAN OBLIQUE Unesa
CRUNCH) TERHADAP
KESEIMBANGAN
PENGARUH LATIHAN
HEAVY BAG THRUST
UNTUK MENINGKATKAN
Slamet, Ni Putu Nita Prodi PKO
HASIL TOLAK PELURU
Wijayanti, Khoiruddin FKIP Unri
MAHASISWI PENDIDIKAN
KEPELATIHAN OLAHRAGA
2A ANGKATAN TAHUN 2014
HUBUNGAN KELENTUKAN
TOGOK DAN KEKUATAN
OTOT TUNGKAI TERHADAP Universitas
Ika Novitaria Marani KECEPATAN MENYELAM Negeri
NOMOR 50 METER APNEA Jakarta
PADA ATLET FINSWIMMING
DKI JAKARTA
STUDI EVALUATIF
TENTANG KEBERADAAN
SEKOLAH PROGRAM BAKAT
Program
ISTIMEWA DI MADRASAH
Pasca
Zainul Arifin TSANAWIYAH NEGERI
Sarjana
MALANG III BERDASARKAN
Unesa
8 STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN TINGKAT
SMP/MTS

x
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
PENGARUH LATIHAN
INTERVAL DAN LATIHAN
KONTINYU TERHADAP
Fadil A. Sumarta Unesa S2
TERHADAP DENYUT NADI
ISTIRAHAT DAN
PENINGKATAN VO2MAX
MENINGKATKAN PRESTASI
OLAHRAGA MELALUI
KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PJKR Univ.
Septyaning Lusianti,
OUTBOUND TRAINING Nusantara
M.Pd
DENGAN MENGGUNAKAN PGRI Kediri
METODE DEDUKTIF PADA
SISWA KELAS 1 SMA
PAWYATAN DAHA KEDIRI
PERBEDAAN PENGARUH
ANTARA LATIHAN
LANGSUNG DAN TIDAK
LANGSUNG TERHADAP
KEMAMPUAN SEPAK SILA Univ.
Nur ahmad Muharram DALAM PERMAINAN Nusantara
SEPAKTAKRAW PADA PGRI Kediri
MAHASISWA PUTRA
PEMBINAAN PRESTASI
SEPAKTAKRAW UN PGRI
KEDIRI TAHUN 2016
IMPLEMENTASI VIDEO
IMITASI GERAK BERBASIS
VISUAL UNTUK SLB Autis
MENINGKATKAN Lab UM,
Luthansyah Nur Iswara,
KEMAMPUAN GERAK PJKR IKIP
Lutfil Amin, Havid Yusuf
MOTORIK HALUS PADA Budi Utomo
SISWA AUTIS KELAS IV DI Malang
SLB AUTIS LABORATORIUM
UM
VALIDASI KUESIONER Prodi S1
Setiyo Hartoto PERCAYA DIRI DALAM PJKR FIK
BELAJAR RENANG Unesa
MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR LARI SPRINT
MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TEAM
Hendrik Mentara
GAMES TOURNAMENT
(TGT) PADA SISWA KELAS V
SD BALA KESELAMATAN
PALU

xi
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL

PERBANDINGAN
PENDIDIKAN JASMANI DI Prodi S1
Bambang Ferianto
NEGARA INDONESIA, PJKR FIK
Tjahyo Kuntjoro
NEGARA JEPANG DAN Unesa
NEGARA BELANDA
PENGARUH MODIFIKASI
SASARAN BALON
Prodi S1
TERHADAP MINAT SISWA
Robby Aufar Rizqi PJKR FIK
EKSTRAKURIKULER
Unesa
PANAHAN SMP NEGERI 1
MANTUP
HUBUNGAN ANTARA DAYA
LEDAK OTOT LENGAN DAN Program
KELENTUKAN OTOT Pasca
Rahmat Hidayat
PUNGGUNG PADA HASIL Sarjana
TOLAK PELURU GAYA Unesa
ORTODOK
MOTIVASI BELAJAR
MATAKULIAH PENCAK
SILAT PADA MAHASISWA
Prodi S1
PESERTA UNIT KEGIATAN
Hamdani PJKR FIK
MAHASISWAPENCAK SILAT
Unesa
(Studi pada Mahasiswa
Jurusan Pendidikan Olahraga
Angkatan 2014)
PENERAPAN MODEL
PELATIHAN BOX JUMP DAN Prodi S1
Sapto Wibowo ROPE JUMP PEMAIN PJKR FIK
BULUTANGKIS PPLP JAWA Unesa
TIMUR
SURVEI STATUS GIZI
BERDASARKAN INDEKS
MASSA TUBUH, BERAT
Faridha Nurhayati, Prodi S1
BADAN RELATIF, DAN
Sasminta Christina Yuli PJKR FIK
BERAT BADAN IDEAL PADA
Hartati Unesa
MAHASISWA S-1
PENJASKESREK ANGKATAN
2015/2016

Prodi S1
Juanita Dolores HIPERTROFI OTOT AKIBAT
PJKR FIK
Hasiane Nasution LATIHAN
Unesa

xii
OVERTRAINING
Endang Sri Wahjuni

Pendidikan Olahraga, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Surabaya


sriwahjuniendang@yahoo.co.id

Abstrak

Overtraining adalah suatu keadaan dimana seseorang yang melakukan latihan yang
terlalu banyak, terlalu berat dan atau menambah beban terlalu cepat, dengan istirahat
yang sangat kurang yang meyebabkan turunnya penampilan seorang atlet. Ada 3 tahap
overtraining yaitu overload training, overreaching, overtraining syndrome, yang
masing-masing memunculkan gejala-gejala fisik maupun mental, dan yang paling berat
adalah bila sudah sampai pada tahap overtraining syndrome.Upaya penanganan
overtraining adalah dengan istirahat. Lama dan jenis istirahatnya juga sesuai dengan
tingkatan overtraining, bahkan pada keadaan yang berat seorang yang mengalami
overtraining syndrome perlu istirahat dalam jangka waktu cukup lama yaitu beberapa
minggu sampai bulan. Olehkarena itu upaya pencegahan lebih diutamakan diantara
dengan pengaturan gizi yang baik dan seimbang, management latihan yang baik, dan
istirahat yang cukup dan sesuai dengan jenis latihannya.

Kata kunci :Overtraining, gejala, penanganan, pencegahan.

A. PENDAHULUAN olahraga ini mempengaruhi perubahan


Setelah bertanding dan sukses respon fisiologi awal dari tubuh.
dalam suatu event kejuaraan misalnya Tubuh perlu mengadakan adaptasi
Kejurnas Pra PON, biasanya atlet terhadap latihan, untuk memberi
beristirahat beberapa minggu. Istirahat kesempatan tubuh memperbaiki
ini sering dimaknai sebagai istirahat gangguan hemostasis seluler.
total, bukan istirahat ala atlet yang Walaupun tidak ada kejadian yang
tetap harus mempertahankan dayatahan terlalu berat, diasumsikan bahwa
kadiovaskulernya. Apabila waktu proses pemulihan akan terus berjalan
pelatda PON dimulai, tuntutan latihan ketika hemostasis sedang memperbaiki
sering ditingkatkan mendadak Hal kerusakan sel ke level yang normal,
inilah yang menyebabkan atlet bahkan akan berlanjut sampai
mengalami suatu keadaan yang disebut tingkatkan overkompensasi terjadi.
overtraining. Titik dimana pemulihan dan
Dalam olahraga, penampilan overkompensasi secara komplit terjadi
seorang atlet tergantung pada tidak diketahui, dan tidak ada
pemeliharaan keseimbangan antara pengukuran yang bisa menunjukkan
latihan dan istirahat yang optimal. awal proses pemulihan terjadi. Hal ini
Secara tradisional diketahui bahwa menyebabkan ketidaktahuan kapan
olahraga akan menyebabkan gangguan tubuh membutuhkan istirahat untuk
hemostasis di tingkat seluler, dan pemulihan di tingkat seluler. Sehingga

1
kurangnya waktu istirahat dalam latihan, sistem recovery, reversibility,
jangka waktu yang lama akan specificity dan lain-lain. Komponen-
menyebabkan tubuh tidak diberi komponen dan asas-asas latihan seperti
kesempatan untuk memperbaiki intensitas dan volume latihan,
kerusakan di tingkat selnya sehingga overkompensasi, involusi, dan lain-lain
akan terjadi gangguan yang dikenal perlu dipahami oleh pelatih . (Harsono.
dengan istilah overtraining. 2003).
Namun seorang pelatih juga
B. LATIHAN tidak boleh melupakan atau perlu
Latihan merupakan suatu menghindari beban latihan yang
kegiatan olahraga yang sistematis berlebih (overtraining) pada atlet-
dalam waktu yang panjang, atletnya. Menurut Bompa (1994)
ditingkatkan secara bertahap dan bahwa overtraining adalah keadaan
perorangan, bertujuan membentuk patologis latihan. Keadaan tersebut
manusia yang berfungsi fisiologisnya merupakan akibat dari tidak
untuk memenuhi tuntutan tugas. seimbangnya antara waktu kerja dan
(Bompa.1994) waktu pulih asal, maka over-
Pada prinsipnya latihan adalah kompensasi tidak akan terjadi dan
memberi tekanan fisik secra teratur, dapat mencapai keadaan kelelahan.
sistematis,berkesinambungan
sedemikian rupa sehingga dapat C. APA SEBENARNYA OVERTRAINING ?
meningkatkan kemampuan fisik dalam Overtraining adalah suatu
melakukan aktifitas ( Fox et all. 1993). istilah, yang biasanya digunakan
Tujuan utama atlet berlatih dalam ilmu fisiologi olahraga untuk
ialah untuk mencapai puncak menerangkan kejadian bila seseorang
prestasinya (PP) pada pertandingan melakukan latihan yang terlalu
utama tahun itu. Untuk itu, pembinaan banyak, terlalu berat dan atau
atlet harus direncanakan dengan baik menambah beban terlalu cepat,
dan benar dan didasarkan pada konsep dengan istirahat yang sangat kurang
periodisasi dan prinsip-prinsip latihan yang meyebabkan turunnya
serta metodologi penerapannya di penampilan seorang atlet.
lapangan. Misalnya saja, prinsip Sebenarnya ada batas waktu
overload, yang merupakan prinsip untuk membangun dan menguatkan
yang amat penting dalam latihan. badan. Bila melampaui batas tersebut,
Kalau metodologi latihannya tidak maka akan merusakkan badan. Oleh
menganut sistem gelombang (wave- karena itu, seseorang harus pandai-
like system atau step-type approach), pandai memahami program
prinsip overload takkan bisa latihannya, agar tidak melampaui
meningkatkan prestasi atlet. Demikian batas kemampuan badannya, yang
pula dengan prinsip-prinsip latihan akan menggganggu kesehatannya.
lainnya seperti prinsip individualisasi,
multilateral, spesialisasi, densitas

2
Misalnya para penggemar waktu pemulihan 2 sampai 3
jogging yang menambah jarak yang minggu. Namun apabila intensitas
ditempuh terlalu cepat, dengan dan lama latihan tidak dikurangi,
anggapan bahwa penambahan jarak maka atlet akan jatuh ke tahap
yang begitu cepat tadi akan akhir dari overtraining, yaitu
memperbaiki penampilannya dan juga overtraining syndrome.
memperbaiki kesegarannya. Dalam 3. Overtraining Syndrome
keadaan tersebut, biasanya pelari akan Overtraining Syndrome
mengalami cedera karena latihan yang adalah tahap ketiga dari
berlebihan, misalnya shin splint (sakit overtraining, yaitu gejala-gejala
pada tungkai bawah bagian depan), yang biasa dikenal orang sebagai
tendonitis (peradangan tendo), stress overtraining itu sendiri. Yaitu
fracture (fraktur karena tekanan) dan suatu keadaan menurunnya
lain-lain. penampilan seorang atlet karena
Overtraining bukanlah gejala masalah fisik dan mental yang
yang berdiri sendiri, namun ada 3 saling berhubungan, mulai dari
tingkatan dari overtraining, yaitu : tingkat ringan sampai yang berat.
1. Overload Training Untuk proses pemulihan total
2. Overreaching membutuhkan waktu beberapa
3. Overtraining syndrome bulan hingga tahun.

1. Overload Training Secara fisiologis kejadian


Latihan overload adalah overtraining ini dapat dijelaskan
latihan yang dilakukan oleh hampir sebagai berikut, yaitu bahwa pada
semua atlet. Latihan overload setiap ginjal terdapat kelenjar
adalah latihan yang keras dan yang disebut cortex adrenal, yang
diikuti dengan sedikit kelelahan menghasilkan hormon. Bila badan
dengan masa pemulihan otot yang mengalami stres, yang terjadi pada
cukup.Apabila sesorang atlet waktu latihan-latihan olahraga,
melakukan latihan yang keras maka kelenjar ini mengeluarkan
tetapi tidak diikuti dengan masa hormon yang disebut kortisol,
pemulihan yang cukup, maka yang berguna untuk memacu
tubuhnya akan masuk ke tingkatan badan untuk mengadakan
overreaching pembangunan kembali dan
pemulihan dari stres tadi.Bila
2. Overreaching seseorang mengalami
Overreaching adalah overtraining, maka cortex adrenal
tingkatan ke dua dari overtraining. akan mengalami kelelahan,
Penampilan seorang atlet menjadi sehingga akan terjadi gannguan
terganggu, timbul gejala-gejala dalam mensekresi hormon
fisik maupun mental. kortisol. Pada kasus yang berat,
Overreaching membutuhkan bahkan cortex adrenal tidak

3
menghasilkan kortisol, sehingga membakar asam amino tertentu
badan tidak dapat mengadakan sebagai sumber energi, sebagai
pemulihan, dan sel-sel mulai dari pengganti sumber energi primer,
persendian,otot,ligamentum,tendo yaitu karbohidrat dan lemak.
dan tulang mulai menunjukkan Sehingga daya tahan tubuh
tanda-tanda aus dan rusak. terhadap penyakit akan menurun,
Selain masalah hormon, dan tubuh menjadi mudah
pada waktu melakukan olahraga, terserang infeksi.
tubuh akan menggunakan Ada pula teori tentang
glikogen (karbohidrat yang kelelahan sentral. Bahwa proses
tersimpan didalam otot) sebagai ini berhubungan dengan teori
bahan bakar, untuk menghasilkn asam amino. Dari percobaan
energi yang diperlukan untuk dengan tikus diketahui bahwa
melakukan latihan tersebut. Bila asam amino tryptophan akan
terjadi overtraining, maka tubuh dikonversi menjadi
akan kehabisan bahan bakar. neurotransmitter 5-
Dalam keadaan demikian tubuh hydroxytryptamine (5-HT) di otak.
akan beralih menggunakan protein Neurotransmiter 5-HT ini penting
yang terdapat di otot sebagai untuk proses kelelahan dan tidur.
bahan baker. Hal ini akan Tryptophan berkompetisi dengan
menyebabkan turunnya berat cabang asam amino yang lain
badan, kehilangan air yang besar, untuk masuk kedalam otak,
karena molekul glikogen terikat dengan menggunakan carrier
oleh air, sehingga tubuh akan asam amino yang sama. Pada
terasa loyo dan lelah. keadaan olahraga yang berat,
Pada keadaan overtraining maka simpanan glikogen di otot
dijelaskan bahwa sistem akan habis untuk sumber energi,
kekebalan tubuh juga akan dan selanjutnya tubuh akan
tertekan, hal ini karena sistem menggunakan cabang cincin asam
kekebalan tubuh yang dilakukan amino sebagai sumber energi,
oleh limfosit dan sel darah putih sehingga asam amino jenis yang
sangat tergantung pada suplai ini akan menurun jumlahnya
asam amino tubuh, yaitu yang didarah. Dengan menurunnya
disebut glutamine. Menurut asam amino yang berbeda jenis
penelitian Newsholme, suplai dengan tryptophan, maka rasio
glutamine pada limfosit kadar tryptophan akan meningkat
terganggu oleh latihan-latihan sehingga terjadi pemasukkan
olahrag daya tahan yang tryptohpan yang cukup besar ke
berlebihan, yaitu aktivitas otot dalam otak. Pada olahraga
yang menimbulkan stress pada endurance asam amino banyak
otot sampai mendekati batasnya. terpakai sebagai sumber energi,
Pada keadaan tersebut, otot mulai sehingga jumlahnya didalam

4
darah sangat menurun yang jantung dan suhu tubuh.
menyebabkan meningkatnya Meningkatnya gerakan usus,
tryptophan yang masuk ke otak penyimpanan energi,proses
dan dikonversi menjadi 5-Ht penyembuhan,dan sirkulasi ke
sehingga menimbulkan gejala- organ yang tidak vital, dalam
gejala overtraining termasuk rangka penyimpanan energi.
gangguan tidur, kelelahan yang
bersifat sentral, hilangnya selera Symphatetic overtraining lebih
makan, dan hambatan pelepasan sering terjadi pada atlet dengan
faktor yang mengkontrol hormon beban yang berat, dan
pituitary dari hipotalamus . parasymphatetic overtraining lebih
sering pada olahraga-olahraga
Secara teoritis ada 2 macam kadiovaskuler.
overtraining syndrome, yaitu :
C. GEJALA DAN TANDA
1. Sympathetic overtraining OVERTRAINING
Sympathetic overtraining dikenal Gejala dan tanda overtraining
sebagai reaksi stress akut. sering muncul malam hari setelah
Sympathetic merujuk pada system latihan keras atau setelah seri latihan
saraf simpatis yang mensekresi berturut-turut dengan pemulihan yang
adrenalin yang meninbulkan aksi kurang. Gejala yang sering terlihat
dari tubuh kita. adalah :
Selama sympathetic overtraining - suhu sedikit meninggi
disekresi hormon katekolamin yang - pembengkakan pada beberapa
menyebabkan pengencangan otot, kelenjar
meningkatnya denyut jantung, - luka-luka kecil memerlukan waktu
meningkatnya pernapasan dan lebih lama untuk penyembuhannya
vasokonstriksi pembuluh darah - kalau ada alergi akan lebih hebat(
kecuali yang menuju otot. semua gejala ini menunjukkan
Overtraining jenis ini sering terjadi bahwa sistem kekebalan tubuh
pada atlet sprinter dan angkat berat. tidak berfungsi dengan semestinya,
untuk menanggulangi terjadinya
2. Parasymphatetic overtraining infeksi)
Parasymphatetic overtraining - rasa sakit pada persendian, tendo
merujuk pada istilah athlets atau otot, atau tidak mampu
burnout yang sering terjadi pada melakukan suatu gerak
atlet dengan jenis olahraga - rasa kebas, rasa panas pada
endurance. kaki,lengan, tangan dan telapak
Parasymphatetic overtraining kaki
merujuk pada sistem saraf - rasa capai seluruh badan
parasimpatis yang menyebabkan - lekas tersinggung,sering merasa
penurunan tekanan darah,denyut cemas,rasa tertekan

5
- muka muram Selain itu, overtraining juga dapat
- tidak bergairah dalam latihan menyebabkan cedera. Cedera yang paling
- nafsu makan hilang sering terjadi adalah cedera otot dan sendi.
- tidur terputus-putus , yang Cedera yang sering terjadi karena
menyebabkan susah tidur dan rasa overtraining diantaranya adalah shin splint.
lelah pada waktu pagi Tanda tanda cedera yang utama adalah
- tekanan darah lebih tinggi dari rasa sakit pada tulang kering (tungkai
biasa bawah). Rasa sakit akan bertambah bila
- nadi istirahat lebih cepat dari biasa ibujari kaki menunjuk ke laintai atau ibu
- berat badan menurun jari kaki menunjuk ke atas. Ini disebabkan
- terjadi gangguan menstruasi pada iritasi dan robeknya serabut-serabut otot
wanita pada tungai bawah. Shin splint dapat
Sebelum overtraining terjadi, menjadi kronis bila tidak diperhatikan.
biasanya muncul masalah pada saat Bila dipaksa untuk latihan berat, maka bisa
latihan. Apabila pada saat latihan denyut terjadi otot-otot akan lepas dari tulang
jantung mendadak naik atau mendadak kering.Ini dapat menyebabkan terjadinya
turun, berarti latihan yang dilakukan parut yang menetap.
melampaui takaran, kurangilah Stress fracture adalah retak atau
intensitasnya. Demikian pula apabila cuil nya tulang, biasanya terjadi
timbul rasa nyeri di dada. Apabila ada rasa sepanjang tulang panjang. Yang paling
pusing, kepala terasa ringan dan keluar sering terjadi pada tulang kaki. Tanda
keringat dingin, itu pertanda otak kurang pertm dri stress frcture adalah rasa sakit di
mendapat cukup darah. Pada keadaan kaki pada waktu jalan atau jogging. Ini
demikian tubuh harus tetap bergerak biasanya karena getaran ketika jogging,
dengan intensitas yang lebih rendah. terutama pada lintasan yang keras.
Apabila sehari setelah latihan masih ada
rasa capai yang sangat, berarti latihannya D. PENANGGULANGAN
terlalu keras, kurangi intensitas latihan OVERTRAINING
berikutnya. Demikian pula apabila malam Bila mengalami tanda-tanda
setelah latihan menjadi sulit tidur. Apabila overtraining, seorang atlet harus istirahat
pada menit-menit pertama menjalankan selama 2-3 hari. Bila tidak segera
latihan terasa sesak nafas, maka tambahlah melakukan istirahat, maka atlet akan
pemanasan pada latihan berikutnya. Bisa memerlukan waktu lebih lama lagi untuk
juga atlet selalu merasa haus, ingin minum pemulihan dan resiko untuk mendapat
sebanyak-banyaknya, terutama waktu cedera yang semakin berat akan makin
siang dn malam, karena adanya besar. Istirahat beberapa hari akan
kehilangan air yang menyertai defisiensi menghilangkan gejala permulaan
glikogen,oleh karena itu tidak boleh lupa overtraining. Tatapi bila sampai
untuk tetap minum, baik sebelum, selama mengalami overtraining yang berat,
maupun sesudah latihan . diperlukan waktu enam minggu untuk
pemulihannya. Istirahat antara 24-48 jam
dapat meberikan waktu pada tubuh untuk

6
mengadakan perbaikan-perbaikan badan latihan olahraga. Ini memerlukan
dan mengisi kembali energi. Setelah waktu beberapa bulan. Stres yang
melakukan istirahat, tubuh sudah siap menimpa tubuh haruslah secara
untuk melakukan latihan-latihan bertahap,sehingga tulang, otot,
berikutnya. Istirahat yang cukup antara ligamen dan tendo, jantung dan
latihan-latihan sangat penting bagi peredaran darah, mmempunyai cukup
pemulihan, terutama pada latihan beban. waktu untuk penyesuian diri.
Otot-otot akan berkembang pada waktu 2. Perhatikan tubuh
pemulihan tersebut. Pada waktu istirahat, Dalam melakukan latihan-
otot akan mengadakan perubahan- latihan olahraga, kita tak dapat
perubahan fisiologis, sehingga dapat mencapai kesegaran jasmani yang
melakukan aktivitas lebih banyak pada baik, bila tak merasa lelah atau pegal-
latihan selanjutnya. Ada beberapa hal yang pegal sekali-kali waktu latihan. Untuk
mempengaruhi kebutuhan tubuh untuk menaikkkan kemampuan tubuh dalam
beristirahat. Makin lama waktu yang menyesuaikan diri, harus menambah
digunakan untuk melakukan latihan, dan intensitas latihan, yang kadang-
makin beratnya beban , maka makin lama kadang memang menyebabkan rasa
pula waktu yang diperlukan untuk kurng enak. Sebagai contoh, bila atlet
pemulihan. Manfaat yang lain dari istirahat mulai dengan latihan-latihan selama
adalah agar tidak mudah dihinggapi rasa dua bulan dan akan menambah
bosan. Kalau merasa bosan, maka program intensitas latihan sekali
latihan akan terhenti. Tanpa istirahat , seminggu,tubuh akan merasakan agak
memang latihan-latihan yang mula-mula berat pada mulanya. Tetapi ini
disenangi, lama-lama menjadi seolah-olah berbeda mengenai kelelahan jika
terpaksa. dibandingkan dengan rasa sakit yang
terjadi pada overtraining. Bila
F. PENCEGAHAN OVERTRAINING latihannya betul-betul keras, sehingga
Untuk menghindari terjadinya kaki terasa sangat berat, dan rasanya
overtraining, sebaiknya dibuat rencana sangat berat untuk mengangkat kaki,
latihan untuk beberapa waktu dan rencana maka perlu istirahat.
tadi harus dipatuhi. Dengan membuat 3. Berlatih sesuai kemampuan
perencanaan yang matang, dapatlah Bila kita mengikuti latihan-
dihindari terjadinya overtraining dan dapat latihan yang terlalu berat, maka tubuh
mencapai tujuan latihan, yaitu kesegaran akan mendapat sstres yang terlalu berat
jasmani yang baik.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan 4. Melakukan selang-seling intensitas
adalah: latihan
1. Berlatih secara bertahap Jika pada suatu hari melakukan
Bila seseorang melakukan latihan yang cukup keras, maka latihan
latihan, berarti orang tersebut berikutnya dibuat agak ringan. Bila
memekasa tubuhnya untuk mulai merasaakan lelah, loyo, harus
menyesuaikan diri terhadap stress dari beristirahat secara aktif. Misalnya,

7
mencoba melakukan olahraga yang mengkonsumsi multivitamin untuk
lain, atau aktivitas fisik yang lain mencukupi kebutuhan vitamin tubuh.
selama beberapa hari,untuk Nutrisi dibutuhkan begitu selesai
memberikan istirahat mental dan fisik bertanding, untuk mengawali proses
bagi tubuh. pemulihan. Makanan yang ideal
dikonsumsi begitu selesai bertanding
5. Melakukan pencatatan latihan adalah minuman yang mengndung
Dengan menggunakan catatan, protein nabati dan karbohidrat,
maka kita dapat memonitor latihan- kemudian diikuti makanan ringan
latihan. Misalnya, kita mencatat setelah 45 menit sampai 1 jam
intensitas latihan., lamanya latihan, dan kemudian.
sebagainya. Perlu dicatat pula apa yang
dirasakan waktu latihan dan juga
menimbang berat badan.
G. PENUTUP
6. Gizi yang baik dan seimbang Latihan-latihan olahraga
Gizi yang baik dan seimbang bertujuan untuk mengembangkan
sangat penting untuk mencegah tubuh, memperbaiki kesegaran
overtraining, perlu diperhatikan jasmani, bukan untuk mendapat cedera.
kebutuhan kalori dan kecukupan air, Oleh karena itu, haruslah diadakan
untuk mencegah dehidrasi. Suplemen pengaturan mengenai latihan-latihan
dan makanan modifikasi lain tidak yang dilakukan, pengaturan makanan
dapat mencegah overtraining, tapi dan suplemen vitamin yang
lebih tepat dengan mengkonsumsi gizi disesuaikan dengan keperluan masing-
yang baik dan seimbang. Yang sering masing atlet, termasuk pengaturan
terjadi adalah kekurangan zat besi waktu dan jenis istirahat. Jangan
terutama pada atlet wanita. Mineral berlatih sampai mengalami
lain yang juga sering kurang adalah overtraining, yang malah akan merusak
seng, magnesium, dan kalsium. badan.
Ketika tubuh mengalami
overtraining, tubuh sangat kekurangan
sejumlah zat gizi, oleh karena itu perlu DAFTAR PUSTAKA
mengkonsumsi kalori lebih banyak
dari yang dianjurkan sehari-hari. Bompa,T.O. 1994. Theory and
Dibutuhkan kabohidrat sebagai methodology of Training, 3rd edition.
sumber energi sebesar 45% dari total Toronto, Ontario: Kendall/hunt Publishing
makanan yang dikonsumsi, protein Comapany.
untuk membagun kembali otot sebesar
35% dari total konsumsi, minyak Budgett R. 1998. Fatigue and
omega 3 untuk memperbaiki sistem underperformance in athletes: the
hormonal, dan vitamin sebesar 25% overtraining syndrome. British Journal of
dari total konsumsi. Bisa juga dengan Sport Medicine. 32: 107-110

8
Koutedakis Y, Budgett R dan Faulmann L.
Dewi Sri,dr,SpKO. 2007.Olahraga dan 1990. Rest in underperforming elite
Kesehatan. Solo. Pelatihan Olahraga competitors. British Journal of Sports
tingkat Madya. medicine.

Eichner E. 1995. Overtraining: Kushartanti Wara, 2007. Waspadai


Consequences and prevention. Journal of overtraining. Yogyakarta. Buletin KONI
Sports Sciences. 13:S41-S8 DIY.

Fox,T.L.E.L., Bowers,R.W, dan Foss,M.L. Mike Mahler.High .


1993. The Physiological Basic forxercise www.Bodybuilding_com - Mike Mahler -
and Sport, 5th edition. Iowa: Brown & High Frequency Training Avoid
Benchmark Publisher Overtraining!.htm

Gastmann A and Lehmann M. 1998. Nelson L Terry,MD. Mencegah dan


Overtraining and the BCAA hypothesisi. mengatasi cedera dalam olahraga. Jakarta.
Medicine and Science in Sport and Rajagrafindo Perkasa.1997.12-15.
Exercise.
Patterson Angela. 2000. Overtraining for
Harsono. 2003. Peaking (Pemuncakan debating. Exercise Physiologi Educational
Prestasi) dalam Perkembangan Olahraga Resources. USA.
Terkini kajian para pakar. Jakarta. PT
RajaGrafindo Persada. Sumosardjuno Sadoso. Kesehatan dalam
olahraga. Jakarta. Gramedia.1993;227-242.
Kelly Bagget .www.Bodybuilding_com -
Kelly Baggett - How To Benefit From
Planned Overtraining!.htm

9
PENGEMBANGAN SENAM BINA DARMA UNTUK AKTIVITAS
PEMBELAJARAN AKTIVITAS RITMIK PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA
DAN KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Noviria Sukmawati1), Selvi Melianty2)

Universitas Bina Darma Jl. Jend. Ahmad Yani No. 3 Palembang


(Pendidikan Olahraga, FKIP, Universitas Bina Darma)
e-mail: noviria.sukmawati@binadarma.ac.id

Abstrak

Senam bina darma merupakan gabungan gerakan-gerakan yang energik dan kreatif,
berirama cepat serta bernuansa gembira yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik
khususnya siswa SMA. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan
siswa dalam senam irama melalui senam bina darma Metode yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah metode penelitian pengembangan. hasil pengisian angket respon terhadap guru
dianalisis dengan dipersentasekan dan diperoleh bahwa 81% guru Penjasorkes memberikan
respon positif dan 19% memberikan respon negatif, dan keefektifan produk senam bina
darma mendapat respon positif siswa dalam pembelajaran aktivitas ritmik. Penjasorkes
sebesar 81,33% sedang respon negatif sebesar 18,66%. Kesimpulan keefektifan produk
senam bina darma dalam katagori sangat baik.Senam tersebut layak dan dapat digunakan
untuk pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dan telah sesuai dengan standar kurikulum
sekolah dengan melalui proses dari validasi ahli dan responden siswa. Hasil penelitian ini
telah membuktikan bahwa senam bina darma layak untuk dipergunakan dalam pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah.
Kata kunci : Pengembangan, Senam bina darma, Aktivitas Ritmik.

PENDAHULUAN daya manusia yang menempati posisi


dan memegang peranan penting dalam
proses pembelajaran dan guru berperan
Belajar merupakan suatu menciptakan inovasi dalam dunia
kumpulan proses yang bersifat pendidikan. Itulah sebabnya setiap
individual, yang merubah stimuli yang adanya inovasi pendidikan, khususnya
datang dari lingkungan seseorang ke dalam kurikulum dan peningkatan
dalam sejumlah informasi yang sumber daya manusia yang dihasilkan
selanjutnya dapat Pembelajaran adalah dari upaya pendidikan selalu bermuara
proses interaksi peserta didik dengan pada faktor guru (Rahyubi, 2012: 7).
pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Guru adalah sumber Guru pendidikan jasmani,

10
olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) senam bina darma . Salah satu aspek
dituntut harus mampu menciptakan yang terdapat dalam gerakberirama
suasana belajar yang efektif. Guru harus adalah gerak dasar. Selain dapat melatih
mampu menciptakan suasana belajar gerak dasar, melalui gerak berirama
yang kondusif, kreatif, inovatif dan anak juga dapat menyalurkan kebutuhan
menyenangkan bagi siswa. Siswa mau anak untuk bergerak secara berirama
mengikuti proses pembelajaran dengan anak juga dapat menyalurkan kebutuhan
baik dan tujuan dari proses untuk bergerak secara ekspresif dan
pembelajaran tersebut dapat tercapai. kreatif. Melalui gerak kreatif berirama,
Jika guru tidak mampu menciptakan anak dapat mengekpresikan keinginan,
model-model pembelajaran yang perasaan, dan rasa frustasinya.
menarik maka suasana pembelajaran
yang kondusif dan tujuan pembelajaran Gerak berirama sebagai bagian
akan sulit tercapai. penting dari keseluruhan pengalam
Pelaksanaan pembelajaran gerak dapat memberikan sumbangan
aktivitas ritmikdi sekolah tersebut yang berarti bagi pertumbuhan anak.
mengalami kendala. Hal ini didasarkan Senam bina darma
pada hasil survei lapangan dan merupakanmerupakan gabungan
wawancara terhadap guru dan siswa di gerakan-gerakan yang energik dan
SMA Kecamatan SAKO Palembang. kreatif, berirama cepat serta bernuansa
Adapun kendala-kendala tersebut, gembira yang disesuaikan dengan
antara lain: materi diberikan sesuai karakteristik peserta didik khususnya
dengan kemampuan guru yang terbatas siswa SMA. Manfaat senam adalah
(kebanyakan guru hanya melakukan meningkatkan kesehatan jantung dan
senam 2012), guru kurang menguasai stamina tubuh. gerakan senam yang
materi pembelajaran aktivitas ritmik, disesuaikan dengan tingkatan
materi ajar yang diajarkan kurang pendidikan peserta didik. Produk yang
bervariasi sehingga kadang kurang diharapkan agar sesuai dengan
menarik dan membosankan, gerakan karakteristik dan tingkat pertumbuhan
dilakukan bersifat monoton dan kurang siswa SMA, yang dapat
adanya variasi gerak, kurang antusias mengembangkan semua
siswa untuk mengikuti pelajaran
aktivitas ritmik. ranah pembelajaran Penjasorkes
(kognitif, afektif, dan psikomotor)
Alasan pemilihan senam sebagai secara efektif dan efisien, serta
objek penelitian pengembangan ini meningkatkan daya tarik siswa pada
yaitu, mengembangkan pembelajaran pembelajaran aktivitas ritmik. Produk
alternatif aktivitas ritmik sehingga yang akan dihasilkan diharapkan akan
banyak variasi senam yang dapat memberikan sumbangan yang
dilakukan di sekolah. Peneliti berencana bermanfaat dalam dunia ilmu
untuk melakukan pengembangan materi pendidikan sebagai referensi tambahan
pelajaran aktivtas ritmik dengan bentuk dalam bentuk olahraga yang ditujukan

11
kepada guru dalam pelaksanaan ritmik terdapat 3 komponen pokok,
pembelajaran Penjasorkes. yaitu gerakan,irama,dan kreativitas.
Aktivitas ritmik adalah Gerakan dapat didefinisikan sebagai
rangkaian gerak manusia yang perubahan posisi atau perubahan sikap.
dilakukan dalam ikatan pola irama, Irama adalah sesuatu yang penting
disesuaikan dengan perubahan tempo, dalam kehidupan. Dengan irama, hidup
atau semata-mata gerak ekspresi tubuh kita akan terasa kuat, dinamis, menarik
mengikuti iringan musik atau ketukan di dan menyenangkan terutama dalam
luar musik (Zulfikar, 2012: 1). melangkah dan bergerak.
Mengingat aktivitas ritmik sama-sama Senam bina darma merupakan
memiliki karakteristik sebagai gerak gabungan gerakan-gerakan yang
kreatif yang lebih dekat ke seni, maka energik dan kreatif, berirama cepat serta
pembahasan aktivitas ritmik bernuansa gembira yang disesuaikan
disandarkan pada teori tari atau dansa. dengan karakteristik peserta didik
Aktivitas ritmik adalah bagian dari khususnya siswa SMA. Manfaat senam
senam atau senam irama, dengan bina darma adalah meningkatkan
kategori gerak stabilisasi, lokomosi dan kesehatan jantung dan stamina tubuh.
manipulasi baik tertutup maupun gerakan senam yang disesuaikan dengan
terbuka (Rukmana, 2011:3). tingkatan pendidikan peserta didik.
Tujuan aktivitas ritmik antara lain: Tujuan senam bina darma adalah
pembelajaran alternatif untuk
1) merangsang kreatifitas, kreatifitas pembelajaran aktivitas ritmik. ada tiga
dapat dirangsang melalui tahap yang dilakukan dalam
kebebasan berfantasi dan melaksanakan senam bina darma agar
penekanan pada gerak yang mendapat manfaat yang maksimal bagi
spontan. kesehatan tubuh.
Musik dan gerakan kegiatan
2) membentuk kepribadian. Aktivitas memberikan kesenangan untuk anak-
ritmik menuntut kemampuan anak. mereka memungkinkan eksplorasi
individual akan membentuk dan penemuan diri. Anak-anak
kematangan pribadi dan sosial. mengekspresikan suasana hati mereka
dan perasaan, melalui nyanyian dan
3) Memupuk kerjasama. gerakan. Musik dan gerakan juga
Kesempurnaan gerak yang membantu dalam pengetahuan dan
ditujukan kepada diri sendiri tak perkembangan. Musik adalah segala
mungkin bunyi yang dihasilkan secara sengaja
oleh seseorang atau kumpulan dan
terjadi tanpa memperhatikan gerak disajikan sebagai musik.
orang lain.
Olahraga yang diiringi musik
Menurut Bambang Sujiono tempo cepat dan tempo lambat
(2005:93) unsur-unsur dalam aktivitas berpengaruh terhadap penurunan denyut

12
jantung. Namun , pada olahraga yang Uji coba produk pengembangan melalui
diiringi musik tempo lambat lebih dua tahap, yaitu, uji coba kelompok
berpengaruh terhadap penurunan denyut kecil dan uji lapangan. Subjek uji coba
jantung daripada musik tempo cepat. produk, yaitu :
Dari berbagai pendapat diatas peneliti 1) Guru Penjasorkes SMA di
mencoba untuk mengkombinasikan kecamatan SAKO Palembang
gerakan senam bina darma, gerakan 2) Siswa SMA kelas XI
senam irama, dengan memadukan 3) Ahli Penjasorkes
musik untuk penyemangat dalam 4) Ahli Aktivitas Ritmik
melakukan aktivitas jasmani tersebut. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data
METODE deskriptif prosentase untuk
Penelitian dan pengembangan menganalisis dan penilaian subjek
adalah suatu proses yang digunakan pengembangan dalam menilai tingkat
untuk mengembangkan atau kelayakan, kualitas dan keterterimaan
memvalidasi produk-produk yang produk terhadapap pengembangan.
digunakan dalam pendidikan Teknik analisis data deskriptif yang
pembelajaran. Sugiyono (2010:407) dilakukan yaitu analisis data deskriptif
berpendapat metode penelitian dan kuantitatif, analisis ini dilakukan untuk
pengembangan atau dalam bahasa menganalisis data hasil observasi para
inggrisnya research and development ahli terhadap kualitas draf model yang
adalah metode penelitian yang disusun dianalisis oleh para pakar
digunakan untuk menghasilkan produk sebelum pelaksanaan uji coba di
tertentu, dan menguji keefektifan lapangan. Analisis data yang kedua
produk tersebut. Melalui penelitian ini yaitu analisis data kualitatif, analisis ini
diharapkan dapat menjadi variasi dilakukan terhadap data dari hasil
penelitian yang lebih banyak menguji kuisioner dengan guru Penjasorkes
teori ke arah menghasilkan produk yang dalam memberikan saran ataupun
dapat digunakan dalam masukan terhadap model senam bina
mengembangkan senam bina darma darma yang disusun terutama dalam
untuk pembelajaran aktivitas ritmik di tahap uji coba di lapangan baik dalam
SMA. skala kecil ataupun skala besar.
Uji coba Produk bertujuan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
menganalisis kendala yang mungkin Hasi rata-rata dari kuisoner yang telah
dihadapi dan berusaha untuk diisi oleh dua ahli Penjas dan satu ahli
mengurangi kendala tersebut pada saat aktivitas ritmik di atas diperoleh rata-
penerapan model berikutnya. Data yang rata skor penilaian kuisoner yaitu 3,58
diperoleh adalah data kuantitatif dan dan masuk dalam kategori penilaian
data kualitatif yang berupa alasan dalam baik/tepat/jelas.
memilih jawaban dan saran. Dalam Hasil dari perhitungan
penelitian ini desain uji coba yang reliabilitas ranah baik kognitif,
digunakan yaitu desain eksperimental. psikomotor dan afektif untuk siswa,

13
diperoleh hasil sebagai berikut; (1) Produk penelitian ini selain
aspek kognitif sebesar 0,87, (2) aspek memiliki kelebihan pasti juga memiliki
psikomotor sebesar 0,795, dan (3) aspek kelemahan dan kekurangan dalam
afektif sebesar 0,747. Oleh karena itu pengembangannya. Adapun kelemahan
data hasil uji realibilitas pada masing- produk ini dalam pembelajaran
masing ranah dinyatakan andal/reliabel Penjasorkes di SMA adalah sebagai
Produk senam bina darma dapat berikut:
diterima dalam pembelajaran 1. Produk penelitian ini tidak dapat
Penjasorkes di SMA. Keterterimaan digunakan secara langsung dalam
produk senam bina darma ditinjau dari 3 proses pembelajaran oleh guru
unsur ranah Penjasorkes yaitu kognitif, dalam menilai aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif. Pada aspek afektif, dan psikomotor secara
kognitif menunjukkan bahwa terdapat bersamaan dalam pelaksanaan.
68 siswa atau 91% dari seluruh jumlah 2. Khusus untuk siswa SMA karena
siswa dalam uji skala besar yang memiliki tingkat konsentrasi
termasuk dalam kategori baik. Pada gerakan yang tinggi.
aspek psikomotor menunjukkan bahwa
terdapat 54 siswa atau 72% dari seluruh SIMPULAN
jumlah siswa dalam uji skala besar yang Senam bina darma untuk di SMA
termasuk dalam kategori cukup baik. sebagai produk yang telah dihasilkan
Sedangkan pada aspek afektif dalam penelitian ini dapat digunakan
menunjukkan bahwa terdapat 61 siswa untuk bahan ajar alternatif guru dan
atau 81% dari seluruh jumlah siswa meningkatkan aspek psikomotor,
dalam uji skala besar yang termasuk kognitif dan afektif siswa dalam proses
dalam kategori masuk dalam kategori pembelajaran Penjasorkes. Bagi guru
cukup baik. Penjasorkes dapat menggunakan senam
Kelebihan atau keunggulan dari bina darma ini dalam pembelajaran
produk senam bina darmaadalah sebagai aktivitas ritmik dan untuk meningkatkan
berikut: kebugaran jasmani siswa dalam
1. Mudah dilakukan khusus untuk pelaksaan pembelajaran Penjasorkes di
siswa SMA sekolah. Senam bina darma ini
2. Produk penelitian ini memberikan dirancang berdasarkan kebutuhan
kesempatan kepada peserta didik pengguna yaitu untuk siswa SMA.
untuk lebih banyak mengenal materi Senam bina darma ini dirancang
pembelajaran Penjasorkes, berdasarkan kebutuhan pengguna,
khususnya dalam aktivitas ritmik sebaiknya untuk pengembangan lebih
3. Produk penelitian ini memberikan lanjut senam bina darma dirancang
pengetahuan dan pengalaman baru berdasarkan tingkat jenjang pendidikan
tentang keterampilan gerak serta dengan pemberian musik yang
mendorong peserta didik untuk menyesuaikan karakter tingkatan siswa.
mengembangkan ketrampilan gerak,
sikap dan cara pemecahan masalah.

14
UCAPAN TERIMA KASIH Samsudin. 2008. Pembelajaran
1. DIKTI atas dukungan Pendidikan Jasmani Olahraga
finansialnya pada penelitian ini. dan Kesehatan SMA/MAN.
2. Universitas Bina Darma Jakarta: Litera Pernada Media
3. Bidar TV Group.

DAFTAR PUSTAKA Santoso, Giriwijoyo. 2012. Ilmu Faal


Akpernusja. 2006. Musik dan Olahraga. Bandung: PT Remaja
Kesehatan. Wordpress.com. diakses Rosdakarya.
tanggal 25-10-2012.
Sirait, S.A.P. 2006. Efek Iringan Musik
Mahendra, Agus. 2009. Permainan pada Tubuh Manusia, (Online),
Anak dan Aktivitas Ritmik. Jakarta: (http://www.gema.sabda.org./efe
Universitas Terbuka. k_musik_pada_tubuh_manusia.ht
m, diakses 18 Januari 2012).
Paturusi, Achmad. 2012. Manajemen
Pendidikan Jasmani dan Sugiyono. 2010. Metode Penelitian
Olahraga. Jakarta: Rineka Cipta. Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

15
SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS XI SMA SE-
KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN
Muslimin1, Rizqi Ramadhani2
Muslimin, Jln. Yani Kota Palembang (Program Studi Pendidikan Olahraga, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bina Darma Palembang)
Rizqi Ramadhani, Jln. Yani Kota Palembang (Program Studi Pendidikan Olahraga,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bina Darma Palembang)
muslimin@binadarma.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui tingkat kebugaran jasmani siswa kelas
XI SMA Negeri 1 Muara Telang, SMA Bina Muda, Madrasah Aliyah Miftahul Ulum
Telang Karya Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin. Untuk mengetahui
tingkat kebugaran jasamani siswa, peneliti menggunakan tes TKJI dalam pengumpulan
data penelitian. Tes TKJI tersebut terdiri dari Push Up, pull Up, Lari sprint, vertical
jump, dan lari 1200 m. Hasil penelitian dengan mengacu pada kriteria tes TKJI pada
tabel di atas diperoleh data 0,70% (1 subjek) berada pada kategori baik, 26,57% (38
subjek) berada pada kategori sedang, 68,53% (98 subjek) berada pada kategori kurang,
dan 4,20% (6 subjek) berada pada kategori kurang sekali. Dari data di atas dapat
menunjukkan secara umum bahwa tingkat kebugaran jasmani SMA sederajat kelas XI
pada Kecamatan Muara Telang berada pada kategori kurang.
Kata kunci: Survei, Kebugaran Jasmani, Siswa SMA Se-Kecamatan Mauara Telang

PENDAHULUAN sehingga masih menikmati waktu


Pendidikan olahraga merupakan luangnya. Berdasarkan teori di atas maka
salah satu ranah pendidikan yang ikut jika seseorang memiliki kebugaran jasmani
berperan aktif dalam mempersiapkan yang baik, maka orang tersebut akan
sumber daya manusia yang mempunyai mamnpu melakukan aktifitas yang banyak
intelektual yang baik dan maju. Dewasa ini dan tidak akann mengalami kelelahan yang
pendidikan olahraga tidak hanya dilakukan berarti. Jika hal tersebut dimiliki oleh
dikalangan pelajar, akan tetapi saat ini setiap siswa, maka tentunya siswa akan
sudah mulai berkembang perkumpulan- mendapatkan dukungan kondisi fisik yang
perkumpulan kepemudaan yang baik untuk mereka melakukann aktifitas
mengembangkan olahraga masyarakat. belajar mengajar.
Berbagai kegiatan sudah sering kali Daerah Muara Telang merupakan
dilakukan oleh organisasi-organisasi salah satu kecamatan yang berada di
pemuda yang bertujuan memasyarakatkan Kabupaten Banyuasin. Daerah tersebut
olahraga. saat ini merupakan salah satu daerah
Irianto (2004: 2), bahwa kebugaran potensi pengasih beras dan merupakan
jasmani merupakan kemampuan seseorang salah satu penyokong beras di Provinsi
melakukan kerja sehari-hari secara efisien Sumatera Selatan. Dengan potensi sumber
tanpa timbul kelelahan yang berlebihan daya alam yang cukup baik menyokong

16
ekonomi masyarakat yang berada di dalam keadaan sukar, bagi orang yang
kecamatan tersebut. Dengan potensi kebugaran jasmaninya kurang, tidak dapat
ekonomi masyarakat yang mapan tentunya melakukanya.
akan mendukung masyarakat dalam hal Menurut pendapat ahli di atas maka
pendidikan. kebugaran jasmani merupakan
Berdasarkan hal tersebut di atas, kemampuan seseorang untuk melakukan
peniliti tertarik melakukan penelitian yang aktifitas yang produktif dan memanfaatkan
bertujuan bagaimana dampak yang fisik, mental, sosial dan emosional tanpa
diakibatkan dengan kurang lengkapnya mengalami kelelahan berarti. Kelelahan
sarana dan prasarana di sekolah-sekolah yang dimaksud disini ialah seseorang
SMA kecamatan Muara Telang. Dengan dapat melakukan aktifitas lanjutan tanpa
demikian peneliti bermaksud ingin mengalami kelelahan.
membuktikan dengan melakukan Setiap orang dapat melakukan
penelitian mengenai survei tingkat aktifitas, tetapi tidak sedikit juga yang
kebugaran jasmani siswa kelas XI SMA di merasakan kelelahan sebelum aktifitasnya
Kecamatan Muara Telang Kabupaten tuntas. Jikapun selesai melakukan
Banyuasin. aktifitasnya, dia tidak sanggup untuk
Konstribusi Penelitian melakukan aktifitas berikutnya, karena
Penelitian ini diharapkan memberi rasa lelah sudah dirasakanya. Untuk
kontribusi positif yaitu sebagai mengatasi hal tersebut dapat dilakukan
berikut. dengan melakukan aktifitas olahraga
a. Survei tingkat kebugaran jasmani kesehatan, mejaga pola makan dan
siswa SMA se-Kecamatan Muara istirahat yang cukup.
Telang Kabupaten Banyuasin yang Unsur-unsur Kesegaran Jasmani
dapat dijadikan bahan evaluasi Baik tidaknya kesegaran jasmani
guru untuk menentukan metode yang dimiliki seseorang tergantung dari
pembelajaran yang tepat. baik dan tidaknya dari unsur-unsur yang
b. Data analisis yang akurat dan ada di dalamnya. Pada dasarnya unsur-
metode evaluasi yang tepat untuk unsur kesegaran jasmani merupakan satu
mengukur tingkat kebugaran kesatuan yang utuh dan tidak dapat
jasmani siswa. dipisah-pisahkan. Unsur kesegaran jasmani
dapat ditinjau dari dua aspek yaitu aspek
kesahatan fisik (health related fitness) dan
TINJAUAN PUSTAKA dari aspek keterampilan (skill related
Pengertian Kesegaran Jasmani fitness). Karateristik multidimensional dari
Kebugaran jasmani menurut kebugaran jasmani dapat dibagi menjadi
Sumosardjuno (1994:34) adalah seseorang dua bagian yaitu (1) kebugaran jasmani
untuk menunaikan tugas sehari hari tanpa yang berkaitan dengan kesehatan meliputi:
merasa lelah serta masih mempunyai sisa kebugaran kardiovaskuler, kekuatan otot,
atau cadangan tenaga untuk menikmati kelenturan punggung bagian bawah dan
waktu sengangnya dan untuk keperluan- komposisi tubuh, (2) kebugaran jasmani
keperluan mendadak. Dapat pula yang berkaitan dengan keterampilan
ditambahkan bahwa kemampuan untuk meliputi: kelincahan, keseimbangan,
menunaikan tugas dengan baik walupun koordinasi, power, waktu reaksi dan

17
kecepatan. Berdasarkan pendapat tersebut pencapaian prestasi akademis yang
menunjukkan bahwa, unsur kesegaran dan memerlukan dukungan kemampuan kerja
jasmani dikelompokkan menjadi dua yaitu fisik, maka rendahnya kapasitas kerja fisik
kesegaran jasmani yang berhubungan dapat menjadi penghambat untuk
dengan kesehatan dan kesegaran jasmani mencapai sukses. Disinilah antara lain
yang berhubungan dengan keterampilan. sumbangan olahraga bagi para siswa atau
Kesegaran jasmani seseorang sangat mahasiswa yaitu untuk meningkatkan
ditentukan oleh berfungsinya kerja kemampuan kerja fisiknya.
komponen-komponen yang ada. Unsur- Berdasarkan pendapat di atas maka
unsur kesegaran jasmani tidak dapat kebugaran jasmani sangat berpengaruh
dipisahkan baik dalam peningkatan bagi seseorang untuk melakukan aktifitas.
maupun Berbagai kegiatan yang dilakukan
Griwijoyo (2012:10) menyatakan seseorang yang melibatkan kemampuan
sehat adalah sejahtera jasmani, rohani dan fisik. Sedangkan fisik seseorang
sosial, bukan hanya bebas dari penyakit, tergantung pada tingkat kebugaran jasmani
cacat atau kelemahan. Hal ini artinya, yang dimilikinya. Apabila kebugaran
tubuh dikatakan sehat apabila proses jasmani seseorang baik, maka orang
fisiologis dan organ jasmani berfungsi tersebut akan dapat melakukan aktifitas
secara normal tanpa ada gangguan. secara maksimal dan mampu melakukan
Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan aktifitas berikutnya tanpa mengalami
kesehatan meliputi aspek-aspek fungsi kelelahan yang berarti.
fisiologis yang menawarkan pencegahan METODOLOGI PENELITIAN
terhadap penyakit sebagai hasil dari gaya Jenis Penelitian
hidup kurang gerak. Hal tersebut dapat Jenis penelitian adalah penelitian
ditingkatkan dan atau dipertahankan deskriptif kuntitatif.
melalui program aktivitas jasmani yang Variabel Penelitian
teratur dan berdasarkan prinsip-prinsip Dalam penelitian ini variabel yang
latihan yang benar. digunakan adalah variabel diskriptif.
Manfaat Kesegaran Jasmani bagi siswa Variabel yang akan diungkap dalam
sekolah penelitian ini adalah tingkat kebugaran
Bagi siswa sekolah, kesegaran jasmani siswa kelas XI SMA se-
jasmani mutlak dibutuhkan. Bagi siswa Kecamatan Muara Telang Kabupaten
sekolah kesegaran jasmani merupakan Banyuasin. Dari beberapa sekolah di
unsur dasar yang harus dimiliki siswa Kecamatan tersebut.
dalam menjalankan aktivitasnya sehari-
hari. Siswa yang memiliki kebugaran Subjek Penelitian
jasmani yang baik, dapat melakukan Subjek dalam penelitian ini ialah
tugasnya sehari-hari dengan baik pula. SMA Negeri 1 Muara Telang, SMA Bina
Sebaliknya siswa yang memiliki kesegaran Muda dan MA Miftahul Ulum Telang
jasmani yang kurang baik, tidak dapat Karya.
melakukan tugasnya dengan baik pula. Instrumen dan Metode Pengumpulan
Menurut Griwijoyo (1991:63) Data
menyatakan, dihubungkan dengan
kegiatan studi yang cukup berat dan

18
Menurut Arsil dan Adnan Untuk kreteria kategori kebugaran
(2010:67-78) TKJI merupakan battery test kita harus menjumlahkan semua nilai dari
dimana terdiri dari: lima item tes tersebut kemudian cocokan
1. Sprint dengan table berikut:
Sprint atau lari cepat bertujuan No Jumlah nilai Klasifikasi
untuk mengukur kecepatan. Kategori jarak 1 22 25 Baik sekali (BS)
yang harus ditempuh oleh masing-masing 2 18 21 baik (b)
kelompok umur berbeda. 3 14 17 sedang (s)
2. Pull-up 4 10 13 Kurang (K)
Pull-up bertujuan untuk mengukur Kurang sekali
kekuatan otot lengan dan bahu. Untuk 5 05 09
(KS)
penilaian kelompok umur 06 09 tahun
dan umur 10 12 tahun melakukan pull-up Untuk lebih memudahkan telah ada
selama 60 detik. tkji calkulator
3. Sit-up Tes TKJI ini memerlukan banyak
Sit-up bertujuan untuk mengukur tenaga, oleh sebab itu peserta tes harus
kekuatan dan ketahanan otot perut. dalam keadaan sehat dan siap untuk
Kelompok umur 6-9 tahun dan 10-12 melakukan tes. Hendaknya peserta tes
tahun melakukan selama 30 detik. mengerti dan memahami cara pelaksanaan
4. Vertical jump tes. Jika para peserta tes tidak dapat
Tes ini bertujuan untuk mengukur melaksanakan satu jenis tes atau lebih
daya ledak otot tungkai. Ukuran papan dinyatakan gagal atau tidak mendapatkan
sekala selebar 30 cm dan panjang 150 cm, nilai.
dimana jarak antara garis sekala satu 3.4.2. Metode Pengumpulan Data
dengan yang lainnya masing-masing 1 cm. Adapun teknik pengumpulan data
Papan sekala ditempelkan di tembok yang dilakukan menurut Arikunto
dengan jarak sekala nol(0) dengan lantai (2010:203) mengatakan metode penelitian
150 cm. Pertama berdiri menyamping adalah cara yang digunakan oleh peneliti
papan sekala dengan mengangkat tangan dalam mengumpulkan data penelitiannya.
keatas ukur tinggi yang didapat, kemudian Dalam penelitian ini penulis menggunakan
lakukan lompatan setinggi mungkin bentuk survei untuk memperoleh atau
sebanyak tiga kali, tiap lompatan dicatat mengumpulkan data. Subyek penelitian ini
tinggi yang diperoleh kemudian ambil adalah semua siswa kelas XI di SMA se-
yang terteinggi, selisih antara raihan Kecamatan Muara Telang Kabupaten
tertinggi dengan pengukuran yang pertama Banyuasin tahun ajaran 2015/2016.Tempat
saat tidak melompat adalah hasil vertical penelitian melalui instrumen Tes
jump. Dengan kreteria penilaiannya. Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)
5. Lari jarak menengah kelompok anak umur 16-12 tahun
Lari jarak sedang dilakukan untuk dilaksanakan di SMA se-Kecamatan
mengukur daya tahan paru, jantung, dan Muara Telang Kabupaten Banyuasin.
pembuluh darah. Jarak yang ditempuh Waktu penelitian direncanakan bulan
bergantung pada kelompok umur masing- Maret sampai selesai di SMA se-
masing. Kecamatan Muara Telang Kabupaten

19
Banyuasin. Teknik yang digunakan untuk Mengacu pada kategori tersebut makahasil
mengumpulkan data yaitu teknik tes, penelitian subjek SMA sederajat kelas XI
pengukuran perlakuan langsung pada pada Kecamatan Muara Telang dapat
siswa kelas XI di SMA se-Kecamatan diketahui dan disajikan kedalam tabel
Muara Telang Kabupaten Banyuasin berikut ini:
dengan menggunakan instrument tes Freku Prosen
N Jumlah Klasifik
Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) ensi tase
o nilai asi
kelompok anak umur 16-19 tahun. (n) (%)
Sugiyono (2013:147) mengatakan analisis 0 0% Baiksek
1 22 25
data merupakan kegiatan setelah data dari ali (BS)
seluruh responden atau sumber data lain 2 18 21 1 0,70% baik (b)
terkumpul. Analisis data yang digunakan 38 26,57 sedang
dalam penelitian ini adalah menggunakan 3 14 17
% (s)
teknik analisis data Tes Kebugaran 98 68,53 Kurang
Jasmnai Indonesia (TKJI) kelompok umur 4 10 13
% (K)
anak 16-19 tahun dengan rumus statistik 6 4,20% Kurangs
dan menggunakan analisis data deskriptif 5 05 09 ekali
prosentase. Adapun rumus yang (KS)
digunakan: JUML 143(N 100%
= 100% Keterangan:n = jumlah nilai faktor AH )
factual, N = jumlah seluruh nilai ideal. Keterangan:
% = tingkat prosentase yang dicapai n= Jumlah nilai faktor factual,
HASIL PENELITIAN DAN N = Jumlah seluruh nilai ideal.
PEMBAHASAN % = Tingkat prosentase yang dicapai
Deskripsi data Hasil penelitian dengan mengacu pada
Dalam penelitian survei ini menggunakan kriteria tes TKJI pada tabel di atas
instrumentes TKJI yang merupakan batere diperoleh data 0,70% (1 subjek) berada
tes dengan urutan tes pertama pada kategori baik, 26,57% (38 subjek)
menggunakan sprint, pull up, sit up, berada pada kategori sedang, 68,53% (98
vertical jump, dan lari jarak 1200 m. subjek) berada pada kategori kurang, dan
Instrumen tes diberikan kepada 4,20% (6 subjek) berada pada kategori
siswa/siswi SMA sederajat pada kurang sekali. Dari data di atas dapat
Kecamatan MuaraTelang. Secara menunjukkan secara umum bahwa tingkat
keseluruhan data hasil penelitian diperoleh kebugaran jasmani SMA sederajat kelas
melalui formula sebagai berikut: XI pada Kecamatan Muara Telang berada
No Jumlahnilai Klasifikasi pada kategori kurang.
1 22 25 Baiksekali (BS) KESIMPULAN
2 18 21 baik (b) Kesimpulan
3 14 17 sedang (s) Berdasarkan deskripsi data hasil
4 10 13 Kurang (K) penelitain dan pembahasan maka dapat
5 05 09 Kurangsekali (KS) disimpulkan Hasil penelitian dengan
JUMLAH mengacu pada kriteria tes TKJI pada tabel
di atas diperoleh data 0,70% (1 subjek)

20
berada pada kategori baik, 26,57% (38 Arsil dan Aryadie Adnan. 2010. Evaluasi
subjek) berada pada kategori sedang, Pendidikan Jasmani dan Olahraga.
68,53% (98 subjek) berada pada kategori Padang: Wineka Media.
kurang, dan 4,20% (6 subjek) berada pada Djoko Pekik Irianto. 2004. Upaya
kategori kurang sekali. Dari data di atas Meningkatkan Derajat Kebugaran
dapat menunjukkan secara umum bahwa Jasmani Dan Kesehatan, Yogyakarta
tingkat kebugaran jasmani SMA sederajat : Lukman offset.
kelas XI pada Kecamatan Muara Telang Giriwijoyo, S. 2007. Ilmu Faal Olahraga.
berada pada kategori kurang. Bandung :FPOK UPI
Griwijoyo, S. 2012. Ilmu Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA Olahraga. Bandung :FPOK UPI
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

21
MODEL PENGENALAN AKTIVITAS JASMANI BAGI SISWA
TAMAN KANAK-KANAK

Anung Probo Ismoko1 Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan


Danang Endarto Putro2 Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
ismokoanung@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian bertujuan menghasilkan model pengenalan aktivitas jasmani melalui
aktivitas bermain bagi siswa TK. Model pengenalan aktivitas jasmani mengembangkan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Model pengenalan aktivitas jasmani diharapkan digunakan
guru dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Penelitian menggunakan desain penelitian dan pengembangan. Langkah-langkah yang
dilakukan sebagai berikut: (1) menilai kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan, (2)
melakukan analisis instruksional, (3) menganalisis peserta didik dan bahan materi, (4)
menulis tujuan kinerja, (5) mengembangkan instrumen penilaian produk, (6)
mengembangkan strategi instruksional, (7) mengembangkan dan memilih bahan
instruksional, (8) desain produk dan melakukan evaluasi formatif terhadap instruksi, dan (9)
merevisi instruksi. Karakteristik subjek uji coba adalah siswa TK. Uji coba skala kecil
dilakukan di TK Pertiwi dan uji coba skala besar dilakukan di TK Bhayangkari, TK Kartika
IV, TK Putra Harapan. Instrumen yang digunakan: (1) petunjuk umum wawancara, (2)
catatan lapangan, (3) lembar evaluasi, (4) angket skala nilai validasi, (5) angket skala nilai
pedoman observasi permainan, dan (6) angket skala nilai pedoman observasi keefektifan
model dalam pembelajaran.
Hasil penelitian adalah; (1) Data hasil validasi menurut ahli materi adalah Sangat
Baik rerata skor 4,44, (2) Menurut ahli media adalah Sangat Baik rerata skor 4,31, (3)
Penilaian guru secara keseluruhan adalah Sangat Baikrerata skor 4,51, disimpulkan bahwa
model pengenalan aktivitas jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak termasuk dalam
kriteria Sangat Baik. Kesimpulannya adalah model pengenalan aktivitas jasmani untuk
siswa TK sangat bagus untuk meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas guru dalam proses
kegiatan belajar mengajar.

Kata kunci: model, aktivitas jasmani, taman kanak-kanak.

PENDAHULUAN usia dini meliputi kemampuan berbahasa,


Pendidikan pada usia dini sebagai berpikir, dan keterampilan aktivitas
pondasi dasar menanamkan pendidikan jasmani. Pengenalan pendidikan pada anak
yang universal sebagai bekal ke arah usia dini menekankan pendekatan
pematangan pertumbuhan dan pembelajaran yang menggunakan dengan
perkembangan anak usia dini. Usia dini pendekatan yang konkrit, hal ini
merupakan usia sentral untuk dikarenakan pada usia dini belum bisa
menanamkan berbagai nilai-nilai berpikir pada tahap abstrak. Pada umur
pendidikan moral dan agama dan anak usia dini sedang mengalami tahap
mengembangkan kemampuan dasar anak pengenalan diri sendiri dan berinteraksi

22
dengan lingkungan sekitar dalam dengan pertumbuhan dan perkembangan
kehidupannya. Proses Pertumbuhan dan agar berpotensi untuk menjadi lebih baik
perkembangan anak usia dini salah satu di masa akan datang. Aktivitas bermain
diantaranya adalah perkembangan fisik. merupakan salah satu aktivitas yang dapat
Hal ini dikarenakan bahwa diperlukannya merangsang pertumbuhan dan
aktivitas jasmani yang baik dalam proses perkembangan anak apabila unsur-unsur
pertumbuhan dan perkembangan anak dalam bermain sesuai dengan karakteristik
prasekolah. Perkembangan fisik memang anak usia dini. Selain itu, bermain
sejalan dengan bertambahnya usia anak. memiliki syarat dilakukan secara sukarela
Tetapi perlu diperhatikan bahwa sehingga anak tidak mengalami
perkembangan fisik anak akan lebih baik pemaksaan ketika berpartisipasi. Anak
apabila aktivitas jasmani yang melakukan aktivitas bermain dengan rasa
dilakukannya sesuai dengan kebutuhan senang sehingga mudah menyerap nilai-
dan karakteristik perkembangannya. nilai moral dan agama serta materi
Dalam kegiatannya, di taman pembelajaran yang telah ditransfer dalam
kanak-kanak biasanya bentuk kegiatan bermain.
yang dilakukan masih dikemas dalam Berdasarkan observasi yang
bentuk-bentuk permainan ataupun dilakukan peneliti, pendidikan jasmani
bermain, dari kegiatan berbahasa, daya yang dilaksanakan pada pembelajaran di
pikir dan keterampilan jasmani. Dalam TK rata-rata belum maksimal. Bahkan
pembelajaran penjas, banyak sekali guru yang mengajarkan aktivitas jasmani
ditemukan keluhan-keluhan oleh guru masih bingung dalam meramu
terutama bila anak tidak mau atau tidak pembelajaran, sehingga hanya dengan
aktif mengikuti kegiatan yang telah intuisi semata di dalam mengajarkan
ditentukan, reaksi yang ditampilkan anak pendidikan jasmani. Walaupun rencana
tersebut diantaranya; menangis dengan pelaksanaan pembelajaran sudah dibuat
alasan takut, diam saja, memisahkan diri dan dilaksanakan, akan tetapi efektivitas
dari kelompok, dan beberapa diantaranya pembelajaran pendidikan jasmani yang
melakukan kegiatan sendiri sesuai dengan berhubungan dengan aktivitas jasmani
apa yang senanginya. Pendidikan jasmani tidak tampak. Guru tidak bisa
dalam hal ini menjadi sangat penting mengakomodir aktivitas jasmani yang
dalam usaha pengembangan jasmani anak dibutuhkan oleh seluruh anak-anak,
prasekolah. Pendidikan jasmani yang dikarenakan pembelajaran pendidikan
secara implikasi dilakukan dalam aktivitas jasmani yang kurang menarik. Hal tersebut
jasmani yang dipilih dan sesuai dengan banyak dikarenakan karena pengetahuan
kebutuhan karakteristik perkembangan guru TK yang kurang luas, sehingga dalam
fisik, diperlukan oleh anak usia dini. membelajarkan pendidikan jasmani, anak
Pendidikan usia dini harus dapat didik merasa bosan, tidak senang dan
mengakomodasi hasrat bergerak anak, jenuh karena materi yang monoton dan
sehingga perlu adanya proses tidak variatif.
pembelajaran pendidikan jasmani yang Menghadapi kedaan yang
teratur dan struktur untuk anak prasekolah. demikian, apa yang dilakukan oleh guru
Anak membutuhkan rangsangan, seharusnya bisa mengakomodir apa yang
bimbingan, dan perlakuan yang sesuai dibutuhan oleh semua anak, tanpa

23
terkecuali, yaitu dengan mencoba untuk kasar). Struktur program pembelajaran di
menyusun metode mengajar yang menarik TK dilaksanakan melalui kegiatan
yang bisa membangkitkan gairah siswa bermain, bertahap, berkesinambungan, dan
untuk mengikuti kegiatan tersebut. Metode bersifat pembiasaan (Kemendiknas, 2010:
yang dimaksud dilakukan dengan 10).
memodifikasi bentuk aktivitas jasmani Aktivitas bermain menjadi media
yang menyerupai kegiatan bermain yang utama untuk melaksanakan pembelajaran.
bervariasi. Model aktivitas jasmani Pengembangan kemampuan dasar
merupakan salah satu wahana yang bertujuan untuk meningkatkan
menyenangkan bagi hampir semua anak kemampuan dan aktivitas siswa sesuai
usia dini. Guru merasa perlu dengan tahap perkembangana anak secara
menyelenggarakan aktivitas jasmani pada umum. Kemampuan dasar yang
siswa untuk merangsang perkembangan dikembangkan di TK menjadi pondasi
fisik, motorik, dan sosial emosional anak. siswa membangun komunikasi, konstruksi
Secara khusus di bidang berpikir, dan penguatan fisik dalam
pembelajaran motorik, Samsudin (2008: melakukan aktivitas. Tujuan yang akan
121) mengemukakan, Model dicapai dalam pengembangan kemampuan
pembelajaran motorik adalah langkah- dasar ranah motorik di TK adalah untuk
langkah pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan pengelolaan,
memperhatikan karakteristik anak, kontrol, dan koordinasi gerakan tubuh.
kompetensi yang akan dicapai, interaksi Hasil yang diharapkan adalah anak
dalam proses pembelajaran, alat/media, memiliki keterampilan gerak tubuh dan
dan penilaian. Definisi tentang model di cara hidup sehat untuk mendukung
atas dapat disimpulkan bahwa model pertumbuhan jasmani.
merupakan miniatur aspek-aspek dalam Di Indonesia, pada umumnya
kehidupan. Model disusun berdasarkan anak prasekolah mengikuti program
hasil pengamatan terhadap implementasi tempat penitipan anak (3 bulan -5 tahun)
ilmu dalam kehidupan sehari-hari. dan kelompok bermain (usia 3 tahun),
Penyusunan model dimaksudkan untuk sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya
mempermudah transfer ilmu maupun nilai- mengikuti program taman kanak-kanak
nilai kehidupan agar dapat dipahami dan (Soemiarti Patmonodewo, 1995: 16). Pada
mudah diaplikasikan. Trianto (2011: 124- anak prasekolah telah nampak otot-otot
125) memaparkan bahwa isi program tubuh yang berkembang dan
pembelajaran TK dipadukan dalam bidang memungkinkan bagi anak melakukan
pengembangan potensi yang mencakup berbagai keterampilan. Gerakan anak
bidang pembentukan perilaku dan prasekolah lebih terkendali dan
pengembangan pengetahuan dasar. Bidang terorganisasi dalam pola-pola. Seperti
pembentukan perilaku mengembangkan menegakkan tubuh dalam posisi berdiri,
pembelajaran untuk mengembangkan tangan dapat terjuntai secara santai, dan
nilai-nilai moral agama, sosial, emosional, mampu melangkahkan kaki dengan
dan kemandirian. Bidang pengembangan menggerakkan tungkai dan kaki. Gerakan
kemampuan dasar mengembangkan otot kasar lebih dahulu berkembang
kemampuan berbahasa, berpikir, dan sebelum gerakan otot halus. Pengendalian
keterampilan fisik (motorik halus dan otot kepala dan lengan lebih dahulu

24
berkembang dari pengendalian otot kaki, pada siswa TK melalui aktivitas bermain
dan mampu mengendalikan otot lengan agar siswa dapat menikmati pembelajaran.
terlebih dahulu baru kemudian otot tangan. Peneliti juga memiliki gagasan untuk
Pengembangan jasmani dapat dicapai menyusun model pengenalan aktivitas
dengan melaksanakan program pendidikan jasmani yang dapat diselenggarakan dalam
jasmani yang teratur dan terstruktur sesuai pembelajaran TK. Siswa TK dipilih
dengan kebutuhan anak prasekolah dan sebagai sasaran utama dalam penelitian
kompetensi perkembangan jasmani yang karena memiliki keterampilan kognitif dan
harus dikuasai. Hal ini menjadi penting psikomotor.
karena perkembangan jasmani merupakan
aspek fundamental diri anak. Seperti yang METODE PENELITIAN
diungkap Soemiarti Patmonodewo (1995: Penelitian ini merupakan penelitian
23) bahwa kecepatan perkembangan pengembangan untuk menghasilkan
jasmani dipengaruhi oleh gizi, kesehatan produk pendidikan.Langkah-langkah
dan lingkungan fisik seperti pengembangan model pengenalan aktivitas
ketersediaan sarana prasarana dan jasmani bagi siswa Taman Kanak-kanak
kesempatan yang diberikan kepada anak dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:
untuk melatih berbagai gerakan. Pada (1) Menilai Kebutuhan untuk
pendidikan prasekolah pembelajaran Mengidentifikasi Tujuan; (2) Melakukan
dilakukan dengan pendekatan terpadu Analisis Instruksional; (3) Menganalisis
(tematik). Pembelajaran tematik memang Peserta Didik dan Bahan Materi; (4)
mempunyai kelebihan tersendiri karena Menulis Tujuan Kinerja; (5)
dalam suatu pembelajaran semua aspek Mengembangkan Instrumen Penilaian
yang ada dalam diri anak terlibat. Produk; (6) Mengembangkan Strategi
Berdasarkan analisis perkembangan Instruksional; (7) Mengembangkan dan
jasmani anak prasekolah, jelas bahwa Memilih Bahan Instruksional; (8)
diperlukan suatu program pengembangan Merancang dan Melakukan Evaluasi
jasmani anak prasekolah yang teratur dan Formatif Terhadap Instruksi; (9) Merevisi
terstruktur sesuai dengan kebutuhan Instruksi.
karakteristik perkembangan anak. Program Penelitian ini akan dilaksanakan di
pendidikan jasmani pada pendidikan TK Pertiwi, TK Bhayangkari, TK Kartika
prasekolah menjadi penting mengingat hal IV, TK Putra Harapan tahun ajaran 2015-
tersebut di atas. 2016. Instrumen penelitian dan teknik
Pengenalan aktivitas jasmani bagi pengumpulan data dalam penelitian ini
anak-anak mengenalkan adalah melalui tahapan sebagai berikut: (1)
mengenalkan kegiatan aktivitas-aktivitas Pedoman umum wawancara; (2) Catatan
fisik dasar bagi anak taman kanak-kanak. Lapangan; (3) Angket Skala Nilai.
Kegiatan pengenalan aktivitas jasmani Penelitian ini akan menggunakan Skala
sebagai pondasi dasar pengenalan ke arah Likert dengan skala 5: (1) sangat tidak
perkembangan multilateral anak pada sesuai; (2) tidak sesuai; (3) cukup sesuai;
cabang-cabang olahraga. Pengenalan (4) sesuai; dan (5) sangat sesuai. Skala
aktivitas jasmani perlu diberikan pada Likert merupakan skala penilaian untuk
semenjak anak sejak usia dini. menilai pendapat, sikap, dan pandangan
Keterampilan tersebut perlu disampaikan (Riduwan, 2007: 12). Teknik analisis data

25
yang digunakan dalam penelitian ini model pengenalan aktivitas jasmani
adalah analisis data deskriptif kuantitatif untuk siswa Taman Kanak-Kanak.
dan kualitatif. Teknik analisis data Tujuan dikembangkannya model
deskriptif kuantitatif dilakukan pada: (1) adalah untuk memberikan alternatif
hasil penilaian evaluasi dengan skala nilai pembelajaran pengenalan aktivitas
ahli materi terhadap draf model permainan jasmani untuk siswa TK. Materi
sebelum uji coba; (2) data penilaian hasil pengembangan dalam model yang
observasi para ahli materi terhadap model dibuat tentunya telah disesuaikan
permainan; dan (3) data hasil observasi dengan kurikulum dan karakteristik
ahli materi terhadap keefektifan model siswa TK. Fokus tujuan
pengenalan aktivitas jasmani dalam proses pengembangan meliputi aspek
pembelajaran. Rentangan skor pada setiap kognitif, afektif dan psikomotor.
angket ada lima, yaitu: (1) skor 1 untuk Model disusun dengan
penilaian sangat tidak sesuai, (2) skor 2 memperhatikan aturan keselamatan
untuk penilaian tidak sesuai, (3) skor 3 bermain. Pengembangan pengenalan
untuk penilaian cukup sesuai, (4) skor 4 aktivitas jasmani berdasarkan konsep
untuk penilaian sesuai, dan (5) skor 5 bermain sehingga pelaksanaan
untuk penilaian sangat sesuai. latihan pemanasan, inti dan
pelepasan menggunakan konsep
bermain. Peneliti mengharap produk
yang telah dihasilkan dapat
HASIL PENELITIAN DAN dipergunakan untuk ; (1) menambah
PEMBAHASAN variasi model pengenalan aktivitas
A. Hasil Penelitian jasmani bagi siswa TK, (2)
1. Data Analisis Kebutuhan memotivasi guru untuk
Analisis kebutuhan dilakukan memaksimalkan sarana dan
untuk mengetahui permasalahan prasarana yang ada di sekolah dalam
yang terjadi di lapangan berkaitan proses pembelajaran, (3) membantu
dengan pembelajaran Taman Kanak- guru TK dalam mengembangkan
Kanak. Peneliti melakukan observasi kreatifitas pembelajaran di TK.
mengenai pembelajaran mengenai 2. Deskripsi Draf Produk Awal
aktivitas jasmani yang dilakukan di Draf produk awal model
Taman Kanak-Kanak. Selain itu, pengenalan aktivitas jasmani untuk
peneliti melakukan wawancara pada siswa Taman Kanak-Kanak terdiri
guru tentang gerakan-gerakan fisik dari 5 permainan, yaitu; (1)
dalam proses pembelajaran dan permainan kumpul lari bola, (2)
aktivitas jasmani serta melakukan permainan lompat dan loncat estafet,
studi pustaka. Hasil observasi dan (3) permainan lempar bola, (4)
wawancara menunjukkan bahwa permainan merayap dan merangkak,
guru TK belum mempunyai banyak (5) permainan panjat memanjat.
alternatif mengenai aktivitas jasmani 3. Data Validasi dari Ahli Materi
yang akan di ajarkan kepada siswa- dan Ahli Media
siswi TK. Berdasarkan kenyataan, Validasi dilakukan dengan
maka peneliti mengembangkan cara memberikan draf produk awal

26
model pengenalan aktivitas jasamani dengan rerata 4,45. Hasil penilaian
untuk siswa Taman Kanak-Kanak dari ahli materi menunjukkan bahwa
yang telah direvisi berdasarkan kualitas produk dilihat dari aspek
masukan dari ahli materi dan ahli kualitas isi dinyatakan Sangat Baik
media. Aspek kebenaran dengan rerata 4,33.
pembelajaran merupakan informasi Penilaian aspek materi
yang meliputi bagian yang salah, diperoleh data sebesar 53,85%
jenis kesalahan, dan saran perbaikan. termasuk dalam kriteria Sangat
Aspek-aspek tersebut berguna untuk Baik dan 46,15% termasuk kriteria
kepentingan penelitian kualitas Baik. Penilaian aspek isi diperoleh
produk model pengenalan aktivitas data sebesar 33,33% termasuk dalam
jasmani untuk siswa TK yang sedang kriteria Sangat Baik dan 66,67%
dikembangkan, oleh karena itu saran termasuk kriteria Baik. Rerata
dari ahli materi maupun ahli media penilaian hasil validasi ahli materi
sangat dibutuhkan. Penilaian pada aspek kualitas materi
diberikan dengan melihat dan pembelajaran sebesar 4,54 termasuk
mencermati produk model yang telah ketegori Sangat Baik. Rerata
dibuat, selanjutnya saran-saran yang penilaian aspek isi sebesar 4,33
telah diberikan berupa penambahan termasuk kriteria Sangat Baik.
materi dan perbaikan tampilan yang Rerata keseluruhan hasil validasi ahli
tentunya disesuaikan dengan standar materi sebesar 4,44 termasuk kriteria
kompetensi Taman Kanak-Kanak. Sangat Baik. Saran-saran yang
Saran yang diberikan oleh ahli diberikan oleh ahli media berupa
materi berupa penekanan dan tata perbaikan pada tata letak, jenis
kelola proses pemberian materi warna, gelap-terang gambar dan
pengenalan aktivitas jasmani yang pemilihan kualitas kertas serta
ada saat proses pembelajaran. ukuran cetak. Perbaikan sudah
Perbaikan sudah dilakukan pada dilakukan pada ke semua aspek,
penempatan bentuk latihan melalui mulai dari tata letak tulisan, jenis
tata saji yang menampilkan aktivitas warna yang digunakan, editing
gerakan dari mudah menuju gerakan gambar serta ukuran kertas cetak dan
kompleks. Hasil validasi produk oleh jenis kertas cetak. Hasil validasi
ahli materi berupa rerata skor yang produk oleh ahli media berupa rerata
diberikan untuk aspek kualitas skor yang diberikan untuk aspek
materi pengenalan aktivitas jasmani tampilan dan aspek desain pada
pada model pengenalan aktivitas model pengenalan aktivitas jasmani
jasmani untuk siswa Taman Kanak- serta layout model pengenalan
Kanak. Kriteria akhir dari aspek aktivitas jasmani untuk siswa Taman
kualitas materi di atas diperoleh dari Kanak-Kanak.
hasil konversi data kualitatif dengan Kriteria akhir dari aspek
skala 5. Hasil penilaian dari ahli kualitas tampilan di atas diperoleh
materi menunjukkan bahwa kualitas dari hasil konversi data kualitatif
produk dilihat dari aspek kualitas dengan skala 5. Hasil penilaian dari
materi dinyatakan Sangat Baik ahli media menunjukkan bahwa

27
kualitas produk dilihat dari aspek 5. Data Uji Coba Skala Besar
kualitas tampilan dinyatakan Sangat Uji coba skala besar
Baik dengan rerata 4,52. Hasil diberikan kepada 6 orang guru di TK
penilaian dari ahli media Bhayangkari, TK Kartika IV, TK
menunjukkan bahwa kualitas produk Putra Harapan. Pada uji coba skala
dilihat dari aspek kualitas desain besar di TK Bhayangkari penilaian
dinyatakan Baik dengan rerata terhadap aspek tampilan diperoleh
4,10. Penilaian aspek tampilan rerata sebesar 4,54 termasuk dalam
diperoleh data sebesar 52,38% kriteria Sangat Baik. Penilaian
termasuk dalam kriteria Sangat terhadap aspek isi/materi diperoleh
Baik dan 47,62% termasuk kriteria rerata sebesar 4,47 termasuk dalam
Baik. Penilaian aspek desain kriteria Sangat Baik. Penilaian
diperoleh data sebesar 30,00% terhadap aspek pembelajaran
termasuk dalam kriteria Sangat diperoleh rerata sebesar 4,62
Baik 50,00% dan 20,00% termasuk termasuk dalam kriteria Sangat
kriteria Baik. Rerata penilaian Baik. Secara keseluruhan pada
hasil validasi ahli media pada aspek tahap uji coba skala besar di TK
kualitas tampilan sebesar 4,52 Bhayangkari diperoleh penilaian
termasuk ketegori Sangat Baik. dengan rerata skor 4,54 termasuk
Rerata penilaian aspek desain dalam kriteria Sangat Baik.
sebesar 4,10 termasuk kriteria Pada uji coba skala besar di
Baik. Rerata keseluruhan hasil TK Kartika IV penilaian terhadap
validasi ahli media sebesar 4,31 aspek tampilan diperoleh rerata
termasuk kriteria Sangat Baik. sebesar 4,49 termasuk dalam kriteria
4. Data Uji Coba Skala Kecil Sangat Baik. Penilaian terhadap
Uji coba skala kecil aspek isi/materi diperoleh rerata
dilakukan kepada 2 orang guru TK sebesar 4,57 termasuk dalam kriteria
Pertiwi. Pada uji coba skala kecil Sangat Baik. Penilaian terhadap
penilaian terhadap aspek tampilan aspek pembelajaran diperoleh retara
diperoleh rerata sebesar 4,54 sebesar 4,23 termasuk dalam kriteria
termasuk dalam kriteria Sangat Sangat Baik. Secara keseluruhan
Baik. Pada uji coba skala kecil pada tahap uji coba skala besar di
penilaian terhadap aspek isi/materi TK Kartika IV diperoleh penilaian
diperoleh rerata sebesar 4,55 dengan rerata skor 4,43 termasuk
termasuk dalam kriteria Sangat dalam kriteria Sangat Baik.
Baik. Pada uji coba skala kecil Pada uji coba skala besar di
penilaian terhadap aspek TK Putra Harapan penilaian terhadap
pembelajaran diperoleh rerata aspek tampilan diperoleh rerata
sebesar 4,25 termasuk dalam kriteria sebesar 4,56 termasuk dalam kriteria
Sangat Baik. Secara keseluruhan Sangat Baik. Penilaian terhadap
pada tahap uji coba skala kecil aspek isi/materi diperoleh rerata
diperoleh penilaian dengan rerata sebesar 4,64 termasuk dalam kriteria
skor 4,45 termasuk dalam kriteria Sangat Baik. Penilaian terhadap
Sangat Baik. aspek pembelajaran diperoleh retara

28
sebesar 4,70 termasuk dalam kriteria b. Produk model pengenalan
Sangat Baik. Secara keseluruhan aktivitas jasmani ini berisi materi
pada tahap uji coba skala besar di pengenalan aktivitas jasmani
Putra Harapan diperoleh penilaian melalui berbagai macam gerak
dengan rerata skor 4,43 termasuk yang dikemas melalui permainan.
dalam kriteria Sangat Baik. c. Produk model pengenalan
Pada uji coba skala besar aktivitas jasmani untuk siswa
secara keseluruhan di TK Taman Kanak-Kanak ini
Bhayangkari, TK Kartika IV dan TK dilengkapi dengan prosedur
Putra Harapan, penilaian terhadap keselamatan.
produk model pengenalan aktivitas d. Setiap model pengenalan aktivitas
jasmani untuk siswa Taman Kanak- jasmani terdiri dari latihan
Kanak diperoleh retara sebesar 4,51 pemanasan, inti, dan pelepasan
termasuk dalam kriteria Sangat dalam bentuk permainan sehingga
Baik, membuat proses kegiatan belajar
mengajar menjadi lebih
B. Luaran yang Dicapai menyenangkan.
Setelah melalui tahapan validasi e. Materi dalam modul disajikan
dan revisi produk yang melibatkan ahli dengan tampilan yang menarik
materi dan ahli media serta dilanjutkan didukung dengan foto-foto
evaluasi terhadap aspek isi, aktivitas dan gambar animasi tata
pembelajaran, tampilan dan desain, cara pelaksanaan, mudah dibaca
diperoleh hasil validasi dengan kriteri dan dimengerti oleh guru
layak digunakan untuk uji coba sehingga dapat meningkatkan
lapangan. Pada tahapan selanjunya kreatifitas guru dalam proses
dilakukan uji coba produk di TK pembelajaran.
Pertiwi untuk skala kecil dan skala 2. Bagian Fisik
besar di TK Bhayangkari, TK Kartika Model pengenalan aktivitas
IV serta TK Putra Harapan. Tahapan jasmani untuk siswa Taman Kanak-
yang sudah dilalui tersebut selanjutnya Kanak dikemas melalui sebuah buku
telah menghasilkan produk akhir berupa dengan judul Kegiatan Pengenalan
model pengenalan aktivitas jasmani Aktivitas Jasmani Untuk Siswa
untuk siswa Taman Kanak-Kanak yang Taman Kanak-Kanak yang di
berkualitas dan layak untuk digunakan dalamnya didukung olah unsur teks,
sesuai dengan sasaran pengguna. Model foto dan gambar animasi. Buku
pengenalan aktivitas jasmani untuk tersebut dapat dengan mudah dibaca
siswa Taman Kanak-Kanak yang dan dipahami oleh guru Taman
dihasilkan dalam pengembangan ini Kanak-Kanak. Isi buku di susun
adalah sebagai berikut: secara sistematis dengan desain yang
1. Bagian Isi menarik mulai dari halaman awal, isi
a. Produk yang dihasilkan bernama kegiatan, sampai halaman akhir.
model pengenalan aktivitas Produk model pengenalan aktivitas
jasmani untuk siswa Taman jasmani yang dihasilkan telah sesuai
Kanak-Kanak. dengan tahapan pengembangan

29
produk. Aspek-aspek yang menjadi mengajar. Sesuai dengan data akhir yang
bahan untuk validasi ahli antara lain; diperoleh baik dari ahli materi maupun
(1) aspek isi, (2) aspek ahli media, model pengenalan aktivitas
pembelajaran, (3) aspek tampilan, jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak
dan (4) aspek desain. Validasi ahli yang sedang dikembangkan sudah
dan uji coba lapangan sebagai sarana memenuhi syarat untuk digunakan setelah
untuk memperoleh data. Data yang melalui beberapa tahap validasi dan revisi
diperoleh digunakan sebagai bahan produk sehingga kualitas produk yang
acuan pada tahap revisi. Produk dihasilkan meningkat dan dinyatakan
model pengenalan aktivitas jasmani layak untuk digunakan. Uji kualitas
ini telah direvisi secara bertahap penerapan model pengenalan aktivitas
berdasarkan masukan dari ahli jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak
materi dan ahli media. saat proses kegiatan belajar mengajar
PEMBAHASAN memberikan kesimpulan bahwa model
Berdasarkan hasil analisis data pengenalan aktivitas jasmani dinyatakan
yang diperoleh melalui tahapan validasi sangat baik untuk menyampaikan berbagai
dan uji coba produk menurut ahli materi, macam bentuk aktivitas jasmani dalam
model pengenalan aktivitas jasmani untuk proses kegiatan belajar mengajar.
siswa Taman Kanak-Kanak yang sedang
dikembangkan dinyatakan Sangat Baik KESIMPULAN
dengan rerata akhir 4,44 dan dinyatakan Tujuan dari penelitian dan
layak untuk digunakan/uji coba lapangan. pengembangan ini adalah menghasilkan
Menurut ahli media, media belajar yang produk model pengenalan aktivitas
sedang dikembangakan dinyatakan jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak.
Sangat Baik dengan rerata akhir 4,31 Prosedur pengembangan dalam penelitian
dan dinyatakan layak untuk digunakan/uji ini adalah sebagai berikut; (1) melakukan
coba lapangan. Menurut penilaian guru analisis kebutuhan, (2) mengembangkan
melalui tahapan uji coba yang telah instrumen penilaian, (3) mengembangkan
dilakukan diperoleh penilaian akhir dan memilih bahan materi, (4) merancang
mengenai model pengenalan aktivitas dan melakukan evaluasi formatif, (5)
jasmani untuk siswa Taman Kanak-Kanak penyusunan produk akhir. Setelah melalui
yang sedang dikembangkan. Pada uji coba prosedur pengembangan tersebut, model
skala kecil yang telah dilakukan, diperoleh pengenalan aktivitas jasmani untuk siswa
penilaian dengan rerata akhir 4,45 dan Taman Kanak-kanak mempunyai kualitas
termasuk kriteria Sangat Baik. yang lebih baik setelah dilakukan reavisi
Sedangkan dalam uji coba skala besar dan perbaikan-perbaikan. Penyusunan
terhadap kualitas model pengenalan produk model pengenalan aktivitas
aktivitas jasmani untuk siswa Taman jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak
Kanak-Kanak diperolah rerata sebesar 4,51 telah disesuaikan dengan kurikulum
termasuk dalam kriteria Sangat Baik. tingkat Taman Kanak-kanak. Hal tersebut
Kesimpulan dari uji kualitas di atas adalah menjadi dasar dan acuan dalam proses
model pengenalan aktivitas jasmani untuk penyusunan model pengenalan aktivitas
siswa Taman Kanak-kanak sangat baik jasmani untuk siswa Taman Kanak-kanak.
digunakan dalam proses kegiatan belajar Materi disajikan dengan tampilan menarik

30
dan mudah dipelajari tentunya dengan Sangat Baik. Kesimpulannya adalah
tujuan untuk mempermudah pemahaman model pengenalan aktivitas jasmani untuk
guru dalam mengaplikasikannya di proses siswa Taman Kanak-kanak sangat bagus
pembelajaran. Pertimbangan penyampaian untuk meningkatkan pengetahuan dan
materi juga dilakukan dengan kreatifitas guru dalam proses kegiatan
mengedepankan pembelajaran melalui belajar mengajar.
permainan serta disusun dari yang paling
mudah menuju kompleks. DAFTAR PUSTAKA
Menurut guru Taman Kanak-kanak,
model pengenalan aktivitas jasmani yang Kemendiknas. (2010). Pedoman
dikembangkan sangat menarik untuk pengembangan program
digunakan dalam proses kegiatan belajar pembelajaran di taman kanak-kanak.
mengajar. Hal tersebut didukung oleh Jakarta: Kemendiknas.
kurangnya sumber bacaan yang membahas
mengenai aktivitas jasmani yang dilakukan Samsudin. (2008). Pembelajaran motorik
melalui konsep permainan. Penggunaan di taman kanak-kanak. Jakarta:
teks, foto, dan gambar animasi tentunya Prenada Media Group.
lebih mempermudah guru untuk
memahami materi pengenalan aktivitas Soemiarti Patmonodewo. (1995). Buku Ajar
jasmani secara detail. Data hasil validasi Pendidikan Prasekolah. Jakarta.
menurut ahli materi adalah Sangat Baik Depdikbud. Dirjen Dikti. Proyek
dengan rerata skor 4,44. Menurut ahli Pendidikan Tenaga Akademik.
media adalah Sangat Baik dengan rerata
skor 4,31. Sedangkan penilaian guru Trianto. (2011). Desain pengembangan
secara keseluruhan adalah Sangat Baik pembelajaran tematik bagi anak
dengan rerata skor 4,51, sehingga dapat usia dini TK/RA & anak usia kelas
disimpulkan bahwa model pengenalan awal SD/MI. Jakarta: Prenada
aktivitas jasmani untuk siswa Taman Media Group.
Kanak-kanak termasuk dalam kriteria

31
THE INFLUENCE OF 20-YARD SHUTTLE, THREE CONE DRILL, AND
FOUR CONE DRILL TOWARDS INCREASING SPEED AND AGILITY

Muhamad Maki Amirudin (Post-Graduated State University of Surabaya)

e-mail: amirudinmaki@gmail.com

ABSTRAK
Latihan kondisi fisik khususnya kecepatan dan kelincahan dibutuhkan siswa saat
melakukan pembelajaran olahraga. Latihan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kecepatan dan kelincahan adalah pelatihan speed, agility and quickness (SAQ) dengan
jenis latihan 20-yard shuttle, three cone drill, dan four cone drill. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu.
Rancangan penelitian ini menggunakan matching-only design, dan analisis data
menggunakan Anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan tes lari 30 meter dan
T-test untuk kelincahan pada saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 20.0. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa selisih rerata antara pretest dan posttest dari masing-masing kelompok yaitu: (1)
Kelompok eksperimen I untuk kecepatan -0,16 detik dan kelincahan -0,16 detik, (2)
Kelompok eksperimen II untuk kecepatan -0,11 detik dan kelincahan -0,09 detik (3)
Kelompok eksperimen III untuk kecepatan -0,24 detik dan kelincahan -0,24 detik (4)
Kelompok kontrol untuk kecepatan -0,04 detik dan kelincahan -0,03 detik.

Kata kunci: Latihan, SAQ, Kecepatan, Kelincahan.

PENDAHULUAN adalah penerapan dari suatu


perencanaan untuk meningkatkan
Dalam olahraga, terutama dalam kemampuan berolahraga yang berisikan
olahraga prestasi, untuk mencapai materi teori dan praktek, metode, dan
keberhasilan tidaklah mudah dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan
singkat untuk mendapatkannya. Di dan sasaran yang akan dicapai
perlukan proses yang panjang, (Sukadiyanto dan muluk 2011:6).
diperlukan kerjasama antara pelatih Latihan merupakan suatu kegiatan yang
yang berpengalaman dengan atlet, tersusun dengan sistematis untuk
berpengetahuan ilmu keolahragaan dan mencapai suatu peningkatan yang akan
benar-benar menekuni bidang dicapai. Komponen utama dalam latihan
kepelatihan. Pelatihan atau training yaitu teori, praktek dan prosedur

32
pelaksanaan yang kemudian ditujukan blok mental dan ambang batas dan akan
untuk mencapai sasaran dan tujuan. memungkinkan atlet untuk
Fisik memiliki berbagai macam mengerahkan kekuatan maksimal
komponen di dalamnya. Komponen sehingga pola gerakannya terkontrol dan
kondisi fisik yang diperlukan agar seimbang khususnya dalam berolahraga.
seseorang dapat meningkatkan Dengan mempertimbangkan sistem
prestasinya, yaitu: 1) Daya tahan energi yang terlibat atlet saat
(endurance) , 2) Kekuatan (strength), 3) berolahraga, kekhususan pola gerakan,
Kecepatan (speed), 4) Kelentukan aksi otot, kecepatan dan jangkauan
(flexibility), 5) Kelincahan (agility), 6) gerakan dilakukan dan kebutuhan
Koordinasi, 7) Keseimbangan khusus atlet. Pelatihan speed agility and
(balance), 8) Daya Ledak (explosive quickness dapat memberikan pelatihan
power) (Roesdiyanto dkk, 2008:49). yang sangat spesifik dan rinci untuk
Dari berbagai macam komponen fisik, membantu pemain dalam mencapai
fokus dalam penelitian ini adalah tujuan. Dari berbagai jenis latihan yang
komponen fisik kecepatan dan terdapat pada pelatihan speed agility
kelincahan. Karena kelincahan dan and quickness, peneliti akan mengambil
kecepatan adalah salah satu komponen tiga jenis latihan yaitu 20 yard shuttle,
kondisi fisik yang sangat penting three cone drill dan four cone drill.
dimiliki oleh seorang atlet terutama bagi Berdasakan penjelasan pelatihan
olahraga yang sangat membutuhkan speed agility and quickness akan
kemampuan untuk berpindah tempat menghapus blok mental dan ambang
secara cepat. batas dan akan memungkinkan atlet
SAQ (Speed, Agility, and untuk mengerahkan kekuatan maksimal
quickness) telah menjadi cara yang tersebut, peneliti ingin mengetahui
populer untuk melatih komponen fisik apakah terdapat pengaruh latihan 20
atlet khususnya kecepatan dan yard shuttle, three cone drill dan four
kelincahan. Dengan kebutuhan yang cone drill terhadap kecepatan dan
terus meningkat untuk mempromosikan kelincahan. Serta peneliti ingin
kemampuan atletik, jenis pelatihan ini mengetahui apakah terdapat perbedaan
telah terbukti meningkatkan pengaruh antara latihan 20 yard shuttle,
kemampuan seseorang dalam berbagai three cone drill dan four cone drill
olahraga. Hal ini terjadi karena hampir terhadap kecepatan dan kelincahan.
setiap olahraga membutuhkan kecepatan
dan kelincahan gerakan, baik lengan METODE PENELITIAN
atau kaki. Oleh karena itu, semua atlet Jenis penelitian ini menggunakan
bisa mendapatkan keuntungan ketika pendekatan kuantitatif. Metode penelitian
kelincahan, dan kecepatan pelatihan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
terintegrasi ke dalam program pelatihan metode penelitian eksperimen semu (quasi
mereka. experiment). Desain atau rancangan dalam
Menurut Jovanovic (dalam penelitian ini menggunakan Matching
Milanovic dkk, 2013) pelatihan speed Only Design (Maksum, 2012: 100).
agility and quickness akan menghapus

33
Rancangan penelitian tersebut
digambarkan sebagai berikut:

Tabel Ordinal Pairing


K T X T Kel
1 2 1 8 9 16 17 24 25 32
1 1
K
1 T1 X T1 Kel
M 2 7 10 15 18 23 26 31
1 2 2 2
K
2 T2
X T2 Kel
3 6 11 14 19 22 27 30
1 3 2 3
K
3 T
3
- T3 Kel
4 5 12 13 20 21 28 29
4 1
Gambar Desain Penelitian Maksum,2 4
4 4
2012: 100)
Keterangan: Tempat dan Waktu Penelitian
T11- T14 : Pretest kelompok 1 - 4. Penelitian ini dilaksanakan di
T21- T24 : Posttest kelompok 1 - 4. lapangan olahraga SMA Kawung 2
X1 : Perlakuan dengan latihan Surabaya, selama 8 minggu dari bulan
20-yard shuttle Maret Mei 2016, dengan rincian 8
X2 : Perlakuan dengan latihan minggu untuk perlakuan (treatment)
three cone drill dengan frekuensi 24 kali pertemuan yang
X3 : Perlakuan dengan latihan dilaksanakan 3 kali dalam seminggu.
four cone drill Instrumen Penelitian
Populasi dan Sampel Instrumen penelitian dalam
Populasi dalam penelitian ini penelitian ini adalah tes kecepatan dengan
adalah siswa putra kelas XI SMA Kawung menggunakan tes lari 30 meter dan tes
2 Surabaya yang terdaftar aktif sebagai kelincahan dengan menggunakan T-test.
siswa dengan jumlah keseluruhan 32 siswa. Teknik Analisis Data
Siswa dengan rata-rata umur 16 17 tahun Sesuai dengan hipotesis dan jenis
yang mengikuti mata pelajaran pendidikan penelitian yang digunakan dalam penelitian
jasmani kesehatan dan olahraga. ini, maka analisis statistik yang digunakan
Sampel dalam penelitian ini adalah adalah uji prasarat data normalitas dan
siswa putra kelas XI SMA Kawung 2 homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan
Surabaya yang terdaftar aktif sebagai siswa uji-t paired sample test dan Analisis of
dengan jumlah keseluruhan 32 siswa. Varians (Anova) dengan taraf signifikansi
Siswa dengan rata-rata umur 16 17 tahun 5 %. Proses tersebut di atas akan
yang mengikuti mata pelajaran pendidikan dilaksanakan menggunakan program
jasmani kesehatan dan olahraga. Teknik Statistical Product and Service Solution
pengambilan sampel dalam penelitian ini (SPSS) 20.0.
dengan menggunakan studi populasi
dikarenakan semua populasi dijadikan
sampel. Penentuan pengelompokan sampel
dilakukan secara ordinal pairing atau
disesuikan peringkat dari hasil pretest.
Berikut gambar pembagian sampel pada
kelompok latihan,
34
HASIL PENELITIAN Berdasarkan pada tabel di atas
Uji Normalitas menunjukkan bahwa perolehan data kedua
Hasil perhtungan dengan SPSS 20.0 variabel terikat yaitu kecepatan dan
untuk melihat normal tidaknya data bisa kelincahan memiliki varians homogen. Hal
dilihat dalam tabel di bawah ini. ini dimaknai oleh karena nilai signifikansi
Kel. Kel. Kel. Kel.
I II III IV dari masing-masing data menunjukkan
Variabel Test Ket Status
Sig Sig Sig Sig taraf signifikansi atau (p) > 0,05. Sehingga
0,74 0,50 0,62 0,43
P >
Norma
dapat disimpulkan bahwa varians pada tiap
Pretest 0,0
6 5 8 0 l
5 kelompok adalah sama atau homogen.
Kecepatan
P > Pengujian Hipotesis
Posttes 0,71 0,54 0,62 0,39 Norma
0,0
t 8 3 0 7
5
l Untuk menjawab hipotesis yang
telah diajukan, maka uji analisis yang
P>
0,61 0,36 0,45 0,55 Norma
Pretest
0 0 3 4
0,0
l
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
5
Kelincaha
n
uji beda rerata (uji beda mean) dengan
P>
Posttes 0,65 0,36 0,62 0,58
0,0
Norma menggunakan analisis uji-t paired t-test.
t 8 1 0 0 l
5
Nilai yang digunakan dalam penghitungan
Berdasarkan pada tabel di atas uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
menunjukkan bahwa perolehan data dari posttest dari masing-masing kelompok
kedua variabel terikat yaitu kecepatan dan (kelompok I, kelompok II, kelompok III,
kelincahan memiliki makna bahwa data dan kelompok kontrol), dengan penyajian
berdistribusi normal. Hal ini dikarenakan datanya hasil perhitungan uji-t paired t-test
signifikansi (p) dari masing-masing adalah sebagai berikut:
kelompok menunjukkan (p) atau sig > 0,05 Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikat
yang mengakibatkan H0 diterima. Sehingga pada Kelompok Eksperimen I
dapat disimpulkan bahwa data diambil dari Sig.
Variabel Pair t-hitung (2- Status
populasi yang berdistribusi normal. tailed)
Uji Homogenitas Posttest
-
Kecepatan 0,000 Berbeda
Hasil SPSS 20.0 untuk perhitungan Pretest
27,656

homogenitas data seperti pada tabel di Posttest


-
Kelincahan 0,000 Berbeda
bawah ini Pretest
33,931
Sig
Variabel Test Ket Status
(P)

P>
Pretest 0,491 Homogen Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikat
0,05
pada Kelompok Eksperimen II
Kecepatan
Sig.
P>
Posttest 0,781 Homogen Variabel Pair t-hitung (2- Status
0,05
tailed)
Posttest
Kecepatan -6,190 0,000 Berbeda
P> Pretest
Pretest 0,155 Homogen
0,05 Posttest
Kelincahan -
Kelincahan 0,000 Berbeda
22,293
P> Pretest
Posttest 0,323 Homogen
0,05

35
Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah menggunakan
pada Kelompok Eksperimen III analysis of variance. Untuk menganalisis
Sig. data menggunakan analysis of variance,
Variabel Pair t-hitung (2- Status
tailed)
data kelompok kontrol diuji secara
Posttest bersama-sama dengan kelompok
-
Kecepatan
35,196
0,000 Berbeda eksperimen. Anova digunakan untuk
Pretest
menguji perbedaan hasil selisih dari
Posttest
- variabel terikat (kecepatan dan kelincahan)
Kelincahan 0,000 Berbeda
19,221
Pretest dalam kelompok yang didasarkan pada
variabel bebas. Hasil pengujian dapat
Tabel Hasil Uji Beda Variabel Terikat dilihat pada tabel di bawah ini.
pada Kelompok Kontrol
Sig. Tabel Analysis Of Varians
Variabel Pair t-hitung (2- Status
tailed) Variabel F Sig. Status
Posttest
-
Kecepatan
17,102
0,000 Berbeda Kecepatan 71,253 0,000 Berbeda
Pretest
Posttest
-
Kelincahan 0,000 Berbeda
Pretest
10,370 Kelincahan 156,662 0,000 Berbeda

Hasil dari tabel di atas menunjukkan


Berdasarkan pada keempat tabel di
nilai Sig 0,000. Dengan demikian karena
atas terdapat perbedaan sebelum dan
nilai Sig < 0,05 maka terdapat perbedaan
setelah perlakuan dari masing-masing
peningkatan dari kecepatan dan kelincahan
variabel dependent (kecepatan dan
pada keempat kelompok penelitian.
kelincahan) baik pada kelompok
Apabila terdapat perbedaan pengaruh antar
eksperimen I, kelompok eksperimen II
kelompok maka analisis dilanjutkan
maupun kelompok eksperimen III. Hal ini
menggunakan uji post hoc multiple
menunjukkan bahwa tingkat signifikansi
comparations dengan menggunakan
dari masing-masing variabel sebesar 0,000
analisis least significant diffrence (LSD)
atau dengan kata lain P < 0,05. Sehingga
dalam program SPSS seri 20.0, sebagai
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan
upaya untuk melihat variabel independent
setelah diberi program latihan 20-yard
mana yang memberikan pengaruh secara
shuttle, three cone drill,dan four cone drill.
signifikan terhadap peningkatan variabel
Namun demikian pada kelompok kontrol
dependent. Hasil dari uji post hoc dengan
juga ada perbedaan, walaupun perbedaanya
LSD untuk variabel kecepatan dan
relatif kecil jika dibandingkan pada ketiga
kelincahan dapat dilihat pada tabel di
kelompok eksperimen.
bawah ini.
Hasil Uji beda Variabel Dependent
Antar Kelompok
Untuk mengetahui perbedaan
variabel dependent antar kelompok
digunakan analisis varians. Oleh karena itu
langkah selanjutnya untuk mengolah data
36
Tabel Hasil Uji Post-Hoc dengan LSD Mean Signifika
Kelompok
Kecepatan difference nsi (p)
Mean Signifik Eksperim
Kelompok ,06750* ,000
difference ansi (p) en II
Eksper Eksperim
Eksperime * -,08125* ,000
,04750 ,002 imen I en III
n II
Eksperime Eksperime Kontrol ,12375* ,000
nI -,08125* ,000
n III Eksperim
-,06750* ,000
Kontrol ,11750* ,000 en I
Eksper
Eksperime Eksperim
-,04750* ,002 imen II -,14875* ,000
nI en III
Eksperime Eksperime
-,12875* ,000 Kontrol ,05625* ,000
n II n III
Eksperim
Kontrol ,07000* ,000 ,08125* ,000
Eksper en I
Eksperime Eksperim
,08125* ,000 imen
nI ,14875* ,000
Eksperime III en II
Eksperime *
n III
n II
,12875 ,000 Kontrol ,20500* ,000
* Eksperim
Kontrol ,19875 ,000
-,12375* ,000
Eksperime *
en I
-,11750 ,000
nI Kontro Eksperim
-,05625* ,000
Eksperime * l en II
-,07000 ,000
Kontrol n II Eksperim
-,20500* ,000
Eksperime *
en III
-,19875 ,000
n III Dari tabel di atas menunjukkan
bahwa ada perbedaan signifikan diantara
Dari tabel di atas menunjukkan keempat kelompok. Perbedaan tersebut
bahwa adanya perbedaan yang signifikan dapat dilihat pada mean difference,
diantara ketiga kelompok. Perbedaan sehingga dari perbedaan tersebut
tersebut dapat dilihat dari mean difference. memberikan sebuah makna perbedaan
Sehingga dari mean difference tersebut pengaruh terhadap peningkatan kelincahan
memberikan sebuah makna perbedaan antar kelompok penelitian. Dengan
pengaruh terhadap peningkatan kecepatan demikian dari hasil uji beda dependent
antar kelompok penelitian. Hal ini dapat antar kelompok dari variabel dependent
diketahui dari nilai mean difference, bahwa (kecepatan dan kelincahan) dapat
kelompok eksperimen III lebih optimal disimpulkan bahwa program latihan 20-
peningkatan kecepatan dibandingkan yard shuttle, three cone drill,dan four cone
dengan kelompok eksperimen I, II maupun drill memberikan peningkatan yang lebih
kelompok kontrol. Demikian pula pada besar dari latihan pada kelompok kontrol.
kelincahan menunjukkan bahwa kelompok DISKUSI HASIL PENELITIAN
eksperimen III lebih optimal dibanding A. Latihan Kelompok Eksperimen I
kelompok yang lain, sebagaimana terlihat (20-Yard Shuttle)
pada tabel di bawah ini. Latihan 20-yard shuttle
Tabel Hasil Uji Post-Hoc dengan LSD memiliki pengaruh yang signifikan
Kelincahan terhadap peningkatan kecepatan dan
kelincahan dikarenakan kaki
senantiasa melakukan kontraksi secara
37
terus menerus saat melakukan latihan sekali, maka organ manusia cenderung
tersebut. Sejalan dengan pendapat itu, selalu mampu untuk beradaptasi
Yap dan Brown (2000) mengatakan terhadap perubahan lingkungannya.
bahwa SAQ adalah suatu latihan yang Keadaan ini tentu menguntungkan
memiliki ciri khusus, yaitu melibatkan untuk keterlaksanaan proses berlatih-
gerak eksplosif dengan tujuan untuk melatih, sehingga kemampuan
meningkatkan pola gerak dasar untuk manusia dapat dipengaruhi dan di
posisi gerak khusus dan tinggi. tingkatkan melalui proses latihan.
Secara anatomi otot-otot yang Latihan menyebabkan terjadinya
berfungsi saat melakukan gerakan proses adaptasi pada organ tubuh.
latihan 20-yard shuttle untuk Namun, tubuh memerlukan jangka
meningkatkan kecepatan dan waktu tertentu (waktu istirahat) agar
kelincahan adalah otot tungkai atas tubuh dapat mengadaptasi seluruh
dan bawah. Otot-otot tungkai atas beban selama proses latihan.
(otot paha) antara lain : Otot tensor Ciri-ciri terjadinya proses
fasialata, Otot abductor dari paha, adaptasi pada tubuh akibat dari latihan,
Otot vastuslaterae, Otot rektus antara lain pada: (1) kemampuan
femoris, Otot satrorius, Otot vastus fisiologis ditandai dengan
medialis, Otot abductor, Otot gluteus membaiknya sistem pernapasan,
maxsimus, Otot paha leteral dan fungsi jantung, paru-paru, sirkulasi,
medial. Sedangkan otot tungkai bawah dan volume darah, (2) meningkatnya
antara lain : Otot tibialis anterior, kemampuan fisik, yaitu ketahanan
Otot ektensor digitorum longus, Otot otot, kekuatan dan power, (3) tulang,
gastroknemius, Otot tendon aciles, ligamen, tendo, dan hubungan jaringan
Otot soleus, Otot maleolus medialis, otot menjadi lebih kuat (Sukadiyanto
Otot retinakula bawah. Pada dasarnya dan Muluk, 2011 : 18).
terdiri dari dua kelompok otot yang Latihan 20-yard shuttle
bekerja secara berlawanan atau merupakan latihan yang utamanya
antagonis, yaitu fleksi dan ekstensi. melatih otot-otot kaki meliputi otot
Pada saat melakukan gerakan paha depan, paha belakang, betis,
menekuk atau fleksi maka kelompok tungkai serta menguatkan ligamen dan
otot yang bekerja adalah otot fleksio, tendon. Dengan demikian latihan 20-
sedangkan otot-otot ekstensi hanya yard shuttle dapat meningkatkan
bekerja meluruskan. Demikian kecepatan dan kelincahan.
sebaliknya kelompok otot ektensi B. Latihan Kelompok Eksperimen II
memanjang dan fleksi memendek. (Three Cone Drill)
Dengan demikian otot dituntut Kedua yaitu latihan three cone
untuk bekerja terus menerus, karena drill memiliki pengaruh yang
dalam melakukan latihan ini harus signifikan terhadap peningkatan
kontinyu/berkelanjutan sesuai dengan kecepatan dan kelincahan dikarenakan
program latihan. Dengan adaya dalam melakukan latihan ini, kaki
kontraksi secara terus menerus serta senantiasa melakukan kontraksi secara
bertambahnya beban setiap 2 minggu terus menerus saat melakukan latihan

38
tersebut. Otot-otot kaki senantiasa kekuatan, kecepatan dan kelincahan
terlatih untuk terus melakukan dengan dan tanpa bola pada pemain
kontraksi-kontraksi. Dalam latihan ini sepakbola.
otot yang berpengaruh yaitu otot Berdasarkan penjelasan di atas
tungkai atas dan bawah. Otot-otot maka dapat disimpulkan bahwa jenis
tungkai atas (otot paha) antara lain : latihan three cone drill yang
Otot tensor fasialata, Otot abductor merupakan bagian dari SAQ adalah
dari paha, Otot vastuslaterae, Otot pelatihan yang ditujukan untuk suatu
rektus femoris, Otot satrorius, Otot progres pengembangan kemampuan
vastus medialis, Otot abductor, Otot gerak utama yang memungkinkan atlet
gluteus maxsimus, Otot paha leteral untuk mengerahkan kekuatan secara
dan medial. Sedangkan otot tungkai maksimal untuk meningkatkan
bawah antara lain : Otot tibialis kemampuan yang lebih baik atau lebih
anterior, Otot ektensor digitorum cepat sehingga pola gerakanya
longus, Otot gastroknemius, Otot terkontrol dan seimbang. Oleh karena
tendon aciles, Otot soleus, Otot itu, latihan three cone drill dapat
maleolus medialis, Otot retinakula meningkatkan kecepatan dan
bawah. kelincahan.
Dengan adaya kontraksi secara C. Latihan Kelompok Eksperimen III
terus menerus serta bertambahnya (Four Cone Drill)
beban setiap 2 minggu sekali, maka Ketiga yaitu latihan four cone
organ manusia cenderung selalu drill memiliki pengaruh yang
mampu untuk beradaptasi terhadap signifikan terhadap peningkatan
perubahan lingkungannya. Keadaan ini kecepatan dan kelincahan dikarenakan
tentu menguntungkan untuk dalam melakukan latihan ini, Otot-otot
keterlaksanaan proses berlatih-melatih, kaki senantiasa terlatih untuk terus
sehingga kemampuan manusia dapat melakukan kontraksi-kontraksi. Dalam
dipengaruhi dan di tingkatkan melalui latihan ini otot yang berpengaruh yaitu
proses latihan. Latihan menyebabkan otot tungkai atas dan bawah. Otot-otot
terjadinya proses adaptasi pada organ tungkai atas (otot paha) antara lain :
tubuh. Namun, tubuh memerlukan Otot tensor fasialata, Otot abductor
jangka waktu tertentu (waktu istirahat) dari paha, Otot vastuslaterae, Otot
agar tubuh dapat mengadaptasi seluruh rektus femoris, Otot satrorius, Otot
beban selama proses latihan. vastus medialis, Otot abductor, Otot
Selanjutnya Bloomfield, gluteus maxsimus, Otot paha leteral
(dalam Milanovic, 2013: 101) dan medial. Sedangkan otot tungkai
menjelaskan bahwa SAQ merupakan bawah antara lain : Otot tibialis
metode pelatihan penting bagi anterior, Otot ektensor digitorum
peningkatan kecepatan dan kelincahan. longus, Otot gastroknemius, Otot
Sementara studi terbaru (Polman, dan tendon aciles, Otot soleus, Otot
Sporis, dalam Milanovic, 2013: 101) maleolus medialis, Otot retinakula
menunjukkan bahwa metode pelatihan bawah. Apabila hal ini terus dilakukan
SAQ memiliki dampak positif pada

39
maka kecepatan dan kelincahan akan dengan dan tanpa bola pada pemain
meningkat. sepakbola.
Apabila hal ini terus dilakukan Berdasarkan penjelasan di atas
maka kecepatan dan kelincahan akan maka dapat disimpulkan bahwa jenis
meningkat. Karena dalam melakukan latihan four cone drill yang merupakan
latihan ini harus bagian dari SAQ adalah pelatihan yang
kontinyu/berkelanjutan sesuai dengan ditujukan untuk suatu progres
program latihan. Dengan adaya pengembangan kemampuan gerak
kontraksi secara terus menerus serta utama yang memungkinkan atlet untuk
bertambahnya beban setiap 2 minggu mengerahkan kekuatan secara
sekali, maka organ manusia cenderung maksimal untuk meningkatkan
selalu mampu untuk beradaptasi kemampuan yang lebih baik atau lebih
terhadap perubahan lingkungannya. cepat sehingga pola gerakanya
Keadaan ini tentu menguntungkan terkontrol dan seimbang. Oleh karena
untuk keterlaksanaan proses berlatih- itu, latihan four cone drill dapat
melatih, sehingga kemampuan meningkatkan kecepatan dan
manusia dapat dipengaruhi dan di kelincahan.
tingkatkan melalui proses latihan. D. Perbedaan Latihan 20-Yard Shuttle,
Latihan menyebabkan terjadinya Three Cone Drill, Dan Four Cone
proses adaptasi pada organ tubuh. Drill
Namun, tubuh memerlukan jangka Keempat, terdapat perbedaan
waktu tertentu (waktu istirahat) agar pengaruh peningkatan kecepatan dan
tubuh dapat mengadaptasi seluruh kelincahan dimana latihan four cone
beban selama proses latihan. drill lebih baik dibandingkan dengan
Temuan Milanovic (2013: 20-yard shuttle dan three cone drill.
101), menunjukkan bahwa kecepatan Hal ini dapat terjadi karena karena
tertentu dan pelatihan kelincahan terdapat perbedaan banyaknya
(SAQ), sebagai bagian dari proses penekanan pada otot yang berkontraksi
pelatihan secara keseluruhan, dapat pada ketiga latihan tersebut.
dianggap sebagai alat yang berguna Meskipun memiliki jarak yang
untuk perbaikan kecepatan dan relatif sama, pada latihan 20-yard
kelincahan antara pemain sepakbola shuttle otot-otot yang berkontraksi saat
muda. Selanjutnya Bloomfield, (dalam latihan antara kaki kanan dan kaki kiri
Milanovic, 2013: 101) menjelaskan sama satu kali penekanan karena
bahwa SAQ merupakan metode bentuk latihan yang lurus bolak-balik,
pelatihan penting bagi peningkatan pada three cone drill terdapat tiga kali
kecepatan dan kelincahan. Sementara penekanan yaitu dua pada kaki kanan
studi terbaru (Polman, dan Sporis, dan satu pada kaki kiri karena bentuk
dalam Milanovic, 2013: 101) latihan yang berbentuk segitiga sama
menunjukkan bahwa metode pelatihan siku-siku, namun pada latihan four
SAQ memiliki dampak positif pada cone drill otot-otot yang berkontraksi
kekuatan, kecepatan dan kelincahan memiliki penekanan yang berbeda. hal
ini dapat terjadi karena pada latihan

40
four cone drill terdapat 4 kali 1. Terdapat pengaruh yang signifikan
penekanan yaitu dua pada kaki kanan program latihan 20 yard shuttle
dan dua pada kaki kiri, itu terjadi terhadap peningkatan kecepatan
karena bentuk latihan yang diagonal. dan kelincahan pada siswa SMA.
Sehingga latihan four cone drill lebih 2. Terdapat pengaruh yang signifikan
banyak dalam memberikan efek stress program latihan three cone drill
pada otot saat berkontraksi. terhadap peningkatan kecepatan
Perbedaan pengaruh dari ke dan kelincahan pada siswa SMA.
tiga latihan tersebut juga dapat 3. Terdapat pengaruh yang signifikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. program latihan four cone drill
Beberapa factor lain tersebut yaitu terhadap peningkatan kecepatan
perbedaan kemampuan, dan motivasi dan kelincahan pada siswa SMA
diri dari setiap individu dalam 4. Terdapat perbedaan pengaruh yang
mengikuti proses latihan. Perbedaan signifikan program latihan antara 20
kemampuan sudah pasti disebabkan yard shuttle, three cone drill dan
karena setiap individu memiliki four cone drill terhadap
kemampuan fisik yang berbeda, salah peningkatan kecepatan.
satunya dari segi fisiologis.. Faktor 5. Terdapat perbedaan pengaruh yang
yang paling berpengaruh berdasarkan signifikan program latihan antara 20
hasil pengamatan di lapangan yaitu yard shuttle, three cone drill dan
faktor motivasi diri, minat atau four cone drill terhadap
kemauan. Sudah bukan rahasia lagi peningkatan kelincahan.
jika pada siswa sekolah ada yang
bersungguh-sungguh ataupun malah B. Saran
sebaliknya. Hal ini terbawa dalam
proses latihan yang diberikan, Berdasarkan hasil penelitian yang
beberapa siswa melakukan latihan telah diuraikan, maka saran yang dapat
hanya karena tugas yang diberikan disampaikan antara lain:
oleh guru ataupun peneliti. Sehingga 1. Pada proses pembelajaran di Sekolah
beberapa siswa belum mengeluarkan umumnya dan pada pelajaran
seluruh kemampuan secara maksimal penjaskes khususnya, diharapkan
ketika latihan. Meskipun berhasil atau adanya bentuk kegiatan ataupun
terdapat peningkatan, namun tugas gerak bagi individu maupun
peningkatan yang terjadi tidak terlalu kelompok yang diberikan pada siswa,
besar. yang mana tugas gerak tersebut
mengandung unsur untuk dapat
meningkatkan kecepatan dan
PENUTUP
kelincahan siswa.
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan 2. Untuk meningkatkan kecepatan dan
pembahasan yang diuraikan pada bab- kelincahan dapat dilakukan dengan
bab sebelumnya, maka dapat ditarik metode latihan yang kontinyu,
beberapa kesimpulan sebagai berikut : dengan bentuk program latihan 20
yard shuttle, three cone drill dan
four cone drill. Jadi untuk
41
meningkatkan kecepatan dan Johnson, P. and Bujjibabu, M. 2012. Effect
kelincahan tidak hanya dilakukan of Plyometric and Speed Agility
dengan latihan secara konvensional, and Quickness (SAQ) on Speed and
harus ada metode-metode baru yang Agility of Male Football Palyers.
paling tepat pada aspek yang akan Asian Journal of Phisical
ditingkatkan. Education and Computer Science in
3. Model program latihan 20 yard Sport. Volume. 7 No.1 pp 26-30.
shuttle, three cone drill dan four Kusnanik, N.W., Nasution, J., & Hartono,
cone drill dapat direkomendasikan S. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi
dan diterapkan pada program latihan Olahraga. Surabaya : UNESA
dalam rangka peningkatan kecepatan University Press.
dan kelincahan pada siswa. Kumar, R. 2013. The Effects Of 6 Week
4. Bagi Pembina, pengajar ataupun bagi Plyometric Training Program On
pelatih, agar kreatif dalam menyusun Agility of Collegiate Soccer
program latihan sesuai dengan aspek Players. International Journal of
yang akan ditingkatkan, sehingga Behavioral Social and Movement
siswa mampu melaksanakan program Sciences. Issn:2277-7547. Vol 2.
latihan yang telah disiapkan dengan Issue 01.170-176.
antusias dan bisa mengetahui serta Maksum, Ali. 2012. Metodologi Penelitian
merasakan manfaat diberikanya Dalam Olahraga. Surabaya: Unesa
program latihan tersebut untuk siswa, University Press.
sehingga tujuan dari latihan pun Milanovic, Z., Sporis, G., Trajkovic, N.,
dapat tercapai. James, N., and Samija, K. 2013.
5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat Effect of a 12 Week SAQ Training
dijadikan bahan masukan dan Programme on Agility with and
perbandingan hasil penelitian jika without the Ball among Young
memilih masalah sejenis sebagai Soccer Players. Journal of Sport
objek penelitiannya. Science and Medicine. 12. pp. 97-
103.http//www.jssm.org.
DAFTAR PUSTAKA Program Pascasarjana. 2015. Pedoman
Apta, M dan Febi, K. 2015. Ilmu Penulisan Tesis dan Disertasi.
Kepelatihan Dasar. Bandung: Surabaya:Unesa.
ALFABETA Scheunemann, T., Reyna, C., Perez, J., &
Gunadi, P. 2012. Kurikulum &
Arikunto, S. 2015. Prosedur Penelitian Pedoman Dasar Sepakbola Modern
Suatu Pendekatan Praktik. Untuk Usia Dini (U5-U12), Usia
Jakarta: Rineka Cipta. Muda (U13-U20) & Senior.
Budiwanto, Setyo. 2012. Metodologi Jakarta: PSSI.
Latihan Olahraga. Malang: Sporis, G., Milanovic, Z., Trajkovic., and
Penerbit Universitas Negeri Joksimovic, A. 2011. Correlation
Malang (UM PRESS). Between Speed, Agility and
Football, Griffin. 2011. Strenght And Quickness (SAQ) in Elite Young
Conditioning Manual. Seton Hill
University Football.
42
Soccer Players. Acta Kinesiologica. Palyers. International Journal of
5.2: 36-41. Advanted and Inovation Research.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian ISSN: 2278-7844. Volume 1, Issue
Kuantitatif, Kualitatifdan R & D. 2, Juli 2012.
Penerbit Alferta, Bandung. Winarno, M.E. 2011. Metodologi
Sukadiyanto & Muluk. 2011. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan
Teori dan Metodologi Melatih Jasmani. Malang: Media Cakrawala
Fisik. Bandung: CV. LUBUK Utama Press.
AGUNG.
Vallimurugan, V. and Vincent, J.P. 2012.
Effect of SAQ Training On
Selected Physical Fitness
Parameters og Men Football

43
PENGARUH LATIHAN IMAGERY RELAXATION DAN SELF TALK
TERHADAP KONSENTRASI DAN KEBERHASILAN 3 POINT SHOOT
MAHASISWA PUTRA PRODI PJKR STKIP PGRI PACITAN ANGKATAN 2014

Ari Iswanto, M. Or , Budi Dermawan, M.Or .

Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, STKIP PGRI Pacitan


Pendidikan Jasmani Kesehatan Rekreasi, STKIP PGRI Pacitan

e-mail: ariiswanto01@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh latihan imagery relaxation dan self talk yang
bertujuan untuk melatih konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot bolabasket pada
mahasiswa putra program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan rekreasi STKIP PGRI
Pacitan.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen menggunakan dua kelompok yang
memperoleh perlakuan yang berbeda, dengan two group pretest-posttest design. Populasi
dalam penelitian ini adalah mahasiswa putra program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan rekreasi STKIP PGRI Pacitan angkatan 2014, yang berjumlah 20 orang. Pembagian
kelompok pada penelitian ini menggunakan Matched Subjek Ordinal Pairing. Data diambil
dengan teknik tes, yaitu tes konsentrasi dan tes ketrampilan 3 point shoot. Analisis data
digunakan uji-t amatan ulangan (paired t-test) dan uji T2 Hottelings, kemudian uji lanjut
dengan uji-t antar kelompok (independent t-test), yang terlebih dahulu data diuji normalitas
dan homogenitasnya. Hasil penelitian menunjukan: (1) ada pengaruh positif dan signifikan
latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa putra program studi PJKR STKIP
PGRI Pacitan angkatan 2014, (2) ada pengaruh positif dan signifikan latihan self talk
terhadap konsentrasi mahasiswa putra program studi PJKR STKIP PGRI Pacitan angkatan
2014, (3) ada pengaruh positif dan signifikan latihan imagery relaxation terhadap
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra program studi PJKR STKIP PGRI Pacitan
angkatan 2014, (4) ada pengaruh positif dan signifikan latihan self talk terhadap keberhasilan
3 point shoot mahasiswa putra program studi PJKR STKIP PGRI Pacitan angkatan 2014, (5)
ada perbedaan keefektifan latihan imagery relaxation dan latihan self talk terhadap
konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot mahasiswa putra program studi PJKR STKIP
PGRI Pacitan angkatan 2014.
Kata Kunci : konsentrasi, 3 point shoot, peningkatan self talk, imagery relaxation, bola
basket.

PENDAHULUAN komponen teknik dasar yang sangat


A. Latar Belakang Masalah penting dan harus dimiliki tiap pemain.
Bolabasket adalah olahraga beregu Teknik menembak wajib dimiliki oleh tiap
yang mengandalkan teknik, kecepatan, dan pemain karena teknik ini berguna untuk
ketahanan tubuh. Teknik digunakan untuk mencetak angka yang akan menentukan
melakukan gerakan dengan efektif dan suatu kemenangan pada salah satu tim.
efisien. Dalam permainan bolabasket, Tim yang tersusun dari pemain-pemain
menembak merupakan salah satu yang memiliki teknik passing, drible,

44
block, rebound, dan screen dengan tidak Pacitan terlihat mahasiswa baik pada saat
menjamin kemenangan dalam kuliah, bertanding, dan pada saat
pertandingan jika tidak didukung oleh dilakukan tes pengambilan nilai untuk
keberhasilan tembakan yang baik. mengetahui semua kemampuan teknik
Keberhasilan tembakan dalam mahasiswa terutama pada saat mahasiswa
permainan bolabasket secara garis besar melakukan tes 3 point shoot masih
dapat dibagi menjadi dua, yaitu tembakan cenderung tergesa-gesa dan kurang tenang
yang menghasilkan 2 angka dan 3 angka. dalam melakukan tembakan karena
Pada umumnya mahasiswa bolabasket tertekan dengan waktu yang diberikan dari
lebih mudah untuk menguasai teknik pelatih. Akibatnya konsentrasi mahasiswa
tembakan yang menghasilkan 2 angka dalam melakukan tembakan 3 point shoot
karena faktor jarak pada keranjang yang akan terganggu dan gagal dalam
cukup dekat memungkinkan mahasiswa menciptakan point dari 3 point shoot
dengan mudah dapat menguasai tembakan karena mengalami penurunan kondisi
tersebut. Untuk tembakan 3 point shoot mental.
tidak semua mahasiswa dapat menguasai Perbedaan keberhasilan 3 point
karena teknik ini membutuhkan tingkat shoot saat perkuliahan, pertandingan, dan
konsentrasi yang tinggi, dan tidak semua saat tes perkembangan mahasiswa dalam
mahasiswa dapat melakukan teknik melakukan 3 point shoot, mengindikasikan
tembakan 3 point shoot. Three point shoot kondisi mental mahasiswa yang belum
memiliki keuntungan yaitu lebih cepat stabil yang dapat mengganggu konsentrasi
dalam mengumpulkan angka. Meskipun mahasiswa dalam keberhasilan melakukan
demikian resiko dari 3 point shoot juga 3 point shoot. Upaya peningkatan mental
lebih tinggi dibandingkan dengan tebakan mahasiswa sehingga dapat meningkatkan
dengan twopoint. mahasiswa yang konsentrasi mahasiswa dan tingkat
melakukan 3 point shoot harus keberhasilan dalam melakukan 3 point
mempertimbangkan beberapa hal, seperti shoot pada mahasiswa sangat perlu
kemampuan teknik yang dimiliki, dilakukan latihan mental yang
konsentrasi, dan kondisi mental. berdampingan dengan latihan teknik dan
Berdasarkan pengalaman fisik, sehingga dapat menunjang dalam
mengajarmata kuliah bolabasket meningkatkan konsentrasi dalam
mahasiswa Prodi PJKR STKIP PGRI melakukan 3 point shoot dan keberhasilan
Pacitan dan hasil observasi pada dalam 3 point shoot.
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI
45
Pentingnya kondisi mental dalam B. Identifikasi Masalah
melakukan 3 point shoot perlu dilakukan Bedasarkan latar belakang
pembinaan mental dengan latihan
masalah yang telah diuraikan dapat
relaksasi, bentuk latihan relaksasi yang
diidentifikasi beberapa masalah
dilakukan adalah latihan imagery
relaxation dan latihan self talk. Latihan sebagai berikut:
tersebut merupakan proses latihan mental
1. Kurang penekanan dan kurang fokus
dengan melibatkan unsur konsentrasi,
dalam melakukan latihan mental
mengarahkan tindakan ke suatu tujuan
pada mahasiswa putra Prodi PJKR
sesuai rencana, pengendalian perasaan, dan
STKIP PGRI Pacitan.
psikofisik.
2. Tidak konsisten keberhasilan 3 point
Model latihan imagery relaxation
shoot saat latihan dan saat
memerlukan pendampingan dalam proses
pertandingan, dan saat tes
latihannya, sedangkan model latihan self
pengambilan nilai kemampuan
talk cukup dengan memberikan konsep
mahasiswa pada mahasiswa putra
latihan dan selanjutnya akan
Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan.
dikembangkan oleh mahasiswa secara
3. Belum diketahui pengaruh latihan
mandiri. Diharapkan dengan memberikan
imagery relaxation terhadap
latihan imagery relaxation dan latihan self
konsentrasi.
talk akan dapat membantu mahasiswa
4. Belum diketahui pengaruh latihan
putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
self talk terhadap konsentrasi.
dalam meningkatkan mental untuk dapat
5. Belum diketahui pengaruh latihan
berkonsentrasi dengan baik guna
imagery relaxation terhadap
meningkatkan keberhasilan 3 point shoot,
keberhasilan pemain dalam
dalam kondisi apapun.
melakukan 3 point shoot.
Berdasarkan permasalahan di atas
6. Belum diketahui pengaruh latihan
akan dilakukan penelitian memberikan dua
self talk terhadap keberhasilan
bentuk latihan relaksasi yaitu, latihan
pemain dalam melakukan 3 point
imagery relaxation dan latihan self talk
shoot.
diharapkan dapat meningkatkan pemain
7. Belum diketahui model latihan
baik teknik maupun mental dalam
mental yang paling efektif untuk
melakukan 3 point shoot.
meningkatkan konsentrasi
mahasiswa dan keberhasilan 3 point

46
shoot pada mahasiswa putra Prodi mahasiswa putra Prodi PJKR
PJKR STKIP PGRI Pacitan. STKIP PGRI Pacitan?
C. Pembatasan Masalah 5. Adakah perbedaan keefektifan
Permasalahan dalam penelitian latihan imagery relaxation dan
ini perlu dibatasi agar hasilnya lebih latihan self talk terhadap
fokus dan maksimal. Penelitian ini konsentrasi dan keberhasilan 3
tidak membahas semua permasalahan point shoot mahasiswa putra Prodi
yang teridentifikasi, namun hanya PJKR STKIP PGRI Pacitan?
dibatasi pada pengaruh latihan METODE
imagery relaxation dan latihan self Desain yang digunakan adalah two
talk terhadap konsentrasi dan group pretest-posttests design, menurut
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa Suharsimi (2005: 212) two group pretest-
putra tim Prodi PJKR STKIP PGRI posttest design yaitu eksperimen yang
Pacitan. dilaksanakan pada dua kelompok
D. Perumusan Masalah pembanding. Pengaruh perlakuan disini
Atas dasar pembatasan masalah di atas, adalah pemberian latihan imagery
masalah dalam penelitian ini dapat relaxation dan self talk yang diberikan
dirumuskan sebagai berikut: pada mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
1. Adakah pengaruh positif dari PGRI Pacitan. Sebelum diberikan
latihan imagery relaxation terhadap perlakuan dilakukan pretest untuk
konsentrasi mahasiswa putra Prodi mengetahui konsentrasi dan keberhasilan3
PJKR STKIP PGRI Pacitan? point shoot awal mahasiswa sebelum
2. Adakah pengaruh positif dari diberi latihan, setelah itu diberi perlakuan
latihan self talk terhadap konsenrasi sebanyak 7 kali sesuai panduan latihan
mahasiswa putra Prodi PJKR relaxation. Durasi setiap latihan 10 menit,
STKIP PGRI Pacitan? kemudian dilakukan posttest untuk
3. Adakah pengaruh positif dari mengetahui apakah ada peningkatan
latihan imagery relaxation terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3 point shoot
keberhasilan 3 point shoot atau tidak.
mahasiswa putra Prodi PJKR Populasi dalam penelitian ini
STKIP PGRI Pacitan? adalah mahasiswa putra program studi
4. Adakah pengaruh positif dari Pendidikan Jasmani Kesehatan dan
latihan self talk terhadap rekreasi STKIP PGRI Pacitan angkatan
keberhasilan 3 point shoot 2014, yang berjumlah 20 orang.
47
Pembagian kelompok pada penelitian ini tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
menggunakan Matched Subjek Ordinal pengumpulan data, dan tahap pengecekan
Pairing. Data diambil dengan teknik tes, data. Subjek dalam penelitian ini adalah
yaitu tes konsentrasi dan tes ketrampilan 3 mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP PGRI
point shoot. Dalam penelitian ini Pacitan, yang berjumlah 20 orang. Dari 20
digunakan dua variabel bebas, yaitu latihan sampel tersebut dibagi menjadi 2
imagery relaxationdan self talk. Dan dua kelompok, yaitu kelompok I dan II.
variabel terikat Konsentrasi dan Kelompok I dikenakan perlakuan latihan
Keberhasilan 3 point shoot. self talk, sedangkan kelompok II
Instrumen yang digunakan untuk dikenakan perlakuan latihan imagery
mengetahui konsentrasi dengan relaxation sebelum Latihan.
mengadopsi dari model grid concentration Teknik pengumpulan data pada
exercise (Thelwell, 2006: 32-33). penelitian ini menggunakan dua macam
Sedangkan untuk mengukur 3 point shoot tes, yaitu: (1) tes konsentrasi yang diambil
dengan tes keterampilan menembak yaitu dari model grid concentration exercise, tes
speed spot shoot AAHPRED basketball ini digunakan untuk mengukur konsentrasi
skill test oleh Brian L, Vasquez (2005: 80). mahasiswa yang berupa tabel yang
Analisis data digunakan uji-t amatan memuat angka 0-99, (2) tes keterampilan
ulangan (paired t-test) dan uji T2 menembak speed spot shoot AAHPRED
Hottelings, kemudian uji lanjut dengan yang dimodifikasi, tes ini dimaksudkan
uji-t antar kelompok (independent t-test), untuk mengetahui keberhasilan shooting.
yang terlebih dahulu data diuji normalitas Penilaian speed spot shoot, berdasarkan 3
dan homogenitasnya. point shoot field goal percentage terbaik
dari 3 kali percobaan tes pada pre-test dan
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 kali percobaan pada post-test. Tes awal
A. HASIL PENELITIAN sekaligus digunakan sebagai uji instrumen,
Penelitian ini dilaksanakan di Prodi untuk mengetahui validitas dan
PJKR STKIP PGRI Pacitan, yang reliabilitasnya.
mengikuti mata kuliah bola basket. Adapun pembentukan kelompok
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan karena dalam penelitian ini akan membuat
Desember 2015 dan diakhiri pada bulan dua kelompok perlakuan yaitu kelompok
Juni 2016 sebanyak 7 kali tatap muka imagery relaxation dan kelompok self talk,
disesuaikan dengan program relaksasi. maka pairing yang digunakan adalah
Waktu penelitian ini dibagi dalam tiga ordinal pairing. Ordinal
48
pairing didasarkan atas kriterium ordinal, sebesar 16, dan standart deviasi
maka secara kean pola yang digunakan sebesar 2,821.
dalam penelitian ini adalah Match Subject Hasil analisis data konsentrasi awal
Ordinal Pairing (MSOP). Tes awal atau (pre test) pada kelompok II (imagery
pre-test dari 3 point shoot field goal relaxation), didapatkan rerata (mean)
percentage diambil sebanyak tiga kali, dan sebesar 13,20, median sebesar 12,20,
diambil hasil terbaik, dan digunakan mode sebesar 12, dan standart deviasi
sebagai dasar pembentukan kelompok. sebesar 2,898. Adapun pada data
Setelah dilakukan pembagian kelompok konsentrasi akhir (post test) pada
dengan Match Subject Ordinal Pairing kelompok yang sama, didapatkan
(MSOP), selanjutnya masing-masing rerata (mean) sebesar 15,10, median
kelompok diberi perlakuan (treatment). sebesar 15,20, mode sebesar 17, dan
Kelompok I dengan perlakuan standart deviasi sebesar 2,846.
menggunakan metode latihan self talk, 2. Three Point Field Goal
sedangkan kelompok II diberi perlakuan Dari hasil analisis data dengan
menggunakan metode latihan imagery bantuan software komputer, diperoleh
relaxation. hasil analisis pada data 3 point field
Dari hasil tes awal diperoleh data goal awal (pre test) pada kelompok I
konsentrasi dan 3 point shoot, dari tingkat (self talk), didapatkan rerata (mean)
konsentrasi yang tinggi, sedang sampai sebesar 28,23, median sebesar 27,87,
rendah sebagai berikut ini : mode sebesar 16,67, dan standart
1. Konsentrasi deviasi sebesar 8,106. Adapun pada
Berdasarkan hasil analisis data data 3 point field goal akhir (post test)
dengan bantuan software komputer, pada kelompok yang sama, didapatkan
diperoleh hasil analisis pada data rerata (mean) sebesar 45,86, median
konsentrasi awal (pre test) pada sebesar 44,72, mode sebesar 44,44,
kelompok I (self talk), didapatkan dan standart deviasi sebesar 4,583.
rerata (mean) sebesar 13,60, median Hasil analisis data 3 Point Field
sebesar 13,00, mode sebesar 13, dan Goal awal (pre test) pada kelompok II
standart deviasi sebesar 2,319. (imagery relaxation), didapatkan
Adapun pada data konsentrasi akhir rerata (mean) sebesar 28,24, median
(post test) pada kelompok yang sama, sebesar 27,62, mode sebesar 17,65,
didapatkan rerata (mean) sebesar dan standart deviasi sebesar 7,648.
17,80, median sebesar 17,00, mode Adapun pada data 3 Point Field Goal
49
akhir (post test) pada kelompok yang 0,361 dengan p>0,05, pada data
sama, didapatkan rerata (mean) konsentrasi post test dihasilkan
sebesar 35,84, median sebesar 35,09, Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
mode sebesar 25,00, dan standart 0,578 dengan p>0,05, dan pada data 3
deviasi sebesar 8,108. point field goal post test dihasilkan
B. Uji Asumsi Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
Setelah dilakukan 0,656 dengan p>0,05. Hasil tersebut
pengumpulan data selanjutnya menunjukan p>0,05 yang berarti data-
dilakukan analisis data. Namun data tersebut berdistribusi normal.
sebelum dilakukan analisis data, akan Hasil uji normalitas pada data
dilakukan uji asumsi analisis data peningkatan konsentrasi, didapatkan
yang meliputi uji normalitas dan uji nilai Kolmogorov Smirnov (KS)
homogenitas terlebih dahulu. sebesar 0,729 dengan p>0,05,
Pengujian normalitas sebaran data demikian juga pada data peningkatan 3
dipergunakan kolmogorov smirnov point field goal didapatkan nilai
test yang dilakukan dengan bantuan Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
software SPSS. Hasil analisis 0,745 dengan p>0,05. Hal tersebut
disajikan pada tabel 1 berikut ini: berarti pada kedua data peningkatan
Tabel 1. tersebut berdistribusi normal.
Hasil Uji Normalitas Sebaran Pengujian homogenitas varian
Kolmogorov Smirnov dimaksudkan untuk mengetahui
Data Keterangan
Statistik Sig. (p)
Konsentrasi (Pre-test) 0,948 0,330 Normal apakah sampel yang diambil dari
3 Point Field Goal (pre 0,361 0,999 Normal
test) populasi berasal dari varian yang sama
Konsentrasi (Post-test) 0,578 0,892 Normal
3 Point Field Goal (post 0,656 0,783 Normal dan tidak menunjukan perbedaan yang
test)
Peningkatan 0,729 0,663 Normal
Konsentrasi
signifikan satu sama lain. Tes statistik
Peningkatan 3 Point 0,745 0,636 Normal
Field Goal yang digunakan pada penelitian ini
adalah uji F (Levenes Test for
Tabel 1 memperlihatkan Equality of Variances). Hasil analisis
bahwa, uji normalitas pada data secara ringkas disajikan pada tabel 2
konsentrasi pre test didapatkan berikut ini:
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar
0,948 dengan p>0,05, pada data 3 point
field goal pre test dihasilkan
Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar

50
Tabel 2. analisis uji-t (paired t-test) dan uji-t
Hasil Uji Homogenitas Varian Antar antar kelompok (independent t-test).
Kelompok C. Uji Hipotesis

Levenes Test
Hipotesis yang diuji pada penelitian
Data yang Diuji Kesimpulan
F p (sig.) ini adalah:
Konsentrasi (Pretest) 0,360 0,556 Homogen
3 Point Field Goal 0,020 0,889 Homogen 1. Ada pengaruh dari latihan
(pretest)
imagery relaxation terhadap
Konsentrasi (Posttest) 0,009 0,925 Homogen
3 Point Field Goal 4,148 0,057 Homogen konsentrasi mahasiswa putra
(posttest)

Peningkatan Konsentrasi 0,413 0,528 Homogen


Prodi PJKR STKIP PGRI
Peningkatan 3 Point 4,093 0,058 Homogen Pacitan. Ada pengaruh dari
Field Goal
latihan self talk terhadap

Berdasarkan ringkasan uji konsentrasi mahasiswa putra

homogenitas tabel 2, diketahui bahwa Prodi PJKR STKIP PGRI

semua Fhitung tidak signifikan pada taraf Pacitan.

signifikansi 5%, hal ini ditunjukkan Hipotesis tersebut diuji

dengan p>0,05. Karena p>0,05 maka menggunakan uji-t amatan ulangan

disimpulkan tidak ada perbedaan (paired t-test), hasil analisis dengan

antara varian semua data (data bantuan software SPSS secara

konsentrasi, baik pre test, post test, ringkas disajikan pada tabel 3

maupun peningkatannya, dan data 3 berikut ini:

point field goal, baik pre test, post test,


maupun peningkatannya), yang berarti Statistik
Konsentrasi Rerata SD Ket
thitung p-Value
data-data tersebut homogen. Hal ini
Post-test 15,10 2,846
berarti bahwa prasyarat homogenitas 6,862 0,000 Sig
Pre-test 13,20 2,898
varian telah terpenuhi.
Berdasarkan hasil kedua
pengujian prasyaratan di atas, semua Tabel 3.
persyaratan analisis yaitu, data Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan
(Paired t-test) Data Konsentrasi pada
berdistribusi normal dan variansi antar Kelompok Imagery Relaxation
kelompok homogen, telah terpenuhi,
Tabel 3 tersebut di atas
maka selanjutnya dapat dilakukan
memperlihatkan bahwa berdasarkan
pengujian statistik parametrik dengan
hasil analisis, didapatkan nilai thitung
sebesar 6,862 dengan p= 0,000, ternyata

51
p<0,05 dengan demikian thitung tersebut ulangan (paired t-test), hasil analisis
signifikan, diterima. Hal ini berarti dengan bantuan software SPSS secara
bahwa ada perbedaan yang signifikan ringkas disajikan pada tabel 4 berikut
pada konsentrasi sesudah diberi ini.
perlakuan (post test) dengan konsentrasi Tabel 4.
Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan
sebelum diberi perlakuan (pre test) pada
(Paired t-test) Data Konsentrasi pada
kelompok mahasiswa yang mendapat Kelompok Self Talk
perlakuan latihan imagery relaxation. Statistik
Konsentrasi Rerata SD Ket
thitung p-Value
Dilihat dari rerata yang diperoleh, pada
Post-test 17,80 2,821
data post test lebih tinggi dibandingkan 11,699 0,000 Sig
Pre-test 13,60 2,319

data pre test, dengan demikian


pengaruhnya adalah positif. Tabel 4 memperlihatkan bahwa
Berdasarkan fakta tersebut, maka berdasarkan hasil analisis, didapatkan
hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan nilai thitung sebesar 11,699 dengan p=
Tidak ada pengaruh dari latihan 0,000, ternyata p<0,05 dengan demikian
imagery relaxation terhadap konsentrasi thitung tersebut signifikan. Hal ini berarti
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP bahwa ada perbedaan yang signifikan
PGRI Pacitan, ditolak, dan hipotesis pada konsentrasi sesudah perlakuan
alternatif (Ha) yang menyatakan Ada (post test) dengan konsentrasi sebelum
pengaruh dari latihan imagery perlakuan (pre test) pada kelompok
relaxation terhadap konsentrasi mahasiswa yang mendapat perlakuan
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP latihan self talk. Dilihat dari rerata yang
PGRI Pacitan, diterima. Artinya diperoleh, pada data post test lebih
bahwa terdapat pengaruh latihan tinggi dibandingkan data pre test,
imagery relaxation terhadap konsentrasi dengan demikian pengaruhnya adalah
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP positif.
PGRI Pacitan. Berdasarkan fakta tersebut, maka
2. Ada pengaruh dari latihan imagery hipotesis nihil yang menyatakan Tidak
relaxation terhadap keberhasilan 3 ada pengaruh dari latihan self talk
point shoot mahasiswa putra Prodi terhadap konsentrasi mahasiswa putra
PJKR STKIP PGRI Pacitan. Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan,
Seperti halnya pada pengujian ditolak, dan hipotesis alternatif (Ha)
hipotesis pertama, hipotesis kedua ini yang menyatakan Ada pengaruh dari
juga diuji menggunakan uji-t amatan
52
latihan self talk terhadap konsentrasi Berdasarkan fakta tersebut, maka
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP hipotesis nihil yang menyatakan Tidak
PGRI Pacitan, diterima. Artinya ada pengaruh dari latihan imagery
bahwa terdapat pengaruh latihan self relaxation terhadap keberhasilan 3
talk terhadap konsentrasi mahasiswa point shoot mahasiswa putra Prodi
putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan. PJKR STKIP PGRI Pacitan, ditolak,
3. Ada pengaruh dari latihan self talk dan hipotesis alternatif (Ha) yang
terhadap keberhasilan 3 point shoot menyatakan Ada pengaruh dari latihan
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP imagery relaxation terhadap
PGRI Pacitan. keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
Hipotesis ketiga ini juga diuji putra Prodi PJKR STKIP PGRI
menggunakan uji-t amatan ulangan Pacitan, diterima. Artinya bahwa
(paired t-test), hasil analisis dengan terdapat pengaruh latihan imagery
bantuan software SPSS secara ringkas relaxation terhadap keberhasilan 3
disajikan pada tabel 5 berikut ini: point shoot mahasiswa putra Prodi
Tabel 5. PJKR STKIP PGRI Pacitan.
Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan
4. Ada perbedaan keefektifan latihan
(Paired t-test) Data 3 Point Field Goal
pada Kelompok Imagery Relaxation imagery relaxation dan latihan self
Dari tebel 5 diketahui bahwa
Statistik
didapatkan nilai thitung sebesar 3,862 Konsentrasi Rerata SD
thitung p-Value
Ket

dengan p= 0,004, ternyata p<0,05 Post-test 35,84 8,108


3,862 0,004 Sig
Pre-test 28,24 7,648
dengan demikian thitung tersebut
talk terhadap konsentrasi dan
signifikan. Hal ini berarti bahwa ada
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
perbedaan yang signifikan pada
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
konsentrasi sesudah perlakuan (post
Pacitan.
test) dengan konsentrasi sebelum
Seperti halnya pada pengujian
perlakuan (pre test) pada kelompok
hipotesis pertama, hipotesis keempat ini
mahasiswa yang mendapat perlakuan
juga diuji menggunakan uji-t amatan
latihan imagery relaxation. Dilihat dari
ulangan (paired t-test), hasil analisis
rerata yang diperoleh, pada data post
dengan bantuan software SPSS secara
test lebih tinggi dibandingkan data pre
ringkas disajikan pada tabel 6 berikut:
test, dengan demikian pengaruhnya
adalah positif.

53
Tabel 6. terdapat pengaruh latihan self talk
Hasil Analisis Uji-t Amatan Ulangan
terhadap keberhasilan 3 point shoot
(Paired t-test) Data 3 Point Field Goal
pada Kelompok Self Talk mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
Statistik PGRI Pacitan.
Konsentrasi Rerata SD Ket
thitung p-Value
5. Ada perbedaan keefektifan latihan
Post-test 45,86 4,583
Sig
imagery relaxation dan latihan self talk
6,656 0,000
Pre-test 28,23 8,106
terhadap konsentrasi dan keberhasilan 3
point shoot mahasiswa putra Prodi
Dari tebel 6 diketahui bahwa PJKR STKIP PGRI Pacitan.
didapatkan nilai thitung sebesar 6,656 a) Uji Two-Group MANOVA
dengan p= 0,000, ternyata p<0,05 Untuk mengetahui perbedaan
dengan demikian thitung tersebut keefektifan latihan imagery relaxation
signifikan. Hal ini berarti bahwa ada
dan latihan self talk terhadap
perbedaan yang signifikan pada konsentrasi dan keberhasilan 3 point
konsentrasi sesudah perlakuan (post shoot, dilakukan analisis terhadap hasil
test) dengan konsentrasi sebelum peningkatan dari kedua kelompok
perlakuan (pre test) pada kelompok eksperimen. Statistik uji yang
mahasiswa yang mendapat perlakuan digunakan adalah two group MANOVA,
latihan dengan self talk. Dilihat dari uji statistik MANOVA dua kelompok
rerata yang diperoleh, pada data post dapat dilakukan apabila asumsi
test lebih tinggi dibandingkan data pre normalitas dan homogenitas telah
test, dengan demikian pengaruhnya terpenuhi. Untuk dapat memberikan
adalah positif. deskripsi dari permasalahan di atas
Berdasarkan fakta tersebut, maka masing-masing data peningkatan dari
hipotesis nihil yang menyatakan Tidak kelompok imagery relaxation dan self
ada pengaruh dari latihan self talk talk digabungkan. Setelah itu dilakukan
terhadap keberhasilan 3 point shoot analisis, apakah kondisi kedua
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP kelompok eksperimen sebelum
PGRI Pacitan, ditolak, dan hipotesis diberikan perlakuan sama atau tidak.
alternatif (Ha) yang menyatakan Ada Hasil uji keefektifan latihan imagery
pengaruh dari latihan self talk terhadap relaxation dan latihan self talk terhadap
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa konsentrasi dan keberhasilan 3 point
putra Prodi PJKR STKIP PGRI shoot dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
Pacitan, diterima. Artinya bahwa

54
dalam meningkatkan konsentrasi
Tabel 7.
mahasiswa putra Prodi PJKR
Hasil Analisis MANOVA
Hypothes
Error
STKIP PGRI Pacitan. Hasil
Effect Value F is Sig.
df
df
analisis dengan bantuan software
Hotellings 12,53 17,00
1,475 2,000 0,000
Trace 8a 0
SPSS secara ringkas disajikan pada
Nilai Fh untuk uji statistik tabel 8 berikut ini:
Hotellings Trace menunjukan nilai dari Tabel 8.
Hasil Analisis Uji-t Antar Kelompok
probabilitas 0,000, yang lebih kecil dari
(Independent t-test) Data Konsentrasi
taraf signifikansi 5%. Ini berarti Statistik
Data Kelompok Rerata SD thitung p- Ket
Value
menunjukan bahwa secara simultan, Self Talk 13,60 2,319

latihan imagery relaxation dan latihan Pre-test Imagery 0,341 0,737 -


13,20 2,898
Relaxation

self talk terhadap konsentrasi dan Self Talk 17,80 2,821


Post-test Imagery 2,131 0,047 Sig
15,10 2,846
keberhasilan 3 point shoot berbeda Relaxation
Self Talk 4,20 1,135
Peningkata
setelah diberikan perlakuan. Akan tetapi n Imagery
1,90 0,876
5,073 0,000 Sig
Relaxation
tidak cukup hanya dilihat perbedaan
secara berkelompok maka perlu diuji Berdasarkan tabel 8 diketahui
lanjut untuk meyakinkan bahwa kedua bahwa konsentrasi pada data pre test
kelompok tersebut memang berbeda atau sebelum perlakuan dinyatakan
dengan menggunakan uji-t antar tidak signifikan, dibuktikan dengan
kelompok (independent t-test). thitung 0,341 dengan p>0,05. Hal ini
b) UJi Lanjut dengan uji-t antar membuktikan bahwa sebelum perlakuan
kelompok (independent t-test) pada kedua kelompok perlakuan
(1) Latihan self talk lebih efektif dari tersebut seimbang atau tidak ada
latihan imagery relaxation dalam perbedaan yang signifikan. Hasil
meningkatkan konsentrasi analisis pada data post test atau setelah
mahasiswa putra Prodi PJKR perlakuan, diperoleh thitung sebesar 2,131
STKIP PGRI Pacitan. dengan p<0,05 dan dinyatakan
Hipotesis tersebut adalah hipotesis signifikan.
asli/alternatif (Ha), guna keperluan Hal ini membuktikan bahwa
pengujian hipotesis, hipotesis sesudah perlakuan, dinyatakan terdapat
tersebut diubah ke dalam hipotesis perbedaan yang signifikan konsentrasi
nihil/null hypothesis, yaitu: antara kelompok perlakuan
Latihan self talk tidak lebih efektif menggunakan self talk dengan
dari latihan imagery relaxation
55
kelompok perlakuan menggunakan latihan imagery relaxation dalam
imagery relaxation. Dilihat dari rerata meningkatkan konsentrasi mahasiswa
akhir, konsentrasi pada kelompok putra Prodi PJKR STKIP PGRI
perlakuan dengan self talk lebih tinggi Pacitan, diterima. Artinya dapat
dibandingkan dengan rerata pada disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
kelompok imagery relaxation yang signifikan pengaruh latihan
(17,80>15.10). Agar mendapatkan hasil imagery relaxation dan self talk, dan
yang lebih menyeluruh, maka analisis latihan self talk yang paling efektif
selanjutnya adalah pada data pengaruhnya terhadap konsentrasi
peningkatan konsentrasi. Berdasarkan mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
hasil analisis pada data peningkatan PGRI Pacitan.
konsentrasi, diperoleh thitung sebesar (2) Latihan self talk lebih efektif dari
5,073 dengan p<0,05 dan dinyatakan latihan imagery relaxation dalam
signifikan. Hal ini membuktikan bahwa meningkatkan keberhasilan 3
terdapat perbedaan yang signifikan point shoot mahasiswa putra Prodi
peningkatan konsentrasi antara PJKR STKIP PGRI Pacitan.
kelompok perlakuan menggunakan self Hipotesis tersebut adalah
talk dengan kelompok perlakuan hipotesis asli/alternatif (Ha), guna
menggunakan imagery relaxation. keperluan pengujian hipotesis,
Dilihat dari rerata peningkatan hipotesis tersebut diubah ke dalam
konsentrasi pada kelompok perlakuan hipotesis nihil/null hypothesis, yaitu:
dengan self talk lebih tinggi Latihan self talk tidak lebih efektif
dibandingkan dengan rerata pada dari latihan imagery relaxation
kelompok imagery relaxation dalam meningkatkan keberhasilan 3
(4,20>1.90). point shoot mahasiswa putra Prodi
Berdasarkan fakta tersebut, maka PJKR STKIP PGRI Pacitan. Hasil
hipotesis nihil yang menyatakan analisis dengan bantuan software
Latihan self talk tidak lebih efektif dari SPSS secara ringkas disajikan pada
latihan imagery relaxation dalam tabel 9 berikut ini.
meningkatkan konsentrasi mahasiswa
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
Pacitan, ditolak, dan hipotesis
asli/alternatif (Ha) yang menyatakan
Latihan self talk lebih efektif dari
56
Tabel 9. perlakuan dengan self talk lebih
Hasil Analisis Uji-t Antar Kelompok
tinggi dibandingkan dengan rerata
(Independent t-test) Data
Keberhasilan 3 Point Shoot pada kelompok imagery relaxation
Statistik
Rerat
Data Kelompok
a
SD thitung p- Ket (45,86>35,84).
Value
Self Talk 28,23 8,106 Agar mendapatkan hasil yang
Pre-test Imagery -
0,999 -
Relaxatio 28,24 7,679 0,001
n
lebih menyeluruh, maka analisis
Self Talk 45,86 4,583
Imagery
selanjutnya adalah pada data
Post-test 3,402 0,003 Sig
Relaxatio 35,84 8,108
n peningkatan keberhasilan 3 point
Self Talk 17,63 8,375
Peningkat Imagery 3,037 0,000 Sig shoot. Berdasarkan hasil analisis
an Relaxatio 7,60 6,226
n
pada data peningkatan keberhasilan
Dari tabel 9 diketahui bahwa 3 point shoot, diperoleh thitung sebesar
konsentrasi pada data pre test atau 3,037 dengan p<0,05 dan dinyatakan
sebelum perlakuan dinyatakan tidak signifikan. Hal ini membuktikan
signifikan, dibuktikan dengan thitung - bahwa terdapat perbedaan yang
0,001 dengan p>0,05. Hal ini signifikan peningkatan keberhasilan
membuktikan bahwa sebelum 3 point shoot antara kelompok
perlakuan pada kedua kelompok perlakuan menggunakan self talk
perlakuan tersebut seimbang atau dengan kelompok perlakuan
tidak ada perbedaan yang signifikan menggunakan imagery relaxation.
pada data keberhasilan 3 point shoot. Dilihat dari rerata peningkatan
Hasil analisis pada data post test atau keberhasilan 3 point shoot pada
setelah perlakuan, diperoleh thitung kelompok perlakuan dengan self talk
sebesar 3,402 dengan p<0,05 dan lebih tinggi dibandingkan dengan
dinyatakan signifikan. Hal ini rerata pada kelompok imagery
membuktikan bahwa sesudah relaxation (17,63>7,60).
perlakuan, dinyatakan terdapat Berdasarkan fakta tersebut,
perbedaan yang signifikan maka hipotesis nihil yang
keberhasilan 3 point shoot antara menyatakan Latihan self talk tidak
kelompok perlakuan menggunakan lebih efektif dari latihan imagery
self talk dengan kelompok perlakuan relaxation dalam meningkatkan
menggunakan imagery relaxation. keberhasilan 3 point shoot
Dilihat dari rerata akhir, keberhasilan mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
3 point shoot pada kelompok PGRI Pacitan, ditolak, dan hipotesis
asli/alternatif (Ha) yang menyatakan
57
Latihan self talk lebih efektif dari post-test (17,80) lebih tinggi
latihan imagery relaxation dalam dibandingkan data pre-test (13,60).
meningkatkan keberhasilan 3 point Latihan imagery relaxation
shoot mahasiswa putra Prodi PJKR terhadap keberhasilan 3 point shoot
STKIP PGRI Pacitan, diterima. mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
Artinya dapat disimpulkan bahwa PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.
terdapat perbedaan yang signifikan Hal ini dibuktikan analisis dengan uji-
pengaruh latihan imagery relaxation t amatan ulangan dan didapatkan thitung
dan self talk, dan latihan self talk sebesar 3,862 dan p<0,05. Dilihat dari
yang paling efektif pengaruhnya rerata yang diperoleh, pada data post-
terhadap keberhasilan 3 point shoot test (35,84) lebih tinggi dibandingkan
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP data pre-test (28,24). Latihan self talk
PGRI Pacitan. terhadap keberhasilan 3 point shoot
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
D. PEMBAHASAN PENELITIAN
PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.
Hasil dari penelitian yang
Hal ini dibuktikan analisis dengan uji-
dilakukan diperoleh latihan imagery
t amatan ulangan dan didapatkan thitung
relaxation terhadap konsentrasi
sebesar 6,656 dan p<0,05. Dilihat dari
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
rerata yang diperoleh, pada data post-
PGRI Pacitan terbukti berpengaruh.
test (45,86) lebih tinggi dibandingkan
Hal ini dibuktikan analisis dengan uji
data pre-test (28,23).
t amatan ulangan dan didapatkan thitung
Penelitian ini membuktikan
sebesar 6,862 dan p<0,05. Dilihat dari
bahwa latihan self talk lebih efektif
rerata yang diperoleh, pada data post-
dari latihan imagery relaxation dalam
test (15,10) lebih tinggi dibandingkan
meningkatkan konsentrasi mahasiswa
data pre-test (13,20). Latihan self talk
putra Prodi PJKR STKIP PGRI
terhadap konsentrasi mahasiswa putra
Pacitan. Para ahli seperti Dodie
Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
Magis, Weinberg & Gould
terbukti berpengaruh. Hal tersebut
berpendapat latihan self talk
dibuktikan analisis dengan uji-t
pengaruhnya sangat besar terhadap
amatan ulangan dan didapatkan thitung
diri sendiri, self talk salah satu cara
sebesar 11,699 dan p<0,05. Dilihat
untuk memotivasi diri agar dapat
dari rerata yang diperoleh, pada data
berkonsentrasi dengan merubah
pikiran negatif menjadi positif. Self
58
talk yang positif dapat meningkatkan dengan diperolehnya thitung sebesar
rasa percaya diri, kebahagiaan, 5,073 dengan p<0,05, serta dilihat dari
konsentrasi, dan memotivasi diri. Self rerata peningkatan konsentrasi pada
talk yang negatif dapat menimbulkan kelompok perlakuan self talk lebih
rasa putus asa, ketakutan, cemas, tinggi dibandingkan dengan rerata
kurang tenang, tergesa-gesa, pada kelompok imagery relaxation
menurunnya konsentrasi. Self talk (4,20>1.90).
menurut ahli dapat membangkitkan Penelitian ini membuktikan
alam bawah sadar jika dilakukan bahwa latihan self talk lebih efektif
dengan benar, alam bawah sadar dari latihan imagery relaxation dalam
pengaruhnya 9 kali lipat dari alam meningkatkan keberhasilan 3 point
sadar. Pada penelitian ini menunjukan shoot mahasiswa putra Prodi PJKR
latihan self talk lebih dominan STKIP PGRI Pacitan. Para ahli
pengaruhnya dibandingkan dengan berpendapat latihan self talk
latihan imagery relaxation, hal ini pengaruhnya sangat besar terhadap
dibuktikan oleh data penelitian diri sendiri, self talk salah satu cara
dengan adanya perbedaan yang untuk memotivasi diri agar dapat
signifikan konsentrasi akhir (hasil berkonsentrasi dengan merubah
post test) antara kelompok perlakuan pikiran negatif menjadi positif. Self
menggunakan self talk dengan talk yang positif dapat meningkatkan
kelompok perlakuan menggunakan rasa percaya diri, kebahagiaan,
imagery relaxation, yang ditunjukkan konsentrasi, dan memotivasi diri. Self
dengan thitung sebesar 2,131 dengan talk yang negatif dapat menimbulkan
p<0,05 dan rerata konsentrasi akhir rasa putus asa, ketakutan, cemas,
kelompok perlakuan self talk lebih kurang tenang, tergesa-gesa,
tinggi dibandingkan dengan rerata menurunnya konsentrasi. Self talk
pada kelompok imagery relaxation menurut ahli dapat membangkitkan
(17,80>15.10). Hasil ini diperkuat alam bawah sadar jika dilakukan
dengan adanya perbedaan yang dengan benar, alam bawah sadar
signifikan peningkatan konsentrasi pengaruhnya 9 kali lipat dari alam
antara kelompok perlakuan sadar. Pada penelitian ini menunjukan
menggunakan self talk dengan latihan self talk lebih dominan
kelompok perlakuan menggunakan pengaruhnya dibandingkan dengan
imagery relaxation, yang dibuktikan latihan imagery relaxation, hal ini
59
dibuktikan oleh data penelitian keberhasilan 3 point shoot lebih
dengan adanya perbedaan yang banyak dibandingkan dengan
signifikan konsentrasi akhir (hasil kelompok II yang diberi latihan
post test) antara kelompok perlakuan imagery relaxation, selain itu nilai
menggunakan self talk dengan standar deviasi pada post test
kelompok perlakuan menggunakan kelompok I juga lebih kecil dari
imagery relaxation, yang ditunjukkan kelompok II. Hal ini berarti bahwa
dengan thitung sebesar 3,402 dengan kelompok yang diberi latihan self talk
p<0,05 dan rerata keberhasilan 3 point mempunyai konsentrasi dan
shoot akhir kelompok perlakuan self keberhasilan 3 point shoot yang lebih
talk lebih tinggi dibandingkan dengan baik daripada kelompok II yang diberi
rerata pada kelompok imagery latihan imagery relaxation.
relaxation (45,86>35.84). Hasil ini Banyak ahli mengatakan bahwa
diperkuat dengan adanya perbedaan konsentrasi berpengaruh terhadap
yang signifikan peningkatan keberhasilan dalam melakukan 3 point
keberhasilan 3 point shoot antara shoot. Hasil penelitian ini telah
kelompok perlakuan menggunakan membuktikan teori tersebut bahwa
self talk dengan kelompok perlakuan diperoleh konsentrasi mahasiswa putra
menggunakan imagery relaxation, Prodi PJKR STKIP PGRI Pacitan
yang dibuktikan dengan diperolehnya meningkat, ternyata keberhasilan 3
thitung sebesar 3,037 dengan p<0,05, point shoot pemain rata-rata juga
serta dilihat dari rerata peningkatan meningkat. Hal ini dapat dibuktikan
konsentrasi pada kelompok perlakuan dari pengamatan yang dilakukan ketika
self talk lebih tinggi dibandingkan mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP
dengan rerata pada kelompok imagery PGRI Pacitan diberikan tes
relaxation (17,63>7.60). kemampuan 3 point shoot dan pada
Setelah diuji peningkatan yang saat try out melawan tim SMK 2
diberikan dari kedua metode latihan Pacitan pada tanggal 14 Mei 2016.
relaksasi ternyata dari kedua latihan, Dari total skor akhir 79-65 hampir
besarnya peningkatan yang diberikan 20% dihasilkan dari 3 point shoot. Hal
ada perbedaan yang signifikan. Di sini ini menjadi bukti bahwa konsentrasi
nilai rata-rata kelompok I yang diberi mahasiswa mempengaruhi tingkat
latihan self talk mempunyai keberhasilan dalam mencetak angka
peningkatan konsentrasi dan melalui teknik menembak terutama
60
teknik 3 point shoot diluar faktor talk terhadap konsentrasi dan
keberuntungan. Hasil peneltian ini keberhasilan 3 point shoot mahasiswa
telah mengungkap bahwa latihan putra Prodi PJKR STKIP PGRI
imagery relaxation dan self talk telah Pacitan. Setelah dilakukan uji lanjut
mampu meningkatkan konsentrasi dan diperoleh bahwa latihan self talk lebih
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa efektif terhadap peningkatan
putra Prodi PJKR STKIP PGRI konsentrasi dan keberhasilan 3 point
Pacitan, sehingga diharapkan hasil shoot mahasiswa putra Prodi PJKR
penelitian ini dapat digunakan sebagai STKIP PGRI Pacitan, dibandingkan
acuan dalam latihan dan pertandingan. dengan latihan imagery relaxation.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang UCAPAN TERIMA KASIH
telah diperoleh dengan analisis data dan Puji syukur penulis panjatkan ke
pengujian hipotesis, maka dapat ditarik hadirat Allah swt yang telah melimpahkan
kesimpulan sebagai berikut: rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
1. Ada pengaruh positif dan signifikan dapat menyelesaikan penelitian ini dengan
latihan imagery relaxation terhadap lancar tanpa halangan yang berarti. Penulis
konsentrasi mahasiswa putra Prodi menyadari bahwa dalam penyusunan
PJKR STKIP PGRI Pacitan. penelitian ini tidak terlepas dari bantuan
2. Ada pengaruh positif dan signifikan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
latihan self talk terhadap konsentrasi kesempatan ini penulis menyampaikan
mahasiswa putra Prodi PJKR STKIP ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
PGRI Pacitan. dan penghargaan kepada :
3. Ada pengaruh positif dan signifikan 1. Direktorat Jendral Dikti yang telah
latihan imagery relaxation terhadap membiayai penelitian ini melalui
keberhasilan 3 point shoot mahasiswa program hibah Penelitian Dosen
putra Prodi PJKR STKIP PGRI Pemula (PDP) 2015.
Pacitan. 2. STKIP PGRI Pacitan dan LPPM
4. Ada pengaruh positif dan signifikan STKIP PGRI Pacitan yang telah
latihan self talk terhadap keberhasilan mendukung dan merekomendasikan
3 point shoot mahasiswa putra Prodi penelitian ini.
PJKR STKIP PGRI Pacitan. 3. Unesa yang telah membantu
5. Ada perbedaan keefektifan latihan penyusunan prosiding dalam kegiatan
imagery relaxation dan latihan self ilmiah Seminar Nasional Membangun
61
Prestasi Olahraga Indonesia Melalui Dunia _________ (2012). Metode Penelitian
Pendidikan dan Kebugaran Jasmani Bangsa kuantitatif kualitatif dan R&D.
Cetakan XV. Bandung: AlfaBeta.
4. Prof. Dr. Pamuji Sukoco dan Prof. Dr.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur
Suharjana atas bimbingan dan penelitian: suatu pendekatan
praktek. Cetakan keduabelas.
diskusinya yang bermanfaat hingga
Jakarta: Rineka Cipta.
penelitian ini dapat diselesaikan. Sutrisno Hadi. (1995). Metodologi
research jilid IV. Yogyakarta: Andi
5. Semua pihak yang tidak dapat peneliti
Offset.
sebutkan satu persatu, yang telah
BukuTerjemahan
membantu dalam penelitian ini.
Lieberman, N. (2011). Bolabasket untuk
Semoga segala bantuan dan partisipasi wanita. (Terjemahan Bagus
Pribadi). New York: Champaign,
yang telah diberikan kepada penulis
IL. (Buku asli diterbitkan tahun
menjadi amal baik dan mendapat balasan 1997).
.
dari Allah SWT. Akhirnya penulis
Jurnal, Prosiding, Majalah,
berharap semoga penelitian ini dapat dan/atauBuletin
Lefkowits, J & McDuff, D. R. (2010).
berguna khususnya bagi diri penulis dan
Mental toughness training manual
pembaca pada umumnya. for basketball. Sports Dynamics, 2-
20.
Thelwell, R. (2006). Examining the
DAFTAR PUSTAKA : efficacy of the concentration grid
exercise as a concentration
Buku
enhancement exercise. Psychology
Bompa, T. O. (1994). Theory and
of sport and exercise, 29-39.
methodology of training (3rd ed).
Champaign, IL: Human Kinetics.
Jurnal Online
Endah Puspita Sari. (2011). Terapi
National Team Swimmer. (1998). Imagery
relaksasi. Yogyakarta: Pustaka
mental. Diambil dari:
Pelajar & Unit Publikasi Fakultas
http://phsicologycoach.com/World
Psikologi UGM.
_Championship_Swimmertrainnin
Jelita. (2011). Latihan relaksasi.
g/php.32./_Journal_mental_imager
Surakarta: PT. Jasa Psikologi dan
y, 234-256. Diakses Tanggal 3
Psikometri.
Desember 2015.
Lefkowits, J & McDuff, D. R. (2011).
Mental toughness training manual
Dokumen Resmi
for basketball. Sports Dynamics, 2-
Persatuan Bolabasket Seluruh Indonesia
20.
(2010). Official basketball rules.
Monty P. Satiadarma. (2000). Dasar-dasar
Jakarta: PB Perbasi.
psikologi olahraga. Jakarta: PT.
Primacon Jaya Dinamika.
LaporanPenelitian, Disertasi, Tesis,
Rushall, B. S. (2008). Mental skills
dan/atauSkripsi
training for sports (4th ed). Spring
Klug, J. J. (2009). Effects of an imagery
Valley: Sports Science Associates.
training program on free throw
Sugiyono. (2012). Statistika untuk
self-efficacy and performance of
penelitian. Cetakan XX. Bandung:
high. Tesis master, tidak
AlfaBeta.
62
diterbitkan, University Oxford,
Miami.
Urip Rahayu, dkk. (2010). Pengaruh guide
imagery relaxation Terhadap nyeri
kepala pada pasien Cidera kepala
ringan. Laporan Penelitian.
Bandung: Universitas Padjajaran.

63
THE EFFECT OF LADDER DRILL ICKY SHUFFLE AND HOP SCOTCH
EXERCISE TOWARDS THE AGILITY AND
REACTION SPEED

Gatot Margisal Utomo


(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com

ABSTRACT

Exercise the physical condition of especially agility and reaction speed were really
needed by an athlete, because of its agility and reaction speed is a component a physical
condition that is very important to support the success in most of the sports. So that the
physical condition of in kinds of sports need to trained by the exercise of good. Exercises
intended to increase the agility and reaction speed is a training exercise ladder drill icky
shuffle and hop scotch. The aim of this study were to analyze (1) the effects of ladder drill
icky shuffle exercise towards agility and reaction speed, (2) the effects of ladder drill hop
scotch exercise towards agility and reaction speed, and (3) a big difference on the effect of
ladder drill icky shuffle and hop scotch exercises towards the agility and reaction speed. The
samples of this research were 33 male students of The first half IV the 2014, of Education
Physical Sport, the Faculty Teachers College Science, University Education Unipa Surabaya.
This research used aquantitative-quasi experimental model. The research design used was
non-randomized control group pretest posttest design, and the data were analysed by using
ANOVA. The data were gained through pretest and posttest on the agility by using sprint
curvaceous Z and the reaction speed by using (whole body raection). After that, the data
were analyzed by using SPSS 21.0. The results of the study shows that (1) ladder drill icky
shuffle exercise gives significant effect towards the improvement of agility and the
improvement of reaction speed. (2) ladder drill hop scotch exercise gives significant effect
towards the improvement of agility and the improvement of reaction speed. (3) There are
differences between the effects of ladder drill icky shuffle and hop scotch the improvement of
agility and the improvement of reaction speed. Post hoc calculation show that ladder drill
icky shuffle exercises provide better results (effective) towards the agility, But ladder drill
hop scotch exercises provide better results (effective) towards the reaction speed. Based on
the data analysis, it can be concluded that the ladder drill icky shuffle and hop scotch
exercises significantly effect the increase in agility and reaction speed.

Keywords: Ladder Drill Icky Shuffle, Hop Scotch, Agility, Reaction Speed.

64
PENGARUH LADDER DRILL ICKY SHUFFLE DAN HOP SCOTCH TERHADAP
PENINGKATAN KELINCAHAN DAN
KECEPATAN REAKSI

Gatot Margisal Utomo


(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com

ABSTRAK

Latihan kondisi fisik khususnya kelincahan dan kecepatan reaksi sangat dibutuhkan
oleh seorang atlet, karena kelincahan dan kecepatan reaksi merupakan komponen kondisi
fisik yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan di dalam sebagian besar cabang
olahraga. Sehingga kondisi fisik dalam semua cabang olahraga perlu dilatih dengan latihan
yang baik. Latihan yang dimaksudkan untuk meningkatkan kelincahan dan kecepatan reaksi
adalah latihan ladder drill icky shuffle dan ladder drill hop scotch.. Tujuan dari penelitian ini
yaitu untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh latihan ladder drill icky shuffle terhadap
kelincahan dan kecepatan reaksi , (2) pengaruh latihan ladder drill hop scotch terhadap
kelincahan dan kecepatan reaksi, dan (3) perbedaan besar pengaruh latihan ladder drill icky
shuffle dan hop scotch terhadap kelincahan dan kecepatan reaksi. Sasaran penelitian ini
adalah mahasiswa putra semester IV angkatan 2014, Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya,
dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Rancangan penelitian ini
menggunakan non-randomized control group pretest posttest design, dan analisis data
menggunakan Anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan tes kelincahan (lari
berkelok Z) dan kecepatan reaksi (whole body reaction) pada saat pretest dan posttest.
Selanjutnya data hasil penelitian di analisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 21.0.
Hasil penelitian sebagai berikut : (1) pemberian latihan ladder drill icky shuffle berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi. (2) Pemberian latihan ladder
drill hop scotch berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.
(3) Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan ladder drill icky shuffle dan hop scotch terhadap
kelincahan dan kecepatan reaksi. Perhitungan post hoc menyatakan bahwa latihan ladder drill
icky shuffle memberikan hasil yang lebih baik (efektif) terhadap kelincahan. Namun latihan
ladder drill hop scotch memberikan hasil yang lebih baik (efektif) terhadap kecepatan reaksi.
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa latihan ladder dril icky shuffle dan
hop scotch berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.

Kata kunci: Ladder Drill Icky Shuffle, Ladder Drill Hop Scotch, Kelincahan, Kecepatan
Reaksi.

PENDAHULUAN sehingga akan membuat tubuh menjadi


sehat jasmani maupun rohani dan
Olahraga mempunyai peranan disamping itu sekaligus dapat
penting dalam kehidupan sehari-hari. meningkatkan prestasi dalam bidang
Dengan berolahraga, maka organ dalam olahraga. Kemampuan untuk
tubuh akan bekerja dan bergerak meningkatkan prestasi dalam bidang

65
olahraga ini tidak terlepas dari Menurut Lakshmikrishnan dan
perkembangan yang dicapai dalam Sivakumar, (2013: 152) latihan adalah
bidang ilmu keolahragaan, mulai dari proses ilmiah berbasis pedagogis
pemilihan calon atlet sampai pada terorganisir, terencana, dan sistematis
metode latihan yang dilakukan dengan pada kemampuan dan kesiapan kinerja
berbagai alat bantu yang sederhana dengan bertujuan kesempurnaan
sampai dengan yang kompleks. Hal itu olahraga dan peningkatan kinerja dalam
dilakukan guna untuk memperbaiki dan konteks kompetisi olahraga.
meningkatkan prestasi olahraga. Agar Ditambahkan lagi oleh Sukadiyanto dan
mendapatkan hasil prestasi yang Muluk, (2011: 6) bahwa latihan adalah
maksimal dan sesuai dengan harapan penerapan dari suatu perencanaan untuk
yang diinginkan dapat dicapai melalui meningkatkan kemampuan berolahraga
pembinaan dan latihan yang terarah yang berisikan materi, teori, praktik,
serta dilakukan secara efektif dan metode, dan aturan pelaksanaan sesuai
efisien. Menurut Ambarukmi, dkk dengan tujuan dan sasaran yang akan
(2007: 2) bahwa untuk mencapai suatu dicapai. Kemudian ditambahkan lagi
prestasi maksimal diperlukan teori oleh Roesdiyanto dan Budiwanto,
latihan yang didukung dengan berbagai (2008: 17) Latihan adalah proses
ilmu antara lain: filsafah, psikologi penyempurnaan kualitas atlet secara
olahraga, biomekanika, sejarah, gizi sadar untuk mencapai prestasi maksimal
olahraga, PPPK, pertumbuhan dan dengan diberi beban fisik dan mental
perkembangan, anatomi, fisiologi dan secara teratur, terarah, bertahap,
kecakapan melatih. meningkat, dan berulang-ulang
Latihan merupakan suatu proses waktunya. Berdasarkan pendapat di
yang sistematis dari berlatih yang atas dapat disimpulkan bahwa latihan
dilakukan secara berulang-ulang dengan adalah proses kegiatan yang
kian hari kian meningkat beban latihan dilaksanakan secara teratur dan
dan pada prinsip nya latihan merupakan berualang-ulang serta mempunyai
suatu proses perubahan ke arah yang tujuan dan target untuk mencapai hasil
lebih baik, yaitu untuk meningkatkan: yang maksimal, jadi apabila kita
kualitas fisik, kemampuan fungsional berlatih secara terus menerus maka
peralatan tubuh, dan kualitas psikis progres atau peningkatan kita akan
anak latih (Mylsidayu, 2014: 74), serta cepat terbentuk. Adapun piramida
latihan adalah proses untuk faktor dalam melakukan latihan sebagai
meningkatkan atau mengembangkan berikut:
kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh seorang atlet, yang mana
mempunyai tujuan dan target, yaitu
untuk mencapai suatu perubahan ke
arah yang lebih baik dan tidak hanya
untuk kebugaran saja akan tetapi untuk
menyempurnakan keterampilan yang
dimiliki serta meningkatkan kualitas
fisik atlet sehingga atlet dapat tampil
dengan baik dalam setiap kegiatan-
kegiatan olahraga termasuk pada saat Gambar 1.1. Piramida Faktor
mengikuti pertandingan. Latihan (Bompa dan Haff, 2009: 61)

66
biomotor olahraga meliputi kekuatan,
Berdasarkan gambar tersebut, ketahanan, kecepatan, kordinasi, dan
dapat disimpulkan bahwa persiapan fleksibilitas. Adapun komponen-
fisik dan persiapan teknik merupakan komponen yang lain yang merupakan
dasar dalam membangun prestasi, perpaduan dari beberapa komponen
semakin fisik maupun teknik bagus sehingga membentuk satu peristilahan
maka semakin mudah pula prestasi yang sendiri. Diantaranya, seperti power
akan dicapainya. Seseorang perlu merupakan gabungan dari kekuatan dan
belajar teknik serta menekankan pada kecepatan, kelincahan merupakan
persiapan taktik serta kejiwaan atau gabungan dari kecepatan dan
mental yang lebih matang, sehingga koordinasi.
prestasi dalam cabang olahraga yang Komponen kondisi fisik harus
diikuti dapat lebih unggul dibandingkan dimiliki oleh seorang atlet dalam upaya
atlet lain. mengoptimalkan kemampuannya, guna
Dalam melakukan suatu latihan meraih prestasi maksimal. Unsur-unsur
terdapat kondisi fisik. Kondisi fisik gerak sangat diperlukan seperti:
merupakan suatu komponen yang tidak kekuatan, kelincahan, kecepatan,
dapat dipisahkan begitu saja, kondisi keseimbangan dan power. Masing-
fisik yang prima akan menunjang masing unsur fisik ini saling
berjalannya suatu proses latihan. mendukung satu dengan yang lain,
Sehingga pembinaan kondisi fisik harus karena tidak akan menjadi koordinasi
mendapat perhatian yang serius dan yang baik apabila hanya memiliki satu
pembinaanya harus menggunakan unsur gerak saja. Dalam upaya
metode latihan yang baik dan benar. meningkatkan kondisi fisik, ada
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh beberapa metode yang dapat diterapkan,
dari komponen-komponen yang tidak dan metode latihan yang mengarah pada
dapat dipisahkan, baik peningkatannya peningkatan kelincahan (agility) dan
maupun pemeliharaanya. Latihan fisik kecepatan reaksi.
bertujuan untuk meningkatkan fungsi Menurut Sporis, dkk (2010: 679)
potensial yang dimiliki atlet dan kelincahan (agility) adalah kemampuan
mengembangkan kemampuan seseorang untuk menjaga dan
komponen-komponen biomotoriknya mengendalikan posisi tubuh saat
sehingga dapat dapat mencapai suatu merubah arah dengan cepat. Hal ini
tujuan. Latihan fisik yang teratur, senada juga diungkapkan oleh
sistematik, dan berkesinambungan yang Sucharitha dkk, (2014: 755) kelincahan
dituangkan dalam suatu program adalah kemampuan untuk
latihan, akan dapat meningkatkan mempertahankan atau mengontrol
kemampuan fisik atlet. Setiap cabang posisi tubuh saat berubah arah selama
olahraga memiliki sistem, strategi, dan serangkaian gerakan. Sehingga
metode latihan fisik yang berbeda untuk kelincahan sangat penting untuk
mencapai dan meningkatkan fisik dan olahraga yang membutuhkan
prestasi olahraga. Perbedaan latihan kemampuan adaptasi yang tinggi
fisik ini dapat dilihat dari perbedaan terhadap perubahan-perubahan situasi
gerakan-gerakan pada setiap cabang dalam pertandingan. Adapun pengertian
olahraga tersebut. kecepatan reaksi menurut Sukadiyanto
Menurut Sukadiyanto dan dan Muluk, (2011: 117) adalah ada dua
Muluk, (2011: 57) bahwa komponen macam kecepatan, yaitu kecepatan

67
reaksi dan kecepatan gerak. Kecepatan Menurut Dhanaraj, (2014)
reaksi adalah kemampuan seseorang bahwa ladder training will improve
dalam menjawab suatu rangsang dalam our speed, coordination, timing and
waktu sesingkat mungkin, sedangkan balance and also it will set our calves
pengertian kecepatan gerak adalah on fire. Artinya, bahwa latihan dengan
kemampuan seseorang melakukan gerak tangga akan meningkatkan kecepatan,
atau serangkaian gerak dalam waktu koordinasi, ketepatan dan
secepat mungkin. Pendapat senada keseimbangan dan juga dapat melatih
seperti yang diungkapkan oleh betis kita. Ditambahkan oleh Jay Dawes
Nurhasan, (2011: 17) bahwa kecepatan dan Mark Roozen, (2012: 65) Pelatih
reaksi berkaitan dengan waktu yang pada umumnya menggunakan ladder
diperlukan, dari saat diterimanya drill untuk membantu atlet
stimulus atau rangsangan, sampai awal mengembangkan kelincahan, kontrol
munculnya respon atau reaksi. Stimulus tubuh, dan kesadaran dalam bergerak,
yang diterima dapat melalui organ serta meningkatkan keterampilan dasar
penglihatan, pendengaran, gabungan dalam bergerak. Kebanyakan ladder
keduanya, dan sentuhan (kinestetik). drill terbuat dari plastik yang melekat
Melihat unsur kondisi fisik pada tali nilon untuk membentuk
tersebut, kelincahan (agility) dan sebuah kotak. Biasanya, kotak
kecepatan reaksi merupakan unsur ditentukan sekitar 12 sampai 18 inci
kondisi fisik yang diperlukan di dalam (30-46 cm). Agility ladder (tangga
banyak cabang olahraga (Paul Gamble, kelincahan) bukan hanya alat yang
2012). Misalnya cabang olahraga digunakan untuk mengembangkan
sepakbola, pencak silat, futsal, dan kecepatan kaki, ketika digunakan dalam
atletik, disamping itu kelincahan dan berbagai cara, agility ladder menjadi
kecepatan reaksi ini mempunyai alat yang multiguna yang fantastis yaitu
peranan yang sangat penting untuk juga sebagai alat untuk meningkatkan
meningkatkan prestasi dalam bidang kelincahan dan kecepatan reaksi.
olahraga. Dalam melakukan latihan
Dalam beberapa tahun terakhir kelincahan dan kecepatan reaksi variasi
ini telah dikembangkan suatu metode latihan sangat banyak dan beragam,
latihan yang sangat menyenangkan akan tetapi dalam penelitian ini hanya
dengan menggunakan alat yang digunakan dua bentuk latihan dari
menyerupai tangga dan berfungsi untuk komponen kondisi fisik tersebut yaitu
mengajarkan keterampilan gerakan latihan ladder drill icky shuffle dan hop
yang dikenal dengan istilah ladder drill, scotch. Menurut Brown dan Feriggno,
yaitu suatu bentuk latihan ladder yang (2005: 82) bahwa latihan icky shuffle
sangat diperlukan untuk meningkatkan merupakan latihan yang dapat
kecepatan kaki, kelincahan, waktu dan meningkatkan kelincahan, koordinasi,
koordinasi untuk atlet, disamping itu dan meningkatkan tubuh bagian bawah
ladder kelincahan ini sangat populer seperti: otot tungkai. Adapun pengertian
untuk pelatih mencari cara untuk latihan hop scotch menurut Brown dan
meningkatkan kecepatan, koordinasi, Feriggno, (2005: 150) merupakan
keseimbangan, dan kelincahan pada latihan yang dapat meningkatkan antara
atlet (Syairulniza, Nurhani, dan Lim ketangkasan dan reaksi. Disamping itu
Boon 2015: 18-19). latihan hop scotch juga dapat

68
meningkatkan kekuatan elastis pada prinsip pendidikan, secara teratur dan
pergelangan kaki. terencana sehingga mempertinggi
Berdasarkan latar belakang kemampuan dan kesiapan olahragawan.
tersebut peneliti ingin memberikan Jadi pada prinsipnya latihan merupakan
alternatif latihan untuk meningkatkan suatu proses perubahan ke arah yang
kondisi fisik secara khusus dalam lebih baik yaitu meningkatkan kualitas
meningkatkan komponen kondisi fisik fisik dan memiliki suatu tujuan.
kelincahan dan kecepatan reaksi pada Latihan atau training adalah
mahasiswa putra semester IV Jurusan penerapan dari suatu perencanaan untuk
Pendidikan Kepelatihan Olahraga, meningkatkan kemampuan berolahraga
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan. yang berisikan materi teori dan praktek,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya metode, dan aturan pelaksanaan sesuai
Tahun Ajaran 2015/2016. Sehingga dengan tujuan dan sasaran yang akan
peneliti tertarik melakukan penelitian dicapai (Sukadiyanto dan Muluk 2011:
dengan judul Pengaruh Ladder drill 6). Ditambahkan oleh Roesdiyanto dan
Icky Shuffle dan Hop Scotch Terhadap Budiwanto, (2008: 16) latihan
Peningkatan Kelincahan dan Kecepatan merupakan suatu kegiatan yang
Reaksi. sistematis dalam waktu yang panjang,
ditingkatkan secara bertahap dan
KAJIAN PUSTAKA perorangan, yang bertujuan membentuk
Di dalam sebuah latihan terdapat manusia yang berfungsi fisiologis dan
suatu tujuan yang menjadi target dalam psikologisnya untuk memenuhi tuntutan
suatu pertandingan maupun tugas. Dengan demikian latihan adalah
perlombaan. Latihan menurut suatu proses terencana yang
Lakshmikrishnan dan Sivakumar, dipraktekkan berdasarkan pada sebuah
(2013: 152) adalah proses ilmiah teori dan metode yang baik dan tepat
berbasis pedagogis terorganisir, dengan proses waktu yang cukup
terencana dan sistematis pada panjang dan terarah dan dilakukan
kemampuan dan kesiapan kinerja secara bertahap untuk membentuk fisik,
dengan bertujuan untuk kesempurnaan teknik, taktik, dan mental sehingga
olahraga dan peningkatan kinerja dalam tercapai suatu hasil yang baik dan
konteks kompetisi olahraga. Pada maksimal.
prinsipnya latihan merupakan suatu Dalam proses latihan, kondisi
proses perubahan arah yang lebih baik fisik merupakan faktor yang sangat
yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, penting dalam melakukan aktivitas fisik
kemampuan fungsional peralatan tubuh, yang berlangsung cukup lama dalam
dan kualitas psikis atlet. Nagarajan, peningkatan sebuah prestasi dan
Damodhran dan Praven, (2013: 149) keberhasilan latihan sangat tergantung
menjelaskan latihan adalah bentuk dasar dari kualitas latihan yang diberikan dan
penyusunan olahragawan melalui proses dilaksanakan. Latihan kondisi fisik
yang sistematis, hingga jangka waktu memegang peranan yang sangat penting
yang panjang dengan didasarkan dan dalam program latihan atlet, terutama
dilaksanakan pada fakta-fakta ilmiah. atlet pertandingan. Istilah latihan
Begitu juga pendapat Ambarukmi, dkk. kondisi fisik mengacu kepada suatu
(2007: 1) latihan adalah proses program latihan yang dilakukan secara
penyempurnaan berolahraga melalui sistematis, berencana, dan progresif,
pendekatan ilmiah, khususnya prinsip- yang tujuannya adalah untuk

69
meningkatkan kemampuan fungsional olahragawan. Menurut Sukadiyanto dan
dari seluruh sistem tubuh agar dengan Muluk, (2011: 116) Kecepatan adalah
demikian prestasi atlet semakin kemampuan otot atau sekelompok otot
meningkat. Program latihan kondisi untuk menjawab rangsangan dalam
fisik tersebut haruslah disusun secara waktu secepat (sesingkat) mungkin.
teliti serta dilaksanakan secara cermat Senada dengan pendapat dari Nicholas
dan dengan penuh disiplin. Ratamess, (2012: 13) bahwa kecepatan
Kelincahan merupakan salah adalah kemampuan seseorang individu
satu komponen kesegaran jasmani yang untuk melakukan keterampilan motorik
sangat diperlukan pada semua aktivitas dengan secepat mungkin. Kecepatan
yang membutuhkan kecepatan sebagai hasil perpaduan dari panjang
perubahan posisi dan bagian-bagiannya. ayunan tungkai dan jumlah langkah. Di
Di samping itu, kelincahan merupakan mana gerakan panjang ayunan dan
prasyarat untuk mempelajari dan jumlah langkah merupakan serangkaian
memperbaiki keterampilan gerak dan gerak yang sinkron dan kompleks dari
teknik olahraga, terutama gerakan- sistem neuromuskuler.
gerakan yang membutuhkan koordinasi Secara umum kecepatan
gerak. Lebih lanjut, kelincahan sangat mengandung pengertian kemampuan
penting untuk jenis olahraga yang seseorang untuk melakukan gerak atau
membutuhkan kemampuan adaptasi serangkaian gerak secepat mungkin
yang tinggi terhadap perubahan- sebagai jawaban terhadap rangsang.
perubahan situasi dalam pertandingan, Menurut Sukadiyanto dan Muluk,
(Fenanlampir, A dan Muhyi, 2015: (2011: 117) ada dua macam kecepatan,
150). Pernyataan tersebut sependapat yaitu kecepatan reaksi dan kecepatan
dengan (Sporis dkk, 2010: 679) gerak. Kecepatan reaksi adalah
kelincahan (agility) adalah kemampuan kemampuan seseorang dalam menjawab
seseorang untuk menjaga dan suatu rangsang dalam waktu sesingkat
mengendalikan posisi tubuh saat mungkin, sedangkan pengertian
merubah arah dengan cepat. Hal ini kecepatan gerak adalah kemampuan
senada juga diungkapkan oleh seseorang melakukan gerak atau
Sucharitha dkk, (2014: 755), kelincahan serangkaian gerak dalam waktu secepat
adalah kemampuan untuk mungkin. Ditambahkan oleh Sudirham,
mempertahankan atau mengontrol (2015: 17) kecepatan reaksi berasal dari
posisi tubuh saat berubah arah selama kata kecepatan dan reaksi kecepatan
serangkaian gerakan. merupakan sejumlah gerakan per waktu,
Di dalam cabang olahraga sedangkan reaksi merupakan kegiatan
kecepatan merupakan salah satu (aksi) yang timbul karena suatu
komponen dasar biomotor yang perintah/suatu peristiwa. Dari
diperlukan dalam setiap cabang penjabaran tersebut maka kecepatan
olahraga. Setiap aktivitas olahraga baik reaksi adalah gerakan yang dilakukan
yang bersifat permainan, perlombaan, tubuh untuk menjawab secepat mungkin
maupun pertandingan selalu sesaat setelah mendapatkan suatu
memerlukan komponen biomotor respon/peristiwa dalam satuan waktu.
kecepatan. Untuk itu kecepatan Pendapat senada seperti yang
merupakan salah satu unsur biomotor diungkapkan oleh Nurhasan, (2011: 17)
dasar yang harus dilatihkan dalam bahwa kecepatan reaksi berkaitan
upaya mendukung pencapaian prestasi dengan waktu yang diperlukan, dari saat

70
diterimanya stimulus atau rangsangan, T11 : Pretest kelompok eksperimen
sampai awal munculnya respon atau 1 (lari berkelok Zdan whole
reaksi. Stimulus yang diterima dapat body
melalui organ penglihatan, reaction).
pendengaran, gabungan keduanya, dan T12 : Pretest kelompok eksperimen
sentuhan (kinestetik). 2 (lari berkelok Z dan whole
Pelatih pada umumnya body
menggunakan ladder driil untuk reaction).
membantu atlet mengembangkan T13 : Pretest kelompok kontrol (lari
kelincahan, kontrol tubuh, dan berkelok Z dan whole body
kesadaran dalam bergerak, serta reaction).
meningkatkan keterampilan dasar dalam X1 : Treatment kelompok
bergerak. (Jay Dewes dan Mark eksperimen 1 ladder drill icky
Roozen, 2012: 65) Menyatakan bahwa shuffle
latihan ladder drill adalah suatu bentuk X2 : Treatment kelompok
latihan ladder yang sangat diperlukan eksperimen 2 ladder drill hop
untuk meningkatkan kecepatan kaki, scotch
kelincahan, waktu dan koordinasi untuk - : Latihan Konvensional
atlet, disamping itu ladder ini sangat T21 : Post test kelompok eksperimen
populer untuk pelatih mencari cara 1 (lari berkelok Z dan whole body
untuk meningkatkan kecepatan, reaction).
koordinasi, keseimbangan, dan T22 : Post test kelompok eksperimen
kelincahan pada atletnya (Syairulniza, 2 (lari berkelok Z dan whole body
Nurhani dan Lim Boon, 2015: 18-19). reaction).
T23 : Post test kelompok control (lari
berkelok Z dan whole body
reaction).

Populasi dan Sampel Penelitian


METODE PENELITIAN Populasi
Jenis dan Rancangan Penelitian Populasi dalam penelitian ini
Penelitian ini jenis kuantitatif adalah mahasiswa putra semester IV
dengan metode quasi eksperimen jurusan Pendidikan Kepelatihan
(ekspermen semu). Rancangan Olahraga Fakultas Keguruan Ilmu
penelitian menggunakan Non- Pendidikan Universitas Adi Buana
Randomize Control Group Pretest- Surabaya, yang berjumlah 134
Posttest Design (Maksum, 2012: 100). mahasiswa putra. Untuk menjadi
Kelompok Pretest Treatment Postest populasi dalam penelitian ini adalah
E1 T11 X1 T21
mahasiswa yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
E2 T12 X2 T22 1. Terdaftar sebagai mahasiswa
semester IV PKO Fakultas Keguruan
K T13 - T23
Ilmu Pendidikan Universitas Adi
(Maksum, 2012: 100) Buana Surabaya.
2. Berjenis kelamin laki - laki.
Keterangan: 3. Memiliki usia 19 - 22 tahun.

71
Scotch terhadap peningkatan
Sampel Kelincahan dan Kecepatan Reaksi.
Sampel adalah wakil dari HASIL PENELITIAN
populasi yang memiliki karateristik dari Pada deskripsi hasil penelitian
populasi tersebut dan dijadikan pusat ini membahas tentang rerata dan standar
perhatian dalam ruang lingkup serta deviasi yang diperoleh dari hasil tes
waktu yang telah ditentukan. Menurut yang dilakukan pada masing-masing
Maksum, (2012: 62), kelompok dihitung berdasarkan
merekomendasikan angka 30 sebagai kelompok dan jenis latihan yang
jumlah minimal sampel dalam diterapkan.
penelitian eksperimen. Dari hasil Analisis
ketentuan tersebut maka peneliti 1. Data hasil Ladder Drill Icky Shuffle
merencanakan pengambilan sampel
sebanyak 33 orang dari jumlah
keseluruhan populasi sebanyak 134
orang, dengan menggunakan teknik
simple random sampling dengan cara
pengundian.
Kemudian dilakukan pre-test
untuk mengetahui kemampuan awal
kelincahan dan kecepatan reaksi. Tes
kelincahan menggunakan tes lari
berkelok Z dan kecepatan reaksi
menggunakan whole body reaction.
Kemudian subjek dibentuk menjadi tiga
kelompok dengan menggunakan teknik
Ordinal pairing yang disesuaikan
Berdasarkan hasil pengukuran
berdasarkan hasil pretest, dengan
dalam gambar di atas, pada kelompok 1
jumlah masing-masing kelompok
dapat dilihat bahwa terdapat sebuah
sebanyak 11 orang.
peningkatan nilai rerata antara pretest
Instrumen Penelitian
dan posttest pada variabel dependent.
1. Pengukuran Kelincahan
Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata
menggunakan Lari Berkelok Z
pretest dan nilai rerata posttest. Dimana
2. Pengukuran Kecepatan Reaksi
dapat dilihat bahwa nilai rerata untuk
menggunakan Whole Body
kelincahan hasil pengukuran pretest
Reaction
(64,26 dtk) ini terlihat lebih kecil
Teknik Analisis Data
dibanding dengan hasil pengukuran
Sesuai dengan hipotesis dan jenis
posttest (57,08 dtk), sedangkan pada
penelitian yang digunakan dalam
kecepatan reaksi dari hasil pengukuran
penelitian ini, maka analisis statistik
posttest (2,38 dtk), ini terlihat lebih
yang digunakan adalah uji-t paired
tinggi dibanding dengan hasil pengkuan
sample test dan Analisis of Variance
pretest (3,36 dtk). Hasil tersebut dapat
(Anova) dengan taraf signifikansi 5%
diambil sebuah kesimpulan bahwa
menggunakan program Statistical
dalam pemberian treatment pada
Product and Service Solution (SPSS)
kelompok 1 dapat meningkatkan
21.0. Untuk mengetahui pengaruh
kelincahan dan kecepatan reaksi.
Ladder Drill Icky Shuffle dan Hop
Dengan adanya selisih dari rerata

72
tersebut menunjukan adanya delapan minggu latihan dengan
peningkatan setelah diberikan perlakuan frekuensi tiga kali seminggu.
selama delapan minggu latihan dengan Pengujian Hipotesis
frekuensi tiga kali seminggu.
2. Data hasil Hop Scotch Untuk menjawab hipotesis yang
telah diajukan, maka uji analisis yang
dipergunakan dalam penelitian ini
adalah uji beda rerata (uji beda mean)
dengan menggunakan analisis uji-t
paired t-test. Nilai yang digunakan
dalam penghitungan uji-t paired t-test
adalah nilai pretest dan posttest dari
masing-masing kelompok (kelompok I,
kelompok II, dan kelompok III), dengan
penyajian datanya hasil perhitungan uji-
t paired t-test adalah sebagai berikut:

Hasil Uji Beda Rerata Sampel


Berpasangan Kelincahan
Sig.
(2-
Kelincahan Mean Keterangan
tailed
Berdasarkan hasil )
Kelomp Pre-
pengukuran dalam gambar di atas, ok I test
5,1418
pada kelompok II dapat dilihat 0,000 Signifikan
Post
5,1891
bahwa terdapat sebuah peningkatan -test
Kelomp Pre-
nilai rerata antara pretest dan posttest 5,8691
ok II test
0,000 Signifikan
pada variabel dependent. Hal ini Post
5,3164
-test
dapat dilihat dari nilai rerata pretest Kelomp Pre-
5,8364
dan nilai rerata posttest. Dimana ok III test
0,629
Tidak
Post Signifikan
dapat dilihat bahwa nilai rerata untuk -test
5,8245
kelincahan hasil pengukuran pretest Berdasarkan tabel di atas hasil
(64,56 dtk) ini terlihat lebih kecil perhitungan uji beda rerata sampel
dibanding dengan hasil pengukuran berpasangan menggunakan uji-t paired
posttest (58,48 dtk), sedangkan pada t-test sebagai berikut:
kecepatan reaksi dari hasil 1) Kelompok I (Ladder Drill Icky
pengukuran posttest (2,04 dtk), ini Shuffle)
terlihat lebih tinggi dibanding Hasil perhitungan uji-t paired
dengan hasil pengkuan pretest (3,16 t-test pada pemberian latihan ladder
dtk). Hasil tersebut dapat diambil drill icky shuffle dengan melihat nilai
sebuah kesimpulan bahwa dalam Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat
pemberian treatment pada kelompok disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
II dapat meningkatkan kelincahan Ha diterima karena nilai sig. 0,000 <
dan kecepatan reaksi. Dengan adanya nilai = 0,05. Dengan kata lain
selisih dari rerata tersebut terdapat pengaruh yang signifikan
menunjukan adanya peningkatan dari pemberian latihan ladder drill
setelah diberikan perlakuan selama icky shuffle terhadap kelincahan pada
mahasiswa putra semester IV

73
Pendidikan Kepelatihan Olahraga reaksi pada mahasiswa putra
UNIPA Surabaya. semester IV Pendidikan Kepelatihan
2) Kelompok II (Ladder Drill Hop Olahraga UNIPA Surabaya.
Scotch) 2) Kelompok II (Ladder Drill Hop
Hasil perhitungan uji-t paired Scotch)
t-test pada pemberian latihan ladder Hasil perhitungan uji-t paired
drill hop scotch dengan melihat nilai t-test pada pemberian latihan ladder
Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat drill hop scotch dengan melihat nilai
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat
Ha diterima karena nilai sig. 0,000 < disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
nilai = 0,05. Dengan kata lain Ha diterima karena nilai sig. 0,000 <
terdapat pengaruh yang signifikan nilai = 0,05. Dengan kata lain
dari pemberian latihan ladder drill terdapat pengaruh yang signifikan
hop scotch terhadap kelincahan pada dari pemberian latihan ladder drill
mahasiswa putra semester IV hop scotch terhadap kecepatan reaksi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga pada mahasiswa putra semester IV
UNIPA Surabaya. Pendidikan Kepelatihan Olahraga
UNIPA Surabaya.
Hasil Uji Beda Rerata Sampel 1. Uji Beda Rerata antar Kelompok
Berpasangan Kecepatan Reaksi (Anova)
Sig. F
Kecepatan (2- F hitun
Mean Keterangan Sum
Reaksi tailed hitun g Kete
ber Sig Si
) Df g Kece rang
Vari . g.
Kelomp Pre- Kelin patan an
0,3055 asi
ok I test cahan Reak
0,000 Signifikan si
Post
0,2164
-test Antar
Kelomp Pre- Kelo 2
0,2873 mpok
ok II test 0,
0,000 Signifikan Sign
Post Dala 115,3 35,23 0,0 0
0,1856 ifika
-test m 27 9 00 0
30 n
Kelomp Pre- Kelo 0
0,2909 mpok
ok III test Tidak
0,172 Total 32
Post Signifikan
0,2727
-test
Berdasarkan tabel di atas hasil Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasil
perhitungan uji beda rerata sampel perhitungan uji beda antar kelompok
berpasangan menggunakan uji-t paired menggunakan One Way Anova dapat
t-test sebagai berikut: disimpulkan bahwa terdapat hasil rerata
1) Kelompok I (Ladder Drill Icky yang beda antar kelompok, karena hasil
Shuffle) perhitungan menunjukkan nilai Sig.
Hasil perhitungan uji-t paired 0,000 < nilai = 0,05 dan nilai Sig.
t-test pada pemberian latihan ladder 0,000 < nilai = 0,05, maka dapat
drill icky shuffle dengan melihat nilai dikatakan bahwa Ho ditolak dan Ha
Sig. (2-tailed) 0,000, maka dapat diterima. Dengan kata lain bahwa
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan terdapat perbedaan yang signifikan
Ha diterima karena nilai sig. 0,000 < antara hasil latihan kelompok ladder
nilai = 0,05. Dengan kata lain drill icky shuffle, kelompok ladder drill
terdapat pengaruh yang signifikan hop scotch, dan kelompok kontrol
dari pemberian latihan ladder drill terhadap kelincahan dan kecepatan
icky shuffle terhadap kecepatan reaksi. Dengan adanya perbedaan hasil

74
rerata, maka perhitungan akan Multiple Comparisons
dilanjutkan dengan menggunakan Post Dependent Variable: Kecepatan Reaksi

Hoc Test. (I) (J)


Mean
2. Perhitungan Post Hoc Test Kelom Kelom
Differen Std.
pok pok Sig.
Hasil Perhitungan Post Hoc Test Latiha Latiha
ce Error
(I-J)
Kelincahan n n
Multiple Comparisons
Hop -
Dependent Variable: Kelincahan Icky 0,01074 0,245
Scotch 0,01273
Shuffl
(I) (J) e Kontr
Mean 0,07091 0,01074 0,000
Kelom Kelom LS ol
Differ Std. D Icky
pok pok Sig.
ence Error Shuffl 0,01273 0,01074 0,245
Latiha Latiha Hop
(I-J) e
n n Scotch
Kontr
0,08364 0,01074 0,000
ol
Hop 0,1000 0,0454 0,03
Icky Icky
Scotch 0 1 5 -
Shuffl Shuffl 0,01074 0,000
Kontr 0,6409 0,0454 0,00 Kontr 0,07091
e e
ol 1 1 0 ol
Hop -
LS Icky - 0,01074 0,000
0,0454 0,03 Scotch 0,08364
D Shuffl 0,1000
Hop 1 5
e 0
Scotch
Kontr 0,5409 0,0454 0,00 Berdasarkan hasil perhitungan
ol 1 1 0
Icky - tabel di atas dapat diinterpretasikan
0,0454 0,00
Shuffl 0,6409
1 0 sebagai berikut:
Kontr e 1
ol -
1) Kelompok ladder drill icky shuffle
Hop 0,0454 0,00
Scotch
0,5409
1 0
dan hop scotch mempunyai nilai
1
sig. 0,245 > nilai 0,05 berarti H0
Berdasarkan hasil perhitungan diterima dan H1 ditolak berarti
tabel di atas dapat diinterpretasikan tidak ada perbedaan yang
sebagai berikut: signifikan antara kedua kelompok
1) Kelompok ladder drill icky yaitu sebesar -0,01273
shuffle dan hop scotch mempunyai 2) Kelompok ladder drill icky shuffle
nilai sig. 0,035 < nilai = 0,05 dan kontrol mempunyai nilai sig.
berarti H0 ditolak dan H1 diterima 0,000 < nilai = 0,05 berarti H0
berarti ada perbedaan yang ditolak dan H1 diterima berarti ada
signifikan antara kedua kelompok perbedaan yang signifikan yaitu
yaitu sebesar 0,10000 sebesar 0,07091
2) Kelompok ladder drill icky 3) Kelompok ladder drill hop scotch
shuffle dan kontrol mempunyai dan kontrol mempunyai nilai sig.
nilai sig. 0,000 < nilai = 0,05 0,000 < nilai = 0,05 berarti H0
berarti H0 ditolak dan H1 diterima ditolak dan H1 diterima, berarti ada
berarti ada perbedaan yang perbedaan yang signifikan yaitu
signifikan yaitu sebesar 0,64091 sebesar 0,08364
3) Kelompok ladder drill hop
scotch dan kontrol mempunyai
nilai sig. 0,000 < nilai = 0,05
berarti H0 ditolak dan H1 diterima PEMBAHASAN PENELITIAN
berarti ada perbedaan yang A. Latihan Kelompok Eksperimen I
signifikan yaitu sebesar 0,54091 (Ladder Drill Icky Shuffle)
Dari perhitungan mean didapatkan
Hasil Perhitungan Post Hoc Test bahwa hasil rerata kelincahan setelah
Kecepatan Reaksi menerima pemberian latihan ladder drill

75
icky shuffle meningkat. Hal ini sependapat sisi tangga, langsung melompat dengan
dengan Brown dan Feriggno, (2005: 82) kedua kaki ke dalam kotak (ladder)
bahwa latihan icky shuffle merupakan pertama kemudian ke ruang kotak (ladder)
latihan yang dapat meningkatkan berikutnya dengan kaki terbuka lebar
kelincahan, koordinasi, dan meningkatkan sehingga masing-masing kaki mendarat di
tubuh bagian bawah seperti: otot tungkai. luar tangga,, ulangi pola ini hingga selesai
Setelah dilakukan uji signifikansi ternyata (Brown dan Feriggno, 2005: 150). Pola
hasilnya adalah signifikan. Hal ini dapat gerakan latihan tersebut memberikan bukti
dikatakan bahwa pemberian latihan ladder nyata bahwa latihan ladder drill hop scotch
drill icky shuffle benar-benar berpengaruh merupakan salah satu bentuk latihan dengan
positif terhadap peningkatan kelincahan. fokus peningkatan kelincahan dan
Latihan ladder drill icky shuffle ini kecepatan reaksi pada mahasiswa putra
dilakukan dengan cara melewati ladder semester IV Pendidikan Kepelatihan
drill yang sudah tersusun, dimana pola Olahraga, Universitas PGRI Adi Buana
gerakan ladder drill icky shuffle dimulai Surabaya.
dengan kedua kaki ditempatkan disisi kiri
tangga, kemudian langkahkan kesamping C. Perbedaan Pengaruh Ladder Drill
dengan kaki kanan dan tempatkan di dalam Icky Shuffle dan Hop Scotch
kotak (ladder) pertama, selanjutnya Pengaruh latihan ladder drill icky shuffle
langkahkan kesamping dengan kaki kanan , ladder dril hop scotch dan kontrol
ke sisi kanan tangga kemudian majukan memiliki perbedaan pengaruh yang
kaki kiri ke ruang kotak (ladder) berikut signifikan terhadap peningkatan kelincahan
nya dalam tangga, ulangi pola ini hingga dan kecepatan reaksi. Pengaruh latihan
selesai (Brown dan Feriggno, 2005: 82). ladder drill icky shuffle memberikan hasil
Pola gerakan latihan tersebut memberikan yang lebih baik dari pada pemberian latihan
bukti nyata bahwa latihan ladder drill icky latihan ladder drill hop scotch terhadap
shuffle merupakan salah satu bentuk latihan kelincahan pada mahasiswa putra semester
dengan fokus peningkatan kelincahan dan IV Pendidikan kepelatihan olahraga,
kecepatan reaksi pada mahasiswa putra Universitas PGRI Adi Buana Surabaya,
semester IV Pendidikan Kepelatihan namun pengaruh latihan ladder drill hop
Olahraga, Universitas PGRI Adi Buana scotch memberikan hasil yang lebih baik
Surabaya. dari pada pemberian latihan ladder drill
icky shuffle terhadap kecepatan reaksi pada
B. Latihan Kelompok Eksperimen 2 (Ladder mahasiswa putra semester IV Pendidikan
Drill Hop Scotch) Kepelatihan Olahraga. Hal ini dapat dilihat
Dari perhitungan mean didapatkan dari proses latihan ladder drill icky shuffle
bahwa hasil rerata kecepatan reaksi setelah dilakukan dengan memindahkan kaki kanan
menerima pemberian latihan ladder drill kesamping ladder dan kaki kiri ditaruh di
hop scotch meningkat. Hal ini sependapat depan kotak ladder sehingga gerakannya
dengan Brown dan Feriggno, (2005: 150) seperti lari zig-zag (Brown dan Feriggno,
bahwa latihan hop scotch merupakan 2005: 82). Sedangkan pada gerakan latihan
latihan yang dapat meningkatkan antara ladder drill hop scotch dilakukan dengan
ketangkasan dan reaksi. Setelah dilakukan melompat kedepan dengan kedua kaki
uji signifikansi ternyata hasilnya adalah membuka dan menutup secara bergantian
signifikan. Hal ini dapat dikatakan bahwa (Brown dan Feriggno, 2005: 150). Dari
pemberian latihan ladder drill hop scotch hasil uji signifikansi menggunakan post hoc
benar-benar berpengaruh positif terhadap test menyatakan bahwa ada perbedaan
peningkatan kecepatan reaksi. Latihan pengaruh signifikan dari hasil pemberian
ladder drill hop scotch ini dilakukan latihan ladder drill icky shuffle dan hop
dengan cara melewati ladder drill yang scotch terhadap kelincahan dan kecepatan
sudah tersusun, dimana pola gerakan ladder reaksi pada mahasiswa putra semester IV
drill hop scotch dimulai satu kaki di setiap Pendidikan Kepelatihan Olahraga

76
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hal para ilmuwan pelatihan, sebagai
ini senada dengan yang dikatakan oleh berikut:
Meng. H. C & Lee. J. L. F, (2014: 69) 1. Para atlet dan pelatih sebaiknya
bahwa latihan ladder drill dapat menerapkan program latihan ladder
meningkatkan pengaruh kondisi fisik untuk
drill icky shuffle karena telah
kecepatan dan kelincahan, latihan ini juga
meningkatkan koordinasi motorik,
terbukti memberikan hasil yang
percepatan, keseimbangan, dan reaksi lebih baik dari pada program latihan
Dengan hasil penelitian ini dapat ladder drill hop scotch terhadap
disimpulkan bahwa latihan ladder drill peningkatan kelincahan dan
icky shuffle lebih baik dalam menerapkan program latihan ladder
meningkatkan kelincahan, sedangkan drill hop scotch jika ingin
untuk peningkatan kecepatan reaksi meningkatkan kecepatan reaksi
latihan ladder drill hop scotch lebih baik karena latihan ladder drill hop
dari pada latihan ladder drill icky shuffle scotch telah terbukti memberikan
pada mahasiswa putra semester IV hasil yang lebih baik dari pada
Pendidikan Kepelatihan Olahraga
program latihan ladder drill icky
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
shuffle terhadap peningkatan
kecepatan reaksi.
SIMPULAN 2. Penelitian mendatang untuk
program latihan ladder drill hop
A. Simpulan scotch ladder drill icky shuffle
Berdasarkan hasil penelitian dan perlu diterapkan pada subjek yang
pembahasan yang telah diuraikan pada berbeda (seperti: wanita, anak-anak,
bab sebelumnya, maka dapat orang tua, atlet menengah dan
dikemukakan simpulan penelitian terlatih).
sebagai berikut: 3. Pemberian program latihan harus
1. Terdapat pengaruh yang signifikan memperhatikan prinsip-prinsip
latihan ladder drill icky shuffle sesuai dengan karakteristik dan
terhadap kelincahan dan kecepatan tingkatan terutama dalam penentuan
reaksi. set dan repetisi agar tercapai hasil
2. Terdapat pengaruh yang signifikan yang maksimal tanpa mengalami
latihan ladder drill hop scotch overtraining.
terhadap kelincahan dan kecepatan
reaksi. DAFTAR PUSTAKA
3. Terdapat perbedaan pengaruh yang Ambarukmi, D.H., Pasumey, P., Sidik,
signifikan antara ladder drill icky D.Z., Irianto, J.P.,
shuffle dan ladder drill hop scotch Dewanti, R.A., Sunyoto.,
terhadap kelincahan, tetapi latihan Sulistiyanto, D. Dan
ladder drill icky shuffle dan ladder Harahap, Y. (2007).
drill hop scotch tidak terdapat Pelatihan Fisik Level 1.
perbedaan pengaruh terhadap Jakarta : ASDP
kecepatan reaksi. Pengembangan Tenaga
B. Saran dan Pembina
Berdasarkan hasil penelitian ini, Keolahragaan Deputi
maka peneliti menyampaikan saran- Bidang Peningkatan
saran, kepada para atlet, pelatih dan Prestasi dan IPTEK

77
Olahraga Kementrian Hartono, S. (2007). Anatomi Dasar
Pemuda dan Olahraga. dan Kinesiologi.
Bal Baljinder Singh., Parminder Jeet Surabaya: Unesa
Kaur., Davinder Singh. University Press.
(2011). Effects Of A https://www.google.com/search?q=gam
Short Term Plyometric bar+ladder+drill+icky+shu
Training Program Of ffle. Di unduh tanggal 19
Agility In Young Nopember 2015.
Basketball Players. https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q
Brazilian Journal of =gamabar+whole+body+r
Biomotricity. Vol. 5. Num. eaction.
4. Di unduh tanggal 19
Brown Lee & Vance A. Feriggno. Nopember 2015.
(2005). Training for http://en.wikipedia.org/wiki/File:Sartori
Speed, Agility and us.png. Di unduh tanggal 22
Quickness. Australia: Januari 2016.
Human Kinetics. http://medicina.ronnie.cz/c-1862-svaly-
stehna-medialni-
Bompa, T.O. & Haff, G. (2009). skupina.html. Di unduh
Periodization Theory And tanggal 22 Januari 2016.
Methology Of Training http://medicina.ronnie.cz/c-1449-svaly-
(Fifth edition). United stehna.html. Di unduh
State of America: Human tanggal 22 Januari 2016.
Kinetics. http://en.wikipedia.org/wiki/Gluteus_m
Dhanaraj, S. (2014). Effects Of Ladder aximus_muscle. Di unduh
Training On Selected Motor tanggal 22 januari 2016.
Fitnes Variables Among http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_
Handball Players. vastus_lateralis. Di unduh
International Journal of tanggal 23 Januari 2016.
Scientific Research. Vol. 3. http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_
Fenanlampir, A dan Muhyi. (2015). vastus_medialis. Di unduh
Tes & Pengukuran Dalam Olahraga. tanggal 23 Januari 2016.
Yogyakarta: Cv Andi http://scioly.org/wiki/index.php/Anatom
Offset. y/Muscle_List. Di unduh
Haghighi, Asghar., Moghadasi, tanggal 23 Januari 2016.
Mehrzad., Nikseresht, http://medicina.ronnie.cz/c-2037-svaly-
Asghar., Torkfar, Ahmad., berce-dorsalni-strana.html.
Haghighi, Mustofa., Di unduh tanggal 23 Januari
(2012). Effects Of 2016.
Plyometric Versus http://medicina.ronnie.cz/c-2017-svaly-
Resistance Training On berce-ventralni-lateralni-
Sprint And Skill strana.html. Di unduh
Perfomance In Young tanggal 23 Januari 2016.
Soccer Players. https://www.kenhub.com/de/atlas/musc
European Journal of ulus-extensor-hallucis-
Experimental Biology, longus. Di unduh tanggal 23
2(6): 2348-2351. Januari 2016.

78
http://en.wikipedia.org/wiki/Flexor_hall and Physical Education.
ucis_longus_muscle. Di NSSI: 2232-1926.
unduh tanggal 23 Januari Mylsidayu Apta. (2014). Ilmu
2016. Kepelatihan. Bekasi
Ismaryati. (2008). Tes & Pengukuran Kota: Percetakan ST. Jl.
Olahraga. Surakarta: Veteran No.5.
Universitas Sebelas Maret Nagarajan, S. Damodharan., and C.
Surakarta. Praven, A. (2013).
Jay Dawes & Mark Roozen. (2012). Effects Of Aerobic
Developing Agility and Circuit Training And
Quickness. National Parcours Training On
Strength and Conditioning Selected Physiological
Association: Human Variables Among College
Kinetics. Men Student. Jornal
Kusnanik, N. W., Nasution, J., & International, Vol. 11, 1
Hartono, S. (2011). Dasar- PP 149-151.
dasar Fisiologi Olahraga. Nicholas Ratamess, (2012). ACSMs
Surabaya: UNESA Foundation of Strength
University Press. Training and
King, Melissa. 2007. Power System. Conditioning. USA:
http://power- American College of Sport
system.com.html diunduh Medicine.
pada tanggal 24 Oktober Nurhasan. (2011). Menjaga
2015. Kebugaran Jasmani.
Lakshmikrishnan, R dan Sivakumar, K. Gresik Jawa Timur: Abil
(2013). Effect Of Weight Pustaka. Halaman.43, 60.
Training And Plyiometric Paul Gamble. (2012). Training For
Training On Strength Sports, Speed, and Agility
Endurance And Leg An Evidence-Based
Strength. International Approach. Prepress
Journal Of Health, Physical Projects Ltd, Perth, UK.
Endurance And Computer Roesdiyanto dan Setyo Budiwanto.
Science In Sport. Vol. 11. (2008). Dasar-Dasar
No. 1. pp. 152-153. Kepelatihan Olahraga.
Lubis Johansyah. (2013). Panduan Malang: Laboratorium
Praktis Penyusunan Ilmu Keolahragaan
Program Latihan. PT Universitas Negeri
Rajagrafindo Persada. Malang.
Maksum, A. (2012). Metodologi Scheunemann, T. Reyna., C. Perez, J.,
Penelitian dalam and Gunadi. P. (2012).
Olahraga. Surabaya: Kurikulum & Pedoman
Unesa University Press. Dasar Sepakbola Modern
Meng, H. C., dan Lee, J. L. F. (2014). Untuk Usia Dini (U5-
Effects Of Agility Drill U12), Usia Muda (U13-
On Dyanamic Balance Of U20) & Senior. Jakarta:
Children. Malaysia PSSI.Halaman.
Journal of Sports Science

79
Sethu, S. (2014). Comparison Of Fisik. Bandung: Lubuk
Plyometric Training And Agung.
Ladder Training On Syahrulniza, A. J. Nurhani, A. Dan
Sprinting Speed, Vertical Lim, B. H. (2015).
Eksplosif Power And Effects Of Ladder Drill
Agility. International Training On Agility
Journal of Recent Performance.
Research and Applied International Journal of
Studies. ISSN: 2349-4891. Health Physical Education
Sporis, G. Igor., J. Luka, M., And and Computer Science in
Vlatko, V. (2010). Sports. ISSN: 2231-3265,
Reliability And Factorial Volume 17 No 1.pp 17-25.
Validity Of Agility Tests Taheri, Eskandar., Nikseresht, Asghar.,
For Soccer Players. & Khoshnam, Ebrahim.
Faculty of Kinesiology, 2014. The Effect Of 8
University of Zagreb, Weeks Of Plyometric And
Zagreb, Croatia. Vol. 24. Resistance Training On
Sucharitha, B.S., Reddy, A.V., and Agility, Speed And
Madhavi, K. (2014). Explosive Power In Soccer
Effectiveness Of Players. European
Plyometric Training On Journal of Experimental
Anaerobic Power And Biology, 4 (1): 383-386.
Agility In Female Widodo, A. (2007). Pengembangan
Badminton Players. Rangkaian Tes Fisik
International Journal of Untuk Pemain Sepak
Pharmaceutical Research Bola. Disertasi:
and Bio-Scienc. ISSN: Pascasarjana Universitas
2277-8713, Volume 3 No Negeri Surabaya.
4.pp 754-761. Winartha, I Putu Gede. (2015).
Sudirham. (2015). Pengaruh Latihan Pengaruh Pelatihan Side
Zig-Zag Terhadap Jump Sprint Terhadap
Kecepatan Reaksi Pada Kecepatan Dan
Pemain Sepak Bola Kelincahan Pada Siswa
Ekstrakulikuler SMK Peserta Ekstrakurikuler
Dharma Wanita Gresik. Pencak Silat SMA Negeri
Surabaya: Universitas Adi 1 Abiansemal, Tahun
Buana Surabaya. Pelajaran 2014/2015. E-
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian journal IKOR Universitas
Kuantitatif, Kualitatif, dan Pendidikan Ganesha.
R&D. Bandung: Penerbit Jurusan Ilmu
Alferta. Keolahragaan. Vol.2.
Sukadiyanto dan Muluk. (2011). Winarno, M.E. (2011). Metodologi
Pengantar Teori dan Penelitian Dalam
Metodologi Melatih Pendidikan Jasmani.
Malang: Media Cakrawala
Utama Press.

80
THE EFFECT OF LADDER DRILL ICKY SHUFFLE AND HOP SCOTCH
EXERCISE TOWARDS THE AGILITY AND
REACTION SPEED

Gatot Margisal Utomo


(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com

ABSTRACT

Exercise the physical condition of especially agility and reaction speed were
really needed by an athlete,because of its agility and reaction speed is a component a
physical condition that is very important to support the success in most of the sports.So
that the physical condition of in kinds of sports need to trained by the exercise of
good.Exercises intended to increase the agility and reaction speed is a training exercise
ladder drill icky shuffle and hop scotch.The aim of this study were to analyze (1) the
effects of ladder drill icky shuffle exercisetowards agility and reaction speed, (2) the
effects of ladder drill hop scotch exercise towards agility and reaction speed, and (3) a
big difference on the effect of ladder drill icky shuffle and hop scotch exercises towards
the agility and reaction speed. The samples of this research were 33 male students of
The first half IV the 2014, of Education Physical Sport, the Faculty Teachers College
Science, University Education Unipa Surabaya.This research used aquantitative-quasi
experimental model. The research design used was non-randomized control group
pretest posttest design, and the data were analysed by using ANOVA. The data were
gained through pretest and posttest on the agility by using sprint curvaceous Z and the
reaction speed by using (whole body raection).After that, the data were analyzed by
using SPSS 21.0.The results of the study shows that (1) ladder drill icky shuffle exercise
gives significant effect towards the improvement of agility and the improvement of
reaction speed.(2) ladder drill hop scotch exercise gives significant effect towards the
improvementof agility and the improvement of reaction speed. (3) There are differences
between the effects of ladder drill icky shuffle and hop scotch the improvement of
agility and the improvement of reaction speed. Post hoc calculation show that ladder
drill icky shuffle exercises provide better results (effective) towards the agility, But
ladder drill hop scotch exercises provide better results (effective) towards the reaction
speed. Based on the data analysis, it can be concluded that the ladder drill icky shuffle
and hop scotch exercises significantly effect the increase in agility and reaction speed.

Keywords:Ladder Drill Icky Shuffle, Hop Scotch, Agility, Reaction Speed.

81
PENGARUH LADDER DRILL ICKY SHUFFLE DAN HOP SCOTCH
TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN DAN
KECEPATAN REAKSI

Gatot Margisal Utomo


(Pascasarjana, Pendidikan Olahraga, Universitas Negeri Surabaya)
Gatot.margisalutomo@gmail.com

ABSTRAK

Latihan kondisifisik khususnya kelincahan dan kecepatan reaksi sangat dibutuhkan


oleh seorang atlet, karena kelincahan dan kecepatan reaksi merupakan komponen
kondisifisik yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan di dalam sebagian besar
cabang olahraga. Sehingga kondisi fisik dalam semua cabang olahraga perlu dilatih
dengan latihan yang baik.Latihan yang dimaksudkan untukmeningkatkankelincahan
dankecepatan reaksi adalah latihan ladder drill icky shuffle dan ladder drill hop
scotch..Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh latihan
adder drill icky shuffle terhadap kelincahan dan kecepatan reaksi , (2) pengaruh latihan
ladder drill hop scotch terhadap kelincahan dan kecepatan reaksi, dan (3) perbedaan
besar pengaruhlatihanladder drill icky shuffle danhop scotch terhadapkelincahan dan
kecepatan reaksi. Sasaran penelitian ini adalah mahasiswa putra semester IV angkatan
2014, Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan,
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang.Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperi
mensemu.Rancangan penelitian ini menggunakan non-randomized control group pretest
posttest design, dananalisis data menggunakanAnova. Proses pengambilan data
dilakukandenganteskelincahan (lari berkelok Z) dankecepatan reaksi (whole body
reaction) pada Saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis
dengan menggunakan bantuan SPSS seri 21.0.Hasil penelitian sebagai berikut : (1)
pemberian latihan ladder drill icky shuffle berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
kelincahan dan kecepatan reaksi. (2) Pemberian latihan ladder drill hop scotch
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.(3) Terdapat
perbedaan pengaruh antara latihan ladder drill icky shuffle dan hop scotch terhadap
kelincahan dan kecepatan reaksi.Perhitungan post hocmenyatakanbahwalatihanladder drill
icky shuffle memberikanhasil yang lebihbaik (efektif) terhadapkelincahan. Namunlatihan
ladder drill hop scotch memberikanhasil yang lebihbaik (efektif) terhadapkecepatan reaksi.
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa latihan ladder dril icky shuffle
dan hop scotch berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kelincahan dan kecepatan
reaksi.

