You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS ASFIKSIA


STASE KEPERAWATAN ANAK

Dosen Pembimbing:Lala Budi Fitriani, S.Kep.,M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An

Disusun oleh
Nama : I Wayan Sujana
Nim : 15160022

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN ASFIKSIA NEONATORUM

Disusun Oleh:

Mahasiswa

(I Wayan Sujana)
15160022

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
A. Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan dimana kegagalan nafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Perubahan-perubahan yang
terjadi pada asfiksia antara lain hipoksia, hipervapma, dan asidosis metabolik
(Muslihatun, 2011). Asfiksia yang berarti hipoksia yang progresif,
penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat
mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya (Saiffudin, 2009).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir. Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami gawat janin
akan mengalami asfiksia sesudah persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan
dengan keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi selama atau sesudah
persalinan (Depkes RI, 2009).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh
hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-
faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi
lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi
tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-
gejala lanjut yang mungkin timbul. (Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa
asfeksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur setelah
lahir yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya.

B. Klasifikasi Asfiksia
Menurut Ghai (2010) berdasarkan nilai APGAR (Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration) asfiksia diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian dianataranya adalah:
1. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10

Tabel 2.1 Nilai APGAR (Ghai, 2010).


Nafas 0 1 2
Nafas Tidak ada Tidak teratur Teratur
Denyut jantung Tidak ada <100 >100
Warna kulit Biru atau Pucat Tubuh merah Merah jambu
jambu dan Kaki
tangan biru
Gerakan / Tonus Tidak ada Sedikit fleksi Fleksi
otot
Reflek Tidak ada Lemah/lambat Kuat
(menangis)

C. Etiologi
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Gomella, 2009):
1. Faktor ibu
a. Pre-eklampsi dan eklampsi
b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
c. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
d. Partus lama (rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
e. Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
f. Perdarahan banyak: plasenta previa dan solutio plasenta
2. Faktor Tali Pusat
a. Lilitan tali pusat
b. Tali pusat pendek
c. Simpul tali pusat
d. Prolapsus tali pusat
3. Faktor Bayi
a. Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan).
b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep).
c. Kelainan bawaan (kongenital).
d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).

D. Tanda dan gejala


Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan
tanda-tanda klinis pada janin atau bayi Depkes RI (2007), di antaranya
adalah:
1. Denyut jantung janin lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit
tidak teratur
2. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala.
3. Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ
lain.
4. Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen.
5. Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen
pada otot-otot jantung atau sel-sel otak.
6. Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung,
kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta
sebelum dan selama proses persalinan.
7. Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru
atau nafas tidak teratur/megap-megap.
8. Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah.
9. Penurunan terhadap spinkters.
10. Pucat.

E. Pathway

Persalinan lama, lilitan tali Paralisis pusat Faktor lain: anastesi,


pusat, presentasi janin pernafasan obat-obatan narkotik
abnormal

Asfeksia

Janin kekurangan Paru-paru terisi


O2 cairan

CO2 meningkat Suplai O2 ke


paru menurun Ketidakefektifan G3 metabolisme
bersihan jalan & perubahan
nafas asam basa
Nafas cepat
Kurasakan otak

Aasidosis
Apneu respiratorik
Resiko cidera

DJJ & TD G3 perfusi


ventilasi
Ketidakefektifan
pola nafas Gangguan
pertukaran
gas
F. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosis
adanya asfiksia pada bayi (pemeriksaan diagnostik) yaitu:
1. Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat serviks dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
bahaya (Wiknjosastro, 2009).
2. Analisa Gas Darah
Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui adanya
asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui dengan
tingkat saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk
mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat kemajuan terapi (Muttaqin,
2008).
3. Elektrolit Darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya persediaan
garam-garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu kesetimbangannya.
Timbul asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremia, hiperkalemi.
Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine
untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein (Harris, 2008).
4. Gula darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test urine
untuk kandungan glukosa. Menurut Harris (2008), penderita asfiksia
umumnya mengalami hipoglikemi.
5. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi (USG),computed
tomography scan (CT-Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI)
mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis
6. USG ( Kepala )
7. Penilaian APGAR score
8. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan
9. Foto polos dada

G. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan asfiksia
menurut Wiknjosastro (2009) adalah sebagai berikut:
1. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi metabolisme sel
jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu diperhatikan untuk
menjaga kehangatan suhu bayi baru lahir dengan:
a. Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
b. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
c. Bungkus bayi dengan kain kering.
2. Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan
amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga memudahkan
keluarnya lendir.
3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua
telapak kaki bayi, menekan tendon achilles atau memberikan suntikan
vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.
Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan
asfiksia, antara lain:
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat.
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian
mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam
inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
Caranya:
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada
reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan
melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan, untuk mencegah
tekanan intra kranial meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
Caranya:
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT.
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT.
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan
natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

H. Asuhan keperwatan
Menurut Hayrinena (2010), asuhan keperawatan merupakan hal sangat
penting bagi seorang perawat. Kemampuan pemberian pelayanan yang baik
serta kemudian dapat secara efektif dapat mengkomunikasikan tentang
perawatan pasien tergantung pada seberapa baik kualitas informasi yang
diberikan serta dokumentasi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh semua
profesional kesehatan dan antar bidang pelayanan kesehatan.
1. Pengkajian
Pengkajan adalah data dasar utama proses keperawatan yang tujuannya
adalah untuk memberikan gambaran secara terus menerus mengenai
keadaan kesehatan klien yang memungkinkan perawat asuhan
keperawatan kepada klien.
a. Identitas Pasien
Mencakup nama pasien, umur, agama, alamat, jenis kelamin,
pendidikan, perkerjaan, suku, tanggal masuk, no. MR, identitas
keluarga, dll.
b. Keluhan Utama
biasanya bayi setelah partus akan menunjukkan tidak bias bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan keadaan bayi
ditandai dengan sianosis, hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis
metabolic.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
1) Prenatal
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat
bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) Intranatal
Biasanya asfiksia neonatus dikarenakan kekurangan o2 sebab
partus lama, rupture uteri yang memberat, tekanan terlalu kuat dari
kepala anak pada placenta, prolaps fenikuli tali pusat, pemberian
obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya,
perdarahan bayak, placenta previa, sulitio plasenta, persentase
janin abnormal, lilitan tali pusat, dan kesulitan lahir.
3) Postnatal
Biasanya ditandai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea, asidosis
metabolic, perubahan fungsi jantung, kegagalan system multi
organ.
d. Riwayat kesehatan
1) RKD
Kemungkinan ibu menderita penyakit infeksi akut, infeksi kronik,
keracunan karena obat-obat bius, uremia, toksemia gravidarum,
anemia berat, bayi mempunyai resiko tinggi terhadap cacat
bawaan dan tejadi trauma pada waktu kehamilan.
2) RKS
Biasanya bayi akan menunjukkan warna kulit membiru, terjadi
hipoksia, hiperkapnea, asidosis metabolic, usaha bernafas minimal
atau tidak ada, perubahan fungsi janutng, kegagalan system multi
organ, kejang, nistagmus dan menagis kurang baik atau tidak
menangis.
3) RKK
biasanya faktor ibu meliputi amnionitis, anemia, diabetes,
hipertensiyang diinduksi oleh kehamilan dan obat-obat infeksi.
e. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau
cephal haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembunng.
3) Mata
Warna konjungtiva anemis/tidak anemis, tidak ada
bleeding konjungtiva, warna sclera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat
penumpukan lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat atau merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan.
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher neonatus pendek.
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan
suara wheezing dan ronchi, frekuensi bunyi jantung lebih dari 100
x/menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah arcus
costae pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit
berarti adanya asites/tumor, perut cekung adanya hernia
diafragma, bising usus timbul 1-2 jam setelah masa kelahiran
bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan/tidak, adanya tanda-
tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki-laki, neonatus perempuan lihat
labia mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan,