Kata kunci:Ladder Drill Icky Shuffle, Ladder Drill Hop Scotch, Kelincahan, Kecepatan
Reaksi.
Olahraga mempunyai peranan
PENDAHULUAN penting dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan berolahraga, maka organ dalam
tubuh akan bekerja dan bergerak sehingga

82
akan membuat tubuh menjadi sehat Menurut Lakshmikrishnan dan
jasmani maupun rohani dan disamping itu Sivakumar, (2013: 152) latihan adalah
sekaligus dapat meningkatkan prestasi proses ilmiah berbasis pedagogis
dalam bidang olahraga. Kemampuan untuk terorganisir, terencana, dan sistematis pada
meningkatkan prestasi dalam bidang kemampuan dan kesiapan kinerja dengan
olahraga ini tidak terlepas dari bertujuan kesempurnaan olahraga dan
perkembangan yang dicapai dalam bidang peningkatan kinerja dalam konteks
ilmu keolahragaan, mulai dari pemilihan kompetisi olahraga. Ditambahkan lagi oleh
calon atlet sampai pada metode latihan Sukadiyanto dan Muluk, (2011: 6) bahwa
yang dilakukan dengan berbagai alat bantu latihan adalah penerapan dari suatu
yang sederhana sampai dengan yang perencanaan untuk meningkatkan
kompleks. Hal itu dilakukan guna untuk kemampuan berolahraga yang berisikan
memperbaiki dan meningkatkan prestasi materi, teori, praktik, metode, dan aturan
olahraga.Agar mendapatkan hasil prestasi pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan
yang maksimal dan sesuai dengan harapan sasaran yang akan dicapai. Kemudian
yang diinginkan dapat dicapai melalui ditambahkan lagi oleh Roesdiyanto dan
pembinaan dan latihan yang terarah serta Budiwanto, (2008: 17) Latihan adalah
dilakukan secara efektif dan efisien. proses penyempurnaan kualitas atlet secara
Menurut Ambarukmi, dkk (2007: 2) sadar untuk mencapai prestasi maksimal
bahwa untuk mencapai suatu prestasi dengan diberi beban fisik dan mental
maksimal diperlukan teori latihan yang secara teratur, terarah, bertahap,
didukung dengan berbagai ilmu antara meningkat, dan berulang-ulang waktunya.
lain: filsafah, psikologi olahraga, Berdasarkan pendapat di atas dapat
biomekanika, sejarah, gizi olahraga, disimpulkan bahwa latihan adalah proses
PPPK, pertumbuhan dan perkembangan, kegiatan yang dilaksanakan secara teratur
anatomi, fisiologi dan kecakapan melatih. dan berualang-ulang serta mempunyai
Latihan merupakan suatu proses tujuan dan target untuk mencapai hasil
yang sistematis dari berlatih yang yang maksimal, jadi apabila kita berlatih
dilakukan secara berulang-ulang dengan secara terus menerus maka progres atau
kian hari kian meningkat beban latihan dan peningkatan kita akan cepat terbentuk.
pada prinsip nya latihan merupakan suatu Adapun piramida faktor dalam melakukan
proses perubahan ke arah yang lebih baik, latihan sebagai berikut:
yaitu untuk meningkatkan: kualitas fisik,
kemampuan fungsional peralatan tubuh,
dan kualitas psikis anak latih (Mylsidayu,
2014: 74),serta latihan adalah proses untuk
meningkatkan atau mengembangkan
kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh seorang atlet, yang mana
mempunyai tujuan dan target, yaitu untuk
mencapai suatu perubahan ke arah yang Gambar 1.1. Piramida Faktor
lebih baik dan tidak hanya untuk Latihan (Bompa dan Haff, 2009: 61)
kebugaran saja akan tetapi untuk
menyempurnakan keterampilan yang Berdasarkan gambar tersebut, dapat
dimiliki serta meningkatkan kualitas fisik disimpulkan bahwa persiapan fisik dan
atlet sehingga atlet dapat tampil dengan persiapan teknik merupakan dasar dalam
baik dalam setiap kegiatan-kegiatan membangun prestasi, semakin fisik
olahraga termasuk pada saat mengikuti maupun teknik bagus maka semakin
pertandingan. mudah pula prestasi yang akan dicapainya.
Seseorang perlu belajar teknik serta

83
menekankan pada persiapan taktik serta gerak sangat diperlukan seperti: kekuatan,
kejiwaan atau mental yang lebih matang, kelincahan, kecepatan, keseimbangan dan
sehingga prestasi dalam cabang olahraga power. Masing-masing unsur fisik ini
yang diikuti dapat lebih unggul saling mendukung satu dengan yang lain,
dibandingkan atlet lain. karena tidak akan menjadi koordinasi yang
Dalam melakukan suatu latihan baik apabila hanya memiliki satu unsur
terdapat kondisi fisik. Kondisi fisik gerak saja. Dalam upaya meningkatkan
merupakan suatu komponen yang tidak kondisi fisik, ada beberapa metode yang
dapat dipisahkan begitu saja, kondisi fisik dapat diterapkan, dan metode latihan yang
yang prima akan menunjang berjalannya mengarah pada peningkatan kelincahan
suatu proses latihan. Sehingga pembinaan (agility) dan kecepatan reaksi.
kondisi fisik harus mendapat perhatian Menurut Sporis, dkk (2010: 679)
yang serius dan pembinaanya harus kelincahan (agility) adalah kemampuan
menggunakan metode latihan yang baik seseorang untuk menjaga dan
dan benar.Kondisi fisik adalah suatu mengendalikan posisi tubuh saat merubah
kesatuan utuh dari komponen-komponen arah dengan cepat. Hal ini senada juga
yang tidak dapat dipisahkan, baik diungkapkan oleh Sucharitha dkk, (2014:
peningkatannya maupun 755) kelincahan adalah kemampuan untuk
pemeliharaanya.Latihan fisik bertujuan mempertahankan atau mengontrol posisi
untuk meningkatkan fungsi potensial yang tubuh saat berubah arah selama
dimiliki atlet dan mengembangkan serangkaian gerakan.Sehingga kelincahan
kemampuan komponen-komponen sangat penting untuk olahraga yang
biomotoriknya sehingga dapat dapat membutuhkan kemampuan adaptasi yang
mencapai suatu tujuan. Latihan fisik yang tinggi terhadap perubahan-perubahan
teratur, sistematik, dan berkesinambungan situasi dalam pertandingan.Adapun
yang dituangkan dalam suatu program pengertian kecepatan reaksi menurut
latihan, akan dapat meningkatkan Sukadiyanto dan Muluk, (2011: 117)
kemampuan fisik atlet. Setiap cabang adalah ada dua macam kecepatan, yaitu
olahraga memiliki sistem, strategi, dan kecepatan reaksi dan kecepatan
metode latihan fisik yang berbeda untuk gerak.Kecepatan reaksi adalah
mencapai dan meningkatkan fisik dan kemampuan seseorang dalam menjawab
prestasi olahraga.Perbedaan latihan fisik suatu rangsang dalam waktu sesingkat
ini dapat dilihat dari perbedaan gerakan- mungkin, sedangkan pengertian kecepatan
gerakan pada setiap cabang olahraga gerak adalah kemampuan seseorang
tersebut. melakukan gerak atau serangkaian gerak
Menurut Sukadiyanto dan Muluk, dalam waktu secepat mungkin.Pendapat
(2011: 57) bahwa komponen biomotor senada seperti yang diungkapkan oleh
olahraga meliputi kekuatan, ketahanan, Nurhasan, (2011: 17) bahwa kecepatan
kecepatan, kordinasi, dan fleksibilitas. reaksi berkaitan dengan waktu yang
Adapun komponen-komponen yang lain diperlukan, dari saat diterimanya stimulus
yang merupakan perpaduan dari beberapa atau rangsangan, sampai awal munculnya
komponen sehingga membentuk satu respon atau reaksi.Stimulus yang diterima
peristilahan sendiri. Diantaranya, seperti dapat melalui organ penglihatan,
power merupakan gabungan dari kekuatan pendengaran, gabungan keduanya, dan
dan kecepatan, kelincahan merupakan sentuhan (kinestetik).
gabungan dari kecepatan dan koordinasi. Melihat unsur kondisi fisik
Komponen kondisi fisik harus tersebut, kelincahan (agility) dan
dimiliki oleh seorang atlet dalam upaya kecepatan reaksi merupakan unsur kondisi
mengoptimalkan kemampuannya, guna fisik yang diperlukan di dalam banyak
meraih prestasi maksimal. Unsur-unsur cabang olahraga (Paul Gamble,

84
2012).Misalnya cabang olahraga latihan sangat banyak dan beragam, akan
sepakbola, pencak silat, futsal, dan atletik, tetapi dalam penelitian ini hanya
disamping itu kelincahan dan kecepatan digunakan dua bentuk latihan dari
reaksi ini mempunyai peranan yang sangat komponen kondisi fisik tersebut yaitu
penting untuk meningkatkan prestasi latihan ladder drill icky shuffle dan hop
dalam bidang olahraga. scotch. Menurut Brown dan Feriggno,
Dalam beberapa tahun terakhir ini (2005: 82) bahwa latihan icky shuffle
telah dikembangkan suatu metode latihan merupakan latihan yang dapat
yang sangat menyenangkan dengan meningkatkan kelincahan, koordinasi, dan
menggunakan alat yangmenyerupai tangga meningkatkan tubuh bagian bawah seperti:
dan berfungsi untuk mengajarkan otot tungkai. Adapun pengertian latihan
keterampilan gerakan yang dikenal dengan hop scotch menurut Brown dan Feriggno,
istilah ladder drill, yaitu suatu bentuk (2005: 150)merupakan latihan yang dapat
latihan ladder yang sangat diperlukan meningkatkan antara ketangkasan dan
untuk meningkatkan kecepatan kaki, reaksi. Disamping itu latihan hop scotch
kelincahan, waktu dan koordinasi untuk juga dapat meningkatkan kekuatan elastis
atlet, disamping itu ladder kelincahan ini pada pergelangan kaki.
sangat populer untuk pelatih mencari cara Berdasarkan latar belakang tersebut
untuk meningkatkan kecepatan, peneliti ingin memberikan alternatif
koordinasi, keseimbangan, dan kelincahan latihan untuk meningkatkan kondisi fisik
pada atlet (Syairulniza, Nurhani, dan Lim secara khusus dalam meningkatkan
Boon 2015: 18-19). komponen kondisi fisik kelincahan dan
Menurut Dhanaraj, (2014) bahwa kecepatan reaksi pada mahasiswa putra
ladder training will improve our speed, semester IV Jurusan Pendidikan
coordination, timing and balance and also Kepelatihan Olahraga, Fakultas Keguruan
it will set our calves on fire. Artinya, Ilmu Pendidikan.Universitas PGRI Adi
bahwa latihan dengan tangga akan Buana Surabaya Tahun Ajaran 2015/2016.
meningkatkan kecepatan, koordinasi, Sehingga peneliti tertarik melakukan
ketepatan dan keseimbangan dan juga penelitian dengan judul Pengaruh Ladder
dapat melatih betis kita. Ditambahkan oleh drill Icky ShuffledanHop Scotch Terhadap
Jay Dawes dan Mark Roozen, (2012: Peningkatan Kelincahan dan Kecepatan
65)Pelatih pada umumnya menggunakan Reaksi.
ladder drill untuk membantu atlet
mengembangkan kelincahan, kontrol KAJIAN PUSTAKA
tubuh, dan kesadaran dalam bergerak, serta Di dalam sebuah latihan terdapat
meningkatkan keterampilan dasar dalam suatu tujuan yang menjadi target dalam
bergerak. Kebanyakan ladder drill terbuat suatu pertandingan maupun perlombaan.
dari plastik yang melekat pada tali nilon Latihan menurut Lakshmikrishnan dan
untuk membentuk sebuah kotak. Biasanya, Sivakumar, (2013: 152) adalah proses
kotak ditentukan sekitar 12 sampai 18 inci ilmiah berbasis pedagogis terorganisir,
(30-46 cm).Agility ladder (tangga terencana dan sistematis pada kemampuan
kelincahan) bukan hanya alat yang dan kesiapan kinerja dengan bertujuan
digunakan untuk mengembangkan untuk kesempurnaan olahraga dan
kecepatan kaki, ketika digunakan dalam peningkatan kinerja dalam konteks
berbagai cara, agility ladder menjadi alat kompetisi olahraga. Pada prinsipnya
yang multiguna yang fantastis yaitu juga latihan merupakan suatu proses perubahan
sebagai alat untuk meningkatkan arah yang lebih baik yaitu untuk
kelincahan dan kecepatan reaksi. meningkatkan kualitas fisik, kemampuan
Dalam melakukan latihan fungsional peralatan tubuh, dan kualitas
kelincahan dan kecepatan reaksi variasi psikis atlet. Nagarajan, Damodhran dan

85
Praven, (2013: 149) menjelaskan latihan pertandingan.Istilah latihan kondisi fisik
adalah bentuk dasar penyusunan mengacu kepada suatu program latihan
olahragawan melalui proses yang yang dilakukan secara sistematis,
sistematis, hingga jangka waktu yang berencana, dan progresif, yang tujuannya
panjang dengan didasarkan dan adalah untuk meningkatkan kemampuan
dilaksanakan pada fakta-fakta ilmiah. fungsional dari seluruh sistem tubuh agar
Begitu juga pendapatAmbarukmi, dkk. dengan demikian prestasi atlet semakin
(2007: 1) latihan adalah proses meningkat.Program latihan kondisi fisik
penyempurnaan berolahraga melalui tersebut haruslah disusun secara teliti serta
pendekatan ilmiah, khususnya prinsip- dilaksanakan secara cermat dan dengan
prinsip pendidikan, secara teratur dan penuh disiplin.
terencana sehingga mempertinggi Kelincahan merupakan salah satu
kemampuan dan kesiapan olahragawan. komponen kesegaran jasmani yang sangat
Jadi pada prinsipnya latihan merupakan diperlukan pada semua aktivitas yang
suatu proses perubahan ke arah yang lebih membutuhkan kecepatan perubahan posisi
baik yaitu meningkatkan kualitas fisik dan dan bagian-bagiannya.Di samping itu,
memiliki suatu tujuan. kelincahan merupakan prasyarat untuk
Latihan atau training adalah mempelajari dan memperbaiki
penerapan dari suatu perencanaan untuk keterampilan gerak dan teknik olahraga,
meningkatkan kemampuan berolahraga terutama gerakan-gerakan yang
yang berisikan materi teori dan praktek, membutuhkan koordinasi gerak.Lebih
metode, dan aturan pelaksanaan sesuai lanjut, kelincahan sangat penting untuk
dengan tujuan dan sasaran yang akan jenis olahraga yang membutuhkan
dicapai (Sukadiyanto dan Muluk 2011: kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap
6).Ditambahkan oleh Roesdiyanto dan perubahan-perubahan situasi dalam
Budiwanto, (2008: 16) latihan merupakan pertandingan, (Fenanlampir, A dan Muhyi,
suatu kegiatan yang sistematis dalam 2015: 150).Pernyataan tersebut sependapat
waktu yang panjang, ditingkatkan secara dengan (Sporis dkk, 2010: 679) kelincahan
bertahap dan perorangan, yang bertujuan (agility) adalah kemampuan seseorang
membentuk manusia yang berfungsi untuk menjaga dan mengendalikan posisi
fisiologis dan psikologisnya untuk tubuh saat merubah arah dengan cepat.Hal
memenuhi tuntutan tugas. Dengan ini senada juga diungkapkan oleh
demikian latihan adalah suatu proses Sucharitha dkk, (2014: 755), kelincahan
terencana yang dipraktekkan berdasarkan adalah kemampuan untuk
pada sebuah teori dan metode yang baik mempertahankan atau mengontrol posisi
dan tepat dengan proses waktu yang cukup tubuh saat berubah arah selama
panjang dan terarah dan dilakukan secara serangkaian gerakan.
bertahap untuk membentuk fisik, teknik, Di dalam cabang olahraga
taktik, dan mental sehingga tercapai suatu kecepatan merupakan salah satu
hasil yang baik dan maksimal. komponen dasar biomotor yang diperlukan
Dalam proses latihan, kondisi fisik dalam setiap cabang olahraga.Setiap
merupakan faktor yang sangat penting aktivitas olahraga baik yang bersifat
dalam melakukan aktivitas fisik yang permainan, perlombaan, maupun
berlangsung cukup lama dalam pertandingan selalu memerlukan
peningkatan sebuah prestasi dan komponen biomotor kecepatan.Untuk itu
keberhasilan latihan sangat tergantung dari kecepatan merupakan salah satu unsur
kualitas latihan yang diberikan dan biomotor dasar yang harus dilatihkan
dilaksanakan.Latihan kondisi fisik dalam upaya mendukung pencapaian
memegang peranan yang sangat penting prestasi olahragawan.Menurut
dalam program latihan atlet, terutama atlet Sukadiyanto dan Muluk, (2011: 116)

86
Kecepatan adalah kemampuan otot atau gabungan keduanya, dan sentuhan
sekelompok otot untuk menjawab (kinestetik).
rangsangan dalam waktu secepat Pelatih pada umumnya
(sesingkat) mungkin.Senada dengan menggunakan ladder driil untuk
pendapat dari Nicholas Ratamess, (2012: membantu atlet mengembangkan
13) bahwa kecepatan adalah kemampuan kelincahan, kontrol tubuh, dan kesadaran
seseorang individu untuk melakukan dalam bergerak, serta meningkatkan
keterampilan motorik dengan secepat keterampilan dasar dalam bergerak.(Jay
mungkin.Kecepatan sebagai hasil Dewes dan Mark Roozen, 2012: 65)
perpaduan dari panjang ayunan tungkai Menyatakan bahwa latihan ladder drill
dan jumlah langkah.Di mana gerakan adalah suatu bentuk latihan ladder yang
panjang ayunan dan jumlah langkah sangat diperlukan untuk meningkatkan
merupakan serangkaian gerak yang kecepatan kaki, kelincahan, waktu dan
sinkron dan kompleks dari sistem koordinasi untuk atlet, disamping itu
neuromuskuler. ladder ini sangat populer untuk pelatih
Secara umum kecepatan mencari cara untuk meningkatkan
mengandung pengertian kemampuan kecepatan, koordinasi, keseimbangan, dan
seseorang untuk melakukan gerak atau kelincahan pada atletnya (Syairulniza,
serangkaian gerak secepat mungkin Nurhani dan Lim Boon, 2015: 18-19).
sebagai jawaban terhadap
rangsang.Menurut Sukadiyanto dan METODE PENELITIAN
Muluk, (2011: 117) ada dua macam Jenis dan Rancangan Penelitian
kecepatan, yaitu kecepatan reaksi dan Penelitian ini jenis kuantitatif
kecepatan gerak.Kecepatan reaksi adalah dengan metode quasi eksperimen
kemampuan seseorang dalam menjawab (ekspermen semu).Rancangan penelitian
suatu rangsang dalam waktu sesingkat menggunakanNon-Randomize Control
mungkin, sedangkan pengertian kecepatan Group Pretest-Posttest Design(Maksum,
gerak adalah kemampuan seseorang 2012: 100).
melakukan gerak atau serangkaian gerak Kelompok Pretest Treatment Postest
dalam waktu secepat mungkin. E1 T11 X1 T21
Ditambahkan oleh Sudirham, (2015: 17)
kecepatan reaksi berasal dari kata E2 T12 X2 T22
kecepatan dan reaksi kecepatan
K T13 - T23
merupakan sejumlah gerakan per waktu,
sedangkan reaksi merupakan kegiatan (Maksum, 2012: 100)
(aksi) yang timbul karena suatu
perintah/suatu peristiwa. Dari penjabaran
tersebut maka kecepatan reaksi adalah
gerakan yang dilakukan tubuh untuk Keterangan:
menjawab secepat mungkin sesaat setelah T11 : Pretest kelompok eksperimen 1
mendapatkan suatu respon/peristiwa dalam (lari berkelok Zdan whole body
satuan waktu.Pendapat senada seperti yang reaction).
diungkapkan oleh Nurhasan, (2011: 17) T12 : Pretest kelompok eksperimen 2
bahwa kecepatan reaksi berkaitan dengan (lari berkelok Z dan whole body
waktu yang diperlukan, dari saat reaction).
diterimanya stimulus atau rangsangan, T13 : Pretest kelompokkontrol (lari
sampai awal munculnya respon atau berkelok Z dan whole body
reaksi.Stimulus yang diterima dapat reaction).
melalui organ penglihatan, pendengaran, X1 : Treatmentkelompokeksperimen 1
ladder drill icky shuffle

87
X2 : Treatmentkelompokeksperimen 2 kecepatan reaksi menggunakan whole
ladder drill hop scotch body reaction. Kemudian subjek dibentuk
- : Latihan Konvensional menjadi tiga kelompok dengan
T21 : Posttest kelompokeksperimen 1 menggunakan teknik Ordinal pairingyang
(lari berkelok Z dan whole body disesuaikan berdasarkan hasil pretest,
reaction). dengan jumlah masing-masing kelompok
T22 : Post test kelompok eksperimen 2 sebanyak 11 orang.
(lari berkelok Z dan whole body Instrumen Penelitian
reaction). 3. Pengukuran Kelincahan menggunakan
T23 : Posttest kelompok control (lari Lari Berkelok Z
berkelok Z dan whole body 4. Pengukuran Kecepatan Reaksi
reaction). menggunakan Whole Body Reaction
Teknik Analisis Data
Populasi dan Sampel Penelitian Sesuai dengan hipotesis dan jenis
Populasi penelitian yang digunakan dalam
Populasi dalam penelitian ini penelitian ini, maka analisis statistik yang
adalah mahasiswa putra semester IV digunakan adalah uji-t paired sample test
jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dan Analisis of Variance (Anova) dengan
Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan taraf signifikansi 5% menggunakan
Universitas Adi Buana Surabaya, yang program Statistical Product and Service
berjumlah 134 mahasiswa putra. Untuk Solution (SPSS) 21.0. Untuk mengetahui
menjadi populasi dalam penelitian ini pengaruh Ladder Drill Icky Shuffle dan
adalah mahasiswa yang memiliki Hop Scotch terhadap peningkatan
karakteristik sebagai berikut: Kelincahan dan Kecepatan Reaksi.
4. Terdaftar sebagai mahasiswa semester HASIL PENELITIAN
IV PKO Fakultas Keguruan Ilmu Pada deskripsi hasil penelitian ini
Pendidikan Universitas Adi Buana membahas tentang rerata dan standar
Surabaya. deviasi yang diperoleh dari hasil tes yang
5. Berjenis kelamin laki - laki. dilakukan pada masing-masing kelompok
6. Memiliki usia 19 - 22 tahun. dihitung berdasarkan kelompok dan jenis
latihan yang diterapkan.
Analisis
Sampel 3. Data hasilLadder Drill Icky Shuffle
Sampel adalah wakil dari populasi
yang memiliki karateristik dari populasi
tersebut dan dijadikan pusat perhatian
dalam ruang lingkup serta waktu yang
telah ditentukan. Menurut Maksum, (2012:
62), merekomendasikan angka 30 sebagai
jumlah minimal sampel dalam penelitian
eksperimen. Dari hasil ketentuan tersebut
maka peneliti merencanakan pengambilan
sampel sebanyak 33 orang dari jumlah
keseluruhan populasi sebanyak 134 orang,
dengan menggunakan teknik simple
random sampling dengan cara pengundian.
Kemudian dilakukan pre-test untuk
mengetahui kemampuan awal kelincahan
Berdasarkan hasil pengukuran
dan kecepatan reaksi. Tes kelincahan
dalam gambar di atas, pada kelompok 1
menggunakan tes lari berkelok Z dan
dapat dilihat bahwa terdapat sebuah

88
peningkatan nilai rerata antara pretest dan kecepatan reaksi dari hasil pengukuran
posttest pada variabel dependent. Hal ini posttest (2,04 dtk), ini terlihat lebih
dapat dilihat dari nilai rerata pretest dan tinggi dibanding dengan hasil pengkuan
nilai rerata posttest. Dimana dapat dilihat pretest (3,16 dtk). Hasil tersebut dapat
bahwa nilai rerata untuk kelincahan hasil diambil sebuah kesimpulan bahwa
pengukuran pretest (64,26 dtk) ini terlihat dalam pemberian treatment pada
lebih kecil dibanding dengan hasil kelompok II dapat meningkatkan
pengukuran posttest(57,08 dtk), sedangkan kelincahan dan kecepatan reaksi.
pada kecepatan reaksi dari hasil Dengan adanya selisih dari rerata
pengukuran posttest (2,38 dtk), ini terlihat tersebut menunjukan adanya
lebih tinggi dibanding dengan hasil peningkatan setelah diberikan
pengkuan pretest (3,36 dtk). Hasil tersebut perlakuan selama delapan minggu
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa latihan dengan frekuensi tiga kali
dalam pemberian treatment pada seminggu.
kelompok 1 dapat meningkatkan Pengujian Hipotesis
kelincahan dan kecepatan reaksi. Dengan
adanya selisih dari rerata tersebut Untuk menjawab hipotesis yang
menunjukan adanya peningkatan setelah telah diajukan, maka uji analisis yang
diberikan perlakuan selama delapan dipergunakan dalam penelitian ini adalah
minggu latihan dengan frekuensi tiga kali uji beda rerata (uji beda mean) dengan
seminggu. menggunakan analisis uji-t paired t-test.
4. Data hasilHop Scotch Nilai yang digunakan dalam penghitungan
uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
posttest dari masing-masing kelompok
(kelompok I, kelompok II, dan kelompok
III), dengan penyajian datanya hasil
perhitungan uji-t paired t-test adalah
sebagai berikut:
Hasil Uji Beda Rerata Sampel
Berpasangan Kelincahan
Sig.
(2-
Kelincahan Mean Keterangan
tailed
)
Kelomp Pre-
5,1418
ok I test
0,000 Signifikan
Post
5,1891
-test
Kelomp Pre-
5,8691
ok II test
0,000 Signifikan
Post
5,3164
-test
Berdasarkan hasil pengukuran Kelomp Pre-
5,8364
dalam gambar di atas, pada kelompok ok III test
0,629
Tidak
Post Signifikan
II dapat dilihat bahwa terdapat sebuah -test
5,8245
peningkatan nilai rerata antara pretest Berdasarkan tabel di atas hasil
dan posttest pada variabel dependent. perhitungan uji beda rerata sampel
Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata berpasangan menggunakan uji-t paired t-
pretest dan nilai rerata posttest. Dimana test sebagai berikut:
dapat dilihat bahwa nilai rerata untuk 3) Kelompok I (Ladder Drill Icky Shuffle)
kelincahan hasil pengukuran pretest Hasil perhitungan uji-t paired t-
(64,56 dtk) ini terlihat lebih kecil test pada pemberian latihan ladder drill
dibanding dengan hasil pengukuran icky shuffle dengan melihat nilai Sig.
posttest(58,48 dtk), sedangkan pada (2-tailed) 0,000, maka dapat

89
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha shuffle terhadap kecepatan reaksi pada
diterima karena nilai sig. 0,000 < nilai mahasiswa putra semester IV
= 0,05. Dengan kata lain terdapat Pendidikan Kepelatihan Olahraga
pengaruh yang signifikan dari UNIPA Surabaya.
pemberian latihan ladder drill icky 4) Kelompok II (Ladder Drill Hop Scotch)
shuffle terhadap kelincahan pada Hasil perhitungan uji-t paired t-
mahasiswa putra semester IV test pada pemberian latihan ladder drill
Pendidikan Kepelatihan Olahraga hop scotch dengan melihat nilai Sig. (2-
UNIPA Surabaya. tailed) 0,000, maka dapat disimpulkan
4) Kelompok II (Ladder Drill Hop Scotch) bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
Hasil perhitungan uji-t paired t- karena nilai sig. 0,000 < nilai = 0,05.
test pada pemberian latihan ladder drill Dengan kata lain terdapat pengaruh
hop scotch dengan melihat nilai Sig. (2- yang signifikan dari pemberian latihan
tailed) 0,000, maka dapat disimpulkan ladder drill hop scotchterhadap
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima kecepatan reaksi pada mahasiswa putra
karena nilai sig. 0,000 < nilai = 0,05. semester IV Pendidikan Kepelatihan
Dengan kata lain terdapat pengaruh Olahraga UNIPA Surabaya.
yang signifikan dari pemberian latihan 3. Uji Beda Rerata antar Kelompok
ladder drill hop scotchterhadap (Anova)
kelincahan pada mahasiswa putra F
F hitun
semester IV Pendidikan Kepelatihan Sum
hitun g Kete
ber Sig Si
Olahraga UNIPA Surabaya. Df g Kece rang
Vari . g.
Kelin patan an
asi
cahan Reak
Hasil Uji Beda Rerata Sampel si
Antar
Berpasangan Kecepatan Reaksi Kelo 2
Sig. mpok 0,
Kecepatan (2- Sign
Mean Keterangan Dala 115,3 35,23 0,0 0
Reaksi tailed ifika
m 27 9 00 0
) 30 n
Kelo 0
Kelomp Pre- mpok
0,3055
ok I test Total 32
0,000 Signifikan
Post
0,2164
-test
Kelomp Pre-
0,2873
Berdasarkan tabel 4.9 di atas hasil
ok II test
Post
0,000 Signifikan perhitungan uji beda antar kelompok
0,1856 menggunakan One Way Anova dapat
-test
Kelomp Pre- disimpulkan bahwa terdapat hasil rerata
0,2909
ok III test Tidak
0,172 yang beda antar kelompok, karena hasil
Post Signifikan
0,2727
-test perhitungan menunjukkan nilai Sig. 0,000
Berdasarkan tabel di atas hasil < nilai = 0,05 dan nilai Sig. 0,000 < nilai
perhitungan uji beda rerata sampel = 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Ho
berpasangan menggunakan uji-t paired t- ditolak dan Ha diterima. Dengan kata lain
test sebagai berikut: bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
3) Kelompok I (Ladder Drill Icky Shuffle) antara hasil latihan kelompok ladder drill
Hasil perhitungan uji-t paired t- icky shuffle, kelompok ladder drill hop
test pada pemberian latihan ladder drill scotch, dan kelompok kontrol terhadap
icky shuffle dengan melihat nilai Sig. kelincahan dan kecepatan reaksi. Dengan
(2-tailed) 0,000, maka dapat adanya perbedaan hasil rerata, maka
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha perhitungan akan dilanjutkan dengan
diterima karena nilai sig. 0,000 < nilai menggunakan Post Hoc Test.
= 0,05. Dengan kata lain terdapat 4. Perhitungan Post Hoc Test
pengaruh yang signifikan dari Hasil Perhitungan Post Hoc Test
pemberian latihan ladder drill icky Kelincahan

90
Multiple Comparisons e Kontr
0,07091 0,01074 0,000
Dependent Variable: Kelincahan ol
Icky
Shuffl 0,01273 0,01074 0,245
(I) (J) Hop
Mean e
Kelom Kelom Scotch
Differ Std. Kontr
pok pok Sig. 0,08364 0,01074 0,000
ence Error ol
Latiha Latiha
(I-J) Icky
n n -
Shuffl 0,01074 0,000
Kontr 0,07091
e
Hop 0,1000 0,0454 0,03 ol
Icky Hop -
Scotch 0 1 5 0,01074 0,000
Shuffl Scotch 0,08364
e Kontr 0,6409 0,0454 0,00
ol 1 1 0
LS Icky -
0,0454 0,03
Berdasarkan hasil perhitungan
D Shuffl 0,1000
Hop
e 0
1 5 tabeldi atas dapat diinterpretasikan sebagai
Scotch berikut:
Kontr 0,5409 0,0454 0,00
ol 1 1 0 4) Kelompok ladder drill icky shuffle
Icky -
Shuffl 0,6409
0,0454 0,00 dan hop scotchmempunyai nilai sig.
1 0
Kontr e 1 0,245 > nilai 0,05 berarti H0
ol -
Hop
0,5409
0,0454 0,00 diterima dan H1 ditolak berarti tidak
Scotch 1 0
1 ada perbedaan yang signifikan antara
Berdasarkan hasil perhitungan tabel kedua kelompok yaitu sebesar -
di atas dapat diinterpretasikan sebagai 0,01273
berikut: 5) Kelompok ladder drill icky shuffle
4) Kelompok ladder drill icky shuffle dan kontrol mempunyai nilai sig.
dan hop scotch mempunyai nilai sig. 0,000 < nilai = 0,05 berarti H0
0,035< nilai = 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 diterima berarti ada
ditolak dan H1 diterima berarti ada perbedaan yang signifikan yaitu
perbedaan yang signifikan antara sebesar 0,07091
kedua kelompok yaitu sebesar 6) Kelompok ladder drillhop scotchdan
0,10000 kontrol mempunyai nilai sig.
5) Kelompok ladder drill icky shuffle 0,000<nilai = 0,05 berarti H0 ditolak
dan kontrol mempunyai nilai sig. dan H1 diterima, berarti ada
0,000 < nilai = 0,05 berarti H0 perbedaan yang signifikan yaitu
ditolak dan H1 diterima berarti ada sebesar 0,08364
perbedaan yang signifikan yaitu
sebesar 0,64091
6) Kelompok ladder drillhop
scotchdan kontrol mempunyai nilai
sig. 0,000 < nilai = 0,05 berarti H0 PEMBAHASAN PENELITIAN
ditolak dan H1 diterima berarti ada D. Latihan Kelompok Eksperimen I
perbedaan yang signifikan yaitu (Ladder Drill Icky Shuffle)
Dari perhitungan mean didapatkan bahwa
sebesar 0,54091
hasil rerata kelincahan setelah menerima
Hasil Perhitungan Post Hoc Test pemberian latihan ladder drill icky shuffle
Kecepatan Reaksi meningkat. Hal ini sependapat dengan Brown
Multiple Comparisons dan Feriggno, (2005: 82) bahwa latihan icky
Dependent Variable: Kecepatan Reaksi shufflemerupakan latihan yang dapat
meningkatkan kelincahan, koordinasi, dan
(I) (J)
Kelom Kelom
Mean meningkatkan tubuh bagian bawah seperti:
Differen Std.
pok pok
ce Error
Sig. otot tungkai. Setelah dilakukan uji signifikansi
Latiha Latiha
(I-J) ternyata hasilnya adalah signifikan. Hal ini
n n
dapat dikatakan bahwa pemberian latihan
LS Icky Hop - ladder drill icky shufflebenar-benar
D Shuffl Scotch 0,01273
0,01074 0,245
berpengaruh positif terhadap peningkatan
kelincahan. Latihan ladder drill icky shuffleini

91
dilakukan dengan cara melewati ladder drill peningkatan kelincahan dan kecepatan reaksi.
yang sudah tersusun, dimana pola gerakan Pengaruh latihan ladder drill icky
ladder drill icky shuffledimulai dengan kedua shufflememberikan hasil yang lebih baik dari
kaki ditempatkan disisi kiri tangga, kemudian pada pemberian latihan latihan ladderdrill hop
langkahkan kesamping dengan kaki kanan dan scotchterhadap kelincahan pada mahasiswa
tempatkan di dalam kotak (ladder) pertama, putra semester IV Pendidikan kepelatihan
selanjutnya langkahkan kesamping dengan olahraga, Universitas PGRI Adi Buana
kaki kanan ke sisi kanan tangga kemudian Surabaya, namun pengaruh latihanladder drill
majukan kaki kiri ke ruang kotak (ladder) hop scotchmemberikan hasil yang lebih baik
berikut nya dalam tangga, ulangi pola ini dari pada pemberian latihanladder drill icky
hingga selesai (Brown dan Feriggno, 2005: shuffle terhadap kecepatan reaksi pada
82). Pola gerakan latihan tersebut mahasiswa putra semester IV Pendidikan
memberikan bukti nyata bahwa latihan ladder Kepelatihan Olahraga. Hal ini dapat dilihat dari
drill icky shuffle merupakan salah satu bentuk proses latihanladder drill icky shuffledilakukan
latihan dengan fokus peningkatan kelincahan dengan memindahkan kaki kanan kesamping
dan kecepatan reaksi padamahasiswa putra ladder dan kaki kiri ditaruh di depan kotak
semester IV Pendidikan Kepelatihan Olahraga, ladder sehingga gerakannya seperti lari zig-
Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. zag (Brown dan Feriggno,2005:
82).Sedangkan pada gerakan latihan ladder
E. Latihan Kelompok Eksperimen 2 drill hop scotch dilakukan dengan melompat
(Ladder Drill Hop Scotch) kedepan dengan kedua kaki membuka dan
Dari perhitungan mean didapatkan bahwa menutup secara bergantian (Brown dan
hasil rerata kecepatan reaksi setelah Feriggno,2005:150). Dari hasil uji signifikansi
menerima pemberian latihan ladder drill hop menggunakan post hoc test menyatakan
scotch meningkat. Hal ini sependapat dengan bahwa ada perbedaan pengaruh signifikan dari
Brown dan Feriggno, (2005: 150) bahwa hasil pemberian latihan ladder drill icky shuffle
latihan hop scotch merupakan latihan yang dan hop scotch terhadap kelincahan dan
dapat meningkatkan antara ketangkasan dan kecepatan reaksi pada mahasiswa putra
reaksi. Setelah dilakukan uji signifikansi semester IV Pendidikan Kepelatihan Olahraga
ternyata hasilnya adalah signifikan. Hal ini Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Hal ini
dapat dikatakan bahwa pemberian latihan senada dengan yang dikatakan oleh Meng. H.
ladder drill hop scotch benar-benar C & Lee. J. L. F, (2014: 69) bahwa latihan
berpengaruh positif terhadap peningkatan ladder drill dapat meningkatkan pengaruh
kecepatan reaksi. Latihan ladder drill hop kondisi fisik untuk kecepatan dan kelincahan,
scotch ini dilakukan dengan cara melewati latihan ini juga meningkatkan koordinasi
ladder drill yang sudah tersusun, dimana pola motorik, percepatan, keseimbangan, dan
gerakan ladder drill hop scotchdimulai satu reaksi
kaki di setiap sisi tangga, langsung melompat Dengan hasil penelitian ini dapat
dengan kedua kaki ke dalam kotak (ladder) disimpulkan bahwa latihan ladder drill icky
pertama kemudian ke ruang kotak (ladder) shuffle lebih baik dalam meningkatkan
berikutnya dengan kaki terbuka lebar sehingga kelincahan, sedangkan untuk peningkatan
masing-masing kaki mendarat di luar tangga,, kecepatan reaksi latihanladder drill hop
ulangi pola ini hingga selesai (Brown dan scotch lebih baik dari pada latihanladder
Feriggno, 2005: 150). Pola gerakan latihan drill icky shufflepada mahasiswa putra
tersebut memberikan bukti nyata bahwa semester IV Pendidikan Kepelatihan
latihan ladder drill hop scotchmerupakan salah Olahraga Universitas PGRI Adi Buana
satu bentuk latihan dengan fokus peningkatan Surabaya.
kelincahan dan kecepatan reaksi
padamahasiswa putra semester IV Pendidikan
Kepelatihan Olahraga, Universitas PGRI Adi
SIMPULAN
Buana Surabaya.
C. Simpulan
F. Perbedaan Pengaruh Ladder Drill Icky Berdasarkan hasil penelitian dan
Shuffle dan Hop Scotch pembahasan yang telah diuraikan pada bab
Pengaruh latihan ladder drill icky shuffle , sebelumnya, maka dapat dikemukakan
ladder dril hop scotch dan kontrol memiliki
simpulan penelitian sebagai berikut:
perbedaan pengaruh yang signifikan terhadap

92
4. Terdapat pengaruh yang signifikan Ambarukmi, D.H., Pasumey, P., Sidik,
latihanladder drill icky shuffle D.Z., Irianto, J.P., Dewanti,
terhadap kelincahan dan kecepatan R.A., Sunyoto., Sulistiyanto,
reaksi. D. Dan Harahap, Y. (2007).
5. Terdapat pengaruh yang signifikan Pelatihan Fisik Level
latihanladder drill hop scotch terhadap 1.Jakarta : ASDP
kelincahan dan kecepatan reaksi. Pengembangan Tenaga dan
6. Terdapat perbedaan pengaruh yang Pembina Keolahragaan
signifikan antara ladder drill icky Deputi Bidang Peningkatan
shuffle danladder drill hop Prestasi dan IPTEK Olahraga
scotchterhadapkelincahan, Kementrian Pemuda dan
tetapilatihanladder drill icky shuffle Olahraga.
danladder drill hop Bal Baljinder Singh., Parminder Jeet
scotchtidakterdapatperbedaanpengaruh Kaur., Davinder Singh.
terhadapkecepatan reaksi. (2011). Effects Of A Short
D. Saran Term Plyometric Training
Berdasarkan hasil penelitian ini, Program Of Agility In Young
maka peneliti menyampaikan saran-saran, Basketball Players.
kepada para atlet, pelatih dan para Brazilian Journal of
ilmuwan pelatihan, sebagai berikut: Biomotricity.Vol. 5.Num. 4.
4. Para atlet dan pelatih sebaiknya Brown Lee & Vance A. Feriggno. (2005).
menerapkan program latihan ladder Training for Speed, Agility
drill icky shufflekarena telah terbukti and Quickness. Australia:
memberikan hasil yang lebih baik Human Kinetics.
daripada program latihan ladder drill
hop scotchterhadap peningkatan Bompa, T.O. & Haff, G.
kelincahan dan menerapkan program (2009).Periodization Theory
latihan ladder drill hop scotchjika And Methology Of Training
ingin meningkatkan kecepatan reaksi (Fifth edition).United State of
karena latihan ladder drill hop America: Human Kinetics.
scotchtelah terbukti memberikan hasil Dhanaraj, S. (2014). Effects Of Ladder
yang lebih baik dari pada program Training On Selected Motor
latihan ladder drill icky shuffle Fitnes Variables Among
terhadap peningkatan kecepatan reaksi. Handball Players.
5. Penelitian mendatang untuk program International Journal of
latihan ladder drill hop scotchladder Scientific Research.Vol. 3.
drill icky shuffle perlu diterapkan pada Fenanlampir, A dan Muhyi. (2015). Tes
subjek yang berbeda (seperti: wanita, &Pengukuran Dalam Olahraga.
anak-anak, orang tua, atlet menengah Yogyakarta: Cv Andi Offset.
dan terlatih). Haghighi, Asghar., Moghadasi, Mehrzad.,
6. Pemberian program latihan harus Nikseresht, Asghar., Torkfar,
memperhatikan prinsip-prinsip sesuai Ahmad., Haghighi, Mustofa.,
dengan karakteristik dan tingkatan (2012). Effects Of
terutama dalam penentuan set dan Plyometric Versus Resistance
repetisi agar tercapai hasil yang Training On Sprint And Skill
maksimal tanpa mengalami Perfomance In Young Soccer
overtraining. Players.European Journal
of Experimental Biology,
DAFTAR PUSTAKA 2(6): 2348-2351.

93
Hartono, S. (2007).Anatomi Dasar dan Ismaryati.(2008). Tes & Pengukuran
Kinesiologi. Surabaya: Olahraga. Surakarta:
Unesa University Press. Universitas Sebelas Maret
https://www.google.com/search?q=gambar Surakarta.
+ladder+drill+icky+shuffle. Jay Dawes & Mark Roozen.(2012).
Di unduh tanggal 19 Developing Agility and
Nopember 2015. Quickness.National Strength
https://www.google.com/?gws_rd=ssl#q=g and Conditioning Association:
amabar+whole+body+reactio Human Kinetics.
n. Kusnanik, N. W., Nasution, J., & Hartono,
Di unduh tanggal 19 S. (2011). Dasar-dasar
Nopember 2015. Fisiologi Olahraga.
http://en.wikipedia.org/wiki/File:Sartorius. Surabaya: UNESA University
png. Di unduh tanggal 22 Press.
Januari 2016. King, Melissa. 2007. Power System.
http://medicina.ronnie.cz/c-1862-svaly- http://power-
stehna-medialni-skupina.html. system.com.htmldiunduh pada
Di unduh tanggal 22 Januari tanggal 24 Oktober 2015.
2016. Lakshmikrishnan, R dan Sivakumar, K.
http://medicina.ronnie.cz/c-1449-svaly- (2013). Effect Of Weight
stehna.html. Di unduh tanggal Training And Plyiometric
22 Januari 2016. Training On Strength
http://en.wikipedia.org/wiki/Gluteus_maxi Endurance And Leg
mus_muscle. Di unduh tanggal Strength.International
22 januari 2016. Journal Of Health, Physical
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vas Endurance And Computer
tus_lateralis. Di unduh tanggal Science In Sport. Vol. 11.No.
23 Januari 2016. 1. pp. 152-153.
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vas Lubis Johansyah. (2013). Panduan
tus_medialis. Di unduh tanggal Praktis Penyusunan Program
23 Januari 2016. Latihan.PT Rajagrafindo
http://scioly.org/wiki/index.php/Anatomy/ Persada.
Muscle_List. Di unduh tanggal Maksum, A. (2012). Metodologi
23 Januari 2016. Penelitian dalam Olahraga.
http://medicina.ronnie.cz/c-2037-svaly- Surabaya: Unesa University
berce-dorsalni-strana.html. Di Press.
unduh tanggal 23 Januari Meng, H. C., dan Lee, J. L. F. (2014).
2016. Effects Of Agility Drill On
http://medicina.ronnie.cz/c-2017-svaly- Dyanamic Balance Of
berce-ventralni-lateralni- Children. Malaysia Journal
strana.html. Di unduh tanggal of Sports Science and
23 Januari 2016. Physical Education. NSSI:
https://www.kenhub.com/de/atlas/musculu 2232-1926.
s-extensor-hallucis-longus. Di Mylsidayu Apta. (2014). Ilmu
unduh tanggal 23 Januari Kepelatihan. Bekasi Kota:
2016. Percetakan ST. Jl. Veteran
http://en.wikipedia.org/wiki/Flexor_halluci No.5.
s_longus_muscle. Di unduh Nagarajan, S. Damodharan., and C.
tanggal 23 Januari 2016. Praven, A. (2013). Effects
Of Aerobic Circuit Training

94
And Parcours Training On Sucharitha, B.S., Reddy, A.V., and
Selected Physiological Madhavi, K. (2014).
Variables Among College Effectiveness Of
Men Student. Jornal Plyometric Training On
International,Vol. 11, 1 PP Anaerobic Power And
149-151. Agility In Female
Nicholas Ratamess, (2012). ACSMs Badminton Players.
Foundation of Strength International Journal of
Training and Pharmaceutical Research
Conditioning.USA: and Bio-Scienc.ISSN: 2277-
American College of Sport 8713, Volume 3 No 4.pp
Medicine. 754-761.
Nurhasan.(2011). Menjaga Kebugaran Sudirham.(2015). Pengaruh Latihan Zig-
Jasmani. Gresik Jawa Zag Terhadap Kecepatan
Timur: Abil Pustaka. Reaksi Pada Pemain Sepak
Halaman.43, 60. Bola Ekstrakulikuler SMK
Paul Gamble. (2012). Training For Dharma Wanita Gresik.
Sports, Speed, and Agility An Surabaya: Universitas Adi
Evidence-Based Approach. Buana Surabaya.
Prepress Projects Ltd, Perth, Sugiyono.(2013). Metode Penelitian
UK. Kuantitatif, Kualitatif, dan
Roesdiyanto dan Setyo Budiwanto.(2008). R&D. Bandung: Penerbit
Dasar-Dasar Kepelatihan Alferta.
Olahraga. Malang: Sukadiyanto dan Muluk.(2011).
Laboratorium Ilmu Pengantar Teori dan
Keolahragaan Universitas Metodologi Melatih
Negeri Malang. Fisik.Bandung: Lubuk
Scheunemann, T. Reyna., C. Perez, J., and Agung.
Gunadi.P. (2012).Kurikulum Syahrulniza, A. J. Nurhani, A. Dan Lim,
& Pedoman Dasar Sepakbola B. H. (2015). Effects Of
Modern Untuk Usia Dini Ladder Drill Training On
(U5-U12), Usia Muda (U13- Agility Performance.
U20) & Senior. Jakarta: International Journal of
PSSI.Halaman. Health Physical Education
Sethu, S. (2014). Comparison Of and Computer Science in
Plyometric Training And Sports. ISSN: 2231-3265,
Ladder Training On Sprinting Volume 17 No 1.pp 17-25.
Speed, Vertical Eksplosif Taheri, Eskandar., Nikseresht, Asghar., &
Power And Khoshnam, Ebrahim. 2014.
Agility.International The Effect Of 8 Weeks Of
Journal of Recent Research Plyometric And Resistance
and Applied Studies. ISSN: Training On Agility, Speed
2349-4891. And Explosive Power In
Sporis, G. Igor., J. Luka, M.,And Vlatko, Soccer Players. European
V. (2010). Reliability And Journal of Experimental
Factorial Validity Of Agility Biology, 4 (1): 383-386.
Tests For Soccer Players. Widodo, A. (2007). Pengembangan
Faculty of Kinesiology, Rangkaian Tes Fisik Untuk
University of Zagreb, Zagreb, Pemain Sepak Bola.
Croatia.Vol. 24.

95
Disertasi: Pascasarjana Pelajaran 2014/2015. E-
Universitas Negeri Surabaya. journal IKOR Universitas
Winartha, I Putu Gede.(2015). Pengaruh Pendidikan Ganesha. Jurusan
Pelatihan Side Jump Sprint Ilmu Keolahragaan. Vol.2.
Terhadap Kecepatan Dan Winarno, M.E. (2011). Metodologi
Kelincahan Pada Siswa Penelitian Dalam Pendidikan
Peserta Ekstrakurikuler Jasmani. Malang: Media
Pencak Silat SMA Negeri 1 Cakrawala Utama Press.
Abiansemal, Tahun

96
PENDIDIKAN JASMANI DAN KARAKTER DISIPLIN
DALAM MEMBENTUK OLAHRAGA PRESTASI

Maftukin Hudah,S.Pd.,M.Pd PJKR Universitas PGRI Semarang


Agus Wiyanto S.Pd.,M.Pd PJKR Universitas PGRI Semarang
Maftukinhudah10@gmail.com

Abstrak
Pendidikan jasmani olahraga mempunyai peran yang sangat penting untuk
pelaksanaan internalisasi nilai-nilai olahraga. Internalisasi nilai-nilai olahraga dapat
dilakukan melalui beberapa strategi antara lain : a. Menyusun Peraturan Kelas
Olahraga(Sport Class Rules), 2) Diskusi kelas penyusunan peraturan kelas, 3)Internalisasi
Nilai-nilai Olahraga melalui Pembiasaan, 4) Integrasi Nilai-nilai Olahraga melalui Materi
Pembelajaran, 5) Internalisasi Nilai-nilai Olahraga melalui Keteladanan. Di samping itu,
pembangunan olahraga juga dijadikan sebagai alat untuk memperlihatkan eksistensi bangsa
melalui pembinaan prestasi yangsetinggi-tingginya. Keberhasilan internalisasi nilai-nilai
olahraga untuk membentuk karakter siswa sangat tergantung pada peran guru. Semoga
melalui kontribusi guru dalam internalisasi nilai-nilai olahraga prestasi olah raga nasional
akan meningkat bahkan bisa muncul di permukaan internasional.

Kata Kunci: Pendidikan jasmani , karakter disiplin , olahraga prestasi

PENDAHULUAN
Pendahuluan dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk
Sebagaimana dinyatakan dalam mencapai prestasi dengan dukungan ilmu
Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003 pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
tentang fungsi dan tujuan pendidikan olahraga prestasi dapat didapatkan dengan
bahwa Pendidikan Nasional berfungsi persiapan yang matang agar tercapai akhir
mengembangkan kemampuan dan yang memuaskan.
membentuk watak serta peradaban bangsa Kerakter orang yang berprestasi
yang martabat dalam rangka mencerdaskan adalah mencintai pekerjaan, memiliki
kehidupan bangsa, bertujuan untuk inisiatif dan kreatif\, pantang menyerah,
berkembangnya potensi peserta didik agar serta menjalankan tugas dengan sungguh-
menjadi manusia yang beriman dan sungguh. Kerakter-kerakter tersebut
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukan bahwa untuk meraih prestasi
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, tertentu, dibutuhnya, kerja keras .yang
kreatif, mandiri dan menjdai warga Negara sangat optimah sehingga tujuanprestasinya
yang demokratis serta tanggung jawab (La bisa terlaksana.
Iru ,2007:2) Berdasarkan publikasi
Didalam undang-undang no 3 Kemendikbud (2010:5) tentang hasil
tahun 2005 tentang sistem keolahragaan penelitian di Harvard University Amerika
nasional Olahraga prestasi adalah olahraga Serikat menunjukkan bahwa Kesuksesan
yang membina dan mengembangkan seseorang tidak ditentukan semata-mata
olahragawan secara terencana, berjenjang, oleh pengetahuan dan kemampuan teknis

97
(hard skill) saja, tetapi lebih oleh seperti event olimpiade ataupun kejuaraan
kemampuan mengelola diri dan orang lain dunia cabang olahraga, didalan event
(soft skill). Penelitian ini kabupaten saja terjadi manipulasi
mengungkapkan, kesuksesan ditentukan kecurangan serta pengaturan.
hanya sekitar 20 persen oleh hard skill dan Fenomena yang terjadi yang sangat
sisanya 80 persen oleh soft skill.Soft memprihatinkan dimana pelaku olahraga
skill merupakan bagian keterampilan dari dalam event kecil saja seperti POPDA,
seseorang yang lebih bersifat pada O2SN yang mana dalam penbentukan
kehalusan atau sensitivitasperasaan karakter nilai-nilai olahraga justru ada
seseorang terhadap lingkungan di beberapa oknum guru penjas yang
sekitarnya. Mengingat soft skill lebih menghalalkan segala cara untuk
mengarah kepada keterampilan psikologis melakukan kecurangan seperti halnya
maka dampak yang diakibatkan lebih tidak biodata peserta di manipulasi dengan data
kasat mata namun tetap bisa dirasakan. yang tidak sebenarnya, serta ketika siswa
Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku kalah harusnya diberikan motivasi untuk
sopan, disiplin, keteguhan hati, lebih semngat dalam event selanjutnya,
kemampuan kerja sama, membantu orang akan tetapi siswa tersebut di marahi
lain dan lainnya.Soft skill sangat berkaitan didepan semuanya yang secara langsung
dengan karakter seseorang. membunuh karakter siswa tersebut hal ini
Di atas semua pengertian itu, yang sangat memprihatinkan. Padahal
olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita pembentuka mental tidak seperti
tidak dapat mengartikan olahraga tanpa membalikan telapak tangan semua perlu
memikirkan kompetisi, sehingga tanpa pembinaan, pendidikan mulai dari jenjang
kompetisi itu, olahraga berubah menjadi instansi pendidikan seperti pendidikan
semata-mata bermain atau rekreasi. jasmani, club-club olahraga, peran orang
Bermain, karenanya pada satu saat menjadi tua danpemerintah dalam memberikan
olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak kesempatan event olahraga yang tidak asal
pernah hanya semata-mata bermain; kegiatan selesai Lporan pertanggung
karena aspek kompetitif teramat penting jawaban juara selesai, namun adanya
dalam hakikatnya. Karena aspek keberlanjutan serta filosofi olahrag yang
kompetitif itulah yang nantinya akan tepat bermartabat.
menjadi cikal bakal pembentukan karakter. Dengan adanya paradigm baru
Pada era orde baru pernah ada dalam pendidikan jasmani diharapkan
motto, mengolahragakan masyarakat dan banyak pola piker baru serta berwawasan,
memasyarakatkan olahraga. Namun baik secara filosofi teori, praktis dan
penerapannya sampai saat ini terasa kultural pendidikan jasmani diharapkan
semakin jauh, karena semakin banyak dapat membentuk karakter sumber daya
orang yang malas olahraga. Tidak punya manusia yang berjatidiri dan mempunyai
waktu kerap menjadi alasan. Ditambah makna serta menjadi teladan baik bagi
lagi, pengembangan lewat jalur pendidikan dirinya dan masyarakat .
yang masih belum optimal. Keterpurukan
prestasi olahraga Indonesia juga semakin
lama semakin menghawatirkan. Jangankan
berbicara di tingkat dunia

98
PEMBAHASAN Integrity, Respect, Responsibility,
1. Nilai-nilai Esensial dalam Olahraga Understanding, Inclusion and
Tolerance.Siswa dididik untuk
Nilai-nilai olahraga sangatlah penting
menerapkan nilai-nilai peduli dan penuh
untuk dihormati dan diterapkan seperti
sayang, melakukan yang terbaik, bertindak
diungkapkan oleh Coubertain(dalam buku
adil, jujur, integritas, hormat,
The Olympic Games XIX: 2002): 'the
tanggungjawab, pengertian, inklusi dan
important thing in life is not victory, but
toleransi. Satu nilai yang jarang dijumpai
the fight; the main thing is not to have
di negara lain yaitu nilai inklusi. Nilai
won, but to have fought well.' Ungkapan
inklusi digunakan sebagai sebuah
yang disampaikan dalam pidato
pendekatan untuk membangun dan
pembukaan Olympic Games XIX tahun
mengembangkan sebuah lingkungan yang
2002 ini mengandung makna bahwa
semakin terbuka; mengajak masuk dan
kemenangan itu bukanlah merupakan
mengikutsertakan semua orang dengan
tujuan utama dalam kehidupan, namun
berbagai perbedaan latar belakang,
yang terpenting adalah berjuang untuk
karakteristik, kemampuan, status, kondisi,
mencapai kemenangan dengan baik.
etnik, budaya dan lainnya. Nilai inklusi
Perjuangan mencapai kemenangan dengan
dalam pendidikan jasmani menekankan
cara yang baik harus menerapkan nilai-
bahwa semua orang berhak melakukan
nilai olahraga yang amat luhur.
aktivitas olahraga baik di lingkungan
Coubertin(dalam buku The Olympic keluarga maupun masyarakat dengan rasa
Games XIX: 2002)mengungkapkan `the aman dan nyaman. Sekolah harus
fundamental values of Olympism have the memberikan fasilitas yang terbuka, ramah,
same meaning for every human being meniadakan hambatan dan menyenangkan
hoping to fulfil their ambitions to build a bagi siswa tanpa terkecuali dan merangkul
better world. Those values are the search setiap perbedaan.
for excellence, fairplay, the joy of effort,
Dalam Olympic Games ada tiga nilai
respect for others and harmony between
olahraga fundamental yang difokuskan
body and mind`. Nilai-nilai fundamental
yaitu:excellence, friendship, and
dalam Olympic Games memiliki makna
respect(keunggulan, persahabatan, dan
yang sama bagi semua orang yang
respek). Excellence(keunggulan)
mengharapkan ambisi yang sama untuk
menggambarkan kualitas usaha untuk
membangun dunia menjadi baik. Nilai-
mencapai prestasi. Hal ini juga
nilai tersebut meliputi mencari
mengandung harapan bahwa atlet harus
keunggulan,fairplay, kegembiraan dalam
mandiri, seperti yang tersurat dalam moto
berusaha, hormat tehadap orang lain, dan
Olimpade yaitu Citius, Altius,
keharmonisan antara tubuh dan fikiran.
Fortius(Faster, Higher, Stronger) atau
Dalam buku kurikulum pendidikan lebih cepat, lebih tinggi, lebih kuat. Nilai
jasmani Australia yang dikeluarkan oleh keunggulan mengacu pada perjuangan
Commenwealth of Australia tahun 2006, untuk menjadi yang terbaik dalam segala
pendidikan jasmani melibatkan penanaman hal yang dilakukan, sebagai individu dan
nilai-nilai meliputi: Care and compassion, sebagai kelompok kerja menuju tujuan
Doing your best, Fair go, Honesty, bersama. Dalam mengejar dan mengukur

99
keunggulan, atlet secara alami akan keputusan. Komponen perasaan moral
membandingkan upaya mereka untuk meliputi kesadaran hati nurani, self-esteem,
orang lain. Tapi barometer utama empati, kecintaan terhadap yang baik,
keunggulan adalah pencapaian tujuan pengendalian diri. Sedangkan tindakan
pribadi seseorang. moral adalah kompetensi, kemauan, dan
kebiasaan. Seseorang dikatakan
Friendship(persahabatan) Nilai
berkarakter baik, apabila ketiga komponen
persahabatan penting dalam tradisi
tersebut telah menyatu, melekat, dan saling
Olimpiade kuno dan merujuk untuk
mempengaruhi. Namun tidak berarti
membangun dunia yang damai dan lebih
bahwa individu yang telah mengetahui
baik melalui olahraga. Para atlet
kebaikan dan keburukan otomatis berbuat
mengungkapkan nilai ini dengan
baik, dan tidaklah pula berarti bahwa dia
membentuk ikatan seumur hidup dengan
mampu berempati atau mengendalikan diri
rekan tim mereka, serta lawan-lawan
untuk melakukan tindakan moral. Tidak
mereka. Nilai persahabatan bersifat
cukup dengan itu, maka karakter yang baik
humanistik yang bertujuan memberikan
harus diajarkan melalui proses pendidikan,
bantuan kemanusiaan, mengembangkan
pemodelan dan pembiasaan yang secara
program budaya dan pendidikan, dan
terus menerus dan sistematis. Dalam
mendorong dialog terbuka pada olahraga
olahraga proses pebentukan karakter
dan perdamaian.
tersebut terkait dengan istilah empat
Respect(respek) adalah moral yang kebajikan yaitu: compassion, fairness,
mendasari olahraga dan prinsip etika yang sportpersonship, dan integrity.
harus menginspirasi semua orang yang
Aktivitas olahraga sungguh syarat
berpartisipasi. Nilai universal hormat
dengan nilai-nilai pendidikan seperti
mengacu menghormati untuk diri kita
kejujuran, sportivitas, disiplin, dan
sendiri, satu sama lain, untuk aturan,
tanggung jawab. Bahkan, ada ungkapan
untuk fair play dan bagi lingkungan.
yang sudah menjadi keyakinan sejarah dari
Lickona dalam karyanya Educating waktu ke waktu: Sport builds
for Character (1992) menyatakan bahwa character (Maksum, 2005; 2002).
individu dikatakan berkarakter apabila Ungkapan sport builds
memiliki tiga komponen kakarter character menekankan pentingnya
yaitu moral knowing(pengetahuan olahraga sebagai media pembentukan
moral), moral feeling(perasaan tentang karakter. Selanjutnya Maksum
moral), dan moral action(perbuatan menjelaskan indikator nilai-nilai olahraga
bermoral). Ketiga komponen ini sangat seperti pada Tabel 1 di bawah ini:
penting, dan satu sama lain tidak
Tabel 1. Indikator Nilai-nilai Olahraga
terpisahkan dalam membentuk watak dan
melaksanakan kebajikan. Lebih rinci Rusli Nilai Praktek dalam
Praktek dalam Olahraga
Moral Kehidupan
Lutan (2001: 82) menjelaskan bahwa pada
Respek Hormat pada orang lain
komponen pengetahuan moral terdapat Hormat pada aturan main dan
unsur kesadaran moral, pengetahuan tradisi Hormat pada lawan dan Hormat pada hak milik
offisial Hormat pada orang lain Hormat pada
tentang nilai moral, perhitungan ke depan, kemenangan dan kekalahan lingkungan dan dirinya
pertimbangan moral, dan pembuatan

100
Tanggung Kesiapan diri melakukan Memenuhi kewajiban sungguh; mengakui kesalahan yang
jawab sesuatu Disiplin dalam latihan
dan bertanding Kooperatif Dapat dipercaya dilakukan tanpa alasan;
dengan sesama pemain memberikan yang terbaik atas apa
Pengendalian diri

Peduli Menaruh empati


yang dilakukan.
Membantu teman agar bermain Pemaaf c. Peduli adalah kesediaan untuk
baik Membantu teman yang memberikan perhatian dan kasih
bermasalah Murah pujian, kikir Mendahulukan
kritik Bermain untuk tim, kepentingan yang lebih sayang kepada sesama. Peduli
bukan diri sendiri besar antara lain ditandai dengan
Jujur Patuh pada aturan main Loyal Memiliki integritas memperlakukan orang lain, diri,
pada tim Mengakui kesalahan
Terpercaya Melakukan dan sesuatu dengan kasih sayang;
sesuatu dengan baik memperhatikan dan mendengarkan
Fair Adil pada semua pemain Mengikuti aturan orang lain secara seksama;
termasuk yang berbeda
menangani sesuatu dengan hati-
Memberikan kesempatan Toleran pada orang
kepada pemain lain lain hati.
Kesediaan berbagi d. Jujur adalah suatu sikap terbuka,
Tidak mengambil dapat dipercaya, dan apa adanya.
keuntungan dari Sikap jujur antara lain ditandai
kesulitan orang lain
dengan mengatakan apa adanya;
Beradab Menjadi contoh/model Mematuhi hukum dan
Mendorong perilaku baik aturan
menepati janji; mengakui
Berusaha meraih keunggulan kesalahan; menolak berbohong,
Terdidik Bermanfaat
bagi orang lain menipu, dan mencuri.
e. Fair adalah bersikap adil dalam
Sumber : Maksum (2005:57)
melakukan dan memperlakukan
Maksum menjelaskan makna ke enam nilai sesuatu. Sikap fair antara lain
tersebut sebagai berikut: ditandai dengan menegakkan hak
sesama termasuk dirinya; mau
a. Respek adalah suatu sikap yang
menerima kesalahan dan
menaruh perhatian kepada orang
menanggung resikonya; menolak
lain dan memperlakukannya secara
berprasangka.
hormat. Sikap respek antara lain
f. Beradab adalah sikap dasar yang
dicirikan dengan memperlakukan
diperlukan dalam bermasyarakat
orang lain sebagai mana individu
yang berintikan pada kesopanan,
ingin diperlakukan; berbicara
keteraturan, dan kebaikan. Beradab
dengan sopan kepada siapa pun;
antara lain dicirikan dengan
menghormati aturan yang ada
menempatkan sesuatu pada
dalam keluarga, sekolah, dan
tempatnya; mengapresiasi terhadap
masyarakat.
keteraturan.
b. Tanggung jawab adalah
g. Dari penjelasan di atas nyata
kemampuan untuk memberikan
bahwa nilai-nilai olahraga bersifat
respons, tanggapan, atau reaksi
universal sehingga harus dimiliki
secara cakap. Tanggung jawab
oleh semua pelaku olahraga baik
dicirikan antara lain dengan
atlet, ofisial, maupun semua stake
melakukan apa yang telah
holders yang terlibat dalam
disepakati dengan sungguh-
kegiatan olahraga. Begitu

101
pentingnya nilai-nilai ini di mata merupakan bagian integral dari sistem
dunia namun dalam kenyataan pendidikan secara keseluruhan.
masih banyak pelaku olahraga yang
Menurut Sukintaka (2004:76)
belum memilikinya. Oleh karena
penjasor adalah proses interaksi antara
itu guru pendidikan jasmani di
peserta didik dan lingkungan melalui
sekolah hendaknya mengambil
aktivitas jasmani yang disusun secara
peran yang nyata dalam melakukan
sistematik untuk menuju manusia
internalisasi nilai-nilai olah raga
Indonesia seutuhnya. Istilah penjasor
melalui proses pembelajaran.
mengandung dua makna, pertama,
2. Peran Pendidikan Jasmani dalam
pendidikan untuk jasmani, kedua,
Internalisasi Nilai-nilai Olahraga
pendidikan melalui aktivitas jasmani
Pendidikan jasmani olahraga (Wuest and Bucher, 1995:
sangat signifikan untuk menanamkan 125).Pendidikan untuk jasmani lebih
nilai-nilai olahraga. Proses fokus pada pengembangan fisik dan
pembelajaran pendidikan jasmani keterampilan siswa, dengan memakai
olahraga harus memperhatikan sarana cabang-cabang olahraga untuk
kebermaknaan dalam belajar, artinya mencapai tujuan penjas. Fungsi
apa yang bermakna bagi siswa olahraga sebagai salah satu sarana
menunjuk pada dunia yang dipakai untuk melaksanakan
minatnya (center of interest). proses penjasor. Selain itu, olahraga
Pelaksanaan pembelajaran harus berfungsi sebagai sarana untuk (1)
mengacu pada tujuan untuk penyaluran emosi, (2) penguatan
mengembangkan potensi siswa identitas, (3) kontrol sosial, (4)
melalui : (1) Olah hati, untuk sosialisasi, (5) agen perubahan, (6)
memperteguh keimanan dan penyaluran kata hati, dan (7)
ketakwaan, meningkatkan akhlak mencapai keberhasilan (Wuest and
mulia, budi pekerti, atau moral, Bucher, 1995: 248-249). Dengan
membentuk kepribadian unggul, demikian penjasor merupakan proses
membangun kepemimpinan pendidikan melalui aktivitas jasmani
danentrepreneurship; (2) Olah dan olahraga sebagai sarana untuk
pikir untuk membangun kompetensi mencapai tujuan pendidikan secara
dan kemandirian ilmu pengetahuan umum.
dan teknologi; (3) Olah rasa untuk
Selanjutnya, pendidikan
meningkatkan sensitifitas, daya
melalui aktivitas jasmani bermakna
apresiasi, daya kreasi, serta daya
bahwa dalam mencapai tujuan
ekspresi seni dan budaya; dan
pendidikan sarana yang dipakai
(4) Olah raga untuk meningkatkan
melalui aktivitas jasmani.Secara
kesehatan, kebugaran, daya tahan, dan
konsisten penjasor memberikan efek
kesiapan fisik serta ketrampilan
yang menguntungkan terhadap
kinestetis. (Renstra Depdiknas Tahun
kesehatan jasmani dan rohani
2005 2009, 2005: 15). Renstra ini
pelakunya (Kirk, Macdonald,
menunjukkan bahwa pendidikan
O'Sullivan, 2006: 145).Aktivitas
jasmani dan olahraga (penjasor)
jasmani secara personal dapat

102
mengontrol, meningkatkan sifat mengembangkan pola hidup yang
emosional yang positif, dan sehat dan aman, serta memiliki peran
meminimalkan dampak yang negatif penting dalam mempengaruhi pola
bagi pelakunya. Selanjutnya, penjasor aktivitas dan kesehatan individu
merupakan salah satu proses maupun masyarakat (Whitehead,
pendidikan yang bertujuan untuk 2001: 8).Sejalan dengan itu, maka
meningkatkan kinerja dan fungsi penjasor di sekolah adalah
mengembangkan kemampuan siswa untuk meningkatkan aspek (1)
melalui aktivitas jasmani yang organik, (2) neuromuskuler, (3)
dipilihnya (Wuest and Bucher, 1995: perseptual, (4) kognitif, (5) sosial, dan
6-7). Artinya, fokus penjasor adalah (6) emosional siswa (Depdiknas,
pada pencapaian tujuan pendidikan 2003: 7-9). Sebagai bagian integral
secara umum, yaitu untuk membentuk dari proses pendidikan secara umum,
sikap, kepribadian, perilaku sosial, maka hendaknya penjasor dapat
dan intelektual siswa melalui aktivitas memberikan kesempatan kepada
jasmani. siswa untuk terlibat langsung dalam
berbagai pengalaman belajar melalui
Tujuan penjas di sekolah untuk
aktivitas jasmani, bermain dan
meletakkan dan mengembangkan (1)
olahraga yang dilakukan secara
landasan karakter melalui internalisasi
sistematis. Dari pengalaman belajar
nilai, (2) landasan kepribadian (cinta
tersebut akan membina dan
damai, sosial, toleransi dalam
membentuk gaya hidup sehat dan
kemajemukan budaya etnis dan
aktif sepanjang hayat, yang pada
agama), (3) berpikir kritis, (4) sikap
akhirnya melalui penjasor diharapkan
sportif, jujur, disiplin, bertanggung
siswa akan memiliki pemahaman
jawab, kerjasama, percaya diri, dan
tentang (1) dirinya dan orang lain
demokratis, (5) keterampilan gerak,
untuk terus mengembangkan diri dan
teknik, strategi berbagai permainan
berhubungan dengan orang lain, (2)
dan olahraga, senam, aktivitas ritmik,
nilai-nilai sosial dan keterampilan
akuatik dan pendidikan luar kelas, (6)
agar efektif dalam partisipasi, (3)
keterampilan pengelolaan diri,
budaya dan mampu menilai, (4) peran
pemeliharaan kebugaran jasmani dan
dan terampil.
pola hidup sehat, (7) keterampilan
menjaga keselamatan diri sendiri dan Menurut Aip Syarifuddin
orang lain, (8) konsep aktivitas (1992: 8-14), pendidikan jasmani
jasmani untuk mencapai kesehatan, dapat berperan, antara lain: (1)
kebugaran dan pola hidup sehat, serta pembentukan tubuh yaitu dengan
(9) mengisi waktu luang yanq bersifat melakukan pendidikan jasmani yang
rekreatif (Depdiknas, 2003: 6-7). teratur, maka organ tubuh pun akan
bekerja sebagaimana mestinya sesuai
Penjasor memberikan
dengan fungsinya, hal ini akan
kontribusi yang baik bagi kehidupan
berpengaruh terhadap kesehatan baik
manusia terhadap organ biologik,
jasmani maupun rohani; (2)
psikomotorik, afektif, dan kognitif
pembentukan prestasi yaitu dengan
pelakunya.Selain itu, penjasor mampu

103
ditanamkannya pembentukan prestasi merespon situasi dengan cara yang
diharapkan dapat mengembangkannya baik secara moral.
serta dapat mengatasi hambatan- Sifat khas, kualitas dan
hambatan yang dihadapi baik bagi kekuatan moral pada seseorang atau
dirinya sendiri maupun bagi kelompok merupakan pengertian dari
kelompok dilingkungannya; (3) karakter. Karakter berasal dari bahasa
pembentukan sosial yaitu melalui Yunani yang berarti menandai dan
pendidikan jasmani anak akan memfokuskan bagaimana
mendapatkan bimbingan pergaulan mengaplikasikan nilai kebaikan dalam
hidup yang sesuai dengan norma dan bentuk tindakan atau tingkah laku,
ketentuan dengan unsur-unsur sosial; sehingga orang yang tidak jujur,
(4) keseimbangan mental, di mana kejam, rakus dan perilaku buruk
pemupukan terhadap kestabilan emosi lainnya dikatakan orang berkarakter
anak akan diperoleh secara efektif tidak baik. Sebaliknya, orang yang
melalui pengalaman langsung dalam perilakunya sesuai dengan kaidah
dunia kenyataan, karena mereka moral disebut dengan berkarakter
terjun langsung di lapangan dalam mulia.
suasana yang penuh rangsangan; (5) Jika suatu individu memiliki
meningkatkan kecepatan proses karakter yang baik, berarti individu
berpikir di mana dalam pendidikan tersebut memiliki pengetahuan
jasmani anak dituntut untuk memiliki tentang potensi dirinya,
daya sensitifitas yang tinggi terhadap yang ditandai dengan nilai-nilai
situasi yang dihadapinya. Mereka seperti reflektif, percaya diri, rasional,
dituntut untuk memiliki kecepatan logis, kritis, analitis, kreatif dan
dalam proses berpikir dan inovatif, mandiri, hidup sehat,
kemampuan pengambilan keputusan bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar,
dengan cepat dan tepat agar tidak berhati-hati, rela berkorban,
tertinggal dengan lawannya; (6) pemberani, dapat dipercaya, jujur,
pembentukan kepribadian anak di menepati janji, adil, rendah hati, malu
mana pendidikan jasmani berperan berbuat salah, pemaaf, berhati lembut,
sebagai sarana untuk membentuk dan setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih,
mengembangkan sifat-sifat teliti, berinisiatif, berpikir positif,
kepribadian anak secara positif. disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner,
bersahaja, bersemangat, dinamis,
3. Karakter
hemat, menghargai waktu,
Menurut kamus besar bahasa pengabdian, pengendalian diri,
Indonesia yang ditulis oleh Tim produktif, ramah, cinta keindahan,
Penyusun (1995:445) istilah karakter sportif, tabah, terbuka, tertib. Individu
berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak juga memiliki kesadaran untuk
atau budi pekerti yang membedakan berbuat yang terbaik atau unggul, dan
seseorang dari yang lain. Sedangkan individu juga mampu bertindak sesuai
menurut Lickona (1991:51) karakter potensi dan kesadarannya tersebut.
adalah watak seseorang yang Karakteristik adalah realisasi
perkembangan positif sebagai

104
individu (intelektual, emosional, Akan tetapi, proses modernisasi
sosial, etika, dan perilaku). membuat banyak keluarga mengalami
Seseorang yang berusaha perubahan fundamental. Saat ini
melakukan hal-hal yang terbaik banyak keluarga yang hanya memiliki
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sangat sedikit waktu bagi
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa berlangsungnya perjumpaan yang erat
dan negara serta dunia internasional antara ayah, ibu, dan anak karena
pada umumnya dengan tuntutan pekerjaan.
mengoptimalkan potensi Kini makin banyak keluarga
(pengetahuan) dirinya dan disertai yang tidak dapat berfungsi dengan baik
dengan kesadaran, emosi dan sebagai tempat bagi anak-anak untuk
motivasinya (perasaannya) berarti mendapatkan pendidikan karakter.
orang tersebut adalah individu yang Sehingga sangat baik bila sekolah
berkarakter baik. menyelenggarakan pendidikan
4. Pendidikan Karakter karakter. Bahkan, sekolah perlu terus
berupaya menjadikan dirinya sebagai
Menurut Lickona (1991:2)
tempat terbaik bagi kaum muda untuk
Pendidikan karakter adalah upaya
mendapatkan pendidikan karakter.
yang dilakukan dengan sengaja untuk
Menurut Koesoema
mengembangkan karakter yang baik
(2007:13) secara historis Pendidikan
berlandaskan kebajikan-kebajikan inti
karakter di sekolah memiliki sejarah
yang secara objektif baik bagi individu
sangat panjang. Hal itu sudah
dan masyarakat. Lickona (1991:31)
dipraktikkan sejak zaman Yunani
mengemukakan bahwa dalam
kuno, yaitu zaman Homeros. Di
paradigma lama, keluarga dipandang
berbagai tempat, pendidikan karakter
sebagai tulang punggung pendidikan
di sekolah mengalami masa pasang dan
karakter. Hal ini bisa dipahami,
surut. Hal itu terjadi seirama dengan
karena pada masa lalu, lazimnya
pergumulan nyata masyarakat di mana
keluarga-keluarga bisa berfungsi
pendidikan itu berlangsung.
sebagai tempat terbaik bagi anak-anak
Pendidikan karakter mendapat
untuk mengenal dan mempraktikkan
perhatian besar terutama dalam
berbagai kebajikan. Para orang tua
masyarakat yang mengalami (dan
biasanya memiliki kesempatan
berupaya bangkit dari) kebangkrutan
mencukupi serta mampu
moral.
memanfaatkan tradisi yang ada untuk
Lickona (1991:12) memberikan
mengenalkan secara langsung berbagai
contoh di Amerika Serikat muncul
kebajikan kepada anak-anak melalui
gerakan nasional pendidikan karakter
teladan, petuah, cerita/dongeng, dan
sejak tahun 1990-an, tak lepas dari
kebiasaan setiap hari secara intensif.
kesadaran berbagai pihak terhadap
Demikianlah, keluarga-keluarga pada
tanda-tanda keruntuhan moral
masa lalu umumnya dapat diandalkan
masyarakat pada umumnya dan
sebagai tulang punggung pendidikan
(khususnya) moral kaum muda.
karakter.
Ketika itu, mereka sangat prihatin
terhadap meningkatnya kejahatan,

105
bunuh diri di kalangan remaja, sosial. Hasil studi beberapa ahli
perceraian, aborsi, kebiasaan menunjukkan bahwa: 1. Remaja yang
menyontek di kalangan siswa, aktif dalam olahraga, penyimpangan
kebiasaan mencuri barang di toko di perilakunya lebih kecil dibandingkan
kalangan remaja, dan lain-lain. Di sisi remaja yang tidak berpartisipasi dalam
lain, banyak orang meyakini bahwa olahraga. 2. Remaja yang terlibat
tanpa kebajikan-kebajikan yang dalam aktivitas fisik lebih memiliki
membentuk karakter yang haik, orang ketahanan dan mampu mengatasi
tak akan bisa sungguh-sungguh hidup stressor dari lingkungannya. 3. Remaja
bahagia dan masyarakat tak akan dapat pada umumnya membutuhkan
berfungsi secara efektif. dukungan sosial, tidak saja dari
Hal serupa kini terjadi di kelompoknya melainkan juga dari
Indonesia. Berbagai pihak kelompok dan institusi lainnya. 4.
menyuarakan tentang pentingnya Remaja yang terlibat aktif dalam
pendidikan karakter (di sekolah). kegiatan olahraga menunjukkan tingkat
Pendidikan karakter dianggap sebagai kepercayaan dirinya (self confidence)
salah satu cara penting untuk lebih tinggi daripada remaja yang tidak
mengatasi kerusakan moral masyarakat aktif terlibat dalam kegiatan olahraga.
yang sudah berada pada tahap sangat Pada akhirnya betapapun baik
mencemaskan. dan mulianya nilai nilai luhur yang
Pendidikan karakter jelas sangat terkandung dalam olahraga yang
penting bagi kaum muda. Kita tahu, sejatinya juga merupakan nilai nilai
kondisi kehidupan moral kaum muda yang ada dalam kehidupan sehari hari,
kita makin mencemaskan. Terutama, tidak akan mempunyai makna apa pun
berkaitan dengan meluasnya perilaku jika tidak diaktualisasikan dan
menyimpang di kalangan kaum muda, diimplementasikan dalam kehidupan
seperti: mencontek, mengkonsumsi nyata. Oleh sebab itu yang penting
narkoba, tindakan kekerasan, adalah kemauan dari setiap individu
pornografi, seks bebas, tak acuh pada untuk memulai hidup dengan baik
sopan santun, dan lain-lain. yang dilandasi oleh nilai-
Sehingga jelas, mengapa kini nilaikeutamaan dan didukung oleh
banyak orang menginginkan agar keteladanan para pemimpin seperti
sekolah makin peduli pada pendidikan orangtua, guru, pemuka masyarakat
karakter. Itu karena pendidikan dan kepala pemerintahan dari tingkat
karakter ibarat sauh yang membuat kita yang terendah sampai tertinggi. Para
semua punya alasan kuat untuk tetap pemimpin harus memberikan teladan
memiliki harapan dan sikap optimis yang baik, apa yang diucapkan harus
bahwa masyarakat yang lebih baik berbanding lurus dengan apa yang
akan terwujud kelak di kemudian hari. dilakukan.
Beberapa hasil penelitian juga Sungguh bukan pekerjaan yang
menunjukkan adanya pengaruh mudah, namun dengan adanya
aktivitasa olahraga terhadap dimensi komitmen (political will dan political
pribadi, seperti konsep diri, stress, action) dari semua pihak tidak ada
penyimpangan perilaku dan integrasi barang yang tidak mungkin di dunia

106
ini. Dengan didukung oleh semua pengembangan dan penanaman moral
pihak dan disertai dengan visi dan misi serta pembentukan karakter melalui
yang sama, mudah mudahan tekad olahraga adalah dengan menjadikan
untuk menjadikan olahraga sebagai aktivitas olahraga sebagai icon and
instrumen untuk membangun nilai dan character building. Hal tersebut
karakter bangsa dapat menjadi seiring dengan perkembangan dunia
kenyataan. yang semakin kompleks dan syarat
akulturasi.
5. Olahraga dan Karakter
SIMPULAN
Dalam dunia olahraga, perlu
dikembangkan budaya sinergis Pendidikan jasmani olahraga
berbagai unsur yang berkarakter, mempunyai peran yang sangat penting
antara lain sinergis dari lembaga untuk pelaksanaan internalisasi nilai-nilai
pendidikan (perguruan tinggi), olahraga. Internalisasi nilai-nilai olahraga
lembaga pemerintahan, stake- dapat dilakukan melalui beberapa strategi
holder, dan unsur lainnya. Pencapaian antara lain : a. Menyusun Peraturan Kelas
prestasi merupakan salah satu Olahraga(Sport Class Rules), 2) Diskusi
perwujudan dari pilar olahraga kelas penyusunan peraturan kelas,
prestasi. Tiga pilar atau tripilar yang 3)Internalisasi Nilai-nilai Olahraga melalui
telah disebutkan diatas sebagai Pembiasaan, 4) Integrasi Nilai-nilai
penyangga pencapaian prestasi, Olahraga melalui Materi Pembelajaran, 5)
kebugaran dan pendidikan anak Internalisasi Nilai-nilai Olahraga melalui
bangsa yang berkarakter terdiri dari Keteladanan. Di samping itu,
pengembangan olahraga prestasi, pembangunan olahraga juga dijadikan
olahraga rekreasi, dan olahraga sebagai alat untuk memperlihatkan
pendidikan. Filosofis Ilmu Padi eksistensi bangsa melalui pembinaan
merupakan salah satu perwujudan prestasi yangsetinggi-tingginya.
pembentukan karakter olahraga Keberhasilan internalisasi nilai-nilai
dimana semakin tinggi prestasi yang olahraga untuk membentuk karakter siswa
diraih namun tetap menunduk dan sangat tergantung pada peran guru.
tidak sombong dan tetap santun. Semoga melalui kontribusi guru dalam
internalisasi nilai-nilai olahraga prestasi
Sebagai fenomena sosial dan olah raga nasional akan meningkat bahkan
kultural, olahraga tidak bisa bisa muncul di permukaan internasional.
melepaskan dari ikatan moral
kemodernan yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Penerimaan eksistensinya secara
Ary Ginanjar. (2008)! `Pembentukan Habit
sosiologis dijamin oleh
menerapkan Nilai-nilai religius, Sosial,
kemampuannya dalam menyesuaikan
dan Akademik`, 29 -31 Juli 2008.
diri dengan pasar, atau sebaliknya,
Semiloka Pendidikan Karakter.
pasar yang akan menjadikannya
Yogyakarta: UNY
sebagai sasaran ekstensifikasinya.
Langkah stratgeis untuk

107
Aip Syarifuddin dan Muhadi. (1992). Education and Sport, 12th ed. St. Louis,
Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Missouri: Mosby-Year Book, Inc.
Jakarta: Depdikbud.
Whitehead, M. (2001). The Concepts of
Lickona, T. 1991. Educating for Character. Physical Literacy. The British Journal of
New York: Bantam Books Teaching Physical Education, Spring
2001: 6-8.
Merie Helen. 2002. The Olympic Games.
Salt Lake City: Departement of ------. 2006. Values Education for
Communication. Australian Schooling: Well played!
Commonwealth of Australia
Maksum, A. 2007. Psikologi Olahraga:
Teori dan Aplikasi. Surabaya: Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Surabaya. ncoli, D.C. 2001. Olahraga (Edisi ke-5,
Maksum, A. 2005. Olahraga Membentuk
Jurnal, Prosiding, Majalah, dan/atau
Karakter: Fakta atau Mitos. Jurnal Ordik,
Buletin
Edisi April Vol. 3, No. 1/2005.
Doni, D., Hasan, L., dan Suhendi, E. 2010.
Maksum, A. 2002. Reaktualisasi Gagasan . Berkala Olahraga, 13 (1): 39
Baron Pierre de Coubertin dalam Konteks 44.
Olahraga Kekinian: Mengkaji Ulang Hasil Jurnal Online
Akademi Olimpik ke-5 di Kuala Lumpur, Indra, J., Yetty, K., Ananda, N., Made, R.,
1-5 April 2002.Siedentop, D. 1994. & Lutfi, T. 2012. "Surveying Thai
Physical Education Introductory Analysis. Freshmen Science Students
New York: Wn. C. Brown Company Background Knowledge of Basic
Publiser Properties of Laser Beam". Lat.
Am. J. Phys. Educ. Vol. 6, No. 2,
Renstra Depdiknas Tahun 2005 2009,
June 2012. laman web:
2005: 15).
http://www.journal.lapen.org.mx/ju
Sukintaka. (2004). Teori Pendidikan -
Jasmani: FHosofi, Pembelajaran dan Masa ne12/LAJPE_643_Tanamatayarat.p
Depan. Bandung: Penerit Nuansa. df [diakses 6 Desember 2012].
Wuest, Deborah A., and Bucher, Charles
A. (1995). Foundations of Physical

108
PengaruhLatihanRope Jump 10, 20, Dan 30 DetikDenganInterval Training 1:3
TerhadapPowerOtotTungkai Dan Kelincahan

Yuyun Dwi Astyorini (PPs, UniversitasNegeri Surabaya)


Email: yoe_enz@yahoo.com

ABSTRAK

Katakunci:Latihan,Rope Jump, PowerOtotTungkai dan Kelincahan


Penelitianinibertujuanuntukmenganalisistentang: (1)pengaruh latihan rope jump 10
detik dengan interval training 1:3 terhadap peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan,
(2) pengaruh latihan rope jump 20 detik dengan interval training 1:3 terhadap
peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan, (3)pengaruh latihanrope jump 30 detik
dengan interval training 1:3 terhadap peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan, (4)
perbedaan pengaruh antara latihan rope jump 10, 20, dan 30 detik dengan interval training
1:3 terhadap peningkatanpower otot tungkai dan kelincahan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu.
Populasi penelitianiniadalah mahasiswa putra IKOR angkatan 2015 denganjumlahsampel
penelitian sebanyak 40 orang.Proses pengambilan data power otot tungkai menggunakan tes
jump DF dan kelincahan menggunakan TLBZ pada saat pretest dan posttest. Analisis data
pada penelitian ini menggunakan ANOVA. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 21.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwa: (1) latihan rope jump 10 detik dengan metode
interval training 1:3 dapat meningkatkanpower otot tungkai sebesar 28,58% dan kelincahan
sebesar -0,97%, (2) latihan rope jump 20 detik dengan metode interval training 1:3 dapat
meningkatkanpower otot tungkai sebesar 35,02% dan kelincahan sebesar -1,42%, (3) latihan
rope jump 30 detik dengan metode interval training 1:3 dapat meningkatkanpower otot
tungkai sebesar 40,28% dan kelincahan sebesar -1,91%, dan (4) latihan Rope Jump 30 detik
dengan interval training 1:3 merupakan latihan yang paling efektif untuk meningkatkan
power otot tungkai dan kelincahan pada mahasiswa putra IKOR angkatan 2015 Universitas
Negeri Surabaya.

PENDAHULUAN atau mengembangkan kemampuan


Latihan merupakan suatu dan keterampilan yang dimiliki oleh
proses yang direncanakan dalam seorang atlet, yang mana mempunyai
berbagai macam tahap serta target dan tujuan yaitu untuk
dilaksanakan secara berkelanjutan mencapai suatu perubahan ke arah
yang pada prinsipnya latihan yang lebih baik dan tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan untuk kebugaran saja akan tetapi
kualitas fisik serta meningkatkan untuk menyempurnakan

109
keterampilan yang dimiliki serta merupakan faktor yang harus
meningkatkan kualitas fisik atlet dimiliki setiap atlet.
sehingga atlet dapat tampil dengan Dari komponen-komponen
baik dalam setiap kegiatan-kegiatan kesegaran jasmani di atas peneliti
olahraga termasuk pada saat ingin fokus pada daya ledak atau
pertandingan dilaksanakan. Menurut powerotot tungkai dan kelincahan
Budiwanto (2012:16) latihan adalah dengan memberikan bentuk latihan
proses melakukan kegiatan olahraga yang dipakai untuk meningkatkan
yang dilakukan berdasarkan program power otot tungkai dan kelincahan.
latihan yang disusun secara Daya ledak merupakan kemampuan
sistematis, bertujuan untuk otot bekerja dengan cepat dan
meningkatkan kemampuan atlet mendadak, ini biasa dilakukan oleh
dalam upaya mencapai prestasi yang pelari jarak pendek dan olahraga
semaksimal mungkin, terutama yang membutuhkan gerakan-gerakan
dilaksanakan untuk cepat dan mendadak, Roesdiyanto
dan Budiwanto (2008: 139). Daya
persiapan menghadapi suatu ledak merupakan suatu unsur
pertandingan. diantara unsur-unsur komponen
Kondisi fisik merupakan kondisi fisik yaitu kemampuan
suatu kesatuan utuh dari komponen- biomotorik manusia, yang dapat
komponen yang tidak dapat ditingkatkan sampai batas-batas
dipisahkan, baik peningkatannya tertentu dengan melakukan latihan-
maupun pemeliharaannya. Kondisi latihan tertentu yang sesuai dengan
fisik memiliki peranan yang dominan cabang olahraga, diantaranya
dalam peningkatan performa atau beberapa cabang olahraga yang
prestasi atlet khususnya pada cabang- membutuhkan daya ledak otot
cabang olahraga pertandingan. tungkai adalah bolavoli, basket,
Disamping itu, keberadaan kondisi bulutangkis, serta beberapa cabang
fisik yang baik akan memberikan olahraga bela diri. Kelincahan adalah
kontribusi positif pada atlet dalam kemampuan mengubah arah atau
penguasaan teknik dan taktik dalam posisi badan secara cepat dan
olahraga. Latihan fisik bertujuan melakukan gerakan lanjutan yang
untuk meningkatkan fungsi potensial lain, Budiwanto (2012: 39).
yang dimiliki atlet dan Latihan plyometric
mengembangkan kemampuan merupakan peregangan reflek untuk
komponen-komponen biomotoriknya memfasilitasi rekruitmen dari motor
sehingga dapat mencapai suatu unit, kontraksi eccentric
tujuan. Menurut Budiwanto (2012: dimaksudkan untuk membentuk
4), kondisi fisik yang prima energi elastik dan kontraktil
komponen otot saat meregang,

110
langsung diikuti kontraksi concentric sebelumnya latihan rope jump
(Kusnanik, dkk, 2011). Metode dilakukan selama 30 detik dan dapat
pelatihan plyometric saat ini meningkatkan power otot tungkai
merupakan metode yang paling dan kelincahan. Sehingga peneliti
sering digunakan oleh pelatih dalam ingin mendapatkan bukti empiris
memberikan pelatihan di berbagai lebih efektif latihan anaerobik
cabang olahraga, pada awalnya dengan sumber energi ATP-PC atau
bentuk pelatihan ini hanya digunakan ATP-PC-LA yang lebih dominan
pada cabang olahraga atletik saja. digunakan dalam latihan rope jump.
Sejarah pelatihan ini dimulai tahun Chu dan Myer (2013)
1960 Yuri Veroshanki pelatih atletik menyatakan in medium intensity a
asal Rusia yang menggunakan work to rest ratio of 1:3 to 1:5 is
metode pelatihan plyometric pada recommended to ensure that the
atletnya dan mengalami kesuksesan athlete gets enough rest for proper
besar dipertandingan. Tetapi seiring execution of the exercise, secara
perkembangan zaman hampir semua singkat dijelaskan bahwa dalam
cabang olahraga menggunakan melakukan latihan intensitas sedang
bentuk latihan plyometric terutama untuk rasio 1:3 sampai 1:5
untuk meningkatkan kekuatan, dianjurkan untuk memastikan bahwa
kecepatan dan power. Power otot atlet mendapat cukup istirahat untuk
menurut (Kusnanik dkk, 2011: 125) pelaksanaan yang tepat dari latihan.
didefinisikan sebagai hasil kali dari Berdasarkan penjelasan
kekuatan (force) dan kecepatan tersebut, peneliti ingin mengetahui
(velocity). bentuk latihan plyometric rope jump
Latihan rope jump dalam dengan waktu latihan berapa detik
peranannya dapat diklasifikasikan ke dan seberapa besar pengaruh latihan
dalam predominan anaerobik tersebut yang diberikan pelatih
maupun predominan aerobik kepada atletnya dalam program
berdasarkan waktu sesi latihan, jika latihan plyometric jika menggunakan
latihan kurang dari 2 menit maka rest ratio 1:3. Atas dasar hal tersebut,
termasuk predominan anaerobik, jika penulis tertarik dan terdorong ingin
latihan berlangsung lebih dari 2 melakukan penelitian terfokus pada
menit maka termasuk predominan power otot tungkai dan kelincahan
aerobik. Penggunaan ATP menjadi dengan menggunakan latihan rope
energi sesuai dengan rancangan jump 10, 20, dan 30 detik dengan
menu program latihan dalam interval training 1:3, peneliti ingin
Sukadiyanto (2011) menyebutkan mengkaji dan mendapatkan bukti
bahwa penggunaan energi yang empiris apakah latihan rope jump 10
bersumber dari ATP-PC yaitu 10 dan detik, 20 detik, dan 30 detik dengan
20 detik, sedangkan dalam penelitian interval training 1:3 bisa

111
meningkatkan power otot tungkai lama maka diperlukan Phospo
dan kelincahan. Oleh sebab itu dalam Creatin (PC) yang mampu
penelitian ini peneliti ingin meneliti memperpanjang kerja selama kira-
latihan rope jump dengan interval kira 10 detik. Phospocreatin juga
waktu yang berbeda untuk merupakan senyawa kaya energi
mendapatkan hasil yang optimal dari yang berkaitan erat dengan ATP.
latihan rope jump. Didalam otot menyimpan sejumlah
ATP dan PC dalam jumlah sedikit
KAJIAN PUSTAKA secara kolektif yang disebut
Setiap jenis aktivitas fisik, phospagen.
terutama dalam olahraga selalu Menurut Sukadiyanto
menuntut penggunaan dan (2011:37), jumlah ATP-PC didalam
pengeluaran energi untuk kerja otot wanita sebesar 0,3 mol dan
sehingga diperlukan ketersediaan untuk laki-laki sebesar 0,6 mol.
energi secara khusus. Dalam Dengan demikian jumlah energi yang
melakukan aktifitas olahraga, tubuh tersedia bila menggunakan sistem
melakukan metabolisme dalam ATP-PC sangat terbatas. Untuk itu
rangka menyediakan energi dalam apabila kerja otot masih berlangsung
bentuk ATP yang digunakan untuk lama lagi, maka kebutuhan energi
melakukan setiap gerakan. yang diperlukan dipenuhi oleh
Berdasarkan penggunaan oksigen sistem glikolisis atau asam laktat
dalam penyediaan energinya, sistem (glikolisis anaerob). Sistem ini akan
energi dibagi menjadi dua yaitu mampu memerpanjang kerja sampai
sistem aerobik dan anaerobik. denggan 120 detik.
Sistem energi yang digunakan Metode latihan interval
pada pelatihan ini adalah sistem merupakan metode yang paling tepat
energi anaerobik. Sistem energi untuk meningkatkan kualitas fisik
anaerobik adalah serentetan proses para olahragawan (Sukadiyanto dan
kimiawi yang tidak memerlukan Muluk, 2011:73). Fox, Bowers dan
adanya oksigen. Pada setiap awal Foss (dalam Roesdiyanto dan
kerja otot, kebutuhan energi dipenuhi Budiwanto, 2008:98) menerangkan
oleh persediaan ATP yang terdapat bahwa latihan interval adalah suatu
dalam sel otot, ATP merupakan sistem latihan fisik yang mana fisik
senyawa kaya energi sehingga dibebani dengan periode sela yang
merupakan bentuk energi kimia yang cukup. Latihan interval adalah
siap pakai untuk aktivitas otot yang latihan yang diselingi dengan
pertama kali, namun hanya mampu pemberian beban latihan dengan
menopang kerja selama 5 detik bila waktu istirahat. Dalam latihan
tidak ada sistem energi lain. Agar interval bisa dilakukan dengan
kerja otot dapat berlangsung lebih intensitas tinggi maupun intensitas

112
rendah tergantung dari kebutuhan membutuhkan gerakan-gerakan cepat
kondisi fisik yang diinginkan dan mendadak (Roesdiyanto dan
(Hariyanto, 2010: 41). Latihan fisik Budiwanto, 2008:139). Power
yang dilakukan berulang-ulang dan memegang peranan penting saat atlet
diselingi waktu istirahat atau periode melakukan unjuk kerja yang
pemulihan. dilakukan sesingkat dan sebaik
Latihan interval adalah suatu mungkin.
latihan yang diselang-seling antara Kelincahan merupakan salah
pemberian beban latihan dengan satu unsur kondisi fisik yang
waktu istirahat. Latihan interval berperan penting pada masing-
dapat dilakukan dalam intensitas masing cabang olahraga. Menurut
tinggi maupun rendah, tergantung Foran dalam Budiwanto (2012:40)
dari kebutuhan kondisi fisik yang kelincahan merupakan puncak
ingin dicapai. Menurut Fox, Bowers kemampuan fisik seorang atlet, jika
dan Foss (dalam Roesdiyanto dan dikaitkan dengan sistem koordinasi,
Budiwanto, 2008:98) menjelaskan kelincahan merupakan kemampuan
beberapa keuntungan sistem latihan seorang atlet mereaksi terhadap
interval sebagai berikut: 1) Teliti rangsangan, mampu melakukan start
dalam mengontrol ketegangan. 2) dengan cepat dan efisien, bergerak
Sebagai pendekatan sistematis hari dengan benar, selalu siap untuk
demi hari, memungkinkan mudah mengubah atau berhenti secara cepat
dalam mengamati kemajuan. 3) untuk bermain dengan cepat, lembut,
Lebih cepat memperbaiki energi efektif dan dapat melakukan
potensial daripada metode latihan berulang-ulang.
kondisi yang lain. 4) Program latihan Rope jump atau disebut juga
ini dapat dilaksanakan dimanapun dengan lompat tali adalah salah satu
dan tidak memerlukan peralatan jenis aktivitas fisik yang memiliki
khusus. Berikut adalah program banyak manfaat dan mudah
latihan interval yang sesuai dengan dilakukan serta sangat praktis
sistem energi menurut Fox, Bowers, dilakukan untuk mendapatkan tubuh
dan Foss (dalam Sukadiyanto dan sehat dan segar. Rope jump adalah
Muluk, 2011:74) salah satu dari bentuk latihan
Power atau daya ledak adalah plyometric yang digunakan untuk
komponen kondisi fisik dalam meningkatkan kondisi fisik terutama
olahraga yang sangat penting di yang mengarah pada kemampuan
setiap cabang olahraga. Power (daya daya ledak (Hannam S. dalam
ledak) merupakan kemampuan otot Hariyanto 2010). Latihan rope jump
bekerja dengan cepat dan mendadak, atau sering disebut juga lompat tali
ini biasa dilakukan oleh pelari jarak merupakan aktivitas fisik yang dapat
pendek dan olahraga yang digunakan untuk membakar lemak

113
dan membentuk tubuh menjadi lebih T21 : Kelompok 1 Posttest pretest
ramping dan ideal, karena lompat tali rope jump 30 detik
akan membuat seluruh tubuh akan T22 : Kelompok 1 Posttest pretest
bergerak, sehingga setelah latihan rope jump 20 detik
lompat tali akan merasakan T23 : Kelompok 1 Posttest pretest
dampaknya pada otot bahu, rope jump 10 detik
punggung dan otot betis.
Populasi dan Sampel
METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini
Penelitian ini jenis kuantitatif yaitu mahasiswa FIK Universitas
dengan metode quasi eksperimen Negeri Surabaya jurusan pendidikan
(ekspermen semu). Rancangan kesehatan dan rekreasi angkatan
penelitian menggunakannon- 2015 berjumlah 160 mahasiswa, rata-
randomize group pretest-posttest rata usia 18-20 tahun, dan berjenis
kelamin laki-laki.
T11 X1 T21 Sampel dalam penelitian
T12 X2 T22 ini adalah mahasiswa putra aktif
R jurusan IKOR Universitas Negeri
T13 X3 T23
Surabaya angkatan 2015
T14 - T24 sebanyak 40 orang. Teknik
design(Maksum, 2012: 43). pengambilan sampel dalam
Tabel Desain Penelitian penelitian ini dengan menggunakan
(Maksum, 2012: 48) simple random sampling.Penentuan
Keterangan: pengelompokan sampel dilakukan
R : Random secara ordinal pairing atau
T11 : Kelompok 1 pretest rope disesuikan peringkat dari hasil
jump 30 detik pretest.
T12 : Kelompok 2 pretest rope
jump 20 detik Tempat dan Waktu Penelitian
T13 : Kelompok 3 pretest rope Penelitian ini dilaksanakan di
jump 10 detik Gor BimaFakulatas Ilmu
X1 : Latihan power otot tungkai Keolahragaan UNESA, selama 8
dan kelincahan minggu dari bulanFebruari April
X2 : Latihan power otot tungkai 2016, dengan rincian 8 minggu untuk
dan kelincahan perlakuan (treatment) dengan
X3 : Latihan power otot frekuensi 24 kali pertemuan yang
tungkaidan kelincahan dilaksanakan 3 kali dalam seminggu.
- : Latihan Konvensional
(tanpa diberi perlakuan)

114
Instrumen Penelitian Tabel Hasil Uji Normalitas Data
Instrumen penelitian dalam Variabel Terikat
penelitian ini adalah tes power otot
Kel. Kel. Kel. Kel.
tungkai dengan menggunakan alat Variabel Tes I II III IV Status
Jump DF dan tes kelincahan t

menggunakan Tes Lari Berkelok


Sig Sig Sig Sig
seperti huruf Z (TLBZ).
0.68 0.95 0.99
Pre 0.982 Normal
6 5 2
Teknik Analisis Data Power
Pos
Sesuai dengan hipotesis dan t 0.803
0.58 0.91 0.80 Normal
1 2 3
jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini, maka analisis Pre
0.934
0.86 0.99 0.96 Normal
2 8 2
statistik yang digunakan adalah uji Kelin-
cahan
prasarat data normalitas dan pos 0.84 0.99 0.97 Normal
0.941
homogenitas, kemudian dilanjutkan t 7 7 8

dengan uji-t paired sample test dan


Analisis of Varians (Anova) dengan Berdasarkan tabel di atas
taraf signifikansi 5 %. Proses menunjukkan bahwa perolehan data
tersebut di atas akan dari variabel terikat yaitu
dilaksanakanmenggunakan program keseimbangan memiliki makna
Statistical Product and Service bahwa data berdistribusi normal. Hal
Solution (SPSS) 21.0. ini bisa dilihat dari nilai sig (p) dari
setiap kelompok lebih besar dari
Variabel Test Sig (p) Ket Status 0.05. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa data diambil dari
populasi yang berdistribusi normal.
Pretes 0.201 p > 0,05 Uji Homogenitas
Homogen
Power t
Hasil SPSS 21.0 untuk
Postte 0.113 p > 0,05 perhitungan homogenitas data seperti
Homogen
st
Pretes pada tabel di bawah ini.
0.993 p > 0,05 Homogen
t
Kelincahan
Poste
0.973 p > 0,05 Homogen Tabel Hasil Uji Homogenitas
st
Varians
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan tabel di atas
Uji Normalitas
menunjukkan bahwa perolehan data
Hasil perhtungan dengan
variabel terikat yaitu keseimbangan
SPSS 21.0 untuk melihat normal
memiliki varians data yang
tidaknya data bisa dilihat dalam tabel
homogen. Hal tersebut bisa dilihat
4.6 di bawah ini.
dari nilai signifikansi dari setiap data

115
lebih besar dari taraf signifikansi variance. Untuk menganalisis data
(p>0.05). Sehingga dapat dapat menggunakan analysis of variance,
disimpulkan bahwa varians pada data kelompok kontrol diuji secara
setiap kelompok adalah sama atau bersama-sama dengan kelompok
homogen. eksperimen. Anova digunakan untuk
Pengujian Hipotesis menguji perbedaan hasil selisih dari
Untuk menjawab hipotesis Kelincahan thitung
Sig. (2-
Ket
tailed)
yang telah diajukan, maka uji analisis Post-pre
Kelompok 7.816
yang dipergunakan dalam penelitian Treatment
power
0,00 Signifikan
Post-pre
ini adalah uji beda rerata (uji beda 1
kelincahan
-50.695
mean) dengan menggunakan analisis Kelompok
Post-pre
4.300
power
uji-t paired t-test. Nilai yang Treatment O,02 Signifikan
Post-pre
2 -43.862
digunakan dalam penghitungan uji-t kelincahan
paired t-test adalah nilai pretest dan Post-pre
Kelompok 7.964
power
posttest dari masing-masing Treatment 0,00 Signifikan
Post-pre
3 -20.804
kelompok (kelompok I, kelompok II, kelincahan
Post-pre
kelompok III, dan kelompok 1.550
Kelompok power
0,00 Signifikan
kontrol), dengan penyajian datanya Kontrol Post-pre
-6.000
kelincahan
hasil perhitungan uji-t paired t-test
variabel terikat (power dan
adalah sebagai berikut:
kelincahan) dalam kelompok yang
Tabel Uji beda variabel terikat
didasarkan pada variabel bebas.
pada kelompok eksperimen I, II,
Hasil pengujian dapat dilihat pada
III, danKontrol
tabel di bawah ini.
Dari tabel di atas
Tabel Analysis Of Varians
menunjukkan bahwa nilai sig pada
Variabel F Sig. (2-
kelompok I, II, III memiliki taraf
tailed)
signifikansi sehingga ketiga
Power 1.862 0.000
kelompok treatment memiliki
Kelincahan 405.164 0.000
pengaruh yang signifikan, sedangkan
Berdasarkan tabel di atas, dapat
kelompok kontrol memiliki pengaruh
dilihat bahwa nilai sig sebesar 0,000,
tapi tidak terlalu besar seperti
dengan kata lain p<0,05. Sehingga
kelompok treatment.
dapat ditarik kesimpulan bahwa
Hasil Uji beda Variabel Dependent
terdapat perbedaan pengaruh
Antar Kelompok
terhadap variabel terikat (power dan
Untuk mengetahui perbedaan
kelincahan) antara empat kelompok.
variabel dependent antar kelompok
Apabila sudah terdapat perbedaan
digunakan analisis varians. Oleh
pengaruh antar kelompok, maka
karena itu langkah selanjutnya untuk
analisis data dilanjutkan pada tahap
mengolah data dalam penelitian ini
uji post hoc multiple comparasitions
adalah menggunakan analysis of
dengan menggunakan analisis Least

116
Significant Difference (LSD) dalam mean peningkatan power otot
SPSS 21.0, untuk mengetahui tungkai dari pots-test ke pre-
variabel bebas (independent) mana test sebesar 195,61 joule/detik
yang memberikan pengaruh secara dan kelincahan sebesar -0,09
signifikan terhadap variabel terikat detik, atau dengan kata lain
(dependent). Hasil dari uji post hoc peningkatan power otot tungkai
dengan LSD untuk variabel setelah diberi perlakuan rope
keseimbangan dapat dilihat pada jump 10 detik sebesar 40,28%
tabel di bawah ini. dan kelincahan -1,91%.
B. Pengaruh program latihan
Tabel Hasil Uji Post Hoc dengan plyometric rope jump 20 detik
LSD terhadap peningkatan power
Mean
Berdasarkan tabel di atas Signifikan
Kelompok Differe
menunjukkan bahwa adanya (p)
nce
perbedaan yang signifikan diatara Treatment Treatment 2 39,13 0,01
1 Treatment 3 39,13 0,00
lima kelompok. Perbedaan tersebut
Kontrol 109,60 0,00
dapa dilihat dari mean difference,
Treatment Treatment 1 -39,13 0,00
sehingga dapat dikatakan bahwa 2 Treatment 3 0,00 0,00
terdapat perbedaan pengaruh Kontrol 70,49 0,00
terhadap keseimbangan antar Treatment Treatment 1 -39,13 0,00
3 Treatment 2 0,00 0,00
kelompok eksperimen. Dari data
Kontrol 70,49 0,00
mean difference tersebut terlihat Kontrol Treatment 1 -109,60 0,00
bahwa kelompok I lebih optimal Treatment 2 -70,49 0,01
meningkatkan power dan kelincahan Treatment 3 -70,49 0,00
dari pada kelompok lainnya. Dengan otot tungkai dan kelincahan
demikian latihan plank dapat Kelompok latihan rope
meningkatkan keseimbangan secara jump 20 detik setelah diberi
optimal. perlakuan mengalami
DISKUSI HASIL PENELITIAN peningkatan power otot tungkai
A. Pengaruh program latihan dan kelincahan, dapat dilihat
plyometric rope jump 30 detik dari dekriptif data penelitian
terhadap peningkatan power mean peningkatan power otot
otot tungkai dan kelincahan tungkai dari post-test ke pre-
Kelompok latihan rope test sebesar 166,2 joule/detik
jump 30 detik setelah diberi dan kelincahan -0,07 detik,
perlakuan mengalami atau dengan kata lain
peningkatan power otot tungkai presentase peningkatan power
dan kelincahan, dapat dilihat otot tungkai setelah diberi
dari dekriptif data penelitian perlakuan rope jump 20 detik

117
sebesar 35,02% dan kelincahan yakni sebesar 19,52% dan
-1,42%. kelincahan -0,17%.
C. Pengaruh program latihan Dari hasil penelitian yang
plyometric rope jump 10 detik didapatkan dan didukung penelitian
terhadap peningkatan power sebelumnya menunjukkan
otot tungkai dan kelincahan peningkatan power otot tungkai dan
Kelompok latihan rope kelincahan sebagai akibat pemberian
jump 10 detik setelah diberi program pelatihan plyometric rope
perlakuan mengalami jump 10, 20, dan 30 detikyang
peningkatan power otot tungkai diterapkan dengan prinsip-prinsip
dan kelincahan, dapat dilihat latihan dan disesuaikan dengan
dari dekriptif data penelitian kebutuhan atlet. Khususnya, aspek
mean peningkatan power otot pemberian program latihan dalam
tungkai dari post-test ke pre- rangka peningkatan power otot
test sebesar 156,48 joule/detik tungkai dan kelincahan pada
dan kelincahan -0,04 detik atau mahasiswa ikor. Dengan demikian
dengan kata lain presentase dapat disimpulkan untuk
peningkatan power otot tungkai meningkatkan power otot tungkai
setelah diberi perlakuan rope dan kelincahan pada atlet mahasiswa
jump 30 detik sebesar 28,58 ikor dapat diberikan program latihan
dan kelincahan -0,97%. plyometric khsusunya rope jump 10,
D. Pengaruh program latihan 20, dan 30 detik dengan metode
konvensional (kelompok interval training 1:3.
kontrol) terhadap peningkatan
power otot tungkai dan PENUTUP
kelincahan C. Kesimpulan
Kelompok latihan Berdasarkan hasil penelitian
konvensional (kelompok dan pembahasan yang diuraikan
kontrol) setelah perlakuan pada bab-bab sebelumnya, maka
(diluar kendali/ kontrol peneliti) dapat ditarik beberapa kesimpulan
tidak terlalu mengalami sebagai berikut :
peningkatan power otot tungkai 1. Terdapat pengaruh yang
dan kelincahan yang tinggi, signifikan program latihan
dapat dilihat dari deskriptif data rope jump 10 detik dengan
penelitian mean post-test ke pre- interval training 1:3 terhadap
test hanya sebesar 86,01 power otot tungkai dan
joule/detik dan kelincahan -0,01 kelincahan.
detik, atau dengan kata lain 2. Terdapat pengaruh yang
peningkatan power otot tungkai signifikan program latihan
pada kelompok ini relatif kecil rope jump 20 detik dengan

118
interval training 1:3 terhadap dijalani dapat berjalan lancar
power otot tungkai dan dan mendapatkan hasil yang
kelincahan. semaksimal mungkin.
3. Terdapat pengaruh yang 3. Metode latihan rope jump 30
signifikan program latihan detik dengan interval training
rope jump 30 detik dengan 1:3dapat direkomendasikan
interval training 1:3 terhadap dan diterapkan dalam
power otot tungkai dan program latihan untuk
kelincahan. meningkatkan power otot
4. Terdapat perbedaan pengaruh tungkai dan kelincahan.
antara latihan rope jump 10,
20, dan 30 detik terhadap DAFTAR PUSTAKA
power otot tungkai dan Ambarukmi, D.H., Pasurney. P.,
kelincahan.Latihan rope jump Sidik. D.Z., Irianto. D.P.,
30 detik dengan interval Dewanti. R.A., Sunyoto.,
training 1:3 memberikan Sulitiyanto. D., Harahap.,
pengaruh lebih baik dari M.Y., 2007. Pelatihan Fisik
latihan rope jump 10, 20 detik Level 1. ASDP
dengan interval training Pengembangan Tenaga dan
1:3dan kelompok kontrol Pembina Olahraga:
terhadap peningkatan power KEMENEGPORA
otot tungkai. Arikunto, S. 2010.Prosedur
Penelitian, Jakarta: PT. Rineka
D. Saran
Berdasarkan hasil Cipta.
penelitian yang telahdiuraikan, Bilge Murat. 2013. Interval
maka saran yang dapat Training Specific to Handball
disampaikan antara lain: and Training Programme
1. Perlu penelitian lebih lanjut Designs. World Applied
mengenai latihan plyometric Sciences Journal 25 (7):
khususnya latihan rope jump 1066-1077. Department of
10, 20, dan 30 detik dengan Coaching Education, the
kondisi sampel yang berbeda. School of Physical Education
2. Bagi para pelatih, agar dalam and Sport,K r kkale
menyusun program latihan University, K r kkale, Turkey.
harus memperhatikan Bompa, T. O. & Haff, G. Gregory.
karakteristik kemampuan 2009. Theory and Methology
setiap atlet sehingga atlet of training (Fifth edition).
mampu melaksanakan United State of America :
program latihan tersebut, dan Human Kinetic.
sehingga proses latihan yang Bubanj,S., Stankovic, R., Bubanj, R.,
Dimic, A., Bednarik, J.,

119
Kolar,E. 2010.,One-leg vs Elsayed, M. Dan El, A. M. 2012.
Two-legs Vertical Jumping Effect of Plyometric
Performance. Physical Training on Specific Physical
Education and Sport Vol. 8, Abilities in Long Jump
No 1, pp. 89 95 Athletes. Word Journal of
Budiwanto, Setyo. 2012. Metodologi Science, 7 (2): 105-108.
Latihan Olahraga. Malang: UM Fox, EL. Bowers, RW. & Foss, ML.
Press 1993. The Physiological
Cahyani, Sugianingtyas, N. 2015. Basic of Physical Education
Pengaruh Latihan Rope Jump and Atheletics. Philadelphia.
dan Squat Jump Terhadap New York: Saunders College
Daya Tahan dan Power Otot Publishing.
Tungkai. Tesis. Surabaya: Gibala et all, 2012. Physiological
Universitas Negeri Surabaya adaptations to low-volume,
Chu, D, A, and Myer, G, D. 2013. high-intensity interval
Plyometrics. United State of training in health and
America: Human Kinetic. disease, The Journal
Chelly,M.S.,Ghenem,M.A,.Abid,K., Physiology, Mc Master
Hermassi,S.,Tabka,Z., and University, 1280 Main Street
Shephard.R.J, 2010. Effects West, Hamilton, Ontario, L8S
of In-Season Short-Term 4KI Canada.
Plyometric Training Program Hariyanto, Agus. 2010. Pengaruh
on Leg Power, Jump- and Pelatihan Box Jump, Squat
Sprint performance of Soccer Thrust, dan Rope Jump
Players. Journal of Strength dengan Metode Interval
and Conditioning Research. Training terhadap Power,
24(10)/26702676. Kelincahan dan Kecepatan
Darmawan, Deni. 2013. Metode Reaksi. Disertasi. Surabaya:
Penelitian Kuantitatif. Universitas Negeri Surabaya
Bandung : PT. Remaja Harsono. 2007. Teori dan metodologi
Rosdakarya pelatihan. Bandung : sekolah
Darren E.R. Warburton et all, 2005. Pasca Sarjana Program
Effectiveness of High- Magister Universitas
Intensity Interval Training Pendidikan Indonesia
For the Rehabilitation of Hartono, Soetanto. 2007. Anatomi
Patients With Coronary Dasar dan Kinesiology.
Artery Disease. The Surabaya: Unesa University
American Journal of Press.
Cardiology, Vol. 95 1 May Imanudin, I. 2008. Ilmu
2005 pp 1080-1084. Kepelatihan Olahraga.

120
Bandung: Universitas Fisiologi Olahraga. Surabaya:
Pendidikan Indonesia Unesa University Press.
Johansyah Lubis. 2013. Panduan Lutan, R.2013. Thahir Djide: Hidup
Praktis Penyusunan Program dan karyanya dalam
Latihan. Jakarta: PT Raja bulutangkis. Jakarta: Asistem
Grafindo Persada Deputi Penerapan IPEK
Johnson, P. And Bujjibabu, M. 2012. Olahraga, Deputi Peningkatan
Effect of Plyometric and Prestasi Olahraga,
Speed Agility and Quickness Kementrian Pemuda dan
(SAQ) on Speed and Agility of Olahraga R.I
Male Football Makaruk, H. Sacawics, T. Czaplicki,
Palyers.Asian Journal of A and Sadowski, J. 2010.
Phisical Education and Effects of Additional Load on
Computer Science in Sport. Power Output during Drop
Volume 7 No. 1 pp 26-30. Jump Training. Human
Kemenegpora RI. 2005. Panduan Kinetics (Kinesiology). Vol.
Penetapan Parameter Tes 26. Pp. 31-37
pada Pusat Pendidikan Dan Maksum, A. 2012. Metodologi
Sekolah Khusus Olahraga. Penelitian dalam Olahraga.
Kerim Sozbir., Senem Acay., Kutlu Surabaya: Unesa University
Aydin., UmidKarli. 2014. Press
Effects of Plyometrics on Mathan, A. and Anbalagan, P. 2013.
Anaerobic Performance of Effects of Jump Rope on
Collegiate Female Explosive Power among Inter
Contemporary Collegiate Volleyball Players.
Dancers.International Star Physical Education. Vol.
Journal of Sport Studies. 03. ISSN : 2321-676X
ISSN 2251-7502, Vol., 4
(11), 1329-1335. Mc Clenton, Hakeysha, S., Lee E.
Kumar Raj. 2013. The Effect Of 6 Brown., Jared W.
Week Plyometric Training Coburn and Robert D.
Program On Agility Of Kersey. 2008. The
Collegiate Soccer Effect of Short-term
Players.International Verti Max vs Dept jump
Journal Of Behavioral Social Training on Vertical
And Movement Science. Jump Perfomance.
ISSN: 2277-7547. Vol.02, Journal of Strength and
Issue01.170-176 Conditioning Research
Kusnanik, N.W., Nasution. J., dan 22.2:p 321 (5).
Hartono. S. 2011. Dasar-dasar

121
Miller, Michael,G., J, Jeremy. Physical Education and
Herniman. Richard, MD. C. Sport. 7 (5): 945-951
Cristhoper.Cheatham and Partavi, S. 2013. Effects of 7 Weeks
Timothy J. Michael. 2006. of Rope Jump Training
The Effects Of A 6-Week on Cardiovascular
Plyometric Training Program Endurance, Speed, and
On Agility. JSSM. Agility in Middle
September 2006. pp. 459- School Student Boys.
465. Sport Science. Vol. 6.
Miller, Michael,G., C. Cheatham, No. 2. Pp. 40-43
Cristoper., R.Poter, Amanda., Rahimi, R., & Behpur, N. 2005. The
Richard, Mark.D., Henningar, Effects of plyometric,
Densye., and C.Berry, David. Weight and plyometri-
2007. Chest- and Waist-Deep Weight Training on
Aquatic Plyometric Training Anaerobic power and
and Average Force, Power, Muscular Strength .
and Vertical-Jump Series: Physical
Performance. International Education and Sport.
Journal of Aquatic and Vol. 3, No1, pp. 81-91.
Education: Human Kinetic. Riyanto, Y. 2007. Metodologi
pp.145-155. Penelitian Pendidikan
Kualitatif dan Kuantitatif.
Mylsidayu, Apta dan Kurniawan. Surabaya: Unesa University
2015. Ilmu Kepelatihan Press.
Dasar. Bandung. Alfabeta Roesdiyanto dan Budiwanto, S.
2008. Dasar-dasar
Nurhasan. 2011. Menjaga Kepelatihan Olahraga.
Kebugaran Jasmani Gresik Malang: Laboratorium Ilmu
Jawa Timur: Abi Pustaka Keolahragaan, Jurusan Ilmu
Orhan, Serdar. 2013. Effect of Keolahragaan, Universitas
Weighted Rope Negeri Malang.
Jumping Training Rosmawati. 2007. Pengaruh
Performed by Latihan Beban Pliometrik
Repetition Method on Dan Konvensional Terhadap
the Heart Rate , Daya Ledak Otot Tungkai.
Anaerobic Power, FIK: Universitas Negeri
Agility and Reaction Padang. Skolar Vol. 08
Time of Basketbell No.02. Desember 2007.
Players. School of Sarwono. 2008.Dasar
Pengembangan dan Validasi

122
Test Depht Jump Height Sulistyo, Wahyu, Y. 2015. Pengaruh
Sebagai Alat Ukur Power Latihan Plyometric Front
Tungkai Asiklik Dalam Cone Hops dan Plyometric
Olahraga. Makalah Lateral Cone Hops Terhadap
Komprehensif, Universitas Peningkatan Daya Ledak Otot
Negeri Surabaya Tungkai dan Kelincahan.
Sankey, P.S., Jones, P.A., And Tesis. Surabaya. Universitas
Bampouras,T.M., 2011. Negeri Surabaya
Effects Of Two Plyometric
Training programmes of Taheri, Eskandar., Nikseresht,
different Intensity n Vertical Asghar., & Khoshnam,
Jump Performance In High Ebrahim. 2014. The effect of
school athletes Serbian 8 weeks of plyometric and
Journal of Sports Sciences, resistance training on agility,
2(1-4): 123-130. speed and explosive power in
Sankarmani,B., soccer players. European
Sheriff,I.,Rajeev,K.R., Journal of Experimental
Alagesan.J., 2012. Biology, 4 (1): 383-386.
Effectiveness of Plyometrics
and Weight Training in Unesa. 2014. Pedoman Penulisan
Anaerobic Power and Muscle Tesis dan Disertasi.
Strength in Female Athletes Surabaya. Program
International Journal Of Pascasarjana: Universitas
Pharmaceutical Science And Negeri Surabaya.
Health Care Issue 2, Volume Wiriawan, O. 2005. Panduan
2 (April 2012). Penetapan Parameter
Sharkey, Brian J,. and Gaskil, Tes Pada Pusat
Steven., E. 2006. Sport Pendidikan Dan
Phsyiology for Coaches. Pelatihan Pelajar Dan
United State of America: Sekolah Khusus
Human Kinetic. Olahragawan. Jakarta :
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kemenegpora.
Kuantitatif, Kualitatif dan R
& D. Bandung: Alfabeta.
Sukadiyanto, Muluk, D. 2011.
Pengantar Teori dan
Metodologi Melatih Fisik.
Bandung: CV. Lubuk Agung.

123
PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP
KEMAMPUAN GERAK DASAR LOKOMOTOR
(Studi pada siswa SDN Cukir I Diwek Jombang dan SDN
Pandanwangi II Diwek Jombang)

Mecca Puspitaningsari 1, Nurdian Ahmad2


STKIP PGRI JOMBANG

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh permainan


tradisional terhadap kemampuan gerak dasar lokomotor. Pendekatan dalam penelitian
ini adalah kuantitatif dengan menggunakan jenis penelitian eksperimen. Populasi
sampel penelitian adalah siswa kelas IV-VI (usia 8-12) SDN Cukir I dan SDN
Pandanwangi I Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Kelompok eksperimen
diberi perlakuan permainan tradisional kelompok kontrol diberi pembelajaran
seperti biasnya sebagai pembanding.
Dari uji-t diperoleh, ttabel = 1,690, pada kelompok yang diberi perlakuan
permainan tradisional yaitu SDN Cukir 1 Diwek Jombang diperoleh hasil
kemampuan gerak dasar lokomotor yaitu Tes lari 30 meter thitung = 8,109, pada
kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan yaitu SDN Pandanwangi 1 Diwek
Jombang ttabel 1,714 dan hasil kemampuan gerak dasar lokomotor Tes lari 30 meter
thitung = ,490. Dengan demikian dari variabel terikat pada kelompok yang diberi
perlakuan permainan tradisional dinyatakan thitung > ttabel, dapat diartikan bahwa
terdapat pengaruh hasil pelatihan antara pre-test post-test. Sedangkan pada
kelompok kontrol dinyatakan thitung < ttabel, dapat diartikan bahwa tidak terdapat
pengaruh hasil pelatihan antara pre-test post-test Berdasarkan analisis mean
diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok yaitu
yang diberi perlakuan permainan tradisional yaitu SDN Cukir 1 Diwek Jombang
dan kelompok kontrol tanpa diberi perlakuan yaitu SDN Pandanwangi 1 Diwek
Jombang pada kemampuan gerak dasar lokomotor.
Berdasarkan hasil analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan untuk masing-masing kelompok setelah diberi perlakuan dilihat
dari hasil uji-t. Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh antara kedua kelompok
dilihat dari peningkatan kemampuan gerak dasar lokomotor yaitu hasil dari mean
kelompok yang diberi perlakuan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan
gerak dasar lokomotor dibandingkan kelompok kontrol.
Kata-kata kunci : Permainan Tradisional, Kemampuan Gerak Dasar Lokomotor

PENDAHULUAN kegiatan jasmani, kemampuan dan


Proses pendidikan seseorang keterampilan, kecerdasan dan
atau masyarakat yang didasari secara perkembangan watak serta
sadar dan sistematis melalui berbagai kepribadian yang harmonis dalam

124
rangka pembentukan manusia kegiatan fisik diharapkan mampu
Indonesia berkualitas berdasarkan membangkitkan dan memberikan
pancasila (Mutohir, 2002 : 12). kesempatan kepada siswa untuk aktif
Pendididikan Jasmani dan kreatif serta mampu
Olahraga dan Kesehatan merupakan menumbuhkan potensi keterampilan
proses pendidikan yang motorik yang lainnya.
memanfaatkan aktivitas jasmani dan Kemampuan motorik adalah
direncanakan secara sistematik suatu kapasitas individu untuk dapat
bertujuan untuk meningkatkan mengembangkan kesanggupan dari
individu secara organik, kemampuan yang dimiliki dalam
neuromuskuler, perseptual, kognitif, usaha mempertinggi atau
sosial dan emosional (Depdiknas, mempercepat penguasaan suatu
2004: 5). Salah satu fungsi tujuan keterampilan (Ahadin, 2012: 12).
Pendididikan Jasmani, Olahraga dan Perkembangan motorik kasar tidak
Kesehatan adalah pada aspek akan bisa berkembang secara
neuromuskuler, yaitu: otomatis meskipun dengan
1. Meningkatkan keharmonisan bertambahnya usia anak, sehingga
antara fungsi saraf dan otot. memerlukan bantuan yang dapat
2. Mengembangkan keterampilan mengarah kepada perkembangan otot
lokomotor seperti jalan, lari kasar dan juga otot halus anak.
lompat loncat. Perkembangan motorik yang benar
3. Mengembangkan keterampilan akan berdampak kepada daya
non-lokomotor seperti imajinasi, kreatifitas, aktifitas dan
mengayun, bergoyang, menekuk, juga daya fantasi siswa.
menggantung. Menurut Mamum (2000: 20)
4. Mengembangkan keterampilan dasar fundamental kemampuan
manipulatif seperti memukul, gerak, yaitu:
menendang, menangkap, 1. Kemampuan Lokomotor
melempar. Kemampuan digunakan untuk
5. Mengembangkan faktor-faktor memindahkan tubuh dari satu
gerak seperti ketepatan irama, temat ke tempat yang lain atau
rasa gerak, power, kelincahan. mengangkat tubuh ke atas seperti
6. Mengembangkan keterampilan loncat, lompat, berjalan, berlari,
olahraga skipping, meluncur.
(Draf Kurikulum Penjasorkes 2. Kemampuan Non-Lokomotor
2004). Kemampuan yang dilakukan di
tempat tanpa ada ruang gerak
Penguasaan kemampuan yang memadai seperti menekuk,
motorik kasar merupakan sebuah meregang, mendorong,
prioritas tujuan yang ingin dicapai mengangkat, memutar dan
dalam Pendididikan Jasmani melambungkan
Olahraga dan Kesehatan, melalui 3. Kemampuan Manipulatif

125
Kemampuan yang dikembangkan tradisional baik dalam memiliki
ketika anak tengah menguasai tradisi yang telah berkembang
atau menggunakan bermacam- selama beberapa generasi, maupun
macam obyek seperti gerakan dalam arti sesuatu yang terkait
mendorong (melempar, memukul, dengan tradisi budaya suatu bangsa
menendang) gerakan menerima secara lebih luas (laksono dkk, 2010:
(menangkap) dan gerakan 1).Olahraga tradisonal atau
memantul-mantulkan bola atau permainan rakyat merupakan asset
menggiring. yang harus dilestarikan, digali dan
Kegiatan bermain diawali di ditumbuhkan karena selain olahraga
lingkungan tempat siswa tinggal untuk mengisi waktu luang, olahraga
seperti berjalan, berlari, melempar, tradisonal juga bisa membantu
menangkap, bersepeda, melompat, meningkatkan kualitas/kemampuan
meloncat dan melakukan semua gerak dasar fundamental
aktifitas bermain di luar rumah anak.Olahraga tradisional di Jawa
dengan teman sebaya meskipun Timurberupa bentengen, gobak
cuaca sedang terik/panas ataupun sodor, gobak kereweng, slebor-
hujan.Melakukan kegiatan bermain slebor/sepur-sepuran, lompat tali,
membuat anak sampai lupa dengan gobak boy, sondah dan
waktu serta kondisi cuaca di luar sebagainya.Permainan-permainan
rumah, akan tetapi aktifitas bermain tradisional tersebut sudah dikenal di
yang menyenangkan tersebut lama masyarakat jawa timur khususnya di
kelamaan punah, diganti dengan kabupaten Jombang dan sekitarnya.
kegiatan di dalam rumah seperti Salah satu jenis olahraga
bermain game di komputer ataukah tradisional yang dapat dikembangkan
hanya dengan duduk-duduk santai di sebagai olahraga di sekolah dasar
depan televisi tanpa melakukan adalah lari balok.Lari balok
aktifitas fisik yang lain. Semua merupakan salah satu permainan
fasilitas yang disediakan orang tua yang biasanya digunakan oleh
bertujuan agar anak tidak bermain masyarakat sekitar sebagai
diluar rumah, anggapan orang tua perlombaan pada acara 17 agustus,
tersebut sebenarnya dapat sedangkan permainan bentengan
membunuh aktifitas gerak anak merupakan salah satu permainan
untuk mengembangkan otot-otot, yang sudah memasyarakat di
kreativitas gerak dan juga membatasi Kabupaten Jombang.Oleh karena itu,
sosialisasi gerak anak ke lingkungan dengan menjadikan lari balok dan
sekitar.Olahraga tradisional bentengan sebagai bagian dalam
merupakan salah satu bentuk pembelajaran pendididikan jasmani,
kegiatan atau aktivitas gerak anak olahraga dan kesehatan di sekolah
bermain diluar rumah. dasar diharapkan dapat
Olahraga tradisional adalah meningkatkan kemampuan gerak
olahraga dan juga sekaligus dasar lokomotor siswa.

126
terdapat perbedaan yang signifikan
METODE antara kedua kelompok yaitu yang
Pendekatan penelitian ini merupakan diberi perlakuan permainan
pendekatan kuantitatif. Subyek tradisional yaitu SDN Cukir 1 Diwek
dalam penelitian ini. Sampelnya Jombang dan kelompok kontrol
dalam penelitian ini adalah siswa tanpa diberi perlakuan yaitu SDN
kelas V SDN Cukir I dan kelas V Pandanwangi 1 Diwek Jombang
SDN Pandanwangi II Kecamatan pada kemampuan gerak dasar
Diwek Kabupaten Jombang. lokomotor.
Perlakuan atau treatment yang Berdasarkan hasil analisa di
diberikan untuk kelompok 1 adalah atas, dapat disimpulkan bahwa
permainan tradisional berupa Lari terdapat pengaruh yang signifikan
balok dan bentengan, sedangkan untuk masing-masing kelompok
untuk kelompok kontrol tidak diberi setelah diberi perlakuan dilihat dari
perlakuan apapun. Instrumen dalam hasil uji-t. Selain itu, terdapat
penelitian ini menggunakan Tes perbedaan pengaruh antara kedua
Lokomotor berupa lari 30 m. kelompok dilihat dari peningkatan
kemampuan gerak dasar lokomotor
HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu hasil dari mean kelompok yang
Dari uji-t diperoleh, ttabel = diberi perlakuan lebih efektif dalam
1,690, pada kelompok yang diberi meningkatkan kemampuan gerak dasar
perlakuan permainan tradisional lokomotor dibandingkan kelompok
yaitu SDN Cukir 1 Diwek Jombang kontrol.
diperoleh hasil kemampuan gerak dasar
lokomotor yaitu Tes lari 30 meter DAFTAR PUSTAKA
thitung = 8,109, pada kelompok kontrol Depdiknas. 2004. Panduan
tanpa diberi perlakuan yaitu SDN Pengelolaan Olahraga
Pandanwangi 1 Diwek Jombang Tradisional. Jakarta: Bagian
ttabel 1,714 dan hasil kemampuan gerak Proyek Olahraga Masyarakat
dasar lokomotor Tes lari 30 meter Direktorat Jenderal Olahraga.
thitung = ,490. Dengan demikian dari Draft Kurikulum. 2004. Standart
variabel terikat pada kelompok yang Kompetensi Pendidikan
diberi perlakuan permainan Jasmani SD/MI
tradisional dinyatakan thitung > ttabel, Kemdikbud. 2010. Undang-Undang
dapat diartikan bahwa terdapat Nomor 20 Tahun 2013.
pengaruh hasil pelatihan antara pre- Tentang Sistem Pendidikan
test post-test. Sedangkan pada Nasional.[Online].Tersedia
kelompok kontrol dinyatakan thitung < :http://www.kemendikbud.go
ttabel, dapat diartikan bahwa tidak .id/(diakses tanggal 13 April
terdapat pengaruh hasil pelatihan 2015).
antara pre-test post-test Berdasarkan
analisis mean diperoleh bahwa

127
Kiram, Yanuar. 1992. Belajar Olahraga. Surabaya:
Motorik. Jakarta: Departemen Universitas Negeri Surabaya.
Pendidikan Nasional. Mulyani, Sri. 2013. 45 Permainan
Kreitner. Robert. 2014. Perilaku Tradisional Anak Indonesia.
Organisasi. Jakarta: Salemba Yogyakarta: Langensari
4 Publishing
Laksono, Bambang, dkk. 2010. Nurhasan. 2000. Tes dan
Kumpulan Permainan Rakyat Pengukuran. Bandung.
Olahraga Tradisional.Jakarta Universitas Pendidikan
Maksum, A. 2012.Metodologi Indonesia.
Penelitian dalam Olahraga. Rahmawati, Ami. 2009. Permainan
Surabaya: Unesa University Tradisional untuk Anak Usia
Press 3-4 Tahun. Bandung:
Mamum, dkk.2000.Perkembangan Sandiarta Sukses
Gerak dan Belajar Gerak. www.brianmac.co.id
Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Mutohir, Toho Cholik. 2002.
Gagasan-Gagasan tentang
Pendidikan Jasmani dan

128
Perbandingan Pengaruh Latihan Hollow Sprints dan Repetition Sprints
dengan Menggunakan Interval Training Ratio 1:3 dan 1:5 Terhadap
Kecepatan dan Power Otot Tungkai

Arif Kustoro (Universitas Negeri Surabaya)


Oce Wiriawan (Universitas Negeri Surabaya)
Nining Widyah Kusnanik (Universitas Negeri Surabaya)

ABSTRAK
Sprint merupakan teknik latihan yang digunakan oleh atlet disemua jenis olahraga
untuk meningkatkan kecepatan dan power. Untuk mengembangkan kecepatan dan
power otot tungkai maka diperlukan latihan hollow sprints dan repetition sprints
dengan mengacu pada interval training ratio 1:3 dan 1:5.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan: (1) pengaruh latihan
hollow sprints 1:3danhollow sprints 1:5terhadap kecepatan; (2) pengaruh latihan
hollow sprints 1:3danhollow sprints 1:5terhadap power otot tungkai; (3) pengaruh
latihan repetition sprints 1:3danrepetition sprints 1:5terhadap kecepatan; (4)
pengaruh latihan repetition sprints 1:3danrepetition sprints 1:5terhadap power
otot tungkai; (5) perbedaan pengaruh latihan hollow sprints dan repetition sprints
terhadap kecepatan; (6) perbedaan pengaruh latihan hollow sprints dan repetition
sprints terhadap power otot tungkai. Sasaran penelitian ini adalah siswa putra
kelas VIII SMP Negeri I Kertosono angkatan 2016/2017 yang berjumlah 44
siswa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
metode eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakan Factorial
Design, dengan analisis data menggunakan ANOVA. Proses pengambilandata
dilakukan dengan tes kecepatan menggunakan sprint 30 meter dan tes power otot
tungkai dengan vertical jump pada saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil
penelitian dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 22.0.
Hasil penelitian menujukkan: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan program
latihan hollow sprints 1:3 dan hollow sprints 1:5 terhadap kecepatan sebesar
2.33% dan 3.99%; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan hollow
sprints 1:3 dan hollow sprints 1:5 terhadap power otot tungkai sebesar 2.13% dan
5.32%; (3) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihanrepetition sprints
1:3 dan repetition sprints 1:5 terhadap kecepatan sebesar 5.66% dan 2.24%; (4)
Terdapat pengaruh yang signifikan program latihanrepetition sprints 1:3 dan
repetition sprints 1:5 terhadap power otot tungkai sebesar 3.61% dan 2.53%; (5)
Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan hollow sprints dan repetition
sprints terhadap kecepatan. Latihan repetitionsprints 1:3memberikan pengaruh
yang lebih baik dari latihanhollow sprints 1:3, hollow sprints 1:5, dan repetition
sprints 1:5 terhadap peningkatan kecepatan. (6) Terdapat pengaruh yang
signifikan program latihan hollow sprints dan repetition sprints terhadap power
otot tungkai.Latihan hollow sprints 1:5memberikan pengaruh yang lebih baik dari

129
latihanhollow sprints 1:3, repetition sprints 1:3, dan repetition sprints 1:5
terhadap peningkatan power otot tungkai

. The Comparison of the Influence of Hollow Sprints Practice and Repetition


Sprints by Using Interval Training Ratio 1:3 and 1:5 Against Speed and Power
of the Limb Muscles

Arif Kustoro (Universitas Negeri Surabaya)


Oce Wiriawan (Universitas Negeri Surabaya)
Nining Widyah Kusnanik (Universitas Negeri Surabaya)

ABSTRACT
Sprint is an exercise technique that is used by athletes in all types of sports to
increase speed and power. To develop speed and power of limb muscles, it needs
exercise hollow sprints and repetition sprints refer to the interval training ratio
1:3 and 1:5.
The purpose of this study was to compare: (1) The influence of exercise hollow
sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against the speed; (2) The influence of exercise
hollow sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against power of limb muscles; (3) The
influence of practice repetition sprints 1:3 and repetition sprints 1:5 against
speed; (4) The influence of practice repetition sprints 1:3 and repetition sprints
1:5 against power of limb muscles; (5) The difference effect of exercise hollow
sprints and repetition sprints against speed; (6) The difference effect of exercise
hollow sprints and repetition sprints against power of limb muscles. The target of
this research is the students of class VIII of SMP Negeri I Kertosono academic
year 2016/2017 which is 44 students.
The type of research used in this study was quantitative with quasi experiment
method. The design of this research using a Factorial Design, with data analysis
using ANOVA. The retrieval of data is done with the speed test using sprint 30
meters and power limb muscles test with vertical jump at the time of pretest and
posttest. The further data research results analyzed using SPSS series 22.0.
Research results shows that: (1) There are significant influence on the exercise
program of hollow sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against the speed on amount
of 2.33% and 3.99%; (2 There are significant influence on the exercise program
of hollow sprints 1:3 and hollow sprints 1:5 against power of limb muscles on
amount of 2.13% and 5.32%; (3) There are significant influence on the exercise
program repetition sprints 1:3 and repetition sprints 1:5 against the speed on
amount of 5.66% and 2.24%; (4) There are significant influence on the exercise
program repetition sprints 1:3 and repetition sprints 1:5 against power of limb
muscles on amount of 3.61% 2.53%; (5) There are significant influence on the
exercise program of hollow sprint and repetition sprints against the speed.
Repetition sprints 1:3 practice give a better influence than hollow sprints 1:3
exercise, hollow sprints 1:5 and repetition sprints 1:5 against the increase in
speed. (6) There are significant influence on the exercise program of hollow
sprint and repetition sprints against power of limb muscles. Hollow sprints 1:5
exercise gives better influence than hollow sprints 1:3 exercise, repetition sprints
1:3 and repetition sprints 1:5 against the increasing of limb muscles power.

130
PENDAHULUAN power otot tungkai diperlukan dalam
Prestasi dalam olahraga melakukan awalan sprint saat melakukan
merupakan parameter bagi kemajuan smash maupun saat smash.Begitu juga
dalam pembinaan dan kepelatihan cabang olahraga basket, kecepatan dan
olahraga.Perlu beberapa usaha dan power otot tungkai diperlukan saat sprint
dukungan baik itu dalam mempertahankan dalam melakukan dribble bola dan saat
dan meraih prestasi yang optimal.Proses melakukan jump shoot. Dari ketiga cabang
pembinaan olahraga yang dilakukan dengan olahraga tersebut, pelatih perlu menyusun
jelas dan terukur, akan mendukung suatu program latihan sprint dalam
terwujudnya prestasi dalam olahraga.Proses tujuannya untuk meningkatkan kecepatan
pembinaan olahraga tidak terlepas dari dan power atlet.
adanya peran seorang pelatih.Menurut Di SMP Negeri I
Sukadiyanto dan Muluk(2011), tugas Kertosono,prestasi olahraganya memang
seorangpelatih, antaralain:(1) belum begitu menonjol, tetapi beberapa kali
merencanakan, menyusun, melaksanakan, juga pernah meraih juara 1 dan 2 ketika
danmengevaluasiprosesberlatihmelatih,(2) mengikuti kejuaraan antar SMP tingkat
mencari danmemilih olahragawanyang kecamatan.Dari hasil survei, pelatih
berbakat,(3)memimpindalampertandingan umumnya lebih menekankan program
(perlombaan), (4) mengorganisir latihan pada aspek endurance dan teknik
danmengelolaproseslatihan,(5) dasar. Pelatih harus memilih latihan yang
meningkatkanpengetahuandanketerampilan. tepat untuk meningkatkan kecepatan dan
Hal yang mendasar dari power atlet. Hasil penelitian I Nyoman
pentingnya seorang pelatih adalah Wahyu Esa Wijaya (2012) melaporkan
kemampuan dalam menyusun program bahwa latihan Shuttle Run dengan metode
latihan.Secara garis besar ada empat aspek interval training rasio 1:3 dan 1:5
pelatihan (Bompa dan Haff, 2009); (1) meningkatkan kecepatan dan kelincahan. I
Pelatihan fisik, (2) Pelatihan teknik, (3) Kayan Agus Widya Ambara (2011)
Pelatihan taktik, dan (4) Pelatihan melaporkan bahwa latihan hollow sprints
mental.Sasaran dari suatu latihan tidak dan repetition sprints meningkatkan
terlepas dari peningkatan kualitas kecepatan lari 100 meter. Fox dkk (1988)
kebugaran energi (energy fitnes) serta menjelaskan bahwa lari cepat (sprint)
kebugaran otot (muscular repetisi meningkatkan power anaerobic dan
fitness).Dijelaskan dalam Sukadiyanto dan oxygen-dept yang tinggi. Ketiga teori
Muluk (2011), kebugaran energi meliputi mengenai bentuk latihan sprint di atas
peningkatan kemampuan aerobik dan digunakan untuk meningkatkan kecepatan
anaerobik sedangkan kebugaran otot (m/s) dan power (watts).
meliputi peningkatan kemampuan Latihan bentuk sprint merupakan
komponen biomotor, antara lain: kekuatan, latihan interval jarak pendek dengan
ketahanan, kecepatan, power, kelentukan, intensitas lebih dari 95% (maksimal)
keseimbangan, koordinasi, dan dilakukan dengan interval training ratio
kelincahan.Bentuk latihan dari tiap-tiap 1:3 dan 1:5 (Sukadiyanto dan Muluk, 2011:
unsur tidak sama. 77). Jarak latihan yang digunakan adalah
Dalam cabang olahraga 40 meter sesuai dengan penjelasan Bompa
sepakbola, kecepatan dan power otot dan Haff (2009:156) bahwa kecepatan
tungkai diperlukan oleh atlet dalam dapat dibangun dengan sprint jarak pendek
melakukan sprint selama proses (20-80 m) dilakukan dengan intensitas
menggiring dan mengejar bola.Dalam tinggi (90-100% dari kecepatan maksimal).
cabang olahraga bolavoli, kecepatan dan Pemaparan mengenai interval training ratio

131
1:3 dan 1:5 memiliki variasi pengaruh yang sprints mengembangkan sistem energi
beragam baik pada kecepatan maupun ATP-PC 20%, sistem energi LA dan O2
power, lebih jelasnya berdampak pada 10%, dan sistem energi O2 5% (McKeag
kemampuan pulih asal dalam mengganti dan Moeller, 2007: 83).
energi (ATP-PC) yang dipakai selama Fox et all. (1988: 315),
latihan sprint. memberikan definisi bahwa latihan lari
Dari penjelasan tersebut, penulis repetisi merupakan lari cepat yang
ingin mengetahui bentuk latihan sprint dilakukan dengan kecepatan maksimal,
seperti apa dan seberapa besar pengaruh berulang-ulang diselingi periode pulih asal
interval yang diberikan pelatih kepada (recovery) sempurna diantara ulangan yang
siswa dalam program latihan sprint jika dilakukan. Latihan repetition sprints
menggunakan interval training ratio yaitu meningkatkan sistem energi ATP-PC
1:3 dan 1:5 (Sukadiyanto dan Muluk, sebesar 90%, sistem energi LA dan O2
2011). Oleh karena itu penulis merancang sebesar 6%, dan sistem energi O2 sebesar
sebuah penelitian Perbandingan 4% (McKeag dan Moeller, 2007: 83).
Pengaruh Latihan Hollow Sprints dan METODE PENELITIAN
Repetition Sprints dengan Menggunakan Jenis dan Rancangan Penelitian
Interval Training Ratio 1:3 dan 1:5 Jenis penelitian yang digunakan
Terhadap Kecepatan dan Power Otot merupakan penelitian kuantitatif dengan
Tungkai. pendekatan Quasi Experimental
KAJIAN PUSTAKA menggunakan factorial design (Ali
Sprint running is an essential Maksum, 2009: 50).
component to many sporting performances Interval
(Rumpf dan Cronin, 2012: 170). Definisi Lati
tersebut menjelaskan bahwa sprint han X1
(1:3)
X2
(1:5)
Spri
dilibatkan dalam banyak cabang olahraga nt
sehingga merupakan komponen yang A (hollow
A X1
GambarA3.1
X
Rancangan Penelitia
2
sprints)
sangat penting. Variasi dalam latihan sprint B (repetitions
B X1 B X2
sprint)
mempunyai tujuan beraneka ragam. Bentuk
latihan sprint yang digunakan adalah
hollow sprints dan repetition sprints. Keterangan:
Menggunakan jarak 40 meter dengan A X1 = latihan hollow sprint
intensitas maksimal (90-100%). Kedua menggunakan interval 1:3
latihan tersebut dilakukan guna A X2 = latihan hollow sprint
meningkatkan kecepatan dan power otot menggunakan interval 1:5
tungkai. B X1 = latihan repetition sprint
Latihan hollow sprints menggunakan interval 1:3
merupakan suatu bentuk latihan dua kali B X2 = latihan repetition sprint
lari cepat (sprint) yang disela antara dua menggunakan interval 1:5
kali sprint terdapat periode jalan atau
jogging (McKeag dan Moeller, 2007: Populasi dan Sampel Penelitian
83).Salah satunya yaitu bentuk latihan Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1
Kertosono kabupaten Nganjuk angkatan 2016/2017
hollow sprint, dimana jogging memberi
yang berjumlah 44 siswa. Kemudian
pengaruh sebagai fase recovery selingan
melakukan pretest pada setiap sampel,
dalam latihan tersebut. Jogging yang
Dilakukan pembagian
dilakukan cukup singkat, Greenberg et al.
kelompokeksperimen I yaitu hollow
(2004: 117) menjelaskan bahwa intensitas
sprintsinterval 1:3, kelompok eksperimen
jogging yaitu 60%-75%. Latihanhollow
II yaituhollow sprints1:5, kelompok III

132
yaitu repetition sprintsinterval 1:3 dan Instrument Penelitian
kelompok IV repetition sprintsinterval 1:5. a. Pengukuran kecepatan menggunakan
Penentuan kelompok menggunakan teknik sprint 30 meter.
ordinal pairing. Teknik ordinal pairing b. Pengukuran power menggunakan
merupakan salah satu acara pengelompokan vertical jump.
sampel dengan sistem rangking.Tujuan
penggunaan ordinal pairing adalah untuk Teknik Analisis Data
menyamakan kemampuan sampel
dimasing-masing kelompok. Analisis statistik yang digunakan
Tempat dan Waktu Penelitian adalah uji-t paired sample test dan Analisis
a. Penelitian dilaksanakan di Lapangan of Varians (Anova) dengan taraf
Sepakbola Pandantoyo. Untuk pretest signifikansi 0.05 menggunakan program
dan posttest dilaksanakan di Lapangan Statistical Product and Service Solution
SMPN I Kertosono. (SPSS) 22.0. Untuk membandingkan
b. Waktu penelitian pengambilan data pengaruh latihan yang lebih besar diantara
dilakukan pada bulan 14 Maret-9 Mei latihan hollow sprints dan repetition sprints
2016 selama 8 minggu sebanyak24 kali terhadap kecepatan dan power otot tungkai
pertemuan. pada siswa putra kelas VIII SMPN I
Kertosono.

HASIL PENELITIAN

Tabel 4.1. Pretest dan Posttest Kelompok hollow sprints 1:3


NAMA Kecepatan Power Otot Tungkai
(Sprint 30 meter) (Vertical jump)
PRE POST PRE POST
TEST TEST TEST TEST
KWN 6.28 6.44 4690.05 4811.45
ARG 5.61 5.70 3693.93 3876.03
BRN 6.22 6.42 3684.86 3806.26
RZH 6.19 6.33 3434.34 3555.74
AND 5.93 6.13 3434.37 3495.07
RZD 5.00 5.15 3154.43 3275.83
DAK 5.11 5.21 3120.91 3242.31
FDL 5.13 5.24 2944.24 3126.34
HNS 5.96 6.05 2932.44 3114.54
RRY 5.71 5.84 2734.50 2855.90
BDI 6.00 6.10 2724.97 2846.37
Jumlah 63.14 64.61 36549.05 38005.85
Rata-rata 5.74 5.87 3322.64 3455.08
Std. 0.47 0.49 568.45 564.18
Deviation
Peningkatan 2.33% 3.99%

Tabel 4.2. Pretest dan Posttest Kelompok hollow sprints1:5


NAMA Kecepatan Power Otot Tungkai (Vertical
(Sprint 30 meter) jump)
PRE POST PRE POST
TEST TEST TEST TEST
BYN 6.90 7.04 4356.18 4538.28
IBL 5.34 5.42 3865.64 3987.04
RFI 5.75 5.87 3673.55 3916.35
YDA 5.71 5.78 3582.50 3764.60
NZR 5.54 5.62 3424.41 3667.21

133
NCS 6.36 6.56 3185.21 3367.31
BGS 6.15 6.29 3068.77 3311.57
FRY 6.91 7.09 2965.50 3026.20
RDO 6.36 6.45 2903.90 3086.00
NUL 5.92 6.06 2783.88 2905.28
YNS 6.00 6.15 2696.88 2878.98
Jumlah 66.92 68.34 36506.41 38448.81
Rata-rata 6.08 6.21 3318.76 3495.35
Std. 0.51 0.54 513.03 526.75
Deviation
Peningkatan 2.13% 5.32%

Tabel 4.3. Pretest dan Posttest Kelompok repetition sprints 1:3


NAMA Kecepatan Power Otot Tungkai
(Sprint 30 meter) (Vertical jump)
PRE POST PRE POST
TEST TEST TEST TEST
ADA 6.00 6.33 4140.59 4201.29
BGU 6.28 6.56 3894.61 4016.01
FZN 6.32 6.64 3582.47 3643.17
RGG 6.28 6.76 3404.46 3525.86
FDK 6.15 6.48 3189.29 3310.69
AIA 6.45 6.77 3067.87 3128.57
FBI 6.24 6.59 2973.20 3033.90
GLH 5.71 6.05 2895.29 2895.29
AYA 6.11 6.54 2791.11 2851.81
RJL 6.40 6.74 2644.78 2705.48
FDL 5.93 6.24 2608.55 2669.25
Jumlah 67.85 71.70 35192.23 35981.33
Rata-rata 6.17 6.52 3199.29 3271.03
Std. 0.22 0.23 504.22 519.69
Deviation
Peningkatan 5.66% 2.24%

Tabel 4.4. Pretest dan Posttest Kelompok repetition sprints1:5


NAMA Kecepatan Power Otot Tungkai (Vertical
(Sprint 30 meter) jump)
PRE POST PRE POST
TEST TEST TEST TEST
KTK 6.32 6.56 4059.95 4120.65
LTN 5.62 5.87 3988.40 4049.10
FAL 6.41 6.65 3590.65 3712.05
MHM 6.22 6.52 3585.64 3707.04
FIL 6.56 6.74 3249.07 3249.07
IQB 6.20 6.42 3224.60 3346.00
YSU 6.04 6.28 2984.98 3045.68
ARO 5.15 5.34 2979.57 3040.27
ARI 6.00 6.21 2871.28 2931.98
UUM 6.24 6.44 2839.57 2960.97
FRN 6.04 6.16 2611.72 2733.12
Jumlah 66.79 69.20 35985.45 36895.95
Rata-rata 6.07 6.29 3271.40 3354.18
Std. 0.39 0.40 478.35 473.96
Deviation
Peningkatan 3.61% 2.53%

134
Kel. Kel. Kel. Kel.
Variabel Tes 1 2 3 4 Ket. Status
Sig Sig Sig Sig
Pre- P>
0.193 0.2 0.2 0.65 Normal
test 0.05
Hasil pengukuran dari keempat Kecepatan
Post- P>
0.2 0.2 0.2 0.2 Normal
kelompok pada tabel di atas menunjukkan test 0.05
peningkatan yang lebih besar setelah Pre- P>
Power 0.2 0.2 0.2 0.2 Normal
test 0.05
diberikan latihanhollow sprints 1:3, hollow Otot
Post- P>
sprints 1:5, repetition sprints 1:3 dan Tungkai 0.2 0.2 0.2 0.2 Normal
test 0.05
repetition sprints1:5 selama 8 minggu bahwa data diambil dari populasi yang
dengan frekuensi 3 kali seminggu. berdistribusi normal.
Demikian juga data variabel power otot Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Varians
tungkai yang menunjukkan peningkatan Sig
Variabel Tes Keterangan Status
lebih besar setelah diberi perlakuan selama (P)
8 minggu dengan frekuensi 3 kali Pre-
0.081 P > 0.05 Homogen
seminggu. test
Kecepatan
Post-
Peningkatan tersebut ditunjukkan test
0.066 P > 0.05 Homogen
dari nilai rerata pada masing-masing Pre-
Power 0.992 P > 0.05 Homogen
variable kecepatan yaitu nilai rerata pretest test
Otot
lebih besar dari nilai rerata posttest. Nilai Tungkai Post-
0.988 P > 0.05 Homogen
test
rerata variabel kecepatan pada kelompok
hollow sprints 1:3 yaitu pretest (5.74 m/s) Tabel di atas menunjukkan perolehan data
setelah posttest (5.87 m/s); kelompok kedua variabel terikat yaitu kecepatan dan
hollow sprints 1:5 yaitu pretest (6.08 m/s) power otot tungkai memiliki varians
setelah posttest (6.21 m/s); kelompok homogen, karena nilai signifikan dari
repetition sprints 1:3 yaitu pretest (6.17 masing-masing data menunjukkan taraf
m/s) setelah posttest (6.52 m/s); kelompok signifikan atau (p) > 0,05.
repetition sprints 1:5 yaitu pretest (6.07 Pengujian Hipotesis
m/s) setelah posttest (6.29 m/s). Tabel 4.7 Hasil Uji Beda Rarata Sampel
Peningkatan juga ditunjukkan dari Berpasangan Kecepatan
Sig. (2-
nilai rerata pada masing-masing variable Kecepatan Mean
tailed)
Keterangan
power otot tungkai yaitu nilai rerata pretest Pre-
Kelompok test
lebih besar dari nilai rerata posttest. Nilai 1
0.1336 0.00 Signifikan
Post-
rerata variabel kecepatan pada kelompok test
hollow sprints 1:3 yaitu pretest (3322.64 Pre-
Kelompok test
watts) setelah posttest (3455.08 watts); 2 Post-
0.1263 0.00 Signifikan

kelompok hollow sprints 1:5 yaitu pretest test


Pre-
(3318.76 watts) setelah posttest (3495.35 Kelompok test
0.3481 0.00 Signifikan
watts); kelompok repetition sprints 1:3 3 Post-
test
yaitu pretest (3199.29 watts) setelah Pre-
posttest (3271.03 watts); kelompok Kelompok test
0.2172 0.00 Signifikan
4 Post-
repetition sprints 1:5 yaitu pretest (3271.40 test
watts) setelah posttest (3354.18 watts).
Uji Prasyarat Data Tabel 4.8 Hasil Uji Beda Rarata Sampel
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Kedua Berpasangan Power OtotTungkai
Variabel Terikat Power Otot Tungkai Mean
Sig. (2- Keteranga
Tabel tersebut menunjukkan bahwa tailed) n
Kelompok Pre-test 132.43
perolehan data dari kedua variabel terikat 1 6
0.00 Signifikan
Post-test
yaitu kecepatan dan power otot tungkai Kelompok Pre-test 176.58
0.00 Signifikan
mengartikan bahwa data berdistribusi 2 Post-test 1
Kelompok Pre-test
normal. Hasil yang signifikan (p) dari 3 Post-test
71.736 0.00 Signifikan
masing-masing kelompok menunjukkan Kelompok Pre-test 82.773 0.00 Signifikan

135
4 Post-test Repetition
-.14000* .000
Sprint 1:3
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Beda antar Hollow Sprint
-44.14545* .023
1:5
Kelompok Kecepatan dan Power Otot Hollow Sprint Repetition
60.70000* .002
Tungkai 1:3 Sprint 1:3
Repetition
Kecepatan
Power Otot 49.66364* .011
Tungkai Sprint 1:5
Sumber Variasi df Keterangan
Hollow Sprint
F hitung Sig. F hitung Sig. 44.14545* .023
1:3
Antar Kelompok 3
Hollow Sprint Repetition
Dalam 104.84545* .000
40 55.124 0.00 13.45 0.00 Signifikan 1:5 Sprint 1:3
Kelompok
Repetition
Total 43 93.80909* .000
Sprint 1:5
Selisih Power
Hollow Sprint
-60.70000* .002
1:3
Hasil dari perhitungan uji-t paired t-
Repetition Hollow Sprint
test seperti tabel di atas pada pemberian -104.84545* .000
Sprint 1:3 1:5
latihan Hollow Sprints 1:3, Hollow Sprints Repetition
-11.03636 .557
Sprint 1:5
1:5,Repetition Sprints 1:3 dan Repetition
Hollow Sprint
Sprints 1:5dengan melihat nilai Sig. (2- -49.66364* .011
1:3
tailed) 0.00, maka dapat disimpulkan Repetition Hollow Sprint
-93.80909* .000
Sprint 1:5 1:5
bahwa H0 ditolak dan Ha diterima karena
Repetition
nilai Sig. 0.00 < nilai = 0,05. Dengan kata Sprint 1:3
11.03636 .557
lain terdapat pengaruh yang signifikan dari *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
pemberian latihan selama 8 minggu
terhadap peningkatan kecepatan dan power Menurut tabel 4.10. di atas menunjukan
otot tungkai pada siswa putra kelas VIII bahwa adanya perbedaan yang signifikan
SMP Negeri I Kertosono Angkatan antara keempat kelompok. Perbedaan
2016/2017. tersebut terlihat dari Mean difference. Mean
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Post Hoc difference memberian sebuah makna bahwa
Test dengan LSD perbedaan pengaruh terhadap peningkatan
kecepatan antar kelompok penelitian.

Dependent (I) Metode


(J)
Mean Diskusi Hasil Penelitian
Metode_Latiha Sig.
Variable Latihan Difference (I-J)
n
Kelompok Hollow Sprints
Hollow Sprint
.00455 .817
1:5
Latihan hollow sprints adalah suatu
Hollow Sprint Repetition
-.21455* .000 bentuk latihan yang terdiri dari dua kali
1:3 Sprint 1:3
Repetition
-.07455* .000
periode lari cepat yang diselingi dengan
Sprint 1:5
periode jogging.Fox (1988) menjelaskan
Hollow Sprint
1:3
-.00455 .817 bahwa latihan bentuk sprintberpengaruh
Hollow Sprint Repetition
-.21909* .000
terhadap power anerobic dan pengaturan
1:5 Sprint 1:3
pemenuhan kebutuhan oksigen dalam
Selisih Repetition
-.07909* .000 tubuh. Latihan sprint merangsang
Kecepatan Sprint 1:5
Hollow Sprint
.21455* .000
perubahan enzimatik yang berperan dalam
1:3
memfasilitasi kontraksi otot yang cepat
Repetition Hollow Sprint
.21909* .000 dengan memungkinkan untuk tingkat
Sprint 1:3 1:5
Repetition
.14000* .000
pasokan ATP yang lebih cepat dari sistem
Sprint 1:5
glikolitik (Bompa dan Haff, 2009). Dari
Hollow Sprint
.07455* .000 hasil penelitian menunjukkan adanya
Repetition 1:3
Sprint 1:5 Hollow Sprint
.07909* .000
peningkatan lebih besar pada kecepatan dan
1:5
power otot tungkai.

136
Hasil tersebut memberikan bukti serta daya tahan kecepatan lari
nyata bahwa latihan hollow sprints (Syafaruddin, 2011:81).
merupakan bentuk latihan sprint dengan
fokus peningkatan power otot tungkai dan Perbandingan Hollow Sprints
sedikit perubahan pada peningkatan danRepetition Sprints dengan
kecepatan pada siswa putra kelas VIII SMP menggunakan Interval Training Ratio 1:3
Negeri I Kertosono angkatan 2016/2017. dan 1:5

Kelompok Repetition Sprints Dengan waktu istirahat yang


panjang pada latihan hollow sprints 1:5
Latihan repetition sprints memiliki memberikan waktu pemulihan otot lebih
pengaruh yang signifikan terhadap lama sehingga kondisi subjek cenderung
kecepatan dan power otot tungkai sudah kembali ke denyut nadi latihan,
dikarenakan tungkai senantiasa melakukan sehingga pengaruh terhadap peningkatan
kontraksi terus menerus saat melakukan fungsi motorik khususnya power otot
latihan tersebut.Sprint yang dilakukan pada tungkai lebih baik daripada latihan hollow
latihan repetition sprints secara kontinyu sprints 1:3. Sedangkan pada latihan
atau berkelanjutan memberikan dampak repetition sprints 1:3 memberikan waktu
terhadap kemampuan adaptasi otot pemulihan yang cukup pendek, yang
penunjang gerakan lari cepat serta berakibat pada penyesuaian atau adaptasi
mengembangkan kondisi fisik yang sesuai terhadap kecepatan maksimal yang
dengan karakteristik kebutuhan fisik dilakukan selama latihan dalam waktu
kecepatan lari.Dari hasil penelitian istirahat yang cukup singkat.
menunjukkan adanya peningkatan lebih
besar pada kecepatan dan power otot PENUTUP
tungkai.
Simpulan
Hasil tersebut memberikan bukti 5. Terdapat pengaruh yang signifikan
nyata bahwa repetition sprints merupakan program latihanhollow sprints
bentuk latihan sprint dengan fokus 1:3terhadap kecepatan sebesar 2.33%.
peningkatan kecepatan dan power otot 6. Terdapat pengaruh yang signifikan
tungkai berpengaruh pada siswa putra kelas program latihan hollow sprints
VIII SMP Negeri I Kertosono angkatan 1:3terhadap power otot tungkai sebesar
2016/2017. 3.99%.
7. Terdapat pengaruh yang signifikan
Perbandingan Hollow Sprints program latihan hollow sprints 1:5
danRepetition Sprints terhadap kecepatan sebesar 2.13%.
8. Terdapat pengaruh yang signifikan
Latihan hollow sprints terdapat program latihan hollow sprints 1:5
kombinasi antara penyesuaian frekuensi terhadap power otot tungkai sebesar
langkah pada kecepatan lari dengan 5.32%.
pembentukan power anaerobik (Fox, 1988). 9. Terdapat pengaruh yang signifikan
Power anaerobic akan program latihanrepetition sprints
menjaminpemeliharaan kecepatan yang 1:3terhadap kecepatan sebesar 5.66%.
tinggi dan untuk mengawali gerak 10. Terdapat pengaruh yang signifikan
akselerasi (Sukadiyanto, 2011:118). program latihanrepetition sprints
Sedangkan pada latihan repetition sprints 1:3terhadap power otot tungkai sebesar
cenderung pada adaptasi kebutuhan fisik 2.24%.
kecepatan lari dan kecepatan maksimum

137
11. Terdapat pengaruh yang signifikan ratio 1:3 terhadap kecepatan dan power
program latihanrepetition sprints otot tungkai. Latihan hollow
1:5terhadap kecepatan sebesar 3.61%. sprintsinterval training ratio 1:5 dan
12. Terdapat pengaruh yang signifikan latihan repetition sprintsinterval
program latihanrepetition sprints training ratio 1:3 memberikan
1:5terhadap power otot tungkai sebesar pengaruh lebih besar terhadap
2.53%. peningkatan power otot tungkai atau
13. Terdapat perbedaan pengaruh antara kecepatan.
latihan hollow sprints dengan
menggunakan interval training ratio Saran
1:3 dan latihan hollow sprints dengan 4. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
menggunakan interval training ratio latihan sprint khususnya latihanhollow
1:5 terhadap kecepatan dan power otot sprints dan repetition sprintsdengan
tungkai. Latihan hollow sprintsinterval kondisi sampel yang berbeda.
training ratio 1:5 memberikan 5. Bagi para pelatih, agar dalam menyusun
pengaruh lebih besar dari latihan hollow program latihan harus memperhatikan
sprintsinterval training ratio 1:3 karakteristik kemampuan setiap atlet
terhadap peningkatan power otot sehingga atlet mampu melaksanakan
tungkai. program latihan tersebut, dan sehingga
14. Terdapat perbedaan pengaruh antara proses latihan yang dijalani dapat
latihan repetition sprints dengan berjalan lancar dan mendapatkan hasil
menggunakan interval training ratio yang maksimal.
1:3 dan latihan repetition sprints 6. Metode latihan hollow sprints dan
dengan menggunakan interval training repetition sprints dapat
ratio 1:5 terhadap kecepatan dan power direkomendasikan dan diterapkan
otot tungkai.Latihan repetition dalam program latihan untuk
sprintsinterval training ratio 1:3 meningkatkan kecepatan dan power
memberikan pengaruh lebih besar dari otot tungkai.
latihan repetition sprintsinterval
DAFTAR PUSTAKA
training ratio 1:5 terhadap peningkatan Ambara, I Kayan Agus Widia. (2010). Tesis:
kecepatan. Perbandingan pengaruh metode latihan
15. Terdapat perbedaan pengaruh antara acceleration sprints, hollow sprints, dan
latihan hollow sprints dengan repetition sprints terhadap peningkatan
menggunakan interval training ratio prestasi lari 100 meter ditinjau dari kekuatan
otot tungkai. Surakarta: IKOR Universitas
1:3 dan latihan repetition sprints Sebelas Maret.
dengan menggunakan interval training Andriyani, Budiawan dan Sudarmada. (2014). E-
ratio 1:5 terhadap kecepatan dan power Journal: Pengaruh pelatihan side
otot tungkai.Latihan hollow jump sprint dengan rasio
sprintsinterval training ratio 1:3 dan kerja:istirahat 1:3 dan 1:5
latihan repetition sprintsinterval terhadap daya ledak otot tungkai.
training ratio 1:5 memberikan sedikit IKOR Universitas Pendidikan
pengaruh terhadap peningkatan Ganesha. Vol I.
kecepatan dan power otot tungkai. Bompa, Tudor O and Gregory Half. (2009).
16. Terdapat perbedaan pengaruh antara Periodezation theory and
latihan hollow sprints dengan methodology of training, 5th
menggunakan interval training ratio edition. Kendall/Hunt: Publishing
1:5 dan latihan repetition sprints Company.
dengan menggunakan interval training

138
Bompa, Tudor O. (1999). Periodezation program (13nd ed.). Stamford,
theory and methodology of USA: Cengage Learning.
training, 4th edition. Kendall/Hunt:
Publishing Company. Kamen, Gary. (2001). Foundations of
exercise science (edition 1).
Cagno, Alessandra di., Battaglia, C., Fiorilli, G., Piazza, Amazon: Lippincott Williams &
M., Giombini, A., Fagnani, F., Borrione, P., Wilkins.
Calcagno, G., dan Pigozzi. (2014). Motor
learning as young gymnasts talent indicator.
Journal of Sports Science and Medicine. Kemenegpora. 2005. Panduan Penetapan
767-773. Parameter
TespadaPusatPendidikandanPelat
Cote, Jean dan Gilbert, Wade. (2009). An ihanPelajardanSekolahKhususOla
integrative definition of coaching hragawan. Jakarta: Kemenegpora
effectiveness and expertise.
International Journal of Sports Lakshmikrishnan, R dan Silvakumar, K.
Science and Coaching. Vol. 4. No. (2013). Effect of weight training
3. 307-325. and plyiometric training on
strength endurance and leg
Chris and Anna. (2013). 101 Youth rugby strength. International Journal of
drills (2nd ed.). Bloomsbury Health, Physical Endurance and
Publishing Plc. Retrieved from Computer Science in Sport. Vol.
https://books.google.co.id/books?i 11. No. 1. pp. 152-153.
sbn=1408165538
Maksum, (Ali.2012). Metodologi penelitian
Furqon. (1991). Tesis: Perbedaan dalam olahraga. Surabaya: Unesa
pengaruh latihan lari cepat University Perss.
akselerasi dan lari cepat hollow
terhadap prestasi lari cepat 100 McArdle, W. D., Katch, F. I., & Katch, V.
meter. Jakarta: IKIP Negeri L. (2010). Exercise physiologi:
Jakarta. nutrition, energy, and human
performance (7nd ed.).
Grosser, S dan Zimmerman. (2001). Philadelphia: Lippincolt Williams
Physical training of sport, p.l. & Wilkins.
(ed).latihan fisik olahraga.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan McKeag, Douglas B dan Moeller, James L.
Penataran Bidang Penelitian dan (2007). ACSMs primary care
Pengembangan Koni Pusat. sports medicine (second edition).
Philadelphia, PA 19106 USA.
Greenberg, J. S., Dintiman, G. B., & Oakes, (Online pada 22 Februari 2016
B. M. (2004). Physical fitness and pukul 15.38 WIB).
wellness: Changing the way you
look, feel, and perform (3nd ed.). Munoz, J. L. Mate, J Antonio, Anton
United States, Amerika: Human Monroy, Jimenez P Jodra, V
Kinetics. Manuel, Garnacho-Castano.
(2014). Effects of instability versus
Hoeger, Wener W. K., & Hoeger, Sharon traditional resistance training on
A. (2014). Lifetime physical fitness strength, power and velocity in
and wellness: A personalized untrained men. Journal of Sports
Science and Medicine. 460-468.

139
Nagarajan, S. Damodharan, C. Praven, A. Rumpf, Michael C dan Cronin, John B.
(2013).Effeck of aerobic circuit (2012). Effect of different training
training and parcours training on methods on running sprint times in
selected physiological variables male youth. Pediatric Exercise
among college men student, Science. Human Kinetics, Inc.
journal international, Vol. 11, 1
PP 149-151. Sajoto. (1995). Pengembangan dan
pembinaan kekuatan kondisi fisik
Norman, Gareth. (2016 February 23). dalam olahraga. Jakarta: Dahara
Hollow sprints (Published on Nov Prize.
11, 2013) (Video file). Retrieved
from www. youtube.com/ Singh, Y. Wise Blessed. (2014).
watch?v=N8_ t1wMqnVY Investigation of varied intensity
interval sprint training and
Program Pascasarjana Universitas Negeri detraining impact on selected
Surabaya. (2015). Pedoman speed parameters. International
penulisan tesis dan disertasi. Journal of Physical Education,
Surabaya. Fitness and Sports. Vol. 3. No.1

Pook, Paul. (2012). Complete conditioning Sugiyono. (2011). Metode penelitian


for rugby. Human Kinetics. kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Retrieved from Bandung: Alfabeta.
https://books.google.co.id/books?i
sbn=0736098305 Sukadiyanto. (2011). Pengantar teori dan
metodologi melatih fisik. Bandung:
Remedious, Robert dos. (2007). Mens CV. Lubuk Agung.
health power training: Build
bigger, stronger muscles throught Rushall, Brents S and Frank S Pyke.
performance-based conditioning. (1992). Training for sport and
United States, Amerika: Rodale. finess. Canberra: The Macmillan
Retrieved from Company of Australia PTY LTD.
https://books.google.co.id/books?i
sbn=1605298689 Wiggins, James, Thompson. (2005). AS PE
for AQA. heinemann is the registered
Rosato, Frank. (2011). Walking and trademark of harcourt education limited.
jogging for health and wellness Retrieved from
(6nd ed.). Memphis: Wadsworth https://books.google.co.id/books?isbn=04
Cengage Learning. Diperoleh dari
https://books.google.co.id/books?i
sbn=0840048122

140
PENGARUH LATIHAN CORE STABILITY STATIS (PLANK DAN SIDE PLANK)
DAN CORE STABILITY DINAMIS (SIDE LYING HIP ABDUCTION DAN
OBLIQUE CRUNCH) TERHADAP KESEIMBANGAN
Januarshah Zulvikar
Dr. Wijono, M.Pd
Prof. Dr. H. Hari Setijono, M.Pd

Program Studi S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya

e-mail: vikarzone@gmail.com
Abstrak
Pelatihan kondisi fisik khususnya keseimbangan dibutuhkan untuk memperoleh kemampuan
olahraga yang baik.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh
latihanCore StabilityPlank,Side Plank, Side Lying Hip Abduction, dan Oblique Crunch
terhadap keseimbangan, dan (2) perbedaan pengaruh latihan Plank, Side Plank, Side Lying
Hip Abduction dan Oblique Crunch terhadap keseimbangan.Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu. Desain penelitian ini
menggunakanNon-Randomize Control Group Pretest-Posttest Design, dan analisis data
menggunakan Anova dengan instrumen keseimbangan stork stand balance beem pada saat
pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
bantuan SPSS seri 20.0.Hasil penelitian menunjukkan:(1) terdapat pengaruh
latihanPlank,Side Plank, Side Lying Hip Abduction, dan Oblique Crunch terhadap
keseimbangan, dan (2) terdapat perbedaan pengaruh latihan Plank, Side Plank, Side Lying
Hip Abduction dan Oblique Crunch terhadap keseimbangan.

Kata Kunci: Latihan, Core Stability, Keseimbangan

PENDAHULUAN daya tahan, keseimbangan, kecepatan,


Latihan adalah suatu proses kelincahan, dan kelentukan. Dari berbagai
sistematis yang dapat merubah kondisi macam komponen fisik, fokus dalam
fisik, teknik, dan mental seorang individu. penelitian ini adalah komponen fisik
Menurut Roesdiyanto& Budiwanto keseimbangan.
(2008:16) latihan merupakan suatu Keseimbangan adalah kemampuan
kegiatan sistematis yang dilakukan dalam memelihara gerak yang berorientasi
waktu yang panjang, ditingkatkan secara terhadap kestabilan, (Roesdiyanto&
bertahap dan perorangan, dan membentuk Budiwanto, 2008: 49). Keseimbangan
manusia yang berfungsi secara fisiologis adalah kemampuan mempertahankan sikap
dan psikologisnya untuk memenuhi dan posisi tubuh secara cepat pada saat
tuntutan tugas. berdiri (static balace) atau pada saat
Fisik seorang individu harus benar- melakukan gerakan (dynamic
benar baik untuk mencapai suatu balance).Banyak faktor yang
kemampuan olahraga yang baik. Fisik mempengaruhi keseimbangan, salah
memiliki berbagai macam komponen di satunya yaitu kekuatan otot. Kekuatan otot
dalamnya, diantaranya yaitu kekuatan, juga berpengaruh terhadap kestabilan

141
gerak ketika menjaga keseimbangan. penanganan cedera pada olahraga. Paul
Kekuatan otot adalah kemampuan otot Gambell (2010:151) mengatakan dalam
atau sekelompok otot menghasilkan bukunya mengenai ambiguitas tersebut,
tegangan dan tenaga selama usaha dia menyebutkan bahwa Pelatihan untuk
maksimal baik secara dinamis maupun core stability biasanya dilakukan dengan
secaca statis. Otot yang kuat merupakan satu dari dua tujuan yaitu meningkatkan
otot yang dapat berkontraksi dan kinerja atau pencegahan cedera. Paul
berileksasi dengan baik, jika otot kuat Gambell (2010:151) menambahkan
maka keseimbangan dan aktivitas sehari- efektivitas pelatihan core stability untuk
hari dapat berjalan dengan baik seperti pencegahan cedera sudah lama
berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain didokumentasikan, namun dukungan
sebagainya. untuk peran core stability terhadap
Sebagian besar cabang olahraga peningkatan kinerja masih belum
memerlukan komponen fisik dipahami.Dalamsitusnya(http://www.brian
keseimbangan, misalnya olahraga bela mac.co.uk/corestabex.htm) Brian Mac
diri, sepakbola, bolavoli, bolabasket, dan memaparkan beberapa jenis latihan core
lain sebagainya.Ada beberapa model stability diantaranya yaitu core stabilty
latihan yang dapat meningkatkan statis plank, core stabilty statis side plank,
komponen fisik keseimbangan, salah dan core stability dinamis side lying hip
satunya dengan menggunakan model abduction, core stability dinamis oblique
latihan core stability. Core stability adalah cronch.
suatu model latihan yang meningkatkan
kemampuan mengkontrol posisi gerakan METODE PENELITIAN
batang badan melalui panggul dan kaki Penelitian ini jenis kuantitatif
untuk memungkinkan produksi gerak yang dengan metode quasi eksperimen
optimal (Kibler& Sciascia, 2006). Pada (ekspermen semu). Rancangan penelitian
kenyataannya, istilah 'pelatihan inti' telah menggunakannon-randomize group
menjadi simbol untuk setiap latihan yang pretest-posttest design(Maksum, 2012:
membahas beberapa aspek stabilitas 100).
lumbopelvic. Paul Gambell (2010: 151) Populasi dan Sampel
mengemukakan Wilayah lumbopelvic pasti Populasi dalam penelitian ini
akan menjadi penghubung penting dalam adalah mahasiswa putra Jurusan
rantai kinetik (menggabungkan sendi dari Pendidikan Kepelatihan Universitas
tubuh bagian bawah dan dorongan ke Negeri Surabaya angkatan 2014 yang
tubuh bagian atas) yang terlibat dalam terdaftar aktif sebagai mahasiswa dengan
semua gerakan olahraga. jumlah keseluruhan 160 mahasiswa.
Di sisi lain study mengenai Sampel dalam penelitian ini adalah
pelatihan inti ini (core stability) masih mahasiswa putra aktif jurusan Pendidikan
mengalami ambiguitas, yakni sebagai Kepelatihan Universitas Negeri Surabaya
peningkatan kinerja atau sebagai terapi angkatan 2014 sebanyak 35 orang. Teknik

142
pengambilan sampel dalam penelitian ini keseimbangan memiliki makna bahwa
dengan menggunakan simple random data berdistribusi normal. Hal ini bisa
sampling.Penentuan pengelompokan dilihat dari nilai sig (p-value) dari setiap
sampel dilakukan secara ordinal pairing kelompok lebih besar dari 0.05. Oleh
atau disesuikan peringkat dari hasil karena itu dapat disimpulkan bahwa data
pretest. diambil dari populasi yang berdistribusi
normal.
Tempat dan Waktu Penelitian Uji Homogenitas
Penelitian ini dilaksanakan di Gor Hasil SPSS 20.0 untuk perhitungan
BimaFakulatas Ilmu Keolahragaan homogenitas datamenunjukkan bahwa
UNESA, selama 8 minggu dari perolehan data variabel terikat yaitu
bulanFebruari April 2016, dengan keseimbangan memiliki varians data yang
rincian 8 minggu untuk perlakuan homogen. Hal tersebut bisa dilihat dari
(treatment) dengan frekuensi 24 kali nilai signifikansi dari setiap data lebih
pertemuan yang dilaksanakan 3 kali dalam besar dari taraf signifikansi (p>0.05).
seminggu. Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa
varians pada setiap kelompok adalah sama
Instrumen Penelitian atau homogen.
Instrumen penelitian dalam Pengujian Hipotesis
penelitian ini adalah tes keseimbangan Untuk menjawab hipotesis yang
statis stork stand dengan menggunakan telah diajukan, maka uji analisis yang
alat PFT Balance-1. dipergunakan dalam penelitian ini adalah
Teknik Analisis Data uji beda rerata (uji beda mean) dengan
Sesuai dengan hipotesis dan jenis menggunakan analisis uji-t paired t-test.
penelitian yang digunakan dalam Nilai yang digunakan dalam penghitungan
penelitian ini, maka analisis statistik yang uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
digunakan adalah uji prasarat data posttest dari masing-masing kelompok
normalitas dan homogenitas, kemudian (kelompok I, kelompok II, kelompok III,
dilanjutkan dengan uji-t paired sample test kelompok IV, dan kelompok V).
dan Analisis of Varians (Anova) dengan Berdasarkan hasil penghitungan dengan
taraf signifikansi 5 %. Proses tersebut di program SPSS seri 20.0, terdapat
atas akan dilaksanakanmenggunakan perbedaan sebelum dan sesudah diberikan
program Statistical Product and Service perlakuan pada variabel terikat
Solution (SPSS) 20.0. (keseimbangan), baik pada kelompok I,
kelompok II, kelompok III, dan keompok
HASIL PENELITIAN IV. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai sig
Uji Normalitas dari keempat kelompok tersebut sebesar
Berdasarkan hasil penghitungan 0,000 atau dengan kata lain p<0,05.
dari SPSS seri 20.0, menunjukkan bahwa Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan
perolehan data dari variabel terikat yaitu yaitu terdapat pengaruh latihan plank, side

143
plank, side lying hip abduction, dan kelompok. Perbedaan tersebut dapa dilihat
oblique cruch terhadap keseimbangan. dari mean difference, sehingga dapat
Berbeda dengan kelompok kontrol, yang dikatakan bahwa terdapat perbedaan
tidak memiliki perbedaan baik sebelum pengaruh terhadap keseimbangan antar
maupun setelah diberikan latihan. kelompok eksperimen. Dari data mean
Hasil Uji beda Variabel Dependent difference tersebut terlihat bahwa
Antar Kelompok kelompok I lebih optimal meningkatkan
Untuk mengetahui perbedaan keseimbangan dari pada kelompok
variabel dependent antar kelompok lainnya. Dengan demikian latihan plank
digunakan analisis varians. Oleh karena itu dapat meningkatkan keseimbangan secara
langkah selanjutnya untuk mengolah data optimal.
dalam penelitian ini adalah menggunakan DISKUSI HASIL PENELITIAN
analysis of variance. Untuk menganalisis Latihan Kelompok Eksperimen I
data menggunakan analysis of variance, (Plank)
data kelompok kontrol diuji secara Latihan Plank berdasarkan hasil
bersama-sama dengan kelompok analisis data di lapangan memperlihatkan
eksperimen. Anova digunakan untuk memiliki pengaruh yang signifikan
menguji perbedaan hasil selisih dari terhadap keseimbangan. Jeffrey M.
variabel terikat (keseimbangan) dalam Willardson(2007) dalam jurnalnya
kelompok yang didasarkan pada variabel mengemukakan bahwa stabilitas inti
bebas. sebagai "kapasitas sistem untuk
Berdasarkan hasil pengolahan data, menstabilkan dan mempertahankan zona
dapat dilihat bahwa nilai sig sebesar 0,000, netral intervertebralis dalam batas
dengan kata lain p<0,05. Sehingga dapat fisiologis. Plank merupakan latihan yang
ditarik kesimpulan bahwa terdapat menahan tubuh dari gaya gravitasi dengan
perbedaan pengaruh terhadap variabel dibantu oleh lengan bawah dan ujing jari
terikat (keseimbangan) antara lima kaki, dengan posisi tubuh tengkurap.
kelompok. Apabila sudah terdapat Komponen otot utama yang
perbedaan pengaruh antar kelompok, maka berkontraksi pada latihan Plank diataranya
analisis data dilanjutkan pada tahap uji otot lengan terdiri biceps brachii (long
post hoc multiple comparasitions dengan head), biceps brachii (short head),
menggunakan analisis Least Significant brachialis, brachioradialis, triceps brachii
Difference (LSD) dalam SPSS 20.0, untuk (long head), triceps brachii (medial head),
mengetahui variabel bebas (independent) dan briceps brachii (lateral head) (Bret
mana yang memberikan pengaruh secara contreras, 2014:6). Kemudian otot perut
signifikan terhadap variabel terikat yang terdiri dari external oblique, internal
(dependent). oblique, transversus abdominis, dan rectus
Hasil dari pengolahan uji pos hoc abdominis (Bret contreras, 2014:56).
dengan LSD menunjukkan bahwa adanya Kontraksi otot punggung terdiri dari
perbedaan yang signifikan diatara lima spinalis, longissimus, iliocostalis,

144
quadratus lumborum, multifidus, psoas oblique,external oblique, dan transversus
major, psoas minor (Bret contreras, abdominis(Bret contreras, 2014:56).
2014:56). Otot pinggul Bret contreras Dalam kenyataanya Stabilitas inti
(2014:56) menyebutkan yaitu gluteus (core stability) dijelaskan dalam literatur
medius, gluteus minimus, gluteus kedokteran olahraga sebagai 'produk
maximus, coccygeus, illiococcygeus, kontrol motorik dan kapasitas otot pada
punococcygeus, dan puborectalis. lumbo-pelvic-hip complex', dalam istilah
Sementara itu kontraksi otot tungkai muskuloskeletal ini terdiri dari tulang
terdiri dari Otot-otot tungkai atas (otot belakang, panggul dan sendi pinggul, serta
paha): Otot tensor fasialata, Otot abductor proksimal ekstremitas bawah di samping
dari paha, Otot vastuslaterae, Otot rektus semua otot yang berhubungan (Kibler&
femoris, Otot satrorius, Otot vastus Sciascia, 2006.). Berdasarkan teori
medialis, Otot abductor, Otot gluteus tersebut maka tidak heran jika latihan core
maxsimus, Otot paha leteral dan stability salah satunya side plank dapat
medial.Otot tungkai bawah: Otot tibialis meningkatkan kemampuan keseimbangan.
anterior, Otot ektensor digitorum longus, Latihan Kelompok Eksperimen III
Otot gastroknemius, Otot tendon aciles, (SideLying Hip Abduction)
Otot soleus, Otot maleolus medialis, Otot Latihan side lying hip abduction
retinakula bawah (Anthony dan berdasarkan analisis data yang didapat di
Thibodeau dalam Muliarta, 2010:62). lapangan menunjukkan memberikan
Latihan Kelompok Eksperimen II pengaruh yang signifikan terhadap
(SidePlank) kemampuan keseimbangan. Latihan side
Latihan side plank berdasarkan lying hip abduction adalah latihan yang
analisis data yang didapat di lapangan memiliki gerakan dinamis mengangkat
menunjukkan memberikan pengaruh yang salah satu kaki, sehingga otot pinggul dan
signifikan terhadap kemampuan tungkai berkontraksi, dengan posisi badan
keseimbangan. Latihan side plank bagian samping menyentuh permukaan
merupakan latihan menahan bagian lantai. Fokus kontrkasi otot terletak pada
samping tubuh dari gravitasi bumi dengan otot pinggul dan otot tungkai. Otot pinggul
bantuan salah satu lengan, bahu, dan terdiri dari Gluteus medius (cut) gluteus
tungkai. Latihan side plank memiliki minimus, gluteus maximus, liacus,
kontraksi otot yang sama dengan latihan coccygeus, iliococcygeus, pubococcygeus,
plank, yaitu antara lain otot lengan, otot dan puborectalis. Otot tungai bagian atas
perut, otot punggung, otot pinggul dan otot terdiri dari Otot tensor fasialata, Otot
tungaki. Perbedaan kontraksi otot antara abductor dari paha, Otot vastuslaterae,
kedua latihan tersebut yaitu pada kontraksi Otot rektus femoris, Otot satrorius, Otot
otot perut, untuk latihan core stability vastus medialis, Otot abductor, Otot
statis side plank lebih fokus pada perut gluteus maxsimus, Otot paha leteral dan
bagian samping yang terdiri dari internal medial (Anthony dan Thibodeau dalam
Muliarta, 2010:62).

145
Pada kenyataannya, istilah menjadi terlatih dan menghasilkan gerakan
'pelatihan inti' telah menjadi unsur yang yang optimal.
bermanfaat untuk setiap latihan yang Perbedaan Latihan Plank, Side Plank,
membahas beberapa aspek stabilitas Side Lying Hip Abduction, dan Oblique
lumbopelvic. Gambell (2010: 151) Crunch
mengemukakan Wilayah lumbopelvic pasti Terdapat perbadaan yang
akan menjadi penghubung penting dalam signifikan antara keempat latihan tersebut
rantai kinetik (menggabungkan sendi dari terhadap keseimbangan. Dari empat
dasar dorongan ke ekstremitas) terlibat latihan tersebut latihan plank merupakan
dalam semua gerakan olahraga. latihan yang paling baik dalam
Berdasarkan teori tersebut memberikan meningkatkan keseimbangan. Latihan
gambaran bagaimana pentingnya plank memiliki kontraksi otot yang hampir
melakukan latihan core stability dalam sama dengan side plank, namun yang
melatih kinerja tubuh yang berkontraksi membedakan antara plank dengan side
saat berolahraga. plank yaitu penekanan pada daerah trunk,
Latihan Kelompok Eksperimen IV plank memiliki tekanan yang lebih kuat
(Oblique Crunch) terhadap trunk.
Latihan oblique crunch Apabila latihanplank
memberikan pengaruh yang signifikan dibandingkan dengan latihan side lying hip
terhadap keseimbangan berdasarkan hasil abduction, perbedaan tampak pada
analisis data yang diperoleh di lapangan. kontraksi ototnya. Pada latihan side lying
Latihan oblique crunch berfokus pada hip abduction kontrkasi otot fokus pada
penguatan otot-otot pada daerah perut, pinggul dan kaki. Dukungan dari otot
dimana tubuh melakukan gerakan seperti lainnya kurang menunjang terhadap
sit up secara menyilang, yang dilakukan peningkatan keseimbangan. Sama halnya
secara perlahan. Kontraksi otot pada dengan latihan oblique crunch. Latihan
latihan ini fokus terhadap otot perut, otot oblique crunch fokus pada otot perut dan
punggung, dan otot pinggul. pinggul. Meskipun penekanan pada daerah
Core merupakan center of power trunk cukup kuat namun dukungan dari
yang terletak di trunk. Fungsi core yang otot tungkai kurang, sehingga masih kalah
utama adalah untuk memelihara stabilisasi optimal dengan latihan plank dalam hal
posisi dan gerakan tubuh bahkan saat meningkatkan keseimbangan. Oleh karena
istirahatpun otot core ini tetap bekerja (Sri itu latihan plank lebih baik dalam
Kustini, 2011).Core merupakan inti atau meningkatkan keseimbangan
bagian pusat dari semua kakuatan yang dibandingkan dengan latihan side plank,
dibutuhkan untuk melaksanakan dan side lying hip abduction dan oblique
meningkatkan aktivitas fisik yang berbeda. crunch.
Latihan oblique crunch fokus pada Faktor lain di lapangan yang
penguatan otot di daerah perut, sehingga menyebabkan adanya perbedaan pengaruh
secara otomatis pusat titik berat badan dari ke empat latihan tersebut yaitu

146
perbedaan kemampuan dan kemauan dari 7. Terdapat pengaruh yang signifikan
setiap individu dalam mengikuti proses latihan side plank terhadap
latihan. Perbedaan kemampuan sudah pasti peningkatankeseimbanganpada
disebabkan karena setiap individu mahasiswa putra jurusan pendidikan
memiliki kemampuan fisik yang berbeda, kepelatihan Universitas Negeri
salah satunya dari segi fisiologis. Surabaya angakatan 2014.
Perbedaan kemampuan mungkin masih 8. Terdapat pengaruh yang signifikan
bisa diperdebatkan, karena subjek latihan side lying hip abduction
merupakan mahasiswa olahraga yang terhadap
sudah tidak asing lagi dengan kegiatan peningkatankeseimbanganpada
olahraga. Faktor yang paling berpengaruh mahasiswa putra jurusan pendidikan
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kepelatihan Universitas Negeri
yaitu faktor minat atau kemauan. Surabaya angakatan 2014.
Berdasarkan faktor kemauan tersebut 9. Terdapat pengaruh yang signifikan
sehingga saat menentukan repetisi latihan oblique crunch terhadap
maksimal cenderung tidak maksimal dan peningkatankeseimbanganpada
dampaknya terhadap proses latihan yang mahasiswa putra jurusan pendidikan
dilakukan selama 24 kali pertemuan. kepelatihan Universitas Negeri
Sebagai tambahan, penelitian yang Surabaya angakatan 2014
dilakukan Tomoko Okada, Kellie C. 10. Terdapat perbedaan pengaruh yang
Huxel, And Thomas W. Nesser (2011) signifikan antara latihan plank, side
mengemukakan ada hubungan antara plank, side lying hip abduction, dan
latihan core stability dengan beberapa oblique crunch terhadap
kemampuan diantaranya kemampuan keseimbangan.
menekuk dengan satu kaki, gerakan flexy
pada otot, dan gerakain aktif meluruskan Saran
kaki. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah diuraikan, maka saran yang
dapat disampaikan antara lain:
PENUTUP
6. Untuk meningkatkan komponen fisik
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan keseimbangan dapat dilakukan
pembahasan yang telah diuraikan pada bab dengan latihancore stability. Sehingga
sebelumnya, maka dapat disimpulkan para pelatih dan pelaksana kegiatan
bahwa: olahraga dapat menjadikan bentuk
6. Terdapat pengaruh yang signifikan latihan ini sebagai acuan dalam upaya
latihan plank terhadap untuk meningkatkan keseimbangan.
peningkatankeseimbanganpada 7. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut
mahasiswa putra jurusan pendidikan terkait dengan perbandingan
kepelatihan Universitas Negeri latihancore stability, dengan
Surabaya angakatan 2014. menambah model latihan lain pada
populasi dan karakteristik yang

147
berbeda, dengan harapan agar With Balance Ability: Risk Of
nantinya memberikan hasil Falls In Older Adults. Journal of
eksperimen yang lebih luas terkait Sports Science and Medicine
dengan hasil latihan tersebut. (2014) 13, 349-357
8. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian
ini dapat dijadikan sebagai bahan Kusnanik, N.W., Nasution, J., & Hartono,
masukan maupun perbandingan, jika S. 201l. Dasar-Dasar Fisiologi
peneliti ingin mengangkat masalah Olahraga. Surabaya : UNESA
yang sejenis dengan penelitian ini. University Press.

DAFTAR PUSTAKA Maksum, Ali. 2012. Metodologi


Apta, M dan Febi, K. 2015. Ilmu Penelitian Dalam Olahraga.
Kepelatihan Dasar. Bandung: Surabaya: Unesa University Press.
ALFABETA
Mutlu Cu, Emre Ak, Recep Ali zdemir,
Badriah, Laelatul, Dewi. 2011.Fisiologi Feza Korkusuz, And David G.
Olahraga Edisi II. Bandung: Multazam. Behm. 2012. The effect of
instability training on knee joint
Bret, Contreras. 2014. Bodyweight: proprioception and core
Strenght Training Anatomy. strength.Journal of Sports Science
United States: Human Kinetics. and Medicine (2012) 11, 468-474

Budiwanto, Setyo. 2012. Metodologi Nurcholis, & Januarumi, Fransisca. 2013.


Latihan Olahraga. Malang: Pembelajaran Senam Dengan
Penerbit Universitas Negeri Pendekatan Pola Gerak Dominan.
Malang (UM PRESS). Surabaya: Unesa University Press.

Brian Mac. 2015. Core Stability. Program Pascasarjana. 2015. Pedoman


http://www.brianmac.co.uk/corest Penulisan Tesis dan Disertasi.
ab.htm. Surabaya:Unesa.

Brian Mac. 2015. Core Stability Exercise. Ratames, Nicholas. 2012. ACSM s
http://www.brianmac.co.uk/corest Fondation of Strenght Training
abex.htm. adn Conditioning. New Jersey:
American College Of Sport and
Emilio J. Martnez-Lpez Emilio, Fidel Medicine.
Hita-Contreras, Pilar M. Jimnez-
Lara, Pedro Latorre- Romndan Shivalika. Apoorv Narain. Jagmohan
Antonio Martnez-Amat. 2014. The Singh. Sabyasachi Bhowmik. 2013.
Association Of Flexibility, To Compare The Effect Of Core
Balance, And Lumbar Strength

148
Stability Exercises And Muscle Occurrence Of Core Muscle
Energy Techniques On Low Back Fatigue During High-Intensity
Pain Patients. IOSR Journal of Running Exercise And Its
Sports and Physical Education Limitation To Performance: The
(IOSR-JSPE) e-ISSN: 2347-6745, Role Of Respiratory Work. Journal
p-ISSN: 2347-6737, Volume 1, of Sports Science and Medicine
Issue 2 (Nov. Dec. 2013), PP 09- (2014) 13, 244-251
15 www.iosrjournals.org
Tomoko Okada, Kellie C. Huxel, And
SinHo Chung, JuSang Lee, and Jang Soon Thomas W. Nesser. 2011.
Yoon. 2013. Effects Of Relationship Between Core
Stabilization Exercise Using A Ball Stability,Functional Movement,
On Mutifidus Cross-Sectional Area And Performance. 25(1)/252261
In Patients With Chronic Low Journal of Strength and
Back Pain.Journal of Sports Conditioning Research @2011
Science and Medicine (2013) 12, National Strength and
533-541 Conditioning Association

Sri. Kustini. 2011. Pelatihan Terpadu Winarno, M.E. 2011. Metodologi


(Kegel Dan Core Stability) Penelitian Dalam Pendidikan
Meningkatkan Kekuatan Otot Jasmani. Malang: Media
Dasar Panggul Wanita Multipara. Cakrawala Utama Press.
Jurnal Fisioterapi Vol. 11 No. 1,
April 2011.

Sukadiyanto& Muluk. 2011. Pengantar


Teori dan Metodologi Melatih
Fisik. Bandung: CV. LUBUK
AGUNG.

Sumiaki Maeo, Takumi Takahashi, Yohei


Takai dan Hiroaki Kanehisa. 2013.
Trunk Muscle Activities During
Abdominal Bracing: Comparison
Among Muscles And Exercises.
Journal of Sports Science and
Medicine (2013) 12, 467-474

Tomas K. Tong,Kellie C. Huxel, And


Thomas W. Nesser. 2014. The

149
PENGARUH LATIHAN HEAVY BAG THRUST UNTUK
MENINGKATKAN HASIL TOLAK PELURU MAHASISWI
PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA
2A ANGKATAN TAHUN 2014

Drs. Slamet, M.Kes AIFO/Pendidikan Kepelatihan Olahraga/FKIP/UNRI


Ni Putu Nita Wijayanti,M.Pd/Pendidikan Kepelatihan Olahraga/FKIP/UNRI
Drs. M. Khoiruddin/Pendidikan Kepelatihan Olahraga/FKIP/UNRI

slamet@yahoo.com

Abstrak

Abstrak: Berdasarkan observsi di lapangan, bahwa mahasiswa kepelatihan putri 2A, belum
maksimal dalam melakukan tolak peluru, hal ini terlihat paa saat perkulihan. Dugaan
sementara disebabkan karena kurang baiknya kondisi fisik mahasiswa salah satunya adalah
kekuatan otot lengan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakan terdapat
Pengaruh Latihan Heavy bag thrust untuk meningkatkan hasil tolak peluru mahasiswi
Pendidikan Kepelatihan Olahraga 2A Angkatan Tahun 2014. Populasi dlam penelitian ini
adalah semua mahasiswi kepelatihan 2A yaitu berjumlah 8 orang. Sampel dalam penelitian
ini yaitu sebanyak 8 orang. Instrumen yang digunakan adalah melihat jauhnya tolak peluru.
Data yang diperoleh di analisi dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan uji- t menghasilkan
thitung sebesar 2,238 dengan ttabel 1,90 maka ditolak, diterima, pada taraf alfa ( 0,05.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan Heavy bag thrust terhadap hasil tolak
peluru mahasiswa pendidikan kepelatihan olahraga 2A Angkatan 2014.

Kata Kunci: Latihan Heavy Bag Thrust, Hasil Tolak Peluru

PENDAHULUAN yang baik, (3) untuk meningkatkan


kebugaran jasmani, (4) untuk prestasi
Olahraga merupakan aktivitas yaitu; mengembangkan bakat yang
jasmani (fisik) yang terdapat kegiatan dimiliki seseorang (Kanca, 2006a: 3).
permainan dan dilakukan dalam bentuk Bentuk pelaksanaan latihan yang
pertandingan atau perlombaan (Yusuf H. dilakukan berbeda-beda disesuaikan
dan Aif Syarifudin, 1996: 4). Tujuan dengan tujuan yang ingin dicapai.
melakukan aktivitas olahraga yaitu (1) Olahraga prestasi merupakan
untuk rekreasi yaitu; menyeimbangkan olahraga yang lebih menekankan pada
fungsi saraf otonom akibat dari tekanan peningkatan prestasi seorang atlet pada
mental, (2) untuk pendidikan yaitu; suatu kecabangan olahraga tertentu.
mengajarkan nilai-nilai dan Melalui olahraga prestasi ini dapat
pengembangan kepribadian serta perilaku dikembangkan potensi diri atau bakat dari

150
atlet bersangkutan. Olahraga prestasi juga dibutuhkan saat gerakan gliding sehingga
berperan penting dalam pengembangan momentum yang didapatkan besar dan
aspek kepribadian atlet seperti tanggung membuat tolakan menjadi lebih jauh.
jawab, kompetisi, disiplin, dan percaya Mahasiswa Pendidikan
diri. Kepelatihan Olahraga Universitas Riau
Upaya peningkatan prestasi adalah salah satu prodi yang mencetak
olahraga merupakan suatu hal yang seorang pelatih yang mampu mencetak
kompleks yang saling melengkapi satu atlet berprestasi. Materi tolak peluru juga
dengan yang lain dan dipengaruhi oleh diberikan kepada mahasiswa Pendidikan
berbagai faktor. Selain faktor mental, Kepelatihan Olahraga untuk semua
psikis, taktik dan strategi, faktor kondisi angkatan mengingat tolak peluru sering
fisik juga merupakan faktor yang sangat diperlombakan dalam berbagai ajang serta
penting dalam pencapaian prestasi menjadi salah materi yang diberikan pada
olahraga. jenjang sekolah baik SD, SMP maupun
Pelatihan kondisi fisik dapat SMA. Problematika yang terjadi di
memegang peranan penting untuk lapangan dari tahun ke tahun hampir sama
mempertahankan dan meningkatkan yakni masih kurangnya power lengan yang
derajat kesegaran jasmani (physical menjadi salah satu penyebab hasil tolakan
fittness) (Iwan Setiawan, 1991: 110). menjadi tidak optimal. Problematika ini
Unsur-unsur kondisi fisik yang sering dialami oleh mahasiswi
berpengaruh yaitu daya tahan jantung, dibandingkan dengan mahasiswa, pada
pernafasan, dan peredaran darah daya mahasiswi angkatan 2014 misalnya hanya
tahan otot, kecepatan, kelincahan, 25% mahasiswa yang lulus dengan standar
kekuatan, kelentukan persendian, dan daya tolakan yang telah ditetapkan oleh
ledak (Iwan Setiawan, 1991: 112). dosennya yaitu 7 meter. Secara teknik
Seorang atlet yang memiliki taktik dan penguasaan mereka lebih baik, namun dari
teknik yang baik tidak akan dapat penilaian hasil tolakan masih jauh dari
menunjukan penampilan terbaiknya kata sempurna.
sepanjang pertandingan/perlombaan tanpa Ada berbagai metode latihan yang
didukung oleh kemampuan fisik yang dapat diberikan untuk meningkatkan
prima terutama daya tahan jantung, power lengan, salah satunya dengan
pernapasan dan peredaran darah (cardio menggunakan metode latihan pliometrik.
respiratory endurance). Metode latihan pliometrik adalah metode
Tolak Peluru merupakan salah satu latihan untuk mengembangkan explosive
nomor atletik yang selalu diperlombakan power, yang merupakan komponen
pada perlombaan tingkat Internasional penting yang butuhkan dalam penampilan
seperti Sea Games, ASEAN Games, atlet (James C. Radcliffe & Robert C.
olimpiade dan lain sebagainya. Hal ini Farentinos, 1985: 8). Heavy bag thrust
menyebabkan pembinaan dan pelatihan adalah salah satu bentuk latihan pliometrik
tolak peluru perlu dilakukan untuk yang sangat baik untuk mengembangkan
mendapatkan prestasi yang optimal. kekuatan, kecepatan dan power. Latihan
Secara umum dari beberapa komponen tersebut baik digunakan untuk seorang
kondisi fisik umum, terdapat beberapa pelempar cakram, penolak peluru, atlet
unsur dalam nomor tolak peluru, unsur angkat besi, dan baik juga untuk seorang
yang dimaksud adalah kekuatan, pemain basket (James C. Radcliffe &
kecepatan dan power. Tetapi tidak berarti Robert C. Farentinos, 1985: 102).
unsur yang lain tidak dibutuhkan, teori Berdasarkan latar belakang diatas
yang menyatakan bahwa yang paling maka peneliti ingin memberikan suatu
utama adalah kekuatan, Andi ishan ( 1994 bentuk latihan pliometrik yakni Heavy bag
). Power tungkai dan lengan bahu thrust untuk meningkatkan hasil tolak

151
peluru mahasiswi Pendidikan Kepelatihan X : Perlakuan dengan latihan heavy
Olahraga 2A Angkatan Tahun 2014. bag thrust
Berdasarkan latar belakang di atas
T 2 : Tes akhir (post test)
maka, rumusan penelitian ini adalah :
Apakah terdapat Pengaruh Latihan Heavy
bag thrust untuk meningkatkan hasil tolak Subyek penelitian adalah keseluruhan
peluru mahasiswi Pendidikan Kepelatihan varian yang menjadi bahan penelitian.
Olahraga 2A Angkatan Tahun 2014? Dalam penelitian ini jumlah subyek
Sesuai dengan perumusan masalah penelitian yang dipergunakan sebanyak 8
maka tujuan penelitian ini adalah untuk orang mahasiswi Prodi Pendidikan
mengetahui Pengaruh Latihan Heavy bag Kepelatihan Olahraga Kelas 2A Angkatan
thrust untuk meningkatkan hasil tolak 2014.
peluru mahasiswi Pendidikan Kepelatihan Instrumen yang di pakai dalam
Olahraga 2A Angkatan Tahun 2014. penelitian ini tes tolak peluru dengan
1. Bagi mahasiswa menggunakan alat ukur Roll meter.(PB.
a) Memberikan sumbangan bagi PASI:2007:176).
mahasiswa agar dapat Petunjuk pelaksanaan lompat jauh:
mengembangkan diri dalam a) Testi di berikan kesempatan untuk
mencapai prestasi tolak peluru menolak peluru dengan berat 4 kg
b) Memberikan pengalaman kepada sebanyak tiga kali
mahasiswa untuk belajar meneliti. b) Hasil tolakan diambil yang terjauh
2. Bagi dosen c) Pengukuran hasil tolakan diukur dari
a) Untuk memperbaiki sistematika bekas jatuhnya peluru yang pertama
pembelajaran dalam nomor tolak mengenai tanah/rumput. Pengukuran
peluru dicatat keseperatus (0,01 meter).
b) Untuk menambah kredit semester Dalam penelitian ini dilakukan
dalam menyusun laporan kinerja analisis data dengan uji-t independent
dosen. dengan parametrik prasyarat yaitu uji
3. Bagi prodi normalitas data pada taraf signifikansi 5%
a) Menambah perpustakaan prodi dengan menggunakan uji liliefors. Data
yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dari hasil pre-test dan post-test
b) Menambah Poin pada akreditasi yang dilakukan terhadap subyek
oleh BAN- PT penelitian.
Hipotesis statistik yang di ujikan
dalam penelitian ini dengan rumus uji t
METODE PENELITIAN sebagai berikut :
Hasil penelitian digunakan uji t
Rancangan penelitian yang (Zulfan Ritongga, 2007 : 91) dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah rumus :
The Non-Randomized Pretest Posttest
Design (Kanca, 2006: 81). Adapun t=
rancangan penelitiannya dapat dilihat pada Keterangan :
bagan berikut.
= rata-rata
PRE LATIHAN HEAVY BAG POST Sd = Standar deviasi
THRUST (X)
TEST
(T1)
TEST (T2)
n = Sampel
Hipotesis yang di uji dalam
penelitian ini adalah Hipotesis yang di uji
Keterangan: dalam penelitian ini adalah :
T 1 : Tes awal (pre test)

152
Ho : Tidak Terdapat Pengaruh Latihan Table 2.Nilai Interval Data Pree-test
Heavy Bag Thrust Terhadap Hasil Tolak Hasil Tolak Peluru
Peluru Mahasiswi Pendidikan Kepelatihan
Olahraga 2A Angkatan Tahun 2014. Nilai Kelas Frekuensi Frekuensi
Interval Absolut Relatif
Aturan pengambilan keputusan pada taraf 5,17-5,77 4 50%
signifikan = 0,05 apabila thitung > t tabel 5,78-6,38 0 0%
maka HO ditolak, Hi diterima dan bila t 6,39-6,99 3
37,5%
hitung < t tabel dan HO diterima Ha ditolak 7,00-7,60 1
12,5%
100%
JUMLAH 8
HASIL DAN PEMBAHASAN`
Data yang diperoleh sebagai hasil Berdasarkan data distribusi
penelitian adalah data kualitas melalui test frekuensi di atas, persentasi dari 8
sebelum dan sesudah perlakuan latihan orang sampel ternyata sebanyak 4
heavy bag thrust terhadap hasil tolak orang sampel (50%) memiliki hasil
peluru mahasiswa pendidikan kepelatihan hasil tolak peluru dengan kelas interval
olahraga 2A Angkatan 2014. Variabel- 5,17-5,77, selanjutnya ada sebanyak 3
variabel yang ada pada penelitian ini yaitu orang sampel (37,5%) memiliki hasil
latihan Heavy bag thrust yang tolak peluru dengan kelas interval
dilambangkan dengan X sebagai variabel 6,39-6,99, dan sebanyak 1 orang
bebas, sedangkan dengan Hasil tolak sampel (12,5%) memiliki hasil hasil
peluru dilambangkan dengan Y sebagai tolak peluru dengan kelas interval
variabel terikat. 7,00-7,60, kemudian pada kelas
1. Hasil Pree-test Hasil tolak peluru interval 5,78-6,38 tidak ada sampel
Setelah dilakukan test hasil tolak yang memiliki hasil tolak peluru.
peluru sebelum dilaksanakan metode Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
latihan Heavy bag thrust maka didapat histogram berikut:
data awal dengan perincian dalam
Analisis Hasil Pree-test hasil tolak
peluru pada table 1 sebagai berikut :

Tabel 1. Analisis Pree-test Hasil Tolak


Peluru

No Data Statistik Pree-test


1 Sampel 8
2 Mean 6,22
3 Std. Deviation 0,814
4 Variance 0,663
5 Minimum 5,17
6 Maximum 7,56
7 Sum 49,79 Gambar 1. Histogram Data Pree-test
Hasil Tolak Peluru
Dari table Analisis Pree-test hasil
tolak peluru di atas dapat dijelaskan 2. Hasil Post-test Hasil Tolak Peluru
bahwa pree-test hasil hasil tolak peluru Setelah dilakukan test hasil tolak
sebagai berikut : skor tertinggi 7,56, peluru dan diterapkan perlakuan
skor terendah 5,17, dengan mean 6,22, latihan heavy bag thrust maka didapat
standar deviasi 0,814, dan varian data akhir dengan perincian dalam
0,663. Analisis data yang tertuang Analisis Hasil Post-test hasil tolak
dalam Distribusi frekuensi sebagai peluru pada table 3 sebagai berikut :
berikut:

153
Tabel 3. Analisis Hasil Post-test Hasil
Tolak Peluru

No Data Statistik Post-test


1 Sampel 8
2 Mean 6,83
3 Std. Deviation 0,998
4 Variance 0,997
5 Minimum 5,42
6 Maximum 8,43
7 Sum 54,67

Dari tabel Analisis Hasil diatas


dapat disimpulkan bahwa hasil post- Gambar 2. Histogram Data Post-
test hasil tolak peluru sebagai berikut : test Hasil Tolak Peluru
skor tertinggi 8,43, skor terendah 5,42,
dengan mean 6,83, standar deviasi Pengujian persyaratan analisis
0,998, dan varian 0,997. Analisis data dimaksudkan untuk menguji asumsi
yang tertuang dalam Distribusi awal yang dijadikan dasar dalam
frekuensi sebagai berikut: menggunakan teknik analisis variansi.
Asumsi adalah data yang dianalisis
Table 4.Nilai Interval Data Post-test Hasil dan diperoleh dari sampel yang
Tolak Peluru mewakili populasi berdistribusi
Nilai Kelas Frekuensi Frekuensi
normal, dan kelompok-kelompok yang
Interval Absolut Relatif dibandingkan berasal dari populasi
5,42-6,17 2 25% yang homogen.Untuk itu yang
25%
6,18-6,93 2 digunakan penguji yaitu uji normalitas.
25%
6,94-7,69 2 Uji normalitas dilakukan dengan uji
25%
7,70-8,45 2 lilliefors dengan taraf signifikan 0,05
100%
JUMLAH 8 dengan hasil dari pengujian
persyaratan sebagai berikut :
Berdasarkan data distribusi Uji normalitas dilakukan dengan
frekuensi di atas, persentasi dari 8 uji Lilliefors, hasil uji normalitas
orang sampel ternyata sebanyak 2 terhadap variabel penelitian yaitu
orang sampel (25%) memiliki hasil latihan Heavy bag thrust (X) Hasil
hasil tolak peluru dengan kelas interval tolak peluru (Y) dapat dilihat pada
40,5-44,2, kemudian sebanyak 2 orang table 5 sebagai berikut :
sampel (25%) memiliki hasil hasil
tolak peluru dengan kelas interval Tabel 5. Uji Normalitas Data Hasil Tolak
6,18-6,93, selanjutnya sebanyak 2 Peluru
orang sampel (25%) memiliki hasil
hasil tolak peluru dengan kelas interval Variabel L L Tabel
Hitung
6,94-7,69 dan 2 orang sampel (25%) Hasil Pree-test Hasil 0,255 0,285
memiliki hasil hasil tolak peluru Tolak Peluru
Hasil Post-test Hasil Tolak 0,192 0,285
dengan kelas interval 7,70-8,45. Untuk Peluru
lebih jelasnya dapat dilihat pada
histogram berikut: Dari tabel 5 diatas terlihat
bahwa data hasil pree-test hasil tolak
peluru setelah dilakukan perhitungan
menghasilkan Lhitung sebesar 0,255
dan Ltabel sebesar 0,285. Ini berarti
Lhitung lebih kecil dari Ltabel. Dapat

154
disimpulkan penyebaran data hasil terdapat pengaruh latihan heavy bag
hasil tolak peluru adalah berdistribusi thrust terhadap hasil tolak peluru
normal. Untuk pengujian data hasil mahasiswa pendidikan kepelatihan
hasil tolak peluru post-test olahraga 2A Angkatan 2014, ini
menghasilkan Lhitung 0,192 lebih kecil menunjukkan terdapat pengaruh antara
dari Ltabel sebesar 0,285. Maka dapat dua variabel tersebut di atas. Pengujian
diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang menunjukan terdapat
penyebaran data hasil tolak peluru pengaruh latihan Heavy bag thrust
post-test adalah berdistribusi normal. terhadap hasil tolak peluru mahasiswa
pendidikan kepelatihan olahraga 2A
Hipotesis yang diuji dalam Angkatan 2014.
penelitian ini adalah : Untuk mendapatkan hasil tolakan
H0 : Tidak terdapat pengaru latihan yang optimal tentu keempat aspek
Heavy bag thrust (X) pencapaian prestasi seperti fisik,teknik,
Terhadap Hasil tolak peluru taktik dan mental perlu dilatih dengan
(Y) mahasiswa pendidikan berbagai metode. Komponen kondisi
kepelatihan olahraga 2A fisik yang dominan harus dimiliki oleh
Angkatan 2014. seorang penola antara lain sebagai
Ha : terdapat pengaru latihan berikut: kekuatan (strength), adalah
Heavy bag thrust (X) komponen kondisi fisik seseorang
Terhadap Hasil tolak peluru tentang kemampuannya dalam
(Y) mahasiswa pendidikan mempergunakan otot untuk menerima
kepelatihan olahraga 2A beban sewaktu bekerja. Daya ledak
Angkatan 2014. (muscular power) adalah kemampuan
Data yang diperoleh dianalisis seseorang untuk mempergunakan
secara deskriptif, maka selanjutnya kekuatan maksimum yang dikerahkan
dilakukan pengujian hipotesis dalam waktu yang sependek-
penelitian yang telah diajukan sesuai pendeknya. Dalam hal ini, dapat
masalah yaitu: terdapat pengaruh dinyatakan bahwa daya ledak (Power)
latihan heavy bag thrust (X) yang sama dengan kekuatan (force) x
berpengaruh terhadap hasil tolak kecepatan (felocity). Seperti dalam
peluru (Y). Berdasarkan analisis uji t lompat tinggi, tolak peluru serta gerak
menghasilkan thitung sebesar 2,238 dan lain yang berseifat eksplosive.
ttabel sebesar 1,90. Berarti thitung > ttabel. Kecepatan (speed) adalah kemampuan
Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak sseorang untk mengerjakan gerakan
dan Ha diterima. berkesinambungan dalam bentuk yang
Dari hasil analisis diatas dapat sama dalam waktu sesingkat-
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh singkatnya seperti dalam lari cepat,
latihan heavy bag thrust (X) Terhadap puulan dalam tinju, balap sepeda,
hasil tolak peluru (Y) mahasiswa panahan dan lain-lain. Dalam hal ini
pendidikan kepelatihan olahraga 2A ada kecepatan gerak dan kecepatan
Angkatan 2014 pada taraf alfa () 0,05 explosive. Daya lentur (flexsibility)
dengan tingkat kepercayaan 95%. adalah efektifitas seseorang dalam
Dari hasil penelitian sampai menyesuaikan diri untuk segala
pengolahan data setelah dilaksanakan aktifitas dengan penguluran tubuh
penelitian yang diawali dari yang luas. Hal ini akan sangat mudah
pengambilan data hingga pada ditandai dengan tingkat fleksibilits
pengolahan data yang akhirnya persendian pada seluruh tubuh.
dijadikan patokan sebagai pembahasan Kelincahan (agility) adalah
hasil penelitian sebagai berikut : kemampuan seseorang untuk merubah

155
posisi diarena tertentu. Seseorang yang 0,05. Dapat disimpulkan bahwa terdapat
mampu merubah satu posisi yang pengaruh latihan Heavy bag thrust
berbeda dalm kecepatan tinggi dengan terhadap hasil tolak peluru mahasiswa
koordinasi yang baik, berarti pendidikan kepelatihan olahraga 2A
kelincahannya cukup baik. Angkatan 2014.
Keseimbangan (balance) adalah
kemampun seseorang mengendalikan Saran
organ-organ saraf otot, seperti dalam
handstand atau dalam mencapai 1. Bagi peneliti, sebagai masukan
keseimbangan sewaktu seseorang penelitian lanjutan dalam rangka
sedang berjalan kemudian terganggu pengembangan ilmu dalam bidang
(misalnya tergelincir dan lain-lain). pendidikan Olahraga, dan penelitian
Dibidang olahraga banyak hal yang yang bermaksud melanjutkan dan
harus dilakukan atlet dalam masalah mengembangkan penelitian ini.
keseimbangan ini, baik dalam 2. Kepada para pelatih agar dapat
menghilangkan ataupun menerapkan metode latihan dengan
mempertahankan keseimbangan. Pada menggunakan heavy bag thrust agar
sampel penelitian terdapat fakta bahwa lebih efektif dalam meningkatkan hasil
mereka cukup menguasai teknik tolak tolak peluru.
peluru saat mengikuti perkuliahan 3. Bagi pembaca, penelitian ini
semester Genap 2014/2015, namun bermanfaat sebagai bahan masukan
saat evaluasi hasil yang dicapai jauh dalam menyusun strategi latihan dalam
dari target sesuai dengan usianya. olahraga yang mampu meningkatkan
Jadi dengan adanya pola latihan penguasaan teknik olahraga dikalangan
Heavy bag thrust yang diterapkan pada atlet.
mahasiswa pendidikan kepelatihan 4. Diharapkan bagi mahasiswa Pendidikan
olahraga 2A Angkatan 2014, Kepelatihan Olahraga Universitas Riau
menunjukkan adanya peningkatan menjadi pendorong penguasaan teknik
terhadap hasil tolak peluru mahasiswi. yang lebih baik, sehingga kualitas
Artinya setiap latihan yang dilakukan kondisi fisik juga semakin baik.
tentu mengharapkan peningkatan
terhadap hasil yang dicapai. Latihan DAFTAR PUSTAKA
merupakan proses yang berulang dan
meningkatkan potensi dalam rangka Gerry A. Carr. 2003. Atletik Untuk
mencapai prestasi yang maksimum. Sekolah. Jakarta: Raja G
Berdasarkan uji- t menghasilkan rafindo Persada.
thitung sebesar 2,238 dengan ttabel 1,90
maka ditolak, diterima, pada Hadisasmita, Yusuf dan Aif Syarifuddin.
taraf alfa ( 0,05. Dapat disimpulkan 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar.
bahwa terdapat pengaruh latihan Jakarta: Depdiknas.
Heavy bag thrust terhadap hasil tolak
peluru mahasiswa pendidikan Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-
kepelatihan olahraga 2A Angkatan Aspek Psikologis dalam Coaching.
2014. Jakarta: Depdikbud

Radcliffe, C. James & Farentinos, C.


SIMPULAN
Berdasarkan uji- t menghasilkan thitung Robert.1985. Plyometrics
Explosive Power Training. USA:
sebesar 2,238 dengan ttabel 1,90 maka
Human Kinetics Publishers.
ditolak, diterima, pada taraf alfa (

156
Rosdiani, Dini. (2012). Dinamika Penjas16.blogspot.com. Dibrowsing pada
Olahraga dan Pengembangan tanggal 15 April 2015
Nilai. Bandung.
Ayusinauonline.blogspot.com. Dibrowsing
(http://pasuhtar.blogspot.com). pada tanggal 15 April 2015
Dibrowsing pada tanggal 15 April 2015

157
PENGARUH LATIHAN FRONT BOX JUMP DAN ROPE JUMP
TERHADAP KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN
POWER OTOT TUNGKAI

GilangMucharrorAlfansuri
Dr. Achmad Widodo, M.Kes
Dr. Wijono, M.Pd
Program Studi S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Surabaya
e-mail ; gilangmucharror@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuanpenelitianuntukmenganalisistentang: (1) pengaruh Front Box Jump terhadap


kekuatan otot tungkai; (2) pengaruh Front Box Jump terhadap power otot tungkai; (3)
pengaruh Rope Jump terhadap kekuatan otot tungkai; (4) pengaruh Rope Jump terhadap
power otot tungkai; (5) perbedaan pengaruh Front Box Jump dan Rope Jump terhadap
kekuatan otot tungkai; (6) perbedaan pengaruh Front Box Jump dan Rope Jump terhadap
power otot tungkai; SasaranpenelitianiniadalahMahasiswa Jurusan Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Universitas PGRI Adi Buana Surabaya. Jenis penelitian iniadalah kuantitatif
dengan metode eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan Non Randomize
Control Group Pretest-Posttest Design. Dan analisis data menggunakan Anova. Proses
pengambilan data dilakukandengantesback and leg dynamometer dan Jump DF,
hasilpenelitiandianalisisdenganmenggunakanbantuan SPSS seri 21.0.Hasilpenelitian: (1)
terdapat pengaruh signifikan latihanFront Box Jump terhadap kekuatan otot tungkai; (2)
terdapat pengaruh signifikan latihanFront Box Jump terhadap power otot tungkai;(3) terdapat
pengaruh signifikan latihanRope Jump terhadap kekuatan otot tungkai;(4) terdapat pengaruh
signifikan latihanRope Jump terhadap power otot tungkai;(5) terdapat perbedaan pengaruh
yang signifikan latihanFront Box Jump dan Rope Jump terhadap kekuatan otot
tungkai;(6)terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan latihanFront Box Jump dan Rope
Jump terhadap power otot tungkai.

Kata kunci:Front Box Jump, Rope Jump, Kekuatan Otot Tungkai, dan Power Otot Tungkai.