kadang perdarahan.
12) Anus
Perhatikan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeces.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan saraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
f. Refleks
Pada neonates preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan saraf pusat atau adanya patah tulang
2. Diagnose keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
mukus banyak.
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran
darah ke alveoli, alveolar edema, alveoli perfusi
d. Resiko cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan
3. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
mukus banyak.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
Kriteria Hasil :
a. Tidak menunjukkan demam.
b. Tidak menunjukkan cemas.
c. Rata-rata repirasi dalam batas normal.
d. Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
e. Tidak ada suara nafas tambahan.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi napas,dan catat adanya bunyi napas tambahan
Rasional: obstrusi jalan napas dapat dimanifestasikan dengan
adnya bunyi tambahan missal ronki.
b. Kaji frekuensi pernapasan
Rasional: pada takipnea biasanya ditemukan pernapasan dapat
melambat dan frekuensi espirasi memanjang dibanding ispirasi.
c. Catat adanya dispnea
Rasional: disfungsi pernapasan adalah variable biasanya
disebabkan oleh adanya infeksi atau reaksi alergi.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hipoventilasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
Kriteria hasil:
a. Pasien menunjukan pola nafas yang efektif.
b. Ekspansi dada simetris.
c. Tidak ada suara nafas tambahan.
d. Kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal.
Intervensi:
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas.
b. Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
c. Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui adanya penurunan
ventilasi.
d. Berikan oksigen sesuai kebutuhan.
e. Kalaborasikan dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan
pemakain alat bantu nafas.
Rasional:
a. Untuk membersihkan jalan nafas.
b. Guna meningkatkan kadar oksigen yang bersirkulasi dan
memperbaiki status kesehatan.
c. Membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.
d. Terapi oksigen dapat membantu mencegah gelisah bila klien
menjadi dispneu.
e. Perubahan AGD dapat mencetuskan disritmia jantung.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar-kapiler
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan kebutuhan O2 bayi terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Mendemostrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
adekuat
b. Suara napas bersih
c. Tidak cyanosis dan dyspnea
d. Gas darah normal.
Intervensi:
a. Letakkan bayi terlentang dengan alas yang datar, kepala lurus, dan
leher sedikit tengadah/ekstensi dengan meletakkan bantal atau
selimut diatas bahu bayi sehingga bahu terangkat 2-3 cm.
Rasional:Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas.
b. Bersihkan jalan nafas, mulut, hidung bila perlu.
Raional:Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna.
c. Observasi gejala kardinal dan tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam.
Rasional:Deteksi dini adanya kelainan.
d. Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri.
Rasional:Menjamin oksigenasi jaringan yang adekuat terutama
untuk jantung dan otak. Dan peningkatan pada kadar PCO2
menunjukkan hypoventilasi.
4. Resiko cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan tidak ada cidera pada bayi
Kriteria hasil :
a. Terbebas dari cidera
b. Mampu mengenali faktor resiko dari lingkungan atau perilaku
c. Mengunakan fasilitas kesehatan
d. Mampu mengenali perubahan status kesehatan

Intervensi:
a. Sediakan lingkungan yang aman
b. Memasang side rail tempat tidur
c. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
d. Membatasi pengunjung
e. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
Daftar Pustaka

Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.


Gomella, L. T. (2009). Neonatology : Management, Procedures, On-Call
Problems, Diseases, and Drugs. United States of America: The McGraw-Hill
Companies,Inc.
Ghai, dkk. (2010). Pencegahan Dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.
Health Technology Assessment Indonesia Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Harris, R.S. (2008). Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pangan. Bandung:
ITB-Press.
Hayrinena, K. J. (2010). Evaluation Of Electronic Nursing Documentation
Nursing Process Model And Standardized Terminologies As Keys To Visible
And Transparent Nursing.
Muslihatun,W. N. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta: Fitra
Maya.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Perinasia. (2006). Melindungi, Meningkatkan, dan Mendukung Menyusui. Jakarta:
Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
Prawiryoharyo J. (2010). Buku Ajar Asuhan kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YPB,SP.
Saifuddin, AB. (2009). Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, H. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

You might also like