A. PENDAHULUAN kita harus menyadari adanya suatu


Pembinaan olahraga saat ini kenyataan tujuan manusia melakukan
sudah semakin maju, hal ini tidak lepas olahraga diantaranya ; 1) mereka yang
dari peran serta masyarakat yang melakukannya hanya untuk rekreasi, 2)
semakin sadar dan mengerti akan arti mereka yang melakukan olahraga
pentingnya olahraga itu sendiri, di untuk tujuan pendidikan, 3) mereka
samping adanya dukungan dan yang melakukannya untuk mencapai
perhatian dari pemerintah dalam kebugaran jasmani dan 4) mereka yang
menunjang perkembangan olahraga di melakukan kegiatan olahraga tertentu
negara kita. Dalam kehidupan modern
untuk mencapai prestasi (Sajoto, 1988 ; (2009), mengambarkan piramida faktor
2). pelatihan dibawah ini:
Tujuan dari pembinaan
olahraga itu sendiri untuk
mengidentifikasi calon atlet berpotensi, mental
memilih jenis olahraga yang sesuai Taktik
dengan potensi dan minatnya yang Teknik
memperkirakan peluang untuk berhasil Fisik
dalam program pembinaan sehingga Gambar Piramida faktor-faktor pelatihan
dapat mencapai prestasi yang (Bompa, 2009)
diharapkan. Pencapaian prestasi
olahraga merupakan suatu proses yang Latihan kondisi fisik (physical
membutuhkan waktu yang cukup lama. conditioning) memegang peranan
Untuk pencapaian prestasi yang tinggi penting untuk menjaga dan
maka diperlukan latihan yang meningkatkan kemampuan kinerja
terprogram dari pelatih, teratur dan fisik. Mengingat kondisi fisik
terukur dengan melibatkan berbagai merupakan syarat mutlak dan utama
disiplin ilmu pengetahuan dan dalam pencapaian prestasi, maka setiap
teknologi. Hal ini sejalan dengan program latihan yang harus dilakukan
pendapat Ambarukmi, dkk (2007: 2) bagi pelatih adalah mengembangkan
bahwa untuk mencapai suatu prestasi komponen-komponen kondisi yang
maksimal diperlukan teori latihan yang terkait dan dimiliki oleh atlet,
didukung dengan berbagai ilmu antara disamping itu melakukan
lain filsafat, psikologi olahraga, pengembangan masing-masing
biomekanika, gizi olahraga, komponen kondisi fisik melalui latihan
pertumbuhan dan perkembangan, yang dikhususkan pada komponen
anatomi, fisiologi dan kecakapan yang memerlukan pengembangan lebih
melatih. besar dibanding dengan komponen
Seorang pelatih olahraga lainnya serta mengacu pada tujuan
dituntut untuk meraih prestasi yang yang ingin dicapai. Kekuatan otot
maksimal di dalam perkembangan dan tungkai dan powerotot tungkai
kemajuan zaman di bidang olahraga. merupakan salah satu elemen kondisi
Hal ini yang perlu disadari oleh fisik yang banyak dibutuhkan dalam
mahasiswa PKO (Pendidikan olahraga.
Kepelatihan Olahraga) Universitas Adi Latihan kekuatan sangat perlu
Buana Surabaya yang nantinya akan diterapkan sesuai dengan penjelasan
Sukadiyanto dan Muluk (2011:90) yang
menjadi pelatih, bahwa dalam upaya
menyatakan bahwa kekuatan harus
untuk meningkatkan pencapaian ditingkatkan sebagai landasan yang mendasari
prestasi ada beberapa hal yang perlu dalam komponen biomotor lainnya. Karena
dibina diantaranya ; kondisi fisik, jika latihan kekuatan itu dilakukan dengan
teknik, taktik dan mental atlet yang benar, maka akan mempengaruhi dan
meningkatkan komponen biomotor yang lain
bersangkutan, lebih jelasnya Bompa
diantaranya; kecepatan, ketahanan otot,

159
kordinasi, power yang eksplosif, kelentukan (2010) menyatakan Plyometric
dan ketangkasan (Sukadiyanto dan Muluk, training program improved the
2011:90). Kontraksi otot sangat kuat yang
explosive power leg muscles and
merupakan respon dari pembebanan dinamik
atau regangan yang cepat dari otot yang performance level disini jelas
terlibat, (Elsayend, 2012:105). dikatakan bahwa program latihan
Power salah satu unsur kondisi fisik plyometric ini dapat meningkatkan
yang memiliki peran sangat penting dalam daya ledak (explosive power).
aktivitas olahraga, baik sebagai unsur
pendukung dalam suatu gerakan tertentu
B. METODE PENELITAN
maupun unsur yang utama dalam pencapaian
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
teknik gerakan yang sempurna. Hal ini sama
dengan yang diungkapkan oleh Kenney Jenis penelitian yang
(2012:211) bahwa power otot merupakan kunci digunakan dalam penelitian ini
dari keberhasilan seluruh olahraga.Latihan adalah penelitian kuantitatif dengan
power perlu diterapkan, sesuai dengan menggunakan metode eksperimen
penjelasan Harsono, (2001: 24) yang
semu (quasi experimental).
menyatakan bahwa kemampuan otot untuk
mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu Rancangan penelitian yang
yang amat singkat. digunakan dalam penelitian ini
Karena komponen kondisi fisik ini adalah non-randomized control
dapat meningkatkan kemampuan menendang, group pretest posttest design.
berlari cepat, melompat, meloncat, dan
gerakan-gerakan eksplosif yang dilakukan
dalam berbagai cabang olahraga. Sedangkan Kelompok T11 X1 T21
gerakan-gerakan tersebut seringkali dilakukan 1
dalam berbagai pertandingan maupun latihan
Kelompok T12 X1 T22
yang sebenarnya. Ada banyak cara untuk atau
metode yang dapat dilakukan untuk
2
meningkatkan kondisi fisik kekuatan otot Kontrol T13 - T23
tungkai dan power otot tungkai. Salah satu Keterangan:
bentuk latihan yang sering digunakan untuk T11: Kelompok 1 Pretest
meningkatkan kekuatan otot tungkai dan power T12: Kelompok 2 Pretest
otot tungkai adalah latihan plyometric. T13: Kelompok 3 Pretest
Latihan plyometric X1 : Latihan front box jump
merupakan bentuk latihan yang cukup X2 : Latihan rope jump
banyak dan beraneka ragam, akan T21: Kelompok 1 Posttest
tetapi hanya digunakan dua bentuk T22: Kelompok 2 Posttest
latihan yaitu front box jump dan rope T33: Kelompok 3 Posttest
jump. Alasan peneliti memilih kedua
bentuk latihan tersebut didasarkan
karena latihan tersebut lebih
mendominasi pembentukan kekuatan 2. Populasi dan Sampel
otot tungkai dan power otot tungkai. Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian (Milic, Dalam kaitannya dengan
dkk, 2008) menyatakan bahwa latihan penelitian ini populasi yang
plyometric dapat memberi pengaruh dimaksud adalah Mahasiswa
pada kekuatan otot tungkai. Chelly Pendidikan Kepelatihan Olahraga

160
Universitas Adi Buana Surabaya Setelah 36 sampel terpilih
angkatan 2013. Dalam penelitian secara random dan kemudian
ini seluruh populasi tidak diambil dikelompokkan dengan teknik
untuk menjadi anggota ordinal pairing, maka
sampel.Menurut (Arikunto, 2006: dikelompokkan sebagai berikut:
134) apabila subjeknya kurang dari Kelompok 1 (experiment) :12
100, lebih baik diambil semua orang (latihan front box jump)
sehingga penelitiannya merupakan Kelompok 2 (experiment) :12
penelitian populasi. Tetapi, jika orang (latihan rope jump)
jumlah subjeknya besar, dapat di Kelompok 3 (kontrol) :12
ambil 10-15% atau 20-25% atau orang (latihan konvensional)
lebih.Karena populasi dalam a. Instrumen Penelitian
penelitian ini berjumlah 120 orang, 1) Back and Leg Dynamometer

peneliti hanya mengambil 30% dari 2) Jump DF


3. Teknik Analisis Data
jumlah populasi, yaitu 36 orang
Sesuai dengan hipotesis dan jenis
sampel.Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini,
yang akan dijadikan subjek dalam maka analisis statistik yang digunakan adalah
penelitian ini, peneliti uji-t paired sample test dan Analisis of Varians
menggunakan teknik simple (Anova) dengan taraf signifikansi 5 %
menggunakan program Statistical Product and
random sampling. Simple random
Service Solution (SPSS) 21.0. untuk
sampling merupakan teknik mengetahui pengaruh latihan Front Box Jump
sampling yang memberikan dan Rope JumpTerhadap Kekuatan Otot
peluang yang samabagi individu Tungkai dan Power Otot Tungkai.
yang menjadi anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota C. HASIL PENELITIAN
Pada deskripsi hasil penelitian ini
sampel(Maksum, 2012: 55).Dalam
membahas tentang rerata dan standar deviasi
penelitian ini peneliti mengacak yang diperoleh dari hasil tes yang dilakukan
dengan cara melakukan undian pada masing-masing kelompok dihitung
kepada sampel untuk dibagi berdasarkan kelompok dan jenis latihan yang
menjadi tiga kelompok. diterapkan.
1. Analisis
Setelah 36 sampel terpilih
a. Front Box Jump
secara random, langkah selanjutnya Berdasarkan hasil treatment
mambagi kelompok sampel selama 24 pertemuan pada
penelitian dengan teknik ordinal kelompok Front Box Jump dapat
pearing.Teknik ordinal pairing dilihat bahwa terdapat peningkatan
merupakan salah satu acara nilai rerata antara pretest dan
pengelompokan sampel dengan posttest pada variabel dependent
sistem rangking.Tujuan (kekuatan otot tungkai dan power
penggunaan ordinal pairing adalah otot tungkai). Hal ini terbukti dari
untuk menyamakan kemampuan nilai rerata posttest lebih besar dari
sampel dimasing-masing kelompok. nilai terata pretest. Jelas terlihat
bahwa nilai rerata untuk

161
peningkatan kekuatan otot tungkai variabel dependent ( kekuatan
dari hasil pengukuran posttest (481 otot tungkai dan power otot
kg), terlihat lebih tinggi tungkai). Ini terbukti dari nilai
dibandingkan dengan hasil rerata posttest yang lebih besar
pengukuran pretest sebesar (421 dari nilai rerata pretest. Dimana
kg), Sehingga dapat dilihat selisih dapat dilihat bahwa nilai rerata
dari rerata tersebut menunjukkan untuk peningkatan kekuatan otot
adanya peningkatan setelah tungkai dari hasil pengukuran
diberikan latihan selama 8 minggu posttest (431 kg), dan ini terlihat
dan dengan frekuensi 3 kali lebih tinggi dibandingkan
seminggu. dengan hasil pengukuran pretest
Demikian juga terlihat sebesar (422 kg). Sehingga
perolehan data variabel power otot selisih dari rerata tesebut
tungkai yang menunjukkan terdapat menunjukkan peningkatan
peningkatan pada power otot setelah diberikan latihan Rope
tungkai yang signifikan setelah Jump selama 8 minggu dan
diberikan treatment selama 8 dengan frekuensi 3 kali
minggu. Dapat dilihat rerata untuk seminggu.
peningkatan power otot tungkai dari Demikian juga terlihat
hasil pengukuran posttest(5059.05 dari perolehan data variabel
joulle/second), dan ini terlihat lebih power otot tungkai yang
tinggi dibandingkan dengan hasil menunjukkan terdapat
pengukuran pretest sebesar peningkatan power otot tungkai
(4597.15 joulle/second). setelah diberi Latihan selama 8
Berdasarkan hasil di atas dapat minggu. Dapat dilihat rerata
diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk peningkatan power otot
dengan pemberian treatment selama tungkai dari hasil pengukuran
8 minggu pada kelompok Front posttest(4567.33 joule/second),
Box Jump, dapat meningkatkan terlihat lebih tinggi dibanding
kekuatan otot tungkai dan power dengan hasil dari pengukuran
otot tungkai. pretest sebesar (4155.55
joule/second). Berdasarkan hasil
tersebut di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa
b. Data hasil dalam memberikan sebuah
latihanRope Jump treatment pada kelompok
Dilihat dari hasil eksperimen Rope Jump dapat
pengukuran pada kelompok meningkatkan kekuatan otot
eksperimen Rope Jump dapat tungkai dan power otot tungkai.
terlihat bahwa adanya 2. Pengujian
peningkatan nilai rerata antara Hipotesis
pretest dan posttest pada

162
Pengaruh Latihan Front Box dan Ha diterima. Sehingga dapat
Jump dan Rope Jump Terhadap dikatakan perbedaan yang signifikan
Kekuatan Otot Tungkai dan Power antara hasil latihan kelompok I,
Otot Tungkai.Pengujian hipotesis kelompok II, dan kelompok III
berdasarkan dari hasil tabulasi data terdapat peningkatan kekuatan otot
yang diperoleh dari tes yang diberikan tungkai dan power otot tungkai.
kepada sampel. Kemudian hasil Analisis dilanjutkan dengan
tabulasi data yang sudah diajukan uji Post Hoc Multiple Comparations
sebelumnya. dengan menggunakan analisis Least
Demikian untuk mengetahui Significant Diffrence (LSD) dengan
pengaruh Front Box Jump dan Rupe bantuan aplikasi SPSS versi 21.0,
Jump, maka langkah pengujiannya sebagai upaya untuk melihat
menggunakan uji-T atau dalam SPSS variabel independent mana yang
biasa disebut sebagai paired t-test. memberikan pengaruh yang lebih
Nilai yang digunakan dalam signifikan terhadap peningkatan
perhitungan uji-t paired t-test adalah variabel dependent.
nilai pre test dan post test dari masing- Hasil Perhitungan Post Hoc Test
masing kelompok (kelompok I, Kekuatan Otot Tungkai
kelompok II). Hasil menunjukkan bahwa ada
Berdasarkan hasil yang perbedaan pengaruh yang signifikan
diperoleh dapat diketahui bahwa ada terhadap peningkatan kekuatan otot
perbedaan antara sebelum dan sesudah tungkai di antara ketiga kelompok.
perlakuan dari masing-masing variabel Perbedaan tersebut dapat dilihat pada
dependent (kekuatan otot tungkai dan kolom mean difference. Berdasarkan nilai
power otot tungkai), baik pada mean difference tersebut, dapat diketahui
kelompok eksperimen I maupun bahwa kelompok eksperimen I lebih efektif
kelompok eksperimen II. Karena nilai dalam peningkatan kekuatan otot tungkai
P < 0,05. Maka, dapat disimpulkan dibandingkan dengan kelompok
bahwa ada perbedaan setelah diberi eksperimen II maupun kelompok kontrol.
program latihan front box jump dan
rope jump. Hasil Perhitungan Post Hoc Test Power
5. Uji Beda Rerata antar Kelompok Otot Tungkai
(Anova) Hasilmenunjukkan bahwa ada
Dari hasil perhitungan uji perbedaan pengaruh yang signifikan
beda antar kelompok menggunakan terhadap peningkatan power otot tungkai
One Way Anova dapat disimpulkan diantara ketiga kelompok. Perbedaan
bahwa terdapat hasil rerata yang tersebut dapat dilihat padamean difference.
berbeda antar kelompok, karena Berdasarkan nilai mean difference tersebut,
hasil perhitungan menunjukkan nilai dapat diketahui bahwa kelompok
Sig. 0.000 > nilai = 0.05 dan nilai eksperimen 1 lebih efektif dalam
Sig 0.000 < nilai = 0.05, sehingga peningkatan kekuatan otot tungkai
dapat dikatakan bahwa H0ditolak

163
dibandingkan dengan kelompok hakikatnya merupakan tenaga
eksperimen II maupun kelompok kontrol. pada manusia dan kekuatan itu
Berdasarkan hasil uji beda sendiri membantu serta
dependentantar kelompok dari variabel mendukung pelaksanaan suatu
dependent ( kekuatan otot tungkai dan pekerjaan atau tugas.
power otot tungkai ), dapat ditarik
kesimpulan bahwa latihan front box jump Komponen otot utama
memberikan pengaruh yang lebih yang berkontraksi pada latihan
signifikan dari pada latihan rope jump front box jump diantaranya otot
maupun kelompok kontrol. tungkai atas (otot paha) terdiri:
otot tensor fasialata, Otot
abductor dari paha, Otot
D. DISKUSI HASIL PENELITIAN vastuslaterae, Ototrektus femoris,
Ototsatrorius, Ototvastus
1. Latihan FrontBox Jump
medialis, Ototabductor,
( Kelompok Eksperimen I )
Ototgluteus maxsimus, Otot paha
Terdapatnya pengaruh lateral dan medial. Otot tungkai
latihan FrontBox Jumpterhadap bawah: Otottibialis anterior,
kekuatan otot tungkai Ototekstensor digitorum longus,
dikarenakan tungkai senantiasa Ototgastroknemius, Otottendon
melakukan kontraksi terus aciles, Ototsoleus, Ototmoleolus
menerus saat latihan ini medeialis (Bret Contreras, 2014).
dilakukan. Dengan demikian otot Dari teori tersebut diketahui
tungkai dituntut untuk bekerja dengan sangat jelas bahwa
terus menerus karena dalam besarnya terdapat pengaruh yang
melakukan latihan ini harus signifikan latihan front box jump
kontinyu atau berkelanjutan. terhadap kekuatan otot tungkai
Dengan adanya kontraksi yang dan power otot tungkai.
terus menerus serta bertambahnya
Hasil tersebut
beban setiap 2 minggu sekali
memberikan bukti bahwa latihan
sehingga dapat membuat
kekuatan otot tungkai dan power FrontBox Jumpmerupakan bentuk
otot tungkai para sampel latihan dengan fokus untuk
meningkatan kekuatan otot
meningkat. Selain itu dalam
tungkai dan power otot tungkai
program latihan Front Box Jump
pada penelitian ini menggunakan yang berpengaruh besar pada
beban diri sendiri sehingga mahasiswa Pendidikan
Kepelatihan Olahraga Angkatan
kemampuan dalam melakukan
2013 Universitas PGRI Adi
gerakan dapat dilakukan dengan
maksimal, hal ini merupakan hal Buana Surabaya.
yang sejalan dengan hakikat
2. Latihan Rope Jump ( Kelompok
kekuatan. Kekuatan pada Eksperimen II )

164
Latihan Rope Jump penelitian yaitu mahasiswa
memiliki pengaruh yang Pendidikan Kepelatihan
signifikan terhadap kekuatan Olahraga 2013 Universitas PGRI
otot tungkai dan power otot Adi Buana Surabaya
tungkai dikarenakan otot tungkai 3. PerbandinganLatihanFrontBo
senantiasa melakukan kontraksi x Jump danRope Jump
secara terus menerus ketika Terdapatnya perbedaan
latihan tersebut dilakukan. Oleh pengaruh kekuatan otot tungkai
karena itu otot tungkai dituntut dan power otot tungkai dimana
untuk bekerja terus menerus latihan FrontBox Jump lebih
karena dalam melakukan latihan baik dibandingkan dengan
ini harus kontinyu atau latihan Rope Jump hal
berkelanjutan. Dengan adanya disebabkan karena pada latihan
kontraksi yang terus menerus FrontBox Jump terjadi kontraksi
serta meningkatnya beban setiap otot-otot tungkai mengalami
2 minggu sekali sehingga peningkatan kontaksi 2 kali
membuat kekuatan otot tungkai dibandingkan dengan kontraksi
dan power otot tungkai otot pada latihan Rope Jump.
meningkat. Selain itu dalam Apabila melihat pada dasar
program latihan Rope Jump pada power yaitu hasil kali kecepatan
penelitian ini menggunakan dan kekuatan (Bucher, 2009:
instrumen yang ringan sehingga 260). Berdasarkan teori tersebut
kemampuan dalam melakukan dapat diketahui dengan sangat
gerakan dapat dilakukan dengan jelas bahwa besarnya kekuatan
maksimal hal ini merupakan hal berbanding lurus dengan
yang sejalan dengan prinsip besarnya power, artinya apabila
power. Menurut Chu (2001:95), power bertambah maka kekuatan
latihan meningkatkan power juga akan bertambah besar.
harus dilakukan pengulangan Dengan demikian, pada
gerakan dengan beban yang saat melakukan gerakan maka
ringan. Oleh karena itu terdapat kerja otot tungkai juga akan
pengaruh yang signifikan latihan lebih berat sehingga beban kerja
Rope Jump terhadap kekuatan otot tungkai pada latihan
otot tungkai dan power otot Frontbox jump lebih berat
tungkai. dibandingkan dengan latihan
Hasil tersebut memberikan Rope Jump. Dampaknya yaitu
bukti nyata bahwa Rope kelelahan, dikarenakan otot
Jumpmerupakan bentuk latihan tungkai lebih mengalami
dengan fokus peningkatan peningkatan 2 kali pada latihan
kekuatan otot tungkai dan power FrontBox Jump, dengan
otot tungkai yang ternyata dapat demikian latihan Front Box
berpengaruh pada objek Jump lebih berat dalam

165
memberikan beban pada otot bahwa latihan plyometric adalah
tungkai. Oleh karena itu suatu jenis latihan yang
peningkatan kekuatan otot digunakan untuk meningkatkan
tungkai dan power otot tungkai kekuatan dan daya ledak. Hasil
antara latihan FrontBox Jump penelitian yang dilakukan oleh
dan Rope Jump berbeda dimana Miller dkk, (2006: 459-465),
otot tungkai pada kelompok dalam jurnalnya telah
FrontBox Jump lebih mengalami ditunjukkan bahwa dengan
peningkatan 2 kali. sebuah pelatihan dikhususkan
Berdasarkan hasil untuk meningkatkan power,
pemberian latihan dan uji mean ketika menggunakan latihan
dinyatakan bahwa latihan plyometric memberikan
Frontbox jump memberikan konstribusi pada perbaikan
hasil yang lebih baik kinerja dengan meningkatkan
dibandingkan dengan pemberian kekuatan dan power secara
latihan Rope Jumpterhadap bersamaan dengan kesadaran
kekuatan otot tungkai dan power gerak. Selaras dengan hasil
otot tungkai terhadap para penelitian Adams, dkk dalam
Mahasiswa Pendidikan Singh (2011) menyatakan bahwa
Kepelatihan Olahraga 2013 plyometric dapat berkontribusi
Universitas PGRI Adi Buana pada peningkatan melompat,
Surabaya. Hal ini dapat dilihat kecepatan, power dan kekuatan
dari proses latihan FrontBox otot.
Jump dilakukan dengan cara Dengan demikian
melompat ke box secara disimpulkan bahwa latihan
berulang-ulang dan menahan plyometric merupakan latihan
berat tubuh yang bertumpu pada yang efektif untuk meningkatkan
tungkai, sedangkan gerakan kekuatan otot tungkai dan power
Rope Jump gerakannya otot tungkai. Sehingga dapat
sedikitlebihmudah.Dari hasil uji dijadikan sebagai suatu acuan
signifikan menggunakan posthoc pada latihan-latihan untuk
test menyatakan bahwa tidak ada meningkatkan kekuatan otot
perbedaan pengaruh yang tungkai dan power otot tungkai
signifikan dari hasil pemberian pada cabang-cabang olahraga
latihan FrontBox Jump dan Rope yang fokus menggunakan
Jumpterhadap kekuatan otot kekuatan otot tungkai dan power
tungkai dan power otot tungkai otot tungkai terutama latihan
pada mahasiswa Pendidikan Front Box Jump dan Rope Jump.
kepelatihan Olahraga Universitas
PGRI Adi Buana Surabaya. Hal E. Simpulan
ini sejalan dengan yang Melihat hasil penelitian dan
dikatakan oleh Johnson (2012:4) ulasan yang dipaparkan pada bab-bab

166
sebelumnya, maka dapat ditarik baik dari hasil pre test (35.16 kg)
beberapa kesimpulan penelitian yang dan memperoleh selisih rerata
diantaranya sebagai berikut : sebesar 0.76 kg. Hal ini
17. Terdapat pengaruh yang menunjukkan terdapanya
signifikan program latihanFront peningkatan pada komponen
Box Jumpterhadap peningkatan kekuatan otot tungkai dengan
kekuatan otot tungkai. Hal ini Sig.(2-tailed) 0,000 < = 0,05.
dapat dilihat dari hasil rerata 20. Terdapat pengaruh yang
pengukuran setelah diberi signifikan program latihan Rope
perlakuan selama 8 minggu, post Jumpterhadap power otot tungkai.
test (40.08 kg) yang lebih baik Hal ini dapat dilihat dari hasil
dari hasil pre test (35.08 kg) dan rerata pengukuran setelah diberi
memperoleh selisih rerata sebesar perlakuan selama 8 minggu, post
5.0. Hal ini menunjukkan test (380.61 joulle/second) yang
terdapanya peningkatan yang lebih baik dari hasil pre test
signifikan pada komponen (376.29 joulle/second) dan
kekuatan otot tungkai dengan memperoleh selisih rerata sebesar
Sig.(2-tailed) 0,000 < = 0,05. 4.32 joulle/second. Hal ini
18. Terdapat pengaruh yang menunjukkan terdapanya
signifikan program latihan peningkatan pada komponen
FrontBox Jump terhadap power kekuatan otot tungkai dengan
otot tungkai. Hal ini dapat dilihat Sig.(2-tailed) 0,000 < = 0,05.
dari hasil rerata pengukuran 21. Terdapat perbedaan
setelah diberi perlakuan selama 8 pengaruh antara latihan Front
minggu, post test (421.58 Box Jump dengan latihan Rope
joulle/second) yang lebih baik dari Jumpterhadap kekuatan otot
hasil pre test (383.08 tungkai. Perbedaan pengaruh yang
joulle/second) dan memperoleh signifikan terhadap peningkatan
selisih rerata sebesar 38.49 power otot tungkai antara
joulle/second. Hal ini kelompok eksperimen dapat
menunjukkan terdapanya dilihat dari hasil Sig. 0,000 < =
peningkatan yang signifikan pada 0,05. Dimana latihan front box
komponen power otot tungkai jump memberikan pengaruh lebih
dengan Sig.(2-tailed) 0,000 < = baik dari latihan Rope Jumpdan
0,05. kelompok kontrol terhadap
19. Terdapat pengaruh yang peningkatan kekuatan otot
signifikan program latihan Rope tungkai.
Jumpterhadap kekuatan otot 22. Terdapat perbedaan
tungkai. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh antara latihan Front Box
hasil rerata pengukuran setelah Jump dan latihan Rope
diberi perlakuan selama 8 minggu, Jumpterhadap peningkatan power
post test (35.91 kg) yang lebih otot tungkai. Perbedaan pengaruh

167
yang signifikan terhadap Pelatih Fisik Level 1. Jakarta:
peningkatan power otot tungkai Kemenegpora.
antara kelompok eksperimen
dapat dilihat dari hasil Sig. 0,000 Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian
< = 0,05. Dimana latihan front Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
box jump memberikan pengaruh Rineka Cipta.
lebih baik dari latihan Rope
Jumpdan kelompok kontrol Bompa, T. O. (1999). Periodezation
terhadap peningkatan power otot Theory and Methodology of
tungkai. Training. Illions: Kendal Hunt
Pubhlishing Company.
F. Saran
7. Perlu penelitian lebih lanjut Bompa, T.O & Haff, G.G. (2009).
mengenai latihan plyometric Periodezation Theory and
khususnya latihanFrontBox Jump Methodology of Training. New
dan Rope Jumpdengan kondisi York: Human Kinetics.
sampel yang berbeda.
8. Bagi para pelatih ataupun para calon Chelly,M.S.,Ghenem,M.A,.Abid,K.,Herma
pelatih, sebaiknya dalam penyusunan ssi,S.,Tabka,Z., and Shephard.R.J,
program latihan harus (2010). Effects of In-Season Short-
memperhatikan karakteristik dan Term Plyometric Training Program
kondisi kemampuan setiap atlet on Leg Power, Jump- and Sprint
sehingga program latihan mampu performance of Soccer Players.
dilaksanakan secara optimal, dan Journal of Strength and
sehingga proses latihan yang dijalani Conditioning Research. 24(10) /
dapat berjalan lancar dan 26702676.
mendapatkan hasil yang semaksimal
mungkin. Chen, Chao-Chien Lin, & Yi-Chun.
9. Metode latihan FrontBox Jump dan (2012). Jumping Rope Intervention
Rope Jumpdapat direkomendasikan on Health-Related Physical Fitness
dan diterapkan dalam program in Students with Intellectual
latihan untuk meningkatkan kekuatan Impairment. The Journal of Human
otot tungkai dan power otot tungkai Resource and Adult Learning. Vol
serta cabang-cabang olahraga yang 8 No. 1. 2012, pp. 56-62.
membutuhkan kemampuan berlari,
melompat serta menendang. Chu, D.A., & Myer D. Gregory. (2013).
Plyometric. United States; Human
G. DAFTAR PUSTAKA Kinetic Publisher
Ambarukmi. D.H., Pasurney.Pasurney. P.,
Chu, D. A. (1998). Jumping Into
Zidik. D.S., Irianto.D.P., Dewanti.
Plyometric (second edition). United
R.A., Sunyoto., Sulistiyanto.D., &
State Of America: Human Kinetic
Harahap.M.Y. (2007). Pelatihan

168
standing broad jump pemain tim
Chu, Donald. A., (1992). Jumping into putra bola voli PBVSI pemkab
Plyometrics. Champaign, Illinois: JEMBER.( Tesis yang tidak
Human Kinetics Pub. dipublikasikan),Universitas Negeri
Surabaya, Surabaya.
Delavier, F. (2005). StrengthTraining
Anatomi. United States: Human Furqon M. H, Risa Agus Teguh Wibowo &
Kinetic Kiyatno. (2013). Perbedaan Latihan
Plyometric Medicine Ball Back
Downey. J, (2008). Get Fit For Badminton Throw dan Medicine Ball Throw
A Practical Guide to Training For Terhadap Kemampuan Bermain
Players and Coaches. Pelham tenis Lapangan Ditinjau dari
Books Ltd. London Kekuatan Otot Lengan.Jurnal
Ilmiah SPIRIT, ISSN; 1411-8319
Elsayed, Mohammed, (2012). Efect of Vol. 13 No. 2 Tahun 2013
Plyometric Training on Specific
Physical Abilities in Long Jump Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-
Athletes. Faculty of Physical aspek Psikology Dalam Coaching.
Education for Boys, Zagazig Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga.
University, Egypt. Vol. 7 No. 2. Pp.
105-108. Harsono. (2001). Latihan Kondisi Fisik.
Bandung; Pusat Ilmu Olahraga.
Eskandar Taheri, Asghar Niksereseht &
Ebrahim Khosnam. (2014). The Hartono, Soetanto. (2007). Anatomi Dasar
effect of 8 weeks of plyometric and dan Kinesiology. Surabaya; Unesa
resistance training on agility, speed University Press.
and explosive power in soccer
players. European Journal of Kemenegpora. (2005). Panduan Penetapan
Experimental Biology. Vol 4. No.1 Parameter Tes pada Pusat
Hal 383-386 Pendidikandan Pelatihan Pelajar
dan Sekolah Khusus Olahragawan.
Evie N. Burnet & Peter E. Pidcoe. (2009). Jakarta: Kemenegpora.
Isometric gluteus medius muscle
torque and frontal plane pelvic Kenney, W., Larry Wilmore, Jack. H., &
motion during running. Journal of Costil, David L. 2012. Physiology
Sports Science and Medicine of sport and exercise. USA: Human
(2014) 8, 284-288 Kinetics

Felarisme Citra Devi. (2014). Pengaruh Kusnanik, N.W., Nasution, J, & Hartono,
pelatihan plyometric barrier hop S. (2011). Dasar-Dasar Fisiologi
dan squath depth jump terhadap Olahraga. Surabaya: Unesa
peningkatan vertical jump dan Uneversity Press.

169
and Education: Human Kinetic.
Lakshmikrishnan, R & Silvakumar, K. pp.145-155.
(2013). Effect Of Weight Training
And Plyiometric Training On Mylsidayu, Apta. & Kurniawan, Febi.
Strength Endurance And Leg (2015). Ilmu Kepelatihan Dasar.
Strength. International Journal of Bandung: ALFABETA
Health, Physical Endurance and
Computer Science in Sport.Vol. Nagarajan, S. Damodharan, & C. Praven,
11.No. 1. pp. 152-153. A. (2013). Effect of aerobic circuit
training and parcours Training on
Lee, Buddy, (2010). Jump Rope Training. Selected Physiological Variables
United States America; Human Among college Men Student,
Kinetic Jornal International, Vol. 11, 1 PP
149-151.
Lutan, R., Supandi, Giriwijoyo, Y.S.,
Ichsan, M., Harsono, Setiawan, I., Nala, Ngurah. (1998). Prinsip Pelatihan
Nadisah, Hidayat, I., Nurhasan, Fisik Olahraga. Denpasar: Program
Wiramihardja, K. (1998). Seri Pascasarjana Studi Fisiologi
Bahan Kuliah Olahraga diITB: Olahraga Universitas Udayana
Manusia dan Olahraga. Bandung. Denpasar
Bandung: ITB dan FPOK/IKIP
Bandung. Nossek, Y. (1982).Terjemahan teori umum
latihan ( Furqon, M., penerjemah)
Maksum, Ali.(2012). Metodologi Lagos Institute Nasional Sport. Pan
Pendidikan. Surabaya: Unesa African Press.
University Press.
Nurhasan. (2011). Tips Praktis Menjaga
Milic, V. (2008). The effect of plyometric Kebugaran Jasmani. Gresik Jatim.
training on the explosive strength of Abil Pustaka.
leg muscles of volleyball players on
single foot and two-foot takeoff Nurhasan, dkk. (2005). Petunjuk Praktis
jumps. Physical Education Sport. Pendidikan Jasmani. Surabaya:
Vol. 6 N2, 2008, pp 169-179. Unesa University Press.
Miller, Michael,G., C. Cheatham,
Cristoper., R.Poter, Amanda., Orhan, Serdar. (2013). The effect of rope
Richard, Mark.D., Henningar, training on Heart Rate, Anaerobic
Densye., and C.Berry, David. power, and Reaction Time of the
(2007). Chest- and Waist-Deep Basketball Players. Life Science
Aquatic Plyometric Training and Journal. Vol 10 No.4, pp 266-271.
Average Force, Power, and
Vertical-Jump Performance. Pangrazi, Robert P. and Beighle. Aaron.
International Journal of Aquatic (2010). Dynamic Physical

170
Eduacation. USA : Person dalam Olahraga. Semarang:
Benjamin Cummings Dahara Prize.

Partavi, Sadi. (2013). Effect of & weeks of Sugianingtyas Neni. (2015). Pengaruh
Rope Jump Training on Latihan Rope Jump dan Squat
Cardiovascular Endurance, Speed, Jump Terhadap Power dan Daya
And Agility in Midlle School Tahan Otot Tungkai.(Tesis yang
Student Boys. Sport Science tidak dipublikasikan) Universitas
Journal 6 (2013) 2.40-43 negeri Surabaya, Surabaya.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Sugiyono. (2011). Metode Penelitian


Surabaya. (2016). Pedoman Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Penulisan Tesis dan Desirtasi. Penerbit Alferta, Bandung.
Surabaya: Unesa
Sukadiyanto dan Dangsina Muluk. (2011).
Radcliffe, J.C., and Farentinos, R.C.(1985). Pengantar Teori dan Metodologi
Plyometric Ekplosive Power Melatih Fisik. Bandung: CV.
Training. United State of America: LUBUK AGUNG.
Human Kinetics Publiseher Inc. Winarno, M.E. (2011). Metodologi
Riyanto, Y. (2007). Metodologi Penelitian Penelitian Dalam Pendidikan
Pendidikan Kualitatif dan Jasmani. Malang. Media Cakrawala
Kuantitatif. Surabaya: Unesa Utama Press.
University Press.
Yanuar M. Rizqy. (2015). Pengaruh
Roesdiyanto & Setyo Budiwanto. (2008). Latihan Front Box Jump dan
Dasar Dasar Kepaltihan Kneeling Squat Jump Terhadap
Olahraga. Malang : Laboratium Kekuatan Otot Punggung,
Ilmu Keolahragaan Universitas Kekuatan dan Power Otot
Negeri Malang. Tungkai(Tesis yang tidak
dipublikasikan)Universitas Negeri
Sandler, D. (2005). Sport Power Develop Surabaya
the Optimal, Combination of Size,
Speed, Strength. America: Human
Kinetics.

Sajoto. (1988). Pembinaan Kondisi Fisik


Dalam Olahraga. Semarang:
Dahara Prize

Sajoto, M. (1995). Peningkatan dan


Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik

171
PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM KURIKULUM 2013
TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI GIZI SEIMBANG PADA SISWA KELAS V
SDN 1 MOJO KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh :
Puspodari, M.Pd

Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi


Universitas Nusantara PGRI Kediri
Puspodari90@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw dapat mempengaruhi terhadap hasil belajar materi pedomanumumgiziseimbangpada
kelas V SDN 1 Mojo kabupaten Kediri. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research) yaitu suatu bentuk kajian yang
bersifat reflektif untuk memahami, meningkatkan kemahiran belajar, memperbaiki kondisi
proses pembelajaran.
Penelitian ini memerlukan peran peneliti untuk bekerja sama dengan guru pendidikan jasmani
untuk pemahaman tindakan, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan, dan
menyusun konsep tindakan yang akan dilakukan. Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan empat tahap disetiap siklusnya yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap pengamatan dan refeksi.Analisis data pada penelitian ini yaitu menggunakan analisis
data kuantitatif.
Dengan menerapkan model kooperatif tipe jigsaw diharapkan pula agar dalam pembelajaran
mencerminkan perubahan, pengetahuan dasar dan motivasi. Selain itu dapat membantu
mendorong perubahan ketingkat perkembangan anak didik ke arah yang lebih dengan selalu
memperhatikan perbedaan karakteristik setiap anak didik yang erat hubungannya dengan
model kooperatif tipe jigsaw. Tujuan dari dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw
pembelajaran tersebut yaitu untuk memperoleh kemudahan bagi siswa dalam melakukan
materi ajar, sehingga harapan untuk dapat meningkatkan kemampuan serta ada perubahan
yang lebih baik. Dengan demikian untuk menerapkan bagaimana konsep pembelajaran gizi
seimbang tetap berlangsung serta mendorong dan memotivasi siswa untuk memahami konsep
gizi seimbang. Secara umum berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dari
hasil temuan-temuan pada setiap siklus, pada siklus pertama terjadi peningkatan nilai klasikal
83%. Dari siklus pertama ke siklus kedua terjadi peningkatan sekitar 16%, dan itu
menunjukan bahwa pembelajaran gizi seimbang melalui model kooperatif tipe jigsaw dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai pengetahuan dasar tentang gizi seimbang.

Kata kunci : Metode kooperatif tipe jigsaw, kurikulum 2013, gizi seimbang.

PENDAHULUAN yang sangat besar terhadap dunia


Pendidikan memiliki peranan pendidikan. Usaha pemerintah dalam
penting dalam memajukan bangsa, rangka meningkatkan mutu pendidikan
sehingga pemerintah menaruh perhatian nasioanal yaitu dengan berusaha

172
memperbaiki berbagai sistem dan struktur 1. Guru akan lebih mudah mengawasi
yang terkait dengan dunia pendidikan. ketertiban siswa dalam mendengarkan
Antara lain yaitu dengan pengembangan pelajaran.
penyempurnaan kurikulum dan 2. Suasana kelas menjadi tenang, siswa
peningkatan mutu tenaga pendidik atau tidak menjadi gaduh, dan perhatian
guru. guru tidak terbagi-bagi, atau terpecah-
Strategi belajar mengajar dalam pecah.
penyampaian materi kepada siswa, agar Setiap tehnik juga tidak lepas dari
siswa dapat belajar secara aktif, guru harus kelemahan, begitu juga tehnik ceramah
mempunyai tehnik-tehnik dalam inimemiliki kelemahan pula yang perlu di
penyampaian materi.Di dalam proses pahami, kelemahan metode ceramah.
belajar-mengajar, guru harus memiliki Menurut Roestiyah N.K (2001),
strategi, agar siswa dapat belajar secara kelemahan metode ceramah dimaknai
efektif dan efisien, mengenal pada tujuan sebagai berikut :
yang diharapkan. Salah satu langkah untuk 1. Guru tidak mampu untuk mengontrol
memiliki strategi itu ialah harus sejauh mana siswa telah memahami
menguasaitehnik-tehnik penyajian, atau uraiannya.
biasanya disebut metode mengajar. 2. Apakah ketenagan/kediaman mereka
Metode mengajar atau tehnik penyajian dalam mendengarkan pelajaran itu
pelajaran adalah suatu pengetahuan berarti bahwa mereka telah memahami
tentang cara-cara mengajar yang pelajaran yang diberikan oleh guru?
dipergunakan oleh guru atau instruktur. 3. Apakah dengan sikap diam itu berarti
Pengertian lain ialah sebagai tehnik siswa disiplin patuh mendengarkan
penyajian yang dikuasai guru untuk pelajaran dengan baik?
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran 4. Ataukah tidak adakemungkinan bahwa
kepada siswa di dalam kelas, agar siswa asyik mendengarkan pelajaran
pelajaran tersebut dapat ditangkap, dengan penuh perhatian itu, dalam
dipahami, dan digunakan oleh siswa menagkap pengertian yang berbeda
dengan baik. mengenai apa yang kita jelaskan pada
mereka, baik dengan kata-kata dengan
Pembelajaran pendidikan jasmani istilahnya, sehingga kesimpulan yang
yang sering digunakan disekolah-sekolah diperoleh juga lain dengan apa yang
yang sering dijumpai menggunakan dimaksudkan oleh guru.
metode belajar ceramah, metode ini adalah
cara mengajar yang paling tradisional dan Tehnik pembelajaran jigsaw pertama
sangat lama dijalankan di dalam sejarah kali dikembangkan dan diujicobakan oleh
pendidikan Indonesia. Dalam Elliot Aronson dkk. di Universitas Texas,
pembelajaran tehnik ceramah ini juga kemudian diadaptasi oleh Slavin dkk di
memiliki beberapa keunggulan dan Universitas John Hopkin. Jigsaw didesain
kekurangan, keunggulan metode ceramah. untuk meningkatkan tanggung jawab siswa
Menurut Roestiyah N.K (2001), terhadap pembelajarannya dan
keunggulan metode ceramah dimaknai pembelajaran orang lain. Para anggota dari
sebagai berikut: kelompok yang berbeda dengan topik yang
sama bertemu untuk berdiskusi (tim ahli)

172
dan saling membantu satu sama lain Mendapatkan pengetahuan dan cara
tentang topik pembelajaran yang belajar yang baru dan lebih menjadi
ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa yang aktif.
siswa-siswa itu kembali kepada kelompok 4. Bagi peneliti lain
asal untuk menjelaskan kepada anggota Hasil penelitian ini dapat dijadikan
kelompok lain tentang apa yang mereka sebagai bahan acuan penelitian
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim berikutnya.
ahli. Setiap tehnik juga mempunyai KAJIAN PUSTAKA
keunggulan dan kekurangan, keunggulan Hakikat Penerapan
tipe jigsaw. Secara sederhana penerapan bisa
diartikan sebagai implementasi atau
pelaksanaan. Penerapan merupakan
RUMUSAN MASALAH perluasan dari berbagai aktivitas yang
Berdasarkan uraian latar belakang saling menyesuaikan, yang mengacu pada
masalah di atas, yang menjadi rumusan aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau
masalah adalah apakah metode mekanisme suatu sistem. Dimana
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mekanisme mengandung arti bahwa
mempengaruhi terhadap hasil belajar penerapan atau implementasi bukan
materi pedomanumumgiziseimbangpada sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan
kelas V SDN 1 Mojo kabupaten Kediri? yang terencanadan dilakukan secara
TUJUAN PENELITIAN sungguh-sungguh berdasarkan acuan
Tujuan penelitian yang dicapai norma tertentu untuk mencapai tujuan
dalam penelitian ini dilakukan sesuai kegiatan. Oleh karena itu penerapan tidak
dengan judul dan permasalahan pada berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh
penelitian ini, maka yang menjadi tujuan obyek yang lain yaitu kurikulum. Berikut
peneliti adalah : Untuk mengetahui apakah ini merupakan pengertian penerapan atau
ada pengaruh metode pembelajaran implementasi menurut beberapa para ahli :
kooperatif tipe jigsaw dapat Pengertian Penerapan adalah
mempengaruhi terhadap hasil belajar proses, cara, perbuatan menerapkan
materi pedomanumumgiziseimbangpada sesuatu. Suatu perbuatan mempraktekkan
kelas V SDN 1 Mojo kabupaten Kediri. suatu teori, metode, dan hal lain untuk
MANFAAT PENELITIAN mencapai tujuan tertentu dan untuk sesuatu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat kepentingan yang diinginkan oleh suatu
bermanfaat bagi : kelompok atau golongan yang telah
1. Bagi peneliti terencana dan tersusun sebelumnya.(Dessy
Penelitian ini dapat memberikan Anwar.2000)
pengalaman dan pengetahuan yang Adapun pengertian lain dari
lebih mendalam tentang metode penerapan adalah suatu tindakan yang
pembelajaran kooperatif tipejigsaw. dilakukan sebelum penyebaran
2. Bagi guru (desiminasi) kurikulum desain. Kata
Hasil penelitian ini diharapkan dapat proses dalam pendekatan ini adalah
dijadikan sebagai metode aktivitas yang berkaitan dengan
pembelajaran yang efektif. peenjelasan tujuan program,
3. Bagi siswa mendiskripsikan sumber-sumber baru dan

173
mendemostransikan metode pembelajaran sama dengan siswa lain untuk mencapai
yang digunakan. (Nurdin dan Usman, tujuan bersama. Dalam model
2004). pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki
Hakikat Metode Pembelajaran banyak kesempatan untuk mengemukakan
Kooperatif pendapat dan mengolah informasi yang
Merupakan salah satu jenis strategi didapat dan dapat meningkatkan
pembelajaran yang menerapkan interaksi keterampilan berkomunikasi, dimana
kelompok teman sebaya. Pembelajaran anggota kelompok bertanggung jawab atas
kooperatif merupakan model pembelajaran keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan
yang didalamnya siswa bekerja bersama- bagian materi yang dipelajari, dan dapat
sama untuk mencapai tujuan khusus atau menyampaikan kepada kelompoknya.
menyelesaikan sebuah tugas. Dalam model Berikut ini merupakan beberapa pengertian
pembelajaran ini nampak adanya model pembelajaran kooperatif jigsaw
komponen-komponen utama dari menurut para ahli :
pembelajaran kooperatif merupakan Pengertian jigsaw adalah sebuah
bagian integral dari setiap model tehnik yang dipakai secara luas yang
pembelajaran kooperatif. Berikut ini memiliki kesamaan dengan teknis
beberapa pengertian model pembelajaran pertukaran dari kelompok ke kelompok
kooperatif menurut para ahli: lain.(group to group exchange) dengan
Pengertian metode pembelajaran suatu perbedaan penting, setiap peserta
kooperatif adalah rangkaian kegiantan didik mengajarkan sesuatu. (EAN, 2008).
belajar siswa dalam kelompok tertentu Jigsaw merupakan lingkungan
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang belajar yang mendorong siswa untuk
dirumuskan. Drs. Hamdani, M.A., (2013). belajar bersama dalam kelompok kecil
Adapun pengertian lain dari yang heterogen, untuk menyelesaikan
kooperatif yaitu : tugas-tugas pembelajaran.
Pengertian metode pembelajaran Hakikat Gizi Seimbang
kooperatif adalah pembelajaran kooperatif Gizi seimbang dimaknai sebagai
(cooperative learning) merupakan strategi proses pemenuhan makanan yang
pembelajaran melalui kelompok kecil didalamnya terkandung beberapa zat yang
siswa yang saling bekerja sama dalam dibutuhkan dalam jumlah yang seimbang.
memaksimalkan kondisi belajar untuk Pada umumnya zat gizi dibagi
mencapai tujuan belajar. Depdiknas, dalm lima kelompok utama, yaitu
(2003). karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan
Hakikat Jigsaw mineral. Sedangkan sejumlah pakar juga
Dari sisi etimologi jigsaw berasal Gizi adalah suatu proses organisme
dari bahasa ingris yaitu gergaji ukir dan menggunakan makanan yang dikonsumsi
ada juga yang menyebutnya dengan istilah secara normal melalui proses pencernaan,
fuzzle, yaitu sebuah teka teki yang absobsi, transportasi, penyimpanan,
menyusun potongan gambar. Pembelajaran metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
kooperatif model jigsaw ini juga tidak digunakan untuk mempertahankan
mengambil pola cara bekerja sebuah kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
gergaji (jigsaw), yaitu siswa melakukan normal dari organ-organ, serta
suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja

174
menghasilkan energi. Supariasa, dkk, sama dibagikan guru. Siswa kembali
(2002) kekelompok asal kemudian mendiskusikan
HASIL DAN PEMBAHASAN (menularkan kepada kelompok asal)
1. Siklus I tentang apa yang diperoleh dari kelompok
a. Perencanaan ahlinya tersebut. Selesai diskusi siswa
Identifikasi masalah dilakukan setelah diminta menanggapi hasil diskusi
observasi proses belajar mengajar kelompoknya masing-masing.
yangbisadilakukan guru Pada kegiatan akhir guru mengecek
padamatapelajaranPenjaskesrekbanyakdite dan memberikan umpan balik terhadap
mukan kendalaketika guru tugas yang dilakukan.Peneliti
mengajardengantehnikceramahdikelassaat membimbing siswa untuk menyimpulkan
mengajarkanmateriteorididalamkelas. seluruh materi yang telah
Setelahitupenelitidan guru didiskusikan.Penilaian dilakukan dengan
menyusunrencanapembelajarandanstrategi memberikan tugas individu untuk
pembelajarancooperative mengetahui hasil belajar siswa serta
tipejigsawberdasarkanpokokbahasanpedo membagikan angket motivasi untuk
manumumgiziseimbang. mengetahui motivasi belajar siswa pada
Kegiatan selanjutnya meliputi kegiatan siklus I dengan implementasi pembelajaran
merumuskan tujuan pembelajaran, kooperatif tipe jigsaw.
menyusun langkah-langkah pembelajaran, Data TesHasilBelajarSiklus I
merencanakan media yang sesuai pokok No Inisial Nilai
bahasan yang akan diajarkan dan NamaSiswa Tessiklus I
bagaimana menggunakannya, serta 1 CS 64
menyusun evaluasi sesuai dengan tujuan. 2 FS 63
Setelah itu strategi cooperative tipe jigsaw 3 RW 65
disusun dan diterapkan kepada siswa. 4 SM 65
b. Pelaksanaan 5 AM 70
6 APW 65
Padakegiatanawal, peneliti mengawali
pertemuan dengan mengucapkan salam 7 ACA 65
dan mengecek kehadiran siswa. 8 AW 66
Selanjutnya peneliti mengaitkan 9 ABK 66
pembelajaran dengan metode ceramah dan 10 AMN 67
metode kooperatif tipe jigsaw ini. Peneliti 11 AY 66
memotivasi siswa. Peneliti memberi 12 EE 65
pertanyaan kepada siswa untuk 13 FN 75
mengetahui konsep-konsep persyaratan 14 FRI 70
yang sudah dikuasai oleh siswa, mengenai 15 MSF 71
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini. 16 NDI 67
Peneliti menjelaskan tujuan pembelajaran 17 N 66
kooperatif tipe jigsaw ini. Padabagianinti 18 RPM 70
guru membagi siswa ke dalam beberapa 19 RL 69
kelompok ahli. Kemu dian siswa bersama 20 SUW 68
kelompok ahlinya membahas materi yang 21 YD 68

175
22 YAS 65 Sudrajat, Akhmad 2008.
23 VR 64 Cooperative Learning Teknik
24 EP 63 Jigsaw.http://akhmadsudrajat.word
Jumlah 1603 press.com
Slavin, Robert E. 2005.
Rata-rata 66
Cooperative Learning (cara efektif
Nilai klasikal 83%
dan menyenangkan pacu prestasi
peserta didik). Bandung: Nusa
KESIMPULAN
Media
Dari hasilpembelajaransiklus I
Sugianto, 2010. Model-
sebenarnyasudahkelihatanadapeningkatanp
model Pembelajaran Inovatif.
restasibelajar, siwa yang tidakmelampui
Surakarta : Yuma Pustaka
KKM sebanyak 4 siswa, dimana KKM
Sugiyono. 2007. Statistik
penjaskesrek di SD ini 65, jumlah motivasi
Untuk Penelitian. Bandung:
belajar juga masih kurang sekali, sebab
Alfabeta.
siswa belum mengerti tentang metode
Supariasa, dkk. 2002.
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini,
Penilaian Status Gizi. Jakarta :
nilai klasikal ketuntasan siswa mencapai
Penerbit Kedokteran EGC.
83%. Akan
Suprijono, A. 2006.
tetapipenelitimasihbelumpuas.Untukitupen
Cooperative Learning. Surabaya:
elitiakanberusahameningkatkanprestasibel
Alfabeta.
ajarpadakegiatansiklus II.
Roestiyah N.K. 2001.
Dari hasil pembelajaran siklus II
Strategi Belajar Mengajar. Jakarta
sudah kelihatan ada peningkatan prestasi
: Rineka Cipta
belajar dari siklus I kesiklus II ini. Di
Trianto. 2007.
siklus II ini semua siswa tuntas semua, dan
Pembelajaran Inovatif Berorientasi
mencapai KKM yang ditentukan. Hasil
Konstruktivistik. Jakarta: Alfabeta.
pada siklus II ini terbukti bahwa rata-rata
Winataputra, U S. & Rosita,
prestasi yang dicapai dan ketuntasan
T. 1994. Belajar dan Pembelajaran.
belajar siswa meningkat.
Jakarta: Depdikbud.
DAFTAR PUSTAKA
Zaini, Hisyam dkk. 2008.
Arikunto, S. 2006. Prosedur
Strategi Pembelajaran aktif.
Penelitian Suatu Pendekatan
Yogyakarta : Pustaka Insan Madani
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Desi, Anwar. 2002. Kamus
Bahasa Indonesia. Surabaya : PT.
Amelia
Margono, S. 2007.
Metodologi Penelitian Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Pribadi, B.A. 2009. Model
Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: Dian Rakyat.

176
EVALUASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS VIII
PADA SMP N 1 PAPAR KABUPATEN KEDIRI
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh :
Reo Prasetiyo Herpandika
Dosen Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Universitas Nusantara PGRI Kediri

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kebugaran siswa SMP N
1 PAPAR tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan teknik Deskriptifyaitu
upaya untuk menghubungkan perilaku yang diteliti dengan variabel lainya ataupun menguji
atau menjelaskan penyebab sistematisnya. Rancangan penelitian ini menggunakan teknik
random sampling atau pengambilan sampel secara acak dan menggunakan tes fisik untuk
mengukur dan menyimpulkan tingkat kesegaran jasmani siswa.
Instumen yang digunakan untuk memperoleh data data penelitian mengenai tingkat
kebugaran jasmani sebagi variabel dalam penelitian ini adalah instumen tes, yaitu tes
kebugaran jasmani yang merupakan battery tes yaitu tes kesegaran jasmani untuk umur 13
15 tahun yang terdiri dari:1). Lari cepat 50 meter, 2).Angkat tubuh 60 detik untuk putra dan
30 detik untuk putri, 3).Baring duduk 60 detik, 4).Loncat tegak, 5).Lari jarak jauh 1000 meter
untuk putra dan 800 untuk putri. Pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini
dilaksanakan dengan metode tes dokumentasi dan observasi.Metode dokumentasi di gunakan
untuk mencatat data tentang identitas subyek penelitian yang di laksanakan di awal
pelaksanaan penelitian pengumpulan data-data tentang tingkat kebugaran jasmani dilakukan
dengan metode observasi digunakan baik pada saat pelaksanaan tes kebugaran jasmani.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka peneliti melanjutkan langkah untuk menyusun tes
kebugaran jasmani menggunakan norma kebugaran jasmani anak usia 13-15 tahun di SMPN
1 PAPAR. Berdasarkan masing-masing tes pengukuran tingkat kebugaran jasmani diatas
maka diperoleh hasil tes kebugaran jasmani usia 13-15 tahun nilai minimum 8 dan nilai
maksimumnya adalah17.
Dari hasil diatas tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 1 Papar paling banyak adalah72
siswadalam kategori sedang dengan demikian tingkat kebugaran jasmani siswa SMPN 1
Papar ialah sedang.

Kata Kunci : Evaluasi, kebugaran jasmani, siswa SMP N 1 PAPAR

PENDAHULUAN Kebugaran jasmani (Physical


Kebugaran jasmani merupakan Fitness) secara harfiah berarti kesesuaian
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari fisik atau kecocokan jasmani akan tugas
kegidupan manusia, setiap orang tugas dalam memenuhi tuntutan hidup
memutuhkan kesegaran jasmani baik seharihari. Sadoso Sumosardjuno (1989 :
masyarakat dewasa sampai anak-anak. 42) menyatakan bahwa kebugaran jasmani
Manfaat kesegaran jasmani akan adalah kemampuan seseorang untuk
berkontribusi besar dengan aktivitas yang menunaikan tugas sehari hari dengan
dilakukan setiap individu dalam kehidupan mudah, tanpa merasa lelah yang
sehari-hari. berlebihan, serta mempunyai cadangan
177
tenaga untuk menikmati waktu 2. Sebagai bahan masukan bagi para guru
senggangnya dan untuk keperluan Pendidikan Jasmani di Sekolah agar
mendadak. Howley dan Franks (1992 : 16) memperhatikan kebugaran jasmani
Physical Fitness : Striving for optimal siswa dan memberikan pengertian
physical quality of life, including obtaining kepada siswa pentingnya kebugaran
criterion levels of physical fitness test jasmani.
scores, and low risk of developing health 3. Sebagai masukan bagi guru pendidikan
problems. Menurut Suharjana (2008 : 2) jasmani dalam penyusun program
Kebugaran jasmani adalah kemampuan pembelajaran di sekolah dasar.
seseorang untuk menunaikan tugas sehari 4. Bagi sekolah dasar agar tidak
hari dengan mudah, tanpa rasa lelah yang menyampingkan bidang studi
berlebihan, dan masih mempunyai pendidikan jasmani setelah mengetahui
cadangan tenaga untuk menikmati waktu betapa pentingnya dan pengaruhnya
senggangnya danuntuk keperluan terhadap perkembangan siswa.
mendadak. KAJIAN PUSTAKA
Peningkatan kesegaran jasmani di Hakikat Evaluasi
lingkungan sekolah perlu dibina untuk Menurut Yunanda (2009: 54)
menunjang tercapainya proses belajar pengertian istilah evaluasi merupakan
mengajar yang optimal. Karena semua kegiatan yang terencana untuk mengetahui
siswa yang mempunyai kesegaran jasmani keadaan sesuatu obyek dengan
yang baik akan dapat melaksanakan tugas menggunakan instrumen dan hasilnya
belajar yang baik. dibandingkan dengan tolak ukur untuk
RUMUSAN MASALAH memperoleh kesimpulan.
Berdasarkan uraian latar belakang Pengertian evaluasi lebih dipertegas
masalah di atas, yang menjadi rumusan lagi oleh Griffin & Nix (1991:3)
masalah adalah bagaimana tingkat menyatakanpengukuran, penilaian dan
kebugaran jasmani siswa SMP N 1 PAPAR evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului
? dengan penilaian (assessment), sedangkan
TUJUAN PENELITIAN penilaian didahului dengan pengukuran.
Tujuan penelitian yang dicapai Pengukuran diartikan sebagai kegiatan
dalam penelitian ini dilakukan sesuai membandingkan hasil pengamatan dengan
dengan judul dan permasalahan pada kriteria, penilaian (assessment) merupakan
penelitian ini, maka yang menjadi tujuan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan
peneliti adalah : Untuk mengetahui hasil pengukuran, sedangkan evaluasi
bagaimana tingkat kebugaran siswa SMP merupakan penetapan nilai atau implikasi
N 1 PAPAR perilaku.
MANFAAT PENELITIAN Lebih lanjut Sudjana (Dimyati dan
Hasil penelitian ini diharapkan Mudjiono,2006:191), dengan batasan
dapat bermanfaat bagi : sebagai proses memberikan atau
1. Peneliti sendiri agar dapat menentukan nilai kepada objek tertentu
mengembangkan ilmu dan berdasarkan suatu kriteria tertentu. Untuk
keterampilan lebih baik lagi terutama menentukan nilai sesuatu dengan cara
dalam hal kebugaran jasmani siswa. membandingkan dengan kriteria.

178
Ada empat langkah yang dilakukan Hakikat Kebugaran Jasmani
dalam proses evaluasi menurut Tenbrink Kesegaran jasmani adalah
(dikutip oleh Moore), yaitu kemampuan tubuh seseorang untuk
1. Persiapan; tahap ini untuk menentukan melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari
jenis informasi yang dibutuhkan dengan giat dan waspada tanpa mengalami
kelelahan yang berarti, serta masih
2. Mengumpulkan informasi; yaitu memiliki cadangan energi untuk mengisi
memilih teknik untuk mengumpulkan waktu luang dan menghadapi hal-hal
bermacam-macam informasi seakurat darurat yang tidak terduga sebelumnya
mungkin, (Depdikbud, 1997 : 52).
3. Membuat penilaian, membandingkan Meningkatnya kesehatan badan
informasi dengan kriteria yang telah identik dengan meningkatnya kesegaran
ditentukan untuk membuat penilaian, jasmani, dimana dalam tubuh yang sehat
tentu akan berpengaruh terhadap tercipta
4. Membuat keputusan; mengambil
kesehatan jiwa, oleh karena itu agar
kesimpulan berdasarkan pada penilaian
menjadi insan yang utuh secara lahiriah
yang telah dibentuk.
maka kesehatan jasmani dan rohani harus
Selain itu, menurut Crawford dimiliki oleh setiap individu, agar hidup
(2000: 30), tujuan dan atau fungsi evaluasi dapat seimbang danberjalan selaras dengan
adalah : tujuan hidup yang diharapkan.
1. Untuk mengetahui apakah tujuan- Kesegaran jasmani tidak luput dari
tujuan yang telah ditetapkan telah masalah yang dihadapi oleh warga negara,
tercapai dalam kegiatan. bila kesegaran jasmani di Indonesia sudah
baik, maka akan tercipta masyarakat yang
2. Untuk memberikan objektivitas memiliki tingkat kesegaran jasmani yang
pengamatan terhadap perilaku hasil. baik pula. Tentunya hal itu akan
3. Untuk mengetahui kemampuan dan berpengaruh terhadap tingkat kesegaran
menentukan kelayakan. jasmani, sehingga dengan tingkat
kesegaran jasmani yang baik diharapkan
4. Untuk memberikan umpan balik bagi
prestasi yang di dapat siswa akan lebih
kegiatan yang dilakukan.
baik.
Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi Untuk itu tentunya perlu adanya hal
adalah untuk memberikan bahanbahan yang paling mendasar yaitu fisik yang baik
pertimbangan untuk menentukan/membuat dan tingkat kesegaran jasmani yang baik
kebijakan tertentu, yang diawali dengan pula.Kesegaran dan kebugaran jasmani
suatu proses pengumpulan data yang dapat diperoleh melalui aktifitas jasmani,
sistematis. untuk siswa dapat diperoleh melalui
Jadi evaluasi bukan merupakan hal pendidikan jasmani dan kegiatan
baru dalam kehidupan manusia sebab hal ekstrakurikuler. Kesegaran jasmani siswa
tersebut senantiasa mengiringi kehidupan yangbaik akan menjamin kesiapan siswa
seseorang. Seorang manusia yang telah dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan
mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai selalu menampakkan penampilan yang
apakah yang dilakukannya tersebut telah optimal. Agar kesegaran jasmani tetap
sesuai dengan keinginannya semula.
179
terjaga, maka harus ditanamkan sedini 0 %, Kurang = 40 % (24 siswa),
mungkin dari mulai pendidikan dasar, Kurang sekali = 60 % (36 siswa).
baikdi sekolah maupun di rumah. Sebab Tabel 4.2 Tes lari 50 meter putri
perilaku kesegaran jasmani merupakan Lari50 Kategori Frekuensi Presentase
Nilai
meter
kondisi dan kebiasaan yang membutuhkan 5 S.d 7,7 Baik sekali 0 0%
ketekunan dan usaha yang keras. 4 7,8 8,7 Baik 0 0%
3 8,8 9,9 Sedang 0 0%
10,0 Kurang 24 40 %
2
HASIL DAN PEMBAHASAN 11,9
Kurang 36 60 %
Tes kebugaran jasmani ini diukur 1 12,0- dst
sekali
menggunakan lima item tes yang terdiri Jumlah 60 100
dari (1) tes lari 50 meter, (2) angkat
tubuh/pull up 60 detik untuk putra dan 2. Tes gantung angkat tubuh putra dan
gantung siku tekuk untuk putri, (3) baring gantung siku tekuk putri
duduk/ sit up 60 detik, (4) Loncat a. Hasil tes gantung untuk siswa putra
tegak/vertical jump, (5) lari 1000 meter kelas VIII SMPN 1 Papar
untuk putra dan 800 meter untuk putri. menghasilkan rata-rata 7,72
Diskripsi hasil penelitian masing-masing dengan standar deviasi3,563076,
tes tersebut diuraikan sebagai berikut: nilai minimum 1, nilai maximum
1. Tes lari 50 meter. 15. Kategori Baik sekali = 0 %,
a. Hasil tes lari 50 meter untuk siswa Baik = 26% (13 siswa), Sedang =
putra kelas VIII SMPN 1 Papar 46% (23 siswa), Kurang = 26% (13
menghasilkan rata-rata 9,9188, siswa), Kurang sekali = 2% (1
dengan standar deviasi 0,912893, siswa).
nilai minimum 8,1, nilai maximum
Tabel 4.3 Tes Gantung angkat tubuh
12,54. Kategori Baik sekali = 0 %,
putra
Baik = 0 %, Sedang = 8 %, Kurang Gantung Kategori Frekuensi Presentase
= 72 %, Kurang sekali = 20 %. Nilai angkat
tubuh
Tabel 4.1 Tes lari 50 meter putra Baik 0 0%
Lari50 Kategori Frekuensi Presentase 5 16 ke atas
Nilai sekali
meter 4 11 15 Baik 13 26 %
5 S.d 6,7 Baik sekali 0 0% 3 6 10 Sedang 23 46 %
4 6.8 7,6 Baik 0 0% 2 25 Kurang 13 26 %
3 7,7 8,7 Sedang 4 8% Kurang 1 2%
8,8 Kurang 36 72 % 1 01
2 sekali
10,3 Jumlah 50 100
Kurang 10 20 %
1 10,4- dst
sekali
Jumlah 50 100
b. Hasil tes gantung siku tekuk siswa
putri kelas VIII SMPN 1 Papar
b. Hasil tes lari 50 meter untuk siswa menghasilkan rata-rata 3,75
putri kelas VIII SMPN 1 Papar dengan standar deviasi 1,445331,
menghasilkan rata-rata 12,25407, nilai minimal 1, nilai maksimal 9.
dengan standar deviasi 1,433747, Kategori baik sekali = 0 %, baik =
nilai minimum 10,09, nilai 0 %, sedang = 0 %, kurang =
maximum 16,54. Kategori Baik 83,33 % (50 siswa), dan kurang
sekali = 0 %, Baik = 0 %, Sedang = sekali = 16,67 % (10 siswa).

180
Tabel 4.4 Tes gantung siku tekuk putri Tabel 4.11 Nilai TKJI siswa SMPN 1
Gantung Kategori Frekuensi Presentase Papar
Nilai
siku tekuk Interval Kategori Frekuensi Presentase
17 Baik sekali 1 0.90 %
41 ke Baik 0 0%
5 14 16 Baik 16 14.54 %
atas sekali
Baik 0 0% 11 13 Sedang 72 65.45 %
4 22 40
8 10 Kurang 11 10 %
3 10 21 Sedang 0 0% 57 Kurang 0 0
2 3 9 Kurang 50 83.33 % sekali
Jumlah 110 100
Kurang 10 16.67 %
1 0 2
sekali
Jumlah 60 100 % KESIMPULAN
Berdasarkan dari analisis hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tingkat
penelitian di atas maka peneliti kebugaran jasmani menggunakan norma
melanjutkan langkah untuk TKJI siswa SMPN 1 Papar Kabupaten
menyusun tes kebugaran jasmani Kediri usia 13 - 15 tahun adalah Sedang
menggunakan norma kebugaran (S).
jasmani anak usia 13-15 tahun di
SMPN 1 Papar Kabupaten Kediri. DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan masing-masing tes Depdiknas. (2004). Standar
pengukuran tingkat kebugaran Kompetensi Guru Pemula
jasmani diatas maka diperoleh Jenjang S1 Pendidikan
hasil tes kebugaran jasmani usia Jasmani. Jakarta : Depdiknas.
13-15 tahun Di SMPN 1 Papar.
Dari 110 anak diperoleh nilai Djoko Pekik Irianto. (2000). Panduan
minimum 8 dan nilai Latihan Kebugaran (yang
maksimumnya adalah17. efektif dan aman).
Dari hasil data tersebut Yogyakarta: Lukman Offset.
dapat dimasukkan ke dalam nilai
norma kebugaran jasmani yang Djoko Pekik Irianto. (2003). Dasar-
kemudian dijadikan patokan untuk Dasar Latihan Kebugaran.
menyusun tingkat kebugaran FIK: UNY.
jasmani siswa SMPN 1 Papar usia
13-15 tahun di Kabupaten Kediri. Egger, G. (1993). The Fitness Leaders
Dengan cara menjumlahkan ke lima Exercise Bible. NSW : Kangaroo Press
nilai tes dari masing-masing anak Pty. Ltd.
sehingga hasil yang di dapat adalah
nilai intervalnya. Eko Putro Widoyoko. (2012). Teknik
Hasil pengkategorian dari hasil Penyusunan Instrumen
penelitian dapat Penelitian. Yogyakarta:
dideskripsikansebagai berikut: Pustaka Pelajar

Janssen P.GJM. (1989). Training


Lactate Pulse Rate. New

181
York : Polar Electro of Jasmani dan Rekreasi,
Publishing. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Len Kravitz alih bahasa sadoso
sumosardjuno. (2001).
Panduan Lengkap Bugar Suharjana.(2008). Pendidikan
Total. Jakarta: PT Raja Kesegaran Jasmani.
Grafindo Persada. Yogyakarta: FIK UNY.

Mochamad Sajoto. (1988). Pembinaan Suryanto, dan Panggung Sutapa.


Kondisi Fisik dalam (2006). Penilaian Tes
Olahraga. Jakarta: Depdikbud. Kesegaran Jasmani Dengan
ACSPFT Dan TKJI.
Rachmatullah, P, 1989. Manfaat Medikora. Vol. II, No. 2,
Olahraga Bagi Kesehatan dan Oktober.
Kesegaran.Wahana Medik
No. 3 Th.II Februari. Jakarta Toho Cholik Mutohir dan Ali Maksum.
(2007). Sport Development
Rusli Lutan. (2000). Pengukuran dan Index. Jakarta: PT Indeks.
Evaluasi Penjaskes. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nurhasan. (2005). Aktivitas
Nasional. Kebugaran. Jakarta:
Depdiknas.
Sadoso Sumosardjuno (1989). Petunjuk
Praktis Kesehatan Olahraga.
Jakarta : Pustaka Karya
Grafita Utama

Sharkey, B.J (2003). Fitness And


Health. Alih bahasa
Kebugaran dan Kesehatan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Sudjadi, dr.1996. Ketahuilah Tingkat


Kesegaran Jasmani Anda.
Jakarta : Pusat Kesegaran

182
IMPLEMENTASI VIDEO IMITASI GERAK BERBASIS VISUAL UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN GERAK MOTORIK HALUS PADA
SISWA AUTIS KELAS IV DI SLB AUTIS LABORATORIUM UM

, ,

Guru SLB Autis Laboratorium UM


Guru SLB Autis Laboratorium UM
Dosen Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi IKIP Budi Utomo Malang
Email: luthansyahiswara@Yahoo.co.id

Abstrak
Media pembelajaran berupa video imitasi adalah strategi meniru dengan membuat
tiruan gerak dari suatu obyek gerak yang ditayangkan dalam sebuah video secara
visual. Gerakan-gerakan yang dicontohkan merupakan gerakan dasar yang
disesuaikan dengan kondisi peserta didik yaitu siswa autis. Autis adalah gangguan
neurobiologis dengan adanya hambatan fungsi syaraf otak yang berhubungan
dengan fungsi komunikasi, motorik, interaksi sosial dan pusat perhatian. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan membuktikan apakah video imitasi
gerak berbasis visual dapat meningkatkan kemampuan gerak motorik halus pada
siswa autis kelas IV di SLB Autis Laboratorium UM.Rancangan penelitian ini
menggunakan penelitian tindakan kelas. Instrumen yang digunakan adalah tes
melakukan gerakan imitasi motorik halus sesuai intruksi yang ada pada video
pembelajaran meliputi gera, adu jari telunjuk, adu ibu jari, buka tutup telapak
tangan dan menggosokkan kedua telapak tangan, gerak. Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan nilai kemampuan gerak imitasi motorik halus rata-rata
nilai tes awal 38.3, siklus I nilai rata-rata 46.7, siklus II nilai rata-rata 55, dan
siklus III nilai rata-rata 68.3. Sehingga disimpulkan bahwa video imitasi gerak
motorik berbasis visual dapat meningkatkn kemampuan gerak motorik halus pada
siswa autis kelas IV di SLB Autis Laboratorium UM. Berdasarkan hasil penelitian
disarankan bahwa media video imitasi gerak motorik berbasis visual hendaknya
digunakan pada tiap-tiap satuan pendidikan autisme dalam mata pelajaran gerak
motorik agar kemampuan motorik siswa semakin cepat meningkat.

Kata kunci: imitasi gerak, gerak motorik halus, siswa autis

PENDAHULUAN Saputra Y (2005 : 40 dalam Indina


Anak yang diidentifikasi G, 2007).
sebagai autisme akan kurang Adapun yang mempengaruhi
kemampuan geraknya dibanding perkembangan motorik anak
dengan anak normal sebayanya, diantaranya menurut Hurlock
diukur dari kemampuan gerak statis (200:154 dalam Ramdhani, 2014)
dan dinamis, kekuatan, koordinasi, faktor yang mempengaruhi
keseimbangan dan kelincahan. perkembangan motorik adalah sifat
dasar genetic termasuk bentuk tubuh

183
dan kecerdasan sehingga anak yang menunjuk, memegang,
IQ tinggi menunjukkan menggerakkan tangan,
perkembangan motoriknya lebih menggelengkan kepala,
cepat dibandingkan dengan anak menganggukkan kepala, membantu
normal atau dibawah normal. anak autisme dalam berkomunikasi
Adanya dorongan atau rangsangan Penelitian ini dilaksanakan
untuk menggerakkan semua kegiatan untuk memecahkan permasalahan-
tubuhnya akan mempercepat permasalahan gerak motorik peserta
perkembangan motorik anak. didik yang terjadi di dalam kelas.
Individu dengan gangguan Adapun tujuan dari penelitian ini
autisme lebih mudah untuk adalah untuk mengetahui dan
memproses informasi secara visual membuktikan apakah video imitasi
dua atau tiga dimensi daripada gerak berbasis visual dapat
stimulus pendengarannya (Quill, meningkatkan kemampuan gerak
1995b dalam Ramdhani. 2014). motorik halus pada siswa Autis kelas
Banyak individu dengan gangguan IV di SLB Autis Laboratorium UM ?
autisme memiliki kesulitan dalam METODE
memproses dan menyimpan Rancangan penelitian yang
informasi non-visual (Schuler, 1995 digunakan adalah penelitian tindakan
dalam Ramdhani. 2014). kelas. Penelitian Tindakan Kelas atau
Media berbasis visual adalah PTK adalah salah satu jenis
media yang hanya mengandalkan penelitian yang dilakukan oleh guru
indra penglihatan, media berbasis untuk meningkatkan kualitas
visual memegang peran yang sangat pembelajaran dikelasnya melalui
penting dalam proses belajar metode, pendekatan, penggunaan
mengajar. Media visual dapat media dan teknik evaluasi yang tepat
memperlancar pemahaman dan (Mulyasa, H. 2011).
memperkuat ingatan visual, dapat Penelitian tindakan sebagai
pula menumbuhkan minat siswa suatu penelitian yang dijalankan
(Djumarah dan Zain, 2002:144 untuk memahami, mengevaluasi dan
dalam Nugrahani R. 2007) selanjutnya merubah praktik-praktik
Video merupakan media yang pendidikan agar meningkat ke arah
sangat padat, yaitu media yang yang lebih baik (Bassey, 1998 dalam
menggabungkan berbagai elemen Hitipeuw, 2012)
visual (Richards dan Renandya, Dalam penelitian ini subjek
2003:364 dalam Nirahma P. 2012). yang diambil adalah siswa kelas IV
Choirunisa Nirahma dkk SLB Autis Lab UM dengan jumlah
(2012). Metode dukungan visual siswa 3 siswa.
pada pembelajaran anak dengan Lokasi penelitian ini di SLB
autisme. Menyimpulkan bahwa Autis Laboratorium UM Jl. Surabaya
metode dukungan visual body No 6 Malang. Penelitian
language berupa ekspresi wajah, dilaksanakan pada semester dua

184
tahun pelajaran 20015/2016 tepatnya penilaian yang digunakan adalah
pada bulan Maret sampai dengan pengembangan dari instrumen
Juni 2016 sebelumnya yang dibuat oleh guru.
Instrumen yang digunakan Setelah keduanya dianggap layak
dalam penelitian ini adalah tes dan memadai, sebelum digunakan
melakukan gerakan imitasi motorik dalam penelitian perlu diadakan uji
kasar dan halus sesuai instruksi yang coba instrumen. Jika hasil uji coba
ada pada video pembelajaran. instrumen menyatakan bahwa siswa
Arikunto (2002:127) mendefinisikan autis dapat memahami perintah
tes sebagai rentetan pertanyaan atau imitasi dengan tayangan video,
latihan serta alat lain yang digunakan dengan demikian tidak petlu
untuk mengukur ketrampilan, diadakan perbaikan instrumen.
pengetahuan intelegensi, kemampuan Dalam penelitian ini, tes yang
atau bakat yang dimiliki oleh dimaksud adalah siswa diminta
individu atau kelompok. Definisi menirukan gerakan dasar motorik
tersebut pada dasarnya sama dengan kasar dan halus pada video yang
definisi yang diungkapkan oleh sirait ditayangkan dengan gerakan yang
(1989:136), bahwa tes merupakan benar. Gerakan motorik kasar dan
sebuah alat, upaya, atau prosedur halus yang akan dijadikan sebagai
yang mengemukakan sejumlah model dalam video pembelajaran
tugas-tugas yang akan dijawab oleh diambil dari kurikulum ABA
siswa, hasilnya akan dipakai untuk (Metode Lovaas). Gerakan yang
mengukur sifat-sifat/kualitas yang digunakan untuk gerakan motorik
sudah dirinci. kasar adalah tepuk tangan, tepuk
Dalam penelitian ini, tes yang perut, tepuk bahu dan tepuk paha,
dimaksud adalah siswa diminta sedangkan untuk gerakan motorik
menirukan gerakan dasar motorik halus adalah adu jari telunjuk, adu
kasar dan halus pada video yang ibu jari, buka tutup telapak
ditayangkan dengan gerakan yang tangan/jari, dan menggosokkan
benar. Gerakan motorik kasar dan kedua telapak tangan
halus yang akan dijadikan sebagai Pengumpulan data dilakukan
model dalam video pembelajaran dengan pemberian tes menirukan
diambil dari kurikulum ABA gerakan sesuai dengan contoh
(Metode Lovaas). Gerakan yang gerakan pada video pembelajaran
digunakan untuk gerakan motorik sesuai dengan kinerja yang benar
kasar adalah tepuk tangan, tepuk sebagai alat ukur untuk menilai
perut, tepuk bahu dan tepuk paha, kemampuan siswa. Analisis data
sedangkan untuk gerakan motorik dilakukan berdasarkan model
halus adalah adu jari telunjuk, adu Arikunto yang meliputi tiga langkah,
ibu jari, buka tutup telapak yaitu (1)persiapan, (2) tabulasi, dan
tangan/jari, dan menggosokkan (3) penerapan data (Arikunto, 2002:
kedua telapak tangan. Instrumen 2009).

185
Penelitian ini menggunakan 1 Ghaniy 2 1 1 2 2 8 40
2 Kevin 3 2 2 3 3 13 65
rancangan penelitian model siklus. 3 Marco 1 1 1 2 2 7 35
Model yang digunakan dalam Rata-rata siklus I motorik halus 46.7

penelitian ini adalah model yang Ket : Nilai tertinggi 65


dikembangkan oleh Kemmis dan Nilai terendah 35
Taggard (sujiono, 2009:14 dalam Tabel 4.3 Skor dan Nilai Siklus II
Nurul Alfiyah 2015).Terdapat empat Kinerja Imitasi Gerak Motorik Halus
N Nilai JML
tahapan yang dikembangkan oleh o
Nama
B1 B2 B3 B4 B5 Skor
Nilai

Kemmis dan Taggard terdiri dari : 1 Ghaniy 2 1 1 3 3 10 50


2 Kevin 3 3 2 3 4 15 75
1. Perencanaan
3 Marco 1 1 1 2 3 8 40
2. Pelaksanaan tindakan Rata-rata siklus II motorik halus 55
3. Observasi Ket : Nilai tertinggi 75
4. Refleksi Nilai terendah 40
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.4 Skor dan Nilai Siklus III
Sebelum tindakan diberikan pada Kinerja Imitasi Gerak Motorik Halus
siklus I, dilaksanakan tes awal untuk N
Nama
Nilai JML
Nilai
o B1 B2 B3 B4 B5 Skor
mengetahui kemampuan awal siswa 1 Ghaniy 3 2 1 3 4 13 65
sebagai pembanding hasil yang 2 Kevin 4 3 3 4 4 18 90
3 Marco 2 2 2 2 2 10 50
didapat setelah dilaksanakan Rata-rata siklus III motorik halus 68.3
tindakan I. Hasil yang didapat adalah Ket : Nilai tertinggi 90
: Nilai terendah 50
Hasil yang didapat dalam penelitian
Tabel 4.1 Skor dan Nilai Tes Awal ini mencerminkan bahwa
Kinerja Imitasi Gerak Motorik Halus penggunaan media video imitasi
N Nilai Sk
o
Nama
B1 B2 B3 B4 B5 or
Nilai gerak motorik berbasis visual dapat
1 Ghaniy 1 1 1 1 1 5 25 meningkatkan kemampuan motorik
2 Kevin 2 2 2 3 3 12 60
3 Marco 1 1 1 1 2 6 30
siswa yaitu gerak motorik kasar dan
Rata-rata awal motorik halus 38.3 gerak motorik halus.
Ket : Nilai tertinggi 60 Hasil ini didukung oleh Savner dan
Nilai terendah 25 Myles (2000 dalam Choirunisa 2012)
Keterangan : yang menyatakan dukungan visual
B1 : Posisi kepala dan batang tubuh memberikan peluang kepada anak
B2 : Imitasi gerak adu telunjuk dengan autisme untuk belajar lebih
B3 : Imitasi gerak adu ibu jari cepat, mengurangi frustasi dan
B4 : Imitasi buka tutup telapak kecemasan menyelesaikan tugas
tangan/jari sendiri, dan menambah kemandirian.
B5:Imitasi menggosok kedua telapak Pembelajaran imitasi gerak motorik
tangan berbasis visual ini merupakan
Tabel 4.2 Skor dan Nilai Siklus I pembelajaran yang efektif, efisien
Kinerja Imitasi Gerak Motorik Halus dan menyenangkan. Siswa lebih
N Nilai Sk fokus dan konsentrasi lebih terjaga,
Nama Nilai
o B1 B2 B3 B4 B5 or

186
sedangkan guru lebih mudah dalam Intervention for Young
mengajar Children with Autism A
KESIMPULAN Manual for Parents and
Penggunaan media video imitasi Professionals. Austin Texas.
gerak motorik berbasis visual Mulyasa. 2009.Praktek Penelitian
memberikan pengaruh terhadap Tindakan Kelas. Bandung:
peningkatan kemampuan gerak POSDA
motorik halus siswa. Kesimpulan Pedoman Penyelenggaraan
yang dapat diambil adalah video Pendidikan
imitasi gerak berbasis visual dapat Terpadu, 2004. Alat
meningkatkn kemampuan gerak Identifikasi Anak
motorik halus pada siswa autis kelas Berkebutuhan Khusus.
IV di SLB Autis Laboratorium Jakarta. Direktorat
Universitas Negeri Malang. Pendidikan Luar Biasa.
UCAPAN TERIMAKASIH Rusli Luthan. 1988. Pertumbuhan
Penulis bertrimakasih kepada dan
Sekolah Autis Laboratorium UM Perkembangan Motorik.
atas dukungan sarana dan Jakarta. Cipta Wacana.
prasarananya pada penelitian ini Sirait, Bistok. 1989. Bahan
serta berterima kasih kepada tim dan Pengajaran
teman-teman guru SLB atas untuk Mata Kuliah Evaluasi
diskusinya yang bermanfaat Hasil Belajar Siswa, Buku II,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: Depdikbud
Buku Jurnal, Prosiding, Majalah,
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur dan/atau Buletin
Penelitian. Jakarta : Rineka Alfiyah N, 2015. Meningkatkan
Cipta. Kemampuan Kognitif dalam
Baihaqi & Sugiarmin, M. 2008. Mengenal Angka 1-10
Memahami dan Membantu melalui Permainan Bola
Anak ADHD. Bandung: PT Bowling pada Anak
Refika Aditama Kelompok A di TK Al-Ikhlas
Hitipeuw. I. 2012. Modul Karangrejo Tulungagung
Pengembangan Materi Tahun Pelajaran 2014/2015.
Umum Penelitian Tindakan Jurnal Penelitian.
Kelas dan Karya Ilmiah. 11.1.01.11.0491. UNP Kediri
Maulana, M. 2007. Mendidik Anak [diakses 12 Februari 2016]
Autis dan Gangguan Mental Indina, G dkk. 2014. Penerapan
Lain Menuju Anak Cerdas Warna
dan Sehat. Jogjakarta: Kata dan Cahaya pada Interior
Hati. Ruang Terapi Dasar dengan
Maurice, C. 1996.Behavioural Pendekatan Visual Anak
Autis. Jurnal Arsitektur. Vol ,

187
No 2. Arsitektur FT UB. Ketrampilan Kolase dalam
[diakses 29 Februari 2016] Meningkatkan Kemampuan
Musjafak, A dan Eva Siti R. 2011. Motorik Halus Anak
Penerapan Latihan Tunagrahita Ringan di SLB
Sensorimotor untuk Siswa Budhi Surabaya.
Meningkatkan Kemampuan Jurnal Pendidikan Luar
Menulis pada Anak Autistic Biasa. Vol 2, No 2.
Spestrum Disorder. Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan. Sri Septiani N dkk, 2015. Pengaruh
Vol 17, No 2. FIP UPI Metode Pembelajaran
Bandung Terstruktur Dengan Media
Muthmainnah. 2013. Pemanfaatan Pecs Untuk Meningkatkan
Video Clip untuk Komunikasi Pada Anak Autis
Meningkatkan Ketrampilan di SLB C1 Denpasar. E-
Sosial Anak Usia Dini. Journal Program
Jurnal Pendidikan Anak. Vol Pascasarjana. Universitas
II, Edisi 2. Universitas Negeri Pendidikan Ganesha.
Yogyakarta. Zaid, A. 2012. Desan
Nirahma P, Choirunnusa. 2012. danImplementasi
Metode Tunneling IPSEC Berbasis
Dukungan Visual pada Unix dengan ESP
Pembelajaran Anak dengan (Encapsulating Security
Autisme. Jurnal Psikologi Payload). Jurnal Teknologi
Klinis dan Kesehatan dan Informatika.Vol 2,No2.
Mental.Vol 1, No 2. Teknomatika. [diakses 8
Psikologi Universitas Februari 2016].
Airlangga Laporan Penelitian, Disertasi,
Nugrahani R, 2007. Media Tesis, dan/atau Skripsi
Pembelajaran Berbasis Visual Iswara L,2013. Kemampuan
Berbentuk Permainan Ular Melakukan
Tangga Untuk Meningkatkan Gerak Dasar Manipulatif
Kualitas Belajar Mengajar di Anak Autis dalam Bentuk
Sekolah Dasar. Jurnal Permainan Bola Sederhana
Lembaran Ilmu Kependidikan Siswa Kelas III Sekolah
Jilid 36 No. 1. Seni Rupa Autis Lab UM. Artikel
FBS . UNNES. Skripsi. IKIP Budi Utomo
Ramdhani, A. 2014. Efektifitas Malang.

188
Perbandingan Model Latihan Circuit Training Game Dan Circuit Ladder Drill
UntukMeningkatkanKelincahan (Agility) Dan Kecepatan (Speed)

SusilaturochmanHendrawan K (Universitas Negeri Surabaya)


HariSetijino(Universitas Negeri Surabaya)
EdyMintarto(Universitas Negeri Surabaya)

ABSTRAK

Latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik yaitu
untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional tubuh, dan kualitas
psikis siswa. Circuit Trainingmerupakan teknik latihan yang digunakan oleh atlet
disemua jenis olahraga untuk meningkatkan kelincahan dan kecepatan. Untuk
mengembangkan kelincahandan kecepatanmaka diperlukan latihanCircuit Training
dengan model latihancircuit training gamedancircuit ladder drill.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan: (1) pengaruh
latihan circuit training game dancircuit ladder drillterhadap kelincahan; (2)
pengaruh circuit training game dancircuit ladder drillterhadapkecepatan; (3)
perbedaan pengaruh latihancircuit training game dancircuit ladder drill terhadap
kecepatan (4) pengaruh latihan circuit training game dancircuit ladder
drillterhadap kelincahan. Sasaran penelitian ini adalah siswa putra kelas V SDN
Kandangan III Surabaya yang berjumlah30siswa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan metode eksperimen semu. Rancangan penelitian ini menggunakan
Factorial Design, dengan analisis data menggunakan ANOVA. Proses
pengambilandata dilakukan dengan teskecepatanmenggunakansprint 30 meter dan
tes laribolak-balikpada saat pretest dan posttest. Selanjutnya data hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri 22.0.
Hasilpenelitian: programlatihancircuit training game dancircuit ladder
drill signifikanterhadappeningkatankelincahandankecepatan(sig. 0,000 < =
0.005). Kelompok I, II, III memilikiperbedaan yang signifikan (sig. 0,000 < =
0.005). Rata-rata peningkatankecepatankelompok I = 0.20 detik, kelompok II =
0.31 detik, kelompok III = 0.11 detik. Rata-rata
peningkatankelincahanuntukkelompok I = 0.34 detik, kelompok II = 0.60 detik,
kelompok III = 0.13detik
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kecepatan dan kelincahan pada masing-masing kelompok setelah
diberikan latihan. Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh antara ketiga kelompok
dilihat dari peningkatan kecepatandan kelincahan melalui uji ANOVA, dimana
latihan circuit ladder drillmemberikan pengaruh yang lebih baik dari latihancircuit
training game terhadappeningkatankecepatan. Selanjutnyalatihan circuit ladder
drillmemberikan pengaruh yang lebih baik dari latihancircuit training game
terhadap.peningkatankecepatanmaupunkelincahan.

Kata-kata Kunci : Latihan,Circuit Game Training DanLatihan Circuit Ladder


Drill, Kelincahan Dan Kecepatan.

189
Model Comparison Exercise Circuit Training Game and Circuit Ladder Drills
to Improve Agility and speed

SusilaturochmanHendrawan K (Universitas Negeri Surabaya)


HariSetijino(Universitas Negeri Surabaya)
EdyMintarto(Universitas Negeri Surabaya)

ABSTRACT

Exercise is a process of change for the better to improve the quality of


physical, functional abilities of the body, and the psychological quality of
students. Circuit Training is a training technique that used by athletes in all kinds
of exercise to improve agility and speed. To develop the agility and speed it is
neededCircuit Training exercise with circuit training game and circuit ladder
drill.
The purpose of this study was to compare: (1) the effect of circuit training
game and circuit ladder drill for the agility; (2) the effect of circuit training game
and circuit ladder drill on speed; (3) the difference effect of circuit training game
and circuit ladder drill for the speed (4) the difference effect of circuit training
game and circuit ladder drill on agility. The targets of this research are fifth
grade students of SDN Kandangan III Surabayathat consist of 30 male students.
The type of this research is quantitative with quasi-experimental methods.
The design of this research uses Factorial Design, with analysing data using
ANOVA. The process of data collection was done by using 30 meters sprint speed
test and shuttle runtestduring the pretest and posttest. Furthermore, the data was
analyzed by using SPSS 22.0 series.
Result: The circuit training game exercise program and circuit ladder
drill a significant to increase agility and speed (sig 0.000 < = 0.005) Group I,
II, III have significant differences (sig 0.000 < = 0.005). The average increase
in speed of group I = 0.20 seconds group II = 0.31 seconds group III = 0.11
seconds. The average increase agility to group I = 0.34 seconds group II = 0.60
seconds, group III = 0.13 seconds
Based on the analysis above, it can be concluded that there is an
increase in the speed and agility of each group after being given aexercise.
Besides, there is a differences effectbetween all three groups based on the
improvement in speed and agility through ANOVA test, where the ladder circuit
training drill gives a better effect on the exercise circuit training game toward the
increased speed. Furthermore, the circuit training ladder drill gives a better effect
than the exercise circuit training game toward the increased agility.

Key words: Exercise, Circuit Training Game AndCircuit Ladder Drill, Agility And
Speed

190
PENDAHULUAN beban dan sebagainya. Bentuk
Menurut Santosa dan Dikdik latihan biasanya disusun layaknya
(2013: 21) kebugaran jasmani adalah lingkaran (Yunyun., 2012:14).
keadaan kemampuan jasmani yang Berdasarkan penjelasan
dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tersebut, peneliti bermaksud
tubuhnya terhadap tugas jasmani mengadakaneksperimen dengan dua
tertentu dan atau terhadap keadaaan model latihan sirkuit yang berbeda.
lingkungan yang harus diatasi Yaitu dengan memodifikasi latihan
dengan cara yang efisien, tanpa sirkuit dengan permainan dan latihan
kelelahan yang berlebihan dan telah sirkuit dengan kombinasi ladder
pulih sempurna sebelum datang drill. Penelitian ingin mengetahui
tugas yang sama pada esok harinya. perbadingan dua jenis latihan sirkuit
Kebugaran jasmani merupakan untuk meningkatkan kelincahan
derajat dinamis seseorang yang (agility) dan kecepatan (speed) siswa
menjadi kemampuan jasmani dasar putraSDN Kandangan III Surabaya
untuk dapat melaksanakan tugas kelas V.
yang harus dilaksanakan. METODE PENELITIAN
Latihan kondisi fisik JenisdanRancanganPenelitian
(physical conditioning) memegang Jenis penelitian yang
peranan yang sangat penting untuk digunakan adalah penelitian
mempertahankan atau meningkatkan kuantitatif. Desain penelitian yang
derajat kebugaran jasmani(physical digunakan adalah Quasi Experiment
fitness).Derajat kebugaran jasmani dengan rancangan penelitian
seseorang sangat menentukan menggunakan Randomized Control
kemampuan fisiknya dalam Group Pretest-Posttest Desain.
melaksanakan tugas sehari-hari. K1 X1 T2
Semakin tinggi derajat kebugaran R T1 K2 X2 T2
jasmani seseorang semakin tinggi K3 X0 T2
pula kemampuan kerja fisiknya.
Dengan kata lain, hasil kerjanya kian Sumber : (Maksum, 2012:98)
produktif jika kebugaran jasmaninya Keterangan :
kian meningkat. R : Randomized
Dalam program pelatihan, T1 : Tes Awal (pretest)
latihan sirkuit ini biasanya K1 : Kelompok 1 (Kelompok
menggunakan peralatan mesin Circuit Game Training)
ataupun peralatan yang sederhana, K2 : Kelompok 2 (Kelompok
pada umumnya jarak setiap Circuit Ladder drill)
pos/stasiun sekitar 15 detik sampai 3 K3 : Kelompok 3 (Kelompok
menit untuk menjaga agar otot tidak Kontrol)
kelelahan. Bentuk-bentuk latihan X1 : Perlakuan dengan latihan
sirkuit adalah kombinasi dari semua Circuit Training Game
unsur fisik. Latihannya bisa berupa X2 : Perlakuan dengan latihan
lari naik turun tangga, lari Circuit Ladder Drill
kesamping, ke belakang, melempar X0 : Melakukan aktivitas
bola, memukul bola dengan raket, mengikuti pelajaran olahraga
melompat, berbagai bentuk latihan T2 : Tes akhir (posttest)

191
Sesuai dengan hipotesis dan
PopulasidanSampelPenelitian jenis penelitian yang digunakan
Populasi dalam penelitian ini dalam penelitian ini, maka analisis
adalah semua siswa putra SDN statistik yang digunakan adalah uji-t
Kandangan 3 Surabaya tahun ajaran paired sample test dan Analisis of
2015-2016 kelas V yang terdiri dari Varians (Anova) dengan taraf
kelas V-a, V-b, Vc. Adapun jumlah signifikansi 5 % menggunakan
populasi dalam penelitian ini adalah program Statistical Product and
80 anak, dengan rentang umur 11 Service Solution (SPSS) 22.0. untuk
12 tahun mengetahui pengaruh latihan circuit
Jumlah sampel pada training game dan circuit ladder
penelitian ini adalah sebanyak 30 untuk meningkatkan kelincahan
oang siswa putra yang diambil secara (agility) dan kecepatan (speed) pada
random dari kategori usia dan jenis siswa putra SDN Kandangan III
kelamin yang sama. Teknik Surabaya Kelas V
pengambilan sampel pada penelitian HASIL PENELTIAN
ini adalah dengan menggunakan Pada deskripsi hasil
Simple Random Sampling penelitian ini membahas tentang
Untuk selanjutnya sampel rerata dan standar deviasi yang
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu diperoleh dari hasil tes yang
kelompok latihan circuit game, dilakukan pada masing-masing
latihan circuit ladder drill, kelompok kelompok dihitung berdasarkan
control. Dalam pengelompokannya kelompok dan jenis latihan yang
peneliti menggunakan teknik ordinal diterapkan.
pairing. kemudian penempatan Analisis
sampel pada masing-masing 1. Data HasilEksperimenKelompok
kelompok mengikuti pola huruf S I

TempatdanWaktuPenelitian
1. Penelitian ini berlangsung di
Lapangan Olahraga SDN
Kandangan 3 Surabaya.
2. Penelitian ini berlangsung 8
minggu, dimana 1 minggu
pertama untuk tahap persiapan
dan pretest, 6 minggu untuk Pada kelompok I dapat dilihat
pemberian perlakuan (treatment) bahwa terdapat peningkatan nilai
dengan frekuensi 3 kali seminggu rerata antara pretest dan posttest pada
(18 kali pertemuan) dan minggu variabel dependent (kecepatan dan
terakhir untuk posttest. kelincahan). Hal ini terbukti dari
nilai rerata posttest lebih kecil dari
Instrument Penelitian nilai rerata pretest. Jelas terlihat
1. Pengukurankelincahanmengg bahwa nilai rerata untuk peningkatan
unakanteslaribolak-balik kecepatan dari hasil pengukuran
2. Pengukurankecepatanmenggu posttest 5.79 detik, terlihat lebih
nakanteslari 30 meter rendah dibandingkan dengan hasil
pengukuran pretest sebesar 5.98
TeknikAnalisis Data detik, Sehingga jelas terlihat selisih

192
dari rerata tersebut menunjukkan pengukuran pretest sebesar 6.09
peningkatan setelah diberikan latihan detik. Sehingga selisih dari rerata
selama 6 minggu dan dengan tesebut menunjukkan peningkatan
frekuensi 3 kali seminggu. setelah diberikan latihan selama 6
Demikian juga terlihat minggu dan dengan frekuensi 3 kali
perolehan data variabel kelincahan seminggu.
yang menunjukkan terdapat Demikian juga terlihat dari
peningkatan pada kelincahan yang perolehan data variabel kelincahan
signifikan setelah diberikan yang menunjukkan terdapat
treatment selama 6 minggu. Dapat peningkatan kelincahan setelah
dilihat rerata untuk peningkatan diberi perlakuan selama 6 minggu.
kelincahan dari rerata hasil Dapat dilihat rerata untuk
pengukuran posttest 13.63 detik, peningkatan kelincahan dari hasil
terlihat lebih rendah dibandingkan pengukuran posttest 13.20 detik,
dengan rerata hasil pengukuran terlihat lebih rendah dibanding
pretest sebesar 13.97 detik, terjadi. dengan hasil dari pengukuran pretest
Berdasarkan hasil di atas dapat sebesar 13.80 detik. Berdasarkan
diambil sebuah kesimpulan bahwa hasil tersebut di atas, maka dapat
dalam pemberian treatment selama 6 diambil kesimpulan bahwa dalam
minggu pada kelompok I, dapat memberikan sebuah treatment pada
meningkatkan kecepatan dan kelompok eksperimen II dapat
kelincahan. Berikut adalah hasil meningkatkan kecepatan dan
rerata kelompok I yang digambarkan kelincahan.
dalam bentuk diagram.
PengujianHipotesis
2. Data HasilEksperimenKelompok Untuk menjawab hipotesis
II yang telah diajukan, maka uji
analisis yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah uji beda rerata
(uji beda mean) dengan
menggunakan analisis uji-t paired t-
test. Nilai yang digunakan dalam
penghitungan uji-t paired t-test
adalah nilai rata-ratadari masing-
masing kelompok (kelompok I,
kelompok II, dankelompok III),
Pada kelompok eksperimen II dengan penyajian datanya hasil
dapat terlihat bahwa adanya perhitungan uji-t paired t-test adalah
peningkatan nilai rerata antara sebagai berikut:
pretest dan posttest pada variabel
dependent kecepatan dan kelincahan.
Ini terbukti dari nilai rerata posttest
yang lebih besar dari nilai rerata
pretest. Dimana terlihat bahwa nilai
rerata untuk peningkatan kecepatan
dari hasil pengukuran posttest 5.77
detik, dan ini terlihat lebih rendah
dibandingkan dengan hasil

193
1. Hasil Uji Beda Rarata Sampel Menuruttabel di atas hasil
Berpasangan Kecepatan perhitungan uji beda antar kelompok
menggunakan One Way Anova dapat
disimpulkan bahwa terdapat hasil
rerata yang berbeda antar kelompok,
karena hasil perhitungan
menunjukkan nilai Sig. 0.00< nilai
= 0.05 dan nilai Sig 0.00< nilai =
Hasil dari perhitungan uji-t 0.05, sehingga dapat dikatakan
paired t-test pada pemberian latihan bahwa H0ditolak dan Ha diterima.
Circuit game trainingdengan melihat Dengan kata lain bahwa terdapat
nilai Sig. (2-tailed) 0.00, maka dapat perbedaan yang signifikan antara
disimpulkan bahwa H0ditolak dan Ha hasil latihan kelompok I (Circuit
diterima karena nilai Sig. 0.00 < nilai game training) kelompok II (Circuit
= 0,05. Dengan kata lain terdapat ladder drill), terhadap peningkatan
pengaruh yang signifikan dari kecepatandankelincahan
pemberian latihan Circuit game
trainingdanCircuit Ladder 4. Hasil Perhitungan Post Hoc Test
Drillterhadap kecepatan pada siswa dengan LSD
putra kelas V SDN Kandangan III
Surabaya.

2. Hasil Uji Beda Rarata Sampel


Berpasangan Kelincahan

Hasil dari perhitungan uji-t


paired t-test pada pemberian latihan
Circuit game trainingdengan melihat Menurut tabel di atas
nilai Sig. (2-tailed) 0.00, maka dapat menunjukan bahwa adanya
disimpulkan bahwa H0ditolak dan Ha perbedaan yang signifikan antara
diterima karena nilai Sig. 0.00 < nilai keempat kelompok. Perbedaan
= 0,05. Dengan kata lain terdapat tersebut dapat dilihat dari Mean
pengaruh yang signifikan dari difference. Sehingga dari Mean
pemberian latihan Circuit game difference tersebut memberian
trainingdanCircuit Ladder sebuah makna perbedaan pengaruh
Drillterhadap kelincahan pada siswa terhadap peningkatan kecepatanantar
putra kelas V SDN Kandangan III kelompok penelitian. Hal ini dapat
Surabaya. diketahui dari nilai Mean difference,
3. Hasil Perhitungan Uji Beda antar bahwa latihanCircuit ladder
Kelompok Kecepatan dan drilllebih optimal memberikan
Kelincahan peningkatan kecepatan dibandingkan
dengan kelompok Circuit game
training,
Pernyataantersebutdiperjelasolehgam

194
barmean plotkecepatan, yang DAFTAR PUSTAKA
menunjukkanperubahanmeningkatya
ng Ambarukmi, D.H., Pasurney., Sidik,
lebihmenonjolpadametodelatihanCir Z.D., Iriaanto. D.K.,
cuit ladder drill. Dewanti, R.A., Sunyoto.,
Sulistiyanto., danHarapan,
SIMPULAN M.Y. 2007.
Berdasarkan hasil penelitian PelatihanPelatihFisik Level
dan pembahasan yang diuraikan pada 1. Jakarta: Kemenegpora
bab-bab sebelumnya, maka dapat
ditarik beberapa kesimpulan Bal, BS. Kaur PJ dan Singh, D.
penelitian sebagai berikut : Effects of a Short Term
23. Terdapat pengaruh yang Plyometric Training
signifikan program latihancircuit Program of Agility In Young
game trainingterhadap BasketballPlayers. Brazilian
peningkatan kelincahan Journal of Biometricity.
(agility)dankecepatan Vol. 5. No. 4. Pp.271-278
(speed)padasiswa kelas V SDN
Kandangan III Surabaya. Bompa, T.O. 1999. Theory and
24. Terdapat pengaruh yang Metodologi of
signifikan program latihan circuit Training.Dubugue, Lowa
ladder drill terhadap peningkatan Kendall Hum Publishing
kelincahan (agility)dankecepatan and co.
(speed)padasiswa kelas V SDN
Kandangan III Surabaya. Brown, L.E & Ferrigno, Vance.
25. Terdapat perbedaan pengaruh 2005. Training for Speed,
antara latihan circuit game Agility, And Quickness.
training dan circuit ladder drill Australia: Human Kinetics.
untuk meningkatkan kelincahan
(agility) dan kecepatan Brown, L.E. 2003. Training for
(speed).Latihan circuit ladder Speed, Agility and Quickness.
drill memberikan pengaruh lebih American College of Sports
baik dari latihan circuit game Medicine. California State
training dan kelompok kontrol University. Olympic Coach.
terhadap peningkatan kelincahan Vol. 14 No. 21. Pp. 43-45
(agility).
26. Terdapat perbedaan pengaruh Bujjibabu, M dan Jhonson, P.
antara latihan circuit game 2012.Effects Of
training dan circuit ladder drill PlyometricTraining and
untuk meningkatkan kelincahan Speed Agility and Quickness.
(agility) dan kecepatan Training on Power of Male
(speed).Latihan circuit ladder Handball Players.
drillmemberikan pengaruh lebih Iternational Journal Of
baik dari latihan circuit game Health, Physical Education,
training dan kelompok kontrol and Computer Science in
terhadap peningkatan kecepatan Sports. Vol 8. Oktober 2012,
(speed) pp. 21-25

195
Dilip, N.S. 2013. Analysis of Speed Conditioning Reserch.Vol.
and Flexibility Among 25. No. 4. Pp. 940
Andhra Pradesh State Level
Basketball, Football, And Islam, Nazrul Malik dkk 2013.
Volleyball Players. Effect of Harness Running,
International Journal of Sand Running, Weight-
Health, Physical Education Jacket, Running and Weight
and Computer Science in Training. Journal of Sports
Sports. Vol. 11. No. and Physical Education
(IOSR-JSPE) e-ISSN: 2374-
Djoko Pekik Irianto. 2002. Dasar 6745, p-ISSN Volume 1, Issue
Kepelatihan. Yogyakarta : 2 (Nov.-Dec. 2013)
FIK UNY
Johnson, P. and Bujjibabu, M. 2012.
Endang Rini Sukamti. 2008. Effect of Plyometric and
Pertumbuhan Anak Usia Speed Agility and Quikness
Dini. Yogyakarta : FIK UNY (SAQ) on Speed and Agility
of Male Football Players.
Gamble, P. 2010. Strength and Asian Journal of Physical
Conditioning for Team Education and Computer
Sports. London and New Science in Sport. Vol. 7 No.
York: Roultledge 1, pp. 26-30

Gevat, C. Taskin, H. Arslan, F. Lakshmikrishnan, R dan Sivakumar,


Larion, A. and Stanculescul K. 2013. Effect Of Weight
G. 2012. The Effect of 8 Week Training And Plyometric
Speed Training Program On Training On strength
The Acceleration Agility and Endurance And Leg Strength.
Maximum Speed Running Intrenational Jurnal of
Coll. Antropol. 36 (2012) 3: Health, Physical Education
951-958 and Computer Science in
Sports. Vol. 11 No. 1. Pp.
Giriwijoyo, Santoso dkk. 2012. Ilmu 152-153
Kesehatan Olahraga.
Bandung : PT REMAJA Mahardika, I Made Sriundy. 2012.
ROSDAKARYA Pengantar Evaluasi
Pengajaran. Surabaya:
Giriwijoyo, Santoso dkk. 2013. Ilmu ISORI Jawa Timur.
Faal Olahraga. Bandung :
PT REMAJA Maksum, Ali. 2012. Metodologi
ROSDAKARYA Penelitian dalam Olahraga.
Granacher, Muehlbauer, and Surabaya : Universitas Negeri
Thomas. 2011. Promoting Surabaya
Strength and Balance in
Adolescents During Physical Mansur dkk. 2009. Materi Pelatihan
Education: Effects of a Short- Pelatih Fisik Level II.
Term Resistence Training. Jakarta: Asdep
Journal of Strength and

196
Pengembangan Tenaga dan (Ed). Teori Umum Larihan.
Pembinaan Keolahragaan. Surakarta

Marjana W, Sudiana, Budiman W. Nurhasan. 2005. Petunjuk Praktis


2014. Pengaruh Latihan Pendidikan Jasmani.
Huttle Run terhadap Surabaya: Unesa University
Kecepatan dan Kelincahan. Press.
Singaraja: Undiksa
Program Pascasarjana Unesa. 2012.
Mike, Miller, Jason M.S, Hannon. Pedoman Penulisan Tesis
2011. Resistance Circuit dan Disertasi, Surabaya : PPs
Training: Its Application for Unesa,
the Adult Population.Strength
and Conditioning Journal. Pusat Pengembangan Kualitas
Vol. 33. No. 1. Pp. 16 Jasmani. 2003. Tes
Kesegaran Jasmani
Milanovic Zoran, dkk. 2014. Effects Indonesia. Jakarta:
of a 12 Week SAQ Training Depdiknas.
Programme on Agility with
and without the Ball among Qurnadi. 2013. Perbandingan
Young Soccer Players. Pengaruh Latihan Ladder
Journal of Sports Science and Drill Two Feet Each Square
Medicine (2013) 12, 97-103 Laterally dan Latihan Ladder
Drill Two Feet Each Square
Mylsidayu. 2015. Ilmu Kepelatihan terhadap Kecepatan Lari 60
Dasar. Bandung : Alfabeta meter pada Siswa
Ekstrakurikuler Sepakbola
Nagajaran, S. Damodharan, C. SMK Abdurrab Pekanbaru,
Praven, A. 2013. Effect Of UNRI
Aerobic Circuit Training And
Parcours Training On Sajoto, 1988.Pembinaan Kondisi
Selected Physical And Fisik Dalam Olahraga.
Physiological Variables Jakarta : Depdikbud Dirjen
Among College Men Dikti PPLTK, hlm 161.
Students. International Jurnal
Of Health, Physical Sajoto, 1995 : Peningkatan dan
Education and Computer Pembinaan Kekuatan Fisik
Science in Sports. Vol. 11. dalam Olahraga. Semarang :
Pp. 145-148 Dahara Prize, hlm. 83.
Simonson, Shawn R, EdD, CSCS.
Nala, N. 1998. Prinsip Pelatihan 2010. Teaching the
Fisik Olahraga. Denpasar: Resistance Training Class: A
Universitas Udayana Circuit Training Course
Designed for the Strength
Nossek, J. 1982. General Theory of and Conditioning
Training. Lagos: Pan Coach/Personal Trainer.
African Press. Ltd. In Furqon Strength and Conditioning

197
Journal. Vol. 32. No. 3. Pp. Widiastuti, 2015. Tes Dan
90 Pengukuran Olahraga.
Jakarta : Rajawali Pers
Sudarno. 1992. Pendidikan
Kesegaran Jasmani. Jakarta. Wong, D.P. Chan., G.S and Smith
DEPDIKBUD A.W. 2012. Repeate-Sprint
and Change-of-Direction
Sukadiyanto dan Muluk, D. Abilitiesin Physically Active
2011.Pengantar Teori dan Individualsand Soccer
Metodologi Melatih Fisik. Players: Training and
Bandung : CV. Lubuk Implication. Journal of
Agung, hlm 5. Strength and Conditioning
Reserch. Vol. 26. No. 9. Pp.
2324-2330

198
PENGARUH LATIHAN LEG PRESS DAN LEG EXTENSION DENGAN ONE LEG
HOP PROGRESSION DAN DOUBLE LEG HOP PROGRESION TERHADAP
KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI
Muhammad Wahyono

S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya

e-mail : muhamad_wahyono@yahoo.co.id
Abstrak
Untuk mengembangkan kekuatan otot tungkai dan power otot tungkai maka
diperlukan latihan leg press dan leg extension dengan one leg hop progression dan double leg
hop progresion.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang: (1)
Menganalisis pengaruh latihan leg press dan leg extension dengan one leg hop progresion
dan double leg hop progresion terhadap kekuatan otottungkai dan power otot tungkai (2)
Menganalisis perbedaan pengaruh latihan leg press dan leg extension dengan one leg hop
progression dan double leg hop progresion terhadappower otot tungkai. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan metode eksperimen semu dengan designNon-Randomize Control
Group Pretest-Posttest Design, serta analisis data menggunakan ANOVA. Proses
pengambilan data menggunakan alat tes back and leg dynamometer dan Force Plate pada
saat pretest dan posttest. Hasil penelitian menujukkan: (1) terdapat pengaruh latihan leg press
dan leg extensiondengan one leg hop progresion dan double leg hop progresion terhadap
kekuatan otottungkai (2) pengaruh antara latihan leg press dan leg extension dengan one leg
hop progression dan double leg hop progresion terhadappower otot tungkai.

Kata Kunci : Latihan, Kekuatan Otot Tungkai, Power Otot Tungkai

PENDAHULUAN mengatasi permasalahan yang muncul dan


Olahraga merupakan suatu kebutuhan keragaman jenis kebutuhan serta
bagi manusia. Dianggap kebutuhan karena peningkatan aspirasi masyarakat
manusia adalah mahluk yang bergerak. khususnya berkaitan dengan prestasi
Manusia dalam melakukan aktifitasnya olahraga, maka seorang mahasiswa
tidak pernah terlepas dari proses gerak, berkewajiban pula untuk mampu
sebab tidak ada kehidupan tanpa adanya meningkatkan pengetahuan dam
gerakan. Dalam pelaksanaanya, olahraga keterampilannya guna menghadapi
bersifat universal karena olahraga dapat tantangan yang semakin berat. Oleh karena
dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. itu salah satu upaya yang saat ini
Begitu besar peran olahraga terhadap dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan
kehiduapan manusia, sehingga olahraga Olahraga melalui Deputi Peningkatan
dapat dijadikan sebagai sarana untuk Prestasi dan Sumber Daya Manusia untuk
mencapai prestasi. meningkatkan kemampuan pelatih,
Perkembangan dan kemajuan zaman pembina, pendidik atau guru olahraga di
menuntut tenaga pendidik dan pelatih tingkat nasional adalah dengan
memiliki pengetahuan dan keterampilan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan
yang baik. Hal ini perlu disadari oleh untuk pelatih, mulai tingkat dasar, muda
mahasiswa Penkep bahwa dalam upaya

199
dan madya (training of training) di kondisi fisik merupakan salah satu unsur
berbagai wilayah di Indonesia. terpenting untuk pencapain prestasi
Latihan merupakan suatu proses maksimal. Tujuan utama mempersiapkan
yang direncanakan dalam berbagai macam fisik dalam latihan adalah untuk
tahap serta dilaksanakan secara meningkatkan potensi fungsional atlet dan
berkelanjutan dan pada prinsipnya latihan mengembangkan kemampuan biomotorik
adalah untuk meningkatkan kualitas fisik ke standar yang paling tinggi.
serta latihan adalah proses untuk Pengembangan latihan fisik pada setiap
meningkatkan atau mengembangkan program latihan dilakukan melalui tahapan
kemampuan dan keterampilan yang fisik umum, persiapan fisik khusus dan
dimiliki oleh seorang atlet, yang mana membangun tingkat kemampuan
mempunyai target dan tujuan, yaitu untuk biomotorik yang tinggi (Bompa 2009:61).
mencapai suatu perubahan ke arah yang Weighttrainingadalahsalahsatubentuk
lebih baik dan tidak hanya untuk latihanyang digunakanuntuk
kebugaran saja akan tetapi untuk memperkuatotot-ototkhususyang
menyempurnakan keterampilan yang diperlukanmeningkatkandayatahandan
dimiliki serta meningkatkan kualitas fisik kondisifisikolahragawan (Setijono,
atlet sehingga atlet dapat tampil dengan Matuankotta, danHasan, 2001:48). Latihan
baik dalam setiap kegiatan-kegiatan weighttrainingmerupakan bentuk latihan
olahraga termasuk pada saat pertandingan yang cukup banyak dan beraneka ragam,
dilaksanakan. akan tetap peniliti hanya menggunakan
Menurut Roesdiyanto dan dua bentuk latihan yaitu leg press dan leg
Budiwanto (2008:17) latihan adalah proses extension. Alasan peneliti memilih kedua
penyempurnaan kualitas atlet secara sadar bentuk latihan tersebut didasarkan karena
atau untuk mencapai prestasi maksimal latihan tersebut lebih mendominasi
dengan diberi beban fisik dan mental pembentukan kekuatan otot tungkai dan
secara teratur, terarah, bertahap, power otot tungkai. Penelitian dari Rafan
meningkat dan berulang-ulang waktunya. (2013) menyatakan bahwa latihan
Menurut Sukadiyanto dan Muluk (2011:6) weighttraining dapat meningkatkan power
adalah penerapan dari suatu perencanaan tungkai
untuk meningkatkan kemampuan Plyometric adalah suatu bentuk
berolahraga yang berisikan materi, teori, pelatihan yang memungkinkan otot untuk
praktek, metode, dan aturan pelaksanaan bisa mencapai kekuatan maksimal dalam
sesuai dengan tujuan dan sasaran yang waktu yang sesingkat-singkatnya. Chu
akan dicapai. Kemudian Venerando dalam (1998: 5) Seiring perkembangan zaman
Roesdiyanto dan Budiwanto (2008: 17) hampir semua cabang olahraga
bahwa latihan dengan berulang-ulang menggunakan bentuk latihan plyometric
secara sistematik bertujuan mencapai terutama untuk meningkatkan kekuatan,
keterampilan yang lebih baik. kecepatan dan power. Power otot menurut
Kondisi fisik merupakan hal yang (Kusnanik dkk, 2011: 125) didefinisikan
sangat penting diperhatikan dalam setiap sebagai hasil kali dari kekuatan (force) dan
cabang olahraga dan diutamakan, karena kecepatan (velocity). Menurut Chu (1998:

200
5), latihan plyometric adalah suatu bentuk METODE PENELITIAN
pelatihan yang memungkinkan otot untuk Penelitian ini jenis kuantitatif
bisa mencapai kekuatan maksimal dalam dengan metode quasi eksperimen
waktu yang sesingkat-singkatnya. (ekspermen semu). Rancangan penelitian
Latihan plyometric merupakan menggunakannon-randomize group
bentuk latihan yang cukup banyak dan pretest-posttest design(Maksum, 2012:
beraneka ragam, akan tetap peniliti hanya 100).
menggunakan empat bentuk latihan yaitu Populasi dan Sampel
one leg hop progression dan double leg Populasi dalam penelitian ini
hop progresion. Alasan peneliti memilih adalah mahasiswa putra Jurusan
keempat bentuk latihan tersebut Pendidikan Kepelatihan Universitas
didasarkan karena latihan tersebut lebih Negeri Surabaya angkatan 2014 yang
mendominasi pembentukan kekuatan otot terdaftar aktif sebagai mahasiswa dengan
tungkai dan power otot tungkai. jumlah keseluruhan 160 mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian (Milic, dkk, Sampel dalam penelitian ini adalah
2008) menyatakan bahwa latihan mahasiswa putra aktif jurusan Pendidikan
plyometric dapat memberi pengaruh pada Kepelatihan Universitas Negeri Surabaya
kekuatan otot tungkai. Chelly (2010) angkatan 2014 sebanyak 42 orang. Teknik
menyatakan Plyometric training program pengambilan sampel dalam penelitian ini
improved the explosive power og leg dengan menggunakan simple random
muscles and performance level disini sampling.Penentuan pengelompokan
jelas dikatakan bahwa program latihan sampel dilakukan secara ordinal pairing
plyiometric ini dapat meningkatkan daya atau disesuikan peringkat dari hasil
ledak (explosive power) sedangkan pretest.
penelitian Sankarmani, dkk (2012)
menyatakan bahwa latihan plyometric and Tempat dan Waktu Penelitian
weight training dapat meningkatkan Tempat penelitian dilaksanakan di
kekuatan otot dan power. Gedung SSFC untuk pelaksanaan Pre test,
Berdasarkan uraian latar belakang di Treatment dan Post Test.Waktu penelitian
atas peneliti ingin memberi alternatif pengambilan data dilakukan pada bulan
latihan untuk meningkatkan kondisi fisik Januari 2016Selama 8 minggu sebanyak
secara khusus dalam meningkatkan 24 kali pertemuan.
kekuatan otot tungkai dan power otot Instrumen Penelitian
tungkai pada mahasiswa putra Pendidikan Instrumen penelitian dalam
Kepelatihan Unesa angakatan 2014. penelitian ini adalah tes kekuatandanpower
Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan otottungkaiback leg dynamo meter
penelitian pengaruh latihan leg press dan danforce plate.
leg extension dengan one leg hop Teknik Analisis Data
progression dan double leg hop Sesuai dengan hipotesis dan jenis
progresion terhadap kekuatan otot tungkai penelitian yang digunakan dalam
dan power otot tungkai. penelitian ini, maka analisis statistik yang
digunakan adalah uji prasarat data

201
normalitas dan homogenitas, kemudian (kelompok I, kelompok II, dan kelompok
dilanjutkan dengan uji-t paired sample test III), dengan penyajian datanya hasil
dan Analisis of Varians (Anova) dengan perhitungan uji-t paired t-test.
taraf signifikansi 5 %. Proses tersebut di Berdasarkan analisis data tersebut,
atas akan dilaksanakanmenggunakan diperoleh nilai sig dari setiap pengaruh
program Statistical Product and Service variabel bebas terhadap variabel terikat
Solution (SPSS) 20.0. memperoleh skor 0,000 atau < 0,05.
Dengan kata lain terdapat pengaruh yang
signifikan latihan kelompok eksperimen I
(leg press dan leg extension), latihan
kelompok eksperimen II ( one leg hop
HASIL PENELITIAN progresion dan double leg hop progresion),
Uji Normalitas dan kelompok III (kontrol) terhadap
Berdasarkan hasil analisis data kekuatan otot tungkai dan power otot
menunjukkan bahwa perolehan data dari tungkai.
variabel terikat yaitu keseimbangan Uji Beda Rerata antar Kelompok
memiliki makna bahwa data berdistribusi (Anova)
normal. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig Pengujian beda rerata antar kelompok
(p) dari setiap kelompok lebih besar dari secara serempak dilakukan dengan
0.05. Oleh karena itu dapat disimpulkan menggunakan Analisis varian (Anova).
bahwa data diambil dari populasi yang Menurut Maksum (2012: 182) One Way
berdistribusi normal. Anova adalah teknik statistik parametrik
Uji Homogenitas yang digunakan untuk menguji perbedaan
Berdasarkan hasil analisis data antara tiga atau lebih kelompok data.
menunjukkan bahwa perolehan data Adapun langkah-langkah dalam
variabel terikat yaitu keseimbangan perumusan uji hipotesis sebagai berikut:
memiliki varians data yang homogen. Hal a. Ho diterima jika p value < 0.05
tersebut bisa dilihat dari nilai signifikansi b. Hasil uji beda antar kelompok
dari setiap data lebih besar dari taraf (Anova)
signifikansi (p>0.05). Sehingga dapat Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Beda
dapat disimpulkan bahwa varians pada antar Kelompok Kekuatan Otot
setiap kelompok adalah sama atau Tungkai dan Power Otot Tungkai
homogen.
F
F Keterang
Pengujian Hipotesis Variabel hitun
hitung
Sig. Sig.
an
g
Untuk menjawab hipotesis yang
telah diajukan, maka uji analisis yang Kekuatan
1389. 437.2
dipergunakan dalam penelitian ini adalah 784 14
0.000 0.000 Berbeda

uji beda rerata (uji beda mean) dengan Power

menggunakan analisis uji-t paired t-test.


Nilai yang digunakan dalam penghitungan Perhitungan Post Hoc Test
uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
posttest dari masing-masing kelompok

202
Dalam melakukan uji lanjut terdapat hop progression dandouble leg hop
beberapa langkah dalam melakukan uji progresion maupun kontrol.
hipotesis antara lain: Berikut tabel hasil Uji Post Hoc Test untuk
Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Post Hoc Power Otot Tungkai
Test dengan LSD Kekuatan Otot Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Post Hoc
Tungkai Test dengan LSD PowerOtotTungkai
Signi Signi
Mean Mean
Kelompok fikan Kelompok fikan
difference difference
si (p) si (p)
latih latihan one leg 6.07143* .000 latihan latihan one leg 1.61429* .015
an hop progresion leg press hop progresion
leg dan double leg dan leg dan double leg
press hop progression extension hop progresion
dan kontrol 14.92857* .000 kontrol 7.85000* .000
leg (konvesional) (konvesional)
exten latihan latihan leg press -1.61429* .015
sion one leg dan leg
latih latihan leg press -6.07143* .000 hop extension
an dan leg progresio kontrol 6.23571* .000
one extension n dan (konvesional)
leg kontrol 8.85714* .000 double
hop (konvesional) leg hop
progr progresio
esion n
dan kontrol latihan leg press -7.85000* .000
doub (konvesio dan leg
le leg nal) extension
hop latihan one leg -6.23571* .000
progr hop progresion
esion dan double leg
kontr latihan leg press -14.92857* .000 hop progresion
ol dan leg
(kon extension
vesio latihan one leg -8.85714* .000 Dari tabel 4.10 menunjukkan
nal) hop progresion
dan double leg
bahwa ada perubahan signifikan diantara
hop progression ketiga kelompok. Perbedaan tersebut dapat
dilihat pada Mean difference, sehingga
Dari tabel 4.9 di atas menunjukan dari perbedaan tersebut memberikan
bahwa adanya perbedaan yang signifikan sebuah makna perbedaan pengaruh
antara ketiga kelompok. Perbedaan terhadap peningkatan power otot tungkai
tersebut dapat dilihat dari Mean difference. antar kelompok I, II dan kontrol. Hal ini
Sehingga dari Mean difference tersebut dapat diketahui dari nilai Mean difference,
memberian sebuah makna perbedaan bahwa kelompok leg press danleg
pengaruh terhadap peningkatan kekuatan extension lebih memberikan peningkatan
otot tungkai antar kelompok penelitian. terhadap powerotottungkai dibandingkan
Hal ini dapat diketahui dari nilai Mean dengan kelompok one leg hop progression
difference, bahwa leg press danleg dandouble leg hop progresiom maupun
extension lebih optimal memberikan kontrol,. Berdasarkan hasil uji beda
peningkatan kekuatan otot tungkai dependent antar kelompok dari variabel
dibandingkan dengan kelompok one leg dependent (kekuatan otot tungkai dan
power otot tungkai) dapat disimpulkan

203
bahwa program latihan leg press danleg extension terhadap kekuatan
extension memberikan peningkatan yang otottungkaidanpower otottungkai.
lebih besar jika dibandingkan dengan Hasiltersebutmemberikanbuktiny
program latihan one leg hop progression atabahwaleg press danleg
dandouble leg hop progresion maupun extensionmerupakanbentuklatihandenga
latihan konvensional. nfokuspeningkatankekuatanotottungkai
DISKUSI HASIL PENELITIAN danpower
A. Latihan Kelompok Eksperimen I otottungkaiternyatadapatberpengaruhle
(Leg Press danLeg Extension) bihbesarpadaMahasiswa
Latihan leg press danleg putraPendidikanKepelatihanOlahraga
extension, terhadap kekuatan otot 2014 FIK UNESA
tungkai dikarenakan tungkai senantiasa B. Latihan Kelompok Eksperimen II
melakukan kontraksi terus menerus saat (One Leg Hop Progression danDouble
melakukan latihan tersebut. Dengan Leg Hop Progresion)
demikian otot tungkai dituntut untuk Latihanone leg hop progression
bekerja terus menerus karena dalam dandouble leg hop
melakukan latihan ini harus kontinyu / progresionmemilikipengaruh yang
berkelanjutan. Dengan adanya signifikanterhadapkekuatanotottungkai
kontraksi yang terus menerus serta danpower
bertambahnya beban setiap 2 minggu otottungkaidikarenakantungkai
sekali sehingga membuat kekuatan otot senantiasa melakukan kontraksi terus
tungkaidanpower otottungkai menerus saat melakukan latihan
meningkat. Selain itu dalam program tersebut. Dengan demikian otot tungkai
latihan leg press danleg extension pada dituntut untuk bekerja terus menerus
penelitian ini menggunakan beban diri karena dalam melakukan latihan ini
sendiri sehingga kemampuan dalam harus kontinyu / berkelanjutan. Dengan
melakukan gerakan dapat dilakukan adanya kontraksi yang terus menerus
dengan maksimal, hal ini merupakan serta bertambahnya beban setiap 2
hal yang sejalan dengan hakikat minggu sekali sehingga membuat
kekuatan. Kekuatan pada hakikatnya kekuatan otot tungkaidanpower
merupakan tenaga pada manusia dan otottungkai meningkat. Selain itu dalam
kekuatan itu sendiri membantu serta program latihan one leg hop
mendukung pelaksanaan suatu progression dandouble leg hop
pekerjaan atau tugas. Menurut progresion pada penelitian ini
Setiawan, 2005 ( dalam Setyawan, 2010 menggunakaninstrumen yang
: 16), mengatakan bahwa kemampuan ringansehinggakemampuandalammelak
otot untuk melakukan kontraksi guna ukangerakandapatdilakukandenganmak
membangkitkan tegangan terhadap simalhalinimerupakanhal yang
suatu tahanan. Dari teori tersebut sejalandenganprinsippower. Menurut
diketahui dengan sangat jelas bahwa Chu (2001:95),
besarnya terdapat pengaruh yang latihanmeningkatkanpower
signifikan latihan leg press danleg harusmelakukanpengulangangerakande

204
nganbeban yang ringan. Dengan demikian, pada saat
Olehkarenaituterdapatpengaruh yang melakukan gerakan maka kerja otot
signifikanlatihanone leg hop tungkai juga akan lebih berat sehingga
progression dandouble leg hop beban kerja otot tungkai pada latihan
progresionterhadapkekuatanotottungkai leg press danleg extension lebih berat
danpower otottungkai. dibandingkan dengan latihan one leg
Hasiltersebutmemberikanbuktinyat hop progression dandouble leg hop
abahwaone leg hop progression progression. Dampaknya yaitu stress
dandouble leg hop otot tungkai lebih mengalami
progresionmerupakanbentuklatihanden peningkatan 2 kali pada latihan leg
ganfokuspeningkatankekuatanotottungk press danleg extension, dengan
aidanpower demikian latihan leg press danleg
otottungkaiternyatadapatberpengaruhM extension lebih berat dalam
ahasiswaPendidikanKepelatihanOlahra memberikan beban pada otottungkai.
ga 2014 FIK UNESA. Oleh karena itu peningkatan kekuatan
otot tungkai danpower otot tungkai
C. Perbedaan PengaruhLatihanLeg antara latihanleg press danleg extension
Press Dan Leg Extension DenganOne denganone leg hop progression
Leg Hop Progression Dan Double Leg dandouble leg hop progression hurdles
Hop Progresion berbeda dimana otot tungkai pada
Terdapatperbedaanpengaruhkeku kelompok leg press danleg extension
atanotottungkaidanpower lebih mengalami peningkatan 2 kali.
otottungkaidimanalatihanleg press Berdasarkan hasil pemberian
danleg extension latihan dan uji mean dinyatakan bahwa
lebihbaikdibandingkandenganlatihanon latihan leg press danleg extension
e leg hop progression dandouble leg memberikan hasil yang lebih baik
hop progression dibandingkan dengan pemberian latihan
haliniterjadikarenapadalatihanleg press one leg hop progression dandouble leg
danleg extension kontraksiotot- hop progression terhadap kekuatan otot
ototpadatungkaimeningkat 2 kali tungkai dan power otot tungkai pada
dibandingkan dengan kontraksi otot mahasiswa putra
pada latihan one leg hop progression PendidikanOlahragaangkatan 2014FIK
dandouble leg hop progression. Apabila UNESA. Hal ini dapat dilihat dari
melihat pada dasar power yaitu hasil proses latihan leg press danleg
kali kecepatan dan kekuatan (Bucher, extension dilakukan dengan proses
2009: 260). Berdasarkan teori tersebut yang lebih berat,sedangkangerakan one
diketahui dengan sangat jelas bahwa leg hop progression dandouble leg hop
besarnya kekuatan berbanding lurus progression sedikitlebihmudah. Dari
dengan besarnya power, artinya apabila hasil uji signifikan menggunakan post
kekuatan bertambah maka power juga hoc test menyatakan bahwa tidak ada
bertambah besar. perbedaan pengaruh yang signifikan
dari hasil pemberian latihanleg press

205
danleg extensionterhadap kekuatan otot PENUTUP
tungkai dan power otot tungkai pada A. Simpulan
mahasiswa putra Penkep UNESA 2014. Berdasarkan hasil penelitian dan
Hal ini sejalan dengan yang dikatakan pembahasan yang diuraikan pada bab-
oleh Johnson (2012:4) latihan bab sebelumnya, maka dapat ditarik
plyometric adalah suatu jenis latihan beberapa kesimpulan penelitian sebagai
yang digunakan untuk meningkatkan berikut :
kekuatan dan daya ledak. Hasil 27. Terdapat pengaruh yang signifikan
penelitian yang dilakukan program latihanleg press danleg
olehSankarmani, dkk (2012) extensionterhadap kekuatan otot
peningkatan yang lebih signifikan tungkai
menggunakan latihan plyometric 28. Terdapat pengaruh yang signifikan
terhadap daya ledak otot tungkai dari program latihan leg press danleg
pada latihan beban biasa. extensionterhadap power otot tungkai
Latihan Weigh Training juga 29. Terdapat pengaruh yang signifikan
dapat meningkatkan power dan program latihan one leg hop
kekuatan otot tungkai. Penelitian dari progression dandouble leg hop
Hoffman (2012:71) latihan beban progresion terhadap kekuatan otot
merupakan modalitas olahraga yang tungkai
terkenal dengan peranya dalam 30. Terdapat pengaruh yang signifikan
meningkatkan kinerja dengan program latihan one leg hop
meningkatkan kekuatan otot, power, progression dandouble leg hop
dan kecepatan, hipertrofi, daya tahan progresion terhadap power otot tungkai
otot kinerja motor, keseimbangan dan 31. Terdapat perbedaan pengaruh
koordinasi. Menurut Chandler and antara latihan leg press danleg
Brown (2008:279) bahwa Latihan extensiondengan latihan one leg hop
beban adalah jenis umum dari latihan progression dandouble leg hop
kekuatan untuk mengembangkan progression terhadap kekuatan otot
kekuatan dan ukuran otot rangka. tungkai.Latihan leg press danleg
Sedangkan Rahimi, dkk (2005) extensionmemberikan pengaruh lebih
menyatakan latihan beban memberikan baik dari latihan one leg hop
efek pada kekuatan otot dan power. progression dandouble leg hop
Kajian literatur di atas menunjukkan progression dan kelompok kontrol
bahwa latihan weight training juga terhadap peningkatan kekuatan otot
dapat meningkatkan power dan tungkai.
kekuatan khususnya pada tungkai. 32. Terdapat perbedaan pengaruh
antara latihan leg press danleg
extensiondenganlatihanone leg hop
progression dandouble leg hop
progression terhadap power otot
tungkai.Latihan leg press danleg
extensionmemberikan pengaruh lebih

206
baik dari latihan one leg hop Education and Sport Vol. 10, No 3,
progression dandouble leg hop 2012, pp. 221 229.
progression dan kelompok kontrol
terhadap peningkatan power otot Apta, M dan Febi, K. 2015. Ilmu
tungkai. Kepelatihan Dasar. Bandung:
ALFABETA
B. Saran
10. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai Bubanj,S., Stankovic, R., Bubanj, R.,
latihan plyometric khususnya Dimic, A., Bednarik, J., Kolar,E.
latihanleg press, leg extension, one leg 2010.,One-leg vs Two-legs
hop progression dandouble leg hop Vertical Jumping Performance.
progression dengan kondisi sampel Physical Education and Sport Vol.
yang berbeda. 8, No 1, 2010, pp. 89 95
11. Bagi para pelatih, agar dalam
menyusun program latihan harus Bompa, T.O and Haff, G.G. (2009).
memperhatikan karakteristik Periodezation Theory and
kemampuan setiap atlet sehingga atlet Methodology of Training. New
mampu melaksanakan program York: Human Kinetics.
latihan tersebut, dan sehingga proses
latihan yang dijalani dapat berjalan Chu, D. A. 2013. Jumping Into Plyometric
lancar dan mendapatkan hasil yang (second edition). United State Of
semaksimal mungkin. America: Human Kinetic
12. Metode latihan leg press, leg Elsayed, Mohammed, 2012. Efect of
extension, one leg hop progression Plyometric Training on Specific
dandouble leg hop progression dapat Physical Abilities in Long Jump
direkomendasikan dan diterapkan Athletes. Faculty of Physical
dalam program latihan untuk Education for Boys, Zagazig
meningkatkan kekuatanotottungkai University, Egypt. Vol. 7 No. 2.
dan power otot tungkai. Pp. 105-108.

DAFTAR PUSTAKA Felarisme Citra Devi. 2014. Tesis:


Adibpour, N., Bakht, N.H., Behpour, N. Pengaruh pelatihan plyometric
2012. Comparasion of the Effect barrier hop dan squath depth jump
of Plyometic and Wigth Training terhadap peningkatan vertical
Program on Vertical Jumps in jump dan standing broad jump
Female Basketball Players. Word pemain tim putra bola voli PBVSI
Journal of Sport Science 7 (2): pemkab JEMBER. Universitas
99-104,2012 Negeri Surabaya.
Andrejic,O, 2012.Effects of a Plyometric http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vas
and Strength Training program on tus_lateralis. Di unduh tanggal 1
the Fitness Performance In Young Desember 2013.
Basketball Players.Physical

207
http://de.wikipedia.org/wiki/Musculus_vas Maksum, Ali.2012. Metodologi
tus_medialis. Di unduh tanggal 1 Pendidikan. Surabaya: Unesa
Desember 2013. University Press.
http://scioly.org/wiki/index.php/Anatomy/ Miftakul Rodi Iksan. 2011. Tesis:
Muscle_List. Di unduh tanggal 1 Pelatihan pliometrik zigzag drill
Desember 2013. dan Hexagon drill untuk
Hoffman, J.R. 2012. Science of Strength pembentukan daya ledak otot
and Conditioning Series NSCA s tungkai pemain bola voli.
Guide to Program Design. United Universitas Negeri Surabaya.
States: Human Kinetics. Nagarajan, S. Damodharan, C. Praven, A.
2013 Effeck of aerobic circuit
Kariyama,Y.,Mori,K.,Ogata,M.,20111.Th training and parcours Training on
e Differences Between Double and Selected Physiological Variables
Single Leg Takeoff On Joint Among college Men
Kinetics During Rebound-type Student,Jornal International, Vol.
Jump.Portuguese Journal of 11, 1 PP 149-151.
Sport Sciences 11 (Suppl. 2), 2011. Nurhasan. 2011.Tips Praktis Menjaga
Kebugaran Jasmani. Abil Pustaka.
Kremer, W.J., & Knuttgen, H.G. (Eds). Bresik Jatim.
2003. Strength Training Basics Rendra Priadiwirawan.2014. Tesis:
Designing Workouts to Meet pengaruh pelatihan plyometric
Patients Goal, Exercise lateral cone hops dan rim jumps
Physiology Series Editor. The dengan metode interval training
Physician and Sport Medicine. Vol 1:5 dan 1:7 terhadap power dan
3, No. 8. kecepatan pada pemain
Riyanto, Y. 2007. Metodologi Penelitian
Kusnanik, N.W., Nasution, J, dan Hartono, Pendidikan Kualitatif dan
S. 2011. Dasar-Dasar Fisiologi Kuantitatif. Surabaya: Unesa
Olahraga. Unesa: Unesa University Press.
Uneversity Press. Roesdiyanto,dkk,20108. Dasar Dasar
Lakshmikrishnan, R dan Silvakumar, K. Kepaltihan Olahraga. Malang
2013. Effect Of Weight Training Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik
And Plyiometric Training On Dalam Olahraga. Semarang:
Strength Endurance And Leg Dahara Prize
Strength. International Journal of Sajoto, M. 1995. Peningkatan dan
Health, Physical Endurance and Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik
Computer Science in Sport. Vol. dalam Olahraga. Semarang:
11. No. 1. pp. 152-153. Dahara Prize.
Maksum, Ali.2011. Psikologi Olahraga. Sankarmani,B., Sheriff,I.,Rajeev,K.R.,
Surabaya: Unesa Uneversity Press. Alagesan.J., 2012. Effectiveness
of Plyometrics and Weight
Training in Anaerobic Power and

208
Muscle Strength in Female Vertical Jump Performance In
AthletesInternational Journal Of High school athletesSerbian
Pharmaceutical Science And Journal of Sports Sciences 2008,
Health Care Issue 2, Volume 2 2(1-4): 123-130.
(April 2012)
Shandy Pieter Pelamonia. 2014. Tesis :
Shankar,R.,Rajpal,H.,Arora,M.,Effect of Pengaruh latihan plyometric knee
High Intensity and Low Intensity tuck jump dan heurdle hops
Plyometric on VerticalJump Height terhadap peningkatan daya ledak
and Maximum Voluntary Isometric otot tungkai secara vertical,
Contractionin Football kekuatan otot tungkai dan
Players.Journal of Exercise kecepatan gerak. Universitas
Science and Physiotherapy, Vol. 4 Negeri Surabaya.
No. 2, 81-87, 2008. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatifdan R & D.
Sankey, P.S., Jones, P.A., And Penerbit Alferta, Bandung.
Bampouras,T.M .. 2011. Effects Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori dan
Of Two Plyometric Training Metodologi Melatih Fisik.
programmes of different Intensity n Bandung: CV. LUBUK AGUNG.

209
PENGARUH PEMBERIAN CREATINE MONOHYDRATE TERHADAP
KEKUATAN DAN DAYA TAHAN SETELAH MELAKUKAN
LATIHAN FISIK DENGAN INTENSITAS MAKSIMAL
Asrofi Shicas Nabawi

S2 Pendidikan Olahraga, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya

e-mail : asrofinabawi21@gmail.com
Abstrak
Untuk mengembangkan kekuatan dandayatahandapatdenganpemberiancreatine
monohydratesetelahmelakukanlatihanintensitastinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis tentang: (1) Menganalisis pengaruhpemberiancreatine
monohydrateterhadapkekuatandandayatahan setelah melakukan latihan fisik dengan
intensitas maksimal.(2) Membandingkan pengaruh pemberian creatine monohydrateterhadap
kekuatan dan dayatahan antara kelompok yang diberikan suplemen creatine monohydrate
dengan yang tidak diberikan suplemen creatine monohydrate. Jenis penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode penelitianExperimental
Laboratory dengan Pretest Posttest Control Group Design, serta analisis data menggunakan
paired sample t-test. Proses pengambilan data menggunakan tes back and leg dynamometer,
tessit up 1 menit, tespush up 30 detikdantescosmed quart cpetpada saat pretest dan
posttest.(1) Terdapat peningkatan yang signifikan daripemberian creatine terhadap
kelompokkekuatansetelahmelakukanlatihanintensitasmaksimal; (2) Terdapat peningkatan
yang signifikan daripemberian creatine terhadap kelompokdaya
tahansetelahmelakukanlatihanintensitasmaksimal(3) perbedaan yang signifikan
denganpemberian creatinedannoncreatinedariselisih delta padakelompokcreatineyang
lebihtinggiterhadap peningkatan
kekuatandandayatahansetelahmelakukanlatihanintensitasmaksimal.

Kata Kunci : Latihan, Creatine Monohydrate, Kekuatan, Dayatahan

PENDAHULUAN manusia, sehingga olahraga dapat


Olahraga merupakan suatu dijadikan sebagai sarana untuk mencapai
kebutuhan bagi manusia. Dianggap prestasi.
kebutuhan karena manusia adalah mahluk Fungsi olahraga tidak lagi identik
yang bergerak. Manusia dalam melakukan sebagai sarana rekreasi, menjaga
aktifitasnya tidak pernah terlepas dari kesehatan dan kebugaran. Olahraga juga
proses gerak, sebab tidak ada kehidupan digunakan sebagai sarana untuk meraih
tanpa adanya gerakan. Dalam prestasi. Prestasi olahraga merupakan hasil
pelaksanaanya, olahraga bersifat universal yang dicapai seseorang atau sekelompok
karena olahraga dapat dilakukan oleh orang dalam bentuk kemampuan atau
seluruh lapisan masyrakat. Begitu besar keterampilan suatu cabang/nomor olahraga
peran olahraga terhadap kehiduapan tertentu setelah melalui proses latihan

210
yang terprogram, terarah, dan aikdalamsetiapkegiatanolahragatermasukp
berkesinambungan. Artinya, prestasi adasaatpertandingandilaksanakan.
olahraga diraih setelah melalui proses MenurutSukadiyantodanMuluk
latihan yang direncanakan secara kontinyu (2011:6)
dan terarah (Zimmerman, Starischa, dan latihanadalahpenerapandarisuatuperencana
Grosser, 2011). anuntukmeningkatkankemampuanberolahr
Prestasi yang diraih dapat terlihat aga yang berisikanmateri, teori, praktek,
dari berkembangnya olahraga yang metode,
mengalami kemajuan pesat. Hal ini danaturanpelaksanaansesuaidengantujuand
ditandai dengan terciptanya beberapa rekor ansasaran yang akandicapai.
baru atau prestasi dalam olahraga yang Latihanyang dilakukan seorang
terus meningkat. Peningkatan rekor baru atlet dalam menunjang prestasi ini
atau prestasi dalam olahraga juga meliputi latihan kekuatan dan latihan
ditunjang oleh keadaan kondisi fisik para ketahanan. Latihan kekuatan adalah
atlet. Kondisi fisik para atlet merupakan latihan yang dikhususkan untuk
salah satu hal utama sebagai penunjang meningkatkan kemampuan menggunakan
prestasi dalam olahraga kompetisi. tenaga maksimal untuk melawan atau
Kondisi fisik ini digunakan dalam latihan mengangkat beban berat (intensitas berat)
jauh hari sebelum perlombaan dilakukan. dalam waktu yang singkat (Kent, 1994).
Latihan merupakansuatu proses Latihan ketahanan adalah latihan yang
yang dilakukan dengan durasi relatif panjang
direncanakandalamberbagaimacamtahapse dan intensitas ringan (Fox, 1993). Di
rtadilaksanakansecaraberkelanjutandanpad samping latihan kekuatan dan ketahanan,
aprinsipnyalatihanadalahuntukmeningkatk yang tak kalah penting adalah dalam hal
ankualitasfisikdan proses kecepatan. Kecepatan adalah bentuk jelas
mengembangkankemampuanketerampilan dari latihan keras. Dalam perlombaan lari
yang dimilikiolehseorangatlet, yang mana misalnya, menentukan langkah lari untuk
mempunyai target diulangi, mengecek pergantian kaki, dan
dantujuanuntukmencapaisuatuperubahanke menambah kecepatan harus
arah yang diperhitungkan dengan matang. Dengan
lebihbaiksehinggaatletdapattampildenganb memperhitungkan hal tersebut, maka akan
dicapai suatu kecepatan maksimal yang

211
dapat dilakukan saat perlombaan. Latihan Association (NCAA) melaporkan bahwa
yang benar juga termasuk bentuk dan mereka telah menggunakan creatine.
teknik drill, latihan kekuatan di gym, dan Creatinemonohydrate dikonsumsi
tentunya dalam berlatih harus berada di sebelumdansesudahmelakukan latihan
bawah pengawasan pelatih. dengan maksimal. Misalnya saja pada
Di samping latihan, nutrisi seorang permainan bulu tangkis. Tipikal permainan
atlet juga merupakan faktor penting dalam yang dilakukan dalam olahraga ini
pencapaian prestasi olahraga. Pemberian cenderung mempunyai intensitas tinggi.
nutrisi ini digunakan untuk memberikan Tipikal permainan olahraga bulu tangkis
efek yang maksimal dalam latihan. sekarang telah berubah dari yang awalnya
Creatine Monohydrate adalah salah satu bersifat dominan, yakni mengedepankan
suplemen yang paling populer dan endurance games, menjadi tipikal speed
digunakan oleh atlet yang ingin and power games. Jadwal pertandingan
membentuk massa otot kering, suatu klub bulu tangkis juga cenderung
memaksimalkan performa, dan padat. Hal ini disebabkan karena jadwal
meningkatkan kekuatan. Creatin olahraga bulu tangkis mengikuti jadwal
merupakan suplemen yang paling banyak pertandingan yang telah ditentukan.
digunakan dan disarankan sebagai Dengan adanya jadwal yang padat inilah
ergogenicaid yang berfungsi untuk para atlet bulu tangkis memerlukan
meningkatkan kesehatan dan performa suplemen yang dikonsumsi agar dapat
olahraga (Kraemer, 1999). Creatine mengurangi terjadinya cedera pada saat
Monohydrate (Crm atau CM) adalah sesudah dilakukannya latihan.
suplemen yang paling banyak digunakan Seiring dengan cabang olahraga
untuk dikonsumsi secara oral. Ketika yang dikompetisikan semakin berkembang
dikonsumsi secara oral, dan berubah ini menuntut fase pemulihan
creatinemonohydrate menunjukkan yang relatif cepat. Misalnya pada olahraga
performa olahraga dan meningkatkan fat single and multi event. Akibat
free mass atau yang biasa disebut dengan penyelenggaraan kompetisi yang relatif
peningkatan kekuatan dan massa otot. singkat dan jarak antara waktu bertanding
Bahkan menurut data survei, lebih dari yang berdekatan menyebabkan fase
40% dari atlet National Collegiate Athletic pemulihan harus dilakukan secara cepat.
Sehingga saat melakukan fase pemulihan

212
yang cepat ini dituntut untuk dilakukan
dengan tepat dan teliti. Populasi dan Sampel
Dalam sebuah olahraga, latihan Populasi dalam penelitian ini
fisik yang teratur menjadi dasar yang kuat adalah mahasiswa putra Jurusan
untuk mencapai hasil yang maksimal. Pendidikan Kepelatihan Universitas
Akan tetapi, dalam jenis olahraga yang Negeri Surabaya angkatan 2013 yang
membutuhkan kekuatan otot yang terdaftar aktif sebagai mahasiswa dengan
maksimal dan daya tahan otot yang lama, jumlah keseluruhan 25 mahasiswa.
latihan fisik yang maksimal saja belum Sampel dalam penelitian ini adalah
cukup. Dibutuhkan tambahan berupa mahasiswa putra aktif jurusan Pendidikan
suplemen penambah energi yang dapat Kepelatihan Universitas Negeri Surabaya
mempertahankan kebugaran seseorang. angkatan 2013 sebanyak 25 orang. Teknik
Suplemen ini diperuntukkan agar stamina pengambilan sampel dalam penelitian ini
tubuh tetap terjaga, mengurangi kelelahan dengan menggunakan simple random
fisik, dan dapat menyediakan energi sampling.Penentuan pengelompokan
tambahan. Belum adanya penelitian yang sampel dilakukan secara ordinal pairing
dilakukan untuk mengetahui adanya atau disesuikan peringkat dari hasil
pengaruh dalam mengonsumsi suplemen pretest.
setelah melakukan latihan maksimal inilah Tempat dan Waktu Penelitian
yang menjadi dasar diperlukannya suatu Tempat penelitian dilaksanakan di
penelitian yang menunjukkan bagaimana Gedung SSFC untuk pelaksanaan Pre test,
pengaruhpemberiancreatine Treatment dan Post Test.Waktu penelitian
monohydrateterhadapkekuatandandayatah pengambilan data dilakukan pada bulan
an setelah melakukan latihan fisik dengan Juli 2016Selama 7 hari.
intensitas maksimal.
METODE PENELITIAN Instrumen Penelitian
Penelitian ini jenis kuantitatif Instrumen penelitian dalam penelitian ini
dengan metode adalah tes
ExperimentalLaboratory(ekspermen kekuatandandayatahandenganmenggunaka
semu). Rancangan penelitian nalatstopwatch, back leg dynamo meter
menggunakanpretest posttest control danCOSMED Treadmill.
group design (Zainudin, 2000).

213
dari setiap data lebih besar dari taraf
signifikansi (p>0.05). Sehingga dapat
Teknik Analisis Data dapat disimpulkan bahwa varians pada
Sesuai dengan hipotesis dan jenis setiap kelompok adalah sama atau
penelitian yang digunakan dalam homogen.
penelitian ini, maka analisis statistik yang Pengujian Hipotesis
digunakan adalah uji prasarat data Untuk menjawab hipotesis yang
normalitas dan homogenitas, kemudian telah diajukan, maka uji analisis yang
dilanjutkan dengan uji-t paired sample test dipergunakan dalam penelitian ini adalah
dan dengan taraf signifikansi 5 %. Proses uji beda rerata (uji beda mean) dengan
tersebut di atas akan menggunakan analisis uji-t paired t-test.
dilaksanakanmenggunakan program Nilai yang digunakan dalam penghitungan
Statistical Product and Service Solution uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan
(SPSS) 22.0. posttest dari masing-masing kelompok
(kelompok Idan kelompok II), dengan
HASIL PENELITIAN penyajian datanya hasil perhitungan uji-t
Uji Normalitas paired t-test. Berdasarkan analisis data
Berdasarkan hasil analisis data tersebut, diperoleh nilai sig dari setiap
menunjukkan bahwa perolehan data dari pengaruh variabel bebas terhadap variabel
variabel terikat yaitu keseimbangan terikat memperoleh skor 0,000 atau < 0,05.
memiliki makna bahwa data berdistribusi Dengan kata lain terdapat pengaruh yang
normal. Hal ini bisa dilihat dari nilai sig signifikan latihan kelompok eksperimen I
(p) dari setiap kelompok lebih besar dari (SuplemenCreatinedanLatihandenganInten
0.05. Oleh karena itu dapat disimpulkan sitasMaksimal)danlatihan kelompok
bahwa data diambil dari populasi yang eksperimen II (Non
berdistribusi normal. CreatinedanLatihanIntensitasMaksimal)
Uji Homogenitas terhadap kekuatan dan dayatahan.
Berdasarkan hasil analisis data
menunjukkan bahwa perolehan data Uji Beda Rerata antar Kelompok (uji-t
variabel terikat yaitu keseimbangan paired t-test)
memiliki varians data yang homogen. Hal Pengujian beda rerata antar
tersebut bisa dilihat dari nilai signifikansi
kelompok secara serempak dilakukan

214
dengan menggunakan uji-t paired t-test. P pre_vo2m -
-
ai ax_A - 5,6 3,41 ,986
Nilai yang digunakan dalam perhitungan 7,81
r post_vo2 41 719 46
285
uji-t paired t-test adalah nilai pretest dan 1 max_A 67
P pre_vo2m -
-
posttest dari masing-masing kelompok ai ax_B - 4,1 1,74 ,503
5,26
r post_vo2 58 328 24
(kelompok Idan kelompok II), dengan 596
2 max_B 33

penyajian datanya ( seperti pada lampiran) Paired Samples Test

maka hasil perhitungan uji-t paired t-test, Paire


d
yaitu Differ
ences
a. Peluang terjadinya kesalahan = 0,05
95%
b. H0 diterima jika p< 0,05 Confi
denc
c. Hasil Uji Beda Rerata Sampel e
Interv
Berpasangan
al of

Tabel 4.4. Hasil Uji Beda Rarata Sampel the


Differ Sig.
Berpasangan Vo2max ence (2-
Uppe tailed
Paired Samples Test r t df )

P pre_vo2ma
- -
Paired Differences ai x_A -
3,470 5,7 11 ,000
95% r post_vo2m
49 19
Confi 1 ax_A

denc P pre_vo2ma
- -
e ai x_B -
3,050 8,2 11 ,000
Inter r post_vo2m
71 63
val 2 ax_B

of
the
Diffe

Std. renc

Std. Error e

Me Devi Mea Low


an ation n er

215
Tabel 4.5. Hasil Uji Beda Rarata Sampel 95%
Confi
Berpasangan
dence

kekuatanotottungkai Interv
al of
the
Paired Samples Test
Differ
ence
Paired Differences
Upper
95%
P pre_KOT_
Confi - -
air A -
denc 10,71 3,4 11 ,005
1 post_KOT_
e 112 45
A
Inter
val of P pre_KOT_
- -
the air B -
17,45 6,8 11 ,000
Differ 2 post_KOT_
Std. 727 11
ence B
Std. Error
Me Devi Mea Lowe
an ation n r Tabel 4.6. Hasil Uji Beda Rarata Sampel
P pre_KOT_ -
-
ai A - 29, 29,8 8,61 Berpasangan Sit up
48,6
r post_KOT 666 3388 230
2221
1 _A 67 Paired Samples Test
P pre_KOT_ -
-
ai B - 25, 13,1 3,78 Paired Differences
34,1
r post_KOT 791 1740 667
2607 95%
2 _B 67
Con

Paired Samples Test fide


nce
Paire Sig.
Inter
d (2-
val
Differ tailed
of
ences t df )
the
Diffe

Std. renc

Std. Error e

Me Devi Mea Low


an ation n er

216
Pair 1 pre_SU_ - Paired Differences
-
A- 10, 95%
6,65 1,92 14,
post_SU 41 Confi
321 062 643
_A 66 denc
91
7 e
Pair 2 pre_SU_ - - Interv
B- 6,1 1,85 ,534 7,3 al of
post_SU 66 047 18 424 the
_B 67 0 Differ

Std. Std. ence


Paired Samples Test
Me Devi Error Lowe
Paire an ation Mean r
d
P pre_PU_ -
Differ -
ai A - 6,5 2,31 ,6680
ence 8,053
r post_PU_ 83 432 9
s 78
1 A 33
95%
P pre_PU_ -
Confi -
ai B - 5,3 1,96 ,5685
denc 6,584
r post_PU_ 33 946 4
e 67
2 B 33
Interv
Paired Samples Test
al of
the Paired
Differ Sig. Differ
ence (2- ences

Uppe taile 95%


r t df d) Confid

Pair 1 pre_SU_A ence


- -
- Interv
6,189 5,4 11 ,000
post_SU_ al of
42 24
A the

Pair 2 pre_SU_B - Differ Sig.


- ence
- 11, (2-
4,990 11 ,000
post_SU_ 54 Upper t df tailed)
93
B 4 P pre_PU_A - -
air - 5,112 9,8 11 ,000
1 post_PU_A 89 54
Tabel 4.7. Hasil Uji Beda Rarata
P pre_PU_B - -
air - 4,082 9,3 11 ,000
Sampel Berpasangan Push Up
2 post_PU_B 00 81

Paired Samples Test

217
Berdasarkan tabel hasil 2) Kelompok II

perhitungan diatasuji beda rerata (latihanintensitasmaksimal non

sampel berpasangan menggunakan creatine)

uji-t paired t-testsebagai berikut : Hasil dari perhitungan uji-t

1) Kelompok I paired t-test pada pemberian

(suplemencreatinedanlatihanintensi latihanintensitasmaksimalnon

tasmaksimal) creatinedengan melihat nilai Sig.

Hasil dari perhitungan uji-t (2-tailed) 0.000, maka dapat

paired t-test pada pemberian disimpulkan bahwa H0 diterima

latihan dan Ha ditolak karena Sig. 0.000 <

intensitasmaksimaldansuplemencre nilai = 0,05. Dengan kata lain

atin dengan melihat nilai Sig. (2- terdapat pengaruh yang signifikan

tailed) 0.000, maka dapat dari pemberian latihan

disimpulkan bahwa H0diterima dan intensitasmaksimalterhadap

Ha ditolak karena nilai Sig. 0.000 peningkatan kekuatan pada

< nilai = 0,05. Dengan kata lain Mahasiswaputra Penkep 2013

terdapat pengaruh yang signifikan Unesa.

dari pemberian DISKUSI HASIL PENELITIAN


A. Metode Penelitian
(suplemencreatinedanlatihanintensi
Penelitian ini merupakan
tasmaksimal)terhadap kekuatan penelitian yang menggunakan jenis
penelitan experimental laboratory.
pada Mahasiswaputra Penkep 2013
Pertimbangan menggunakan jenis
Unesa.
penelitian ini karena merupakan salah
satu metode penelitian yang tepat
untuk menyelidiki hubungan sebab
akibat (Zainuddin, 2000).

218
B. Pembahasan Subyek Penelitian efek bagi tubuh. Pemberian dilakukan
Subyek penelitian dalam sebanyak satu kali dengan rentang
penelitian ini berdasarkan rumus besar waktu 2.5 jam sebelum latihan karena
sample berjumlah 9 orang, berusia 21 farmakokinetik pada
23 tahun, karena usia tersebut sudah creatinemonohydrate akan berada pada
tergolong dewasa. Pemilihan titik tertinggi sekitar 2.5 jam setelah
mahasiswa laki laki dimaksudkan mengkonsumsi creatine.
karena laki laki mempunyai sistem Latihan intensitas tinggi dalam
hormonal yang lebih stabil jika penelitian ini adalah latihan
dibanding dengan mahasiswa yang pembebanan dengan intensitas atau
berkelamin wanita ( terdapat siklus beban minimal 90 % dari beban
menstruasi ). Pada penelitian ini terjadi maksimal (1 RM). Program latihan
dropout pada subyek karena subyek yang di gunakan adalah metode Total
tidak mampu untuk melaksanakan Body Workout dengan jenis Dynamic
latihan intensitas tinggi. Jumlah Eccentric dan bentuk latihan dengan
subyek yang di dropout sebanyak 1 metode latihan sirkuit dengan 8 work
orang. station. Work station yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Delts
C. Pembahasan Pemberian machine, Chest press, Upperback,
Creatine Monohidrat dan Abdominal crunch, Glute, Abductor,
Latihan Intensitas Tinggi Leg curl dan Leg press. Gerakan
Dalam pemberian creatine latihan per alat sebanyak 4 repetisi
monohydrate untuk penelitian ini dilakukan selama 3 set. Kecepatan
adalah pemberian satu kali dosis repetisi pada latihan intensitas tinggi
sebanyak 0.05 g/Kg berat badan. Dosis dengan fase konsentrik selama 2 detik,
ini diberikan karena aturan pemberian fase isometrik 1 detik dan fase
maintenance dose dalam pemberian eksentrik selama 4 detik (2:1:4). dan
creatin. Pemberian creatine dalam fase istirahat per set dengan interval
dosis ini merupakan dosis minimum 1:1, fase istirahat antar work station 2
per hari yang dianjurkan agar kadar menit. (ACSM;2012).
creatine dalam tubuh dapat meningkat, D. Pembahasan Hasil Penelitian
sehingga diharapkan dapat membawa

219
Dalam hasil penelitian ini akan Triphosphat yang dihasilkan dalam sel
dibahas berupa pengaruh creatine otot kemudian diangkut ke setiap sel
terhadap kekuatan dan daya tahan yang membutuhkan. Mekanisme
dengan latihan fisik intensitas pembentukan energi terjadi dengan
maksimal . Latihan intensitas tinggi cara pemecahan ATP menjadi ADP
dirancang sebagai perlakuan untuk dan Pi, serta sejumah energy
semua subyek penelitian dengan (Suharjana : 2013). Dari sediaan energi
asumsi akan menyebabkan itu sendiri terbagi atas beberapa sistem
peningkatan kekuatan dan daya tahan. energi yang ada didalam tubuh yaitu
Alasan peneliti untuk memberikan ATP PC, Glikolisis Anaerob, Aerob
suplemen creatine dengan melakukan (Cerika : 2010). Sedangkan latihan
latihan fisik intensitas tinggi adalah kekuatan itu membutuhkan dan
ingin membuktikan apakah ada menggunakan energi yang sangat besar
pengaruh pemberian creatine dengan dan cepat, sehingga energi yang besar
melakukan latihan fisik intensitas itu akan menggunakan sistem ATP
tinggi pada kelompok creatine PC yang kemudian dengan adanya
monohydrate dan non creatine sistem ATP PC dapat menggunakan
monohydrate. energi yang dibutuhkan dalam siklus
E. Kelompok creatine monohydrate perputaran substansi dari ATP
terhadap kekuatan (Adenosine TriPospat) yang menjadi
Kekuatan adalah gaya yang ADP (Adenosine DiPospat) yang pada
dikeluarkan oleh otot. Sedangkan gaya akhirnya harus kembali lagi menjadi
yang dikeluarkan oleh otot terdapat ATP dengan siklus perputaran yang
sesuatu yang dinamakan sediaan energi cepat sehingga didalam perputaran
(Izquierdo dkk, 2002). Dalam sel otot tersebut akan muncul PC yang akan
ada sumber tenaga yang cepat membantu menambah energi yang
menghasilkan tenaga. Sumber energi lebih dalam tubuh dengan berubahnya
tersebut bernama ATP (Adenosin ADP (Adenosine DiPospat) kembali
Triphosphat) dan PC ke ATP (Adenosine TriPospat).
(Phosphocreatin). Adenosin Dengan kecepatan perputaran siklus
Triphosphat dibuat dan disimpan energi tersebut ATP yang berubah
dalam mitokondria sel otot. Adenosin menjadi ADP untuk awal aktifitas

220
yang kemudian akan kembali lagi akanberubahmenjadiGlikolisisAnaerob
menjadi ATP akan bergantung dengan ikdankemudianakanberubahlagimenjad
adanya ketersediaan energi yang isistemenergiaerobikdalamtubuh.
didapatkan dari PC didalam tubuh. Sistemenergiaerobikitusendiriakanterja
Sehingga ketersediaan PC yang baik diapabilasistemenergi yang
akan menjadikan energi maksimal adadidalamtubuhyaitu ATP PC
yang akan dikeluarkan tubuh dengan sudahtidakdapatmenutupipermintaanen
menggunakan kekuatan yang besar dan ergiolehtubuh.
cepat pula. Sehinggaakanterjadiperputaransisteme
Dengan siklus perputaran yang nergi yang cepatdalamtubuh,
cepat dan bergantungnya ketersediaan akantetapiapabilaketersediaan ATP
PC (Phospocreatine), Creatine itu PC
sendiri mempunyai fungsi untuk dalamtubuhsudahmencukupiolehtubuh,
membawa P = PC dari ADP yang akan makatubuhtidakperlumengguakansiste
berubah menjadi ATP kembali agar menergiaerobikuntukmelakukanaktifita
mendapatkan energi yang maksimal s (Zuhldkk, 2012).
(Viitala dkk, 2004). Denganbegitudayatahanakanmen
F. Kelompok creatine monohydrate geluarkanenergi yang
terhadap daya tahan besardanmaksimal,
Daya tahan merupakan komponen dikarenakanapabilaketersediaan ATP
biomotorik awal dalam komponen yang
kondisi fisik. banyakakanmenjadikandayatahanuntuk
Dayatahanitusendiripastimemerlukansi menambahhasil vo2max.
stemenergi yang Sedangkandari vo2max
seringkitaketahuidenganadanyasisteme sendirisangattergantungdalamsiklusket
nergi yang ersediaandalamsistemenergi
dikeluarkanolehdayatahanenduranceya (Plowmandkk, 2011).
ituaerobik(Izquierdo dkk, 2002). Apabila ATP darisistemenergi
Dayatahanakanmenggunakanenergi yang banyak
yang ,makaakanmemperpanjangenergianaer
besardalamtubuhsehinggadalamsistem ob yang
energi ATP yang nantinyaakanberdampakpadapanjangn

221
yaperputaransitemenergidengansikluse lebihtinggiterhadap peningkatan
nergi yang akanmencapaiaerobik. kekuatandandayatahansetelahmelakuk
Sehinggadenganpanjangnyasistemaero anlatihanintensitasmaksimal.
biktersebutakanmemberikanhasildalam
peningkatandayatahanpada vo2max.
PENUTUP C. Saran
G. Simpulan 1. Perlu penelitian lebih lanjut
Berdasarkan hasil penelitian dan mengenai metodelatihan yang
pembahasan yang diuraikan pada bab- berbedaterhadapcreatine, sehingga
bab sebelumnya, maka dapat ditarik proses latihan yang dijalani dapat
beberapa kesimpulan penelitian sebagai berjalan lancar dan mendapatkan
berikut : hasil yang semaksimal mungkin.
1. Terdapat peningkatan yang signifikan 2. Perlupenelitianlebihlanjutmengenai
daripemberian creatine terhadap unsurfisiologisdenganmenggunaka
kelompokkekuatansetelahmelakukanla ncreatinedengankondisisampel
tihanintensitasmaksimal yang berbeda.
2. Terdapat peningkatan yang signifikan
DAFTAR PUSTAKA
daripemberian creatine terhadap
American College of Sports
kelompokdayatahansetelahmelakukanl Medicine,2000. Round table, the
physiological and health effects of
atihanintensitasmaksimal
oral creatine supplementation.
3. Terdapat peningkatan yang signifikan Medical Science of Sports and
Exercise.32: 706-717
darinoncreatine terhadap
Anne McArdle&Malcom J, 2000, Exercise
kelompokkekuatansetelahmelakukanla stress and ageing : Mini review, J.
Anat .197: 539 541
tihanintensitasmaksimal
Alessio, H.M,. Hagerman, A.E.,
4. Terdapat peningkatan yang signifikan Fulkerson, B.K., Ambrose, J., Rice,
R.E.,& Wiley, R.L. 2000.
darinon creatine terhadap
Generation of recative oxygen
kelompokdayatahansetelahmelakukanl species after exhaustiveaerobicand
isometric exercise. Medicine and
atihanintensitasmaksimal
Science in Sport and Exercise,
5. Terdapat perbedaan yang signifikan 32:1576 1581
Ballor DL, Becque MD, Katch VL, 1987.
denganpemberian
Metabolic responses during
creatinedannoncreatinedariselisih hydraulic resistance
exercise.Medicine & Science in
delta padakelompokcreatineyang
Sports & Exercise. 19:363-367

222
BazzucchiI ,Felici F, Sacchetti M. 2009. of Sports and Exercise. 39:1960
Effect of short-term creatine 1968.
supplementation on neuormuscular Cooper, R, Fernando Naclerio, Judith
function. Medical Science of Sports allgrove & Alfonso Jimenez, 2012.
and Exercise. 41:1934 1941. Review: Creatine Supplementation
Berniag JM, Coker CA, Briggs DL. 2008. with specific view to exercise or
The biomechanical and perceptual sports performance:an
influence of chain resistance on the update.Journal of the international
performance of the olympic clean. Society of Sports Nutrition.9:23
Journal of Strenght & Conditioning
Research. 22:390-395. Davies, K.J. Quintanilha, A.T., Brooka,
Branch J. 2003. Effect of creatine G.A., & Packer, L. 1982. Free
supplementation on body radicals and tissue damaged
composition and performance : a produced by exercise. Biochemical
meta- analysis. International journal biophysical research communication,
of sports nutrition and exercise 107:1198 1105.
metabolism.13:198 - 226. Fox, E.L., Richard, W.B dan Merle, L.F.
Bogdanis GC, Nevill ME, Boobis LH, 1993. The Physiological Basis for
Lakomy HK. 1996. Contribution of Exercises and Sport. USA: Brown &
phospocreatine and aerobic Brenchmark.
metabolism to energy supply during Gregory Haff and Spohia N. 2012.
repeated sprint exercise. Journal Training principles for power.
applied physiology. 80:876 - 884. National strength and conditioning.
Vol.34 No.6, December 2012. pp. 2-
Bompa TO, Haff GG, 2009. 12
Periodezation: theoryand Hultman E, Soderlund K, Timmons JA,
methodology of training 5th Cederblag G, Greenhaff PL, 1996.
edition.champaign(IL):Human Muscle creatine loading in men. Journal
Applied Physiology. 81:232 237.
Kinetics.
Casey A, Constantin-Teodosiu D, Howell Hoogwerf BJ, laine DC, Greene E, 1986. Urine
S,Hultman E,Greenhaff PL. 1996. C Peptide and creatine (Jaffe Method)
excretion in healthy young adults on
Creatine ingestion favorably affects
varied diets : sustained effects of varied
performanceand muscle metabolism carbohydrate, protein, and meat
during maximal exercise in human. content. The American Journal of
American Journal of Physiology Clinical Nutrition 43:350 360.
271:E31 E37. Kent, M. 1994. The Oxford Dictionary of
Chwalbinska-Moneta J.2003. Effect of Sports Science and Medicine. New York:
creatine supplementation on aerobic Oxford University Press.
performance and anaerobic capacity
Kraemer W.J, and Volek, J.S.1999.Creatine
in elite rowers in the course of supplementation. Its role in human
endurance training. Journal of sports performance. Clinical Sports Medicine.
nutrition & exercise metabolism. 18: 651- 666
13:173 183.
Lawler, John, William S Barness, Gaoyao
Cribb PJ, Williams AD, Hayes A. 2007. A
Wu, Wook Song & Scott Demarce,
creatine-protein-carbohydrate
2002.Direct antioxidant properties
supplement enhances responses to
of creatine. Biochemical and
resistance training.Medical Science
biophysical communications, 290:
47-52.

223
Li LiJi&SteveLeichtweis. 1997. Exercise enPendidikanDasardanMenengahBe
and Oxidative Stress : Sources of kerjasamadenganDitjenOlahraga.
Free Radicals and Their Impact on Ogut O, Brozovich FV. 2003.
Antioxidant Systems. J. Creatinephospate Consumption and
Interdepartmental Program of the actomyosincrossbridge cycle in
Nutriotional Sciences and Institute cardiac muscles. Circulation
on Aging, Vol20 :91 106. Research. 93 : 54-60.
Marianne F.Baird, Scott M. Graham, et al. Olsen S, Aagaard P, Kadi F, 2006.
2011. Creatine Kinase and Exercise Creatine supplementation augments
Related Muscle Damage Implications for the increase in satelite cell and
Muscle Performace and Recovery :
Review Article . J. Nutri and
myonuclei number in human skeletal
Metabolism.(12). muscle induced by strenght training.
Journal of Physiology. 573:525
McArdle WD, Frank I. Katch, Victor L. Katch.
534.
2005. Sports and Exercise Nutrition, 2nd.
Lippincott, Williams and Wilkins,
Purwanto B. 2013.
Baltimore. Mekanismekerjacurcumindalammen
cegahkerusakanototrangkamencit
Mirzaei, Bahman, FarhadRahmani-nia, yang
ZivarSalehi&RahmanRahimi. 2013. melakukanaktivitaseksentriksesaat.D
Effects of creatine monohydrate isertasiFakultasKedokteran Univ.
supplementation on oxidative DNA Airlangga.Surabaya
damage and lipid peroxidation Persky AM, Brazeau GA, 2001. Clinical
induced by acute incremental pharmacology of the dietary
exercise to exhaustion in wrestlers. supplement
Original scientific paper University creatinemonohydrate.Pharmacology
of Guilan, Iran. 1:30-40 Reviews 53:161-176
Meyer RA, Sweeaey HL, Kushmerick Rana SR, ChlebounGS,Gilders RM, 2008.
MJ.1984. A simple analysis of the Comparison of early phase adaptations
"phospocreatine shuttle. Amrican for traditional strenght and endurance
Journal of Physiology. 246:C365- nad low velocity resistance training
C377. program in college aged women. Journal
Neal B. McKinnon, Mitchell T. Graham of strenght& conditioning research.
22:119-127.
and Peter M. Tiidus. 2012. Effect of
creatine supplementation onmuscle Rawson ES, Volek JS. 2003. Effetcs of creatine
damage and repair following supplementation and resistance training
on muscle strenght and weightlifting
eccentrically-induced damage to the
performance. Journal of strenght and
elbow flexor muscles. Journal of conditioning research. 17:822 831.
Sport Science and Medicine. 11,
653-659
Robinson JM, Stone MH, Johnson RI,
Nicholas Ratamess, 2011. ACSMs Penland Cm, Waren BJ, Lewis RD.
foundation of strenght training and 1995. Effects of different weight
conditioning.WoltersKluwer.Lippinc training exercise/rest intervals on
ott, Williams and Wilkins. strenght, power, and hight intensity
Nurhasan, 2001, exercise endurance. Journal of
TesdanPengukurandalamPendidikan strenght & conditioning research.
Jasmani, PrinsipdanPenerapannya, 9:216 221.
Jakarta: Snow RJ, Murphy RM. 2001. Creatine
DepartemenPendidikanNasional,Ditj and the creatine trasporter : a

224
review. Molecular and Cellular response. European journal of applied
Biochemistry. Springer. 224:169- physiology. 98:402 410.
181 Volek Jeff S, Ballard K and Forsythe C.
Stephen P. Bird. 2003. Creatine 2008. Overview of creatine
suplementation and exercise metabolism. Essentials of creatine in
performance : a brief review. sports and health. Humana Press.
Journal of Sport Science and Wyss M, Kaddurah-Daouk R, 2000. Creatine
Medicine. 2, 123-132 and creatinine metabolism. Physiological
Tarnopolsky MA. 2011. Caffeine and creatine Reviews. 80:1107-1213.
use in sport. Annals of Nutrition and
Zimmerman, J., Starischa, G.A., dan dan
Metabolism. 57(2): 1 8.
Grosser, C. 2011. Latihan Fisik
Tran QT, Docherty D, Bechm D. 2006. The Olahraga. Pusat Pendidikan dan
effect of varying time under ternsionnad
Penataran Bidang Penelitian dan
volume load on acute neuromuscular
Pengembangan KONI Pusat. Jakarta.

225
RANGKAIAN GERAK SENAM
ARTISTIK PUTRA TINGKAT JUNIOR

Edy Mintarto
Fransisca Januarumi

Rangkaian gerak adalaha salah satu cirri khas dari cabang olahraga senam.
Gerakan-gerakan tunggal yang di gabungkan akan menjadi rangkaian gerak yang
dinamis dan sesuai dengan prinsip persyaratan gerak yang telah ditetapkan seperti
akrobatik,jumping dan koreografi. Untuk mendapatkan kesempurnaan dalam rangkaian
dibutuhkan penerapan aturan yang benar kedalam rangkaian itu sendiri. Pengumpulan
nilai didapat dari beberapa faktor yang ada dalam aturan sangatlah penting karena
merupakan tujuan akhir pesenam mendapatkan nilai tinggi dalam penampilannya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan peraturan modifikasi
rangkaian gerak senam bagi pemula sebagai kebutuhan kompetisi di Jawa Timur
khususnya dan Indonesia umumnya sesuai dengan kebutuhan di Indonesia. Peraturan
rangkaian gerak ini dibutuhkan untuk setiap even perlombaan pada usia 6 hingga 16
tahun dan mengadopsi pada beberapa peraturan pemula dan junior dari beberapa
Negara.
Penelitian pengembangan (development research) ini dikembangkan dalam
beberapa tahapan yakni menganalisa rangkaian gerak sesuai aturan fig dan
mengembangkan rangkaian sesuai dengan kebutuhan lokal dg tahapan melihat potensi
dan masalah yang ada, pengumpulan data lalu mendesain produk, rangkaian gerak
tersebut diujicobakan pada kejuaraan lokal regional setingkat nasional kelompok umur.

Keywords : Peraturan, Artistik Putra, Junior

PENDAHULUAN variasi gerak dengan nilai yang berbeda-


beda sesuai dengan tingkat kesulitan
Latar Belakang Masalah gerakan itu sendiri.
Perkembangan senam umum Artistik putra memainkan 6 alat
(general gymnastics) di Indonesia maju yaitu lantai, kuda pelana, gelang-gelang,
pesat karena sifatnya yang menyenangkan meja lompat, palang sejajar, palang
dan dapat meningkatkan kebugaran tubuh tunggal. Di setiap alatnya seorang pesenam
yang dibutuhkan oleh seseorang dalam harus menampilkan satu rangkaian gerak
beraktivitas. Berbeda dengan senam dengan memenuhi persyaratan dan
artistik yang kemajuannya sedikit tersendat penilaian yang sudah di tentukan (Code of
karena berbagai faktor penghambat seperti Points, 2013). Persyaratan yang harus
pendanaan, kurang memadainya sarana dipenuhi oleh seorang pesenam berbeda
prasarana dan sumber daya manusianya pada setiap alatnya dan kemungkinan
sendiri. Senam artistik adalah senam yang besar setiap pesenam akan menampilkan
menggabungkan tingkat kesulitan gerakan gerakan-gerakan yang berbeda sesuai
dengan unsur keindahan dan keluwesan dengan kemampuan masing-masing.
(Soewandie, 1998). Hingga sekarang Ketertinggalan kita dalam prestasi
gerakan-gerakan senam memiliki berbagai disebabkan karena kurangnya penanganan

226
yang benar dan serius dari setiap orang bermacam-macam gerakan senam harus
yang terlibat dan atau sosialisasi cabang dirangkaikan dari gerakan-gerakan tunggal
olahraga senam kurang konsisten sehingga menjadi satu rangkaian gerak yang saling
mempengaruhi jumlah pesenam yang ada berhubungan dan berkesinambungan
baik di tingkat regional maupun nasional. (Code Of Points, 2013). Rangkaian gerak
Selain itu terlalu sulitnya peraturan sendiri dapat diartikan sebagai
rangkaian gerak pada setiap kejuaraan baik penggabungan dua gerakan atau lebih dan
tingkat pemula maupun junior sehingga harus dilakukan secara berkesinambungan
mempengaruhi minat peserta untuk sesuai dengan aturan yang berlaku. Pada
mengikuti kejuaraan dimaksud. Dengan Code Of Point 2013 dijelaskan bahwa
sedikitnya minat masyarakat baik di gerakan harus dirangkaian dengan jumlah
lingkungan sekolah maupun masyarakat gerakan minimal 8 sesuai dengan
umum mengikuti kompetisi senam, maka karakteristiknya masing-masing dengan
dapat mempengaruhi pula kurangnya penilaian khusus sesuai dengan factor
kejuaraan yang ada di Jawa Timur kesulitan gerakan tersebut dan hanya dapat
khususnya dan di Indonesia umumnya. dilakukan satu kali untuk satu gerakan.
Rangkaian Gerak Tidak hanya faktor kesulitan
Pada dasarnya senam merupakan gerakan yang dapat mempengaruhi nilai
gerak badan menyeluruh apapun pesenam, namun juga beberapa
bentuknya. Keselarasan dan harmonisasi persyaratan yang harus dipenuhi dalam
merupakan salah satu ciri dari gerak setiap alatnya. Persyaratan inilah yang
senam. Berbagai macam jenis dan bentuk seringkali menjadi kendala untuk
senam telah ada sejak dahulu, karena pemenuhannya karena memiliki kesulitan
gerakannya yang ringan, mudah dan tersendiri. Jika nilai bonus dapat diabaikan
dinamis sehingga semua orang bisa namun persyaratan pada setiap alat inilah
melakukan. Senam sendiri dapat diartikan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan
sebagai latihan tubuh yang bertujuan untuk nilai optimal.
mengaktifkan seluruh anggota tubuh dan Pembuatan rangkaian sederhana
persendian agar tidak terjadi kekakuan. mutlak dibutuhkan bagi atlet-atlet usia
Senam merupakan aktifitas fisik junior agar dapat dengan bertahap
yang dapat membantu mengoptimalkan mengkuti perkembangan aturan senior
perkembangan motorik, hal ini dapat yang telah ada. Modifikasi persyaratan
terlihat dari gerakan-gerakan senam sangat pada setiap alatnya dapat membantu
sesuai untuk dapat penekanan terutama pesenam mendapatkan nilai yang optimal
tuntutan fisiknya seperti kekuatan dan sekaligus meningkatkan kepercayaan diri
daya tahan otot terhadap gerakan-gerakan saat bertanding dan dapat terus konsisten
yang dilakukannya. Senam juga memiliki melanjutkan prestasinya ke tigkat senior.
sumbangsih besar dalam pengembangan
gerak dasar fundamental yang penting bagi Senam
aktifitas fisik bagi cabang olahraga lain, Senam dapat diartikan sebagai
terutama bagaimana mengefektifkan dan latihan tubuh yang dipilih dan dikonstruk
mengefisienkan pengaturan bentuk tubuh dengan sengaja, dilakukan secara sadar
(Soewandie, 1998). dan terencana, disusun secara sistematis
Dalam penilaian senam, dengan tujuan meningkatkan kesegaran

227
jasmani, mengembangkan keterampilan dilakukan atas dasar kesadaran dan
dan menanamkan nilai-nilai mental sistematik serta terprogram.
spiritual. Menurut Soewandi, Senam Level atlet
adalah gerakan yang menggabungkan
tingkat kesulitan gerakan dengan unsur Dalam senam artistic
keindahan dan keluwesan. Sedangkan terdapat beberapa level atlet yang
menurut Sholeh (1992) senam adalah
dapat dijadikan pedoman bagi
bentuk latihan tubuh pada lantai dan pada
alat yang dirancang untuk meningkatkan kebutuhan pembuatan rangkaian
daya tahan, kekuatan, kelentukan, gerak sehingga memudahkan
kelincahan, koordinasi serta kontrol tubuh. pelatih dalam melatih secara
Di dalam senam juga terdapat unsur-unsur bertahap dan terarah untuk
seperti kalestenik, tumbling dan akrobatik.
Yang dimaksud dengan kegiatan
mendapatkan tingkatan gerakan
kalestenik yaitu kegiatan untuk sesuai dengan kebutuhan usia.
memperindah tubuh melalui latihan
kekuatan, sedangkan tumbling merupakan 1. Level 1 (usia 5-7 tahun) Latihan
gerakan-gerakan yang cepat dengan unsur yang dilakukan adalah
eksplosif dan gerak yang pada umumnya pengenalan alat melalui media
dirangkaikan pada satu garis/bidang lurus.
yang dimodifikasi sambil
Ciri-ciri dari tumbling adalah melompat,
melayang bebas di udara dan gerakannya bermain sekaligus pengenalan
harus dilakukan dengan cepat. Akrobatik gerak dasar.
sendiri adalah gerakan yang menonjolkan 2. Level 2 (usia 8-10 tahun)
kelenturan dan keseimbangan gerak Latihan yang dilakukan
dengan pergerakan yang agak lambat
beberapa diantaranya
(Mahendra, 2000).
Pada umumnya kata senam adalah ketrampilan gerak dasar,
merupakan terjemahan dari bahasa Inggris penggabungan gerak dasar dan
gymnastics. Istilah yang diambil dari kata pengenalan gerak lanjutan
gymnos (Yunani) artinya telanjang dan tica (peningkatan factor kesulitan).
yang berarti gerak/kegiatan latihan. Di
Indonesia, senam didefinisikan sebagai
3. Level 3 (usia 11-13 tahun)
latihan jasmani yang diciptakan secara Latihan yang diberikan sudah
sengaja, dan disusun secara sistematis dan merupakan penggabungan gerak
dilakukan secara sadar dengan tujuan dasar, ketrampilan gerak
membentuk dan mengembangkan pribadi
lanjutan dan penggabungan
secara harmonis. Dengan telanjang
tersebut dimaksudkan supaya gerak tubuh
gerak lanjutan. Pengenalan
pesenam dapat leluasa bergerak dg seluruh gerakan-gerakan baru dengan
persendian karena senam membutuhkan kesulitan yang lebih tinggi juga
keleluasaan bergerak. (Hidayat, 1995). dapat dikenalkan pada level ini.
Senam bisa juga didefinisikan sebagai
gerakan atau aktivitas gerak yang

228
4. Level 4 (14-16 tahun) Latihan produk tersebut (Sugiyono, 2008).
pada level ini sudah Penelitian ini bersifat analisis kebutuhan
dan menguji keefektifan produk yang
menerapkan pemanasan dengan dihasilkan apakah dapat bermanfaat bagi
menggunakan gerak dasar, perkembangan senam secara umum
penggabungan gerak dasar dan dengan meningkatkan kualitas kejuaraan
penggabungan gerak lanjutan. yang ada.
Untuk merancang penelitian ini
Level inilah yang disebut pada
dibutuhkan langkah-langkah penelitian dan
tingkat junior atau usia 16 tahun pengembangan agar dapat terencana
kebawah. dengan baik sehinggan menghasilkan suatu
5. Level 5 (16 tahun keatas/senior produk yang betul-betul bermanfaat bagi
level) Pemanasan gerak dasar kebutuhan kejuaraan. Adapun desain
penelitian yang dapat dipaparkan adalah
tetap dilakukan pada level ini
sebagai berikut :
sekaligus penggabungan gerak
lanjutan dengan faktor kesulitan Kebutuhan Analisis Modifikasi Validasi
peraturan peraturan Peraturan Peraturan
tinggi secara terus menerus modifikasi Internasio Lokal Artistik
nal, Aus Artistik Putri dr
(FIG level 1 coaching). level dan Putri PB
Mas level

Mekanisme Penilaian
Berdasarkan penilaian baku fig
yang tertuang dalam code of points 2013,
bahwa jumlah wasit/juri dalam setiap alat
haruslah ganjil untuk panel E (execution) Ujicoba di Validasi Modifikasi Uji coba di
dengan minimal 3 orang dan maksimal 7 kejuaraan Peraturan Peraturan kejuaraan
untuk Artistik Lokal untuk
orang ditambah 2 orang juri yang duduk di Artistik Putra dr Artistik Artistik
Putra PB Putra Putri
panel D (difficulty). Posisi atau jumlah ini
dimaksudkan sebagai landasan kuat untuk
menekan subyektifitas yang begitu tinggi
di cabang senam.
Dari jumlah panel E tersebut
PRODUK
didapatkan nilai sesuai jumlah juri dengan (Buku Peraturan
membuang atau mencoret nilai yang Artistik Modifikasi)

tertinggi dan terendah dan nilai yang


tersisa dirata-rata. Sedangkan panel D
hanya mengeluarkan satu nilai saja.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif (Sugiyono, 2008).
dengan pendekatan penelitian HASIL PENELITIAN
pengembangan (developmental research) Kategori yang dipaparkan telah
yang digunakan untuk menghasilkan dipertimbangkan untuk berbagai
produk tertentu, dan menguji keefektifan kebutuhan diantaranya senam rekreasional
dan prestasi. Hal ini ditunjukkan dengan

229
adanya fleksibilitas usia pada setiap pesenam secara bertahap. Kategori usia
kategorinya yang saling bersinggungan yang dibuat memiliki fleksibelitas usia dan
untuk kebutuhan masing-masing sehingga gerakan namun tidak terlalu jauh
memungkinkan bagi pesenam yang menyimpang dari gerakan pada kategori
memiliki potensi dan ketrampilan lebih sebelumnya. Hal ini dikarenakan
baik akan memilih kategori satu tingkat di rangkaian gerakan telah dibuat secara
atasnya, begitu juga sebaliknya bagi bertahap dan berkesinambungan. Adapun
pesenam yang kurang memadai kategori yang dibuat secara bertingkat dan
kemampuannya dapat memilih rangkaian bertahap yang berisikan gerakan-gerakan
gerakan satu tingkat di bawahnya. dasar yang mana dibutuhkan oleh pesenam
Kesemuanya tersebut dimaksudkan untuk untuk dapat melanjutkan gerakan-gerakan
menjaga keselamatan setiap pesenam agar dengan faktor kesulitan lebih tinggi.
tidak memilih rangkaian yang tidak
memungkinkan kemampuannya KATEGORI 6 KATEGORI 7
melakukan. PROGRAM JUNIOR PROGRAM JUNIOR
NASIONAL NASIONAL
Hasil yang telah dicapai dari
penelitian ini antara lain :
1. Menganalisa kebutuhan
tingkatan level atlet. KATEGORI 5
PROGRAM KLUB
Berikut ini adalah perencanaan NASIONAL KOMPETISI
JUNIOR
program rangkaian gerakan untuk
daerah maupun nasional dalam
kategori tingkat pemula hingga junior.
KATEGORI 4
PROGRAM PROGRAM KLUB
NASIONAL NASIONAL KOMPETISI
PRE JUNIOR

PROGRAM PROGRAM
RANGKAIAN RANGKAIAN
KLUB DAERAH KATEGORI 3
PROGRAM RANGKAIAN
Sedangkan untuk kategori senior KLUB/DAERAH/NAS
KOMPETISI PRE JUNIOR
langsung menggunakan rangkaian gerak
bebas sesuai dengan peraturan
internasional yang berlaku. Rangkaian
gerakan untuk artistik putra pada tahap ini
KATEGORI 2
masih menggunakan rangkaian gerakan PROGRAM RANGKAIAN
KLUB/DAERAH
wajib namun terdapat unsur gerakan KOMPETISI PEMULA
bebasnya sebagai penambahan nilai bonus.
Penyusunan rangkaian gerakan
untuk artistik putri dibuat berdasarkan
kategori usia dan atau kemampuan KATEGORI 1
PROGRAM RANGKAIAN
pesenam. Usia yang dibuat secara KLUB KOMPETISI
bertingkat akan memudahkan pelatih untuk PEMULA

mengajarkan gerakan-gerakan kepada

230
Sedangkan kategori 6 akan dirancang Jika berusia 7 atau 8 tahun
dengan rangkaian gerakan bebas seperti namun kemampuan rangkaian
peraturan Internasional namun standart geraknya baik, maka bisa
persyaratannya akan disesuaikan dengan mengikuti kategori 2.
kebutuhan di Indonesia. Meski demikian 2. Kategori 2 : Usia 7-9 tahun
persyaratan tersebut masih Pada tahap kategori II
berkesinambungan dengan peraturan yang rangkaian gerakan meningkat dan
sudah ditetapkan di Internasional dan berkesinambungan dengan
mekanisme penilaian sesuai dengan gerakan-gerakan yang ada di
peraturan Internasional. kategori I. kategori II ini dapat
Rangkaian untuk kategori 6 dan 7 digunakan pada tingkatan klub
dapat dijadikan salah satu factor penentu maupun daerah namun masih pada
dalam pemilihan atau seleksi atlet di tahap pemula namu mulai
tingkat nasional pada tataran usia junior menunjukan adanya potensi
dan atau senior. pesenam di usia 7 tahun sehingga
dapat lebih cepat meningkat ke
kategori II meski usianya masih
2. Penyusunan tingkatan usia dan level dapat tampil di kategori I.
kemampuan. Pesenam artistik putri yang
Adapun kategori usia dibuat 3 berusia antara 7-9 tahun dapat
kategori khusus untuk pemula dan 4 mengikuti rangkaian gerakan
kategori berikutnya untuk usia junior kategori dua. Jika pada usia 8 tahun
dengan ketentuan sebagai berikut : belum dapat mengikuti rangkaian
1. Kategori 1 : Usia 6-8 tahun gerakan di kategori 2, maka dapat
Rangkaian gerakan pada mengikuti kategori 1.
kategori I merupakan rangkaian 3. Kategori 3 : Usia 8-10 tahun atau
yang dibuat pada tingkatan paling lebih
bawah yakni klub yang mana Rangkaian gerakan pada
pesenamnya hanya dapat kategori III sudah dapat
melakukan gerakan sederhana diidentifikasi beberapa potensi
namun menuntut kerapian gerak keberbakatan pesenam dengan
karena sifatnya yang rekreasional. indikasi dapat melakukan gerakan
Namun gerakan tersebut dibuat di kategori dengan baik dan sesuai
tetaplah gerakan dasar sehingga dengan harapan prestasi secara
memiliki manfaat untuk dapat bertahap. Rangkaian gerakan
dilanjutkan ke gerakan berikutnya tersebut telah meningkat factor
denga faktor kesulitan lebih tinggi. kesulitannya meski masih dalam
Pesenam artistik putri yang tataran gerakan dasar namun tetap
berusia antara 6-8 tahun dianjurkan bermanfaat bagi kelanjutan gerakan
mengikuti rangkaian gerakan berikutnya.
kategori satu sebagai tahap Pesenam artistik putri yang
awal/dasar untuk dapat dilihat berusia antara 8-10 tahun dapat
potensinya ke kategori selanjutnya. melakukan rangkaian gerakan pada
kategori 3. Namun jika

231
kemampuannya masih kurang dari dengan kemampuan rata-rata pesenam
gerakan kategori 3, maka dapat junior yang ada. Kategori untuk pemula
mengikuti rangkaian gerakan disusun pada kategori 1 sampai 3.
kategori 2. Gerakan-gerakan yang tersusun
Namun jika kemampuannya dalam rangkaian telah mewujudkan
melebihi dari rangkaian gerakan beberapa persyaratan yang ada di
kategori 3, maka tidak dapat peraturan internasional seperti jumlah
mengikuti kategori 4 dengan gerakan dan beberapa gerakan gabungan
alasankeselamatan. namun disesuaikan dengan usia dan
3. Penyusunan Rangkaian Gerak kemampuan dari masing-masing kategori.
Artistik putra Yang berbeda adalah kemungkinan
Penyusunan rangkaian ketersediaan peralatan pada setiap daerah,
gerakan dilakukan di enam alat namun peralatan modifikasi dapat
yaitu lantai, kuda pelana, gelang- digunakan dalam rangkaian gerak tersebut.
gelang, meja lompat, palang sejajar KESIMPULAN DAN SARAN
dan palang tunggal. Adapun Kesimpulan :
rangkaian gerak yang telah 1. Bagan kebutuhan kompetisi telah
tersusun berdasarkan kategori usia disusun sesuai dengan kebutuhan
dan atau kemampuan lengkap nasional, daerah maupun organisasi
dengan poin untuk setiap gerakan terkecil yakni klub.
dan table pemotongan nilai untuk 2. Pengkategorian telah disusun
setiap kesalahan yang dilakukan. berdasarkan kebutuhan masing-
Mekanisme penilaian sesuai masing klub maupun kejuaraan.
dengan peraturan gerakan wajib 3. Pedoman rangkaian gerak telah
dan atau bebas yang selama ini tersaji dalam tujuh kategori usia
telah dilakukan pada setiap dan kemampuan untuk senam
kejuaraan senam di Indonesia. artistik putra.
PEMBAHASAN
Rangkaian yang tersusun telah Saran :
dipertimbangkan melalui beberapa 1. Perlu adanya pembaharuan dengan
pengamatan dan proses di lapangan mengikuti perkembangan untuk
dengan menganalisa kebutuhan waktu menyusun bagan kebutuhan
latihan di Indonesia dan sumber daya kompetisi dengan sinkronisasi
pelatih yang ada. Gerakan tetap rangkaian gerakan.
menganalisa kebutuhan internasional 2. Pengkategorian rangkaian gerak
sesuai yang telah ada dalam code of point dapat diuji ulang dalam beberapa
(2013). kejuaraan lagi.
Usia yang berjajar bertumpuk di
satu tahun untuk tiap kategorinya telah DAFTAR PUSTAKA
disesuaikan dengan kebutuhan Colagiuri, 2011. Womens Gymnastics-
kemampuan yang ada di Indonesia National Levels Program. Version 2, 2011.
mengingat tidak semua pesenam memiliki Australian Womens Gymnastics Program.
tujuan dan potensi yang sama dalam
bersenam. Gerakan juga disesuaikan

232
Fig, 2013. Code Of Points. Swiss- Mahendra, 2000. Senam. Jakarta:
federation internationale de gymnastics. Depdiknas, Dirjen Dikdasmen.
Fig, 2009. Level 1 Coaching Gymnastics. Priyono, 2012. Pembelajaran Media
Swiss-federation internationale de Miring Pada Materi Rol. Jurnal Penjas
gymnastics. Univ. Negeri Semarang.
Sholeh, K.M.,1992. Olahraga pilihan
Fink & Hoffman, 2011. Age Group senam. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti.
Development Program. Federation
Internationale de Gymnastic. Avenue de la
Gare 12, 1003 Lausanne, Switzerland.
Soewandi, J. 1998. Perkembangan senam Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dasar dan prestasi. Surabaya. University Dan R & D. Penerbit Alfabeta Bandung.
Press.
MGF, 2011. The Classification
Programme Women. Sugiyono, 2008.

233
EFEK PEMIJATAN ELEKTRIK SEBELUM OLAHRAGAMENINGKATKAN
DAYA TAHAN HANDSTAND

Eva Ferdita Yuhantini


Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas
Negeri Surabaya
e-mail:ferditaeva88@yahoo.com

Pemijatan sebelum berolahraga mempunyai efekmeningkatkanperforma.Penelitian ini


bertujuan untuk mengetahui efek elektrik sebelum olahraga terhadap peningkatan daya tahan
handstand pada atlet senam. Jenis penelitian quasi eksperimental dengan menggunakan
rancangan times series experiment. Sampel adalah atlet senam artistik putra klub senam
prestasi Petrokimia Gresik berjumlah 20 orang.Pemijatan elektrik dilakukan dengan alat pijat
dolphin tipe 808.Pemijatan elektrik diberikan selama 10 menit pada bagian pinggang,
punggung, bahu dan lengan.Hasil rerata yang didapat pada daya tahan handstand tanpa
pemijatan (86,55 7,65 detik), dan setelah pemijatan elektrik (95,65 9,45 detik). Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa efek pemijatan elektrik (P= 0,011) didapatkan perbedaan
yang signifikan terhadap daya tahan handstand dibandingkan tanpa pemijatan. Kesimpulan
yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemijatan elektrik meningkatkan daya tahan
handstand.
Kata kunci :Pemijatan, daya tahan, handstand.

PENDAHULUAN
Pada cabang olahraga senam efek rangsangan terhadap fungsi tubuh (Dewi,
2013). Pijatmerupakan bentuk perawatan
artistik, kekuatan (strenght) otot adalah
kesehatan yang paling kunodan sederhana. Pijat
faktor yang paling besar dibandingkan
adalah bentuk pemijatan, pengurutan dan
kualitas fisik lain dalam melakukan sebagainya pada bagian badan tertentu dengan
setiap gerakan senam seperti pada tangan atau alat khusus sebagai cara pengobatan
gerakan handstand. Handstand adalah untuk melancarkan peredaran darah dan
menghilangkan rasa lelah (Roepadji, Jatmiko,
gerakan yang bertumpu pada
Sifaq., 2014).
tangan.Gerakan handstand pada senam
Pijatmerupakan salah satu
artistik sangat penting, karena sebagai
penunjang dalam meningkatkan
dasar teknik gerakan pada alat agar
performa atlet, selain itu untuk
dapat dilakukan dengan benar
mengatasi cedera dan gangguan fisik
(Hedbavny, 2003).
lainnya akibat kerja fisik. Pijat dapat
Pijat atau massage adalah salah satu
usaha dalam persiapan aktifitas fisik seiring
memberikan pengaruh yang maksimal
dengan perkembangan ilmu pengetahuan. jika prosedur pemijatan benar. Prosedur
Pijatadalah satu unsur yang penting dalam pemijatan yaitu pijat sebelum (pre), saat
latihan bagi para olahragawan dengan

234
(intra) dan setelah (post) beraktifitas. olahraga terhadap daya tahan sangat
Pijatbertujuan memberikan efek sedikit sekali.Berdasarkan beberapa
mekanis dan fisiologis (Roepajadi, teori yang telah ada perlu kiranya
2009). Pemijatan sebelum olahraga dilakukan penelitian mengenai
dilakukan sebelum seorang atlet pemijatan elektrik sebelum
melakukan pemanasan. Empatefek olahraga.Penelitian ini bertujuan untuk
fisiologispentingdaripemanasan yaitu mengetahui efek pemijatan elektrik
untuk meningkatkandenyut jantung, sebelum olahraga dapat meningkatkan
mengatur pernapasan, suhu tubuh, dan daya tahan handstand.
mempersiapkansistem
saraftubuhuntukaktivitas berat. METODE
Pemijatan Jenis penelitian yang dilakukan
membantupemanasantubuhseorang adalah quasi eksperimental dengan
atlet, meningkatkansuplai darahke otot, menggunakan rancangan time series
membantumobilitas sendi, dan experimentyang telah disetujui secara
mempunyai manfaat terhadap psikologi etik oleh Unit Bioetik dan Humaniora
atlet (McGillicuddy, 2013). Fakultas Kedokteran Universitas
Pemijatan dapat dilakukan Airlangga. Penelitian dilakukan di
dengan elektrik.Alat pijat elektrik gedung senam nusantara Citraland
membantu pelaksanaan pemijatan yang Surabaya.Populasi dalam penelitian ini
praktis dan mudah digunakan.Alat pijat adalah atlet senam artistik klub senam
elektrik dapat memberikan tekanan prestasi Petrokimia Gresik, berjumlah
yang konstan dan teratur, serta 54 orang.Sampel diperoleh secara
menghemat tenaga atau mengurangi random yang berjumlah 20 atlet senam
kelelahan tangan masseur/ masseuse. berusia antara 21-23 tahun, laki-laki,
Alat pijat elektrik diciptakan berbagai berat badan 55-65 kg. Penelitian ini
model yang dapat digunakan dengan menggunakan sampel penelitian yang
mudah menggunakan bantuan tenaga sama, sehingga setiap kelompok
listrik atau baterai (Roepajadi, Jatmiko, beranggotakan 20 sampel yaitu
Sifaq., 2014). kelompok 1 (tanpa pemijatan),
Penelitian yang meneliti kelompok 2 (pemijatan elektrik).
efektifitas dari pemijatan sebelum

235
Alat dan bahan yang digunakan daya tahan handstand sampai posisi
dalam penelitian ini adalah stopwatch tidak seimbang.
digunakan untuk mengukur waktu Berdasarkan rancangan yang
pemijatan dan daya tahan handstand, digunakan dalam penelitian ini, maka
Alat pijat dolphin tipe 808 sebagai teknik pengolahan data yang digunakan
media pemijatan, Matras untuk tempat adalah statistik deskriptif untuk
memberikan perlakuan pemijatan, Baby menganalisis nilai pemusatan dan
oil untuk membantu perlakuan sebaran data, uji normalitas data
pemijatan manual, Handuk sebagai menggunakan Kolmogorov Smirnov
media untuk menutup dan untuk menganalisis distribusi data
membersihkan baby oil pada bagian penelitian tidak berbeda dengan pola
tubuh yang tidak terkena pemijatan dan distribusi data normal. Bila tidak
setelah pemijatan. ditemukan perbedaan, maka uji
Pengambilan data daya tahan selanjutnya dapat menggunakan uji one
handstand dilakukan dua kali dan setiap way anova, yang terakhir adalah uji
hari hanya dilakukan pada 2 sampel Post Hoc untuk melihat kemaknaan
penelitian. Data daya tahan handstand terkecil dari setiap variabel. Semua olah
diukur pada hari pertama setelah sampel data diolah menggunakan program
melakukan pemanasan 5 menit dan SPSS 19.0 for windosw.
peregangan 5 menit. Sampel penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
istirahat selama 3 hari(tidak Data karakteristik fisik sampel atlet
diperbolehkan melakukan latihan), senam artistik putra berupa umur, berat
kemudian pemberian pemijatan elektrik, badan dan tinggi badan tercantum pada
dilakukan dengan alat pijat dolphin tipe tabel 1.
808. Pemijatan elektrik diberikan pada Tabel 1. Karakteristik Fisik Sampel
pinggang, punggung, lengan dan bahu Penelitian
selama 10 menit (setiap bagian tubuh 2 Rerata SD
menit). Setelah pemijatan elektrik Umur (thn) BB (kg) TB (cm)
sampel penelitian melakukan 21,550,51 58,212,50 160,573,19
pemanasan 5 menit dan peregangan 5 Keterangan: BB(berat badan)
menit, kemudian dilakukan pengukuran TB(Tinggi badan)

236
Rerata pengukuran daya tahan (p=0,0257). Data yang berdistribusi
handstand tercantum pada tabel 2 dan normal menggunakan uji analisis
digambarkan melalui grafik 1 varians dengan menggunakan Anova.
Tabel 2. Rerata daya tahan handstand Hasil uji statistik One Way Anova
Rerata SD menunjukkan bahwa daya tahan
Variabel
N Daya tahan handstand memiliki nilai p=0,00. Nilai
(detik)
handstand p<0,05 tersebut menunjukan bahwa
Tanpa terdapat perbedaan yang bermakna
20 86,55 7,65
pemijatan untuk rata-rata daya tahan handstand
Pemijatan keseluruhan kelompok. Perbedaan
20 95,65 9,45
elektrik kemaknaan terkecil menggunakan uji
LSD yang menunjukkan bahwa efek
Grafik 1. Hasil rata-rata daya tahan pemijatan manual (p= 0,000) dan
handstand elektrik (p= 0,011) didapatkan
perbedaan yang signifikan terhadap
daya tahan handstand dibandingkan
tanpa pemijatan. Daya tahan handstand
didapatkan waktu lebih lama setelah
pemijatan elektrik (113 detik)
dibandingkan tanpa pemijatan (101
detik).
Pijat olahraga (sport massage)
adalah komplek manipulasi yang
Hasil uji normalitas dengan
diterapkan dengan tangan pada tubuh
menggunakan uji shapiro-wilk di
olahragawan yang sehat dalam keadaan
dapatkan daya tahan handstand tanpa
pasif dan relaks, bertujuan membina
pemijatan (p=0,720) dan setelah
kondisi fisik untuk menghindari cedera
pemijatan elektrik(p=0,654)
seminimal mungkin akibat latihan. Pijat
berdistribusi normal yaitu dengan nilai
memberi rangsangan pada syaraf yang
p>0,05. Uji homogenitas menggunakan
mengakibatkan pembuluh darah
uji bartleet test untuk mengetahui daya
melebar secara refleks (Roepajadi,
tahan handstand memiliki varian yang
2009). Pemijatan sebelum olahraga
homogen dan diperoleh p>0,05

237
dilakukan pada daerah otot lokal yang Pengaruh pemijatan dapat dibagi
akan berperan banyak pada saat menjadi dua yaitu langsung dan tidak
melakukan gerakan atau latihan yang langsung.Pengaruh langsung terjadi
lebih dominan sesuai dengan cabang pada kulit dan jaringan permukaan
olahraga. Pada cabang olahraga senam tubuh akibat manipulasi mekanis
bagian tubuh yang perlu diberikan pemijatan.Pengaruh tidak langsung
pemijatan adalah pinggang, punggung, lebih banyak disebabkan oleh beberapa
bahu dan lengan (Roepajadi, Jatmiko, aksi refleks, hormon atau saraf daripada
Sifaq., 2014). Pemijatan lokal diberikan aksi mekanis.Efek mekanis pemijatan
pada bagian tubuh tertentu bertujuan terdiri atas pergantian tekanan fisik
untuk membantu kelancaran sirkulasi pada jaringan yang kemudian
darah dengan durasi singkat yaitu menghasilkan tekanan dan tarikan,
selama 10 menit (Arovah, 2001). pukulan dengan bermacam-macam
Pemijatan dengan peralatan intensitas dan perubahan dalam
elektrik membantu pelaksanaan pijat konsentrasi hormon. Efek pemijatan
dengan praktis dan mudah.Alat pijat yang paling utama dapat mempengaruhi
elektrik dapat memberikan tekanan sistem hormonal dan saraf (Roepajadi,
yang konstan dan teratur, serta Jatmiko, Sifaq., 2014)
menghemat tenaga atau mengurangi Pemijatan membantu aktivasi
kelelahan tangan pemijat (Basoeki, mekanisme pompa vena secara artifisial
2009).Pemijatan elektrik membantu untuk mempercepat pemulihan
menghilangkan rasa sakit pada otot percepatan sirkulasi dalam kondisi
bagian tubuh tertentu dan meningkatkan istirahat total (berbaring dengan relaks).
sirkulasi darah.Konstruksi fitur plastik Pada saat otot berkontraksi pembuluh
alat pijatan untuk penggunaan jangka vena di dalam dan di sekitar otot terjepit
panjang dan bermanfaat merilekskan dan melebar, dengan demikian aliran
otot saat melakukan aktifitas.Getaran darah menuju ke jantung menjadi lebih
yang dihasilkan oleh alat pemijatan lancar. Aktifnya sistem pompa otot,
elektrik berfungsi menstimulasi titik terjadilah percepatan sirkulasi darah di
akupuntur dan mengendorkan otot dalam otot yang aktif. Percepatan
(Roepajadi, 2009). sirkulasi ini membantu percepatan
pasokan semua zat kebutuhan jaringan

238
yang digunakan selama aktivitas darah ke jantung. Apabila sirkulasi
olahraga. Pada olahraga terlihat jelas, adekuat maka sel akan tercukupi dengan
selain terjadi aktivasi sistem sirkulasi kebutuhan oksigen dan glukosa sebagai
yang bersifat sistemik (aktivasi dari kebutuhan utama (Muhimin, 2000).
ergosistem II), terjadi juga aktivasi Pemijatan membantu pemeliharaan
sistem sirkulasi yang bersifat lokal pada seluruh tubuh sehingga meningkatkan
setiap otot yang aktif (Giriwijoyo, performa dan meningkatkan ketahanan
2006). (Martin, 1998). Mekanisme pemijatan
Penelitian yang dilakukan secara langsung memberikan efek pada
Farochi (2015) menyebutkan bahwa sirkulasi jaringan dan peningkatan
terjadi peningkatan kekuatan otot kaki aliran darah pada otot (Nancy, Robert.,
setelah dilakukan pemijatan selama 10 1998).
menit. Tekanan pemijatan yang stabil
Efek pemijatan yaitu sirkulasi
akan membantu merangsang aliran
darah dan pasokan oksigen ke organ-
darah, yang akhirnya memfasilitasi
organ tubuh akan lebih lancar.Suplai
sirkulasi oksigen dan nutrisi ke seluruh
oksigen cukup dapat digunakan untuk
jaringan tubuh (Muhimin, 2000). Suplai
proses metabolisme dalam otot bersama
oksigen yang cukup dapat digunakan
dengan melalui proses siklus Krebs
untuk proses metabolisme dalam otot
pada sistem transport elektron.
secara bersamaan melalui siklus Krebs
Kebutuhan oksigen yang tercukupi,
pada sistem transport elektron (Fox,
asam piruvat akan diarahkan ke jalur
1993). Pemijatan elektrik berupa
aerobik. Asam piruvat masuk kedalam
getaran berpengaruh terhadap kekuatan
matrik mitokondria dan bersama
otot kaki yang meningkatkan waktu
koenzim-A menjadi aseltil-KoA dan
kecepatan lari sprint 30 meter sebesar
selanjutnya memasuki tahap berikutnya
2,5 % (Goodwin et al., 2007).
ke siklus Krebs. Rangkaian reaksi tidak
Secara umum jaringan tubuh
berakhir dengan pembentukan asam
yang banyak pengaruh dari manipulasi
laktat dari asam piruvat, tetapi menuju
pemijatan adalah otot, jaringan ikat dan
siklus Krebs, yang selanjutnya
pembuluh darah. Peningkatan sirkulasi
menghasilkan ATP, CO2 dan H2O
dan relaksasi dari otot akibat dilakukan
setelah melewati siklus Krebs dan
pemijatan akan mempercepat aliran

239
sistem transpor elektron (Guyton&Hall, handstandpada cabang olahraga senam
2006). artistik
Selain itu Efek pemijatan pada DAFTAR PUSTAKA
atlet untuk fisik adalah peningkatan
stabilitas kerja anaerobik dan aerobik Arovah, IM, 2014, Masase dan prestasi
lewat mekanisme stimulasi otot dan Atlet. FIK UNY.
perbaikan adhesi otot (Arofah, 2001). Bsoeki, H, 2009.., Sport Massage.
Manipulasi pemijatan melancarkan Jakarta, Tinggolang
sirkulasi darah yang mengangkut Dewi, K, 2013, Pengaruh pemberian
hemoglobin dalam sel darah merah akan masase lokal sebagai tambahan
lancar, dengan demikian penyediaan pemanasan terhadap kekuatan
sumber energi akan terjamin. Mobilitas otot lengan. Halaman Web :
dan rentang kemampuan gerak http://ejournal.unesa.ac.id/inde
mengalami peningkatan setelah x.php/jurnalkesehatanolahraga/
pemijatan (Roepajadi, 2009) article/view/2454/baca-artikel.
Peningkatan sirkulasi dan [diakses30 Desember 2014].
relaksasi dariotot akibat dilakukan Farochi,AW, 2015, Perbandingan
pemijatan akan mempercepat aliran pengaruh masase lokal
darah ke jantung. Hal ini dapat (streching pasif) dengan
mempertahankan tekanan darah dan warming up (streching aktif)
denyut nadi dalam batas normal. terhadap kekuatan otot
Apabila sirkulasi adekuat maka sel akan tungkai. Jurnal Kesehatan
tercukupi dengan kebutuhan oksigen Olahraga Vol 3, No 1, pp 87-
dan glukosa sebagai kebutuhan yang 94
utama, kondisi ini membuat fungsi Fox, EL., Bowers, RW., Foss, ML,
pernafasan menjadi stabil dan 1993, The physiological basic
normal(Muhimin, 2000). of exercise and sport (5th
SIMPULAN Edition). USA, Wim. C.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah Brown. Publisher.
Pemijatan elektrik sebelum olahraga Goodwin, JE., Glaister, M., Howatson,
meningkatkan daya tahan G., Lockey, RA., Mcinnes, G,
2007, Effect of pre

240
performance lower-limb massage.Availableat
massage on thirty-meter sprint :http://www.massagetoday.com/
running. Journal of Strength mpacms/mt/article.php?id=1075
& Conditioning Research. 0.[diakses30 Januari 2015].
Guyton, AC and Hall, 2006, Text book Muhimin, M, 2000, Anestesiologi.
of medical physiology.China, Jakarta, Fakultas Kedokteran
W.B. Saunders Company. Universitas Indonesia.
Giriwijoyo, S., Muchtamadji, MA, Nancy, AM., Robert, JR., 1998, The
2006, Ilmu faal olahraga: comparative effect of sport
fungsi tubuh manusia pada massage, active recovery, and
olahraga untuk kesehatan dan rest in promoting blood lactate
prestasi. Bandung. clearance after supramaximal
Hedbavny, P., Bago, G., leg exercise.Journal of

Kalichova, M, 2013, Athletic Training. Centre for

Influence of strength abilities Sport Medicine. University of

on quality of the Shouthern Mississippi.

handstand.World Academy of Roepajadi, J, 2009, Masase olahraga.

Science, Engineering and FIK Universitas Negeri

TechnologyInternational Surabaya (bahan ajar

Journal of Medical, Health, matakuliah masase olahraga)

Pharmaceutical and Biomedical Roepajadi, J, Jatmiko T, Sifaq A, 2014,

Engineering Vol:7 No:10 Masase olahraga. FIK

Martin, NARF., Zoeller, RJ., Robertson, Universitas Negeri Surabaya

SM., Lephart, 1998, The (bahan ajar mata kuliah

comparative effects of sports masase olahraga)

massage, active recovery, and rest


in promoting blood lactate
clearance after supramaximal leg
exercise. Journal of
AthleticTraining.
McGillicuddy, M, 2013, The art and
science of pre-event

241
242

PERBANDINGAN ANALISIS BIOMEKANIK OLAHRAGA


PADA SAAT USAIN BOLT MERAIH MEDALI EMAS LARI 100 METER
OLIMPIADE BEIJING 2008, OLIMPIADE LONDON 2012, DAN OLIMPIADE
RIO 2016

Dwi Cahyo Kartiko


ABSTRAK
Telah dilakukan analisis Biomekanik terhadap atlet lari jarak pendek 100 meter peraih
emas Olimpiade 3 kali berturut-turut, Usain Bolt. Analisis Biomekanik yang dilakukan
meliputi aspek teknis, Reaksi dan dorongan saat start, akselerasi, usaha/work, dan
jumlah langkah.Analisis dilakukan dengan bantuan video analisis software Tracker dan
Dartfish serta tinjauan kinematika dan dinamika meliputi gerak lurus, akselerasi, gaya ,
usaha dan energi. Hasil yang didapatkan adalah dari ketiga edisi Olimpiade dimana
Usain Bolt meraih medali emas, tidak terdapat perbedaan yang signifikan bila ditinjau
dari aspek-aspek teknis tersebut. Artinya, walaupun secara usia Usain Bolt semakin
bertambah tetapi teknik lari yang dimiliki relatif konstan dari tiap edisi Olimpiade yang
diikuti.
Kata kunci: Usain Bolt, Olimpiade, larijarakpendek 100 meter.

PENDAHULUAN
Larijarakpendek 100 meter
adalahsalahsatunomoratletik yang
sangatprestisius. Atletyang
mendapatkanemas di Olimpiade pada
cabang olahraga lari 100
meter,biasanyadijulukimanusiatercepat di
dunia (The Fastest Man in The World).
Gambar 1.Usain Bolt, Gaya
SelebrasiPeraihMedaliEmasLari100
meter Olimpiade 2012 London
(vivanews.com).

Usain Bolt adalahsalahsatuatlet


yang
mampumencatatkannamanyadalamworld

242
recorduntukcabanglari 100 meter Olehkarenaituseorangpelarijarakp
sekaligusmenyabetmedaliemas di endekdilahirkandengan
Olimpiade 2008Beijing. Kemudian Bolt bakatbukandibuat.Suatuanalisastruktural
mengulanginyakembaliyaitumeraihmedal prestasilarijarakpendekdankebutuhanlatih
iemas di Olimpiade 2012 London, tetapi ansertapembelajaranuntukmemperbaikih
kali arusdilihatsebagaisuatukombinasi yang
initidakdiikutidenganpemecahanrekor.Ke kompleksdari proses-proses
mudian dilanjutkan pada Olimpiade Rio biomekanika, biomotor, danenergetik.
2016 dengan pemecahan rekor baru. Larijarakpendekbiladilihatdaritah
Bagaimanakah Bolt ap-
dapatlaridengancepatdanmendahuluilawa tahapberlariterdiridaribeberapatahapyaitu
n-lawannya, adalahhal yang :
menarikuntukdiungkapkan. 1) Tahapreaksidandorongan(reaction
Berbagaisudutpandangdalambiomekanik dan drive)
olahragaakanmenjelaskanhalitusemua. 2) Tahappercepatan(acceleration)
Mulaidariakselerasi yang dimiliki Bolt, 3) Tahaptansisi/perubahan(transition)
energidankerja yang dilakukannya, 4) Tahapkecepatanmaksimum(speed
hinggateknikpadasaat Bolt berlari. maximum)
KAJIAN PUSTAKA 5) Tahappemeliharaankecepatan(main
LariJarakPendek tenance speed)
PengertianumumLarijarakpendek 6) Finish
adalahlari yang menempuhjarakantara 50 Tujuanlarijarakpendekadalahuntuk
m sampaidenganjarak 400 m, memaksimalkankecepatan horizontal
olehkarenaitukebutuhanutamauntuklarija yang
rakpendekadalahkecepatan. dihasilkandaridoronganbadankedepan.
Kecepatandalamlarijarakpendekadalahha Kecepatanlariditentukanolehpanjanglang
silkontraksi yang kuatdancepatdariotot- kahdanfrekuensilangkah
otot yang dirubahmenjadigerakanhalus, (jumlahlangkahpersatuanwaktu).Olehkar
lancar, danefisien.Hal enaitu,
initentusangatdibutuhkanbagipelariuntuk seorangpelarijarakpendekharusdapatmeni
mendapatkankecepatan yang tinggi. ngkatkansatuatau dua aspek tersebut
Seorangpelarijarakpendek sebagai usaha untuk memaksimalkan lari
(sprinter) yang yang dilakukan.
potensialbiladilihatdarikomposisiatausus
unanserabutototpersentaseserabutototcep TinjauanKinematikaGerakLurus
at (fast twitch) Geraklurusadalahgerakanbendaat
lebihbesaratautinggidengankemampuans ausesuatupadalintasanlurus.Geraklurusda
ampai 40 kali perdetikin patdibedakanmenjadi 2
vitrodibandingdenganserabutototlambat yaitugeraklurusberaturan (GLB)
(slow twitch) dengankemampuansampai dangeraklurusberubahberaturan
10 kali perdetikin (GLBB).Karakteristik Gerak Lurus
vitro.(http://artikel.binaraga.net) Beraturan

243
(GLB)adalahkecepatankonstanditiaplinta m = massa (kg)
san, artinyaakselerasi/percepatanbernilai v0= kecepatanawal/start (m/s)
nol. Sedangkan karakteristik Gerak Lurus TENTANG USAIN BOLT
Berubah Beraturan
(GLBB)adalahkecepatan yang
berubahtiaptitiklintasan, artinya GLBB
memilikinilaiakselerasi tertentu. Analisis
yang
akandigunakanuntukmeninjaugerakan
Bolt dalamlari 100 meter
adalahanalisisgeraklurusberubahberatura
n. Yaitumenentukanakselerasi yang
dilakukan Bolt
selamaberlarisertamenentukankecepatan Gambar 2. Usain Bolt saat
Bolt diakhirlintasan. Olimpiade London 2012
Persamaangeraklurusberubahbera http://id.olahraga.yahoo.com/olimp
turan yang digunakanadalah: iade/lintasan-lapangan/usain-bolt-
S = v0.t + a t2 ...1 1020434/#
vt = v0 + at ...2 HASIL DAN PEMBAHASAN
2 2
vt = v0 + 2aS ...3 1. Usain Bolt memperoleh emas pada
Giancoli,2001 Olimpiade Beijing 2008. Berikut ini
dimana: analisis dari cabang olahraga lari 100
S = jarak yang ditempuh (dalamhalini meter yang diikuti Bolt.
100 meter) a. Tahap reaksi dan dorongan (reaction
v0= kecepatanawal (m/s) and drive)
a = akselerasiataupercepatan(m/s2)
vt= kecepatanpadasaat t detik (m/s)
t = waktu (s)
TinjauanKerja/Usaha (Work)
Kerja/usahaadalahbesarnyaenergi
yang
dibutuhkanseseoranguntukmelakukanper
ubahanenergikinetik yang Gambar 3. Sesaat setelah pistol
dimiliki.Dapatdiformulasikankerja/usaha ditembakkan
yang dilakukanadalah: Reaksi dan dorongan yang
W = Ek dimiliki Bolt (4 dari kanan) terlihat
Ekadalahselisihenergikinetikpadakeada sangat baik. Ditunjang dengan posture
an finish dan start yang didefinisikan tubuhnya yang sangat ideal (196 cm),
m (vt2 - v02). membuat bolt sangat nyaman pada saat
Dimana: start dengan tenaga / energi dorongan
W= kerja/usaha (joule) yang sangat besar.
vt= kecepatanpadasaat t detik/finish (m/s)

244
b. Tahap percepatan (acceleration)
hingga menuju top Gambar 6. Start
speed.

Dengan adanya data jarak tempuh


Gambar 4. Akselerasi yang 100 meter, kecepatan awal nol,
Diperlihatkan Bolt mulai waktu tempuh 9.58 sekon, maka
mendahuluilawannya menuju dapat diketahui akselerasi Bolt
topspeed. berdasarkan persamaan 1 adalah
c. Tinjauan kinematika gerak lurus. 2.18 m/s2dengan top speed mencapai
Berdasarkan video pertandingan 75.18 Kph.
Usain Bolt di Olimpiade 2008 Beijing Setelah diketahui akselerasi dari
http://www.youtube.com/watch?v=NHm gerakan Bolt, maka dapat ditentukan
EpqUFLZ8&feature=related kecepatan pada saat mencapai garis
finish berdasarkan persamaan 2
adalah sebesar 20.88 m/s atau setara
75.18 Kph
d. Tinjauan Kerja/Usaha

Gambar 5. Data kecepatan rata-rata dan


waktu yang dibutuhkan menempuh
lintasan
diperoleh informasi berupa kecepatan
rata-rata berlari Bolt adalah 37.6 Kph
atau 10.4 m/s, sedangkan waktu
tempuhnya adalah 9.58 sekon, jaraknya Gambar 5. Kerja / usaha yang
adalah 100 meter. dilakukan berdasarkan perubahan
Dari data tersebut dapat diolah energi kinetik
lagi sebagai berikut:
Kecepatan awal pelari adalah nol Dalam kasus ini, kerja atau usaha
v0 = 0. yang dilakukan Bolt selama berlari dalam
tracktersebut adalah perubahan energi
kinetik yang dilakukan Bolt. Pada saat
start, karena dalam keadaan diam maka

245
energi kinetiknya adalah nol. Tetapi pada Reaksi dan dorongan yang
saat menyentuh garis finish, energi dimiliki Bolt (6 dari kanan) tidak begitu
kinetik yang dimiliki sangat besar baik bila dibandingkan dengan atlet yang
(maksimum). Kerja/usaha yang lain, karena terlihat bolt tertinggal
dilakukan Bolt selama bertanding adalah langkah pada saat start.
dihitung dari perubahan ini yaitu sebesar
20.272,8096 Joule. Jika kesetaraan kalor
energi 1 Joule = 0,24 kalori, maka
besarnya usaha yang dilakukan Bolt
adalah 4.865,48 kalori atau 4,86548
kkalori.
e. Tinjauan langkah Usain Bolt
Berdasarkan analisis video Gambar 7. Terlihat Bolt terlihat
dengan softwareDartfish yang berfungsi tertinggal langkah pada saat setelah
memperlambat dan memperjelas start
pergerakan tiap frame, diperoleh fakta b. Tahap percepatan (acceleration)
bahwa langkah kaki Bolt selama hingga menuju top speed.
bertanding adalah sebanyak 41 langkah.
Hal ini berarti bahwa panjang rata-rata
langkah Bolt adalah 2,4 meter/langkah
dan frekuensi langkah Bolt adalah 4,3
langkah/detik.
2. Berikut ini adalah analisis cabang
olahraga 100 meter olimpiade
London 2012 yang diikuti Usain
Bolt. Berdasarkan analisis tersebut Gambar 8. Akselerasi yang
tahap-tahap berlari yang diperlihatkan Bolt mulai
dilakukannya adalah sebagai berikut: mendahului lawannya, dia
a. Tahap reaksi dan dorongan (reaction menuju top speed.
and drive) Walaupun tertinggal saat start,
tetapi akselerasi yang dimiliki Bolt
sangat baik sehingga mampu mendahului
lawan-lawannya.
Berdasarkan perhitungan
kinematik gerak lurus berubah beraturan,
akselerasi Bolt mencapai 2,15
2
m/s dengan top speed mencapai 74,689
Kph.
c. Tinjauan kinematika gerak lurus.
Gambar 6. Sesaat setelah pistol Berdasarkan video pertandingan Usain
ditembakkan Bolt di Olimpiade 2012 London

246
d. Tinjauan Kerja/Usaha

Gambar 9. Data catatan waktu


yang dibutuhkan menempuh
lintasan

diperoleh informasi berupa waktu


tempuhnya adalah 9.64 sekon, jaraknya Gambar 11. Kerja / usaha
adalah 100 meter. yang dilakukan berdasarkan
Dari data tersebut dapat perubahan energi kinetik
dianalisis sebagai berikut: antara finish dan start
Kecepatan awal pelari adalah nol v0 = 0.
Perhatikan gambar berikut! Pelari pada Dalam kasus ini, kerja atau usaha
awalnya adalah diam. yang dilakukan Bolt selama berlari dalam
tracktersebut adalah perubahan energi
kinetik yang dilakukan Bolt. Pada saat
start, karena dalam keadaan diam maka
energi kinetiknya adalah nol. Tetapi pada
saat menyentuh garis finish, energi
kinetik yang dimiliki sangatlah besar.
Kerja/usaha yang dilakukan Bolt selama
Gambar 10. Start bertanding adalah dihitung dari
Dengan adanya data jarak tempuh perubahan kecepatannya W = Ek =
100 meter, kecepatan awal nol, .m.(vt2-v02) dengan vt = 20,747 m/s dan
waktu tempuh 9.64 sekon, maka v0 = 0maka menghasilkan usaha yaitu
dapat diketahui percepatan atau sebesar 20.015,367 Joule. Jika kesetaraan
akselerasi Bolt berdasarkan kalor energi 1 Joule = 0,24 kalori, maka
persamaan 1: S = v0.t + a t2 adalah besarnya usaha yang dilakukan Bolt
2.152 m/s2. adalah 4.803,688 kalori atau 4,8037
Setelah diketahui akselerasi dari kkalori.
gerakan Bolt, maka dapat ditentukan
kecepatan pada saat mencapai garis
finish berdasarkan persamaan 2: vt =
v0 + at adalah sebesar 20.747 m/s
atau setara 74,689 Kph (baca:
Kilometer per hour)

247
e. Tinjauan langkah Usain Bolt Reaksi dan dorongan yang
dimiliki Bolt tidak begitu baik bila
dibandingkan dengan atlet yang lain,
karena terlihat bolt tertinggal langkah
pada saat start.

Gambar 12. Analisis frame dengan


Software Dartfish untuk
mengetahui jumlah langkah Bolt

Berdasarkan analisis tiap frame Gambar 14. Terlihat Bolt terlihat


menggunakan software Dartfish, tertinggal langkah pada saat setelah
diperoleh fakta bahwa langkah kaki Bolt start.
selama berlari di lintasan 100 meter
adalah sebanyak 41 langkah. Hal ini b. Tahap percepatan (acceleration)
berarti bahwa panjang rata-rata langkah hingga menuju top speed.
Bolt adalah 2,4 meter/langkah dan
frekuensi langkah Bolt adalah 4,3
langkah/detik.
3. Berikut ini adalah analisis cabang
olahraga 100 meter olimpiade Rio
2016 yang diikuti Usain Bolt. Pada
Olimpiade Rio, Bolt berhasil
mencapai rekor seperti Olimpiade Gambar 15. Akselerasi yang
2008 dengan catatan waktu 9,58 diperlihatkan Bolt mulai mendahului
detik. Tahap-tahap berlari yang lawannya dan menuju top speed.
dilakukannya adalah sebagai berikut: Walaupun tertinggal saat start,
a. Tahap reaksi dan dorongan (reaction tetapi akselerasi yang dimiliki Bolt
and drive) sangat baik sehingga mampu mendahului
lawan-lawannya.
Berdasarkan perhitungan kinematik
gerak lurus berubah beraturan, akselerasi
Bolt mencapai 2,18 m/s2dengan top
speed mencapai 75,184 Kph.
c. Tinjauan kinematika gerak lurus.
Berdasarkan video pertandingan Usain
Gambar 13. Sesaat setelah pistol Bolt di Olimpiade 2016Rio
ditembakkan, Usain Bolt menempati
lintasan 4.

248
Gambar 17. Kerja / usaha yang
dilakukan berdasarkan perubahan
energi kinetik antara finish dan start.

Dalam kasus ini, kerja atau usaha


Gambar 16. Data catatan waktu yang yang dilakukan Bolt selama berlari dalam
dibutuhkan tracktersebut adalah perubahan energi
menempuh lintasan kinetik yang dilakukan Bolt. Pada saat
diperoleh informasi berupa waktu start, karena dalam keadaan diam maka
tempuhnya adalah 9.58 sekon, jaraknya energi kinetiknya adalah nol. Tetapi pada
adalah 100 meter. saat menyentuh garis finish, energi
Dari data tersebut dapat kinetik yang dimiliki sangatlah besar.
dianalisis sebagai berikut: Kerja/usaha yang dilakukan Bolt selama
Kecepatan awal pelari adalah nol v0 = 0. bertanding adalah dihitung dari
Perhatikan gambar berikut! Pelari pada perubahan kecepatannya W = Ek =
awalnya adalah diam. .m.(vt2-v02) dengan vt = 20,884 m/s dan
Dengan adanya data jarak tempuh v0 = 0maka menghasilkan usaha yaitu
100 meter, kecepatan awal nol, sebesar 20.280,58 Joule. Jika kesetaraan
waktu tempuh 9.64 sekon, maka kalor energi 1 Joule = 0,24 kalori, maka
dapat diketahui percepatan atau besarnya usaha yang dilakukan Bolt
akselerasi Bolt berdasarkan adalah 4.867,339 kalori atau 4,867
persamaan 1: S = v0.t + a t2 adalah kkalori.
2.18 m/s2. e. Tinjauan langkah Usain Bolt
Setelah diketahui akselerasi dari
gerakan Bolt, maka dapat ditentukan
kecepatan pada saat mencapai garis
finish berdasarkan persamaan 2: vt =
v0 + at adalah sebesar 20.884 m/s
atau setara 75,184 Kph (baca:
Kilometer per hour)
d. Tinjauan Kerja/Usaha

Gambar 12. Analisis frame dengan


SoftwareTracker untuk mengetahui
jumlah langkah Bolt

Berdasarkan analisis tiap frame


menggunakan software Dartfish,
diperoleh fakta bahwa langkah kaki Bolt

249
selama berlari di lintasan 100 meter Bolt adalah 2,32 meter/langkah dan
adalah sebanyak 43 langkah. Hal ini frekuensi rata-rata langkah Bolt adalah
berarti bahwa panjang rata-rata langkah 4,5 langkah/detik.

4. Berikut ini perbandingan aspek-aspek yang ditinjau untuk Olimpiade London


2012 dan Olimpiade Beijing 2008.

Aspek yang Olimpiade Beijing Olimpiade London Olimpiade Rio


diamati 2008 2012 2016
Tahap reaksi Terlihat sangat baik. Terlihat bolt Terlihat bolt
dan dorongan Ditunjang dengan tertinggal langkah tertinggal
(reaction and posture tubuhnya pada saat start langkah pada
drive) yang sangat ideal saat start
(196 cm), membuat
bolt sangat nyaman
pada saat start .
Tahap Akselerasi Bolt Akselerasi Bolt Akselerasi Bolt
percepatan adalah 2.18 ms-2 mencapai 2,15 ms-2 adalah 2.18 ms-2
(acceleration) dengan topspeed dengan topspeed dengan topspeed
hingga menuju mencapai 75.18 mencapai 74,69 mencapai 75.18
top speed. Kph. Kph Kph.
Tinjauan kecepatan pada saat kecepatan pada saat kecepatan pada
kinematika mencapai garis mencapai garis saat mencapai
gerak lurus. finish adalah sebesar finish adalah garis finish
20.88 m/s atau sebesar 20.747 m/s adalah sebesar
setara 75.18 Kph atau setara 74,689 20.88 m/s atau
Kph setara 75.18 Kph
Tinjauan Kerja/usaha yang Kerja/usaha yang usaha yaitu
Kerja/Usaha dilakukan Bolt dilakukan Bolt sebesar
selama bertanding selama bertanding 20.280,58 Joule
adalah dihitung dari adalah dihitung dari atau sebanding
perubahan perubahan dengan
kecepatan yaitu kecepatan yaitu 4.867,339 kalori

250
sebesar 20.272,8096 sebesar 20.015,367 atau 4,867
Joule setara Joule atau setara kkalori
4.865,48 kalori atau dengan 4.803,688
4,86548 kkalori. kalori atau 4,8037
kkalori

Tinjauan diperoleh fakta langkah kaki Bolt diperoleh fakta


langkah Usain bahwa langkah kaki selama berlari di bahwa langkah
Bolt Bolt selama lintasan 100 meter kaki Bolt selama
bertanding adalah adalah sebanyak 41 bertanding
sebanyak 41 langkah. Hal ini adalah sebanyak
langkah. Hal ini berarti bahwa 43 langkah. Hal
berarti bahwa panjang rata-rata ini berarti bahwa
panjang rata-rata langkah Bolt adalah panjang rata-rata
langkah Bolt adalah 2,4 meter/langkah langkah Bolt
2,4 meter/langkah dan frekuensi adalah 2,3
dan frekuensi langkah Bolt adalah meter/langkah
langkah Bolt adalah 4,3 langkah/detik. dan frekuensi
4,3 langkah/detik langkah Bolt
adalah 4,5
langkah/detik

251
SIMPULAN Terlihat jelas pada video lari 100
Berdasarkan uraian fakta dan meter, bagaimana akselerasi Usain
analisis video diatas dapat disimpulkan Bolt mampu mendahului sprinter
beberapa hal mengenai Usain Bolt sang lain.
peraih medali emas Olimpiade 2008 3. Usaha yang dilakukan oleh Bolt
Beijing,Olimpiade 2012 London dan untuk menempuh lintasan 100
Olimpiade 2016Riodalam cabang meter adalah kurang lebih 5.000
olahraga lari 100 meter putra sebagai kalori pada ketiga edisi Olimpiade.
berikut: Hanya saja di Beijing, Bolt
1. Reaksi dan dorongan yang dimiliki membutuhkan energi yang sedikit
Bolt tidak begitu baik dibandingkan lebih besar dibandingkan saat di
dengan atlet yang lain karena Bolt London. Hal ini berbanding lurus
sempat tertinggal langkah saat start. dengan akselerasi berlari yang
Tetapi akselerasi yang dimiliki dilakukan Bolt. Sedangkan di Rio
sangat baik sehingga dia mampu 2016 energi yang dikeluarkan
mendahului lawannya. Hal ini melebihi London 2012 maupun
dapat dilihat di Olimpiade 2008 Beijing 2008.
Beijing, ia masih mampu 4. Langkah yang dilakukan Usain Bolt
mengimbangi startlawannya, tetapi selama menempuh jarak 100 meter
pada Olimpiade 2012 ia terlihat adalah 41 langkah dengan panjang
tertinggal start. Namun pada edisi rata-rata langkah 2,4 meter/langkah
Rio 2016, Usain Bolt dapat serta frekuensi langkah 4,3
mengimbangi start lawan. langkah/detik.Ada hal unik yaitu
2. Akselerasi yang dilakukan sebesar meskipun energi yang di keluarkan
2
2,18 m/s dengan top speed Bolt dalam 2 edisi olimpiade
mencapai 75.18 Kph di Olimpiade tersebut berbeda, tetapi jumlah
2008 Beijing dan 2,15 m/s2 dengan langkah yang ia lakukan relatif
topspeed mencapai 74,69 Kph di sama. Sedangkan pada Olimpiade
Olimpiade 2012 London.Akselerasi Rio 2016, tercatat langkah yang
yang dilakukan sebesar 2,18 m/s2 dilakukan Usain Bolt selama
dengan top speed mencapai 75.18 menempuh jarak 100 meter adalah
Kph di Olimpiade 2016 Rio. 43 langkah dengan panjang rata-

252
rata langkah 2,3 meter/langkah Kartiko, D.C, &Habibbulloh, M. 2014.
serta frekuensi langkah 4,5 BiomekanikOlahraga.
langkah/detik Surabaya: Unipress UNESA.

Knudson, Duane. 2007. Fundamental of


DAFTAR PUSTAKA Biomechanics.New York :
Bartlett, Roger. 2007. Introduction to Springer Science+Business
Sports Biomechanics: Media, LLC.
Analysing Human Movement
http://artikel.binaraga.net/2012/05/22/m
Patterns: Second Edition. New
engenal-otot-lebih-dekat/
York. Taylor & Francis e-
http://moccasport.blogspot.com/
Library.
http://www.youtube.com/watch?v=2O7
Blazevich, Anthony. 2007. Sports
K-8G2nwU
Biomechanics. United http://www.youtube.com/watch?v=NH
Kingdom (UK). MPG Books mEpqUFLZ8&feature=related
Ltd, Bodmin. http://www.dartfish.com/en/index.htm
Giancolli, C. Douglas. 2001. www.tracker.com
FisikaDasaruntukUniversitas.
Jakarta: Erlangga

253
Pengaruh Latihan T Push-Up dan Crocodile Push-Up Terhadap Power Otot Lengan dan
Kekuatan Otot Lengan

Rendhitya Prima Putra M.Pd (Penjaskesrek, UNP Kediri)


rendhitya1407@gmail.com

ABSTRAK

T Push-Up dan Crocodile Push-Up Terhadap Power Otot Lengan dan Kekuatan Otot
Lengan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang: (1) pengaruh latihan t
push-up terhadap kekuatan otot lengan; (2) pengaruh latihan t push-up terhadap power otot
lengan; (3) pengaruh latihan crocodile push-up terhadap kekuatan otot lengan; (4) pengaruh
latihan crocodile push-up terhadap power otot lengan; (5) perbedaan pengaruh latihan t push-
up dan crocodile push-up terhadap kekuatan otot lengan; (6) perbedaan pengaruh latihan t
push-updan crocodile push-up terhadap power otot lengan. Sasaran penelitian ini adalah
siswa putra SMP Negeri 3 Kediri dengan jumlah sampel sebanyak 33 orang.
Hasil penelitian menujukkan: (1) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan t
push-up terhadap kekuatan otot lengan; (2) Terdapat pengaruh yang signifikan program
latihan t push-up terhadap power otot lengan; (3) Terdapat pengaruh yang signifikan program
latihan crocodile push-up terhadap kekuatan otot lengan; (4) Terdapat pengaruh yang
signifikan program latihan crocodile push-up terhadap power otot lengan; (5) Terdapat
pengaruh yang signifikan program latihan t push-up dan crocodile push-up terhadap kekuatan
otot lengan; (6) Terdapat pengaruh yang signifikan program latihan t push-up dan crocodile
push-up terhadap power otot lengan.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kekuatan
otot lengan dan power otot lengan untuk masing- masing kelompok setelah diberikan latihan.
Selain itu, terdapat perbedaan pengaruh antara keriga kelompok dilihat dari peningkatan
kekuatan otot lengan dan power otot lengan melalui uji ANOVA, dimana latihan t push-up
memberikan pengaruh yang lebih baik dari latihan crocodile push-up dan kelompok kontrol
terhadap kekuatan otot lengan dan power otot lengan.

Kata Kunci : Latihan T Push-Up dan Crocodile Push-Up Terhadap Power Otot Lengan dan
Kekuatan Otot Lengan.

PENDAHULUAN seorang atlet yang berlomba dan menjadi


Pembinaan olahraga di suatu negara juara event internasional akan mengangkat
sering kali dikaitkan dengan kemakmuran harkat, martabat dan harga diri bangsa.
dan kemajuan secara menyeluruh. Karena itu pembinaan pada cabang
Olahraga dapat mempersatukan dan olahraga prestasi mempunyai peran
berperan sebagai alat pembangunan. penting.
Undang-undang nomor: 3 Tahun 2005 Pembinaan atlet seharusnya
tentang sistem keolahragaan nasional dilakukan secara kontinyu dan
menyebutkan bahwa lingkup olahraga di berkelanjutan serta dimulai sedini mungkin
Indonesia terbagi dalam olahraga sejak individu menunjukan suatu harapan
pendidikan, olahraga rekreasi, dan dibidang olahraga, dan perlu ditindak
olahraga prestasi. lanjuti dengan melakukan pembinaan
Pembinaan pada cabang olahraga bakat dan prestasi olahraganya.
prestasi mempunyai tujuan utama yaitu Untuk meraih prestasi dalam
pencapaian prestasi optimal. Prestasi olahraga ada hal yang perlu diperhatikan

254
yaitu latihan. Sebab dengan latihan prestasi Sedangkan menurut Sajoto (1995:
olahraga dapat semakin meningkat dan 8-10) untuk meningkatkan kondisi fisik
prestasi dapat dipertahankan semaksimal seorang atlet ada beberapa unsur fisik yang
mungkin, Ada beberapa aspek yang perlu dikembangkan, adapun unsur kondisi fisik
diperhatikan dalam latihan untuk mencapai tersebut meliputi kekuatan (strength), daya
dalam prestasi olahraga, ada 4 (empat) ledak otot (muscular explosive power),
aspek yang perlu dimiliki dalam suatu daya tahan (endurance), kecepatan (speed
prestasi yang optimal (Sajoto, 1995 : 7) ), kelentukan (flexibility), keseimbangan
adapun kelengkapan tersebut meliputi: (balance), koordinasi (coordination),
1. Pengembangan mental (Mental Build- kelincahan (agility), ketepatan (accuracy),
up) dan reaksi (reaction).
2. Pengembangan fisik ( Physical Build- Kondisi fisik merupakan suatu
up ) syarat yang sangat penting dan diperlukan
3. Pengembangan teknik ( Technical sebagai suatu penujang dalam mencapai
Build- up) peningkatan prestasi olahraga dan kondisi
4. Kematangan juara fisik factor yang sangat penting dalam
Kemampuan kondisi fisik seluruh cabang olahraga. Salah satu
merupakan hal yang sangat penting untuk kondisi fisik yang sangat penting dalam
diperhatikan, karena akan melibatkan beberapa cabang olahraga adalah muscular
kemampuan biomotorik atlet. Salah explosive power (daya ledak otot) dan
satunya kemampuan fisik yang penting strength (kekuatan). Seperti pendapat
dalam kegiatan olahraga adalah power. Downet. (2008) power adalah kemampuan
Sangat banyak cabang olahraga yang untuk melepaskan kekuatan maksimal
memerlukan power dan kekuatan untuk dalam waktu yang singkat. Power harus
dapat melakukan aktivitasnya yang baik. ditujukan oleh perpindahan tubuh, atau
Latihan fisik pada setiap cabang oalahraga benda melintasi udara dimana otot harus
merupakan pondasi utama dalam mengeluarkan kekuatan dengan kecepatan
pembinaan teknik, taktik serta mental. yang tinggi agar dapat membawa tubuh
Semua komponen biomotor harus dapat dan objek pada saat pelaksanaan gerak
dikembangkan untuk menunjang prestasi untuk dapat mencapai suatu jarak.
atlet. Dengan modal fisik yang prima Menurut Gosser (2001: 57)
tentunya atlet akan dapat menguasai tahap mengatakan bahwa manfaat maksimal
latihan yang intensif. Pembinaanya yang dapat diperoleh dari rangsangan
meliputi faktor fisik, teknik, taktik dan latihan hanya akan terjadi bila rangsangan
mental. tersebut mirip atau menyerupai gerakan-
Kondisi fisik adalah salah satu gerakan yang dilakukan dalam olahraga.
persyaratan yang sangat diperlukan dalam Kekutan otot lengan dapat
setiap usaha peningkatan prestasi seorang ditingkatkan dengan metode latihan.
atlet. Kondisi fisik merupakan satu Bermacam-macam bentuk latihan banyak
kesatuan yang utuh dari komponen- diterapkan untuk meningkatkan otot
komponen yang tidak dapat dipisahkan, lengan terutama dengan penerapan latihan
baik peningkatanya maupun push-up maka akan mampu meningkatkan
pemeliharaanya. Istilah latihan kondisi power dan kekuatan. Salah satu jenis
fisik mengacu pada suatu program latihan latihan yang dapat meningkatkan power
yang dilakukan secara sistematis, dan kekuatan otot lengan bisa dilakukan
berencana, dan progresif yang tujuannya dengan menggunakan push-up yang telah
untuk meningkatkan fungsional dari di variasi dengan latihan t push-up dan
seluruh sistem tubuh agar dengan crocodile push-up.
demikian prestasi semakin meningkat Program latihan t push-up
(Harsono, 2001 : 4) dancrocodile push-up belum dilatihkan

255
atau dilakukan di lingkungan sekolah untuk meningkatkan kemampuan atlet
SMP Negeri 3 Kediri. Atas dasar tersebut pada aktivitas yang dipilihnya.
penulis tertarik dan terdorong ingin Berdasarkan pendapat di atas,
melakukan penelitian terfokus kepada maka dapat diperoleh suatu kesimpulan
power dan kekuatan otot lengan dengan bahwa latihan adalah suatu proses yang
menggunakan latihan t push-up dan sistematis dari waktu ke waktu terjadi
crocodile push-up, peneliti ingin peningkatan beban latihan maupun kualitas
menganalisa apakah latihant push-up latihan sehingga pada waktunya atlet siap
dancrocodile push-up bisa meningkatakan untuk menghadapi kompetisi.
power dan kekuatan lengan. Selain itu METODE PENELITIAN
peneliti ingin membuktikan bahwa Jenis penelian ini adalah penelitian
program latihan ini dapat meningkatkan kuantitatif dengan menggunakan metode
power dan kekuatan otot lengan siswa eksperimen semu ( quasi experimental ).
ektrakulikuler di sekolah SMP Negeri 3 Rancangan penelitian ini menggunakan
Kediri. Matching-only design. Rancangan ini tidak
Dalam olahraga prestasi, untuk menggunakan random sebagai cara
mencapai prestasi puncak tidak diperoleh memasukkan subjek ke dalam atau dengan
dengan mudah ataupun singkat, namun yang lain berdasarkan variabel tertentu (
harus melalui proses yang panjang, serta Maksum, 2012:100).
diperlukan kerjasama antara pelatih yang Rancangan penelitian tersebut
berpengalaman, berpengetahuan ilmu digambarkan sebagai berikut:
keolahragaan dan benar-benar menekuni Treatm Post
Matching
bidang latihan. Oleh karena itu, pelatih ent test
dituntut agar memiliki pengalaman dan T
pengetahuan pada cabang olahraga yang X T
1 M
digelutinya. 1 21
1
Menurut Reilly (2005: 17), latihan T
merupakan bagian yang terpenting untuk X T
1 M
mempersiapkan kompetisi olahraga. 2 22
2
Dijelaskan lagi oleh Ambarukmi, dkk, T
(2007: 1), bahwa latihan olahraga pada T
1 M -
hakikatnya adalah proses sistematis untuk 23
3
menyempurnakan kualitas kerja atlet Gambar 3.1. Rancangan
berupa: kebugaran, keterampilan dan Penelitian (Maksum, 2012:100)
kapasitas energi serta menggunakan Keterangan:
pendekatan ilmiah. M : Matching
Latihan menurut Nala (1998: 1) T11 : Kelompok 1 pretest kekuatan dan
adalah suatu gerakan fisik atau aktivitas power otot lengan
mental yang dilakukan secara sistematis T12 : Kelompok 2 pretest kekuatan dan
dan berulang-ulang dan dalam waktu yang power otot lengan
lama dengan pembebanan meningkat T13 : Kelompok 3 pretest kekuatan dan
secara progresif dan individual yang power otot lengan
bertujuan untuk memperbaiki sistem serta T21 : Kelompok 1 posttest kekuatan
fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar dan power otot lengan
pada waktu melakukan aktivitas olahraga T22 : Kelompok 2 posttest kekuatan
dapat mencapai penampilan optimal. dan power otot lengan
Kemudian Thompson (1991: 5.1) T23 : Kelompok 3 posttest kekuatan
menambahkan bahwa, latihan adalah suatu dan power otot lengan
proses yang sistematis dengan tujuan X1 : Latihan T Push-up
X2 : Latihan Crocodile push-up

256
: Latihan push-up biasa 1. Sampel

Menurut pendapat Maksum Menurut Maksum ( 2012: 53)


(2009:30) mengemukakan bahwa variabel sampel adalah sebagian individu atau
adalah suatu konsep yang memiliki objek yang dijadikan wakil dalam
variabilitas atau keragaman yang menjadi penelitian, sedangkan menurut
fokus penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2010: 116) sampel
(Winarno, 2011: 25) Variabel dalam merupakan bagian dari jumlah dan
penelitian ini terdiri atas variabel karakteristik yang dimiliki oleh
indenpendent dan variabel dependent. populasi tersebut.
Variabel-variabel ini dapat dijelaskan a. Teknik penentuan jumlah sampel
sebagai berikut : Fraenkel dan Walllen 1993 (dalam
Maksum, 2012:62) mengemukakan
1. Variabel bebas (independent variable) dalam penentuan jumlah sampel yaitu
adalah variabel yang diduga sebagai tidak ada ukuran yang pasti berapa
sebab munculnya variabel-variabel jumlah sampel yang representative itu.
terikat (Winarno, 2011:27). Sedangkan Tetapi Fraenkel dan Wallen
Sugiyono (2010:59) mendefinisikan merekomendasikan sejumlah petunjuk
variabel bebas merupakan variabel dibawah ini
yang mempengaruhi atau yang menjadi Maksum (2012:63) mengatakan
sebab perubahannya atau timbulnya alasan mengapa para ahli umumnya
variabel dependent (terikat). Dalam merekomendasikan angka 30 sebagai
penelitian ini adalah variabel bebas jumlah minimal sampel, kerena jumlah
atau independent variable antara lain 30 secara statistik sudah merupakan
latihan t push-up dan crocodile push- sampel besar, dan ketika 30 sampel
up. diambil secara random, maka data akan
2. Variabel terikat (dependent cenderung berdistribusi normal.
variable) adalah variabel respon atau Dari pendapat di atas dapat
output (Winarno, 2011:27). Sedangkan dijadikan suatu acuan untuk
Sugiyono (2010:59) mendefinisikan menentukan jumlah sampel yang akan
variabel terikat merupakan variabel diteliti yaitu peneliti mengambil
yang mempengaruhi atau yang menjadi keselurahan jumlah populasi yang
akibat, karena adanya variabel bebas. dijadikan sampel penelitian berjumalah
Variabel dependent dalam penelitian 45 siswa ekstrakulikuler SMP Negeri 3
ini adalah power dan kekuatan otot Kediri yang berjenis laki-laki.
lengan.
b. Teknik Pengambilan/Pemilihan
Menurut Sugiono, (2011:80) Sampel
populasi adalah wilayah generalisasi yang Penelitian ini menggunakan teknik
terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai pengambilan populasi simple random
kualitas dan karakteristik tertentu yang sampling. Simple random sampling
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari merupakan teknik sampling yang
dan kemudian ditarik kesimpulannya. memberikan peluang yang sama bagi
Menurut Maksum (2012:53) populasi individu yang menjadi anggota
adalah keseluruhan individu atau objek populasi untuk dipilih menjadi anggota
yang dimaksud untuk diteliti, yang sampel (Maksum,2012:55).
nantinya akan dikenai generalisasi. Dalam
kaitanya dengan penelitian ini populasi Teknik random dilakukan dengan
yang dimaksud adalah siswa cara membuat undian. Dalam
ekstrakulikuler sebanyak 45 orang pada penelitian ini sampel memilih sendiri
SMP Negeri 3 Kediri.

257
undian yang telah dituliskan nama apabila nilai statistik levene lebih besar
setiap subjek yang berjumlah 33 orang dari 0,05 maka data memiliki varian
yang akan menjadi sampel dalam yang homogen.
penelitian ini. c. Uji Hipotesis
c. Teknik Pengelompokan Sampel 1) Sesuai dengan hipotesis dan jenis
Teknik pengelompokan sampel penelitian yang digunakan dalam
penelitian dilakukan secara ordinal penelitian ini, maka analisis statistik
pairing. Ordinal pairing merupakan yang digunakan untuk mengetahui dan
salah satu cara pengelompokan sampel mengkaji perbandingan latihan t push-
dengan menggunakan sistem up dan crocodile push-up terhadap
perengkingan, kemudian penempatan kekuatan dan power otot lengan pada
sampel pada masing-masing kelompok siswa SMP Negeri 3 Kediri adalah uji-t
mengikuti pola paired sample test, keputusan
penolakan hipotesis pada = 0,05.
Deskripsi data ini membahas 2) Untuk hipotesis satu sampai empat
tentang rata-rata, simpangan baku, varian, yang membandingkan dua sampel dan
nilai maximum dan minimum, serta untuk hipotesis lima dan enam
presentase peningkatan hasil tes kekuatan menggunakan Analisis of Varians
dan power otot lengan dari kedua jenis (Anova) dengan taraf signifikan 5%
latihan yang diberikan pada masing- karena membandingkan lebih dari dua
masing kelompok. Kemudian hasil tes sampel. Dengan menggunakan SPSS
tersebut akan dicatat dan dihitung 17.0
berdasarkan kelompok dan jenis latihan 3) Untuk mengetahui perbedaan pengaruh
yang diterapkan. Deskripsi data perlakuan terhadap peningkatan
menggunakan bantuan program komputer kemampuan power dan kekuatan otot
SPSS ( Statistical Product and Service lengan sebelum dan setelah perlakuan
Solution) 17.0. antar kelompok digunakan statistik
One Way Anova atau analisis varian
1. Uji Prasyarat Data satu jalur.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
memastikan bahwa data yang diperoleh Dalam deskripsi hasil penelitian ini
berdistribusi simetris atau normal. membahas tentang rerata dan standar
Untuk menguji normalitas deviai yang diperoleh dari hasil tes yang
menggunakan dengan metode dilakukan pada masing- masing kelompok.
Kolomogrov Smirnov (Maksum, Hasil tes tersebut akan dihitung dan
2012:161). Untuk menentukan normal dicatat berdasarkan kelompok dan jenis
tidaknya distribusi data adalah latihan yang dilaksanakan. Dan akan
membandingkan taraf signifikan dianalisis hasil perlakuan dari ke 3
perhitungan data dengan taraf 5%. Jika kelompok yaitu kelompok 1 t push-up,
taraf signifikan dalam uji statistik lebih kelompok 2 crocodile push-updan
besar dari 0,05 maka dinyatakan kelompok kontrol.
berdistribusi normal. Hasil analisis dengan menggunakan
b. Uji Homogenitas perhitungan program SPSS versi 17.0,
Uji homogenitas bertujuan untuk selanjutnya deskripsi data dari hasil
memastikan bahwa varian dari setiap penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut
kelompok sama atau sejenis, sehingga :
perbandingan dapat dilakukan secara Deskripsi Data Kelompok I ( T Push-up
adil (Maksum, 2012:162). Dalam )
penelitian ini digunakan levenes test.

258
Hasil tes power otot lengan dan standar deviasi dari masing- masing
kekuatan otot lengan sebelum dan sesudah variabel terikat yaitu kekuatan dan
diberikan latihan t push-up pada 11 orang power otot lengan. Perolehan data dari
siswa ekstrakulikuler SMP Negeri 3 hasil penelitian kelompok eksperimen
Kediri adalah sebagai berikut : II dari variabel terikat kekuatan dan
Berdasarkan hasil pengukuran power otot lengan dapat terlihat pada
dalam tabel 4.1 di atas pada kelompok I pada kelompok eksperimen II dapat
dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan terlihat bahwa adanya peningkatan nilai
nilai rerata antara pretest dan posttest pada rerata antara pretest dan posttest pada
variabel dependent( power dan variabel dependent ( kekuatan dan power
kekuatanotot lengan ). Hal ini terbukti dari otot lengan). Ini terbukti dari nilai rerata
nilai rerata posttest lebih besar dari nilai posttest yang lebih besar dari nilai rerata
terata pretest. Jelas terlihat bahwa nilai pretest. Dimana terlihat bahwa nilai rerata
rerata untuk peningkatan power otot untuk peningkatan kekuatan otot lengan
lengan dari hasil pengukuran posttest dari hasil pengukuran posttest (27,5455
(4155,5685 Joule) , terlihat lebih tinggi Joule), dan ini terlihat lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil pengukuran dibandingkan dengan hasil pengukuran
pretest sebesar (2964,1618 Joule), hal ini pretest sebesar (22,1818 Joule), hal ini
terjadi pada peningkatan presentase terjadi pada peningkatan persentase
variabel power otot lengan dari pretest ke variabel kekuatan otot lengan dari pretast
posttest sebesar 41,24. Sehingga jelas ke posttest sebesar 24,18. Sehingga selisih
terlihat selisih dari rerata tersebut dari rerata tesebut menunjukkan
menunjukkan peningkatan setelah peningkatan setelah diberikan latihan
diberikan latihan selama 8 minggu dan selama 8 minggu dan dengan frekuensi 3
dengan frekuensi 3 kali seminggu. kali seminggu.
Demikian juga terlihat perolehan Demikian juga terlihat dari
data variabel kekuatan otot lengan yang perolehan data variabel power otot lengan
menunjukkan terdapat peningkatan pada yang menunjukkan terdapat peningkatan
kekuatan otot lengan yang signifikan power otot lengan setelah diberi perlakuan
setelah diberikan treatment selama 8 selama 8 minggu. Dapat dilihat rerata
minggu.Dapat dilihat rerata untuk untuk peningkatan power otot lengan dari
peningkatan kekuatan otot lengan dari hasil pengukuran posttest (3714,061
hasil pengukuran posttest (27,272727 Joule), terlihat lebih tinggi dibanding
Joule), dan ini terlihat lebih tinggi dengan hasil dari pengukuran pretest
dibandingkan dengan hasil pengukuran sebesar (2858,8591 Joule). Terjadi
pretest sebesar (22,0909 Joule). dan terjadi peningkatan persentase variabel power otot
peningkatan persentase variabel power otot lengan dari pretest ke posttest sebesar
lengan dari pretest ke posttest sebesar 29,91. Dari hasil tersebut di atas, maka
23,46. Berdasarkan hasil di atas dapat dapat diambil kesimpulan bahwa dalam
diambil sebuah kesimpulan bahwa dalam memberikan sebuah treatment pada
pemberian treatment selama 8 minggu kelompok eksperimen II seperti yang
pada kelompok I seperti yang sudah sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa dapat
dijelaskan sebelumnya, dapat meningkatkan kekuatan dan power otot
meningkatkan kekuatan dan power otot lengan.
lengan.
1. Deskripsi Data Kelompok II (
Crocodille Push-up)
Deskripsi data pada kelompok
eksperimen II memberikan gambaran
tentang pretest, posttest, rerata dan

259
2. Deskripsi Data Kelompok III ( pertama, mengapa terdapat pengaruh
Kontrol) latihan t push-up terhadap kekuatan otot
lengan dan power otot lengan. Selanjutnya
Proses pengumpulan data dari yang kedua, mengapa terdapat pengaruh
kelompok kontrol sama dengan yang latihan crocodille push-up terhadap
dilakukan pada kelompok sebelumnya. kekuatan otot lengan dan power otot
Sehingga deskripsi data pada kelompok lengan. Lalu yang ketiga, mengapa
kontrol juga memberikan gambaran terdapat perbedaan pengaruh antara latihan
tentang pretest, posttest, rerata dan standar t push-up dan crocodille push-up terhadap
deviasi dari masing-masing variabel terikat kekuatan otot lengan dan power otot
yaitu kekuatan otot lengan dan power otot lengan.
lengan. Sesuai dengan rumusan masalah dan
tujuan penelitian tentang seberapa besar
Mengingat bahwa kelompok kontrol pengaruh latihan t push-up dan crocodille
hanya bertujuan sebagai pengontrol pada push-up terhadap kekuatan otot lengan dan
kedua kelompok eksperimen, maka power otot lengan pada siswa putra SMP
peningkatan variabel terikat benar-benar Negeri 3 Kediri, dimana dari hasil yang
disebabkan oleh karena adanya bentuk didapatkan bahwa latihan t push-up
perlakuan yang diberikan pada kedua ternyata mempunyai pengaruh yang lebih
kelompok eksperimen. Sehingga jika signifikan dari pada latihan crocodille
dilihat dari tabel di atas maka peningkatan push-up terhadap kekuatan otot lengan dan
dari kedua variabel relatif kecil. power otot lengan. Selanjutnya akan
Perolehan data kekuatan otot lengan dibahas dan diuraikan secara lengkap
yang diperoleh dari gambar di atas adalah tentang hasil yang sudah diperoleh pada
hasil tes push-up. Kelompok kontrol ini berikut ini :
menunjukkan adanya peningkatan Latihan Kelompok Eksperimen I (T
kekuatan otot lengan. Ini dapat dilihat dari Push-Up)
rerata posttest sebesar(28,6363Joule) yang Latihan t push-up memiliki pengaruh
lebih besar dari rerata pretest sebesar yang signifikan terhadap kekuatan otot
(22,6364 Joule) hal ini terjadi pada lengan dan power otot lengan dikarenakan
peningkatan persentase variabel kekuatan lengan senantiasa melakukan kontraksi
otot lengan dari pretest ke posttest sebesar terus menerus saat melakukan latihan
22,51. Hal ini terbukti dari rerata posttest tersebut. Dengan demikian otot lengan
sebesar (3913,757 Joule) yang lebih besar dituntut untuk bekerja terus menerus
dari rerata pretest sebesar (3830,915 Joule) karena dalam melakukan latihan harus
menunjukkan peningkatan power otot berkelanjutan. Dengan adanya kontraksi
lengan. Hal ini terjadi pada peningkatan yang terus menerus serta bertambahnya
persentase variabel power otot lengan dari beban setiap 2 minggu sekali sehingga
pretest ke posttest sebesar 20,25. Dengan 64
membuat kekuatan otot lengan dan power
demikian kelompok kontrol juga otot lengan meningkat. Selain itu dalam
memberikan dampak pada kekuatan otot program latihan t push-up pada penelitian
lengan dan power otot lengan, walaupun ini menggunakan beban diri sendiri
peningkatannya relatif kecil jika sehingga kemampuan dalam melakukan
dibandingkan dengan kedua kelompok gerakan dapat dilakukan dengan maksimal,
eksperimen sebelumnya. hal ini merupakan hal yang sejalan dengan
DISKUSI HASIL PENELITIAN hakikat kekuatan. Kekuatan pada
Pada bab ini akan dibahas tentang hakikatnya merupakan tenaga pada
hal-hal yang ditemukan pada setelah manusia dan kekuatan itu sendiri
melakukan pengumpulan dan analisis data membantu serta mendukung pelaksanaan
lapangan. Selanjutnya akan dibahas yang suatu pekerjaan atau tugas. Menurut

260
Setiawan, 2005 (dalam Setyawan, 2010: dapat berpengaruh pada siswa putra SMP
16), mengatakan bahwa kemampuan otot Negeri 3 Kediri.
untuk melakukan kontraksi guna
membangkitkan tegangan terhadap suatu
tahanan. Oleh karena itulah terdapat Perbandingan Latihan T Push-Up dan
pengaruh yang signifikan latihan t push-up Crocodille Push-up
terhadap kekuatan otot lengan dan power Terdapat perbedaan pengaruh
otot lengan. kekuatan otot lengan dan power otot
Hasil tersebut memberikan bukti lengan dimana latihan t push-up lebih baik
nyata bahwa t push-up merupakan salah dibandingkan dengan crocodile push-up.
satu bentuk latihan dengan fokus Hal ini terjadi karena pada latihan t push-
peningkatan kekuatan otot lengan dan up kontraksi otot-otot pada lengan
power otot lengan ternyata dapat meningkat 2 kali dibandingkan dengan
berpengaruh lebih besar pada siswa putra kontraksi otot pada latihan crocodile Push-
SMP Negeri 3 Kediri. up. Apabila melihat pada dasar
Latihan Kelompok II ( Crocodille Push- poweryaitu hasil kali kecepatan dan
up ) kekuatan (Bucher, 2009:260). Dasar teori
Latihan crocodille push-up memiliki tersebut diketahui dengan sangat jelas
pengaruh yang signifikan terhadap bahwa besarnya kekuatan berbanding lurus
kekuatan otot lengan dan power otot dengan besarnya power, artinya apabila
lengan dikarenakan lengan senantiasa kekuatan bertambah maka power juga
melakukan kontraksi terus menerus saat bertambah besar.
melakukan latihan tersebut. Dengan Dengan demikian, pada saat
demikian otot lengan dituntut untuk melakukan gerakan maka kerja otot lengan
bekerja terus menerus karena dalam juga akan lebih berat sehingga beban kerja
melakukan latihan ini harus berkelanjutan. otot lengan pada latihan t push-up lebih
Dengan adanya kontraksi yang terus berat dibandingkan dengan latihan
menerus serta bertambahnya beban setiap crocodile push-up. Dampaknya yaitu stres
2 minggu sekali sehingga membuat otot lengan lebih mengalami peningkatan 2
kekuatan otot lengan dan power otot kali pada latihan t push-up, dengan
lengan meningkat. Selain itu dalam demikian latihan t push-up lebih berat
program latihan crocodille push-up pada dalam memberikan beban pada otot
penelitian ini menggunakan instrumen lengan. Oleh karena itu peningkatan
yang ringan sehingga kemampuan dalam kekuatan otot lengan dan power otot
melakukan gerakan dapat dilakukan lengan antara latihan t push-up dan
dengan maksimal, hal ini merupakan hal crocodile push-up berbeda dimana otot
yang sejalan dengan prinsip power. lengan pada kelompok t push-up lebih
Menurut Chu (2001: 95), latihan mengalami peningkatan 2 kali.
meningkatkan power harus melakukan Dari hasil pemberian latihan bahwa
pengulangan gerakan dengan latihan t push-up memberikan hasil yang
menggunakan beban yang ringan. Oleh lebih baik dibandingkan dengan pemberian
karena itu terdapat pengaruh yang latihan crocodile push-up terhadap
signifikan latihan crocodile push-up kekuatan otot lengan dan power otot
terhadap kekuatan otot lengan dan power lengan pada siswa putra SMP Negeri 3
otot lengan. Kediri. Hal ini dapat dilihat dari proses
Hasil tersebut memberikan bukti latihan t push-up dilakukan dengan proses
nyata bahwa crocodille push-up menahan beban diri sendiri dengan
merupakan salah satu bentuk latihan menggunakan satu lengan bergantian
dengan fokus peningkatan kekuatan otot sedangkan pada gerakan crocodille Push-
lengan dan power otot lengan ternyata up beban diri sendiri terasa lebih ringan

261
dikarenakan menggunakan dua lengan memberikan pengaruh lebih baik dari
untuk menahan beban dan gerakan yang latihan crocodile push-up dan
dilakukan tidak begitu sulit. Dari hasil uji kelompok kontrol terhadap
signifikan menggunakan post hoc test peningkatan kekuatan otot lengan.
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan 38. Terdapat perbedaan pengaruh antara
pengaruh yang signifikan dari hasil latihan t push-up dan latihan crocodile
pemberian latihan t push-up dan crocodile push-up terhadap power otot lengan.
push-up terhadap kekuatan otot lengan dan Sehingga latihan t push-up
power otot lengan pada siswa putra SMP memberikan pengaruh lebih baik dari
Negeri 3 Kediri. Hal ini sejalan dengan latihan crocodile push-up dan
yang dikatakan oleh Johnson (2012:4) kelompok kontrol terhadap
latihan plyometric adalah suatu jenis peningkatan power otot lengan.
latihan yang digunakan untuk
meningkatkan kekuatan dan daya ledak. DAFTAR PUSTAKA
Dan juga dari hasil penelitian yang Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian.
dilakukan oleh Miller dkk, (2006: 459- Jakarta: PT. Renika Cipta.
465), dalam jurnalnya telah menunjukkan Asdep PTPK, Kemenegpora. 2007.
bahwa dengan sebuah pelatihan Pelatihan Pelatih Fisik Level 1.
dikhususkan untuk meningkatkan power, Jakarta: Rineka Cipta
Dengan demikian disimpulkan bahwa Bolton, B. 2006. Ladder and Functional
latihan push-up merupakan latihan yang Block Programing. Jurnal of Sports
efektif untuk meningkatkan kekuatan dan Science and Medicine: Chapter 11
power otot lengan, sehingga dapat Bompa, and Haff,G, 2009. Theory and
dijadikan sebagai suatu acuan pada Methodology of Training. Iunited
latihan-latihan untuk meningkatkan States: Human Kinetics.
kekuatan dan power otot lengan pada Bompa, T. O. 1999. Periodezation Theory
cabang-cabang olahraga yang and Methodology of Training.
menggunakan kekuatan dan power otot Illions: Kendal Hunt Pubhlishing
lengan terutama latihan t push-up. Company.
Simpulan Bucher, Charles A. And Wuest, Deborah
Berdasarkan hasil penelitian dan A. 2009. Physical Education,
pembahasan yang diuraikan pada bab-bab Exercise Science, and Sport. New
sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa York: Mc Graw Hill.
kesimpulan penelitian sebagai berikut : Calatayud, J., Borreani, S., Behni, D.,
33. Terdapat pengaruh yang signifikan Andersen, L. 2014. Muscle
program latihan t push-up terhadap Activation During Push-Ups With
kekuatan otot lengan Different Suspension Training
34. Terdapat pengaruh yang signifikan Systems. Jurnal of Sports Science
program latihan t push-up terhadap and Medicine. 13, 502-510
power otot lengan Chu, D. A. 2001. Eksplosive Power. In
35. Terdapat pengaruh yang signifikan Foran, Bill (Ed). High-
program latihan crocodile push-up Performance Sport Conditioning:
terhadap kekuatan otot lengan Modern Training for Ultimate
36. Terdapat pengaruh yang signifikan athletic development, 83-96. USA:
program latihan crocodile push-up Human Kinetics.
terhadap power otot lengan Delavier, F. 2005. Strength Training
37. Terdapat perbedaan pengaruh antara Anatomi. United States: Human
latihan t push-up dan latihan crocodile Kinetics.
push-up terhadap kekuatan otot lengan. Downey, J. 2008. Get Fit For Badminton
Sehingga latihan t push-up A Practikal Guide to Training for

262
Player and Coaches. Pelham Maksum, Ali.2012. Metodologi
Books Ltd. London. Pendidikan. Surabaya: Unesa
Harsono. 1988. Coaching dan Aspek- University Press.
Aspek Psikology dalam Coaching. Miller, M.G., Herniman, J.J. Richard, M.
Jakarta: Pusat Ilmu Olahraga. D., Cheatman, C.C., and Michael,
Harsono. 2001. Latihan Kondisi Fisik. T.J. 2006. The Effects Of A 6-
Bandung: November. Week Plyometric Training Program
http://www.google.com/search?q=ladder+ On Agility. Journal of Sport
drill+lateral+for+hands diunduh Science and Medicine. 5, pp.459-
tanggal 15 oktober 2014 465. http//www.jssm.org.
https://www.google.com/search?q=gambar Nala, N.1998. Prinsip Pelatihan Fisik
+push-up diunduh tanggal 15 Olahraga. Denpasar: Universitas
oktober 2014. Udayana.
Izquierdo, K. Hakkinen,J. Ibanez, M. Pasurney, P. J. And Sidik, D. Z.2007.
Garrues, A. Anton, A. Zuniga, J. L. Materi Penataran Pelatihan Fisik
Larrion. Training on Muscle Power Tingkat Provinsi se- Indonesia.
and Serum Hormones In Middle Bandung: FPOK UPI
Aged and Older Men. J. Appl Redcliffe, J. C., and Farentinos, R. C.
Physial 90 :1497-1507, 2001. 1999. High Powered Plyometric.
James. C.Radcliffe,Robert 70C United States of America: Human
Farentinos.1994. Explosive Power Kinetics Publisher Inc.
Training Human Kinetiks Roesdiyanto,dkk.20108. Dasar- Dasar
Publisher.Inch. Kepelatihan Olahraga. Malang.
Jonhson, B.A. 2012. Evaluation of The Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan
Optimum Duration And Kondisi Fisik dalam Olahraga.
Effectiveness Of A Plyometric Semarang: Dahara Prize.
Training Training Program For Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik
Improving The Motor Abilities Of dalam Olahraga. Jakarta:
Youth With Cereral Palsy. All Depdikbud Dirjen PTPLPTP.
Graduate Theses And Desertations Setyawan, M. 2010. Pengaruh Pelatihan
Kusnanik,N. W.,Nasution,J.,dan Leg Press dan Leg Extension
Hartono,S. 2011.Dasar-Dasar Terhadap Keberhasilan Servis Atas
Fisiologi Olahraga.Unesa: Unesa dalam Permainan Sepak
University Press. Takraw.Tesis. Surabaya: PPS
Lutan, R., Supardi, Giriwijoyo, Y., Ichsan, UNESA
M., Harsono, Setiawan,I., Nadisah, Soemardiawan. 2012. Tesis: Pengaruh
Hidayat,I., Nurhasan, Pelatihan Reverse Curl dan
Wiramihardja,K. 1998. Seri Barbell Curl Terhadap
Bahan Kuliah Olahraga di ITB: Peningkatan Power Lengan
Manusia dan Olahraga. Bandung. Pemain Bulutangkis. Universitas
Bandung :ITB dan FPOK/ IKIP Negeri Surabaya.
Bandung. Souza, E. D., Lowery, R. P., Aihara, A. Y.,
Mackenzie, B.1996. Weinght Training Wilson. J. 2014. Early Adaptations
.United To Six Weeks of Non-Periodized
Kingdom.http://www.brianmac.co. and Periodized Strength Training
uk/weight.htm diunduh tanggal 17 Regimens in Rexreational Males.
oktober 2014 Journal of Sports Science and
Maksum, Ali. 2009. Metodologi Penelitian Medicine.
dalam Olahraga. Surabaya. Sugiono. 2010. Statistika untuk
Pendidikan. Bandung :Alvabeta.

263
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Wiyogo, W.D & Sulistyorini.1991.
Kuantitatif dan Kualitatif dan R & Pengetahuan Kesegaran Jasmani.
D. Bandung: Alvabeta. Malang:IKIP.
Sukadiyanto. 2011. Pengantar Teori dan www.ballmedicine.com diunduh tanggal
Metodologi Melatih Fisik. 17 oktober 2014.
Yogyakarta: CV. Lubuk Agung. Young, W.B., M.H. Mcdowel., and
Suparto, A. 2014. Pengaruh Latihan Scarlett. 2001. Speciticity of Sprint
Rubber dan Burble Terhadap and Agility Training Methods. J.
Kekuatan dan Power Otot Lengan Strength Cond. Res. 15: 315-319.
pada Pemain Bola Voli.
Universitas Negeri Surabaya.

264
KEMAMPUANSHOOTING SEPAKBOLA DITINJAU DARIPOWER OTOT
TUNGKAI,KOORDINASIMATA-KAKIDAN KESEIMBANGANDINAMIS
PADASISWA SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) GARUDA
USIA 15-17 TAHUNKECAMATAN PATIANROWOTAHUN2016.
Oleh :
M. Anis Zawawi, M.Or
Dosen UNP Kediri
Abstrak
Tujuan penelitianiniadalah untuk (1) mengetahui hubungan antara power otot
tungkai dengan kemampuan shooting sepakbolasiswa pada SekolahSepakbola Garuda usia
15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016 (2) mengetahui hubungan antara koordinasi
mata kaki dengan kemampuan shooting sepakbolapada siswaSekolahSepakbolaGarudausia
15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016 (3) mengetahui hubungan antara
keseimbangan dinamis dengan kemampuan shooting sepakbola pada siswa Sekolah
Sepakbola Garudausia 15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016(4) mengetahui
hubungan antara power otot tungkai, koordinasi mata kakidan keseimbangan dinamis dengan
kemampuan shooting sepakbola pada siswa Sekolah Sepakbola Garudausia15-17 tahun
Kecamatan Patianrowo Tahun 2016.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional. Subyek
penelitian ini adalah Seluruh siswa Sekolah Sepakbola Garudausia15-17 tahun Kecamatan
Patianrowo Tahun 2016,jumlah 30siswa.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik tes. Untuk tes powerotot tungkai dengantesverticaljump,untukteskoordinasimata
kakidengan Soccer Wall Volley Test, tes keseimbangan dinamis dengan ModifikasiBass Tes
dan tes menembak bola kegawang (shooting). Hasil dari tes dan pengukuran tersebut
kemudian dianalisis dengan teknik statistic productmoment dan analisisregresi tiga
prediktorpada taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada hubungan
yang signifikan antara power otot tungkai dengan kemampuan shooting sepakbola pada siswa
Sekolah Sepakbola (SSB) Garudausia15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016,(Nilai
rhitung = 0,407 > rtabel 5% = 0,361) . (2) Ada hubungan yang signifikan antara koordinasi mata
kaki dengan kemampuan shooting sepak bola pada siswa Sekolah Sepakbola(SSB)
Garudausia15-17 tahun Kecamatan Patianrowo Tahun 2016,(Nilai rhitung= 0,404> rtabel5%=
0,361).(3) Ada hubungan yang signifikan antara keseimbangan dinamis dengan
kemampuan shooting sepak bola pada siswa Sekolah Sepakbola (SSB) Garuda usia15-17
tahun Kecamatan Patianrowo 2010/2011( Nilairhitung=0,385> rtabel5%=0,361).(4)
Adahubunganyang signifikanantarapowerotottungkai,koordinasimatakakidan keseimbangan
dinamis denganKemampuanShootingSepakbolapadasiswa Sekolah
Sepakbola(SSB)Garudausia15-17tahunKecamatan Patianrowo Tahun 2016. (Fhitung3,05>
Ftabel2,98).

265
PENDAHULUAN pembebanan terhadapfungsi organ-
Permainansepakboladikecamatan organ tubuh, dan bertujuan
Patianrowo daritahunke meningkatkan
tahunmengalami dayafisik,yaitumeningkatkan
perkembanganyangcukuppesat.Halinidit kekuatan,ketahanan,kelincahan,fleksibil
andaidenganadanya klub-klub itasdan sebagainya.Kondisifisik adalah
sepakboladisetiapdesa,adanyasekolah- suatu kesatuanutuhdari komponen-
sekolahsepakbola seperti:Indonesia komponen yang tidakdapatdipisah-
Muda (IM) Tanjung AnomdanSekolah pisahkanbegitusaja,
sepakbolaSanjayaKertosono.Hallainyan untukmeningkatkankondisifisik maka
g seluruhkomponenharusdikembangkan,w
menandaiperkembanganpermainansepak alaupundisana-sinidilakukan dengan
bolayaituadanyaturnamen- sistem prioritassesuai
turnamensepakbolayang sering keadaanatausetatustiap-tiap
bermunculanditingkatdesamaupunditing komponenitu dan
kat Kecamatan. untukkeperluanapakeadaanataustatusyan
Perkembanganpermainansepakb g dibutuhkantersebut.Hal iniakan
ola diwilayahKecamatan Patianrowo menjadijelasbila kita sampaipada
tidak lepasdariadanya pelatihan- masalah
pelatihanyangadadiklub- statuskondisifisik.MenurutSuharno
klubsepakbolaatau sekolah-sekolah HP.(1983:2)menjelaskanbahwa,kondisi
sepakbola.Sekolah fisikyang meliputikekuatan,daya tahan,
sepakbolaGarudaPatianrowo kecepatan, kelincahan, kelenturan,
merupakansalahsatuwadahyang keseimbangan, koordinasi, ketepatan,
melakukan pembinaan pemain-pemain dayaledak, reaksidanstamina
sepakbola yang ada merupakanfaktor
diwilayahKecamatanPatianrowo penentupencapaianatlet berbakat.
dansekitarnya.Sekolah sepakbola Berdasakan pendapat tersebut di
GarudaPatianrowo atas maka dapat dijelaskan bahwa,
dalampelaksanaanpelatihannyadilakuka unsur-unsurtersebut merupakan
n secara teraturdan terprogram. Sekolah pendukungdalam mencapai prestasi
sepakbola GarudaPatianrowo olahraga
dalamperkembangannyamengalamipeni tertentu,termasukdalamshooting.Dengan
ngkatanyang pesat,haliniditandai dengan kemampuanfisikyang baik,maka
adanyapemain-pemain sepakbolayang dalampenguasaanteknikshootingakanleb
cukup dikenal diwilayah Kecamatan ihmudahdanberhasildenganbaik.
Patianrowoyang berasal dari sekolah Shootingmerupakan bagian
sepakbola GarudaPatianrowo. dalam permainan
Untukmeningkatkankualitasdaya sepakbola.Shootingpada
fisikyangdiperlukanadalah latihan permainansepakbolamerupakanfungsida
fisik,latihanfisikadalahbentuklatihanyan rimenendang bola.MenurutArma
g diaturberdasarkan prinsip-prinsip Abdoellah(1981:421)menjelaskanbahwa

266
,menurutfungsinya tendangan- dikerahkandalam waktuyangsesingkat-
tendanganituuntuk:memberikan(passing singkatnya.Adapunyang
)bola,menembakkan(shooting)bola dimaksuddayaledakdalampenelitianinia
kegawang, membersihkan (clearing), dalah
tendangan-tendangankhusus. kemampuanuntukmenggunakantenaga
Menembakkanbolakegawang maksimaldalamwakturelatifsingkat
(Shooting)merupakansalahsatuketeramp bagian kakipada saat menendang bola.
ilan individudalam permainan Peranan powerotot tungkai dengan
sepakboladengantujuan gerakanshootingadalahsangatpenting,kar
memasukkanbola kegawang lawan enadenganpower otottungkaiyang
untuk memenangkan baikmakahasiltendanganakanlebihcepat
pertandingan.Shootingmerupakan salah danlebihsulitdiantisipasiolehpenjagagaw
satu komponen penting dalam ang.
sepakbola yang harus dilatihkan dengan Berdasarkangerakanyangada
harapan padashootingdisamping membutuhkan
kualitaspermainanindividudantimuntuk powerotottungkaiyangbaik,dibutuhkanp
menciptakanpeluang dankesempatan ulakoordinasiyang baik.Untukbisa
menciptakangollebihbesar.Untukbisame menendang bolake
lakukanshootingharus tahuteknik sasaranyangdiinginkanmakadibutuhkan
menendangbola koordinasimata
denganbenar,yangdidukungdengankondi sebagaiindrapenglihatdankakiyang
sifisikyangbaik. berfungsiuntukuntukmelakukangerakan
Berkaitan menendang
dengankondisifisikyang bola.Dengankoordinasimatadankakiyan
berhubungandenganshooting,maka gbaikmakahasilshooting diharapkanakan
dapatdianalisamelaluigerakanshootingit baik pula.
usendiriyang merupakanfungsidari Dalampraktiknyagerakanshootin
menendang bola. gjuga membutuhkan keseimbangan
MenurutSoekatamsi(1982:24- yang
25)prinsip-prinsipmenendang baik,dalamgerakanshootingkeseimbanga
bolaterdiridari:kakitumpu,kakiyang nakanberfungsipadagerakan menumpu
menendang,bagianbolayang ditendang, yang dilanjutkan dengan gerak lanjutan
sikapbadandanpandanganmata.Berdasa setelah menendang bola.
rkanprinsip-prinsipmenendang bola Dengankeseimbanganyang
tersebut makadapat dijelaskanpula baikmakagerakanmenumpudangerakanl
tentangkondisi fisikyangdibutuhkan. anjutan tersebut akan mudah untuk
Power dilakukan dan teknik gerak shooting
otottungkaimerupakanperpaduanantarak secara keseluruhanakan lebih indah
ekuatandankecepatan.Daya dipandangmata.
ledakataupoweradalah kemampuan Kemampuanfisikyang berkaitan
seseoranguntukmelakukankekuatan dengan kemampuanshooting, proses
maksimum,dengan usahanyayang penelitiannyadilakukandiSekolah

267
Sepabola(SSB) Garuda Kecamatan berusahauntukmenjagagawang
Patianrowo.Sebagaimana telah sendiriagartidakkemasukanbola.
dijelaskan di atas bahwa pada Suatutim
kenyataannyaadabeberapasiswayangke sepakboladikatakanmenang,jika dapat
mampuanshootingbelumsesuai dengan memasukkan bola palingbanyak
yangdiharapkan,tetapiadajugayang kegawanglawan dan apabila jumlah
kemampuanshootingnyacukupbaik. memasukkan bola
Kualitasshootingyangrendah,apakahkare kegawangsamadinyatakan draw atau
na kemampuannya shootingnnya seri.
rendahataudisebabkanolehfaktor PengertianPower OtotTungkai
lain.Demikianjuga dengansiswayang
mempunyaikamampuanshootingnya Power atau daya
cukupbaikapakahkarena kemampuan ledakdisebutjuga
fisiknyajugabaik.Inilahpermasalahanyan sebagaikekuatanekplosifpyke&Watson,
gmenarik untuk diteliti. 1978yangdikutipIsmaryatidkk.,(2006:59
Berdasarkanlatarbelakang ).Dayaledakatau sering di sebut dengan
masalahtersebutdiatasmaka judulyang istilahMuscular
diambildalampenelitianiniadalah,Kema Poweradalahkemampuan seseorang
mpuanshootingsepakboladitinjau untuk memepergunakan kekuatan
daripower otottungkai,koordinasimata maksimalyangdigunakan dalam
kaki dankeseimbangandinamispada waktuyang sesingkat-
siswa Sekolah SepabolaGarudausia15- singkatnya.Dalamkata lainbahwa
17tahunKecamatanPatianrowo Tahun dayaledak(power) samadengan
2016. kekuatan(force)kalikecepatan(velocity)
PEMBAHASAN .Bisadiambilsuatucontohtentang
Pengertian Shooting Sepakbola dayaledakdalamcabangpermainansepak
Sepakbolamerupakanpermainan bolamisalnya dalammenendangbola,
beregu,masing-masing timterdiridari dan melemparbola.
sebelas pemaindan salah Dayaledakototmerupakankomp
satupemainsebagaipenjagagawang.Umu onenfisikyang sangatpenting untuk
mnya melakukansuatuaktifitas
permainaninihampirseluruhnyamenggun gerakdalamsetiapcabangolahraga.Daya
akankakidisamping itupuladapat ledakotot akanmenentukan seberapa
menggunakan kepala,dadadan kerasseseorang
pahasedangkan untuk penjaga memikul,seberapajauhseseorang
gawangdapat menggunakan tangan guna melompat, seberapa cepat lari dan
menangkap bola di daerah yang telah sebagainya.A.
ditentukan, HamidsyahNoer(1996:140)
tujuandaripermainansepakbolayang menyebutkan,"Explosive Power
paling penting adalahmemasukkanbola adalahmerupakankemampuanototatau
sebanyak-banyaknyakegawang segerombolan
lawandan ototuntukmelawanbebanatautahananden

268
gankecepatantinggi Untuk meningkatkankemampuan
dalamsatugerakan.Menurut Suharno dayaledak diperlukan peningkatan
HP.(1983:33) menyebutkan dayaledak kekuatandankecepatansecarabersama-
adalah,"Kemampuan samasehinggaseorang olahragawan
sebuahatausegerombolanototuntuk dilatihkecepatankemudiandilatihkekuat
mengatasitahanan ansecarakhusus,makakemampuan
bebandengankecepatantinggidalamsatug dayaledaknyaakancepatmeningkat.
erakanyang utuh".Dayaledakdalam Ciri-cirilatihandaya
praktekolahragauntukmelompat,melonc ledakmenurutSuharno HP.,(1983:33)
at,melempar,menendang dan adalah sebagai berikut:
sebagainya.Daya Melawan beban relatif
ledaksangatbermanfaatbagiatletdalamm ringan(berat badanatau
encapaiprestasi maksimal. tambahan beban luar)
Berdasarkanpendapattetangpo Gerakan latihan dinamis
werotottungkaiyangtelahdijelaskan Gerakan-gerakan merupakan
olehpara suatugerakyangsingkat dan
ahlitersebutdiatasmakadapatdisimpulka selaras
nbahwapowerotottungkai Adapun carapengembangannya:
dalamkaitannya - weighttraining
denganshootingbolaadalahsuatukemam - interval training
puanseseorangyang - repeatition training.
merupakangabungandarikekuatandanke Ciri-cirilatihanuntukmetode-
cepatanuntukmelakukanshootingbolake metodetersebutdiataspadagarisbesarn
gawangdengankuatdancepatsehinggalaj ya sebagai berikut:
unyabolajugaakancepatdankeras. - Volume latihan dalam 1menit
Faktor- latihan 4-6 set/ giliran
faktorpenentupowermenurutSuharnoHP - Intensity rendah/ menengah,
.,(1983:33)adalahsebagai berikut: artinya 40% - 60% dari
Banyak sedikitnyamacam fibril kemampuan maksimal atau
otot putih (phasic) dari si atlet. bebanyangdiangkat adalah berat
Kekuatan otot dan kecepatan badan atlet itu sendiri.
otot. - Ulanganangkatan/gerakanperset/
Ingat rumusP =Fx V dimana P gilirantidakbolehlebihdari50%ke
= PowerF = Force(kekuatan)dan mampuanmaximum
V =Velocity (kecepatan) repeatitionssatu (MR).
Waktu rangsangandibatasi - Recovery antar set/giliran satu
secarakongkrit lamanya. denganyanglain 2-3 set
Koordinasi gerakanyang - Irama gerakan merupakan satu
harmonis gerakanyangselaras dandinamis.
Tergantungbanyak sedikitnyazat
kimiadalam otot(ATP)

269
Peranan Power Otot
TungkaipadaKemampuan Shooting Koordinasiadalahsuatukemampu
anbiomotorikyang
Padateknikgerakmenendang sangatkomplek.Koordinasierathubunga
boladayaledakotottungkaimerupakan nnya dengankecepatan,kekuatan, daya
unsuryang tahan,dan fleksibilitasdansangatpenting
sangatdibutuhkan.MenurutAndiSuhendr untukmempelajaridanmenyempurnakan
o(2002:2.21)bahwa, teknik dan
Unsurkemampuanfisikseperti taktik.MenurutIsmaryati(2006:53)bahw
kekuatan,kecepatan,dayaledak,kelentuk a, kooordinasididefinisikan
an,dankapasitasanaerobikmerupakanind sebagaihubunganyang
ikatoryangcukuppentingdalammemiliha harmonisdarihubungansaling
tletberbakat. pengaruhdiantara kelompok-
kelompokototselamamelakukankerja,ya
Kemampuanshootingdalam ng ditunjukandengan
permainan berbagaitingkatketerampilan.Sedangka
sepakbolasangatmembutuhkan nmenurut Suharno HP.(1983:34)
kekuatanyang dikombinasikandengan menjelaskan bahwa,koordinasiialah
kecepatan(power).Dengankekuatandan kemampuanseseorang
kecepatandarikakiayunsaatmenendang untukmerangkaikan beberapa unsur
bola,makahasildaritendangantersebut gerak menjadi satu gerakan yang
akan lebih keras dansulituntuk selaras sesuai dengan tujuannya.
diantisipasi oleh lawan. Koordinasipenting
Dari uraian kalaukitaberada
diatasjelaslahbahwa power dalamsituasidanlingkunganyang asing
otottungkaimerupakanunsur yang seperti
sangatdibutuhkandalammelakukangerak misalnyadalamperubahanlapanganperta
menendang bola,khususnya menedang ndingan,peralatandan sebagainya
bolakegawang (shooting).Menendang yangdihadapi di dalam pertandingan.
bolakegawang lawandengan Koordinasi merupakan kemampuan
harapanmencetakgol,membutuhkanpow seorang untuk merangkaikan
erotottungkai yangbaik,sehingga beberapa gerakan menjadi satu
ayunan kaki akan lebih kuat dan cepat, polagerakanyang efektif dan
dengan demikian maka hasil dari efisien.Koordinasigerakan itu sendiri
tendanganakanlebihkeras.Dengantendan dapatberbagaimacamseperti:koordinasi
ganyang kerasmakakemungkinan untuk mata kaki (foot-eye coordination)
memasukan bola kegawanglawanakan seperti misalnya dalam keterampilan
lebih besar. menendang
bola,ataukoordinasimatatangan(eye-
Pengertian KoordinasiMata Kaki handcoordination)seperti misalnya
keterampilanmelempar suatuobyekke
Pengertian Koordinasi sasarantertentu.Beberapa

270
aktifitasmebutuhkankoordinasimenyelu 2) Untuk menghindari
ruh(over-allcoordination) daritubuh, terjadinyacidera
misalnyaketerampilansenam.Dankoordi 3) Berlatih menguasai teknik akan
nasiyangdigunakandalampenelitian lebih cepat
iniadalah koordinasi mata kaki. 4) Menjalankan taktik lebihkomplit
Padaprinsipnyapengertiankoordi 5) Kesiapan mentalatlet lebih
nasiyang dikemukakandiatastersebut mantap
mempunyai pengertian yang hampir Tingkatkoordinasiataubaiktidakny
sama, sehingga dapat disimpulkan, a koordinasigerakseseorang tercermin
koordinasimatakakimerupakankemamp dalam kemampuannyauntuk melakukan
uanmata untukmengintegrasikan suatu gerakakan secaramulus,
rangsanganyang tepatdanefisien.Seorang
diterimadankakisebagaifungsipenggerak atletdengankoordinasiyang
untukmelakukan gerakansesuaiyang baikbukanhanyamampu
diterima.Untuklebihjelasnyaberkaiatnde melakukansatuketerampilansecara
ngankoordinasi sempurna,akantetapijugamudah
matakaki,apabilamerujukdaridaripenda dancepat
pat-pendapattersebutdiatasmaka dapatmelakukanketerampilanyang baru
dapatdijelaskan baginya.Atletjugadapatmengubahdan
bahwakoordinasimatakakiadalahsuatuin berpindahsecaracepatdaripolagerakyang
tegrasiantara mata sebagaiindara satukepolagerakyang lainsehingga
penglihatyangberfungsiuntukmelihatbol gerakannyamenjadi efisien.
adansituasipermainan yang dihadapidan Koordinasigerakpenting
kaki sebagaianggotagerakbawahyang sekalibagisemuacabang olahraga,yang
berfungsi untuk mnendangbola. di
Kegunaan Koordinasi dalamnyabanyakterdapatberbagaigeraky
ang kompleks.Untukmenunjang
Shootingmerupakanbentukketera kemampuanshooting,seorang
mpilanyangmemilikibebrapa unsur pemainharusmemilikikoordinasiyangbai
gerakancukup kompleks.Kemampuan k.Jika seorang
seseorang pemain pemainsepakbolatidakmemilikikoordina
merangkaikangerakan- siyang baik,tenagayang
gerakanyangterlibatdalamgerakanshooti dikeluarkantidakefektifdanefisien,hasily
ngmenjadisatupolagerakanyang ang dicapaitidaksesuaiyang diinginkan.
baikdibutuhkankoordinasiyang Faktor-faktor YangMempengaruhi
baikpula.Dengankoordinasiyang Koordinasi
baikmaka
gerakanshootingakanlebihefektif dan Tingkat koordinasigerak seseorang
efisien.Menurut Suharno HP.(1983:34) tercermin dalam kemampuan untuk
kegunaan koordinasi antaralain: melakukansuatugerakansecaramulus,tep
1) Efisien tenaga dan efektif at, danefisien.Seorangyang memiliki
koordinasibaikbukanhanya

271
mampumelakukansuatuketerampilansec Deskripsidatahasiltesdanpeng
ara sempuna, tetapijugamudah ukuranpowerotottungkai,koordinasi
dancepatdapatmelakukanketerampilan- matakaki, keseimbangandinamis dan
keterampilanyang kemampuanshootingsepakbola.
baru.MenurutSuharnoHP.(1983:35)dala
musahauntuk pencapaian prestasi, Variabel Power Koordi Keseimbang Kemamp
koordinasi dipengaruhi oleh: Statistik Otot nasi an uan
1. Pengaturansyarafpusatdantepi,ha Subjek 30 MataK
30 Dinamis
30 Shooting
30
liniberdasarkanpembawaan Tungkaki
Mean 0,67 12,17 92,93 36,33
atlet dan hasildari latihan ai
2. Tergantungtonus dan elastisitas Std. 0,08 1,62 6,38 19,38
dari otot Deviasi
Minimum 0,49 9 77 10
3. Baik dan
tidaknyakeseimbangandan Maximum 0,81 15 100 90
kelincahan
Jumlah 20,17 365 2788 1090
4. Koordinasi kerja
syaraf,ototdanpancaindra
Faktorpembawaan dan
kemampuan kondisifisik, khususnya Tingkat keajegan hasiltes
keseimbangandan diketahui melalui uji reliabilitasdari
kelincahanmerupakanfaktoryang masing-
dapatmempengaruhi masingvariabel.Adapunhasilpengujianre
kemampuankoordinasiyang liabilitassecarastatistikdari datates
dimilikiseseorang.Dengankatalainjikake variabelpower otottungkai(X1),
lincahan, dankeseimbanganbaik,maka koordinasimata kaki(X2),
tingkatkoordinasinyajugabaik.Dengande keseimbangandinamis (X3)
mikian latihan yang bertujuan dankemampuanshootingsepakbola(Y),
meningkatkan komponen kondisi fisik menggunakan teknik analisis
tersebut, makasecaratidak langsungakan intraclassBaumGartner&Jackson,denga
meningkat kemampuan koordinasi pula. n hasilanalisissebagaimanaterterapada
HASILPENELITIAN tabel berikut:
Deskripsi Data Tabel. Ringkasan
Data yangdikumpulkan dalam HasilAnalisisReliabilitasData
penelitian ini terdiri dari empat
variabel yaitu:power otottngkai(X1), Variabel Reliabilitas Kategori
koordinasimata kaki(X2), hitung
1.Power 0,90 Tinggi
keseimbangandinamis(X3)
OtotTungkai(X1) Sekali
dankemampuanshootingsepakbola(Y).A 0,71
dapunrangkuman deskripsidata secara Cukup
2.Koordinasi Mata
keseluruhan disajikan dalam bentuk 0,90 Tinggi
Kaki(X2)
tabel sebagaiberikut: sekali
3.KeseimbanganDi 0,88 Tinggi
namis (X3)
272
4.KemampuanSho
oting Sepakbola
(Y)
Sebagaidasar Berdasarkanhasilanalisisyang
penentuankategorikoefisienreliabilitas telahdilakukanterhadapdatapowerotot
digunakanpedoman tabel tungkaidengankemampuanshootingsepa
koefisienkorelasi dari Book kboladiperoleh nilair sebesar0,407.Nilai
Walteryang dikutipMulyonoB., tersebutlebihbesardarinilairtabel
(1992:22), sebagai berikut: padatarafsignifikansi5%yaitu0,361.Kare
na nilairhitung
Tabel.RangeKategoriReliabilitas >darirtabel,makanilaikorelasisignifikan.
Halinimenunjukkanbahwa,
Kategori Reliabilitas variasikemampuanshootingsepakboladi
pengaruhiolehkomponen power otot
Tinggi Sekali 0,90 1,00
tungkai.Hasiltersebutmenunjukkan,pow
Tinggi 0,80 0,89 er otottungkaimemilikihubunganyang
Cukup 0,60 0,79 signifikan dengankemampuan
shootingsepakbola. Dengan demikian
Kurang 0,40 0,59 hipotesisyang menyatakan,ada
TidakSignifika 0,00 0,39 hubunganantarapower
n otottungkaidengankemampuanshooting
sepakbola
PembahasanHasil Analisis Data
padasiswaSekolahSepakbolaGarudausia
15-17 tahun Kecamatan Patianrowo
Pengujian
Tahun 2016, dapat
hipotesispadadasarnyamerupakanlangka
diterimakebenarannya.
hawal untuk menguji persyaratan yang
2. Hubungan Antara Koordinasi
dikemukakan pada rumusan hipotesis
Mata Kaki dengan
bisa diterimaatau tidak. Hipotesisiyang
Kemampuan
diajukanbisaditerimajikafakta-
ShootingSepakbola.
faktaempirisataudatayang
terkumpulbisamendukung Berdasarkanhasilanalisisyang
pernyataanhipotesis.Sebaliknyahipotesi telahdilakukanterhadapdatakoordinasi
sditolakjika fakta- mata kaki
faktaempirisataudatayang dengankemampuanshootingsepakboladi
terkumpultidakmendukungpernyataanhi perolehnilairsebesar 0,404.
potesis.Pengujian hipotesisidalam Nilaitersebutlebihbesardarinilairtabel
penelitian inimenggunakan teknik padatarafsignifikansi5%yaitu0,361.
analisiskorelasi Karenanilairhitung
productmomentdananalisisregresitigapr >darirtabel,makanilaikorelasisignifikan.
ediktor. Adapunhasilpengujianhipotesis koordinasimata
sebagai berikut: kaki.Hasiltersebutmenunjukkan,koordin
1. Hubungan Antara PowerOtot asimata kakimemiliki hubunganyang
Tungkaidengan Kemampuan signifikandengankemampuanshootingse
shooting Sepakbola pakbola.Dengandemikian

273
hipotesisyangmenyatakan,padasiswaSe Untukmengujihubunganantarapo
kolahSepakbolaGarudausia15-17 tahun wer otottungkai,koordinasimatakaki
KecamatanPatianrowo Tahun dan keseimbangan dinamis
2016,dapat diterimakebenarannya. dengaregresigandatiga
3. Hubungan prediktor.Darianalisisregresiyang
AntaraKeseimbangan Dinamis dilakukandapat
dengan Kemampuan diketahuibahwanilaiFhitung
ShootingSepakbola. yangdiperolehsebesar3,05,dengandb=3l
awan26
Berdasarkan hasilanalisisyang padatarafsignifikansi5%,nilaiFreg
telah dilakukan terhadap dalamtabel2,98.Karena Fhitung
datakeseimbangan >dariFtabel, maka,dapatdisimpulkan,
dinamisdenganKemampuanShootingSe terdapathubunganyang signifikan
pakboladiperolehnilairsebesar0,385. antarapower otot
Nilaitersebutlebihbesardarinilairtabel tungkai,koordinasimata
padatarafsignifikansi5%yaitu0,361. kakidankeseimbangandinamisdengan
Karenanilairhitung kemampuan shooting sepakbola. Hal
>darirtabel,makanilaikorelasisignifikan. ini berarti variansi kemampuan
Halinimenunjukkan bahwa, shooting sepakboladipengaruhi oleh
variasiKemampuanShootingSepakbola power otot tungkai, koordinasi mata
dipengaruhi olehkomponen kaki dan keseimbangan dinamis.
keseimbangan dinamis.Hasil tersebut
menunjukkan, keseimbangan dinamis
memiliki hubunganyang signifikan
dengan Kemampuan Shooting KE S I M PUL AN
Sepakbola. Berdasarkanhasil pengujian
Dengandemikianhipotesisyang hipotesis melaluianalisisstatistikyang
menyatakan,adahubunganantarakeseim dilakukan, makasimpulannyaadalah
bangan sebagai berikut:
dinamisdenganKemampuanShootingSe 1. Adahubunganyangsignifikananta
pakbolapada siswaSekolahSepakbola rapowerotottungkai
Garudausia 15-17tahunKecamatan dengankemampuanshootingsepa
Patianrowo Tahun 2016,dapat kbolapadasiswaSekolahSepakbol
diterimakebenarannya. aGarudausia15-
4. Hubungan Antara PowerOtot 17tahunKecamatanPatianrowo
Tungkai, KoordinasimataKaki Tahun 2016,(Nilairhitung
danKeseimbanganDinamis =0,407>rtabel5%=0,361).
denganKemampuan Shooting 2. Adahubunganyangsignifikananta
Sepakbola. rakoordinasimatakakidengankem
ampuanshootingsepakbolapadasi
swaSekolahSepakbolaGarudausi

274
a15- bagi PelatihOlahragawan Pelajar.
17tahunKecamatanPatianrowo Jakarta: Pusat Pengembangan
Tahun 2016,(Nilairhitung Kualitas Jasmani.
=0,404>rtabel5%=0,361). Direktorat Keolahragaan. 2000.
3. Ada hubungan yang signifikan Peraturan dan Penuntun Pelatih
antara keseimbangan dinamis Sepakbola. Jakarta:Direktorat
dengan Jenderal Pendidikan Luar
kemampuanshootingsepakbolapa Sekolah, Pemuda dan
dasiswaSekolahSepakbolaG a r Olahraga.Departemen Pendidikan
uda usia15- dan Kebudayaan.
17tahunKecamatanPatianrowo Harsono. 1988. Aspek-aspek Psikologi
Tahun 2016,(Nilairhitung dalam Coaching. Jakarta: CV. Tambak
=0,385 > rtabel5%=0,361). KusumaJakarta.
4. Adahubunganyangsignifikananta M. Sajoto. 1995. Pembinaan Kondisi
rapowerotottungkai,koordinasim Fisik dalam Olahraga. Semarang: IKIP
atakaki SemarangPress.
dankeseimbangandinamisdengan M. Sobry Sutikno. 2009. Belajar dan
KemampuanShootingSepakbola Pembelajaran Upaya Kreatif
pada siswa dalam MewujudkanPembelajaran
SekolahSepakbolaGarudausia15- yang Berhasil. Bandung:
17tahunKecamatanPatianrowo Prospect.
Tahun 2016, (Fhitung3,05 > Nana Sudjana. 2005. Dasar- Dasar
Ftabel2,98). Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Sinar BaruAlgensindo.
Nur Hasan. 2001. Tes dan Pengukuran
DAFTAR PUSTAKA dalam Pendidikan Jasmani:
Adang Suherman.2000. Dasar-Dasar Prinsip-Prinsip danPenerapan/
Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Jakarta: Depdiknas. Ditjen
Direktorat JenderalPendidikan Pendidikan Dasar dan
Dasar dan Menengah Bagian MenengahBekerjasama dengan
Proyek Penataran Guru SLTP Ditjen Olahraga.
Setara DIII. Penataran Pelatih Sepaktakraw Tingkat
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Jawa Tengah 2001. Sejarah
Pendidikan Jasmani. Jakarta: Sepakbola,Latihan Fisik Dasar,
Depdikbud.Dirjendikti. Proyek Teknik Dasar Sepakbola.
Pembinaan Tenaga Kependidikan. Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan
Brian J. Sharkey. 2003. Kebugaran Motorik Pengantar Teori dan
Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Metode. Jakarta:Depdikbud.
Persada. Dirjendikti.
Depdiknas. 2000. Pedoman dan Modul
Pelatihan Kesehatan Olahraga

275
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT)
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP HASIL
BELAJAR PASSING BAWAH PADA PERMAINAN BOLAVOLI
Ades Setyawan
S-1 Pendidikan jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya, adeh_setyawan@yahoo.com
Pardijono
S-1 Pendidikan jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK
Pada dasarnya pendidikan jasmani adalah pendidikan yang berkaitan dengan jasmani
dan perlu diberikan di lembaga pendidikan karena aktivitas jasmani yang berbentuk
latihan memberikan manfaat bagi peserta didik dalam bentuk kesegaran jasmani dan
pemeliharaan kesehatan. Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai pilihan
mengenai strategi mengajar dan model pembelajaran serta media yang tepat sesuai
dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pada penelitian
ini peneliti melakukan penelitian tentang perbandingan model pembelajaran kooperatif
tipe (Team Games Tournament) dengan model pembelajaran langsung terhadap hasil
belajar passing bawah pada permainan bolavoli. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
adalah (1) Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar sebelum dan
sesudah menerima model pembelajaran kooperatif tipe (TGT). (2) Terdapat perbedaan
yang signifikan antara rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah menerima model
pembelajaran langsung. Sedangkan hasil yang diperoleh pada Uji Independent sample t-
test nilai t-hitung lebih kecil dari pada t-tabel (thitung 0,550 < nilai ttabel 2,021).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perbandingan antara siswa yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe (Team Games Tournament) dan
siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran langsung tidak mempunyai
perbedaan yang bermakna.

Kata Kunci : model pembelajaran kooperatif tipe (Team Games Tournament),


model pembelajaran langsung, hasil belajar passing bawah bolavoli.

276
(psikomotor). Banyak siswa yang masih
PENDAHULUAN mengalami kendala bahkan ada yang tak
Pada dasarnya pendidikan jasmani dapat melakukan tugas gerak, bahkan guru
adalah pendidikan dari jasmani dan perlu sudah memberikan contoh dari tugas gerak
diberikan di lembaga pendidikan karena yang akan di berikan dalam materi
aktivitas jasmani yang berbentuk latihan permainan tersebut. Ini dibuktikan dari
memberikan manfaat bagi peserta didik pengamatan penulis saat melakukan
dalam bentuk kesegaran jasmani dan observasi ditempat penelitian di salah satu
pemeliharaan kesehatan. Saat ini lembaga SMK di kota Surabaya tepatnya di SMK
pendidikan khususnya sangat berperan Wonokromo Surabaya. Dari pengamatan
penting terhadap perkembangan dan proses belajar mengajar di SMK
pendidikan jasmani secara menyeluruh dan Wonokromo Surabaya siswa-siswi masih
terpadu, dalam lembaga pendidikan dirasa kurang aktif dalam mengikuti
gurulah yang mempunyai peran penting pembelajaran hanya beberapa siswa saja
dalam peningkatan pendidikan jasmani di yang antusias dan ingin melakukan materi
sekolah-sekolah. Dalam proses yang sudah di sampaikan oleh guru.
pembelajaran, guru mempunyai pilihan Agar tujuan pendidikan jasmani
mengenai strategi mengajar dan model dapat tercapai maka di butuhkan peran dan
pembelajaran serta media yang tepat sesuai kreatifitas seorang guru mengingat sekolah
dengan materi yang disampaikan demi adalah basis awal bagi anak untuk
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam memperoleh pengalaman pendidikan yang
pembelajaran terdapat keterkaitan yang benar. Seorang guru harus bisa
erat antara guru, siswa, kurikulum serta menentukan / memilih metode yang efektif
sarana dan prasarana. Guru memiliki tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
untuk memilih model dan media di samping itu seorang guru harus
pembelajaran yang sesuai dengan materi memperhatikan faktor-faktor lain di
yang disampaikan demi tercapainya tujuan lingkungan sekolah Menurut Supandi
pendidikan jasmani . (1992: 6). Pada kenyataannya, model
Dengan demikian,tujuan ideal dari pembelajaran pendidikan jasmani yang
pendidikan jasmani bahwa program banyak dilaksanakan selama ini masih
pendidikan jasmani itu bersifat bersifat masal, yang memberikan
menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya perlakuan dan layanan pendidikan yang
aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang sama kepada semua peserta didik. Begitu
mencakup aspek intelektual, emosional, juga model pembelajaran yang digunakan
sosial, dan moral dengan maksud ,kelak guru masih dianggap sebagai fasilitator
anak muda itu menjadi seseorang percaya tunggal untuk mentrasfer materi yang di
diri (Lutan, 2001: 2).Dari pembahasan sampaikan oleh guru sehingga para siswa
diatas mengenai tujuan pendidikan melakukan pembelajaran selalu didasarkan
jasmani, sampai saat ini masih banyak pada perintah guru, untuk mengatasi
ditemukan kendala yang dialami siswa di berbagai permasalahan yang ada ketika
dalam pelaksanaan pembelajaran mata melakukan pembelajaran, guru bisa lebih
pelajaran pendidikan jasmani diantaranya berinovasi dengan berbagai model
pada saat siswa melakukan tugas gerak pembelajaran, karena model merupakan

277
aspek yang juga dianggap penting dalam untuk mengetahui hubungan sebab akibat
proses pembelajaran, dan jika salah dalam diantara variabel-variabel dan adanya
memilih model yang diterapkan akan bisa perlakuan terhadap subjek dan objek
mengurangi keberhasilan dalam proses penelitian, (Maksum, 2012:65).
pembelajaran sebab model atau metode Variabel adalah suatu konsep yang
pembelajaran sangat berpengaruh terhadap memiliki variabelitas atau keragaman yang
tujuan tercapainya pembelajaran yang menjadi focus penelitian (Maksum,
efektif. 2012:29). Pada penelitian ini, variabel
Dalam model pembelajaran bebasnya adalah menggunakan model
kooperatif tipe ( Team Games Tournament pembelajaran ( Team Games Tournament )
)terdapat lima komponen yang harus dan model pembelajaran langsung.
diperhatiakan antara lain ; 1) Penyajian Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil
kelas (class precentation), 2) Kelompok belajar passing bawah pada bolavoli.
(Team), 3) Tournament, 4)Permainan Menurut Maksum (2012:53) Populasi
(Games) dan ,5) Team recognize adalah keseluruhan individu atau obyek
(penghargaan kelompok). Pengolahan yang dimaksud untuk diteliti dan yang
kelas secarakelompok adalah salah satu nantinya akan dikenai generalisasi.
komponennya. biasanya terdiri dari 4 Generalisasi adalah suatu cara
sampai 6 orang siswa yang anggotanya pengambilan kesimpulan terhadap suatu
heterogen dilihat dari prestasi akademik, kelompok individu atau obyek yang lebih
jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi luas berdasarkan data yang diperoleh dari
kelompok adalah untuk lebih mendalami sekelompok individu atau obyek yang
materi bersama teman kelompoknya dan lebih sedikit. Menurut Maksum (2012:53),
lebih khususnya untuk mempersiapkan Sampling adalah cara pengumpulan data
anggota kelompok agar bekerja dengan yang dilakukan dengan mencatat sebagian
baik dan optimal pada saat game dari populasi yang mewakili dari seluruh
(Rusman,2013: 225). anggota populasi yang ada. Penentuan
sampelnya adalah cluster random
METODE PENELITIAN sampling yaitu mengacak seluruh kelas
Pada hakikatnya penelitian dengan kertas yang bertuliskan nama
mempunyai fungsi menemukan, kelas, kemudian kertas itu digulung dan
mengembangkan atau menguji kebenaran dimasukan kedalam sedotan kecil
suatu pengetahuan. Sehingga syarat mutlak kemudian diambil dua kertas yang akan
dalam suatu penelitian adalah metodologi dijadikan sampel kelas penelitian. Satu
penelitian, berbobot tidaknya sebuah kelas untuk sampel penelitian model
penelitian tergantung pada pertanggung pembelajaran kooperatif menggunakan (
jawaban dari metodologi penelitian. Jenis Team Games Tournament )dan satu kelas
penelitian yang digunakan dalam lainnya, untuk sampel penelitian
penulisan ini adalah penelitian eksperimen. menggunakan model pembelajaran
Karena dalam penulisan ini subyek langsung. Menurut Maksum (2012:111)
diberikan perlakuan (treatment). instrumen adalah alat ukur yang
Sedangkan yang dimaksud dengan digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian eksperimen adalah suatu dalam penelitian.Instrument yang
penelitian yang dilakukan secara ketat digunakan pada penelitian ini untuk

278
Rata-rata 7,09 9,27
Variabel N Mean Sd KSZ Sig
Standart Deviasi 6,06 6,09

K.TGT 24 6.9 4.7685 0,874 0,430


Pree Varians 36,80 37,16

K.TGT 24 9.77 6.6446 0,846 0,472 Nilai Maksimum 26,5 28


Post

L.Demo 22 7.09 6.0663 1.614 0,011 Nilai Minimum 2,5 3,5


Pree

L.Demo 22 9.27 6.0959 1.150 0,142


Post
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data
mengukur hasil belajar passing bawah
pada permainan bolavoli adalah dengan Hasil uji normalitas dengan One-
Brumbach forearms pass wall-volley test ( Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada
Yunus 1992: 201 tabel. 4.3 menunjukan bahwa nilai Z
hitung data pre-test dan post-test pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
kelompok kooperatif tipe TGT, masing-
Tabel 4.1 Deskripsi hasil tes passing masing sebesar 0,874 dan 0,846 dengan
kelompok kooperatif TGT signifikansi masing-masing sebesar 0,430
dan 0,472. Hal ini dapat dikatakan bahwa
Deskripsi Pre-test Post- data pre-test dan post-test pada kelompok
test kooperatif tipe TGT distribusi data
Rata-rata 6,89 9,77 normal.
Standart Deviasi 4,67 6,64 Sedangkan nilai Z hitung data pre-
test dan post-test pada kelompok langsung
Varians 21,87 44,15
tipe demonstrasi, masing-masing sebesar
Nilai Maksimum 23,5 32,5
1.614 dan 1.150 dengan signifikansi
Nilai Mimimum 2,5 3,5 masing-masing sebesar 0,011 dan 0,142.
Hal ini dapat dikatakan bahwa data pre-
test dan post-test pada kelompok langsung
Tabel 4.2 Deskripsi hasil tes passing
tipe demonstrasi distribusi data normal.
kelompok langsung
Tabel 4.4 Uji-t independent pre-test,
pos-test
Variabel Mean Sd T Sig Dengan mengkonsultasikan nilai
thitung dan ttabel maka dapat disimpulkan
TGT & 0,498 1.8750 0,265 0,550 bahwa Ho diterima dan Ha ditolak karena
Demo nilai thitung 0,550 < nilai ttabel 2,021.
Post 0,195 1,601 0,122 0,410 Dengan kata lain bahwa tidak ada
TGT perbedaan yang bermakna antara hasil
&Demo belajar passing bawah pada siswa
Pre kelompok kooperatif tipe TGT dan
kelompok langsung demo.
Deskripsi Pre-test Post-test

279
Tabel 4.5 Hasil Uji-t Berpasangan perlakuan pada kelompok model
Kelompok Kooperatif tipe TGT pembelajaran langsung.
Dengan mengkonsultasikan nilai
thitung dan ttabel maka dapat disimpulkan
Variabel N Mean Sd T Sig
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima karena
nilai thitung -5,061 < nilai ttabel 1,714
dengan signifikan 0,001< (0,05). Dengan TGT Pre
TGT 24 -2.87500 2.78291 -5.061 0,001
kata lain bahwa ada perbedaan antara hasil Post
belajar passing bawah pada siswa sebelum
dan sesudah menggunakan pembelajaran 3. Perbandingan menggunakan model
kooperatif TGT. pembelajaran kooperatif tipe (Team
Games Tournament) dan menggunakan
Tabel 4.6 Uji-t Berpasangan Kelompok model pembelajaran langsung terhadap
Langsung Tipe Demonstrasi
Dengan mengkonsultasikan nilai
thitung dan ttabel maka dapat disimpulkan Variabel N Mean Sd T Sig

bahwa Ho diterima dan Ha ditolak karena


nilai thitung -4.963 < nilai ttabel 1,721
Demo Pre
dengan signifikan 0,00 < (0,05). Dengan Demo Post 22 -2.18182 -4.963 0,000
kata lain bahwa ada perbedaan yang 2.06182

terjadi antara hasil belajar passing bawah


pada siswa sebelum dan sesudah hasil belajar passing bawah pada
menggunakan pembelajaran langsung permainan bolavoli siswa kelas XI AK
demo. SMK Wonokromo Surabaya tidak
mempunyai perbedaan yang bermakna.
SIMPULAN
1. Terdapat pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe (Team 1. SARAN
Games Tournament) terhadap hasil
belajar passing bawah pada permainan Berdasarkan kesimpulan diatas,
bolavoli siswa kelas XI AK SMK maka selanjutnya peneliti
Wonokromo Surabaya sebelum di mengemukakan beberapa saran-saran
berikan dan sesudah diberikan sebagai berikut:
perlakuan pada kelompok model 1. Dari hasil penelitian dikatakan
pembelajaran kooperatif tipe (Team bahwa model pembelajaran kooperatif
Games Tournament). tipe ( Team Games Tournament )
dengan model pembelajaran langsung
2. Terdapat pengaruh model tidak mempunyai perbedaan yang
pembelajaran langsung terhadap hasil bermakna terhadap peningkatan aspek
belajar passing bawah pada permainan psikomotor dalam pembelajaran
bolavoli kelas XI AK SMK pendidikan jasmani, maka guru bisa
Wonokromo Surabaya sebelum di memberikan pembelajaran
berikan dan sesudah diberikan menggunakan kedua model
pembelajaran kooperatif tipe ( Team

280
Games Tournament ) maupun model
pembelajaran langsung untuk
meningkatkan keterampilan gerak siswa
khususnya dalam pembelajaran
pendidikan jasmani.

DAFTAR RUJUKAN
Lutan, Rusli.2000. Strategi Belajar
Mengajar Penjas. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan
Dasar dan Menengah Direktorat
Jendral Olahraga Departemen
Pendidikan Nasional.
Maksum, Ali. 2012. Buku AjarMetodologi
Penelitian Dalam Olahraga.
Surabaya: Unesa University Perss.
Rosdiani, D. 2012. Model Pembelajaran
Langsung dalam Pendidikan
Jasmani Dan Kesehatan.
Bandung: ALFABETA.
Rusman, 2013. Model-Model
Pembelajaran : Mengembangkan
Profesionalisme Guru. Jakarta:
Rajawali Perss.
Supandi. 1992. Strategi Belajar Mengajar
Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi.
Yunus, M. 1992. Olahraga Pilihan
Bolavoli. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi.

281
PENGARUH CIRCUIT TRAINING CORE STABILITY STATIS DAN
CORE STABILITY DINAMIS TERHADAP KESEIMBANGAN
DAN KEKUATAN OTOT PERUT

Indra Gunawan Pratama

Program Studi S2 Pendidikan Olahraga 2014. Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya.

e-mail: indragunawanpratama21@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis tentang: (1) seberapa besar pengaruh
circuit training Core Stability Statis dan Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan; (2)
seberapa besar pengaruh circuit training Core Stability Statis dan Core Stability Dinamis
terhadap kekuatan otot perut; (3) seberapa besar perbedaan pengaruh circuit training Core
Stability Statis dan Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan dan kekuatan otot perut.
Sasaran penelitian ini adalah mahasiswa putra Jurusan Pendidikan Kepelatihan Unesa
angkatan 2015. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan metode eksperimen semu. Desain penelitian ini menggunakan random only design,
dan analisis data menggunakan Anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan tes
keseimbangan stork stand balance beem dan tes baring-duduk 30 detik pada saat pretest dan
posttest. Selanjutnya data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan bantuan SPSS seri
20.0. Hasil penelitian menunjukkan: (1) terdapat pengaruh latihan Core Stability Statis dan
Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan; (2) terdapat pengaruh latihan Core Stability
Statis dan Core Stability Dinamis terhadap kekuatan otot perut; (3) terdapat perbedaan
pengaruh latihan Core Stability Statis dan Core Stability Dinamis terhadap keseimbangan dan
kekuatan otot perut.
Kata-kata kunci: Circuit Training, Core Stability Statis, Core Stability Dinamis,
Keseimbangan, Kekuatan Otot Perut.

PENDAHULUAN
Manusia yang sehat tentu memiliki kinerja olahraga atau pos yang sudah ada di area
yang lebih baik dibandingkan dengan dan diselesaikan dengan cepat. Menurut
manusia yang kurang fit atau sehat, Brian Mac, (2015:
olahraga merupakan pilihan yang tepat http://www.brianmac.co.uk/circuit.htm))
untuk memenuhi kehidupan yang lebih pada situsnya menyatakan latihan sirkuit
berarti. Dalam dekade terakhir ada terdiri dari 6 post sampai 15 post latihan
beberapa Negara telah mempromosikan sirkuit yang diselesaikan satu demi satu
peningkatan kebugaran fisik di antaranya latihan, yang dilakukan pengulangan untuk
pada generasi muda dengan memakai cara jumlah tertentu atau waktu yang sudah
yang berbeda (Viciana: 2013). Circuit ditetapkan sebelum berpindah ke tempat
training memiliki beberapa kelompok berikutnya. Menurut Shawn (2010) pada

282
jurnalnya menyebutkan program latihan di ditentukan dengan core stability statis
sirkuit terdiri dari berat badan dan latihan bridge, superman, plank, side plank, prone
aerobik yang dapat dianjurkan memenuhi cobras, three point plank dan core stability
kualitas latihan. Melihat dari bentuk dan dinamis straight leg raise, lying
model latihan sirkuit yang sangat windscreen wipers, oblique crunch, side
memungkinkan ini, karena sesuai dengan lying hip abduction, prone bridging knee
jenis dan karekter latihan. Maka model on elbow, knee to nose.
latihan yang dapat diterapkan adalah
latihan core stability. Menurut Johnson METODE
(2012) Core stability merupakan Pendekatan dalam penelitian ini adalah
kemampuan untuk mengontrol posisi dan penelitian eksperimen semu (quasi
pergerakan dari bagian sentral tubuh dan exsperiment) dengan rancangan penelitian
latihan core stability menargetkan otot-otot menggunakan Random only design
dalam perut yang terhubung ke tulang (Maksum, 2012:100). Rancangan
belakang, panggul dan bahu, yang penelitian tersebut dapat digambarkan
membantu dalam pemeliharaan postur sebagai berikut:
yang baik dan memberikan dasar gerakan
untuk semua lengan dan kaki. Menurut
Shankar (2011) proses rehabilitasi serta
latihan ulangan yang biasa disebut Variabel dalam penelitian ini terdiri
stabilisator inti dari tulang belakang atas variabel independent dan variabel
lumbar (transversus abdominis dan dependent. adalah variabel bebas atau
multifidus), untuk memberikan independent antara lain latihan core
peningkatan sekitar zona netral. stability statis dilambangkan dengan
Berdasarkan penjelasan tentang core
(X1) dan latihan core stability dinamis
stability di atas, maka memutuskan untuk
yang dilambangkan dengan (X2), serta
memilih komponen fisik yang sesuai
latihan kelompok kontrol. Variabel
dengan latihan sirkuit core stability
dependent dalam penelitian ini adalah
tentang keseimbangan dan kekuatan otot
keseimbangan dan kekuatan otot
perut. Salah satu jenis latihan sirkuit yang
perut. Populasi dalam penelitian ini
dapat meningkatkan keseimbangan dan
adalah mahasiswa putra seluruh
kekuatan otot perut bisa di lakukan dengan
Jurusan Pendidikan Kepelatihan
menggunakan latihan sirkuit core stability
Universitas Negeri Surabaya 2015.
statis dan core stability dinamis yang telah
283
Dalam penelitian ini sampel adalah mengetahui tentang rata-rata, simpangan
mahasiswa yang masih aktif di baku, varians, nilai maximum dan
Fakultas Ilmu keolahragaan (FIK) minimum, serta persentase peningkatan

Universitas Negeri Surabaya sebanyak hasil tes keseimbangan (stroke stand) dan

33 orang. Teknik pengambilan sampel kekuatan otot perut (sit-up). Uji


prasyaratan data menggunakan uji
dalam penelitian ini dengan
normalitas data, uji homogenitas, dan uji
menggunakan teknik simple random
hipotesis.
sampling (secara acak).
Instrumen Pengumpul Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis tes yang digunakan untuk
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian
mengukur keseimbangan (stork stand)
Tabel 1. Perolehan Data pre test dan post
dan otot perut (sit ups). prosedur
test Kelompok Eksperimen I
penelitian dijelaskan bahwa instrumen
Dependent variable
adalah alat pada waktu penelitian Keseimbangan
Kekuatan Otot
No Nama Perut
menggunakan sesuatu metode Pre Post Pre Post
test test test test
(Arikunto, 2010:192). 1 DK 87 97 26 28
2 FP 40 48 27 30
3 AHF 25 35 23 28
4 BPA 31 41 29 33
5 VFS 26 35 24 28
6 YB 21 31 28 31
7 FA 11 19 25 30
8 AS 22 32 21 26
9 AAR 27 36 26 30
10 DBP 26 36 18 23
11 AS 36 45 22 26
Gambar: Stork Stand dan Alat Tes Stork
Total 352 455 269 313
Stand Rerata 32,00 41.36 24,45 28.45
SD 19,78 19,96 3,26 2,76
Peningkatan 29.26% 16.36%
nilai rerata post test lebih besar dari nilai
rerata pre test. Jelas terlihat bahwa nilai
rerata untuk peningkatan keseimbangan
dari hasil pengukuran posttest (41.36./dtk),
Gambar: sit ups dan Alat Tes sit ups
terlihat lebih tinggi dibandingkan dari hasil
Analisis Data
pre test sebesar (32.00/dtk). Sedangkan
Deskripsi Data yang terkumpul diolah
nilai rerata untuk peningkatan kekuatan
melalui program komputer SPSS 20.0
otot perut dari hasil pengukuran post test
dengan analisa data sebagai berikut : untuk
(28.45 Pengulangan), juga lebih tinggi

284
dibandingkan dari hasil pre test sebesar Tabel 3 Perolehan Data Pre test dan Post
(24.45 Pengulangan). Sehingga terjadi test Kelompok Kontrol.
peningkatan 29.26% untuk keseimbangan Dependent variable
Kekuatan Otot
dan 16.36% untuk kekuatan otot perut. No Nama Keseimbangan
Perut
Tabel 2. Perolehan Data Pre test dan Post Pre Post Pre Post
test test test test
test Kelompok Eksperimen II. 1 FE 66 67 24 25
2 AY 34 35 28 28
3 GY 33 35 31 32
4 MM 23 24 24 25
5 KA 24 25 22 23
6 DF 17 20 27 28
7 LE 17 18 27 27
Dependent Variable 8 AC 18 20 25 26
Kekuatan Otot 9 AR 14 15 17 18
No Nama Keseimbangan 10 AR 24 26 22 23
Perut
Pre Post Pre Post 11 BFC 37 38 27 29
test test test test Total 307 323 274 284
1 T 75 83 28 30 Rerata 27.91 29.36 24.91 25.82
2 NP 36 43 29 32 SD 14.76 14.57 3.75 3.70
3 MAA 30 38 25 28 Peningkatan 5,21 % 3,65 %
4 AS 24 31 30 32 rerata post test sebesar (29.36/dtk), yang
5 FDS 24 32 24 27
6 MRA 16 23 24 27 lebih besar dari rerata pre test sebesar
7 NF 20 28 19 22
8 AR 13 22 23 25
(27.91/dtk). Demikian pula perolehan data
9 S 19 27 26 29 kekuatan otot perut yang diperoleh dari tes
10 AI 43 52 24 28
11 YED 16 24 25 28 sit-up, juga memberikan peningkatan. Hal
Total 316 403 277 308
Rerata 28.73 36.64 25.18 28.00 ini jika dilihat dari rerata post test sebesar
SD 17.84 17.91 3.06 2.89
(25.82 Pengulangan), yang lebih besar dari
Peningkatan 27.53% 11.19%
nilai rerata posttest lebih besar dari nilai rerata pretest sebesar (24.91 Pengulangan),
rerata pretest. Jelas terlihat bahwa nilai sehingga terjadi peningkatan 5.21% untuk
rerata untuk peningkatan keseimbangan keseimbangan dan 3.65% untuk kekuatan
dari hasil pengukuran posttest (36.64/dtk), otot perut.
terlihat lebih tinggi dibandingkan dari hasil B. Syarat Uji Hipotesis
pre test sebesar (28.73/dtk). Sedangkan Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Data Kedua
nilai rerata untuk peningkatan kekuatan Variabel Terikat.
otot perut dari hasil pengukuran posttest
(28.00 Pengulangan), juga lebih tinggi
dibandingkan dari hasil pretest sebesar
(25.18 Pengulangan), sehingga terjadi
peningkatan 27.53% untuk keseimbangan
dan 11.19% untuk kekuatan otot perut.

285
Perolehan data dari kedua variabel terikat otot perut), baik pada kelompok
(keseimbangan dan kekuatan otot perut) eksperimen 1 maupun kelompok
adalah berdistribusi normal. eksperimen II. Karena nilai P < 0,05.
Tabel 5. Hasil Uji Homogen Varians Maka, dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan setelah diberi program latihan
sirkuit core stability statis dan core
stability dinamis. Demikian juga pada
Nilai signifikansi dari masing-masing data
kelompok kontrol ada signifikan,
variabel terikat (keseimbangan dan
walaupun perbedaannya relative kecil jika
kekuatan otot perut, menunjukkan taraf
di bandingkan pada kedua kelompok
signifikan atau (p) > 0,05.
eksperimen.
C. Hasil Uji Hipotesis
Tabel 9. Hasil Perhitungan Uji Beda antar
Tabel 6. Hasil Uji Beda Variabel
Kelompok Keseimbangan dan Kekuatan
dependent pada Kelompok Eksperimen I.
Otot Perut.

Tabel 7. Hasil Uji Beda Variabel


dependent pada Kelompok Eksperimen II.

hasil perhitungan uji beda antar kelompok


menggunakan One Way Anova dapat
disimpulkan bahwa terdapat hasil rerata
yang berbeda antar kelompok, karena hasil
Tabel 8. Hasil Uji Beda Variabel
perhitungan menunjukkan nilai Sig.0.000
dependent pada Kelompok Eksperimen III.
> nilai = 0.05 dan nilai Sig.0.000 < nilai
= 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa
H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
dikatakan perbedaan yang signifikan
antara hasil latihan kelompok I, kelompok
II, dan kelompok III terdapat peningkatan
perbedaan antara sebelum dan sesudah
keseimbangan dan kekuatan otot perut.
perlakuan dari masing-masing variabel
Tabel 10. Hasil Perhitungan Post Hoc Test
dependent (keseimbangan dan kekuatan
dengan LSD keseimbangan.
286
SIMPULAN
Core stability statis dan dinamis berfungsi
untuk meningkatkan penampilan gerak dan
kestabilan tubuh untuk faktor resiko
terjadinya cidera. Christopher, (2006)
menyatakan core stability memberikan
stabilitas pada batang tubuh manusia yang
ada perbedaan pengaruh yan g signifikan mencangkup pada struktur jaringan lunak
terhadap peningkatan keseimbangan di yang menghubungkan ke panggul, tulang
antara ketiga kelompok. Berdasarkan nilai belakang, tulang rusuk, dan bahu..
mean difference tersebut, dapat diketahui Kelompok program circuit training core
bahwa kelompok eksperimen I lebih stability statis menunjukkan pengaruh
efektif dalam peningkatan keseimbangan yang signifikan terhadap keseimbangan
dibandingkan dengan kelompok dengan peningkatan 29,26% dan kekuatan
eksperimen II maupun kelompok kontrol. otot perut dengan peningkatan 16,36%.
Tabel 11. Hasil Uji Post-Hoc dengan LSD Kelompok program circuit training core
Kekuatan Otot Perut. stability Dinamis menunjukkan pengaruh
yang signifikan terhadap keseimbangan
dengan peningkatan 27,26% dan kekuatan
otot perut dengan peningkatan 16,36%.
Dari kedua latihan tersebut, core stability
statis lebih baik atau meningkat dari pada
latihan core stability dinamis yang dapat
meningkatkan keseimbangan dan kekuatan
otot perut. Latihan core stability statis
ada perbedaan pengaruh yang signifikan memliki kontraksi otot yang hampir sama
terhadap peningkatan kekuatan otot perut dengan core stability dinamis, namun yang
diantara ketiga kelompok. Berdasarkan membedakannya pada kontraksi otot yang
nilai mean difference tersebut, dapat berfokus pada otot inti dalam batang tubuh
diketahui bahwa kelompok eksperimen 1 seperti transversus abdominis, multifidus,
lebih efektif dalam peningkatan kekuatan internal oblique, dan paraspinal yang
otot perut dibandingkan dengan kelompok merupakan kunci untuk dukungan aktif
eksperimen II maupun kelompok kontrol. dan secara tidak langsung menahan gaya
287
yang bekerja pada tulang belakang lumbar In Improving Trunk Endurance.
IJHSR International Journal Of
(Gauri Shankar 2011).
Health Sciences And Research,
ISSN: 2249-9571.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.brianmac.co.uk/corestab.htm,
Antonio Paoli, Quirico F Pacelli, Tatiana [diakses pada tanggal 2 oktober
Moro, Giuseppe Marcolin, Marco 2015].
Neri, Giuseppe Battaglia, Giuseppe
Sergi, Francesco Bolzetta, http://www.brianmac.co.uk/circuit.htm.
Antonino Bianco. 2013. Effects of [diakses pada tanggal 15 Januari
high-intensity circuit training, low- 2016].
intensity circuit training and
endurance training on blood Johnson, Joshua. 2012. Functional
pressure and lipoproteins in Rehabilitation Of Low Back Pain
middle-aged overweight men, Paoli With Core Stabilization Exercise:
et al. Lipids in Health and Disease Suggestions For Exercise and
2013, 12:131, Progressions in Athletes.
http://www.lipidworld.com/content
/12/1/131. Maksum, Ali. 2012. Metodologi Penelitian
Dalam Olahraga. Surabaya: Unesa
Arikonto, S. 2010. Prosedur Penelitian University Press.
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta. Shawn R. Simonson. 2010. Teaching the
Resistance Training Class: A
Comyns, Tom. 2015. Circuit Training Circuit Training Course Design for
Development Of Strength & the Strength and Conditioning
Conditioning. Ireland: Lucozade Coach, This is a non-final version
Sport. of an article published in final form
in Strength and Conditioning
Daniel Mayorga-Vega, Jess Viciana, Journal Volume, 32 (3).
Armando Cocca. 2013. Effects of
a Circuit Training Program on Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Muscular and Cardiovascular Kuantitatif, Kualitatifdan R & D.
Endurance and their Penerbit Alferta, Bandung.
Maintenancein Schoolchildren,
Journal of Human Kinetics volume
37/2013, 153-160.

Emilio J. Martnez-Lpez Emilio, dkk.


2014. The Association Of
Flexibility, Balance, And Lumbar
Strength With Balance Ability: Risk
Of Falls In Older Adults. Journal
of Sports Science and Medicine
(2014) 13, 349-357.

Gauri Shankar And Vinod Chaurasia.


2012. Comparative Study Of Core
Stability exercise With Swiss Ball

288
MELALUI PRAKTIK DAN LATIHAN DISIPLIN MENINGKATKAN PRESTASI
BELAJAR PENJASKES DI KELAS IV SDN BUNTARAN II KECAMATAN
REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

Muhammad Kharis Fajar, S.Pd.,M.Pd,


Dosen Universitas Kahuripan Kediri, Penjaskesrek, FKIP, Universitas Kahuripan Kediri
charisfajar@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui sikap siswa dalam menerima
dan melaksanakan pembelajaran Penjaskes dengan menggunakan praktik dan
latihan.Untuk mendiskripsikan peningkatan prestasi belajar siswa dalam kegiatan
Permainan bola Voli melalui Praktek dan latihan disiplin pada siswa kelas Kelas IV
SDN Buntaran II Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan
dalam dua siklus, tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri
Buntaran II Kecamatan rejotangan yang berjumlah 15 siswa. Teknik pengumpulan
data adalah dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi atau Arsip. Validitas
data menggunakan teknik triangulasi metode. Analisis data menggunakan teknik
analisis statistik deskriptif komparatif dan analisis kritis.
Hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan rerata skor tes formatif untuk
siklus I sebesar 73,67 Hasil ini cukup tinggi bila dibandingkan pada nilai
sebelumnya yaitu 68.66 karena siswa lebih siap dalam mengikuti pelajaran. Pada
siklus II rerata skor formatif sebesar 68,52 dengan ketuntasan belajar siswa secara
klasikal sebesar 79,93%. Hasil dari siklus II jauh beda dengan siklus I, karena siswa
sudah terbiasa dengan mempersiapkan diri untuk mengikuti pelajaran, terdorong
untuk belajar yang lebih baik, serta merasa lebih terbuka, kepada teman
kelompoknya untuk pemahaman konsep-konsep yang belum dimengerti.

Kata Kunci: praktek , latihan disiplin, bola voli, prestasi belajar

289
PENDAHULUAN usaha pendidikan pada umumnya.
A. Latar Belakang Permainan dan olahraga selain
Segala kegiatan yang bersifat
bertujuan mendidik manusia seutuhnya
jasmani selalu menyertai dalam
lahir dan batin juga berusaha untuk
keseharian manusia dalam melakukan
meningkatkan dan mencapai prestasi.
setiap aktivitasnya. Aktivitas jasmani
Dalam permainan dan olahraga
itu berupa gerak yang membutuhkan
dibutuhkan peningkatan kesadaran
keaktifan setiap anggota badan, sesuai
tentang konsep bermain melalui
dengan fungsinya masing-masing.
penerapan teknik, taktik, dan strategi
Kemampuan bergerak
yang tepat sesuai dengan masalah atau
merupakan wujud dari pengembangan,
situasi dalam permainan
peningkatan dan pemeliharaan
sesungguhnya. Dalam olahraga
kesegaran jasmani. Salah satu
permainan dapat berupa permainan
kemampuan gerak yang banyak
beregu dengan bola besar, misalkan
digemari manusia yaitu olahraga.
saja permainan bola voli.
Olahraga merupakan aktifitas
Permainan bola voli
fisik manusia yang tidak dapat
dicetuskan pertama kali oleh William
dipisahkan dari kehidupannya. Dalam
G. Morgan. Permainan voli merupakan
melakukan olahraga, manusia
permainan jenis beregu, setiap reg
mempunyai empat tujuan dasar, yaitu:
beranggotakan 6 orang. Pada
1. Olahraga untuk pendidikan, 2.
permainan ini sangat dibutuhkan
Olahraga untuk rekreasi, 3. Olahraga
kerjasama antar tim dalam
untuk kesegaran jasmani, 4. Olahraga
pelaksanaannya, karena ketidak
untuk mencapai prestasi tertentu.(M.
kompakan satu anggota saja dalam
Sajoto, 1995:10)
satu kelompok dapat mempengaruhi
Olah raga memiliki banyak
permainan dari anggota yang lain.
cabang, salah satu cabang yang disukai
Selain sifat kerjasama juga dibutuhkan
banyak orang adalah permainan dan
sikap disiplin, disiplin disini sangat
olahraga. Kegiatan permainan dan
diperlukan dalam penentuan posisi dari
olahraga pada hakikatnya adalah usaha
masing masing anggota dalam
men genai pendidikan manusia yang
permainan bola voli tersebut, karena
tidak dapat dipisahkan dari usaha
jika posisi dari salah satu anggota tidak

290
pada tempatnya dan bola tersebut 3. Bagaimana efektifitas pembelajaran
datang pada posisi yang ditinggalkan Penjaskes dengan menggunakan
tersebut maka akan sulit dikendalikan. Praktek dan latihan disiplin?
Selain dari dua sifat tersebut diatas
juga dibutuhkan rasa percaya diri C. Tujuan Penelitian
dalam menerima setiap bola yang Dari permasalahan di atas,
datang, karena jika kita tidak maka tujuan penelitian ini adalah:
mempunyai rasa percaya diri yang 1. Untuk mengetahui sikap siswa
cukup akan gugup dalam menerima dalam menerima dan
bola dan tidak dapat memaksimalkan melaksanakan pembelajaran
umpan atau pengembalian bola. Penjaskes dengan menggunakan
Berdasarkan permasalahan di praktik dan latihan.
atas maka penulis tertarik untuk 2. Untuk mendiskripsikan
mengadakan penelitian dengan tujuan peningkatan prestasi belajar siswa
untuk meningkatkan prestasi Penjaskes dalam kegiatan Permainan bola
dengan judul : Melalui Praktik dan Voli melalui Praktek dan latihan
Latihan Disiplin Meningkatkan disiplin pada siswa kelas Kelas IV
Prestasi Belajar Penjaskes di Kelas IV SDN Buntaran II Kecamatan
SDN Buntaran II Kecamatan Rejotangan Kabupaten
Rejotangan Kabupaten Tulungagung. Tulungagung.

B. Rumusan Masalah METODE PENELITIAN


Jika dilihat dari latar belakang A. Tempat dan Waktu Penelitian
masalah yang ada diatas, maka Penelitian ini dilaksanakan di
dirumuskan permasalahan sebagai SDN Buntaran II Kelas IV Kec.
berikut: Rejotangan Kab Tulungagung. Jumlah
1. Bagaimana sikap siswa terhadap siswa Kelas IV adalah 15 siswa.
pembelajaran yang menggunakan Penelitian ini dilaksanakan selama 2
Praktek dan latihan disiplin? bulan. Yaitu antara bulan Maret sampai
2. Bagaimanakah langkah-langkah dengan bulan April 2016 pada
untuk meningkatkan prestasi belajar Semester II.
bidang studi Penjaskes dengan B. Prosedur dan Rancangan
menggunakan Praktek dan latihan Penelitian
disiplin?
291
Prosedur penelitian tindakan a. Menyusun Rencana
Kelas ini terdiri dari 2 siklus. Tiap Pembelajaran (RP) yang
siklus dilaksanakan sesuai dengan mengacu pada praktek dan
perubahan yang ingin dicapai, seperti latihan disiplin.
apa yang telah didesain dalam faktor b. Membuat lembar observasi
yang diteliti. Nilai pada semester untuk melihat bagaimana
sebelumnya merupakan prestasi belajar kondisi belajar mengajar ketika
awal, sedangkan observasi awal metode raktik dan latihan
dilakukan untuk dapat mengetahui tersebut diaplikasikan.
tindakan yang tepat yang diberikan c. Membuat/mempersiapkan alat
dalam rangka meningkatkan prestasi bantu mengajar yang diperlukan
belajar siswa SDN Buntaran II Kelas dalam rangka memperlancar
IV Kecamatan Rejotangan Kabupaten proses pembelajaran tersebut.
Tulungagung. d. Mendesain alat evaluasi tes
Dari evaluasi dan observasi prestasi.
awal, maka dalam refleksi e. Menyusun jadwal pelaksanaan
ditetapkanlah bahwa tindakan yang siklus 1 dalam 4 kali pertemuan
dipergunakan untuk meningkatkan :
prestasi belajar siswa SDN Buntaran II Tabel 3.1 Jadwal pelaksanaan
Kelas IV Kecamatan Rejotangan proses penelitian Siklus 1
Kabupaten Tulungagung adalah dengan
Waktu Kegiatan
menggunakan praktek dan latihan
Penjelasan cara
disiplin.
melakukan latihan
Dengan berpatokan pada variasi dan
refleksi awal tersebut, maka kombinasi latihan
passing bawah,
dilaksanakan penelitian tindakan Kelas Pertemuan
passing atas,
ini dengan 2 siklus, di mana setiap 1
servis dan smash
siklus terdiri dari tahap Perencanaan, (berpasangan dan
berkelompok)
Observasi, Tindakan, dan Refleksi.
dengan koordinasi
Secara lebih rinci prosedur penelitian yang baik.
tindakan untuk siklus pertama dapat Melakukan
dijabarkan sebagai berikut : Pertemuan latihan variasi
2 dan kombinasi
Siklus I
latihan passing
1) Perencanaan
292
d. Siswa melakukan pamanasan
Waktu Kegiatan
dengan gerakan push up.
bawah, passing
e. Pemanasan khusus bola voli
atas, servis dan
smash dalam bentuk permainan.
(berpasangan dan f. Melakukan lempar umpan antar
berkelompok)
teman sepermainan dengan
dengan koordinasi
yang baik. menggunakan umpan pas
Bermain bola voli bawah, pas atas.
dengan g. Melakukan service bawah
menggunakan
peraturan yang kontrol yang baik.
dimodifikasi h. Mengembangkan kerjasama tim
dengan kerjasama dalam permainan pembelajaran.
tim yang baik
i. Pada akhir pembelajaran
Pertemuan dalam bentuk
3 pertandingan diadakan evaluasi, diambil
(jumlah pemain, beberapa anak disuruh
lapangan
melakukan passing bawah/ atas
permainan, dan
peraturan dan service bawah / atas (unjuk
permainan yang kebolehan).
telah di
j. Melaksanakan analisis evaluasi.
modifikasi).
Uji kompetensi / k. Pengumuman pelajaran yang
evaluasi akan datang.
permainan bola 3) Observasi
Pertemuan
voli yang telah
4 Pada tahap ini dilaksanakan
menerapkan
metode praktik observasi terhadap pelaksanaan
dan latihan. tindakan dengan menggunakan
lembar observasi yang telah dibuat,
2) Tindakan yaitu:
a. Berbaris, berdoa, presensi, a. Keaktifan siswa dalam proses
apersepsi, motivasi dan pembelajaran.
penjelasan tujuan pembelajaran. b. Kerjasama yang telah terjalin
b. Pemanasan secara umum. dalam satu tim permainan bola
c. Siswa berlari secara teratur voli.
mengelilingi lapangan bola c. Kedisiplinan diri pada setiap
voli. pemain.
293
d. Kesulitan yang dialami siswa. siklus kedua ini berdasarkan hasil
e. Tanggapan siswa terhadap refleksi dari siklus pertama.
pembelajaran. C. Data Penelitian dan Cara
f. Perhatian, minat, dan motivasi Pengambilan Data Penelitian
siswa. 1. Sumber data: sumber data
4) Refleksi penelitian ini adalah siswa dan
Hasil yang didapatkan dalam anggota tim peneliti.
tahap observasi dikumpulkan serta 2. Jenis data: jenis data yang
dianalisa dalam tahap ini. Dari hasil didapatkan adalah data kuantitatif
observasi, guru dapat merefleksi dan kualitatif yang terdiri dari:
diri dengan melihat data observasi, a. prestasi belajar siswa SDN
apakah kegiatan yang dilakukan Buntaran II Kelas IV Kec.
telah dapat meningkatkan prestasi Rejotangan Kab Tulungagung.
belajar. Di samping data hasil b. data hasil observasi terhadap
observasi, dipergunakan pula jurnal pembelajaran.
yang dibuat oleh guru pada saat 3. Cara pengambilan data
guru selesai melaksanakan kegiatan a. Data prestasi belajar diambil
pembelajaran. Data dari jurnal dengan memberikan tes.
dapat juga dipergunakan sebagai b. Data tentang situasi
acuan bagi guru untuk dapat pembelajaran diambil dengan
mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil menggunakan lembar observasi.
analisa data yang dilaksanakan D. Indikator Kerja
dalam tahap ini akan dipergunakan Yang menjadi indikator
sebagai acuan untuk merencanakan keberhasilan penelitian tindakan ini
siklus berikutnya, dengan tujuan bila terjadi perubahan yang lebih baik
meningkatkan keefektifan proses mengenai proses dan hasil belajar,
dan hasil belajar siswa SDN yaitu 70%.
Buntaran II Kelas IV Kec. E. Prosedur Analisis Data
Rejotangan Kab Tulungagung. Untuk menganalisa data yang
Siklus II diperlukan dalam penelitian digunakan
Tahap-tahap penelitian pada siklus pengumpul data sebagai berikut.
kedua pada prinsipnya sama dengan 1. Melaksanakan tes serta membuat
siklus pertama, tetapi penelitian pada rerata nilai tes.

294
2. Membandingkan hasil tes rata-rata penggunaan praktik dan latihan
siklus I dan II. secara displin dalam pembelajaran
3. Menyimpulkan temuan-temuan dari Penjaskes, selanjutnya peneliti
anggota tim berupa hasil observasi dengan kolaborator secara
lapangan berdasarkan instrumen kolaboratif menyusun rencana
yang telah dipersiapkan. tindakan yang terdiri dari:
HASIL PENELITIAN DAN a. Mempersiapkan rencana
PEMBAHASAN pembelajaran yang sesuai
A. Proses Pembelajaran Siklus I dengan metode praktik dan
1. Refleksi Awal latihan disiplin.
Dari hasil observasi awal dan b. Menyusun format observasi
studi dokumentasi dalam aktivitas pembelajaran
pembelajaran Penjaskes di Kelas IV c. Menyusun format evaluasi
yang dilakukan oleh peneliti d. Menyusun format penilaian
bersama kolaborator penelitian e. Menusun jadwal pelaksanaan
dapat direfleksikan bahwa proses penelitian.
rendahnya prestasi belajar siswa
pada pembelajaran Penjaskes Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan
disebakan oleh penerapan metode proses penelitian siklus I
pembelajaran yang konvensional.
Waktu Kegiatan
Pembelajaran cenderung monoton
Penjelasan cara
dan membosankan sehingga
melakukan latihan
aktivitas belajar siswa tidak variasi dan
berkembang. Untuk itu diperlukan kombinasi latihan
passing bawah,
metode pembelajaran lain yang
7 Maret 2016 passing atas, servis
sesuai dengan karakter dan smash
permasalahan Penjaskes di Kelas (berpasangan dan
berkelompok)
IV dengan menggunakan praktik
dengan koordinasi
dan latihan yang dispilin yang baik.
diharapkan mampu meningkatkan Melakukan latihan
prestasi belajar siswa dalam variasi dan
kombinasi latihan
pembelajaran Penjaskes. 14 Maret 2016
passing bawah,
2. Perencanaan passing atas, servis
Dengan telah disepakatinya dan smash

295
mengelilingi lapangan bola voli 2x
Waktu Kegiatan
pemanasan untuk menunjang kegiatan
(berpasangan dan
inti. Siswa melakukan pemanasan
berkelompok)
dengan koordinasi (senam) dalam formasi berbaris 4
yang baik. bersap dengan posisi sebagai berikut.
Bermain bola voli
a. Gerakan kepala
dengan
menggunakan b. Gerakan lengan
peraturan yang dilakukan dengan permainan
dimodifikasi dengan melempar bola kea rah belakang
kerjasama tim yang
21 Maret 2016 baik dalam bentuk di umpankan ketemannya
pertandingan (jumlah c. Gerakan pinggang dan punggung
pemain, lapangan dilakukan dengan permainan
permainan, dan
melempar bola ke arah samping di
peraturan permainan
yang telah di umpankan ketemannya
modifikasi). d. Gerakan kaki
Uji kompetensi /
Kaki kangkang tangan lurus di
evaluasi permainan
28 Maret 2016 bola voli yang telah depan dada
menerapkan metode Hitungan 1,2 kaki kanan
praktik dan latihan. menyentuh tangan kiri
Hitungan 3,4 kaki kiri menyentuh
tangan kanan

3. Pelaksanaan Hitungan 5,6 kaki kanan

a. Dengan selesainya persiapan yang menyentuh tangan kiri

dilakukan oleh peneliti, selanjutnya Hitungan 7,8 kaki kiri menyentuh

peneliti melakukan aktivitas pembelajaran tangan kanan

Penjaskes dengan pokok bahasan bola Sikap berdiri biasa

voli, sesuai dengan rencana pembelajaran Siswa disuruh loncat di tempat

yang telah dirancang. Diskripsi dari dengan gerakan

aktivitas pembelajaran Penjaskes di Kelas b. Kegiatan Inti:

IV dengan menggunakan praktik dan Melambungkan/ memvoli bola

latihan peneliti uraikan dalam diskripsi dengan kontrol yang baik

berikut ini:Kegiatan Awal Hitungan : 1. Langkahkan kaki kiri

Siswa berlari secara teratur ke depan

296
2. Tangan kanan dijulurkan ke depan 3. Ayunkan tangan ke atas depan
dengan membawa bola 4. Sikap semula
3. Tangan kanan lurus ke depan atas b. Cara mengajar service atas.
memukul bola 1. Kaki kiri 1 langkah ke depan
4. Sikap semula 2.Tangan kanan ke belakang lurus
Melakukan pasing bawah control dengan telapak tangan terbuka
yang baik 3. Bola dilambungkan oleh tangan kiri di
- Passing bawah atas kepala
Hitungan: 1. Langkahkan kaki kanan ke 4. Bola dipukul oleh tangan kanan
samping kanan agak ke belakang Mengembangkan kerjasama tim
2. Kedua lutut ditekuk badan dalam permainan pembelajaran
agak condong sedikit kedua tangan a. Cara mengajar smesh
siap di depan dada dan pandangan ke Hitungan: 1). Langkahkan kaki kanan
depan ke depan dalam hal ini disesuaikan
3. Melakukan passing dengan panjang tungkai
bawah dengan mengayunkan kedua 2). Langkahkan kaki kiri ke depan
tangan ke atas depan, dengan catatan panjang
telapak tangan saling berhadapan 3). Langkahkan kaki kanan ke depan
-Passing atas sehingga kaki kanan sejajar dengan kaki
1. Langkahkan kaki kanan ke samping kiri
kanan agak ke belakang 4). Siswa melakukan loncatan dengan
2. Kedua lutut ditekuk dan kedua ayunan lengan dan siap memukul bola
tangan siap di depan dada b. Cara mengajar block
3. Dorongkan kedua telapak tangan ke Hitungan: 1). Siswa disuruh
atas depan dan gerakan berakhir dengan melakukan block ditempat tujuannya:
melucutkan pergelangan tangan melatih loncatan ke atas gerakan tangan,
4. Kembali sikap semula jari-jari dan
Melakukan servis dengan 2). Lakukan block dengan langkah ke
kontol yang baik. kiri dan ke kanan sebelum meloncat ke
a. Cara mengajar service bawah: atas
1. Langkahkan kaki kiri ke depan 3). Block bertemuan dengan aba-aba dari
2. Membuat sikap kuda-kuda dan guru supaya timengnya pas.
tangan kanan siap memukul bola. 4).Bolck berteman tetapi dijalankan di dekat

297
net dengan bergeser ke kiri dan ke kanan melakukan passing bawah / atas dan
5).Dengan bola yang sudah dismesh benar- service bawah/ atas (unjuk kebolehan)
benar.
c. Cara bermain bersama dalam permainan
siswa dibagi dalam 2 kelompok satu 4. Observasi
kelompok terdapat 6 anak untuk bermain Berdasarkan observasi di Kelas IV
bola voli dan guru sebagai wasitnya SDN Buntaran II Kecamatan
c. Kegiatan Akhir / Penenangan Rejotangan Kabupaten
1. Penenangan Tulungagung dapat direkam hal-hal
- Siswa dikumpulkan diberi penjelasan sebagai berikut:
dan diberi contoh lagi tentang teknik a. Aktivitas
dasar dan cara bermain yang baik pembelajaran yang dilakukan oleh
dan sesuai peraturan siswa dalam menerima dan
- Pengumuman pelajaran yang akan melaksanakan pemberian tindakan
datang perbaikan pembelajaran sudah
- Dibariskan 4 bersap dan dibubarkan menunujukkan aktivitas yang
- Siswa mengembalikan semua cukup berarti, hal ini dapat dilihat
peralatan yang dipakai dari aktivitas siswa yang mampu
2. Organisasi kelas mengikuti instruksi gerakan dari
- Siswa disuruh bermain sendiri guru. Siswa tampak cukup
(individu) antusias dalam melaksanakan
- Siswa berpasangan (kelompok) permainan bola voli. Akan tetapi
3. Alat dan sumber pelajaran dalam aktivitas selanjutnya
- Bola, net dan peluit terdapat beberapa siswa yang
Sumber pelajaran masih takut dalam menerima,
- Ilmu Choaching Umum dan memukul, atau mem-block bola
permainan Bola Voli oleh Fatoni dari lawan. Ada beberapa siswa
hal. 102-112 yang mengejek temannya jika ada
4. Penilaian salah satu temannya yang terkena
-Tidak ada test awal dan test diambil bola dari tim lawan.
beberapa siswa selama pelajaran b. Dari segi
berlangsung guru dapat diberikan hasil
- Diambil beberapa anak disuruh sebagai berikut. Guru lebih
mudah dalam menyampaikan
298
materi karena guru tidak terlalu pemberian tindakan perbaikan
banyak menerangkan konsep. pembelajaran yang diberikan
Dalam hal ini guru hanya oleh guru, siswa masih tampak
memberikan penjelasan hal-hal takut, dan enggan dalam
yang pokok. Materi yang melakukan permainan bola keci.
disampaikan sesuai dengan Dengan adanya kendalan
sasaran yang diinginkan. Guru yang muncul dalam pembelajaran
lebih mudah dalam Penjaskes pada siklus I, maka
mengarahkan proses belajar prestasi belajar yang dicapai tidak
mengajar. maksimal. Ketuntasan belajar siswa
Dari serangkaian aktivitas yang dicapai hanya 61,36% masih
pembelajaran yang telah dilakukan jauh dari ketuntasan yang telah
oleh siswa, maka diperoleh prestasi ditentukan sebesar 85%. Untuk itu
belajar Penjaskes Kelas IV sebagai masih diperlukan rencana perbaikan
berikut tindakan pada siklus selanjutnya.
B. Proses Pembelajaran Siklus II
Tabel 4.2 Perolehan Hasil Belajar
Siswa Pada Siklus I 1. Perencanaan

Ketuntasan Pererncanaan pembelajaran


Nilai Tidak pada siklus II secara umum hampir
Tuntas
Tuntas sama dengan perencanaan pada
1105 9 6 siklus I. Akan tetapi dengan adanya
73.67 60.00% 40.00% kendala yang muncul dalam
pembajaran siklus I, maka pada
5. Refleksi siklus II terdapat beberapa
Dari hasil observasi perubahan tindakan sebagai berikut:
terhadap aktivitas pembelajaran dan a. Guru harus mampu
perolehan hasil belajar siswa dapat menumbuhkan kerjasama dan
direfleksikan bahwa: tanggung jawab yang baik dalam
a. Dalam aktivitas belajar siswa satu tim, sehingga tidak ada
belum mampu menunjukkan siswa yang saling mengejek
kerjasama yang baik antar siswa b. Guru lebih meningkatkan peran
sebagai tim. sebagai motivator sehingga
b. Siswa masih belum mampu siswa dapat beraktivitas secara
menerima secara maksimal maksimal dalam suasana
299
pembelajaran yang
Waktu Kegiatan
menyenangkan tanpa ada rasa
baik dalam bentuk
takut atau bersalah.
pertandingan
c. Dengan penyusunan jadwal yang (jumlah pemain,
lebih matang maka guru akan lapangan
permainan, dan
memberikan motivasi yang lebih
peraturan permainan
kepada siswa agar siswa yang telah di
mempunyai rasa percaya diri modifikasi).
yang lebih besar. Uji kompetensi /
evaluasi permainan
Tabel 4.3 Jadual pelaksanaan 9 Mei
bola voli yang telah
2016
proses penelitian siklus II menerapkan metode
praktik dan latihan.
Waktu Kegiatan
2. Pelaksanaan
Penjelasan cara
melakukan latihan Diskripsi dari aktivitas
variasi dan pembelajaran Penjaskes di Kelas
kombinasi latihan
IV pada siklus II dengan
passing bawah,
18 April menggunakan praktik dan latihan
passing atas, servis
2016
dan smash peneliti uraikan dalam diskripsi
(berpasangan dan
berikut ini:
berkelompok)
dengan koordinasi a. Kegiatan Awal
yang baik. Siswa berlari secara teratur
Melakukan latihan mengelilingi lapangan bola voli
variasi dan
sebanyak 2x
kombinasi latihan
passing bawah, Keterangan: berlari
25 April passing atas, servis mengelilingi lapangan 2x
2016 dan smash
Siswa dibariskan
(berpasangan dan
berkelompok) diadakan presensi dan senam
dengan koordinasi pemanasan untuk menunjang kegiatan
yang baik.
inti. Siswa melakukan pemanasan
Bermain bola voli
dengan (senam) dalam formasi berbaris 4
2 Mei menggunakan bersap
2016 peraturan yang
dimodifikasi dengan
a. Gerakan kepala
kerjasama tim yang

300
dengan membawa bola
Gerakan diulang 2x8 hitungan 3. Tangan kanan lurus ke depan atas
b. Gerakan lengan memukul bola
dilakukan dengan permainan 4. Sikap semula
melempar bola kearah belakang di Melakukan pasing bawah control
umpankan ketemannya yang baik
c. Gerakan pinggang dan punggung - Passing bawah
dilakukan dengan permainan Hitungan: 1. Langkahkan kaki kanan ke
melempar bola kea rah samping di samping kanan agak ke belakang
umpankan ketemannya 2. Kedua lutut ditekuk badan
d. Gerakan kaki agak condong sedikit kedua tangan
Kaki kangkang tangan lurus di siap di depan dada dan pandangan
depan dada ke depan
Hitungan 1,2 kaki kanan menyentuh 3. Melakukan passing bawah
tangan kiri dengan mengayunkan kedua
Hitungan 3,4 kaki kiri menyentuh tangan ke atas depan, dengan
tangan kanan catatan telapak tangan saling
Hitungan 5,6 kaki kanan menyentuh berhadapan
tangan kiri 4. Kembali sikap semula
Hitungan 7,8 kaki kiri menyentuh -Passing atas
tangan kanan Hitungan : 1. Langkahkan kaki kanan ke
Gerakannya dengan permainan samping kanan agak ke belakang
pesawat terbang 2. Kedua lutut ditekuk dan kedua
Sikap berdiri biasa tangan siap di depan dada
Gerakannya: 3. Dorongkan kedua telapak tangan
Siswa disuruh loncat di tempat ke atas depan dan gerakan berakhir
dengan gerakan permainan dengan melucutkan pergelangan
b. Kegiatan Inti: tangan
Melambungkan/ memvoli bola 4. Kembali sikap semula
dengan kontrol yang baik
Hitungan : 1. Langkahkan kaki kiri Melakukan servis dengan kontol yang
ke depan baik.
2. Tangan kanan dijulurkan ke depan a. Cara mengajar service bawah:

301
Hitungan: 1. Langkahkan kaki kiri ke jari-jari dan
depan 2). Lakukan block dengan langkah
2. Membuat sikap kuda-kuda ke kiri dan ke kanan sebelum
dan tangan kanan siap memukul bola. meloncat ke atas
3. Ayunkan tangan ke atas depan 3). Block bertemuan dengan aba-
4. Sikap semula aba dari guru supaya timengnya
b. Cara mengajar service atas. pas.
Hitungan: 1. Kaki kiri 1 langkah ke 4). Bolck berteman tetapi
depan dijalankan di dekat net dengan
2. Tangan kanan ke belakang lurus bergeser ke kiri dan ke kanan
dengan telapak tangan terbuka 5). Dengan bola yang sudah
3. Bola dilambungkan oleh tangan dismesh benar-benar.
kiri di atas kepala c. Cara bermain bersama dalam
4. Bola dipukul oleh tangan kanan permainan siswa dibagi dalam 2
kelompok satu kelompok terdapat
Mengembangkan kerjasama tim 6 anak untuk bermain bola voli dan
dalam permainan pembelajaran guru sebagai wasitnya
a. Cara mengajar smesh c. Kegiatan Akhir / Penenangan
Hitungan: 1). Langkahkan kaki kanan 1. Penenangan
ke depan dalam hal ini disesuaikan - Siswa dikumpulkan diberi penjelasan
dengan panjang tungkai dan diberi contoh lagi tentang teknik
2). Langkahkan kaki kiri ke depan dasar dan cara bermain yang baik
panjang dan sesuai peraturan
3). Langkahkan kaki kanan ke depan - Pengumuman pelajaran yang akan
sehingga kaki kanan sejajar dengan datang
kaki kiri - Dibariskan 4 bersap dan dibubarkan
4). Siswa melakukan loncatan - Siswa mengembalikan semua
dengan ayunan lengan dan siap peralatan yang dipakai
memukul bola 2. Organisasi kelas
b. Cara mengajar block - Siswa disuruh bermain sendiri
1). Siswa disuruh melakukan block (individu)
ditempat tujuannya: melatih - Siswa berpasangan (kelompok)
loncatan ke atas gerakan tangan, 3. Alat dan sumber [elajaran

302
- Bola, net dan peluit Ketuntasan
Sumber pelajaran Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas
- Ilmu Choaching Umum dan
1199 13 2
permainan Bola Voli oleh Fatoni 79.33 92,33% 5,99%
hal. 102-112 4. Refleksi
4. Penilaian Dari hasil observasi

- Tidak ada test awal dan test diambil terhadap aktivitas pembelajaran dan

beberapa siswa selama pelajaran perolehan hasil belajar siswa dapat

berlangsung direfleksikan bahwa pembelajaran

- Diambil beberapa anak disuruh Penjaskes dengan pokok bahasan

melakukan passing bawah / atas dan Permainan Bola Voli dapat berjalan

service bawah/atas) secara optimal setelah diterapkanya

3. Observasi praktik dan latihan secara disiplin.

Dari hasil observasi yang Kendala pembelajaran yang muncul

dilakukan oleh observer pada siklus I dapat teratasi dengan

menunjukkan bahwa; baik pada siklus II. Ketuntasan

a. Guru mampu menumbuhkan belajar secara klasikal dapat

kerjasa dan tanggung jawab tercapai pada akhir siklus II sebesar

yang atar siswa sebagai satu tim. 92,33% sehingga tidak diperlukan

b. Guru mampu menjadi motifator lagi perbaikan tindakan

yang baik, sehingga aktivitas pembelajaran lagi.

siswa dapat berjalan secara C. Respon Siswa terhadap


maksimal karena siswa menjadi Pembelajaran

lebih percaya diri dalam Dari hasil angket yang

menerima bola. diberikan kepada siswa dapat diketahui

Dengan aktivitas seberapa jauh respon siswa terhadap

pembelajaran yang berlangsung di pembelajaran. Setelah dilakukan

Kelas IV maka diperoleh hasil verifikasi terhadap hasil angket,

belajar siswa sebagai berikut: diperoleh hasil seperti tertera di Tabel

Tabel 4.4 Perolehan Hasil Belajar berikut :

Siswa Pada Siklus II Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap

Ketuntasan Pembelajaran
Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas

303
Apakah Siswa Lebih Apakah Siswa Lebih peningkatan prestasi hasil belajar
Mudah Dalam Tertarik Dalam seperti di bawah ini :
Mengikuti PBM? Mengikuti PBM? Hasil belajar siswa yang

Ya Tidak Ya Tidak dinyatakan dengan rerata skor tes


formatif untuk siklus I sebesar 73,67
13 2 13 2 Hasil ini cukup tinggi bila

92,33 5,66 92,33 4,55 dibandingkan pada nilai sebelumnya


yaitu 68.66 karena siswa lebih siap
D. Pembahasan
dalam mengikuti pelajaran. Pada siklus
Dari hasil penelitian tentang
II rerata skor formatif sebesar 68,52
situasi pembelajaran dengan Praktek
dengan ketuntasan belajar siswa secara
dan latihan tampaknya pembelajaran
klasikal sebesar 79,93%. Hasil dari
dengan menggunakan metode ini
siklus II jauh beda dengan siklus I,
membuat pembelajaran pada setiap
karena siswa sudah terbiasa dengan
siklus lebih bergairah daripada jika
mempersiapkan diri untuk mengikuti
diajar dengan metode konvensional
pelajaran, terdorong untuk belajar yang
yang biasa dilakukan sebelumnya. Di
lebih baik, serta merasa lebih terbuka,
dalam penelitian ini diketahui bahwa
kepada teman kelompoknya untuk
sebagian besar siswa aktif dalam
pemahaman konsep-konsep yang
kerjasama tim dan cukup banyak siswa
belum dimengerti.
yang antusias dalam menerima
Pada siklus I, siswa
tindakan dan instruksi guru. Tetapi
dikelompokkan terdiri dari 6 orang
dalam penelitian ini diketahui pula
pada setiap kelompok untuk bermain
bahwa siswa masih takut dalam
bola voli dan guru sebagai wasitnya.
menerima bola. Dari segi guru,
Tampaknya pengelompokkan ini dapat
tampaknya pembelajaran dengan
memberikan pengaruh terhadap hasil
praktek dan latihan sangat
belajar. Namun perlu ditingkatkan
memudahkan karena guru lebih mudah
dengan pemberian tugas individu,
mengarahkan jalannya proses belajar
siswa disuruh bermain sendiri.
mengajar. Untuk lebih jelasnya
Berdasarkan hasil yang diperoleh, yaitu
gambaran tentang peningkatan prestasi
tidak jauh beda dengan siklus I.
hasil belajar siswa yang dicapai dari
Berdasarkan hasil ini dapat
sebelum siklus sampai siklus II, penulis
disimpulkan bahwa pemberian tugas
ekspresikan dalam bentuk grafik
secara berkelompok sangat bermanfaat,
304
utamanya untuk kelas yang berjumlah menggunakan Praktek dan latihan
besar. dengan model belajar yang lain.
Respon siswa terhadap 3. Penggunaan model Pembelajaran
pembelajaran dengan Praktek dan yang menggunakan Praktek dan
latihan dikatakan positif, karena latihan perlu terus dilakukan karena
sebagian siswa menyatakan lebih pembelajaran ini lebih
mudah dan lebih tertarik dalam proses menyenangkan bagi siswa,
belajar mengajar. Hal ini bisa dipahami mendorong dan membiasakan
karena proses belajar mengajar menjadi siswa untuk belajar mandiri, tidak
bergairah dan tidak membosankan. bergantung kepada guru.
4. Untuk meningkatan kemampuan
PENUTUP guru dalam mengembangkan model
A. Kesimpulan Pembelajaran yang menggunakan
Berdasarkan hasil penelitian Praktek dan latihan, pelatihan perlu
yang telah dilaksanakan selama dua diberikan agar guru dapat
siklus dapat disimpulkan bahwa mengembangkan kemampuannya
pembelajaran dengan menggunakan DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi, Arikunto. 2010. Dasar-dasar
Praktek dan latihan dapat
Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi
meningkatkan kemampuan siswa SDN
Aksara.
Buntaran II Kelas IV Kec. Rejotangan
Santoso.singgih 2002. Statistik Induktif,
Kab Tulungagung Kabupaten
Edisi Keempat. Yogyakarta: B
Tulungagung Tahun 2014/2015 dalam
PFE.
melakukan Permainan bola kecil
Sutrisno, Hadi. 2011. Statistik IT
dalam pembelajaran Penjaskes secara
Yogyakarta: Yayasan Penerbitan
meyakinkan.
Fakultas Psikologi UGM.
B. Saran
Oemar, Hamalik. 2012. Teknik
1. Pembelajaran yang menggunakan
Pengukuran dan Evaluasi
Praktek dan latihan perlu
Pendidikan. Bandung: Mandar
dikembangkan untuk Mata
Maju.
Pelajaran Penjaskes untuk dapat
Sugiyono,2011. Metodologi Penelitian
meningkatkan pemahaman siswa.
Kombinasi , Penerbit Alfabeta
2. Perlu dicoba melakukan kombinasi
Nurkancana, Wayan, dkk. 1992. Evaluasi
pola pembelajaran yang
Hasil Belajar. Surabaya: Usaha

305
Nasional. Pendidikan. Bandung: PT. Remaja.
Slameto, Drs. 1988. Evaluasi Pendidikan. Pehardjono. 1995. Pedoman Penyusunan
Jakarta: Bina Aksara. Karya Tulis Ilmiah di Bidang
Winarno, Surachmad. 1986. Pengantar Pendidikan dan Angka Kredit
Interaksi Mengajar Dasar dan Pengembangan Profesi Guru.
Teknik Metodologi Pengajaran. Jakarta : Depdikbud.
Bandung: Tarsito. Suharsimi, Arikunto. 2015. Prosedur
1994. Kurikulum Pendidikan Penelitian Suatu Pendekatan
Dasar, Petunjuk Pelaksanaan Proses Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses
Pendidikan dan Kebudayaan. Belajar Mengajar. Bandung Sinar
.1994. Kurikulum Pendidikan Baru.
Dasar, GBPP Penjaskes. Jakarta Surachmad Winarno. 1986. Pengantar
Departemen Pendidikan dan Interaksi Mengajar Dasar dan
Kebudayaan. Teknik Metodologi Pengajaran.
Ditjen PDM Depdikbud. 1994. Kurikulum Bandung : Tarsito.
Pendidikan Dasar Garis-Garis Jamaluddin. 2001. Pembelajaran yang
Besar program Pengajaran Efektif. Depag RI.
(GBPP) Sekolah Dasar. Jakarta:
PT.Citra Lamtoro Gang Persada.
Kistona, AR. 2002. Action Research.
Makalah Pepraktek dan latihan
Wakasek Kurikulum SLIP se Jawa
Timur. Surabaya: BPG.
Purwanto, Ngalim MP. 1997. Psikologi

306
SURVEI PERMAINAN DAN OLAHRAGA TRADISIONAL DALAM
PEMBELAJARAN PENJASORKES SISWA DI SEKOLAH DASAR KABUPATEN
OGAN KOMERING ILIR

Dewi Septaliza
Universitas Bina Darma
Dewi.septaliza@binadarma.ac.id

ABSTRAK
Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana permainan dan olahraga tradisional dalam
pembelajaran penjasorkes disetiap masing-masing sekolah dasar di Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui permainan dan olahraga
tradisional dalam pembelajaran penjasorkes pada masing-masing sekolah. Populasi untuk
penelitian ini adalah seluruh guru pendidikan jasmani sekolah dasar Kabupaten Ogan
Komering Ilir. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yakni random sampling.
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei. Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan angket. Dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data yang akurat tentang proses permainan tradisional dalam pembelajaran
penjasorkes pada siswa di sekolah dasar se-Kabupaten Ogan Komering Ilir. Kuesioner ini
digunakan sebagai alat pengumpul data tentang permainan dan olahraga tadisional dalam
pembelajaran penjasorkes yang dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan. Untuk keabsahan
menggunakan validitas dan reabilitas instrumen. Analisis data yang digunakan adalah
deskriptif dengan prosentase.

Kata kunci: permainan dan olahraga tradisional, pembelajaran penjasorkes

PENDAHULUAN
Negara Republik Indonesia generasi. Budaya yang ada di Indonesia
merupakan Negara yang memiliki banyak Banyak sekali jangan sampai anak, cucu
pulau dan berbagai macam budaya, suku, dimasa yang akan dating akan hilang.
adat istiadat yang beraneka ragam yang Untuk mengatasi permasalahan tersebut
menjadi aset bangsa yang tidak ternilai maka dibutuhkan suatu pendidikan. Dari
harganya. Untuk menjaga keanekaragaman pendidikan formal, ataupun non formal.
itu maka perlu upaya masyarakat dan Sekolah merupakan suatu unit
pemerintah utuk melestarikan dan tetap sosial yang bertugas khusus untuk
menjaga agar tidak mengalami kepunahan. melaksanakan proses pendidikan dan
Salah satu aspek yang harus tetap dijaga merupakan suatu jenis lingkungan
dan dilestarikan yakni budaya, dimana pendidikan di samping lingkungan
budaya memiliki peran yang sangat keluarga, masyarakat dan alam. Jenjang
penting. Budaya merupakan suatu cara pendidikkan di sekolah dimulai dari SD,
hidup manusia yang berkembang dan SLTP, SLTA dan perguruan tinggi. (Rusli
dimiliki bersama oleh sebuah kelompok Ibrahim, 2008:87). Melalui sekolah dasar
orang, dan diwariskan dari generasi ke anak didik dibekali kemampuan dasar

307
danketerampilan dasar agar mampu waktu mereka bermain. Bermain
mengantisipasi permasalahan dalam sebenarnya merupakan dorongan dari
kehidupan sehari-hari, termasuk dalam diri anak atau disebut sebagai
keterampilan olahraga, serta keterampilan naluri. Semua naluri harus diusahakan
lainnya. Olahraga merupakan upaya untuk untuk disalurkan secara baik dan
meningkatkan kualitas hidup manusia terkontrol. Oleh karena itu bermain bagi
Indonesia secara jasmani dan rokhaniah. anak merupakan kebutuhan hidupnya
Menurut Undang-undang Republik (Soemitro, 1992:1).
Indonesia Dasar Nomor 3 Tahun 2005 Dewasa ini anak-anak permaianan
tentang System Olahraga Nasional, anak sudah menggunakan teknologi
Olahraga Pendidikan adalah pendidikan canggih, anak-anak lebih suka memainkan
jasmani dan olahraga yang dilaksanakan game on line, PS, dan lain-lain. Tidak
sebagai proses pendidikan yang teratur dan banyak anak sekarang yang mengetahui
berkelanjutan untuk memperoleh permainan tradisonal. Olahraga tradional
pengetahuan, kepribadian, keterampilan, adalah aset negara yang tidak ternilai
kesehatan dan kebugaran jasmani. harganya. Oleh sebab itu, harus
Olahraga pendidikan dapat dilakukan dilestarikan dan dijaga keberadaannya agar
dalam jalur pendidikan formal maupun tidak mengalami kepunahan. Untuk itu
non formal, baik melalui intrakurikuler melaui pendidikan yakni salah satu bentuk
maupun ekstrakurikuler. materi pendidikan jasmani di sekolah dasar
Pendidikan jasmani olahraga dan adalah adalah permainan. Permainan
kesehatan merupakan bagian integral tradisional dimasukkan dalam materi
pendidikan secara keseluruhan, bertujuan pembelajaran. diharapkan dapat
untuk mengembangkan aspek kebugaran mengembangkan potensi anak didik sesuai
jasmani, keterampilan gerak, keterampilan dengan tujuan pendidikan yang ingin
kritis, keterampilan sosial, penalaran, dicapai. Melaui permainan tradisional ini,
stabilitas emosional, tindakan moral dan anak-anak dapat memiliki kesegaran
pola hidup sehat dan pengenalan jasmaniah dan rohaniah. Di dalam
lingkungan bersih melalui aktivitas olahraga permainan tradisonal bukan
jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih hanya kesegaran jasmani dan rohani yang
yang direncanakan secara sistematis dalam didapat, nilai seperti nilai pendidikan,
rangka mencapai tujuan pendidikan dalam permainan tradisional juga memiliki
nasional (BSNP, 2006:1). nilai-nilai yang terkandung seperti fair
Olahraga pendidikan dimulai dari play, sportivitas, kejujuran, kecermatan,
usia dini. Sesuai kurikulum pendidikan kelincahan, ketepatan menentukan langkah
jasmani dan olahraga kesehatan untuk serta kemampuan bekerja sama.
anak usia dini atau anak sekolah dasar Kabupaten Ogan Komering Ilir
bertujuan untuk meningkatkan kebugaran merupakan Kabupen yang terletak.
jasmani anak. Pembelajaran pendidikan Kabupaten Ogan Komering Ilir salah satu
jasmani dan olahraga kesehatan di sekolah kabupaten yang masyarakatnya banyak
dasar dirancang dalam bentuk bermain, melakukan kegiatan permainan tradisional.
karena anak pada usia ini merupakan masa Salah satu prestasi yang telah diraih daerah
untuk anak bermain. Kesempatan anak Kabupaten Ogan Komering Ilir pernah
untuk melatih potensi-potensi adalah pada mewakili beberapa Kabupaten yang ada di

308
Sumatera Selatan untuk mengikuti event menumpulkan data atau informasi
nasional yakni invitasi permainan berbentuk opini dari sejumlah besar orang
tradisional tingkat III di Bangka pada terhadap topik atau isu-isu tertentu. Yang
tahun 2011, pada tahun 2013 juga bertujuan untuk mengetahui gambaran
Kabupaten OKI juga mengirimkan atletnya umum karakteristik dari populasi
untuk mengikuti invitasi permainan (Syaodih, 2008:54).
tradisional ke IV. Sehingga Oleh sebab itu,
Untuk Meningkatkan prestasi Kabupaten Dalam penelitian ini variabel yang
Ogan Komering Ilir permainan tradisional digunakan adalah variabel diskriptif.
harus di sosialisasikan kepada anak sejak Variabel yang akan diungkap dalam
dini, sehingga warisan budaya kita tidak penelitian ini adalah permainan dan
tenggelam dimakan zaman. Dari latar olahraga tradisional dalam pembelajaran
belakang tersebut peneliti bermaksud pendidikn jasmani dan olahraga kesehatan
untuk mensurvei kegiatan permainan pada siswa di sekolah dasar se-Kabupaten
tradisional di Kabupaten Ogan Komering Ogan Komering Ilir. Dari beberapa guru
Ilir khususnya dalam kegiatan penjaskes sekolah dasar.
pembelajaran penjasorkes di sekolah. Dari
uraian di atas, maka hal tersebut Populasi adalah sekelompok orang
mendorong penulis untuk mengadakan atau benda yang menjadi sumber.
penelitian yang berjudul survei permainan Pengambilan sampel yang memenuhi
dan olahraga tradisional dalam syarat-syarat tertentu yang berkaitan
pembelajaran penjasorkes pada siswa di dengan masalah penelitian (Arikunto,
Sekolah Dasar Kabupaten Ogan Komering 2010:173). Di dalam penarikan sampel,
Ilir. agar sampel yang terambil dapat mewakili
Tujuan penelitian ini adalah untuk populasi diperlukan langkah-langkah
mengetahui permainan dan olahraga untuk mengidentifikasi sifat-sifat populasi
tradisional dalam pembelajaran antara lain: 1) memiliki latar belakang
penjasorkes pada masing-masing sekolah keguruan yang sama. 2) semua sekolah
dasar Kabupaten Ogan Komering Ilir. memiliki sarana dan prasarana olahraga.
Permainan tradisional yang Berdasarkan sifat populasi itu ditetapkan
berkaitan dengan olahraga harus teknik penarikan sampel yang tepat untuk
memenuhi dua persyaratan yaitu berupa digunakan. Populasi untuk penelitian ini 17
olahraga dan sekaligus tradisional baik adalah seluruh guru pendidikan jasmani
dalam memiliki tradisi yang telah sekolah dasar se-Kabupaten Ogan
berkembang selama beberapa generasi, Komering Ilir.
maupun dalam arti sesuatu yang terkait
dengan tradisi budaya suatu bangsa secara Sampel adalah sebagian dari
luas (Ardiwinata dkk, 2006:1). populasi yang ingin diteliti. (Arikunto,
2010:174). Teknik pengambilan sampel
METODE yang digunakan adalah metode random
Jenis penelitian adalah penelitian sampling, yaitu beberapa guru pendidikan
deskriptif kuntitatif. Pengambilan data jasmani sekolah dasar (SD) se-Kabupaten
dalam penelitian ini menggunakan survei. Ogan Komering Ilir. Berikut sampel dalam
Penelitian survei digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

309
Tabel 1. Sampel Penelitian Metode kuesioner ini digunakan sebagai
No Sampel alat pengumpul data tentang permainan
1 SD Negeri 6 Kayuagung dan olahraga tadisional dalam
2 SD Negeri 18 Kayuagung pembelajaran penjasorkes pada siswa di
3 SD Negeri 1 Beti Jaya Kayuagung sekolah dasar Kabupaten Ogan Komering
4 SD Negeri 21 Kayuagung Ilir. Angket dijabarkan menjadi
5 SD Negeri 1 Lubuk Dalam pertanyaan-pertanyaan dengan perincian
6 SD Negeri 04 Muara Burnai I sebagai berikut:
7 SD Negeri 1 Kayuagung
8 SD Negeri 01 Lubuk Seberuk 1 Pertanyaan untuk mengungkap
pembagian waktu dalam kurikulum
yang terdiri dari:
Teknik penarikan sampel
menggunakan sampel random atau sampel 1) Jumlah jam pelajaran penjas kelas
acak karena di dalam pengambilan rendah dan kelas tinggi
sampelnya, peneliti mencampur subyek-
subyek. Di dalam populasi sehingga 2 Pertanyaan untuk penguasaan materi
semua subyek dianggap sama. Maka dan pembalajaran penjas khususnya
peneliti terlepas dari perasaan permainan tradisional yang terdiri dari:
mengistimewakan satu atau beberapa
subyek untuk dijadikan sampel. (Arikunto, 1) Kegiatan pembelajaran guru
2010:177) 2) penguasaan materi guru
Untuk pengambilan data yang 3) Sarana dan prasarana
sesuai dengan tujuan penelitian terlebih 4) Kesesuaian terhadap kurikulum
dahulu memilih teknik pengumpulan data
yang tepat. Adapun teknik pengumpulan 3 Pertanyaan untuk mengungkap
data yang dilakukan: karakteristik permainan serta gerak
yang dihasilkan:
Dokumen-dokumen bertujuan
untuk mengumpulkan data yang berkaitan 1) Hasil gerak secara keseluruhan
dengan objek penelitian serta dapat 3) Lokomotor
memperkuat dan melengkapi data yang 4) Non lokomotor
telah diperoleh. Metode dokumentasi 5) Manipulatif
digunakan untuk memperoleh data yang
akurat tentang proses permainan dan 4 Pertanyaan untuk mengungkap ranah
olahraga tradisional dalam pembelajaran / unsur-unsur penjas terdiri dari :
penjasorkes pada siswa di sekolah dasar
Kabupaten Ogan Komering Ilir. 1) Ranah Penjasorkes
Kuesioner sebagai alat pengukur 2) Kognitif
data penelitian dirumuskan dengan kriteria 3) Afektif
tertentu. Kuesioner yang dirumuskan tanpa 4) Psikomotor
kriteria yang jelas tidak banyak 5 Pertanyaan untuk minat terdiri dari :
manfaatnya dilihat dari tujuan penelitian.
1) minat siswa

310
2) minat guru Reliabilitas menunjukkan pada
suatu pengertian bahwa suatu instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang cukup dapat dipercaya untuk sebagai alat
menunjukkan tingkatan-tingkatan pengumpul data,karena instrumen tersebut
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. sudah baik. Reliabilitas menunjuk tingkat
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila keterandalan sesuatu. Reliabilitas artinya
mampu mengukur apa yang di inginkan dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan
dan dapat mengungkap data dari variabel (Arikunto, 2010:221). Rumus Alpha yang
yang diteliti secara tepat (Arikunto, digunakan dalam Arikunto (2010:196):
2010:211) Validitas instrumen penelitian r 11 =
ini menggunakan derajat kesahihan yang
diuji melalui analisis secara rasional yang Keterangan:
disebut dengan validitas logis. Di katakan r 11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
validitas logis karena validitas ini k : banyaknya item
diperoleh dengan suatu usaha melalui cara : jumlah varians skor tiap-tiap item
yang benar sehingga menurut logika kan : varians total
dicapai suatu tingkat validitas yang Dengan rumus varians:
diinginkan. Rumus yang digunakan =
adalah:
Keterangan:
r xy = X: skor pada belah awal dikurangi skor
pada belah akhir.
Keterangan: Koefisien antara X dan Y N: jumlah responden uji coba. (Arikunto,
N : Banyaknya subjek/siswa yang 2010:228)
diteliti
X : Jumlah skor tiap butir soal Metode analisis data harus melaui
Y : Jumlah skor total alat pengambilan data yang dihasilkan.
2
X : Jumlah kuadrat skor butir soal Dalam hal ini berbentuk riset deskriptif
2
Y : Jumlah kuadrat skor total bersifat eksploratif yang bertujuan untuk
(Arikunto, 2010:213) mengambarkan keadaan status fenomena.
Peneliti dalam penelitian ini ingin
Keterandalan ini menggambarkan mengetahui permainan tradisional dalam
derajat keajegan, atau konsistensi hasil pembelajaran penjasorkes pada siswa di
pengukuran. Suatu alat ukur dikatakan sekolah dasar Kecamatan Kayuagung.
reliabilitas jika alat ukur mengahsilkan Data yang dihasilkan nanti bersifat
suatu gambaran yang benar-benar dapat kuantitatif, yaitu yang digambarkan
dipercaya dan dapat diandalkan untuk dengan kata-kata atau kalimat
membuahkan hasil pengukuran yang dipisahpisahkan menurut kategori untuk
sesungguhnya. Alat pengukuran dikatakan memperoleh kesimpulan Teknik deskriptif
reliabel jika pengukuran yang dilakukan kulitatif dengan prosentase adalah data
berulang-ulang dengan memakai alat yang kualitatif yang ada akan dikuantitatifkan,
sama terhadap obyek dan subyek sama diangkakan sekedar untuk mempermudah
hasilnya akan tetap atau relatif sama dua atau lebih data variabel kemudian
(Nurhasan, 2005:7.8). setelah dapat hasil akhir lalu

311
dikualitatifkan kembali (Arikunto, meliputi Kognitif sebesar 78,1%,
2010:282). Rumus yang dipakai dalam Afektif sebesar 81,3%, Psikomotor
penelitian ini adalah sebagai berikut: sebesar 81,25%, penjasorkes sebesar
%= x 100 84,77%.
Keterangan : 5. Minat sebesar 83,26% meliputi minat
% : Prosentase guru 86,16%, dan minat siswa
n : Jumlah yang diperoleh dari data 80,36%.
N : Jumlah skor ideal (maksimal) Berdasarkan hasil analisa data
menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan
permainan tradisional pada siswa di
HASIL DAN PEMBAHASAN sekolah dasar se-Kabupaten Ogan
Hasil penelitian survei tentang Komering Ilir adalah baik. Pelaksanaan
permainan tradisional dalam pembelajaran olahraga permainan tradisional sesuai
penjasorkes pada siswa di sekolah dasar indikator: Ketersediaan waktu dengan
se-Kabupaten Ogan Komering Ilir yang jumlah 79,66% dengan kriteria baik
dilakukan pada guru penjasorkes sekolah dikarenakan guru penjasorkes dalam
dasar se- se-Kabupaten Ogan Komering pemanfaatan waktu pembelajaran
Ilir . permainan tradisional dari kelas rendah
Berdasarkan perhitungan dan kelas tinggi sudah baik dan sesuai
prosentase skor masing-masing indikator dengan pembagian jumlah jam
yang mempengaruhi permainan tradisional pembelajaran di sekolah dasar. Adapun
pada siswa di sekolah dasar se-Kabupaten 20,34% guru penjasorkes di Sekolah Dasar
Ogan Komering Ilir menunjukkan bahwa yang berbeda tempat akan memenuhi
faktor: waktu 24 jam mata pelajaran penjasorkes
di sekolah dasar.
1. Ketersediaan waktu 79,66% Materi dan pembelajaran penjasorkes
dengan kriteria baik sebesar 84,20%
2. Ketersediaan materi dan pembelajaran meliputi pembelajaran 87,5%, sarana dan
penjasorkes sebesar 84,20% meliputi prasarana sekolah 78,12% dan kesesuaian
pembelajaran 87,5% dan penguasaan kurikulum 78,1%. dan penguasaan materi
materi 85,27%, Sarana dan prasarana 82,57 %. Materi di dalam memberikan
sekolah 78,12 % dan Kesesuaian jenis permainan tradisional kepada siswa
kurikulum 78,1%. yaitu guru dituntut untuk menguasai teknik
dasar permainan tradisional serta materi
3. Karakteristik permainan serta gerak yang ada di dalamnya. Dengan penguasaan
yang dihasilkan sebesar 74,03% materi dan teknik dasar akan
meliputi hasil gerak 81,25%, mempermudah guru dalam penyampaian
lokomotor sebesar 72,77%, non materi kepada siswa, dan siswa bisa
lokomotor sebesar 72,03%, menerima, memahami dan menguasai
Manipulatif sebesar 84,4%. dan faktor permainan tradisional tersebut. Jenis
resiko sebesar 80,36% permainan dan olahraga tradisional di
Indonesia banyak dan bervariasi oleh
4. Unsur-unsur penjas sebesar 83,59% sebab itu guru harus memahami cara
permainan tradisonal untuk disampaikan

312
kepada siswa diantara permaianan dan sebesar 72,77 %, non lokomotor sebesar
olahraga tradisional yang sering dimainkan 72,03%, manipulatif sebesar 84,4% dan
anak-anak di sekolah dasar Kabupaten faktor resiko sebesar 80,36% dengan
Ogan Komering Ilr meliputi hadangan, menggunakan permainan tradisional ini
enggrang, terompa panjang/ Bakiak, ular guru mengetahui hasil gerak yang
nangkap ekornya, kucing tikus, betengan, dihasilkan oleh siswa sebesar 81,25%
lompat tali. Untuk sarana dan prasarana dalam pembelajaran penjas sesuai dengan
sekolah dasar se- Kabupaten Ogan hasil yang diharapkan serta mengetahui
Komering Ilir sebesar 78,12%, faktor bahaya resiko yang akan muncul
ketersediaan peralatan sarana dan atau yang akan terjadi, apabila siswa
prasarana yang memadai untuk proses melakukan permainan tradisional tersebut,
pembelajaran disini guru dituntut untuk selain itu guru harus mengetahui dan
lebih kreatif lagi yaitu menggunakan memahami karakteristik dari setiap
peralatan dengan permainan tradisional masing-masing permainan tradisional
yang disesuaikan dengan karakteristik mulai dari gerak lokomotor, non
siswa di sekolah. Sekolah yang tidak lokomotor dan manipulatif. Gerak
memiliki lapangan atau halaman yang lokomotor itu sendiri sebesar 72,77%,
digunakan dalam pembelajaran disini guru penjasorkes mengetahui
penjasorkes guru penjas memanfaatkan macam-macam gerak lokomotor yang
lahan kosong, memanfaatkan lingkungan dihasilkan sesuai dalam permainan
sekitar warga yang mengarah ke materi tradisional yang dilakukan siswa disekolah
pembelajaran yang akan disampaikan dasar. Gerak non lokomotor sebesar
kepada siswa tersebut. Kemudian 72,03%, gerak-gerak apa saja yang
kesesuaian kurikulum 78,1%. Penggunaan dihasilkan siswa yang terdapat di
materi permainan tradisional yang akan permainan tradisional guru mengetahui
diterapkan atau digunakan mengacu pada hasil gerak non lokomotor tersebut.
indikator kurikulum yang ada. Sehingga Kemudian gerak manipulatif sebesar
permainan tradisional yang digunakan 84,4%, guru penjasorkes mengetahui hasil
dalam pembelajaran penjas mempunyai gerak manipulatif yang dihasilkan oleh
tujuan arah yang jelas. Adapun 16,80% siswa dan sesuai yang diharapkan. Dengan
yang lain terdiri dari: pembelajaran dan demikian guru bisa mengetahui
penguasaan materi ada yang melakukan karakteristik permainan tradisional serta
proses pembelajaran tanpa evaluasi dan gerak yang dihasilkan siswa dari masing-
penguasaan materi yang masih kurang, masing permainan tradisional sehingga
sarana prasarana yang kurang dan tidak permainan tradisional ini layak untuk
layak untuk digunakan dalam digunakan dalam pembelajaran
pembelajaran penjasorkes, kurangnya penjasorkes pada siswa di sekolah dasar
kesesuaian materi terhadap kurikulum, se-Kabupaten Ogan Komering Ilir.
sehingga pembelajaran penjasorkes tidak Adapun 25,97% yang lain dari hasil
akan punya arah dan tujuan yang jelas. karakteristik permainan masih ada guru
Karakteristik permainan serta gerak penjas yang masih kurang mengetahui
yang dihasilkan dengan kriteria baik tentang karakteristik gerak serta faktor
sebesar 74,03% meliputi, hasil gerak resiko bahaya yang ada didalam permainan
secara keseluruhan 81,25%, lokomotor tradisional.

313
Unsur-unsur penjasorkes dengan diberikan disekolah, siswa tidak takut
kriteria sangat baik sebesar 83,59%, untuk mengikuti pembelajaran penjas
permainan tradisional yang akan sesuai karakteristik siswa disekolah dasar
digunakan dalam pembelajaran yang masih suka dengan bermain,
penjasorkes tidak lepas dari unsur-unsur sehingga permainan tradisional ini tepat
penjas yang terkandung didalamnya, sekali digunakan dalam pembelajaran
seperti unsur kognitif sebesar 78,1%, yang penjasorkes, selain itu minat guru sebesar
menyangkut kemampuan siswa dalam 86,16%, guru juga termotivasi sekali untuk
bermain tentunya siswa akan berpikir menggunakan permainan tradisional dalam
bagaimana cara memecahkan masalah pembelajaran penjasorkes sebagai sumber
dalam bermain, selanjutnya afektif sebesar bahan ajar yang baru, karena bermanfaat
81,3%, yang ditunjukkan pada sikap atau untuk mengatasi permasalahan-
perilaku siswa dalam bermain, sehingga permasalahan yang ada di sekolah dasar
guru bisa mengamati perilaku siswa dan terutama dalam pembelajaran penjasorkes.
bisa menilai sikap yang muncul dalam Adapun 16,74% dari minat ada beberapa
bermain. Psikomotor sebesar 81,25% guru dan siswa yang tidak suka dengan
psikomotor mengenai bagaimana siswa permainan tradisional karena kurangnya
bisa melakukan permainan tradisional ketertarikan guru penjas dan siswa
dengan peraturan yang ada sehingga gerak terhadap permainan tradisional disebabkan
yang dilakukan yang dihasilkan siswa ketidaktahuan guru dan siswa terhadap
sudah sesuai yang diharapkan sehingga permainan dan olahraga tradisional.
apabila terjadi kesalahan dalam bermain .
maka guru penjas bisa mengoreksi dengan
baik, dari hasil gerak yang dilakukan siswa SIMPULAN
dalam penjasorkes sebesar 84,77% Berdasarkan penelitian dan
permainan tradisional yang digunakan pembahasan dapat diambil simpulan
dalam pembelajaran bermanfaat bagi tubuh bahwa permainan dan olahraga tradisional
siswa karena tidak semua permainan dalam pembelajaran penjasorkes pada
tradisional memiliki unsur-unsur yang ada siswa di sekolah dasar se-Kabupaten Ogan
didalamnya. Jadi guru tidak asal memberi Komering Ilir yang berjumlah 8 sekolah
permainan tradisional dengan mudah dasar tergolong baik, Hal ini terbukti dari
begitu saja tetapi juga mempertimbangkan jumlah pembagian waktu pembelajaran
pula unsur-unsur penjas yang mencakup yang baik sebesar 79,66%, kemampuan
semuannya. adapun 16,41% dari unsur guru dalam penguasaan materi dan
penjasorkes masih ada guru penjas yang pembelajaran penjasorkes yang tergolong
belum mengetahui mengenai unsur-unsur baik sebesar 84,20%, meliputi sarana
apa saja yang ada didalam permainan prasarana, dan kesesuaian kurikulum,
tradisional. kemudian karakteristik permainan serta
Minat dengan kriteria baik sebesar gerak yang dihasilkan dengan kriteria baik
83,26% meliputi minat siswa 83,36%, yaitu sebesar 74,03 %, meliputi hasil gerak
dengan adanya permainan tradisional yang dan fakor resiko dari siswa. Unsur-unsur
digunakan dalam pembelajaran penjas penjasorkes yang tergolong sangat baik
tentunya siswa sangat minat sekali dengan sebesar 83,59 % meliputi kognitif, afektif,
permainan-permainan tradisional yang psikomotor dan jasmani siswa, serta minat

314
yang tergolong baik sebesar 83,26 %, BSNP. 2006. Standar Kompetensi dan
meliputi minat siswa dan minat guru Kompetensi Dasar Sekolah Dasar
dalam penggunaan permainan tradisional. dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.

UCAPAN TERIMA KASIH [Opsional] Nurhasan. 2005. Penilaian Pembelajaran


Penulis mengucapkan banyak Penjaskes. Jakarta: Universitas Terbuka.
berterima kasih kepada:
1. Rusli Ibrahim. 2005.
R Pengantar
ektor Universitas Bina Darma, Prof. Ir. Kependidikan. Jakarta: Depdiknas.
H. Bochari Rahman, M.Sc., yang telah
memberikan izin untuk melakukan
penelitian ini. Soemitro. 1992. Permainan Kecil. Jakarta:
2. Depdikbud. R
eviewer penelitian dosen pemula 2016.
3. Syaodih, Nana. 2005. DMetode Penelitian.
irektur Lembaga Penelitian dan Bandung: Remaja Rosdya Karya.
Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Bina Darma Dr.
Hardiyansyah, M.Si., yang telah
memberikan fasilitasi.
4. P
rof. Waspodo, M. Ed., Ph.D. Dekan
Fakultas Ilmu Pendidikan dan
Keguruan, yang telah memberikan
motivasinya.
5. R
ekan-rekan dosen yang ikut
menyemangati penelitian ini.
6. R
esponden siswa SD Kabupaten Ogan
Komering Ilir yang telah memberikan
datanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiwinata, Achmad Allatie. 2006.


Kumpulan Permainan Rakyat
Olahraga Tradisional. Jakarta:
KEMENEGPORA.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

315
EFEK SISTEM RESPIRASI TERHADAP LATIHAN AEROBIC
Irma Febriyanti
Jurusan Pendidikan Olahraga, FIK Unesa
rayhan_irma@yahoo.co.id
Abstrak
Tubuh kita mempunyai daya pertahanan untuk menjaga agar paru dan saluran napas kita
dapat berfungsi dengan baik. Mekanisme ini kita sebut sebagai mekanisme pertahanan
paru. Disamping itu perlu pula untuk mengetahui cara-cara mempertahankan latihan-
latihan yang dikerjakan terutama untuk otot dan paru. Pada manusia organ pernapasan
utamanya adalah paru-paru (pulmo) dan dibantu oleh alat-alat pernapasan lain. Jalur
udara pernapasan untuk menuju sel-sel tubuh adalah : Rongga hidungfaring (rongga
tekak)laringtrakea (batang tenggorokan)bronkusparu-parualveolussel-sel
tubuh. Proses pengambilan udara masuk ke dalam tubuh disebut inspirasi atau menarik
napas, sedangkan pengeluaran udara dari dalam tubuh disebut ekspirasi atau
menghembuskan napas. Konsumsi oksigen normal pada pria dewasa muda sewaktu
istirahat adalah sekitar 250 ml per menit. Namun, pada keadaan maksimum, hal ini
dapat di tingkatkan sampai tingkat berikut : pria rata-rata tidak terlatih 3600 ml/menit,
pria rata-rata terlatih dalam atletik 4000ml/menit, pelari marathon pria 5100 ml/menit.
ventilasi paru pada latihan maksimum 100-110 liter/menit, kapasitas pernapasan
maksimum 150-170 liter/menit. Pertukaran udara selama olahraga harus ditingkatkan
agar perbandingan udara alveolar yang normal dapat dipelihara. Secara khusus tingkat
oksigen yang relatif tinggi dan tingkat CO2 yang relatif rendah dapat dipertahankan
dalam udara alveolar. Kondisi semacam itu diperlukan untuk menjamin stabilitas diffusi
oksigen kedalam darah dan diffusi CO2 keluar dari darah. Dampak progresif dari latihan
atletik terhadap VO2 Max yang dicatat dalam suatu kelompok subjek yang dimulai pada
tingkat tanpa latihan dan kemudian meningkatkan program latihan selama 7-13 minggu.
Dalam suatu penelitian, sangat mengejutkan bahwa VO2 Max meningkat hanya sekitar
10%. Lagi pula frekuensi latihan baik 2 kali atau 5 kali perminggu, memberikan sedikit
perbedaan dalam peningkatkan VO2 Max. Namun VO2 Max pelari marathon adalah
sekitar 45% lebih besar dari pada orang yang tidak terlatih.

Kata Kunci : Sistem Respirasi, Latihan Aerobik

316
PENDAHULUAN cara berlatih, maka diharapkan ada
Tubuh kita mempunyai daya perubahan yang menunjang tujuan dari
pertahanan untuk menjaga agar paru dan latihan. Disamping itu perlu pula untuk
saluran napas kita dapat berfungsi dengan mengetahui cara-cara mempertahankan
baik. Mekanisme ini kita sebut sebagai perubahan-perubahan tersebut sehingga
mekanisme pertahanan paru yang terdiri tidak perlu dilatih dari awal. Oleh karena
dari : bentuk anatomis saluran nafas, berupa latihan-latihan yang dikerjakan terutama
saluran napas yang berbelok-belok, reflex untuk otot dan paru, maka akan terlihat
batuk, upaya paru untuk mengeluarkan apa perubahan-perubahan pada kedua alat
saja yang ada/ masuk kedalam partikel yang tersebut.
mencapai permukaan alveoli. Bila LATIHAN
mekanisme pertahanan paru ini baik, maka Kata latihan dalam lingkup
bahan yang bersifat infeksi dapat pembinaan olahraga sehari-hari sering
dikeluarkan dan bila mekanisme ini tidak digunakan untuk menyebutkan secara
berjalan dengan baik maka dapat terjadi praktis istilah exercise dan training yang
infeksi paru berulang. Disamping peranan sesungguhnya kedua istilah itu mempunyai
paru dan saluran napas, juga sangat penting makna yang berbeda. Kata respons dan
peranan rongga dada dan otot yang adaptasi juga sering digunakan secara
menyelaputinya. Otot pernapasan adalah bergantian dalam buku teks fisiologi kerja
otot yang menambah ukuran rongga dada sehubungan dengan perubahan yang terjadi
terdiri dari diafragma, otot yang menyekati didalam tubuh. Istilah-istilah exercise,
rongga dada dan rongga perut, otot diantara training, respons dan adaptasi ini perlu
tulang iga, otot tertentu dileher. Otot diperjelas karena berkaitan dengan
pernapasan berfungsi pada saat memasukkan pengaruhnya terhadap tubuh serta ciri beban
dan mengeluarkan napas. Bila kita latihan dan prinsip latihan itu sendiri.
mengembangkan dada, berarti otot Dalam Oxforf Dictionary of Sport
pernapasan berkontraksi, diafragma akan Science and Medicine (Kent, 1994), kata
menekan rongga perut, mengakibatkan exercise diartika sebagai : 1) gerakan-
rongga dada membesar dan udara masuk ke gerakan dan kegiatan fisik yang melibatkan
dalam paru, sebaliknya bila dada mengempis penggunaan kelompok otot besar seperti
udara keluar dari paru. dansa, kalistenik, permainan dan aktivitas
Gerak yang diaplikasikan dalam yang lebih formal seperti jogging, berenang
bentuk latihan olahraga sepertinya telah dan berlari, 2) susunan gerakan apa saja
menjadi rutinitas, bahkan dijadikan gaya yang dirancang untuk melatih atau
hidup. Dengan alasan meningkatkan memperbaiki keterampilan, sedangkan
kesehatan, kekuatan, ketahanan, kelentukan, training diartikan sebagai suatu program
kelincahan, dan kecepatan. Bila latihan exercise yang dirancang untuk membantu
dilakukan secara teratur dan sesuai dengan pembelajaran keterampilan, memperbaiki

317
kesegaran jasmsni untuk menyiapkan atlet yang bersifat umum dan berlaku untuk
menghadapi kompetisi tertentu. semua cabang olahraga, sedangkan teori
Lamb (1984) mengindentikkan khusus latihan meliputi masalah-masalah
exercise dengan acute exercise, latihan yang berkaitan dengan cabang atau
sedangkan training bersesuaian dengan event olahraga yang sesuai.
istilah chronic exercise. Acute exercise Salah satu batasan yang sederhana
adalah latihan dengan periode pemberian yang mungkin dapat diberikan untuk
beban kerja tunggal, sedangkan chronic training adalah, training adalah proses yang
exercise adalah pemberian beban kerja yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan berulang-ulang melebihi beberapa dilakukan secara berulang-ulang, dengan
hari atau bulan. Menurut Rushall dan Pyke kian hari kian menambah jumlah beban
(1990), serta Dick (1995) exercise latihan atau pekerjaannya. (Harsono: 1982).
merupakan unit dasar suatu sesi latihan yang Yang dimaksud dengan sistematis
disebut training unit yaitu pelaksanaan adalah, berencana, menurut jadwal, menurut
suatu tugas dengan tujuan yang telah pola dan sistem tertentu, metodis, dari
ditetapkan, seperti berenang 20 meter, mudah ke sukar, latihan yang teratur, dari
melempar cakram, dan melakukan usaha sederhana ke yang lebih kompleks.
melompat sejauh dua meter. Menurut Berulang-ulang maksudnya ialah agar
Janssen (1989) exercise adalah usaha yang gerakan-gerakan yang semula sukar
mengerahkan tenaga, atau menurut Fox dilakukan menjadi semakin mudah,
(1993) yaitu aktivitas apa saja yang otomatis, dan reflektif pelaksanaannya
melibatkan pembangkitan tenaga melalui sehingga semakin menghemat energi. Kian
penggiatan otot. Sedangkan latihan hari maksudnya ialah setiap kali, secara
(training) menurut Bompa (1994) adalah periodik, segera setelah tiba saatnya untuk
suatu program exercise untuk ditambah bebannya, jadi bukan berarti harus
mengembangkan kinerja dan kapasitas setiap hari.
energi atlet menghadapi kejuaraan tertentu. Dengan berlatih secara sistematis
Jadi jelas bahwa exercise adalah aktivitas dan melalui pengulangan-pengulangan
yang dilakukan dalam satu sesi, sedangkan (repetitions) yang konstan, maka organisasi-
training merupakan exercise yang dilakukan organisasi yang mekanisme
secara berulang-ulang yang harus memenuhi neurophysiologis kita akan menjadi
ciri-ciri beban latihan dan prinsip bertambah baik, gerakan-gerakan yang
pembebanan. semula sukar dilakukan lama-kelamaan akan
Teori latihan digambarkan sebagai merupakan gerakan-gerakan yang otomatis
sebuah penyajian yang terdiri dari : Prinsip- dan reflektif yang semakin kurang
prinsip latihan, tujuan latihan, jenis latihan, membutuhkan konsentrasi pusat-pusat
isi latihan, metode latihan, rencana latihan, syaraf daripada sebelum melakukan latihan-
bentuk organisasi latihan, evaluasi dan latihan tersebut. Dengan demikian maka hal
kontrol latihan, teori kompetisi. Teori umum ini akan pula mengurangi jumlah tenaga
latihan berkaitan dengan prinsip-prinsip yang dikeluarkan, sebab gerakan-gerakan

318
tambahan yang tidak diperlukan kini dapat dilaksanakan berdasarkan suatu sistem yang
diabaikan. Hanya melalui rangsangan atau mengikuti prinsip-prinsip latihan yang
stimulasi yang maksimal atau hampir bersifat dasar.
maksimal, dan latihan yang kian hari kian Latihan adalah memberikan tekanan
bertambah berat, maka perubahan- fisik secara teratur,sistematis,
perubahan tersebut akan dapat dicapai. berkesinambungan sedemikian rupa
Menurut Dietrich Martin, latihan sehingga dapat meningkatkan kemampuan
olahraga adalah suatu proses yang fisik dalam melakukan aktifitas. (FOX
direncanakan yang mengembangkan 1993). Olahraga yang biasa kita kerjakan
penampilan olahraga yang kompleks dengan bersifat aerobic dan anaerobic, keduanya
memakai isi latihan, tindakan-tindakan memiliki sistem energi yang berbeda.
organisasional yang sesuai dengan maksud Aerobik dan anaerobik sangat erat kaitannya
dan tujuan. Penganalisaan yang diberikan dengan ventilasi sistem pernapasan.
diatas, beberapa pernyataan harus Olahraga aerobik melibatkan kelompok
dijelaskan sebagai berikut : kelompok otot besar dan dilakukan dengan
Latihan adalah suatu proses atau, intensitas yang cukup rendah serta dalam
dinyatakan dengan kata lain, periode waktu waktu yang cukup lama.anaerobik
yang berlangsung selama beberapa tahun, dilakukan dengan intensitas tinggi dalam
sampai atlet tersebut mencapai standart waktu cepat.
penampilan yang tinggi. Latihan dasar untuk SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
pemula biasanya berlangsung selama dua Pada manusia organ pernapasan
tahun, tahap intermediate selama dua tahun utamanya adalah paru-paru (pulmo) dan
lagi dan latihan lanjut kira-kira dua sampai dibantu oleh alat-alat pernapasan lain. Jalur
empat tahun, sampai kapasitas penampilan udara pernapasan untuk menuju sel-sel
yang maksimal. tubuh adalah : Rongga hidungfaring
Latihan yang modern harus (rongga tekak)laringtrakea (batang
direncanakan secara berhati-hati. Sebuah tenggorokan)bronkusparu-
rencana latihan mencakup semua tindakan parualveolussel-sel tubuh.
yang diperlukan untuk mencapai sasaran-
sasaran latihan. Ada rencana jangka pendek,
jangka menengah, dan rencana jangka
panjang. Rencana-rencana latihan disusun
berdasarkan pada segi latihan tunggal,
mingguan, bulanan, tahunan, dan jangka
waktu yang lebih panjang.
Latihan yang sistematis adalah
dilakukan secara teratur, latihan tersebut
berlangsung beberapa kali dalam satu
minggu, tergantung pada standart atlet dan A. Alat Pernapasan Manusia
periode latihan. Selanjutnya latihan tersebut 1. Rongga Hidung

319
2. Faring C. Konsumsi Oksigen dan Ventilasi Paru
3. Laring dalam Latihan.
4. Trakea
B. Proses dan Mekanisme Pernapasan Konsumsi oksigen normal pada pria
dewasa muda sewaktu istirahat adalah
Proses pengambilan udara masuk ke sekitar 250 ml per menit. Namun, pada
dalam tubuh disebut inspirasi atau menarik keadaan maksimum, hal ini dapat di
napas, sedangkan pengeluaran udara dari tingkatkan sampai tingkat berikut : pria rata-
dalam tubuh disebut ekspirasi atau rata tidak terlatih 3600 ml/menit, pria rata-
menghembuskan napas. Mekanisme rata terlatih dalam atletik 4000ml/menit,
pernapasan dikenal dua macam, yaitu pelari marathon pria 5100 ml/menit.
pernapasan dada dan pernapasan perut. Seberapa berat stress yang diberikan pada
Pernapasan dada terjadi karena gerakan sistem pernapasan selama latihan? Ini
tulang-tulang rusuk oleh otot-otot antar terjawab dengan membandingkan nilai
rusuk (interkostal). Inspirasi terjadi jika otot- normal pria berikut ini : ventilasi paru pada
otot antar rusuk berkontraksi sehingga latihan maksimum 100-110 liter/menit,
tulang-tulang rusuk terangkat keatas, kapasitas pernapasan maksimum 150-170
demikian pula tulang dada ikut terangkat liter/menit.
keatas, sehingga rongga dada membesar, Jadi kapasitas pernapasan maksimum
sebaliknya ekspirasi terjadi jika otot-otot adalah sekitar 50% lebih besar daripada
antar rusuk relaksasi. Pernapasan perut ventilasi paru sesungguhnya selama latihan
terjadi karena gerakan otot diafragma (sekat maksimum hal ini jelas menyediakan
rongga badan yang membatasi rongga dada elemen keamanan bagi atlet, memberikan
dan rongga perut). ventilasi ekstra yang dapat digunakan pada
1. Respirasi / Pernapasan Dada kondisi seperti (1) latihan pada ketinggian,
- Otot antar tulang rusuk luar (2) latihan pada kondisi sangat panas, dan
berkontraksi atau mengerut (3) abnormalitas sistem pernapasan. (Guyton
- Tulang rusuk terangkat ke atas 1994).
- Rongga dada membesar yang Istilah respirasi adalah pertukaran gas yang
mengakibatkan tekanan udara dalam terjadi antara organisme tubuh dengan
dada kecil sehingga udara masuk ke lingkungan sekitarnya. Proses respirasi
dalam badan. dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni:
2. Respirasi / Pernapasan Perut pernapasan luar (external respiration),
- Otot difragma pada perut mengalami pernapasan dalam (internal respiration) dan
kontraksi pernafasan selular (cellular respiration).
- Diafragma datar Pernapasan luar, artinya oksigen dari udara
- Volume rongga dada menjadi besar luar masuk ke alveoli paru kemudian masuk
yang mengakibatkan tekanan udara pada kedarah, pernapasan dalam ,oksigen
dada mengecil sehingga udara pasuk ke biologis, maksudnya penggunaan oksigen
paru-paru. oleh sel-sel tubuh yang kemudian
menghasilkan energi, air dan

320
karbondioksida. Karbondioksida bergerak Peningkatan yang berarti pada
dengan jalan berdifusi dari jaringan kedarah, ventilasi semenit, disebabkan oleh semakin
dan setelah diangkut ke paru, kemudian cepatnya atau semakin dalamnya bernapas
kelaur ke udara luar. Proses pertukaran atau karena oleh kedua-duanya . selama
udara luar dengan udara di dalam paru melakukan latihan yang berarti frekuensi
dinamakan ventilasi paru. bernapas pada orang muda dan sehat
D. VENTILASI SEMENIT biasanya, meningkat antara 35-45 kali
Ventilasi terdiri dari dua fase, yaitu permenit, sehingga volume tidal bisa
waktu udara masuk ke paru dinamakan mencapai 2,0 liter bahkan lebih. Sebagai
inspirasi atau menghirup udara dan waktu akibatnya, dengan meningkatnya frekuensi
udara keluar dari paru ke lingkungan sekitar, bernapas dan volume tidal, maka ventilasi
dinamakan ekspirasi atau menhembuskan semenit dapat dengan muda mencapai 100
udara. Ventilasi semenit adalah berapa liter atau sekitar 17 kali lebih besar daripada
banyak udara yang dihirup atau waktu istirahat. Pada atlet daya tahan (laki-
dihembuskan (tidak kedua-duanya) dalam laki) dalam kondisi yang baik, ventilasi
waktu satu menit. Tetapi biasanya yang semenit dapat mencapai 160 liter per menit
sering digunakan sabagai ukuran adalah selama melakukan latihan maksimal.
udara yang dikeluarkan (VE) bukan jumlah Malahan, Wilmore,dkk (1972) melaporkan,
udara yang dihirup (VI). Jumlah ini dapat bahwa ventilasi semenit sebesar 208 liter per
ditentukan dengan mengetahui : 1) volume menit yang dicapai oleh seorang pemain
tidal (VT), yaitu berapa banyak jumlah sepak bola professional pada waktu
udara yang dikeluarkan setiap daur melakukan latihan maksimal dengan sepeda
pernapasan , dan 2) frekuensi bernapas (f), ergocycle. Walaupun ventilasi semenit
yakni berapa kali bernapas dalam satu sebesar itu, namun volume tidal sangat
menit, sehingga dapat ditulis dengan jarang melebihi 55% dari kapasital vital,
persamaan sebagai berikut : VE baik pada orang yang terlatih maupun pada
VT orang yang tidak terlatih (Folinsbee, L.J,
f dkk,1983).
Ventilasi semenit = volume E. Ventilasi Alveolar dan Ruang Mati
tidal x frekuensi bernapas Tidak semua udara pada setiap kali
(1/menit) (liter) bernapas masuk ke alveoli dan oleh karena
(per menit) itu, tidak semuanya udara yang kita hirup
terlibat didalam pertukaran gas. Jadi udara
Pada waktu istirahat, frekuensi bernapas segar yang dapat masuk ke alveoli
biasanya 12 kali per menit sedangkan dinamakan ventilasi alveolar. Sedangkan
volume tidal rata-rata 0,5 liter udara per udara yang tetap berada dalam lintasan
sekali bernapas. Dalam keadaan seperti ini, pernapasan (hidung,mulut, faring, laring,
volume udara waktu bernapas dalam satu trahea, bronhi, dan bronhioll) dan tidak ikut
menit, atau ventilasi semenit adalah 6 liter. dalam pertukaran gas dinamakan ruang mati
anatomis. Pada orang sehat volume udara

321
pada ruang mati anatomis rata-rata 150-200 latihan tidak menyebabkan menurunya
ml, atau sekitar 30 % dari volume tidal ventilasi alveolar, karena volume tidal dan
istirahat. Selama melakukan latihan, terjadi frekuensi bernapas meningkat secara
pelebaran lintasan pernapasan, sehingga proporsional. Misalnya selama latihan
ruang mati anatomis menjadi lebih besar, moderat ventilasi semenit = 40 liter per
tetapi karena volume tidal pada waktu menit, volume tidal = 1,6 liter setiap
latihan juga meningkat, ventilasi alveolar bernapas, ruang = 0,3 liter setiap bernapas,
juga tetap memadai, dan karena itu dan frekuuensi bernapas = 25 kali permenit,
pertukaran gas tetap bisa dipertahankan. maka ventilasi alveolar akan menjadi :
Ventilasi alveolar, tergantung kepada 3 (1,6 X 0,3) X 25 = 32,5 liter per menit.
faktor: Ini menunjukan bahwa 80 % dari udara yang
1. Dalamnya waktu menarik nafas dihirup per menit bertukar dengan udara
(volume tidal) alveoli. Ventilasi semenit tidak selalu
2. Kecepatan waktu bernafas mengggambarkan ventilasi alveolar yang
(frekuensi), dan sebenarnya. Contoh : pada waktu bernapas
3. Ukuran ruang mati. pendek, volume tidal menurun sampai 150
Ventilasi semenit istirahat 6,0 liter permenit mililiter, yang masih mungkin untuk
, volume tidal (VT) adalah 0,5 liter dan mencapai 6 liter ventilasi semenit, apabila
frekuensi bernafas 12 kali permenit (0,5 X frekuensi bernapas ditingkatkan menjadi 40
12 = 60 liter permenit). 35 B volume tidal kali permenit.
0,25 liter dan frekuensi bernafas 24 kali Ventilasi semenit dalam jumlah yang sama,
permenit. Pengaruh volume tidal (VT) dan yaitu 6 liter juga dapat dicapai dengan
frekuensi bernafas (F) pada ventilasi mengurangi frekuuensi bernapas, menjadi
alveolar. Bentuk bundaran menggambarkan 12 kali per menit dan menaikkan volume
lintasan pernapasan atau ruang mati (RM). tidal menjadi 500 mililiter. Begitu juga
(0,25 X 24 = 6,0 liter per menit). Apabila dengan menggandakan volume tidal dan
ruang mati anatomis (RM) 0,15 liter, ventilatori dikurangi sampai menjadi
kemudian 0,35 liter udara segar (0,5 0,15) setengahnya, seperti pada bernapas , 6 liter
akan masuk ke alveoli dalam sekali ventilasi semeniit juga dapat dicapai. Setiap
bernapas tetapi hanya 0,10 liter (0,25-0,15) penyesuaian ventilatori, bagaimanapun juga
yang akan masuk ke alveoli. Ini berarti, mempunyai pengaruh yang drastis terhadap
bahwa ventilasi alveolar akan mencapai 4,2 ventilasi alveolar. Pada contoh bernapas
liter per menit (0,35X12) dan pertukaran gas dangkal, semua udara berada diruang mati,
yang cukuppada membrane kapiler sehingga ventilasi alveolar kosong. Pada
alveolar dapat dijamin. Sebaliknya ventilasi contoh yang lain, dengan bernapas dalam-
alveolar akan menurun sampai hanya 2,4 dalam dan setiap berrnapas dalam jumlah
liter permenit ([0,25-0,15] X 24) dan yang besar, udara yang masuk dan
pertukaran menjadi tidak memadai. bercampur dengan udara yang ada di
Hubungan ini menunjukkan mengapa alveolar. Jadi ventilasi alveolar ditentukan
membesarnya ruang mati (RM) selama

322
oleh konsentrasi gas pada membran kapiler yang lebih besar pada orang yang terlatih
alveolar. daripada orang yang tidak terlatih. Seperti
F. Volume dan Kapasitas Paru juga pada wanita, meskipun nilai absolute
Ada beberapa volume paru yang lain lebih rendah, yaitu hampir 25 % sebagaian
yang bisa dipergunakan untuk mengukur terbesar perubahan ini dapat dihubungkan
fungsi paru, karena itu mengetahui semua dengan kenyataan, bahwa latihan
volume paru yang lain akan banyak menyebabkan peningkatan fungsi pulmoner
membantu kita untuk lebih mengerti tentang dan oleh karena itu volume paru lebih besar.
fisiologi respiratori. Lebih dari itu, beberapa Berdasarkan pada beberapa hasil penelitian,
diantaranya sangat mudah diukur, sehingga bahwa ukuran tubuh proporsional terhadap
diharapkan dapat melakukan pengetesan kapasitas total paru dan terutama kapasitas
fungsi paru secara periodik terhadap atlet. vital, dan kelompok atlet umumnya lebih
Peningkatan volume tidal selama latihan tinggi dan lebih besar daripada non-atlet.
mempunyai andil terhadap meningkatnya Perenang biasanya telah mengembangkan
ventilasi semenit. Selama melakukan latihan kapasitas vital yang besar daripada kapasitas
yang maksimal, volume tidal mungkin bisa vital sebelumnya. Karena bentuk latihan
mencapai lima sampai enam kali lebih besar tahanan yang dilakukan oleh perenang
dari pada waktu istirahat. Meningkatnya ketika mengeluarkan napas di dalam air,
volume tidal merupakan hasil pemakaian akan mengakibatkan kapasitas vital yang
volume cadangan inspirasi (inpiratory lebih besar.
reserve volume IRV) dan volume G. ADAPTASI SISTEM PERNAPASAN
cadangan ekspiarsi (expiratory reserve PADA LATIHAN
volume ERV), tetapi kemuungkinan lebih
besar pada pemakaian volume cadangan Bekerja dan bergerak merupakan
inspirasi daripada volume cadangan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas
ekspirasi. yang membutuhkan energi. Energi diperoleh
Terjadi sedikit penurunan pada kapasitas tubuh dari pembakaran zat makanan oleh
total paru (total lungcapacity) TLC) dan oksigen, untuk memperoleh zat makanan,
kapasitas vital (vital capacity CV) selama orang cukup dengan makan tiga kali sehari.
latihan berhubungan dengan meningkatnya Hal ini disebabkan karena zat makanan
aliran darah pulmoner. Meningkatnya dapat disimpan dalam sel-sel tubuh dalam
jumlah darah di dalam pembuluh kapiler jumlah yang cukup. Lain halnya dengan
pulmoner menyebabkan volume ruang gas oksigen yang tidak dapat disimpan. Oksigen
yang tersedia semakin berkurang. Sebagai harus selalu diambil dari udara dengan
akibatnya, volume residu (residual volume perantaraan paru, darah dan sistem
RV) dan kapasitas fungsi residu (functional peredaran darah. Pada taraf kerja tertentu
residual volume RFC) akan sedikit diperlukan sejumlah oksigen tertentu. Makin
meningkatkan selama latihan. tinggi taraf kerja, yang berarti makin banyak
Beberapa volume paru diukur dalam jumlah energi yang diperlukan, makin
keadaan istirahat ( kecuali volume tidal) banyak pula jumlah oksigen yang
diperlukan.

323
Pada awal latihan laju pemakaian Max. Dampak progresif dari latihan atletik
oksigen meningkat dengan tiba-tiba, tetapi terhadap VO2 Max yang dicatat dalam suatu
biasanya membutuhkan dua atau tiga menit kelompok subjek yang dimulai pada tingkat
untuk mencapai tingkat yang ditentukan tanpa latihan dan kemudian meningkatkan
oleh kerja yang cukup berat. program latihan selama 7-13 minggu. Dalam
Ketidaklancaran dalam respon VO2 Max ini suatu penelitian, sangat mengejutkan bahwa
menandakan bahwa metabolisme aerobic VO2 Max meningkat hanya sekitar 10%.
tidak dapat merespon dengan cukup cepat Lagi pula frekuensi latihan baik 2 kali atau 5
untuk memenuhi seluruh kebutuhan energi kali perminggu, memberikan sedikit
tubuh selama masa peralihan dari istirahat perbedaan dalam peningkatkan VO2 Max.
ke olahraga. Selama periode peralihan ini Namun VO2 Max pelari marathon adalah
tubuh menimbun kekurangan oksigen. sekitar 45% lebih besar dari pada orang
Kekurangan disebut sebagai perbedaan yang tidak terlatih. (Guyton 1994).
antara tuntutan oksigen tubuh dan volume Penutup
oksigen yang dipakai secara nyata pada awal Apabila kita tetap menjaga pola
latihan. (Pate Rotella Mc Clenaghan 1993) hidup sehat dengan selalu menjaga
Pertukaran udara selama olahraga kesehatan paru, menjaga stamina dengan
harus ditingkatkan agar perbandingan udara berolahraga teratur, cukup istirahat, makan
alveolar yang normal dapat dipelihara. yang bergizi, menghindari asap rokok dan
Secara khusus tingkat oksigen yang relatif merokok. Bernapas merupakan satu
tinggi dan tingkat CO2 yang relatif rendah kesatuan yang tak terpisahkan dan
dapat dipertahankan dalam udara alveolar. merupakan aktifitas rutin yang selalu
Kondisi semacam itu diperlukan untuk dilakukan oleh individu. Dengan latihan
menjamin stabilitas diffusi oksigen kedalam olahraga, maka akan terjadi perubahan
darah dan diffusi CO2 keluar dari darah. adaptasi dari sistem pernapasan antara lain :
Pada orang yang normal dan sehat (misalnya 1. Pemakaian oksigen sangat meningkat,
mereka yang tidak menderita penyakit paru) karena otot yang aktif menoksidasi
proses pertukaran udara sangatlah efektif molekul nutrien lebih cepat untuk
dan darah arteri menjadi penuh beroksigen memenuhi peningkatan kebutuhan
dan cukup bersih dari CO2 meskipun selama energinya.
olahraga melelahkan. Jadi pertukaran udara 2. Produksi karbondioksida meningkat
biasanya bukanlah faktor pembatas dalam karena otot yang lebih aktif melakukan
sistem pengangkutan oksigen olahragawan. metabolisme memproduksi lebih banyak
(Shepard, 1969) karbondioksida.
Sistem pernapasan secara normal 3. Ventilasi alveolus sangat meningkat.
bukanlah pembatas utama pengakutan 4. Penyaluran oksigen ke otot sangat
oksigen kedalam otot selama metabolisme meningkat.
aerobic otot maksimum. Kecepatan 5. Pengurangan karbondioksida dari otot
pemakaian oksigen dalam metabolisme sangat meningkat.
aerobic maksimum disingkat menjadi VO2

324
6. Frekuensi pernapasan juga sangat Lamb DR, 1984. Physiology of Exercise :
meningkat Responses and Adaptations. New
York:Macmillan Publishing Company.
DAFTAR PUSTAKA Pate Rote M, 1993. Dasar-dasar ilmiah
Bompa, Tudor O., Theory and kepelatihan diterjemahkan Drs.kasiyo
Metodology of Training, Kendall Dwijowinoto.MS
publishing company, dubugue, Rushall BS, Pyke FS,1990 Training For
lowa,1983 Sport and Fitness, 1st ed. Melbourne :
Dick FW, 1995. Sport Training Macmillan Co.
Principles, second ed. London : A & C Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia
black,pp.167-168, 248-257. dari Sel ke Sistem, alih bahasa Brahm U.
Fox EL, Bowers RW, Foss ML, 1993. The Pendit JakartaPenerbit Buku
physiological basis for Exercise and Kedokteran EGC.
Sport, fifth ed. Lowe: WBC Brown & Shepard, R.J. 1969. The Validity Of the
Benchmark,pp. Oxygen Conductance Equation. Dalam
Guyton, 1993 Fiologi Kedokteran edisi 7 Internationale Zeitschrift fur
alih bahasa dr.Ken Ariata Tengadi, DKK Angewandte Physiologie Einschlesslich
Harsono, Ilmu Coaching, Pusat Ilmu Arbeitphysiologie.
Olahraga, Koni Pusat Jakarta, 1982
Janssen PGJM, 1989. Training Lactate
Pulase-Rate, Finland: Polar Electron Oy,
pp20-96.
Kent M, 1994. The Oxford Dictionary of
Sport Scince and medicine, New York
:Oxford University Press,

325
PENGARUH METODE LATIHAN DAN MOTIVASI BERLATIH TERHADAP
PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR BERMAIN BOLA BASKET PADA ATLET
PEMULA

Riyan Pratama
Universitas Bina Darma Palembang
Riyanpra@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan pengaruh latihan metode block
practice, serial practice, dan random practice terhadap keterampilan dasar bermain bola basket,
(2) perbedaan pengaruh latihan keterampilan dasar bermain bola basket antara atlet pemula yang
memiliki motivasi tinggi dan rendah, dan (3) interaksi antara metode latihan (metode block
practice, serial practice, dan random practice) dan motivasi terhadap peningkatan keterampilan
dasar bermain bola basket. Metode penelitian ini adalah eksperimen dengan rancangan faktorial
3 x 2. Populasi penelitian ini adalah atlet pemula yang berjumlah 56 atlet. Sampel penelitian ini
30 atlet yang diambil dengan teknik Rondom Sampling. Instrumen mengukur motivasi dengan
menggunakan angket motivasi, untuk keterampilan dasar bermain bola basket menggunakan
AAHPERD Basketball skill test. Teknik analisis data yang digunakan adalah ANOVA tiga jalur
yang dilanjutkan dengan uji rentang Tukey pada taraf signifikan = 0,05.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan pengaruh latihan dalam peningkatan keterampilan dasar
bermain bola basket menggunakan metode latihan block practice, serial practice, dan random
practice yang signifikan (p = 0.000 < 0.05), (2) ada perbedaan pengaruh latihan keterampilan
dasar bermain bola basket atlet pemula yang memiliki motivasi tinggi dan motivasi rendah,
terbukti dari, secara signifikan (p = 0.000 > 0.05), dan (3) ada interaksi antara interaksi antara
metode latihan dan motivasi terhadap keterampilan dasar bermain bola basket bagi atlet pemular,
terbukti dari nilai p = 0.04 < 0.05. Kelompok atlet pemula yang memiliki motivasi tinggi dan
rendah lebih tepat jika dilatih dengan metode block practice.

Kata Kunci: Metode latihan , block practice, serial practice, random practice motivasi ,
keterampilan dasar bermain bola basket

326
Pendahuluan keras dan membosankan akan
Permainan bola basket merupakan menyebabkan atlet enggan dan jera dalam
suatu permainan beregu yang terdiri dari berlatih. Maka dari itu dalam berlatih teknik
lima orang dari masing-masing tim atau dasar harus menyenangkan untuk menarik
regu. Permainan ini dimainkan dengan cara minat dan motivasi atlet. Motivasi seorang
memantul-mantulkan bola di lantai dengan atlet pemula sangat berpengaruh dalam
satu tangan untuk menggerakkan bola ke peningkatan prestasinya dalam cabang
segala arah (dribbling). Cara lain untuk olahraga bola basket. Semakin tinggi
menggerakkan bola adalah dengan motivasi seorang atlet pemula maka akan
mengoper kepada teman satu tim (passing) semakin sering dan giat atlet tersebut dalam
yang kemudian dimasukan ke dalam berlatih. Sebaliknya, semakin rendah
keranjang atau basket (shooting) selama 4 motivasi atlet pemula dalam berlatih maka
quarter, yang masing-masing quarter atlet tersebut akan malas-malasan dalam
memiliki waktu 10 menit. berlatih atau hal yang lebih ekstrim, atlet
Permainan bola basket mengharuskan tersebut berhenti berlatih. Untuk itu pelatih
pemain agar lebih kuat, lebih cepat, dan perlu menumbuhkan motivasi, baik itu
lebih cerdas dalam mengolah bola untuk motivasi dari dalam atlet (intrinsik) maupun
dapat memenangkan permainan. Untuk motivasi dari luar (ekstrinsik). Pada peserta
dapat ketingkatan tersebut seorang pemain ekstrakulikuler sekolah menengah pertama
atau atlet bola basket minimal menguasai (SMP), umumnya sekitar usia kelas 7, atlet
keterampilan dasar bermain bola basket belum memiliki motivasi dari dalam
dengan baik. Penguasaan teknik dasar (intrinsik) yang kuat, contoh keinginan
bermain bola basket adalah modal mutlak untuk menang, keingian untuk memperbaiki
yang harus dimiliki seseorang agar dapat diri, dan lain- lain. Motivasi menonjol
bermain bola basket dengan baik. Teknik adalah motivasi dari luar (ekstrinsik),
dasar bermain bola basket bertujuan agar contoh seperti ingin populer, ingin
pemain dapat bergerak dengan efektif, mendapat hadiah, atau bahkan cuma ingin
efisien, dan terhindar dari cedera. Teknik ikut-ikutan teman sebaya saja. Dari sinilah
dasar dalam permainan bola basket, yaitu: pelatih dapat mencari akal untuk dapat
(1) menggiring (dribbling), (2) menembak meningkatkan motivasi baik itu sifatnya
(shooting), (3) mengoper (passing), (4) dari dalam maupun dari luar, sehingga
merayah (rebound), (5) blok (block), (6) motivasi atlet tetap terjaga yang
pembayangan (screen/blocking), dan (7) menyebabkan atlet dapat giat berlatih.
pertahanan (defence) (Perbasi, 2010: 18). Sudah menjadi kodratnya bahwa setiap
Dalam melatih atlet-atlet pemula dalam manusia ingin berkembang dan menjadi
cabang olahraga bola basket, sangat di lebih baik. Sebagai seorang atlet cara yang
tekankan untuk berlatih keterampilan dasar dilakukan untuk dapat menjadi lebih baik
bermain. Keterampilan dasar ini merupakan adalah berlatih dengan metode latihan yang
fondasi dari sejauh mana prestasi atlet tepat. Metode latihan merupakan salah satu
tersebut. Dengan teknik dasar yang bagus cara dalam meningkatkan prestasi olahraga.
memungkinkan seseorang dalam Metode latihan adalah suatu cara yang
mengembangkan keterampilan tersebut ke dilakukan untuk mencapai tujuan yang
tahap yang berikutnya, sehingga harus diinginkan dalam olahraga. Menurut
benar-benar dapat dikuasai oleh atlet pelajar Magill (2011: 375) dalam mengaturan
agar dapat bermain bola basket dengan baik variasi latihan seorang pelatih dapat
dan dapat mengukir prestasi. Dalam menggunakan metode block practice, serial
kegiatan berlatihmelatih atlet pemula practice, dan random practice sebagai
sangat penting untuk berhati-hati dalam acuan yang digunakan bagi anak latihnya.
melatih. Setiap atlet pemula merupakan Penerapan metode latihan yang sesuai
individu-individu yang berbeda, baik itu dalam proses latihan keterampilan dasar
mengenai sifat, karakter, kempuan belajar, bola basket akan memberikan peluang bagi
kemampuan fisik dan lain-lain. Selain itu pelatih dalam mengoptimalkan sarana dan
juga, atlet pemula apabila dilatih terlalu prasarana yang tersedia untuk berlatih.

327
Tidak ada alasan bagi pelatih untuk tidak diajarkan (Edward, 2011: 409). Sedangkan
dapat melakukan latihan dengan optimal kekurang metode block practice adalah
dengan alasan kurang memadainya sarana kinerja yang bersifat sementara dan
dan prasarana yang tersedia. Berdasarkan membuat peserta didik ketergantungan pada
observasi dan wawancara di lapangan yang konteks latihan sehingga akan membuat
dilakukan oleh penulis di lingkungan bola peserta didik akan kesulitan dalam
basket sekolah menengah pertama (SMP) di berdaptasi pada konteks latihan yang baru
DIY, dari sekitar 40 SMP yang memiliki (Magil dan Anderson, 2011: 390).
ekstrakulikuler bola basket. Pelatih yang serial practice adalah pengaturan
memakai metode block practice berjumlah susunan praktek keterampilan yang berisi
8 (delapan) pelatih dan menyatakan metode lebih dari satu aspek keterampilan dengan
tersebut baik untuk melatih keterampilan urutan pengaturan praktek yang selalu sama
dasar bola basket. Pelatih yang memakai atau berurutan di setiap sesi latihan. Dengan
serial practice berjumlah 9 (Sembilan) berlatih menggunakan metode serial
pelatih dan menyatakan metode tersebut practice akan mengurangi resiko
baik untuk melatih keterampilan dasar bola ketergantungan terhadap konteks latihan
basket. Kemudian pelatih yang memakai seperti yang disebabkan oleh block practice
metode random practice berjumlah 7 dan membantu peserta didk untuk
(tujuh) dan menyatakan meode tersebut beradaptasi pada konteks latihan random
baik untuk melatih keterampilan dasar bola practice yang memiliki tingkat kesulitan
basket. Sedangkan sisanya, memakai yang paling tinggi karena serial practice
metode lain yang dianggap baik untuk memasukkan lebih dari satu aspek
melatih keterampilan dasar bola basket. keterampilan tetapi memiliki urutan yang
Dari hal tersebut dikatahui hasil dari latihan selalu sama di setiap sesi latihan (Edward,
belum maksimal untuk melatih 2011: 413).
keterampilan dasar bola basket walaupun Random practice adalah sebuah metode
berhasil mendapatkan juara. Hal yang dimana urutan aspek teknik yang disusun
menyebabkan latihan belum maksimal berubah-ubah dan tidak dapat diprediksi
tersebut antara lain dikarenakan belum di perubahannya dan terlibat beberapa aspek
ketahui perbedaan pengaruh antara metode- teknik dalam satu sesi latihan. Kelebihan
metode latihan tersebut dalam random practice adalah peserta didik terus
meningkatkan keterampilan dasar bermain membandingkan dan membedakan aspek
bola basket, waktu latihan atau jumlah keterampilan yang diajarkan sehingga
latihan per minggu yang berbeda-beda membuat memori untuk setiap keterampilan
disetiap sekolah, dan perbedaan motivasi lebih khas dan bermakna. Sedangkan
yang dilimiki oleh atlet dari masing-masing kekurangan metode random practice adalah
pelatih. Untuk itu, maka perlu diketahui peserta didik kesulitan memerlukan waktu
metode latihan mana yang paling efektif yang lebih lama dalam beradaptasi dan
untuk melatih keterampilan dasar bermain merespon aspek keterampilan yang
bola basket sehingga didapatkan metode diajarkan pelatih sehingga kinerja saat
yang pailing cocok untuk melatih berlatih akan menurun (Edward, 2011:
keterampilan dasar bermaian bola basket. 410).
Block practice adalah sebuah metode Motivasi merupakan suatu energi yang
latihan dimana berkonsentrasi pada satu mendorong seseorang untuk melakukan
aspek keterampilan saja dan dilakukan sesuatu, dorongan tersebut dapat berasal
berulang-ulang dalam waktu yang sudah dari dalam diri seseorang tersebut maupun
ditentukan atau sampai atlet menguasai dari luar. Hal ini dikarenakan motivasi
aspek teknik tersebut sebelum beralih ke adalah energi psikologis yang bersifat
aspek teknik yang lain. Kelebihan metode abstrak dan wujudnya hanya dapat diamati
plock practice terletak pada kinerja yang dalam bentuk tingkah laku yang
bersifat repetitive yang membuat peserta ditampilkan. Berkaitan dengan pengertian
didik untuk mengoreksi dan menyesuaikan motivasi, khususnya motivasi olahraga
diri pada aspek keterampilanyang sedang menurut Hengky E. Rogi dalam Singgih D.

328
Gunarsa (2008: 93), bahwa motivasi Tabel 1. Rancangan Penelitian
berolahraga adalah keseluruhan daya Faktorial 3x2
penggerak di dalam diri individu yang
menimbulkan kegiatan berolahraga,
menjamin kelangsungan latihan dan
memberi arah pada kegiatan latihan untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki.
Dalam berlatih keterampilan dasar
bermain bola basket, motivasi merupakan
faktor pendukung dalam mencapai tujuan
dari latihan. Hal ini dikarenakan semakin
tinggi motivasi yang dimiki oleh seorang A1B1: Kelompok atlet pemula yang
atlet maka akan semakin sering dia dilatih menggunakan metode
melakukan latihan, dengan seringnya block practice dengan motivasi
berlatih secara otomatis kemampuan yang tinggi.
dimiki oleh atlet tersebut akan meningkat A2B1: Kelompok atlet pemula yang
pesat. Akan tetapi, apabila atlet tersebut
dilatih menggunakan metode
memiki motivasi yang rendah dalam
berlatih maka akan semakin malas dan
serial practice dengan motivasi
jarang atlet tersebut berlatih, hal ini akan tinggi
menghambat perkembangan kemampuan A3B1: Kelompok atlet pemula yang
dari atlet tersebut. Dengan kata lain, dilatih menggunakan metode
motivasilah yang menjadi faktor apakah random practice dengan
atlet pemula tersebut akan bertahan dalam motivasi tinggi
latihan, walaupun latihan tersebut begitu A1B2: Kelompok atlet pemula yang
berat dan membosankan. Selain itu syarat dilatih menggunakan metode
dalam penelitian faktorial yang mana block practice dengan motivasi
variabel atribut harus memiliki peran atau rendah
pengaruh terhadap variabel independen.
A2B2: Kelompok atlet pemula yang
Metode Penelitian
dilatih menggunakan metode
Metode yang digunakan dalam ini serial practice dengan motivasi
adalah eksperimen. Eksperimen yang rendah
digunakan dalam penelitian ini adalah A3B2: Kelompok atlet pemula yang
metode eksperimen dengan menggunakan dilatih menggunakan metode
rancangan faktorial 3x2. Menurut Sudjana random practice dengan
(2002: 109) eksperimen faktorial adalah motivasi rendah
eksperimen yang hampir atau semua taraf
sebuah faktor dikombinasikan atau Tempat dan Waktu Penelitian
disilangkan dengan semua taraf tiap faktor Tempat penelitian ini dilakukan
lainnya yang ada dalam eksperimen.
pada tiga sekolah di Kabupaten Sleman
Dalam penelitian ini variabel bebas
(independent) manipulatif adalah metode
yaitu SMPN 1 Kalasan, SMPN 3
latihan block practice, serial practice dan Kalasan dan SMPN 4 Kalasan pada
random practice dan sebagai variabel bebas bulan Maret 2014 s/d April 2014
atributif adalah motivasi. Kemudian
variabel terikat (dependent) adalah Populasi dan Sampel Penelitian
keterampilan dasar bermain bola basket. Menurut Suharsimi Arikunto
Berikut adalah desain pelitian pada (2006: 130) menyatakan bahwa
penelitian eksperimen ini populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat di simpulkan

329
bahwa populasi adalah subjek penelitian (1) Motivasi tinggi, dan (2) Motivasi
yang digunakan dalam penelitian. rendah. Variabel terikat dalam penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah yaitu keterampilan dasar bermain bola
atlet pemula di Kabupaten Sleman basket.
sebanyak 56 orang. Jumlah sampel 30
atlet pemula diambil dengan cara Pengumpulan data
berdasarkan rangking tersebut menggunakan instrumen tes motivasi
selanjutnya ditentukan 27% kelompok dan intrumen AAHPERD basketball
atas dan 27% kelompok bawah dari skill test.
hasil tes menurut Miller (2002: 68).
Teknik analisis data yang digunakan
Dengan demikian pengelompokan dalam penelitian ini dengan menggunakan
sampel diambil dari atlet pemula yang SPSS 20 yaitu Analisis Varian (ANAVA)
memiliki motivasi tinggi sebanyak 27% tiga jalur pada taraf signifikansi = 0,05.
dan atlet yang memiliki motivasi rendah Untuk memenuhi asumsi ANAVA maka
sebanyak 27% dari data yang telah dilakukan uji normalitas dengan
dirangking. Berdasarkan hal tersebut Kolmogorov Smirnow dan homogenitas
didapatkan 15 atlet pemula yang dengan uji Levene Test. Untuk menguji
memiliki motivasi tinggi dan 15 atlet hipotesis dilakukan dengan menggunakan
pemula yang memiliki motivasi rendah. ANOVA dua jalur dan apabila terbukti
Kemudian dari masing-masing data terdapat interaksi maka akan dilakukan uji
tersebut dibagi menjadi tiga dengan cara lanjutan yaitu uji Tukey yaitu dengan
menggunakan program software SPSS
di acak (random) dan didapatkan
version 20.0 for windows dengan taraf
masing-masing 5 atlet yang memiliki signifikansi 5% atau 0,05.
motivasi tinggi diberi perlakuan dengan
metode block practice, serial practice Hasil Penelitian dan Pembahasan
dan random practice hal yang sama Hasil yang diperoleh dari penelitian
juga dilakukan untuk kelompok atlet berupa data yang merupakan gambaran
pemula yang memiliki motivasi rendah. umum tentang masing-masing variabel
Pembagian kelompok dengan cara yang terkait dalam penelitian. Berikut
ini akan lebih objektif bagi semua hasil dari tes akhir keterampilan bola
subjek penelitian. Hal ini didasarkan basket yang dimiliki oleh atlet pemula:
atas kesempatan yang sama bagi semua
objek untuk masuk ke dalam tiap Tabel 2. Deskripsi data variabel
kelompok. Setelah terbagi menjadi penelitian
enam kelompok, selanjutnya setiap
kelompok motivasi tinggi dan rendah
melakukan pretest dengan
menggunakan instrumen tes AAHPERD
Basketball Skill Test 1984 sebelum
dilakukan eksperimen dengan
pemberian perlakuan (treatment).

Variabel bebas (independent) Variabel


bebas manipulatif yaitu metode latihan
yang terdiri dari tiga metode, antara lain:
(1) Metode block practice, (2) Metode
serial practice, dan (3) Metode random
practice. Variabel bebas atributif (yang
dikendalikan) dalam penelitian ini, terdiri:

330
Hipotesis kedua
Analis Data Tabel 6. Uji ANOVA tiga jalur
Uji Normalitas kelompok atlet pemula yang memiliki
Tabel 3. Deskripsi uji normalitas motivasi tinggi dan rendah

Berdasarkan hasil penghitungan


Uji Homogenitas diketahui ada perbedaan pengaruh
Tabel 4. Deskripsi Uji Normalitas latihan antara atlet pemula yang
memiliki motivasi tinggi dan rendah
dalam peningkatan keterampilan dasar
bermain bola basket. Hal ini dibuktikan
dari nilai signifikansi sebesar 0,00 <
Uji Hipotesis 0,05 yang berarti bahwa lebih kecil dari
Hipotesis Pertama taraf signifikan. Dengan demikian
berarti motivasi tinggi dan rendah
Tabel 5. Uji ANOVA Tiga jalur memiliki pengaruh yang berbeda
Kelompok Eksperimen terhadap peningkatan keterampilan
Menggunakan Metode Block dasar bermain bola basket dapat
practice, Serial practice dan diterima. Dari analisis lanjutan
Random practice diperoleh bahwa ternyata atlet yang
memiliki motivasi tinggi memiliki
peningkatan yang lebih baik dari pada
Berdasarkan hasil tabel atlet pemula yang memiliki motivasi
penghitungan diketahui ada perbedaan rendah.
pengaruh latihan antara metode block Hipotesis Ketiga
practice, serial practice dan random Tabel 6. Uji ANOVA tiga jalur
practice dalam meningkatkan kelompok interaksi antara
keterampilan dasar bermain bola basket. metode latihan dan motivasi
Hal ini dibuktikan dari nilai signifikansi
sebesar 0,00 < 0,05 yang berarti bahwa
lebih kecil dari taraf signifikan. Dengan
demikian berarti metode block practice,
Berdasarkan hasil penghitungan
serial practice dan random practice
diketahui ada interaksi antara metode
memiliki pengaruh yang berbeda
latihan (block practice, serial practice,
terhadap peningkatan keterampilan
dan random practice) dan motivasi
dasar bermain bola basket dapat
terhadap keterampilan dasar bermain
diterima. Dari analisis lanjutan
bola basket bagi atlet pemula. Hal ini
diperoleh bahwa ternyata metode
dibuktikan dari nilai signifikansi sebesar
latihan block practice memiliki
0,04 < 0,05 yang berarti bahwa lebih
peningkatan yang lebih baik dari pada
kecil dari taraf signifikan. Dengan
metode serial practice dan random
demikian berarti metode latihan dan
practice.
motivasi memiloki interaksi terhadap
peningkatan keterampilan dasar
bermain bola basket dapat diterima.

331
Setelah data diuji dan terbukti pasangan yang memiliki interaksi atau
terdapat interaksi antara metode latihan pasangan yang berbeda secara nyata
dan motivasi maka perlu di uji lanjut (signifikan) adalah: (1) metode block
dengan menggunakan uji Tukey. practice dengan motivasi tinggi
Kelompok Interaksi Mean Std. Error Sig.b (A1B1) dipasangkan dengan metode
Difference
block practice dengan motivasi rendah
A1B2 48.13* 9.251 .000 (A1B2), (2) metode block practice
*
A2B1 67.00 9.251 .000 dengan motivasi tinggi (A1B1)
A1B1 A2B2 81.99 *
9.251 .000 dipasangkan dengan metode serial
A3B1 26.16 9.251 .087 practice dengan motivasi tinggi
A3B2 89.40 *
9.251 .000 (A2B1), (3) metode block practice
A1B1 -48.13* 9.251 .000 dengan motivasi tinggi (A1B1)
A2B1 18.87 9.251 .350 dipasangkan dengan metode serial
A1B2 A2B2 33.86 *
9.251 .014 practice dengan motivasi rendah
A3B1 -21.96 9.251 .205 (A2B2), (4) Jika metode serial practice
A3B2 41.27 *
9.251 .002 dengan motivasi tinggi (A2B1)
A1B1 -67.00 *
9.251 .000
dipasangkan dengan metode serial
practice dengan motivasi rendah
A1B2 -18.87 9.251 .350
(A2B2), (5) metode block practice
A2B1 A2B2 14.99 9.251 .594
dengan motivasi rendah (A2B1)
*
A3B1 -40.84 9.251 .002 dipasangkan dengan metode random
A3B2 22.40 9.251 .189 practice dengan motivasi rendah
A1B1 -81.99* 9.251 .000
(A3B2), (6) Jika metode block practice
dengan motivasi rendah(A2B2)
A1B2 -33.86* 9.251 .014
dipasangkan dengan metode serial
A2B2 A2B1 -14.99 9.251 .594
practice dengan motivasi rendah
A3B1 -55.83* 9.251 .000 (A2B2), (7) Jika metode serial practice
A3B2 7.41 9.251 .965
dengan motivasi tinggi (A2B1)
dipasangkan dengan metode random
A1B1 -26.16 9.251 .087 practice dengan motivasi rendah
A1B2 21.96 9.251 .205
(A3B2), (8) metode serial practice
dengan motivasi tinggi (A2B1)
A3B1 A2B1 40.84* 9.251 .002
dipasangkan dengan metode random
A2B2 55.83* 9.251 .000 practice dengan motivasi tinggi
(A3B1), (9) metode serial practice
A3B2 63.23* 9.251 .000
dengan motivasi rendah (A2B2)
A1B1
-
9.251 .000
dipasangkan dengan metode random
A3B2 89.40*
practice dengan motivasi rendah
A1B2 -41.27* 9.251 .002 (A3B1), dan (10) metode serial practice
dengan motivasi rendah (A2B2)
A2B1 -22.40 9.251 .189 dipasangkan dengan metode random
A2B2 -7.41 9.251 .965
practice dengan motivasi tinggi (A3B1)
Sedangkan pasangan-pasangan
A3B1 -63.23* 9.251 .000 lainnya dinyatakan tidak memiliki
perbedaan pengaruh adalah: (1) metode
block practice dengan motivasi tinggi
Berdasarkan tabel hasil perhitungan
(A1B1) dipasangkan dengan random
uji Tukey pada tanda asterisk (*)
practice dengan motivasi rendah
menunjukkan bahwa pasangan-

332
(A3B2), (2) metode block practice peningkatan kadar kesuksesan melakukan
dengan motivasi rendah (A2B2) satu gerakan atau keterampilan.
dipasangkan dengan metode serial Serial practice memiliki tingkat
practice dengan motivasi tinggi konstektual moderat, dengan kata lain
(A2B1) , (3) metode block practice metode serial practice berada diantara
gangguan kontekstual tinggi dan rendah.
dengan motivasi rendah (A1B2) Seperti yang diungkapkan oleh Al-Ameer
dipasangkan dengan metode random dan Toole (1993) dan Landin dan Herbert
practice dengan motivasi tinggi (1997) dalam Edward (2011:413) bahwa
(A3B1), (4) metode serial practice serial practice dapat memberikan
dengan motivasi tinggi (A2B1) pengenalan terhadap variabilitas praktek
dipasangkan dengan metode serial yang akan membantu peserta didik dalam
practice dengan motivasi rendah pengenalan metode random practice dan
(A2B2), (5) Jika metode serial practice memberikan pembelajaran yang lebih baik
dengan motivasi tinggi (A2B1) dari akibat ketergantungan memakai
dipasangkan dengan metode random metode block practice.
Random practice memiliki tingkat
practice dengan motivasi rendah
konstektual tinggi. Seperti pendapat Magil
(A3B2), dan (6) metode serial practice dan Anderson (2011: 390) karena
dengan motivasi rendah (A2B2) tingginya gangguan kontekstual yang
dipasangkan dengan metode random dihasilkan selama belajar menghasilkan
practice dengan motivasi rendah kinerja yang lebih baik pada retensi dan
(A3B2). transfer tes dibanding menggunakan
Pembahasan metode yang memiliki gangguan
Pembahasan hasil penelitian ini kontekstual yang rendah. Selanjutnya Shea
memberikan penafsiran yang lebih lanjut dan Morgan dalam Edward (2011: 410)
mengenai hasil-hasil analisis data yang keuntungan random practice adalah pada
telah dikemukakan. Berdasarkan pengujian saat menggunakan random practice
hipotesis pertama telah menghasilkan yaitu peserta didik terus-menerus
perbedaan pengaruh latihan antara metode membandingkan dan membedakan
block practice, serial practice dan random keterampilan yang diajarkan guna
practice dalam meningkatkan mengenali persamaan dan perbedaan
keterampilan dasar bermain bola basket. setiap keterampilan yang diajarkan, hal ini
Perbedaan pengaruh yang di dapatkan ini membuat memori untuk setiap
di karenakan perbedaan tingkat gangguan keterampilan lebih khas dan bermakna.
konstektual (contextual interference) yang Dengan kata lain, tingkat konstektual ini
ada diantara metode latihan ini. Block memiliki peranan penting dalam
practice memiliki tingkat konstektual menghasilkan perbedaan pengaruh
rendah, Sesuai dengan pendapat Edwards terhadap latihan keterampilan dasar
(2011: 409) pada metode block practice bermain bola basket bagi atlet pemula.
terdapat pengulangan keterampilan yang Selain itu, yang menyebabkan
sama selama beberapa percobaan perbedaan pengaruh ini adalah
memungkinkan peserta didik untuk banyaknya aspek keterampilan dan
melakukan menyesuaikan kinerja dalam urutan keterampilan tersebut yang
memori atau ingatan kerja. Selanjutnya dimasukkan dalam satu sesi latihan.
Edwards (2011: 409) menambahkan
Block practice hanya berkonsentrasi
bahwa dengan kerja yang bersifat
repetitive memungkinkan peserta didik pada satu keterampilan saja di setiap
untuk mencari dan menyesuaikan fokus model latihan dalam satu sesi latihan.
dan perhatian pada isyarat lingkungan Serial practice memasukan tiga
yang tepat, mencapai dan mempertahankan keterampilan dasar yaitu dribble, pass,
tingkat gairah yang tepat, dan dapat dan shoot dalam model latihannya dan
meningkatkan tingkat motivasi karena urutan aspek keterampilan tersebut

333
selalu sama di setiap model latihan dan urutan ke empat (4) atlet pemula dengan
sesi latihannya. Sedangkan random motivasi tinggi dilatih dengan metode
practice memasukan tiga aspek serial practice, urutan kelima (5) atlet
ketarmpilan yaitu dribble, pass, dan pemula dengan motivasi tinggi dilatih
shoot, yang membedakan metode ini dengan metode serial practice, dan
dengan metode serial practice adalah urutan keenam (6) atlet pelajar dengan
urutan aspek ketrampilan yang motivasi rendah dilatih dengan metode
dimasukkan selalu berubah-ubah atau random practice.
tidak sama di setiap model dan sesi
latihannya. Kesimpulan dan Saran
Pengujian hipotesis kedua kesimpulan
didapatkan perbedaan pengaruh latihan Ada perbedaan pengaruh latihan
menggunakan metode block practice,
antra pemula yang memiliki motivasi
serial practice, dan random practice
tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil dalam meningkatan keterampilan dasar
penelitian, di temukan bahwa metode bermain bola basket bagi atlet pemula.
block practice merupakan metode Metode latihan yang memiki hasil yang
latihan yang memiliki peningkatan paling baik dalam melatih keterampilan
keterampilan paling baik bagi atlet yang dasar bermain bola basket untuk atlet
memiliki motivasi tinggi maupun pemula adalah metode block practice.
rendah. Hal ini di karenakan block Ada perbedaan pengaruh latihan antara
practice hanya berkonsentrasi pada satu atlet pemula yang memiliki motivasi tinggi
aspek keterampilan saja ketika berlatih. dan rendah dalam peningkatan keterampilan
Dengan demikian, atlet tidak merasa dasar bermain bola basket. Atlet pemula
kesulitan dalam berlatih. Selain itu, yang memiliki motivasi tinggi lebih baik
dari pada atlet pelajar yang memiliki
karena hanya berfokus pada satu aspek motivasi rendah
keterampilan saja, atlet dapat Ada interaksi antara metode latihan
melakukan koreksi-koreksi dari setiap (block praktice, serial practice dan random
kesalahan gerakan yang dialaminya, hal practice) dan motivasi terhadap
ini yang membuat atlet akan lebih cepat keterampilan dasar bermain bola basket
belajar keterampialn dasar bermain bola bagi atlet pemula.Interaksi ini berfungsi
basket. Dengan demikian, untuk melatih untuk mencari perbedaan keterampilan
keterampilan dasar bermain bola basket, yang paling baik antar kelompok sel.
metode latihan yang paling cocok Berikut pasangan-pasangan yang memiliki
adalah metode latihan block practice interaksi atau pasangan yang berbeda secara
dibanding dengan metode serial nyata (signifikan): (1) metode block
practice dengan motivasi tinggi
practice dan random practice bagi atlet
dipasangkan dengan metode random
pemula practice dengan motivasi rendah, (2)
Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga metode block practice dengan motivasi
diketahui terdapat interaksi antara metode rendah dipasangkan dengan metode serial
latihan (block practice, serial practice, dan practice dengan motivasi rendah, (3)
random practice). Berdasarkan hal tesebut metode serial practice dengan motivasi
diketahui bahwa atlet pemula dengan rendah dipasangkan dengan metode block
motivasi tinggi dilatih dengan metode practice dengan motivasi rendah, (4)
block practice mengalami peningkatan metode serial practice dengan motivasi
terbesar, urutan ke dua (2) atlet pemula rendah dipasangkan dengan metode block
dengan motivasi tinggi dilatih dengan dengan motivasi rendah, (5) metode
metode random practice, urutan ke tiga random practice dengan motivasi rendah
(3) atlet pelajar dengan motivasi rendah dipasangkan dengan metode serial practice
dilatih dengan metode block practice, dengan motivasi tinggi, (6) metode random

334
practice dengan motivasi rendah Saran
dipasangkan dengan metode block practice Berdasarkan hasil penelitain yang telah
dengan motivasi rendah. Sedangkan dilakukan membuktikan bahwa metode
pasangan-pasangan lainnya yang tidak block practice lebih efektif digunakan dari
memiliki perbedaan pengaruh yaitu: (1) pada metode serial practice dan random
metode block practice dengan motivasi practice bagi atlet pemula yang memiliki
tinggi dipasangkan dengan random practice motivasi tinggi maupun rendah. Untuk itu
dengan motivasi tinggi, (2) Jika metode di sarankan kepada pelatih, guru olahraga
block practice dengan motivasi rendah maupun pembina olahraga bola basket
dipasangkan dengan metode serial practice untuk menggunkan metode block practice
dengan motivasi tinggi, (3) metode serial dalam meningkatkan keterampilan dasar
practice dengan motivasi tinggi bermain bola basket bagi atlet pemula.
dipasangkan dengan metode serial practice Dari hasil penelitian terbukti bahwa
dengan motivasi rendah, (4) metode serial metode block practice merupakan
practice dengan motivasi rendah metode yang paling efektif digunakan
dipasangkan dengan metode block practice dalam meningkatkan keterampilan dasar
dengan motivasi rendah, (5) Jika metode
bermain bola basket untuk atlet pemula.
random practice dengan motivasi tinggi
dipasangkan dengan metode block practice Dalam metode latihan ini aspek
dengan motivasi rendah, dan (6) metode keterampilan yang digunakan hanya
random practice dengan motivasi rendah satu aspek keterampilan saja.
dipasangkan dengan metode serial practice Berdasarkan hal tersebut, metode block
dengan motivasi rendah practice itu bersifat lebih ke individu,
. jadi bola yang digunakan dalam berlatih
Implikasi semakin banyak latihan akan semakin
Hasil penelitian yang menunjukan efektif. Untuk itu kepada penentu
bahwa penerapan latihan menggunakan kebijakan di sekolah dalam hal ini
metode block practice lebih baik dari kepala sekolah dan penentu kejikan di
pada metode serial practice. Hal ini klub bola basket dalam hal ini pemilik
memberi petunjuk bahwa dalam latihan klub atau petinggi klub di sarankan
keterampilan dasar bermain bola basket, untuk menyediakan fasitas berupa bola
penerapan metode block practice lebih yang banyak demi menunjang latihan
tepat dalam meningkatkan keterampilan keterampilan dasar bermain bola basket
dasar bermain bola basket. Metode bagi atlet pemula.
block practice telah terbukti mampu Berdasarkan hasil penelitian ini
memberikan pengaruh yang signifikan dibuktikan metode block practice
dalam meningkatkan keterampilan dasar merupakan metode yang paling efektif di
bermain bola basket untuk atlet pemula gunakann untuk atlet pemula yang memiliki
Secara praktis hasil penelitian dapat motivasi tinggi dan rendah di banding
digunakan sebagai bahan pertimbangan metode serial practice dan random
bagi pelatih, guru olahraga maupun practice. Hal ini merupakan kajian yang
pembina cabang olahraga bola basket empiric yang dapat dipakai oleh para
dalam membuat program latihan yang peneliti di bidang pendidikan jasmani dan
olahraga untuk atlet pemula dalam
sesuai untuk meningkatkan melakukan inovasi untuk perbaikan cara
keterampilan dasar bermain bola basket pelatihan keterampilan motorik.
yang digunakan untuk atlet pemula. Untuk para peneliti yang bermaksud
Dengan demikian latihan akan efektif melanjudkan atau mereplikasi penelitian ini
dan akan mendapatkan hasil sesuai disarankan untuk melakukan kontrol lebih
dengan apa yang diharapkan oleh ketat dalam seluruh rangkaian eksperimen.
pelatih. Kontrol tersebut dilakukan guna

335
menghindari ancaman dari validitas
ekternal dan internal.

Daftar Pustaka
Edward, W. H. (2011). Motor learning and
control: from theory to practice.
USA: Wadsworth.

Magill A. R. (2011). Motor learning and


control: concepts and applications.
USA: McGraw-Hill Companies,Inc

Magil A.R & Anderson I.D (2014): Motor


learning and control: concept and
applications (10th ed). New York:
McGraw-Hill Companies,Inc

PB. PERBASI. (2010). Peraturan


bolabasket resmi 2010. Jakarta:
Tim Penerjemah PB.PERBASI
Bidang III PB. Perbasi.

Singgih D. Gunarsa. (2008). Psikologi


olahraga prestasi. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia

Sudjana. (2002). Desain dan analisis


eksperimen. Edisi ke-1V.
Bandung: :Tarsito

Sugiyono. (2013). Metode penelitian


pendidikan. Bandung: Alfabeta.

336
NO NAMA JUDUL INSTANSI HAL
PERBEDAAN KONTRIBUSI
MATA PELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI,
OLAHRAGA DAN
KESEHATAN ANTARA Program
Teguh Dwi Putranto PENERAPAN KURIKULUM Pasca
2013 DENGAN KTSP Sarjana Unair
TERHADAP TINGKAT
PEMAHAMAN DAN TINGKAT
KONDISI FISIK ATLET
PANAHAN BOJONEGORO

xiii

You might also like